1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya suatu perusahaan tidak hanya dapat dinilai dari keadaan fisiknya saja, misalnya dilihat dari gedung, pembangunan atau ekspansi. Faktor terpenting untuk dapat melihat perkembangan suatu perusahaan terletak dalam unsur keuangannya, karena dari unsur tersebut juga dapat mengevaluasi apakah kebijakan yang ditempuh suatu perusahaan sudah tepat atau belum, mengingat sudah begitu kompleksnya permasalahan yang dapat menyebabkan kebangkrutan dikarenakan banyaknya perusahaan yang akhirnya gulung tikar karena faktor keuangan yang tidak sehat. Dengan keadaan sekarang ini, dimana persaingan ketat dibidang perekonomian sudah mulai masuk ke negara Indonesia, maka jika seorang manajer perusahaan tidak memperhatikan faktor kesehatan keuangan dalam perusahaannya, mungkin saja akan terjadi kebangkrutan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Analisis keuangan pada dasarnya ingin melihat prospek dan risiko perusahaan. Prospek bisa dilihat dari tingkat keuntungan (profitabilitas) dan risiko bisa dilihat dari kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan. (Hanafi, 2005:21). kesulitan keuangan atau mengalami 2 Untuk menghindari kebangkrutan tersebut maka seorang manajer perusahaan sangat penting untuk selalu berusaha agar perusahaannya dapat terus berjalan atau dengan kata lain manajer tersebut dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaannya yang ditempuh dengan cara selalu memperhatikan dan mengadakan evaluasi terhadap perkembangan perusahaannya dari waktu ke waktu. Seorang manajer harus dapat memahami kondisi keuangan perusahaannya, karena pada dasarnya kondisi keuangan tersebut akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaannya secara keseluruhan. Salah satu alat yang dipakai untuk mengetahui kondisi keuangan, dalam hal ini tingkat kesehatan suatu perusahaan adalah berwujud laporan keuangan yang disusun pada setiap akhir periode yang berisi pertanggungjawaban dalam bidang keuangan atas berjalannya suatu usaha. Laporan finansial merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data finansial atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan data atau aktivitas tersebut. (Munawir, 2007 : 2). Data finansial yang dimaksud adalah data yang tercermin dalam suatu laporan finansial, yang memberikan gambaran tentang keuangan suatu perusahaan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Rugi Laba serta laporan-laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisa terhadap laporan rugi labanya akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2007 : 1). 3 Untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat digunakan alat analisis yang disebut analisis rasio keuangan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspekaspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi-laba saja, atau pada neraca dan laporan rugi-laba. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap mencerminkan aspek tertentu (Husnan, 2004 : 69). Rasio keuangan merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relative maupun absolute yang menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lainnya dalam laporan keuangan (Alwi, 1994:107). Analisis laporan keuangan akan memberikan hasil yang terbaik jika digunakan dalam suatu kombinasi untuk menunjukan suatu perubahan kondisi keuangan atau kinerja operasional selama periode tertentu, lebih lanjut dapat memberikan gambaran suatu trend dan pola perubahan, yang pada akhirnya bisa memberikan indikasi adanya risiko dan peluang bisnis (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:557). Analisis rasio dapat memberikan penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dalam hal ini perusahaan yang dimaksud adalah PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk guna menentukan rasio likuiditas, aktivitas, leverage dan profitabilitas yang digunakan oleh perusahaan tersebut sebagai dasar dalam penilaian kinerja. Mabruroh (2004) melakukan penelitian tentang manfaat dan pengaruh rasio keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan pada perusahaan go public yang tercatat di BEJ pada tahun 2000. Alat analisis yang digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas, hasilnya menyimpulkan bahwa 4 rasio-rasio keuangan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial dan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja keuangan perbankan. Indah Kurniawati (2001) meneliti tentang perbandingan rasio-rasio keuangan pada perusahaan besar dan perusahaan kecil di Malaysia, Singapura dan Taiwan, menyimpulkan bahwa perusahaan besar di Malaysia memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil, lebih profitabel dari perusahaan kecil, dan tingkat solvabilitasnya lebih baik dari perusahaan kecil. Singapura menunjukkan perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat solvabilitasnya kurang bagus dari perusahaan kecil. Di Taiwan menunjukkan bahwa perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas dan solvabilitas yang lebih kecil dari pada perusahaan kecil. Dalam hubungan dengan uraian tersebut diatas, akan dapat disajikan data profil keuangan perusahaan (total aktiva, laba bersih dan penjualan) untuk 5 tahun terakhir yang dapat disajikan pada tabel 1.1 yaitu sebagai berikut : Tabel 1.1 Total Aktiva, Laba Bersih dan Penjualan PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk Tahun 2006 – 2010 Total Aktiva Penjualan (Rp) (Rp) 2006 1.249.080.371.258 835.229.966.049 2007 1.362.829.538.011 1.126.799.918.436 2008 1.718.997.392.078 1.362.606.580.492 2009 1.732.701.994.634 1.613.927.991.404 2010 2.006.595.762.260 1.404.945.733.980 Sumber : PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk Tahun Laba Bersih Setelah Pajak (Rp) 14.731.717.216 30.316.644.576 303.711.501.204 61.152.852.190 95.713.080.440 5 Dari tabel diatas dapat dilihat dari tahun 2006 sampai 2010 total aktiva mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 total aktiva sebesar Rp.1.249.080.370.258, tahun 2007 total aktiva meningkat sebesar Rp.1.362.829.538.011, tahun 2008 total aktiva meningkat sebesar Rp.1.718.997.392.078, tahun 2009 total aktiva meningkat sebesar Rp.1.732.701.994.634 dam tahun 2010 total aktiva meningkat sebesar 2.006.595.762.260. Untuk penjualan dapat dilihat pada tahun 2006 sampai dengan 2010 cenderung meningkat. Pada tahun 2006 penjualan sebesar Rp.835.229.966.049, tahun 2007 penjualan mengalami peningkatan sebesar Rp.1.126.799.918.436, tahun 2008 penjualan meningkat sebesar Rp.1.362.606.580.492, tahun 2009 penjualan meningkat sebesar 1.613.927.991.404, dan tahun 2010 penjualan mengalami penurunan sebesar Rp.1.404.945.733.980. Sedangkan untuk laba bersih setelah pajak dilihat pada tahun 2006 sampai 2010 mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 laba bersih setelah pajak sebesar Rp.14.731.717.216 dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar Rp.30.316.644.576, tahun 2008 laba bersih setelah pajak meningkat sebesar Rp.303.711.501.204, tahun 2009 laba bersih setelah pajak meningkat sebesar Rp.61.152.812.190, dan pada tahun 2010 laba bersih setelah pajak mengalami peningkatan sebesar Rp.95.713.080.440. Dengan memperhatikan penelitian Mabruroh (2004) dan Indah Kurniawati (2001), penulis tertarik melakukan penelitian tentang kinerja keuangan perusahaan dan untuk melakukan suatu penelitian dengan mengambil judul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk”. 6 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah pengukuran kinerja keuangan pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk dapat menggambarkan kesehatan organisasi perusahaan PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk?.” 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja keuangan PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk ditinjau dari likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah referensi dibidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. b. Penelitian ini mungkin merupakan latihan dan pembelajaran dalam menerapkan teori yang diperoleh sehingga menambah pengetahuan, pengalaman dan dokumentasi ilmiah. 2. Manfaat Praktis a. Dapat memberikan data dan informasi serta gambaran mengenai analisis kinerja keuangan perusahaan ditinjau dari likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas pada PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk tahun 2006 – 2010. 7 b. Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan penelitian ini. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Menguraikan teori-teori yang mendasari pembahasan secara detail dan dipergunakan sebagai dasar untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari perusahaan yaitu tentang pengertian laporan keuangan, arti penting laporan keuangan, tingkat kesehatan perusahaan, pengertian kinerja keuangan, analisis rasio keuangan, jenis-jenis rasio keuangan, pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, tinjauan penelitian sebelumnya, dan kerangka pikir. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan disajikan tentang berbagai metode penelitian meliputi jenis penelitian, obyek penelitian, data dan sumber data, metode pengumpulan data dan metode analisis data. BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Dalam bab ini akan disajikan sejarah berdiri perusahaan dan bidang usaha perusahaan. 8 BAB V : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan analisis rasio keuangan, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas. BAB VI : PENUTUP Dalam bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran sebagai pertimbangan bagi manajemen perusahaan. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama didukung oleh perkembangan teknologi informasi. Produk-produk keuangan bermunculan sebagai respon volatilitas harga dan nilai tukar yang sangat tinggi. Tingginya volatilitas tersebut mengakibatkan risiko yang dihadapi oleh perusahaan juga semakin besar. Sementara itu perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan yang sangat fundamental dibidang manajemen keuangan. Menurut Sutrisno (2008:3) manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisiensi. Selanjutnya pengertian manajemen keuangan sebagaimana dikemukakan oleh Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 3) bahwa manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Astuti (2004 : 9) mengemukakan pengertian manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang sahamnya, dengan mengakui bahwa hasil keputusan keuangan perseroan tergantung pada reaksi investor terhadap keputusan tersebut. 10 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, utamanya seorang manajer atau direktur keuangan. Keputusan keuangan ini diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga kemakmuran pada pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah. Menurut Martono dan Harjito (2008:3) ada tiga fungsi utama dalam manajemen keuangan yaitu : 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting di antara ketiga bidang keputusan tersebut di atas. Hal ini karena keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur neraca yang berada di sisi aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dan yang berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai 11 investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau seriang disebut struktur modal yang optimum. 3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision) Kita sering mendengar suatu ungkapan yang berbunyi “lebih mudah membangun dari pada memelihara”. Ungkapan ini hampir berlaku bagi semua orang yang memiliki suatu aset (aktiva). Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. 2.2 Pengertian Laporan Keuangan Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan. Oleh karena itu diperlukan pembahasan singkat mengenai laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan. Berikut ini beberapa pendapat mengenai definisi laporan keuangan sebagaimana dikemukakan oleh Munawir (2007:2) pengertian laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Menurut Sutrisno (2008:9) mengemukakan bahwa : “Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni Neraca dan laporan Laba Rugi “. 12 Kasmir (2008:7) berpendapat bahwa : "Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu." Ditinjau dari segi intern perusahaan, laporan keuangan dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Data laporan keuangan terutama akan memberikan informasi bagi manajemen sebagai bahan analisa dan bahan interprestasi untuk mengadakan evaluasi terhadap aktivitas perusahaan. Laporan keuangan akan menunjukkan sampai seberapa jauh efisiensi pelaksanaan kegiatan serta perkembangan perusahaan yang telah dicapai oleh manajemen. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang 13 dilaksanakan secara konsisten serta dibuat dan disajikan dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen perlu mengetahui bagaimana perkembangan keadaan investasi dalam perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai selama jangka waktu yang diamati. Pada umumnya laporan keuangan itu sendiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan pada laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu. Dari beberapa pendapat ahli ekonomi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi yang menjelaskan atau melaporkan kegiatan perusahaan sekaligus untuk mengevaluasi keberhasilan strategi perusahaan dalam pencapaian tujuan yang ingin dicapai. 2.3 Pengertian Kinerja Keuangan Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penelitian itu sendiri. Bagi manajemen, melihat kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian tertentu bagi pencapaian tujuan secara keseluruhan. Sedangkan bagi pihak luar manajemen kinerja merupakan alat untuk mengukur suatu prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam suatu periode tertentu yang merupakan pencerminan tingkat hasil pelaksanaan aktivitas kegiatannya, namun demikian penilaian kinerja suatu organisasi 14 baik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan diperlukan sebagai dasar penetapan kebijaksanaan dimasa yang akan datang. Kinerja keuangan mengindikasikan apakah strategi perusahaan, implementasi strategi, dan segala inisiatif perusahaan memperbaiki laba perusahaan. Dengan menelusuri serangkaian aktivitas penciptaan nilai tambah melalui serangkaian indikator sebab akibat yang penting bagi organisasi, dari aktivita riil sampai aktivitas keuangan, dari aktivitas operasional sampai aktivitas strategis, dari aktivitas jangka pendek sampai aktivitas jangka panjang, dari aktivitas lokal sampai aktivitas global, atau dari aktivitas bisnis sampai aktivitas korporasi. Para pengambil keputusan akan mendapatkan gambaran komprehensif mengenai kinerja beragam aktivitas perusahaan, namun tetap dalam satu rangkaian strategi yang saling terkait satu sama lain. Pengertian kinerja keuangan menurut Muchlis (2000:44) bahwa : Kinerja keuangan adalah prestasi keuangan yang tergambar dalam laporan keuangan perusahaan yaitu neraca rugi-laba dan kinerja keuangan menggambarkan usaha perusahaan (operation income). Profitability suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang dapat dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Disisi lain kinerja keuangan menggambarkan kekuatan struktur keuangan suatu perusahaan dan sejauh mana asset yang tersedia, perusahaan sanggup meraih keuntungan. Hal ini berkaitan erat dengan 15 kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilki perusahaan secara efektif dan efisien. Martono dan Harjito (2008:52) berpendapat bahwa kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak (stakeholders) seperti investor, kreditur, analis, konsultan keuangan, pialang, pemerintah, dan pihak manajemen sendiri. Harmono (2009:23) mengemukakan bahwa : ” Kinerja keuangan umumnya diukur berdasarkan penghasilan bersih (laba) atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per share) ”. Wahyudin (2008:48) bahwa : “Kinerja keuangan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan.” Guna mengetahui tingkat kinerja suatu perusahaan dilakukan serangkaian tindakan evaluasi yang pada intinya adalah penilaian atas hasil usaha yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Hasil usaha tersebut dapat berupa barang atau jasa yang dapat menjadi atribut dari keberhasilan kerja organisasi. Merujuk pada konsep tersebut, maka penilaian kinerja mengandung tugastugas untuk mengukur berbagai aktivitas tingkat organisasi sehingga menghasilkan informasi umpan balik untuk melakukan perbaikan organisasi. Perbaikan organisasi mengandung makna perbaikan manajemen organisasi yang meliputi : (a) perbaikan perencanaan, (b) perbaikan proses, dan (c) perbaikan evaluasi. Hasil evaluasi 16 selanjutnya merupakan informasi untuk perbaikan ”perencanaan proses evaluasi” selanjutnya. Proses ”perencanaan proses evaluasi” harus dilakukan secara terusmenerus (continuous process improvement) agar faktor strategik (keunggulan bersaing) dapat tercapai. Berdasarkan definisi diatas, maka kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. 2.4 Penilaian Kinerja Keuangan Penilaian kinerja keuangan dibagi kedalam dua tahapan proses, yaitu (a) tahap dasar variabel kunci ditentukan oleh tujuan organisasi, dan (b) tahap melekatkan penilaian pada setiap variabel kunci. Tahap variabel kunci ditentukan oleh tujuan yang mempertimbagkan karakteristik variabel, penilaian dengan level-level organisasi dan keterkaitan variabel, penilaian dengan level-level organisasi dan berkaitan variabel-variabel pada level serupa. Sedangkan melekatkan penilaian pada setiap variabel kunci ditentukan oleh karakteristik penilaian kinerja. Penilaian tingkat kinerja BUMN kesehatan BUMN, sampai saat ini dilakukan dengan mengacu pada KEPMEN No. Kep-100/MBU/2002 tanggal 4 Juni 2002 tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN. Tujuannya adalah untuk mengadakan penilaian terhadap BUMN dengan suatu jangka waktu. 17 Gitosudarmo dan Basri (2002 : 275) berpendapat bahwa penilaian kinerja keuangan adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu dilaporkan dalam laporan keuangan yang terdiri dari laba rugi dan neraca. Definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan rugi laba, menunjukkan bahwa laporan rugi laba menggambarkan suatu aktivitas dalam satu tahun sedangkan untuk neraca menggambarkan keadaan pada saat akhir tahun tersebut atas perubahan kejadian dari tahun sebelumnya. Penilaian kinerja keuangan pada suatu perusahaan sangatlah penting, karena di sana dapat dilihat sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep100/MBU/2002, tentang penilaian tingkat kerja Badan Usaha Milik Negara, sebagaimana terdapat pada Bab II pada pasal 5 Raharjo (2001:222) yaitu : 1. Penilaian kinerja keuangan mencakup penilaian indikator kinerja keuangan sebagai berikut : a. debt equity ratio b. cash ratio c. net working capital to total assets d. inventory turn over e. collction period f. sales to total g. return on equity 18 h. return on assets i. net profit margin 2. Hasil penilaian kinerja diklasifikasikan sebagai berikut : a. sangat sehat bila jumlah nilai yang dicapai lebih dari 41,2 b. sehat bila jumlah nilai yang dicapai dari 26,0 s/d 41,2 c. kurang sehat bila jumlah nilai yang dicapai lebih dari 12,4 s/d 26,0 d. tidak sehat bila jumlah nilai yang dicapai 12,4 ke bawah. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-100/MBU/2002, tentang Metode Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara, sebagai berikut : 1. Aspek Keuangan a. Return On Equity (ROE), dengan rumus : Laba setelah Pajak ROE = x 100 % Modal sendiri b. Return On Investment (ROI), dengan rumus : EBIT + Penyusutan ROI = x 100 % Capital Employed c. Rasio Kas ( Cash Ratio), dengan rumus : Kas + Bank + Surat Berharga Jangka Pendek Cash Rasio = x 100 % Current Liabilitas 19 d. Rasio Lancar (Current Ratio), dengan rumus : Current Asset Current Ratio = x 100 % Current Liabilitas e. Perputaran Total Asset Turn Over (TATO) Total Pendapatan TATO = x 100 % Capital Imployed f. Rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset Total Modal Sendiri TMS terhadap TA = x 100% Total Asset 2.5 Tingkat Kesehatan Perusahaan Tingkat kesehatan perusahaan diperlukan untuk melihat apakah suatu keuangan dalam suatu perusahaan itu dalam keadaan sehat atau tidak. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara dua elemen yang ada atau disebut dengan rasio. Dengan rasio itu kita dapat mengetahui tingkat likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Peningkatan kinerja harus selalu dikaitkan dengan penerapan prinsip efisiensi. Artinya, dalam upaya menampilkan kinerja yang memuaskan suatu sistem bekerja sedemikian rupa sehingga hasilnya menggunakan sebagai sarana, daya dan dana yang dialokasikan untuk menyelenggarakannya . 20 Penilaian tingkat kinerja keuangan berdasarkan pada Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 juni 2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tingkat kinerja keuangan perusahaan digolongkan ke dalam 3 (tiga) kategori, sesuai dengan BAB II pasal 3, yaitu : 1. Kategori sehat, yang terdiri dari : a. AAA apabila total skor (TS) lebih besar dari 95 b. AA apabila 80 < TS < = 95 c. A apabila 65 < TS < = 80 2. Kategori kurang sehat, yang terdiri dari : a. BBB apabila 50 < TS < = 65 b. BB apabila 40 < TS < = 50 c. B apabila 30 < TS < = 40 3. Kategori tidak sehat, yang terdiri dari : a. CCC apabila 20 < TS < = 30 b. CC apabila 10 < TS < = 20 c. C apabila = 10 2.6 Pengertian Rasio dan Jenis-Jenis Rasio Keuangan Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan yang 21 diperbandingkan termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, prosentase serta trendnya, penganalisa menyadari bahwa beberapa rasio secara individu akan membantu dalam menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan mengunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard. Menurut Harahap (2007:297) mengemukakan bahwa : ”Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Dari hasil definisi di atas, maka bila rasio diterjemahkan secara tepat, rasio juga dapat, menunjukkan area-area yang memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih mendalam. Analisis rasio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar perbandingan yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri. Namun demikian, fungsi rasio seringkali disalah artikan dan akibatnya manfaatnya terlalu dibesar-besarkan. 22 Abdullah (2004:37) bahwa : ”Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.” Rasio keuangan dapat disajikan dalam dua cara. Yang pertama untuk membuat perbandingan keadaan pada saat yang berbeda. Dan kedua untuk membuat perbandingan keadaan keuangan dengan perusahaan lain. Analisis rasio merupakan alat analisis yang berguna apabila dibandingkan dengan rasio standar. Terdapat dua macam rasio standar yang lazim digunakan. Yang pertama adalah rasio yang sama dari laporan keuangan tahun-tahun yang lampau. Yang kedua adalah rasio dari perusahaan lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan perusahaan yang dianalisis. Rasio standar kedua ini lazim disebut rata-rata rasio industri. Menurut Muslich (2003:47) berpendapat bahwa rasio keuangan dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu : ”1. Rasio likuiditas 2. Rasio efisiensi 3. Rasio leverage 4. Rasio profitabilitas.” Berdasarkan keempat rasio di atas, maka akan diuraikan satu persatu sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai, serta 23 tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh. Kas merupakan suatu aktiva yang likuid. Aktiva lain mungkin relatif likuid atau tidak likuid tergantung seberapa capat aktiva ini dapat dikonversikan ke kas adalah surat berharga. Untuk menentukan tingkat likuiditas perusahaan dipergunakan rasio likuiditas, yaitu : a) Rasio lancar, b) Rasio kas, c) Rasio likuiditas absolut. Rumus dari ketiga rasio tersebut adalah : Aktiva Lancar a) Rasio Lancar = Pasiva Lancar Aktiva Likuid + Piutang b) Rasio Kas = Pasiva Lancar Aktiva Likuid c) Rasio Aktiva likuid = Pasiva Lancar Masing-masing rasio likuiditas ini mencerminkan perspektif waktu yang berbeda dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current rasio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, dengan asumsi bahwa semua aktiva lancar dikonversikan ke dalam kas. Quick rasio digunakan untuk mengukur hal yang sama dalam perspektif waktu yang lebih singkat. Sedangkan absolute liquidity rasio mengukur kemampuan perusahaan dalam waktu yang paling singkat karena hanya aktiva likuid saja yang diperhitungkan. 24 2. Rasio Efisiensi Rasio efisiensi digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan mempergunakan aktivanya. Rasio ini semuanya mempergunakan perbandingan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam beberapa aktiva. Asumsi yang diambil adalah terdapat hubungan antara penjualan dengan berbagai aktiva tersebut. Dalam perhitungan dan analisis efisiensi persediaan terdapat beberapa masalah yang perlu diketahui. Pertama, penjualan dilakukan menurut harga pasar, sedangkan investasi dalam persediaan dicatat menurut harga pokoknya. Kedua, penjualan terjadi sepanjang periode (tahun dan sebagainya), sedangkan persediaan rata-rata antara awal dan akhir periode dalam analisis efisiensi persediaan akan lebih baik. Rasio efisiensi yang digunakan, umumnya meliputi : Penjualan a) Ratio penjualan terhadap aktiva = Aktiva Likuid Penjualan b) Ratio penjualan terhadap piutang = Piutang Penjualan c) Ratio penjualan terhadap persediaan = Persediaan Barang Penjualan d) Ratio penjualan terhadap aktiva lancar = Aktiva Lancar 25 Penjualan e) Ratio penjualan terhadap aktiva tetap = Aktiva Tetap Penjualan f) Ratio penjualan terhadap total aktiva = Total Aktiva 3. Rasio Leverage Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan utang untuk membiayai sebagian daripada aktiva perusahaan. Pembiayaan dengan utang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena utang mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas utang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Tetap penggunaan utang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham. Karenanya penggunaan utang harus diseimbangkan antara keuntungan dan kerugiannya. Rasio leverage yang lazim digunakan adalah : Utang Jangka Pendek + Utang Jangka Panjang a) Ratio utang terhadap modal = Modal Laba Bersih Operasional b) Ratio laba bersih terhadap bunga = Bunga Total Aktiva c) Ratio total aktiva tetap terhadap modal = Modal 26 Aktiva Tetap d) Ratio aktiva tetap terhadap modal = Modal Aktiva Lancar e) Ratio aktiva lancar terhadap modal = Modal Persediaan Barang f) Ratio persediaan terhadap modal = Modal Piutang g) Ratio piutang terhadap modal = Modal Aktiva Likuid h) Ratio aktiva likuid terhadap modal = Modal Dari kedelapan rasio diatas, dua rasio pertama mengukur kemampuan perusahaan membayar bunga dan penggunaan utang. Sedangkan rasio selebihnya melihat penggunaan leverage dari kewajiban yang tidak mempunyai beban bunga. Hal ini dapat dilihat dari, misalnya perbedaan antara Total Assets dengan Net Worth yang tinggi menunjukkan penggunaan leverage yang besar atau modal sendiri yang kecil. Rasio Total Assets to Net Worth ini juga menunjukkan seberapa besar risiko yang ditanggung oleh kreditur. 4. Rasio Profitabilitas Pengukuran tingkat profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat Return On Investment (ROI) yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta 27 oleh investor dalam pasar modal. Jika hasil yang diharapkan lebih besar dari pada hasil yang diminta, maka investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan. Pengukuran tingkat profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat Return on Investment (ROI) yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta oleh investor dalam pasar modal. Jika hasil yang diharapkan lebih besar dari pada hasil yang diminta, maka investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan. Rasio profitabilitas tergantung dari informasi akuntansi yang diambil dari laporan keuangan. Karenanya profitabilitas dalam konteks analisis rasio, mengukur pendapatan menurut laporan rugi laba dengan nilai buku investasi. Rasio profitabilitas ini, kemudian dapat dibandingkan rasio yang sama perusahaan pada tahun lalu atau rasio rata-rata industri. Rasio profitablitas yang lazim digunakan meliputi : Laba Bersih a) Rasio margin laba = Penjualan Laba Bersih b) Ratio laba atas total harta = Total Aktiva Laba Bersih c) Rasio laba atas ekuitas = Modal 2.7 Penelitian Terdahulu Mabruroh (2004) melakukan penelitian tentang manfaat dan pengaruh rasio keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan pada perusahaan go public yang 28 tercatat di BEJ pada tahun 2000. Alat analisis yang digunakan yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas, hasilnya menyimpulkan bahwa rasio-rasio keuangan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial dan berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja keuangan perbankan. Indah Kurniawati (2001) meneliti tentang perbandingan rasio-rasio keuangan pada perusahaan besar dan perusahaan kecil di Malaysia, Singapura dan Taiwan, menyimpulkan bahwa perusahaan besar di Malaysia memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil, lebih profitabel dari perusahaan kecil, dan tingkat solvabilitasnya lebih baik dari perusahaan kecil. Singapura menunjukkan perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat solvabilitasnya kurang bagus dari perusahaan kecil. Di Taiwan menunjukkan bahwa perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas dan solvabilitas yang lebih kecil dari pada perusahaan kecil. Ernawati (2003) meneliti tentang pengukuran kinerja perusahaan ditinjau dari analisis rasio keuangan. Dari hasil analisis yang telah dilakukan mengenai penilaian kinerja perusahaan pada PT. Alis Jaya Ciptatama tahun 1998-2002 ditinjau dari analisis rasio keuangan dapat ditarik kesimpulan bahwa secara keseluruhan kinerja PT. Alis Jaya Citatama dinilai kurang baik. Hal ini disebabkan adanya rasio aktivitas dan profitabilitas yang kurang maksimal meskipun rasio likuiditas dan leverage dalam keadaan lebih baik. Retno Tri Setyowati (2008) meneliti tentang analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan consumer goods. Analisis yang digunakan yaitu rasio 29 likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa analisis rasio keuangan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan selama tahun 2003-2005 menunjukkan tingkat kinerja perusahaan yang sehat sekali. Ringkasan penelitian terdahulu sebagaimana yang diuraikan di atas dapat di lihat pada Tabel berikut : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1. 2. Nama (Tahun) Mabruroh (2004) Judul Manfaat dan pengaruh rasio keuangan dalam analisis kinerja keuangan perbankan pada perusahaan go public. Indah Perbandingan rasioKurniawati rasio keuangan pada (2001) perusahaan besar dan perusahaan kecil di Malaysia, Singapura dan Taiwan. Variabel Penelitian/ Metode Analisis Hasil Temuan Rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Menunjukkan pengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial dan berpengaruh secara bersamasama terhadap kinerja keuangan perbankan. Rasio likuiditas Perusahaan besar di Malaysia dan memiliki tingkat likuiditas solvabilitas. yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat solvabilitasnya lebih baik dari perusahaan kecil. Singapura menunjukkan perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas yang lebih rendah dari perusahaan kecil dan tingkat solvabilitasnya kurang bagus dari perusahaan kecil. Di Taiwan menunjukkan perusahaan besar memiliki tingkat likuiditas dan solvabilitas yang lebih kecil dari pada perusahaan kecil. 30 3. Ernawati (2003) Pengukuran kinerja perusahaan ditinjau dari analisis rasio keuangan. Rasio aktivitas dan profitabilitas 4. Retno Tri Setyowati (2008) Analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja perusahaan consumer goods. Rasio likuiditas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Dinilai kurang baik disebabkan adanya rasio aktivitas dan profitabilitas yang kurang maksimal meskipun rasio likuiditas dan leverage dalam keadaan lebih baik. Analisis rasio keuangan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kinerja perusahaan selama tahun 2003 - 2005 menunjukkan tingkat kinerja perusahaan yang sehat sekali. 2.8 Kerangka Pikir Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang berfungsi untuk mencatat semua aktivitas perusahaan. Laporan keuangan terdiri atas neraca dan laporan laba rugi. Laporan keuangan yang telah ada akan dianalisis untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis yang dilakukan dapat berupa analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan terdiri atas beberapa rasio, misalnya perputaran aktiva dan rasio profitabilitas seperti yang telah dibahas sebelumnya oleh penulis. Hasil dari rasio ini akan memperlihatkan kinerja perusahaan apakah perusahaan mampu menghasilkan laba yang maksimal tiap tahun, dan apakah aktiva yang dimiliki perusahaan mampu memberikan kontribusi maksimal untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang direncanakan. Selanjutnya perusahaan akan mengambil langkah-langkah yang sesuai kelangsungan perusahaan. untuk keperluan perusahaan nantinya untuk 31 Adapun kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut : PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk Rasio Keuangan Rasio Rasio Rasio Rasio Likuiditas Aktivitas Leverage Profitabilitas Kinerja Keuangan Perusahaan Gambar 2.1 Kerangka Pikir 2.9 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang diajukan adalah diduga bahwa pengukuran kinerja PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk telah menghasilkan kinerja yang sehat berdasarkan kinerja likuiditas, aktivitas, leverage, dan profitabilitas. 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Daearah dan Waktu Penelitian Dalam melakukan penelitian sesuai dengan kebutuhan, maka peneliti memilih tempat penelitian pada PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk. Sedangkan waktu yang digunakan selama melakukan penelitian hingga rampungnya penyusunan skripsi ini diperkirakan kurang lebih tiga bulan lamanya mulai dari bulan Pebruari sampai dengan bulan April Tahun 2012. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah dengan cara penelitian kepustakaan (library research), yaitu metode atau teknik penelitian yang dimaksudkan untuk menelaah buku-buku/literature dan tulisan-tulisan ilmiah yang mempunyai hubungan dengan pembahasan skripsi ini. Dan dalam memperoleh data perusahaan penulis mendatangi PIPM (Pusat Informasi Pasar Modal) yang terletak di Jl. A. P. Pettarani. 3.3 Jenis dan Sumber Data Untuk menunjang kelengkapan pembahasan, maka jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung, yang diperoleh dari buku laporan perkembangan penjualan perusahaan yang akan diteliti yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini. 33 Sumber data yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari : a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan dengan wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang akan diteliti. b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen perusahaan dan informasi tertulis mengenai keadaan perusahaan yang berkaitan dengan pembahasan. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara : 1. Observasi, yaitu dengan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti dengan mencatat keterangan atau hal-hal yang berguna bagi penyusunan data untuk dianalisis. 2. Dokumentasi, yaitu dengan membuat salinan atau mengadakan arsip-arsip dan catatan-catatan perusahaan yang ada mengenai neraca, laporan rugi laba, jumlah produksi, jumlah karyawan, pelayanan yang diberikan, gambaran umum perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan. 3.5 Metode Analisis Data Untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan analisis rasio keuangan sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Adapun rumus yang digunakan adalah : 34 a. Net Working Capital Net Working Capital yaitu untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar. Net Working capital = Aktiva lancar – Utang lancar b. Current Ratio Current Ratio yaitu untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Current Ratio = Aktiva lancar Utang lancar c. Acid Test Ratio (Quick Ratio) Acid Test Ratio (Quick Ratio) yaitu untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban atau utang lancar dengan aktiva yang lebih likuid. Acid Test Ratio (Quick Ratio) = Aktiva lancar−Persediaan Utang lancar 2. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana efesiensi perusahaan sehubung dengan pengelolaan asset perusahaan untuk memperoleh penjualan. Adapun rumus yang digunakan adalah : a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover) Perputaran Piutang (Receivable Turnover) yaitu menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang. Semakin besar angka yang dihasilkan maka akan semakin baik pengelolaan piutang, dalam hal ini penagihan piutang dilakukan dengan cepat. 35 Receivable Turnover = Penjualan Piutang rata−rata b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) yaitu menunjukkan seberapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan dengan cepat. Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan Rata−rata Persediaan = ... kali c. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover) Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover) yaitu mengukur perputaran dari semua asset yang dimiliki perusahaan dan menunjukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan atau menggambarkan berapa rupiah penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Total Asset Turnover = Penjualan Bersih Total Aktiva = ... kali 3. Rasio Laverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Adapun rumus yang digunakan adalah : a. Ratio total utang (Debt Ratio) Ratio Total Utang (Debt Ratio) yaitu pengukuran jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur. 36 Total Utang Debt Ratio = Total Aktiva b. Ratio utang jangka panjang dengan modal sendiri (The Debt-Equity Ratio) Ratio utang jangka panjang dengan modal sendiri (The Debt-Equity Ratio) yaitu menghitung perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. The Debt-Equity Ratio = Utang Jangka Panjang Modal Sendiri c. Ratio utang jangka panjang dengan modal jangka panjang (The Debt To Total Capitalization) Ratio utang jangka panjang dengan modal jangka panjang (The Debt To Total Capitalization) yaitu untuk mengukur berapa bagian utang jangka panjang yang terdapat di dalam modal jangka panjang perusahaan. Utang jangka panjang = Utang jangka panjang + modal 4. Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik hubungan dengan penjualan asset maupun laba rugi modal sendiri. Adapun rumus yang digunakan : a. Gross Profit Margin Gross Profit Margin yaitu mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan. Gross Profit Margin = Laba kotor Penjualan x 100% 37 b. Net Profit Margin Net Profit Margin yaitu mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Net Profit Margin = Laba bersih sesudah pajak Penjualan x 100% c. Return On Investment (ROI) Return On Investment (ROI) yaitu mengukur tingkat penghasilan bersih yang diperoleh dari total aktiva perusahaan. ROI = Laba bersih sesudah pajak Total aktiva x 100% 3.6 Definisi Operasional Variabel Secara garis besar definisi operasional variabel digambarkan pada kolom berikut ini : 38 Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Variabel Rasio Likuiditas a. Net Working Capital b. Current Ratio c. Acid Test Ratio (Quick Ratio) Rasio Aktivitas a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover) b. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) c. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover) Konsep Variabel Untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar. Menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibankewajiban atau utang lancar dengan aktiva yang lebih likuid. Menunjukkan seberapa cepat penagihan piutang. Indikator = Aktiva lancar – Utang lancar Rasio Aktiva lancar − Persediaan Utang lancar Rasio Penjualan Piutang rata − rata Rasio = Menunjukkan seberapa Harga pokok penjualan = = ⋯ kali cepat perputaran Rata − rata persediaan persediaan dalam siklus produksi normal. Mengukur perputaran dari semua asset yang Penjualan bersih = = ⋯ kali dimiliki perusahaan. Total aktiva Rasio Leverage a. Ratio Total Utang Pengukuran jumlah (Debt Ratio) aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur. b. The Debt-Equity Menghitung Ratio perbandingan antara Rasio Aktiva lancar Utang lancar = = Skala = Total utang Total aktiva Rasio Rasio Rasio Rasio 39 c. The Debt To Total Capitalization Rasio Profitabilitas a. Gross Profit Margin utang jangka panjang dengan modal sendiri. Mengukur berapa bagian utang jangka panjang yang terdapat di dalam modal jangka panjang perusahaan. = Utang jangka panjang Modal sendiri Rasio = Utang jangka panjang Utang jangka panjang + modal Laba kotor Mengukur tingkat laba Rasio = x 100% kotor dibandingkan Penjualan dengan volume penjualan. b. Net Profit Margin Mengukur laba bersih Rasio sesudah pajak Laba bersih sesudah pajak = x 100% dibandingkan dengan Penjualan volume penjualan. c. Return On Mengukur tingkat Rasio Investment (ROI) penghasilan bersih Laba bersih sesudah pajak = x 100% yang diperoleh dari Total aktiva total aktiva perusahaan. 40 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Berdiri PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk adalah sebuah perusahaan yang berawal dari sebuah perusahaan keluarga yang bergerak di bidang industri susu, minuman, dan makanan dalam kemasan aseptic yang tahan lama dengan merek-merek terkenal seperti Ultra Milk untuk produk susu, Buavita untuk jus buah segar dan The Kotak untuk minuman the segar. Perusahaan ini didirikan berdasarkan akta No. 8 tanggal 2 November 1971 junco Akta Perubahan No. 71 tanggal 29 Desember 1971 yang dibuat dihadapan Komar Andasasmita SH, Notaris di Bandung. Susu yang diproduksinya dikenal dengan nama UHT (Ultra High Temperatur) yang merupakan sistem pembuatan susu melalui sistem sterilisasi (sterilid milk) sehingga dapat tahan lama. Di Indonesia, PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk merupakan pionir di bidang industri minuman yang diproses dengan teknologi UHT. Kini lebih dari 20 tahun sejak melakukan produk komersilnya ditahun 1975, perusahaan telah menghasilkan lebih dari 40 macam produk. Perseroan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman. Dibidang minuman Perseroan memproduksi minuman aseptik yang diproses dengan teknologi UHT (Ultra High Temperature) dan dikemas dalam kemasan karton Tetrapack 41 seperti minuman susu, sari buah, teh, minuman tradisional dan minuman untuk kesehatan. Perseroan juga memproduksi teh celup (tea bags) dan konsentrat buahbuahan tropis (tropical fruit juice concentrate). Dibidang makanan perseroan memproduksi rupa-rupa mentega (butter), susu bubuk (powder milk), dan susu kental manis (sweet condensed milk), sedangkan produk keju (cheese) yang sejak tahun 1985 diproduksi berdasarkan lisensi dari Kraft Inc., USA, sejak bulan April 1994 diproduksi oleh anak perusahaan Perseroan. Dalam melakukan kegiatan usahanya perseroan melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan yang memiliki reputasi internasional seperti Nestle untuk memproduksi Milo ready to drink. Selain itu Perseroan menjalin kerjasama dengan Karft Inc., USA, dengan mendirikan perusahaan patungan PT. Kraft Ultra Jaya Indonesia, perusahaan yang bergerak dalam bidang industri keju. Proses pembuatan minuman dengan sistem UHT ini mempunyai keunikan, yakni bahan-bahan yang diproses itu tidak memakai bahan pengawet sedikitpun untuk dapat membuat tahan lama, dapat disimpan tanpa menjadi rusak. Semua itu disebabkan oleh proses sterilisasi dengan pemanasan uap air selama 3 – 4 detik temperatur 140 derajat celcius dengan kertas pak pengemasnya yang telah disucihamakan terlebih dahulu dengan memakai hydrogen peroksida. Mesin-mesin untuk produksi untuk didapatkan dari Swedia begitu juga halnya dengan kertas pak yang merupakan hak patent dari Tetra Pak Internasional yang berpusat di Swedia. Kantor pusat dan pabrik pengolahan PT Ultrajaya Milk Industry didirikan diatas tanah seluas lebih dari 12 hektar yang terletak dijalan Raya Cimareme No. 131, 42 Padalarang, Kabupaten Bandung. Lokasi ini sangat strategis karena terletak di daerah lintasan hasil peternakan dan pertanian sehingga memudahkan untuk memperoleh pasokan bahan baku maupun untuk pengiriman hasil produksinya. Kemudian berdasarkan pertimbangan untuk memperlancar pemasarannya maka sejak tanggal 1 Juni 1978 bagian pemasaran dipindahkan ke Jakarta, di Jalan Raya Bekasi km. 26, Jakarta Timur. Susu murni yang diperlukan Perseroan yang diperoleh dari para peternak sapi yang tergabung dalam Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU), sedangkan buah-buahan segar seperti jambu, mangga, nenas, sirsak, dan lain-lain, diperoleh dari petani buah yang tergabung dalam koperasi Unit Desa yang berada di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Buah-buahan lain seperti jeruk (orange), leci (Leychee), dan anggur (grape) masih diperoleh secara impor dalam bentuk konsentrat (concentrate). Demikian pula bahan pengemas aseptic masih diimpor dari Tetra Pak Pacific, Singapore. Pada saat ini memiliki 1100 orang karyawan yang ditempatkan dibagian produksi, dibagian distribusi dan pemasaran dan sisanya dibagian administrasi dan umum. Mereka senantiasa mendapatkan pendidikan dan pelatihan baik didalam maupun di luar negri, sehingga menjadi tenaga-tenaga yang terampil dan terlatih. 43 4.2 Struktur Organisasi Agar kegiatan perusahaan dapat berjalan lancar dan tujuan perusahaan dapat tercapai, maka diperlukan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas. Struktur organisasi perusahaan ini memperlihatkan bentuk struktur organisasi garis, dimana setiap bawahan mempunyai atasan tertentu untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya. Adapun bagan struktur organisasi PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk sebagai berikut : Skema 4.1 Struktur Organisasi Perusahaan PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk Dewan Komisaris Presiden Direktur R&D Direktur Operasional M. Pemasaran M. Pabrikasi Sumber : PT. Ultrajaya Milk Industry, Tbk Direktur Adm & Keu M. Administrasi M. Keuangan 44 Adapun uraian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut : 1. Dewan Komisaris Dewan Komisaris bertugas mengawasi jalannya perusahaan dan berhak untuk meminta pertanggungjawaban dari Presiden direktur dan memberi petunjuk serta menyetujui ataupun menolak apa yang menjadi rencana Presiden Direktur. 2. Presiden Direktur Presiden Direktur adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam perusahaan yang menetapkan kebijaksanaan umum, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas para Direktur dan merupakan penanggung jawab perusahaan secara keseluruhan . Tugas dan tanggung jawabnya meliputi : a. Menentukan pokok-pokok kebijaksanaan perusahaan. b. Memimpin serta mengorganisir bawahannya dan mengawasi seluruh kegiatan perusahaan. c. Bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dan Rapat umum Pemegang Saham. d. Menetapkan tujuan yang dicapai oleh perusahaan dan membuat rencana kerja. 3. Research and Development (R&D) Tugas dan tanggung jawabnya adalah : a. Bertanggung jawab langsung dibawah direksi b. Menentukan kualitas bahan baku serta melakukan penyempurnaan kualitas dan komposisi produk yang telah dihasilkan. 45 c. Bekerjasama dengan semua bagian untuk mengembangkan dan meluncurkan produk baru Direktur Operasional. 4. Direktur Operasional Tugas dan tanggung jawab Direktur Operasional adalah mengkoordinir keseluruhan kegiatan pabrik dan pemasaran dan menetapkan sasaran yang akan dituju terutama yang menyangkut sasaran pemasaran dan pabrikasi. Direktur Operasional dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh : 1) M. Pemasaran, bertugas memberikan informasi-informasi yang bertujuan mensukseskan market perusahaan kepada pimpinan perusahaan/wakil pimpinan, memberikan input pada pimpinan perusahaan untuk dapat menetapkan jasa biaya pengiriman sesuai dengan input yang telah diberikan masing-masing bagian. 2) M. Pabrikasi a. Membuat laporan persediaan barang dalam gudang. b. Memeriksa laporan barang masuk dan keluar yang dibuat oleh staff gudang sesuai dokumen pendukungnya. 5. Direktur Administrasi dan Keuangan Tugas dan tanggung jawabnya meliputi : a. Melakukan pencatatan secara administratif dan seluruh kegiatan usaha perusahaan dan mengambil kesimpulan tentang keuntungan dan kerugian. b. Mengatur dan bertanggung jawab atas penyusunan rencana kegiatan serta dana yang dibutuhkan bagi kegiatan departemen lain. 46 c. Melakukan pengawasan dan pencatatan dari penggunaan dana serta harta perusahaan. Direktur Administrasi dan Keuangan dalam menjalankan tugasnya : 1) Administrasi, bertugas untuk membuat kartu langganan untuk mengetahui data-data langganan, bonafiditas langganan, dan analisis hutang langganan. 2) Keuangan, bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut keuangan perusahaan dan melaksanakan prinsip administrasi pada umumnya, melakukan pekerjaan pembukuan perusahaan. 47 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Faisal, 2004, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi keempat, Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang Astuti Dewi, 2004, Manajemen Keuangan Perusahaan, cetakan pertama, Penerbit : Ghalia Indonesia, Jakarta Gitosudarmo, Indriyo, dan Basri 2002, Manajemen Keuangan, edisi keempat, cetakan pertama, penerbit : BPFE, Yogyakarta Hanafi, M. Mamduh, 2005, Manajemen Keuangan, Edisi 2004/2005, Cetakan Pertama, Penerbit : BPFE, Yogyakarta http://idx.co.id Harmono, 2009, Manajemen Keuangan, Berbasis Balanced Scorecard, Pendekatan Tori, Kasus dan Riset Bisnis, cetakn pertama, penerbit : Bumi Aksara, Jakarta Husnan Suad dan Enny Pudjiastuti, 2004, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, edisi pertama, cetakan pertama, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : UPP AMP YKPN, Yogyakarta Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Rajawali Pers, Jakarta Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : BPFE, Yogyakarta Mabruroh, 2004, Manfaat dan Pengaruh Rasio Keuangan dalam Analisis Kinerja Keuangan Perbankan. Benefit. Vol. 8, Mo. 1 : 37 – 51 Martono dan Agus Harjito, 2001, Manejemen Keuangan, edisi pertama, cetakan pertama, Penerbit : Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta Munawir, 2007, Analisa Laporan Keuangan, edisi pertama, cetakan keempatbelas, BPFE, Yogyakarta Muslich Mohamad, 2003, Manajemen Keuangan Modern, Analisis, Perencanaan, dan Kebijaksanaan, cetakan ketiga, Penerbit : Bumi Aksara, Jakarta 48 Raharjo, Budi, 2001, Laporan Keuangan Perusahaan, cetakan pertama, Penerbit : Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Retno, Tri Setyowati, 2008. Analisis Rasio Keuangan untuk Menilai Kinerja. Sugiyono, 2009, Statistika untuk Penelitian, penerbit : CV. Alfabeta, Bandung Sutrisno, 2008, Manajemen Keuangan, Teori, Konsep dan Aplikasi, edisi pertama, cetakan ketiga, Penerbit : Ekonesia, Yogyakarta. Syafri Harahap Sofyan, 2007, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, edisi pertama, cetakan ketiga, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Zarkasyi, Moh, Wahyudin, 2008, Good Corporate Governance, Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya, cetakan kesatu, Penerbit : Alfabeta, Bandung