PUTUSAN Nomor 34/Pailit/2004/PN.Niaga.Jkt.Pst. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara permohonan pailit dalam peradilan tingkat Pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut, dalam permohonan : PT. PUTRA MANDIRI FINANCE (Dahulu PT. Stacoduta Agung Finance), berkedudukan di Menara BDN, Lantai 7, Jalan Kebon Sirih Nomor 83 Jakarta Pusat (10340) yang untuk selanjutnya memilih domisili hukum pada Kantor Hukum MILLENNIUM yang beralamat di JI. K.H. Zainul Arifin No. 1 Lantai 2 Jakarta Pusat untuk selanjutnya disebut PEMOHON ; Terhadap : PT. CAHAYA SUKMAKUTA PERMAI, berkedudukan di Jalan By Pass Ngurah Rai Km 28, Kotamadya Denpasar 80361, Propinsi Bali untuk selanjutnya disebut sebagai TERMOHON ; Pengadilan Niaga tersebut ; Setelah membaca surat-surat dalam berkas permohonan ; Setelah memeriksa bukti-bukti yang diajukan pihak-pihak di persidangan; Setelah mendengar keterangan pihak-pihak dipersidangan ; TENTANG DUDUKNYA PERKARA Menimbang, bahwa Permohonan melalui surat permohonannya tertanggal 25 Agustus 2004 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 25 Agustus 2004 dibawah Register Perkara No. 34/PAILIT/2004/PN.JKT.PST yang pada pokoknya sebagai berikut: A. TENTANG ALASAN DIAJUKANNYA PERMOHONAN KEPAILITAN PEMOHON DI TEMPAT DOMISILI/WILAYAH HUKUM PEMOHON BUKAN DOMISILI/WILAYAH HUKUM TERMOHON. 1. Bahwa PEMOHON mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit pada Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ; 2. Bahwa memang benar berdasarkan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan nomor 4 Tahun 1998 menyata-kan bahwa Permohonan Pernyataan Pailit haruslah diajukan di daerah hukum meliputi daerah kedudukan hukum DEBITUR/TERMOHON ; 3. BAHWA ADAPUN ALASAN pemohon UNTUK MENGAJU-KAN Permohonan Pernyataan Pailit pada Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat adalah sebagai berikut : a. Bahwa berdasarkan Perjanjian Anjak Piutang (Dosmetik) Nomor F009-00-95 tanggal 5 April 1995, yang telah di warmerking oleh Nuzwar SH, Notaris di Jakarta, pasal 29 ayat (2) menyatakan bahwa antara PEMOHON dengan TERMOHON TELAH SEPAKAT DAN SETUJU untuk memilih tempat domisili hukum tetap pada Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta yang dalam hal ini adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Bukti P-1) ; b. Bahwa ketentuan pasal tersebut juga sesuai dengan ketentuan pasal 1338 Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang mengatur tentang akibat suatu perjanjian menyatakan "semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya" atau dengan kata lain Perjanjian Anjak Piutang (dosmetik) tersebut, yang telah dibuat, disepakati dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dalam hal ini PEMOHON dan TERMOHON, maka para pihak harus melaksanakan, taat dan patuh pada klausula-klausula atau pasal-pasal yang tercantum/tertera dalam perjanjian anjak piutang (Dosmetik) dimaksud; 1 c. B. C. 4. Bahwa berdasarkan alasan-alasan yang PEMOHON ke-mukakan diatas, maka sudah tepat dan tidak bertentangan dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, PEMOHON mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit atas TERMOHON pada Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, walaupun kedudukan domisili/wilayah hukum TERMOHON di Kotamadya Denpasar, Propinsi Bali ; 5. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas PEMOHON mohon pada Majelis Hakim Pemeriksaan Perkara ini menetapkan dan menyatakan bahwa Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang (Kompetensi Relatif) untuk mengadili perkara ini ; TENTANG KEDUDUKAN PEMOHON SEBAGAI KREDITUR DARI TERMOHON DAN TERMOHON SEBAGAI DEBITUR DARI PEMOHON. 1. Bahwa PEMOHON adalah suatu Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang Usaha Lembaga Pembiayaan (Multi Finance) sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuang-an R.I. Nomor : 842/KMK.017/1993 tanggal 13 Oktober 1993 (lampiran 1) yang dahulu bernama PT. Stacoduta Agung Finance berdasarkan Akta Nomor 47 tanggal 16 Juni 1992 dihadapan Notaris Pengganti Raden Karna Kesumajaya SH., di Jakarta (Lampiran 2) dan terakhir dirubah menjadi PT. Putra Mandiri Finance berdasarkan Akta Nomor 14 tertanggal 31 Desember 2001 dihadapan Nyonya Masneri SH., Notaris di Jakarta (Lampiran 3) dan Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas Nomor 09.05.1.65.19694 (Lampiran 4) ; 2. Bahwa TERMOHON adalah suatu Perseroan Terbatas yang, bergerak di bidang Perhotelan dan telah menerima fasilitas pinjaman/pembiayaan/kredit sebesar Rp. 225.000.000,- (Dua Ratus Dua Puluh Lima Juta Rupiah) pada tanggal 5 April 1995 dan belum termasuk bunga, denda, tunggakan angsuran dan denda keterlambatan berdasarkan : a. Akta Perjanjian Anjak Piutang Nomor : F009-00-95 tanggal 5 April 1995 (Bukti P-1) ; b. Schedule Anjak Piutang Nomor : F009-01-95 tanggal 5 April 1995 (bukti P-2); 3. Bahwa hutang dan kewajiban TERMOHON kepada PEMOHON TERSEBUT SESUAI DENGAN Akta Perjanjian Anjak Piutang Nomor : F009-00-95 tanggal 5 April 1995 dan telah jatuh tempo pada tanggal 7 Agustus 1995 (Vide Bukti P-2) dan sampai diajukan Permohonan Pernyataan Pailit ini, TERMOHON tidak pernah memenuhi kewajiban-nya maupun itikad baik untuk melakukan pembayaran kepada PEMOHON ; 4. Bahwa akibat tidak dipenuhinya kewajiban/hutang TERMOHON kepada PEMOHON, PEMOHON bukan saja telah mengalami kerugian berupa hutang pokok sebesar Rp.225.000.000,(Dua Ratus dua Puluh Lima Juta Rupiah) sejak tahun 1995, BELUM termasuk bunga, penalty/denda keterlambatan, tapi juga kehilangan keuntungan yang seharusnya diterima PEMOHON dari hasil pembayaran hutang tersebut sampai dengan diajukannya Permohonan Pernyataan Pailit ini. Oleh karena sampai dengan saat ini TERMOHON tidak membayar seluruh hutangnya kepada PEMOHON, dikhawatirkan TERMOHON tidak lagi mempunyai kemampuan untuk melunasi seluruh hutangnya kepada PEMOHON dan jika hal ini tetap dibiarkan terus menerus, maka tentunya jumlah kewajiban TERMOHON akan semakin bertambah, sehingga TERMOHON tidak akan mampu untuk melunasinya, maka wajar kiranya agar TERMOHON dinyatakan PAILIT ; TENTANG KEDUDUKAN TERMOHON SEBAGAI DEBITUR YANG MEMPUNYAI DUA ATAU LEBIH KREDITUR LAINNYA. 1. Bahwa TERMOHON selain mempunyai kewajiban/hutang kepada PEMOHON, juga mempunyai kewajiban/hutang kepada kreditur-kreditur lainnya sebagai berikut : a. 2 Bahwa hal tersebut juga sesuai dengan Azas Hukum Perdata yang menyatakan "LEX SPESIALIS DERO-GAT LEGI GENERALIS" yang artinya "Ketentuan hukum yang khusus (Perjanjian Anjak Piutang Nomor F009-00-95 tanggal 5 April 1995) dapat mengenyampingkan ketentuan hukum yang umum (Undang-undang Kepailitan Nomor 4 Tahun 1998); PT. Pembiayaan Artha Negara Gedung Bank Syariah Mandiri Lantai 3 Jalan Sultan Hasanuddin Nomor 57, Kebayoran Baru, Jakarta 12160. b. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Jalan Tantular Nomor 4, Kotamadya Denpasar, Propinsi Bali. 2. Bahwa berdasarkan hal diatas, TERMOHON (sebagai debitur) tidak hanya mempunyai hutang kepada PEMOHON, tetapi juga kepada kreditur lainnya, sehingga telah terbukti menurut hukum bahwa TERMOHON mempunyai lebih dari 2 (dua) kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang atau kewajiban yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, satu dan lainnya berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan ; 3. Bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang kepailitan PEMOHON mohon kepada Majelis Hakim yang terhormat untuk menerima dan mengabulkan permohonan Pernyataan Pailit ini, karena Permohonan ini telah didasarkan pada fakta atau keadaan yang telah terbukti secara sederhana dan berdasarkan hukum untuk dimungkinkannya TERMOHON dinyatakan Pailit dengan segala akibat hukumnya ; D. TENTANG TIDAK TERBAYARNYA SEDIKITNYA SATU HUTANG TERMOHON YANG TELAH JATUH TEMPO DAN DAPAT DITAGIH SERTA HARUS DIBAYAR E. 1. Bahwa hutang dan kewajiban TERMOHON kepada PEMOHON sebesar Rp. 225.000.000,- (Dua Ratus Dua Puluh Lima Juta Rupiah) BELUM termasuk bunga, denda, tunggakan angsuran dan denda keterlambatan sejak Jatuh Tempo pada tanggal 7 Agustus 1995 dan sampai diajukan-nya Permohonan Pernyataan Pailit ini, TERMOHON tidak pernah memenuhi kewajibannya maupun itikad baik untuk melakukan pembayaran kepada PEMOHON ; 2. Bahwa PEMOHON telah mengajukan Surat somasi/ Peringatan Nomor : 0271/SOM1/KHM/VII/2004 tanggal 23 Juli 2004 ; 3. Bahwa TERMOHON juga mempunyai kewajiban/hutang yang belum/tidak terbayar kepada PT. Pembiayaan Artha Negara dan kantor Pelayanan pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Kotamadya Denpasar Propinsi Bali ; 4. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka TELAH TERBUKTI MENURUT HUKUM bahwa TERMOHON mempunyai lebih dari 2 (dua) kreditur dan tidak/belum membayar sedikitnya 1 (satu) hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Dengan demikian telah terpenuhi ketentuan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan ; SITA JAMINAN Bahwa untuk mencegah kemungkinan TERMOHON mengalihkan asset-assetnya sehingga merugikan kepentingan PEMOHON sehubungan dengan pembayaran hutang-hutang TERMOHON sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan PEMOHON mohon kepada Majelis Hakim Yang Terhormat untuk : F. a. Meletakkan Sita Jaminan atas seluruh asset TERMOHON; b. Mengawasi pembayaran kepada kreditur-kreditur, peng-alihan atau penggunaan asset/harta TERMOHON yang dalam kepailitan memerlukan persetujuan Kurator; PENUNJUKAN HAKIM PENGAWAS KURATOR Bahwa sehubungan dengan Permohonan Pernyataan Pailit terhadap TERMOHON ini, PEMOHON mohon kepada Majelis Hakim Yang Terhormat yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar berkenan untuk menunjuk dan/atau mengangkat : a. Hakim Pengawas yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, dan ; b. Saudara Drs. Henson, SH. MH. dari Kantor Hukum Drs. Henson, SH yang beralamat di Jalan Taman Jati Baru Barat Nomor 20, Jakarta 10150 sebagai Kurator yang akan bertugas juga sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku ; Maka berdasarkan alasan-alasan dan dasar-dasar hukum yang dikemukakan tersebut diatas, PEMOHON dengan ini mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa perkara ini berkenan untuk memutuskan dan menetapkan sebagai berikut : 1. Menerima dan mengabulkan permohonan PEMOHON untuk seluruhnya ; 3 2. Menyatakan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang untuk memeriksa dan memutus-kan perkara ini ; 3. Menyatakan bahwa TERMOHON mempunyai hutang/ kewajiban kepada PEMOHON sebesar Rp. 225.000.000,- (Dua ratus dua puluh lima juta rupiah) berdasarkan Perjanjian Anjak Piutang (Dosmetik) Nomor F009-00-95 tanggal 5 April 1995 BELUM termasuk bunga, denda, tunggakan angsuran dan denda keterlambatan untuk melunasi hutang/kewajiban TERMOHON sehubungan dengan TIDAK dibayarnya hutang/kewajiban TERMOHON kepada PEMOHON yang telah jatuh tempo pada tanggal 7 Agustus 1995 dan dapat ditagih serta mempunyai hutang/ kewajiban kepada dua atau lebih kreditur ; 4. Menyatakan TERMOHON dalam keadaan Pailit dengan segala akibat hukumnya ; 5. Menetapkan Hakim Pengawas untuk mengawasi pengurusan dan pemberesan harta TERMOHON; 6. Menyatakan Sita Jaminan yang dimohonkan oleh PEMOHON terhadap TERMOHON sah dan berharga menurut hukum, baik harta bergerak maupun harta tidak bergerak dan harta kekayaan yang sudah ada maupun yang masih akan ada kemudian hari ; 7. Menetapkan Saudara Drs. Henson, SH.MH dari Kantor Hukum Drs. Henson SH yang beralamat di Jalan Taman Jati Baru Barat Nomor 20 Jakarta 10150, sebagai Kurator; - 8. Menghukum TERMOHON untuk membayar biaya dan ongkos perkara ; ATAU Apabila Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berpendapat lain, maka PEMOHON dengan ini memohon putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo et Bono) ; Menimbang bahwa pada hari persidangan yang telah ditetap-kan, untuk Pemohon hadir kuasanya yaitu : 1. Budi Agung, SH. 2. Tony Bustaruddin, SH. Advokat dan Pengacara pada Kantor Hukum MILLENIUM yang beralamat di Jalan KH. Zainul Arifin 1 Lantai 2 Jakarta Pusat (10130) berdasarkan Surat Kuasa Khusus Tgl. 19 Juli 2004 ; Untuk Termohon hadir kuasanya JACOB ANTOLIS, SH. MH. MM Advokat yang berkantor di Jalan Tukad Banyu Sari Gg. Taman No. 12 Denpasar-Bali berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 06 September 2004 ; Sedangkan untuk kreditur lain PT. PEMBIAYAAN ARTHA NEGARA (MULTI Finance) hadir direkturnya yaitu OLIVIA THEN B. ECON. S ; Menimbang, bahwa tidak ada pihak-pihak yang berkeberatan terhadap kehadiran dan pemberian kuasa pada masing-masing pihak tersebut satu sama lain dipersidangan ; Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut, Termohon mengajukan tanggapannya tertanggal 14 September 2004, yang pada pokoknya sebagai berikut : Bahwa pada pokoknya Termohon menolak dengan tegas seluruh dalil Pemohon, kecuali terhadap dalil-dalil yang dengan tegas telah diakui kebenarannya oleh Termohon. Sehubungan dengan Permohonan Pernyataan Pailit No. 34/PAILIT/ 2004/PN.NIAGA.JKT.PST dari Pemohon, dengan ini Termohon menyampaikan tanggapan sebagai berikut : I. MENGENAI ADANYA KEWAJIBAN TERMOHON TERHADAP KREDITUR LAIN DAN TIDAK TERBAYARNYA UTANG YANG JATUH TEMPO DAN DAPAT DITAGIH. Bahwa Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dalam pasal 1 ayat (1) menyatakan : "Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya “; Bahwa dengan berdasarkan pengertian ketentuan perundangan tersebut diatas, maka Termohon dapat menjelaskan sebagai berikut : 4 A. MENGENAI ADANYA KEWAJIBAN TERMOHON TER-HADAP KREDITUR LAIN. 1. Bahwa Pemohon dalam permohonan pailitnya menyatakan Termohon mempunyai kewajiban utang yang belum/tidak terbayar kepada PT. Pembiayaan Artha Negara dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kotamadya Denpasar, Propinsi Bali adalah tidak benar, untuk itu Termohon mensomiir Pemohon untuk membuktikan kebenaran dalilnya bahwa Termohon mempunyai hutang kepada pihak-pihak tersebut; 2. Bahwa mengenai Pemohon menyatakan Termohon mempunyai kewajiban utang pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kotamadya Denpasar, Propinsi Bali adalah tidak benar dan keliru, sebab hal tersebut dapat dibuktikan sebagai berikut : a. Bahwa sampai saat ini (untuk tahun pajak 2004) tidak terbukti Termohon mempunyai utang Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kotamadya Denpasar, Propinsi Bali sebagaimana yang dinyatakan oleh Pemohon, hal tersebut dapat dibuktikan dengan Surat Keterangan PBB dari Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Badung No. Ket-163/ WPJ.17/KB.0205/2004 tertanggal 8 September 2004 yang menerangkan bahwa pihak Termohon telah melunasi seluruh hutang Pajak Bumi dan Bangunannya sampai dengan Tahun 2004. (vide bukti T.1.); b. Bahwa menurut ketentuan perundangan yang ber-laku di Indonesia maupun jurisprudensi Mahkamah Agung RI sebagaimana tercantum dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 015/K/N/1999 tertanggal 14 Juli 1999 dalam perkara PT. Wahana Pandu-graha melawan PT. Liman International Bank, menyatakan bahwa : "Bahwa Kantor Pelayanan Pajak maupun Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, tidak termasuk kreditur dalam ruang lingkup pailit. Bentuk utang pajak adalah tagihan yang lahir dari undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 (sebagai-mana dirubah dengan undang-undang Nomor 9 Tahun 1994, Ketentuan Umum Perpajakan-KPU). Berdasarkan undang-undang tersebut, memberi kewenangan khusus Pejabat Pajak untuk melaku-kan eksekusi langsung terhadap utang pajak diluar campur tangan kewenangan pengadilan. Dengan demikian terhadap tagihan utang pajak harus diterapkan ketentuan pasal 41 ayat (3) undang-undang Nomor 4 Tahun 1998, yakni menempatkan penyelesaian penagihan utang pajak berada diluar jalur proses pailit, karena mempunyai kedudukan hak istimewa penyelesaiannya”; 3. Bahwa mengenai Pemohon menyatakan Termohon mempunyai utang kepada PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta adalah tidak benar dan bohong belaka, dengan alasan : a. Bahwa sampai perkara A Quo dimohonkan oleh Pemohon, Termohon sama sekali tidak mengenal dan tidak mengetahui tentang adanya badan hukum PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta tersebut, dan apalagi untuk mempunyai hubungan perikatan utang dan/atau kewajiban utang kepada PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta sebagai-mana yang didalilkan oleh Pemohon adalah sesuatu yang mustahil atau tidak benar dan bohong belaka. (vide T. 2.a); b. Bahwa seandainya Termohon mempunyai hubungan dan/atau kewajiban utang kepada PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon, akan tetapi pada kenyataannya Termohon tidak pernah dihubungi dan diberitahukan dan ditegur dan ditagih terhadap adanya pengalihan atas kewajiban utang kepada pihak PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta selaku kreditur sampai dengan perkara A Quo dimohonkan oleh Pemohon, hal tersebut jelas-jelas bertentangan dengan hakikat kaidah hukum "Cessie" sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 613 ayat (1) dan (2) KUH Perdata; Pasal 613 ayat (1) menyatakan : “Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau di bawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain" Pasal 613 ayat (2) menyatakan : 5 "Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya, melainkan setelah penyerah-an itu diberitahukan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan diakuinya”; 4. B. c. Bahwa berdasarkan data/informasi identitas yang diterima oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada perkara A Quo diperiksa yaitu berupa kartu nama Direktur PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta atas nama : Olivia Then, B. Econs, ternyata bahwa badan hukum PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta adalah salah satu anak perusahaan dan/atau setidak-tidaknya masih satu group usaha dari PT. Putra Mandiri Finance Jakarta/Pemohon, sehingga untuk segala tindakan hukum dan/atau perbuatan hukum yang dilakukan antara Pemohon dengan PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta harus patut dipertanyakan dan/ atau diperjelas apakah hal tersebut adalah murni untuk kelayakan bisnis atau sebaliknya hanya merupakan transaksi topengan dan/atau rekayasa belaka. Dan untuk permohonan penetapan pailit dari Pemohon yang menyatakan bahwa Termohon mempunyai kewajiban utang kepada PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta selaku kreditur lainnya sangat diragukan kebenaran, akan tetapi justru diduga kuat telah terjadi suatu transaksi topengan dan/atau rekayasa belaka hanya semata-mata untuk memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh ketentuan perundangan yaitu pasal 1 ayat (1) Undang-Undang, Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan saja; d. Bahwa untuk menguatkan dugaan adanya suatu rekayasa dalam satu group usaha antara Pemohon dengan PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta selaku kreditur lainnya, adalah tentang posisi kedudukan Kantor dari Pemohon dengan PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta ternyata berada pada alamat yang sama yaitu di Menara BDN Lantai 7, Jalan Kebon Sirih Nomor 83 Jakarta Pusat, dan bahkan posisi Kantornya hanya dibatasi oleh partisi saja, hal tersebut dapat dibuktikan dengan kunjungan Termohon pada tanggal 7 September 2004 untuk mengantar surat kepada PT. Pembiayaan Artha Negara Jakarta. (vide bukti T.2.b); Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas jelaslah tidak terbukti adanya 2 (dua) Kreditur atau lebih sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon Pailit dan dengan demikian Ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan TIDAK TERPENUHI, dan oleh karenanya maka sudah sepatutnya dan seharusnya Permohonan Pernyataan Pailit oleh Pemohon harus ditolak atau tidak dapat diterima; MENGENAI TIDAK TERBAYARNYA UTANG YANG JATUH TEMPO DAN DAPAT DITAGIH. Bahwa tentang tidak terbayarnya sedikitnya satu utang Termohon yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih serta harus dibayar adalah tidak benar, dengan alasan sebagai berikut : 6 1. Bahwa Pemohon dalam permohonan menyatakan Termohon mempunyai kewajiban utang sesuai Akta Perjanjian Anjak Piutang Nomor: F009-00-95 tanggal 5 April 1995 dan telah jatuh tempo pada tanggal 7 Agustus 1995 sebesar Rp. 225.000.000,- dan sampai diajukan permohonan pernyataan pailit ini, Termohon tidak pernah memenuhi kewajibannya maupun itikad baik untuk melakukan pembayaran kepada Pemohon, adalah tidak benar dan tidak beralasan; 2. Bahwa pada awalnya Termohon mendapatkan 2 jenis fasilitas pembiayaan dari Pemohon yaitu : a. Fasilitas-fasilitas Sewa Guna Usaha dari barang yang disewakan (leased property) yaitu 1 (satu) buah komplek hotel 45 kamar, restoran dan ruangan pertunjukan di atas tanah terletak di Jalan By Pass Ngurah Rai Km. 28. Kuta-Bali, dengan telah disepakati dan disetujui total investasi sebe-sar Rp. 4.452.826.000,- dengan jumlah pembiaya-an (utang pokok) sebesar Rp. 3.570.000.000,- dan realisasinya menjadi sebesar Rp. 4.230.000.000 serta posisi kewajiban utang pada tanggal 29 April 1996 sebesar Rp. 5.796.483.066,(lima milyar tujuh ratus sembilan puluh enam juta empat ratus delapan puluh tiga ribu enam puluh enam rupiah). (vide bukti T. 3, 4, dan 5); b. Fasilitas Anjak Piutang dengan telah disepakati dan disetujui jumlah pembiayaan sebesar Rp. 225.000.000,- dan realisasinya sebesar Rp. 205.922.500,- (dua ratus lima juta sembilan ratus dua puluh dua ribu lima ratus rupiah) dan sisa telah diperhitungkan dengan biaya bunga dan biaya lainnya. (vide bukti T. 6, dan 7); II. 3. Bahwa terhitung sejak mulai bulan Oktober 1995 sampai dengan bulan Januari 2001, oleh Termohon telah melakukan pembayaran kembali atas kewajiban utang kepada Pemohon sebesar Rp. 3.244.000.000,- (tiga milyar dua ratus empat puluh empat juta rupiah), dan mengenai jumlah pembayaran Termohon tersebut sudah diterima secara baik oleh Pemohon, dan mengenai tentang diperhitungkan kedalam fasilitas mana dari kedua fasilitas oleh Pemohon, untuk Termohon tidak memahami dan/atau mengetahuinya sebab kesemuanya diatur dan ditentukan oleh Pemohon sendiri. (vide bukti T. 8); 4. Bahwa untuk membuktikan lebih lanjut niat dan etikat baik Termohon untuk tetap berkehendak untuk membayar dan/atau melunasi akan sisa kewajiban utang Termohon kepada Pemohon, dan secara berturut-turut oleh Termohon telah memohon kepada Pemohon baik secara lisan maupun tertulis dengan surat No. 002/CSP/VI/2004 tertanggal 21 Juni 2004 dan No. 003/CSP/VI/2004 tertanggal 30 Juni 2004 untuk dapat mengklarifikasi dan menetapkan berapa jumlah kewajiban utang Termohon yang patut dan adil, akan tetapi kenyataannya Termohon tidak pernah mendapatkan jawaban dari Pemohon. (vide bukti T. 9, dan 10); 5. Bahwa untuk mendapatkan suatu kepastian akan jumlah kewajiban utang Termohon/Penggugat, maka dengan terpaksa Termohon/Penggugat mengajukan gugatan perdata No. 195/Pdt.G/2004/PN.Dps tertang-gal 23 Juli 2004 terhadap Pemohon/Tergugat melalui Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar untuk diperiksa dan ditetapkan jumlah kewajiban utang Termohon/Penggugat yang layak, patut, dan pasti sebesar Rp. 2.552.483.066,- (dua milyar lima ratus lima puluh dua juta empat ratus delapan puluh tiga ribu enam puluh enam rupiah) serta perkara tersebut sedang dalam proses pemeriksaan saat ini. (vide bukti T. 11); 6. Bahwa selanjutnya juga pada tanggal 18 Agustus 2004 oleh Termohon/Pemohon Konsinyasi telah menitipkan dan/atau melakukan konsinyasi dana pada Kepanitera-an Pengadilan Negeri Denpasar sebesar Rp. 2.553.000.000,- (dua milyar lima ratus lima puluh tiga juta rupiah) sebagai wujud niat dan itikat baik Termohon/Pemohon Konsinyasi untuk berkehendak menyelesaikan dan/atau membayar kewajiban utang Termohon/Pemohon Konsinyasi kepada Pemohon/ Termohon Konsinyasi, dan telah mendapatkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 2/Pdt.Cons/2004/PN.Dps tertanggal 19 Agustus 2004 untuk ditawarkan kepada Pemohon/Termohon Konsi-nyasi, yang mana ternyata sampai saat ini Pemohon/ Termohon Konsinyasi telah dipanggil dua kali oleh Ketua Panitera Pengadilan Negeri Denpasar dan belum dan/atau tidak ditanggapi oleh Pemohon/ Termohon Konsinyasi. (vide bukti T. 12, dan 13); 7. Bahwa Pemohon telah mengajukan surat somasi/ peringatan Nomor: 0271/SOM1/KHM/VII/2004 tanggal 23 Juli 2004 dan Surat Somasi/Peringatan Terakhir Nomor: 0273/SOM-2/KHM/VIII/2004 tanggal 5 Agustus 2004 kepada Termohon adalah kenyataannya merupakan suatu hasil rekayasa dan kebohongan dari Pemohon dan hanya untuk tujuan memenuhi persyaratan permohonan pernyataan pailit saja, oleh karena sampai saat perkara permohonan pernyataan pailit A Quo tersebut Termohon tidak pernah dan/atau tidak menerima sama sekali surat somasi tersebut, sehingga jelaslah untuk kedua buah surat somasi tersebut adalah suatu hasil rekayasa belaka dari Pemohon, sehingga harus ditolak dan/atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak pernah ada; 8. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas jelaslah tentang adanya tidak terbayarnya sedikitnya satu utang Termohon yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih serta harus dibayar adalah tidak benar dan/atau tidak beralasan sebagaimana yang didalilkan oleh Pemohon Pailit dan dengan demikian Ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan TIDAK TERPENUHI, dan oleh karenanya maka sudah sepatutnya dan seharusnya Permohonan Pernyataan Pailit oleh Pemohon harus ditolak atau tidak dapat diterima; PERKARA PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT NO. 34/ PAILIT/2004/PN.NIAGA.JKT.PST A QUO TIDAK DAPAT DIBUKTIKAN SECARA SEDERHANA. 7 Bahwa dalam ketentuan pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan menyatakan : "Permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) telah terpenuhi”; Bahwa permasalahan dalam Perkara A Quo tersebut tidak dapat dilakukan dengan pemeriksaan Pembuktian secara sederhana, dengan alasan sebagai berikut : 1. Bahwa pada kenyataannya Perkara A Quo tersebut tidak dapat dilakukan dengan pemeriksaan Pembuktian secara sederhana sebagaimana yang dikehendaki oleh ketentuan pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan tersebut diatas, dengan alasan sebagai berikut : a. Bahwa permohonan pernyataan pailit No. 34/PAILIT/ 2004/PN.NIAGA.JKT.PST tertanggal 25 Agustus 2004 pada Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sangat berkaitan erat dengan gugatan perdata No. 195/Pdt.G/2004/PN.Dps tertanggal 23 Juli 2004 pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar yang sedang berlangsung pemeriksaannya, dimana Ter-mohon selaku Penggugat terhadap Pemohon selaku Tergugat; b. Bahwa untuk menuntaskan kewajiban utang Termohon/Penggugat kepada Pemohon/Tergugat telah dilakukan dengan gugatan perdata No. 195/Pdt.G/ 2004/PN.Dps tertanggal 23 Juli 2004 pada Kepanitera-an Pengadilan Negeri Denpasar, dan selanjutnya telah diwujudkan pula niat dan itikat baik oleh Termohon/ Penggugat untuk melunasi kewajiban hutangnya yaitu dengan cara melakukan Permohonan Penetapan Konsinyasi melalui Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar dengan Nomor 2/Pdt.Cons/2004/PN.Dps ter-tanggal 18 Agustus 2004 sebesar Rp. 2.553.000.000,- dan telah mendapatkan persetujuan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 2/Pdt.Cons/2004/ PN.Dps tertanggal 19 Agustus 2004 untuk ditawarkan kepada Pemohon/Tergugat melalui Ketua Panitera Pengadilan Negeri Denpasar; 2. Bahwa diperlukan adanya pemeriksaan serta pembuktian yang lebih kompleks, cermat dan teliti sebagai konsekuensi atas kehadiran Sdr. Soemarsono dalam perusahaan PT. Cahaya Sukmakuta Permai/Termohon, dimana yang bersangkutan melakukan kegiatannya bertindak untuk dan atas nama PT. Stacoduta Agung Finance dalam memimpin, mengurus, dan mengelola secara langsung serta sebagai pengendali arah kebijakan perusahaan PT. Cahaya Sukmakuta Permai/Termohon. Lebih lanjut setelah kondisi perusahaan menunjukan pada perkembangan yang kurang baik/buruk justru Sdr. Soemarsono meninggalkan perusahaan tersebut begitu saja tanpa melakukan suatu proses pertanggungjawabannya dan demikian juga Direksi PT. Stacoduta Agung Finance pada saat itu tidak mau tahu akan keadaan tersebut, dengan kejadian tersebut mengakibatkan Termohon mengalami kerugian yang cukup signifikan, maka sudah sepantasnya apabila Termohon menuntut pertanggungjawaban terhadap Direksi PT. Stacoduta Agung Finance atas segala akibat hukumnya, sehingga dengan demikian halnya maka proses pemeriksa-an perkara A Quo menjadi tidak sederhana lagi dan hal tersebut jelasnya tidak mungkin atau tidak dapat dilakukan melalui kewenangan Peradilan Niaga lagi melainkan hal tersebut harus dilakukan melalui kewenangan Peradilan Umum. (vide bukti T. 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, dan 21); 3. Bahwa terhitung sejak mulai bulan Oktober 1995 sampai dengan bulan Januari 2001, oleh Termohon telah melaku-kan pembayaran kembali atas kewajiban utang kepada Pemohon sebesar Rp. 3.244.000.000,- (tiga milyar dua ratus empat puluh empat juta rupiah), dan lebih lanjut pembayaran kembali kewajiban utang Termohon kepada Pemohon terhenti dikarenakan atas pemberitahuan Direksi PT. Stacoduta Agung Finance secara lisan bahwa secara internal dalam perusahaannya ada permasalahan. (vide bukti T. 8); 4. Bahwa dengan kompleksnya masalah yang berkaitan dengan ke dua jenis fasilitas tersebut diatas yaitu : a. 8 Fasilitas-fasilitas Sewa Guna Usaha dari barang yang disewakan (leased property) yaitu 1 (satu) buah kamplek hotel 45 kamar, restoran dan ruangan pertun-jukan di atas tanah terletak di Jalan By Pass Ngurah Rai Km. 28. Kuta-Bali, dengan telah disepakati dan disetujui total investasi sebesar Rp. 4.452.826.000,- dengan jumlah pembiayaan (utang pokok) sebesar Rp. 3.570.000.000,- dan realisasinya menjadi sebesar Rp. 4.230.000.000,- serta posisi kewajiban utang pada tanggal 29 April 1996 sebesar Rp. 5.796.483.066,- (lima milyar tujuh ratus sembilan puluh enam juta empat ratus delapan puluh tiga ribu enam puluh enam rupiah). (vide bukti T. 3, 4, dan 5); b. Fasilitas Anjak Piutang dengan telah disepakati dan di-setujui jumlah pembiayaan sebesar Rp. 225.000.000,- dan realisasinya sebesar Rp. 205.922.500,- (dua ratus lima juta sembilan ratus dua puluh dua ribu lima ratus rupiah) dan sisa telah diperhitungkan dengan biaya bunga dan biaya lainnya. (vide bukti T. 6, dan 7); Maka untuk menyelesaikan dan/atau menuntaskan per-masalahan tersebut tidaklah cukup dengan suatu proses pembuktian secara sederhana, melainkan dibutuhkan suatu pembuktian yang lebih kompleks, cermat dan teliti lagi; 5. Bahwa demikian pula apabila seandainya terjadi wanprestasi atas permasalahan kedua jenis fasilitas tersebut diatas baik yang dilakukan oleh Pemohon maupun termohon dan lebih khususnya tentang sengketa jumlah utang yang layak, patut, dan pasti dari Termohon kepada Pemohon, maka hal tersebut juga tidak dapat diproses dengan pembuktian secara sederhana saja, melainkan harus dilakukan dengan pembuktian yang lebih kompleks, cermat, dan teliti sehingga dengan demikian maka masalah tersebut tidaklah mungkin dapat diperiksa atau dilakukan melalui kewenangan Peradilan Niaga akan tetapi justru harus diperiksa melalui kewenangan Peradilan Umum; 6. Bahwa tentang tidak sahnya kedudukan hukum Pemohon dalam perbuatan hukum dan/atau hubungan hukum perkara A Quo tersebut, dengan alasan sebagai berikut : a. Bahwa Termohon sangat terkejut ternyata pada surat permohonan pernyataan pailit Pemohon No. 34/PAILIT/2004/PN.NIAGA.JKT.PST. tertanggal 25 Agustus 2004 pada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, ternyata pada sekitar tahun 2001 perusahaan badan hukum PT. Stacoduta Agung Finance telah terjadi perubahan penggantian pemilik atau pemegang saham dan dewan pengurus dan perubahan nama dari PT. Stacoduta Agung Finance menjadi PT. Putera Mandiri Finance, sedangkan dalam pengumuman oleh lembaga Badan Penyehatan Perbankan, Nasional (BPPN) ternyata sampai dengan bulan Mei 2002 (vide bukti T. 22, dan 23) masih tetap tercantum nama perusahaan PT. Stacoduta Agung Finance, artinya bahwa lahirnya perubahan yang dilakukan oleh pihak pemilik atau pemegang saham dan dewan pengurus PT. Stacoduta Agung Finance dengan PT. Putera Mandiri Finance terdapat cacat hukum, oleh karena proses hukum terhadap perubahan tersebut dilakukan dan/atau dilaksanakan tanpa dan/atau tidak sepenge-tahuan lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai pemegang kewenangan terhadap PT. Stacoduta Agung Finance pada saat itu, maka hal tersebut dapat disimpulkan telah terjadi perbuatan melawan hukum, sehingga dengan demikian segala tindakan dalam perbuatan hukum maupun hubungan hukum yang dilakukan oleh PT. Putera Mandiri Finance tidak akan menimbulkan akibat hukum apapun terhadap pihak lainnya; b. Bahwa berdasarkan informasi yang diperoleh dari surat kabar, maka pada sekitar tahun 1999 perusahaan badan hukum PT. Stacoduta Agung Finance selaku debitor telah dimasukan dan/atau diserahkan kepada lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) oleh pihak kreditornya, sehingga sejak saat itu PT. Stacoduta Agung Finance berada dalam pengendalian dan/atau pembinaan dan/atau pengawasan dari pihak lembaga tersebut untuk disehatkan dan/atau direstrukturisasi. (bukti T.24); c. Bahwa dengan kondisi tersebut diatas, maka secara otomatis segala hak dan kewajiban yang melekat terhadap kepentingan perusahaan tersebut baik untuk kepemilikan dan kepengurusannya menjadi beralihkan kedalam penguasaan dan/atau kewenangan lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) termasuk perubahan dan/atau penggantian pemilik, pemegang saham, dewan pengurus dan perubahan nama serta pengambilalihan piutang dari badan hukum tersebut, hal tersebut berdasarkan ketentuan peraturan pasal 37 A ayat (3) huruf (c) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan jo pasal 12 Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1999 Tentang Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang menyatakan : 9 "Menguasai, mengelola dan melakukan tindakan kepemilikan atas kekayaan milik atau yang menjadi hak bank, termasuk kekayaan bank yang berada pada pihak manapun, baik di dalam maupun di luar negeri"; d. Bahwa tentang perihal pengambilalihan piutang PT. Stacoduta Agung Finance oleh lembaga Badan Penye-hatan Perbankan Nasional (BPPN), maka ternyata sampai dengan sekitar tahun 2002 Termohon tidak pernah mengetahui bahwa kewajiban utang fasilitas Sewa Guna Usaha dari barang yang disewakan (leased property) dan fasilitas Anjak Piutang Termohon kepada PT. Stacoduta Agung Finance telah beralih kepada lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), demikian juga oleh pihak lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) selaku kreditur tidak pernah menghubungi dan memberitahukan dan menegur dan menagih terhadap adanya pengalihan atas kewajiban utang tersebut kepada Termohon, hal tersebut jelas-jelas bertentang-an dengan hakikat kaidah hukum "Cessie" sebagai-mana diatur dalam ketentuan pasal 613 ayat (1) dan (2) KUH Perdata; Pasal 613 ayat (1) menyatakan : “Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau di bawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain" Pasal 613 ayat (2) menyatakan : “Penyerahan yang demikian bagi siberutang tiada akibatnya, melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan diakuinya”; Bahwa dengan demikian baik secara kedudukan hukum lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) selaku kreditur maupun dalam perbuatan hukum dan/atau hubungan hukum dalam pengambilalihan piutang PT. Stacoduta Agung Finance termasuk kewajiban utang Termohon kepada PT. Stacoduta Agung Finance menjadi tidak sah dan/atau cacat hukum, sehingga dengan demikian proses tersebut tidak akan menimbulkan akibat hukum apapun bagi Termohon; e. Bahwa sekitar bulan Mei 2002 oleh pihak lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) telah menawarkan perusahaan PT. Stacoduta Agung Finance untuk dijual kepada para investor dan/atau khalayak umum dengan melalui program PPAK, sedangkan diketahui pada akhirnya dan/atau saat ini perusahaan PT. Stacoduta Agung Finance berada dalam penguasaan PT. Putra Mandiri Finance (dahulu PT. Stacoduta Agung Finance), sehingga hal tersebut patut dipertanyakan tentang bagaimana caranya proses peralihan tersebut, apakah melalui proses penebusan dan/atau pembayaran seluruh kewajiban utang PT. Stacoduta Agung Finance dan/atau melalui proses jual beli asset perusahaan tersebut melalui program PPAK dari lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) (vide bukti T. 22, 23, 24, 25, dan 26), dan atas pertanyaan kedua hal tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut : Seandainya proses tersebut dilakukan melalui penebusan dan/atau pembayaran seluruh kewajiban utang PT. Stacoduta Agung Finance kepada lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), maka yang patut dipertanyakan adalah kapan hal tersebut dilakukan dan bagaimana tata cara proses penebusan dan/atau pembayaran tersebut sebab secara kenyataannya sekitar tahun 2001 sudah terjadi perubahan penggantian pemilik atau pemegang saham dan dewan pengurus dan perubahan nama dari PT. Stacoduta Agung Finance menjadi PT. Putera Mandiri Finance, sedangkan sampai dengan bulan Mei 2002 PT. Stacoduta Agung Finance masih tetap dalam status penguasaan dan pengawasan dari lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN); Seandainya proses tersebut dilakukan melalui proses jual beli asset perusahaan melalui program PPAK dari lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), maka yang patut dipertanyakan adalah kapan hal tersebut dilakukan dan bagaimana tata cara proses jual beli asset perusahaan tersebut melalui program PPAK dari lembaga Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), sebab kenyataannya sampai saat ini pihak PT. Cahaya Sukmakuta Permai tidak pernah diberitahukan dan/atau dimohonkan persetujuan atas peralihan melalui jual beli tersebut, hal tersebut merujuk pada ketentuan pasal 613 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP) yang menyatakan : 10 "Penyerahan yang demikian bagi siberutang tiada akibatnya, melainkan setelah penyerahan itu diberi-tahukan kepadanya, atau secara tertulis disetujui dan diakuinya”; 7. f. Bahwa dengan penguraian hal tersebut diatas, maka status kedudukan hukum PT. Putra Mandiri Finance (dahulu PT. Stacoduta Agung Finance) dalam melaku-kan perbuatan hukum dan/atau hubungan hukum terhadap PT. Stacoduta Agung Finance secara nyata terdapat cacat hukum, sehingga tidak akan menimbul-kan akibat hukum apapun terhadap pihak lainnya, dikarenakan proses pengalihan dari PT. Stacoduta Agung Finance menjadi PT. Putra Mandiri Finance terdapat perbuatan melawan hukum yaitu proses pengalihannya tidak berdasarkan pada kaidah hukum yang benar; g. Bahwa dengan hal tersebut pula, maka segala tindakan kewenangan dan kekuasaan hukum dari PT. Putra Mandiri Finance (dahulu PT. Stacoduta Agung Finance) terhadap pihak lain yang berkaitan dengan PT. Stacoduta Agung Finance tidak akan membawa akibat hukum apapun, demikian juga dengan permohonan pernyataan pailit oleh Pemohon/PT. Putra Mandiri Finance (dahulu PT. Stacoduta Agung Finance) terhadap Termohon/PT. Cahaya Sukmakuta Permai pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat dengan No. 34/PAILIT/2004/PN.NIAGA. JKT.PST. tertanggal 25 Agustus 2004 dan surat kuasa khusus tertanggal 19 Juli 2004 kepada Budi Agung, SH dan Tony Bustaruddin, SH tepatnya menjadi kabur/ cacat hukum dan/atau batal demi hukum, dan karena-nya permohonan a quo harus ditolak; h. Bahwa untuk mengklarifikasi atas permasalahan tersebut, maka hal tersebut tidak mungkin dapat diproses dengan pembuktian secara sederhana saja, melainkan harus dilakukan dengan pembuktian yang lebih kompleks, cermat, dan teliti sehingga dengan demikian maka masalah tersebut tidaklah mungkin dapat diperiksa atau dilakukan melalui kewenangan Peradilan Niaga akan tetapi justru harus diperiksa melalui kewenangan Peradilan Umum; Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas jelaslah tentang Pemberesan dan/atau penyelesaian permasalahan fasilitas tersebut diatas dan lebih khususnya tentang sengketa jumlah utang yang layak, patut, dan pasti dari Termohon kepada Pemohon, tidak dapat hanya diproses dengan pembuktian secara sederhana saja, melainkan harus dilakukan dengan pembuktian yang lebih kompleks, cermat, dan teliti sehingga dengan demikian Ketentuan Pasal 6 ayat (3) UndangUndang No. 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan TIDAK TERPENUHI, dan oleh karena-nya maka sudah sepatutnya dan seharusnya Permohonan Pernyataan Pailit oleh Pemohon harus ditolak atau tidak dapat diterima; III. PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT TIDAK BERWENANG MEMERIKSA DAN MENGADILI PERKARA A QUO. Bahwa dengan terdapatnya kedudukan hukum dan pilihan hukum yang berbeda dalam kewenangan untuk memeriksa dan mengadili perkara A Quo, maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Bahwa Termohon mempunyai dua jenis fasilitas pembiaya-an dari PT. Stacoduta Agung Finance tersebut dengan kesepakatan untuk memilih kedudukan domisili hukum yang berbeda, yaitu : a. Fasilitas-fasilitas Sewa Guna Usaha dari barang yang disewakan (leased property) yaitu 1 (satu) buah kom-plek hotel 45 kamar, restoran dan ruangan pertunjukan di atas tanah terletak di Jalan By Pass Ngurah Rai Km. 28. Kuta-Bali, dengan telah disepakati dan disetujui total investasi sebesar Rp. 4.452.826.000,- dengan jumlah pembiayaan (utang pokok) sebesar Rp. 3.570.000.000,- dan realisasinya menjadi sebesar Rp. 4.230.000.000,- serta posisi kewajiban utang pada tanggal 29 April 1996 sebesar Rp. 5.796.483.066,- (lima milyar tujuh ratus sembilan puluh enam juta empat ratus delapan puluh tiga ribu enam puluh enam rupiah), dengan memilih kedudukan domisili hukum pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar. (vide bukti T. 3, 4, dan 5); b. Fasilitas Anjak Piutang dengan telah disepakati dan di-setujui jumlah pembiayaan sebesar Rp. 225.000.000,- dan realisasinya sebesar Rp. 205.922.500,- (dua ratus lima juta sembilan ratus dua puluh dua ribu lima ratus rupiah) dan sisa telah diperhitungkan dengan biaya bunga dan biaya lainnya dengan memilih kedudukan domisili hukum pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta. (vide bukti T. 6, dan 7); 11 Bahwa berhubung terdapatnya dua pilihan kedudukan domisili hukum yang berbeda terhadap kedua jenis fasilitas pembiayaan tersebut diatas yaitu kedudukan domisili hukum Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta dan kedudukan domisili hukum Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar, sedangkan tempat kedudukan hukum Termohon adalah di Denpasar. Jadi karena adanya dua pilihan kedudukan domisili hukum yang saling bertentang-an, maka perkara A Quo harus diajukan di wilayah domisili hukum Termohon, yaitu Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar dan/atau Kepaniteraan Pengadilan Niaga Surabaya yang berwenang untuk wilayah kedudukan hukum Denpasar ; 2. Bahwa Termohon telah melakukan pembayaran kembali atas kewajiban utang ke dua jenis fasilitas pembiayaan dari PT. Stacoduta Agung Finance tersebut, terhitung sejak mulai bulan Oktober 1995 sampai dengan bulan Januari 2001, oleh Termohon telah melakukan pembayaran kembali atas kewajiban utang kepada Pemohon sebesar Rp. 3.244.000.000,- (tiga milyar dua ratus empat puluh empat juta rupiah), dan oleh karena terdapatnya dua pilihan kedudukan domisili hukum yang berlaku, dan juga dibutuh-kan pemeriksaan serta pembuktian yang lebih kompleks, cermat dan teliti sehingga dengan demikian halnya maka proses pemeriksaan perkara tersebut hanya dapat dilakukan melalui kewenangan Peradilan Umum dimana kedudukan Debitur berada yaitu domisili hukum Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar; 3. Bahwa sebagai konsekuensi atas perbuatan Sdr. Soemarsono terhadap perusahaan PT. Cahaya Sukmakuta Permai/Termohon, dimana yang bersangkutan melakukan kegiatannya bertindak untuk dan atas nama PT. Stacoduta Agung Finance dalam memimpin, mengurus, dan mengelola secara langsung serta sebagai pengendali arah kebijakan perusahaan PT. Cahaya Sukmakuta Permai/ Termohon, maka untuk pemeriksaan pertanggungjawaban-nya diperlukan adanya pemeriksaan serta pembuktian yang lebih kompleks, cermat dan teliti sehingga dengan demikian halnya maka proses pemeriksaan perkara tersebut hanya dapat dilakukan melalui kewenangan Peradilan Umum dimana peristiwa hukum tersebut terjadi yaitu di Denpasar, maka oleh karena itu domisili hukum Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar yang harus diberlakukan; 4. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas dimana terdapatnya dua pilihan kedudukan domisili hukum yang berbeda terhadap kedua jenis fasilitas pembiayaan tersebut diatas yaitu kedudukan domisili hukum Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta dan kedudukan domisili hukum Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar, sedangkan tempat kedudukan hukum Termohon adalah di Denpasar. Jadi karena adanya dua pilihan kedudukan domisili hukum yang saling bertentangan, maka perkara A Quo harus diajukan di wilayah domisili hukum Termohon, yaitu Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar dan/atau Kepaniteraan Pengadilan Niaga Surabaya yang berwenang untuk wilayah kedudukan hukum Denpasar, hal tersebut mengacu pada ketentuan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan, yang menyatakan: "Putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, ditetapkan oleh Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum debitur”; Berdasarkan pada alasan-alasan tersebut diatas, maka beserta ini Termohon mohon dengan hormat dan dengan segala kerendahan hati kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan Majelis Hakim yang terhormat, sudilah kiranya berkenan mengadili dan memberikan putusan hukum atas perkara ini, sebagai berikut : 1. Menolak atau setidak-tidaknya tidak menerima seluruh permohonan dari Pemohon; 2. Menghukum Pemohon untuk membayar seluruh biaya yang timbul akibat adanya permohonan pernyataan pailit ini. Atau : Jika majelis hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (Ex aequo et bono). Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil permohonan-nya Pemohon mengajukan bukti fotocopy surat-surat yang telah ditempeli meterai secukupnya dan masing-masing diberi tanda : P–1 : Akta Perjanjian Anjak Piutang Nomor F009-00-95 tanggal 5 April 1995 ; P–2 : Daftar Penerimaan Piutang tanggal 5 April 1995 ; P–3 : Surat dari Kantor Hukum MILLENNIUM kepada PT. 12 CAHAYA SUKMAKUTA PERMAI No. 0271/SOM-1/KHM/ VII/2004 tertanggal 23 Juli 2004 ; P–4 : Surat Peringatan/Somasi Terakhir tertanggal 5 Agustus 2004 No. 0273/SOM-2/KHM/VIII/2004 dari Kantor Hukum MILLENIUM kepada PT. CAHAYA SUKMAKUTA PERMAI ; Lampiran yang diserahkan kepada Majelis Hakim berupa fotocopy yang telah dibubuhi meterai cukup dan telah dicocokkan sesuai dengan aslinya diberitanda : Lampiran 1 : Surat Keputusan Menteri Keuangan R.I 842/KMK.017/1993 tanggal 13 Oktober 1993 ; Nomor: Lampiran 2 : Akta Nomor 47 tertanggal 16 Juni 1992 Perubahan Anggaran Dasar PT. STACODUTA AGUNG LEASING yang dibuat Notaris Ny. R. ARIE SOETARDJO, SH. ; Lampiran 3 : Akta Berita Acara No. 14 tertanggal 31 Desember 2001 yang dibuat Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah Ny. MASNERI, SH. ; Lampiran 4 : Tanda Daftar Perusahaan Perseroan Terbatas No. 09.05.1.85.19694 tertanggal 28 Maret 2002 yang berlaku sampai tanggal 26 Mei 2006 yang dikeluarkan SUKU DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN WALIKOTA JAKARTA PUSAT ; Menimbang, bahwa kreditur lain juga telah mengajukan bukti foto copy surat-surat bermeterai cukup, yaitu : K–1 : Perjanjian Pengalihan Piutang (CASSIE), pada tanggal 31 Mei 2004 antara PT. Putra Mandiri Finance dengan PT. PEMBIAYAAN ARTHA NEGARA ; K–2 : Surat Pemberitahuan Pengalihan Piutang dari PT. Putra Mandiri Finance kepada PT. Pembiayaan Artha Negara dengan Nomor: 0121/PMF/AW/VI/2004 tanggal 1 Juni 2004 ; K–3 : Surat Pemberitahuan Pengalihan Piutang, dari PT. Pembiayaan Artha Negara kepada PT. Cahaya Sukmakuta Permai tanggal 10 Juni 2004 ; K–4 : Akta Perjanjian Sewa Guna Usaha Nomor : 18 tanggal 3 Agustus 1994, Oleh Notaris/P.P.A.T I Made Puryatma, SH Notaris di Denpasar ; K–5 : Surat Penawaran Fasilitas Lease untuk PT. Cahaya Kutapermai No. 0548/STADA/ABB/TFL/V/94 tanggal 13 Mei 1994 ; K–6 : Ikhtisar Sewa Guna Usaha Nomor: 1, Perjanjian Nomor: C006-01-00/9406, antara PT. Stacoduta Agung Finance dengan PT. Cahaya Kutapermai/PT. Cahaya Sukma Kuta Permai ; K–7 : Addendum Ikhtisar Sewa Guna Usaha No. 1 Perjanjian No. C006-01-00/9406, antara PT. Stacoduta Agung Finance dengan PT. Cahaya Kutapermai/PT. Cahaya Sukmakuta Permai ; K–8 : Addendum Ikhtisar Sewa Guna Usaha II No. 1 Perjanjian No. C006-01-00/9406, tanggal pencairan 20 Mei 1994 antara PT. Stacoduta Agung Finance dengan PT. Cahaya Sukmakuta 13 Permai ; K–9 : Addendum Ikhtisar Sewa Guna Usaha III No. 1 Perjanjian No. C006-01-00/9406, tanggal pencairan 3 Agustus 1994 antara PT. Stacoduta Agung Finance dengan PT. Cahaya Sukmakuta Permai ; K – 10 : Anggaran Dasar PT. Pembiayaan Artha Negara Akta Pernyataan Keputusan Rapat Nomor 19 tanggal 25 Juli 2003 oleh Notaris Muhani Salim, SH., Notaris di Jakarta; K – 11 : Tanda Daftar Perusahaan Terbatas PT. Pembiayaan Artha Negara Nomor 090316533757 ; K – 12 : Surat Departemen Kehakiman Dan Hak Azasi Manusia RI Nomor C-16644-HT.01.04.TH.2003 tentang Per-setujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Menteri Kehakiman Dan Hak Azasi Manusia RI; K – 13 : Foto copy Surat Keterangan Domisili dari PT. Usaha Gedung Bank Dagang Negara Nomor: 004/DOM/BM-BSM/V/2001 ; Menimbang, bahwa Termohon untuk menguatkan Tanggapan-nya atas Permohonan Pemohon tersebut mengajukan bukti-bukti yaitu berupa foto copy yang telah dibubuhi meterai cukup dan telah disesuaikan dengan aslinya diberi tanda . T. – 1 : Surat Keterangan PBB, No. Ket-163/WPJ.17/KB.0205/ 2004 tertanggal 08 September 2004; T. – 2a : Surat PT. Cahaya Sukmakuta Permai No. 002/CSP/IX/ 2004 tertanggal 03 September 2004; T. – 2b : Surat PT. Cahaya Sukmakuta Permai No. 002/CSP/IX/ 2004 tertanggal 03 September 2004; T. – 3 : Akta Ikhtisar Sewa Guna Usaha, Ikhtisar No. 01, Per-janjian No. C006-01-00/9406 tertanggal 19 Mei 1994; T. – 4 : Akta Pengakuan Hutang No. 100 tertanggal 19 Mei 1994, yang dibuat oleh Notaris I Made Puryatma, SH., Notaris di Denpasar; T. – 5 : Akta Perjanjian Sewa Guna Usaha No. 18 tertanggal 03 Agustus 1994, yang dibuat oleh Notaris I Made Puryatma, SH., Notaris di Denpasar; T. – 6 : Akta Perjanjian Anjak Piutang No. F009-00-95 tertanggal 05 April 1995, T. – 7 : Daftar Penerimaan Piutang tertanggal 5 April 1995; T. – 8 : Slip Transfer dari PT. Cahaya Sukmakuta Permai kepada PT. Stacoduta Agung Finance; T. – 9 : Surat PT. Cahaya Sukmakuta Permai No. 002/CSP/VI/ 2004 tertanggal 21 Juni 2004; T. – 10 : Surat PT. Cahaya Sukmakuta Permai No. 003/CSP/VI/ 2004 tertanggal 30 Juni 2004; T. – 11 : Surat Gugatan Perdata No. 195/Pdt.G/2004/PN. Dps tertanggal 23 Juli 2004; T. – 12 : Surat Permohonan Penetapan Konsinyasi No. Cons/2004/PN.Dps tertanggal 18 Agustus 2004; T. – 13 : Surat Penetapan Konsinyasi No. 2/Pdt.Cons/2004/PN. Dps tertanggal 19 Agustus 2004, oleh Ketua Pengadilan Negeri 14 2/Pdt. Denpasar; T. – 14 : Surat PT. Stacoduta Agung Finance No. 1036/STADA/ TFL/IX/95 tertanggal 04 September 1995, Perihal : Surat Penugasan; T. – 15 : Surat PT. Stacoduta Agung Finance No. 1228/STADA/ ABB/X/95 tertanggal 31 Oktober 1995, Perihal : Penempatan Tenaga Pengawas Keuangan ; T. – 16 : Surat PT. Stacoduta Agung Finance No. 1300/STADA/ ABB/XI/95 tertanggal 20 Nopember 1995, Perihal : Usul Pengisian Direktur Keuangan ; T. – 17 : Surat PT. Stacoduta Agung Finance No. 1353/STADA/ ABB/XII/95 tertanggal 04 Desember 1995, Perihal : Penyusunan Rencana Struktur Organisasi, Keuangan Yang Dapat Mengakomodir Penyelesaian Angsuran Leasing PT. Stacoduta Agung Finance; T. – 18 : Akta Perseroan Terbatas "Cahaya Kuta Permai" No. 92 tertanggal 17 Nopember 1993, yang dibuat oleh Notaris I Made Puryatma, SH., Notaris di Denpasar ; T. – 19 : Akta Perubahan Perseroan Terbatas "Cahaya Sukma-kuta Permai" No. 100 tertanggal 22 Maret 1994, yang dibuat oleh Notaris I Made Puryatma, SH., Notaris di Denpasar; T. – 20 : Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C2.7305.HT.01.01-Th'94 tertanggal 06 Mei 1994 atas nama PT. Cahaya Sukmakuta Permai ; T. – 21 : Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham Perseroan Terbatas "Cahaya Sukmakuta Permai" No. 58 tertanggal 11 Maret 1996, yang dibuat oleh Notaris I Made Puryatma, SH., Notaris di Denpasar; T. – 22 : Kliping Koran Kompas, Kamis, 28 Maret 2002, Hal 31, tentang Pengumuman Program Penjualan Langsung (PPL) Hak Tagih Atas Fasilitas Kredit Tahap II, oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN); T. – 23 : Kliping Koran Tempo, Jum’at, 31 Mei 2002, Hal D1, tentang Pengumuman Kepada Investor, oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN); T. – 24 : Kliping Koran Bisnis Indonesia, Senin, 14 Juni 1999, Hal 9, tentang Pengumuman 1.689 Debitur Terbesar, oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN); T. – 25 : Kliping Koran Kompas, Senin, 15 Juli 2002, Hal 13, tentang "Recovery Rate" PPAK diperkirakan Hanya 10 Persen ; T. – 26 : Kliping Koran Kompas, Kamis, 25 Juli 2002, Hal I, tentang 38,5 Persen Aset Kredit BPPN Terjual ; T. – 27 : Surat Direktur Jenderal Direktur Lelang Negara tertanggal 30 Juli 2004 No. S.805/PL/2004 Hal. Lelang Eksekusi Hak Tanggungan SHM No. 742/Kuta dan SHM No. 743/Kuta kepada Kepala KP2LN Denpasar Gedung Keuangan Negara Unit 2 Lt. 2 JI. DR. Kusuma Atmadja Denpasar ; T. – 28 : Surat Direktur Jenderal Direktur Lelang Negara Nomor S781/PL/2004 Hal. Dispensasi Lelang kepada Presiden 15 Direktur PT. Putra Mandiri Finance Bpk Wijoto Tjiptodihardjo B.Sc Menara BDN lantai 7 JI. Kebon Sirih No. 83 Jakarta 10340 ; Menimbang, bahwa untuk segala hal yang tercantum dalam Berita Acara Persidangan dianggap sebagai bagian dari Putusan ini; Menimbang, bahwa akhirnya para pihak mohon Putusan ; TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah seperti tersebut diatas; Menimbang, bahwa Pemohon mendasarkan permohonannya atas alasan-alasan sebagai tersebut dalam Surat permohonannya ; Menimbang, bahwa atas permohonannya tersebut, Termohon mengajukan tanggapannya sebagaimana tersebut dalam surat tanggapannya ; Menimbang, bahwa Termohon dalam tanggapannya bab III halaman 11 dan 12 mempersoalkan kewenangan relatif Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dalam memeriksa dan mengadili perkara a Quo karena kedudukan hukum Termohon adalah di Denpasar sehingga menurut Termohon Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara a quo ; Menimbang, bahwa oleh karena ada keberatan dari Termohon perihal kewenangan dari Pengadilan Niaga, maka sebelum mempertimbangkan lebih lanjut perihal materi permohonan pailit, Majelis Hakim terlebih dulu akan mempertimbangkan perihal keberatan Termohon tersebut ; Menimbang, bahwa Pemohon mendalilkan alasan Pemohon mengajukan permohonan pernyataan Pailit ke pengadilan Niaga Jakarta Pusat adalah sebagai berikut : a. Antara Pemohon dan Termohon telah sepakat dan setuju untuk memilih tempat domisili hukum tetap pada Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta sebagaimana tersebut dalam perjanjian Anjak Piutang F009-00-95 tgl 5 April 1995 (bukti P-1); b. Perjanjian yang telah disepakati dan ditanda tangani kedua belah pihak tersebut sesuai ketentuan pasal 1338 KUHPerdata, berlaku sebagai Undang-Undang bagi yang membuatnya ; c. Sesuai dengan azas Hukum Perdata maka Perjanjian antara Pemohon dan Termohon tersebut adalah LEX SPESIALIS DEROGAT LEGI GENERALIS, dapat mengenyampingkan ketentuan Hukum Umum, (Undang-Undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998) ; Menimbang, bahwa yang menjadi pertanyaan sekarang ialah apakah dalil pemohon tersebut benar, sehingga Pengadilan Niaga Jakarta Pusat berwenang memeriksa dan mengadili perkara a quo?; Menimbang, bahwa pada saat Pemohon dan Termohon mem-buat perjanjian Anjak-Piutang (bukti P-1) memang dimungkinkan dibuat kesepakatan atas DOMISILI PILIHAN; Hal tersebut penerapannya berpegang kepada ketentuan pasal 118 ayat (4) HIR dan pasal 99 ayat (6) R.V.; Sifat dari domisili pilihan tersebut adalah alternatif, artinya gugatan dapat diajukan ke Pengadilan Negeri sesuai domisili yang disepakati; Sesuai dengan dasar dari domisili pilihan yaitu HIR dan R.V, maka pilihan tersebut dapat diterapkan apabila para pihak menyelesaikan perkaranya di Pengadilan Negeri melalui gugatan perdata ; Menimbang, bahwa apabila para pihak akan menempuh permohonan Pailit atau PKPU, maka yang harus dijadikan pegangan/pedoman adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur khusus mengenai kepailitan dan PKPU, dalam hal ini adalah Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan ; Menimbang, bahwa karena Pemohon mengajukan Permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan Niaga, maka Pemohon harus berpegang dan berpedoman pada Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan (bukannya mengenyampingkan seperti dalil Pemohon tersebut diatas), karena Pengadilan Niaga adalah EXTRA ORDINARY; 16 Menimbang, bahwa berdasarkan Surat bukti T.19, T.20 dan T.21 yang telah bermeterai cukup dan sesuai surat aslinya serta tidak dibantah kebenarannya oleh Pemohon, terbukti bahwa tempat kedudukan Termohon adalah di Denpasar, Bali ; Menimbang, bahwa pasal 2 ayat 5 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang kepailitan menyebutkan : dalam hal debitur merupakan badan Hukum, maka kedudukan hukumnya adalah sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasarnya; Menimbang, bahwa termohon pailit yang didalilkan sebagai debitur oleh pemohon Pailit, ternyata berdasar surat bukti T-19, T-20 dan T-21 terbukti merupakan badan Hukum yakni PT. Cahaya Sukmakuta Permai ; Menimbang, bahwa oleh karena terbukti Termohon merupakan Badan Hukum, maka berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat 5 Undang -Undang No. 4 Tahun 1998, kedudukan hukum Termohon adalah di Denpasar-Bali ; Menimbang, bahwa berdasar ketentuan pasal 2 ayat 1 Undang -Undang No. 4 Tahun 1998, putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini, ditetapkan oleh Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan debitur ; Menimbang, bahwa Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, sejak dikeluarkannya Keputusan presiden R.I. tanggal 18 Agustus 1999 No. 97 tentang Pembentukan Pengadilan Niaga di Medan, Semarang, Surabaya dan Makassar maka wilayah hukumnya tidak lagi meliputi Denpasar-Bali, yang secara hukum menjadi tempat kedudukan Debitur (Termohon Pailit) ; Bahwa berdasarkan atas hal-hal yang telah dipertimbangkan diatas majelis berpendapat bahwa Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini ; Menimbang, bahwa dengan demikian atas dasar pertimbangan diatas, keberatan Termohon terbukti berdasar atas hukum yang sah sehingga diterima; Menimbang, bahwa dengan diterimanya keberatan Termohon, maka Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak akan mempertimbangkan lebih lanjut permohonan pailit yang diajukan Pemohon tersebut ; Menimbang, bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah agung R.I No. 10/K/N/1998 tanggal 11 Mei 1999 dengan bertitik tolak dari ketentuan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 alter-natif putusan yang dapat dijatuhkan Pengadilan dalam penyelesaian perkara pailit adalah menolak atau mengabulkan permohonan ; Menimbang, bahwa oleh karena Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini, maka permohonan Pailit Pemohon ini harus ditolak ; Menimbang, bahwa karena permohonan Pemohon ditolak maka biaya perkara dibebankan kepada Pemohon yang besarnya akan disebutkan pada amar putusan ini ; Mengingat dan memperhatikan pasal 2 ayat (1) dan pasal 2 ayat (5) UU No. 4 Tahun 1998, pasal 2 angka 3 Keputusan Presiden R.I Nomor 9 tahun 1999 serta peraturan-peraturan lain yang bersangkutan ; MENGADILI: 1. Menyatakan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara permohonan Pemohon ; 2. Menolak Permohonan Pemohon ; 3. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5:000.000,- (lima juta rupiah); Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan Hakim pada hari Kamis Tanggal 23 September 2004 dengan susunan : H. CICUT SUTIARSO, SH. MHum., sebagai Ketua Majelis, SURIPTO, SH., dan SUDRAJAT DIMYATI, SH. MH., masing-masing sebagai Hakim Anggota, Putusan mana pada hari itu juga diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis dengan didampingi oleh Hakim-Hakim Anggota, dibantu oleh Hj. WIJI ASTUTI, SH., sebagai Panitera Pengganti dengan dihadiri oleh Kuasa Pemohon dan kuasa Termohon. 17 Hakim Anggota, Hakim Ketua Majelis, ttd. ttd. SURIPTO, SH. H. CICUT SUTIARSO, SH.M.Hum. ttd. SUDRAJAT DIMYATI, SH.MH. Panitera Pengganti, ttd. Hj. WIJI ASTUTI, SH. 18