441 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013 BEKERJA DENGAN BAHAN KIMIA MELALUI MANAJEMEN BAHAN KIMIA DAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI LABORATORIUM KIMIA (Faizal Riza Soeharto – Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang) A. Pendahuluan terkaitdengan Pelaksanaan yang sebelum eksperimen selamat dan eksperimen memulai kegiatan praktikum. Terapkan rencana aman memerlukan praktik kerjayang untuk menanganilimbah mengurangi risiko dan yang dihasilkan melindungi kesehatan dan laboratorium pegawai dan memulai pekerjaanapa pun keselamatan pekerja di laboratorium, di sebelum 2. Batasi paparan ke bahan sekaligus publik dan lingkungan. kimia.Jangan sampai bahan Sebelum kimialaboratorium memulai pekerjaan bersentuhan dengan tubuh. laboratorium apapun, tentukan 3. bahayadanrisikoterkait Jangan meremehkan eksperimen atau kegiatan, dan risiko.Anggap lakukan tindakan pencegahan bahan keselamatanyang dibanding diperlukan.Pegawai dan pekerja yang paling laboratorium beracun.Perlakukan semua harusmelakukan campuran kimialebih beracun komponennya pekerjaan dalam laboratorium senyawa dan zat baru dari dengan risiko toksisitas takdikenal sebagai risiko yang zatberbahaya maupun rendah, baik disebabkan yang yang dikenal tidak zat beracun. 4. Bersiaplah jika kecelakaan terjadi.Sebelum dikenal.Empat (4) prinsip yang memulaieksperimen, ketahui mendasari semua praktik kerja tindakan tertentu yang harus dengan bahan kimia: diambiljika terjadi pelepasan 1. zat berbahaya secara tidak Rencanakan disengaja.Bersiaplah sebelumnya.Tentukan potensi bahaya yang untuk memberikantindakan darurat Dosen Jurusan Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang Faizal Riza Soeharto, Bekerja dengan bahan kimia melalui manajemen bahan kimia dan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di laboratorium kimia dasar. Selalu memberitahukan kegiatan Andakepada rekan kerja agar mereka dapat menanggapi kegiatan berbahaya sedang berlangsung. 5. Jika anak di bawah umur diizinkan berada dengansemestinya(Moran laboratorium, dan Masciangioli, 2010). pastikanmereka mendapat pengawasan langsung sepanjang B. Perilaku Pribadi Laborarotium yang rapi waktu Pastikan Sebaliknya,laboratorium laboratoriumlainnya tidak tertata memperlambat pegawai berada di area mengetahui atau keberadaan anak di bawah umur lembagatanggap Masciangioli, 2010). pegawai yang dapat membahayakan darurat.Semua dari orangdewasa yang kompeten. adalah laboratorium yang aman. yang di (Moran dan dan pekerja di laboratorium harus Tidak dianjurkan untuk mematuhi standar berikut ini: bekerja 1. Hindari mengganggu atau laboratorium. Mahasiswa atau mengejutkan teman atau Jangan biarkan lelucon, siapa yang bekerjasendiri harus memeriksa satu samalain keributan, atau kegaduhan secara berkala atau meminta berlebihan orang lain untuk memeriksa atau memantau pekerjaan terjadi selama kegiatan. 3. di melakukan pengaturan untuk pekerja lain. 2. sendirian Gunakan peralatan mereka. laboratorium hanya untuk eksperimen tujuan yang dimaksudkan. sendirian 4. Kaji prosedur keselamatan dasar dengan seluruh Janganmelakukan berbahaya di dalam laboratorium.Jika memungkinkanhindari pekerja laboratorium tempat meninggalkanpekerjaan zat berbahaya disimpan atau laboratorium. Untuk praktikum digunakan yang tidak dijaga, tinggalkan atautempat Dosen Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang di 442 443 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013 laboratorium dalam keadaanmenyala dan pasang atau terang tanda yang Selalu merancang eksperimen laboratorium untuk mengurangi kemungkinan menunjukkan sifat eksperimen pelepasan dan zatberbahaya zat digunakan. berbahayayang Pasang informasi disengaja. atau secara Staf yang menunjukkan bagaimana harus caramenghubungi orang yang bahanberbahaya bertanggung jawab jika terjadi mungkin keadaan eksperimen darurat(Moran dan Masciangioli, 2010). Semua penguapan tidak laboratorium menggunakan jumlah seminimal dan melakukan sedemikian rupa sehingga, sebanyak mungkin, pegawai atau tumpahan apa pun pengawas laboratorium harus tertampung.Semua orang yang mengetahui bekerja apa yang dilakukandalam harus keadaan darurat. Setiap laboratorium harus memiliki tanggap darurattertulis rencana yang di menggunakan laboratorium zat berbahaya harus mengetahui kebijakan atau prosedurmengendalikan tumpahan. Untuk mengatasi cedera, tumpahan, tumpahannon-darurat, kebakaran, perangkat atau bahan dan alat kecelakaan, dan keadaan daruratlainnya yang pengendali mungkin terjadi serta disesuaikan prosedur untuk risikobahan mencakup tumpahan untuk yang potensi digunakan. komunikasi Perangkat ini digunakan untuk danpenanggulangan. Pekerjaan menghalangidan laboratorium boleh tumpahan jika dapat dilakukan tanpa tanpa tidak dilakukan mengetahuirencana darurat (Moran tanggap dan Masciangioli, 2010). risiko membatasi cedera kontaminasi.Tunjuk atau seseorang untuk menyimpan perangkat. Simpan perangkat tumpahan di dekatjalan keluar laboratorium C. Mengurangi Paparan Bahan Kimia agar siap diakses (Moran dan Masciangioli, 2010). Dosen Jurusan Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang Faizal Riza Soeharto, Bekerja dengan bahan kimia melalui manajemen bahan kimia dan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di laboratorium kimia Prosedur untuk membersihkan bahan kimia dan yang terlibat. Lakukan tumpahan pembersihan tumpahan apapun berbeda-beda dengan mengenakan APD yang tergantunglokasi jumlah, orangyang kecelakaan, bahaya tumpah, bahan serta pengetahuan dan keterampilan tepat dansesuai dengan atau aturan prosedur institusi(Moran dan Masciangioli, 2010). Gambar 1. Pakaian danrambut panjangyang dibiarkantidak aman dapatterkena api dan terkontaminasi Berhati-hatilah menghindari untuk paparan paling 1. Pengendalian rekayasa teknik yang atau meliputi: umum dari bahan kimia berupa: eliminasi, substitusi, isolasi, kontak dengan kulitdan mata, pengendalian terhirup, dan tertelan. Strategi administrasi: umum instruksi menjaga laboratorium pekerja aman di secara (prosedur, kerja, supervisi selama pekerjaan), dan penggunaan bekerja dengan bahan kimia Alat Pelindung Diri (APD). atau tempat kerja lainnya yang Kendali teknik harus menjadi berbahaya dengan lini pertahanan pertama dan kontrol utama adalah menggunakan hirarki untuk yang menempatkan penekanan pegawai pada laboratorium pencegahan bahaya. atau melindungi pekerja dan di sarana Metode yang dianjurkan untuk atau prasarana. APD tidak mengurangipaparan boleh digunakan sebagai lini bahan kimia, menurut urutan acuan, sebagai berikut; Dosen Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang perlindungan pertama. 444 Faizal Riza Soeharto, Bekerja dengan bahan kimia melalui manajemen bahan kimia dan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di laboratorium kimia 2. Pendidikan dan pelatihan (Diklat) 4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden, 3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif, dan etiologi 5. Penegakan hukum (Suardi, 2007). penghargaan, dan motivasi diri Gambar 2.Kaca mata dan sarung tangan untuk melindungi paparan bahan kimia di laboratorium D. Halangan Mematuhi prosedur Prosedur Keselamatan Mahasiswa dan laboratorium Halangan pengawas bertanggung untuk mematuhi keselamatan dan keamanan yaitu, diantaranya: 1. Tingkat pengalaman jawab secara langsung untuk laboratorium bekerja antara mahasiswa dan staf dengan menjaga bahan aman kimia dan yang yang di beragam 2. Kekurangan instruktur atau digunakan. Semua orang yang pihak bekerja di laboratorium, harus mengajari mahasiswa dan staf mematuhi baru keselamatan semua dan protokol keamanan lain yang dapat 3. Penyimpanan catatan yang untuk melindungi diri mereka tidak memadai sendiri dan orang lain (Moran 4. Biaya dan Masciangioli, 2010). ketersediaan atau terbatasnya peralatan keselamatan dan keamanan Dosen Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang 444 445 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013 5. Kondisi lingkungan menyulitkan yang kepatuhan, keselamatan dan keamanan (Moran dan Masciangioli, 2010). seperti iklim yang membuat pegawai dan mahasiswa tidak nyaman saat E. Konsep Bahaya Pemahaman mengenai menggunakan Alat pelindung bahaya sangat pentig, karena Diri (APD) sering salah paham. Bahaya yang sering diartikan sebagai faktor mengecilkan atau kondisi fisik, faktor organisasi, menganggap remeh 6. Keyakinan budaya pentingnya kesehatan dan kurang pelatihan atau cara kerja yang tidak aman, kurang keselamatan inividu pelatihan Lembaga atau institusi harus Semuanya itu bukan bahaya, menyadari dan mengatasi tetapi atau merupakan kelelahan. kegagalan halangan dalam pengawasan atau faktor kepatuhan ini saat merancang yang memberikan konstribusi kebijakan terjadinya kemungkinan dan prosedur kecelakaan atau keparahan dari suatu kejadian (Ramli, 2010). Gambar 3. Sarung tangandiperlukan bahkansaat menanganibahan kimia dalam boto yang dapat pecah Kesalahpahaman arti bahaya sering yang menimbulkan kurang melaksanakan tepat analisis dalam program K3 diperhatikan. tidak memakai topi bahaya. Bahayanya adalah dari benda sebenarnya ketinggian tidak contoh keselamatan bukan merupakan karena sumber bahaya yang justru Sebagai Dosen Jurusan Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang yang terjatuh dan dari kemudian Faizal Riza Soeharto, Bekerja dengan bahan kimia melalui manajemen bahan kimia dan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di laboratorium kimia menimpa merupakan kepala. Bahaya segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cedera pada manusia, kerusakan, atau gangguan lainnya (Ramli, 2010). Dosen Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang 446 447 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013 menjalankan F. Identifikasi Bahaya Pengidentifikasian sebelum bahaya menyebabkan adalah bahaya inti tersebut kecelakaan seluruh pencegahan kegiatan kecelakaan. Jika identifikasi bahaya sejumlah teknik bahaya, residual jumlah akan dapat dikurangi. Kita tidak mungkin langsung menghilangkan seluruh bahaya tersebut. semua bahaya di laboratorium Temuan pada setiap inspeksi atau harus dicatat sehingga dapat tempat diidentifikasi atau kerja berhasil berarti lembaga institusi melakukan akan dapat pengelolaan laboratorium di secara komprehensif. Pengidentifikasian bahaya merupakan kegiatan subjektif dijadikan acuan memutuskan tindakan korektif yang diperlukan inspeksi (Moran sebelumnya dan Masciangioli, 2010). Identifikasi teridentifikasi lain: diantara dengan orang manfaat satu 1. Mengurangi lainnya yang kecelakaan tergantung pada pengalaman masing-masing, bahaya yang orang untuk dengan memberikan berbeda dan membandingkannya dimana ukuran bahaya yang akan ketika 2. Untuk antara peluang pemahaman bagi sikap dalam menghadapi risiko, dan potensi bahaya dari aktivitas sebagainya (Moran dan di Masciangioli, 2010). semua pihak laboratorium dapat Cara sederhana dalam dalam mengenai sehingga meningkatkan kewaspadaan dalam melakukan identifikasi bahaya menjalankan operasi dengan laboratorium melakukan pengamatan. Namun, pelaksanaannya mudah sehingga dan perlu tentu tidak sederhana dilakukan secara sistematis (Ramli, 2010). Denga mengulangi 3. Sebagai landasan dan masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif atau Dosen Jurusan Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang Faizal Riza Soeharto, Bekerja dengan bahan kimia melalui manajemen bahan kimia dan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di laboratorium kimia mengalaminya 4. Memberikan informasi yang terdokumentasi sumber mengeni Teknik ini lebih baik dari dalam yang pasif, namun kurang bahaya efektif laboratorium kepada semua c. Metode proaktif, merupakan pihak khususnya pemangku kepentingan (Ramli, 2010). Teknik merupakan untuk metode pengidentifikasian bahaya teknik mengetahui potensi terbaik bahaya dimana mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan dampak atau sistem. Dalam praktiknya, (Ramli, 2010). intitusi sering atau mengalami begitu kegiatan yang diidentifikasi (Ramli, Teknik dapat kesulitan yang atau merugikan G. Analisis Risiko banyak harus 2010). identifikasi dibagi akibat lembaga dalam menentukan bahaya, ini disebabkan untuk mengidentifikasi bahaya dari suatu bahan, alat, suatu sendiri. bahaya dikelompokkan Digunakan menentukan untuk besarnya suatu risiko dari kemungkinan dan keparahan yang ditimbulkannya. untuk Tujuannya menentukan prioritas atas: untuk a. Metode pasif, bahaya dapat identifikasi bahaya yang telah dikenal dengan mudah jika dibuat, dan tidak semua aspek mengalami secara bahaya potensial yang dapat langsung. Metode ini rawan, ditindaklanjuti (Suardi, 2007). karena tidak semua bahaya Beberapa dapat digunakan: sendiri menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat belajar pengalaman orang karena tidak kita lanjut teknik 1. Teknik dari kualitatif, keparahan lain yang Dosen Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang tingkat kemungkinan dari perlu dari yang menggambarkan b. Metode semproaktif, disebut juga tindak suatu dinyatakan dan kejadian dalam bentuk rentang dari risiko 448 449 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013 paling rendah sampai risiko menangani tertinggi harus 2. Semi kuantitatif, menggambarkan risiko tingkat lebih memiliki pengetahuan kemampuan melindungi kesehatannya, orang lain, dan menangani metode tersebut (Budimarwanti, 2011). bahan berbahaya Budaya baru keamanan dan kualitatif kuantitatif, keselamatan laboratorium perhitungan menekankan adanya 3. Metode menggunakan probabilitas kejadian konsekuensinya atau dengan data numerik (Ramli, 2010). Peringkat atau tingkat risiko penting sebagai alat perencanaan eksperimen, yang meliputi perhatian penilaian risiko petimbangan bahaya keputusan. informasi peringkat manajemen membentuk dapat skala prioritas, laboratorium bahaya tentang bahan menguranginya Masciangioli, 2010). masing risiko sesuai dengan tingkat prioritasnya dalam penanganannya (Suardi, 2007). potensi dan sedikit yang masing- diberi kimia mungkin untuk secara harus mengalokasikan sumber daya sesuai dan dan orang lain. Setiap pekerja di Melalui terhadap regular terhadap diri pekerja manajemen dalam mengambil risiko berbahaya kongkrit dibandingkan sangat dan bahan (Moran dan Gunakan peralatan pelindung diri yang sesuai saat menangani bahan berbahaya: korosif, mudah terbakar, zat H. Bahan Berbahaya Di Laboratorium Tiap bahan kimia punya biohazard, dan karsinogenik untuk meminimalkan risiko dalam laboratorium atau tingkat bahaya yang berbeda, tempat kerja. Penggunaan APD penting pengguna adalah mengikuti melibatkan eliminasi, substitusi, membaca bagi dan metode yang peringatan. teknik, atau administrasi. Jika Sebagai pekerja yang bertugas metode ini tidak memberikan instruksi label Dosen Jurusan Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang Faizal Riza Soeharto, Bekerja dengan bahan kimia melalui manajemen bahan kimia dan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di laboratorium kimia perlindungan yang cukup, Pengawas laboratorium harus maka Alat Pelindung Diri dapat menentukan kebutuhan untuk menjadi kontrol yang dipilih. peralatan pelindung diri seperti, APD yang dipilih harus sesuai memantau dengan potensi bahaya. APD memonitor hanya efektif jika dipakai dan penggunaan yang tepat dari digunakan dengan benar, peralatan pelindung diri atau misalnya masker harus APD tersebut (Budiawan, 2012). digunakan ketika menyiapkan kolom kromatografi. Di Semua efektivitas, dan bahan digunakan menegaskan kimia harus mempunyai laboratorium kimia, tidak ada MSDS, satu zat pun yang sepenuhnya informasi potensi bahaya zat aman dan semua bahan kimia komersial yang akan dipakai menghasilkan efek beracun jika dan tindakan keselamatan atau zat tersebut dalam jumlah yang penanggulangan cukup tersentuh oleh sistem diikuti pengguna atau pemakai. hidup (Moran dan Masciangioli, Lembaga atau institusi harus 2010). menyimpan Proses eksperimen ini yang memberikan yang perlu MSDS yang sering disediakan oleh pemasok atau tidak bisa diestimasi bahaya distributor dan tersedia untuk yang dapat terjadi jika laboran mahasiswa atau atau instruktur tidak mengenali lembaga penanggulangan dengan bahan keadaan darurat, dan lainnya. kimia yang digunakan. Potensi Setiap orang harus memeriksa bahaya di laboratorium yang dengan harus dan (Material Safety Data Sheet) proses tiap bahan kimia tak dikenal percampuran atau eksperimen, sebelum mulai bekerja. Banyak penyimpanan laboratorium yang pembuangan sisa bahan kimia, mengakses MSDS kesalahan penggunaan bahan elektronik (Moran kimia, dan pajanan terhadap Masciangioli, 2010). baik diwaspadai dikendalikan pekerja bahaya seperti bahan atau kimia, instruktur. Dosen Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang seksama pekerja, MSDS saat ini secara dan 450 451 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013 I. Manajemen Bahan Kimia Merupakan J. Mengembangkan komponen penting program laboratorium. Keselamatan harus menjadi seluruh kimia, dan siklus keamanan bagian penyimpanan, Keselamatan Dan Keamanan Terbentuknya budaya dari keselamatan dan kemananan bahan bergantung pemahaman bahwa pembelian, kesejahteraan dan keamanan inventaris, tiap hidup termasuk Budaya orang tergantung pada penanganan, pengiriman, dan kerja sama tim dan tanggung pembuangan. jawab masing-masing anggota. manajemen Proses bahan kimia Budaya keselamatan dan meliputi mengelola bahan kimia, keamanan harus dimiliki setiap bekerja dengan bahan kimia, orang, dan mengelola limbah kimia dari luar yang didorong oleh (Moran dan Masciangioli, 2010). peraturan Semua pegawai atau pekerja laboratorium tidak hanya harapan lembaga. Laboratorium akademik dan harus pengajaran memiliki tanggung bertanggung jawab mematuhi jawab unik menanamkan sikap prosedur bahan kesadaran kimia. Manajer atau pimpinan keamanan harus mempertimbangkan cara laboratorium untuk menghargai dan sepanjang hayat. Praktik yang memberi penghargaan pada aman harus dijadikan prioritas penggunaan keselamatan dan dan praktik yang bijak mereka yang mengikuti praktik utama terbaik dalam menangani dan laboratorium bekerja dengan bahan kimia di Memupuk laboratorium. Namun, manajer berperilaku atau pimpinan mungkin perlu komponen yang sangat penting mempertimbangkan dari pendidikan kimia di setiap sarana pengajaran akademik. kebiasaan dasar bijak adalah penegakan aturan jika pekerja level dan melanggar sistem (Moran dan sepanjang Masciangioli, 2010). Pengembangan keselamatan Dosen Jurusan Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang di tetap karir dan penting kimiawan. “budaya keamanan” Faizal Riza Soeharto, Bekerja dengan bahan kimia melalui manajemen bahan kimia dan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di laboratorium kimia menghasilkan yang laboratorium aman dan lingkungan sehat tempat 1. Rencanakan bagi eksperimen sebelumnya dan kita patuhi prosedur mengajar, belajar, dan bekerja 2. Minimalkan (Moran dan Masciangioli, 2010). Program keselamatan keamanan yang memerlukan komitmen semua operasi laboratorium dan mengurangi sukses bahaya dari 3. Asumsikan semua kimia lembaga setiap hari. Pimpinan laboratorium lembaga memiliki kekuatan dan beracun kewenangan terbesar, sehingga bertanggung dan Budaya jawab dan keamanan. dan prosedur atau Pimpinan laboratorium langkah (Moran meningkatkan dan Masciangioli, K. Manajemen K3 pekerja mengambil berikut terkait 2010). lembaga mensyaratkan atau keselamatan dan keamanan lingkungan Masciangioli, 2010). lembaga laboratorium teman, yang lebih besar (Moran dan operasi 5. Pelajari dan patuhi semua untuk melindungi diri mereka komunitas, jika laboratorium praktikan dan kerja sama tim sesama tingkat melakukan pada kebiasaan kerja masing- sendiri, berpotensi kombinasinya lingkungan kimiawan di korosif dan daya ledak, dan laboratorium sangat tergantung masing ada bahan yang mudah terbakar, keselamatan, kesehatan, yang bahan 4. Pertimbangkan untuk mengembangkan budaya keselamatan dan limbah semua orang yang bekerja di paling untuk untuk budaya keselamatan dan keamanan: Kesegaran rohani jasmani bagi pekerja dan di laboratorium merupakan faktor penunjang untuk meningkatkan produktivitas seseorang dalam bekerja. dimulai Kesegaran sejak tersebut memasuki pekerjaan di laboratorium dan Dosen Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang 452 453 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL 11, NOMOR 2 DESEMBER 2013 terus dipelihara atau dijaga selama bekerja bahkan sampai setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Kesegaran jasmani dan rohani bukan saja pencerminan dan kesehatan mental, fisik tetapi juga gambaran adanya keserasian Budiawan/ Chemical Safety In Laboratory. http://www.thamescenter.com/pro gram-training/hspacademy/chemical-safety-inlab.html Budimarwanti, C/Perawatan Bahan Praktikum Kimia. http://staff.uny.ac.id/sites/default/ files/tmp/PERAWATAN%20BAHAN %20PRAKTIKUM%20KIMIA.pdf penyesuaian seseorang dengan pekerjaannya, yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman, pendidikan, dan pengetahuan yang dimilikinya. Tujuan inti penerapan manajemen K3 di laboratorium adalah memberi perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun, pekerja atau mahasiswa adalah aset lembaga dipelihara yang dan keselamatannya. positif dari manajemen yang adalah mengurangi dapat kecelakaan optimal K3 di Pekerja akan Suardi, R., (2007). Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Seri Manajemen Operasi No. 11, Jakarta: Penerbit PPM. angka yang keselamatan kesehatannya Ramli, S., (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko. Ed 1, Jakarta: Dian rakyat. diraih kerja laboratorium. lebih dijaga Pengaruh terbesar terjamin harus Moran, Lisa dan Tina Masciangioli, 2010. Keselamatan dan Keamanan Laboratorium kimia: Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan Bijak. Washington DC: THE NATIONAL ACADEMIES PRESS dan bekerja dibandingkan pekerja yang terancam K3-nya (Suardi, 2007). DAFTAR PUSTAKA Dosen Jurusan Farmasi – Poltekkes Kemenkes Kupang