1 kemampuan belajar konsep daur biogeokimia dengan

advertisement
1
KEMAMPUAN BELAJAR KONSEP DAUR BIOGEOKIMIA DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA
KELAS X SMA NEGERI 2 BANJARBARU
H. Muhammad Zaini 1
Lisa Herlina 2
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan belajar yang meliputi hasil belajar produk dan hasil
belajar proses, mengetahui aktivitas siswa dan guru, serta
mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran konsep
daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing
pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru. Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 2 Banjarbaru tahun ajaran
2011/2012 yang berjumlah 29 orang. Penelitian tindakan kelas ini
terdiri dari 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 2 kali
pertemuan. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan meningkatnya hasil belajar siswa yaitu ketuntasan
klasikal siklus 1 pretes adalah 0% meningkat menjadi 44,82% pada
post test, siklus 2 pre test 0% meningkat menjadi 86,20% pada post
test. Hasil belajar selama proses pembelajaran melalui LKS, pada
siklus 1 yaitu 78% dan siklus 2 meningkat menjadi 82%
menunjukkan kategori baik. Aktivitas siswa selama proses
pembelajaran telah menunjukkan peningkatan. Aktivitas guru selama
proses pembelajaran telah menunjukkan penurunan dominasi.
Pengelolaan pembelajaran oleh guru siklus 1 (3,83) termasuk
kategori cukup baik dan meningkat menjadi (3,92) dengan kategori
cukup baik pada siklus 2. Disimpulkan bahwa kemampuan belajar
siswa yang meliputi hasil belajar produk dan hasil belajar proses
mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, aktivitas siswa
telah menunjukkan peningkatan dan tergolong kategori baik,
aktivitas guru sudah tidak dominan dan pembelajaran menggunakan
pendekatan problem posing mendapatkan respon yang positif dari
siswa.
Kata kunci: Konsep daur biogeokimia, pendekatan problem posing, hasil belajar.
Berdasarkan wawancara dengan salah seorang guru biologi SMAN 2
Banjarbaru mengatakan bahwa pola pembelajaran yang berlangsung di SMAN 2
Banjarbaru ini lebih berpusat kepada guru sebagai sumber utama ilmu pengetahun,
1
Dosen Program Studi Magister Pendidikan Bioogi PPS Unlam
Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Biologi PPS Unlam
2
2
dalam pembelajaran guru sering menggunakan pendekatan ceramah sehingga kurang
melibatkan siswa, dan hal tersebut mengakibatkan siswa kurang aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Usaha meningkatkan hasil belajar, guru mata pelajaran juga terlibat dalam
MGMP sekota Banjarbaru. Dalam pertemuan ini guru-guru Biologi di SMAN 2
Banjarbaru bergabung dengan guru-guru dari sekolah lain untuk mendiskusikan
silabus dan tukar pendapat berkaitan dengan apa yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Dari usaha yang dilakukan setidaknya sudah
memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar siswa di SMAN 2 Banjarbaru,
meskipun belum sepenuhnya mengalami peningkatan.
Materi Daur Biogeokimia termasuk dalam konsep ekosistem. Tuntutan
pembelajaran konsep ini adalah meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam
menjaga kelestarian lingkungan melalui pemahaman mengenai hubungan antar
komponen ekosistem, manfaat keanekaragaman hayati, perubahan materi dan energi,
serta kesimbangan ekosistem (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 23 tahun 2006).
Konsep ekosistem meliputi komponen penyusun, aliran energi dan daur
biogeokimia. Sekalipun komponen penyusun ekosistem tergolong Content Standard
yang hanya menuntut kompetensi Describe/Explain (menjelaskan), namun kembali
kepada karakteristik mata pelajaran biologi yaitu yang menjadi obyek kajian
merupakan benda hidup dan proses kehidupan, maka pembelajaran biologi tetap
dilaksanakan melalui pengamatan dan eksperimen (Ridwan, 2010). Salah satu
pendekatan pembelajaran yang dapat memenuhi pengamatan atau eksperimen adalah
problem posing.
Salah satu langkah pendekatan problem posing adalah memformulasikan
masalah, ini terjadi pada proses pemecahan masalah yang kompleks ketika ingin
menyatakan kembali atau pemecahan masalah baru yang diberikan dalam beberapa
cara untuk menyelesaikannya (Silver, 1996). Pendekatan problem posing ini pernah
dilakukan sebelumnya oleh Saudah (2007). Hasil penelitian menunjukkan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil
belajar siswa tentang sub konsep faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan
ekosistem.
3
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu
bagaimana
deskripsi aktivitas siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada pembelajaran
konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing,
bagaimana deskripsi aktivitas guru kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru
pada
pembelajaran konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem
posing, apakah hasil belajar produk siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada
konsep daur biogeokimia dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan
problem posing, apakah hasil belajar proses siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru
pada konsep daur biogeokimia dapat ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan
problem posing dan bagaimana respon siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru
terhadap kegiatan pembelajaran konsep daur biogeokimia dengan menggunakan
pendekatan problem posing.
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan deskripsi aktivitas siswa kelas X
SMA Negeri 2 Banjarbaru pada pembelajaran konsep daur biogeokimia dengan
menggunakan pendekatan problem posing, memaparkan deskripsi aktivitas guru kelas
X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada pembelajaran konsep daur biogeokimia dengan
menggunakan pendekatan problem posing, mengukur peningkatan hasil belajar
produk siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada konsep daur biogeokimia
dengan menggunakan pendekatan problem posing, mengukur peningkatan hasil
belajar proses siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru pada konsep daur
biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing dan memaparkan
respon siswa kelas X SMA Negeri 2 Banjarbaru terhadap kegiatan pembelajaran
konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan problem posing.
METODE
Penelitian ini direncanakan menjadi 2 siklus dengan 4 kali pertemuan. Siklus
pertama dilaksanakan 2 kali pertemuan, sedangkan siklus kedua dilaksanakan 2 kali
pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi tindakan, serta refleksi. Subyek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 2 Banjarbaru tahun ajaran
2011/2012 yang berjumlah 29 orang dengan siswa laki-laki 13 orang dan perempuan
16 orang. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, yaitu dimulai pada bulan Februari-
4
Mei 2012. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Banjarbaru kelas X4
yang beralamat di Jalan Perhutani Mentaos Banjarbaru.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi test, LKS
dan alat evaluasi hasil belajar yang berpedoman pada indikator masing-masing
rencana pembelajaran serta beberapa buku paket kelas X yang relevan. Data kualitatif
diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran
dan hasil observasi aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran. Data kuantitatif
diperoleh dari tes hasil belajar (pre tes dan post tes) dan tes selama proses
pembelajaran (LKS). Data respon siswa diperoleh dari hasil pengisian angket tentang
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil
ketuntasan belajar yang diperoleh dari hasil pre test dan post test dilakukan secara
deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan individual.
Analisis data kuantitatif yang diperoleh dari LKS menggunakan kategori yakni baik
(76-100%), cukup baik (56-75%), kurang (40-55%) dan buruk (< 40%) berdasarkan
kategori Arikunto (1998). Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kualitatif
dilakukan secara deskriptif tentang observasi aktivitas siswa, aktivitas guru,
pengelolaan pembelajaran dan respon siswa dalam pembelajaran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 diperlihatkan seperti
pada Tabel 1.
Tabel 1. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2
Siklus
1
2
Peningkatan
1
5,46
0
(-) 5,46
2
1,17
0
(-) 1,17
3
23,77
28,52
(+) 4,75
Parameter yang diamati
4
5
6
15,35
1,17
27,32
25,31
0
22,83
(+) 9,96 (-) 1,17 (-) 4,49
Keterangan parameter:
1. Membentuk kelompok secara tertib.
2. Membantu guru dalam membagikan LKS.
3. Merangkum materi secara berkelompok
4. Membuat draf pertanyaan sesuai dengan hasil rangkuman
5. Membantu menyebarkan pertanyaan kepada kelompok lain.
6. Mempresentasikan hasil kinerjanya sesuai perintah guru.
7. Menerima penghargaan yang diberikan guru secara terbuka.
8. Membuat kesimpulan sesuai arahan guru
7
5,46
3,80
(-) 1,66
8
20,25
19,49
(-) 0,76
5
Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran seperti Tabel 2.
Tabel 2. Aktivitas Guru dalam pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2
Siklus
Parameter
1
23
0
(-) 23
1
2
Peningkatan
2
7,7
9,09
(+) 1,39
3
7,7
9,09
(+) 1,39
4
7,7
9,09
(+) 1,39
5
7,7
9,09
(+) 1,39
6
7,7
9,09
(+) 1,39
7
7,7
9,09
(+) 1,39
8
30,76
45,45
(+) 14,69
Keterangan parameter:
1. Membagi siswa dalam beberapa kelompok.
2. Membagikan LKS kepada tiap kelompok.
3. Menugaskan siswa membuat rangkuman
4. Menugaskan siswa membuat pertanyaan.
5. Meminta siswa menyerahkan pertanyaan kepada kelompok lain.
6. Meminta setiap perwakilan kelompok mempresentasikan kinerjanya.
7. Memberikan penghargaan kepada kelompok yang berkinerja baik dan amat baik dalam kegiatan
belajar mengajar tersebut.
8. Membimbing siswa menyusun kesimpulan
Data pengelolaan pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 seperti Tabel 3.
Tabel 3. Ringkasan Data Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus 1 dan Siklus 2
Tahapan
Rata-rata
Kategori
Rata-rata siklus
kategori
Siklus 1
Pertemuan 2
3,88
Cukup baik
3,83
Cukup Baik
Pertemuan 1
3,78
Cukup baik
Siklus 2
Pertemuan 1
Pertemuan 2
3,92
3,92
Cukup Baik
Cukup Baik
3,92
Cukup Baik
Keterangan 1 = Tidak baik, 2= Kurang baik, 3 = Cukup baik, 4 = Baik
Hasil belajar berupa pre test dan post test pada siklus 1 dan siklus 2 seperti
pada Tabel 4.
Tabel 4. Ringkasan Ketuntasan Belajar pada Siklus 1 dan Siklus 2
Siklus
1
2
Test
Skor
Maksimum
Pre test
Post test
Pre test
Post test
100
100
100
100
Hasil Belajar
Tidak
Tuntas
tuntas
(org)
(org)
0
29
13
16
0
29
25
4
Jumlah
% Tuntas
Klasikal
29
29
29
29
0
44,82
0
86,20
Hasil selama proses pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 seperti pada
Tabel 5.
6
Tabel 5. Ringkasan Hasil Selama Proses Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2
Siklus
Jumlah
kelompok
Skor
Rata-rata
Skor
Maksimum
%
Kategori
1
5
78
100
78
Baik
2
5
82
100
82
Baik
Keterangan: 76-100% = Baik; 56-75% = Sedang; 40-55% = Kurang; <40% = Buruk (Arikunto. 1998)
Ada 25 siswa (86,20%) menyatakan senang dengan pembelajaran yang telah
dirancang guru dan 4 siswa (13,79%) menyatakan tidak senang pembelajaran yang
telah dirancang guru. Pembelajaran semacam ini sangat membantu bagi 17 siswa
(56,82%), dapat melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan bagi 28 siswa
(96,55%), dan berminat untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya bagi 29 siswa
(100%). Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar siswa yakni 24 siswa (82,75%)
dapat memahami isi LKS yang diberikan.
Pembahasan
Delapan parameter pengamatan aktivitas siswa yang teramati, ada aktivitas
siswa yang mengalami peningkatan dan ada yang mengalami penurunan. Aktivitas
siswa yang mengalami peningkatan dari pembelajaran pada siklus 1 ke siklus 2 yaitu
pada parameter 3 (merangkum materi secara berkelompok) sebesar 4,75%
dan
parameter 4 (membuat draf pertanyaan sesuai dengan hasil rangkuman) sebesar
9,96%. Meningkatnya parameter ini disebabkankan karena dalam kelompok telah
terbentuk kerjasama yang baik, hal ini terlihat dari tugas yang diberikan oleh guru di
mana siswa diminta membuat soal berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan
membuat siswa lebih termotivasi untuk memecahkannya daripada siswa diberikan
soal dari guru.
Pendekatan problem posing diharapkan memancing siswa untuk menemukan
pengetahuan yang bukan diakibatkan dari ketidaksengajaan melainkan melalui upaya
mereka untuk mencari hubungan-hubungan dari informasi yang dipelajarinya.
Semakin luas informasi yang dimiliki akan semakin mudah pula menemukan
hubungan-hubungan tersebut. Pada akhirnya, penemuan pertanyaan serta jawaban
yang dihasilkan terhadapnya dapat menyebabkan perubahan dan ketergantungan pada
7
penguatan luar pada rasa puas akibat keberhasilan menemukan sendiri, baik berupa
pertanyaan atau masalah maupun jawaban atas permasalahan yang diajukan
(Suryosubroto, 2009).
Aktivitas siswa yang mengalami penurunan adalah parameter 1 (membentuk
kelompok secara tertib) sebesar 5,46%, paramater 2 (membantu guru membagikan
LKS) sebesar 1,17%, parameter 5 (membantu menyebarkan pertanyaan pada
kelompok lain) sebesar 1,17%, parameter 6 (mempresentasikan hasil kinerja sesuai
perintah guru) sebesar 4,49%, parameter 7 (menerima penghargaan yang diberikan
guru secara terbuka) sebesar 1,66% dan parameter 8 (membuat kesimpulan sesuai
arahan guru) sebesar 0,76%. Hal ini terjadi karena pada siklus 2, ada 3 parameter
yang direduksi yaitu parameter 1, 2 dan 5 karena tidak muncul pada tiap responden.
Penurunan parameter ini tidak dapat dijadikan indikator tidak berhasilnya
penggunaan pendekatan problem posing ini. Menurut Dimyati, dkk (2006) sebagai
motor utama dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut
untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat
memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk
aktif secara fisik, intelektual dan emosional.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
problem posing pada siklus 1 dan siklus 2 sudah baik. Temuan ini sejalan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran pada
siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan (Suhindarti, 2004; Saudah, 2007).
Delapan parameter yang diamati, ada aktivitas guru yang mengalami
peningkatan dan penurunan. Aktivitas guru yang mengalami peningkatan yaitu
parameter 2 (membagikan LKS kepada tiap kelompok), 3 (menugaskan siswa
membuat rangkuman) , 4 (menugaskan siswa membuat pertanyaan), 5 (meminta
siswa menyerahkan pertanyaan kepada kelompok lain), 6 (meminta setiap perwakilan
kelompok mempresentasikan hasil kinerjanya), 7 (memberikan penghargaan kepada
kelompok yang berkinerja baik dan amat baik) sebesar 1,39% dan parameter 8
(membimbing siswa menyusun kesimpulan) sebesar 14,69%. Peningkatan yang
diperoleh untuk parameter 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 hasilnya menunjukkan di bawah 10%
sehingga aktivitas guru sudah dapat dikatakan baik. Terjadinya peningkatan yang
hasilnya di bawah 10% ini dikarenakan pada siklus 2 ada salah satu parameter yang
8
direduksi, yaitu parameter 1 (membagi peserta didik dalam beberapa kelompok)
karena tidak muncul pada pengamatan. Sehingga pada siklus 2 hanya ada 7 paramater
yang teramati.
Parameter ke 8 (membimbing siswa menyusun kesimpulan), terlihat guru
masih mendominasi karena hasilnya di atas 10%. Aktivitas tersebut memang
diperlukan dengan tujuan agar siswa menjadi lebih aktif untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang tidak hanya hasil belajar saja tetapi juga penerimaan terhadap
keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Hal ini memang sesuai dengan
teori yang ada dalam pandangan konstruktivisme yakni peran guru dalam proses
pembelajaran dan aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran sangat penting dan
keduanya mempunyai hubungan terbalik.
Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus 1 pada pertemuan
1 dan pertemuan 2 tergolong kategori cukup baik. Nilai pengelolaan pembelajaran
siklus 1 adalah 3,83 dengan kategori cukup baik. Pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan guru pada siklus 2 untuk pertemuan pertama dan pertemuan kedua tidak
mengalami peningkatan yaitu masih tergolong kategori cukup baik dengan nilai 3,92.
Hal ini dikarenakan pada siklus 2 ada salah satu aktivitas guru yang tidak dilakukan
lagi yaitu membagi peserta didik dalam kelompok, karena pembagian kelompok
sudah dilakukan pada siklus 1 pertemuan 1 sehingga pertemuan berikutnya tidak
dilakukan lagi. Guru sudah berusaha berusaha mengoptimalkan pengelolaan
pembelajaran di kelas.
Optimalnya proses pembelajaran di kelas menandakan bahwa guru sudah
bertindak efektif, karena guru yang efektif yaitu guru yang menemukan cara dan
selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam satu mata pelajaran
dengan persentase waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa
menggunakan teknik yang memaksa, negatif dan hukuman (Trianto, 2009).
Berdasarkan data kuantitatif pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
problem posing telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 85%. Hal ini ditandai dengan hasil pembelajaran pada siklus 1 sebesar
44,82% dan siklus 2 sebesar 86,20%.
9
Hasil ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil pre test pada siklus 1 dan
siklus 2 belum mencapai ketuntasan klasikal yang ditetapkan karena nilai ketuntasan
klasikalnya adalah 0% pada siklus 1 dan begitu juga pada siklus 2 adalah 0%.
Sedangkan ketuntasan klasikal yang diperoleh dari hasil post test pada siklus 1 belum
mencapai ketuntasan klasikal (44,82%), sedangkan pada siklus 2 sudah mencapai
ketuntasan klasikal yang ditetapkan (≥ 85%) karena ketuntasannya sebesar 86,20%.
Hasil post test pada siklus 1 dan siklus 2 mengalami kenaikan. Pada siklus 1
diperoleh kenaikan sebesar 44,82% dan pada siklus 2 diperoleh kenaikan sebesar
86,20%, hal ini dikarenakan siswa sudah memiliki pengetahuan awal yang berasal
dari pembelajaran di siklus 1. Selain itu juga karena siswa dapat memahami secara
lebih luas dan mendalam terhadap materi yang diajarkan. Pengetahuan dan
pemahaman yang meningkat ini terjadi karena siswa mampu menemukan jawaban
atas permasalahan dan pertanyaan yang diajukan guru ataupun yang diajukan siswa
lainnya melalui pembelajaran problem posing, sehingga siswa akan lebih termotivasi
untuk mengetahui jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
guru atau siswa.
Pembelajaran memerlukan variasi dalam metode penyampaiannya. Setiap
metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari suatu
metode dapat ditutup dengan metode lainnya. Oleh karena itu tidak ada metode
mengajar yang paling baik dengan demikian guru tidak hanya menggunakan satu
metode saja dalam proses mengajarnya, tetapi dapat menggunakan beberapa metode.
Di dalam praktiknya metode mengajar tidak bisa berdiri sendiri, oleh karena
itu suatu metode harus dikombinasikan dengan metode yang lain. Kombinasi metode
antara dua sampai tiga metode mengajar merupakan suatu keharusan dalam proses
belajar mengajar, setiap metode bila digunakan dengan tepat akan menjadi metode
yang baik (Sudjana, 2002). Pendekatan problem posing dipandang sebagai
pendekatan dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis serta mampu
memperkaya pengalaman-pengalaman belajar, sehingga pada akhirnya meningkatkan
hasil belajar siswa (Suryosubroto, 2009).
Peningkatan ketuntasan hasil belajar terjadi tentu saja dapat dijadikan
indikator bahwa proses pembelajaran tersebut berjalan cukup efektif, karena menurut
Trianto (2009) untuk mengetahui kefektifan mengajar adalah dengan memberikan tes,
10
sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran,
dan hasilnya adalah ketuntasan belajar yang diperoleh siswa tinggi.
Hasil belajar produk merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang pertama
yaitu meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar produk.
Temuan ini sejalan dengan penelitian yang telah dilaporkan sebelumnya
bahwa
pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Suhindarti;
2004, Saudah; 2007).
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing dapat
meningkatkan hasil belajar proses. Hasil selama proses pembelajaran yang berupa tes
keterampilan proses berupa merangkum dan membuat pertanyaan dari animasi dan
hand out yang diberikan tergolong dalam kategori baik pada siklus 1 sebesar 78% dan
pada siklus 2 sebesar 82%. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilaporkan sebelumnya bahwa pendekatan problem posing dapat meningkatkan hasil
belajar proses (Saudah; 2007).
Hasil belajar proses dapat dilihat atau dinilai dari LKS yang dikerjakan secara
berkelompok.
Keberhasilan
kelompok
menyelesaikan
LKS
nantinya
akan
berpengaruh pada kegiatan pembelajaran. Sehingga keaktifan siswa selama
pembelajaran ikut mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa.
Meningkatnya hasil belajar proses ini dipengaruhi oleh penggunaan
pendekatan problem posing tersebut. Dalam hal ini siswa diminta membuat soal
berdasarkan situasi atau informasi yang diberikan (Pre-solution posing), sehingga
siswa lebih termotivasi untuk memecahkan soal tersebut daripada mereka diberikan
soal dari buku-buku teks atau soal dari guru. Pre-solution posing merupakan salah
satu aktivitas kognitif dalam pembuatan soal (Silver, dkk, 1996).
Slameto (2003) yang menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru
perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan
pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja,
tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Bila
siswa menjadi partisipasi aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik.
11
Sikap diukur dari perilaku berkarakter dan keterampilan sosial siswa. Perilaku
berkarakter siswa pada siklus 1 untuk perilaku kerjasama kategori A, B, C dan D
sudah diisi oleh siswa. Sedangkan untuk perilaku menghargai pendapat teman
kategori yang terisi adalah kategori A, B dan C. Kategori D tidak ada yang
menempati. Pada siklus 2 terjadi peningkatan karakter, untuk parameter kerjasama
yang diamati menduduki kategori A, B dan C. Kategori D tidak ada yang menempati.
Sedangkan mengharagai pendapat teman menduduki kategori A dan C.
Sikap juga di ukur dari keterampilan sosial siswa saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Meliputi 1 parameter pengamatan yaitu bertanya. Pada siklus pertama
kategori A, B, C dan D sudah diisi oleh siswa. Pada siklus 2 terjadi peningkatan,
siswa rata-rata mengisi kategori A, B dan C. Sedangkan untuk kategori D tidak ada
yang menempat.
Psikomotor di ukur dari kegiatan yang dilakukan siswa saat proses
pembelajaran berlangsung yang mengacu pada rincian tugas kinerja (RTK). Penilaian
ini didasarkan pada penilaian siswa terhadap diri sendiri dan penilaian dari guru.
Selain itu, kemampuan psikomotor siswa dinilai dari keterampilan mengoperasikan
animasi pada laptop. Pada siklus 1 keterampilan siswa mengoperasikan animasi pada
laptop masih tergolong kedalam kategori cukup baik. Sedangkan pada siklus 2
keterampilan siswa mengoperasikan animasi pada laptop menunjukkan kemajuan
yaitu tergolong kedalam kategori baik.
Ringkasan respon siswa pasca pembelajaran terhadap kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan problem posing sebagai berikut.
1. Ada 25 siswa (86,20%) menyatakan senang dengan pembelajaran yang telah
dirancang guru dan 4 siswa (13,79%) menyatakan tidak senang pembelajaran
yang telah dirancang guru.
2. Pembelajaran semacam ini sangat membantu bagi 17 siswa (56,82%), dapat
melakukan diskusi untuk menjawab pertanyaan bagi 28 siswa (96,55%), dan
berminat untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya bagi 29 siswa (100%). Hal
ini dimungkinkan karena sebagian besar siswa yakni 24 siswa (82,75%) dapat
memahami isi LKS yang diberikan.
3.
12
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang meningkatkan
kemampuan belajar konsep daur biogeokimia dengan menggunakan pendekatan
problem posing pada siswa kelas X4 SMA Negeri 2 Banjarbaru, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan data kualitatif, aktivitas siswa sudah menunjukkan peningkatan dan
tergolong kategori baik dari siklus 1 maupun siklus 2.
2. Berdasarkan data kualitatif, guru sudah tidak dominan dalam proses pembelajaran
dari siklus 1 maupun siklus 2 dan tergolong kategori baik.
3. Berdasarkan data kuantitatif, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
problem posing telah mencapai batas ketuntasan klasikal yang ditetapkan, cukup
baik pada siklus 1 maupun pada siklus 2.
4. Hasil selama proses pembelajaran yang meliputi keterampilan proses pada siklus
1 dan siklus 2 tergolong baik.
5. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing mendapatkan
respon yang positif dari siswa SMA Negeri 2 Banjarbaru.
Saran
1.
Aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran belum mengalami peningkatan
dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu masih tergolong kategori cukup baik, ini
disebabkan pembelajaran menggunakan pendekatan problem posing belum
pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu pengembangan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan problem posing, khususnya dalam pembelajaran
biologi.
2.
Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien, maka guru
hendaknya juga memperhatikan alokasi/pembagian waktu.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Bumi Aksara.
13
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi. Depdiknas: Jakarta.
Saudah. 2006. Hasil Belajar Siswa Kelas VIA SD Negeri Landasn Ulin Timur 2 Tentang
Sub Konsep Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Ekosistem
Dengan Menggunakan Pendekatan Problem Posing. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarmasin.
Silver, E. A, Mamona-Downs, J., Leung, S. S, & Kenney P. A. 1996. Posing
Mathematical Problems In A Complex Task Environment: An Exploratory
Study. Journal for Research in Mathematics Education. 27(3) 293-309.
Diakses tanggal 11 Februari 2012.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suhindarti, Agustina. 2004. Analisis Kemampuan Problem Posing Siswa Kelas III
IPA 1 SMA Negeri 4 Banjarmasin pada mata pelajaran biologi, pada sub
konsep Hukum Mendel II dan penyimpangan Hukum Mendel II. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin.
Supramono. 2005. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penerapannya
dalam KBM dengan model PBI untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Keterampilan Berpikir Siswa SD. Disertasi Universitas Negeri Malang (tidak
dipublikasikan).
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.
Yulaelawati, Ella. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi dan Aplikasi. Jakarta:
Pakar Karya.
14
Download