1 KEMAMPUAN BELAJAR KONSEP DAUR BIOGEOKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 BANJARBARU H. Muhammad Zaini 1 Lisa Herlina 2 ABSTRAK Penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan belajar yang meliputi hasil belajar produk dan hasil belajar proses, mengetahui aktivitas siswa dan guru, serta mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 2 Banjarbaru tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 29 orang. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan meningkatnya hasil belajar siswa yaitu ketuntasan klasikal siklus 1 pretes adalah 0% meningkat menjadi 44,82% pada post test, siklus 2 pre test 0% meningkat menjadi 86,20% pada post test. Hasil belajar selama proses pembelajaran melalui LKS, pada siklus 1 yaitu 78% dan siklus 2 meningkat menjadi 82% menunjukkan kategori baik. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran telah menunjukkan peningkatan. Aktivitas guru selama proses pembelajaran telah menunjukkan penurunan dominasi. Pengelolaan pembelajaran oleh guru siklus 1 (3,83) termasuk kategori cukup baik dan meningkat menjadi (3,92) dengan kategori cukup baik pada siklus 2. Disimpulkan bahwa kemampuan belajar siswa yang meliputi hasil belajar produk dan hasil belajar proses mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, aktivitas siswa telah menunjukkan peningkatan dan tergolong kategori baik, aktivitas guru sudah tidak dominan dan pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing mendapatkan respon yang positif dari siswa. Kata kunci: Konsep daur biogeokimia, pendekatan problem posing, hasil belajar. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang guru biologi SMAN 2 Banjarbaru mengatakan bahwa pola pembelajaran yang berlangsung di SMAN 2 Banjarbaru ini lebih berpusat kepada guru sebagai sumber utama ilmu pengetahun, 1 Dosen Program Studi Magister Pendidikan Bioogi PPS Unlam Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Biologi PPS Unlam 2 2 dalam pembelajaran guru sering menggunakan pendekatan ceramah sehingga kurang melibatkan siswa, dan hal tersebut mengakibatkan siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Usaha meningkatkan hasil belajar, guru mata pelajaran juga terlibat dalam MGMP sekota Banjarbaru. Dalam pertemuan ini guru-guru Biologi di SMAN 2 Banjarbaru bergabung dengan guru-guru dari sekolah lain untuk mendiskusikan silabus dan tukar pendapat berkaitan dengan apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dari usaha yang dilakukan setidaknya sudah memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa di SMAN 2 Banjarbaru, meskipun belum sepenuhnya mengalami peningkatan. Materi Daur Biogeokimia termasuk dalam konsep ekosistem. Tuntutan pembelajaran konsep ini adalah meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui pemahaman mengenai hubungan antar komponen ekosistem, manfaat keanekaragaman hayati, perubahan materi dan energi, serta kesimbangan ekosistem (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2006). Konsep ekosistem meliputi komponen penyusun, aliran energi dan daur biogeokimia. Sekalipun komponen penyusun ekosistem tergolong Content Standard yang hanya menuntut kompetensi Describe/Explain (menjelaskan), namun kembali kepada karakteristik mata pelajaran biologi yaitu yang menjadi obyek kajian merupakan benda hidup dan proses kehidupan, maka pembelajaran biologi tetap dilaksanakan melalui pengamatan dan eksperimen (Ridwan, 2010). Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat memenuhi pengamatan atau eksperimen adalah problem posing. Salah satu langkah pendekatan problem posing adalah memformulasikan masalah, ini terjadi pada proses pemecahan masalah yang kompleks ketika ingin menyatakan kembali atau pemecahan masalah baru yang diberikan dalam beberapa cara untuk menyelesaikannya (Silver, 1996). Pendekatan problem posing ini pernah dilakukan sebelumnya oleh Saudah (2007). Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang sub konsep faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem. 3 Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu bagaimana deskripsi aktivitas siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada pembelajaran konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing, bagaimana deskripsi aktivitas guru kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada pembelajaran konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing, apakah hasil belajar produk siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada konsep daur biogeokimia dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan problem posing, apakah hasil belajar proses siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada konsep daur biogeokimia dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan problem posing dan bagaimana respon siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru terhadap kegiatan pembelajaran konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan deskripsi aktivitas siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada pembelajaran konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing, memaparkan deskripsi aktivitas guru kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada pembelajaran konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing, mengukur peningkatan hasil belajar produk siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing, mengukur peningkatan hasil belajar proses siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing dan memaparkan respon siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru terhadap kegiatan pembelajaran konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing. METODE Penelitian ini direncanakan menjadi 2 siklus dengan 4 kali pertemuan. Siklus pertama dilaksanakan 2 kali pertemuan, sedangkan siklus kedua dilaksanakan 2 kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi tindakan, serta refleksi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 2 Banjarbaru tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 29 orang dengan siswa laki-laki 13 orang dan perempuan 16 orang. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, yaitu dimulai pada bulan Februari- 4 Mei 2012. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Banjarbaru kelas X4 yang beralamat di Jalan Perhutani Mentaos Banjarbaru. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi test, LKS dan alat evaluasi hasil belajar yang berpedoman pada indikator masing-masing rencana pembelajaran serta beberapa buku paket kelas X yang relevan. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil observasi aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar (pre tes dan post tes) dan tes selama proses pembelajaran (LKS). Data respon siswa diperoleh dari hasil pengisian angket tentang respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil ketuntasan belajar yang diperoleh dari hasil pre test dan post test dilakukan secara deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan individual. Analisis data kuantitatif yang diperoleh dari LKS menggunakan kategori yakni baik (76-100%), cukup baik (56-75%), kurang (40-55%) dan buruk (< 40%) berdasarkan kategori Arikunto (1998). Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kualitatif dilakukan secara deskriptif tentang observasi aktivitas siswa, aktivitas guru, pengelolaan pembelajaran dan respon siswa dalam pembelajaran. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 diperlihatkan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Siklus 1 2 Peningkatan 1 5,46 0 (-) 5,46 2 1,17 0 (-) 1,17 3 23,77 28,52 (+) 4,75 Parameter yang diamati 4 5 6 15,35 1,17 27,32 25,31 0 22,83 (+) 9,96 (-) 1,17 (-) 4,49 Keterangan parameter: 1. Membentuk kelompok secara tertib. 2. Membantu guru dalam membagikan LKS. 3. Merangkum materi secara berkelompok 4. Membuat draf pertanyaan sesuai dengan hasil rangkuman 5. Membantu menyebarkan pertanyaan kepada kelompok lain. 6. Mempresentasikan hasil kinerjanya sesuai perintah guru. 7. Menerima penghargaan yang diberikan guru secara terbuka. 8. Membuat kesimpulan sesuai arahan guru 7 5,46 3,80 (-) 1,66 8 20,25 19,49 (-) 0,76 5 Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran seperti Tabel 2. Tabel 2. Aktivitas Guru dalam pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Siklus Parameter 1 23 0 (-) 23 1 2 Peningkatan 2 7,7 9,09 (+) 1,39 3 7,7 9,09 (+) 1,39 4 7,7 9,09 (+) 1,39 5 7,7 9,09 (+) 1,39 6 7,7 9,09 (+) 1,39 7 7,7 9,09 (+) 1,39 8 30,76 45,45 (+) 14,69 Keterangan parameter: 1. Membagi siswa dalam beberapa kelompok. 2. Membagikan LKS kepada tiap kelompok. 3. Menugaskan siswa membuat rangkuman 4. Menugaskan siswa membuat pertanyaan. 5. Meminta siswa menyerahkan pertanyaan kepada kelompok lain. 6. Meminta setiap perwakilan kelompok mempresentasikan kinerjanya. 7. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik dan amat baik dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. 8. Membimbing siswa menyusun kesimpulan Data pengelolaan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 seperti Tabel 3. Tabel 3. Ringkasan Data Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus 1 dan Siklus 2 Tahapan Rata-rata Kategori Rata-rata siklus kategori Siklus 1 Pertemuan 2 3,88 Cukup baik 3,83 Cukup Baik Pertemuan 1 3,78 Cukup baik Siklus 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 3,92 3,92 Cukup Baik Cukup Baik 3,92 Cukup Baik Keterangan 1 = Tidak baik, 2= Kurang baik, 3 = Cukup baik, 4 = Baik Hasil belajar berupa pre test dan post test pada siklus 1 dan siklus 2 seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Ringkasan Ketuntasan Belajar pada Siklus 1 dan Siklus 2 Siklus 1 2 Test Skor Maksimum Pre test Post test Pre test Post test 100 100 100 100 Hasil Belajar Tidak Tuntas tuntas (org) (org) 0 29 13 16 0 29 25 4 Jumlah % Tuntas Klasikal 29 29 29 29 0 44,82 0 86,20 Hasil selama proses pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 seperti pada Tabel 5. 6 Tabel 5. Ringkasan Hasil Selama Proses Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2 Siklus Jumlah kelompok Skor Rata-rata Skor Maksimum % Kategori 1 5 78 100 78 Baik 2 5 82 100 82 Baik Keterangan: 76-100% = Baik; 56-75% = Sedang; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk (Arikunto. 1998) Ada 25 siswa (86,20%) menyatakan senang dengan pembelajaran yang telah dirancang guru dan 4 siswa (13,79%) menyatakan tidak senang pembelajaran yang telah dirancang guru. Pembelajaran semacam ini sangat membantu bagi 17 siswa (56,82%), dapat melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan bagi 28 siswa (96,55%), dan berminat untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya bagi 29 siswa (100%). Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar siswa yakni 24 siswa (82,75%) dapat memahami isi LKS yang diberikan. Pembahasan Delapan parameter pengamatan aktivitas siswa yang teramati, ada aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dan ada yang mengalami penurunan. Aktivitas siswa yang mengalami peningkatan dari pembelajaran pada siklus 1 ke siklus 2 yaitu pada parameter 3 (merangkum materi secara berkelompok) sebesar 4,75% dan parameter 4 (membuat draf pertanyaan sesuai dengan hasil rangkuman) sebesar 9,96%. Meningkatnya parameter ini disebabkankan karena dalam kelompok telah terbentuk kerjasama yang baik, hal ini terlihat dari tugas yang diberikan oleh guru di mana siswa diminta membuat soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan membuat siswa lebih termotivasi untuk memecahkannya daripada siswa diberikan soal dari guru. Pendekatan problem posing diharapkan memancing siswa untuk menemukan pengetahuan yang bukan diakibatkan dari ketidaksengajaan melainkan melalui upaya mereka untuk mencari hubungan-hubungan dari informasi yang dipelajarinya. Semakin luas informasi yang dimiliki akan semakin mudah pula menemukan hubungan-hubungan tersebut. Pada akhirnya, penemuan pertanyaan serta jawaban yang dihasilkan terhadapnya dapat menyebabkan perubahan dan ketergantungan pada 7 penguatan luar pada rasa puas akibat keberhasilan menemukan sendiri, baik berupa pertanyaan atau masalah maupun jawaban atas permasalahan yang diajukan (Suryosubroto, 2009). Aktivitas siswa yang mengalami penurunan adalah parameter 1 (membentuk kelompok secara tertib) sebesar 5,46%, paramater 2 (membantu guru membagikan LKS) sebesar 1,17%, parameter 5 (membantu menyebarkan pertanyaan pada kelompok lain) sebesar 1,17%, parameter 6 (mempresentasikan hasil kinerja sesuai perintah guru) sebesar 4,49%, parameter 7 (menerima penghargaan yang diberikan guru secara terbuka) sebesar 1,66% dan parameter 8 (membuat kesimpulan sesuai arahan guru) sebesar 0,76%. Hal ini terjadi karena pada siklus 2, ada 3 parameter yang direduksi yaitu parameter 1, 2 dan 5 karena tidak muncul pada tiap responden. Penurunan parameter ini tidak dapat dijadikan indikator tidak berhasilnya penggunaan pendekatan problem posing ini. Menurut Dimyati, dkk (2006) sebagai motor utama dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing pada siklus 1 dan siklus 2 sudah baik. Temuan ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan (Suhindarti, 2004; Saudah, 2007). Delapan parameter yang diamati, ada aktivitas guru yang mengalami peningkatan dan penurunan. Aktivitas guru yang mengalami peningkatan yaitu parameter 2 (membagikan LKS kepada tiap kelompok), 3 (menugaskan siswa membuat rangkuman) , 4 (menugaskan siswa membuat pertanyaan), 5 (meminta siswa menyerahkan pertanyaan kepada kelompok lain), 6 (meminta setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kinerjanya), 7 (memberikan penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik dan amat baik) sebesar 1,39% dan parameter 8 (membimbing siswa menyusun kesimpulan) sebesar 14,69%. Peningkatan yang diperoleh untuk parameter 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 hasilnya menunjukkan di bawah 10% sehingga aktivitas guru sudah dapat dikatakan baik. Terjadinya peningkatan yang hasilnya di bawah 10% ini dikarenakan pada siklus 2 ada salah satu parameter yang 8 direduksi, yaitu parameter 1 (membagi peserta didik dalam beberapa kelompok) karena tidak muncul pada pengamatan. Sehingga pada siklus 2 hanya ada 7 paramater yang teramati. Parameter ke 8 (membimbing siswa menyusun kesimpulan), terlihat guru masih mendominasi karena hasilnya di atas 10%. Aktivitas tersebut memang diperlukan dengan tujuan agar siswa menjadi lebih aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tidak hanya hasil belajar saja tetapi juga penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Hal ini memang sesuai dengan teori yang ada dalam pandangan konstruktivisme yakni peran guru dalam proses pembelajaran dan aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran sangat penting dan keduanya mempunyai hubungan terbalik. Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus 1 pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 tergolong kategori cukup baik. Nilai pengelolaan pembelajaran siklus 1 adalah 3,83 dengan kategori cukup baik. Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus 2 untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua tidak mengalami peningkatan yaitu masih tergolong kategori cukup baik dengan nilai 3,92. Hal ini dikarenakan pada siklus 2 ada salah satu aktivitas guru yang tidak dilakukan lagi yaitu membagi peserta didik dalam kelompok, karena pembagian kelompok sudah dilakukan pada siklus 1 pertemuan 1 sehingga pertemuan berikutnya tidak dilakukan lagi. Guru sudah berusaha berusaha mengoptimalkan pengelolaan pembelajaran di kelas. Optimalnya proses pembelajaran di kelas menandakan bahwa guru sudah bertindak efektif, karena guru yang efektif yaitu guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam satu mata pelajaran dengan persentase waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif dan hukuman (Trianto, 2009). Berdasarkan data kuantitatif pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar 85%. Hal ini ditandai dengan hasil pembelajaran pada siklus 1 sebesar 44,82% dan siklus 2 sebesar 86,20%. 9 Hasil ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil pre test pada siklus 1 dan siklus 2 belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan karena nilai ketuntasan klasikalnya adalah 0% pada siklus 1 dan begitu juga pada siklus 2 adalah 0%. Sedangkan ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil post test pada siklus 1 belum mencapai ketuntasan klasikal (44,82%), sedangkan pada siklus 2 sudah mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan (≥ 85%) karena ketuntasannya sebesar 86,20%. Hasil post test pada siklus 1 dan siklus 2 mengalami kenaikan. Pada siklus 1 diperoleh kenaikan sebesar 44,82% dan pada siklus 2 diperoleh kenaikan sebesar 86,20%, hal ini dikarenakan siswa sudah memiliki pengetahuan awal yang berasal dari pembelajaran di siklus 1. Selain itu juga karena siswa dapat memahami secara lebih luas dan mendalam terhadap materi yang diajarkan. Pengetahuan dan pemahaman yang meningkat ini terjadi karena siswa mampu menemukan jawaban atas permasalahan dan pertanyaan yang diajukan guru ataupun yang diajukan siswa lainnya melalui pembelajaran problem posing, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mengetahui jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru atau siswa. Pembelajaran memerlukan variasi dalam metode penyampaiannya. Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari suatu metode dapat ditutup dengan metode lainnya. Oleh karena itu tidak ada metode mengajar yang paling baik dengan demikian guru tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam proses mengajarnya, tetapi dapat menggunakan beberapa metode. Di dalam praktiknya metode mengajar tidak bisa berdiri sendiri, oleh karena itu suatu metode harus dikombinasikan dengan metode yang lain. Kombinasi metode antara dua sampai tiga metode mengajar merupakan suatu keharusan dalam proses belajar mengajar, setiap metode bila digunakan dengan tepat akan menjadi metode yang baik (Sudjana, 2002). Pendekatan problem posing dipandang sebagai pendekatan dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis serta mampu memperkaya pengalaman-pengalaman belajar, sehingga pada akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa (Suryosubroto, 2009). Peningkatan ketuntasan hasil belajar terjadi tentu saja dapat dijadikan indikator bahwa proses pembelajaran tersebut berjalan cukup efektif, karena menurut Trianto (2009) untuk mengetahui kefektifan mengajar adalah dengan memberikan tes, 10 sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran, dan hasilnya adalah ketuntasan belajar yang diperoleh siswa tinggi. Hasil belajar produk merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang pertama yaitu meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar produk. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang telah dilaporkan sebelumnya bahwa pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Suhindarti; 2004, Saudah; 2007). Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar proses. Hasil selama proses pembelajaran yang berupa tes keterampilan proses berupa merangkum dan membuat pertanyaan dari animasi dan hand out yang diberikan tergolong dalam kategori baik pada siklus 1 sebesar 78% dan pada siklus 2 sebesar 82%. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang telah dilaporkan sebelumnya bahwa pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar proses (Saudah; 2007). Hasil belajar proses dapat dilihat atau dinilai dari LKS yang dikerjakan secara berkelompok. Keberhasilan kelompok menyelesaikan LKS nantinya akan berpengaruh pada kegiatan pembelajaran. Sehingga keaktifan siswa selama pembelajaran ikut mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa. Meningkatnya hasil belajar proses ini dipengaruhi oleh penggunaan pendekatan problem posing tersebut. Dalam hal ini siswa diminta membuat soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan (Pre-solution posing), sehingga siswa lebih termotivasi untuk memecahkan soal tersebut daripada mereka diberikan soal dari buku-buku teks atau soal dari guru. Pre-solution posing merupakan salah satu aktivitas kognitif dalam pembuatan soal (Silver, dkk, 1996). Slameto (2003) yang menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Bila siswa menjadi partisipasi aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik. 11 Sikap diukur dari perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa. Perilaku berkarakter siswa pada siklus 1 untuk perilaku kerjasama kategori A, B, C dan D sudah diisi oleh siswa. Sedangkan untuk perilaku menghargai pendapat teman kategori yang terisi adalah kategori A, B dan C. Kategori D tidak ada yang menempati. Pada siklus 2 terjadi peningkatan karakter, untuk parameter kerjasama yang diamati menduduki kategori A, B dan C. Kategori D tidak ada yang menempati. Sedangkan mengharagai pendapat teman menduduki kategori A dan C. Sikap juga di ukur dari keterampilan sosial siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Meliputi 1 parameter pengamatan yaitu bertanya. Pada siklus pertama kategori A, B, C dan D sudah diisi oleh siswa. Pada siklus 2 terjadi peningkatan, siswa rata-rata mengisi kategori A, B dan C. Sedangkan untuk kategori D tidak ada yang menempat. Psikomotor di ukur dari kegiatan yang dilakukan siswa saat proses pembelajaran berlangsung yang mengacu pada rincian tugas kinerja (RTK). Penilaian ini didasarkan pada penilaian siswa terhadap diri sendiri dan penilaian dari guru. Selain itu, kemampuan psikomotor siswa dinilai dari keterampilan mengoperasikan animasi pada laptop. Pada siklus 1 keterampilan siswa mengoperasikan animasi pada laptop masih tergolong kedalam kategori cukup baik. Sedangkan pada siklus 2 keterampilan siswa mengoperasikan animasi pada laptop menunjukkan kemajuan yaitu tergolong kedalam kategori baik. Ringkasan respon siswa pasca pembelajaran terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing sebagai berikut. 1. Ada 25 siswa (86,20%) menyatakan senang dengan pembelajaran yang telah dirancang guru dan 4 siswa (13,79%) menyatakan tidak senang pembelajaran yang telah dirancang guru. 2. Pembelajaran semacam ini sangat membantu bagi 17 siswa (56,82%), dapat melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan bagi 28 siswa (96,55%), dan berminat untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya bagi 29 siswa (100%). Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar siswa yakni 24 siswa (82,75%) dapat memahami isi LKS yang diberikan. 3. 12 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang meningkatkan kemampuan belajar konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing pada siswa kelas X4 SMA Negeri 2 Banjarbaru, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Berdasarkan data kualitatif, aktivitas siswa sudah menunjukkan peningkatan dan tergolong kategori baik dari siklus 1 maupun siklus 2. 2. Berdasarkan data kualitatif, guru sudah tidak dominan dalam proses pembelajaran dari siklus 1 maupun siklus 2 dan tergolong kategori baik. 3. Berdasarkan data kuantitatif, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang ditetapkan, cukup baik pada siklus 1 maupun pada siklus 2. 4. Hasil selama proses pembelajaran yang meliputi keterampilan proses pada siklus 1 dan siklus 2 tergolong baik. 5. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing mendapatkan respon yang positif dari siswa SMA Negeri 2 Banjarbaru. Saran 1. Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran belum mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu masih tergolong kategori cukup baik, ini disebabkan pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu pengembangan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing, khususnya dalam pembelajaran biologi. 2. Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien, maka guru hendaknya juga memperhatikan alokasi/pembagian waktu. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. 13 Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Depdiknas: Jakarta. Saudah. 2006. Hasil Belajar Siswa Kelas VIA SD Negeri Landasn Ulin Timur 2 Tentang Sub Konsep Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Ekosistem Dengan Menggunakan Pendekatan Problem Posing. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Silver, E. A, Mamona-Downs, J., Leung, S. S, & Kenney P. A. 1996. Posing Mathematical Problems In A Complex Task Environment: An Exploratory Study. Journal for Research in Mathematics Education. 27(3) 293-309. Diakses tanggal 11 Februari 2012. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suhindarti, Agustina. 2004. Analisis Kemampuan Problem Posing Siswa Kelas III IPA 1 SMA Negeri 4 Banjarmasin pada mata pelajaran biologi, pada sub konsep Hukum Mendel II dan penyimpangan Hukum Mendel II. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Supramono. 2005. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penerapannya dalam KBM dengan model PBI untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Siswa SD. Disertasi Universitas Negeri Malang (tidak dipublikasikan). Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana. Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Karya. 14