Keperawatan Sistem Respirasi 2 Pertemuan 14

advertisement
PHARINGITIS
Annisetya Robetha M. Bate
(2009.33.032)
Melisa Ripasindo Yulanda
(2009.33.002)
Oktaviana sari Nainggolan
(2009.33.033)
Pengertian
Pharingitis adalah penyakit peradangan
yang menyerang tenggorokan atau
faring. Kadang disebut radang
tenggorokan.
Pharingitis dapat disebabkan oleh virus
dan kuman.
Etiologi
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun
bakteri.
Contoh virus yang menyebabkan faringitis adalah
virus flu.
Contoh Bakteri yang menyebabkan faritingitis
adalah streptokokus grup A, korinebakterium,
arkanobakterium, neisseria gonorrhoeae atau
Chlamydia pneumoniae.
Ada 2 macam faringitis:
Faringitis Akut
 Yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh
organisme virus hampir 70% dan streptokokus
group A adalah organisme bakteri yang umum
berkenaan dengan faringitis akut.
Faringitis Kronik
Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu
dewasa
yang
bekerja/tinggal
dengan
lingkungan berdebu, menggunakan suara
berlebihan, menderita akibat batuk kronik,
penggunaan habitual alkohol dan tembakau.
Pharingitis Krn Bakteri
Streptokokus
PATOFISIOLOG
patofisiologi
 Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan
limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium
awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang
meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi
menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat
pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah
dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang
berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel
atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak
lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak
sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
Pada infeksi faringitis, virus atau bakteri secara langsung
menginvasi mucosa pada rongga tenggorokan,
menyebabkan suatu respon inflamasi lokal. berbeda halnya
dengan virus, seperti rhinovirus,dapat mengiritasi mukosa
rongga tenggorokan.
Streptococcal infeksi/peradangan ditandai oleh pelepasan
dan invasi toksin ekstra seluler lokal dan proteases
Tanda & Gejala
Penyakit ini cenderung akut dengan disertai
demam yang tinggi, sakit kepala, rasa nyeri di
perut dan muntah-muntah. Tenggorokan terasa
nyeri, amandel menjadi berwarna merah dan
membengkak. Pada anak yang sudah lebih besar,
akan terlihat adanya lapisan seperti krim di atas
amandel (eksudat) yang tidak mengeluarkan
darah bila disentuh. Kelenjar getah bening di leher
sering membengkak dan terasa nyeri bila ditekan.
Berbeda dengan faringitis virus, penderita faringitis
streptokokus tidak mengalami rhinitis, suara serak
atau batuk.
 Manifestasi klinis faringitis akut,
yaitu :
- Membran mukosa sangat
merah dan tonsil berwarna
kemerahan.
- Folikel limfoid membengkak
dan di penuhi dengan eksudat
dan pembesaran.
- Nyeri tekan nodus limfa
servikal.
- Demam
- Malaise
- Sakit tenggorok
- Serak dan batuk
- Sakit kepala
Manifestasi klinis faringitis kronik yaitu :
Pasien dengan faringitis kronik mengeluh
sensasi iritasi dan sesak pada tenggorok yang
terus-menerus, lendir yang terkumpul dalam
tenggorok dan dapat dikeluarkan dengan
membatukkan,
kesulitan
menelan
Tes Diagnostik
 Kultur tenggorok
 Pemeriksaan serologic adalah pemeriksaan
terhadap sputum klien untuk mengetahui tingkat
keganasan bakteri atau virus.
 Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan
asam
 Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru
 Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan
serta mencari basil tahan asam di jaringan
Therapy Medik
Apabila penyebabnya diduga infeksi virus, pasien
cukup diberikan analgetik dan tablet isap saja.
Antibiotika diberikan untuk faringitis yang
disebabkan oleh bakteri Gram positif disamping
analgetika dan kumur dengan air hangat.
Penisilin dapat diberikan untuk penyebab bakteri
GABHS, karena penisilin lebih kemanjurannya
telah terbukti, spektrum sempit,aman dan
murah harganya. Dapat diberikan secara
sistemik dengan dosis 250 mg, 2 atau 3 kali
sehari untuk anak-anak, dan 250 mg 4 kali sehari
atau 500 mg 2 kali sehari selama 10 hari. Apabila
pasien alergi dengan penisilin, dapat diganti
dengan eritromisin.
 Untuk faringitis akut :
Jika di duga atau ditunjukkan adanya penyebab
bakterial,
pengobatan
dapat
mencakup
pemberian
Agens
antimicrobial
untuk
streptokukus group A, penisilin merupakan obat
pilihan. Untuk pasien alergi terhadap penisilin
atau yang mempunyai organisme resisten
terhadap eritromisin digunakan sefalosporin.
Antibiotik di berikan selama sedikitnya 10 hari
untuk menghilangkan streptokokus group A dari
orofaring.
 Untuk faringitis kronik
Didasarkan pada penghitungan gejala, menghindari
pemajanan terhadap iritan, dan memperbaiki setiap
gangguan saluran napas atas, paru atau jantung
yang mungkin mengakibatkan terhadap batuk
kronik.
Kongesti nasal dapat dihilangkan dengan sprei nasal
/ obat-obatan yang mengandung epinefrin sulfat
(Afrin) atau fenilefrin hidroklorida (Neo-Synphrine).
Jika terdapat riwayat alergi, salah satu medikasi
dekongestan antihistamin seperti Drixarol /
Dimentapp, diminum setiap 4-6 jam. Malaise secara
efektif dapat dikontrol dengan aspirin /
asetaminofen.
Diagnosa Keperawatan &
Intervensi
 1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
pada tenggorokan.
 Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan
1x24 jam, diharapkan nyeri klien dapat
berkurang atau hilang.
Intervensi :
- Kaji ulang tingkat nyeri
- Kaji tanda-tanda vital
- Berikan penkes sederhana tentang penanganan
nyeri.
- Kolaborasi dalam pemberian analgetik
2. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh b/d kesulitan menelan
atau nyeri menelan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2x24 jam,
diharapkan kebutuhan
nutrisi klien dapat tepenuhi
dan kesulitan menelan saat
makan dapat teratasi.
 Intervensi :
- Kaji tingkat intake makanan klien
- Anjurkan klien untuk makan
makanan yang tinggi kalori dan
serat.
- Anjurkan klien makan makanan
sedikit tapi sering.
- Anjurkan klien untuk makan
makanan yang disediakan selagi
hangat.
3. Kerusakan komunikasi verbal b/d iritasi jalan
napas atas sekunder akibat infeksi atau
pembengkakan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatn
1x24 jam, diharapkan pasien dapat
berkomunikasi dengan lebih baik dari
sebelumnya.
 Intervensi :
- Kaji tingkat berkomunikasi klien
- Anjurkan klien untuk tidak mencoba bicara.
- Anjurkan klien untuk berkomunikasi lewat
tulisan.
Faktor predisposisi : sinusitis, rhinitis kronik,
perokok dan peminum alkohol, infeksi,
daerah berdebu, kebiasaan bernapas melalui
mulut
SEKIAN……
TERIMA KASIH....
Download