BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi dan jurnal penelitian, ditemukan penelitian yang menganalisis mengenai penerjemahan sebagai objek penelitiannya yaitu sebagai berikut. Silalahi (2009) dalam disertasinya yang berjudul “Dampak Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan Pada Kualitas Terjemahan Teks Medical Surgical Nursing Dalam Bahasa Indonesia”. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa teknik, metode dan ideologi penerjemahan akan mempunyai dampak terhadap kualitas terjemahan. Hasil penelitian menunjukkan penerjemah menganut ideologi foreignisasi yang cenderung memilih metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber dengan perbandingan 89,46 % dengan 10,54 % dari jumlah kasus sebanyak 1120 kasus dengan rincian tiap teknik penerjemahan yang ditemukan adalah teknik harfiah menempati urutan pertama (489), diikuti oleh teknik peminjaman murni (224), teknik peminjaman alamiah (222), teknik transposisi (68), teknik calque (67), teknik modulasi (25), reduksi (16) dan amplifikasi (9). Teori teknik penerjemahan yang digunakan dalam penelitian Silalahi adalah teori yang dikemukakan oleh Molina dan Albir yang terdiri dari 18 teknik yaitu adaptasi, amplifikasi, peminjaman, kalke, kompensasi, deskripsi, kreasi diskursif, kesepadanan 10 11 lazim, generalisasi, amplifikasi linguistik, komfresi linguistik, penerjemahan harfiah, modulasi, partikularisasi, reduksi, substitusi, variasi, dan transposisi. Sedangkan metode penejemahan yang digunakan yaitu diagram V yang dikemukakan oleh Newmark yang terdiri dari metode penerjemahan kata demi kata, harfiah, setia, semantik, adaptasi, bebas, idiomatis,dan komunikatif. Penelitian Silalahi dengan penelitian ini menggunakan teori teknik penerjemahan yang sama yaitu teori teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina-Albir. Perbedaaan penelitian dari Silalahi dengan penelitian kali ini adalah bahasa sumber dari penelitian Silalahi adalaha bahasa inggris sedangkan penelitian kali ini dari bahasa sumber bahasa jepang dan selanjutnya dianalisis dengan teori komponen makna. Penelitian Silalahi bermaanfaat dalam memberikan informasi mengenai teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir. Prasetyo (2011) menulis tentang “Analisis Transposisi dan Modulasi pada Buku Teori Budaya Terjemahan dari Buku Culture Theory” dalam jurnal ilmiahnya, Prasetyo membahas mengenai transposisi dan modulasi yang terjadi pada penerjemahan buku Culture Theory. Analisisnya dengan metode kualitatif dengan menggunakan kuisioner sebagai datanya yang disebar ke beberapa penerjemah untuk meneliti kualitas penerjemahan. Analisis dari Prasetyo terdapat dua prosedur penerjemahan yang akan dibahas yakni transposition dan modulation , dalam penelitian Prasetyo menggunakan teori dari Chuquet dan Paillard, pada jurnal prasetyo mengindahkan borrowing dan qalque yang dianggap bukan merupakan 12 prosedur terjemahan melainkan sebagai persoalan leksikon bahasa, sedangkan adaptation yang dianggap merupakan sosiokultural dan bersifat subjektif. Perbedaan penelitian Prasetyo dengan penelitian ini adalah data yang digunakan adalah kata-kata yang sama yang diterjemahkan berbeda oleh penerjemah yang berbeda selanjutnya pada penelitian ini menggunakan teori teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina-Albir. Selain itu perbedaan penelitian ini akan menggunakan analisis komponen makna pada penerjemahan kata-kata yang sama dengan terjemahan yang berbeda. Penelitian Prasetyo bermanfaat dalam memberikan informasi dalam menganalisis penggunaan prosedur atau teknik penerjemahan modulasi dan transposisi. Nirwana (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Distorsi Makna Nomina Penerjemahan Adaptasi Manga Doraemon 1-10” menggunakan teori dekomposisi leksikal atau komponen makna untuk mencari distorsi makna pada penerjemahan nomina dengan prosedur adaptasi. Distorsi makna ini dihitung dengan mempersentasekan ketepatan makna pada setiap komponen makna dengan menggunakan tabel biner. Penelitian Nirwana menggunakan analisis kualitatif dengan hasil penelitian menyatakan bahwa metode penerjemahan pada nomina dengan menggunakan prosedur adaptasi menyebabkan komponen makna yang hilang lebih banyak daripada komponen makna yang sama pada suatu terjemahan. Teori prosedur yang menjadi acuan Nirwana adalah teori prosedur penerjemahan yang dikemukakan oleh Vinay dan Dalbernet. Namun dalam skripsi Nirwana menyempitkan ruang 13 lingkup data hanya pada kata-kata yang diterjemahkan dengan prosedur adaptasi. Penelitian Nirwana berkontribusi dalam memberikan informasi dalam menganalisis kualitatif menggunakan teori dekomposisi leksikal atau komponen makna. Perbedaan penelitian kali ini, yaitu data yang digunakan bukan dari kata-kata penerjemahan adaptasi tetapi data yang digunakan adalah kata-kata yang sama yang diterjemahkan berbeda oleh penerjemah yang berbeda juga. Selain itu teori penerjemahan yang digunakan pada penelitian kali ini diajukan oleh Molina-Albir dengan mengklasifikaskan teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan katakata tersebut. Penelitian Nirwana bermaanfaat dalam memberikan informasi mengenai analisis komponen makna. Felistyana (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Penerjemahan Kata-kata Budaya Kebudayaan Fisik Bahasa Jepang ke Bahasa Indonesia dalam Cerita Pendek imogayu” menganalisis pergeseran bentuk dan pergeseran semantik. Pegeseran bentuk menganalisis data kata-kata penerjemahan kebudayaan fisik dengan melihat perubahan bentuk bahasa yang mengalami pergeseran tataran sintaksis atau pergeseran unit yaitu dari frase menjadi kata atau sebaliknya, pergeseran struktur gramatikal dan pergeseran sistem bahasa dari kata jamak menjadi tunggal atau sebaliknya. Selain pergeseran bentuk, penelitian ini juga menganalisis pergeseran semantis dengan cara analisis komponen makna dan kemudian dilihat pengurangan isi pesan berdasarkan kesesuaian bentuk dan fungsi benda yang terkandung dalam kata-kata kebudayaan fisik tersebut. Hasil analisis data disajikan dengan 14 menggunakan metode formal dengan menggunakan tabel yang didukung dengan gambar serta menggunakan metode informal. Pebedaan penelitian kali ini adalah dari data yang digunakan adalah kata-kata yang sama diterjemahkan menjadi kata-kata berbeda oleh penerjemah yang berbeda selain itu penelitian kali ini juga menganalisis teknik penerjemahan kata-kata pada data penelitian. Penelitian Felistyana bermanfaat memberikan informasi mengenai cara analisis komponen makna untuk mengetahui pergeseran makna yang terjadi 2.2 Konsep Beberapa konsep yang terdapat dalam penelitian ini antara lain : 2.2.1 Penerjemahan Kegiatan penerjemahan hadir sebagai hasil dari pemikiran manusia yang berusaha untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber dari seluruh dunia. Penerjemahan saat ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Banyaknya bahasa yang terdapat di seluruh dunia ini menuntut kegiatan penerjemahan, agar dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber bahasa yang berbeda-beda tersebut. Catford (1965) menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan dan mendefinisikan sebagai “the replacement of textual material one language by equivalent textual material in another language”(mengganti bahan teks 15 dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran) (Machali, 2000:5). Newmark (1998) juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas lagi: “rendering the meaning of a text into another language in the way the author intended the text”(menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lai sesuai dengan dimaksudkan pengarang (Machali, 2000:5). Dari definisi para ahli istilah penerjemahan disarikan sebagai berikut : (1) penerjemahan adalah upaya mengganti teks bahasa sumber dengan teks yang sepadan dalam teks sasaran (2) yang diterjemahkan adalah makna sebagaimana yang dimaksudkan pengarang (Machali, 2000:5). 2.2.2 Terjemahan Terjemahan menurut Munday adalah peralihan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dalam bentuk teks tulis. “as changing of an original written text in the original verbal language into written text” (Munday, 2001:5). Terjemahan harus mempertimbangkan beberapa batasan. Penerjemah harus bisa memilih pilihan kata (diksi) yang tepat untuk diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Pesan dari bahasa sumber harus dapat disampaikan ke bahasa sasaran, sehingga dapat dimengerti oleh pembaca. 16 2.2.3 Teknik Teknik dalam penerjemahan didefinisikan sebagai prosedur untuk menganalisa dan mengklarifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual. (Molina Albir, 2002:509) 2.3 Kerangka Teori Beberapa teori yang digunakan untuk dijadikan landasan menganalisis data sesuai rumusan masalah. Teori yang digunakan antara lain adalah: teknik penerjemahan dan komponen makna. 2.3.1 Teknik Penerjemahan Pembagian klasifikasi teknik penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Vinay dan Darbelnet dalam Molina (2002:499), dan disempurnakan oleh Molina dan Albir (2002:509). Vinay dan Darbelnet membagi teknik (menurut istilah mereka prosedur) penerjemahan. borrowing, qalque, literal translation yang termasuk direct translation dan transposition, modulation, equivalence, adaptation yang termasuk oblique translation. Teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina dan Albir (2002:509-511) meliputi: adaptasi, amplifikasi, peminjaman, kompensasi, calque, deskripsi, kreasi diskursif, kesepadanan lazim, generalisasi, amplifikasi linguistik, kompresi linguistik, penerjemahan harfiah, modulasi, partikularisas, reduksi, substitusi, variasi, transposisi, dan teknik penghilangan. 17 Dalam hal ini Molina dan Albir menjelaskan lima karakteristik dasar dari teknik penerjemahan: 1. Teknik penerjemahan berpengaruh tehadap hasil terjemahan. 2. Teknik penerjemahan membandingkan BSu dengan BSa. 3. Teknik penerjemahan berpengaruh terhadap satuan-satuan teks terkecil, misalnya kata, frase, dan kalimat. 4. Teknik penerjemahan bersifat diskursif alamiah dan kontekstual. 5. Teknik penerjemahan itu fungsional. Teknik-teknik penerjemahan yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari pendapat Molina dan Albir (2002:508-511) dengan klasifikasi sebagai berikut: 1. Adaptasi (adaptation) Adaptasi sebagai metode penerjemahan menurut Newmark berbeda dengan adaptasi sebagai teknik penerjemahan menurut Molina dan Albir (2002:509). “Adaptation is To replace a source text cultural element with one from the target culture” (Molina dan Albir, 2002:509). Adaptasi sebagai metode mengarah kepada penerjemahan yang menghasilkan keseluruhan teks menjadi sebuah saduran, sedangkan adaptasi sebagai teknik lebih cenderung kepada upaya mengganti sebuah unsur cultural dalam TSu dengan sebuah unsur cultural dalam TSu dengan sebuah unsur cultural yang sesuai dengan pengguna BSa atau unsure budaya sasaran, 18 contohnya mengganti kata bahasa Inggris baseball dengan kata bahasa Spanyol futbal. 2. Amplifikasi (amplification) “Amplification is to introduce details that are not formulated in the source text: information, explicative paraphrasing” (Molina dan Albir, 2002:510) . Teknik amplifikasi adalah teknik yang digunakan penerjemah dengan cara memberikan informasi tambahan secara eksplisit pada BSa yang tidak dijelaskan dalam BSu, misalnya untuk menerjemahkan nomina bahasa Arab Ramadhan ke dalam baha Inggris perlu diberi deskripsi the Muslim month of fasting agar pembaca TSu lebih paham dan jelas, sehingga diterjemahkan menjadi Ramadhan, the Muslim month of fasting. 3. Peminjaman (borrowing) “Borrowing is take a word or expression straight from another language. It can be pure”, peminjaman menurut Molina dan Albir (2002:510) adalah teknik penerjemahan dengan cara mengambil kata atau ungkapan langsung dari bahasa lain. Biasanya kata atau ugkapan yang diambil itu murni, misalnya kata bahas Inggris lobby dalam teks bahasa Spanyol atau contoh-contoh yang lainnya adalah kata gol dari goal, kata futbal dari football, kata lider dari leader, kata mitin dari meeting. 4. Kalke (calque) “Calque is literal translation of a foreign word or phrase; it can be lexical or structural”(Molina dan Albir, 2002:510). Kalke adalah terjemahan harfiah sebuah 19 kata atau frase asing, baik secara leksikal maupun struktural misalnya terjemahan Normal School dari bahasa Perancis Ecole Normale. Normal school ‘Normal’ ‘Sekolah’ ‘Sekolah normal’ Ecole Normale ‘Sekolah’ ‘Normal’ ‘Sekolah normal’ 5. Kompensasi (compensation) Molina dan Albir (2002:510) mengatakan: Compensation is used to introduce a Source Text (ST) element of information or stylistic effect in another place in the target text (TT) because it cannot be replaced in the same place as in the source text (ST). Definisi menyatakan bahwa kompensasi digunakan untuk memperkenalkan unsur informasi atau efek stilistik TSu terhadap TSa karena unsur atau efek tersebut tidak dapat digantikan atau tidak ada padanannya dalam TSa. Contohnya kata ganti orang ‘thee’ dalam bahasa Inggris kuno diganti dengan bentuk penyeru ‘O’ dalam bahasa Perancis. TSu(E) : I was seekin thee Flathead. TSa(F) : en verite c’est bien toi que je cherce, O tete plate. Unsur informasi atau efek stilistik yang ada dalam bentuk kata ganti bahasa Inggris ‘thee’ yang bernilai padanan kuno tidak dapat digantikan dengan bentuk kata 20 ganti bahasa Perancis (tu, te, toi). Makna dari itu penerjemah mencari penggantinya dalam bentuk penyeru ‘O’ dalam bagian kalimat tersebut karena bentuk penyeru tersebut memiliki rasa bahasa yang sama yaitu bernuansa archaic. 6. Deskripsi (description) Deskripsi adalah teknik penerjemahan dengan cara mengganti sebuah istilah atau ungkapan dengan sbuah deskripsi bentuk dan/tau fungsinya. “Description is to replace a term or expression with a description of its form or/and function.” (Molina dan Albir, 2002:510). Contoh dari deskripsi adalah penerjemahan kata bahasa Italia Panetto menjadi sebuah deskripsi dalam bahasa Inggris “traditional Italian cake eaten on New Year’s Ev”. Karena dalam bahasa Inggris tidak dikenal istilah atau jenis makanan Panetto sehingga dianggap untuk menggantikan kata benda itu dengan sebuah deskripsi yang menggambarkan jenis makanan tersebut. 7. Kreasi diskursif (discursive creation) “Discursive creation is to establish a temporary equivalence that is totally unpredictable out of context” (Molina dan Albir, 2002:510). Kreasi diskrusif adalah teknik penerjemahan yang berupaya untuk menentukan atau menciptakan sebuah padanan sementara yang benar-benar diluar konteks yang tak terprediksi. Contohnya penerjemahan judul film ‘Rumble fish’ dalam bahsa Inggris menjadi ‘La ley de la calle’ dalam bahasa Spanyol. Sebenarnya, frase ‘Rumble fish’ itu sendiri tidak memiliki kesinambungan makna dengan frase ‘La ley de la calle’. 21 La ley de la calle ‘Hukum’ ‘Dari’ ‘Jalan’ ‘Hukum dari jalan’ Rumble fish ‘Gemuruh’ ‘Ikan’ ‘Ikan gemuruh’ 8. Kesepadanan lazim (established equivalent) “Established equivalent is to use a term or expression recognized (by dictionaries or languagein use) as an equivalent in the Text Language” (Molina dan Albir, 2002:510). Kesepadanan lazim adalah teknik penerjemahan yang berupaya menggunakan sebuah istilah atau ungkapan yang dikenal sebagai sebuah padanan dalam TSa yang lazim ditemukan dalam kamus maupun sering dijumpai dalam bahasa percakapan sehari-hari. Contoh kasus dari kesepadanan lazim ini adalah penerjemahan ungkapan bahasa Inggris ‘they are as like as two peas’ kedalam bahasa Spanyol menjadi ‘se parecer como dos goats de agua’. Teknik ini hampir sama dengan penerjemahan harfiah. They are as like two peas ‘Mereka’ ‘Seperti’ ‘Dua kacang polong’ ‘Mereka seperti dua kacang polong’ Se parecen como dos gotas de agua ‘Mereka’ ‘Muncul’ ‘Sebagai’ ‘Dua’ ‘Tetes’ ‘Dari’ ‘Air’ ‘Mereka seperti dua tetes air’ 22 9. Generalisasi (generalization) Generalisasi adalah teknik penerjemahan yang menggunakan istilah yang lebih umum atau netral. “generalization is to use more general or neutral term” (Molina dan Albir, 2002:510). Contoh dari teknik generalisasi ini adalah kasus penerjemahan ‘quiche’, ‘fenetre’ atau ‘devanture’ dalam bahasa Perancis yang lebih khusus menjadi ‘window’ dalam bahasa Inggris yang lebih umum. Misalnya ‘devanture’ sebenarnya berarti ‘shop window’ = ‘jendela toko’ bukan ‘window’ = ‘jendela’, tetapi dalam kasus ini akhirnya diambil istilah yag lebih umum atau netral saja yaitu ‘window’ = ‘jendela’. 10. Amplifikasi linguistik (linguistic amplification) “Linguistic amplification is to add linguistic elements. This is often used in consecutive interpreting and dubbing” (Molina dan Albir, 2002:510). Amplifikasi linguistik adalah teknik penerjemahan dengan menambah unsur-unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran. Teknik ini lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif atau dalam sulih suara (dubbing). Contoh dari teknik amplifikasi linguistik adalah no way yang berarti ‘tidak mungkin’ diterjemahkan kedalam bahasa spanyol menjadi ‘de ninguna de las maneras’ daripada diterjemahkan menjadi ‘en absoluto’ yang memiliki jumlah kata yang sama dengan TSu. 23 De ninguna de las maneras ‘Tidak’ ‘Cara’ ‘Tidak mungkin’ En absolute ‘Tidak’ ‘Absolut’ ‘Tidak mungkin’ 11. Kompresi linguistik (linguistic compression) “Linguistic compression is to synthesize linguistic elements in the target text. This is often used in simultaneous interpreting and in sub-titling” (Molina dan Albir, 2002:510). Kompresi linguistik merupakan teknik penerjemahan yang dapat diterapkan penerjemah dalam pengalihbahasaan simultan atau dalam penerjemahan teks film, dengan mensintesa unsur-unsur linguistik teks bahasa sasaran. Contoh dari teknik kompresi linguistik adalah yes, so what? diterjemahkan kedalam bahasa spanyol menjadi ‘y?’ daripada diterjemahkan menjadi ‘si, y qué?’ yang memiliki jumlah kata yang sama dengan TSu. Yes, so what? ‘Ya’ ‘Jadi’ ‘Apa’ ‘Ya, jadi apa?’ Y? ‘Dan’ ‘Jadi’ Si, y qué? ‘Ya’ ‘Dan’ ‘Bahwa’ 24 ‘Ya, jadi apa?’ 12. Penerjamahan harfiah (literal translation) “Literal translation is to translate a word or an expression word for word” (Molina dan Albir, 2002:510). Penerjemahan harfiah dalam bahasan ini oleh Molina dan Hurtado dikategorikan kedalam teknik penerjemahan. Teknik penerjemahan ini mencoba menerjemahkan sebuah kata atau ungkapan secara kata per kata. Misalnya kalimat she is reading diterjemahkan menjadi ‘ella está leyendo’. She is reading ‘Dia’ ‘Membaca’ ‘Dia membaca Ella está leyendo ‘Dia’ ‘Membaca’ ‘Dia membaca’ 13. Modulasi (modulation) “Modulation is to change the point of view, focus or cognitive category in relation to the source text” (Molina dan Albir, 2002:510). Modulasi adalah teknik penerjemahan mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif yang ada dalam TSu baik secara leksikal maupun struktural, contohnya dalam penerjemahan bahasa Arab sawf yusbih ´abana yang berarti ‘menjadi ayah’ menjadi ‘going to have a child’ dibandingkan diterjemahkan menjadi ‘going to be a father’. 25 Sawf yusbih ´abana ‘Akan’ ‘Menjadi’ ‘Ayah’ ‘Akan menjadi ayah’ Going to have a child ‘Akan’ ‘Mempunyai’ ‘Anak’ ‘Akan punya anak ’ Going to be a father ‘Akan’ ‘Menjadi’ ‘Ayah’ ‘Akan menjadi ayah’ 14. Partikularisasi (particulalitation) Partikularisasi adalah teknik penerjemahan yang mencoba menggunakan sebuah istilah yang lebih tepat dan kongkrit. “particularizatin is to use a more precise or concrete term” (Molina dan Hartono Albir, 2002:510). Contoh dari teknik penerjemahan ini adalah penerjemahan kata bahasa Inggris ‘window’ menjadi ‘quiche’ = ‘jendela toko’ dalam bahasa Perancis. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik penerjemahan generalisasi. Dari contoh tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa teknik penerjemahan partikularisasi itu mencoba menerjemahkan satu istilah dengan cara mencari padanannya yang lebih spesifik atau khusus. 15. Reduksi (reduction) “Reduction is to suppress a source text information item in the target text”, Molina dan albir (2002:510) mengatakan bahwa reduksi adalah sebuah teknik penerjemahan yang memberangus sebuah item informasi dalam TSa, misalnya 26 penghilangan frase ‘the month of fasting’ untuk penerjemahan kata benda ‘Ramadhan’ kedalam bahasa Inggris, karena kata itu ada dalam bahasa Arab sudah mengandung makna ‘the month of fasting’ atau ‘bulan puasa’ sehingga tidak usah disebutkan lagi. 16. Substitusi (substitution) Teknik penerjemahan subtitusi baik subtitusi linguistik maupun substitusi paralinguistic adalah teknik penerjemahan yang mencoba mengubah unsur-unsur linguistik dengan unsur-unsur paralinguistik, misalnya intonasi dengan gerak tubuh dan sebaliknya. “substitution (linguistic, paralinguistic) is to change linguistic elements for paralinguistic elements (intonation, gestures) or vice versa.” (Molina dan Albir, 2002:510) Contohnya adalah untuk menerjemahkan paralinguitik gerak tubuh dalam konteks budaya Arab, yaitu meletakan tangan di dada dapat diterjemahkan ke dalam sebuah tuturan ucapan terimakasih, yaitu ‘thank you’. Kasus ini sering terjadi dalam interpereting. 17. Transposisi (transposition) Transposisi dalam hal ini adalah teknik penerjemahan yang mencoba mengubah sebuah kategori gramatikal. “transposition is change a grammatical category.” (Molina dan Albir, 2002:510). Contohnya adalah penerjemahan kalimat bahasa Inggris ‘he will soon be back’ diterjemahkan kedalam bahsa Spanyol menjadi ‘notardara en veir’, yang mengubah adverbial ‘soon’ menjadi kata kerja ‘tardar’ yang berarti ‘take a long time’ . 27 18. Variasi (variation) Variasi adalah teknik penerjemahan yang mencoba mengubah unsur-unsur linguistik atau para linguitik yang dapat member dampak pada aspek-aspek variasi bahasa, misalnya mengubah nada tekstual, gaya, dialek sosial, dialek geografis, dan lain-lain. “varation is to change linguistic or paralinguistic elements (intonation, gestures) that effect aspects of linguistic variation:changes of textual tone, style, social, social dialect, geographical dialec, etc.” (Molina dan Albir, 2002:510). Contoh dari teknik penerjemahan variasi ini adalah memperkenalkan atau mengubah indikator-indikator dilektikal dari karakter-karakter atau lakon dalam sebuah cerita ketika seseorang akan menerjemahkan sebuah novel menjadi sbuah pertunjukan drama untuk anak-anak. Nada dalam hal ini adalah cara menyampaikan pikiran atau perasaan. 2.3.2 Komponen Makna Analisis komponen makna dilakukan dengan menggunakan tabel biner, dengan melihat 3 jenis dasar komponen makna yang dikemukan oleh Nida dan Taber (1969:77), yaitu: 1. Komponen Umum ( Common Components) Komponen makna yang dibagi oleh berbagai makna dan kata-kata itu bermakna satu dan bukan sejumlah homonim. Komponen makna ini tidak dapat digunakan untuk membedakan makna karena komponen ini dibagi oleh berbagai makna kata. 28 Contoh : Kata ‘perawan’ dan ‘perjaka’ yang memiliki komponen umum ‘manusia’, ‘dewasa’, ‘belum menikah’. 2. Komponen Diagnostis ( Diagnostic Components) Komponen makna yang dapat digunakan untuk membedakan makna kata, karena komponen itu tidak terdapat pada kata lain yang diperbandingkan. Dalam analisis komponen makna, komponen diagnosis merupakan bagian terpenting karena dapat membedakan makna. Contohnya: Komponen ‘perempuan’ dan ‘laki-laki’ yang membedakan kata ‘perawan’ dan ‘perjaka’. 3. Komponen Tambahan (Supplementary/ Optional Components) Komponen yang tidak harus ada dalam suatu kata dan hanya bersifat sebagai keterangan tambahan. Komponen makna ini tidak selalu dimiliki oleh sebuah kata yang dapat ditambahkan untuk melengkapi makna kata yang dibandingkan. Contohnya bila menganalisis kata ‘Ibu’ dan ‘Mama’. Definisi ibu berdasarkan KBBI yaitu 1. wanita yang telah melahirkan seseorang; 2. sebutan untuk wanita yang sudah bersuami; 3. panggilan yang takzim kepada wanita baik sudah bersuami maupun yang belum; 4. bagian yang pokok (besar,asal,dsb); 5. yang utama di antara beberapa hal lain; yang terpenting. Jadi komponen makna ‘ibu’ terdiri dari ‘manusia’, ‘dewasa’, ‘wanita’, ‘punya anak’, ‘panggilan hormat’. Sedangkan makna kata ‘Mama’ menurut KBBI yaitu ‘orang tua perempuan; ibu’ sehingga memuat komponen makna 29 ‘manusia’, ‘dewasa’, ‘wanita’, ‘punya anak’. Jika komponen-komponen makna kedua kata ini dimasukkan dalam tabel biner maka hasilnya adalah sebagai berikut. Tabel 2.1 Contoh Tabel Biner perbandingan Komponen Makna Ibu dan Mama Komponen Makna Ibu Mama Manusia + + Dewasa + + Wanita + + Punya anak + + Panggilan hormat + -