ORANG SUCI AGAMA HINDU

advertisement
MAKALAH :
MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU
JUDUL:
ORANG SUCI AGAMA HINDU
(PANDHITA DAN PINANDITA)
DOSEN PEMBIMBING:
DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL. H
DISUSUN OLEH:
I WAYAN AGUS PUJAYANA
ORANG SUCI
• Orang suci adalah manusia yang memiliki mata batin dan dapat memancarkan kewibawaan
rohani, serta mempunyai kepekaan untuk menerina getaran-getaran gaib, dalam penampilannya
dapat mewujudkan ketenangan dan penuh welas asih yang di sertai kemurnian lahir dan batin
dalam mengamalkan ajaran agama, tidak terpengaruh oleh gelombang hidup suka dan duka.
• Agni purana secara etimologi menjelaskan arti kata Rsi yaitu SUARA. Istilah ini didasarkan
pada pengertian analogi yang menganggap bahwa rsi sebagai penerima dan kemudian
menyampaikan suara yang diterima dari tuhan sebagai wahyu. Veda menyebutkan ada banyak
nama-nama rsi yang terkenal sebagai pemikir dalam ajaran agama hindu. Rsi-rsi itu
diantaranya wiswamitra, wyasa, kanwa, agastya, dan walmiki.
• Ada empat sifat yang menyebabkan rsi penting artinya
bagi kehidupan umat hindu yaitu:
1. Widya atau ilmu,
2. Satya atau kejujuran dan kebenaran,
3. Tapa atau pengendalian diri,
4. Sruta atau penerimaan wahyu.
• PANDITA dalam bahasa sangsekerta berarti orang pandai, cendikiawan, bijaksana, sarjana,
sujana, dan pendeta. Yang dimaksud dengan pandita adalah pendeta, seorang rohaniawan
hindu yang telah madwijati melalui upacara diksa.
• Dwijati adalah lahir dua kali pertama lahir atau dilahirkan dari seorang ibu dan kedua
dilahirkan pula dan diakui anak oleh seorang guru pengajian (nabhe).
• Diksa adalah penyucian seorang welaka menjadi pandita.
• PINANDITA, dasar katanya adalah pandita mendapat sisipan ”in”, yang artinya di. Jadi
pengertian pinandita disini ialah seseorang yang dianggap sebagai wakil pandita. Guna
mencapai tingkatan atau status pinandita ini pun melalui upacara/upakara diksa yang dikenal
dengan sebutan ”pawintenan”. Pawintenan yang berkaitan dengan rsi yajña adalah pawintenan
sari dan pawintenan gede atau pinandita.
• Pawintenan berasal dari kata winten, yang dapat diartikan dengan inten (berlian), permata
bercahaya. Pawintenan atau mawinten mengandung arti melaksanakan suatu upacara untuk
mendapatkan sinar (cahaya) terang dari sang hyang widhi wasa, supaya dapat mengerti,
mengetahui, serta menghayati ajaran pustaka suci veda tanpa aral melintang.
Sasana dan wewenang Pandita
• Secara resmi calon diksita itu diuji oleh penguji Parisada Hindu Dharma Indonesia mengenai
pengetahuan agama dan pengetahuan umum lainnya yang akan menunjang tugas-tugas diksita
nanti. Proses diksita berikutnya dilakukan oleh tiga orang guru yang kesemuanya adalah pandita
yang cukup senior, baik pengalaman, usia ataupun penguasaannya pada agama. Ketiga pandita
itu adalah: Guru Nabhe, Guru Wakira dan Guru Saksi.
• Ada empat kegiatan dalam proses Diksa yaitu : amari raga, amari aran, amari sasana dan
amari wesa.
• Dalam Lontar Udyoga Parwa menyebutkan karma pandita telah memiliki ilmu kerohanian yang
sempura dan tinggi, maka beliaupun dapat menyempurnakan pihak lain seperti melakukan
dengan memimpin suatu upacara yadnya. Dan dalam Kitab Sila Krama ditekankan bahwa para
pandita hendaknya dapat menguasai dan melaksanakan ajaran yama nyama brata.
SASANA DAN WEWENANG PINANDITA
• Sasana yang menjadi kode etik pinandita adalah segala aturan-aturan atau tata tertib yang berhubungan
dengan ”kawikon” (aturan-aturan kehidupan yang patut dilaksanakan oleh seorang pinandita). Dalam Kitab
Silakrama ditekankan bahwa para pinandita hendaknya dapat menguasai dan melaksanakan ajaran Panca Yama
dan Niyama Brata.
• Sasana pinandita dimuat dalam Kitab Sarasamuccaya sloka 57:
”dharmacca satyam ca tapo damacca vimatsaritvam
Hristitiksanasuya, yajñacca danam ca dhritih ksama
Ca mahavratani dvadaca vai brahmanasya”.
Artinya :
Ini adalah brata sang brahmana, duabelas banyaknya, perincianya :
Dharma dari Satyalah sumbernya, Tapa artinya sarira sang sesana yaitu dapat mengendalikan jasmani dan mengurangi
nafsu : Dama artinya tenang dan sabar, tahu menasehati dirinya sendiri. Wimatsaritwa artinya tidak dengki-irihati, Hrih
berarti malu, mempunyai rasa malu, Titiksa artinya jangan sangat gusar, Anasuyaartinya tidak berbuat
dosa, Yajña adalah mempunyai kemauan mengadakan pemujaan; Dana adalah memberikan sedekah, Dhrti artinya
penenangan dan pensucian pikiran, Ksama artinya tahan sabar dan suka mengampuni ; itulah brata sang brahmana.
• Tugas seorang pinandita adalah berbuat sesuatu untuk menciptakan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup bersama di masyarakat yang disebut jagaditha, dengan cara memberikan
tuntunan rohani, pembinaan mental spiritual serta membantu kehidupan beragama dilingkungan
masyarakat. Melaksanakan Loka Phala Sraya dan surya sewana.
• Kewajiban pinandita sebagai sulinggih ada sepuluh jumlahnya, yang disebut dengan dasa
kramaparamartha, yakni : Tapa, Brata, Yoga, Samadhi, Santa, Sanmata, Maitri, Karuna, Upeksa,
dan Mudhita.
• Tingkat upacara yang dilaksanakan terbatas pada tingkat pedudusan alit dan dalam upacaraupacara seperti : Upacara bhuta yajña (sampai caru panca sata), manusa yajña (mulai bayi lahir
sampai otonan dan pawidi widana tingkat kecil), pitra yajña (sampai Mendem sawa dan
mekingsan gni), membuat tirtha panglukatan/pabersihan, nganteb upakara piodalan (di
pura/merajan yang diemongnya sampai batas ayaban tertentu), Nganteb upakara yajña tertentu
(dengan tirtha pamuput dari pandita).
• Istilah yang digunakan oleh pinandita adalah “nganteb” bukan “muput”. Pinandita membantu
pelaksanaan yajña tertentu dari pinandita suatu pura dengan seijinnya, menggunakan genta dan
menggunakan mantra, serta mudra tertentu bila sudah mewinten dengan ayaban bebangkit serta
sudah mendapat bimbingan dan ijin dari pandita.
OM SANTHI SANTHI SANTHI OM
Download