AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING MATERI AKL 1 Pada saat perusahaan multinasional Indonesia menyusun laporan keuangan untuk pelaporan kepada pemegang sahamnya, perusahaan harus memasukan operasi yang berbasis di luar negeri yang dinyatakan dalam mata uang rupiah dan dilaporkan dengan menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Induk perusahaan di Indonesia secara umum harus melakukan langkah-langkah berikut dalam proses translasi dan konsolidasi anak perusahaan di luar negeri (misal Inggris) : 1. Menerima laporan keuangan anak perusahaan Inggris yang dilaporkan dalam poundsterling. 2. Menyajikan kembali laporan keuangan tersebut agar sesuai dengan PSAK No 11 3. Mentranslasikan laporan keuangan yang diukur dalam poundsterling menjadi nilai setara dalam rupiah. Tiap saldo akun entitas luar negeri masing-masing harus ditranslasikan menjadi nilai setara rupiah sebagai berikut: Akun yang diukur dalam unit mata uang asing x nilai tukar yang sesuai = akun yang diukur dalam nilai setara rupiah. 4. Mengkonsolidasi akun-akun anak perusahaan yang telah ditranslasikan, yang sudah diukur dalam rupiah, dengan akun-akun induk perusahaan. PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL Ada dua isu utama yang ditujukan pada laporan keuangan yang ditranslasikan dari mata uang asing pada rupiah Indonesia, yaitu: 1. Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk mentranslasikan nilai mata uang asing menjadi mata uang domestik? 2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian tersebut? Haruskah hal itu dimasukan dalam laba rugi? Ada tiga kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengkonversi nilai mata uang asing menjadi rupiah yaitu: 1. Nilai tukar sekarang, merupakan nilai tukar pada akhir hari tanggal neraca. 2. Nilai tukar historis, merupakan nilai tukar yang ada pada saat transaksi awal terjadi, seperti nilai tukar pada tanggal saat aset diterima atau kewajiban diakui. 3. Nilai tukar rata-rata, merupakan nilai tukar rata-rata selama suatu periode, biasanya merupakan rata-rata sederhana suatu periode tertentu dan sering digunakan untuk menghitung pendapatan dan beban yang terjadi. PSAK mengadopsi konsep mata uang fungsional (functional currency) yang didefinisikan sebagai “mata uang dari lingkungan ekonomi primer di mana entitas tersebut beroperasi: umumnya, mata uang tersebut adalah mata uang dari lingkungan di mana entitas tersebut terutama menghasilkan dan menerima kas”. Mata uang fungsional digunakan untuk membedakan antara dua jenis kegiatan operasional luar negeri, yaitu: 1. Kegiatan yang dikelola sendiri dan tertintegrasi dengan lingkungan lokal dimana entitas asing itu beroperasi. 2. Kegiatan yang terpisah dari lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induknya. Indikator-indikator mata uang fungsional: 1. Arus kas, yaitu arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi oleh mata uang tersebut. 2. Harga jual , yaitu harga jual dalam jangka pendek sangat terpengaruh dengan perubahan nilai mata uang tersebut atau produksi perusahaan sebagian besar di ekspor. 3. Beban, yaitu beban dipengaruhi oleh perubahan nilai mata uang. Pengecualian atas kriteria pemilihan mata uang asing dikhususkan jika entitas asing berlokasi di Negara seperti Argentina dan Peru yang mengalami inflasi yang sangat tinggi yaitu inflasi yang melebihi 100% selama periode 3 tahun. Maka dalam kasus operasi entitas asing yang berada dalam perekonomian dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi, mata uang pelaporan dari induk perusahaan Indonesia (rupiah) harus digunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing. TRANSLASI VS PENGUKURAN KEMBALI LAPORAN KEUANGAN ASING Ada dua metode untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing kedalam rupiah: 1. Translasi laporan keuangan entitas asing ke rupiah / metode nilai tukar sekarang (current rate methods) Diterapkan jika mata uang lokal adalah mata uang fungsional entitas asing. 2. Pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional entitas tersebut/ metode temporal (temporal methods). Diterapkan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing. Metode-metode yang dapat digunakan oleh perusahaan Indonesia untuk menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah: Mata uang pembukuan dan Mata uang fungsional Pencatatan afiliasi luar negeri Mata uang lokal (yaitu mata Mata uang lokal uang Negara tempat afiliasi berlokasi) Mata uang lokal Rupiah Indonesia (seperti yang diharuskan dalam perekonomian hiperinflasi) Mata uang lokal Mata uang Negara ketiga (bukan mata uang lokal atau rupiah) Rupiah Indonesia Rupiah Indonesia Metode pernyataan kembali Translasi ke rupiah menggunakan nilai tukar sekarang Diukur kembali dari mata uang lokal ke rupiah Pertama diukur kembali dari mata uang lokal ke mata uang fungsional, kemudian ditranslasikan dari mata uang fungsional ke rupiah Tidak diperlukan pernyataan kembali, sudah dinyatakan dalam rupiah Contoh: Dibangun gedung dengan pinjaman uang dari Negara lain misal € 1.000.000 pada saat itu harga 1 € = Rp 5.000. Pada saat selesai pembangunan gedung tersebut Negara yang meminjamkan uang mengalami hiperinflasi sehingga nilai tukarnya menjadi 1 € = Rp 5. Berarti sebelum hiperinflasi Harga Perolehan gedung = € 1.000.000 x Rp 5.000 = Rp 5.000.000.000 Saat hiperinflasi Harga Perolehan Gedung = € 1.000.000 x Rp 5 = Rp 5.000.000 Translasi laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsioanl ke mata uang pelaporan perusahaan Indonesia adalah sbb: Akun laporan laba rugi: Pendapatan dan beban Akun neraca: Asset dan kewajiban Ekuitas pemegang saham Umumnya nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode laporan Nilai tukar sekarang pada tanggal neraca Nilai tukar historis CONTOH KASUS 1. Pada tanggal 1 Januari 2014, PT ABC, perusahaan Indonesia membeli 100% saham beredar dari German Company, sebuah perusahaan yang berlokasi di Berlin, seharga Rp 860.000.000. Harga tersebut lebih tinggi Rp 60.000.000 dari nilai buku. Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku dialokasikan ke paten yang diamortisasi selama 10 tahun. Akun-akun neraca untuk kedua perusahaan pada 1 Januari 2014 (sesaat sebelum akuisisi 100% saham German Company oleh PT ABC) Rekening Kas Piutang Persediaan Tanah Aset tetap Total debet PT ABC Rp 3.500.000.000 750.000.000 1.000.000.000 1.750.000.000 8.000.000.000 Rp 15.000.000.000 German Company € 2.500 10.000 7.500 0 50.000 € 70.000 Akumulasi depresiasi Utang usaha Utang obligasi Saham biasa Saldo laba 31/12/13 Total kredit Rp 4.000.000.000 1.000.000.000 2.000.000.000 5.000.000.000 3.000.000.000 Rp 15.000.000.000 € 5.000 2.500 12.500 40.000 10.000 € 70.000 2. Mata uang lokal German Company adalah euro (€) yang juga merupakan mata uang fungsionalnya. 3. Pada tanggal 1 Oktober 2014, anak perusahaan mengumumkan dan membayar deviden sebesar € 6.250. 4. Anak perusahaan menerima Rp 72.000.000 dari transaksi dengan perusahaan Indonesia pada saat kurs adalah € 1 = Rp 16.000. Anak perusahaan masih memiliki mata uang asing tersebut pada tanggal 31 Desember 2014. 5. Kurs tunai yang terkait (Rp/€) adalah : Tanggal Kurs 1 Januari 2014 Rp 16.000 1 Oktober 2014 Rp 17.600 31 Desember 2014 Rp 18.000 Rata-rata 2014 Rp 17.000 Kertas kerja untuk mentranslasikan anak perusahaan luar negeri pada 1 Januari 2014 (tanggal akuisisi) mata uang fungsional adalah Euro Eropa. Rekening Neraca Percobaan € Kas Kurs Rp/€ Neraca Percobaan Rp 2.500 16.000 40.000.000 10.000 16.000 160.000.000 Persediaan 7.500 16.000 120.000.000 Aset tetap 50.000 16.000 800.000.000 Total debet 70.000 Piutang 1.120.000.000 Akumulasi depresiasi 5.000 16.000 80.000.000 Utang usaha 2.500 16.000 40.000.000 Utang obligasi 12.500 16.000 200.000.000 Saham biasa 40.000 16.000 640.000.000 Saldo laba 10.000 16.000 160.000.000 Total kredit 70.000 1.120.000.000 Translasi neraca percobaan anak perusahaan dari mata uang fungsional (€) ke rupiah yang merupakan mata uang pelaporan PT ABC dilakukan dengan menggunakan metode kurs sekarang. Dalam akuntansi pembelian, akun ekuitas pemegang saham anak perusahaan ditranslasikan menggunakan kurs sekarang pada tanggal pembelian saham anak perusahaan oleh PT ABC. Ayat jurnal yang dibuat PT ABC untuk mencatat pembelian 100% saham Germany Company : Investasi pada saham German Company Kas Rp 860.000.000 Rp 860.000.000 Diferensial pada tanggal 1 Januari 2014, pada tanggal akuisisi, dihitung sbb: Biaya perolehan investasi Rp 860.000.000 Nilai buku investasi : Saham biasa German Rp 640.000.000 Saldo laba German Rp 160.000.000 + Total Rp 800.000.000 Persentase saham German Company yang diakuisisi PT ABC x 100% Diferensial (selisih lebih biaya perolehan di atas nilai buku) Rp 800.000.000 Rp 60.000.000 Kertas kerja untuk neraca konsolidasi, tanggal akuisisi, 100% pembelian pada harga di atas nilai buku Rekening PT ABC German Company Kas Eliminasi Debet Konsolidasi Kredit 2.840.000.000 40.000.000 2.880.000.000 750.000.000 160.000.000 910.000.000 Persediaan 1.000.000.000 120.000.000 1.120.000.000 Tanah 1.550.000.000 Aset tetap 8.000.000.000 Piutang usaha Investasi pada saham German Diferensial 1.550.000.000 800.000.000 8.800.000.000 860.000.000 60.000.000 Paten 60.000.000 860.000.000 0 60.000.000 0 60.000.000 Total debet 15.000.000.000 1.120.000.000 15.320.000.000 Akumulasi depresiasi Utang usaha 4.000.000.000 80.000.000 4.080.000.000 1.000.000.000 40.000.000 1.040.000.000 Utang obligasi 2.000.000.000 200.000.000 2.200.000.000 Saham biasa 5.000.000.000 640.000.000 640.000.000 5.000.000.000 Saldo laba 3.000.000.000 160.000.000 160.000.000 3.000.000.000 Total kredit 15.000.000.000 1.120.000.000 15.320.000.000 Jurnal eliminasi: 1. untuk mengeliminasi saldo investasi pada German Company Modal saham German Company Rp 640.000.000 Saldo laba German Company Rp 160.000.000 Diferensial Rp 60.000.000 Investasi pada German Company Rp 860.000.000 2. untuk mengalokasikan diferensial ke paten Paten Rp 60.000.000 Diferensial Rp 60.000.000 31 Desember 2014, Translasi Neraca Percobaan Anak Perusahaan Luar Negeri Euro Eropa adalah mata uang fungsional Rekening Kas Saldo € Kurs Saldo Rp 10.750 18.000 193.500.000 3.000 18.000 54.000.000 10.500 18.000 189.000.000 Persediaan 5.000 18.000 90.000.000 Aset tetap 50.000 18.000 900.000.000 Harga Pokok Penjualan 22.500 17.000 382.500.000 Beban operasi 14.500 17.000 246.500.000 500 17.000 8.500.000 6.250 17.600 110.000.000 Unit mata uang asing Piutang Kerugian transaksi mata uang asing Deviden dibayarkan Total debet 123.000 2.174.000.000 Akumulasi depresiasi 7.500 18.000 135.000.000 Utang usaha 3.000 18.000 54.000.000 Utang obligasi 12.500 18.000 225.000.000 Saham biasa 40.000 16.000 640.000.000 Saldo laba 1/1/14 10.000 16.000 160.000.000 Penjualan 50.000 17.000 850.000.000 Total 123.000 2.064.000.000 Akumulasi pendapatan komprehensif lainnya Total kredit 110.000.000 2.174.000.000 German Company membuat ayat jurnal penyesuaian untuk menilai kembali akun dari jumlah awal yang dicatat menggunakan kurs pada tanggal perusahaan menerima mata uang menjadi nilai setara dari kurs pada akhir tahun. Anak perusahaan membuat ayat jurnal berikut dalam pembukuannya pada saat menerima rupiah: € 4.500 Unit mata uang asing € 4.500 Penjualan Pada akhir periode, anak perusahaan menyesuaikan unit mata uang asing (rupiah) ke kurs sekarang (Rp 18.000 = € 1) dengan membuat ayat jurnal berikut: € 500 Kerugian transaksi mata uang asing € 500 Unit mata uang asing Hitungannya: 72.000.000 : 18.000 = €4.000 72.000.000 : 16.000 = €4.500 Rugi = € 500 Kerugian transaksi mata uang asing adalah komponen dari laba bersih anak perusahaan, dan akun Unit Mata Uang Asing diklasifikasikan sebagai aset lancar di neraca anak perusahaan. Laba bersih anak perusahaan terdiri dari elemen berikut: Penjualan € 50.000 Harga pokok penjualan ( 22.500) Beban operasi (14.500) Kerugian transaksi mata uang asing ( Laba bersih 12.500 500) Pembuktian selisih transaksi per 31 Desember 2014 Euro Eropa adalah mata uang fungsional PT ABC dan anak perusahaan Pembuktian selisih transaksi Tahun berakhir 31 Desember 2014 Keterangan Aset bersih awal tahun Penyesuaian untuk perubahan dalam posisi aset bersih selama tahun berjalan: - Laba bersih tahun berjalan - Deviden dibayarkan Aset bersih ditranslasikan menggunakan: - Kurs selama tahun berjalan - Kurs akhir tahun Perubahan dalam pendapatan komprehensif lainnya, selisih translasi selama tahun berjalan (peningkatan bersih) Akumulasi pendapatan komprehensif lainnya, selisih translasi 1/1 Akumulasi pendapatan komprehensif lainnya, selisih translasi 31/14 € Kurs transaksi Rp 50.000 16.000 800.000.000 12.500 17.000 212.500.000 (6.250) 17.600 (110.000.000) 902.500.000 56.250 18.000 1.012.500.000 110.000.000 0 110.000.000