23 BAB II KOMUNIKASI DAN MINAT BELAJAR A. Komunikasi

advertisement
BAB II
KOMUNIKASI DAN MINAT BELAJAR
A. Komunikasi
Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia, baik individu
maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi
adalah bagian dari kehidupan manusia. Setiap orang yang hidup dalam
masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa
terlibat
dalam
komunikasi.
Bahkan
sejak
manusia
dilahirkan
sudah
berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada saat
itu ia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi.
Terjadinya komunikasi, adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial
(social relaction). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling
berhubungan satu sama lain yaitu karena berhubungan menimbulkan interaksi
sosial (social interaction).1
1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, atau menurut asal katanya, istilah komunikasi
berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio, yang akar katanya adalah
communis, tetapi bukan parti komunis dalam kegiatan politik. Arti kommunis
disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai
suatu hal.2
1
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2000),
Cet.IV, h. 3.
2
A.W.Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,( Jakarta: Bumi Aksara,1997), Cet.III,
h. 1.
23
24
Jadi, komunikasi berlangsung bila antara orang-orang yang terlibat
terdapat kesaamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Disini
pengertian diperlukan agar komunikasi dapat berlangsung, sehingga
hubungan mereka itu bersifat komunikatif.
Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian ini jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan
sesuatu kepada orang lain. Komunikasi dalam konteks ini dinamakan
komunikasi atau disebut juga komunikasi kemasyarakatan. Kecuali,
komunikasi transendental, maka tanpa masyarakat, komunikasi tidak dapat
berlangsung, meski dia adalah manusia, tetapi bila hidup seseorang diri, tidak
bermasyarakat, maka tidak ada komunikasi, karena dia tidak berbicara dengan
siapaun.3
Dalam pengertian pragmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu;
ada yang dilakukan secara lisan, tatap muka, atau via media massa maupun
media non massa, misalnya surat, telepon. Jadi, komunikasi dalam pengertian
pragmatis bersifat intensinal aau mengandung tujuan tertentu, yang diawali
dengan maksud suatu perencanaan. Entah komunikasi itu dengan maksud
untuk memberi tahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain. Jadi
dalam perspektif pragmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk
3
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2000),
Cet.II, h. 5.
25
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun
tak langsung melalui media.4
Jika ditinjau dari segi penyampaian pesan, komunikasi pragmatis
bersifat informatif dan persuasif. Komunikasi persuasif lebih sulit dari pada
komunikasi informatif, karena dengan pengandalan komunikasi persuasif
tidak mudah untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain dalam
berbagai kesempatan dan tempat tertentu, entah dalam keluarga, disekolah,
atau dimasyarakat.
2. Komponen Komunikasi
Berdasarkan pengertian komunikasi di atas, jika dilakukan analisis
dengan cermat, ditemukanlah sejumlah komponen komunikasi yang menjadi
unsur-unsur utama untuk terjadinya proses komunikasi. Unsur tersebut adalah
komunikator sebagai pengirim pesan, pesan yang disampaikan, dan
komunikan sebagai penerima pesan dari si pengirim.
Dalam kegiatan perkomunikasian, ketiga komponen itulah yang
berinteraksi. Ketika suatu pesan disampaikan oleh komunikator dengan
perantaraan media kepada komunikan, maka komunikator memformulasikan
pesan yang akan disampaikannya dalam bentuk kode tertentu, yang sedapat
mungkin dapat ditafsirkan oleh komunikan dengan baik. Berhasil tidaknya
komunikasi atau tercapai tidaknya tujuan komunikasi tergantung dari ketiga
komponen tersebut. Dilihat dari prosesnya, komunikasi dapat dibedakan atas
komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal adalah
26
komunikasi menggunakan bahasa, baik bahasa tulis maupun bahasa lisan.
Sedangkan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan
isyarat, gerak-gerik, gambar, lambang, mimik muka.5
3. Keberhasilan Komunikasi
Komunikasi harus selalu dilakukan setiap saat, baik dengan inidividu
dengan individu, maupun individu dengan kelompok, sehingga komunikasi
akan berjalan baik. Ketercapaian tujuan komunikasi merupakan keberhasilan
komunikasi. Keberhasilan komunikasi itu tergantung dari berbagai faktor
sebagai berikut:6
a. Komunikator
Komunikator merupakan sumber dan pengirim pesan. Kepercayaan
penerima pesan pada komunikator serta keterampilan komunikator dan
melakukan komunikasi menentukan keberhasilan komunikasi. Seorang
komunikator diharapkan dapat memberikan pesan yang bermanfaat bagi si
penerima pesan.
b. Pesan yang disampaikan
Keberhasilan komunikasi tergantung dari:
1) Daya tarik pesan;
2) Kesesuaian pesan dengan kebutuhan penerima pesan;
3) Lingkup pengalaman yang sama antara pengirim dan penerima pesan
tentang pesan tersebut, serta;
4) Peran pesan dalam memenuhi kebutuhan penerima pesan
5
Onong Uchjana Effendy, Op.Cit., h.3.
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi
(Jakarta:PT.Rineka Cipta,2004),h. 14-15.
6
Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga,
27
c. Komunikan
Keberhasilan komunikan tergantung dari:
1) Kemampuan komunikan menafsirkan pesan;
2) Komunikan sadar bahwa pesan yang diterima memenuhi kebutuhannya;
3) Perhatian komunikan terhadap pesan yang diterima.
Apabila kemampuan komunikan dalam menafsirkan pesan kurang
jelas dalam menyampaikan suatu pesan, maka sebuah komunikasi dapat
dikatakan tidak berjalan dengan baik atau berhasil, komunikan juga harus
sadar bahwa pesan yang diterima dapat memenuhi kebutuhan, sehingga
dengan adanya komunikasi kebutuhan akan isi pesan didalamnya dapat
memenuhi kebutuhannya.
d. Konteks
Komunikasi berlangsung dalam setting atau lingkungan tertentu.
Lingkungan yang kondusif (nyaman, menyenangkan, aman, menantang)
sangat menunjang keberhasilan komunikasi.
e. Sistem Penyampaian
Sistem penyampaian pesan berkaitan dengan metode dan media.
Metode dan media yang sesuai dengan berbagai jenis indra, penerima
pesan yang kondisinya berbeda-beda akan sangat menunjang keberhasilan
komunikasi. Metode dan media dalam penyampaian komunikasi harus
melihat kondisi dari penerima pesan, sehingga dengan metode dan media
28
yang disesuaikan dengan penerima pesan, maka komunikasi akan berjalan
dengan baik, dan pesan dapat memenuhi kebutuhan .
4. Bentuk-bentuk Komunikasi
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu
atau kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan.
Bahasa itu sendiri menurut Larry L.Barker memiliki tiga fungsi, yaitu
penamaan (naming/Labeling) interaksi, dan transmisi informasi. Efektif
tidaknya suatu kegiatan komunikasi bergantung dari ketepatan penggunaan
kata-kata atau kalimat dalam mengungkapkan sesuatu.
Proses komunikasi dapat berlangsung dengan baik bila komunikan
dapat menafsirkan secara tepat pesan yang disampaikan oleh komunikator
melalui penggunaan bahasa dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Panjang
pendeknya suatu kalimat, tepat tidaknya penggunaan kata-kata yang
merangkai kalimat, menjadi faktor penentu kelancaran komunikasi.
Struktur kalimat yang kacau atau penggunaan kata-kata yang bertele-tele
diakui sebagai penyebab keefektifan komunikasi.7
Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap hari orang selulu ingin berbincang-bincang
kepada orang lain. Canda dan tawa menyertai dialog antar individu.
Perintah, suruhan, merupakan alat pendidikan yang sering dipergunakan
oleh guru atau anak dalam kegiatan komunikasi.
7
Wursanto, Etika Komunikasi Kantor, (Yogyakarta: Kanisus, 1991), Cet.IV, h.27.
29
b. Komunikasi non verbal
Komunikasi yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari tidak
hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk non verbal, tetapi
juga dalam bentuk non verbal . Walaupun begitu, komunikasi non verbal
suatu ketika bisa berfungsi sebagai penguat komunikasi verbal. Fungsi
komunikasi non verbal itu sangat terasa jika komunikasi yang dilakukan
secara verbal tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara jelas. Mark
L.Knapp menyebutkan lima macam fungsi komunikasi non verbal, yaitu:
1) Repitisi, yakni mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara
verbal. Misalnya, setelah saya menjelaskan penolakan saya, saya
menggelengkan kepala berkali-kali.
2) Substitusi, yakni menggantikan lambang-lambang verbal. ju, tanpa
sepatah kata pun Anda berkata, Anda dapat menunjukkan persetujuan
dengan mengangguk-angguk.
3) Kontradiksi, yakni menolak pesan verbal ayau memberikan makna yang
lain terhadap pesan verbal. Misalnya, Anda memuji prestasi kawan
Anda dengan mencibirkan bibir Anda, “Hebat”, kau memang “Hebat”.
4) Komplemen, yakni melengkapi dan memperkaya makna pesan non
verbal. Misalnya, air muka Anda menunjukkan tingkat penderitaan
yang tidak terungkap dengan kata-kata.
30
5) Aksentuasi, yakni menegaskan pesan verbal, atau menggarisbawahinya.
Misalnya, Anda Mengungkapkan betapa jengkelnya Anda dengan
memukul mimbar.8
Komunikasi
non
verbal
sering
dipakai
oleh
guru
dalam
menyampaikan suatu pesan kepada anak . sering tanpa berkata sepatah
katapun, guru menggerakkan hati anak untuk melakukan sesuatu. Kebiasaan
guru dalam menggerjakan sesuatu dan karena anak sering melihatnya , anak
pun ikut menggerjakan apa yang pernak dilihat dan didengarnya dari
gurunya. Masalah kebiasaan misalnya, karena anak sering melihat gurunya
selalu bersih, anak pun meniru kebersihan yang pernah dilihatnya dari
gurunya. Terlepas benar atau salah gerakan yang dilakukan oleh anak , yang
jelas pesan-pesan non verbal telah direspon oleh anak.
c. Komunikasi Individual (Interpersonal)
Komunikasi
individual
atau
komunikasi
interpersonal
adalah
komunikasi yang sering terjadi dalam keluarga. Komunikasi yang terjadi
berlangsung dalam sebuah interaksi antar pribadi, antara suami dan istri,
antara ayah dan anak, antara ibu dan anak,dan antara anak dan anak. Ketika
suasana sepi, anak-anak sedang tidak ada dirumah,suami istri sering
berbincang-bincang tentang banyak hal, terutama tentang bagaimana
mendidik anak agar nantinya menjadi anak yang berbudi luhur dan berbakti
kepada kedua orang tua. Pada kesempatan yang lain, guru tidak menyianyiakan waktu sengganguntuk berbincang –bincang dengan anak secara
8
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit., h. 43.
31
pribadi tentang sesuatu hal, entah mengenai pelajaran di sekolah, mengenai
pengalama, atau hal-hal apa saja sebagai topic perbincangan9
Komunikasi interpersonal ini dapat berlangsung dari atas ke bawah
atau dari bawah ke atas. Bila komunikasi itu dimulai dari guru kepada anak ,
maka komunikasi itu disebut komunikasi arus atas. Bila komunikasi itu
dimulai dari anak kepada guru, maka komunikasi itu disebut komunikasi
arus bawah. Baik komunikasi arus atas maupun komunikasi arus bawah,
dapat berlangsung silih berganti. Dalam berkomunikasi tidak mesti harus
guru yang memulai, anak pun dapat memulainya. Disini unsur kepentingan
sangat
menentukan.
Ketika
guru
merasa
berkepentingan
untuk
menyampaikan sesuatu kepada guru, maka anaklah yang memulai
pembicaraan. Pesan yang ingin disampaikan itu bisa berupa gagasan,
keinginan, atau maksud tertentu.
d. Komunikasi Kelompok
Hubungan akrab antara guru dan anak sangat penting untuk dibina
dalam sekolah. Keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi
pertemuan antara
guru dan anak dalam suatu waktu dan kesempatan.
Masalah waktu dan kesempatan menjadi faktor penentu berhasil atau gagal
suatu pertemuan. Boleh jadi, suatu pertemuan sudah direncanakan oleh guru
atau anak untuk berkumpul, dan bersama dalam satu meja dalam
acarasekolah terancam gagal disebabkan belum adanya pertemuan antara
waktu dan kesempatan. Waktunya mungkin sudah ada, tetapi kesempatan
9
Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga;Tentang Ikhwal: Keluarg, Remaja,dan Anak (Jakarta:
PT. Rineka Cipta,1992), Cet II,h.115.
32
untuk menghadiri pertemuan keluarga itu belum ada, sehingga ada sebagian
anak yang tidak bisa hadir dalam acara tersebut.
Ketika anak-anak duduk bersama antar sesama mereka, guru harus
pandai memanfatkan waktu tersebut, untuk duduk bersama mereka,
memahami mereka, bermain bersama mereka, berbicara dan berdialog yang
disesuaikan dengan tingkat berfikir dan dunia anak-anak. Disini guru harus
proaktif untuk mengawali pembicaraan. Jangan paksa anak untuk
memahami dunia orang dewasa, berpikir dan berperilaku seperti orang
dewasa. Jika hal itu terjadi, maka komunikasi antara guru dan anak tidak
dapat berlangsung dengan baik dan efektif.10
5. Tahapan Komunikasi
Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu
bagaimana makan, minum, berbicara sebagai manusia dan memperlakukan
manusia lain secara beradab, karena cara-cara berperilaku tersebut harus
dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan dengan orang lain, yang
intinya adalah komunikasi. Bahkan orang yang tidak pernah berkomunikasi
dengan manusia, bisa dipastikan akan tersesat, karena iatidak berkesempatan
untuk menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial.
Dalam komunikasi, apapun yang mau disampaikan oleh individu atau
kelompok pada orang lain adalah dengan maksud dan tujuan yang bermacammacam. Karenanya, komunikasi yang dilakukan oleh individu atau kelompok
itu tidak selalu sama, tetapi dengan taraf kedalaman yang berbeda-beda. Taraf
10
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit.,h.46.
33
kedalaman komunikasi itu dapat diukur dari apa dan siapa yang saling
dibicarakan; pikiran atau perasan, objek tertentu, orang lain atau dirinya
sendiri, semakin dalam pula taraf komunikasi yang terjadi.
Tahapan komunikasi terbagi menjadi lima taraf yaitu :11
a. Taraf Basa-basi
Taraf basa-basi adalah komunikasi paling dangkal. Biasanya terjadi
antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Komunikasi terjadi
dalam waktu yang sangat singkat dalam hitungan menit. Meski telah
terjadi pembicaraan singkat, namun disini tidak terjadi komunikasi dalam
arti yang sebenarnya. Sebab, setiap pihak tidak membuka diri untuk lebih
jauh membicarakan sesuatu.
b. Membicarakan Orang Lain
Dalam taraf membicarakan orang lain, meskisudah mulai saling
menanggapi, namun masih tetap pada taraf dangkal. Kedua belah pihak
belum mau membicarakan diri masing-masing, hanya sekedar saling
bertukar informasi, dan bukan mengemukakan pendapat masing-masing
setiap pihak belum ada kemauan untuk saling membuka diri.
c. Menyatakan gagasan dan pendapatan
Bila taraf basa-basi dan taraf membicarakan orang lain memiliki
kesamaan dalam kedangkalannya, maka pada taraf menyatakan gagasan
dan pendapat ini berbeda sama sekali dari kedua taraf diatas. Perbedaan itu
disebabkan kedua belah pihak sudah mau saling membuka diri, saling
11
Syaiful Bahri Djamarah, Op.Cit.,h..9.
34
mengungkapkan diri,. Ada pikiran tertentu yang mau disampaikan kepada
orang lain, dan bukan mengungkapkan isi hati atau perasaan. Meskipun
sudah terlibat dalam pembicaraan, tetapi setiap pihak masih menjaga jarak.
Sikap saling berhati-hati masih ada pada diri masing-masing. Setiap
pembicaraan tidak lepas dari pantauan. Dalam perbedaan pendapat,
seseorang berusaha menyenangkan orang lain.
d. Mengungkapkan isi Hati atau Perasaan
Pertarungan perasaan yang paling berat dan sangat sulit dilakukan
oleh seseorang adalah mengungkapkan isi hati kepada orang lain.
Jangankan kepada teman biasa, kepada orang tua pun sulit untuk dilakukan
bila seseorang tidak membuka diri untuk percaya kepada orang lain.
Biasanya orang yang dapat dipercaya itu adalah orang-orang yang dekat
dan dikenal baik dan di yakini memiliki kepribadian yang baik dengan
sikap dan perilaku yang dilandasi oleh kejujuran, keterbukaan, dan
pengertian. Oleh karena itu, persyarat untuk mengungkapkan isi hati
adalah terbukanya kepercayaan kepada orang lain. Tetapi, yang tidak kalah
pentingnya adalah orang yang dipercaya itu dapat menyimpan dengan baik
rahasia orang lain.
e. Hubungan Puncak
Tentu saja pada taraf mengungkapkan isi hati ini tidak sama dengan
taraf hubungan puncak. Bila dalam taraf mengungkapkan isi hati masih
ada ganjalan-ganjalan tertentu karena masih belum ada saling percaya
sepenuhnya, maka komunikasi yang terjadi pada taraf hubungan puncak
35
ditandai dengan kejujuran, keterbukaan, pengertian dan saling percaya
yang mutlak diantara kedua belah pihak. Tidak ada lain ganjalan-ganjalan
seperti rasa takut, rasa khawatir, karena kepercayaan ini disia-siakan.
Mereka bebas mengungkapkan perasaan
masing-masing. Kesatuan
perasaan secara timbal balik membuat segala sesuatunya serba terbuka
untuk disampaikan.
B. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Dalam memudahkan pemahaman tentang minat belajar, maka
dalam pembahasan ini terlebih dahulu akan di uraikan pengertian minat
belajar. Adapun menurut para ahli:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan minat
sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu (gairah)
keinginan.12
Menurut Sardiman, minat diartikan sebagai suatu kondisi yang
terjadi, apabila seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan
sendiri.13
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Depag: Balai Pustaka 1989), h.582.
13
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1998), h.78.
36
Menurut Slameto, minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh.14
Menurut Abdur Rahman Shaleh, mengatakan minat sebagai sumber
hasrat belajar yang lahir dari diri seseorang, sesuatu sosial atau sesuatu
situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya.15
Menurut W.S.Winkel, mengatakan minat sebagai kecenderungan
yang menetap dalam diri subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau
hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut.16
Menurut Zakiyah Darajat minat adalah kecenderungan jiwa yang
tetap kejurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang.17
Dari pengertian minat belajar menurut para ahli diatas penulis lebih
mengarah pada pengertian minat belajar menurut Slameto, yang
mengatakan minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Disini dapat diartikan
bahwa minat belajar adalah suatu rasa yang anak suka dari hati pada suatu
hal tanpa adanya paksaan dari seseorang, karena suatu rasa yang anak
suka itu tidak sama, sehingga suatu minat belajar yang dimiliki anak tidak
harus dipaksakan, dengan itu minat akan berjalan dengan sendirinya dan
akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
14
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Salatiga: Rineka Cipta,
1991),h.92.
15
Abdur Rahman Saleh, Didaktif, Pendidikan Agama (Jakarta : Bulan Bintan, 1976), h. 65.
16
W.S. Winkel, Pendidikan dan Evaluasi Belajar (Jakarta:Gramedia, 1983), h. 30.
17
Zakiyah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995).
Cet I, h.133.
37
Pada hakekatnya, minat merupakan hal yang mendasar pada diri
manusia. Untuk itu minat dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu
modal yang paling pokok pada diri manusia dalam melaksanakan suatu
perbuatan. Minat mempunyai kecenderungan untuk mendekati objek,
terdapat pula perasaan senang untuk menyertainya. Dengan demikian,
pernyataan ini mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
1) Bahwa minat merupakan gejala psikis
2) Adanya perasaan senang pada diri subjek
3) Adanya pemusatan perhatian pada suatu objek
4) Adanya dorongan dari dalam subjek.18
b. Sebab-sebab Timbulnya Minat Belajar
Minat belajar anak dapat diketahui, dengan melihat sejauh mana
anak suka pada suatu pelajaran atau pendidikan, dengan melihat hal
tersebut sebab-sebab timbulnya minat belajar akan dapat dilihat dengan
mudah.
Menurut Tampubolon, timbulnya minat dapat dibagi dua yaitu:
1) Minat yang timbul dengan sendirinya.
2) Minat yang timbul karena dibangkitkan dengan usaha
psikologis
dalam proses belajar, akan memberikan andil yang cukup penting.
Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan
kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.
18
h. 92.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Salatiga : Rineka Cipta,1991),
38
Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar akan berhasil dengan
baik apabila didukung oleh faktor-faktor psikologis dari anak. Karena
dengan adanya faktor psikologis tersebut minat anak akan bangkit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi psikologis adalah sebagai berikut:
a. Perhatian
Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju pada
suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan mengenai banyak
sedikitnya yang menyertai aktivitas belajar sesuai dengan maksudnya.
Perhatian tersebut untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik.
b. Pengamatan
Pengamatan adalah cara mengenal dunia riil, baik diri sendiri
maupun lingkungannya dengan segenap panca indera.
c. Tanggapan
Tanggapan adalah gambaran yang tinggal dalam ingatan
setelah orang melakukan pengamatan. Dengan adanya tanggapan yang
baik dalam kegiatan belajar mengajar, maka akan ada bekas yang
tinggal dalam ingatan dan tanggapan itu akan memiliki pengaruh
terhadap perilaku belajar setiap anak.
d. Fantasi
Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapantanggapan baru berdasarkan atas tanggapan yang ada atau dapat
dikatakan sebagai suatu fungsi yang memungkinkan individu untuk
berorientasi dalam alam imajiner, menerobos dunia realita. Dengan
39
adanya fantasi dalam belajar, maka memiliki wawasan yang luas,
sehingga mereka lebih senang dalam belajarnya.
e. Ingatan
Secara teoritis, ingatan akan berfungsi untuk :
1) Mencanamkan atau menerima kesan dari luar
2) Menyimpan kesan
3) Memproduksi kesan
Dengan ingatan itu sendiri, bahwa yang disajikan akan diterima
dan disampaikan kemudian diproduksi. Sehingga pelajaran ini dapat
diingat dalam pikiran dan ingatan itu sendiri akan terhindari dari lupa.
f. Berfikir
Berfikir adalah aktifitas mental untuk dapat meneruskan
pengertian, mensintesis, dan menarik kesimpulan apa yang telah
mereka pelajari.
g. Bakat
Bakat adalah salah satu kemampuan manusia melakukan suatu
kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada. Dengan adanya bakat,
maka akan melahirkan kemampuan untuk memahami sesuatu. Belajar
tanpa adanya bakat hasilnya pun tidak memuaskan.
h. Motivasi
Motivasi adalah sebagai daya upaya untuk mendorong
seseorang untuk melakukan kegiatan. Dengan adanya motivasi akan
40
menimbulkan gairah, merasa senang dan semangat belajar. Dan hasil
belajar akan optimal apabila disertai dengan adanya motivasi.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Suatu minat belajar dapat dimiliki anak dan akan menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat apabila minat belajar didukung oleh beberapa
faktor.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
minat
belajar
harus
diperhatikan, agar minat belajar anak dapat menghasilkan sesuatu yang
baik.
Menurut Ngalim Purwanto, faktor yang mempengaruhi minat antara
lain :
1) Faktor yang datang dari dalam ( instrinsik )
a. Pembawaan
Faktor ini sangat mempengaruhi minat seseorang. Misalnya:
orang yang berminat melukis, karena ia mempunyai bakat
pembawaan melukis.
b. Psikologis
Keadaan jiwa seseorang sangat mempengaruhi timbulnya
minat terhadap sesuatu. Misalnya: sesuatu yang dalam keadaanya
senang, gembira, maka menunjukkan sikap terhadap sesuatu yang
tenang.
41
c. Keadaan jasmani
Jasmani seseorang yang sehat atau cacat juga dapat
mempengaruhi minat belajar. Misalnya: cacat penglihatan akan
cenderung mempengaruhi minat baca pada seseorang.
d. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku
individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk
memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan merupakan
keharusan bagi kelangsungan hidup individu, sehingga tidak dapat
dipungkiri bahwa kebutuhan hidup adalah merupakan faktor yang
sangat penting bagi seseorang. Makin besar kebutuhan seseorang
makin semakin besar pula minat seseorang untuk mengatasi
kebutuhannya.19
2) Faktor yang datang dari luar (ekstrinsik )
a) Keluarga
Disebutkan oleh Tampubolon bahwa keluarga, terutama ibu
dan bapak berperan menentukan dalam perkembangan anak
termasuk perkembangan minat dan kebiasaan mereka.20 Dalam
keluarga, interaksi yang terjadi macam-macam bentuk. Yang
mengawali interaksi tidak mesti dari orang tua kepada anak, tetapi
bisa juga sebaliknya, bahwa dalam keluarga adalah pendidikan yang
paling utama di dapatkan anak, sehingga orang tua berperan di
19
20
Ngalim purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung :Rosdakarya,2000),h.61
Tampubolon , Op.Cit, h. 52
42
dalam pendidikan anak di keluarga, yang mengetahui benar
bagaimana perkembangan belajar anak, minat anak,dan bagaimana
kebiasaan-kebiasaan anak yang dilakukan dalam kesehariannya,
untuk itu orang tua dapat mengetahui minat anak sedini mungkin.
b) Sekolah
Di lingkungan sekolah, anak berinteraksidan saling bertukar
pengetahuan satu sama lain antar teman sebaya. Dari sinilah anak
cenderung berkeinginan untuk menjadi lebih baik, sehingga minat
belajar akan timbul.
c) Masyarakat
Di lingkungan masyarakat tedapat berbagai macam bentuk
kehidupan yang cenderung menimbulkan minat untuk menjadi sama
bahkan menjadi lebih baik dari yang lain.
d. Macam-macam Minat Belajar
Banyak jenis pelajaran yang didapat di pelajari oleh anak, baik
pelajaran formal Maupun non formal, dengan banyaknya jenis ini maka
minat belajar anak pun akan berbeda.
Menurut pendapat Kuder, sebagaimana yang dikutip oleh Wayan
Noer Kencana mengidentifikasi minat menjadi 10 kelompok minat sebagai
berikut :
1) Minat terhadap alam sekitar (out door) yaitu minat terhadap pelajaran
yang berhubungan dengan alam binatang dan tumbuh-tumbuhan.
43
2) Minat mekanis (mechanical) yaitu minat terhadap pekerjaan yang
berkaitan dengan mesin atau alat-alat tehnik.
3) Minat hitung menghitung (computational), minat terhadap jabatan
yang membutuhkan perhitungan
4) Minat
terhadap
ilmu
pengetahuan
(scientific),
minat
untuk
menentukan faktor-faktor baru dan pemecahan problem.
5) Minat persuasive (persuasive), minat terhadap pekerjaan yang
berhubungan dengan mempengaruhi orang lain.
6) Minat seni (artistic), minat yang berhubungan dengan kesenian,
kerajinan, kreasi tangan.
7) Minat letterer ( library), minat yang berhubungan dengan masalah
membaca dan meulis berbagai karangan.
8) Minat music (musical), minat terhadap masalah-masalah musik seperti
menonton konser.
9) Minat layanan sosial (social service), minat terhadap pekerjaan
membantu orang lain.
10) Minat klerikal (clerical), minat yang berhubungan dengan pekerjaan
administratif.21
e. Cara Meningkatkan Minat Belajar
Dalam belajar tentunya harus ada cara agar belajar anak dapat
berjalan dengan baik, salah satunya dengan meningkatkan belajar anak.
21
Ibid,h. 92
44
Menurut Sardiman AM, cara membangkitkan minat belajar anak
adalah sebagai berikut:
1) Menmbangkitkan adanya suatu kebutuhan
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik
4) Menggunakan berbagai macam bentuk pengajaran.22
Menurut DR.S Nasution, minat belajar dapat dibangkitkan dengan
cara sebagai berikut :
1) Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan,
untuk mendapat penghargaan)
2) Hubungan dengan pengalaman yang lampau
3) Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik “nothing success
like success” tidak ada yang lebih member hasil yang baik, untuk itu
bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu.
4) Gunakan berbagai bentuk pengajaran.23
f. Fungsi Minat Belajar
Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, minat memiliki beberapa
fungsi antara lain :
1)
Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa minat
maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar
22
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali Pers,
2000),h.93
23
S. Nasution, Didaktik Azas-azas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 82.
45
2)
Minat berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi
mobi. Besar kecilnya minat akan menentukan mempermudah
mencapainya.
3)
Mempermudah mencapai tujuan. Keberadaan minat akan menjadikam
seseorang bekerja dan beraktivitas dengan gia. Maka peluang
tercapainya tujuan pun akan semakin dekat.
4)
Menggembangkan potensi diri. Minat juga berfungsi sebagai
pengembang atau media untuk meningkatkan keahlian atau potensi
yang ada didalam diri masing-masing individu. Seseorang bisa
menyalurkan keahliannya sesuai dengan objek yang diminatinya.24
24
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2005), h. 161.
Download