HIV, Zika, dan Ibu Hamil Sabtu, 17 September 2016 14:02 Oleh Mohd. Andalas KASUS infeksi HIV (Human Immunodeficiensi Virus) atau virus yang mengganggu kekebalan tubuh, kini semakin meluas di Indonesia, tak terkecuali di Aceh yang berjulukan daerah Serambi Mekkah ini. Data terakhir dari Komisi HIV/AIDS Aceh, menyebutkan bahwa hampir seluruh kabupaten/kota di Aceh terdapat kasus dengan HIV positif yang berpotensi menularkan bagi orang lain bila tidak mendapat advokasi yang baik dari petugas kesehatan terkait, seperti Dinas Kesehatan atau forum relawan setempat. Penularan HIV dapat melalui beberapa cara, dapat melalui hubungan seksual, atau bisa saja karena tertular saat transfusi dari donor darah seseorang dengan HIV positif, kelompok orang pemakai narkoba, dengan menggunakan jarum suntik yang terkontaminasi dengan darah pengidap HIV positif. Begitu juga pada ibu hamil yang positif HIV, menurunkan infeksi pada bayi yang dikandungnya. Penyebaran virus HIV bukan akibat kontak badan atau berkomunikasi dari orang yang HIV positif. Karena itu tidak perlu memusuhi orang yang terinfeksi HIV/AIDS atau menghindari dari mereka dalam bergaul sehari-hari. Kita sebaiknya memberi dukungan bagi mereka dalam menghadapi penyakit tersebut, dan ikut memberi solusi bagi mereka untuk tidak menularkan infeksi tersebut pada orang lain atau pada janinnya bila wanita tersebut hamil, termasuk juga bagi tenaga penolong persalinan. Trendi penularan HIV saat ini telah bergeser kalau sebelumnya dominan kasus terbanyak pada kelompok gay melalui hubungan intim sesama jenis, kini penularannya relatif lebih besar akibat hubungan seksual heteroseks. Penularannya lainnya terjadi dari pengguna jarum suntik terkontaminasi virus HIV, dan transfusi darah yang relatif sedikit. Virus HIV Seorang yang terkena virus HIV belum tentu langsung bisa menyebabkan dirinya positif virus tersebut, sangat tergantung daya tahan tubuh masing-masing individu. Tapi sesuai namanya imunodeficiensi, virus ini terus bekerja untuk melemahkan daya tahan tubuh manusia terutama di sel-sel darah. Apalagi dengan infeksi yang berulang, melalui replikasi diri setelah kontak dengan sel darah seseorang, sehingga pola gennya (virus) tersebut berubah dan membuat obat yang awalnya spesifik menjadi kurang spesifik. Sifat virus yang aneh ini menjadi penyebab mengapa HIV sejak 1980-an belum terselesaikan sampai saat ini. Obat yang ada dan dipakai dalam terapi saat ini hanya bekerja mencegah virus tersebut tidak bereplikasi diri, atau berkembang sehingga jumlah kadar virus tidak banyak di dalam tubuh seseorang, tapi perlu diingat harga obatnya mahal. Pencegahan primer yang terbaik adalah jangan melakukan hubungan seks di luar istri sah. Selanjutnya untuk kelompok wanita penjaja seks komersil, sebaiknya lindungi penyebaran infeksi dengan menggunakan sarung plastik (kondom) dalam upaya melindungi diri. Untuk ibu hamil dengan infeksi HIV, sebaiknya berkonsultasi pada dokter ahli kandungan. Lazimnya dokter akan memberikan obat anti retro virus (ART) semasa hamil, dan dilanjutkan obat infus imunoglobulin untuk daya tahan tubuh saat persalinan. Bagi kelompok ibu yang mendapat obat anti virus HIV ini secara teratur dan titer kadar virus tidak tinggi memungkinkan seorang ibu untuk melahirkan secara pervaginam (normal). Bagi ibu hamil tanpa mengonsumsi obat-obat tersebut, maka pilihan persalinannya adalah dengan operasi Sesar. Karena bila dicoba persalinan normal, maka semakin lama bayi kontak dengan ketuban ibu sehingga memperbesar peluang tertular bagi bayi. Pengobatan bagi infeksi HIV sampai saat ini belum ada obat khusus, yang bisa dilakukan adalah meminimalkan efek dan replikasi virus dengan pemberian obat anti retro virus yang cukup efektif, sehingga sampai saat ini orang terinfeksi HIV masih tetap hidup dan menjalankan aktivitas sehari hari dengan baik. Pengobatan terbaik adalah jauihilah seks bebas, jauhi narkoba. Dibutuhkan keterbukaan pada para ibu hamil dengan HIV positif atau mempunyai riwayat kontak dengan penderita HIV untuk memeriksakan diri pada poliklinik khusus di RS, demi mendapatkan perencanaan terapi dan persalinan yang baik untuk menghindari janin dan petugas kesehatan terinfeksi HIV. Bagi petugas kesehatan sudah semestinya peduli dan tingkatkan kehati-hatiannya terhadap infeksi HIV, termasuk juga dengan virus sakit kuning (hepatitis), karena model penyebaran hampir sama dengan virus HIV yakni dengan memberlakukan prinsip kewaspadaan secara umum atau (universal precaution), meliputi, pakai pelindung diri (apron), pakai sarung tangan ganda, memakai kaca mata pelindung, sampah medis dibuang di tempat khusus. Setelah dipakai, semua alat medis tersebut harus didekontaminasi dari virus HIV dengan merendam dalam cairan klorin 0.5%, 5-10 menit, baru dilanjutkan untuk sterilisasi. Virus Zika Virus Zika ditularkan melalui nyamuk aedes agypti yang terinfeksi, nyamuk ini juga menyebarkan virus demam berdarah, aktivitas nyamuk ini dominan di siang hari, yakni saatnya orang melakukan aktivitas. Virus zika, virus ini untuk keluhan yang dirasakan pada seseorang yang terinfeksi sama saja seperti keluhan virus lainnya, yakni demam, lemas dan cepat lelah, tapi infeksi virus menjadi serius dan heboh akibat dilaporkan beberapa bayi lahir dengan kepala kecil pada kelompok ibu yang terinfeksi virus ini, di Brasil. Risiko kepala bayi kecil umumnya bisa terjadi bila ibu terinfeksi pertama saat usia hamil muda kurang 10 minggu, atau dikenal fase organogenesis (rancang bangun tubuh janin) suatu fase sangat sensitif dalam kehamilan. Maka harapan kita adalah kelompok ibu hamil muda atau kelompok ibu muda dalam program hamil sebaiknya jangan berkunjung ke daerah yang sedang berjangkit virus tersebut. Virus zika, pencegahan terbaik adalah cegah berkunjung ke daerah yang sedang berjangkit, terutama perhatian serius bagi kelompok ibu hamil muda. Perlu dipahami bahwa tidak semua orang yang terkena virus akan berkembang virus tersebut, jika daya tahan tubuh seseorang baik. Tetapi upaya preventif jauh lebih baik dibandingkan pengobatan. Bagi anak yang terjangkit virus dengan kepala kecil tumbuh kembang lanjutan sedikit terganggu, misal dalam kecerdasannya. Bagi virus zika bagi seseorang ibu yang pernah berkunjung daerah endemik atau negara terjangkit virus, dan hamil maka segera konsultasi dokter Anda demi skrining awal; apakah ada kelainan tumbuh kembang bayi atau tidak? Bila ada, maka akan diambil sikap terbaik setelah berkonsultasi dengan dokter ahli kandungan. Deteksi dapat dilakukan dalam kehamilan 16-18 minggu. Pencehagan terbaik adalah jangan berpergian ke daerah sedang berjangkit virus tersebut. Bagi kaum lelaki juga harus periksa kesehatan bila pernah berkunjung ke daerah berjangkit. Sebab, baru saja dilaporkan seorang lelaki didapatkan titer antibodi virus Zika positif, dan hal ini berpotensi menularkan pada istrinya. Nah! Dr. Mohd. Andalas, dr. Sp.OG, FMAS., Kepala Departemen Obgyn Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Wakil Ketua Tanfiziah PWNU Aceh, dan Ketua POGI Aceh. Email: [email protected] Sumber : http://aceh.tribunnews.com/2016/09/17/hiv-zika-dan-ibu-hamil / Senin, 26 September 2016 | 08:53 WIB