12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Strategi Belajar Murder 1. Deskripsi Strategi Belajar Murder Profesi guru selaku manager dalam proses belajar mengajar memiliki kewenangan dalam mengupayakan serta mengatur jalannya sebuah pembelajaran, ditangan guru ditentukan strategi, pendekatan/metode, menentukan media sesuai dengan karakteristik materi, pengaturan suasana kelas dan lain sebagainya, harapannya adalah dengan kompetensi profesionalismenya guru mampu menciptakan nuansa belajar mengajar yang ideal, tepat dalam menggunakan strategi, metode/pendekatan, penggunaan media, serta sarana belajar yang lainya sehingga proeses belajar mengajar menghasilkan peserta didik dengan sejumlah kompetensi yang diharapkan. Salah satu kegiatan selama proses belajar-mengajar biasanya seorang guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu, baik yang dikerjakan secara mandiri maupun berkelompok. Seringkali siswa juga diminta membaca suatu topik guna menyusun suatu laporan singkat atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam suatu tes. Agar dapat melakukan hal di atas diperlukan penerapan strategi-strategi belajar yang diterapkan mengacu pada perilaku dan proses-proses berfikir yang digunakan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya termasuk proses memori atau mengingat. Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan 12 13 dengan belajar mengajar strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Dikemukakan Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain bahwa Ada empat langkah strategi dasar dalam belajar yang meliputi hal- hal sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingka laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. 2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. 3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat memperoleh tujuan. 4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan.1 Berangkat dari sinilah dengan masalah-masalah yang dijumpai dalam dunia pendidikan kita, dalam rangka mengembangkan system belajar yang efektif dan efisien diterapkan strategi belajar Murder yang diadopsi dari buku karya Bob Nelson “The Complete Problem Solver” yang merupakan gabungan dari beberapa kata yang meliputi: 1. Mood (Suasana Hati). Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Ranah kecerdasan emosional ini berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita bergembira, sendirian dan dengan orang lain, serta keseluruhan rasa puas dan kecewa yang kita rasakan. Ranah suasana hati umumnya juga memiliki dua skala, hal ini senada apa yang telah diungkapkan hamzah dalam orientasi baru dalam psikologi pembelajaran , yaitu sebagai berikut: 1 Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2006), h, 120. 14 a. Optimisme, yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis terutama dalam menghadapi masa-masa sulit. Dalam pengertian luas, optimisme berarti makna kemampuan melihat sisi tentang kehidupan dan memelihara sikap positif, sekalipun kita berada dalam kesulitan. Optimisme mengasumsikan adanya harapan dalam cara orang menghadapi kehidupan. b. Kebahagiaan, yaitu kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain, dan untuk bersemangat serta bergairah dalam melakukan setiap kegiatan.2 Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan bisa dilakukan: pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik, yaitu yang memenuhi unsur-unsur kesehatan, kedua, melalui pengelolaan yang hidup dan bervariasi yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber belajar yang relevan.3 Dari gambaran inilah dapat dipahami bahwa proses pembelajaran juga menuntut adanya suasana hati yang kondusif, bagaimanapun tidak ketika sebuah proses pembelajaran berjalan tetapi suasana hati peserta didik kurang kondusif maka ada kemungkinan proses situ berjalan kurang efektif, dikarenakan adanya rasa tidak nyaman, was-was dan lain sebagainya penyakit hati yang menggangu aktivitas pembelajaran. Yang pada akhirnya juga mempengaruhi hasil belajar yang dicapai bahkan tidak memungkinkan gagalnya proses pentranveran pesan-pesan kepada peserta didik. 2. Understand (Pemahaman) Berangkat dari sebuah pengertian pemahaman diterjemahkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dikatakan bahwa pemahaman adalah “mengerti benar atau mengetahui benar. Pemahaman dapat 2 3 Hamzah, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2006), h, 82. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan, (Jakarta, Kencana Prenada Media, 2006), h, 132. 15 diartikan juga menguasai tertentu dengan pikiran”4, maka dari sisi pengertian ini dapat dipahami belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap pengajar. Pemahaman memiliki arti mendasar yang meletakan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna lebih banyak. Dalam belajar unsur comprehension atau pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi dan reaksi, maka subjek belajar dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide atau skill kemudian dengan unsur organisasi, maka subyek belajar dapat menata hal- hal tersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis, karena mempelajari sejumlah data sebagaimana adanya, secara bertingkat atau angsur-angsur, subyek belajar mulai memahami artinya dan implikasi dari persoalan-persoalan secara keseluruhan. Perlu diingat bahwa comprehension atau pemahaman, tidaklah hanya sekedar tahu akan tetapi juga menghendaki agar subyek belajar dapat memanfaatkan bahanbahan yang telah dipelajari dan dipahami, kalau sudah demikian adanya maka belajar itu bersifat mendasar. “Jadi Pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari pengetahuan, 4 Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), h, 271 16 Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep”5. Tetapi dalam kenyataannya banyak para subyek belajar di sekolah-sekolah yang melupakan unsur-unsur comprehension atau pemahami ini. Kemudian perlu ditegaskan bahwa: Comprehension atau pemahaman itu adalah bersifat dinamis, dengan ini diharapkan akan bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang, akan tetapi apabila subyek belajar betul-betul memahami materi yang di sampaikan oleh para gurunya, maka mereka akan siap memberikan jawaban-jawaban yang pasti atas partanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam belajar.6 Untuk lebih jelasnya penulis kembali mengutip pendapat tohirin dalam karya yang sama yaitu Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di tegaskan bahwa Ada tiga macam pemahaman, yaitu: a. Pemahaman Terjemahan Yaitu kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya misalnya memahami kalimat bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia (terjemahan AlQur’an). b. Pemahaman Penafsiran Misal membedakan dua konsep yang berbeda. c. Pemahaman Ekstrapolasi Yakni kesanggupan melihat dibalik yang ditulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, dan memperluas wawasan.7 3. Recall (Pengulangan) Mengulang adalah usaha aktif untuk memasukkan informasi kedalam ingatan jangka panjang. Ini dapat dilakukan dengan proses mengikat fakta kedalam ingatan visual, auditorial, atau fisik. Karena pada dasarnya Otak banyak memiliki perangkat ingatan. Semakin banyak perangkat (Indra) yang dilibatkan, semakin baik pula sebuah 5 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2006), h, 152. 6 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 1996), h, 42. 7 Tohirin, Op.Cit. h, 152. 17 informasi baru tercatat. Teori pengulangan sebagai suatu teori belajar telah dinyatakan dengan jelas dalam Al-qur’an dimana Allah SWT menyuruh Adam mengulangi menyebutkan nama-nama benda. Hal yang sama terjadi ketika Allah SWT memerintahkan Nab Muhammad SAW membaca secara berulang, Allah SWT menyebutkan iqra’ dan memerintahkan Nabi Muhammad mengulanginya hal ini bias dilihat dalam Al-qur’an pada surat Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi: 1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.8 Firman tuhan ini dapat di mengerti bahwa Merecall tidak hany terhadap pengetahuan tentang fakta, tetapi juga mengingat akan konsep yang luas, generalisasi yang telah didistribusikan, definisi, metode dalam mendekati masalah. “Merecall bertujuan agar siswa memiliki kesempatan untuk membentuk atau menyusun kembali imformasi yang telah mereka terima”9. Jika kita ingin membuktikan tentang pentingnya mengulang, kita dapat melihat sebuah pengujian yang dilakukan terhadap anak usia lima belas tahun oleh peneliti Gates. Dia memberi mereka semua suku kata tak bermakna untuk dipelajari. Kata yang 8 9 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,(Jakarta, Intermasa, 1993), h. 486 Syaiful Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta, Asdi Mahasatya, 2005), h, 108. 18 tidak makna pasti sulit dipelajari karena memang tidak memiliki arti. Inilah yang dia temukan, dengan memeperhataikan bahwa setiap murid melewatkan jangka waktu yang sama persis untuk tugas belajar ini, hanya cara mereka melewatkan waktu itu yang berbeda. Untuk melihat presentase waktu dan pengulangan dengan kemampuan jumlah kata yang diingatnya peneliti deskripsikan pada table berikut: Table 2.1 Presentase Waktu dan Pengulangan Terghadap Suku Kata Yang Mampu Dingat % waktu membaca 100 % 80 % 60 % 40 % 20 % % waktu mengulang 0% 20 % 40 % 60 % 80 % Rata-rata jumlah suku kata yang diingat 65 92 98 105 137 Waktu yang digunakan untuk mengulang setidaknya dapat melipat duakan daya ingat. Waktu yang ideal untuk mengulang yang sudah dipelajari adalah saat anda kembali ketopik tersebut setelah jeda. Penelitian lain menunjukkan peningkatan mengingat hanya 4x lipat. Orang yang tidak mengulang saat belajar senantiasa memasukkan informasi baru tersebut lepas. Itu membuat belajar sulit karena akan ada lebih sedikit kata dalam otak yang dapat digunakan untuk mengaitkan atau mengasusiasikan sejumlah informasi baru berikutnya.10 4. Digest (Penelaahan) Upaya dalam mencapai keberhasilan selalu terus diupayakan oleh setiap tenaga pendidik, Keberhasilan sebagai hasil dari proses pengajaran diukur sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri diterjemahkan oleh Wina Sanjaya sebagai: 10 Colin Rose, Kuasai Lebih Cepat, (Bandung, Kaifa, 1999), h, 114-115. 19 Pengetahuan yang bersumber dari mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Sedangkan, mata pelajaran itu sendiri adalah pengalaman-pengalaman manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis kemudian diuraikan dalam bukubuku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu yang harus dikuasai siswa.11 Isi atau materi pelajaran merupakan komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Dalam konteks tertentu, materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran. Artinya, sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi. Hal ini bisa dibenarkan manakala tujuan utama pembelajaran adalah “penguasaan materi pembelajaran (subject centeret teaching)”12. Untuk dapat mengusai materi siswa tidak hanya berpedoman pada satu buku, karena pada dasarnya ada berbagai sumber yang bisa dijadikan sumber untuk memperoleh pengetahuan. Beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan dalam setting proses belajar di dalam kelas diantaranya adalah: a. Manusia Sumber Alat dan bahan pengajaran misalnya buku-buku, majalah, koran, dan bahan cetak lainnya, film slide, foto, gambar, dan lain- lain. b. Berbagai Aktifitas dan Kegiatan Yang dimaksud aktifitas adalah segala perbuatan yang disengaja dirancang guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa seperti diskusi, demonstrasi, simulasi, melakukan percobaan dan lain- lain. c. Lingkungan atau Setting Adalah segala sesuatu yang dapat memungkinkan siswa belajar misalnya gedung sekolahan, perpustakaan, taman, laboratorium, kantin sekolahan dan lain- lain.13 5. Expand (Pengembangan) Pengembangan merupakan hasil komulatif dari pada pembelajaran. Hasil dari proses pembelajaran adalah perubahan perilaku siswa. Individu akan memperoleh 11 Wina Sanjaya, Op.Cit. h, 96. 12 Ibid, h, 53 13 Ibid, h, 173 20 perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif, didasari dan sebagainya. Perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran ialah perilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan motorik. Yang perlu diingat ialah bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah perubahan perilaku secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek saja. Beberapa pakar menyebutkan adanya beberapa jenis perilaku sebagai hasil pembelajaran. Benyamin Bloom dalam Mohammad Surya menyebutkan “ada tiga kawasan perilaku sebagai hasil pembelajaran yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Liindgren menyebutkan bahwa isi pembelajaran terdiri atas kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap”14. 6. Review (Pelajari Kembali) Suatu proses pembelajaran akan berlangsung dengan efektif apabila informasi yang dipelajari dapat diingat dengan baik dan terhindar dari lupa. Mengingat adalah proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran setelah diberikan tafsiran. Proses mengingat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang meliputi faktor individu, faktor sesuatu yang harus diingat, dan faktor lingkungan. Dari individu, proses mengingat akan lebih efektif apabila individu memiliki minat yang besar, motivasi yang kuat, memiliki metode tertentu dalam pengamatan dan pembelajaran. “Maka dari itulah 14 Mohammad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Jakarta, Pusataka Bani Quraisy, 2004), h, 17. 21 mempelajari kembali materi yang sudah dipelajari merupakan usaha agar ingatan itu tidak mudah lepas”15 2. Tujuan Pembelajaran Murder Pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. dari pernyataan tersebut mereka mengajarkan bagaimana belajar yang merupakan tujuan pendidikan yang amat penting dan utama, namun tidak banyak para pendidik yang mampu mewujudkan tujuan ini. Untuk itu Norman dalam buku strategi–strategi belajar menghimbau agar dalam pembelajaran seorang guru lebih banyak mengajarkan bagaimana belajar. Alur berfikir Norman tersebut mengandung pengertian mendalam dan memberikan argumen kuat untuk pentingnya pengajaran strategi. Untuk itu pengajaran strategi diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu untuk belajar secara mandiri dan memonitor belajar mereka sendiri, sehingga menjadi pembelajar mandiri yang dapat melakukan empat hal sebagai berikut: 1. Secara cermat mendiagnose suatu situasi pembelajaran tertentu. 2. Memilih suatu strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajar tertentu yang dihadapi. 3. Memonitor keefektifan belajar tersebut. 4. Termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalah terselesaikan.16 15 Ibid, h, 72 16 Muhammad Nur, Strategi-strategi Belajar, (Surabaya, Unipress, 2004), h, 5. 22 3. Teori Yang Mendukung Pengajaran Strategi Belajar Murder Dukungan teori untuk strategi ini adalah teori pemerosesan informasi (Robert Gagne). Teori pembelajaran yang dikemukakan oleh Robert Gagne disebut dengan “teori pemerosesan informasi” (Information Processing Theory) dan “teori-teori pembelajaran” (Condition Of Learning). Asumsi yang mendasari teori Gagne adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Pengembangan merupakan hasil kumulatif dari pada pembelajaran. Hasil pembelajaran individu merupakan kumpulan keseluruhan hasil-hasil pembelajaran sebelumnya yang saling terkait. Gagne berpendapat bahwa: Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam pemrosesan itu informasi itu terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal adalah: 1. Keadaan didalam dari individu yang diperlukan untuk mencapai hasil-hasil pembelajaran. 2. Proses kognitif yang terjadi dari dalam individu selama proses pembelajaran berlangsung.17. Sedangkan kondisi eksternal adalah berbagai rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Interaksi antara kondisi internal dan kondisi eksternal menghasilkan hasil pembelajaran. Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran dari pemerosesan yang berupa kecakapan manusia (Human Capabilities) yang terdiri atas: 1. Informasi Verbal 2. Kecakapan Intelektual 3. Strategi Kognitif 4. Sikap 17 Imron, http//republik-online.com.-pendidikan masa depan. Diakses 24 Agustus 2010. 23 5. Kecakapan Motorik18 Guna melihat beberepa kecapan manusia atau yang kita kenal sebagai (Human Capabilities) berdasarkan konsep teori Gagne tersebut peneliti deskripsikan masing – masing dari item tersebut sebagai berikut: 1. Informasi Verbal Informasi verbal adalah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis atau lisan. Informasi verbal adalah berupa pemberian nama atau label terhadap suatu benda atau fakta, pemberian definisi atau pengertian, atau perumusan mengenai berbagai hal dalam bentuk verbal. 2. Kecakapan Intelektual Kecakapan intelektual adalah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang menggunakan simbol-simbol. Misalnya simbolsimbol dalam bentuk matematik, seperti penambahan, pengurangan, pembagian, perkalian dan sebagainya. Kecakapan intelektual ini mencakup kecakapan dalam membedakan (diskriminasi). Konsep intelektual sangat diperlukan dalam menghadapi pemecahan masalah. 3. Strategi Kognitif Strategi kognitif ialah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan mengelola (management) keseluruhan aktivitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini kemampuan mengendalikan ingatan dan 18 Mohammad Surya, Op.Cit, h , 40-43. 24 cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kalau kecakapan intelektual lebih banyak terarah kepada proses pemikiran pelajar. Strategi kognitif ini memberikan kemudahan bagi para pelajar untuk memilih informasi verbal dan kecakapan intelektual yang sesuai untuk diterapkan selama proses pembelajaran dan berfikir. 4. Sikap Sikap ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat diartikan sebagai keadaan didalam diri individu yang akan memberi arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau rangsangan. Dalam sikap terdapat pemikiran, peradaan yang menyertai pemikiran, dan kesiapan untuk bertindak. 5. Kecakapan Motorik Kecakapan motorik ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik. 4. Langkah-langkah dalam Strategi Belajar Murder Berdasarkan dari pengertian di atas mengenai strategi belajar Murder, maka dalam pembahasan selanjutnya merupakan langkah- langkah penerapan strategi belajar Murder yang dikemukakan oleh Joko Susilo, dalam karyanya berjudul Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar adalah sebagai berikut: 1. Langkah pertama berhubungan dengan suasana hati (Mood) adalah ciptakan suasana hati yang positif untuk belajar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menentukan waktu, lingkungan dan sikap belajar yang sesuai dengan kepribadian siswa. 25 2. Langkah kedua berhubungan dengan pemahaman adalah segera tandai bahan pelajaran yang tidak dimengerti. Pusatkan perhatian pada mata pelajaran tersebut atau ada baiknya melakukan bersama beberapa kelompok latihan. 3. Langkah ketiga berhubungan dengan pengulangan adalah setelah mempelajari satu bahan dalam suatu mata pelajaran, segeralah berhenti. Setelah itu, ulangi membahas bahan pelajaran itu dengan kata-kata siswa. 4. Langkah keempat yang berhubungan dengan penelaahan adalah segera kembali pada bahan pelajaran yang tidak dimengerti. Carilah keterangan mengenai mata pelajaran itu dari artikel, buku teks atau sumber lainnya. Jika masih belum bisa, diskusikan dengan guru atau teman kelompok. 5. Langkah kelima berhubungan dengan pengembangan adalah tanyakan pada diri sendiri mengenai tiga masalah di bawah ini, begitu selesai mempelajari satu mata pelajaran, yaitu: a. Andaikan bisa bertemu dengan penulis materi, pertanyaan atau kritik apa yang diajukan? b. Bagaimana bisa mengaplikasikan materi tersebut pada hal yang disukai? c. Bagaimana bisa membuat informasi ini menjadi menarik dan mudah dipahami oleh siswa lainnya? 6. Langkah keenam yang berhubungan dengan review adalah pelajari kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari. 19 B. Hakikat Hasil Belajar Fiqih 1. Deskripsi Hasil Belajar Fiqih Sebelum membahas tentang hasil belajar siswa, ada baiknya terlebih dahulu penulis paparkan mengenai definisi hasil belajar itu sendiri. Belajar menurut pandangan orang awam adalah kegiatan seseorang yang tampak dalam wujud duduk dikelas, mendengarkan guru yang sedang menerangkan, menghafal atau mengerjakan kembali apa yang telah diperoleh di sekolah. Mereka memandang belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam materi pelajaran. Untuk menghindari kesalahan persepsi, beberapa ahli memberikan definisi yang tidak hanya sekedar memandang belajar sebagai proses transformasi pengetahuan dan 19 Joko Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, (Yogyakarta, Pinus Book Publisher, 2006), h, 158. 26 siswa sebagai obyek pendidikan. Tapi belajar adalah “proses yang memungkinkan berbagai potensi yang ada pada anak didik dalam berinteraksi dengan fakta-fakta yang muncul atau dengan lingkungan belajar sebagai satu kesatuan”20. Dalam hal ini anak didik adalah subyek pengetahuan, sehingga ia dituntut untuk selalu aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya sebagai acuan pembanding Dalam bukunya "Educational Psychology": The teaching learning process, Skinner berpendapat yang kembali dikutip muhibin syah bahwa belajar adalah “suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara prgogresif”21. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Sedangkan makna hasil sendiri adalah perolehan, atau tercapainya suatu maksud atau tujuan. Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan belajar mengajar (KBM). Hasil belajar dapat juga dipandang sebagai ukuran seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai. Menurut Sutratinah Tirtonegoro dalam surya brata bahwa hasil belajar adalah “penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau symbol yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh siswa atau anak dalam periode tertentu”22. 20 Atang Kusdianar, Pendekatan dalam proses belajar mengajar, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1994), h, 21 21 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999), h, 61 22 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan , (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1998), h, 232 27 Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh individu berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga ia mengalami perubahanperubahan tingkah laku yang baru dan memiliki kemampuan-kemampuan yang baru pula. Dengan kata lain hasil belajar siswa dapat diartikan sebagai kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, yang senantiasa akan dipengaruhi oleh “tignkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa” 23. 2. Jenis-jenis hasil belajar Dalam sistem pendidikan nasional, klasifikasi hasil belajar didasarkan pada teori Benyamin Bloom yang membaginya menjadi 3 ranah, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Jenis Hasil Belajar pada bidang Kognitif, jenis ini dibagi menjadi 6, yaitu: 1) Mengetahui, Yaitu kemampuan untuk mengenal atau mengingat kembali sesuatu obyek, ide prosedur, prinsip atau teori yang sudah dipelajari. 2) Memahami Yaitu kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. 3) Menerapkan Yaitu kemampuan menerapkan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru (konkrit). 4) Menganalisa Yaitu kemampuan untuk menguraikan suatu bahan kedalam unsurunsurnya agar struktur organisasinya dapat dimengerti. 5) Mensintesis Yaitu kemampuan untuk mengumpulkan suatu bagian-bagian untuk membentuk suatu kesatuan yang baru. 6) Mengevaluasi Yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan (menentukan nilai) sesuatu yang dipelajari untuk tujuan tertentu. 24 Sedangkan Jenis Hasil Belajar pada bidang afektif/Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai sebagai hasil belajar, kategori ranah afektif meliputi: 23 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2004), h. 147. 24 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran,( Jakarta, Bumi Aksara, 2001), h, 77 28 1) Menerima (receiving) Yaitu suatu keadaan sadar, kemauan untuk memperhatikan. Dalam menerima siswa diminta untuk menunjukkan kesadaran, kesediaan untuk menerima dan perhatian terkontrol atau terpilih. 2) Menanggapi (Responding) Yaitu suatu sikap terbuka ke arah kemauan untuk merespon stimulasi yang dating dari luar. 3) Menilai (Valuing) Yaitu penerimaan terhadap nilai-nilai. 4) Mengorganisasi (Organization) Yaitu mengembangkan nilai keadaan sistem organisasi, menyatukan nilai-nilai yang berbeda. 5) Berpribadi (Characterization) Yaitu kemampuan untuk menghayati atau mempribadikan sistem nilai yang dimiliki. Berpengaruh terhadap tingkah lakunya.25 Jenis Hasil Belajar pada bidang psikomotorik. Hasil belajar ranah ini merupakan tingkah laku nyata dan dapat diamati. Hasil belajar ranah ini meliputi: 1) Persepsi, Penggunaan lima panca indra untuk memperoleh kesadaran dalam menerjemahkan menjadi tindakan. 2) Kesiapan Keadaan siap untuk merespon secara mental, fisik dan emosional. 3) Respon Terbimbing Mengembangkan kemampuan dalam aktivitas mencatat dan membuat laporan. 4) Mekanisme Respon fisik yang telah dipelajari menjadi kebiasaan. 5) Respon yang unik Tindakan motorik yang rumit dipertunjukkan dengan terampil dan efisien. 6) Adaptasi Mengubah respon dalam situasi yang baru. 7) Organisasi Menciptakan tindakan-tindakan baru26 3. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar Pada dasarnya hasil belajar juga sangat ditentukan oleh beberapa faktor, secara umum faktro-faktor tersebut diklasifikasaikan menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu : 25 Ibid, h, 79 26 Ibid, h, 83 29 a. Faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yaitu meliputi : kemampuan, motivasi, minat, perhatian, sikap serta kebiasaan, ketekunan, soisal, ekonomi, dan sebagainya. b. Faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa, dapat mencakup beberapa aspek diantaranya sekolah, masyarakat dan kurikulum itu sendiri. 1) Sekolah :Lingkungan belajar yang mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran meliputi: kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah. 2) Masyarakat : Lingkungan masyarakat yang mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya adalah keluarga dan teman bergaul serta bentuk kehidupan masyarakat sekitar. 3) Kurikulum : Kurikulum merupakan suatu program yang disusun secara terinci dengan menggambarkan kegiatan siswa di sekolah dengan bimbingan guru. Penyusunan kurikulum yang ditetapkan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena itu dalam penyusunan kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi, selain itu juga lingkungan dan kondisi siswa, karena kebutuhan siswa dimasa yang akan datang tidak akan sama dengan kebutuhan siswa pada masa sekarang.27 Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi belajar mengklarifikasikan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain sebagai berikut: “a. Faktor stimulasi belajar, b. Faktor-faktor metode belajar c. Faktor-faktor individual” 28 hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: 27 Nana sudjana, Op.Cit, h, 22 – 24 28 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar , (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada), 2006, h, 130-134 30 a. Faktor stimulasi belajar Faktor stimulasi belajar adalah segala hal diluar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Beberapa hal yang berhubungan dengan faktor-faktor stimulasi belajar yaitu: 1) Panjangnya bahan pelajaran. 2) Kesulitan bahan pelajaran. 3) Berartinya bahan pelajaran. 4) Berat ringannya tugas. 5) Suasana lingkungan eksternal.29 Faktor-faktor stimulus diatas untuk lebih jelasnya penulis paparkan sebagai berikut: 1) Panjangnya bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu yang diperlukan untuk mempelajarinya. Panjangnya waktu belajar dapat menimbulkan kejemuan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. 2) Kesulitan bahan pelajaran. Makin sulit suatu bahan pelajaran, makin lambat umtuk mempelajarinya. Sebaliknya, makin mudah bahan pelajaran semakin cepat untuk mempelajarinya. 3) Berartinya bahan pelajaran. Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali, dan bahan yang berarti memungkinkan individu untuk belajar karena individu dapat mengenalnya. 29 Ibid, h, 131 31 4) Berat ringannya tugas. Tugas-tugas yang terlalu ringan atau mudah dapat mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas-tugas yang terlalu berat atau sukar dapat membuat individu jera untuk belajar. Berat ringannya tugas sangat berhubungan erat dengan tingkat kemampuan individu yang berbeda dan tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. 5) Suasana lingkungan eksternal. Suasana lingkungan eksternal meliputi cuaca, waktu, kondisi tempat, dan sebagainya. Faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajarnya. Sebab individu yang belajar adalah berinteraksi dengan lingkungannya. b. Faktor-faktor metode belajar Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, akan berpengaruh terhadap metode yang dipakai oleh si pelajar. Misalnya penggunaan metode drill siswa dapat memantapkan pemahamannya melalui latihan dan praktek-praktek. Hal ini akan meningkatkan keterampilan belajar siswa. c. Faktor-faktor individual Adapun faktor-faktor individual siswa meliputi: 1) Kematangan 2) Faktor usia 3) Kesehatan jasmani 4) Kondisi kesehatan rohani 5) Motivasi30 30 Ibid, h, 132 32 1) Kematangan Kematangan memberikan kondisi dimana sistem syaraf dan otak menjadi berkembang dan akan menumbuhkan kapasitas mental seseorang. Dan kapasitas mental seseorang akan mempengaruhi hasil belajar. 2) Faktor usia Usia merupakan faktor penentu dari pada tingkat kemampuan belajar individu. Anak yang lebih tua adalah lebih kuat, lebih sanggup untuk melakukan aktivitas dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak yang berusia lebih muda. 3) Kesehatan jasmani Orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Kondisi yang tidak sehat misalnya sakit atau lelah akan mengganggu keefektifan belajar seseorang. 4) Kondisi kesehatan rohani Selain kondisi fisik, keadaan psikis seseorang juga akan mempengaruhi belajarnya.anak yang dalam keadaan frustasi, tidak akan dapat menangkap pelajaran dengan baik, sebaliknya anak akan lebih mudah berkosentrasi jika ia senang dengan kegiatan pembelajaran yang ia lakukan. 5) Motivasi Motivasi sangat penting dalam proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme, motivasi dapat meningkatkan hasil belajar karena motivasi adalah semangat. Tanpa adanya semangat untuk belajar kegiatan belajar tidak akan menyenangkan dan siswa akan cepat jenuh. Semakin tinggi tingkat kejenuhan, semakin rendah hasil belajar yang dicapai siswa. 33 Dari beberapa faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam: a. Faktor internal siswa Faktor internal siswa mencakup dua aspek yaitu fisiologi (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). 1) Aspek Fisiologi Aspek Fisiologi adalah segala keadaan yang tampak pada fisik atau jasmani seseorang. Misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 2) Aspek Psikologi Banyak faktor yang termasuk Aspek Psikologi yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa. Namun dipandang lebih esensial lagi adalah sebagai berikut: a) Intelegensi, yaitu kecenderungan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. b) Sikap, yaitu kecenderungan untuk mereaksi atau merespon balik secara positif maupun negatif. c) Bakat, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan dimasa yang akan datang. d) Minat, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu. e) Motivasi, yaitu pemasok daya yang mendorong individu untuk berbuat sesuatu. 34 b. Faktor eksternal siswa Yaitu faktor dari luar siswa meliputi kondisi lingkungan yang ada disekitar siswa, baik lingkungan sosial maupun non sosial. 1) Faktor sosial Yang dimaksud faktor sosial adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu hadir ataupun kehadirannya tidak secara langsung. Kehadiran orang lain pada waktu belajar akan mempengaruhi belajar seseorang dan akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, keadaan keluarga dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. 2) Faktor Non sosial Adapun yang dimaksud faktor non sosial dalam hal ini adalah diantaranya gedung sekolah, tempat tinggal siswa, alat – alat belajar, cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut turut menentukan hasil belajar siswa. c. Faktor Pendekatan belajar Faktor pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu17. Karena itu faktor pendekatan belajar juga turut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. 35 C. Hakikat Bidang Studi Fiqih 1. Deskripsi Bidang Studi Fiqih Pengertian fiqih secara “etimologis berarti paham yang mendalam, sedangkan secara terminologis fiqih adalah hukum–hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliyah) yang diperoleh dari dalil–dalil yang rinci”31. Sedangkan menurut Dr. H. Muslim Ibrahim, M.A mendefinisikan bahawa: Fiqih sebagai suatu ilmu yang mengkaji hukum syara’ yaitu firman allah yang berkaitan dengan aktifitas muallaf beruoa tuntunan seperti wajib, haram, sunnah dan makruh atau pilihanyaitu mubah, ataupun ketetapan seperti syatar dan mani’ yang kesemuanya digali dari dalil – dalil Nya yaitu Al-Qur’an, as-sunnah melalui dalil – dalil yang terinci seperti ijma’, qiyas, dan lain - lain32 2. Fungsi dan tujuan Fiqih 1). Fungsi Mata Pelajaran Fiqih. Fungsi mata pelajaran fiqih adalah: a. Menyiapkan pengetahuan tentang ajaran Islam dalam aspek hukum, baik berupa ajaran ibadah maupun muammalah sebagai pedoman kehidupan untuk mencapai hidup di dunia dan akhirat. b. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran Islam yang diperoleh pada jenjang pendidikan dasar untuk dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. c. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dalam rangka mensyukuri ni’mat Allah dengan cara 31 32 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia,( Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1997), h, 5 Muhammad Azhar, Fiqih Kontemporer Dalam Pandangan Neomodernisme Islam, (Yogyakarta, Lesiska, 1996), h. 4. 36 mengelola dan memanfaatkan lingkungan-lingkungan untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari – hari. d. Menanamkan sikap dan nilai keteladanan terhadap perkembangan syari’at Islam. e. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Allah SWT yang telah ditanamkan sejak pendidikan dasar dan pendidikan tingkat keluarga agar dapat memperbaiki kesalahan, kelemahan dan kekurangan serta mampu menangkal hal – hal yang negatif dari tingkat siswa atau budaya lain yang dapat membahayakan perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 2). Tujuan Pengajaran Fiqih. Untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran islam dalam aspek hukum baik berupa ajaran ibadah maupun ajaran muammalah dalam rangka membentuk manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.