File - hendra budiarto

advertisement
2
PERTUMBUHAN & EKOLOGI BAMBU

Pertumbuhan Bambu

Anatomi Bambu
 Pertumbuhan, Lingkungan dan Siklus
Lima Unsur Energi

Siklus Ekologi & Siklus-siklus Kunci
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Ada dua pengelompokan utama bambu, simpodial (rumpun) dan
monopodial (rambat).
2.1
BAMBOO
GROWTH
Cabang bambu simpodial yang tersembunyi di bawah tanah disebut
rhizoma atau rimpang berupa jaringan yang saling berhubungan yang
menyerupai tangkai payung. Tunas rebung muncul dari akar rimpang ini,
menjadi rebung dan bambu muda ketika muncul ke permukaan tanah.
Jarak antara induk dan anak berdekatan, sehingga bambu simpodial tumbuh dalam rumpun.
Bambu simpodial adalah jenis dominan yang tumbuh di daerah tropis dan merupakan subjek utama dalam buku ini, yang mana khusus
membahas pengelolaan bambu rumpun bambu simpodial tropis untuk
meningkatkan produksi tunas yang pada akhirnya meningkatkan jumlah
batang bambu.
Bambu monopodial dikenal sebagai bambu merambat, karena akar rimpang atau rhizomanya muncul jauh dari pohon induknya. Tunas menyebar dari mata tunas yang terdapat pada akar rimpang, dan dapat muncul
ke permukaan tanah sebagai runas bambu atau menjadi akar rimpang
baru. Bambu monopodial dan jenis ketiga yakni amphipodial (campuran
antara monopodial dan simpodial) tidak akan dibahas dalam buku ini.
Bagian berikutnya akan memberikan informasi tentang anatomi, pertumbuhan dan ekologi bambu dalam ekosistem. Untuk informasi yang
lebih lengkap tentang topic ini, silakan lihat daftar sumber pada bagian
akhir buku ini. Pemahaman yang lebih baik tentang bambu, baik sebagai
tumbuhan maupun sebagai bagian dari ekosistem, akan dapat membantu pengelola atau petani membuat keputusan yang lebih baik berkaitan
dengan pengelolaan rumpun bambu.
17
CHAPTER 2 - BAMBOO GROWTH & ECOLOGY
2.2
ANATOMY OF
BAMBOO
Rumpun - Satu kelompok bambu
simpodial disebut dengan rumpun. Satu
rumpun bambu bisa memiliki hingga 300
batang bambu jika tidak pernah ditebang.
Rumpun yang dikelola secara reguler
dapat memiliki hingga 100 batang bambu.
Batang Bambu - Merupakan bagian rumpun
bambu yang muncul di permukaan tanah. Dalam
istilah botani tunas ini sebenarnya adalah cabang
dari rumpun. Batang bambu tumbuh mencapai
ukuran maksimal dalam waktu 6 hingga 8 bulan.
Batang terbagi menjadi tiga bagian yakni, pucuk,
tengah dan pangkal.
1) Bagian pucuk bambu terdiri atas cabang
dan daun dan memiliki fleksibilitas yang tinggi
dalam menghadapi angin kencang.
2) Bagian tengah bambu memiliki struktur
yang lebih kaku untuk mendukung bambu
tumbuh tinggi menembus kanopi agar cukup
mendapatkan cahaya matahari untuk fotosintesis.
3) Bagian pangkal terdiri atas akar dan dan
mata tunas (yang akan menjadi rizoma ketika
tumbuh)
Buku-buku - Merupakan batas pembagi ruas-ruas
batang bambu. Buku-buku membuat bambu kuat
dan merupakan daerah batang yang memiliki serat
radial horizontal.
Ruas - Bagian antara buku-buku . Memiliki serat
vertikal yang terhubung dengan buku atas dan
bawah membentuk serat-serat yang memberikan
kekuatan maksimal dengan jumlah serat minimal.
18
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Daun - Ukuran, sudut dan kadar lilin
daun bambu berbeda tergantung dari
jenisnya dan asal bambu. Silika yang
terdapat pada daun bambu membuatnya
tahan terhadap suhu panas dan meningkatkan penyerapan cahaya untuk proses
fotosintintesis dan pertumbuhan yang
cepat.
Cabang - Cabang muncul dari mata tunas
yang ada di buku-buku bambu. Berguna
dalam menentukan umur bambu dan
juga dalam pembudidayaan bambu (perbanyakan menggunakan ranting)
Kelopak - Melindungi rebung dan
bambu muda, sangat penting dalam
identifikasi bambu.
Rebung - Bambu muda yang baru
muncul dari tanah. Kebanyakan
spesies dapat dimakan, beberapa
spesies sangat pahit.
Rizoma/Akar - Bambu simpodial memiliki sistem akar yang
menyerupai jaring yang muncul dari akar rimpang di bawah
tanah. Jaringan akar ini tersebar hingga 15 meter dari pusat
rumpun. Akar-akar yang terdekat dengan rumpun (kurang
dari 5m) menyerap air dan hara, sementara akar yang lebih
jauh (lebih dari 5m) fungsi utamanya adalah menyerap air.
Sistem akar bambu relatif dangkal, meski kadang bisa mencapai kedalaman hingga 2 meter di dalam tanah.
19
CHAPTER 2 - BAMBOO GROWTH & ECOLOGY
2.3
GROWTH &
ENVIRONMENT
2.3.1
CYCLE OF THE
FIVE ELEMENTAL
ENERGIES
WATER PHASE

Peradaban kuno Cina menempatkan unsur alam dalam filsafat nya yang
terkenal. Siklus yang digambarkan dalam lima unsur energi dapat digunakan sebagai analogi untuk memahami pertumbuhan tahunan dari
rumpun bambu.
Siklus kelima unsur energi menggambarkan berbagai tahap dari suatu
siklus dasar alam. Kelima unsur tersebut adalah Air, Kayu, Api, Tanah
dan Logam. Istilah ini diciptakan dalam zaman natural (?) telah memberikan manfaat, meski pemikir ilmiah moderen tidak memahami terminologi untuk melihat maknanya.
Air adalah unsur energi yang menggambarkan “Yin” yang sangat besar
dalam siklus sistem. Ia mewakili periode istirahat dan ketenangan. Pada
tahap ini energi disimpan, menunggu saat untuk dilepaskan untuk tahap
aktifitas dan siklus berikutnya.
Jika dikaitkan dengan petumbuhan bambu, fase ini terjadi pada musim
dingin di kawasan kutub atau pada musim kering di kawasa tropis dan
subtropis. Bambu menyimpan energinya dengan bersifat tidak terlalu
aktif. Energi air terkonsentrasi dengan tenaga yang besar, berhubungan
dengan benih, energi yang fundamental bagi kehidupan berupa energi
potensial. Ia terdiri dari air dan mineral yang terdapat dalam tumbuhan
bambu, memperkuat dan memberikan nutrisi pada batang bambu.
Jika energi ini dapat disimpan, pertumbuhan rebung akan sengat
baik pada siklus berikutnya. Jika energi tersebut terbuang, akan terjadi
kekurangan energi pada siklus-siklus selanjutnya. Yang dapat menghabiskan energi air dalam bambu (atau tumbuhan/makhluk hidup lain) adalah
stress. Pengelolaan bambu yang baik mengurangi stress dan menjaga
energi air.
WOOD PHASE

20
Kayu mewakili fase berikutnya dalam siklus. Dalam fase ini energi yang
telah terkonsentrasi dan tersimpan secara cepat dilepaskan, memicu
periode aktifias baru. Kayu merupakan usnur energi yang ekspansif, memicu aktifitas kelahiran kembali. Pada bagian utara dan selatan bumi,
musim semi digambarkan dengan unsur kayu, sementara di kawasa tropis dan subtropis awal musim hujan merupakan saat yang subur untuk
pertumbuhan.
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Bambu memberikan contoh akan energi kayu lebih baik dari kebanyakan tumbuhan kayu. Bambu yang menimpan energi dengan baik pada
musim dingin ataupun kemarau, mengalami pertumbuhan yang luar biasa akibat sinergi antara air dan energi sinar matahari. Rebung secara
nyata menyembul keluar ke permukaan tanah pada awal musim hujan
atau semi, terus tumbuh bahkan hingga 1 meter par hari pada beberapa
spesies bambu. Kayu merupakan energi dari rebung dan bambu muda.
Agar energi kayu dapat terjadi pada bambu, penyimpanan energi pada
fase air, juga dibutuhkan kondisi pertumbuhan yang alami (ketersediaan
air, unsur hara, cahaya, udara, dll). Berdasarkan enam langkahpengeloaan
bambu yang terdapat pada Bab empat adalah ketika dimana energi kayu
dapat sepenuhnya teralisir dan menghasilkan pertumbuhan bambu yang
maksimal.
Fase energi berikutnya adalah Api. Dimulai ketika ledakan energi kayu
telah berakhir dan menjadi aktifitas yang berkelanjutan. Energi selama
fase api ini memiliki mobilitas tingi dan dan dapat keluar secara bebas.
Dalam tahap ini, bambu muda mulai membentuk daun-daun, sedangkan
yang tua sudah mengalami fotosintesis secara penuh. Produksi gula, dan
pertukaran carian dalam bambu berada pada tingkat puncaknya. Rumpun bambu yang baik akan terlihat hijau dan rimbun. Fase ini terjadi
pada musim panas di kawasan subtropis dan di pertengahan musim hujan di kawasan tropis. Api merupakan energi pertumbuhan yang perlahan hingga mencapai maksimal, ketika daun bambu muda mulai tumbuh,
bambu yang lebih tua mencapai tingkat kekuatan yang penuh (yang dicapai dalamwaktu 3-4 tahun). Ketika energi api berkurang, bambu muda
tidak akan mencapai pertumbuhan yang penuh, akan mengalami bentuk
lancip, kurang akan pertumbuhan daun, ruas yang pendek dll. Bambu
tua dan muda juga sama, tanpa energi yang cukup dapat terserang hama
dan penyakit disamping mengalami pertumbuhan yang buruk.
FIRE PHASE

Rerumputan dan tumbuhan lainnya juga tumbuh dengan subur pada
fase ini, sehingga perlu di bersihkan dan dijajikan kompos. Untuk menjaga energi api, bambu memerlukan ruang, berupa lingkungan tumbuh
yang seimbang (lihat bagian 4.1), nutiris, air, sinar matahari dll. Kerindangan daun merupakan indikator yang baik untuk mengetahui kemampuan
rumpun bambu memanfaatkan fase api untuk pertumbuhannya.
21
CHAPTER 2 - BAMBOO GROWTH & ECOLOGY
METAL PHASE

Fase api diikuti oleh fase Logam ketika musim panas diikuti oleh musim
gugur atau pada saat antara musim hujan dan musim kemarau terjadi.
Logam merupakan tahap dimana energi disimpan, Sisa energi dari tahap
api diakumulasi dan tidak dilepaskansecara bebas. Proses esensial dalam
siklus energi telah lengkap pda tahap api dan hasilnya siap untuk diakumulai, diolah dan disimpan. Kebangyakan energi pada bambu disimpan
dibawahtanah pada sistem akar rimpangnya.
Selama fase ini, terjadi dua proses penting yakni pemanena bambu
dapat dimulai (resiko merusak pertumbuhan generasi berikutnya lebih
kecil dibandingkan dengan tahap Kayu dan Api) dan pelepasan produkproduk yang terbentuk pada tahap api (sebagian besar berupa daun
yang jatuh). Tumbuhan bambu kehilangan energi dan unsur haranya,
shingga ini merupakan cara bambu menyiapkan diri untuk tahap air berikutnya ketika energi (dan sumberdaya lain seperti air dan nutrisi ditransportasikan oleh air) terbatas. Selama fase air, tumbuhan tidak mampu
mendukung aktifitas seperti pertumbuhan atau sistem penyimpanan
seperti biomas yang tinggi dari daun, sebalinya, tidak ada cukup energi
tersedia seteah fase Air mengakibatkan fase Kayu berikutnya akan menjadi lemah, berakibat rawannya bambu pada penyakit dan pertumbuhan
yang buruk.
Sangat penting pada fase ini untuk menangkap kembali energi yang cukup dan mengembalikannya pada tumbuhan pada masa fase air, untuk
memungkinkan tumbuhan menjalani pertumbuhan yang biak pada siklus
berikutnya. Salah satu cara melakukan ini adalah dengan memproses
daun yang jatuh dan mengembalikannya ke tumbuhan dalam bentuk
kompos. Jika energi yang terakumulasi tidak cukup, fase air akan gagal
atau kehabisan energi sehingga menggangu keseluruhan siklus.
22
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Sebagai tambahn dari dari empat fase pokok di atas, juga dikenal elemen
energi tambahan yang melekat pada siklus kehidupan. Unsur energi kelima ini disebut Tanah. Berkaitan dengan bambu, fase Tanah berhubungan
dengan keseimbangan, rumpun bambu yang subur. Bambu dapat tumbuh,
menghasilkan dan mendukung bertumbuhan tunas baru (rebung), dan
membangun ketahanan terhadap hama dan penyakit. Rumpun bambu
juga dapat beristirahat dan menyimpan energi dengan baik, tidak terlalu banyak daun yang jatuh pada musim kemarau, dan rizoma tersebar
dalam tenah berongga yang telah diseapkan untuk menghasilkan pertumbuhan tunahs yang baik. Sehingga baik pada musim dinging atau panas,
hujan atau kemarau, rumpun bambu berada pada kondisi yang sehat
dalam fase Tanah. Perawatan bambu dalam fase tanah penting dalam
langkah pengelolaan disini. Akan didapati bahwa perawatan bambu yang
telah dikelola dengan baik merupakan pekerjaan sederhana, menyenangkan dan menguntungkan.
EARTH PHASE

Diagram berikut ini menggambarkan hubungan antara lima unsur energi
yang telah dibahas di atas.
API
KAYU
TANAH
AIR
LOGAM
Pada diagram di atas, dua siklus bekerja pada waktu bersamaan. Pertama
disebut Siklus Penciptaan (tanda panah solid). Air neik ke Kayu, Kayu
menciptakan Api, Api menghasilkan Tanah, Tanah menghasilkan Logam
dan kembali ke Air.
Siklus kedua merupakan kontrol/pengendalian (tanda panah dengan
garis putus). Air mengendalikan api, Api mengendalikan Logam, Logam
mengendalikan Kayu, Kayu mengendalikan Tanah, dan Tanah Mengendalikan Air. Meski pembahasan tentang bambu disini bersinggungan dengan
metafisis, kesadaran akan siklus alami dan kemampuan mendeteksi gangguan dalamberbagai tahap merupakan keahlian dan pengetahuan yang
sangat dibutuhkan oleh praktisi dalam pengelolaan bambu.
23
CHAPTER 2 - BAMBOO GROWTH & ECOLOGY
2.3.2
MAIN PHASES OF
GROWTH OF A
BAMBOO CULM
Pertumbuhan satu batang bambu, mulai dari rizoma hingga ketinggian
maksimalnya terjadi pada fase Kayu dan Api. Pertumbuhan ini telah diterangkan oleh ahli bambu seperti Dr. Walter Liese, juga oleh pengelola
perkebunan bambu Mizoram di India, Dr. Fu Maoyi dari Chinese Academy of Forestry menerangkan lima fase pertumbuhan bambu berikut
ini (Fu Maoyi, 2007)
1) Differensiasi Mata Tunas
Terjadi pada awal musim hujan dan berakhir selama 1-2 bulan. Fase ini
ditandai dengan tonjolan tunas pada pangkal bambu. Batang dengan
umur 1-4 tahun dapat menghasilkan mata tunas, baik yang dapat tumbuh menjadi rebung maupun tidak.
II) Pertumbuhan Mata Tunas
Fase ini terjadi pada bulan ke tiga setelah diferensiasi mata tunas. Pada
fase ini, tonjolan mata tunas mulai membentuk rebung muda.
III) Rebung Awal
Rebung menyembul ke permukaan tanah, tumbuh hingga mencapai
ukuran rebung maksimal (30 cm pada Gigantochlos, 50 cm pada dendrocalamus), fase ini terjadi dalam waktu 15 hari. Inilah saatnya pembentukan bambu.
maybe a phase between these two, where shooted bamboo is undergoing physiological processes b4 the big growth spurt (call W. Liese)
IV) Ledakan Pertumbuhan
Antara rebung ke bambu muda berlangsung antara 30-45 hari. Bambu
akan tumbuh sekitar 80% dari pertumbuhannya pada periode ini dan
membutuhkan nutrisi dan air yang cukup.
V) Fase Penutup
Daun mulai terbentuk dan batang bambu mencapai ukuran penuh.
.
24
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
ask solichin to try and depict
this for each species to the left,
graphically.
Need reference photos
I
II
III
IV
V
J
J
A
S
O N
D
J
F
M
A
M
Kalendar pertumbuhan G. Apus yang umum untuk wilayah Jawa/Bali.
V
J
I
II
III
IV
J
A
S
O N
D
J
F
M
A
Kalender Pertumbuhan Umum Petung di Jawa dan Bali
M
25
CHAPTER 2 - BAMBOO GROWTH & ECOLOGY
2.3.3
ENVIRONMENTAL
FACTORS
Faktor Lingkungan Penting
Beberapa faktor lingkungan penting yang mempengaruhi pertumbuhan
bambu adalah:
Curah hujan - Khususnya selama musim rebung dan pada tahap ledakan
pertumbuhan, bambu membutuhkan kelembaban yang cukup untuk
berkembang secara baik.
Kelembaban Tanah - Berbeda tergantung spesiesnya, Menjaga kelembaban tanah pada musim kering disekeliling rumpun merupakan langkah
penting yang dilakukan dengan pemulsaan dan peningkatan unsur organik tanah. Tanah yang terlalu lembang atau genangan air merupakan
masalah pada bambu dan dapat meningkatkan serangan jamur. Drainase
yang layak merupakan prioritas ketika air mempengaruhi pertumbuhan
bambu.
something more visual with regards to
bamboo and water
water inputs and
outputs
Temperatur - Ini tergantung dari kerimbunan daun bambu atau pohon
lainnya di hutan campuran. Bambu yang tumbuh di kemiringan tinggi
harus naik lebih tinggi (biasanya tumbuh lebih lurus) untuk mendapatkan
tambahan sinar matahari.
Temperature - In the tropics, temperature may be less of an issue than
in temperate zones.
Tanah - Bambu tumbuh pada berbagai jenis tanah, tapi bambu simpodial tropis yang banyak digunakan untuk keperluan konstruksi lebih
menyukai tanah yang kaya akan unsur organik. Bagian besar dari buku ini
membahas tentang tanah dan pengelolaan nutrisi tanah.
Topografi - Berbagai bambu tumbuh lebih baik/jelek tergantung pada
topografi. Beberapa jenis baik pada permukaan rendah, kaya akan lumpur yang selalu memiliki kadar air tinggi. Jenis lain tumbuh baik pada
ketinggian lereng, lahan dengan drainase yang baik. Denrocalamus dan
Gigantochloa tumbuh baik di lereng, cenderung tumbuh lurus sehingga
menghasilkan kayu yang berkualitas tinggi.
26
Pengaruh Manusia - Bambu, khususnya yang dikelola atau di agro-ekosistem akan tergantung pada faktor manusia, khususnya penerimaan
secara sosial terhadap bambu. Ini akan tergantung pada nilai ekonomi
yangdiberikan oleh bambu dan pemahaman akan manfaat lingkungan
dari keberadaan hutan bambu.
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Sama seperti ekosistem lain, hutan atau perkebunan bambu dikendali
kan oleh sejumlah siklus, masing-masing dengan variabel penting yang
mengatur siklus tersebut. Siklus ini dapat berupa siklus biotik yang cepat
yang terjadi dalam rumpun bambu (seperti serangga, hewan, microorganisme lainnya), hingga proses abiotik yang lebih lambat (air, karbon,
nitrogen, fosfat) yang terjadi pada tinggat ekosistem. Bambu yang terdapat dalam lingkungan hutan secara aktif mempengaruhi siklus alami
yang menuntun pada stabilitas dalam konteks habitat mikro (dalam tanah dibawah rumpun, da dibawah rimbunan dedaunan bambu), begitu
bula pada skala sistem yang lebih besar (pada hutan itu sendiri), ini
dapat dilihat sebagai suatu siklus yang diatur sendiri oleh sistem tersebut. Bambu meningkatkan habitatnya sendiri, menyeimbangkan fluktuasi
lingkungan yang terjadi pada sistem. Hutan bambu memiliki tingkat ketahanan ekologi yang tinggi.
2.4
ECOLOGICAL
CYCLES
LINK TO WATERSHEDS PAPERTS GTZ
2003.
Resources: The Resource
that the Key Variables
Discussion is from.
Berikut ini adalah penjelasan tentang proses penting dan variable yang
menentukan dinamisme pada tingkat tumbuhan (rumpun) dan pada
tingkat hutan.
Proses Penting ke - 1 : Dekomposisi Daun, menciptakan Kestabilan
Habitat Micro.
Energi disimpan dalam bentuk organik di dalam tanah dan dibawa ke
dalam sistem oleh mikro organisme, serangga pemakan detritus dan aktivitas yang dilakukan oleh cacing. Bahan organik sebagian besar diperolah dari tanaman bambu sendiri (daun, kelopak, tunggul yang membusuk dan akar) dan dari vegetasi hutan lainnya. Bahan organik juga dibawa
kehutan oleh air hujan dan dari sumber luar lainnya.
Sisa dari bambu sendiri, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
didekomposisi dalam situasi alami, ini disebabkan oleh tingginya kadar
silika. Kebanyakan tumbuhan sulit menyerap silika, kecuali jenis rerumputan seperti bambu. Silika juga sulit untuk diurai, dan membutuhkan
waktu yang lama. Ini menyebabkan lingkungan permukaan tanahcukup
stabil pada waktu yang lama, lebih stabil dari pada lingkungan tumbuhan
yang cepat mengalami pembusukan.
Dekomposisi yang perlahan dan stabil merupakan faktor penting yang
menjadikan ekosistem bambu berbeda dan memberikan tingkat pertumbuhan luar biasa serta keberadaan biomasa yang berlimpah.
2.4.1
KEY PROCESS #1
make this visual do a cenceptual illustration
do-shi-sha univ. illustrationon silica structure in
bamboo - get
case study illustration
- next to the bamboo, a
profile of slowly breaking
down leaf material.
27
CHAPTER 2 - INTRODUCTION
2.4.2
KEY PROCESS #2
Proses Penting ke - 2 : Aktivittas Jaringan Akar dan Rizoma
Memperbaiki Struktur Tanah dan Penyerapan Air.
Faktor penting lain yang menyumbang pada pertumbuhan luarbiasa bambu simpodial adalah aktifitas jaringan akar dan rizoma.
Sistem akar dan rizoma yang dangkal tersebar luas dibawah
permukaan tanah. Sistem perakaran ini berperan memperbaiki
struktur tanah. Akar bambu menyebar jauh di tanah sekelilingnya,
hingga 15 meter bahkan lebih dari pusat rumpun bambu. Jaringan ini berperan dalam menahan air, menjadikan tanah disekeliling bambu seperti spons. Ketika akar mati dan membusuk, tanah
tyang ditempatinya akan menjadi berporos dan memiliki ucukp
udara, yang juga baik untuk penyerapan air.
Sangat sedikit tumbuhan lain yang memiliki sistem akar seperti
bambu. Sistem akar rimpangnya yang kuat dan luas memecah
tanah yang tidak dijangkau oleh tumbuhan lain. Aktifitas ini menciptakan lapisan tanah berporos dengan drainase yang baik.
Vigorous growth by the
root and rhizome network
acts to physcially loosen soils
and improve soil structure.
28
Dengan memperbaiki struktur tanah disekelilingnya (lihat Bab. 4,
bagian 3 untuk informasi yang lebih rinci tentang struktur tanah),
serta meningkatkan penyerapan air dan meberikan drainase yang
baik, tumbuhan bambu dapat memperbaiki struktur tanah yang
rusak.
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Akumulasi hasil dari Proses Penting Pertama (lapisan tanah kaya organik
dan stabil akibat kadar silika tinggi, dekomposisi bambu yang perlahan)
dan Proses Penting Kedua (tanah berporos dan berongga) menciptakan
kondisi yang mendukung perkembangan mikro organisma (Lihat Bab
4, Bagian 3, hal 80-81 untuk percobaan perbadingan mikro organisme
yang ditemukan di hutan bambu dan jenis tanah lainnya). Aktivitas microorganisme meningkatkan kualits tanah dengan caramenyediakan nutrisi pada tumbuhan. Seluruh faktor ini membantu bambu memperolah
tingkat pertumbuhan yang berbeda dari jenis tumbuhan lainnya (bahkan
hingga 1.5 meter lebih per hari pada spesies D. asper)
Daun yang jatuh bersamaan dengan pembusukan bagian bambu
lainnya di dekomposisi perlahan
dan menciptakan lapisan organik
tanah yang stabil (a)
Pada saat bersamaan aktifitas
penggemburan tanah, jaringan
rizoma dan akar rimpang bambu
(b)kondisi tanah menjadi optimal untuk perkembangan mikro
organisme yang pada akhirnya
meningkatkan tekstru tanah dan
menyediakan nutrisi pada bambu.
a
b
Proses Penting ke - 3 - Kapasitas Menyimpan Air oleh Sistem Akar
Proses penting ke tiga yang memungkinkan pertumbuhan bambu yang
luar biasa adalah adalah kapasitas akar bambu dalam menyimpan air.
Rambut-rambut yang terdapat pada akar bambu memiliki kemampuan
mengembang yang luar biasa seihingga membuat bambu memiliki kapasitas menyimpan air yang sangat tinggi. Sehingga bambu dapat berfungis
sebagi aquifer hidup yang menyimpan air untuk keperluan dimasa yang
akan datang.
2.4.3
KEY PROCESS #3
29
CHAPTER 1 - INTRODUCTION
talk to valerie smith of
canada re: trichoderma
ask reef for email
get the crc press ecological based pest mgmt
(in the book agroecosystem mgmt) by the
poles
2.4.4
ENERGY FLOW
Untuk mendukung pertumbuhan rebung yang luar biasa hingga mencapai 1,5 meter per hari, bambu harus memilki tekanan hidrostatis yang
tinggi. Air tanah bersama dengan air yang diikat oleh sistem akar dangkalnya sangat penting untuk pertumbuhan ini. Energi yang mengalir dalam
sistem bambu dimulai dengan aktifitas mikro organisme (bakteri dan
jamur) yang menguraikan unsur organis. salah satu jenis jamur berguna
yang ditemukan pada banyak jenis bambu simpodial adalah Trichderma
spp. Pada saat bersamaan, cacing dan serangga pemakan detritus seperti kumbang dan larva lalat juga membantu dalam pembusukan bahan
organik. Diagram berikut ini menggambarkan aliran energy di seluruh
rumpun bambu.
hama

tumbuhan bambu
30
musuh alami
siklus
mikro organisme
bahan organik
pemakan detritus
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION
Sebagai tambahan atas kondisi pertumbuhan yang luar biasa, akibat ketersediaan nutrisi, bambu yang tumbuh secara alami di hutan pada umumnya memiliki tingkat resistensi yang tinggi terhadap serangan hama
dan penyakit. Hama dan penyakit dapat menyerang semua bagian bambu, kecuali pada bambu yang sehat, bambu yang dikelola dengan baik,
hama tidak memilki keempatan untuk berkembang.
Populasi hama yang tetap rendah pada hutan hutan bambu, disamping
fakta bahwa musuh alami khsususnya predator umum sepeti laba-laba
tidak tergantung secara langsung pada populasi hama. Ada tiga kesempatan bagi perkembangan populasi musuh alami:
1. Dari bahan organik melalui siklus mikro organisme.
2. Dari bahan organik melalui serangga pemakan detritus.
3. Dari tumbuhan bambu melalui herbivora.
Ini berarti banyak atau pun tidak hama di dalam hutan bambu, musuh
alami hama seperti laba-laba dapat hidup dari mangsa yang lain. Ketika
serbuan hama terjadi, musuh alaminya masih ada untuk mengendalikannya.
2.4.5
NATURAL PEST
DYNAMICS
“Ecological Basis Of
Agroforestry” Miguel A. Altieri and
Clara I. Nicholls
“Landscape Ecology in
Agroecosystems Management”
ask kim for these files
Ketika hama dan penyakit memiliki kesempatan untuk berkembang,
berarti ada perubahan yang terjadi pada lingkungan alami. Salah satu
contoh negatifnya dapat berupa penggunaan pestisida yang dapat membunuh musuhalami hama dan dan memicu peningkatan populasi hama.
Pengambilan bahan organik yang dibutuhkan untuk siklus nutrisi (khususnya daun) merupakan bentuk lain dari ganguan, yang dapat melemahakn tumbuhan bambu dan menjadi lebih rentan terhadap penyakit.
Perobahan pada hidrologi utan seperti pengurangan drainase atau peningkata jumlah genanganair dapat menyebabkan peningkatan serangan
jamur. Tiga kasus ini akan dibahas leibh lanjut pada bagian implikasi pengelolaan dari pemahaman faktor dan proses penting yang mendukung
pertumbuhan bambu.
Bab 4, bagian 6 tentang Pengelolaan Hama pada Bambu akan membahas
lebih rinci tentang solusi pengendalihan hama terpada pada bambu.
31
CHAPTER 1 - INTRODUCTION
2.4.6
MANAGEMENT
IMPLICATIONS
Implikasi Pengelolaan Bambu - 1 : Daur Ulang Nutrisi.
Sumber nutrisi tanah sebagian beser datang dari bambu sendiri, selain
dari vegetasi lain yang tumbuh di hutan bambu alami.
Pada lahan perkebunan bambu, nutrisi autochinous ini (yang berasal
dari dalam sistem, dalam hal ini tumbuhan bambu sendiri) kemungkinan
berpindah dari hutan bambu. Selain batang bambu, daun bambu seringkali diambil sebagai makanan ternak, kompos atau alas untuk kandang
ternak. Bahkan kelopak bambu sekalipun dapat diambil untuk dijual.
Petani bambu di pedesaan jarang mengganti kembali nutrisi yang diambil
tersebut. Pemberian pupuk, kompos atau pemulsaan sering dianggap
hanya membuang sumberdaya, waktu dan uang karena bambu dapat
tumbuh baik dengan sendirinya tanpa perawatan.
Untuk meningkatkan pengelolaan dan hasil panen bambu, penting artinya memahami peran penting dari bahan organik pada tumbuhan bambu,
yang berperan dalam menjaga kesuburan ekosistem tanah dan tentunya
pada hutan bambu atau perkebunan bambu. Pemahaman ini merupakan pondasi dari pentingnya memperkenalkan praktek pengelolaan yang
memastikan penggantian bahan organik yang terambil dari bambu.
Implikasi Pengelolaan - 2 : Pengendalian Hama Alami.
Kebeadaan berbagai populasi musuh alami, didukung oleh berbagai jenis spesies makanan alternatif yang berlimpah, menjamin populasi hama
pada jumlah yang rendah. Sebagai akibatnya, keregaman terstruktur dari
arhropoda pada hutan bambu berfungsi menekan populasi hama secara
konsisten dengan menghalangi perpindahan hama. Semua variabel penting dapat ditemukan pada setiap ekosistem bambu tropis. Jika proses ini
terganggu, populasi hama akan meledak dan menyebabkan kerusakan
yang serius.
32
Dari sini, implikasi dari pengendalian hama pada bambu dapat ditentukan. Penggunaan insektisida yang diberikan pada perkebunan bambu
di negara lain, mengganggu dan meruak keseimbangan populasi musuh
alami. Perkembangan hama ini pada umumnya merujuk pada “kebangkitan hama akibat pestisida”. Kombinasi beberapa faktor lain dapat memungkinkan hal ini.
THE ENVIRONMENTAL BAMBOO FOUNDATION

Telur-telur dari kebanyakan hama tahan terhadap bahan kimia.

Serangga berpindah untuk perkembangan populasinya dengan
pengurangai musuh alami.

Kemampuan berpindahnya hama pada umumnya terus berkem-
bang, lebih cepat dari musuh alaminya. Hama bahkan dapat kembai
berkembang di area yang telah diberi pestisida dan menjadi kebal
terhadap efek pestisida lebih cepat dari musuh alami.

Penggunaan pestisida tidak dibutuhkan pada perkebunan bambu.
Hanya akan menyebabkan bisya tambahan dan tidak efektif untuk
jangka panjang. Pengelolaan yang baik terhadpa bambu, merupakan
cara pengendalina hama yang lebih tepat.
Implikasi Pengeloaan Bambu - 3 : Erosi Tanah
Bahkan pada ekosistem hutan bambu alami, dengan daur ulang bahan
organik tanah dan kehadiran vegetasi yang dapat menahan tanah di dasar
hutan, erosi tanah tetap terjadi. Ini khsusnya terjadi pada kaerah yang
memiliki kemiringan tinggi. Meskipun kelihatannya jaringan akar bambu
yang luas dari satu rumpun bambu dapat menahan tanah, aktifitas dari
rizoma bambu dapat mengalami kekurangan tanah. Dalam musim hujan, pada dareah dengan kemiringan tinggi, tanah di bagian bawah rumpun bambu dapat rentan terhadap erosi. Ini dapat mengurangi potensi
produktif dari rumpun, akibat hilangnya lapisan humus (yang dibutuhkan
untuk melindungi mata tunas yang merupakan bakal rebunt) dan nutrisi
tanah.
Ancaman dari erosi tanah meningkat pada kawasan bambu yang lebih
sering dipanen, akibat intensitas lalu lalang manusia, pengurangan tutupan lahan, penebangan batang bambu dan lain sebagainya.
Salah satu tindakan pengelolaan yang direkomendasikan dalam buku ini
adalah pengburan tanah disekeliling rumpun, untuk mendorong pertumbuhan rebung yang maksimal. Namun demikian untuk melakukan
pengemburan tanah, dibutuhkan cukup tanah disekitar lokasi. Sehingga
di kawasan yang terjadi erosi tanah, pengukuran erosi harus dilakukan.
Untuk informasi yang lebih rinci tentang pengendalian erosi, lihat “Soil
Management in Upper Thai Watersheds. GTZ 2003.
33
Download