cadhu sakti - Senaya.web.id

advertisement
STANDAR KOMPETENSI : 1.Meyakini Kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi ( Tuhan
Sebagai Cadhu Sakti)
KOMPETENSI DASAR
:
1. Menguraikan Arti Cadhu Sakti
2. Menyebutkan bagian-bagian Cadhu Sakti
3. Menunjukkan contoh-contoh kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Cadhu Sakti
INDIKATOR
:
Menyebutkan arti Cadhu Sakti
.1 Menyebutkan bagian-bagian Cadhu Sakti
1.2.2 Menyebutkan arti masing-masing bagian Cadhu Sakti
1.3.1 Menunjukkan contoh kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Wibhu Sakti
1.3.2 Menunjukkan contoh kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Prabhu Sakti
1.3.3 Menunjukkan kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Jnana Sakti
1.3.4 Menunjukkan kemahakuasaan Sang Hyang Widhi sebagai Krya Sakti
RINGKASAN MATERI
CADHU SAKTI
Pengertian Cadhu Sakti
Perkataan Cadhu Sakti terdiri dari dua kata yaitu; kata Cadhu dan Sakti. Cadhu
sama artinya dengan kata Catus atau Catur yang berarti empat. Sedangkan Sakti berati
kesaktian, kekuatan, kehebatan, kemahakuasaan. Jadi Cadhu Sakti berarti empat
kesaktian atau kekuatan atau kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi.
Bagian-bagian Cadhu Sakti
Cadhu Sakti terdiri dari empat bagian, yaitu:
1. Wibhu Sakti,
2. Prabhu Sakti,
3. Jnana Sakti ,dan
4. Krya Sakti.
Pengertian bagian-bagian Cadhu Sakti
1. Wibhu Sakti adalah sifat Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Maha Ada,
meresap memenuhi Bhuana atau Wyapi Wyapaka/berada dimana-mana, tiada tempat
yang tidak dipenuhi oleh wujud-Nya. Wyapi Wyapaka Nirwikara artinya selalu ada di
mana-mana tidak terpengaruh dan tidak berubah. Eko Dewah Sarwa Bhutesu Cittah
artinya Sang Hyang Widhi Tunggal namun terasa pada seluruh ciptaan-Nya. Sarwam
Idham Khalu Brahman artinya segala sesuatu di dunia ini berasal dari Ida Sang Hyang
Widhi dan pada waktu tertentu akan kembali ke asalnya yaitu Tuhan itu sendiri.
2.
Prabhu Sakti. Prabhu artinya Raja. Ida Sang Hyang Widhi adalah
Rajadiraja. Prabhu Sakti berarti sifat Ida Sang Hyang Widhi Maha Raja atau Maha
Kuasa, menguasai alam semesta sebagai pencipta (Utpti), pemelihara (Sthiti) dan
pelebur (Pralina) atas ciptaan-Nya.
3.
Jnana Sakti adalah sifat Ida Sang Hyang Widhi Maha Tahu. Ida Sang
Hyang Widhi mengetahui segala kejadian dan segala yang ada di alam baik yang
nyata/kelihatan maupun yang tidak nyata. Tuhan mampu mengetahui kejadian masa
lampau (Atita), kejadian sekarang (Nagata) dan mampu mengetahui kejadian yang akan
datang ( Wartamana), Karena Tuhan memiliki Tiga Kemampuan yang yang serba
tembus, meliputi:
a.
b.
c.
Dura Adnyana/Dura Sarwajnana, yaitu Tuhan berpengetahuan serba
tembus,
Dura Srawana, artinya Tuhan memiliki pendengaran tembus yaitu mampu
mendengar suara baik yang dekat maupun yang jauh, dan
Dura Darsana yaitu, Tuhan penglihatan serba tembus artinya Tuhan
mampu melihat kejadian dahulu, sekarang dan yang akan datang.
4. Krya Sakti artinya sifat Ida Sang Hyang Widhi sebagai Maha Karya. Sang
Hyang Widhi dapat berbuat apa saja yang dikehendakinya.Ida Sang Hyang Widhi
menciptakan alam ini dengan Kemahakuasaan-Nya dan kembali kepada-Nya pada saat
Pralaya (kiamat). Sebelum dunia ini di ciptakan pada mulanya adalah kosong tidak ada
apa-apa (duk tan hana paran-paran) yang ada hanya Ida Sang Hyang Widhi. Sebenarnya
setiap saat terjadi penciptaan dan peleburan (pralina). Ida Sang Hyang Widhi tidak
pernah berhenti bekerja.
Contoh-contoh Kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi dalam Cadhu Sakti
1. Wibhu Sakti adalah sifat Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Maha Ada,
meresap memenuhi Bhuana atau Wyapi Wyapaka/berada dimana-mana, tiada tempat
yang tidak dipenuhi oleh wujud-Nya.
Contohnya:
a. Matahari selalu bersinar,
b. Bintang dan bulan selalu bersinar,
c.
Tuhan ada pada air,
d. Tuhan ada pada setiap makhluk
2. Prabhu Sakti berarti sifat Ida Sang Hyang Widhi Maha Raja atau Maha
Kuasa, menguasai alam semesta sebagai; pencipta (Utpti), pemelihara (Sthiti) dan
pelebur (Pralina) atas ciptaan-Nya.
Contohnya:
a.
Matahari selalu terbit dari Timur dan tenggelam di Barat
b. Adanya siang dan malam
c. Adanya kelahiran, kehidupan dan kematian
d. Adanya kesembuhan
e. Adanya Penyakit,
f. Seorang dokter pintar mengobati orang sakit, tetapi dia tidak kuasa
menahan hukuman Tuhan pada akhirnya ia akan mati.
g. Betapa canggihnya otak manusia yang membidangi meteorologi dan
geofisika untuk mendeteksi bencana alam seperti gempa, tsunami,
gunung meletus, tetapi bila Hyang Widhi berkehendak manusia tidak
dapat menghindari dan menolaknya.
3. Jnana Sakti adalah sifat Ida Sang Hyang Widhi Wasa Maha Tahu. Ida Sang
Hyang Widhi mengetahui segala kejadian dan segala yang ada di alam baik yang
nyata/kelihatan maupun yang tidak nyata.
Contoh-contohnya, seperti:
a. Ketika seseorang akan meninggal tidak pada waktunya biasanya akan
menampakkan tanda-tanda seperti firasat. Firasat yang ditunjukkan itu
adalah tanda-tanda yang diperlihatkan Tuhan kepada manusia.
b. Sang Hyang Widhi mengetahui apa yang akan terjadi .
c. Tuhan lebih tahu tentang nasib ciptaan-Nya sendiri.
4. Krya Sakti adalah sifat Ida Sang Hyang Widhi sebagai Maha Karya. Sang
Hyang Widhi dapat berbuat apa saja yang dikehendakinya,
Contoh-contohnya, seperti:
a.
Sang Hyang Widhi menciptakan keindahan alam
b. Ida Sang Hyang Widhi dapat menggerakkan matahari, bumi, bintang dan
planet-planetnya,
c.
Ida Sang Hnyang Widhi menciptakan segalanya, dan segala ciptaanya
pasti berguna.
STANDAR KOMPETENSI :
2. Mengungkapkan Perkembangan Agama Hindu setelah Kemerdekaan Indonesia
KOMPETENSI DASAR
:
2.1
Menguraikan perkembangan agama Hindu setelah Kemerdekaan Indonesia
2.2
Menunjukkan hasil-hasil pembangunan yang bernuansa agama Hindu setelah
kemerdekaan
INDIKATOR
:
2.1.1 Menjelaskan perkembangan agama Hindu setelah kemerdekaan Indonesia
2.2.1 Menjelaskan isi dari Piagam Campuhan Ubud
2.2.2 Menunjukkan hasil-hasil pembangunana yang bernuansa agama Hindu setelah
kemerdekaan Inonesia
RINGKASAN MATERI
SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU
SESUDAH KEMERDEKAAN INDONESIA
Sejarah Agama Hindu sebelum Kemerdekaan
Perkembangan agama Hindu berdasarkan atas pase perkembangannya,
sebagai berikut:
a. Abad ke-4 atau sekitar tahun 400 sudah berkembang agama Hindu yaitu di
Kutai tepatnya ditepi sungai Mahakam dengan bukti diketemukannya 7 buah Yupa
dengan nama Kerajaan Kutai. Yang menjadi rajanya pertama kali adalah Kudungga
yang memiliki putra bernama Aswawarman. Aswawarman selanjutnya berputra
Mulawarman. Mulawarmanlah yang menjadikan Kerajaan Kutai menjadi sangat
terkenal.
b.
Pada abad ke-5 atau sekitar tahun 500 Masehi perkembangan
agama Hindu di Indonesia berkembang ke Pulau Jawa yakni di Jawa Barat dengan
munculnya Kerajaan Taruma Negara dengan rajanya yang sangat terkenal bernama
Purnawarman. Raja Purnawarman adalah raja yang sangat gagah berani bagaikan
Dewa Wisnu.
c.
Selanjutnya di abad Ketujuh ( 7 ) atau sekitar tahun 700 Masehi,
perkembangan agama Hindu muncul di Jawa Tengah yakni Kerajaan Mataram dengan
rajanya yang beragama Hindu bernama Raja Sanjaya. Raja Sanjaya pada masa
pemerintahannya memuja Dewa Tri Murti.
d.
Agama Hindu terus berkembang. Pada pertengahan abad ke
delapan atau sekitar tahun 750 Masehi , Agama Hindu berkembang di Jawa Timur
dengan munculnya Kerajaan Kanjuruhan dengan Rajanya bernama Dewa Simha yang
memuja Dewa Siwa. Selanjutnya berkembang lagi di Jawa Timur dengan munculnya
sebuah kerajaan yang menjadi cikal bakal agama Hindu di Bali yaitu Kerajaan
Majapahit. Kejayaan Majapahit dibuktikan dengan bersatunya Nusantara di bawah
panji-panji Majapahit. Rajanya yang sangat terkenal adalah Hayam Wuruk dengan
Maha Patihnya bernama Maha Patih Gajah Mada. Gajah Madalah yang bersumpah
untuk menyatukan Nusantara dengan sumpahnya yang bernama Sumpah Palapa.
Namun akhirnya pada tahun 1400 (sirna hilang kertaning gumi) runtuhlah kerajaan
Majapahit karena masuknya pengaruh Islam ke Majapahit.
e.
Perkembangan selanjutnya setelah runtuhnya Majapahit oleh
pengaruh Islam, sebagian masyarakat Majapahit ada yang mengungsi ke daerah
Tengger dan ke Bali. Di Bali pada abad ke-8 agama Hindu berkembang di Bali dengan
bukti diketemukannya Prasasti Blanjong di daerah Sanur yang mana isi Prasasti
Blanjong menyebutkan bahwa pusat pemerintahan kerajaan yang beragama Hindu
berpusat di Singhamandawa dengan rajanya bergelar Sri Kesari Warmadewa.
Perkembangan agama Hindu semakin pesat di Bali sampai sekarang.
Sejarah Perkembangan Agama Hindu Menjelang Kemerdekaan Indonesia
Menjelang kemerdekaan Indonesia perkembangan agama Hindu lebih pesat
atau sebagian besar perkembangannya di Pulau Bali. Berkembangnya agama Hindu di
Bali diawali dari kedatangan Dang Hyang Markandeya, Mpu Kuturan, Dang Hyang
Nirartha. Pada masa sebelum kemerdekaan, di Bali masih diperintah oleh Raja-raja
seperti ada kerajaan Karangasem, Kerajaan Kelungkung, Kerajaan Gianyar, Kerajaan
Badung, Kerajaan Denpasar, Kerajaan Tabanan, Kerajaan Jembrana, dan kerajaankerajaan kecil lainnya. Pada masa itu setiap Raja selalu didampingi oleh seorang
pendeta istana yang dinamakan Purohita. Oleh purohita inilah kehidupan beragama
Hindu di setiap kerajaan diperhatikan.
Perkembangan selanjutnya karena Bali masih menjadi Jajahan Belanda pada
masa itu, Belanda banyak mendirikan sekolah di Bali. Lalu mendirikan organisasiorganisasi yang bernuansakan Hindu seperti:
a. di Gianyar ada oranisasi yang bernama Sara Poestaka,
b. di Singaraja/Buleleng ada perkumpulan yang bernam Surya Kanta dan Suita
Gama Tirtha,
c.
di Kelungkung juga berdiri organisasi yang bernuansakan agama Hindu
bernama Catur Wangsa Dirga Gama Hindu Bali,
d. di Denpasar berkembang juga organisasi yang bernuansakan agama Hindu
bernama Bali Dharma Laksana.
e.
Di tahun 1939 pemerintah menggalakkan program Bali Sering dengan
tujuan menjaga kehidupan Agama Hindu dan Budaya Bali dari pengaruh
budaya dan kepercayaan di luar Bali.
Perkembangan Agama Hindu Setelah Kemerdekaan
Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Proklamator kita yaitu
Soekerno dan Muhhamad Hatta. Dengan merdekanya negara kita maka negara mulai
mengatur kehidupan bernegaranya sendiri termasuk menata kehidupan beragama.
Salah satu yang diatur keseragamannya adalah tentang perayaan Nyepi yang sebelum
Kemerdekaan terdapat perbedaan pelaksanaan dikarenakan masing-masing kerajaan
mengatur pelaksanaan perayaan Nyepi.
Setelah Indonesia merdeka, perkembangan selanjutnya pada tanggal 3 januari
1946 berdiri sebuah Departemen yang khusus mengatur, menata dan mengayomi
kehidupan beragama bernama Departemen Agama. Namun pada tahun tersebut
Agama Hindu belum diakui sebagai sebuah agama yang resmi di Indonesia. Agama
Hindu di Bali terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan, sampai akhirnya di Bali
dibentuk Dinas Agama Otonom Daerah Bali. Agama Hindu baru bisa diakui oleh
Pemerintah Indonesia secara Nasional pada tahun 1963 atau 18 tahun dari sejak
Indonesia merdeka dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 100 tahun 1962.
Sebelum diakui sebagai Agama Resmi secara Nasional di Indonesia ada usahausaha untuk mendapat pengakuan diantaranya:
1. Pada tanggal 21 sampai 23 Februari 1959 diadakan pertemuan agung
(mahasabha) di gedung Fakultas Sastra Universitas Udayana oleh Pejabat Pemerintah
Privinsi dan Kabupaten, Kepala Kantor Kabupaten, serta Pimpinan Organisasi dan
Yayasan
yang
bercorak
kehinduan
dengan
menghasilkan
sebuah
keputusan/kesepakatan membentuk suatu Dewan yang diberi nama Parisadha Hindu
Dharma Bali. Atas keputusan itu, dibuatlah Akte Pendirian Parisadha Hindu Dharma
Bali dengan Akte Notaris no. 50 tanggal 4 September 1959. Pada awal pendiriannya
susunan pengurusnya terdiri dari 11 orang sulinggih dan 22 orang paruman walaka
dengan tugas mengatur, memupuk dan mengembangkan kehidupan beragama di Bali.
Adapun susunan pengurus hariannya adalah:
- Ketua
: Ida Pedanda Wayan Sidemen
- Wakil Ketua
: I Gusti Bagus Oka
- Sekretaris
: DR. Ida Bagus Mantra
2. Pada tanggal 4 Juli 1959 atas dukungan Yayasan Dwijendra maka didirikan
Sekolah Pendidikan Guru Agama Hindu Bali (PGAH Bali) sampai akhirnya dirubah
statusnya menjadi sekolah Negeri oleh Pemerintah pada tahun 1968. Tujuan
didirikannya PGAH adalah untuk mendidik generasi muda Hindu Bali untuk menjadi
guru agama Hindu yang nantinya bertugas di sekolah-sekolah di Bali.
3. Perkembangan agama Hindu selanjutnya pada tanggal 3 Oktober 1959
diadakan Pesamuhan Agung I Parisadha Hindu Dharma Bali yang bertempat di SMP
Dwijendara Denpasar. Hasil dari Mahasabha I tersebut menghasilkan beberapa hasil
seperti: menerbitkan buku Agama Hindu untuk sekolah-sekolah di Bali yang berjudul
Dharma Prawerti Sastra yang memuat tentang ajaran Widhi Tatwa, Atma Tattwa,
Karmaphala Tattwa, Samsara Tattwa dan Moksa Tattwa serta pengertian tentang Dharma.
4. Pada tanggal 19 Maret 1960 diadakan Pesamuhan Agung II yang
dilaksanakan di Balai Masyarakat Kota Denpasar. Dengan keputusan tentang
pelaksanaan Hari Raya Nyepi ( tahun Baru Saka) secara serempak, Busana Sulinggih
(pendeta )serta pemakaian buku pelajaran agama terbitan Parisada. Dan pada tahun
yang sama di Denpasar juga dilaksanakan Pasamuan Agung III dan IV.
5.
Pada tanggal 21 Oktober 1961 dilaksanakan Pesamuan Agung V
bertempat di SMP Dwijendra Denpasar. Hasil dari Pesamuan Agung V adalah rencana
melaksanakan Karya Agung Eka Dasa Rudra yang akan dilaksanakan tahun 1963.
6.
Akhirnya pada tanggal 17 - 23 Nopember 1961 Pesamuan Agung
diselenggarakan di Campuahan Ubud Kabuapten Gianyar tepatnya di Pura Gunung
Lebah. Yang dibahas dalam Pesamuan Agung di Campuahan Ubud adalah tentang
pengasraman para Pendeta/Sulinggih yang disebut Dharma Asrama. Dan hasil yang
terpenting dari Pesamuan Agung Campuan Ubud adalah Piagam Campuhan Ubud
yang berisi tentang keputusan penting bagi perkembangan agama Hindu selanjutnya.
Isi Piagam Campuan Ubud
Adapun isi Piagam Campuan Ubud, adalah sebagai berikut:
1. Mengenai Dharma Agama yang terdiri dari 10 butir meliputi tentang :
a.
Pengakuan Weda Sruti sebagai inti ajaranAgama Hindu
b. Dharma Sastra Smerti sebagai ajaran Susila.
c.
Tentang pendirian Perguruan Tinggi Agama,
d. Pendirian Padmasana atau Sanggar Agung pada setiap Kahyangan
Tiga sebagai Stana Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
e.
Tentang dasar Pengalantaka,
f.
Tentang pelaksanaan Pitra Yadnya,
g. Tentang Metatah,
h. Tentang Cuntaka, dll.
2. Mengenai Dharma Negara yang terdiri dari 7 butir meliputi tentang:
a.
kemerdekaan,
b. percobaan senjata nuklir,
c.
menjungjung tinggi Pancasila,
d. memperjuangkan agama Hindu agar menjadi bagian dari Departemen
Agama,
e.
memupuk semangat gotong royong , dan
f.
membenarkan petugas dengan pakaian dinas masuk dan melakukan
persembahyangan di pura-pura.
Sebagai wujud isi Piagam Campuan Ubud yang khusus mengenai Dharma
Agama diwujudkan dengan:
a. Pendirian Perguruan Tinggi Agama, maka tanggal 3 Oktober 1963
didirikanlah Mahawidya Bhawana Institut Hindu Darma ( IHD ) dan
sekarang telah menjadi Universitas Hindu Indonesia ( UNHI ),
b. Disetiap Provinsi dan Kabupaten seluruh wilayah Indonesia berdiri
Parisada.
c. Dengan telah terbentuknya Parisadha di seluruh Indonesia, maka untuk
menyamakan maksud dan tujuan diadakanlah Mahasabha, seperti:
1. Mahasabha I dilaksanakan tanggal 7 –10 Otober 1964 dihadiri oleh
utusan Parisadha seluruh Indonesia. Hasil keputusannya adalah
menyempurnakan Lembaga Hindu Parisadha Hindu Dharma Bali
menjadi Parisadha Hindu Dharma,
2. Mahasabha II dilaksanakan di Denpasar dari tanggal 2-5 Desember
1968.
3. Pesamuan Agung dilaksanakan di Yogyakarta dari tanggal 21 - 24
Februari 1971. Hasil Pesamuan Agung di Yogyakarta menghasilkan
rumusan dibidang Dharma Agama dan Dharma Negara, yaitu
berupa pengajuan usul kepada Pemerintah Pusat agar Perayaan Hari
Raya Nyepi menjadi libur Nasional.
4. Mahasabha III diselenggarakan tanggal 27 - 29 Desember 1973
bertempat di Denpasar.
5. Mahasabha IV diselenggarakan pada tanggal 24 - 27 Desember 1980
di Denpasar. Hasil keputusannya yakni tentang tempat suci dan
kepanditaan.
6. Diakuinya Hari Raya Nyepi sebagai Hari Libur Nasional oleh
Pemerintah Pusat berdasarkan Keputusan Pemerintah Nomor 3
Tahun 1983 setelah 12 tahun dari pengajuannya ( diajukan tahun
1971)
7. Mahasabha V dilaksanakan dari tanggal 24 - 27 Februari 1986,
memutuskan tentang:
a.
Ajaran agama
b. Pesantian Hindu atau Widyalaya
c.
Perubahan nama dari Parisadha Hindu Dharma Bali menjadi
Parisadha Hindu Dharma Indonesia.
8. Mahasabha VI diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 9-14
September 1991. Hasil keputusannya, seperti:
a.
Pemilihan tempat kerja Pengurus yaitu pengurus PHDI yang
melaksanakan Dharma Negara berkedudukan di Jakarta,
b. Kedudukan tempat kerja pengurus yaitu pengurus PHDI yang
melaksanakan Dharma Negara berkedudukan di Bali.
9. Pada Mahasabha VII dan Mahasabha VIII terjadi perubahan struktur
kepengurusan PHDI.
Fungsi dan Peran Parisadha
Parisadha memberikan pemahaman ajaran agama Hindu kepada Umat.
Parisadha adalah lembaga tertinggi Umat Hindu yang berfungsi:
a. Menata kehidupan beragama Hindu,
b. merumuskan ajaran dan mengembangkan kehidupan beragama Hindu
sehingga terus dapat berkembang sejalan dengan perkembangan jaman,
c. memberikan pemahaman ajaran Agama Hindu kepada Umat Hindu
melalui ceramah dan Dharma Tula.
Hasil kerja Parisadha
Dalam perjalanan perkembangan kehidupan beragama Hindu terus
mengalami perubahan sesuai perkembangan kehidupan dalam masyarakat. Dalam
menghadapi perubahan-perubahan dipandang perlu mengkaji ulang sastra-sastra
Hindu yang ada untuk dapat disesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat.
Pengkajiannya dilakukan dalam bentuk seminar yang diberi nama Seminar Kesatuan
Terhadap Aspek-Aspek Agama Hindu. Selain itu hasil kerja Parisadha yang lain adalah
diadakannya pesamuan Sulinggih untuk menyamakan kewajiban, persepsi
menyangkut Padewasan dan kewajiban serta kewenangan Sulinggih.
Hasil-hasil Pembangunan yang bernuansa agama Hindu setelah Kemerdekaan
Indonesia
Untuk mengenal hasil-hasil pembangnunan yang bernuansa Hindu kita akan
pilah-pilah menjadi beberapa bidang diantaranya:
A. Bidang Pendidikan: bidang pendidikan formal dan pendidikan non formal.
a.1 Bidang Pendidikan Formal seperti:
1. Tahun 1959 Yayasan Dwijendra Denpasar mendirikan Pendidikan Guru
Atas Hindu Bali (PGAH Bali)
2. Tahun 1968 PGAH Bali dinegerikan menjadi Pendidikan Guru Agama
Hindu (PGAH) Negeri Denpasar. Kemudian diikuti dengan pendirian
PGAH di: Singaraja, Tabanan, Jembrana, Mataram Lombok, Klaten Jawa
Tengah, Blitar Jawa Timur.
3. Tahun 1963 didirikan Perguruan Tinggi Maha Widya Bhawana Institut
Hindu Dharma Denpasar ( IHD ) yang sekarang bernama Universitas
Hindu Indonesia ( UNHI )
4. Menyusul lagi pendirian Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) di beberapa
daerah di Indonesia baik negeri maupun swasta dan juga didirikan IHD di
Bangli dan Denpasar
a.2 Bidang Pendidikan Non Formal seperti:
1. Mengadakan Pangasraman Kilat di sekolah setiap libur akhir tahun ajaran
bagi siswa SD, SMP, SMA untuk memberikan pendalaman Agama,
2. Pemerintah Daerah Bali atas Keputusan Gubernur mewajibkan setiap Desa
Pakraman mengadakan Pangasraman untuk mendalami ajaran Agama
seperti praktek membuat sarana upacara, budi pakerti, Dharmagita, dan
Yoga Asana,
3. Bagi Umat Hindu di Bali mengadakan sekolah minggu bertempat di Pura
untuk memperdalam ajaran agama Hindu
4. Pemerintah terus menerus mengadakan perbaikan Kurikulum dan
memberikan penataran-penataran kepada Guru-guru Agama Hindu
5. Pemerintah melalui Kantor Wilayah Agama Provinsi Bali memberikan
penyuluhan kemasyarakat oleh tenaga Penyuluh di masing-masing
Kabupaten.
B. Bidang Pembangunan Tempat Suci
Dengan semakin tersebarnya keberadaan umat Hindu di Indonesia,
pembangunan tempat suci yang bersifat umum seperti Pura Jagatnatha banyak
didirikan di daerah-daerah yang penduduknya masih mempertahankan Agama hindu.
Terutama di luar Bali seperti:
a.
Pura Mandara Giri Semeru Agung di Lumajang Jawa Timur,
b. Pura Payogan Agung Kutai di Kalimantan Timur di tempat bekas
Kerajaan Hindu Pertama ( Kutai)
c.
Pura Jagatkarta atau lebih dikenal dengan nama Pura Gunung Salak di
Bogor Jawa Barat,
d. Pura Blambangan di Jawa Timur, Pura Alas Purwa di Banyuwangi,
e.
Pura Pancaka di Mataram Lombok Barat.
f.
Candi-candi peninggalan agama Hindu yang dulunya tidak terurus
sekarang mendapat perhatian dan dimanfaatkan sebagai tempat
persembahyangan, seperti: Candi Ceto, Candi Prambanan, Candi Kidal,
Candi Tikus, Candi Panataran, dll.
C. Bidang Kesusastraan
Hasil pembangunan yang bernuansakan Hindu pada bidang Kesusastraan,
seperti:
a. Diterbitkannya buku pedoman hidup beragama dengan judul Dharma
Prawerti Sastra dan Upadesa,
b. Selanjutnya banyak generasi muda Hindu mulai menulis buku-buku yang
bernafaskan ajaran agama Hindu baik yang bersifat umum maupun ilmiah.
c. Munculnya penerbit-penerbit yang menerbitkan hasil karya tulisan agama
Hindu seperti: Penerbit Dharma Bakti di Denpasar, Penerbit Upada Sastra di
Denpasar, Penerbit Pustaka Manik Geni di Denpasar, Penerbit Paramita di
Surabaya,
d. Mulai banyak dialihaksarakan naskah-naskah lontar yang mengandung
ajaran agama Hindu sehingga mudah dibaca dan dipahami oleh Umat
Hindu,
e. Diterjemahkannya kitab-kitab Parwa seperti Adi Parwa, Sabha Parwa ( Asta
Dasa Parwa), Kekawin, Kidung untuk memudahkan generasi berikutnya
mempelajari atau mempedomani ajarannya yang bersumber dari Itihasa,
Tantri, dll
f. Mulai diterbitkannya Majalah, Tabloid maupun karya tulis lainnya yang
bertujuan memberikan pemahaman kepada umat Hindu.
D. Hasil Bidang Seni Budaya
Mengenai seni budaya yang mendukung kegiatan keagamaan seperti seni
lukis, seni tabuh, seni pahat, dan seni suara sangatlah mengairahkan generasi muda
kita untuk mempelajarinya. Dibidang seni suara dikenal istilah Dharmagita. Secara rutin
umat Hindu mempelajari Dharmagita untuk menyiapkan diri mengikuti perlombaan
yang diadakan setiap tahun yang disebut Utsawa Dharma Gita.
Dalam Utsawa Dharmagita yang dilombakan, seperti:
a. Pembacaan Sloka,
b. Pembacaan Kekawin,
c. Kidung,
d. Macepat/Sekar Alit,
e. Palawakya.
E. Hasil pada bidang Organisasi
Di bidang Organisasi, banyak kita lihat organisasi yang bernuansakan Hindu,
seperti:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Forum Pemuda Hindu,
Prajaniti,
Hindu Center
Forum Cendikian Hindu Indonesia,
Himpunan Mahasiswa Hindu,
Peradah,
Yayasan-yayasan Hindu yang mendukung keberadaan Agama Hindu di
Indonesia.
STANDAR KOMPETENSI : 3.Mengenal Pelaksanaan Yadnya
KOMPETENSI DASAR
:
3.1 Menguraikan arti Nitya Karma dan Naimitika Karma
3.2 Menyebutkan contoh pelaksanaan Yadnya secara Nitya dan Naimitika Karma
3.3 Menerapkan pelaksanaan Yadnya secara Nitya dan Naimitika Karma
INDIKATOR
:
Menguraikan arti Nitya Karma
Menguraikan arti Naimitika Karma
3.2.1 Menyebutkan contoh pelaksanaan Yadnya secara Nitya Karma
3.2.2 Menyebutkan contoh perlaksanaan Yadnya secara Naimitika Karma
3.3.1 Melakukan Nitya Karma sesuai dengan kondisi daerah masing-masing
3.3.2 Melakukan Naimitika Karma sesuai kondisi daerah masing-masing.
RINGKASAN MATERI
NITYA KARMA
DAN
NAIMITIKA KARMA
Yadnya berasal dari Bahasa Sanskerta dari urat kata Yaj yang artinya memuja,
mempersembahkan atau memberi pengorabanan. Sehingga Yadnya berarti korban suci
yang tulus ikhlas tanpa pamerih.
Sumber sastra Hindu yang menyebutkan tentang Yadnya adalah Kitab
Bhagavadgita Bab II Sloka 10, yang berbunyi sebagai berikut:
Saha-yajnah prajah srstva purovaca prajapatih
Anena prasavisyadhvam esa vo ‘stv ista-kama-dhuk.
Artinya:
Pada masa yang lalu, Prajapati. Dewa dari para makhluk-makhluk
menciptakan manusia dengan suatu etikad yang penuh dengan pengorbanan
dan berkatalah Dewa ini “ Dengan pengorbanan ini engkau akan sejahtera,
Dan pengorbanan ini adalah ibarat Kamadhuk (sapi kemakmuran) yang
beranak-pinak yang akan menghasilkan kemauan-kemauanmu.
Dalam beryadnya diperlukan minimal tiga unsur yang disebut Tri
Manggalaning Yadnya, yang terdiri dari:
a.
Orang yang memimpin Upacara Yadnya seperti; Sulinggih, Pendeta,
Pemangku, Sang Wiku.
b.
Orang yang membuat sesajen (tukang banten/Tapini),
c.
Orang yang melaksanakan Yadnya disebut Sang Yajamana
Tujuan Yadnya adalah:
a.
Untuk menghubungkan diri ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi/Tuhan
Yang Maha Esa,
b. Untuk mencapai kesucian, membebaskan diri dari segala dosa dan
mencapai kesempurnaan hidup lahir batin,
c.
Sebagai tanda terima kasih atas segala anugrah yang telah dilimpahkan
oleh Tuhan.
Berdasarkan tujuan pelaksanaan Yadnya dapat dibedakan menjadi lima jenis
yang disebut Panca Yadnya, meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
Dewa Yadnya,
Pitra Yadnya,
Rsi yadnya,
Manusa Yadnya,
Bhuta Yadnya.
Berdasarkan atas waktu untuk beryadnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu
yadnya dilakukan setiap hari disebut Nitya Karma dan yadnya yang dilakukan pada
hari-hari tertentu yang disebut Naimitika Karma.
Pengertian Nitya Karma dan Naimitika Karma
Kata Nitya Karma dan Naimitika Karma berasal dari Bahasa Sanskerta. Nitya Karma
terdiri dari dua kata yaitu kata Nitya dan kata Karma, kata Nitya adalah tergolong adjective yang
berarti; batin, tetap, abadi, kekal sedangkan kata Karma tergolong neuter yang artinya perbuatan,
pekerjaan. Sehingga Nitya Karma berarti pelaksanaan yadnya yang dilakukan setiap hari.
Kata Naimitika Karma terdiri dari dua kata yaitu kata Naimitika dan Karma.
Naimitika artinya; waktu tertentu atau berkala atau periodik, sedangkan kata Karma
berarti perbuatan, pekerjaan. Jadi Naimitika Karma berarti pelaksanaan yadnya yang
dilakukan pada waktu tertentu atau secara berkala/periodik.
Contoh-contoh Pelaksanaan Yadnya secara Nitya Karma dan Naimitika Karma
a. Contoh Pelaksanaan Yadnya secara Nitya Karma, seperti:
Di bidang Dewa Yadnya seperti:
- Melaksanakan Yadnya Sesa, yaitu melaksanakan yadnya setiap selesai
memasak nasi. Yadnya sesa atau ngejot ini ditujukan kepada; Ida Sang
Hyang Widhi beserta manifestasinya dipersembahkan pada pelinggih, di
atas tempat tidur. Kepada Sang Hyang Brahma karena telah membantu
memasak, dipersembahkan di tungku/jalikan/kompor. Ditujukan kepada
Sang Hyang Pertiwi dan Bhuta-bhuti dan Penunggun Karang
dipersembahkan di halaman sanggah, halaman rumah dan pintu keluar
pekarangan dan tempat-tempat lain.
- Melaksanakan Tri Sandya setiap hari, baik di Sekolah maupun di Rumah,
b.
-
Di bidang Resi Yadnya, seperti:
Mengormati guru di sekolah
Mentaati tata tertib sekolah,
Tekun belajar
Tidak lalai terhadap tugas yang diberikan oleh guru
c. Pitra Yadnya, misalnya:
- Menghormati orangtua
- Rukun dengan saudara
d.
-
Manusa Yadnya, seperti:
Memelihara dan merawat badan dengan baik,
Mengasihi sesama,
Menolong orang kesusahan
e.
-
Bhuta Yadnya, misalnya:
Mememlihara dan menyayangi hewan peliharaan
Merawat dan menjaga kelestarian tanaman
Menjaga kebersihan lingkungan..
a. Contoh Pelaksanaan Yadnya secara Naimitika Karma,
a. Dewa Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika Karma:
- Purnama dan Tilem yang dirayakan setiap satu bulan sekali,
- Budha Kliwon, Tumpek, Buda Wage, Anggara Kasih dilaksanakan setiap 35
hari sekali,
- Hari besar Umat Hindu seperti; Saraswati, Pagerwesi, Galungan, Kuningan
dilaksanakan setiap enam bulan sekali,
- Hari Raya Siwaratri, Hari Raya Nyepi dilaksanakan setiap satu tahun
sekali,
- Kajeng Kliwon dilaksanakan setiap 15 hari sekali,
- Piodalan di pura/sanggah/merajan dapat dilaksanakan setiap enam bulan
atau satu tahun sekali.
b. Pitra Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika Karma, seperti:
- Upacara Ngaben,
- Upacara Ngeroras,
- Upacara Ngelungah
b. Resi Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika Karma, seperti:
pada saat sulinggih, wiku atau pinandita selesai muput upacara yadnya
kita wajib menghaturkan punia kepada beliau
menghaturkan punia pada saat perayaan Siwaratri.
c. Manusa Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika Karma, meliputi:
otonan,
upacara tutug kambuhan,
potong gigi/metatah/mepandes,
pawiwahan,
magedong-gedongan
f. Bhuta Yadnya yang dapat dilakukan secara Naimitika Karma, seperti:
melaksanakan upacara Tawur Agung setiap hari Pengrupukan atau sehari
sebelum hari Raya Nyepi,
melaksanakan Upacara Panca Wali Krama setiap 10 tahun sekali di Pura
Agung Besakih,
melaksanakan Upacara Eka Dasa Rudra setiap 100 tahun sekali di Pura
Agung Besakih,
melaksanakan upacara Rsighana, dll
Penerapan Pelaksanaan Yadnya Secara Nitya Karma dan Naimitika Karma
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Lakukan Tri Sandya 3 kali sehari,
Lakukan sembahyang di rumah sebelum berangkat ke sekolah,
Lakukan persembahyangan di Padmasana sekolah dengan tertib dan
hikmat,
Bantulah ibu membuat dan menghaturkan banten saiban setiap hari,
Rajinlah membersihkan tempat suci; sanggah, padmasana, paibon,
Jagalah kerukunan dengan saudara,
Hormatilah orangtua dan turuti nasehatnya
Hormati gurumu, laksanakan apa yang diajarkan dan yang
diperintahkan,
Peliharalah hewan peliharaanmu yang ada di rumah dengan baik,
Rajinlah membantu orangtua mejejahitan, metanding, membuat penjor,
Lakukanlah persembahyangan pada hari-hari suci baik di sekolah
maupun di rumah,
Rawatlah orangtua, nenek, kakek bila beliau sakit atau memerlukan
pertolongan.
STANDAR KOMPETENSI : 4. Mengenal Dasa Yama dan Dasa Nyama Brata
KOMPETENSI DASAR
:
4.1 Menguraikan arti kata Dasa Yama Brata dan Dasa Nyama Brata
4.2 Menyebutkan bagian-bagian Dasa Yama Brta dan Dasa Nyama
Brata
4.3 Menunjukkan contoh-contoh Dasa Yama Brata dan Dasa Nyama
Brata
INDIKATOR
:
.1 Menguraikan Pengertian Dasa Yama Brata
4.1. 2 Menguraikan pengertian Dasa Nyama Brata
4.2.1 Menyebutkan bagian-bagian Dasa Yama Brata
4.2.2 Menyebutkan arti masing-masing bagian DasaYama Brata
4.2.3 Menyebutkan bagian-bagian Dasa Nyama Brata
4.2.4 Menyebutkan arti masing-masing bagian Dasa Nyama Brata
4.3.1 Menyebutkan bebebrapa contoh Dasa Yama Brata
4.3.2 Menyebutkan beberapa contoh Dasa Nyama Brata.
RINGKASAN MATERI
DASA YAMA BRATA
DAN
DASA NYAMA BRATA
Arti Dasa Yama dan Dasa Nyama Brata
Ajaran Dasa Yama dan Dasa Nyama adalah ajaran susila Hindu yang dapat
menuntun umatnya untuk berbuat susila agar menjadi orang yang memiliki budi
pakerti luhur. Ajaran Susila sangat erat kaitannya dengan ajaran lain dalam agama
Hindu yakni; ajaran Tattwa dan Upakara. Ajaran Tattwa, Susila dan Upakara dalam
agam Hindu disebut Tri Kerangka Agama Hindu. Ketiga ajaran ini tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga ajaran ini diibaratkan sebagai
sebutir telur. Kulit telur adalah Upacara Hindu, Putih telur adalah ajaran Susila Hindu,
sedangkan Kuning Telur/sarinya adalah ajaran Tattwa. Demikian juga ketiga ajaran ini
diibaratkan seperti tubuh manusia. Tattwa adalah kepala manusia, Susila adalah badan
manusia dan Upacara adalah kaki manusia.
Pengertian Dasa Yama Brata
Kata Dasa Yama Brata berasal dari Bahasa Sanskerta yang terdiri dari tiga kata
yaitu: Dasa, Yama dan Brata.
Adapun artinya masing-masing adalah:
-
Dasa berarti sepuluh,
Yama berarti Pengendalian,
Brata sama artinya dengan Wrata berarti keinginan atau kemauan.
Jadi arti dari Dasa Yama Brata adalah sepuluh pengendalian keinginan untuk
mendapatkan kesempurnaan hidup.
Pengertian Dasa Nyama Brata
Dasa Nyama Brata juga berasal dari Bahasa Sanskerta, yang terdiri dari tiga
kata, yaitu:
Dasa berarti sepuluh,
Nyama berarti pengendalian dalam tahap mental,
Brata/Wrata berarti keinginan atau kemauan.
Jadi Dasa Nyama Brata berarti sepuluh macam pengendalian keinginan dalam
tingkat mental untuk mencapai kesempurnaan hidup.
Bagian-bagian Dasa Yama Brata dan artinya
Bagian-bagian Dasa Yama Brata adalah sebagai berikut:
1. Anresangsya artinya tidak mementingkan diri sendiri,
2. Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan,
3. Satya berarti setia dengan ucapan sehingga menyenangkan hidup,
4. Ahimsa berarti tidak membunuh dan tidak menyakiti atau menyiksa,
5. Dama artinya dapat menasehati diri sendiri,
6. Arjawa artinya jujur mempertahankan kebenaran,
7. Priti artinya cinta kasih saying terhadap sesama makhluk,
8. Prasada berarti berpikir dan berhati suci tanpa pamerih,
9. Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut, sopan santun,
10. Madarwa artinya rendah hati.
Bagian-bagian Dasa Nyama Brata dan artinya
Bagian-bagian dari Dasa Nyama Brata itu adalah:
1.
2.
3.
4.
Dana berarti pemberian sedekah,
Ijya artinya pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi da leluhur,
Tapa artinya menggembleng diri,
Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Ida Sang Hyang
Widhi,
5. Swadyaya berarti mempelajari dan memahami ajaran-ajaran suci,
6. Upasthanigraha adalah mengendalikan hawa nafsu kelamin,
7. Brata adalah taat akan sumpah,
8. Upawasa adalah berpuasa,
9. Mona berarti membatasi perkataan,
10. Snana artinya melakukan penyucian diri sendiri setiap hari dengan jalan
membersihkan badan dan bersembahyang.
Contoh-contoh Pelaksanaan Dasa Yama Brata
Contoh-contoh pelaksanaan Dasa Yama Brata agar kita dapat mengikutinya
untuk meningkatkan kesempurnaan hidup.
1. Anresangsya artinya tidak mementingkan diri sendiri. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Anresangsya:
- membatalkan janji pribadi untuk melaksanakan kepentingan warga
masyarakat,
- mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,
- Memberi kesempatan kepada penyebrang jalan dengan memperlambat
kecepatan sepeda motor/mobil,
- Memberikan tempat duduk kita di dalam bus/angkutan kepada orang
tua atau orang hamil,
- Membiasakan antre atau menunggu giliran di SPBU, Puskesmas, rumah
sakit atau kantor.
2. Ksama artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan. Contohcontoh pelaksanaa ajaran Ksama, seperti:
- memaafkan kesalahan teman,
- tidak marah atau tersinggung bila dijelek-jelekkan teman,
- tetap melanjutkan sekolah walaupun tidak naik kelas,
- tidak merasa minder/berkecil hati walaupun merasa diri ada
kekurangan,dll.
3. Satya berarti setia dengan ucapan sehingga menyenangkan hidup. Satya
berarti juga kejujuran atau kebenaran. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Satya, seperti:
- Mengatakan dengan sebenarnya apa yang dilihat, di dengar.
- Bertanggung jawab terhadap yang telah diperbuat,
- Menepati janji,
- Jujur terhadap kata hati,
- Melaksanakan Panca Satya, yaitu:
1.
2.
3.
Satya Wacana: setia terhadap ucapan,
Satya Laksana: setia terhadap perbuatan,
Satya Mitra setia terhadap teman, berteman dalam keadaan senang
maupun susah,
4.
5.
Satya Semaya: selalu menepati janji yang diucapkan, dan
Satya Hredaya: jujur terhadap kata hati
4. Ahimsa artinya tidak membunuh, tidak menyiksa atau menyakiti makhluk.
Contoh pelaksanaan ajaran Ahimsa, seperti:
- Tidak membunuh binatang sembarangan,
- Tidak meracuni hewan,
- Tidak mengganggu hewan yang sedang tidur,
- Tidak memfitnah,
- Tidak menghina teman yang memiliki kekurangan.
Agama Hindu juga membenarkan melakukan pembunuhan/Himsa Karma
tetapi hendaknya dilandasi cinta kasih dan dharma, seperti:
1. untuk Dewa Puja yaitu untuk persembahan kepada para Dewa dan
manifestasi Ida Sang Hyang Widhi,
2. Pitra Puja yaitu membunuh untuk persembahan kepada leluhur,
3. Athiti Puja yaitu membunuh untuk dipersembahkan atau dihaturkan
kepada tamu.
4. Dharma Wigata yaitu membunuh di dalam peperangan/pertempuran.
5. Dama artinya sabar dan dapat menasehati diri sendiri. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Dama, seperti:
-
Menyadari perbuatan, perkataan dan perbuatan kita yang keliru,
Memikirkan terlebih dahulu akan perkataan yang akan diucapkan,
Sebelum tidur renungkanlah perbuatan yang telah kita lakukan sebagai
evaluasi harian untuk meningkatkan kwalitas diri,
Biasakan tidak terlalu repot membicarakan kelemahan orang, masih
lebih baik jika rajin melihat kelemahan diri sendiri,
Untuk menghindari adanya penyesalan yang datangnya selalu di
belakang, sebelum berkata dan berbuat pikirkan secara matang
akibatnya.
Orang yang penyabar tidak mudah tersinggung, orang sabar disayang
Tuhan. Orang sabar dapat menasehati dirinya sendiri.
6. Arjawa artinya jujur mempertahankan kebenaran bersifat terbuka dan
berterus terang. Sifat terbuka dan berterus terang menghindarkan kita dari
kesalahpahaman. Kesalahpahaman dapat menimbulkan masalah. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Arjawa, seperti:
- Jangan mengaku dan merasa diri selalu paling benar,
- Katakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah,
- Berpijaklah pada kebenaran walaupun banyak godaan,
-
Orang yang mempertahankan kebenaran akhirnya akan menang.
Jadilah ksatria pembela kebenaran seperti peribahasa “ Berani karena
benar Takut karena Salah”.
7. Priti artinya cinta kasih sayang terhadap sesama Makhluk .Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Priti, seperti:
- Hiduplah rukun saling mengasihi sesama teman di sekolah, bersama
keluarga, begitu juga dengan tetangga sekitar,
- Memelihara hewan peliharaan dengan baik,
- Rajin merawat dan memupuk tanaman, dll
8. Prasada artinya bertpikir dan berhati suci tanpa pamerih. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Prasada, misalnya:
- Jujur dan tulus pada setiap tindakan untuk memupuk dan
menumbuhkan kesucian hati,
- Berpikir jernih, cermat dan masuk akal jangan mengembangkan pikiran
buruk atau berburuk sangka (negatif thinking) kepada orang lain,
- Rajin sembahyang,
- Jujur dan setia terhadap setiap tindakan,
- Berbuat yang iklas tanpa pamerih,
- Jagalah pikiran kita agar tetap jernih dan suci. Hindarikan pikiran dari
hal-kal kotor dan bodoh, karena pikiran yang diliputi oleh niat yang
kotor dan bodoh menyebabkan manusia lebih rendah dari binatang, dll
9. Madurya artinya ramah tamah, lemah lembut dan sopan santun. Contohcontoh pelaksanaan ajaran Madurya, seperti:
- Bersikap ramah tamah terhadap semua orang, menghindari sikap judes
dan cuek,
- Bersikap lemah lembut terhadap semua orang, menghindari sikap kasar,
emosional dan mudah tersinggung,
- Bersikap sopan santun terhadap siapa saja dan di manapun berada,
- Selalu menjaga sikap santun ketika berhadapan dengan orang lain baik
dengan teman sejawat, orang yang lebih tua, guru ataupun siapa saja,
- Selalu berbicara yang sopan kepada lawan bicara,
- Menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai terhadap
orang lain,
- Tidak memperlihatkan wajah masam, cemberut dan kusam,
10. Mardawa artinya rendah hati tidak sombong. Contoh-contoh pelaksanaan
ajaran Mardawa, misalnya:
- Selalu ringan tangan suka membantu orang yang membutuhkan
pertolongan,
-
Menghargai orang lain,
Menghormati orang lain,
Tidak mementingkan diri sendiri,
Peduli terhadap orang lain,
Bersikap empati terhadap penderitaan orang lain sehingga memiliki
keinginan untuk memberi pertolongan,
Menyadari diri memiliki kelebihan dan kekurangan,
Menghindarkan diri dari perbuatan merendahkan harga diri orang lain,
Selalu bersikap sabar dan tidak membalas dendam,
Dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain.
Contoh-contoh Pelaksanaan Dasa Nyama Brata
1.
Dana artinya berderma dan beramal tanpa pamerih. Contohcontoh pelaksanaan ajaran Dana, seperti:
- Membiasakan berderma kepada orang yang sedang menderita
mengalami kesusahan dalam hidupnya,
- Kekayaan berupa harta benda bersifat tidak kekal dan tidak dibawa
mati, maka sisihkanlah sebagian harta kita untuk berderma/beramal,
- Berikanlah sedekah kepada orang yang membutuhkan,
- Lakukan sedekah pada waktu yang tepat, misalnya pada waktu orang
kesusahan, pada waktu orang tertimpa bencana,
- Berikanlah sedekah kepada orang miskin atau orang sakit,
- Berikanlah sedekah kepada pengemis dengan ikhlas. Janganlah marah
kepada pengemis, jangan mengusirnya dan janganlah mencela.
Pemberian sedekah atau dana menurut waktu pemberiannya ada 4
tingkatan menurut Slokantara 17, sebagai berikut:
- Dana yang diberikan di bulan Purnama dan bulan Mati (Tilem)
menyebabkan 10 kali kebaikan yang diterima,
- Dana yang diberikan pada bulan Gerhana membawa phahala (100)
seratus kali,
- Dana yang diberikan pada hari suci Sraddha menjadi 1000 kali lipat,
- Sedekah/Dana yang diberikan diakhir Yuga phahala kebaikannya akan
tidak terbatas.
Pemberian sedekah atau dana menurut Tingkatannya ada 4 menurut
Slokantara 21, sebagai berikut:
- Pemberian berupa makanan itu mutunya kecil, disebut Kanista Dana
- Pemebrian berupa Uang/pakaian
mutunya menengah, disebut
Madyama Dana
- Pemberian berupa gadis itulah yang dianggap tinggi, disebut Utama
Dana
-
Pemberian sedekah/dana berupa Ilmu Pengetahuan itu mengatasi
semuanya dan membawakan kebajikan besar, disebut Ananta Dana.
2. Ijya artinya pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Ijya, seperti:
- Rajin melakukan Tri Sandya setiap hari ( pagi, siang, sore )
- Rajin berdoa setiap saat,
- Rajin melakukan persembahyangan pada hari raya,
- Rajin melakukan meditasi dan berjapa, dll
3. Tapa artinya menggembleng diri untuk menimbulkan daya tahan. Contohcontoh pelaksanaan ajaran Tapa, seperti:
- Berlatih diri mengendalikan pikiran seperti berusaha untuk berpikir
jernih, berpikir yang baik agar tahan uji terhadap masalah yang
mengganggu pikiran,
- Berlatih mengendalikan keinginan, misalnya memenuhi keinginan
sesuai kebutuhan, memenuhi keinginan sesuai kemampuan,
menghindari keinginan yang menimbulkan kerugian baik bagi diri
sendiri maupun orang lain agar tahan uji terhadap pengaruh buruk
keinginan itu,
- Berlatih hidup sederhana agar tahan uji terhadap penderitaan,
- Berlatih mengendalikan perkataan agar tahan uji untuk tidak berkata
yang menyakitkan misalnya berkata kasar, mengancam, menghardik,
dan mengeluarkan kata-kata ejekan dan hinaan,
- Berlatih mengendalikan perbuatan, misalnya tidak melakukan
perbuatan curang, mencuri, suka berkelahi, suka memancing keributan,
suka berbuat onar, dll.
4.Dhyana artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Ida Sang Hyang Widhi.
Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Dhyana, seperti:
- Saat belajar di kelas perlu memusatkan pikiran tentang pelajaran yang
sedang diajarkan,
- Memusatkan pikiran pada saat mengendarai sepeda motor/mobil,
- Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan melakukan Pranayama,
- Berlatih melakukan pemusatan pikiran dengan sembahyang,
- Berlatih melakukan pemusatan pikiran kepada Ida Sang Hyang Widhi
dengan meakukan yoga, tapa dan semadi, dll
5.Swadhyaya artinya tekun mempelajari dan memahami ajaran suci. Contohcontoh pelaksanaan ajaran Swadhyaya, seperti:
- Tekun belajar jangan cepat putus asa,
-
Berusaha belajar secara mandiri artinya belajar tanpa diperintah dan
belajar menemukan jawaban sendiri,
Jangan malu bertanya kepada orang lain tentang suatu masalah yang
tidak dimengerti atau tidak diketahui,
Rajin membaca buku kerohanian dan buku-buku lain yang berguna
dalam kehidupan,
Mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, dll
6.Upasthanigraha artinya mengendalikan hawa nafsu kelamin. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Upasthanigraha, misalnya:
- Menghindari berduaan dengan lawan jenis di tempat yang sepi,
- Menghindari berpakaian yang ketat atau seksi bahkan berpakaian yang
merangsang,
- Mengindarkan diri dari pikiran kosong agar tidak berpeluang
menghayal terhadap hal-hal yang porno,
- Tidak menonton tayangan televisi yang menyiarkan film-film Dewasa,
- Tidak membuka HP yang berisi film-film porno,
- Hindari membaca komik atau menonton VCD Porno,
- Sibukkanlah diri dengan kegiatan-kegiatan positif, seperti olahraga,
kursus, ekstra kulikuler, belajar menari, Pramuka,
- Menghindari berprilaku genit terhadap lawan jenis, dll
7. Brata artinya taat akan sumpah. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Brata,
seperti:
- Berjanjilah dari lubuk hati yang paling dalam,
- Taatilah apa yang menjadi janjimu, seperti; saya ingin menjadi orang
yang berguna, saya ingin menjadi orang yang berbakti kepada orang
tua, saya ingin menjadi orang yang berguna dalam keluarga,
- Janji dalam hati bukan untuk diingkari tetapi untuk ditaati, dll
8. Upawasa artinya berpuasa mengekang nafsu terhadap makanan dan
minuman. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Upawasa, misalnya:
- Hindari memakan makanan yang berlebihan karena nafsu belaka,
- Hindarkan diri untuk memakan makanan yang sudah basi atau
kedaluwasa,
- Hindari makan makanan yang kotor,
- Hindari memakan makanan yang tidak jelas asal usulnya,
- Aturlah jadwal makan, misalnya makan teratur yaitu sarapan pagi,
makan siang dan makan sore secara teratus,
- Mengendalikan nafsu makan, misalnya makanlah secukupnya sesuai
kebutuhan tubuh, jangan makan yang berlebihan,
- Menghindari sikap rakus,
-
Mencoba untuk berpuasa pada hari Raya Nyepi, Siwaratri atau pada
hari Raya Hindu sesuai kemampuan, dll
9. Mona artinya membatasi perkataan. Mona juga berarti pantang atau tidak
berkata-kata dalam kurun waktu tertentu atau membatasi perkataan. Contoh-contoh
pelaksanaan ajaran Mona, seperti:
- Hindari berkata kasar,
- Hindari perkataan mencaci maki,
- Hindari perkataan bohong,
- Hindari mengeluarkan tata-kata hinaan maupun ejekan,
- Jangan mengeluarkan perkataan mengancam,
- Hindarkan diri untuk tidak berkata yang kotor dan jorok,
- Belajar melakukan mona brata pada hari Raya Nyepi sesuai
kemampuan, dll
10. Snana artinya tekun melakukan penyucian diri dengan jalan mandi atau
sembahyang. Contoh-contoh pelaksanaan ajaran Snana, misalnya:
- Rajin mandi 2 kali sehari yaitu pagi hari sebelum sekolah dan sore hari,
- Rajin merawat badan, misalnya: memotong rambut yang panjang,
memotong kuku, menyikat gigi, mencuci pakaian sendiri, mandi dengan
menggunakan air bersih dan memakai sabun,
- Rajin sembahyang baik di sekolah dengan Tri Sandya dan di rumah di
sore hari melaksanakan Tri Sandya dan Kramaning Sembah,
- Rajin melakukan Pranayama untuk menyucikan pikiran,
- Jujur dalam hidup, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Dresta, I Wayan. 2009. Gending-gending Pelajaran Agama Hindu SD (KTSP).
Jarwa, I Wayan. 2007. Agama Hindu Kelas VI Denpasar: Tarukan Agung.
Panitia Penyusun. 1997. Kakawin Niti Sastra Dan Putra Sasana. Mataram: Pesantian
Sanatana Gita
Pudja dan Tjokorda Rai Sudartha. 1977/1978. Manawa Dharmaçastra. Jakarta: CV.
Junasco.
Putra Wisnu Wardana, Cokorda, Editor. 2008. Semara Ratih Pendidikan Agama Hindu 6.
Denpasar: Tri Agung.
Sudartha, Tjok. 2004. Slokantara Untaian Ajaran Etika Teks, Terjemahan dan Ulasan.
Surabaya: Paramita.
Sumarni, Ni Wayan. 2009. Widya Upadesa Buku Pelajaran Agama Hindu Untuk Kelas 6.
Denpasar: Widya Dharma.
----------------------- 2008. Agama Hindu Widya Karma. Denpasar: Dwi Jaya Madiri.
Vaswani, T.L 2007. Bhagavadgita ( Nyanyian Tuhan). Surabaya: Paramita
Wisnu Wardana, Cok Putra. 2004. Widya Dharma Agama Hindu kelas 6 SD. Jakarta:
Ganeca Exact.
Download