EFEKTIVITAS METODE PEMODELAN TERHADAP PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF OLEH SISWA KELAS IX MTs RIYADHUS SALIHIN SUNGGAL TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 SYAHDI AZHARI ABSTRAK Pemodelan dalam pembelajaran adalah suatu metode yang menghadirkan suatu acuan atau sesuatu yang dibuat untuk dapat diamati atau ditiru langsung oleh siswa dalam proses pembelajaran. Guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang oleh guru dengan melibatkan siswa.Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan instrumen tes hasil belajar menulis paragraf deduktif berbentuk karangan/tulisan. Tes ini diujikan sebanyak 2 (dua) kali yaitu pretes dan postes. Berdasarkan teknik analisis data, dapat disimpulkan bahwa hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diterapkan perlakuan pembelajaran metode pemodelan dan ceramah memiliki rata-rata nilai hasil belajar masing-masing adalah 49 dan 48,75 yang tergolong masih rendah. Hasil postes siswa kelas eksperimen setelah digunakan pembelajaran metode pemodelan memiliki rata-rata nilai hasil belajar 79 yang tergolong tinggi sebab rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol setelah diberikan perlakuan menggunakan metode ceramah memiliki rata-rata nilai hasil belajar 62,75 yang tergolong masih rendah. Hasil uji hipotesis adalah membandingkan antara thitung dengan ttabel diperoleh thitung > ttabel atau 5,622 > 1,686, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Disimpulkan bahwa metode pemodelan efektif digunakan dalam pembelajaran menulis paragraf deduktif pada siswa kelas IX MTs Riyadhus Salihin Sunggal tahun pembelajaran 2010/2011. PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam hal penguasaan kompetensi menulis, menuntut siswa minimal mampu mengemukakan pendapat tentang suatu hal yang dikemukakan. Kurikulum siswa kelas IX SMP/sederajat dinyatakan bahwa, siswa harus menguasai kompetensi dasar menulis yaitu mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, tanggapan, dan perasaan dalam berbagai bentuk wacana tulis nonsastra melalui cerita atau berdiskusi serta mampu mendukung suatu gagasan dan memberikan kritikan. Kenyataannya, hal tersebut tidak tercapai. Hal ini terlihat dari aktivitas pembelajaran sehari-hari di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan sehari-hari di kelas, ternyata masih banyak siswa yang kurang/tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Siswa cenderung pasif terhadap materi pelajaran yang diberikan. Ketika guru menerangkan materi ajar, siswa jarang mengemukakan idenya melalui tulisan, kalaupun ada hanya sebagian. Sedangkan lainnya tidak berantusias terhadap materi pelajaran. Hal ini terjadi pada siswa kelas IX MTs Riyadhus Salihin Sunggal. Kepasifan siswa menuliskan pendapat merupakan pertanda yang tidak baik dalam pembelajaran bahasa. Dampak kepasifan ini menjadikan siswa malas belajar, malas berpikir, dan malas berkompetisi. Ketidakantusiasan siswa terhadap aktivitas menulis berdampak bagi perkembangan kognitif, psikomotorik, dan afektifnya. Menjadikan siswa merasa belajar bahasa khususnya menulis sama sekali tidak penting. Kondisi ini menyebabkan perkembangan kemampuan siswa dalam menulis setiap tahun semakin menurun. Hal ini terbukti dengan adanya data hasil evaluasi yang dilakukan terhadap kemampuan menulis siswa menunjukkan nilai rata-rata 5,74, belum mencapai target ketuntasan belajar. Kondisi di atas disebabkan tidak terjalinnya hubungan emosional yang baik antara guru dengan siswa, kelas tidak menyenangkan, rendahnya gairah belajar siswa, dan penggunaan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan kondisi siswa. Oleh sebab itu, guru harus mampu menjadi motivator bagi perkembangan belajar siswa dengan menerapkan beberapa metode pembelajaran yang dianggap mampu membangkit gairah dan motivasi belajar siswa. DePorter, Reardon, dan Singer-Nourie sangat menganjurkan agar terjalin suasana pembelajaran yang menyenangkan antara guru dan siswa, maka guru harus menjalin hubungan emosional yang baik dengan siswanya. Memperhatikan dan memahami emosi siswa berarti membangun ikatan emosional, dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dari suasana belajar. Kondisi belajar yang demikian, para siswa akan lebih sering ikut serta dalam kegiatan sukarela yang berhubungan dengan bahan pelajaran. Usaha ini diharapkan dapat meningkatkan antusias siswa dalam pembelajaran menulis. Pikiran utama yaitu topik yang dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Pikiran utama dinyatakan dalam kalimat topik. Pikiran utama dalam paragraf berfungsi sebagai pengendali keseluruhan paragraf. Penentuan dan pengekspresian pikiran utama dalam kalimat topik harus sampai akhir paragraf terutama paragraf yang berisi analisis deduktif dan induktif. Pengertian paragraf deduktif yaitu paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum ke hal yang lebih khusus. Gagasan utama terletak pada kalimat pertama dalam suatu paragraf. Sedangkan pengertian paragraf induktif yaitu paragraf yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum, yang mencakup semua peristiwa. Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inguiry), masyarakat belajar (Learning Community), permodelan (Modeling), refleksi (Reflection), penilaian sebenarnya (Aunthentic Assessment). Pemodelan adalah suatu metode pembelajaran yang menghadirkan suatu acuan atau sesuatu yang dapat diamati atau ditiru langsung oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Model yang ditiru bukan hanya guru saja. Model itu bisa berupa contoh karya sastra, gambar, ahli sastra, ahli bahasa, siswa itu sendiri dan lain-lain, sehingga siswa lebih mengerti terhadap materi yang disampaikan oleh guru bidang studi. SAJIAN DATA • Efektivitas Metode Pemodelan terhadap Pembelajaran Menulis Paragraf Deduktif oleh Siswa Kelas IX MTs Riyadhus Salihin Sunggal Tahun Pembelajaran 2010/2011” Berhasil tidaknya suatu penelitian ditentukan oleh metode yang digunakan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen murni. Ada dua variabel yang menjadi objek penelitian ini yaitu variabel kontrol dan variabel yang diteliti. Kontrol adalah variabel yang digunakan sebagai perbandingan terhadap variabel yang diteliti, yaitu hasil tes pembelajaran menulis paragraf deduktif dengan metode ceramah, sedangkan variabel yang diteliti yaitu hasil tes pembelajaran menulis paragraf deduktif dengan metode pemodelan Hasil analisis yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta Riyadhus Salihin, beralamat di Desa Puji Mulyo, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, dengan pertimbangan bahwa di MTs tersebut belum pernah diadakan penelitian dengan permasalahan yang sama. Selain itu, jumlah siswa di MTs tersebut cukup memadai sebagai populasi dan sampel penelitian.Penelitiaan dilaksanakan di kelas IX semester ganjil tahun pembelajaran 2010/2011. Berdasarkan metode eksperimen yang dikemukakan maka satu di antara kedua kelompok itu dianggap sebagai kelompok eskperimen, sedangkan yang lain sebagai pengontrol atau pembanding. Sebagai kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa yang mendapatkan pembelajaran menulis paragraf deduktif dengan metode pemodelan, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran menulis paragraf deduktif dengan metode ceramah. Kedua kelompok sampel yaitu eksperimen dan kontrol sebelum perlakuan diberikan memperoleh rata-rata nilai hasil belajar pretes siswa seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. TABEL V DATA NILAI PRETES HASIL BELAJAR MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF Kelas Eksperimen Kontrol N 20 20 X 49 48,75 SD 9,54 10,11 Selanjutnya masing-masing kelompok sampel yaitu kelompok eksperimen dan kontrol diberikan perlakuan. Kelompok eksperimen menggunakan metode pemodelan sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Rata-rata nilai hasil belajar postes siswa seperti terlihat pada tabel di bawah ini. TABEL VI DATA NILAI POSTES HASIL BELAJAR MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF Kelas Eksperimen Kontrol N 20 20 Y 79 62,75 SD 7,63 10,44 Berdasarkan rata-rata hasil belajar postes siswa menunjukkan peningkatan hasil belajar yang lebih baik sehingga besar kenaikan hasil belajar siswa adalah : % efektivitas = Y1 − Y2 x100% Y2 = 79 − 62,75 x100% 62,75 = 25,89% Disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar menulis paragraf deduktif menggunakan metode pemodelan dengan ceramah siswa kelas IX MTs Riyadhus Salihin Sunggal tahun pembelajaran 2010/2011. Uji Persyaratan Analisis Data • Uji Normalitas Data Hasil uji normalitas data dapat dilihat pada tabel berikut: TABEL VII HASIL UJI NORMALITAS DATA PRETES Kelas Eksperimen Lhitung 0,1264 Ltabel 0,1900 Kesimpulan Keterangan Lhitung < Ltabel Data Berdistribusi 0,1264 < 0,1900 normal Kontrol 0,1131 Lhitung < Ltabel Data berdistribusi 0,1900 0,1131 < 0,1900 normal Berdasarkan tabel di atas, harga yang paling besar di antara harga- harga mutlak selisih tersebut adalah Lhitung < L tabel sehingga data tes dari pretes berdistribusi normal. TABEL VIII HASIL UJI NORMALITAS DATA POSTES Kelas Lhitung Ltabel Kesimpulan Keterangan Eksperimen 0,1483 0,1900 Lhitung < Ltabel Data Berdistribusi 0,1483 < 0,1900 Kontrol 0,1168 0,1900 Lhitung < Ltabel normal Data berdistribusi 0,1168 < 0,1900 normal Berdasarkan tabel di atas, harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut adalah Lhitung < L tabel sehingga data tes dari postes berdistribusi normal. • Uji Homogenitas Data Hasil pengujian homogenitas data dapat dilihat pada tabel di bawah ini: TABEL IX HASIL UJI HOMOGENITAS Kelas Varians Eksperimen 108,99 Kontrol Fhitung 1,87 Ftabel Α 2,68 0,05 Keterangan Homogen 58,21 Berdasarkan homogenitas yang telah dilakukan di atas maka didapat nilai Fhitung = 1,87 dengan Ftabel = dk pembilang dan penyebut 20+20-2 = 38 yaitu 2,68. Jadi, Fhitung < Ftabel yaitu 1,87 < 2,68. Hal ini membuktikan sampel berasal dari kelompok dalam penelitian ini dinyatakan homogen. Artinya, data yang diperoleh dapat mewakili seluruh populasi. Pengujian Hipotesis Rangkuman hasil pengujian hipotesis nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini : TABEL X HASIL UJI HIPOTESIS NILAI PRETES Kelas X SD thitung ttabel α dk Keterangan Eksperimen 49 9,54 0,066 1,686 0,05 38 Tolak Ha Kontrol 48,75 10,11 Membandingkan antara thitung dengan ttabel diperoleh thitung < ttabel atau 0,066 < 1,686, sehingga Ha ditolak dan Ho diterima, sehingga disimpulkan bahwa kemampuan awal kedua kelas adalah sama. Hasil pengujian hipotesis nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini: TABEL XI HASIL UJI HIPOTESIS NILAI POSTES Kelas Y SD thitung ttabel α dk Keterangan Eksperimen 79 7,63 5,622 1,686 0,05 38 Terima Ha Kontrol 62,75 10,44 Membandingkan antara thitung dengan ttabel diperoleh thitung > ttabel atau 5,622 > 1,686, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Disimpulkan bahwa metode pemodelan efektif digunakan dalam pembelajaran menulis paragraf deduktif pada siswa kelas IX MTs Riyadhus Salihin Sunggal tahun pembelajaran 2010/2011. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pretes dan postes yang diberikan kepada kedua kelas, temuan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diterapkan perlakuan pembelajaran metode pemodelan dan pembelajaran ceramah memiliki rata-rata nilai hasil belajar menulis paragraf deduktif masingmasing adalah 49 dan 48,75 yang tergolong masih rendah. 2. Hasil postes siswa kelas eksperimen setelah diterapkan perlakuan metode pemodelan memiliki rata-rata hasil belajar menulis paragraf deduktif adalah 79 yang tergolong tinggi sebab nilai rata-rata hasil belajar menulis paragraf deduktif kelas kontrol setelah diberikan perlakuan menggunakan pembelajaran ceramah memiliki rata-rata nilai 62,75 yang tergolong masih rendah. 3. Metode pemodelan efektif digunakan dalam meningkatkan hasil belajar menulis paragraf deduktif pada siswa kelas IX MTs Riyadhus Salihin Sunggal tahun pembelajaran 2010/2011 Sebelum perlakuan diberikan pada kedua kelas, terlebih dahulu peneliti melakukan uji kemampuan awal (uji pretes) untuk mengetahui kemampuan kedua kelas apakah sama. Setelah hasil uji pretes dihitung, kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 49 dan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 48,75. Dengan uji kesamaan rata-rata dua pihak diperoleh thitung < ttabel atau 0,066 < 1,686 dengan kriteria α = 0,05 yang berarti kemampuan awal kedua kelas adalah sama. Selanjutnya, peneliti memberikan kedua kelas perlakuan, kelas eksperimen menggunakan pembelajaran metode pemodelan diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa (postes) adalah 79 yang tergolong tinggi. Sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran ceramah diperoleh rata-rata nilai hasil belajar siswa adalah 62,75 yang tergolong masih rendah. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar siswa antara penggunaan metode pemodelan dengan konvensional dalam menulis paragraf deduktif di kelas IX MTs Swasta Riyadhus Salihin Sunggal tahun pembelajaran 2010/2011 dengan persentase peningkatan hasil belajar siswa sebesar 25,89%. Persentase peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pemodelan dalam penelitian ini lebih tinggi daripada sebelumnya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa metode pemodelan lebih baik hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran ceramah dalam pembelajaran menulis paragraf deduktif. Adanya perbedaan tersebut dikarenakan metode pemodelan lebih berusaha membantu siswa untuk menemukan dan memaknai model yang dijadikan acuan sehingga siswa lebih tepat merangkaikan model tersebut menjadi suatu cerita yang menarik. Sementara, tanpa pemodelan (ceramah), siswa berusaha merangkai cerita tanpa acuan, berdasarkan imaji yang ada di benaknya sehingga alur yang dirangkai kebanyakan tidak teratur secara kronologis. Akibatnya, tema cerita tidak didukung dengan kalimat pengembang yang tepat. Kondisi pembelajaran yang dilakukan terlihat antusias para siswa ketika beberapa model diperlihatkan. Dari sekian banyak model tersebut, satu yang paling menarik minat siswa untuk dijadikan acuan menulis p-aragraf deduktif. Sementara, pada kelompok siswa yang diajar tanpa pemodelan (ceramah) cenderung bertolak belakang dengan kondisi kelompok yang menggunakan model. Para siswa kurang tertarik sehingga kondisi pembelajaran menjadi pasif tanpa sambutan dari para siswa. Berdasarkan uraian di atas, metode pemodelan yang diterapkan menjadikan siswa mempunyai acuan atau gambaran tentang apa yang akan ditulis, terbentuknya pengalaman secara tidak langsung dalam benak atau pikiran masing-masing siswa, dan terciptanya penerapan pengetahuan dalam situasi nyata. Semua ini terlihat dari situasi belajar yang efektif sehingga mempercepat proses pembelajaran. Kondisi ini sama sekali tidak terlihat pada kelompok siswa yang diajar tanpa pemodelan. Siswa hanya sebagai penerima informasi dari guru dan guru lebih banyak memberikan penjelasan. Padahal dalam menulis paragraf deduktif lebih penting untuk pengembangan kreativitas. Dengan bantuan model keterampilan siswa digunakan untuk memaksimalkan hasil tulisan paragraf deduktif. Disimpulkan bahwa metode pemodelan lebih efektif digunakan bila dibandingkan dengan tanpa pemodelan dalam meningkatkan kemampuan siswa menulis paragraf deduktif. Artinya, pembelajaran menulis paragraf deduktif menggunakan metode pemodelan dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan uji statistik pada Bab IV maka dapat ditarik kesimpulan : • Hasil pembelajaran menulis paragraf deduktif menggunakan metode pemodelan memperoleh nilai rata-rata 79. • Hasil pembelajaran menulis paragraf deduktif menggunakan metode ceramah memperoleh nilai rata-rata 62,75. • Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar menulis paragraf deduktif menggunakan metode pemodelan dengan ceramah. Hasil belajar menulis paragraf deduktif menggunakan metode pemodelan lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode ceramah. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, S. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dimyati dan Mudjiono. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Djamarah, SB dan Aswan Z. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Finoza, L. 2003. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia Kosasih, E. 2007. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : Yrama Widya Kridalaksana, H. 2003. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Panduan Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosda Karya Nurhadi. 2006. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta : Depdiknas Ramlan, M. 2005. Paragraf, Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Andi Offset Roestiyah, NK. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta Soedjito, dan Hasan. 1998. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung : Remaja Rosdakarya Sudijono, A. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sudjana, N dan Rivai, A. 2006. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo Suleiman, AH. 2006. Media Audio Visual. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Tarigan, HG. 1996. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa