BAB ll - Perpustakaan IAIN Kendari

advertisement
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Strategi Belajar Murder
1. Deskripsi Strategi Belajar Murder
Profesi guru selaku manager dalam proses belajar mengajar memiliki
kewenangan dalam mengupayakan serta mengatur jalannya sebuah pembelajaran,
ditangan guru ditentukan strategi, pendekatan/metode, menentukan media sesuai dengan
karakteristik materi, pengaturan suasana kelas dan lain sebagainya, harapannya adalah
dengan kompetensi profesionalismenya guru mampu menciptakan nuansa belajar
mengajar yang ideal, tepat dalam menggunakan strategi, metode/pendekatan,
penggunaan media, serta sarana belajar yang lainya sehingga proeses belajar mengajar
menghasilkan peserta didik dengan sejumlah kompetensi yang diharapkan.
Salah satu kegiatan selama proses belajar-mengajar biasanya seorang guru
meminta siswa untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu, baik yang dikerjakan secara
mandiri maupun berkelompok. Seringkali siswa juga diminta membaca suatu topik guna
menyusun suatu laporan singkat atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam
suatu tes.
Agar dapat melakukan hal di atas diperlukan penerapan strategi-strategi belajar
yang diterapkan mengacu pada perilaku dan proses-proses berfikir yang digunakan
siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya termasuk proses memori atau mengingat.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
12
13
dengan belajar mengajar strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru
dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah digariskan. Dikemukakan Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain bahwa Ada
empat langkah strategi dasar dalam belajar yang meliputi hal- hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingka
laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan
hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat memperoleh tujuan.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan.1
Berangkat dari sinilah dengan masalah-masalah yang dijumpai dalam dunia
pendidikan kita, dalam rangka mengembangkan system belajar yang efektif dan efisien
diterapkan strategi belajar Murder yang diadopsi dari buku karya Bob Nelson “The
Complete Problem Solver” yang merupakan gabungan dari beberapa kata yang meliputi:
1. Mood (Suasana Hati).
Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi
siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas
dari rasa takut dan menegangkan. Ranah kecerdasan emosional ini berkaitan dengan
pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira, sendirian dan dengan
orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan.
Ranah suasana hati umumnya juga memiliki dua skala, hal ini senada apa yang
telah diungkapkan hamzah dalam orientasi baru dalam psikologi pembelajaran , yaitu
sebagai berikut:
1
Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2006), h,
120.
14
a. Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis
terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian luas, optimisme
berarti makna kemampuan melihat sisi tentang kehidupan dan memelihara sikap
positif, sekalipun kita berada dalam kesulitan. Optimisme mengasumsikan
adanya harapan dalam cara orang menghadapi kehidupan.
b. Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri
sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan
setiap kegiatan.2
Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses
yang menyenangkan bisa dilakukan:
pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik, yaitu yang memenuhi
unsur-unsur kesehatan, kedua, melalui pengelolaan yang hidup dan bervariasi yakni
dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajar yang
relevan.3
Dari gambaran inilah dapat dipahami bahwa proses pembelajaran juga menuntut
adanya suasana hati yang kondusif, bagaimanapun tidak ketika sebuah proses
pembelajaran berjalan tetapi suasana hati peserta didik kurang kondusif maka ada
kemungkinan proses situ berjalan kurang efektif, dikarenakan adanya rasa tidak nyaman,
was-was dan lain sebagainya penyakit hati yang menggangu aktivitas pembelajaran.
Yang pada akhirnya juga mempengaruhi hasil belajar yang dicapai bahkan tidak
memungkinkan gagalnya proses pentranveran pesan-pesan kepada peserta didik.
2. Understand (Pemahaman)
Berangkat dari sebuah pengertian pemahaman diterjemahkan dalam kamus besar
Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dikatakan
bahwa pemahaman adalah “mengerti benar atau mengetahui benar. Pemahaman dapat
2
3
Hamzah, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2006), h, 82.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan, (Jakarta, Kencana
Prenada Media, 2006), h, 132.
15
diartikan juga menguasai tertentu dengan pikiran”4, maka dari sisi pengertian ini dapat
dipahami belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud
dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu
situasi.
Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya,
menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap pengajar. Pemahaman memiliki
arti mendasar yang meletakan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, maka
skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna lebih banyak.
Dalam belajar unsur comprehension atau pemahaman itu tidak dapat dipisahkan
dari unsur-unsur yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi dan reaksi, maka subjek
belajar dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill kemudian dengan unsur
organisasi, maka subyek belajar dapat menata hal- hal tersebut secara bertautan bersama
menjadi suatu pola yang logis, karena mempelajari sejumlah data sebagaimana adanya,
secara bertingkat atau angsur-angsur, subyek belajar mulai memahami artinya dan
implikasi dari persoalan-persoalan secara keseluruhan.
Perlu diingat bahwa comprehension atau pemahaman, tidaklah hanya sekedar
tahu akan tetapi juga menghendaki agar subyek belajar dapat memanfaatkan bahanbahan yang telah dipelajari dan dipahami, kalau sudah demikian adanya maka belajar itu
bersifat mendasar. “Jadi Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan,
4
Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), h,
271
16
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep”5.
Tetapi dalam kenyataannya banyak para subyek belajar di sekolah-sekolah yang
melupakan unsur-unsur comprehension atau pemahami ini. Kemudian perlu ditegaskan
bahwa:
Comprehension atau pemahaman itu adalah bersifat dinamis, dengan ini diharapkan
akan bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang, akan
tetapi apabila subyek belajar betul-betul memahami materi yang di sampaikan oleh
para gurunya, maka mereka akan siap memberikan jawaban-jawaban yang pasti atas
partanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam belajar.6
Untuk lebih jelasnya penulis kembali mengutip pendapat tohirin dalam karya
yang sama yaitu Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di tegaskan bahwa
Ada tiga macam pemahaman, yaitu:
a. Pemahaman Terjemahan
Yaitu kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya misalnya
memahami kalimat bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia (terjemahan AlQur’an).
b. Pemahaman Penafsiran
Misal membedakan dua konsep yang berbeda.
c. Pemahaman Ekstrapolasi
Yakni kesanggupan melihat dibalik yang ditulis, tersirat dan tersurat, meramalkan
sesuatu, dan memperluas wawasan.7
3. Recall (Pengulangan)
Mengulang adalah usaha aktif untuk memasukkan informasi kedalam ingatan
jangka panjang. Ini dapat dilakukan dengan proses mengikat fakta kedalam ingatan
visual, auditorial, atau fisik. Karena pada dasarnya Otak banyak memiliki perangkat
ingatan. Semakin banyak perangkat (Indra) yang dilibatkan, semakin baik pula sebuah
5
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2006),
h, 152.
6
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 1996), h, 42.
7
Tohirin, Op.Cit. h, 152.
17
informasi baru tercatat. Teori pengulangan sebagai suatu teori belajar telah dinyatakan
dengan jelas dalam Al-qur’an dimana Allah SWT menyuruh Adam mengulangi
menyebutkan nama-nama benda. Hal yang sama terjadi ketika Allah SWT
memerintahkan Nab Muhammad SAW membaca secara berulang, Allah SWT
menyebutkan iqra’ dan memerintahkan Nabi Muhammad mengulanginya hal ini bias
dilihat dalam Al-qur’an pada surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
    
   
 

    
     
   
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.8
Firman tuhan ini dapat di mengerti bahwa Merecall tidak hany terhadap
pengetahuan tentang fakta, tetapi juga mengingat akan konsep yang luas, generalisasi
yang telah didistribusikan, definisi, metode dalam mendekati masalah. “Merecall
bertujuan agar siswa memiliki kesempatan untuk membentuk atau menyusun kembali
imformasi yang telah mereka terima”9.
Jika kita ingin membuktikan tentang pentingnya mengulang, kita dapat melihat
sebuah pengujian yang dilakukan terhadap anak usia lima belas tahun oleh peneliti
Gates. Dia memberi mereka semua suku kata tak bermakna untuk dipelajari. Kata yang
8
9
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta, Intermasa, 1993), h. 486
Syaiful Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta, Asdi Mahasatya,
2005), h, 108.
18
tidak makna pasti sulit dipelajari karena memang tidak memiliki arti. Inilah yang dia
temukan, dengan memeperhataikan bahwa setiap murid melewatkan jangka waktu yang
sama persis untuk tugas belajar ini, hanya cara mereka melewatkan waktu itu yang
berbeda. Untuk melihat presentase waktu dan pengulangan dengan kemampuan jumlah
kata yang diingatnya peneliti deskripsikan pada table berikut:
Table 2.1
Presentase Waktu dan Pengulangan Terghadap Suku Kata Yang Mampu Dingat
% waktu
membaca
100 %
80 %
60 %
40 %
20 %
% waktu mengulang
0%
20 %
40 %
60 %
80 %
Rata-rata jumlah suku kata yang
diingat
65
92
98
105
137
Waktu yang digunakan untuk mengulang setidaknya dapat melipat duakan daya
ingat. Waktu yang ideal untuk mengulang yang sudah dipelajari adalah saat anda
kembali ketopik tersebut setelah jeda. Penelitian lain menunjukkan peningkatan
mengingat hanya 4x lipat. Orang yang tidak mengulang saat belajar senantiasa
memasukkan informasi baru tersebut lepas. Itu membuat belajar sulit karena akan
ada lebih sedikit kata dalam otak yang dapat digunakan untuk mengaitkan atau
mengasusiasikan sejumlah informasi baru berikutnya.10
4. Digest (Penelaahan)
Upaya dalam mencapai keberhasilan selalu terus diupayakan oleh setiap tenaga
pendidik, Keberhasilan sebagai hasil dari proses pengajaran diukur sejauh mana siswa
dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri
diterjemahkan oleh Wina Sanjaya sebagai:
10
Colin Rose, Kuasai Lebih Cepat, (Bandung, Kaifa, 1999), h, 114-115.
19
Pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah.
Sedangkan, mata pelajaran itu sendiri adalah pengalaman-pengalaman manusia
masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam bukubuku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu yang harus dikuasai siswa.11
Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem
pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses
pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses
penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran
adalah “penguasaan materi pembelajaran (subject centeret teaching)”12. Untuk dapat
mengusai materi siswa tidak hanya berpedoman pada satu buku, karena pada dasarnya
ada berbagai sumber yang bisa dijadikan sumber untuk memperoleh pengetahuan.
Beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan dalam setting proses belajar di dalam
kelas diantaranya adalah:
a. Manusia Sumber
Alat dan bahan pengajaran misalnya buku-buku, majalah, koran, dan bahan cetak
lainnya, film slide, foto, gambar, dan lain- lain.
b. Berbagai Aktifitas dan Kegiatan
Yang dimaksud aktifitas adalah segala perbuatan yang disengaja dirancang guru
untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti diskusi, demonstrasi, simulasi,
melakukan percobaan dan lain- lain.
c. Lingkungan atau Setting
Adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar misalnya gedung
sekolahan, perpustakaan, taman, laboratorium, kantin sekolahan dan lain- lain.13
5. Expand (Pengembangan)
Pengembangan merupakan hasil komulatif dari pada pembelajaran. Hasil dari
proses pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa. Individu akan memperoleh
11
Wina Sanjaya, Op.Cit. h, 96.
12
Ibid, h, 53
13
Ibid, h, 173
20
perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif, didasari dan sebagainya. Perubahan
perilaku sebagai hasil pembelajaran ialah perilaku secara keseluruhan yang mencakup
aspek kognitif, afektif, dan motorik.
Yang perlu diingat ialah bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran
adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek saja.
Beberapa pakar menyebutkan adanya beberapa jenis perilaku sebagai hasil
pembelajaran. Benyamin Bloom dalam Mohammad Surya menyebutkan “ada tiga
kawasan perilaku sebagai hasil pembelajaran yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Liindgren menyebutkan bahwa isi pembelajaran terdiri atas kecakapan, informasi,
pengertian, dan sikap”14.
6. Review (Pelajari Kembali)
Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila informasi
yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar dari lupa. Mengingat adalah
proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima
melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran setelah diberikan
tafsiran.
Proses mengingat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang meliputi faktor
individu, faktor sesuatu yang harus diingat, dan faktor lingkungan. Dari individu, proses
mengingat akan lebih efektif apabila individu memiliki minat yang besar, motivasi yang
kuat, memiliki metode tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran. “Maka dari itulah
14
Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Jakarta, Pusataka Bani Quraisy, 2004),
h, 17.
21
mempelajari kembali materi yang sudah dipelajari merupakan usaha agar ingatan itu
tidak mudah lepas”15
2. Tujuan Pembelajaran Murder
Pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana
mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. dari
pernyataan tersebut mereka mengajarkan bagaimana belajar yang merupakan tujuan
pendidikan yang amat penting dan utama, namun tidak banyak para pendidik yang
mampu mewujudkan tujuan ini. Untuk itu Norman dalam buku strategi–strategi belajar
menghimbau agar dalam pembelajaran seorang guru lebih banyak mengajarkan
bagaimana belajar. Alur berfikir Norman tersebut mengandung pengertian mendalam
dan memberikan argumen kuat untuk pentingnya pengajaran strategi.
Untuk itu pengajaran strategi diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu untuk
belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri, sehingga menjadi
pembelajar mandiri yang dapat melakukan empat hal sebagai berikut:
1. Secara cermat mendiagnose suatu situasi pembelajaran tertentu.
2. Memilih suatu strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajar
tertentu yang dihadapi.
3. Memonitor keefektifan belajar tersebut.
4. Termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalah
terselesaikan.16
15
Ibid, h, 72
16
Muhammad Nur, Strategi-strategi Belajar, (Surabaya, Unipress, 2004), h, 5.
22
3. Teori Yang Mendukung Pengajaran Strategi Belajar Murder
Dukungan teori untuk strategi ini adalah teori pemerosesan informasi (Robert
Gagne). Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Robert Gagne disebut dengan
“teori pemerosesan informasi” (Information Processing Theory) dan “teori-teori
pembelajaran” (Condition Of Learning). Asumsi yang mendasari teori Gagne adalah
bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Pengembangan merupakan hasil kumulatif dari pada pembelajaran. Hasil pembelajaran
individu merupakan kumpulan keseluruhan hasil-hasil pembelajaran sebelumnya yang
saling terkait. Gagne berpendapat bahwa:
Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam
pemrosesan itu informasi itu terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal
dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah:
1. Keadaan didalam dari individu yang diperlukan untuk mencapai hasil-hasil
pembelajaran.
2. Proses kognitif yang terjadi dari dalam individu selama proses pembelajaran
berlangsung.17.
Sedangkan kondisi eksternal adalah berbagai rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Interaksi antara kondisi internal dan
kondisi eksternal menghasilkan hasil pembelajaran. Menurut teori Gagne, hasil
pembelajaran merupakan keluaran dari pemerosesan yang berupa kecakapan manusia
(Human Capabilities) yang terdiri atas:
1. Informasi Verbal
2. Kecakapan Intelektual
3. Strategi Kognitif
4. Sikap
17
Imron, http//republik-online.com.-pendidikan masa depan. Diakses 24 Agustus 2010.
23
5. Kecakapan Motorik18
Guna melihat beberepa kecapan manusia atau yang kita kenal sebagai (Human
Capabilities) berdasarkan konsep teori Gagne tersebut peneliti deskripsikan masing –
masing dari item tersebut sebagai berikut:
1. Informasi Verbal
Informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang
dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis
atau lisan. Informasi verbal adalah berupa pemberian nama atau label terhadap
suatu benda atau fakta, pemberian definisi atau pengertian, atau perumusan
mengenai berbagai hal dalam bentuk verbal.
2. Kecakapan Intelektual
Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungan yang menggunakan simbol-simbol. Misalnya simbolsimbol
dalam
bentuk
matematik,
seperti
penambahan,
pengurangan,
pembagian, perkalian dan sebagainya. Kecakapan intelektual ini mencakup
kecakapan dalam membedakan (diskriminasi). Konsep intelektual sangat
diperlukan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3. Strategi Kognitif
Strategi kognitif ialah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan
mengelola
(management)
keseluruhan
aktivitasnya.
Dalam
proses
pembelajaran, strategi kognitif ini kemampuan mengendalikan ingatan dan
18
Mohammad Surya, Op.Cit, h , 40-43.
24
cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kalau kecakapan
intelektual lebih banyak terarah kepada proses pemikiran pelajar. Strategi
kognitif ini memberikan kemudahan bagi para pelajar untuk memilih informasi
verbal dan kecakapan intelektual yang sesuai untuk diterapkan selama proses
pembelajaran dan berfikir.
4. Sikap
Sikap ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih
berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat diartikan
sebagai keadaan didalam diri individu yang akan memberi arah kecenderungan
bertindak dalam menghadapi suatu objek atau rangsangan. Dalam sikap
terdapat pemikiran, peradaan yang menyertai pemikiran, dan kesiapan untuk
bertindak.
5. Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan
pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
4. Langkah-langkah dalam Strategi Belajar Murder
Berdasarkan dari pengertian di atas mengenai strategi belajar Murder, maka
dalam pembahasan selanjutnya merupakan langkah- langkah penerapan strategi belajar
Murder yang dikemukakan oleh Joko Susilo, dalam karyanya berjudul Gaya Belajar
Menjadikan Makin Pintar adalah sebagai berikut:
1. Langkah pertama berhubungan dengan suasana hati (Mood) adalah ciptakan
suasana hati yang positif untuk belajar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara
menentukan waktu, lingkungan dan sikap belajar yang sesuai dengan
kepribadian siswa.
25
2. Langkah kedua berhubungan dengan pemahaman adalah segera tandai bahan
pelajaran yang tidak dimengerti. Pusatkan perhatian pada mata pelajaran
tersebut atau ada baiknya melakukan bersama beberapa kelompok latihan.
3. Langkah ketiga berhubungan dengan pengulangan adalah setelah mempelajari
satu bahan dalam suatu mata pelajaran, segeralah berhenti. Setelah itu, ulangi
membahas bahan pelajaran itu dengan kata-kata siswa.
4. Langkah keempat yang berhubungan dengan penelaahan adalah segera kembali
pada bahan pelajaran yang tidak dimengerti. Carilah keterangan mengenai mata
pelajaran itu dari artikel, buku teks atau sumber lainnya. Jika masih belum bisa,
diskusikan dengan guru atau teman kelompok.
5. Langkah kelima berhubungan dengan pengembangan adalah tanyakan pada diri
sendiri mengenai tiga masalah di bawah ini, begitu selesai mempelajari satu
mata pelajaran, yaitu:
a. Andaikan bisa bertemu dengan penulis materi, pertanyaan atau kritik apa yang
diajukan?
b. Bagaimana bisa mengaplikasikan materi tersebut pada hal yang disukai?
c. Bagaimana bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami
oleh siswa lainnya?
6. Langkah keenam yang berhubungan dengan review adalah pelajari kembali
materi pelajaran yang sudah dipelajari. 19
B. Hakikat Hasil Belajar Fiqih
1. Deskripsi Hasil Belajar Fiqih
Sebelum membahas tentang hasil belajar siswa, ada baiknya terlebih dahulu
penulis paparkan mengenai definisi hasil belajar itu sendiri. Belajar menurut pandangan
orang awam adalah kegiatan seseorang yang tampak dalam wujud duduk dikelas,
mendengarkan guru yang sedang menerangkan, menghafal atau mengerjakan kembali
apa yang telah diperoleh di sekolah. Mereka memandang belajar adalah semata-mata
mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam materi pelajaran.
Untuk menghindari kesalahan persepsi, beberapa ahli memberikan definisi yang
tidak hanya sekedar memandang belajar sebagai proses transformasi pengetahuan dan
19
Joko Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, (Yogyakarta, Pinus Book Publisher, 2006), h,
158.
26
siswa sebagai obyek pendidikan. Tapi belajar adalah “proses yang memungkinkan
berbagai potensi yang ada pada anak didik dalam berinteraksi dengan fakta-fakta yang
muncul atau dengan lingkungan belajar sebagai satu kesatuan”20. Dalam hal ini anak
didik adalah subyek pengetahuan, sehingga ia dituntut untuk selalu aktif dalam kegiatan
belajar mengajar.
Selanjutnya
sebagai
acuan
pembanding
Dalam
bukunya
"Educational
Psychology": The teaching learning process, Skinner berpendapat yang kembali dikutip
muhibin syah bahwa belajar adalah “suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)
yang berlangsung secara prgogresif”21.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Sedangkan makna hasil sendiri adalah perolehan, atau tercapainya suatu maksud
atau tujuan. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan belajar
mengajar (KBM). Hasil belajar dapat juga dipandang sebagai ukuran seberapa jauh
tujuan pembelajaran telah tercapai. Menurut Sutratinah Tirtonegoro dalam surya brata
bahwa hasil belajar adalah “penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam
bentuk angka, huruf atau symbol yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh
siswa atau anak dalam periode tertentu”22.
20
Atang Kusdianar, Pendekatan dalam proses belajar mengajar, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1994),
h, 21
21
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999), h, 61
22
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan , (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998), h, 232
27
Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh individu berdasarkan
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga ia mengalami perubahanperubahan tingkah laku yang baru dan memiliki kemampuan-kemampuan yang baru
pula. Dengan kata lain hasil belajar siswa dapat diartikan sebagai kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, yang
senantiasa akan dipengaruhi oleh “tignkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa,
bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa” 23.
2. Jenis-jenis hasil belajar
Dalam sistem pendidikan nasional, klasifikasi hasil belajar didasarkan pada teori
Benyamin Bloom yang membaginya menjadi 3 ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah
afektif, ranah psikomotorik.
Jenis Hasil Belajar pada bidang Kognitif, jenis ini dibagi menjadi 6, yaitu:
1) Mengetahui, Yaitu kemampuan untuk mengenal atau mengingat kembali sesuatu
obyek, ide prosedur, prinsip atau teori yang sudah dipelajari.
2) Memahami Yaitu kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep.
3) Menerapkan Yaitu kemampuan menerapkan suatu konsep, ide, rumus, hukum
dalam situasi yang baru (konkrit).
4) Menganalisa Yaitu kemampuan untuk menguraikan suatu bahan kedalam unsurunsurnya agar struktur organisasinya dapat dimengerti.
5) Mensintesis Yaitu kemampuan untuk mengumpulkan suatu bagian-bagian untuk
membentuk suatu kesatuan yang baru.
6) Mengevaluasi Yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan (menentukan
nilai) sesuatu yang dipelajari untuk tujuan tertentu. 24
Sedangkan Jenis Hasil Belajar pada bidang afektif/Ranah afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai sebagai hasil belajar, kategori ranah afektif meliputi:
23
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2004), h. 147.
24
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,( Jakarta, Bumi Aksara, 2001), h, 77
28
1) Menerima (receiving) Yaitu suatu keadaan sadar, kemauan untuk
memperhatikan. Dalam menerima siswa diminta untuk menunjukkan kesadaran,
kesediaan untuk menerima dan perhatian terkontrol atau terpilih.
2) Menanggapi (Responding) Yaitu suatu sikap terbuka ke arah kemauan untuk
merespon stimulasi yang dating dari luar.
3) Menilai (Valuing) Yaitu penerimaan terhadap nilai-nilai.
4) Mengorganisasi (Organization) Yaitu mengembangkan nilai keadaan sistem
organisasi, menyatukan nilai-nilai yang berbeda.
5) Berpribadi (Characterization) Yaitu kemampuan untuk menghayati atau
mempribadikan sistem nilai yang dimiliki. Berpengaruh terhadap tingkah
lakunya.25
Jenis Hasil Belajar pada bidang psikomotorik. Hasil belajar ranah ini merupakan
tingkah laku nyata dan dapat diamati. Hasil belajar ranah ini meliputi:
1) Persepsi, Penggunaan lima panca indra untuk memperoleh kesadaran dalam
menerjemahkan menjadi tindakan.
2) Kesiapan Keadaan siap untuk merespon secara mental, fisik dan emosional.
3) Respon Terbimbing Mengembangkan kemampuan dalam aktivitas mencatat dan
membuat laporan.
4) Mekanisme Respon fisik yang telah dipelajari menjadi kebiasaan.
5) Respon yang unik Tindakan motorik yang rumit dipertunjukkan dengan terampil
dan efisien.
6) Adaptasi Mengubah respon dalam situasi yang baru.
7) Organisasi Menciptakan tindakan-tindakan baru26
3. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Pada dasarnya hasil belajar juga sangat ditentukan oleh beberapa faktor, secara
umum faktro-faktor tersebut diklasifikasaikan menjadi beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar yaitu :
25
Ibid, h, 79
26
Ibid, h, 83
29
a. Faktor internal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu
meliputi : kemampuan, motivasi, minat, perhatian, sikap serta kebiasaan, ketekunan,
soisal, ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor eksternal.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa, dapat mencakup
beberapa aspek diantaranya sekolah, masyarakat dan kurikulum itu sendiri.
1) Sekolah :Lingkungan belajar yang mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah
kualitas pengajaran meliputi: kompetensi guru, karakteristik kelas dan
karakteristik sekolah.
2) Masyarakat : Lingkungan masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa
diantaranya adalah keluarga dan teman bergaul serta bentuk kehidupan
masyarakat sekitar.
3) Kurikulum : Kurikulum merupakan suatu program yang disusun secara terinci
dengan menggambarkan kegiatan siswa di sekolah dengan bimbingan guru.
Penyusunan kurikulum yang ditetapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,
karena itu dalam penyusunan kurikulum harus disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan teknologi, selain itu juga lingkungan dan kondisi
siswa, karena kebutuhan siswa dimasa yang akan datang tidak akan sama dengan
kebutuhan siswa pada masa sekarang.27
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi belajar mengklarifikasikan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain sebagai berikut: “a. Faktor stimulasi
belajar, b. Faktor-faktor metode belajar c. Faktor-faktor individual”
28
hal tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
27
Nana sudjana, Op.Cit, h, 22 – 24
28
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar , (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada), 2006, h, 130-134
30
a. Faktor stimulasi belajar
Faktor stimulasi belajar adalah segala hal diluar individu itu untuk mengadakan
reaksi atau perbuatan belajar. Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor
stimulasi belajar yaitu:
1) Panjangnya bahan pelajaran.
2) Kesulitan bahan pelajaran.
3) Berartinya bahan pelajaran.
4) Berat ringannya tugas.
5) Suasana lingkungan eksternal.29
Faktor-faktor stimulus diatas untuk lebih jelasnya penulis paparkan sebagai
berikut:
1) Panjangnya bahan pelajaran.
Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu yang diperlukan
untuk mempelajarinya. Panjangnya waktu belajar dapat menimbulkan kejemuan dan
kelelahan sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
2) Kesulitan bahan pelajaran.
Makin sulit suatu bahan pelajaran, makin lambat umtuk mempelajarinya.
Sebaliknya, makin mudah bahan pelajaran semakin cepat untuk mempelajarinya.
3) Berartinya bahan pelajaran.
Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali, dan bahan yang berarti
memungkinkan individu untuk belajar karena individu dapat mengenalnya.
29
Ibid, h, 131
31
4) Berat ringannya tugas.
Tugas-tugas yang terlalu ringan atau mudah dapat mengurangi tantangan belajar,
sedangkan tugas-tugas yang terlalu berat atau sukar dapat membuat individu jera untuk
belajar. Berat ringannya tugas sangat berhubungan erat dengan tingkat kemampuan
individu yang berbeda dan tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
5) Suasana lingkungan eksternal.
Suasana lingkungan eksternal meliputi cuaca, waktu, kondisi tempat, dan
sebagainya. Faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas
belajarnya. Sebab individu yang belajar adalah berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Faktor-faktor metode belajar
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, akan berpengaruh terhadap
metode yang dipakai oleh si pelajar. Misalnya penggunaan metode drill siswa dapat
memantapkan pemahamannya melalui latihan dan praktek-praktek. Hal ini akan
meningkatkan keterampilan belajar siswa.
c. Faktor-faktor individual
Adapun faktor-faktor individual siswa meliputi:
1) Kematangan
2) Faktor usia
3) Kesehatan jasmani
4) Kondisi kesehatan rohani
5) Motivasi30
30
Ibid, h, 132
32
1) Kematangan
Kematangan memberikan kondisi dimana sistem syaraf dan otak menjadi
berkembang dan akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang. Dan kapasitas mental
seseorang akan mempengaruhi hasil belajar.
2) Faktor usia
Usia merupakan faktor penentu dari pada tingkat kemampuan belajar individu.
Anak yang lebih tua adalah lebih kuat, lebih sanggup untuk melakukan aktivitas dalam
waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak yang berusia lebih muda.
3) Kesehatan jasmani
Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Kondisi yang tidak
sehat misalnya sakit atau lelah akan mengganggu keefektifan belajar seseorang.
4) Kondisi kesehatan rohani
Selain kondisi fisik, keadaan psikis seseorang juga akan mempengaruhi
belajarnya.anak yang dalam keadaan frustasi, tidak akan dapat menangkap pelajaran
dengan baik, sebaliknya anak akan lebih mudah berkosentrasi jika ia senang dengan
kegiatan pembelajaran yang ia lakukan.
5) Motivasi
Motivasi sangat penting dalam proses belajar, karena motivasi menggerakkan
organisme, motivasi dapat meningkatkan hasil belajar karena motivasi adalah semangat.
Tanpa adanya semangat untuk belajar kegiatan belajar tidak akan menyenangkan dan
siswa akan cepat jenuh. Semakin tinggi tingkat kejenuhan, semakin rendah hasil belajar
yang dicapai siswa.
33
Dari beberapa faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam:
a. Faktor internal siswa
Faktor internal siswa mencakup dua aspek yaitu fisiologi (yang bersifat
jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).
1) Aspek Fisiologi
Aspek Fisiologi adalah segala keadaan yang tampak pada fisik atau jasmani
seseorang. Misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
2) Aspek Psikologi
Banyak faktor yang termasuk Aspek Psikologi yang dapat mempengaruhi
kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa. Namun dipandang lebih esensial
lagi adalah sebagai berikut:
a) Intelegensi, yaitu kecenderungan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan
atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.
b) Sikap, yaitu kecenderungan untuk mereaksi atau merespon balik secara
positif maupun negatif.
c) Bakat, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang.
d) Minat, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu.
e) Motivasi, yaitu pemasok daya yang mendorong individu untuk berbuat
sesuatu.
34
b. Faktor eksternal siswa
Yaitu faktor dari luar siswa meliputi kondisi lingkungan yang ada disekitar
siswa, baik lingkungan sosial maupun non sosial.
1) Faktor sosial
Yang dimaksud faktor sosial adalah faktor manusia (sesama manusia), baik
manusia itu hadir ataupun kehadirannya tidak secara langsung. Kehadiran orang lain
pada waktu belajar akan mempengaruhi belajar seseorang dan akhirnya akan
berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah
orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, keadaan keluarga dapat
memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang
dicapai oleh siswa.
2) Faktor Non sosial
Adapun yang dimaksud faktor non sosial dalam hal ini adalah diantaranya gedung
sekolah, tempat tinggal siswa, alat – alat belajar, cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut turut menentukan hasil belajar siswa.
c. Faktor Pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa
untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu17.
Karena itu faktor pendekatan belajar juga turut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
35
C. Hakikat Bidang Studi Fiqih
1. Deskripsi Bidang Studi Fiqih
Pengertian fiqih secara “etimologis berarti paham yang mendalam, sedangkan
secara terminologis fiqih adalah hukum–hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliyah)
yang diperoleh dari dalil–dalil yang rinci”31. Sedangkan menurut Dr. H. Muslim
Ibrahim, M.A mendefinisikan bahawa:
Fiqih sebagai suatu ilmu yang mengkaji hukum syara’ yaitu firman allah yang
berkaitan dengan aktifitas muallaf beruoa tuntunan seperti wajib, haram, sunnah dan
makruh atau pilihanyaitu mubah, ataupun ketetapan seperti syatar dan mani’ yang
kesemuanya digali dari dalil – dalil Nya yaitu Al-Qur’an, as-sunnah melalui dalil –
dalil yang terinci seperti ijma’, qiyas, dan lain - lain32
2. Fungsi dan tujuan Fiqih
1). Fungsi Mata Pelajaran Fiqih.
Fungsi mata pelajaran fiqih adalah:
a. Menyiapkan pengetahuan tentang ajaran Islam dalam aspek hukum, baik
berupa ajaran ibadah maupun muammalah sebagai pedoman kehidupan
untuk mencapai hidup di dunia dan akhirat.
b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam
yang diperoleh pada jenjang pendidikan dasar untuk dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
c. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dalam rangka mensyukuri ni’mat Allah dengan cara
31
32
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia,( Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1997), h, 5
Muhammad Azhar, Fiqih Kontemporer Dalam Pandangan Neomodernisme Islam, (Yogyakarta,
Lesiska, 1996), h. 4.
36
mengelola dan memanfaatkan lingkungan-lingkungan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan sehari – hari.
d. Menanamkan sikap dan nilai keteladanan terhadap perkembangan syari’at
Islam.
e. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Allah SWT yang telah
ditanamkan sejak pendidikan dasar dan pendidikan tingkat keluarga agar
dapat memperbaiki kesalahan, kelemahan dan kekurangan serta mampu
menangkal hal – hal yang negatif dari tingkat siswa atau budaya lain yang
dapat membahayakan perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia
seutuhnya.
2). Tujuan Pengajaran Fiqih.
Untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran
islam dalam aspek hukum baik berupa ajaran ibadah maupun ajaran muammalah dalam
rangka membentuk manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
serta untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
Download