gambaran demografi dan profil lipid pasien penyakit perlemakan

advertisement
GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PROFIL LIPID PASIEN
PENYAKIT PERLEMAKAN HATI NON-ALKOHOLIK
DENGAN RIWAYAT DISLIPIDEMIA DI RSUP FATMAWATI
PADA TAHUN 2013-2014
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh:
Hylman Mahendra
1111103000022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/ 2015 M
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
nikmat yang telah dilimpahkan sehingga peneliti dapat meraih banyak pelajaran
dalam menyelesaikan penelitian ini. Peneliti menyadari bahwa kemudahan dalam
penyusunan laporan penelitian ini tidak lain berkat bantuan serta dorongan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. DR. Arif Sumantri, S.K.M, M. Kes, selaku Dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT, dan drg. Laifa Annisa Hendarmin,
Ph.D, selaku kaprodi dan sekprodi PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. dr. Femmy Nurul Akbar, SpPD-KGEH, dr. D. A. Woro Setyaningrum,
M.Biomed, dan dr. Edi Mulyana, SpPD-KGEH selaku Pembimbing 1
Pembimbing 2, dan Pembimbing 3 yang telah memberikan banyak
dukungan, motivasi, semangat, masukan, dan nasihat serta telah
mencurahkan banyak waktu, pikiran, dan segenap tenaga untuk
membimbing saya hingga mampu menyelesaikan penelitian ini tepat pada
waktunya.
4. dr. Endang Poedjiningsih, M. Epid yang telah bersedia hadir untuk
memberi masukan dan nasihat dalam presentasi proposal penelitian saya di
RSUP Fatmawati.
5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggungjawab Modul Riset yang
selalu mengingatkan dan memotivasi peneliti untuk segera menyelesaikan
penelitian.
6. Kedua orang tua, dr. Wahyu Eko Widiharso, SpOT, dan Ir. Herumulyati.
Terima kasih untuk kasih sayang, doa dan materi yang terus menerus
dipanjatkan, pengorbanan dengan penuh keikhlasan, serta ridho yang
memberi kemudahan dalam setiap langkah kehidupan saya.
v
7. dr. Zainal Adhim, SpTHT-KL, Ph.D selaku Ketua Diklit RSUP Fatmawati
Jakarta yang telah memberikan izin untuk pengambilan data, dr. Endang
Poedjiningsih, M. Epid selaku Ketua Komisi Etik RSUP Fatmawati
Jakarta yang telah memberi bimbingan dan arahan dalam memahami
metodologi penelitian, serta drg. Danik Hariyani, SpKG selaku pegawai
Diklit RSUP Fatmawati Jakarta yang telah membantu proses perizinan
pengambilan data di IRMIK RSUP Fatmawati Jakarta.
8. Ibu Adiany Biring dan Ibu Dewi selaku pegawai IRMIK RSUP Fatmawati
Jakarta yang sangat sabar dalam membantu peneliti dalam mengumpulkan
data rekam medis yang dibutuhkan.
9. Teman-teman kelompok riset, Noor Shabrina dan Nadya Magfira. Yang
selalu mendorong saya untuk mengerjakan skripsi disaat tidak ingin
mengerjakan skripsi dengan cara melihat semangat kalian yang tidak ada
putusnya dan selalu lebih dulu menyelesaikan revisi ataupun tugas dari
pembimbing.
10. Teman-teman saya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih
atas canda tawa dan motivasinya untuk bersama-sama mengerjakan
penelitian dan menyelesaikan pendidikan preklinik .
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada manusia yang sempurna.
Oleh karena itu, kritik, saran, serta masukan dari berbagai pihak sangat
peneliti harapkan terkait laporan penelitian ini. Terlepas dari itu, peneliti
berharap semoga penelitian ini tetap dapat memberikan sumbangsih bagi
kemajuan ilmu pengetahuan.
Semoga Allah SWT berkenan menghitung usaha serta jerih payah ini
sebagai bentuk jihad di jalan-Nya. Amin.
Ciputat, 21 September 2015
Hylman Mahendra
vi
Abstrak
Hylman Mahendra. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran
Demografi dan Profil Lipid Pasien Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik
dengan Riwayat Dislipidemia di RSUP Fatmawati pada Tahun 2013-2014.
Latar Belakang: Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik menjadi penyakit hati
kronik yang selama dua dekade terakhir mengalami peningkatan kejadian di
Negara Asia-Pasifik termasuk Indonesia. Di Asia, kejadian dislipidemia banyak
meningkat akibat perubahan gaya hidup seperti pola makan, diet yang buruk,
transisi demografi, dan aktivitas harian yang rendah. Pola distribusi lipid yang
abnormal terutama TG dan kolesterol-HDL dapat menyebabkan akumulasi lipid
di hepar dan pada akhirnya akan menyebabkan perlemakan hati. Tujuan:
mengetahui gambaran penyakit perlemakan hati non-alkoholik dengan faktor
resiko dislipidemia Metode: penelitian observasional dengan pendekatan
deskriptif cross sectional. Hasil: Gambaran kejadian PPHNA dengan dislipidemia
di RSUP Fatmawati tahun 2013-2014 adalah 67.14% dengan kelainan profil lipid
HDL 62.8%, TG 53.5%, LDL 37.2%, dan kolesterol total 34.9%. dengan
gambaran karakteristik demografi usia tertinggi pada kelompok >47-57 tahun
39.5%, jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan 62.8%, tidak bekerja
44.2%. dan tingkat pendidikan tertinggi adalah SMA (41.9%), dan perguruan
tinggi (37.2%).
Kata Kunci: PPHNA, Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik, Dislipidemia,
PPHNA dengan Dislipidemia
Abstract
Hylman Mahendra. Faculty of Medicine. Appearance of Demographic and
Lipid Profile Patient of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease with Dyslipidemia at
Fatmawati General Hospital in the Year 2013-2014.
Background: Non-Alcoholic Fatty Liver Disease became a chronic hepar disease
that increased over past 2 decades in Asia-Pacific Countries including Indonesia.
In Asia, the prevalence of dyslipidemia is increasing because of lifestyle changing
such as eating behavior, bad diets, demographic transition, and low daily
activities. The abnormality of lipid distribution especially TG and HDLcholesterol can accumulate lipid in hepar, and causing fatty liver Aim: Knowing
how is the appearance of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease in Patient with
Dyslipidemia Risk Factor Method: Observational and descriptive cross-sectional
study. Result: Incident appearance of NAFLD with dyslipidemia at Fatmawati
General Hospital 2013-2014 is 67.14%. Abnormality of lipid profile HDL 62.8%,
TG 53.5%, LDL 37.2%, and total CHL 34.9%. Demographic characteristic
appearance, >47-57 yo group age have the highest percentage 39.5%. Women
are the most distributed gender 62.8%. subject who don’t have occupation is
44.2%. Most prevalence education level is highschool graduated 41.9% and
college 37.2%.
Keywords: NAFLD, Non-Alcoholic Fatty Liver Disease, Dyslipidemia, NAFLD
with Dyslipidemia
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
DAFTAR ISTILAH ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.3.1. Tujuan Umum ...................................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus ..................................................................... 3
1.4.Manfaat Penelitian ........................................................................... 3
1.4.1. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ........................ 3
1.4.2. Bagi Peneliti .......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 4
2.1. Perlemakan Hati Non Alkoholik ...................................................... 4
2.1.1. Desfinisi dan Klasifikasi ...................................................... 4
2.1.1.1. Definisi ........................................................................... 4
2.1.1.2. Klasifikasi dan Etiologi .................................................. 5
2.1.2. Epidemiologi dan Faktor Resiko .......................................... 6
2.1.2.1. Epidemiologi .................................................................. 6
2.1.2.2. Faktor Resiko ................................................................. 8
2.1.3. Patogenesis ............................................................................ 9
2.1.4. Manifestasi Klinis dan Perjalanan Penyakit .......................... 18
2.1.4.1. Manifestasi Klinis ......................................................... 18
viii
2.1.4.2. Perjalanan Penyakit ........................................................ 20
2.1.5. Diagnosis ............................................................................... 22
2.1.5.1. Anamnesis ...................................................................... 22
2.1.5.2. Laboratorium .................................................................. 23
2.1.5.3. Radiologi ........................................................................ 24
2.1.5.4. Biopsi Hati .................................................................... 24
2.1.5.5. Strategi Diagnosa PPHNA ............................................. 27
2.1.6. Tatalaksana............................................................................ 28
2.1.6.1. Intervensi Gaya Hidup Pasien ........................................ 28
2.1.6.2. Obat ................................................................................ 29
2.1.7. Prognosis dan Komplikasi .................................................... 30
2.2. Dislipidemia .................................................................................... 31
2.2.1. Lipid dan Metabolisme Lipoprotein...................................... 31
2.2.1.1. Lipid .............................................................................. 31
2.2.1.2. Metabolisme Lipoprotein ............................................... 32
2.2.2. Definisi, Klasifikasi, dan Etiologi Dislipidemia .................. 35
2.2.2.1. Definisi Dislipidemia .................................................... 35
2.2.2.2. Klasifikasi dan Etiologi Dislipidemia ........................... 35
2.2.3. Epidemiologi ......................................................................... 36
2.2.4. Patogenesis ............................................................................ 37
2.2.4.1. Resistensi Insulin dan Metabolisme VLDL .................. 37
2.2.4.2. Resistensi Insulin dan Metabolisme LDL ...................... 38
2.2.4.3. Resistensi Insulin dan Metabolisme HDL ..................... 38
2.2.5. Kriteria Dislipidemia ............................................................. 40
2.2.6. Tatalaksana............................................................................ 40
2.2.6.1. Intervensi Gaya Hidup ................................................... 41
2.2.6.2. Obat ................................................................................ 42
2.2.7. Hubungan Dislipidemia dengan PPHNA .............................. 42
2.3.Kerangka Teori.................................................................................. 44
2.4. Kerangka Konsep ............................................................................ 45
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 46
3.1. Desain Penelitian .............................................................................. 46
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 46
3.3. Populasi dan Sampel ....................................................................... 46
3.3.1. Populasi Target ..................................................................... 46
3.3.2. Populasi Terjangkau ............................................................. 46
3.3.3. Teknik Pemilihan Sampel .................................................... 46
3.3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Subjek Penelitian ..................... 47
3.4.Cara Kerja Penelitian ....................................................................... 48
3.4.1. Alur Kerja.............................................................................. 48
3.5. Managemen Data ............................................................................ 48
3.5.1. Pengolahan Data ................................................................... 48
3.5.2. Analisis Data ........................................................................ 49
3.6. Definisi Operasional ........................................................................ 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN . .................................................... 52
4.1. Gambaran Pasien Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik
dengan Faktor Resiko Dislipidemia di RSUP Fatmawati Tahun
2013-2014 ............................................................................................... 52
4.2. Gambaran Profil Lipid Subjek Penelitian ....................................... 53
4.3. Gambaran Karakteristik Demografi Subjek Penelitian ................... 54
4.3.1. Gambaran Usia dan Jenis Kelamin Subjek Penelitian ........... 55
4.3.2. Gambaran Riwayat Pekerjaan Subjek Penelitian ................... 57
4.3.3. Gambaran Tingkat Pendidikan Subjek Penelitian .................. 58
4.3. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 59
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 60
5.1. Simpulan ......................................................................................... 60
5.2. Saran ................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 61
LAMPIRAN ................................................................................................. 66
x
Daftar Tabel
Tabel 2.1. Etiologi perlemakan hati berdasarkan morfologi vakuola .......... 5
Tabel 2.2. Prevalensi PPHNA dan Steatohepatitis nonalkoholik di
berbagai negara ............................................................................................ 6
Tabel 2.3. Perkiraan prevalensi PPHNA dan SHNA, yang bervariasi ........ 7
Tabel 2.4. Prevalensi PPHNA pada orang Asia non-obese ......................... 7
Tabel 2.5. Proporsi subjek orang Asia non-obese pada laporan kasus
PPHNA ......................................................................................................... 7
Tabel 2.6. Faktor resiko dan kondisi penyerta PPHNA ............................... 8
Tabel 2.7. Faktor resiko PPHNA ................................................................. 9
Tabel 2.8. Skor penilaian aktivitas PPHNA (NAS) dan staging fibrosis ..... 25
Tabel 2.9. Perbandingan teknik diagnosis pasien PPHNA .......................... 26
Tabel 2.10. Survival rate pasien PPHNA...................................................... 30
Tabel 2.11. Jenis apolipoprotein yang menyusun lipoprotein....................... 31
Tabel 2.12. Etiologi dislipidemi sekunder ................................................... 36
Tabel 2.13. Prevalensi dislipidemia pada suku Minangkabau, Sunda, Jawa,
dan Bugis berdasarkan jenis kelamin ........................................................... 37
Tabel 2.14. Klasifikasi profil lipid berdasarkan ATP III National
Cholesterol Educatio Program (NCEP) ....................................................... 40
Tabel 2.15. Golongan, Jenis, Efek samping, dan kontraindikasi obat
dislipidemi diambil ....................................................................................... 42
Tabel 4.1. Gambaran Profil Lipid Pasien Penyakit Perlemakan Hati
Non-Alkoholik dengan Faktor Resiko Dislipidemia di RSUP
Fatmawati Tahun 2013-2014 ........................................................................ 53
Tabel 4.2. Gambaran Pasien Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik
dengan Faktor Resiko Dislipidemia di RSUP Fatmawati Tahun
2013-2014 Berdasarkan Kelompok Umur ................................................... 55
Tabel 4.3. Gambaran Pasien Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik
dengan Faktor Resiko Dislipidemia di RSUP Fatmawati Tahun
2013-2014 Berdasarkan Jenis Kelamin........................................................ 56
Tabel 4.4. Gambaran Pasien Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik
dengan Faktor Resiko Dislipidemia di RSUP Fatmawati Tahun
xi
2013-2014 Berdasarkan Riwayat Pekerjaan ................................................ 57
Tabel 4.5. Gambaran Pasien Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik
dengan Faktor Resiko Dislipidemia di RSUP Fatmawati Tahun
2013-2014 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................................... 58
Daftar Gambar
Gambar 2.1. Metabolisme lipid di hati ......................................................... 11
Gambar 2.2. Proses terakumulasinya trigliserida di hati................................ 12
Gambar 2.3. Rasio asam lemak monounsaturated dan asam lemak
tersaturasi ...................................................................................................... 15
Gambar 2.4. Asam lemak tersaturasi akan mengaktivasi beberapa jalur
apoptosis ........................................................................................................ 15
Gambar 2.5. Proses pathogenesis PPHNA modifikasi “The two hit theory” 18
Gambar 2.6. Metabolisme endogen dan eksogen lipid di tubuh .................... 33
Gambar 2.7. Metabolisme endogen dan eksogen lipid di tubuh .................... 34
Gambar 2.8. Pengaruh resistensi insulin terhadap metabolisme lipoprotein
serum (HDL, LDL, Trigliserida) ................................................................... 39
Gambar 2.9. Hubungan antara resistensi insulin dengan peningkatan kadar
asam lemak ..................................................................................................... 43
Daftar Diagram
Diagram 2.1. Gambaran perjalanan penyakit penderita PPHNA .................. 20
Diagram 2.2. Penderita PPHNA yang berkembang menjadi sirosis
sampai kematian karena penyakit hati ........................................................... 21
Diagram 2.3. Algoritma diagnosis PPHNA diadopsi dari Nurman et al dan
Rafiq et al ...................................................................................................... 27
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian dan Kajian Etik Penelitian ....................... 66
Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup ................................................................ 69
xii
Daftar Istilah
ALT
: Alanine Aminotransferase
Apo
: Apo Lipoprotein
AST
: Aspartate Aminotransferase
ATP III
: Adult Treatment Panel III
CHL
: Kolesterol
CT Scan
: Commuted Tomography Scan
DM
: Diabetes Melitus
DNL
: De Novo Lipogenesiss
FFA
: Free Fatty Acid
GDP
: Gula Darah Puasa
GD2PP
: Gula darah 2 Jam Post Prandial
HDL
: High Density Lipoprotein
IL
: Interleukin
IMT
: Indeks Massa Tubuh
LDL
: Low Density Lipoprotein
LPL
: Lipoproteinase
MRI
: Magnetic Resonance Imaging
NAFLD
: Non-Alcoholic Fatty Liver Disease
NASH
: Non-Alcoholic Steatohepatitis
NHANES
: National Health and Nutrition Examination Survey
NCEP
: National Cholesterol Educatio Program
PPHNA
: Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik
SHNA
: Steatohepatitis Non-Alkoholik
TG
: Trigliserida
TNF-α
: Tumor Necrosis Factor Alpha
USG
: Ultrasonografi
VLDL
: Very Low Density Lipoprotein
xiii
Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Penyakit perlemakan hati non-alkoholik (PPHNA) atau Non-alcoholic
fatty liver disease (NAFLD), merupakan penyakit gangguan hati dimana
trigliserida terakumulasi di dalam hepatosit (lebih dari 5% keseluruhan hepatosit),
dengan gambaran spektrum makro atau mikrovesikular, fibrosis, hingga sirosis
hati, serta PPHNA tidak memiliki hubungan dengan konsumsi alkohol.1,2,3,4
Perlemakan hati sering dikaitkan dengan sindroma metabolik seperti diantaranya,
dislipidemia, diabetes melitus, obesitas, dan hipertensi.1,5 Resistensi insulin adalah
dasar kelainan dari sindroma metabolik.6 Akibat dari resistensi insulin salah
satunya bisa berupa perubahan profil lipid dalam darah, kadar lipid abnormal
terutama kadar trigliserida yang tinggi dan kadar HDL yang rendah dapat memicu
terjadinya penumpukan lipid di hepatosit, dan pada akhirnya akan menyebabkan
penyakit perlemakan hati non-alkoholik. Lipid yang terakumulasi dapat
menyebabkan oksidasi dijaringan hati sehingga hati akan mengalami proses
inflamasi secara progresif, dan menyebabkan edema hepatosit hingga terjadi
nekrosis hepatosit.7
Kejadian
dislipidemia.
8
resistensi
insulin
sering berhubungan
dengan
kejadian
Peningkatan terjadinya dislipidemia di negara Asia Selatan
dkarenakan oleh pengaruh nutrisi, gaya hidup, transisi demografi, diet yang
buruk, kurangnya aktivitas dan predisposisi genetik. Kurang lebih sepertiga dari
populasi
di
negara
berkembang
memiliki
dislipidemia.
Prevalensi
hipertrigliseridemia sangat bervariasi 73% pada orang obese dan 61% pada nonobese.9
Berdasarkan
data
dari
Riskesdas
(2013)
angka
kejadian
hiperkolesterolemia pada usia ≥15 tahun secara umum di Indonesia adalah sebesar
35.9% dengan proporsi lebih besar pada orang yang tinggal diperkotaan 39.5%
dibandingkan dengan perdesaan 32.1%, kolesterol-LDL di bagi menjadi 2
kategori yang pertama adalah kelompok dengan kadar kolesterol-LDL near
optimal dan borderline tinggi, dan yang kedua adalah tinggi-sangat tinggi dengan
masing-masing proporsi secara umum di Indonesia adalah 60.3% dan 15.9%,
lebih sering terjadi pada orang yang tinggal diperkotaan dibandingkan dengan
1
yang di perdesaan, untuk proporsi hipertrigliseridemia juga dibagi menjadi 2
kelompok yaitu borderline tinggi, dan tinggi-sangat tinggi, keduanya memiliki
gambaran secara umum di Indonesia mencapai 13% dan 11,9%, sedangkan
proporsi kolesterol-HDL rendah di Indonesia mencapai 22.9% berkebalikan
dengan kelainan lipid yang lain orang yang tinggal di perdesaan memiliki proporsi
lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tinggal diperkotaan.10
Angka kejadian PPHNA di Negara barat sangat tinggi. PPHNA menjadi
penyakit kronik hati nomor satu jika dibandingkan dengan penyakit kronik hati
lainnya akibat virus dan alkohol.1 Angulo P dkk, (2002) menyatakan jika PPHNA
mempengaruhi 10 sampai 24% populasi secara umum di berbagai Negara. Begitu
pula di regional asia-pasifik akibat pengaruh gaya hidup modern yang mana
prevalensinya meningkat selama lebih dari dua dekade.5 Kejadian PPHNA dengan
dislipidemia salah satu yang tersering, terutama TG dan kolesterol-HDL. Pada
penelitian Gabriela yang dilakukan di RSUP dr Kariadi Semarang didapatkan
prevalensi PPHNA dengan dislipidemia adalah 80.6% dengan hipertrigliseridemia
91.7% dan HDL rendah 69.4%.11 Menurut Hasan dkk, yang melakukan riset di
daerah sekitar Jakarta mengatakan bahwa prevalensi PPHNA adalah 30,6% dan
paling tinggi pada usia pertengahan yaitu 37,2%.10
Prevalensi PPHNA di
Indonesia belum dapat dipastikan, disebabkan karena gold standard
diagnosisnya yaitu biopsi hati tidak mudah untuk dikerjakan.
12
dari
Di Indonesia
angka pasti kejadian PPHNA belum dapat ditentukan karena masih rendahnya
penelitian yang membahas mengenai PPHNA maka dari itu tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran penyakit perlemakan hati nonalkoholik dengan faktor risiko dislipidemia di RSUP Fatmawati pada periode
tahun 2013-2014.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah yang akan dibahas
adalah bagaimana gambaran PPHNA dengan faktor risiko dislipidemia di RSUP
Fatmawati pada bulan Januari 2013 hingga Desember 2014?
2
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penyakit perlemakan hati non-alkoholik
dengan riwayat dislipidemia di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati pada
tahun 2013-2014.
1.3.1. Tujuan Khusus
Mengetahui gambaran profil lipid, dan demografis berupa jenis
kelamin, usia, riwayat pekerjaan, dan tingkat pendidikan pasien penyakit
perlemakan hati non-alkoholik dengan riwayat dislipidemia pada tahun
2013-2014 di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta :
Menambah
referensi
ilmiah
untuk
perpustakaan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
mengenai gambaran penyakit perlemakan hati non-alkoholik tahun 2014
terutama pada pasien dengan dislipidemia.
1.4.2. Bagi peneliti
1.4.2.1.
Sebagai syarat untuk menyelesaikan progam sarjana
kedokteran dan sebagai syarat untuk masuk ke jenjang
klinik.
1.4.2.2.
Menambah pengetahuan mengenai penyakit perlemakan
hati
non-alkholik
serta
gambarannya
di
RSUP
Fatmawati.
1.4.3. Bagi RSUP Fatmawati
Menambah kepustakaan mengenai gambaran PPHNA dengan
faktor risiko dislipidemia berupa data penyebaran profil lipid dan
demografis pasien di RSUP Fatmawati pada tahun 2013-2014.
3
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1. Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik
2.1.1. Definisi dan Klasifikasi
2.1.1.2. Definisi
Penyakit perlemakan hati non-alkoholik (PPHNA) atau
Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD), merupakan kelainan
hati dimana lipid terutama trigliserida terakumulasi di dalam
hepatosit (lebih dari 5% keseluruhan hepatosit), dengan spektrum
makro atau mikrovesikular, fibrosis, hingga sirosis hati, tanpa ada
hubungan dengan konsumsi alkohol ataupun penggunaan obatobatan steatogenic maupun kelainan
yang diturunkan.1,2,3,4
Kelainan yang mendasari terjadinya PPHNA adalah resistensi
insulin, dan PPHNA sangat berkaitan erat dengan obesitas, dan
sindroma metabolik seperti diantaranya, dislipidemia, diabetes
mellitus tipe 2, dan hipertensi.1,5,12
PPHNA berdasarkan gambaran histopatologisnya dibagi
menjadi dua tahap perlemakan hati non-alkoholik (PPHNA) dan
steatohepatitis non-alkoholik (SHNA). Kriteria histologis pada
PPHNA
steatosis pada hati tanpa adanya gambaran kerusakan
hepatosit berupa ballooning dari sel-sel hati. Sedangkan, pada
steatohepatitis non-alkoholik steatosis pada hati dengan ditandai
adanya reaksi inflamasi, kerusakan hepatosit (ballooning), agregasi
protein sitoskeleton di sitoplasma yang disebut dengan Mallory
bodies, dan dengan atau tanpa adanya fibrosis jaringan.4,13 Keadaan
tersebut bisa jadi merupakan suatu perjalanan penyakit dari
PPHNA yang berlanjut menjadi steatohepatitis non-alkoholik
karena terjadinya oksidasi lipid yang tersimpan secara berlebihan
di hati. Proses oksidasi dapat memicu sitokin proinflamasi yang
dapat menghasilkan reaksi inflamasi pada sel dan jaringan hati.7
4
2.1.1.3. Klasifikasi dan Etiologi
Berdasarkan gambaran histologisnya perlemakan hati
dibagi menjadi 2 jenis makrovesikuler dan mikrovesikuler.
Walaupun
pembagian
secara
morfologi
ini
kurang
jelas
tujuannya.14
a. Makrovesikuler
Tipe yang paling sering dijumpai pada perlemakan
hati, pada penderita perlemakan hati karena alkohol, DM,
obesitas, dan pemberian nutrisi parenteral jangka panjang.
Pada pewarnaan histologis terlihat gambaran sel hepatosit
yang besar, bervakuola dengan inti terdorong ketepian sel.14
b. Mikrovesikuler
Jarang dijumpai pada perlemakan hati, gambaran
histologisnya terlihat banyak vakuola-vakuola kecil.14
Tabel 2.1. etiologi perlemakan hati berdasarkan morfologi vakuola
diambil dari Principles of Internal Medicine 16th. International
edition. Harrison’s 200514
5
2.1.2. Epidemiologi dan Faktor Risiko
2.1.2.1. Epidemiologi
Dalam 5 tahun terakhir penelitian tentang kejadian
perlemakan hati sudah banyak dilakukan dan terutama penyakit
perlemakan hati non-alkoholik, penelitian dilakukan dengan
berbagai macam metode dan target populasi.15
Tabel 2.2. prevalensi PPHNA dan Steatohepatitis non-alkoholik di berbagai
negara dengan metode dan target populasi berbeda-beda.15
Dari tabel diatas yang memiliki prevalensi tertinggi dalam
kejadian PPHNA adalah Amerika Serikat yaitu sekitar 51%, tetapi
masih bersifat umum dan mencakup penyakit perlemakan hati
alkoholik dan non-alkoholik.15 Penelitian di swedia yang dilakukan
dengan hasil otopsi dari korban kecelakaan dan populasi general
secara random mencapai 24%.15 Kemudian ada penelitian yang
dilakukan di Italia bagian Utara, Jepang dan Saudi Arabia
dilakukan pada orang non-obese di populasi general dengan
metode diagnosis ultrasonografi dan commuted tomography,
prevalensinya Italia (16-20%), Jepang (9-14%), dan Saudi Arabia
(10%).15 hasil prevalensi terbaik di estimasi pada populasi general
kurang lebih sekitar 20% dan hanya 2-3% yang menjadi
steatohepatitis non-alkoholik.15
6
Tabel 2.3. perkiraan prevalensi PPHNA dan SHNA, yang bervariasi karena
perbedaan metode, populasi target, metode diagnosis serta definisi diambil dari
world gastroenterology organisation global guidelines.1
Prevalensi PPHNA di populasi general pada daerah
industrial Amerika Utara dan negara Eropa mencapai 45%.5
Regional Asia-Pasifik setidaknya 10% dan pada beberapa region
kemungkinan sepertiga populasi dapat terpengaruh.
Tabel 2.4. prevalensi PPHNA pada orang Asia non-obese.5
Tabel 2.5. Proporsi subjek orang Asia non-obese pada laporan kasus
PPHNA.5
7
Di Indonesia prevalensi mengenai PPHNA belum jelas
karena sedikitnya penelitian tentang PPHNA. Dilaporkan oleh
Lesmana terdapat 17 pasien SHNA dan rata-rata usia 42 tahun.7
Berdasarkan penelitian oleh Hasan dkk, yang melakukan riset di
daerah sekitar Jakarta mengatakan bahwa prevalensi PPHNA
adalah 30,6% dan paling tinggi pada usia pertengahan yaitu
37,2%.10 Prevalensi PPHNA di Indonesia belum dapat dipastikan,
disebabkan karena gold standard dari diagnosisnya yaitu biopsi
hati tidak mudah untuk dikerjakan.12
2.1.2.2. Faktor Risiko
Populasi yang memiliki risiko rendah terkena PPHNA
diantaranya1:

Usia muda

Sehat

Tidak obese

Rendah konsumsi alkohol
Tabel 2.6. faktor risiko dan kondisi penyerta PPHNA diambil dari world gastroenterology
organisation global guidelines.1
8
Faktor risiko yang paling sering berkaitan dengan PPHNA
diantaranya1,4,5,13:

Resistensi Insulin

Dislipidemia
terutama
Hipertrigliserida
dan
rendahnya kadar HDL

Obesitas terutama pada obesitas central

DM tipe 2

Sindrom Metabolik

Genetik
Tabel 2.7. faktor risiko PPHNA 4
2.1.3. Patogenesis
Akumulasi lipid intrahepatik berhubungan dengan akumulasi lipid
di adiposit perlemakan hati seperti yang sudah dijelaskan tidak dapat
dijelaskan secara tuntas hanya oleh obesitas saja. Banyak faktor lain yang
mempengaruhi, yaitu kondisi kelainan metabolik seperti diantaranya
resistensi
insulin,
obesitas,
penderita
PPHNA
sering mengalami
dislipidemia dan peningkatan tekanan darah. Selain faktor intrinsik faktor
pola makan juga dapat mempengaruhi akumulasi lipid intrahepatik.16
Faktor yang mendasari terjadinya PPHNA adalah resistensi insulin,
banyak komponen yang berperan dalam proses terjadinya resistensi
insulin, hal ini termasuk diantaranya asam lemak bebas, TNF-α, nuclear
factor kappa B (NF-κB), ceramide, jun N-terminal kinase 1 (JNK1), SOCS
(suppresors of cytokine signaling), dan cytochrome CYP2E1.12,17
Penurunan
kadar
adiponektin
mempengaruhi
resistensi
insulin,
adiponektin berfungsi sebagai anti diabetik dan memiliki hubungan
dengan sensitivitas insulin di tubuh.12
9
a. Faktor risiko genetik
Diduga PPHNA ada kaitannya dengan kelainan
genetic, yaitu terdapatnya alel rs738409
dari patatin-like
phospholidase domain-containing protein 3 (PNPLA3).
Tetapi pengaruh dari PNPLA3 terhadap proses metabolisme
lipid masih belum diketahui dengan jelas, namun jelas bahwa
protein ini berpengaruh terhadap deposit lemak ektopik.16
b. Faktor risiko metabolik
Pada pasien dengan obesitas dan PPHNA terbukti
memiliki resistensi insulin yang tinggi pada hati dan otot
rangka dibandingkan dengan orang obese yang tidak
menderita PPHNA. Perubahan konsentrasi adipositokin yang
berasal dari jaringan adiposity visceral, termasuk peningkatan
konsentrasi leptin, resistin, TNF, dan IL-6, dan penurunan
konsentrasi adiponektin juga berkaitan dengan PPHNA dan
resistensi insulin. Kondisi hiperglikemi juga dapat memicu
terjadinya PPHNA.16
c. Faktor risiko diet
Makanan dapat berpengaruh terhadap proses terjadinya
akumulasi lipid intrahepatik. Terutama trans-unsaturated fats,
sebaliknya mono-unsaturated lipids contohnya asam lemak
oleat, asam lemak linoleat, atau asam lemak n-3 justru
mengurangi akumulasi lipid intrahepatik dan memperbaiki
kadar trigliserida serum. Selain lemak, konsumsi karbohidrat
atau monosakarida seperti fruktosa yang digunakan sebagai
pemanis di minuman berlebih dapat memicu pembentukan
lemak.16
10
The Two Hit Theory of NAFLD
Gambar 2.1. metabolisme lipid di hati diambil dari Jung Sub Lim et. Al16
Jalur metabolisme lipid di hati, terdapat 3 jalur dalam
produksi lipid intrahepatik (input):
a. Import lipoprotein trigliserida via reseptor LDL.
b. Lipolisis, hasil dari pemecahan adiposit menjadi
asam lemak bebas yang akan diimport menuju hati.
c. Dan dari proses de novo lipogenesis dengan bahan
dasar karbohidrat.
Dan terdapat 2 jalur pembersihan lipid agar tidak terakumulasi di
hati (output):
a. Beta-oksidasi komplit dari lipid intrahepatic, yang
akan menghasilkan karbondioksida. Dan atau Betaoksidasi sebagian yang akan menghasilkan keton.
b. Dan ekspor lipid dengan mengkonjugasikan lipid
intrahepatic dengan apolipoprotein dalam bentuk
VLDL.
The
first
hit
merupakan
proses
pembentukan
dan
perkembangan dari steatosis hati, karena ketidakseimbangan proses
metabolisme lipid baik dari proses influks atau output lipid atau
11
bahkan keduanya. Pada fase ini biasanya bersifat reversible dan
belum menyebabkan kerusakan hati yang permanen.16 The second
hit terjadi pada 5% penderita steatosis yang berlanjut ke tahap
inflamasi yang diduga disebakan karena peran stress oksidatif,
peroksidasi lipid, dan aktivitas sitokin. Yang menyebabkan
pembengkakan, degenerasi sel hati dan fibrosis perisinusoid,
berujung pada apoptosis dan kematian sel hati serta scarring dan
progresi menjadi SHNA. Progresi menjadi sirosis setelah terjadinya
proses inflamasi hanya membutuhkan waktu beberapa tahun.16
I. The First Hit : Steatosis Hati
Deposit lemak di hati terjadi jika rasio antara influks dan
proses pembersihan lemak dengan katabolisme atau dengan
lipoprotein dihati tidak seimbang.16 Dengan menggunakan
metode multiple-stable-isotope Donnelly et al. membuktikan
kurang lebih 60% trigliserida di hati berasal dari asam lemak
bebas hasil lipolisis jaringan adipose, 26%-nya dari de novo
lipogenesis, dan 15%-nya dari diet sehari-hari.17 Di bawah ini
adalah 5 mekanisme yang mempengaruhi proses influks dan
pembersihan lipid yang dapat menyebabkan steatosis hati.
Gambar 2.2. proses terakumulasinya trigliserida di hati 17
12
1. Peningkatan konsumsi lemak
Peran dari diet lemak yang berlebihan masih
menjadi kontroversi. Pada beberapa tikus percobaan
didapatkan hasil yang inconclusive karena tidak semua
tikus yang diberkan konsumsi tinggi lemak didapatkan
akumulasi
intrahepatik.16
lemak
Sedangkan
pada
manusia konsumsi dari lemak mempengaruhi akumulasi
lemak di hati.16
2. Peningkatan influks asam lemak bebas
Asam lemak bebas akan bersirkulasi dari hasil
lipolisis jaringan adiposa subkutan ataupun viseral, dapat
mempengaruhi
Overekspresi
proses
sitokin
deposit
di
lemak
jaringan
di
hati.
adipose
dapat
menimbulkan resistensi insulin di hati dan di jaringan
adipose, sebagian dengan fosforilasi protein serine dari
insulin receptors substrate 1 (IRS-1) 16
Resistensi insulin menyebabkan kegagalan pada
penekanan
hormone-sensitive
lipase
(HSL)
yang
dimediasi oleh insulin. HSL berfungsi untuk melepaskan
asam lemak bebas dari jaringan adiposa ke sirkulasi.
Pembebasan asam lemak ke sirkulasi dari jaringan
adiposa dapat menimbulkan masalah dimana hati
merupakan
organ
lini
memetabolisme
asam
mempengaruhi
influks
pertama
lemak
dan
yang
bebas,
kinerja
hal
hati
dapat
ini
untuk
memetabolisme asam lemak bebas tersebut. Proses
inflamasi ikut meningkatkan upregulasi hepatic fatty
acid translocase yang di mediasi TNF, serta diikuti oleh
peningkatan influks asam lemak bebas yang kemudian
berujung pada steatosis.16
13
3. Peningkatan de novo lipogenesis
Diet tinggi karbohidrat lebih sering memicu
lipogenesis de novo dibandingkan dengan diet tinggi
lemak. Dari hasil studi isotope pada pasien obese dan
steatosis dibuktikan bahwa 26,1% lemak yang terdeposit
berasal dari lipogenesis de novo.16 Resistensi insulin
meningkatkan regulasi dari faktor sterol regulatory
element
binding
protein-1c
(SREBP-1c)
yang
merupakan kunci dalam proses DNL.17
4. Insufisiensi beta oksidasi asam lemak di hati
Asam lemak rantai panjang dapat dimetabolisme
dihati
dengan
melalui
jalur
beta
oksdasi.16
Hiperinsulinemia yang disertai dengan resistensi, dapat
menghambat jalannya beta oksidasi dari asam lemak
bebas dan hal ini dapat menurunkan proses pembersihan
lemak yang ada di hati dan memicu proses akumulasi
lemak didalam hati.16,17
5. Insufisiensi ekspor trigliserida
Dalam kondisi fisiologis asam lemak bebas akan di
eterifikasi menjadi trigliserida dan akan dibungkus oleh
apolipoprotein B-100 oleh microsomal triglyceride
transfer protein (MTTP), dan di lepaskan ke sirkulasi
dalam bentuk VLDL. Apabila terjadi perubahan dari
fungsi
sekresi
dan
sintesis
MTTP/Apo
B
akan
menyebabkan penurunan kadar VLDL dan dapat
menyebabkan akumulasi trigliserida dihati, namun
penurunannya apakah karena disebabkan PPHNA masih
belum jelas.16,17
14
II. The Second Hit : Proses Inflamasi (Steatohepatitis)
Second
hit
adalah
tahapan
yang
menyebabkan
18
perkembangan PPHNA menjadi SHNA. Akumulasi trigliserida
merupakan suatu mekanisme protektif terhadap lipotoksisitas
yang disebabkan oleh asam lemak bebas. Asam lemak bebas
merupakan mediator penting dalam proses lipotoksisitas melalui
reseptor kematian (Death receptors), the mitochondriallysosomal pathway, dan stress retikulum endoplasma.19
Gambar 2.3. rasio asam lemak monounsaturated dan asam lemak tersaturasi
mempengaruhi fungsi SCD1 yang merupakan pusat dari proses adaptasi yang
menyebabkan penyakit yang benigna atau berlanjut ke tahapan apoptosis dan
kerusakan hati serta inflamasi progresif yang berujung ke fibrosis. 19
Gambar 2.4. Asam lemak
tersaturasi akan mengaktivasi
beberapa jalur apoptosis, salah
satunya dengan aktivasi sitokin
proinflamasi via TLR4,
peningkatan jumlah death reseptor
(Fas dan TRAIL receptor 5
[DR5]), permeabilitas terhada
lisosom, stress RE, ceramide,
kolesterol bebas yang
menyebabkan disfungsi
mitokondria akhirnya mengalami
apoptosis. 19
15
A.
INFLAMASI
Peningkatan penyimpanan lemak di
sel
hati
akan
meningkatkan kerentanan sel terhadap noxae (contohnya:
defisiensi oksigen, endotoksin, obat-obatan, bahan kimia, besi
dan metabolit biotoksin). Pada tahap ini terjadi peningkatan
mobilisasi asam lemak bebas dari jaringan adiposa dan
ditranspor menuju ke sel hati, hal ini menyebabkan peningkatan
masif radikal bebas karena stress oksidatif dengan peroksidasi
lipid dan menginduksi sitokin sitokin seperti TNF alfa, TGF
beta, IL-6, IL-8, NF-κB peningkatan kadar sitokin tersebut
berkorelasi dengan risiko terjadinya inflamasi dan fibrosis
hati.17,18 Sitokin dapat berpengaruh terhadap proses perubahan
histologis SHNA termasuk proses kemotaksis, apoptosis sel,
pembentukan badan Mallory, dan aktivasi sel stelata serta
meningakatkan kemungkinan karsinogenesis.17

Adipokin
Jaringan adiposa selain sebagai cadangan energi
tubuh juga menghasilkan beberapa hormon seperti leptin
dan
adiponektin.
Pada
pasien
PPHNA
terdapat
peningkatan kadar leptin yang disebabkan karena adanya
resistensi leptin, peningkatan leptin berpengaruh pada
promosi proses inflamasi dan fibrogenesis. Sebaliknya
adiponektin justru memiliki efek antiinflamatorik dan
meningkatkan sensitivitas insulin pada tubuh. Pada
pasien PPHNA adiponektin berkebalikan dengan porsi
lipid yang ada di tubuh dan menurun pada pasien dengan
PPHNA, efek dari mediator proinflamasi seperti TNF
alfa dapat menekan produksi dari adiponektin itu
sendiri.17

Stres oksidatif dan disfungsi mitokondria
Peningkatan akumulasi asam lemak bebas pada
penderita PPHNA memberikan beban berlebihan pada
16
proses beta oksidasi hal ini dapat meningkatkan ROS
(reactive oxygen species). ROS akan meninduksi proses
inflamasi dan merusak struktur dan aktivitas rantai
respirasi mitokondria.17

Stres retikulum endoplasma dan pertumbuhan bakteri
yang berlebihan
Stres pada reticulum endoplasma bisa disebabkan
oleh stres biologik termasuk hiperinsulinemia dan
hiperlipidemia, hal ini bisa menginduksi berbagai jalur
yang
menyebabkan
resistensi
insulin,
inflamasi,
apoptosis dan disfungsi mitokondria.17
Pertumbuhan bakteri di usus mempengaruhi proses
inflamasi di hati, bakteri memproduksi etanol dan
lipopolisakarida bakteri kedua hal ini dapat memicu
produksi TNF alfa di sel kupfer dan menginduksi
inflamasi di hati. Dibandingkan dengan kontrol penderita
SHNA memiliki tingkat pertumbuhan bakteri yang lebih
tinggi dan ditemukan adanya peningkatan permeabilitas
usus.17 Hipotesis ini didukung dengan studi pemberian
antibiotik dan probiotik dibuktikan dapat memperbaiki
progresifita inflamasi pada uji hewan dan manusia.17
B.
Fibrosis
Matriks
ekstraseluler
(kolagen)
terdeposit
di
sel
myofibroblas terutama pada sel stelata. Aktivasi sel ini kan
menstimulasi proses pembentukan kolagen dan jaringan ikat,
sel ini diaktivasi karena proses kerusakan kronik dan
bermigrasi
ke daerah
jaringan
yang rusak.20 Matriks
ekstraselular dapat juga diaktivasi oleh sitokin dan mediator
seperti TGF beta (akumulasi lipid dapat menstimulasi TGF
beta), produk peroksidasi lipid, connective tissue growth factor
(CTGF). penurunan aktivitas adiponektin memicu proses
fibrosis yang dimediasi oleh asam lemak bebas.20
17
Fibrosis merupakan perjalanan akhir dari kebanyakan
penyakit hati kronik termasuk salah satunya adalah SHNA.
Fibrosis
tingkat
lanjut
dapat
menyebabkan
berbagai
komplikasi diantaranya adalah kegagalan hati, hipertensi
portal, dengan atau tanpa asites, perdarahan varises, dan
adanya risiko untuk terjadinya karsinoma hepatoseluler.17
Gambar 2.5. proses pathogenesis PPHNA modifikasi “The two hit theory”
2.1.4. Manifestasi Klinis dan Perjalanan Penyakit
2.1.4.1. Manifestasi Klinis
Orang dengan PPHNA biasanya asimtomatis, terkadang
terdapat gejala seperti malaise, lemah, keluhan tidak enak dan
seperti ada yang mengganjal di daerah hipocondria kanan. Keluhan
yang sering ditemui biasanya adalah hanya hepatomegaly, dan
terdiagnosis
saat
melakukan
checkup.
Dan
yang
lainnya
kebanyakan didiagnosis sesudah terjadi komplikasi berupa sirosis,
asites, perdarahan varises, dan hepatoma.7 PPHNA berkaitan
dengan resistensi insulin biasanya dapat ditemukan gejala-gejala
sindroma metabolik seperti: obesitas abdominal, hipertensi,
dislipidemia. Gejalanya tidak spesifik, dan biasanya gejala kelainan
18
hepar (e.g: ikterus dan stigmata) tidak muncul sampai pada tahap
sirosis.12
Manifestasi klinis yang muncul bergantung pada derajat
akumulasi trigliserida di hepatosit, kecepatan infiltrasi, dan
keadaan yang mendasarinya. Penderita perlemakan hati kronis yang
memiliki kelainan seperti obesitas, atau diabetes mellitus biasanya
asimtomatik sampai dengan adanya rasa tidaknyaman pada bagian
abdomen kuadran kanan atas. Fungsi hati biasanya dalam batas
normal disertai dengan sedikit peningkatan dari alkali fosfatase dan
aminotransferase. Berbeda dengan pasien yang di beri nutrisi secara
parenteral, hal ini dapat menyebabkan akumulasi lipid di hati
secara cepat, dan menyebabkan
rasa tidak nyaman yang jelas
karena teregangnya kapsul Glisson.14 Gejala yang disebabkan
toksin yang dihasilkan oleh hati, sama seperti gejala gagal hati
karena penyebab lainnya, contohnya ensefalopati hati, peningkatan
PT time, dan aminotransferase, serta ikterus.14
19
2.1.4.2. Perjalanan penyakit
Genetik
Faktor
Risiko
Nutrisi
Sindroma
metabolik
Multifaktorial
BMI >25kg
IResistensi
insulin
(didapat dan
kongenital)
Iglukoneoge
nesis
Ideposisi
asam lemak
Gagal Hati
Iakumulasi
lemak di hati
Dislipid
emia
Hepatoma
SSTEATOSIS
HATI
(3-10%
BERAT HATI)
PERLEMAKAN
HATI
(>10% BERAT
HATI)
Sirosis
Steatohepatitis
Diagram 2.1. Gambaran perjalanan penyakit penderita PPHNA 1,6,12,18
Penderita dengan perlemakan hati akan mengalami
inflamasi yang progresif dan berulang, yang dapat menyebabkan
terjadinya fibrosis dan sirosis.1,12 Saat PPHNA berkembang
menjadi SHNA atau bahkan hingga sirosis akumulasi lemak akan
berkurang bahkan sampai hilang.12 Tetapi tidak semua penderita
PPHNA akan berkembang menjadi tahapan fibrosis dan sirosis,
tetapi tidak diketahui mengapa penyebabnya,13 bahkan pada
sebagian orang proses tersebut berhenti atau bahkan mengalami
perbaikan.7,13 Sirosis kriptogenik sering dihubungkan dengan
PPHNA, pasien dengan sirosis kriptogenik memiliki prevalensi
kelainan metabolik sebagai faktor risikonya (DM tipe 2, obesitas,
20
sindroma metabolik).4 dan pasien PPHNA memiliki risiko untuk
terkena karsinoma hepatoseluler, tetapi terbatas pada orang yang
memiliki gambaran histologi fibrosis dan sirosis tingkat lanjut.4
PPHN
A
SHNA
Sirosis
Kematian yang
berkaitan dengan
penyakit hati
Diagram 2.2. penderita PPHNA yang berkembang menjadi sirosis sampai kematian
karena penyakit hati
13
Dahulu penyakit perlemakan hati dan steatohepatitis ini
diduga sebagai suatu penyakit yang bersifat relatif benigna, tetapi
setelah dibuktikan bahwa SHNA merupakan penyakit kronik hati
yang paling sering berujung pada sirosis, karsinoma hepatoseluler
dan kematian.13 Saat ini diperkirakan 2-3% orang dewasa di Amerika
terkena SHNA, dan sekitar 20% darinya berkembang menjadi sirosis
hati, serta 30-40% nya menerima transplantasi hati atau meninggal
karena komplikasi berkaitan dengan hati. Dan biasanya penyakit
akhir hati oleh karena SHNA dapat berkaitan dengan penyakit
vascular, diabetes berkomplikasi, obesitas masif.1
21
2.1.5. Diagnosis
Diagnosa PPHNA dapat ditegakkan dengan berbagai metode, baik
metode invasif maupun non-invasif. Metode invasif yang dapat dilakukan
adalah biopsi hati, ini merupakan baku emas dari diagnose PPHNA dan
dapat membedakan serta menentukan derajat dari SHNA.21,22 Selain
metode invasif metode non-invasif seperti anamnesis, riwayat pasien,
harus diperhatikan saat menanyakan penggunaan obat, dan konsumsi
alkohol, dengan adanya faktor risiko seperti dislipidemia, DM, obatobatan, malnutrisi, obesitas dan lainnya hal ini sangat menunjang untuk
kepentingan diagnosis.18,21,23 Hal lain yang harus diperhatikan dalam
mendiagnosis PPHNA diantaranya1,4,18,21:
a. Adanya gambaran perlemakan hati pada pemeriksaan
histologi dan radiologi (CT scan, MRI, USG).
b. Konsumsi alcohol yang tidak berlebihan, pria < 30 g/hari
dan < 20 g/hari untuk wanita. Hal ini bertujuan untuk
membedakan PHA dan PPHNA.
c. Penyebab perlemakan hati lain sudah dieliminasi.
d. Tidak ada penyakit penyerta lain yang menjadi penyebab
penyakit hati kronik.
2.1.5.1. Anamnesis
a. Gejala pasien
Biasanya pasien tidak mengeluh apapun atau
asimtomatik, tetapi pada beberapa orang atau pada orang
dengan PPHNA tahap lebih lanjut ditemukan gejala seperti
lelah, malaise, kembung, penurunan nafsu makan dan
ketidaknyamanan pada regio kanan atas abdomen terutama
saat
berbaring
kearah
kanan
dan
pada
posisi
membungkuk.1,18
b. Kelainan Penyerta
Dengan adanya faktor risiko di bawah ini dicurigai
bahwa pasien mengidap PPHNA/SHNA dan membutuhkan
pemeriksaan lebih lanjut, faktor risikonya yaitu:
22

Dislipidemia

Obesitas, terutama obesitas morbid (IMT > 35)

DM tipe 2

Sindroma metabolic

Riwayat apneu tidur obstruktif

Resistensi insulin

Peningkatan SGPT/SGOT kronis yang tidak jelas
penyebabnya
c. Riwayat alkohol dan pengobatan
Pasien yang mengalami keluhan diatas harus
ditanyakan seberapa banyak konsumsi alkohol. Pasien
dengan perlemakan hati yang diantaranya pria < 30 g/hari
dan < 20 g/hari untuk wanita, maka pasien tersebut
mengalami perlemakan hati tanpa ada kaitannya dengan
alkohol. Hal ini untuk membedakannya antara PHA dan
PPHNA.1,13
Riwayat
coralgil,
meminum
tamoxifen,
obat
seperti
perhexiline,
amiodarone,
kortikosteroid,
methotrexate dan obat-obat steatogenik lainnya perlu untuk
ditanyakan.1
2.1.5.2. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan PPHNA 8090%-nya mengalami kenaikan yang patologis dan 10-20% sisanya
normal. Dan biasanya hal ini terdeteksi saat medical check-up yang
rutin dilakukan.1,18

Peningkatan SGOT/SGPT.

Rasio SGOT/SGPT < 1 jika lebih 2 menunjukkan kelainan
yang disebabkan oleh alkohol.

Peningkatan γ-GT

Cholinesterase dapat mengindikasikan adanya kelainan
metabolisme lipid ataupun adanya perlemakan hati.
23

Uji seperti Bilirubin, alkalin fosfatase, elektrophoresis,
ferritin, leptin, thioredoxin, dan parameter lain dapat
digunakan yang berhubungan dengan metabolisme lipid.

Galactose elimination capacity atau indocyanine green test
dapat
digunakan
untuk
memeriksa
apabila
adanya
penurunan fungsi hati. Dan digunakan untuk mengontrol
fungsinya dalam jangka panjang.
2.1.5.3. Radiologi
Pemeriksaan non-invasif lainnya yang sering digunakan
untuk mendiagnosa PPHNA adalah USG, CT-Scan, dan MRI.12
USG paling sering digunakan dalam screening perlemakan hati.1
Pada pemeriksaan USG terdapat gambaran hiperecho yang
meningkat karena adanya peningkatan jumlah air, dan lemak.
Tetapi USG tidak dapat mendeteksi perlemakan yang kurang dari
10-20%.18 CT menggambarkan adanya penurunan densitas dengan
penurunan korespondesi di unit Hounsfield. Hati yang mengalami
perlemakan warnanya akan lebih gelap dibandingkan dengan limpa
disebut juga sebagai grey liver.18
Ketiga pemeriksaan radiologi diatas dengan ditambah
pemeriksaan darah, dapat mendiagnosa PPHNA pada pasien, tetapi
tidak spesifik dan sensitif dalam membedakan PPHNA dan SHNA
serta mendeteksi adanya fibrosis dan stadium dari fibrosis
tersebut.21
2.1.5.4. Biopsi Hati
Dalam mendiagnosa hanya bentuk morfologi dari
kelainan organ yang dapat memberikan diagnosis definitif
tidak hanya pada perlemakan hati. Biopsi hati merupakan baku
emas untuk membedakan antara PPHNA dan SHNA, serta
digunakan untuk menentukan derajat dari proses inflmasai fibrosis
progresif serta prognosis dari pasien PPHNA/SHNA.12,18,21 Tetapi
biopsy hati masih memiliki keterbatasan yaitu potential sampling
24
error dimana hal ini dapat menyebabkan variasi dari hasil
interpretasi yang diberikan oleh ahli patologi anatomi.12
Biopsi hati dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi
terkena steatohepatitis dan fibrosis berat.4 Salah satu orang dengan
risiko tinggi adalah adanya sindroma metabolic, atau dapat
digunakan skor fibrosis PPHNA untuk mengidentifikasinya.4
Formulasi NFS24:
NFS digunakan untuk mengidentifikasi orang dengan risiko tinggi
terjadi fibrosis, dengan interpretasi sebagai berikut25:
a. NFS < -1,5 = risiko rendah
b. NFS >-1,5 - < 0,67 = risiko menengah
c. NFS > 0,67 = risiko tinggi
Tabel 2.8. skor penilaian aktivitas PPHNA (NAS) dan staging fibrosis diambil dari world
gastroenterology organisation global guidelines.1
25
skor >5 dengan steatosis dan pembengkakan hepatosis sudah didiagnosa sebagai NASH
tetapi dibawah itu juga tetap dikatakan NASH selama ada steatosis dan pembengkakan
hepatosit
Tabel 2.9. perbandingan teknik diagnosis pasien PPHNA diambil dari world gastroenterology
organisation global guidelines.1
26
2.1.5.5. Strategi Diagnosa PPHNA
Dislipidemia, obesitas, faktor
risiko lain
Tes fungsi
hati
normal
-
Terapi
sebab lain
USG/CT
-
+
+
Eliminasi
penyebab lain
SGOT SGPT
Risiko tinggi
Biopsi hati
Terapi
faktor risiko
abnormal
Cek NFS
Kategori
derajat fibrosis
Risiko Menengah
Risiko rendah
Terapi sesuai
derajat
kelainan
CK 18
tinggi
rendah
Diagram 2.3. Algoritma diagnosis PPHNA diadopsi dari Nurman etal, dan
Rafiq etal12,24
27
2.1.6. Tatalaksana
Manajemen pasien PPHNA adalah dengan menatalaksanai keadaan
metabolik penyerta pasien, seperti dislipidemia, resistensi insulin, obesitas,
dan DM tipe 2.4 PPHNA tidak memiliki terapi spesifik, prinsip
penatalaksanaan PPHNA adalah dengan menurunkan faktor risiko,
perbaikan fungsi hati dan penyebab yang mendasarinya yaitu resistensi
insulin jika hal ini dapat dicapai biasanya penderita akan mengalami
regresi komplit dari steatosis. Dalam mencapai target tersebut penderita
dapat diberikan beberapa obat-obatan yang dapat membantu melepaskan
lipid dari sel hati.12,18
2.1.6.1. Intervensi gaya hidup pasien
Banyak penelitian yang membuktikan, perubahan gaya
hidup dapat menurunkan kadar aminotransferase dan menurunkan
kadar steatosis. Penurunan berat badan dibuktikan oleh banyak
penelitian dapat memperbaiki gambaran histologi pasien SHNA,
dengan memperbaiki diet, kebiasaan pasien, dan meningkatkan
aktivitas fisik selama 200 menit seminggu selama 48 minggu.4
o
Diet: penurunan berat badan kurang lebih 5-10%
merupakan target penderita, intake kalori yang dikonsumsi
harus dikurangi 25% dari kebutuhan normal (disesuaikan
umur, dan jenis kelamin), jenis makanan yang dimakan
harus dirubah komponen makronutrien seperti fruktosa
dan lemak jenuh harus dihindari serta mengonsumsi lebih
banyak omega 3/omega 6.1
o
Olahraga:
program
olahraga dengan
aktivitas
menengah yang dilakukan tiga sampai empat kali
seminggu disarankan untuk penderita.1
Dengan diet yang baik ditambah dengan program olahraga
tersebut diharapkan dapat menurunkan berat badan pasien dan
meningkatkan sensitivitas insulin, serta mengurangi proporsi lipid
yang terakumulasi di hati.4,12
28
2.1.6.2. Obat
o Insulin sensitizing agents

Metformin
Pemberian metformin kurang direkomendasikan
karena tidak memberikan efek yang signifikan terhadap
perlemakan hati.4

Thiazolidinediones
Pioglitazone
menatalaksanai
bisa
digunakan
steatohepatitis,
tetapi
untuk
harus
diperhatikan karena keamanan dan efektivitas angka
panjang pioglitazobe pada pasien SHNA belum
dipastikan.4
Peroxisome
proliferators-activated
receptor-a (PPAR-a) meningkatkan kerja insulin pada
jaringan perifer dan hati. Dibandingkan dengan
metformin PPAR-a dapat menurunkan lemak hati dan
meningkatkan ambilan glukosa diperifer maupun di
hati.12
o Statin
Pasien PPHNA memilki banyak kelainan metabolik
yang mana salah satunya adalah dislipidemia. Untuk
mengurangi risiko komplikasi kardiovaskular. Statins dapat
digunakan sebagai lini pertama untuk mengontrol kadar
profil lipid, semua statins efektif terhadap dislipidemia
dengan dosis yang dapat ditolerir dan dalam rentang dosis
terapetik. Untuk menghindari efek hepatotoksik yang
ditimbulkan walaupun hal ini jarang terjadi. Asam lemak
omega-3 dapat dijadikan lini pertama untuk menatalaksanai
hipertrigliseridemia dinilai dari keamanan, toleransi, dan
hasil dalam memperbaiki kadar trigliserida serum serta
potensialnya untuk ikut memperbaiki penyakit hati.26
29
o Anti-oksidan
Pemberian vitamin E dengan dosis 800 IU/hari
direkomendasikan, karena dapat memperbaiki gambaran
histologi pasien non-diabetes.4
2.1.7. Prognosis dan Komplikasi
Pasien PPHNA tanpa terjadi fibrosis memiliki prognosis yang baik,
karena perlemakan yang terjadi bisa kembali menjadi normal dengan diet
dan perubahan gaya hidup pasien yang lebih baik, tetapi jaringan yang
sudah fibrosis tidak akan kembali menjadi normal karena bersifat
ireversibel.4,18
PPHNA dapat menyebabkan kerusakan yang berbahaya untuk hati,
diantaranya18:
a. Menurunkan fungsi sel hati. Yang dapat menyebabkan
kegagalan hati bahkan sampai dengan sirosis dan karsinoma
hepatoseluler.
b. Perlemakan akan membuat sel rentan terhadap toksik dan
menurunkan kemampuannya untuk beregenerasi.
c. Perlemakan hati akan merespon secara berlebihan pada
proses inflamasi.
d. Perlemakan hati yang lebih lanjut dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh dara intrahepatik dan menurunkan
aliran bilier serta gangguan hemodinamika yang akan
berujung pada hipertensi portal.
e. Emboli lemak
f. Varices, Oedema kaki
g. Penyakit kardiovaskular
h. Sepsis
Tabel 2.10. survival rate pasien PPHNA diambil dari world gastroenterology organisation
global guidelines.1
30
2.2. Dislipidemia
2.2.1. Lipid dan Metabolisme Lipoprotein
2.2.1.1. Lipid
Lipid dalam tubuh kita terdiri dari 3 jenis kolesterol, trigliserida
(TG), dan fosfolipid, molekul lipid ditubuh kebanyakan adalah nonpolar
sehingga bersifat hidrofobik, dan tidak larut dalam air. Sehinga
membutuhkan transportasi untuk dapat berpindah tempat di dalam darah.
Lipid harus dirubah ke dalam bentuk yang lebih larut air dengan
berkombinasi menjadi satu dengan protein membentuk lipoprotein (HDL,
Kilomikron, VLDL, IDL, LDL).27,28 Lipoprotein pada lapisan luar
tersusun atas protein dalam konteks ini disebut apoprotein, fosfolipid, dan
kolesterol sedangkan pada bagian dalam tersusun atas trigliserida dan
molekul
lipid
lainnya.28
Apoprotein/apolipoprotein
di
bedakan
berdasarkan huruf A, B, C,D, dan E, dan pada setiap lipoprotein memiliki
kandungan apolipoprotein yang berbeda.6,28
Tabel 2.11. Jenis apolipoprotein yang menyusun lipoprotein diambil dari Principles
of Internal Medicine Harrison’s.14
31
2.2.1.2. Metabolisme Lipoprotein
Dalam tubuh lipoprotein dimetabolisme dalam 3 jalur dua
jalur pertama berlaku untuk kolesterol LDL dan Trigliserida yaitu
jalur endogen dan eksogen, serta jalur
terakhir khusus untuk
kolesterol HDL adalah reverse cholesterol transport.6
A. Jalur Eksogen
Jalur ini memediasi semua lipid yang diabsorpsi
tubuh melalui makanan yang dimakan sehari-hari ataupun
hasil sekresi dari hati yang masuk kedalam lumen usus
semua lipid ini disebut lipid eksogen.6,14 Lipid yang kita
makan tidak dapat langsung diserap oleh mukosa usus
karena molekulnya terlalu besar, karena itu dengan proses
emulsifikasi oleh garam empedu dan kemudian dibentuk
misel, setelahnya pankreas akan melepaskan enzim lipase
untuk memecah lipid agar dapat diabsorpsi usus.14 Lipid
eksogen terdiri dari 2 bentuk yaitu kolesterol dan
trigliserida, kolesterol akan diabsorpsi dalam bentuk
kolesterol sedangkan trigliserida akan dipecah menjadi
asam
lemak.6
Didalam
enterosit
kolesterol
akan
teresterifikasi menjadi kolesterol ester dan asam lemak tadi
akan dirubah menjadi trigliserida kembali kemudian
dengan dilapisi oleh apoB-48 akan membentuk kilomikron,
yang selanjutnya akan dibawa oleh pembuluh limfe untuk
disebarkan ke sistemik dan diproses oleh jaringan perifer
terlebih dahulu sebelum dibawa ke hati.14
Di pembuluh darah terdapat enzim lipoprotein
lipase (LPL) yang dapat memecah trigliserida pada
kilomikron menjadi asam lemak bebas yang mana dapat di
gunakan sebagai sumber energi dan atau disimpan sebagai
trigliserida di jaringan subkutan.6 Kilomikron yang
terhidrolisis secara perlahan trigliserida yang dikandungnya
semakin sedikit, lama kelamaan kandungan kolesterol akan
32
lebih tinggi dibandingkan dengan trigliserida kilomikron ini
disebut chylomicron remnants. Oleh HDL kilomikron
tersebut akan dikeluarkan dari sirkulasi dan kemudian akan
dibawa kehati serta membutuhkan apoE.6,14
B. Jalur Endogen
Jalur
endogen
atau
lebih
tepatnya
adalah
menggambarkan fungsi hati untuk memetabolisme dan
sekresi VLDL ke IDL dan LDL. Hati juga memiliki fungsi
untuk memproduksi kolesterol dan trigliseridanya sendiri
yang kemudian akan disekresikan ke sirkulasi dalam bentuk
VLDL.6,14 Dalam pembuluh darah oleh enzim LPL
trigliserida yang dikandungnya akan terhidrolisis yang
kemudian akan berubah bentuk dari VLDL menjadi IDL
dan selanjutnya akan dihidrolisis kembali dan menjadi
bentuk akhirnya yaitu LDL. Selain disirkulasi hati memiliki
enzim hepatic lipase (HL), yang dapat menghidrolisis
kandungan
trigliserida
didalam
lipoprotein
serta
mentransfer apolipoproteinnya ke lipoprotein lain terkecuali
apoB-100. Kurang lebih 70% dari kolesterol serum pada
setiap individu tersusun atas LDL.6,14
Gambar 2.6. Metabolisme endogen dan eksogen lipid di tubuh
diambil dari Principles of Internal Medicine. Harrison’s.14
33
C. Metabolisme HDL Reverse Cholesterol Transport
Kolesterol diproduksi seluruh sel yang memiliki inti,
tetapi yang dapat memetabolisme dan mengeksresikannya
secara efisien hanya sel hati.14 Sel di usus dan hati
memproduksi
nascent
HDL,
yang
berfungsi
untuk
membawa seluruh kolesterol yang ada diperifer menuju sel
hati dengan dimediasi proses reverse cholesterol transport,
dan kemudian kolesterol akan di eksresi menjadi empedu.
Mekanisme kerja HDL adalah saat ada kolesterol akan
diesterifikasi
oleh
lecithin-cholesterol
acyltransferase
(LCAT). Kolesterol ester yang dikandung oleh HDL akan
ditransfer ke lipoprotein yang mengandung apoB untuk
menggantikan
trigliserida
yang
dihidrolisis.
Proses
menyingkirkan kolesterol ester terdapat dua jalur direct dan
indirect, yang pertama secara tidak langsung melalui
endositosis yang di mediasi reseptor LDL kolesterol ester
akan disingkirkan dari sirkulasi melalui hati, dan yang
kedua secara langsung melalui reseptor scavenger kelas BI
(SR-BI).14
Gambar 2.7. Metabolisme endogen dan eksogen lipid di tubuh diambil dari Principles of
Internal Medicine. Harrison’s.14
34
2.2.2. Definisi, Klasifikasi, dan Etiologi Dislipidemia
2.2.2.1. Definisi Dislipidemia
Dislipidemia didefinisikan sebagai perubahan kadar profil
lipid dalam darah, perubahan yang terjadi diantaranya adalah
peningkatan kolesterol normal (hiperkolesterolemia), penurunan
HDL, peningkatan kolesterol LDL dan peningkatan trigliserida
(hipertrigliserida) saja atau dengan kombinasi.9,29
2.2.2.2. Klasifikasi dan Etiologi Dislipidemia
Dislipidemia dapat diklasifikasikan Berdasarkan etiologi
dislipidemia terbagi menjadi 2 yaitu dislipidemia primer dan
sekunder. Disebut primer karena tidak memiliki etiologi yang jelas
dan atau karena kelainan genetik yang dimiliki oleh penderita.14
A. Dislipidemia primer
Banyak pasien dengan peningkatan profil lipid yang
tidak bisa diketahui penyebabnya melalui pemeriksaan
defek secara molekuler.14

Familial hypertriglyceridemia

Familial combined hyperlipidemia

Polygenic hypercholesterolemia

Defisiensi CETP

Defisiensi ApoA-I dan mutasi ApoA-I

Defisiensi LCAT
B. Dislipidemia sekunder
Kondisi abnormal lain dapat memicu timbulnya
dislipidemia pada pasien.14

Obesitas

Diabetes mellitus

Penyakit tiroid

Gangguan ginjal

Gangguan hati

Alkohol
35

Estrogen

Glycogen Storage Diseases

Sindrom Cushing

Obat
Tabel 2.12. Etiologi dislipidemia sekunder diambil dari Principles of Internal
Medicine Harrison’s.14
2.2.3. Epidemiologi
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratna pada 4 suku di
Indonesia yaitu pada suku Minangkabau, Sunda, Jawa dan Bugis.
Berdasarkan sukunya prevalensi
dislipidemia tertinggi adalah suku
Minangkabau dinilai dari total kolesterol >240 mg/dl (24,8%) dan
berdasarkan total kolesterol LDL >160 mg/dl (33,9%) dibandingkan
dengan tiga suku lainnya. Sedangkan jika dilihat dari kadar total kolesterol
HDL suku Sunda memiliki prevalensi terbesar sekitar 48,9%. Dari
keempat suku ini dengan perbandingan antara jenis kelamin total
kolesterol dan kolesterol LDL wanita memiliki angka yang lebih tinggi
dibandingkan pria, sedangkan untuk kolesterol HDL pria memiliki angka
yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita. Dan jika dilakukan
perbandingan dengan usia dan jenis kelamin, pada usia di bawah 40 tahun
dan di atas memiliki perbedaan di mana pada usia yang lebih muda
36
memiliki konsentrasi kolesterol total dan kolesterol LDL lebih rendah
dibandingkan usia yang lebih tua. Ditemukan bahwa pria dengan usia
muda memiliki konsentrasi plasma kolesterol total dan LDL paling rendah
dan wanita dengan usia tua memiliki konsentrasi plasma kolesterol total
dan LDL tertinggi pada ke empat suku.30
Tabel 2.13. Prevalensi dislipidemia pada suku Minangkabau, Sunda, Jawa,
dan Bugis berdasarkan jenis kelamin, diambil dari Ratna DH. 30
2.2.4. Patogenesis
Dislipidemia dipengaruhi oleh adanya resistensi insulin yang mana
akan mengaktivasi dan mempertahankan kadar hormone sensitive lipase
(HSL). Hormon ini dapat memecah trigliserid di jaringan adiposa menjadi
asam lemak bebas.6 Resistensi insulin pada beberapa studi diduga
merupakan faktor penyebab dislipidemia, insulin memiliki efek fisiologis
pada lipid, apolipoprotein dan enzim yang meregulasi lipid.31
2.2.4.1. Resistensi Insulin dan Metabolisme VLDL
Pada penderita resistensi insulin kelainan profil lemak
tersering adalah hipertrigliseridemia. Resistensi insulin dapat
meningkatkan sintesis VLDL dan apoB-100 di hati VLDL yang
dihasilkan pada keadaan ini akan memiliki kadar TG yang lebih
tinggi dari normalnya.6,31 Selain itu peningkatan kadar insulin di
tubuh dapat meningkatkan proses lipolisis jaringan adipose hal ini
memicu sintesis TG di hati meningkat. Insulin secara fisiologis
memiliki efek terhadap enzim LPL, resistensi insulin mencegah
37
proses katabolisme VLDL dan diakhir akan menyebabkan
hiprtrigliseridemia.31
2.2.4.2. Resistensi Insulin dan Metabolisme LDL
Kadar LDL serum biasanya normal hingga meningkat
ringan
pada
penderita
resistensi
insulin.
Kondisi
hipertrigliseridemia yang mendasari terbentuknya small dense
LDL. VLDL yang terhidrolisis akan menghasilkan LDL dengan
susunan apoB yang berbeda dan partikel ini tidak dapat berikatan
dengan LDL-R sehingga waktu sirkulasinya akan lebih panjang
dari normalnya.32 Dengan bantuan CETP, kandungan kolesterol
ester yang ada di LDL dan HDL akan diganti dengan TG, dan hal
ini menyebabkan terbentuknya LDL dan HDL yang kaya akan
trigliserida. LDL kaya trigliserida oleh enzim HL akan di hidrolisis
dan terbentuklah small dense LDL yang bersifat atherogenik.32
2.2.4.3. Resistensi insulin dan metabolisme HDL
Peningkatan kadar TG plasma, resistensi insulin akan
menurunkan kerja LPL yang menghidrolisis TG dari lipoprotein
kaya TG (kilomikron, VLDL, LDL) akan meningkatkan pertukaran
kolesterol ester dari HDL dan oleh pengaruh cholesteryl ester akan
mentransfer TG yang berasal dari hidrolisis lipoprotein kemudian
akan ditransfer ke kolesterol HDL dan akan membentuk HDL yang
kaya akan TG. HDL yang kaya akan TG akan lebih mudah untuk
dikatabolisme. Selain itu resistensi insulin dapat mempengaruhi
produksi dari apo A dan diameter darii HDL.31,32
38
Gambar 2.8. Pengaruh resistensi insulin terhadap metabolisme lipoprotein serum
(HDL, LDL, Trigliserida). Diambil dari Kolovou et al. 32
39
2.2.5. Kriteria Dislipidemia
Klasifikasi kadar lipid (LDL, HDL, Kolesterol total, dan
Trigliserida) dalam tubuh (mg/dL) berdasarkan ATP III National
Cholesterol Education Program:33
Tabel 2.14. Klasifikasi profil lipid berdasarkan ATP III National Cholesterol
Educatio Program (NCEP).33
Profil Lipid
Interpretasi
Kolesterol total
< 200
Optimal
200-239
Batas atas
≥ 240
Tinggi
Kolesterol LDL
<100
Optimal
100-129
Mendekati optimal
130-159
Batas atas
160-189
Tinggi
≥ 190
Sangat Tinggi
Kolesterol HDL
< 40
Rendah
≥ 60
Tinggi
Trigliserida
< 150
Optimal
150-199
Batas atas
200-499
Tinggi
≥ 500
Sangat Tinggi
2.2.6. Tatalaksana
Penatalaksanaan pasien dengan dislipidemia selain dengan obatobatan intervensi gaya hidup juga diperlukan, karena penyebab utama dari
dislipidemia yaitu resistensi insulin yang dapat disebabkan karena
sindroma metabolik, obesitas, DM tipe 2, dan penyebab lainnya.6,33
40
2.2.6.1. Intervensi Gaya Hidup
Pada pasien dengan dislipidemia, terapi intervensi gaya
hidup merupakan lini pertama yang termasuk diantaranya aktivitas
fisik, kebiasaan pasien, dan terapi nutrisi.34,35

Aktivitas fisik
Aktivitas fisik minimal 30 menit sehari dengan aktivitas
menengah (4-6 kali setiap minggunya).

Berat badan optimal dan lingkar pinggang
Direkomendasikan untuk menurunkan berat badan hingga
IMT < 25 kg/m2, dan lingkar perut < 94 cm pada pria dan <
80 cm pada wanita.

Kebiasaan merokok
Rokok
dapat
berpengaruh
langsung
terhadap
rasio
kolesterol LDL dan HDL, pada beberapa studi dibuktikan
bahwa berhenti merokok memiliki efek yang signifikan
dalam peningkatan kadar kolesterol HDL.

Terapi nutrisi
o Konsumsi buah dan sayur ditingkatkan (≥5 porsi per
hari)
o Konsumsi gandum utuh ditingkatkan (≥6 porsi
perhari)
o Konsumsi lemak mono- dan polyunsaturated,
termasuk asam lemak omega-3
o Menurunkan konsumsi karbohidrat sederhana dan
olahan
o Dan turunkan konsumsi lemak tersaturasi dan lemak
trans
41
2.2.6.2. Obat
Pengobatan
dislipidemia
dengan
farmakoterapi
juga
mungkin dibutuhkan, tetapi farmakoterapi tidak berjalan sendiri
melainkan didukung oleh perubahan gaya hidup seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya.35
Tabel 2.15. Golongan, Jenis, Efek samping, dan kontraindikasi obat dislipidemia
diambil dari ATP III national cholesterol education program.33
2.2.7. Hubungan Dislipidemia dengan PPHNA
Prevalensi dislipidemia yang terjadi bersamaan dengan PPHNA
dilaporkan
ada
sekitar
20-80%
kasus
secara
keseluruhan
pada
hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia dan atau bahkan keduanya.
Kondisi perlemakan pada hati menggambarkan bagaimana keseimbangan
fluks asam lemak bebas yang dihasilkan dari lipolisis, de novo lipogenesis
dan sekresi VLDL, hal ini dapat menyebabkan kejenuhan terhadap proses
oksidasi asam lemak dan sekresi VLDL sehingga pada akhirnya
trigliserida akan terakumulasi dalam hati.36
42
Gambar 2.9. Hubungan antara resistensi insulin dengan peningkatan kadar
asam lemak bebas dan proses akumulasi TG di hati serta hubungan
akumulasi lipid dengan pelepasan stres oksidatif dan peroksidasi lipid, yang
dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular. 36
Kadar asam lemak bebas yang berlebihan ditambah dengan
hyperlipidemia posprandial memiliki peran yang berbahaya terhadap
pembuluh darah. Baik secara langsung ataupun tidak langsung kadar lipid
dapat infiltrasi langsung terhadap dinding pembuluh darah yang
mengalami peningkatan permeabilitas, ataupun scara tidak langsung dapat
meningkatkan produk dari proses lipolisis seperti asam lemak bebas dan
lysolecithin yang dapat mengaktivasi jalur proinflmasi di sel endotel.
Penelitian
belakangan
ini
membuktikan
bahwa
PPHNA
sangat
berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.36,37
43
2.3. Kerangka Teori
• Obesitas
• Resistensi Insulin
• Nutrisi
• Diabetes
• Sindoma metabolik
CETP
Cholesteryl Ester
HDL kaya TG
Mudah Terhidrolisis
HDL
B-oksidasi insufisiensi dan
penurunan MTTP dan APO B
Hiperglikemia
Hiperinsulinemia
De novo lipogenesis
LDL
Small Dense LDL
Paruh waktu
LDL-R
Lipolisis jaringan
adiposa
Asam Lemak
Hepar
TG
VLDL kaya TG
TG Serum
Dislipdemia
Influks
Deposisi Lipid di Hati
PHNA%
Kejenuhan Proses oksidasi
Asam lemak bebas dan sekresi
VLDL
Efluks
44
2.4. Kerangka Konsep
Resistensi
Insulin
Dyslipidemia
Lipid Intrahepatik
Hati normal
PHNA
45
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Desain Penelitian
Penelitian di laksanakan secara observasional dengan pendekatan potong
lintang (cross sectional) deskriptif yang bertujunan untuk mengetahui gambaran
penyakit perlemakan hati non-alkoholik dengan faktor risiko dislipidemiaa.
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
dan waktu pelaksanaan dilakukan mulai dari bulan April 2015 hingga bulan
Agustus 2015.
3.3.
Populasi dan Subjek Penelitian
3.3.1. Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah pasien terdiagnosa PPHNA
dengan riwayat dislipidemia yang diketahui sebelum dan setelah
didiagnosa PPHNA.
3.3.2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah semua rekam medis
pasien terdiagnosa penyakit perlemakan hati non-alkoholik pada pasien
yang dirawat inap ataupun rawat jalan mulai dari bulan Januari 2013
hingga Desember 2014. Untuk sampel yang diambil adalah rekam medis
yang memenuhi kriteria inklusi yang sudah ditentukan.
3.3.3. Teknik Pemilihan Sampel
Pemilihan sampel menggunakan cara Total Sampling rekam medis
pasien yang terdiagnosis penyakit perlemakan hati non-alkoholik dengan
gangguan metabolik dislipidemia dimulai dari bulan Januari 2013 hingga
Desember 2014 yang sesuai dengan kriteria inklusi.
46
3.3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subjek Penelitian
Kriteria Inklusi:

Pasien berusia >17 tahun

Pasien terdiagnosa penyakit perlemakan hati non-alkoholik.

Memiliki riwayat dislipidemia.

Kriteria rekam medis
o Terdiagnosa PPHNA pertama kali pada tahun 2013 hingga
2014.
o Terdapat riwayat dislipidemia saat sesudah terdiagnosa maupun
sebelum terdiagnosa PPHNA sebelumnya. Dilihat dari profil
lipid lengkap
Kriteria Eksklusi:

Pasien anak usia < 17 tahun.

Rekam medis yang tidak tertera diagnosa PPHNA

Data hasil laboratorium profil lipid (kolesterol total, TG,
kolesterol HDL, kolesterol LDL) tidak lengkap.

Pasien yang tidak memenuhi kriteria dislipidemia
47
3.4.
Cara Kerja Penelitian
3.4.1. Alur Kerja
Menentukan Rumah
Sakit untuk
mengambil data
Persiapan
penelitian
Perizinan
Rumah Sakit
untuk
Pengambilan
data sekunder
Sesuai kriteria
inklusi?
3.5.
TIDAK
YA
Data tidak
diolah
Data diambil
dan akan
dianalisis
Analisis data
dan
perhitungan
data
Penyajian hasil
dan
kesimpulan
Manajemen Data
3. 5. 1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul akan diolah dengan beberapa tahapan,
meliputi:

Cleaning
Data dipilah terlebih dahulu dari logbook penulisan rekam medis
mana data yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
48

Editing
Kelengkapan data diperiksa.

Coding
Data yang sudah didapatkan dirubah menjadi kode yang mana akan
memudahkan untuk memasukan data.

Entry
Data yang sudah dirubah menjadi kode akan dimasukkan kedalam
komputer untuk diolah dan dianalisa.
3. 5. 2. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan SPSS versi 22,
yang meliputi analisis univariat berisi analisa distribusi frekuensi yang
disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan karakteristik
responden penelitian. .
3. 6. Definisi Operasional
No Variabel
Definisi
1
Penyakit
Pasien
perlemakan
melalui
hati
Alat ukur
didiagnosa
USG
non- gambaran
alkoholik
oleh
PPHNA Rekam
Cara ukur
Skala ukur
Baca
Kategorik
Baca
Numerik
Baca
Kategorik
dengan medis
perlemakan
dokter
di
hati
RSUP
Fatmawati
2
Profil Lipid
Kadar kolesterol total, LDL, Rekam
Trigliserida, dan
HDL
dalam
kolesterol Medis
pemeriksaan
laboratorium, dengan satuan
mg/dl
3
Dislipidemia Kondisi profil lipid abnormal Rekam
yang terdiri dari peningkatan Medis dan
TG, kolesterol total, LDL, dan Hasil lab
penurunan HDL, salah satu
dari
profil
ataupun
lipid
tersebut
kombinasi
49
diantaranya,
dengan
mengikuti kriteria ATP III
National Cholesterol Educatio
Program
Profil Lipid
Interpretasi
Kolesterol
total
< 200
Optimal
200-239
Batas atas
≥ 240
Tinggi
Kolesterol
LDL
<100
Optimal
100-129
Mendekati
optimal
130-159
Batas atas
160-189
Tinggi
≥190
Sangat
Tinggi
Kolesterol
HDL
<40
Rendah
≥60
Tinggi
Trigliserida
<150
Optimal
150-199
Batas atas
200-499
Tinggi
≥500
Sangat
Tinggi
50
4
Umur
Usia pasien saat terdiagnosa Rekam
PPHNA
pertama
dikategorikan
Baca
kali, Medis
Numerik
dan
berdasarkan
Kategorik
kelompok usia
5
6

17-27

>27-37

>37-47

>47-57

>57-67

67-77

>77
Jenis
Jenis kelamin yang tercantum Rekam
Kelamin
dalam rekam medis pasien
Riwayat
Riwayat
Pekerjaan
diantaranya
pekerjaan
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Baca
Kategorik
Medis
pasien Rekam
sebagai Medis
PNS/ABRI, Karyawan swasta,
wiraswasta, petani, pedagang,
pensiunan, lain-lain atau tidak
bekerja.
7
Tingkat
Jenjang
pendidikan
pasien Rekam
Pendidikan
terdiri dari tidak sekolah, tidak Medis
tamat SD, Tamat SD, Tamat
SMP,
Tamat
SMA,
dan
Perguruan Tinggi.
51
Bab 4
Hasil dan Pembahasan
4.1. Gambaran Pasien Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik dengan
Faktor Resiko Dislipidemia di RSUP Fatmawati Tahun 2013-2014
Data yang didapatkan sejumlah total 70 rekam medis. Total pasien
perlemakan hati dengan riwayat dislipidemia adalah 47 dari 70 pasien yang
didiagnosa penyakit perlemakan hati non-alkoholik. Presentase pasien
perlemakan hati dengan dislipidemi adalah 67.14% dari keseluruhan pasien
perlemakan hati di RSUP Fatmawati periode 2013-2014. Dengan proporsi
kejadian tahun 2014 lebih tinggi 2% yakni 23 kasus pada tahun 2013 dan 24
kasus pada tahun 2014. Tetapi karena 4 rekam medis memiliki data yang
tidak lengkap maka dalam proses pengolahan data selanjutnya hanya 43
pasien yang diikut sertakan.
Angulo dkk (2002) menyatakan prevalensi PPHNA pada pasien dengan
dislipidemi berkisar diantara 20%-90%.38 Gabriella, (2012) di Semarang
dalam penelitiannya didapatkan prevalensi PPHNA pada pasien dengan
dislipidemia adalah 80.6%.11 Peningkatan atau kelainan profil berhubungan
dengan proses pathogenesis dari PPHNA itu sendiri, distribusi lipid yang
tidak seimbang seperti peningkatan kadar TG dan penurunan kolesterol-HDL
menyebabkan proses influks lipid ke hepar lebih tinggi dibandingkan efluks
karena itu terjadi kejenuhan proses oksidasi asam lemak dan pelepasan VLDL
dan akan mengakumulasikan lipid yang berlebih pada hepar.
52
4.2.
Gambaran Profil Lipid Subjek Penelitian
Tabel 4.1. Gambaran Profil Lipid Pasien Penyakit Perlemakan
Hati Non-Alkoholik dengan Faktor Resiko Dislipidemia di
RSUP Fatmawati Tahun 2013-2014.
Variable
Jumlah (N=43)
Presentase (%)
1. Kolesterol Total

<200
28
65.1

200-239
9
20.9

>=240
6
14.0
2. Kolesterol-LDL

<130
14
32.6

100-129
13
30.2

130-159
9
20.9

160-189
6
14.0

>=190
1
2.3
3. Trigliserida

<150
20
46.5

150-199
15
34.9

200-499
7
16.3

>500
1
2.3
4. Kolesterol-HDL

<=40
27
62.8

>40
16
37.2
Dari tabel 4.1. dapat dilihat gambaran profil lipid berdasarkan
kriteria NCEP ATP III dari subjek penelitian dimulai dari yang terbanyak
adalah pasien dengan kadar kolesterol-HDL kurang dari sama dengan
40mg/dl yaitu 62.8% diikuti dengan TG lebih dari sama dengan 150mg/dl
53.5%, kolesterol-LDL lebih dari sama dengan 130mg/dl 37.2% dan
kolesterol total lebih dari sama dengan 200mg/dl 34.9%.
53
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahaling
dkk, (2013) di India pada 70 orang yang didiagnosa PPHNA dengan USG,
bahwa kelainan profil lipid tersering adalah TG dan HDL, dengan kelainan
TG (67.14%), kolesterol-HDL (62.85%), Kolesterol total (45.71%), dan
kolesterol-LDL (34.28%).39 Fan JG dkk, (2005) di Shanghai dan penelitian
yang dilakukan oleh Zhou YJ dkk, (2007) di Provinsi Guangdong Cina
didapatkan kadar profil lipid yang mengalami kelainan tersering adalahTG
dan HDL.40, 41
Menurut Gaggini M dkk, (2013), kadar adiponektin berkebalikan
dengan kadar trigliserida, sebanding dengan kadar kolesterol-HDL dan
ukuran molekul kolesterol-LDL. Fungsi dari adiponektin tersebut salah
satunya adalah untuk mengoksidasi asam lemak di hepar dan otot sehingga
dapat mencegah akumulasi lipid di hepar, jika terjadi penurunan kadar
adiponektin maka proses diatas tidak dilakukan dan akhirnya akan
meningkatkan proses akumulasi lipid di hepar. Dan pada pasien PPHNA
kadar adiponektin menurun dibandingkan dengan subjek normal.36
Patogenesis berkaitan dengan kelainan profil lipid masih belum
dipahami sepenuhnya. Dari data diatas dapat dilihat tidak jauh perbedaan
antara pola yang terjadi di Negara lain seperti India, China, dengan pola
yang terdapat di RSUP Fatmawati. Kemungkinan pola tersebut memang
salah satu faktor risiko dari PPHNA tetapi diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai hal ini.
4.3. Gambaran Karakteristik Demografi Subjek Penelitian
Subjek penelitian penyakit perlemakan hati non-alkoholik sangat beragam,
karakteristik yang akan dibahas dalam laporan penelitian ini adalah sebagai
berikut: usia, jenis kelamin, riwayat pekerjaan dan tingkat pendidikan.
54
4.3.1.
Gambaran Usia dan Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Tabel 4.2. Gambaran Pasien Penyakit Perlemakan Hati NonAlkoholik dengan Faktor Resiko Dislipidemia di RSUP
Fatmawati Tahun 2013-2014 Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur
Jumlah (N=43)
Presentase (%)

17-27
1
2.3

>27-37
2
4.7

>37-47
2
4.7

>47-57
17
39.5

>57-67
11
25.6

>67-77
10
23.3

>77
0
0
Dari hasil pengambilan data didapatkan angka tertinggi kejadian
PPHNA adalah pada usia menengah yaitu dalam range lebih dari 47-57
tahun dimana terdapat 39.5% dari keseluruhan kasus PPHNA dengan
dislipidemia di RSUP Fatmawati pada periode 2013-2014.
Angka tersebut sesuai dengan penelitian lain yang menyatakan
bahwa PPHNA sering terjadi pada usia pertengahan dan hal ini juga
merupakan faktor risiko daripada PPHNA sendiri seiring dengan
penambahan usia risiko untuk terkena PPHNA juga lebih tinggi
meningkat. Williams CD dkk (2011), di Amerika pada beberapa etnik
yang berbeda (kaukasia, Hispanic, amerika-afrika, dll) rata-rata usia pasien
yang terdiagnosa PPHNA berada dalam range 49-62 tahun.42 Kate H dkk,
(2014), pada penelitiannya di Inggris menunjukkan usia tersering untuk
PPHNA ada dalam range 40-66 tahun.43
Dari data diatas dapat dilihat jika kejadian PPHNA terbanyak di
usia pertengahan dan tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian
lainnya antara yang dilakukan di Amerika, Inggris, dan Indonesia,
kemungkinan kejadian PPHNA sesuai dengan teori dimana pertambahan
usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya PPHNA.
55
Tabel 4.3. Gambaran Pasien Penyakit Perlemakan Hati NonAlkoholik dengan Faktor Resiko Dislipidemia di RSUP
Fatmawati Tahun 2013-2014 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah(N=43)
Presentase(%)
Laki-laki
16
37.2
Perempuan
27
62.8
Terdapat 62.8% dari pasien PPHNA dengan dislipidemia berjenis
kelamin wanita. Rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada
penelitian ini adalah 1 : 1.68 Hal ini tidak sesuai dengan penelitian lain
yang menyatakan bahwa PPHNA lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan.
William CD dkk, (2011) pada studi kohortnya menemukan bahwa
proporsi laki-laki mencapai 58.9% sedangkan perempuan hanya 41.1%.42
Berdasarkan data NHANES III, PPHNA lebih sering ditemukan di lakilaki daripada wanita.44
Hanya sedikit penelitian terkait PPHNA yang mendapatkan hasil
rasio perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, Abhijit sen dkk
(2013), yang mendapatkan perbandingan rasio jenis kelamin laki-laki dan
perempuan di India sejumlah 44.7% : 55.3% atau 1 : 1.23.45 Younossi dkk
(2012) di Amerika melaporkan dalam penelitian kohortnya bahwa PPHNA
lebih sering terjadi pada perempuan.44
Menurut Hamaguchi M dkk, (2012) di Jepang usia premenopause
pada wanita merupakan faktor risiko untuk PPHNA, dan prevalensi
PPHNA meningkat seiring pertambahan usia pada wanita.46
hormon
estrogen dan estradiol memiliki efek proteksi terhadap hepar, dan kadar
estrogen yang tinggi memusatkan penumpukan lemak pada wanita lebih
banyak di regio gluteofemoral sehingga saat transisi ke proses menopause
efek ini menurun dan terjadi peningkatan penumpukan lemak di bagian
sentral, pada studi sebelum-sebelumnya sudah menunjukan bahwa lemak
visceral dapat digunakan sebagai faktor prediktor untuk kejadian
PPHNA.46
56
4.3.2. Gambaran Riwayat Pekerjaan Subjek Penelitian
Tabel 4.4. Gambaran Pasien Penyakit Perlemakan Hati NonAlkoholik dengan Faktor Resiko Dislipidemia di RSUP
Fatmawati Tahun 2013-2014 Berdasarkan Riwayat Pekerjaan
Riwayat Pekerjaan
Jumlah (N=43)
Presentase (%)

Tidak Bekerja
19
44.2

PNS/ABRI
5
11.6

Karyawan
6
14.0
Swasta

Wiraswasta
0
0

Petani
0
0

Pedagang
0
0

Pensiunan
3
7

Lain-Lain
10
23.3
Dilihat dari hasil penelitian, pasien PPHNA dengan dislipidemia
banyak yang tidak bekerja yaitu 44.2% dari keseluruhan pasien PPHNA
dengan dislipidemia.
Kate H dkk, (2014), di Inggris dari hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa pasien PPHNA menghabiskan berdiam diri atau
kurang aktivitas fisik hariannya jika dibandingkan dengan kontrol.43
Data di atas sesuai dengan penelitian Kate H dkk berkaitan dengan
aktivitas pasien yang rendah, dan kemungkinan berpengaruh terhadap
proses deposisi lemak ditubuhnya yang menyebabkan fluktuasi lipid
didarahnya yang dapat mempengaruhi profil lipid, dan selanjutnya akan
mempengaruhi proses pathogenesis dari PPHNA.
57
4.3.3. Gambaran Tingkat Pendidikan Subjek Penelitian
Tabel 4.5. Gambaran Pasien Penyakit Perlemakan Hati NonAlkoholik dengan Faktor Resiko Dislipidemia di RSUP
Fatmawati Tahun 2013-2014 Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah (N=43)
Presentase (%)

Tidak Sekolah
1
2.3

Tidak Tamat SD
1
2.3

Tamat SD
3
7.0

Tamat SMP
4
9.3

Tamat SMA
18
41.9

Perguruan Tinggi
16
37.2
Dari hasil penelitian didapatkan kejadian tertinggi PPHNA dengan
dislipidemia adalah di pasien dengan tingkat pendidikan SMA 41.9% dan
diikuti pasien dengan pendidikan perguruan tinggi 37.2%.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Li G dkk, (2013) di Beijing
didapatkan hasil kebanyakan tingkat pendidikan pasien yang didiagnosa
PPHNA adalah setaraf dengan perguruan tinggi sekitar 76.1%.47 Selain itu
Sodjinou R dkk, (2008) juga melakukan penelitian di Cotonou mengenai
kaitan status ekonomi, urbanisasi, dan perubahan gaya hidup dengan
peningkatan kejadian dislipidemia, obesitas, dan DM tipe 2 dari hasil
penelitiannya terbanyak respondennya berasal dari pendidikan yang
setaraf dengan SMA dan lebih tinggi. Pada penelitiannya disimpulkan
bahwa orang dengan pendapatan lebih tinggi dan tinggal lebih lama di
perkotaan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kelainan
metabolik.48
Kemungkinan hal ini berkaitan dengan kebiasaan pola makan, pada
orang dengan pendidikan lebih tinggi memiliki penghasilan lebih baik dari
orang dengan pendidikan lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan
perubahan gaya hidup yang lebih sering terjadi pada orang-orang dengan
pendapatan lebih tinggi, perubahan gaya hidup seperti jarang berolahraga,
makan makanan dengan kandungan lemak jenuh tinggi, hal ini bisa
menjadi faktor predisposisi dari dislipidemia dan PPHNA.
58
4.4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai kekurangan dan keterbatasan yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian.
•
Gambaran yang dapat diambil hanya 2 tahun kebelakang karena proses
pengambilan rekam medik oleh IRMIK RSUP Fatmawati membutuhkan
waktu untuk mencari ketersediaannya, dan dengan keterbatasan waktu
penelitian, serta tidak semua rekam medik yang ingin dipinjam tersedia,
sehingga jumlah data tidak memadai untuk uji statistik.
•
Ditambah saat pengambilan data di rekam medis data-data seperti
anamnesis, laboratorium kurang lengkap, serta beberapa tulisan sulit untuk
dibaca dan dimengerti.
59
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Terdapat 67.14% pasien PPHNA dengan faktor resiko dislipidemi dari
keseluruhan kasus PPHNA di RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 20132014.
2. Kejadian PPHNA dengan dislipidemia di RSUP Fatmawati Jakarta
berdasarkan kelainan profil lipid terbanyak, kolesterol-HDL (62.8%), TG
(53.5%), kolesterol-LDL (37.2%), adn kolesterol total (34.9%).
3. Kejadian PPHNA dengan dislipidemi di RSUP Fatmawati Jakarta
terbanyak pada perempuan 62.8%, kelompok usia >47-57 tahun 39.5%,
tingkat pendidikan tamat SMA 41.9%, pasien yang tidak bekerja 44.2%.
5.2. Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya, perlunya dilakukan penelitian lanjutan
dengan metodologi statistik lebih mendetil dan data penelitian lebih
lengkap agar dapat mengetahui bagaimana kaitan antara faktor risiko
dislipidemia dengan PPHNA.
2. Untuk RSUP Fatmawati, Perlu dilakukan pencatatan RM dengan
lengkap dengan penyimpanan lebih baik agar memudahkan bila ada
penelitian yang dilakukan di RSUP Fatmawati.
60
Daftar Pustaka
1. World Gastroenterology Organisation Global Guidelines. Nonalcoholic Fatty
Liver Disease and Nonalcoholic Steatohepatitis: 2012
2. Romadhona S. Hubungan Kadar Adiponektin Dengan Penyakit Perlemakan
Hati Non Alkohol Pada Remaja Obesitas. Semarang: Universitas Diponegoro,
2009.
3. Machmud R. Pencegahan Penyakit dan Promosi Kesehatan Untuk Penyakit
Perlemakan Hati Melalui Penanganan Kegemukan. Majalah Kedokteran
Andalas.2000;24(2)
4. Chalasani N, Younossi Z, Lavine JE, Diehl AM, Brunt EM, Cusi K, et al. The
Diagnosis and Management of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease: Practice
Guideline by the American Association for the Study of Liver Diseases,
American College of Gastroenterology, and the American Gastroenterological
Association. AASLD Practice Guideline.2012;55(6):2005-2023
5. Liu
CJ. Mechanisms of Disease Prevalence and Risk Factors for Non-
Alcoholic Fatty Liver Disease in Asian People Who are Not Obese. Journal of
Gastroenterology and Hepatology.2012;22(0):1555-1560
6. John MF. Dislipidemia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S (eds.)Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006. p1948-1954
7. Hasan I. Perlemakan Hati Non Alkoholik. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I, Simadibrata M, Setiati S (eds.)Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesisa; 2006. P464-467
8. Brunzell JD, Hokanson JE. Dyslipidemia of Central Obesity and Insulin
Resistance. Diabetes Care.1999;22(3):1-10
9. Misra A, Shrivastava U. Obesity and Dyslipidemia in South Asians.
Nutrients.2013;5(0):2708-2733
10. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. 2013.
11. Sari, GAC. Penyakit Perlemakan Hati Non-Alkoholik pada Sindroma
Metabolik Dewasa. Jurnal Media Medika Muda. 2012.
61
12. Nurman A, Huang MA. Perlemakan Hati Non Alkoholik. Universa
Medicina.2007;26(4):205-15.
13. Neuschwander-Tetri BA. Nonalcoholic Steatohepatitis and the Metabolic
Syndrome. Am J Med Sci.2005;330(6):326-335
14. Podolsky Daniel K.. Infiltrative, Genetic, and Metabolic Diseases Affecting
the Liver. In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL,
Jameson JL (eds.)Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th ed. USA:
McGraw-Hill; 2005. p1869-71
15. Bellentani S, Bedogni G, Miglioli L, Tiribelli C. The Epidemiology of Fatty
Liver.
European
Journal
of
Gastroenterology
&
Hepatology.2004;16(11):1087-1093.
16. Lim JS, Snyder MM, Valente A, Schwarz JM, Lustig RH. The role of
Fructose in the Pathogenesis of NAFLD and the Metabolic Syndrome. Nat.
Rev. Gastroenterol. Hepatol..2010;7(0):251-264
17. Dowman JK, Tomlinson JW, Newsome PN. Pathogenesis of non-alcoholic
fatty liver disease. QJ Med.2010;103(0):71-83A
18. Kuntz E. Hepatology Principles and Practice. 2nd ed. Germany. Springer;
2006
19. Alkhouri N, Dixon LJ, Feldstein AE. Lipotoxicity in Nonalcoholic Fatty Liver
Disease: Not All Lipids Are Created Equal. Expert Rev Gastroenterol
Hepatol.2009;3(4):445-451
20. Peverill W, Powell LW, Skolen R. Evolving Concepts in the Pathogenesis of
NASH: Beyond Steatosis and Inflammation. Int. J. Mol. Sci..2014;15(0):85918638
21. Wieckowska A, Feldstein AE. Diagnosis of Nonalcoholic Fatty Liver Disease:
Invasive versus Noninvasive. Seminars in Liver Disease.2008;28(4):386-395
22. National Intitutes of Health (NIH). Nonalcoholic Steatohepatitis: 2006
23. Miskovitz P, Betancourt M. The Doctor's Guide to Gastrointestinal Health. 1st
ed. USA. John Wiley & Sons, Inc.; 2005
24. Dyson JK, Anstee QM, McPherson S. Non-alcoholic fatty liver disease: A
Practical
Approach
to
Diagnosis
and
Staging.
Frontline
Gastroenterology.2014;5(0):211-218
25. Treeprasertsuk S, Björnsson E, Enders Felicity, Suwanwalaikom S, Lindor
KD.NAFLD fibrosis score: A Prognostic Predictor for Mortality and Liver
62
Complications
among
NAFLD
Patients.
World
Journal
of
Gastroenterology.2013;19(8):1219-1229
26. Chatrath H, Vuppalanchi R, Chalasani N. Dyslipidemia in Patients with
Nonalcoholic Fatty Liver Disease. Semin Liv Dis.2012;32(1):22-29
27. McCance KL, Huether SE, Brashers SE, Rote NS. Pathophysiology the
Biologic Basis for Disease in Adults and Children. 6th ed. United States of
America. Elsevier; 2010
28. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy & Physiology. 13th ed.
United States of America. John Wiley & Sons, Inc.; 2012
29. Kamso S, Purwantyastuti, Juwita R. Dislipidemia Pada Lanjut Usia di Kota
Padang. Makara Kesehatan.2002;6(2):55-58
30. Hatma RD. Lipid Profiles Among Diverse Ethnic Groups in Indonesia. Acta
Med Indones-Indones J Intern Med.2011;43(1):4-11
31. Garg A. Insulin Resistance in the Pathogenesis of Dyslipidemia. Diabetes
Care.1996;19(4):387-389
32. Kolovou GD, Anagnostopoulou KK, Cokkinos DV. Pathophysiology of
Dyslipidaemia in the Metabolic Syndrome. Postgrad Med J.2005;81(0):358366
33. National Institutes of Healt (NIH). ATP III Guidelines At-A-Glance Quick
Desk Reference:2001
34. Recommendations for the diagnosis and treatment of dyslipidemia. Can J
Cardiol.2009;22(11):1-5
35. Jellinger PS, Smith DA, Mehta AE, Ganda O, Handelsman Y, Rodbard HW,
etal. American Association of Clinical Endrocrinologists Guidelines for
Management of Dyslipidemia and Prevention of Atherosclerosis. AACE Lipid
and Atherosclerosis Guidelines, Endocr Pract..2012;18(0):1-78
36. Gaggini M, Morelli M, Buzzigoli E, DeFronzo RA, Bugianesi E, Gastaldelli
A. Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) and Its Connection with
Insulin Resistance, Dyslipidemia, Atherosclerosis and Coronary Heart
Disease. Nutrients.2013;5(0):1544-1560
37. Souza MRDA, Diniz MDFFDM, Medeiros-Filho JEMD, Araujo MSTD .
Metabolic Syndrome and Risk Factors for Non-Alcoholic Fatty Liver Disease.
jan. Imar..2012;49(1):89-96
63
38. Angulo P. Nonalcoholic Fatty Liver Disease. The New England Journal of
Medicine. 2012; 346(16): 1221- 1231
39. Mahaling DU, Basavaraj MM, Bika AJ. Comparison of Lipid Profile in
Different Grades of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease Diagnosed on
Ultrasound. Asian Pac J Trop Biomed. 2013;3(11): 907-912.
40. Fan JG, Zhu J, Chen L, et al. Prevalence of and Risk Factors for Fatty Liver in
a General Population of Shanghai, China. J of Hepatic. 2005;43(3): 508-514.
41. Zhou, Y.J, Li, Y.Y, Nie, Y.Q, Et al. Prevalence of Fatty Liver Disease and its
Risk Factors in the Population of South China. World J Gastroenterol.
2007;13(47): 6419-6424.
42. Williams CD, Stenger J, Asike MI, Torres DM, Shaw J, Contreras M, Landt
CL, Harrison SA. Prevalence of Nonalcoholic Fatty Liver Disease and
Nonalcoholic Steatohepatitis Among a Largely Middle-Aged Population
Utilizing Ultrasound and Liver Biopsy: A Prospective Study. Gastroenterology. 2011;140:124-131.
43. Hallsworth K, Thoma C, Moore S, et al. Non-alcoholic Fatty Liver Disease is
Associated with Higher Levels of Objectively Measured Sedentary Behaviour
and Lower Levels of Physical Activity than Matched Healthy Controls.
Frontline Gastroenterology. 2014;0(0): 1-8.
44. Pan JJ, Fallon MB. Gender and Racial Differences in Nonalcoholic Fatty
Liver Disease. World J Hepatol. 2014;6(5): 274-283.
45. Sen A, et al. Lipid Profile of Patients Having Non-Alcoholic Fatty Liver
Disease as Per Ultrasound findings in north Indian population: A retrospective
observational study. J Med Allied Sci 2013. 2013;3(2): 59-62.
46. Hamaguchi M, Kojima T, Ohbora N, et al. Aging is a Risk Factor of Nonalcoholic Fatty Liver Disease in Premenopausal Women. World J
Gastroenterol. 2012;18(3): 237-243.
47. Li G, Cheng Z, Wang C, Liu A, et al. Prevalence of and Risk Factors for NonAlcoholic Fatty Liver Disease in Community-Dwellers of Beijing, China. OA
Evidence-Based Medicine. 2013;1(1): 1-10.
48. Sodjinou R, Agueh V, Fayomi B, Delisle H. Obesity and Cardio-Metabolic
Risk Factors in Urban Adults of Benin: Relationship with Socio-Economic
Status, Urbanisation, and Lifestyle Patterns. BMC Public Health. 2008;8(84):
1-13.
64
49. Jacob BS, Balachandran J, Paul B. A Study on Prevalence of Dyslipidemia in
Obese Patients in a Teaching Hospital in Kerala. Scholars Journal of Applied
Medical Sciences. 2014;2(2b): 642-646
50. Cahyono SB, Bayupurnama P, Ratnasari N, et al. Ultrasound-Diagnosed NonAlcoholic Fatty Liver Disease among Medical Check Up Patients. He
Indonesian
Journal
of
Gastroenterology,
Hepatology
and
Digestive
Endoscopy. 2013;14(3): 145-149.
51. Manuael JJ, Palugod E, Cervantes, J, et al. The Association of Risk Factors in
the Development of Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) in Filipino
Patients with Type 2 Diabetes Mellitus in a Tertiary Center. Phil J Internal
Medicine. 2007;45(0): 135-143.
65
Lampiran
Lampiran 1
Kajian Etik dan Surat Izin Penelitian
66
67
68
Lampiran 2
Daftar Riwayat Hidup
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
Alamat
E-mail
: Hylman Mahendra
: Garut, 16 Maret 1995
: Perumahan Bumisentosa C6/20-21, Cibinong, Kab.
Bogor
: [email protected]
No Hp
: 085693901970
Riwayat Pendidikan
:
 Tahun 2001 – 2002
: SDN 07 Pagi Pasar Minggu
 Tahun 2002 – 2004
: SDI Al-Azhar Syifa Budi Kota Legenda
 Tahun 2004 – 2006
: SDI As-Syafi’iyah Pulo Air Sukabumi
 Tahun 2006 – 2009
: SMPN 1 Bogor
 Tahun 2009 – 2012
: SMA IT Al-Madinah
 Tahun 2012 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
Download