TUGAS MODUL 8 CLINICAL GOVERNANCE AND CLINICAL AUDIT Anthonny Halim1306352080 Herta Puspitasari 1306352326 Erta Rahmawati 1306352206 Ferra J Papilaya 1306429963 Peter Tamira 1306430113 MAGISTER PROGRAM STUDI KARS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014 1 LATAR BELAKANG Audit bukanlah suatu proses yang baru. Pada awal 1750, Raja dari Babbylon memulai kegiatan audit klinis terhadap para klinisi sehubungan dengan hasil perawatan, di mana kadang–kadang mempunyai konsekuensi serius untuk klinisi baik secara finansial maupun yang berhubungan dengan nyawa, dalam hal kinerja yang buruk. Audit yang berkembang pada 1989 dan 1990 adalah audit medis yang mencakup semua aspek perawatan pasien dengan melibatkan para staf klinis. Audit medis diperkenalkan dalam NHS pada tahun 1989. Audit klinis adalah proses mengukur praktik medis terhadap standar dan melaksanakan setiap perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan layanan klinis pasien. Kombinasi audit medis dengan kompetisi dan proses kontrak dokter dipercaya yang akan mengarahkan peningkatan standar perawatan seluruh NHS (Donaldson & amp; Gray, 1998). Pada 1990, audit medis termasuk dalam bagian kontrak bagi dokter di rumah sakit. Pada awal 1990-an, audit medis berkembang menjadi audit klinis dan menjadi proses penting yang dilakukan oleh tim klinis untuk terwujudnya tata kelola klinis (Clinical Governance). Pada tahun 1997, muncul tiga pendekatan yang terpisah untuk peningkatan mutu NHS yaitu pendekatan oleh klinisi melalui audit klinis, peningkatan kulitas yang mengarah ke peningkatan kualitas organisasi (misalnya rekam medis pasien dan pemantauan untuk daftar tunggu dan waktu tunggu); dan inisiatif untuk mengetahui pendapat pengguna jasa terhadap kualitas, yang dilakukan melalui sistem survei kepuasan pasien. Meskipun audit klinis merupakan bagian terpenting dari tata kelola klinis ( Clinical Governance ) namun audit klinis masih sering diabaikan dalam upaya mencapai tata kelola klinis yang baik. Makalah ini menjelaskan di mana audit klinis sebagai komponen integral dari tata kelola klinis untuk menghasilkan aktivitas yang berguna dalam praktek klinis sehari-hari. Di bawah tata kelola klinis, audit klinis akan mencapai hal yang penting dan akan terjadi peningkatan yang dapat diukur di dalam pelayanan kesehatan yang dianggap sebagai rutinitas. APA ITU AUDIT KLINIS ? 'Audit' adalah kata yang mempunyai arti yang berbeda dari waktu ke waktu dalam kaitannya dengan kualitas pelayanan kesehatan. Menurut NICE (National Institute of Health and Clinical Excellence ) dan Health Care Commisssion Audit klinis adalah sebuah proses peningkatan kualitas 2 yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan pada pasien dan hasilnya melalui suatu tinjauan pelayanan sistematis yang dibandingkan terhadap standar/ kriteria eksplisit dan pelaksanaan perubahan . Aspek-aspek layanan klinis yang ditinjau meliputi struktur, proses dan hasil pelayanan, yang diseleksi dan di evaluasi secara sistemastis terhadap standar/ kriteria eksplisit. Apabila perlu, dilakukan perubahan pada individu, kelompok atau tingkat pelayanan dan dimonitor lebih lanjut untuk memastikan perbaikan dalam pelayanan kesehatan yang diberikan. Singkatnya, Audit klinik adalah proses yang membantu memastikan pasien dan pengguna jasa menerima pengobatan yang tepat dari orang yang tepat dengan cara yang benar. Hal ini dilakukan dengan mengukur perawatan dan layanan yang diberikan terhadap bukti berbasis standar dan kemudian mempersempit kesenjangan antara praktek yang ada dan apa yang dikenal sebagai praktek terbaik. Audit klinis ada di bawah payung tata kelola klinis. Tata kelola klinis adalah pendekatan komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas- terkait inisiatif yang dicetuskan NHS, antara lain :audit klinis, praktek berbasis bukti (evidence based practice), manajemen resiko, pengembangan manajemen professional yang berkesinambungan, pengaturan standar klinik, pedoman klinis,perencanaan SDM, penelitian dan pengembangan. Semua ini mencakup empat bidang utama : (1) Tanggung jawab dan hak untuk semua kualitas perawatan klinis; (2) Program komprehensif peningkatan kualitas - termasuk Audit klinis (3) Kebijakan yang bertujuan untuk mengelola risiko; (4) Prosedur untuk semua kelompok profesional agar dapat mengidentifikasi dan memperbaiki kinerja yang buruk. APA IMPLIKASI DARI AUDIT KLINIS ? Pelaksanaan audit klinis akan memberi dampak pada tata kelola klinis sebagai berikut : Akuntabilitas yang baru 3 Dengan audit klinis, pemantauan kualitas klinis akan menjadi tanggung jawab baru bagi manajemen. Hal-hal yang sebelumnya tidak menjadi prioritas akan menjadi perhatian dan tanggung jawab bagi manajemen. Ukuran kinerja Audit klinis memungkinkan untuk setiap area diidentifikasi sebagai hal yang membutuhkan pengembangan. Kinerja manajemen harus secara signifikan meningkatkan implementasi perubahan yang harus dilakukan sebagai hasil dari audit . Tanggung jawab baru bagi individu Akuntabilitas untuk peningkatan kualitas secara berkesinambungan dalam organisasi, melibatkan tanggung jawab terhadap tiap individu. Audit klinis yang terintegrasi Kerangka kerja terpadu yang baru ini memungkinkan untuk berkomunikasi lebih baik dan bekerja dengan inisiatif yang berbeda. Hal tersebut akan memudahkan organisasi untuk memprioritaskan dalam mengimplementasi pelayanan terbaik ,dimana semua mekanisme-mekanisme penunjang yang berbeda memiliki tujuan yang sama serta memfasilitasi kerja sama tim Memberikan informasi yang dibutuhkan Informasi yang didapatkan dari audit klinis akan memberikan informasi yang berguna kepada dokter dalam praktek kedokteran. Perbaikan kualitas layanan klinis secara berkesinambungan harus didukung oleh informasi berdasarkan perbandingan efektivitas dan hasilnya. Ketika audit klinik dilakukan dengan baik, hal itu memungkinkan kualitas pelayanan ditinjau secara obyektif, dalam suatu pendekatan yang mendukung perkembangan dan difokuskan pada perbaikan. Hal lain yang dicapai dengan adanya audit klinis : • Memberikan kesempatan untuk pelatihan dan pendidikan • Membantu untuk memastikan penggunaan sumber daya yang lebih baik untuk mencapai peningkatan efisiensi • Dapat meningkatkan hubungan kerja, komunikasi dan penghubung antar staf, staf dan 4 pengguna jasa, dan antar unit kerja. APA KENDALA YANG DIHADAPI DALAM PELAKSANAAN AUDIT KLINIS ? Budaya organisasi Meskipun retorika 'no-blame culture' sering dimunculkan, banyak klinisi dan manajer merasa masih kuatnya budaya menyalahkan. Ada kekhawatiran bahwa partisipasi dalam audit klinis akan mengakibatkan adanya sanksi bagi yang berkinerja buruk (Buetow & amp; Roland, 1999) dan bahkan akan mengakibatkan litigasi (Beresford & amp; Evans, 1999). NHS diharapkan dapat menjadi sebuah organisasi yang benar-benar aman untuk mengungkapkan kesalahan dan belajar dari kesalahan mereka, sehingga tujuan audit klinis akan tercapai. Prioritas yang Rendah Audit klinis secara tradisional memiliki prioritas rendah di NHS, dibandingkan dengan penelitian. Orang-orang menganggap audit klinis merupakan kegiatan yang menghabiskan waktu, tidak berguna dan membosankan (Buetow & amp;Roland, 1999) sehingga manfaat partisipasi dalam penelitian (misalnya jurnal dan karya tulis, mengalokasikan waktu) belum tersedia untuk proses audit. Pimpinan eksekutif dan komite medik tidak mau terlibat dalam audit klinis sehingga hal ini jarang dimasukkan dalam prioritas organisasi (Berger, 1998). Topik untuk audit diidentifikasi sebagian besar berdasarkan kepentingan pribadi dibanding prioritas organisasi (McErlain-luka bakar & amp; Thomson, 1999). Kurangnya dukungan Prioritas rendah untuk proses audit klinis oleh organisasi dan individu telah menyebabkan kurangnya dukungan pada praktek pelaksanaannya. Ini adalah manifestasi nyata dalam sistem dukungan informasi yang buruk, kurangnya waktu yang dialokasikan untuk pelaksanaannya dan kurangnya pelatihan dalam metode audit. Ini semua sekarang harus ditangani oleh Komite tata kelola klinis untuk memastikan bahwa audit menjadi komponen terintegrasi dari tata kelola klinis (James, 1999). 5 TAHAPAN AUDIT KLINIS Tahap Persiapan (Preparing for Audit) Tahap ini merupakan tahap untuk memastikan struktur yang terlibat dalam audit, siapa dan apa saja tanggung jawabnya, jadwal kerja dan memastikan sumber daya yang relevan. Apa saja biaya yang terkait dalam menjalankan audit klinik harus diidentifikasi dan disepakati, dengan mereka yang bertanggung jawab memungkinkan perubahan yang diperlukan dalam praktek yang dilakukan dan memberikan kepemimpinan yang diperlukan. Tahap Seleksi (Selecting Citeria) Tahap ini melibatka pemilihan topik audit klinis, memastikan bahwa itu merupakan prioritas yang disepakati oleh semua pihak yang terlibat dan standar praktek saat ini diukur dengan berbasis bukti Tahap Pengukuran Kinerja( Measuring Performance ) Sebuah metodologi dan proses pengumpulan data rinci dirancang dan diuji, termasuk ukuran sampel yang cukup serta set data yang jelas dan ringkas. Data dianalisis dengan menggunakan pengukuran statistik yang sesuai dan dilaporkan dengan memaksimalkan dampak dari audit klinis dan memastikan bahwa semua hasil yang ada akan dikomunikasikan secara efektif kepada semua stakeholder. Tahap Perbaikan ( Making Improvements ) Setelah hasil audit dan usulan perubahan telah didapatkan, rencana pelaksanaan harus dilakukan dan direkomendasikan untuk memantau pelaksanaan ini. Tahap Mempertahankan Perbaikan (Sustaining Improvements) Setelah jangka waktu yang disepakati, audit harus diulang dengan cara yang sama untuk mengidentifikasi sampel, metode dan analisis data agar dapat dibandingkan. Re-audit harus menunjukkan bahwa perubahan telah dilaksanakan dan bahwa perbaikan telah dibuat. Perubahan lebih lanjut kemudian diperlukan, yang mengarah ke tambahan re-audit. 6 JENIS- JENIS AUDIT 1. Audit Sistem Ini umumnya dimulai dengan pemetaan proses dan dapat dilakukan sebagai bagian dari latihan perampingan. Mereka memungkinkan penyelidikan efektivitas sistem tertentu dan mendorong menyelidik waktu, keuangan dan sumber daya personil untuk mengaktifkan proses perampingan dan penghapusan limbah. Hasil audit ini biasanya membantu untuk mengidentifikasi di mana kebijakan khusus dan dokumen prosedural yang diperlukan. 2. Kebijakan dan Audit Prosedural Proses ini melibatkan penggunaan kebijakan atau dokumen prosedural sebagai kriteria. Cara umum untuk mengaudit prosedur yang baik adalah dengan mengamati seseorang melakukan prosedur dan membandingkannya dengan Standar Prosedur Operasional (SPO), atau dengan meminta pihak yang diaudit untuk menjelaskan prosedur dan kemudian membandingkan penjelasan ke dokumen prosedural. Semua SPO harus diaudit terhadap kepatuhan dan jenis audit dapat membantu mengidentifikasi kebutuhan pelatihan. Tugas yang dibutuhkan untuk melanjutkan bisnis harus diidentifikasi melalui pemetaan proses dan SPO harus ditulis untuk mencerminkan 'praktik terbaik'. Pemetaan proses juga akan membantu untuk mengidentifikasi area yang membutuhkan peningkatan sumber daya,sehingga diperlukan efisiensi melalui prosedur 5S. 3. Kesepakatan Tingkat Layanan & Kontrak Audit Jenis audit menggunakan Kesepakatan Tingkat Layanan atau Kontrak sebagai panduan kriteria untuk mengaudit . Jenis audit ini menyelidiki kepatuhan terhadap perjanjian yang mengikat secara hukum yang dapat menyebabkan denda bagi mereka yang non-compliant. Namun keberhasilan audit tergantung pada kualitas Kesepakatan Tingkat Layanan. 4. Pengaduan Insiden atau Audit Concern 7 Hal ini timbul secara langsung dari keluhan atau serangkaian keprihatinan dan mengikuti format yang sama seperti Analisis Root Cause. Mereka sangat spesifik pada keluhan atau keprihatinan yang sering memicu audit yang lebih luas, audit sistem atau kebijakan/prosedural. 5.Audit klinis Audit klinis berkonsentrasi pada hal klinis yang spesifik atau penyakit tertentu yang umumnya melibatkan penyelidikan kepatuhan terhadap standar klinis lokal, nasional atau yang disepakati menurut standar internasional (NICE, SIGN, dll). Audit dapat mencakup salah satu jenis pemeriksaan seperti yang dinyatakan sebelumnya (audit Kebijakan dll) dan karena itu kriteria yang dipilih akan tergantung pada terlibat atau tidaknya audit tersebut dengan jenis audit lainnya. Komisi Healthcare memiliki Program Audit klinis Nasional sebagai berikut : • Kanker • Jantung • Anak-anak dan Persalinan • Kondisi jangka panjang • Kesehatan Mental • Orang tua • Hasil pemeriksaan pasien 6. Audit tatap muka (interface audits) Audit tatap muka terutama didefinisikan sebagai audit yang mencakup pelayanan primer dan sekunder para profesional / departemen-departemen. Audit tatap muka juga dapat didefinisikan sebagai audit yang dilakukan oleh 'audit internal' atau DATAC. CE & RDM yang akan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa audit pada 'organisasi' didokumentasikan dalam suatu program audit standar dan akan berusaha untuk melakukan audit bersama 'organisasi' yang tepat. 8 SIAPA SAJA YANG HARUS TERLIBAT DALAM AUDIT KLINIK ? Sebuah proyek audit klinik lebih mungkin berhasil dan bermanfaat bagi pengguna jasa jika semua stakeholder kunci yang terlibat dari awal. Ini mungkin termasuk: • Staf klinis dan non-klinis yang menyediakan layanan • Pengguna jasa •Orang-orang yang mungkin diperlukan untuk melaksanakan atau mengakibatkan perubahan dalam praktek (misalnya manajer, anggota komite medik). Kelompok di atas harus terwakili pada timproyek audit klinik. Jika individu tidak dapat menghadiri pertemuan tim, maka mereka perlu berkonsultasi dan terus diberi informasi tentang proyek audit klinik selama proses berlangsung. Stakeholder utama harus terlibat dalam proyek audit klinik dari awal APA BEDA AUDIT KLINIK DAN PENELITIAN ? Audit klinis bukanlah penelitian, tetapi audit klinis memanfaatkan metode penelitian untuk menilai praktek yang dilakukan. Meskipun penelitian dan audit klinik adalah dua kegiatan yang berbeda dengan tujuan yang berbeda, mereka saling terkait dalam beberapa cara, seperti yang dijelaskan oleh Black (1992): • Penelitian memberikan dasar untuk menentukan perawatan yang berkualitas baik untuk tujuan audit klinis • Audit klinis dapat menyediakan data berkualitas tinggi untuk penelitian evaluatif noneksperimental. • Penelitian efektivitas dan efektivitas biaya audit klinis diperlukan. • Penelitian perlu diaudit untuk memastikan bahwa pekerjaan yang berkualitas tinggi dilakukan 9 PERBEDAAN PENELITIAN DAN AUDIT KLINIK PENELITIAN AUDIT KLINIK Bertujuan membangun apa yang terbaik Bertujuan untuk mengevaluasi kedekatan dalam praktek (best practice) praktek yang dilakukan dengan praktek terbaik dan untuk mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan Dirancang sehingga dapat direplikasi Spesifik dan lokal untuk satu kelompok pasien tertentu Hasil dapat digeneralisasi dengan group lain Hasilnya tidak dapat digeneralisasi Bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru atau Bertujuan meningkatkan pelayanan melengkapi ilmu pengetahuan yang ada Diprakarsai oleh peneliti Dipimpin oleh penyedia layanan Biasanya merupakan satu proyek Proyek berkesinambungan Didasari oleh sebuah teori Didasari praktek Bisa menggunakan placebo Tidak pernah menggunakan placebo Bisa melibatkan pengobatan baru Tidak pernah melibatkan pengobatan baru 10