17 PERBEDAAN INDEKS PERIODONTAL PADA PENDERITA JANTUNG KORONER DENGAN NON PENDERITA JANTUNG KORONER DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN (THE DIFFERENCE OF PERIODONTAL INDEX BETWEEN CORONARY HEART DISEASE PATIENTS AND NON-CORONARY HEART DISEASE PATIENTS IN RSUP H. ADAM MALIK MEDAN) Tengku Chairun Mamnun, Pitu Wulandari Departement of Periodontic Faculty of Dentistry University of Sumatera Utara Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155 Telp. 061-8216131, Fax. 061-8213421 e-mail: [email protected] Abstract There have been studies in the last decade reported the relationship between periodontal disease and coronary heart disease (CHD). Results showed that periodontitis causes systemic inflammation which increase the risk of CHD. The findings also support that an individual with periodontal infection has a greater risk to suffer CHD than an individual without it. The aim of this study is to find the difference between periodontal index on CHD patient compared to non-CHD patient in RSUP H. Adam Malik Medan. This study was done by using the observational method and cross-sectional approach. The samples consisted of 42 CHD patients from Cardiology Polyclinic and 40 non-CHD patients from Dental Polyclinic at the RSUP H. Adam Malik Medan. They were selected with the purposive sampling method. Each subject was interviewed and underwent a clinical periodontal examination on periodontal index. The secondary data was collected from the medical record. The results showed that the mean value of the periodontal index on CHD group (5,640) was higher than of non-CHD group (1,023). In conclusion, there was a significant difference in periodontal index (p < 0,05) between CHD patients and non-CHD patients, by which CHD patients are inclined to suffer periodontal disease more than non-CHD patients Key words: periodontal disease, coronary heart disease, periodontal index Abstrak Banyak penelitian dalam dekade terakhir ini melaporkan hubungan antara penyakit periodontal dengan penyakit jantung koroner (PJK). Ditemukan bahwa periodontitis menyebabkan inflamasi sistemik yang dapat meningkatkan risiko terhadap terjadinya PJK. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut mendukung bahwa individu dengan infeksi periodontal mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki infeksi periodontal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan indeks periodontal pada penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner di RSUP H Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan secara observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 42 orang penderita jantung koroner yang mengunjungi Poliklinik Kardiologi dan 40 orang non penderita jantung koroner yang mengunjungi Poliklinik Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel diperoleh dengan cara purposive sampling. Tiap subjek penelitian diwawancarai, kemudian dilakukan pemeriksaan klinis untuk penilaian indeks periodontal. Data sekunder diperoleh dari rekam medik Dari penelitian didapatkan bahwa nilai rerata indeks 18 Dentistry E-Journal, Vol 2, No. 1, 2013: 17-24 periodontal kelompok penderita jantung koroner (5,640) jauh lebih tinggi dari nilai rerata kelompok non penderita jantung koroner (1,023). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan indeks periodontal yang signifikan (p < 0,05) antara penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner dimana kelompok penderita jantung koroner lebih rentan menderita penyakit periodontal daripada kelompok non penderita jantung koroner. Kata kunci: penyakit periodontal, penyakit jantung koroner, indeks periodontal PENDAHULUAN Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya sangat tinggi di masyarakat, yaitu 96,58%. Penyakit yang paling sering mengenai jaringan periodontal adalah gingivitis dan periodontitis.1 Sejak akhir tahun 1980-an, sejumlah penelitian cross-sectional, case control, dan penelitian longitudinal telah melaporkan bahwa periodontitis mungkin terkait dengan peristiwa kardiovaskuler. Janket dkk menyimpulkan bahwa penyakit kardiovaskuler adalah penyebab 20% kematian di seluruh dunia dan penyakit periodontal berhubungan dengan 19% peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler tersebut. Buhlin dkk juga mengemukakan kemungkinan meningkatnya risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler pada penderita penyakit periodontal disebabkan karena bakteri, produk bakteri atau sitokin yang dilepaskan dari lesi kronik periodontal masuk ke dalam aliran darah. Proses ini mengakibatkan terjadinya respon peradangan sistemik yang menyerupai profil faktor risiko yang dijumpai pada penyakit kardiovaskuler.2 Penyakit periodontal dikaitkan dengan peningkatan beberapa penanda peradangan kronis.3 Hal ini dapat dilihat dari penanda peradangan (inflammatory markers) seperti kadar C-reactive protein (CRP), fibrinogen, dan jumlah leukosit, ditemukan dalam kadar yang signifikan lebih tinggi pada penderita periodontitis.2 Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit kardiovaskuler yang disebabkan karena penyempitan arteri koroner akibat proses aterosklerosis atau spasme ataupun kombinasi keduanya. Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang karena merupakan penyebab utama 4 kematian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada perbedaan indeks periodontal pada penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner di RSUP H. Adam Malik Medan. . BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Setelah mendapat izin dari komisi etik, kemudian dilakukan penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita jantung koroner (PJK) yang mengunjungi Poliklinik Kardiologi (kasus) dan non penderita jantung koroner (non PJK) yang mengunjungi Poliklinik Gigi dan Mulut RSUP H. Adam Malik Medan (kontrol). Sampel penelitian ini diperoleh dengan cara purposive sampling.5 Kriteria inklusi kelompok kasus adalah: (1) Penderita penyakit jantung koroner yang berkunjung ke Poliklinik Kardiologi RSUP H. Adam Malik Medan selama periode penelitian. (2) Memiliki minimal 20 gigi (tidak termasuk molar 3). (3) Pasien yang bersedia menandatangani lembar persetujuan subjek, sedangkan kriteria eksklusinya Tengku Chairun:Perbedaan indeks periodontal pada penderita jantung koroner adalah: (1) Pernah mendapatkan perawatan periodontal dalam tiga bulan terakhir. (2) Pasien dengan syok kardiogenik. (3) Penderita diabetes mellitus. (4) Pasien yang mengonsumsi obat yang mempengaruhi status periodontal seperti: phenytoin, siklosporin, beta-bloker dan lainnya. (5) Wanita hamil. Kriteria inklusi dan eksklusi kelompok kontrol sama dengan kasus, yang membedakan adalah pada kelompok kontrol tidak memiliki riwayat penyakit jantung koroner maupun penyakit jantung lainnya dan syok kardiogenik. Setelah memperoleh informed consent dari subjek penelitian, data diperoleh melalui wawancara, rekam medis dari rumah sakit dan pemeriksaan rongga mulut pasien dengan Indeks Periodontal (Russel). Lalu kondisi periodontal enam gigi Ramfjord (gigi 16, 21, 24, 36, 41 dan 44) subjek penelitian tersebut diperiksa oleh tenaga peneliti yang sebelumnya telah dikaliberasi untuk menyamakan persepsi. Setelah mengetahui kondisi periodontal subjek, maka peneliti dapat menilai skor indeks periodontal sesuai kriteria. Pengolahan data dilakukan dengan program komputer. Uji analisis menggunakan uji Mann–Whitney dengan Confidence Interval (CI) sebesar 95% dan signifikansi statistik diperoleh jika nilai p < 0,05. HASIL Pada penelitian ini total sampel berjumlah 82 orang yang terdiri dari 42 orang PJK dan 40 orang non PJK. Hasil yang diperoleh berupa data demografi, riwayat dental, kondisi gingiva dan gigi, skor indeks periodontal dan rerata indeks periodontal subjek penelitian. Berdasarkan Tabel 1 berikut, terlihat distribusi data demografi kedua kelompok subjek penelitian yang meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan. 19 tingkat pendidikan, dan Tabel 1. Distribusi data demografi subjek penelitian Variabel Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Usia a. 30-39 tahun b. 40-49 tahun c. 50-59 tahun d. > 60 tahun Pendidikan a. Tidak Sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. D3/S1/S2 Pekerjaan a. Tidak Bekerja b. Wiraswasta c. Pegawai Jumlah (Persentase) PJK Non PJK (42 orang) (40 orang) 32 (76,2) 10 (23,8) 15 (37,5) 25 (62,5) 2 (4,8) 8 (19,0) 23 (54,8) 9 (21,4) 17 (42,5) 7 (17,5) 11 (27,5) 5 (12,5) 0 (0) 4 (9,5) 11 (26,2) 15 (35,7) 12 (28,6) 1 (2,5) 3 (7,5) 5 (12,5) 13 (32,5) 18 (45,0) 12 (28,5) 17 (40,5) 13 (31,0) 12 (30,0) 13 (32,5) 15 (37,5) Dari tabel di atas, terlihat perbedaan distribusi jenis kelamin dari kedua kelompok, dimana kelompok PJK mayoritas berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 32 orang (76,2%), sedangkan pada kelompok non PJK mayoritas berjenis kelamin perempuan, yaitu 25 orang (62,5%). Subjek penelitian memiliki rentang usia 30-70 tahun. Pada kelompok PJK, subjek terbanyak adalah pada kelompok usia 50-59 tahun sebanyak 23 orang (54,8%). Hal ini berbeda dengan kelompok non PJK dimana subjek terbanyak adalah kelompok usia 30– 39 tahun sebanyak 17 orang (42,5 %). Tingkat pendidikan terbanyak dari subjek kelompok PJK adalah dari tingkat SMA, yaitu sebanyak 15 orang (35,7 %), sedangkan kelompok non PJK paling banyak memiliki tingkat pendidikan D1/S1/S2, yaitu 18 orang (45%). Dentistry E-Journal, 20 Berdasarkan pekerjaan, kelompok PJK paling banyak berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 17 orang (40,5%). Profesi terbanyak pada kelompok non PJK adalah pegawai yaitu sebanyak 15 orang (37,5%). Tabel 2. Distribusi data riwayat dental subjek penelitian Variabel Frekuensi Menyikat Gigi a. 1 kali sehari b. 2 kali sehari c. 3 kali sehari d. > 3 kali sehari e. Tidak pernah Waktu Menyikat Gigi a. Pagi sebelum sarapan dan malam sebelum tidur b. Pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur c. Pagi setelah sarapan, siang setelah makan siang, dan malam sebelum tidur d. Pagi sebelum sarapan, siang setelah makan siang, dan malam sebelum tidur e. Lain-lain Penggunaan Pasta Gigi a. Ya b. Tidak Frekuensi Ganti Sikat Gigi a. 1 kali per tahun b. 2 kali per tahun c. 3 kali per tahun d. > 3 kali per tahun e. Tidak pernah Pemakaian Obat Kumur a. Ya b. Tidak Kunjungan ke Dokter Gigi a. Pernah b. Tidak pernah Kebiasaan Buruk a. Tidak ada b. Merokok c. Menyirih d. Mengunyah satu sisi e. Bruksism f. Kombinasi Jumlah (Persentase) PJK Non PJK (42 orang) (40 orang) 12 (28,6) 25 (59,5) 4 (9,5) 0 (0,0) 1 (2,4) 2 (5,0) 27 (67,5) 8 (20,0) 3 (7,5) 0 (0,0) 13 (31,0) 18 (45,0) 6 (14,2) 9 (22,5) 1 (2,4) 2 (5,0) 2 (4,8) 7 (17,5) 20 (47,6) 4 ( 10,0) 40 (95,2) 2 (4,8) 40 (100,0) 0 (0,0) 23 (54,8) 2 (4,8) 5 (11,8) 10 (23,8) 2 (4,8) 3 (7,5) 8 (20,0) 1 (2,5) 28 (70,0) 0 (0,0) 4 (9,5) 38 (90,5) 12 (30,0) 18 (70,0) 20 (47,6) 22 (52,4) 30 (75,0) 10 (25,0) 4 (9,5) 23 (54,8) 4 (9,5) 4 (9,5) 2 (4,8) 5 (11,9) 14 (35,0) 6 (15,0) 1 (2,5) 19 (47,5) 0 (0,0) 0 (0,0) Vol 2, No. 1, 2013: 17-24 Tabel 2 menunjukkan distribusi data riwayat dental kedua kelompok subjek penelitian yang meliputi frekuensi menyikat gigi, waktu menyikat gigi, penggunaan pasta gigi, frekuensi mengganti sikat gigi, kunjungan ke dokter gigi, dan kebiasaan buruk. Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya perbedaan kebiasaan pemeliharaan oral higiene antara kelompok PJK dan non PJK. Diketahui bahwa mayoritas subjek penelitian pada kedua kelompok di atas menyikat gigi dengan frekuensi dua kali sehari, yaitu sejumlah 25 orang (59,5%) pada kelompok PJK dan sejumlah 27 orang (67,5%) pada kelompok non PJK. Berdasarkan waktu menyikat gigi, mayoritas kelompok PJK, yaitu sejumlah 20 orang (47,6%) tidak memiliki jadwal waktu tertentu dan teratur untuk menyikat gigi, sedangkan pada kelompok non PJK sebagian besar subjeknya menyikat gigi di pagi hari sebelum sarapan dan malam sebelum tidur, yaitu sejumlah 18 orang (45%). Selain itu, pada kelompok non PJK seluruh subjek menggunakan pasta gigi pada saat menyikat gigi. Sedangkan pada kelompok PJK ternyata terdapat dua orang (4,8%) subjek penelitian yang mengaku tidak menggunakan pasta gigi pada saat menyikat gigi. Dalam hal mengganti sikat gigi, sebagian besar subjek penelitian pada kelompok PJK yang mengganti sikat gigi satu kali setahun sejumlah 23 orang (54,8). Di lain pihak, pada kelompok non PJK, sebagian besar subjeknya berjumlah 28 orang (70%) mengganti sikat giginya lebih dari 3 kali dalam setahun. Sedangkan dalam penggunaan obat kumur, mayoritas kelompok PJK maupun non PJK tidak menggunakan obat kumur, yaitu sebanyak 38 orang (90,5%) pada kelompok PJK dan 28 orang (70%) pada kelompok non PJK. Tengku Chairun:Perbedaan indeks periodontal pada penderita jantung koroner Berdasarkan tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa sebanyak 22 orang (52,5%) dari kelompok PJK menyatakan bahwa mereka tidak pernah berkunjung ke dokter gigi. Hal ini berbeda dengan kelompok non PJK yang mayoritas sebanyak 19 orang (47,5%) pernah berkunjung ke dokter gigi. Apabila ditinjau dari kebiasaan buruk, kelompok PJK mayoritas memiliki kebiasaan buruk merokok, yaitu sebanyak 23 orang (54,8%), sedangkan pada subjek kelompok non PJK mayoritas sebanyak 19 orang (47,5%) memiliki kebiasaan buruk mengunyah pada satu sisi. Tabel 3. Distribusi kondisi gingiva dan gigi Jumlah (Persentase) PJK Non PJK (42 orang) (40 orang) Variabel Gingiva mudah berdarah a. Pernah b. Tidak pernah Gigi Goyang a. Pernah b. Tidak pernah 32 (76,2) 10 (23,8) 27 (64,3) 15 (35,7) 21 (52,5) 19 (47,5) 10 (25,0) 30 (75,0) Tabel 3 menunjukkan kelompok PJK lebih dominan mengalami gingivitis (76,2%) dan kegoyangan gigi (64,3%) dibandingkan kelompok non PJK. Tabel 4. Distribusi skor indeks periodontal Skor Kondisi Klinis 0,0-0,2 Periodonsium secara klinis normal 0,3-0,9 Gingivitis sederhana 0,7-1,9 Penyakit periodontal destruktif tahap awal 1,6 - 5,0 Penyakit periodontal Destruktif tahap mantap 3,8 - 8,0 Penyakit pada tahap akhir Jumlah (Persentase) PJK Non PJK (42 orang) (40 orang) 1 (2,4) 9 (22,5) 1 (2,4) 10 (23,8) 20 (50,0) 9 (22,5) 20 (47,6) 2 (5,0) 10 (23,8) 0 (0,0) 21 Berdasarkan Tabel 4, pada data skor indeks periodontal terlihat bahwa pada kelompok PJK hampir seluruh subjek penelitian menderita penyakit periodontal stadium lanjut (tahap akhir), yaitu berjumlah 39 orang (92,8%), sedangkan pada kelompok non PJK sebanyak 19 orang (47,5%) menunjukkan penyakit periodontal destruktif ringan (tahap awal). Tabel 5. Nilai rerata indeks subjek penelitian Status Subjek Penelitian PJK Non PJK periodontal Indeks Periodontal Nilai Standar Rerata Deviasi 5,640 1,1591 1,023 1,0492 P 0,000 Berdasarkan hasil pada tabel 5 terlihat adanya perbedaan nilai rerata indeks periodontal pada kedua kelompok subjek penelitian, dimana nilai rerata indeks periodontal kelompok PJK lebih tinggi dibandingkan dengan non PJK. Hasil uji signifikansi dengan menggunakan uji Mann– Whitney diperoleh nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara indeks periodontal pada kelompok PJK dengan kelompok non PJK. PEMBAHASAN Selama lebih dari 15 tahun, beberapa penelitian telah dilakukan tentang adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan PJK.2,6 Penyakit periodontal berperan dalam patogenesis penyakit jantung.6 Seymour dan Sikka dkk menunjukkan bahwa individu dengan penyakit periodontal secara signifikan meningkatkan risiko berkembangnya PJK, termasuk ateroskeloris.7,8 Sebagai respon terhadap infeksi dan inflamasi, individu yang rentan menunjukkan pengeluaran mediator inflamasi lokal maupun sistemik yang lebih 22 banyak sehingga meningkatkan risiko terhadap infark miokard.9 Suatu penelitian metaanalisis yang dilakukan oleh Janket dkk, disimpulkan bahwa adanya hubungan yang cukup bermakna antara berbagai parameter kesehatan gigi dengan penyakit 2 kardiovaskuler. Oe dkk menunjukkan bahwa skor periodontal merupakan faktor prediktor PJK yang signifikan.10 Hal demikian juga dapat dilihat dari semakin tingginya derajat indeks periodontal, maka jaringan periodontal akan semakin rusak sehingga meningkatkan faktor-faktor inflamasi masuk ke aliran darah yang mungkin dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah arteri koronaria di jantung.11 Hasil uji Mann – Whitney menujukkan perbedaan indeks periodontal yang signifikan antara kelompok PJK dengan non PJK dimana nilai rerata indeks periodontal lebih tinggi pada kelompok PJK dibandingkan kelompok non PJK. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nugroho dkk.11 Friedewald menyatakan pasien dengan penyakit periodontal stadium sedang sampai parah lebih berisiko terhadap PJK.12 Hal ini ditunjukkan dari mayoritas subjek PJK mengalami penyakit periodontal pada tahap akhir (92,8%), sedangkan subjek non PJK mayoritas mengalami penyakit periodontal destruktif tahap awal (Tabel 4). Hal ini menunjukkan kelompok PJK mengalami inflamasi dan destruksi jaringan periodontal yang lebih parah dibandingkan kelompok non PJK. Sejalan dengan penelitian Rai dkk, pada kelompok PJK lebih banyak mengalami gingivitis dan gigi goyang dibandingkan kelompok non PJK (Tabel 3).13 Tingginya indeks periodontal pada subjek PJK disebabkan karena destruksi dan inflamasi pada jaringan periodontal yang diinduksi oleh plak dental.14 Hal ini kemungkinan disebabkan karena rendahnya kebersihan rongga mulut subjek PJK dibandingkan dengan subjek non PJK. Tabel Dentistry E-Journal, Vol 2, No. 1, 2013: 17-24 2 menunjukkan bahwa mayoritas subjek PJK (52,4%) tidak pernah mengunjungi dokter gigi baik untuk pemeriksaan maupun perawatan, sedangkan pada subjek non PJK lebih banyak yang memeriksakan giginya ke dokter gigi. Selain itu, kebersihan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh tindakan pemeliharaan rongga mulut. Frisbee menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan antara perilaku terhadap kebersihan gigi dan mulut dengan faktor risiko PJK dan inflamasi sistemik.15 Plak gigi akan tetap terbentuk pada permukaan gigi, oleh karena itu harus dilakukan perawatan dan pencegahan di rumah.16 Oliveira menunjukkan risiko terhadap PJK meningkat pada individu yang jarang menyikat gigi.17 Pada penelitian ini, mayoritas kelompok PJK menyikat gigi secara tidak teratur (47,6%) dan terdapat dua orang yang menyikat gigi tanpa menggunakan pasta gigi, mengganti sikat gigi hanya sekali setahun (54,8%) dan sebagian besar subjek (90,5%) juga tidak menggunakan obat kumur sehingga kondisi tersebut menunjukkan kontrol plak yang tidak optimal. Mayoritas seluruh subjek penelitian mempunyai kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 54,8% pada kelompok PJK sedangkan pada kelompok non PJK sebanyak 9,5%. Seorang perokok mempunyai risiko menderita gingivitis 2–7 kali lebih besar daripada bukan perokok.16 Selain itu, usia, jenis kelamin, dan sosioekonomi juga dapat menjadi faktor risiko seseorang menderita penyakit periodontal.3,16 Subjek dengan tingkat sosioekonomi tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.16 Kelompok PJK yang usianya lebih tua menderita penyakit periodontal lebih parah dibandingkan dengan kelompok non PJK yang mayoritas usia muda. Kemampuan imunitas tubuh dan kecepatan respon imun Tengku Chairun:Perbedaan indeks periodontal pada penderita jantung koroner melawan infeksi menurun dengan peningkatan usia, maka resiko kesakitan meningkat.12,18 Hal ini sejalan dengan penelitian Hasan dkk.19 Pada penelitian ini, tingginya indeks periodontal pada subjek PJK kemungkinan disebabkan karena destruksi dan inflamasi pada jaringan periodontal yang diinduksi oleh plak dental.14 Sadeghian dkk menemukan bahwa indeks plak pada kelompok PJK dua kali lipat besarnya dari kelompok kontrol dan demikian menunjukkan pemeliharan kesehatan mulut yang buruk.20 Hal ini juga didukung oleh Bokhari, dimana parameter kesehatan gigi dan mulut lebih tinggi pada kelompok PJK.21 Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara indeks periodontal pada penderita jantung koroner dengan non penderita jantung koroner akibat rendahnya kebersihan rongga mulut subjek penderita jantung koroner dibandingkan dengan subjek non penderita jantung koroner. Indeks periodontal pada subjek penderita jantung koroner lebih tinggi daripada subjek non penderita jantung koroner. Untuk penelitian selanjutnya, perlu pengendalian berbagai prediktor penyakit jantung koroner dan variabel-variabel yang lebih baik untuk mengetahui korelasi penyakit periodontal dengan penyakit jantung koroner. Daftar Pustaka 1. Tampubolon NS. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap dalam Bidang Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat pada Fakultas Kedokteran Gigi, diucapkan di 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 23 hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara. Medan: 2005: 4,5. Wangsarahardja K. Penyakit periodontal sebagai faktor risiko penyakit jantung koroner. Universa Medicina 2005. JulSep: 136-44. Humphrey LL, Fu R, Buckley DI, Freeman M, Helfand. Periodontal disease and coronary heart disease incidence: a systematic review and metaanalysis. J Gen Intern Med 2008; 23: 2079-84. Majid A. Penyakit jantung koroner: patofisiologi, pencegahan dan pengobatan terkini. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap dalam bidang ilmu fisiologi pada Fakultas Kedokteran, diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara. Medan: 2007: 1-4; 7-9;13-7. Kasjono, Subaris H, Yasril. Teknik sampling untuk penelitian kesehatan. Yogyakarta: Graha ilmu, 2009: 20. Amabile N, Susini G, Soubayroux P, Bonello L, Gil JM, Arques S, Bonfil JJ, et al. Severity of periodontal disease correlates to inflammatory systemic status and independently predicts the presence and angiographic extent of stable coronary artery disease. J Intern Med 2008; 263: 644; 647. Seymour GJ, Ford PJ, Cullinan MP, Leishman S, West MJ. Yamazaki K. Infection or inflammation: the link between periodontal and cardiovascular diseases. Future Med 2009; 5 (1): 5. Sikka M, Sequeira PS, Acharya S, Bhat M, Rao A, Nagaraj A. Poor oral health in patients with coronary heart disease: a case–control study of Indian adults. J New Zealand Med Assoc 2011; (124): 53. Jacobs DR, Crow R. Subclinical cardiovascular disease markers applicable to studies of oral health Dentistry E-Journal, 24 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. multiethnic study of atherosclerosis. N.Y. Acad. Sci 2007; 1098: 269-70. Oe Y, Soejima H, Nakayama H, Fukunaga T, Sugamura K, Kawano H, et al. Significant association between score of periodontal disease and coronary artery disease. Heart Vessel 2009: 24: 103: 106-7. Nugroho p. Penyakit periodontal sebagai penyebab penyakit jantung koroner di RSUP dr. Kariadi Semarang. Skripsi. Semarang: Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2011: 42; 44;4 7; 52. Friedewald VE, Kornman KS, Beck JD, Genco R, Goldfine A, Libby et al. Editors’ Consensus Report. The American Journal of Cardiology and Journal of Periodontology Editors’ Consensus: Periodontitis and Atherosclerotic Cardiovascular Diseaser. J Periodontol 2009; (8): 1021-8. Rai B, Kaur J, Jain RK, Anand SC. Periodontal Disease and Coronary Heart Disease. JK Science 2009; (11): 194-5. Chen T, Wang S, Liu G, Zhang X, Tang D, Wu Z. Influence of periodontitis and nonsurgical periodontal intervention on atherosclerosis diseases. Advance in bioscience and biotechnology. 2012; 3; 531; 535. Frisbee SJ, Chambers CB, Frisbee JC, Goodwill AG, Crout RJ. Association between dental hygiene, cardiovascular disease risk factors and systemic inflammation in rural adults. J Dent Hygiene 2010; (84): 177-83. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Pencegahan dan pemeliharaan. Ed revisi. Medan: USUpress, 2007: 30-1; 86; 92-4; 98; 102. Oliveira C de, Watt R, Hamer M. Toothbrushing, inflammation, and risk of 18. 19. 20. 21. Vol 2, No. 1, 2013: 17-24 cardiovascular disease: results from Scottish Health Survey. BMJ 2010: 1-6. Fatmah. Respons imunitas yang rendah pada tubuh manusia usia lanjut. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Makara kesehatan 2006. Juni: 1-2. A. Hasan, D. Sadoh, R. Palmer, M. Foo, M. Marber, T. Lehner. The immune responses to human and microbial heat shock proteinin periodontal disease with and without coronary heart disease. British Society for Immunology. Clinical and Experimental Immunology 2005; 142: 585; 589. Sadeghian S, Taleghani F, Dorafsan A, Raissi M, Dehkordi. Periodontal disease as a risk factor for coronary artery disease. J Tehran Heart Cent 2006; 1058. Bokhari SAH, Khan AA, Khalil M, Abubakar MM, Mustahsen UR, Azhar M. Oral health status of CHD and nonCHD adults of Lahore, Pakistan. J Indian Soc Periodontol 2011; 15: 51-3. Tengku Chairun:Perbedaan indeks periodontal pada penderita jantung koroner 25