Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven

advertisement
Vokasi
Volume 8, Nomor 2, Juni 2012
ISSN 1693 – 9085
hal 121 - 132
Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian
Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah
MANAGAM RAJAGUKGUK
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Jl. Ahmad Yani Pontianak 78124
Abstrak: Nilai resistansi jenis tanah dipengaruhi beberapa faktor yaitu jenis tanah
(liat,berpasir dan berbatuan), lapisan tanah, kelembaban tanah,temperatur. Pengukuran
resistansi jenis tanah pada keadaan dalam banyak mengalami kendala serta membutuhkan
waktu dan peralatan yang komplit. Pengukuran dilapangan menggunakan metode empat
titik susunan Wenner dengan kedalaman 10 cm - 150 cm dan jarak antar elektroda adalah
3m. Dengan metode C.J Blattner keterbatasan alat pengukuran resistansi jenis tanah pada
keadaan lebih dalam, dapat digantikan karena pada metode ini hanya menggunakan 2
buah hasil pengukuran pada kedalaman 100 cm – 150 cm sebagai titik referensi dalam
memperkirakan nilai resistansi jenis tanah pada keadaan lebih dalam. Hasil perhitungan
nilai rata – rata resistansi jenis tanah di atas kedalaman 2m untuk tanah pertanian adalah
53,64 Ω-m dan cenderung menurun secara konstan dengan nilai berkisar antara (54,9852,38) Ω-m, pada tanah pasir basah adalah 124,775 Ω-m dan juga cenderung menurun
secara konstan dengan nilai berkisar antara (132,1-120,41) Ω-m, sedangkan pada tanah
bebatuan bercampur pasir adalah 1275,748 Ω-m dan terjadi peningkatan dengan nilai
antara (511,04-1716,8) Ω-m.Berdasarkan hasil perhitungan untuk mendapatkan nilai
resistansi pentanahan dibawah 5 Ω penanaman optimal batang tunggal elektroda pada
tanah pertanian adalah 14 m dengan nilai resistansi pentanahan 4,85 Ω, tanah pasir
basah adalah 28,5 m dengan nilai resistansi pentanahan 4,98 Ω, dan tanah batuan
bercampur pasir adalah 49m dengan nilai resistansi pentanahan 4,02 Ω.
Keywords: resistansi, tanah, elektroda, pembumian
__________________________________
Sistem pembumian merupakan salah satu faktor penting dalam usaha pengamanan
(perlindungan) sistem tenaga listrik saat terjadi gangguan yang disebabkan oleh arus lebih dan
tegangan lebih. Pada saat terjadi gangguan di sistem tenaga listrik, adanya sistem pembumian
menyebabkan arus gangguan dapat cepat dialirkan ke dalam tanah dan disebarkan kesegala arah.
Arus gangguan ini menimbulkan gradient tegangan antara peralatan dengan peralatan, peralatan
dengan tanah, serta pada permukaan tanah itu sendiri. Besarnya gradien tegangan pada
permukaan tanah itu tergantung pada resistansi jenis tanah. Salah satu usaha untuk memperkecil
gradient tegangan permukaan tanah yaitu dengan suatu elektroda pembumian yang ditanam ke
dalam tanah
Pada awalnya metode-metode pengukuran resistansi jenis tanah banyak mengalami
keterbatasan dalam hal pengukuran resistansi jenis tanah pada keadaan lebih dalam. Sehingga
Volume 8, 2012
122
menyebabkan para perancang harus mempertimbangkan dengan baik sistem pembumian yang
akan digunakan karena pada kondisi tersebut lapisan atas tanah mempunyai nilai resistansi jenis
yang relatif tinggi.
Nilai resistansi tanah sangat dipengaruhi oleh nilai resistansi jenisnya. Sehingga perlu
dilakukan suatu pengukuran secara akurat dari karakteristik tanah yang ada dan biasanya dalam
pengukuran keadaan lebih dalam akan ditemukan kendala dalam pengukuran resistansi jenis
tanah, karena akan membutuhkan waktu dan peralatan yang lebih komplit sehingga tidak efisien
dan ekonomis.
Dengan bantuan metode/teknik perkiraan nilai resistansi jenis tanah, keterbatasan dari alat
ukur resistansi jenis dalam menyelidiki kondisi spesifik tanah pada keadaan lebih dalam dapat
digantikan, karena pada metode perkiraan resistansi jenis tanah ini hanya dilakukan pengukuran
pada kedalaman beberapa meter sebagai titik acuan atau referensi dalam memperkirakan nilai
resistansi jenis tanah pada keadaan lebih dalam.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menghitung nilai resistansi jenis tanah pada
keadaan lebih dalam dengan menggunakan metode perkiraan C.J Blattner,
menghitung
kedalaman optimal penanaman elektroda batang tunggal sistem driven rod sehingga didapat nilai
resistansi pentanahan yang rendah, serta menganalisis pengaruh resistansi jenis tanah terhadap
kedalaman penanaman elektroda pembumian.
Untuk membuat suatu sistem pembumian diperlukan suatu elektroda batang pembumian
yang ditanam dalam tanah sehingga akan membuat kontak langsung dengan tanah dan hantaran
penghubung yang tidak berisolasi yang ikut ditanam dalam tanah dianggap sebagai elektroda
batang pembumian.
Bahan yang digunakan untuk elektroda batang pembumian adalah logam yang mempunyai
konduktivitas cukup tinggi yaitu tembaga, selain itu untuk mendapatkan nilai yang lebih
ekonomis dapat dipergunakan baja yang di galvanisasi atau baja berlapis tembaga.
Elektroda Pembumian
Berdasarkan peraturan umum tentang elektroda bumi dan penghantar bumi (SNI 04. 02252000) ada 3 jenis elektroda pembumian yaitu elektroda pita, elektroda batang, elektroda pelat.
Elektroda Batang (driven rod)
Elektroda batang terbuat dari batang logam bulat atau
dari baja profil yang
dipancangkan/ditancapkan kedalam tanah dan salah satu ujungnya lancip dengan kelancipan (45
+.5)o serta harus dilengkapi dengan klem dan baut klem yang mampu menjepit penghantar
seperti yang terlihat pada gambar 1 dibawah ini(6).
123 Managam Rajagukguk
Vokasi
Persamaan untuk mencari nilai resistansi pentanahan pada sistem pembumian driven rod
adalah sebagai berikut :
R
   8  
ln    1 ….………..............…(1)
2   d  
dimana :
 = resistansi jenis tanah (ohm-m),  = 3.14 atau (22/7),  = panjang elektroda batang (m), d =
diameter elektroda batang (m), R = Resistansi Pentanahan (ohm)
Gambar 1 Elektroda batang dan palu luncur
Untuk lebih jelasnya dimensi elektroda batang dan ukuran klem dapat dilihat pada tabel 1
dibawah ini.
Tabel 1 Dimensi elektroda batang dan ukuran klem
Panjang Nominal
Diameter Nominal
(m)
(mm)
1.5
12.7
2.4
12.7
2.4
16.0
Toleransi:
* -5 mm
Panjang + 20 mm
* -0.5 mm
Diameter + 1 mm
Sumber : SPLN 102 ; 1993
Tebal Lapisan Tembaga
(mikron)
250
250
250
Ukuran Klem
(mm2)
6-16
6-16
6-16
Dalam penggunaannya, jumlah dan ukuran elektroda batang dipilih dan disesuaikan
dengan resistansi pentanahan yang dibutuhkan. Jika mengiginkan nilai resistansi pentanahan
yang lebih rendah maka dapat dilakukan hubungan paralel dari beberapa elektroda batang.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan yaitu jarak antar elektroda batang, minimal dua kali
panjang efektif dari suatu elektroda batang dan tidak boleh berada dalam corong tegangan dari
elektroda batang disampingnya.
Struktur Tanah
Tanah merupakan medium pembumian yang bersifat sebagai konduktor. Untuk frekuensi
tinggi dan gelombang bermuka curam seperti petir dapat di artikan bahwa tanah merupakan
konduktor sempurna.
Volume 8, 2012
124
Struktur tanah merupakan salah satu faktor yang harus diketahui karena mempunyai kaitan
erat dengan perencanaan dan sistem pembumian yang akan digunakan. Penelitian struktur tanah
dan pengukuran resistansi jenis tanah menjadi faktor penting yang sangat mempengaruhi
kedalaman penanaman elektroda batang pembumian. Karena pada pemasangan sistem
pembumian dalam suatu lokasi tertentu sering dijumpai beberapa jenis struktur tanah yang
mempunyai resistansi jenis berbeda-beda.
Untuk menghitung resistansi jenis tanah, maka dapat diasumsikan bahwa tanah memiliki 2
jenis yaitu tanah yang seragam ( uniform ) dan tanah yang tidak seragam ( non uniform ).
Perbedaan resistansi jenis pada batas masing-masing lapisan tanah digambarkan sebagai
adanya faktor refleksi, dimana faktor refleksi tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan:
K=  2  1 ..........…...........................(2)
1   2
dengan 1 dan 2 merupakan nilai resistansi jenis lapisan atas dan bawah tanah dari persamaan
diatas memungkinkan faktor refleksi K berharga positif atau negatif.
Nilai Resistansi Jenis Tanah
Resistansi jenis tanah adalah sebuah faktor keseimbangan antara resistansi tanah dan
kapasitansi disekitarnya yang direpresentasikan dengan  (rho) dalam sebuah persamaan
matematik.
Dasar perhitungan resistansi pentanahan adalah perhitungan kapasitansi dari susunan
batang elektroda pembumian dengan anggapan bahwa distribusi arus atau muatan uniform
sepanjang batang elektroda. Hubungan resistansi dan kapasitansi dapat dijelaskan dengan suatu
analogi. Dimana analogi ini merupakan dasar perhitungan karena aliran arus masuk kedalam
tanah dari elektroda batang pembumian mempunyai kesamaan dengan emisi fluks listrik dari
konfigurasi yang sama dari konduktor yang mempunyai muatan terisolir.
Misalkan dua pelat konduktor dengan luas masing-masing A m2 dengan rapat muatan
pelat masing-masing q/m2, dan –q/m2, jarak antar pelat adalah d m,
Luas A m2
Q =q A columb
Gambar 2 Konduktor pelat
Jumlah garis fluks yang melalui dielektrik di antara kedua pelat adalah 4  .q. A dan kuat
medannya adalah 4  . q maka tegangan antara kedua pelat V = 4  q.d volt , jumlah muatan q
adalah qA columb.(3)
125 Managam Rajagukguk
Vokasi
Dari hubungan : C=Q/V ……………………….(3)
1 4. .q.d
.............................. (4)

C
q. A
Diperoleh
karena nilai q sama persamaan menjadi
1 4. .d
...........................(5)

C
A
jika diantara dua pelat diletakkan di tanah dengan resistansi jenis  ohm-m maka resistansi
antara pelat adalah:
R= 
d
.............................................(6)

dari persamaan (3) dapat disederhanakan
d
1

.........................................(7)
 4. .C
dan didapat persamaan harga tahanan
R=

....……….........…………...(8)
4. .C
Dimana: R =
Resistansi tanah (ohm), C =
Kapasitansi (farad),  =
Resistansi jenis tanah
(Ω-m: Hutaruk , 1991)
Resistansi jenis tanah rata-rata pada suatu daerah atau wilayah memiliki perbedaan yang
cukup besar contohnya pada tabel 2 dan 3 nilai resistansi jenis tanah di bawah ini.
Tabel 2 Tabel resistansi jenis tanah 1
No
Jenis Tanah
Resistansi jenis tanah (ohm.meter)
1 Tanah rawa
10 - 40
2 Tanah pertanian
20 – 100
3 Pasir basah
50 - 200
4 Kerikil basah
200 – 3000
5 Kerikil kering
<1000
6 Tanah Berbatu
2000 - 3000
Sumber: Peraturan umum tentang elektroda batang bumi dan penghantar (SNI 04. 02252000)
Tabel 3 Resistansi Jenis Tanah 2
Resistansi jenis Tanah
(ohm-m)
1
Tanah Organik
10
2
Tanah Basah
100
3
Tanah Kering
1000
4
Tanah Berbatu
10000
Sumber: IEEE Std 81 – 1983, IEEE guide for measuring Earth Resistivity Ground Impedance
and earth surface potentials of a grounding system
No
Jenis Tanah
Volume 8, 2012
126
METODE
Bahan dan Mutu Elektroda Batang Pembumian
Untuk memperoleh resistansi tanah yang rendah dengan hasil kualitas baik, maka bahan
dan mutu elektroda batang pembumian yang digunakan untuk sistem pembumian harus
memenuhi beberapa persyaratan antara lain batang elektroda pembumian terbuat dari baja
karbon tinggi dengan kuat tarik minimum 51 kg/mm2 serta mempunyai kekerasan minimum 74
HrB (Hardness Brinell), lapisan tembaga mempunyai kadar tembaga minimum 99,9%, dimana
klem dan bautnya terbuat dari tembaga paduan dengan kadar tembaga minimum 60% , tidak
boleh terdapat cacat yang dapat mengganggu fungsinya, elektroda batang mempunyai
permukaan yang halus, rata, bersih tidak berpori dan harus terlihat lurus, tidak boleh terkelupas,
kecuali pada bagian yang terkena rahang plat baja, memiliki daya hantar jenis (konduktivitas)
yang cukup besar sehingga tidak akan memperbesar beda potensial pada permukaan bumi, tahan
terhadap korosi / pengkaratan yang disebabkan oleh faktor lingkungan, dimana batas maksimum
laju korosi yang terjadi adalah 50 mg/dm2/hari serta tahan terhadap peleburan walaupun bahan
tersebut terkena arus gangguan yang besar dan dalam waktu yang lama.
Pengambilan data di tiga lokasi/tempat penelitian dimana setiap lokasi ini akan mewakili
jenis-jenis tanah yang berbeda sehingga dapat lebih mengetahui perbedaan dari nilai resistansi
jenis pada tanah tersebut. Lokasi penelitian tersebut terletak di beberapa tempat yaitu tanah
pertanian di persawahan desa, tanah berpasir di pesisir pantai dan tanah batuan bercampur pasir.
Teknik pengukuran resistansi jenis tanah yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
pengukuran 4 titik susunan wenner menggunakan empat buah elektroda dengan kedalaman
antara 10 cm – 150 cm, satu buah ampermeter, satu buah volt meter, dua buah baterai 9 volt dc
serta beberapa meter kabel penghubung dengan jarak a sepanjang garis lurus yang sama dan
dihubungkan dengan alat ukur. Pada ujung-ujung luar batang elektroda 1 dan 4 dialirkan arus,
sedangkan pada bagian dalam dari batang elektroda 2 dan 3 diukur susut tegangan dalam lapisan
tanah. Apabila telah terpasang dengan baik maka volt meter dan ampere meter akan menunjuk
atau memberi suatu nilai sesuai dengan kedalaman penanaman elektrodanya dengan jarak
interval yang sama dan kedalaman yang ditentukan maka didapat nilai resistansi jenis tanah
melalui persamaan berikut ini.
4a r
 =
1
2a
a 2  4 2

a
………….(9)
a 2  2
dimana ; a: jarak atau interval antar elektroda pembumian (m),  : kedalaman penanaman
elektroda pembumian (m), r: resistansi semu, perbandingan antara V dan I (ohm).  : resistansi
jenis tanah (ohm/m).
127 Managam Rajagukguk
Vokasi
Metode Blattner menggunakan asumsi tanah bersifat homogen atau uniform hal ini
dikarenakan dua buah hasil pengukuran dilapangan yang dijadikan titik referensi dalam
memperkirakan nilai resistansi jenis tanah pada keadaan lebih dalam mempunyai perubahan nilai
relatif konstan.
Adapun persamaan untuk memperhitungkan nilai resistansi jenis tanah pada keadaan lebih
dalam dengan metode C.J Blattner adalah sebagai berikut :
 x  o  kb  ln X ……………………(10)
dengan  x = resistansi jenis tanah yang dicari pada kedalaman Lx,  = resistansi jenis tanah
yang diketahui pada kedalaman Lo,  2 = resistansi jenis tanah yang diketahui pada kedalaman
L2, k  = nilai resistansi jenis tanah, x = jarak pembanding antara Lo dan Lx ( x = Lx – Lo), b
= nilai pembanding dari data yang diketahui, dengan mengambil 2 titik acuan pada hasil
pengukuran resistansi jenis tanah pada kedalaman tertentu maka nilai pembanding b dapat dicari
dengan persamaan berikut :
A
  xR x1,6 
b=  2 0
 …………………….…….(11)
 0 xR 2 
dengan,  o = resistansi jenis tanah yang diketahui pada Lo sebagai titik acuan ke-1,  2 =
resistansi jenis tanah yang diketahui pada L2 sebagai titik acuan ke-2, Ro = nilai resistansi
pentanahan pada kedalaman Lo, R2 = nilai resistansi pentanahan pada kedalaman L2.
A
= +1 jika  0 >  2
- 1 jika  0 <  2
sedangkan nilai resistansi jenis tanah (K  ) didapat dengan rumus :
 o  2 
 ………………………
 b  ln X 
 = 
(12)
Metode ini cukup akurat dan efektif dalam memproyeksikan nilai resistansi jenis tanah
pada kedalaman yang tidak terjangkau dengan alat ukur yang ada. Dimana nilai resistansi jenis
tanah pada hasil perkiraan tidak begitu berbeda dengan nilai aktual tanah tersebut.
Teknik analisis data ini yang di gunakan untuk melihat dan menjawab hasil hipotesis
Penelitian yang di ajukan adalah Teknik Analisis Korelasi Pearson Product. Dimana teknik ini
untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara nilai resistansi jenis tanah dengan
kedalaman.
Dalam analisis trend tidak ada ketentuan jumlah data (n) yang dianalisis, tetapi semakin
banyak jumlah data (n) semakin baik perhitungan jumlah analisis . Rumus untuk Koefisien
korelasi Pearson Product (r) adalah sebagai berikut:
Volume 8, 2012
r=
128
n xy  (x) y
n x  x  n y  (y) 
2
2
2
2
…… (13)
dimana: r adalah Koefisen korelasi, n adalah Jumlah data, ∑X adalah jumlah pengamatan
variabel X, ∑Y adalah jumlah pengamatan variabel Y, (∑X2) adalah jumlah kuadrat pengamatan
variabel X, (∑X)2 adalah kuadarat jumlahan pengamatan variabel X, (∑Y2) adalah jumlah
kuadrat pengamatan variabel Y, (∑Y)2 adalah kuadarat jumlahan pengamatan variabel Y, (∑XY)
adalah jumlah hasil kali variabel X dan Y.
Dilambangkan dengan (r), dan sering disebut dengan r Pearson atau koefisien korelasi
produk-moment Pearson dengan ketentuan Nilai r tidak lebih dari harga
(-1< r < + 1), apabila
nilai r = -1 artinya korelasi (hubungan) negatif sempurna, r = 0 tidak ada korelasi, dan r = 1
berarti korelasi sangat kuat . Keeratan suatu koefisien korelasi tidak bergantung pada arahnya (atau +) karena mempunyai keeratan yang sama.
HASIL
Penulis mengambil sampel data resistansi jenis tanah hasil pengukuran tanah pertanian di
persawahan pada kedalaman 0,5 m dan 1,5 m dengan menggunakan persamaan (9) didapat pada
kedalaman 0,5 m resistansi jenis tanah pertanian sebesar = 59,93 ohm-m sedangkan pada
kedalaman 1,5 m resistansi jenis tanah pertanian sebesar =55,45 ohm-m. sedangkan untuk
mencari nilai resistansi tanah sistem driven rod pada tanah pertanian menggunakan persamaan
(1) maka didapat pada kedalaman 0,5 m resistansi pentanahan pertanian sebesar = 91,74 ohm.
Pada kedalaman 1,5 m resistansi pentanahan sebesar = 34,75 ohm.
Dengan menggunakan sampel hasil pengukuran dilapangan pada kedalaman 0,5 m dan
kedalaman 1,5 m, maka variabel nilai b dapat dicari.
Dimana: ρo = 59,93ohm-m , Ro = 91,74 ohm , o = 0,5 m, ρ2 = 55,45 ohm-m , R2 = 34,75
ohm ,  2 = 1,5 m, X = (1,5 – 0,5) m = 1 m, A = + 1 ρo > ρ2
1
 55,45 . 91,74 . 1,6 
  . R0 . 1,6 
b =  2
, b =
 59,93 . 34,75 
 jika : ρo > ρ2 , maka nilai A = 1


  0 . R2 
ρo < ρ2 , maka nilai A = - 1, b = 3,9, kemudian variabel nilai resistansi jenis (kρ)
   2 
kρ =  o

 b  LnX 
 59,93  55,45 
dimana X =  2   0  , kρ = 
 , X = (1,5 – 0,5) m, kρ = 1,146
 3,9  Ln 1 
Hubungan resistansi jenis tanah dengan kedalaman diberbagai lokasi (tanah pertanian,
A
tanah berpasir,tanah berbatuan) juga ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 3,4,5,6,7,8
dibawah ini :
129 Managam Rajagukguk
Vokasi
Tanah Pertanian
56
Rho-X (Ohm-m)
55
y = 0.0137x2 - 0.4071x + 55.51
R2 = 0.9892
54
53
52
51
0
Y
X
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Kedalaman (m)
10
11
12
13
14
15
13
14
15
= Resistansi jenis tanah pada tanah pertanian, Rho-x (Ω-m)
= Kedalaman (m)
Gambar 3 Grafik resistansi jenis tanah pada tanah pertanian
Tanah Pertanian
30
Nilai R (Ohm)
25
20
y = 0.1758x
2
- 4.274x + 30.727
15
10
5
0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kedalaman (m)
Gambar 4 Grafik resistansi tanah pada tanah pertanian
Hubungan resistansi jenis tanah dengan kedalaman pada daerah berpasir elektroda
diperlihatkan pada grafik dibawah ini :
Tanah Berpasir
134
Rho - x (ohm-m)
132
130
128
y = 0.0128x 2 - 0.7378x + 131.66
R2 = 0.9751
126
124
122
120
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
Kedalaman (m)
Gambar 5 Grafik resistansi tanah pada tanah pertanian
Nilai resistansi tanah pada tanah berpasir terhadap kedalaman elektroda 0,5 m – 1,5 m.
Volume 8, 2012
130
Tanah Berpasir
70
60
Nilai R (ohm)
50
40
y = 0.0943x
2
- 4.2452x + 52.226
30
20
10
0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
Kedalaman (m)
= Resistansi tanah pada pasir basah, (Ω)
= Kedalaman (m)
Y
X
Gambar 6. Grafik resistansi tanah pada pasir basah
Resistansi jenis tanah pada tanah berbatuan bercampur pasir.
Tanah Berbatu
1800
1600
1400
y = -0.3116x 2 + 35.175x + 670.83
R2 = 0.972
Rho - x (m)
1200
1000
800
600
400
200
0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
Kedalaman (m)
Y
X
= Resistansi jenis tanah pada tanah batuan bercampur pasir, Rho-x (Ω-m)
= Kedalaman (m)
Gambar 7. Grafik resistansi jenis tanah pada tanah batuan bercampur pasir.
Hasil perhitungan resistansi tanah pada kedalaman 49 m sebesar 4,02 ohm dan pada
kedalaman 50 m sebesar 1,2 ohm. Pada gambar 8 terlihat kedalaman penanaman eloktroda
driven rod yang optimal pada 49 m.
Tanah Berbatu
250
Nilai R (ohm)
200
150
y = 0.0882x 2 - 8.4726x + 222.85
100
50
0
0
5
10
15
20
25
30
35
Kedalaman (m)
Y = Resistansi tanah pada tanah batuan bercampur pasir R (Ω)
X = Kedalaman (m)
Gambar 8. Grafik resistansi tanah pada tanah batuan bercampur pasir
40
45
50
131 Managam Rajagukguk
Vokasi
PEMBAHASAN
Dari hasil perhitungan rata-rata resistansi jenis tanah pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa
pada tanah pertanian nilai rata-rata resistansi jenis tanah hasil perhitungan didapat nilai 53,64
ohm–m sedangkan nilai rata-rata SNI 04.0225-2000 pada Tabel 2 adalah (20 – 100) ohm-m ini
menunjukan bahwa nilai resistansi jenis tanah hasil perhitungan tersebut masih berada dalam
nilai Standart Nasional Indonesia. Pasir basah
nilai rata-rata resistansi jenis tanah hasil
perhitungan didapat nilai 124.775 ohm–m sedangkan nilai rata-rata SNI 04.0225-2000 pada
Tabel 2. adalah (50 – 200) ohm-m ini menunjukan bahwa nilai resistansi jenis tanah hasil
perhitungan tersebut masih berada dalam nilai Standart Nasional Indonesia. Tanah batuan
bercampur pasir nilai rata-rata resistansi jenis tanah hasil perhitungan didapat nilai 1275,748
ohm–m sedangkan nilai rata-rata SNI 04.0225-2000 pada Tabel 2 adalah (200 – 3000) ohm-m.
ini menunjukan bahwa nilai resistansi jenis tanah hasil perhitungan tersebut masih berada dalam
nilai Standart Nasional Indonesia (SNI 04.0225-2000).
Tabel 4 Nilai rata-rata resistansi jenis tanah
No
Jenis Tanah
1
Tanah pertanian / ladang
2
Tanah pasir basah
3
Tanah batuan bercampur pasir
Sumber : Data hasil perhitungan yang diolah
Resistansi Jenis Tanah (ohm-m)
53.6417
124.775
1275.748
Pada rentang kedalaman 0.5 m sampai dengan 1,5 m terjadi perbedaan nilai resistansi
jenis tanah. Pada tanah pertanian sebesar 59.93 Ωm - 55,475 Ωm, pasir basah sebesar 148,38
Ωm – 133,63 Ωm dan tanah batuan sebesar 317,72 Ωm - 392,527 Ωm ini menunjukkan bahwa
dengan struktur tanah yang berbeda pada kedalaman yang sama akan menghasilkan resistansi
tanah yang berbeda, sehingga untuk mendapatkan nilai resistansi tanah yang kecil sangat di
pengaruhi oleh struktur tanah tersebut.
Pada lampiran 1 diperlihatkan hasil perhitungan lengkap nilai resistansi jenis tanah,
resistansi tanah pada ketiga lokasi yaitu : Daerah desa sawah baru, bukit asahan, pantai pasir
putih. Semua tahapan dalam menghitung optimalisasi penanaman elektroda batang dari sistem
pembumian batang tunggal dengan metode C.J Blattner menggunakan alat bantu program visual
basic.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan maka dapat diambil
simpulan dimana nilai resistansi jenis tanah pada kedalaman lebih dalam dapat dihitung
Volume 8, 2012
132
berdasarkan metode C.J Blattner yang hasilnya untuk tanah pertanian dibawah 2 m penurunan
resistansi jenis tanah cenderung konstan dengan nilai berkisar antara 54,98 Ωm -52,38 Ωm,
untuk tanah pasir basah di bawah 2 m penurunan resistansi jenis tanah pasir basah cenderung
konstan dengan nilai berkisar antara 132,1 Ωm – 120,41 Ωm, serta untuk tanah bebatuan
dibawah 2 m terjadi peningkatan resistansi jenis tanah dengan nilai berkisar antara 511,04 Ωm –
1716,8 Ωm, Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan elektroda batang tunggal dengan diameter
0.012 m (12mm) didapat hasil optimal dengan batasan resistansi tanah di bawah 5 ohm yaitu
untuk tanah pertanian di persawahan desa kedalaman optimalnya adalah 14 m, untuk tanah
bebatuan di perbukitan kedalaman optimalnya adalah 49 m serta untuk tanah pasir basah di
pesisir pantai kedalaman optimalnya adalah 28.5 m. Dari hasil ini terlihat bahwa semakin besar
nilai resistansi jenis tanah maka untuk mendapatan nilai resistansi yang rendah dibutuhkan
penanaman batang elektroda yang lebih dalam.
Saran
Untuk melihat besarnya pengaruh kedalaman sampel titik acuan dalam memperkirakan
nilai resistansi tanah pada kedalaman lebih akan lebih baik apabila metode ini dibandingkan
dengan metode tiga titik dengan melihat pengaruh kandungan air, bahan kimia dan temperatur
untuk melihat perbedaan nilai resistansi jenis tanah pada kedalaman yang sama sehingga dapat
melihat unjuk kerja pengaruh resistansi jenis tanah terhadap kedalaman penanaman batang
elektroda.
DAFTAR PUSTAKA
Blattner, C.J. (1980). Prediction of soil resistivity and ground rod resistance for deep ground
elektrodes, IEEE Transaction on Power Apparatus and System, Vol-PAS-99, No.5.
Chow,YL. (1996). Resistance formula of grounding system in two layer earth, IEEE Transaction
on Power Delivery Vol 11, No.3.
Hutauruk, TS. (1991). Pengetanahan Netral sistem tenaga dan Pengetanahan peralatan,
Jakarta:Erlangga.
_________, SPLN 102. (1993). Elektroda Bumi Jenis Batang bulat berlapis tembaga, PT.PLN
(Persero)
_________, SPLN 04-0225. (2000). Peraturan Umum umtuk elektroda bumi dan penghantar
bumi, PT.PLN ( Persero )
_________. (1986). IEEE Guide for safety in AC substation grounding, ANSI/IEEE std 80 .
_________. (1983). IEEE Guide for measuring earth resistivity, ground Impedance and earth
surface potensial of grounding system, IEEEstd 81.
Khalifa, M. (1990). High voltage engineering theory and practice. Marcel Dekker. Inc.USA.
Download