PROFIL KPHP MODEL MANDAILING NATAL (PROVINSI

advertisement
PROFIL KPHP MODEL MANDAILING NATAL (PROVINSI SUMATERA UTARA)
I. ASPEK WILAYAH :
I.1 Penetapan Wilayah KPH dan KPHP tingkat Provinsi Sumatera Utara
Penetapan wilayah KPHL dan KPHP Provinsi Sumatera Utara sesuai Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor SK. 102/Menhut-II/2010 tanggal 5 Maret 2010 meliputi area dengan luas ± 3.196.381 ha
terdiri dari 19 unit KPHP dengan luas ± 1.831.884 ha dan 14 unit KPHL dengan luas ± 1.364.497
ha.
I.2 Penetapan wilayah KPHL Model Mandailing Natal:
Penetapan wilayah KPHP Model Mandailing Natal di kabupaten Mandailing Natal, ditetapkan sesuai
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 332/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei 2010 dengan luas ±
159.166 ha, terdiri dari :
-
Hutan Lindung (HL)
-
Hutan Produksi Terbatas (HPT)
-
Hutan Produksi (HP)
: ± 13.681 ha.
: ± 131.780 ha.
: ± 14.704 ha.
PETA WILAYAH KPHP MODEL MANDAILING NATAL & FUNGSI KAWASAN HUTAN
BERDASARKAN SK PENETAPAN NOMOR Sk. 332/MENHUT-II/2010
TANGGAL 25 Mei 2010
I.3 Kondisi batas kawasan hutan
Letak geografis
:
98° 52' 22" - 99° 31' 57" BT
0° 19' 16" - 1° 18' 8" LU
Batas-batas
:
Timur
:
Hutan Konservasi Kab. Mandailing Natal
Barat
:
APL Kab. Mandailing Natal
Selatan
:
HPT Kab. Pasaman Barat, Prov. Sumbar
Utara
: APL Kab. Tapanuli Selatan
1
I.4 Kondisi Penutupan Lahan
No
Penutupan Lahan
Luas ± (ha)
1
Belukar Rawa
5.184,87370
2
Belum terdefinisi
0,00036
3
Danau
18,84946
4
Hutan Lahan Kering Primer
17.551,58111
5
Hutan Lahan Kering Sekunder
86.800,35957
6
Hutan Mangrove Sekunder
7
Hutan Rawa Sekunder
3.647,86645
8
Perkebunan
2.102,88297
9
Pertanian Lahan Kering
9.134,36809
10
Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak
844,37275
11
Rawa
612,41777
12
Sawah
591,89091
13
Semak/Belukar
30.993,66728
14
Tanah Terbuka
1.485,93500
363,73067
159.332,79610
Sumber : Citra landsat tahun 2009
I.5 Kondisi Geofisik Wilayah KPH
Kawasan hutan di Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari beberapa kelompok hutan yaitu kelompok
hutan Batang Gadis I, Batang Gadis II Komplek I dan II, Batang Natal I, Batang Natal II, Batahan
Hulu, Batang Perlampungan I, Batang Tabuyung, Singkuwang Utara dan Kawasan hutan Siondok
Selatan. Kelompok Hutan Batang Gadis I dan Batang Gadis II telah ditetapkan sebagai Taman
Nasional Batang Gadis. KPH Model Mandailing Natal merupakan gabungan dari seluruh kelompok
hutan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal kecuali kelompok hutan Batang Gadis I dan II yang
telah berubah nama menjadi Taman Nasional Batang Gadis. KPH Model Mandailing Natal didominasi
oleh Hutan Lindung
dan sebagian lain adalah Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi.
Daerah Mandailing Natal terletak di ketinggian antara 0 - 1000 m dpl dengan suhu berkisar antara
230 C - 320 C dengan kelembaban antara 80 - 85%. Jumlah curah hujan beragam menurut bulan
dan wilayah setiap kecamatan dimana curah hujan dipengaruhi oleh iklim, keadaan topografi dan
perputaran/pertemuan arus udara.
2
I.6 Kondisi Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
Ijin pemanfaatan dalam KPHP Model Mandailing Natal :
Provinsi
Nama KPH
KPHP MODEL
Sumatera MANDAILING
Utara
NATAL
Nama Ijin Pemanfaatan
Belum Dimanfaatkan
Pt. Anugerah Rimba
Makmur
Pt.Gruti
Pt.Inanta Timber
Pt.Panei Lika Sejahtera
Pt.Teluk Nauli
KPHP MODEL MANDAILING NATAL Total
Jenis
pemanfaatan
-
Total
62.094,09
HTI
HA
HA
HA
44.797,57
1.027,49
30.674,04
36,17
HA
20.536,65
159.166
Peta KPHP Mandailing Natal dan ijin pemanfaatan :
Dari data tersebut, maka didapat kawasan Hutan KPHP Mandailing Natal yang belum dimanfaatkan
adalah ± 62.672 ha.
I.6.1 IUPHHK-HA – PT Gruti, Pt.Inanta Timber, Pt.Panei Lika Sejahtera
Dan Pt.Teluk Nauli
I.6.2 IUPHHK-HT– Pt. Anugerah Rimba Makmur
I.6.6 Lain-lain
Potensi KPH Mandailing Natal
a. Flora
Jenis flora terkenal yang terdapat di Wilayah KPH Mandailing Natal yaitu bunga Padma
(Rafflesia sp). Bunga ini merupakan kerabat bunga padma (Rafflesia arnoldi R. Brown) yang
merupakan
flora
maskot
Indonesia
dan
bunga
terbesar
di
dunia.
Ada
juga
kantongsemar/Pitcher plant (Nephentes sp). Tumbuhan ini termasuk karnivora, menyerap
unsur makanan penting dari serangga dan arthropoda yang jatuh dan terbenam kedalam
kantong. Kantong itu sebenarnya adalah daun yang mengalami modifikasi dan berisi cairan
3
yang digunakan untuk mencerna makanan. Tumbuhan ini dilindungi berdasarkan UU No. 5
tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
b. Fauna
Wilayah KPHP Mandailing Natal merupakan suatu rangkaian pegunungan di Propinsi
Sumatera Utara yang memiliki potensi keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi,
merupakan habitat satwa yang dilindungi seperti Harimau Sumatera ( Panthera tigris
sumatrae), Tapir (Tapirus indicus), Beruang madu ( Helarctos Malayanus). Selain itu juga
terdapat kambing hutan (Naemorhedus sumatrensis), kucing hutan (Catopuma temminckii),
Kucing congkok/Leopard cat (Celis bensalensis), Kucing Emas/ Asiatic Golden Cat (Arctitis
binturong), Rusa (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjac) dan Landak (Hystix
brachyuran). Ada juga amfibi tak berkaki (Ichtyopis glutinosa) yang merupakan jenis satwa
purba dan katak bertanduk tiga (Megaphyris nasuta) yang sudah langka dan merupakan
jenis yang hanya dapat dijumpai (endermik) di Sumatera.
Berbagai jenis burung yang ada seperti: elang, kutilang, pelatuk, bahkan burung-burung
yang sulit ditemukan dan hanya dijumpai di daerah-daerah yang sulit terjamah manusia,
seperti jenis burung luntur gunung atau “trogon”, dan burung cirik-cirik kumbang (
Nyctyornis amictus ). Di wilayah ini ditemukan juga spesies paling eksotik dan menarik yaitu
enggang gading (Rhinoplax vigil), kicuit batu (Motacilla cinerea), Tepekong rangka
(Hemiprochne comate), burung luntur gunung dan Rangkong Badak/Rhinoceros hornbill
(Buceros rhinoceros) Rangkong merupakan burung penghuni puncak-puncak kanopi hutan.
Dengan bungkal atau tonjolan di kepala yang menyerupai cula badak. Burung ini merupakan
burung penetap dan dilindungi di Indonesia ini.
II. ASPEK KELEMBAGAAN
II.1 Bentuk organisasi KPH Model
KPHP Mandailing Natal berbentuk UPTD
II.2 Landasan pembentukan organisasi
UPTD KPHP Mandailing Natal dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Mandailing Natal No.81 Tahun
2011 Tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Pada Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mandailing Natal
II.3 Struktur organisasi
Bagan organisasi KPHP Model Mandailing Natal berdasarkan Peraturan Bupati Mandailing Natal
No.81 Tahun 2011 Tanggal 21 Desember 2011 sebagai berikut.
KEPALA UPTD
Ka Sub Bag Tata Usaha
Kel Jabatan Fungsional
4
III.
ASPEK RENCANA dan AKTIVITAS/KEGIATAN PENGELOLAAN HUTAN
III.1 Tata Hutan
III.1.1 Citra Satelit– Belum ada
III.1.2 Inventarisasi desk analisis– Belum ada
III.1.3 Inventarisasi Sosekbud
Kabupaten yang terdiri dari 17 kecamatan dengan kepadatannya yakni 59 jiwa/KM2.
Kepadatan tertinggi di kecamatan Lembah Sorik Merapi yaitu 474 jiwa/KM2 dan
terkecil di Kecamatan Muara Batang Gadis (10 jiwa/KM2). Sesuai dengan nama
daerahnya, penduduk mayoritas adalah Mandailing yang juga dihuni oleh suku-suku
lainnya seperti Batak, Jawa, Melayu, Minang dan lainnya.
Jumlah penduduk Kabupaten Mandailing Natal tahun 2005 yakni 393.170 jiwa (L
:193.284 orang; P: 199.886 orang), dengan sex ratio yaitu 96.70 dan banyak rumah
tangga 93.010 KK dengan rata-rata anggota rumah tangga yakni 4.
Laju pertumbuhan penduduk Mandailing Natal tahun 2005 sebesar 1,680%. Struktur
penduduk Mandailing Natal menunjukan bahwa usia produktif (15 - 64 tahun) sangat
menonjol sebesar 55,54% dan usia ketergantungan terdiri usia (0-14 tahun) sebesar
41,43 % dan lansia (65+) sebesar 3,03%. Pada dasarnya penduduk dapat dibagi
dalam dua kelompok yaitu :
penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penduduk
10 tahun keatas disini dikatagorikan termasuk angkatan kerja (tidak mempunyai
pekerjaan/mengharapkan pekerjaan/sedang cuti bekerja) dan bukan angkatan kerja
(yang selama seminggu bersekolah mengurus rumah tangga dan kegiatan lainnya).
Disekitar lokasi KPH Mandailing Natal sebagian besar penduduknya adalah beragama
Islam, sedangkan agama lainnya adalah Kristen. Bahasa yang digunakan sehari-hari
adalah bahasa Mandaialing Natal namun menggunakan bahasa Indonesia pada
umumnya sudah baik sehingga tidak sulit untuk berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa Indonesia kepada penduduk setempat. Mata pencaharian penduduk disekitar
lokasi pada umumnya bertani dan berkebun, sebagian kecil lainnya berdagang.
III.4 Alokasi Dana Bantuan Pembangunan/Operasional
Pembangunan KPH (Model dan propinsi) di Provinsi Sumatera Utara didukung oleh biaya dari
APBN.
Sosialiasi Pembangunan Unit KPH Model Madina mendapatkan alokasi dana
dan telah terealisasi Rp.108.524.000
5
Rp. 120.800.000
Download