BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni perlakukan A (salinitas 10‰), perlakuan B (salinitas 20‰) dan perlakuan C (salinitas 30‰) ditampilkan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Rata-Rata Laju Pertumbuhan Mutlak Ikan Nila Gift setiap perlakuan. Pengukuran Rata-Rata Perlakuan Panjang (cm) Berat (gr) A (10‰) 2,8 3,3 B (20‰) 1,2 2,4 C (30‰) 1,0 1,2 Sumber : Analisis data primer 2013 Perlakuan salinitas yang berbeda pada ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus), memberikan pertumbuhan berat mutlak dan panjang mutlak yang berbeda. Pertumbuhan rata-rata berat mutlak pada Perlakuan A (10‰), sebesar 3,3 gram, Perlakuan B (20‰), sebesar 2,4 gram dan Perlakuan C (30‰) sebesar 1,2 gram. Pertumbuhan rata-rata panjang mutlak Perlakuan A (10‰) sebesar 2,8 cm, Perlakuan B (20‰) sebesar 1,2 cm dan untuk pertumbuhan panjang mutlak terendah terjadi pada Perlakuan C (30‰) yaitu 1,0 cm. Hasil pengukuran panjang dan berat untuk masing-masing perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada lampiran 9. 26 Perlakuan A salinitas 10‰ memiliki pertumbuhan rata-rata berat dan panjang mutlak tertinggi kemudian Perlakuan B salinitas 20‰, sedangkan pemberian salinitas 30‰, menunjukkan nilai yang terendah. Tingkat salinitas yang diberikan pada setiap perlakuan memberikan dampak terhadap pertumbuhan panjang dan berat ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi salinitas menyebabkan pertumbuhan mutlak semakin lambat. Hasil analisis sidik ragam berat ikan Nila Gift (Lampiran 5) menunjukan bahwa salinitas yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p < 0,05) terhadap pertumbuhan berat ikan Nila Gift. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh masing – masing perlakuan, dilanjutkan hasil uji BNT (Lampiran 5), yang menunjukkan bahwa perlakuan salinitas 10‰ berbeda sangat nyata terhadap perlakuan salinitas 20‰ dan perlakuan salinitas 30‰. Hasil penelitian ini telah menunjukan pula bahwa ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus), yang dipelihara pada kondisi salinitas di bawah 20‰ dalam hal ini perlakuan A memberikan nilai pertumbuhan mutlak lebih tinggi dibanding dengan yang dipelihara pada kondisi salinitas 20‰ dalam hal ini perlakuan B dan perlakuan C. Semakin tinggi salinitas, maka pertumbuhan mutlaknya menurun sehingga dapat dikatakan bahwa salinitas mempengaruhi pertumbuhan mutlak ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus). Menurunnya tingkat pertumbuhan disebabkan ataupun dipengaruhi oleh penyesuaian ikan terhadap tekanan osmotik, sehingga energi banyak terpakai untuk proses osmoregulasi. Menurut Stickney (1979), pengaruh kadar salinitas 27 mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan, sehingga ikan melakukan penyesuaian atau pengaturan kerja osmotik internalnya agar proses fisiologi di dalam tubuhnya dapat bekerja secara normal kembali. Apabila salinitas semakin tinggi, maka ikan akan berusaha untuk menyesuaikan kondisi homoestatis tubuhnya hingga batas toleransi yang dimilikinya, dan kerja osmotik ini tentu memerlukan sejumlah energi yang lebih tinggi pula. Kenyataan ini dapat dilihat dari penurunan laju pertumbuhan ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) dengan semakin meningkatnya salinitas pada media pemeliharaan. B. Laju Pertumbuhan Harian Laju pertumbuhan harian panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift selama 40 hari dengan menggunakan tiga perlakuan yakni Perlakukan A (salinitas 10‰), Perlakuan B (salinitas 20‰) dan Perlakuan C (salinitas 30‰) ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Laju Pertumbuhan Harian Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) selama penelitian. Rata – Rata Perlakuan Panjang (cm/hari) Berat (gr/hari) A (salinitas 10‰) 0,070 0,083 B (salinitas 20‰) 0,031 0,060 C (salinitas 30‰) 0,025 0,030 Sumber : Analisis data primer 2013 Laju pertumbuhan harian panjang ikan Nila Gift tertinggi ditunjukkan pada pemberian salinitas 10‰ yaitu sebesar 0,070 cm/hari, salinitas 20‰ 0,031 cm/hari dan pemberian salinitas 28 30‰ sebesar 0,025 cm/hr. Sedangkan laju pertumbuhan berat tubuh harian ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) tertinggi ditunjukkan pada pemberian salinitas 10‰ dilanjutkan dengan pemberian salinitas 20‰ dan yang terendah yakni pada pemberian salinitas 30‰, masing-masing berturut – turut 0,083 g/hr; 0,060 g/hr dan 0,030 g/hr. Gambar 3. Laju Pertumbuhan Panjang dan Berat Harian Berdasarkan tabel hasil analisis ragam (Lampiran 5), menunjukkan bahwa perlakuan dengan salinitas yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus). Hasil uji BNT, menunjukkan bahwa perlakuan salinitas 10‰, berbeda nyata terhadap perlakuan salinitas 20‰, perlakuan salinitas 30‰. Hasil penelitian ini agak berbeda dengan hasil penelitian serupa yang dilaporkan oleh Setiawaty & Suprayudi (2003), nilai rata-rata ikan nila merah yang semakin meningkat dengan meningginya kadar salinitas mulai dari 10‰ dan laju pertumbuhan harian tertinggi yaitu pada salinitas 20‰, tetapi tidak 29 berbeda dengan ikan yang dipelihara pada media bersalinitas 10‰ dan 15‰. Subhidhir (2009), menyatakan bahwa memang masih ada perbedaan hasil penelitian tentang pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan ikan nila, dan ada beberapa peneliti yang menyatakan bahwa hal ini tergantung pada strain, pakan dan lingkungan. Dalam penelitian ini menggunakan ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus), sementara Setiawaty & Suprayudi (2003) menggunakan ikan nila merah. Khairuman dan Amri (2003), menyatakan laju pertumbuhan tubuh ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) yang dibudidayakan tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan serta interaksinya. Hal tersebut bisa dilihat dari laju pertumbuhannya yang berbeda-beda, dimana laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan salinitas 10‰ dan yang terendah terdapat pada perlakuan salinitas 30‰, sehingga semakin besar perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi. Rendahnya pertumbuhan pada Perlakuan B dan Perlakuan C dipengaruhi oleh faktor fisiologis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Holliday (1969), dalam Asmawi (1983), bahwa salah satu aspek fisiologis yang mempengaruhi salinitas adalah tekanan dan konsentrasi osmotik serta konsentrasi ion dalam cairan tubuh. Stiekney (1979) dalam Asmawi (1983), menyatakan pula bahwa semakin tinggi perbedaan antara kondisi salinitas dengan konsentrasi ion dalam darah, maka ikan cenderung akan terganggu pertumbuhannya bahkan mengalami kematian. 30 Energi yang didapat dari pakan sudah mulai dialokasikan pada penyesuaian tekanan osmotik lingkungan hidupnya sehingga pertumbuhan panjang dan bobot ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) menjadi lambat. Proses- proses fisiologi dalam tubuh akan berjalan normal apabila keseimbangan konsentrasi garam cairan tubuh dengan lingkungannya dapat dipelihara dan dijaga melalui proses pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak yang disebut dengan sistem osmoregulasi (Rahardjo, 1980). Perbedaan pertumbuhan pada salinitas yang berbeda diduga terkait dengan tekanan osmotik cairan tubuh dan lingkungan (Akbar, 2012). Selanjutnya dinyatakan bahwa semakin jauh perbedaan tekanan osmotik tubuh dengan tekanan osmotik lingkungan, maka akan semakin banyak beban kerja energi metabolism yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi pada lingkungan yang bersalinitas (Smith, 1982; Fujaya, 2004). Menurut Steffens (1989) dalam Fitria (2012), bahwa pemanfaatan energi pakan pada ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus), lebih menguntungkan dan ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus), dapat tumbuh baik pada media bersalinitas 0-20‰, dengan memberikan laju pertumbuhan harian, retensi protein dan efesiensi pakan lebih tinggi dibandingkan dengan pemeliharaan disalinitas yang lebih tinggi. C. Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus), pada akhir pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4 berikut. 31 Gambar 4. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Gift Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa persentase kelangsungan hidup tertinggi yaitu 100% pada salinitas 10‰, salinitas 20‰ sebesar 86,67% dan salinitas 30‰ dengan persentase kelangsungan hidup terendah yaitu 70%. Rendahnya kelangsung hidup pada salinitas 20‰ dan 30‰, disebabkan oleh tingginya salinitas, sehingga ikan tidak mampu beradaptasi dengan baik. Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus), yang mengalami kematian yaitu yang dipelihara pada salinitas 20‰ dan 30‰. Pada salinitas 20‰ jumlah ikan yang mengalami kematian yaitu 4 ekor, satu ekor di aquarium B1 pada minggu ke-3, satu ekor di aquarium B2 pada minggu ke-4, dua ekor di aquarium B3 yaitu satu ekor pada minggu pertama dan satu ekor pada minggu ke-4. Pada perlakuan C dengan salinitas 30‰, memiliki jumlah kematian ikan tertinggi yaitu 9 ekor. Aquarium C1 jumlah ikan yang mengalami kematian yaitu tiga ekor, satu ekor pada minggu pertama, satu ekor pada minggu ke-3 dan satu ekor pada minggu ke-6. Aquarium C2 jumlah ikan yang mengalami kematian yaitu 3 ekor, satu ekor 32 pada minngu ke-2, satu ekor pada minggu ke-4 dan minggu ke-6 sedangkan aquarium C3 ikan yang mengalami kematian yaitu 3 ekor, satu ekor pada minggu pertama, satu ekor pada minggu ke-3 dan minggu ke-6. Sehingga selama 40 hari jumlah ikan uji yang mengalami kematian adalah 13 ekor. Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor biotik dan abiotik. Kualitas air merupakan faktor abiotik yang mempengaruhi kelangsungan hidup ikan (Effendi, 1997). Pada salinitas 20‰ dan 30‰ ikan nila ada yang mengalami kematian, namun demikian masih dapat dikatakan dapat mentolerir karena tidak semua ikan Nila Gift yang dipelihara pada salinitas 20‰ dan 30‰ mengalami kematian. Menurut Marshal, et al (2006), bila tidak semua ikan mengalami kematian, maka dapat dipastikan bahwa daya toleransi pada populasi ikan dalam wadah berbeda-beda, dan diduga karena perbedaan kondisi tubuh saat sebelum dimasukkan dalam media termasuk intensitas parasit, tingkat stress dan lain-lain. Media pemeliharaan yang digunakan diduga ikut mempengaruhi pertumbuhan, karena media pemeliharaan yang digunakan berupa air tenang sehingga dapat berpengaruh pula terhadap kelangsungan hidup ikan uji. Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) menyukai air tenang dibandingkan air mengalir. Hal demikian sesuai dengan pernyataan dari Rukmana (1997), yang menyatakan bahwa tempat hidup ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan arus yang tidak begitu deras. Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) tidak menyukai hidup di perairan yang bergerak (mengalir), namun jika dilakukan perlakuan terhadap ikan 33 Nila Gift (Oreochromis niloticus) seperti pengadaptasian terhadap lingkungan air yang mengalir, maka ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) juga bisa hidup baik, pada perairan yang mengalir tersebut. Hasil pengamatan kualitas air selama penelitian menunjukkan bahwa kualitas air masih dalam batas yang bisa ditolerir oleh ikan uji yang dipelihara, kisaran suhu yang diperoleh selama penelitian masih sangat baik untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus), yaitu berada pada kisaran 26-270C. Sesuai dengan pernyataan dari Khairuman dan Amri (2003), bahwa suhu normal untuk pertumbuhan ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) adalah 14-380C dan dapat memijah secara alami pada suhu 22-370C. Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) adalah 25-300C (Sucipto, 2005 dalam Fitria, 2012). Kualitas perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan organisme yang hidup di air (Asmawi, 1983). Selanjutnya Khairuman dan Amri (2003), menyatakan beberapa variabel penting yang berhubungan dengan kualitas air yaitu sifat kimia air (kandungan oksigen terlarut, karbondioksida terlarut, pH dan zat-zat beracun) dan sifat fisika air (suhu, salinitas, kekeruhan dan warna air). Suhu mempengaruhi aktifitas ikan seperti pernapasan dan reproduksi (Hueet, 1970 dalam Fitria, 2012). Suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi oksigen terlarut dan laju konsumsi oksigen hewan air. Suhu air media selama penelitian masih berada dalam kisaran yang optimum untuk kehidupan ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus). 34 Derajat keasaman atau pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan. Keasaman (pH) memegang peranan penting dalam budidaya perikanan karena berhubungan dengan kemampuan untuk tumbuh (Fitria, 2012). Faktor yang mempengaruhi pH adalah konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam (Lesmana,2004). Kisaran pH yang diperoleh selama penelitian yaitu 7 - 7,5. Kisaran tersebut masih sangat layak untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Nila Gift, sesuai dengan pernyataan Arie (1999), bahwa pH yang baik untuk pertumbuhan ikan Nila Gift berkisar 7 - 8. Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) telah memberikan hasil bahwa perlakuan A dan B diatas 80%, sehingga dapat dikatakan baik. 35