Term Of Reference Diskusi Terbuka Menuju Hari Buruh se-Dunia 1 Mei 2008 Dengan Tema Tinjauan Situasi Ekonomi-Politik Nasional : “Tentang Krisis Pangan, Kenaikan Harga Bahan-bahan Pokok Rakyat serta Politik Perburuhan di Indonesia”. Jakarta, 28 April 2008 Latar Belakang Tidak lama lagi, klas buruh di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia, akan merayakan satu peritiwa besar yang memberikan penuh inspirasi terhadap perjuangan seluruh rakyat hingga saat ini, yaitu hari buruh se-dunia yang jatuh pada Tanggal 1 Mei 2008 nanti. Perayaan itu sendiri sebenarnya merupakan satu upaya untuk mengenang satu peristiwa bersejarah yang terjadi pada abad ke-19, yaitu demonstrasi besar yang dilakukan oleh klas buruh di AS berkenaan dengan tuntutan pengurangan jam kerja dari 12-16 jam per hari menjadi 8 jam perhari. Selain itu, perayaan yang selalu dilangsungkan secara meriah dan penuh antusias tersebut juga dimaksudkan untuk memelihara dan memperteguh pandangan dan pendirian berjuang dari klas buruh terhadap sistem social yang sampai saat ini kian hebat melangsungkan penindasan dan penghisapan terhadap seluruh rayat di berbagai negeri. Sistem sosial tersebut adalah imperialisme sebagai tahap tertinggi kapitalisme yang berpadu dengan sistem lama yang masih bercokol di banyak negeri terbelakang di berbagai belahan dunia. Meski klas buruh secara gemilang dapat meraih kemenangan pada saat itu, akan tetapi imperialisme dan sisa-sisa sistem lama di berbagai negeri tidak pernah berhenti untuk terus mengeruk super-profit melalui penindasan politik dan penghisapan ekonomi dengan cara mengembangkan taktik-taktik baru agar keuntungan yang diperolehnya semakin berlipat ganda. Pada saat ini, klas buruh di semua negeri dihadapkan dengan sistem perburuhan yang disebut sebagai labour-market flexibility. Sistem yang kemudian di adobsi dalam berbagai kebijakan oleh banyak negara di dunia tersebut, termasuk Indonesia, telah menempatkan klas buruh sebagai budak modern yang terus diperas dan diperah tanaganya demi akumulasi keuntungan tanpa batas bagi kapitalis. Selain itu, sistem perburuhan tersebut juga menyebabkan klas buruh semakin kehilangan hak-hak sosial-ekonomi maupun hak-hak sipil demokratisnya akibat berbagai peraturan yang diterbitkan oleh negara dalam mengatur hubungan industrial yang ada. Peraturan-peraturan yang semakin melapangkan jalannya penghisapan dan penindasan kapitalisme tersebut meliputi sistem kerja kontrak dan outsourcing, politik upah murah dan sejumlah peraturan lainnya yang memangkas hak-hak normatif lainnya, seperti perlindungan dan jaminan keselamatan, kesehatan, kemudahan dalam PHK, hilang dan berkurangnya uang jaminan hari tua serta uang pesangon, dilemahkannya posisi klas buruh dihadapan kapitalis/perusahaan dalam perselisihan hubungan industrial, dan berbagai peraturan lainnya yang semakin menjerat dan mengikat. Situasi ini tentu saja, semakin memperhebat beban penderitaan klas buruh selama ini. Di tengah situasi yang demikian, klas buruh dan rakyat secara luas juga dihadapkan pada situasi krisis eknomi maupun krisis pangan pada skala dunia. Krisis keuangan di negeri-negeri maupun kekuatan imperialisme, utamanya AS, Eropa dan Jepang, termasuk Cina, serta berbagai krisis dibidang lainnya, mulai dari krisis energi, lingkungan dan over produksi pada barangbarang teknologi tinggi (IT) telah membawa pengaruh sangat buruk bagi negeri-negeri yang selama ini bergantung pada kekuatan imperialisme dunia. Bagi Indonesia sendiri, dengan melambungnya harga minyak dunia hingga mencapai US$117 per barel, telah menimbulkan sejumlah dampak yang semakin membebani kehidupan rakyat. Berbagai langkah penyesuaian ditempuh oleh Pemerintahan BY-JK guna menyeimbangkan harga minyak di dalam negeri dengan harga minyak pada pasar internasional. Salah satu langkah yang dimaksud adalah pengurangan dan pencabutan subsidi BBM untuk rakyat. Kebijakan yang telah dilakukan beberapa kali oleh Pemerintahan SBY-JK tersebut menyebabkan melambungnya harga minyak yang dikonsumsi rakyat dan turut memicu kenaikan harga-harga kebutuhan pokok rakyat lainnya. Akibatnya, mayoritas rakyat semakin jatuh miskin. Sementara, di sisi yang lain, saat ini pada skala dunia juga dihadapkan pada tingkat krisis pangan yang sangat mengkhawatirkan. Krisis pangan dunia yang ditandai oleh melambungnya harga-harga komoditas pangan rakyat tidak saja merefleksikan terbatasnyanya suplai dunia akan bahan pangan, akan tetapi juga menunjukkan bahwa kedaulatan pangan nasional suatu negeri telah dihancurkan oleh kekuatan imperialisme dan sepenuhnya kebutuhan pangan dunia telah dikontrol oleh korporasi monopoli internaional dibidang pangan. Untuk jenis kebutuhan pangan seperti beras, seperti dalam pemberitaan media Detikcom, 05/04/2008, harga-harga beras di dunia terus melonjak. Sejak Januari 2008, harga beras internasional telah naik hingga 20%. Menurut FA0, kenaikan harga beras internasional itu merefleksikan terbatasnya suplai, terutama berbagai pembatasan yang diberikan oleh sejumlah negara pengekspor beras utama. Selain itu, menurut laporan FAO price index seperti yang dikutip dari situs FAO, sabtu (5/4/2008) harga beras internasional yang mengalami kenaikan pada Maret 2008 misalnya adalah untuk jenis Thai 100% B US$ 546 per ton. Harga itu berarti naik 13% disbanding harga februari dan naik 68% dibandingkan harga Maret 2007. Sementara, harga beras di pasar global mencatat rekor tertingginya dalam 34 tahun terkahir. Harga beras di pasar global kini rata-rata sebesar US$ 700 per metric ton atau naik 50% dibanding harga pada akhir Januari 2008. Meroketnya harga-harga komoditas pangan di pasar internasional tersebut, juga memicu naiknya tingkat inflasi di dalam negeri, yang berarti semakin mempersulit serta memerosotkan kemampuan rakyat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Tentu saja, ditengah situasi dimana jumlah pengangguran terus meningkat dan daya beli rakyat terus mengalami kemerosotan, keadaan tersebut di atas membuat penderitaan rakyat semakin berlipat ganda. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa, keterpurukan ekonomi dunia dan menghebatnya penderitaan rakyat di berbagai negeri jajahan dan setengah jajahan maupun negeri bergantung lainnya pada dasarnya karena ulah imperialisme yang menemukan fondasinya pada sistem usang sisa-sisa feodalisme di banyak negeri, sepeti di Indonesia saat ini. Representasi atas itu tercermin pada kekuasaan rezim di dalam negeri yang sudah sejak lama mengabdi pada kepentingan imnperialisme dan kekuatan reaksioner dalam negeri. Ketergantungan banyak negeri jajahan dan setengah jajahan di berbagai belahan dunia kepada kekuatan imperialisme tersebut sesunguhnya dapat dijejaki tapaknya semenjak kekuatan-kekuatan imperilasime dunia menancapkan kontrolnya melalui cara-cara represi politik, seperti perang penundukan, perang agresi/invasi dan perang melawan terorisme serta melalui bentuk-bentuk yang sifatnya lebih lunak, seperti bantuan eknomi dalam bentuk utang dan bentuk-bentuk lainnya. Atas dasar tinjauan situasi tersebut di atas, diskusi terbuka ini hendak diselenggarakan. Tujuan Sementara tujuan secara umum yang ingin diraih melalaui diskusi terbuka dengan tema Tinjauan Situasi Ekonomi-Politik Nasional : “TentangKrisis Pangan, Kenaikan Harga Bahan-bahan Pokok Rakyat serta Politik Perburuhan di Indonesia” adalah sebagai berikut: 1. Melakukan kajian dan analisa atas sebab-sebab terjadinya krisis pangan nasional, regional dan krisis pada tingakatan global. Selain itu, juga ingin mengkaji sejauh mana dampak-dampaknya terhadap kehidupan rakyat. Dimana, pemenuhan dan kecukupan atas pangan merupakan hak dasar bagi seluruh warga negara 2. Melakukan kajian dan analisa atas situasi perburuhan nasional berkenaan dengan sistem kerja kontrak dan outsourcing, politik upah murah dan berbagai kebijakan peraturan perburuhan lainnya. Dengan maksud hendak digali beberapa persoalan yang krusial untuk diangkat dalam perjuangan klas buruh saat ini. 3. Melakukan kajian dan analisa atas situasi krsis ekonomi dunia dan pengaruhnya terhadap situasi ekonomi dalam negeri. Selain itu, juga ingin mengkaji berbagai kebijakan negara yang mencerminkan ketergantungannya pada kekuatan imperilasime (globalisasineoliberal), termasuk pada aspek jebakan-jebakan utang yang diterapkan oleh sejumlah lembaga keuangan internasional, Materi dan Narasumber Adapun subtema dan narasumber dari diskusi terbuka yang direncanakan adalah sebagai berikut : No 1 2 3 4. 5 Subtema Krisis Pangan dan Pentingnya Perjuangan untuk Menegakkan Kedaulatan Pangan Nasional Peranan Lembaga Keuangan Internasional dalam era Imperialisme (Globalisasi-Neoliberal) serta Peranan Gerakan Sosial di Indonesia. Situasi Dalam Negeri dan Politik Klas Buruh Indonesia Sistem Labour Market Flexibility /LMF dalam Skema Globalisasi Neoliberalisme Menguak Kebijakan-Kebijakan Negara dalam Sistem Perburuhan Saat Ini Narasumber Erpan Faryadi (Sekjend AGRA) Don Marut (INFID) Emelia Yanti (Sekjend GSBI) Nining Elitos (Ketua KASBI) Surya Tjandra (TURC) Waktu dan Tempat Diskusi Terbuka dengan Tema: Tinjauan Situasi Ekonomi-Politik Nasional; “TentangKrisis Pangan, Kenaikan Harga Bahan-bahan Pokok Rakyat serta Politik Perburuhan di Indonesia” rencananya akan di selenggarakan pada Hari Senin, Tanggal 28 April 2008 dari Pukul 13.00 16.00 WIB bertempat : YTKI Jakarta [tentative] Kepanitian Diskusi Terbuka kali ini diselenggarakan oleh kepanitiaan bersama dari berbagai organisasai massa dan organisasi sosial lainnya yang tergabung dalam Front Perjuangan Rakyat (FPR) Penutup Demikian Term of Reference seminar se-hari ini kami susun, semoga menjadi bahan yang dapat membantu kelancaran dan kesuksesan acara yang direncanakan. Akhir kata, kami sampaikan ucapan terimakasih atas perhatiannya. Jakarta, 22 April 2008 Atas Nama Panitia Bersama Front Perjuangan Rakyat (FPR) Rudi HB Daman Koordiantor FPR