PENGKONDISI SINYAL ANALOG 2.1 PENDAHULUAN Bermacam-macam transduser yang diperlukan untuk mantransformasi bermaca-macam variabel dinamik dalam sistem kontrol proses ke listrik analog menghasilkan bermacam-macam karakteristik sinyal resultan. Pengkondisi sinyal digunakan untuk mengkonversinya ke bentuk yang susuai dengan interface dengan elemen-elemen yang lain dalam loop kontrol proses. Dalam bab ini difokuskan pada konversi analog, dimana output dikondisikan pada sinyal analog. 2.2 PRINSIP-PRINSIP PENGKONDISI SINYAL ANALOG Sebuah transduser mengukur suatu variabel dinamik dengan mengkonversinya kedalam sinyal elektrik. Untuk mengembangkan transduser seperti ini, banyak dipengaruhi oleh kondisi alam sehingga hanya ada beberapa tipe yang dapat digunakan untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Efek pengkondisi sinyal sering dinyatakan dengan fungsi alihnya (transfer function). Dengan istilah ini kita menghubungkan efek yang ditimbulkan dengan sinyal input. Jadi, sebuah amplifier sederhana mempunyai fungsi alih dari beberapa konstanta yang, ketika dikalikan dengan tegangan input, memberikan tegangan output. 2.2.1 Perubahan Level Sinyal Metode paling sederhana dari pengkondisi sinyal adalah pengubahan level sinyal. Contoh yang paling umum adalah untuk penguatkan atau pelemahkan level tegangan. Secara umum, aplikasi kontrol proses dihasilkan dalam variasi sinyal frekuensi rendah secara lambat dimana amplifier respon d-c atau frekuensi rendah bisa dipakai. Suatu faktor penting dalam pemilihan sebuah amplifier adalah impedansi input yang amplifier tawarkan kepada transduser (atau elemen-elemen lain yang menjadi input). 2.2.2 Linierisasi Linierisasi bisa dihasilkan oleh sebuah amplifier yang gainnya sebuah fungsi level tegangan untuk melinierkan semua variasi tegangan input ke tegangan output. Sebuah contoh sering terjadi pada sebuah transduser dimana outputnya adalah eksponensial berkenaan dengan variabel dinamik. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat sebuah contoh yang dimaksud dimana tegangan transduser diasumsikan eksponensial terhadap intensitas cahaya I. Bisa dituliskan sebagai VI = V0e-αt+ Dimana VI V0 α = tegangan output pada intensitas I = tegangan intensitas zero = konstanta eksponensial (2-1) I = intensitas cahaya Untuk melinierkan sinyal ini digunakan secara logaritma terhadap input amplifier yang outputnya bervariasi VA = K ln(VIN) Dimana VA K VIN (2-2) = tegangan output amplifier = konstanta kalibrasi = tegangan input amplifier = VI [dalam Pers. (2-1)] Dengan substitusi Persamaan (2-1) ke Persamaan (2-2) dimana VIN = VI diperoleh VA = K ln(V0) – αKI (2-3) Gambar 2.1 Contoh sebuah output transduser nonlinier. Disini, intensitas cahaya diasumsikan untuk menghasilkan tegangan output. Gambar 2.2 Pengkondisi sinyal yang bagus menghasilkan tegangan output yang berubah secara linier terhadap intensitas cahaya. Output amplifier berubah secara linier dengan intensitas tetapi dengan offset K ln V0 dan faktor skala dari αK seperti diperlihatkan pada Gambar 2.2. Untuk mengeliminasi offset dan menyediakan kalibrasi yang diinginkan dari tegangan versus intensitas dapat digunakan pengkondisi sinyal. 2.2.3 Konversi Sering kali, pengkondisi sinyal digunakan untuk mengkonversi suatu tipe variasi elektrik kepada tipe lainnya. Sehingga, satu kelas besar dari transdusertransduser menyediakan perubahan tahanan dengan perubahan dalam variabe dinamik. Dalam kasus ini, adalah perlu dibuat sebuah rangkaian untuk mengkonversi perubahan tahanan ini baik kedalam sinyal tegangan maupun arus. Secara umum ini dipenuhi oleh jembatan-jembatan bila perubahan sebagian tahanan adalah kecil dan/atau dengan amplifier-amplifier yang gainnya berubah terhadap tahanan. 2.2.4 Penapis dan Penyesuai Impedansi Sering sinyal-sinyal gangguan dari daya yang besar muncul dalam lingkungan industri, seperti sinyal-sinyal frekuensi saluran standar 60 Hz dan 400 Hz. Transien start motor juga dapat mengakibatkan pulsa-pulsa dan sinyal-sinyal yang tidak diperlukan lainnya dalam loop kontrol proses. Dalam banyak kasus, perlu digunakan high pass, low pass dan notch filter untuk mengurangi sinyalsinyal yang tidak diinginkan dari loop. Filter seperti ini dapat dipenuhi oleh filter pasif yang hanya menggunakan resistor, kapasitor, induktor, atau filter aktif, menggunakan gain dan feedback. Penyesuai impednsi adalah sebuah elemen penting dari pengkondisi sinyal ketika impedansi internal transduser atau impedansi saluran dapat mengakibatkan error dalam pengukuran variabel dinamik. Baik jaringan aktif maupun pasif juga dipakai untuk menghasilkan penyesuai seperti ini. 2.3 RANGKAIAN JEMBATAN DAN POTENSIOMETER Rangkaian jembatan terutama digunakan sebagai sebuah alat pengukur perubahan tahanan yang akurat. Rangkaian seperti ini terutama berguna bila perubahan fraksional dalam impedansi sangat kecil. Rangkaian potensiometerik digunakan untuk mengukur tegangan dengan akurasi yang baik dan impedansi sangat tinggi. 2.3.1 Rangkaian Jembatan Rangkaian jembatan adalah rangkaian pasif yang digunakan untuk mengukur impedansi dengan teknik penyesuaian potensial. Dalam rangkaian ini, seperangkat impedansi yang telah diketahui secara akurat diatur nilaianya dalam hubungannya terhadap satu yang belum diketahui sampai suatu kondisi yang ada dimana perbedaan potensial antara dua titik dalam rangkaian adalah nol, yaitu setimbang. Kondisi ini menetapkan sebuah persamaan yang digunakan untuk menemukan impedansi yang tidak diketahui berkenaan dengan nilai-nilai yang diketahui. JEMBATAN WHEATSTONE Rangkaian jembatan yang paling sederhana dan paling umum adalah jembatan d-c Wheatstone seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3. Rangkaian ini digunakan dalam aplikasi pengkondisi sinyal dimana transduser mengubah tahanan dengan perubahan variabel dinamik. Beberapa modifikasi dari jembatan dasar ini juga dipakai untuk aplikasi spesifik lainnya. Pada Gambar 2.3 obyek yang diberi label D adalah detektor setimbang yang digunakan untuk membandingkan potensial titik a dan b dari rangkaian. Dalam aplikasi paling modern detektor setimbang adalah amplifier diferensial impedansi input sangat tinggi. Dalam beberapa kasus, Galvanometer yang sensitif dengan impedansi yang relatif rendah bisa digunakan, khususnya untuk kalibrasi atau instrumeninstrumen pengukuran tunggal. Untuk analisis awal kita, anggap impedansi detektor setimbang adalah tak hingga, yaitu rangkaian terbuka. Gambar 2-3 Jembatan d-c Wheatstone Dalam kasus ini beda potensial, V antara titik a dan b, adalah V = Va – Vb Dimana Va Vb (2-4) = potensial titik a terhadap c = potensial titik b terhadap c Nilai Va dan Vb sekarang dapat dicari dengan memperhatikan bahwa Va adalah hanya tegangan sumber, V, dibagi antara R1 dan R3 Va VR3 R1 R3 (2-5) Dengan cara yang sama Vb adalah tegangan yang terbagi diberikan oleh Vb Dimana VR4 R2 R4 (2-6) V = tegangan sumber jembatan R1,R2,R3,R4 = resistor-resistor jembatan seperti diberikan oleh Gambar 2.3. Jika sekarang kita kombinasikan Persamaan (2-4), (2-5), (2-6), beda tegangan atau offset tegangan, dapat ditulis V VR3 VR4 R1 R3 R2 R4 (2-7) Setelah beberapa aljabar, pembaca dapat memperlihatkan bahwa persamaan ini berkurang menjadi V V R2 R3 R1R4 ( R1 R3 ).( R2 R4 ) (2-8) Persamaan (2-8) memperlihatkan bagaimana beda potensial melalui detektor adalah fungsi dari tegangan sumber dan nilai resistor. Karena tampilan yang berbeda dalam numerator Persamaan (2-8), jelas bahwa kombinasi khusus dari resistor dapat ditemukan yang akan menghasilkan perbedaan nol dan tegangan nol melewati detektor, yaitu, setimbang. Jelas, kombinasi ini, dari pemeriksaan Persamaan (2-8), adalah R3R2 = R1R4 (2-9) Persamaan (2-9) mengindikasikan bahwa kapan saja sebuah jembatan Wheatstone dipasang dan resistor diatur untuk setimbang detektor, nilai-nilai resistor harus memenuhi persamaan yang didindikasikan. Tidak masalah jika tegangan sumber berubah, kondisi setimbang dipertahankan. Persamaan (2-8) dan (2-9) menekankan aplikasi jembatan Wheatstone untuk aplikasi kontrol proses yang menggunakan detektor impedansi input tinggi. 2.3.2 Rangkaian Potensiometer Pengukuran tegangan dalam kontrol proses sering kali harus dibuat pada impedansi sangat tinggi dan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Banyak rangkaian modern yang menggunakan divais aktif telah dikembangkan pada akhir-akhir ini untuk melakukan pengukuran-pengukuran seperti ini. Selama bertahu-tahun metode yang dapat diandalkan untuk pengukuran-pengukuran seperti ini, yang akurat dan impedansi tinggi, hanya potensiometer. Pada dasarnya, rangkaian ini adalah sebuah pembagi tegangan yang mengukur tegangan yang tidak diketahui dengan mengatur yang telah diketahui, yaitu tegangan yang terbagi sampai sesuai/cocok dengan yang diketahui. Teknik ini dapat difahami dari satu pemeriksaan Gambar 2.10. Pembagi tegangan dikonstruksi oleh R1, R2 dan R secara seri yang dihubungkan ke tegangan sumber kerja., Vw. R2 adalah resistor presisi dan tertentu, sedangkan R1 adalah resistor yang presisi dan variabel linier. Resistor kalibrasi R adalah variabel (yang nilai sebenarnya belum pernah digunakan dalam perhitungan apa pun), dan Vw adalah sumber yang mempunyai tegangan yang memamadai (seperti yang akan ditetapkan nanti) dan stabil. Supply VREF adalah sebuah standar kalibrasi yang mempunyai tegangan yang telah diketahui secara akurat. Unit D1 dan D2 keduanya adalah detektor setimbang dan bisa berupa galvanometer ataupun detektor tegangan impedansi tinggi. Vx adalah tegangan yang tidak diketahui yang akan diukur. Gambar 2.10 Sebuah rangkaian dasar potensiometer Kalibrasi dari pembagi tegangan dipenuhi dengan menutup saklar S1 dan mengatur R sampai detektor D1 mengindikasikan setimbang. Dalam kondisi ini kita akan menetapkan/membuktikan bahwa Va = VREF sesuai akurasi dari detektor kesetimbangan. Secara efektif ini mengkalibrasi rangkaian pembagi karena Va dibagi antara resistor presisi R1 dan R2. Penyapu R1 menyapu tegangan antara zero pada bagian bawah dan Vb pada bagian atas dari resistor variabel. Tegangan Vb dicari dari Vb = R1Va R1 R2 (2-23) Karena Va = VREF, kita mempunyai identifikasi Vb secara langsung dalam hubungan VREF. Sekarang jika penyapu R1 adalah bagian/pecahan α dari sisi ground, tahanan diatas penyapu adalah (1-α)R. Jika sebuah tegangan yang tidak diketahui diberikan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.10 dan penyapu diatur sampai detektor D2 menunjukkan nol, tegangan penyapu dan tegangan yang tidak diketahui adalah sama. Jadi, tegangan yang tidak diketahui diberikan oleh Vx = αVb Dimana α Vb = bagian/pecahan R untuk terjadinya kondisi setimbang = tegangan titik b yang diberikan oleh Persamaan (2-23) Dalam beberapa kasus resitor variabel R1 diberi penskalaan dengan pembagian, seperti pembagian yang dapat dibaca 1000. Dalam kasus ini, α adalah hanya sejumlah pembagian yang menghasilkan keadaan setimbang dari detektor D2. Perhatikan bahwa sekali pembagi dikalibrasi, tegangan acuan VREF dan detktor D1 tidak diperlukan lebih lama. CONTOH 2.9 Sebuah rangkaian potensiometer mempunyai R1 = 1 k dengan pembagian 1000, R2 = 2500 , dan sebuah acuan VREF = 1,00329 V dengan kondisi setimbang untuk α = 225 pembagian. Cari tegangn yang tidak diketahui. PENYELESAIAN Dari Gambar 2.10 kita cari Vb, dimana kalibrasi mengeset Va = 1,00329, hingga R1Va R1 R2 (1000)(1,00329) 0,28665volt Vb = 1000 2500 Vb = (2-23) dengan α = 225 pembagian, kita lihat bahwa Vx adalah Vx = 225 (0,28665) 0,0645volt 1000 CONTOH 2.10 Rancanglah sebuah potensiometer yang akan mengukur 0-100 mV dengan resistor variabel 1 k pembagian 1000. Gunakan sebuah batre kerja 6 volt dan sebuah sel acuan 1,35629 volt. PENYELESAIAN Sasaran pertama kita adalah menentukan nilai R2 yang akan memberikan Vb = 100 mV. Ini bisa dicari dari Persamaan (2-23) 0,1 volt = (1,35629)(1k) R2 1k Penyelesaian untuk R2 kita dapatkan R2 = 12,5629 K Sekarang R dapat dicari dengan mengetahui bahwa 6 – 1,35629 4,64 harus jatuh di R pada arus pembagi. Arus pembagi ini adalah ID VREF R1 R2 1,35629 1k 12,563k I D 0,1mA ID Kemudian kita cari R 46,6 k Kita pilih sebuah resistor variabel untuk menyediakan tahanan tersebut. 2.4 OPERASIONAL AMPLIFIER Seperti dibahas dalam bagian 2.2, ada banyak macam syarat untuk pengkondisi sinyal dalam kontrol proses. Dalam bagian 2.3 dianggap dua hal umum, rangkaian pasif yang dapat memberikan operasi sinyal yang diperlukan, jembatan dan potensiometer. Detektor yang digunakan dalam rangkaian jembatan dan potensiometer yang digunakan dalam sistem kontrol proses terdiri dari tabung dan rangkaian transistor. Dalam kasus lain dimana transformasi impedansi, amplifikasi, dan operasi lain yang diperlukan, rangkaian dirancang bergantung pada komponen elektronik diskrit. Dengan kemajuan yang luar biasa dalam bidang elektronik dan integrated circuit (IC), syarat untuk mengimplementasikan desain dari komponen-komponen diskrit telah memberikan cara menuju metode yang lebih mudah dan lebih handal untuk pengkondisi sinyal. Banyak rangkaian khusus dan amplifier untuk tujuan umum sekarang berada dalam paket Intergrated Circuit (IC) menghasilkan solusi yang cepat untuk masalah-masalah pengkondisi sinyal bersama dengan ukuran kecil, konsumsi daya rendah, dan harganya murah. Secara umum, aplikasi dari IC memerlukan pengetahuan tentang jalur yang tersedia dari peralatan yang demikian, spesifikasi dan batasannya, sebelum dapat diaplikasikan untuk masalah khusus. Terpisah dari IC-IC yang dikhususkan ada juga tipe dari amplifier yang mendapatkan aplikasi yang luas seperti blok pembentuk dari aplikasi pengkondisi sinyal. Peralatan ini, disebut operasi amplifier (op amp), telah ada selama bertahun-tahun, awalnya dibuat dari tabung, kemudian transistor diskrit, dan sekarang integrated circuit. Meski banyak jalur dari op amp dengan bermacam spesifikasi khusus ada dari beberapa pabrik, semuanya memiliki karakteristik umum dalam operasi yang dapat dipakai dalam rancangan dasar berkaitan dengan op amp umum. 2.4.1 Karakteristik Op Amp Dengan sendirinya, op amp adalah amplifier elektronik yang sangat sederhana dan nampak tak berguna. Dalam Gambar 2.11a kita dapat lihat simbol standar dari op amp dengan penandaan input (+) dan input (-), dan output. Input (+) juga disebut input noniverting (tidak membalik) dan (-)input inverting (membalik). Hubungan dari input op amp dan output sungguh sangat sederhana, seperti yang terlihat dengan menganggap dari deskripsi idealnya. OP AMP IDEAL Untuk menjelaskan respon dari op amp ideal, kita menamai V1 tegangan pada input (+), V2 tegangan pada terminal input (-), dan V0 tegangan output. Idealnya, jika V1-V2 adalah positif (V1>V2), maka V0 saturasi positif. Jika V1-V2 adalah negatif (V2>V1), maka V0 saturasi negatif seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.11b. Input (-) disebut input inverting. Jika tegangan dalam input ini adalah lebih positif dibandingkan pada input (+), output saturasi negatif. Amplifier ideal ini mempunyai gain tak terbatas karena perbedaan yang sangat kecil antara V1 dan V2 hasilnya adalah output saturasi. Karakteristik lain dari op amp adalah (1) impedansi tak terhingga antar input-inputnya dan (2) impedansi output zero. Pada dasarnya, op amp adalah peralatan yang mempunyai hanya dua keadaan output, +Vsat dan –Vsat. Dalam praakteknya, peralatan ini selalu digunakan dengan umpanbalik dari output ke input. Umpanbalik seperti ini menghasilkan implementasi dari berbagai hubungan khusus antara tegangan input dan output. Vo +VSAT V1 - V2 -VSAT (a) (b) Gambar 2.11 Op amp. (a) Simbol. (b) Karakteristik ideal dari sebuah op amp AMPLIFIER INVERTING IDEAL Untuk melihat bagaimana op amp digunakan, perhatikan rangkaian pada Gambar 2.12. Disini resistor R2 digunakan untuk umpan balik output ke input inverting dari op amp dan R1 menghubungkan tegangan input Vin dengan titik yang sama ini. Hubungan bersama disebut titik penjumlahan (summing point). Dapat dilihat bahwa dengan tanpa umpanbalik dan (+) digroundkan, Vin>0 menjadikan output saturasi negatif, sedangkan Vin<0 menjadikan output saturasi positif. Dengan umpanbalik, output menyesuaikan dengan tegangan sedemikian hingga: 1. Tegangan summing point sama dengan level input (+) op amp, dalam keadaan ini adalah nol/zero. 2. Tidak ada aliran arus melalui terminal-terminal input op amp karena anggapan impedansi tak hingga. Dalam keadaan ini, jumlah dari arus pada summing point harus nol. I1 +I2 = 0 (2-24) Karena tegangan pada summing point dianggap nol, kita mempunyai Vin Vout 0 R1 R2 (2-25) dari Persamaan (2-25), kita dapat menuliskan respon rangkaian sebagai Vout = - R2 Vin R1 (2-26) Jadi, rangkaian pada Gambar 2.12 adalah amplifier inverting dengan gain R2/R1 yang digeser 1800 dalam fase (terbalik) dari input. Alat ini juga merupakan attenuator dengan menjadikan R2 < R1. Gambar 2.12 Amplifier inverting Pendekatan serupa dapat dipakai untuk analisis ideal dari banyak rangkaian op amp yang lainnya dimana langkah (1) dan (2), yang diberikan diatas, membawa kepada persamaan-persamaan seperti Persamaan (2-24) dan (2-25). Akan tetapi, harus kita perhatikan bahwa amplifier inverting dari Gambar 2.12 mempunyai impedansi input R1 yang, secara umum, bisa tidak tinggi. Sehingga, meskipun didukung dengan sifat dari gain variabel atau attenuasi, rangkaian ini tidak mempunyai impedansi input yang tinggi. EFEK-EFEK NONIDEAL Analisis dari rangkaian op amp dengan respons nonideal dilakukan dengan memperhatikan parameter-parameter berikut: 1. Gain open loop berhingga. Op amp yang sebenarnya mempunyai gain tegangan seperti ditunjukkan oleh respons amplifier dalam Gambar 2.13a. Gain tegangan dinyatakan sebagai perubahan dalam tegangan output, Vo, dihasilkan dengan perubahan dalam tegangan input differensial [V1V2]. 2. Impedansi input berhingga. Op amp yang sebenarnya mempunyai impedansi input dan, sebagai konsekuensi, tegangan berhingga dan arus melalui terminal input. 3. Impedansi output tidak nol. Op amp yang sebenarnya mempunyai impedansi output tidak nol, meskipun impedansi output rendah ini khsusunya hanya beberapa ohm. a) Karakteristik nonideal op amp b) Efek-efek nonideal Gambar 2.13 Tipe-tipe efek nonideal dalam analisis op amp dan rangkaian Dalam aplikasi modern efek nonideal ini dapat diabaikan dalam desian rangkaian op amp. Contohnya, anggap rangkaian dari Gambar 2.13b dimana impedansi berhingga dan gain dari op amp adalah sudah termasuk. Kita dapat menggunakan analisis rangkaian standar umtuk menemukan hubungan antara tegangan input dan output untuk rangkaian ini. Penjumlahan arus pada titik penjumlan diberikan I1 + I2 + Is = 0 Kemudian, masing-masing arus dapat diidentifikasi dalam kaitannya dengan parameter-parameter rangkaian untuk memberikan Vin Vs Vo Vs Vs 0 R1 R2 Zin Akhirnya, dengan mengkombinasikan persamaan-persamaan di atas, kita cari Vo = Dimana R2 1 Vin R1 1 (2-27) Zo R R 1 1 2 2 R2 R1 Zin = Zo A R2 (2-28) Jika kita anggap bahwa sangat kecil bila dibandingkan dengan kesatuan, maka Persamaan (2-27) terduksi ke keadaan ideal yang diberikan oleh Persamaan (226). Tentu, jika nilai khusus untuk IC op amp dipilih untuk satu keadaan dimana R2/R1 = 100, kita dapat tunjukkan bahwa <<1. Contohnya, biasnya, IC op amp untuk kegunaan umum menunjukkan A = 200.000 Z0 = 75 Zin = 2 M Jika digunakan tahanan umpan balik R2 100k dan mensubstitusikan nilai diatas kedalam Persamaan (2-28), didapatkan = 0,0005 yang menunjukkan bahwa gain untuk persamaan (2-27) berbeda dari yang ideal dengan hanya 0,05%. Tentu saja, cara ini hanya satu contoh dari banyak rangkaian op amp yang digunakan, tetapi sebetulnya dalam semua kasus analisis yang sama menunjukkan bahwa karakteristik ideal dapat diasumsikan. 2.4.2 Spesifikasi-Spesifikasi Op Amp Ada karakteristik-karakteristik lain dari op amp dibandingkan yang diberikan dalam bagian sebelumnya yang masuk dalam aplikasi desain. Karakteristikkarakteristik ini diberikan dalam spesifikasi untuk op amp khusus bersama dengan gain open loop dan impedansi input dan output yang dijelaskan sebelumnya. Beberapa karakteristik tersebut adalah: Tegangan offset input. Dalam banyak kasus, tegangan output op amp tidak boleh nol ketika tegangan pada input adalah nol. Tegangan yang harus diterapkan dalam terminal input untuk menggerakkan output ke nol adalah tegangan offset input. Arus offset input. Seperti tegangan offset bisa diperlukan melalui input untuk men-zero-kan tegangan output, sehingga arus jala bisa diperlukan melalui input untuk men-zero-kan tegangan output. Arus yang demikian dijadikan acuan sebagai arus offset input. Ini diambil sebagai perbedaan dua arus input. Arus bias input. Ini adalah rata-rata dari dua arus input yang diperlukan untuk menggerakkan tegangan output ke nol. Slew rate. Jika tegangan diterapkan dengan cepat ke input dari op amp, output akan saturasi ke maksimum. Untuk input step slew rate adalah kecepatan dimana output berubah ke nilai saturasi. Ini khususnya dinyatakan sebagai tegangan per mikrosecond (V/s). Bandwith frekuensi gain satuan. Respons frekuensi dari op amp khusus disefinisikan dengan bode plot dari gain tegangan open loop dengan frekuensi. Plot seperti ini sangat penting untuk rancangan rangkaian yang berhubungan dengan sinyal a-c. Adalah diluar jangkauan dari tulisan ini untuk menjelaskan detail dari desain seperti ini yang memakai bode plot. Malahan, kita catat bahwa tingkah laku frekuensi besar dapat dilihat dengan penentuan frekuensi dimana gain open loop dari op amp menjadi satuan, sehingga menetapkan bandwith frekuensi gain satuan. 2.5 RANGKAIAN OP AMP DALAM INSTRUMENTASI Setelah op amp menjadi terkenal pada kerja individu dalam kontrol proses dan teknologi instrumentasi, banyak macam rangkaian dikembangkan dengan aplikasi langsung dalam bidang ini. Secara umum, lebih mudah untuk mengembangkan sebuah rangkaian untuk pelayanan khusus menggunakan op amp dibandingkan komponen-komponen diskrit; dengan pengembangan biaya rendah, IC op amp, juga adalah suatu desain yang praktis. Mungkin salah satu kerugian besar adalah diperlukannya sumber daya bipolar untuk op amp. Bagian ini menghadirkan sejumlah rangkaian khusus dan karakteristik dasarnya bersama dengan trurunan dari respons rangkaian dengan asumsi op amp ideal. 2.5.1 Pengikut Tegangan (Voltage Follower) Pada Gambar 2.14 kita lihat sebuah rangkaian op amp yang mempunyai gain satuan dan impedansi input sangat tinggi. Pada dasarnya impedansi input ini adalah impedansi input dari op amp itu sendiri yang dapt lebih besar dari 100 M. Output tegangan mengikuti input lebih dari range yang ditentukan dengan output tegangan saturasi plus dan minus. Output arus dibatasi sampai arus hubung singkat dari op amp, dan impedansi output khususnya kurang dari 100 . Dalam banyak hal sebuah pabrik akan memasarkan sebuah pengikut tegangan op amp yang umpan baliknya disediakan secara internal. Unit seperti ini biasanya secara khusus didisain untuk impedansi input yang sangat tinggi. Pengikut tegangan gain satuan pada dasarnya adalah sebuah transformer impedansi dalam indera pengkonversi sebuah tegangan pada impedansi tinggi ke tegangan yang sama pada impedansi rendah. Gambar 2.14 Sebuah pengikut tegangan op amp. Rangkaian ini mempunyai impedansi input yang sangat tinggi; sekitar 106-1011 , tergantung pada op amp tersebut. Rangkaian ini berguna sebagai sebuah transformer impedansi. 2.5.2 Amplifier Membalik (Invertung Amplifier) Inverting amplifier ini telah didiskusikan dalam hubungannya dengan pembicaraan kita tentang karakteristik op amp. Persamaan (2-26) menunjukkan bahwa rangkaian ini membalikkan sinyal input dan mungkin mempunyai pelemahan ataupun penguatan tergantung pada perbandingan antara tahanan input R1 dan tahanan umpan balik R2. Rangkaian untuk amplifier ditunjukkan dalam Gambar 2.12. Penting untuk memoperhatikan bahwa impedansi input dari rangkaian ini pada dasarnya sama dengan R1, yaitu tahanan input. Pada umumnya, tahanan ini tidak besar, dan karena itu impedansi input tidak besar. AMPLIFIER PENJUMLAH (SUMMING AMPLIFIER) Modifikasi yang umum dari inverting amplifier adalah sebuah amplifier yang menjumlahkan atau menambahkan dua atau lebih tegangan yang diterapkan. Rangkaian ini ditunjukkan dalam Gambar 2.15 untuk kasus penjumlahan dua tegangan input. Fungsi transfer amplifier ini diberikan oleh R R Vout = - 2 V1 2 V2 R3 R1 (2-29) Penjumlahan dapat diberi skala dengan pemilihan tahanan yang tepat. Contohnya, jika kita membuat R1 = R2 = R3, maka outputnya adalah hanya jumlah (terbalik) dari V1 dan V2. Rata-rata dapat dicari dengan menjadikan R1 = R3 dan R2 = R1/2. Gambar 2.15 Summing amplifier 2.5.3 Amplifier Tidak Membalik (Noninverting Amplifier) Sebuah amplifier noninverting dapat dikonstruksi dari sebuah op amp seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.16. Gain rangkaian ini dicari dengan menjumlahkan arus-arus pada summing point S, dan menggunakan kenyataan bahwa tegangan summing point adalah Vin sehingga tidak ada beda tegangan yang muncul melalui terminal-terminal input. I1 + I2 = 0 Dimana I1 = arus melalui R1 I2 = arus melalui R2 Tapi arus-arus ini dapat dicari dari hukum Ohm sedemikian sehingga persamaan ini menjadi R Vout = 1 2 Vin R1 (2-30) Persamaan (2-30) menunjukkan bahwa noninverting ampifier mempunyai gain yang tergantung pada rasio resistor umpan balik R2 dan resistor ground R1, tapi gain ini tidak pernah dapat digunakan untuk pelemahan tegangan. Kita catat pula bahwa karena input diambil secara langsung ke input noninverting dari op amp, impedansi input adalah sangat tinggi karena secara efektif sama dengan impedansi input op amp. Gambar 2.16 Noninverting amplifier CONTOH 2.11 Rancangkah sebuah amplifier impedansi tinggi dengan gain tegangan 42. PENYELASAIAN Kita gunakan rangkaian noninverting Gambar 2.16 dengan resistor dipilih dari R Vout = 1 2 Vin R1 R 42 = 1 2 R1 (2-30) R2 = 41R1 sehingga kita dapt memilih R1 = 1 k, yang memrlukan R2 = 41 k. 2.5.4 Amplifier Selisih Sering kali, dalam instrumentasi yang dihubungkan dengan kontrol proses, diperlukan amplifikasi tegangan diferensial, misalnya untuk rangkaian jembatan. Sebuah ampifier diferensial dibuat dengan mengguanakan sebuah op amp seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.17a. Analisis rangkaian ini menunjukkan bahwa tegangan output diberikan oleh Vout R2 V2 V1 R1 (2-31) Rangkaian ini mempunyai gain atau atenuasi variabel yang diberikan oleh rasio R2 dan R1 dan merespons diferensial dalam input tegangan sebagaimana diperlukan. Adalah sangat penting bahwa resistor dalam Gambar 2.17a yang diindikasikan mempunyai nilai yang sama secara hati-hati disesuaikan dengan tolakan yang pasti (assure rejetion) dari tegangan bersama ke kedua input. Kerugian yang signifikan dari rangkaian ini adalah bahwa impedansi input pada masing-masing terminal input adalah tidak besar, menjadi R1 + R2 pada input V2 dan R1 pada input V1. Untuk memakai rangkaian ini saat diinginkan amplifikasi diferensial impedansi input yang tinggi, pengikut tegangan bisa dipakai sebelum masing-masing input seperti diperlihatkan pada Gambar 2.17b. Rangkaian ini memberikan gain yang sebaguna, amplifier diferensial impedansi input yang tinggi untuk penggunaan dalam sistem-sistem instrumentasi. Gambar 2.17 Amplifier diferensial. (a) Amplifier Diferensial (b) Amplifier Instrumentasi. 2.5.5 Konverter Tegangan ke Arus Karena sinyal-sinyal dalam kontrol proses paling sering ditransmisikan sebagai arus, khususnya 4-20 mA, maka perlu untuk memakai sebuah konverter linier tegangan ke arus. Rangkaian seperti ini harus mampu memasukkan arus ke sejumlah beban yang berbeda tanpa mengubah karateristik-karateristik transfer tegangan ke arus. Sebuah rangkaian op amp untuk memberikan fungsi ini diperlihatkan pada Gambar 2.18. Analisis rangkaian ini menunjukkan bahwa hubungan antara arus dan tegangan diberikan oleh I R2 Vin R1R2 asalkan tahanan-tahanan yang dipilih sehingga (2-32) R1(R3 + R5) = R2R4 (2-33) rangkaian dapat mengirimkan arus ke salah satu arah, sebagimana diperlukan oleh sebuah aplikasi khusus. Tahanan beban maksimum dan arus maksimum adalah berhubungan dan ditentukan oleh kondisi bahwa output amplifier adalah saturasi dalam tegangan. Analisis rangkaian ini menunjukkan bahwa saat tegangan output op amp mencapai saturasi tahanan beban maksimum dan arus maksimum dihubungkan oleh R3 IM R3 R4 R5 RML = tahanan beban maksimum VSAT = tegangan saturasi op amp IM = arus maksimum R4 R5 VSAT RML (2-34) Perhatikan bahwa penyelidikan Persamaan (2-34) menunjukkan bahwa tahanan beban maksimum adalah selalu kurang dari VSAT/IM. Tahanan beban minimum adalah nol. Gambar 2.18 Konverter teganan ke arus 2.5.6 Konverter Arus ke Tegangan Pada ujung penerima dari sistem trasnsmisi sinyal kontrol proses kita sering perlu untuk mengubah arus kembali ke tegangan. Ini paling mudah dilakukan dengan rangkaian yang diperlihatkan pada Gambar 2.19. Rangkaian ini menyediakan suatu tegangan output yang diberikan oleh Vout = IR (2-35) asalkan tegangan saturasi op amp tidak tecapai. Resistor R pada terminal noninverting dipakai untuk memberikan stabilitas temperatur pada konfigurasi. Gambar 2.19 Konverter arus ke tegangan 2.5.7 Sample and Hold Ketika pengukuran harus antarmuka dengan sebuah proses digital dalam situasi kontrol atau pengukuran, seringkali perlu untuk menyediakan nilai tertentu pada konverter analog ke digital (ADC). Jadi, jika suatu pengukuran dibuat pada beberap waktu, bisa jadi selama prosedur konversi A/D nilai yang terukur berubah. Variasi seperti ini dapat menyebabkan error dalam proses konversi. Untuk mengurangi ini, sebuah op amp digunakan dalam konfigurasi sample-andhold. Rangkaian ini, diperlihatkan pada Gambar 2.20, dapat mengambil sampel yang sangat cepat dari sinyal tegangan input dan kemudian menahan nilai ini, meskipun sinyal input mungkin berubah, sampai sampel yang lain diperlukan. Metode ini memanfaatkan kemampuan mengisi-menyimpan (charge-storing ability) dari kapasitor dan impedansi tinggi dari op amp yang menjadi sifatnya. Serperti diperlihatkan pada contoh rangkaian sederhana Gambar 2.20, saat saklar 1 ditutup, kapasitor dengan cepat berubah ke level tegangan input. Jika sekarang saklar 1 dibuka, op amp tegangan pengikut mengijinkan ukuran tegangan kapasitor diambil pada output tanpa megubah muatan kapasitor. Saat sample baru harus diambil, pertama saklar 2 ditutup untuk mengosongkan kapasitor dan karena itu merset rangkaian. Saklar-saklar yang digunakan biasanya saklar-saklar elektronik yang diaktifkan oleh level logika digital. Gambar 2.20 Rangkaian sample and hold. Tutup S1 untuk mengambil sampel dan buka untuk menahan sampel. Tutup S2 untuk me-reset. 2.5.8 Integrator Rangkaian op amp biasa yang terakhir yang menjadi pertimbangan adalah integrator. Konfigurasi ini, diperlihatkan pada Gambar 2.21, terdiri dari sebuah resistor input dan kapasitor umpan balik. Dengan menggunakan analisis ideal kita dapat mejumlahkan arus pada summing point sebagai Vin dVout C 0 R dt (2-36) yang dapat diselesaikan dengan mengintegrasikan keduanya sehingga respons rangkaian adalah Vout 1 Vindt RC (2-37) yang ini menunjukkan bahwa tegangan output berubah-ubah sebagai integral dari tegangan input dengan faktor skala 1/RC. Rangkaian ini digunakan dalam banyak kasus dimana dinginkan integrasi dari output transduser. Fungsi-fungsi lain juga dapat diimplementasikan, seperti sebuah tegangan ramp linier. Jika tegangan input adalah konstan, Vin = K, maka peersamaan (2-37) menjadi Vout K t RC (2-38) yang merupakan ramp linier, kemiringan negatif K/RC. Bebrapa mekanisme reset melalui pengosongan kapasitor harus diberikan karena jika tidak Vout akat naik sampai nilai saturasi output dan tetap pada keadaan itu. Gambar 2.21 Rangkaian integrator. Sebuah saklar ditempatkan melewati kapasitor untuk merset integrator. CONTOH 2.12 Gunakan sebuah integrator untuk menghasilkan tegangan ramp linier yang naik 10 volt per ms seperti pada Gambar 2.21. PENYELESAIAN Rangkaian integrator menghasilkan ramp Vout Vin t RC (2-38) saat tegangan input adalah konstan. Jika kita buat RC = 1 ms dan Vin = -10 V, maka kita mempunyai Vout = (10 – 10+3)t yang merupakan ramp yang naik 10 volt/ms. Pemilihan R = 1 k dan C = 1 F akan memberikan hasil RC yang diperlukan. 2.5.9 Linierisasi Op amp memberikan peranan divais yang sangat efektif untuk linierisasi peralatan. Secara umum, ini dicapai dengan menempatkan elemen nonlinier dalam loop umpan balik dari op amp sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 2.22. Penjumlahan arus memberikan bahwa Vin F Vout 0 R Dimana Vin R = tegangan input = tahanan input (2-39) F(Vout) = perubahan nonlinier arus dengan tegangan F(Vout) Gambar 2.22 Amplifier nonlinier dibuat dengan menempatkan elemen nonlinier dalam umpan balik dari op amp. Sekarang jika Persamaan (2-39) diselesaikan untuk Vout kita dapatkan Vin Vout G R (2-40) Dimana Vout = V G in = R tegangan output fungsi nonlinier tegangan input, sebenarnya fungsi invers dari F(Vout). Jadi, sebagai sebuah contoh, jika sebuah dioda diletakkan dalam umpan balik seperti diperlihatkan pada Gambar 2.23, maka fungsi F(Vout) adalah eksponensial F(Vout) = Fo exp (Vout) (2-41) Dimana F0 = konstanta amplitudo Α = konstanta eksponensial Invers dari fungsi ini adalah logaritma dan Persamaan (2-40) demikian menjadi Vout 1 nVin 1 nFoR (2-42) yang merupakan sebuah amplifier (linier) logaritmik. Divais umpan balik yeng berbeda dapat menghasilkan amplifier yang hanya meratakan variasi linier atau menyediakan operasi-operasi yang ditentukan seperti amplifier logaritmik. Gambar 2.23 Saat sebuah dioda ditempatkan di kaki umpan balik sebuah op amp, sebuah amplifier nonlinier dibentuk yang outputnya adalah proporsional ke logaritma natural dari input. 2.5.10 Rangkaian-Rangkaian yang Terintegrasi Khusus (IC) Merek rangkaian terintegrasi (IC) yang sangat banyak adalah tesedia dari berbagi pabrik dan berguna untuk perancang instrumentasi kontrol proses. Divais untuk tujuan khusus seperti ini termasuk: 1. Amplifier instrumentasi diferensial gain tinggi. 2. Konverter arus ke tegangan. 3. Modulator/demodulator. 4. Jembatan dan detektor kesetimbangan. 5. Detektor phase sensitive. Dalam bab berikutnya kita sering memerlukan pengkondisi sinyal yang akan diimplementasikan melalui penggunaan IC-IC khusus ini. Secara umum, kita akan menunjukkan perincian rancangan pengkondisi sinyal, tetapi pembaca seharusnya selalu sadar bahwa IC-IC untuk kegunaan khusus ini bisa membuat seperti tidak diperlukannya desain yeng teperinci. CONTOH 2.13 Rancang sebuah konverter arus ke tegangan untuk memberikan arus 0-10 mA untuk input 0-1 volt. Tentukan tahanan muatan maksimum. Op amp saturasi pada outputput 10 volt. PENYELESAIAN Jika kita membuat R1 = R2, maka Persamaan (2-31) menjadi I 1 Vin R3 (2-32) dimana sekarang Persamaan (2-33) menentukan R3 + R2 = R4. Sehingga kita pilih R1 = R2 = 1 k dan kemudian, dari Persamaan (2-32), R3 1V 10 10mA (2-32) Jika sekarang kita buat R5 = 0, yang dibolehkan, maka R4 = 100 juga. Resistor muatan maksimum sekarang dicari dari Persamaan (2-34) RML 100 1000 100 200 (2-34) yang memberikan RML = 450 Ω 2.6 ELKTRONIKA INDUSTRI Pengkondisi sinyal yang telah didiskusikan hingga kini dalam bab ini sebagian besar mengacu kepada modifikasi sinyal pengukuran. Sering juga perlu menggunakan tipe pengkondisi sinyal pada output kontroler untuk mengaktifkan elemen kontrol akhir. Contoh, output kontroler 4 sampai 20 mA muingkin diperlukan untuk mengatur input panas menjadi lebih besar, kerja berat oven untuk membakar kue kering. Panas seperti ini bisa disediakan oleh pemanas listrik 2-kW. Jelaslah, bebrapa jenis pengkondisi diperlukan untuk memberikan sistem tenaga tinggi dikendalikan oleh sinyal arus tenaga rendah. Pada sisi ini, kita menyajikan dua divais yang secara umum digunakan dalam kontrol proses untuk memberikan suatu mekanisme yang dengannya koversi energi seperti itu dapat terjadi. Maksud di sini bukan untuk memberi anda semua informasi yang diperlukan untuk membuat rangkaian praktis untuk menggunakan divais ini, tapi untuk menjadikan anda akrab dengannya dan spesifikasinya. 2.6.1 Silikon Controlled Rectifier (SCR) SCR telah menjadi bagian yang sangat penting dari pengkondisi sinyal dan kontrol listrik daya tinggi. Dalam beberapa hal, ini merupakan penggantian keadaan yang tetap untuk rele, walaupun terdapat beberapa masalah jika analogi tersebut diambil terlalu jauh. Dioda standar, dalam pengertian yang ideal, adalah divais yang akan menghantarkan arus hanya dalam satu arah. SCR, juga dalam pengertian ideal, adalah sejenis dioda yang yang tidak menghantarkan arus dalam salah satu arah sampai SCR tersebut nyala atau "tersulut". Pada Gambar 2.24 kita akan melihat simbol skematik dari SCR. Perhatikan kesamaannya dengan dioda tetapi dengan tambahan terminal, yang disebut gerbang/gate. Jika SCR didibias maju, yaitu, tegangan positif pada anoda berkenaan dengan katoda, SCR tidak akan menghantarkan arus. Sekarang anggap suatu tegangan ditempatkan pada gerbang berkenaan dengan katoda. Akan ada nilai positif dari tegangan ini— tegangan pemicu—yang mana SCR akan mulai menghantarkan arus dan berjalan seperti dioda normal. Walaupun tegangan gerbang dilepas, SCR akan terus menghantarkan arus seperti dioda; artinya, sekali dinyalakan SCR akan terus nyala tanpa memperhatikan gerbang. Cara untuk mematikan kembali SCR hanyalah kondisi bias maju dihentikan. Ini artinya tegangan harus turun dibawah jatuh tegangan maju dari SCR sehingga arus jatuh di bawah nilai minimum, yang disebut arus penahan atau holding current, atau polaritas dari anoda ke katoda harus benar-benar membalik. Fakta bahwa SCR tidak dapat dengan mudah dimatikan membatasi penggunaannya dalam aplikasi-aplikasi dc sampai pada kasus-kasus ketika dapat disediakan beberapa metoda pengurangan arus maju sampai dibawah nilai holding. Dalam rangkaian-rangkaian ac, SCR akan secara otomatis mati setiap setengah siklus saat tegangan ac diterapkan pada polaritas kebalikan SCR. Gambar 2.24 Simbol untuk sebuah SCR. 1. 2. 3. 4. 5. Karakteristik dan spesifikasi SCR diberikan di bawah ini: Arus maju maksimum. Ada arus maksimum yang dapat dihantarkan oleh SCR dengan arah maju tanpa terjadi kerusakan. Besarnya bervariasi dari beberapa miliampere samai lebih dari seribu ampere untuk tipe industri besar. Tegangan mundur puncak. Seperti dioda ada tegangan bias mundur yang dapat diterapkan pada SCR tanpa merjadi kerusakan. Besarnya bervariasi dari beberapa volt sampai beberapa ribu vollt. Tegangan pemicu. Tegangan gerbang minimum untuk mengaktifkan SCR supaya menghantarkan arus bervariasi antara tipe-tipe dan ukuran-ukuran dari beberapa volt sampai 40 volt. Arus pemicu. Terdapat arus minimum yang harus mampu diberikan oleh sumber tegangan pemicu sebelum SCR menyala. Ini bervariasi dari beberapa miliampere sampai ratusan miliampere. Arus penahan/holding current. Ini mengacu kepada arus anoda minimum ke katoda yang diperlukan untuk menjaga SCR tetap menghantar dalam keadaan menghantar maju. Besarnya bervriasi dari 20 sampai 100 mA. Gambar 2.25 Operasi SCR setengah gelombang. Aplikasi perubahan waktu dari VT mengubah tegangan dc rms yang diterapkan pada muatan, VL. OPERASI AC Gambar 2.25 mengilustrasikan operasi sebuah SCR dalam variasi tegangan dc rms dalam operasi setengah gelombang. Tegangan pemicu dibangkitkan oleh beberapa rangkaian yang menghasilkan pulsa pada fase yang dipilih tertentu dari sinyal ac yang diterapkan. Jadi, SCR menyala pada mode berulang sebagaimana ditunjukkan. SCR kembali mati, tentu, pada setiap setengah gelombang saat polaritas membalik. Pehatikan bahwa dengan perubahan bagian setengah gelombang positif saat pemicu diterapkan, nilai efektif (rms) dari tegangan yang diterapkan pada beban dapat dinaikkan. Tentu, dengan rangkaian ini tegangan dc rms maksimum yang mungkin adalah yang dihasilkan oleh penyearah setengah gelombang. Jika diperlukan daya yang lebih, SCR dapat digunakan dalam tipe rangkaian jembatan setengah gelombang. Gambar 2.26 menunjukkan tipe rangkaian ini dan grafik tegangan versus waktu yang dihasilkan. Tegangan pemicu sekarang harus dibangkitkan pada setiap setengah siklus dan diterapkan pada terminal pemicu (gerbang) SCR yang sesuai. Dalam aplikasi kontrol proses, sinyal keluaran kontroler digunakan untuk mengaktifkan sebuah rangkaian yang berubah pada waktu pulsa-pulsa diterapkan pada gerbang dan sehingga mengubah daya yang diterapkan pada beban. Perhatikan bahwa tegangan yang diterapkan pada beban adalah dc berdenyut. Konfigurasi ini tidak dapat digunakan dengan sebuah beban yang diperlukan tegangan ac untuk operasi. Gambar 2.26 Rangkaian SCR gelombang penuh. Tegangan dc efektif rms ysng diterspksn pada beban naik karena digunakan kedua siklus ac. 2.6.2 TRIAC Perluasan dari SCR yang didiskusikan pada bagian sebelumnya adalah divais yang dapat dipicu untuk menghantar dalam salah satu arah. TRIAC dapt dianggap sebagai dua SCR yang dihubungkan dalam paralel dan diputarbalikkan tetapi dengan gerbang-gerbang yang terhubung. Pemicu positif akan menyebabkannya menghantar dalam satu arah, dan pemicu negatif akan menyebabkannya menghantar dalam arah lain. Dengan demikian TRIAC dapat digunakan dalam aplikasi ac murni. Gambar 2.27 menunjukkan simbol TRIAC dan sebuah rangkaian untuk aplikasi khusus. Perhatikan bahwa tegangan melalui beban masih berupa ac. Nilai rms ac efektif dari tegangan yang diterapkan dapat diubah dengan perubahan waktu dalam fase siklus saat gerbang TRIAC diberi pulsa. Tegangan pemicu yang dibangkitkan harus bipolar, satu pulsa dalam satu polaritas dan berikutnya dari polaritas sebaliknya. Spesifikasi dari TRIAC sama dengan spesifikasi SCR; arus rms maksimum, tegangan mundur pucak, tegangan pemicu, dan arus pemicu. Gambar 2.27 TRIAC dapat menghantar dalam dua arahsehingga tegangan beban tetap ac, tetapi nilai rms ditentukan dengan waktu saat tegangan pemicu ditrepkan RINGKASAN Pengkondisi sinyal yang didiskusikan dalam bab ini berhubungan dengan teknik standar yang dipakai untuk menghasilkan kompatibilitas sinyal dan pengukuran dalam sistem analog. Pembaca telah dikenalkan kepada konsep-konsep dasar yang membentuk dasar-dasar dari pengkondisi analog seperti itu. Untuk menyajikan gambaran lengkap pengkondisi sinyal analog, poinpoin bertikut ini patut dipertimbangkan: 1. Keperluan untuk pengkondisi sinyal analog ditinjau dan ditetapkan menjadi syarat-syarat dari pengubahan level sinyal, linierisasi, konversi sinyal, dan penyaringan dan penyesuaian impedansi. 2. Rangkaian-rankaian jembatan adalah contoh umum proses konversi dimana perubahan resistansi diukur baik menurut sinyal arus maupun tegangan. 3. Rangkaian potensiometer merupakan standar pengukuran tegangan impedansi tinggi yang akurat selama bertahun-tahun. 4. Operational amplifier (op amp) adalah sebuah pengkondisi sinyal yang sangat istimewa yang membentuk blok sekitarnya dimana bebrapa rangkaian dengan fungsi khusus dapat dikembangkan. Divais ini diperagakan pada aplikasi-aplikasi yang melibatkan amplifier, konverter, rangkaian linierisasi, integrator, dan bebrapa fungsi lainnya. 5. Silicon controlled rectifier (SCR) dan TRIAC merupakan divais semikonduktor, mirip dengan dioda, yang dapat mengontrol sinyal ac atau dc energi besar yang menggunakan input-input level rendah.