Artikel Asli MANIFESTASI KLINIS KUTIL KELAMIN PADA PASIEN POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RS DR. M. DJAMIL, PADANG Qaira Anum, Sri Lestari, Tri Puspita Prihatinningrum, Elsi Kemala Putri Bagian IK Kulit dan Kelamin ABSTRAK ! " ##$%%$ &'()!# * penelitian ini untuk melihat karakteristik manifestasi klinis kutil kelamin pada pasien poliklinik. Studi retrospektif kutil kelamin pada pasien poliklinik Kulit dan Kelamin RS dr. M. Djamil, Padang +- /0+01+# /0+23# $ 4#3 5! $3# 3 5!'( '%#!16 #%#! # /727% 5!$ #!+!893+8:; # %# #! % $ $ $3 $$3 21376: $! $$3 $43 $$343'"(<$ dan pada laki-laki di penis, dengan lesi multipel dan bentuk papular. Sebagian besar pasien belum %'( Kata kunci: kutil kelamin, manifestasi klinis ABSTRACT >5 %$?$$@ ?$"?$$5 ?#!%$ &'()5% $??$$%!$ ?% ? ?$5 ??$$$?? $?! $5 $C;?$ $( $$! 3'$3 $- !+st/0+0$?# 1+st3/0+23??$ $#?F$ %!3@ ?$?%$ !3??$3'(??$%$ !$%!3$#? 16>5 $$$%>5$$$$ //27! $@?$?%$ !5%+ G89+8:$$@!?$? $$ $35%$?$$321376: $%5 ;$ ?$5%?$3$?4??$3 ?%$$3!%3 '"($ $3$?$$$ $ %'(??$;$?$G$??$ 3 3$?$$#$ Keywords: genital warts, clinical manifestation Korespondensi: Jl. Perintis kemerdekaan – Padang Telp: 0751-810256 Email: [email protected] 89 MDVI PENDAHULUAN Infeksi % $ (HPV) genital/ kutil kelamin adalah infeksi yang ditandai oleh adanya pertumbuhan eksotipik pada genitalia interna atau eksterna, perineum, atau daerah perianal. Kutil kelamin diperkirakan terjadi pada sekitar 30% sampai 50% orang dewasa yang aktif secara seksual, paling sering pada usia 16-25 tahun. Perbandingan perkiraan insidens kumulatif populasi perempuan 15-19 tahun dalam kurun waktu 3 tahun di Inggris (44%) dan dua kelompok mahasiswa perempuan di Amerika Serikat (keduanya 43%) menunjukkan bahwa individu yang mendapat infeksi HPV umumnya adalah kalangan perempuan muda yang aktif secara seksual. Beberapa faktor epidemiologi yang terkait peningkatan infeksi HPV antara lain: perempuan muda yang melakukan aktivitas seksual pertama pada usia dini, perokok, kehamilan, dan yang menggunakan kontrasepsi; jumlah pasangan dari pasangan laki-laki dan perempuan serta lamanya hubungan seksual pada perempuan.1,2 Beberapa faktor yang dikaitkan dengan perkembangan kutil kelamin, misalnya penggunaan jangka panjang kontrasepsi hormonal (lebih dari 10 tahun), multiparitas, merokok, koinfeksi dengan STD lainnya (misalnya HIV, herpes simpleks 2, dan ;%! ?%$), dan keadaan imunosupresif. Pasien dengan koinfeksi HIV1 dan HPV memiliki kemungkinan lebih besar dalam perkembangan HPV, dengan peningkatan risiko neoplasia serviks pada perempuan dengan keadaan imunosupresif. Edukasi dan konseling harus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman mengenai infeksi. Edukasi merupakan konsep utama yang lebih baik dalam penatalaksanaan setelah diagnosis dan pengobatan.3-8 Pengobatan kutil kelamin bersifat kompleks dan hasil pengobatan bervariasi. Kutil kelamin ini dapat mengakibatkan trauma fisik dan psikologis pada pasien. Alasan utama untuk mengobati kutil kelamin adalah perbaikan gejala (termasuk perbaikan secara kosmetik) dan menghilangkan lesi. Pada kebanyakan pasien, pengobatan menghasilkan periode bebas kutil kelamin. Jika tidak diobati, kutil kelamin dapat sembuh sendiri, tetap tidak berubah, bertambah besar, atau bertambah banyak. Terapi rekomendasi CDC untuk kutil kelamin adalah bedah beku menggunakan nitrogen atau aplikasi ? !$ $# cair diulang tingtur senyawa benzoin, asam trikloroasetat (TCA) atau asam bikloroasetat (BCA) 80%-90%, operasi dengan ?$ @?$3 % @?$3 kuretase, atau bedah listrik.9,10 BAHAN DAN METODE Metode yang digunakan dalam studi ini adalah studi 90 ($21H$1*%/0+JN8661 retrospektif, untuk melihat manifestasi klinis kutil kelamin pada pasien yang datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. M. Djamil, Padang dari 1 Januari2010 hingga 31 Desember2014, yang sudah dilakukan pemeriksaan acetowhite dengan hasil (+). Data yang dikumpulkan adalah jumlah pasien, usia, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat coitus suspectus (CS), cara berhubungan seksual, pasangan yang juga menderita kutil kelamin, memakai kondom/tidak, komplikasi, riwayat vaksinasi HPV, lokasi lesi, morfologi, dan jumlah lesi. HASIL Pasien yang didiagnosis dengan kutil kelamin di poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit dr. M. Djamil, Padang dari 1 Januari2010 sampai dengan 31 Desember 2014 berjumlah 39 pasien. Jumlah (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 16 (41,03%) 23 (58,97%) Usia <15 15–<25 25 – <44 45 – <65 !" 0 (0%) 13 (33,33%) 21 (53,85%) 4 (10,26%) 1 (2,56%) Jumlah pasangan seksual 1 >1 19 (48,72%) 20 (51,28%) Jenis pasangan seksual Heteroseksual Homoseksual Biseksual 35 (89,75%) 1 (2,56%) 3 (7,69%) Cara berhubungan seksual Genito-genital Genito-genital dan oro-genital Genito-genital, oro-genital, dan ano-genital 4 (10,26%) 34 (87,18%) 1 (2,56%) Pasangan menderita kutil kelamin Ya Tidak Tidak diketahui 17 (43,59%) 7 (17,95%) 15 (38,46%) Pemakaian kondom Ya Tidak 0 (0%) 39 (100 %) Riwayat vaksinasi HPV Ya Tidak 1 (2,56%) 38 (97,43%) Pada tabel 1 terlihat bahwa kutil kelamin lebih banyak ditemukan pada perempuan yaitu 23 pasien (58,97%) dibandingkan laki-laki 16 pasien (41,03%). Usia yang sering yaitu pada rentang usia 25-44 sebanyak 21 pasien (53,85%) dan diikuti pada kelompok usia 15-24 sebanyak 13 pasien (33,33%). Riwayat kontak seksual pada kebanyakan pasien adalah dengan lebih dari satu pasangan sebanyak 21 pasien (51,28%), sedangkan yang memiliki satu pasangan Q Anum, dkk. Manifestasi klinis kutil kelamin di RS Dr. M. Djamil, Padang seksual sebanyak 19 pasien (48,72%). Sebagian besar pasien (35 pasien) berhubungan seksual dengan pasangan heteroseksual (89,75%), 1 pasien yang memiliki pasangan homoseksual (2,56%), dan 3 pasien yang memiliki pasangan biseksual (7,69%). Sebagian besar pasien berhubungan seksual dengan cara genitogenital dan orogenital yaitu 34 pasien (87,18%), diikuti genito-genital saja pada 4 pasien (10,26%). Pasangan dari pasien kutil kelamin yang juga menderita kutil kelamin 17 (43,59%), dan yang tidak diketahui apakah pasangannya menderita kutil kelamin sebanyak 15 (38,46%). Semua pasien yang menderita kutil kelamin memiliki riwayat berhubungan seksual terakhir tanpa memakai kondom (100%). Hampir semua pasien tidak pernah melakukan vaksinasi HPV sebelumnya, yaitu 38 pasien (97,43%). Satu pasien mendapat vaksinasi HPV sesudah menderita kutil kelamin. Tabel 2. Distribusi kutil kelamin berdasarkan ko-infeksi dengan infeksi menular seksual (IMS) lain Ko-infeksi dengan penyakit lain Total (persentase) # '$4??! (HIV) Vaginosis bakterial Kandidosis vulvo-vaginalis Trikomoniasis $& Tanpa ko-infeksi 1 (2,56%) 1 (2,56%) 3 (7,69%) 4 (10,26%) 1 (2,56%) 2 (5,13%) 27 (69,23%) Total 39 (100%) Sebagian besar pasien kutil kelamin tidak memiliki ko-infeksi dengan penyakit lain, yaitu 27 pasien (69,23%), namun terdapat pasien yang juga menderita kandidosis vulvovaginalis (4 pasien, 10,26%), infeksi genital non spesifik (2 pasien, 5,13%), trikomoniasis (1 pasien, 2,56%), sifilis (1 pasien, 2,56%), dan infeksi HIV (1 pasien, 2,56%). Tabel 3. Distribusi genital warts berdasarkan lokasi lesi Lokasi lesi Total (persentase) Pubis Vulva Vagina Perineum Vulva + vagina 9 (33,33%) 10 (37,04%) 2 (7,41%) 1 (3,70%) 5 (18,52%) Laki-laki Pubis Penis Perineum Perianal Pubis + penis 0 (0%) 7 (58,33%) 0 (0%) 3 (25%) 2 (16,67%) Lokasi tersering pada perempuan adalah di vulva 10 pasien (37,04%), diikuti pada pubis 9 pasien (33,33%). Lokasi tersering pada laki-laki, yaitu di penis 7 pasien (58,33%) dan perianal 3 pasien (25%). Tabel 4. Distribusi kutil kelamin berdasarkan jumlah lesi Jumlah lesi Total (persentase) Soliter Multipel 17 (43,59%) 22 (56,41%) Total 39 (100%) Jumlah lesi terbanyak yaitu lesi multipel (lesi lebih dari satu) sebanyak 22 pasien (56,41%), dan juga ditemukan lesi soliter pada 17 pasien (43,59%). Tabel 5. Distribusi kutil kelamin berdasarkan morfologi lesi Bentuk lesi Total (persentase) Papular Makulopapular datar Keratotic Kondiloma akuminata 33 (84,62%) 3 (7,69%) 0 (0%) 3 (7,69%) Total 39 (100%) Bentuk lesi terbanyak adalah lesi papular pada 33 pasien (84,62%), dan lesi makulopapular datar dan tipe kondiloma akuminata ditemukan masing-masing sama pada 3 pasien (7,69%). PEMBAHASAN Terdapat sekitar 6,2 juta infeksi HPV baru per tahun di Amerika Serikat, dan sekitar 20 juta orang saat ini telah terinfeksi HPV. Penyakit ini sering dijumpai pada usia produktif, terutama pada orang dewasa. Diperkirakan bahwa 80% dari orang dewasa yang aktif secara seksual dapat terinfeksi HPV sebelum usia 50 tahun. Insidenss infeksi HPV di dunia setiap tahun dapat mencapai 106 per 100.000 atau sekitar 0,1%-0,5%. Perbandingan insidens pada laki-laki dan perempuan yaitu 1:1,4. Rerata usia pada perempuan adalah 22 tahun dan pada laki-laki adalah 26 tahun.1,11 Simms I, dkk. (2007) melaporkan studi retrospektif mengenai epidemiologi kutil kelamin di Inggris dan Wales periode 1971 sampai dengan 1994, mendapatkan jumlah kasus kutil kelamin meningkat hampir 4x lipat pada laki-laki dan mencapai 6x lipat pada perempuan dari tahun 1971 sampai dengan 1994. Terdapat penurunan rasio laki-laki:perempuan dari 1.85 menjadi 1.34.12 Hillemans P, dkk. (2007) melaporkan terdapat 848 pasien kutil kelamin dari 217 dokter yang ikut serta dalam penelitian ini. Mayoritas pasien adalah perempuan (71%).13 Insidens kondiloma akuminata di Indonesia semakin 91 MDVI meningkat setiap tahun. Hal tersebut tampak dari studi oleh Widyasari M, dkk. (2008) di RS. Sardjito, Yogjakarta, dengan 104 pasien selama periode Januari 2004 s/d Desember 2007, dan perempuan lebih banyak ditemukan, yaitu 56 pasien.14 Adji A, dkk. (2008) dari RSU. Prof. DR. RD. Kandou, Manado, periode Januari s/d Desember 2007 melaporkan terdapat 27 pasien dengan kutil kelamin, distribusi usia terbanyak yaitu 15-24 tahun pada 14 pasien (51,85%), dan ditemukan pada perempuan sebanyak 22 pasien (81,48%).15 Pada studi kami ditemukan 39 kasus kutil kelamin baru sejak 1 Januari 2010 s/d 31 Desember 2014. Hasil karakteristik demografi pasien didapatkan sesuai dengan studi sebelumnya, yaitu kasus terbanyak adalah perempuan 23 pasien (58,97%), dengan rentang usia terbanyak usia 25-45 tahun pada 21 pasien (53,85%), yang merupakan usia kelompok usia aktif secara seksual. Widyasari M, dkk. (2008) melaporkan dari 104 pasien kutil kelamin, 55 pasien (52,9%) memiliki pasangan seksual tunggal, 40 pasien (38,5%) tidak mengetahui apakah pasangan seksualnya menderita sakit serupa.14 Hal ini sedikit berbeda dengan studi kami, yaitu riwayat kontak seksual pada kebanyakan pasien adalah dengan lebih dari satu pasangan sebanyak 21 pasien (51,28%). Sebagian besar pasien (35 pasien) berhubungan seksual dengan pasangan heteroseksual (89,75%), dan terdapat 1 pasien yang memiliki pasangan homoseksual (2,56%), serta 3 pasien yang memiliki pasangan biseksual (7,69%). Sebagian besar pasien berhubungan seksual dengan cara genitogenital dan oro-genital pada 34 pasien (87,18%). Infeksi HPV ditularkan secara kontak seksual. Cara kontak seksual mempengaruhi lokasi lesi. Pada pasangan yang homoseksual dan biseksual, biasanya memiliki riwayat kontak seksual anal dan memiliki lesi di anogenital. Sedangkan pada pasien heteroseksual, biasanya mengenai genital, namun pada perempuan dapat juga ditemukan di anal bila terdapat riwayat kontak seksual anal reseptif.1,10 Pasangan dari pasien kutil kelamin yang juga menderita kutil kelamin 17 (43,59%), dan yang tidak diketahui apakah pasangannya menderita kutil kelamin sebanyak 15 (38,46%). Bila pasangan seksual asimptomatik, perlu ditanya mengenai sumber infeksi dan bila besar kecurigaan akan sumber infeksi namun pasien menyangkal, maka pasangan seksual harus diperiksa. Pemeriksaan molekuler HPV diperlukan pada keadaan asimptomatik.16 Studi cross-sectional oleh Burk RD, dkk. (1996) meneliti tentang risiko infeksi HPV pada perempuan dihubungkan dengan karakteristik perilaku pasangan laki-lakinya. Hasil penelitian didapatkan risiko HPV pada perempuan akan meningkat dengan semakin banyaknya jumlah pasangan yang pernah dimiliki oleh pasangan laki-lakinya. Studi yang dilakukan oleh Xi dan 92 ($21H$1*%/0+JN8661 Koutsky (1997) pada perempuan menunjukkan bahwa prevalensi kutil kelamin meningkat pada yang memiliki banyak pasangan seksual. Studi Partridge dan Koutsky (2006) juga mendapatkan adanya hubungan antara jumlah pasangan seksual dengan terjadinya kutil kelamin. Kontak seksual dapat menyebabkan abrasi permukaan epitel yang akan menularkan infeksi HPV. Semakin sering melakukan kontak seksual, maka kemungkinan abrasi permukaan epitel genitalia akan meningkat. Hal ini tentu akan meningkatkan penularan HPV.1 Dua vaksin HPV yang baru dikembangkan cukup menjanjikan. Hasil empat studi terkontrol acak menunjukkan bahwa ketika diberikan kepada perempuan muda (15-26 tahun), vaksin HPV memberikan perlindungan tingkat tinggi (90% atau lebih baik) terhadap infeksi HPV.16 Vaksin HPVdi Amerika Serikat direkomendasikan untuk diberikan pada usia 11-12 tahun, namun beberapa literatur terkini memfokuskan pencegahan infeksi HPV dengan penggunaan kondom dan sirkumsisi. Penelitian pada relawan, menunjukkan bahwa penggunaan kondom sangat bermakna menimbulkan regresi neoplasia serviks dan penis serta mempercepat hilangnya infeksi HPV dalam 2 tahun. Studi lain pada remaja perempuan positifHPV, penggunaan kondom dikaitkan dengan durasi infeksi yang lebih pendek. Hasil dari studi kohort prospektif lebih lanjut menunjukkan bahwa kondom memberikan beberapa perlindungan terhadap infeksi HPV tipe baru.1,16,17 Hasil penelitian kami, semua pasien yang menderita kutil kelamin memiliki riwayat berhubungan seksual terakhir tanpa memakai kondom (100%). Hampir semua pasien tidak pernah melakukan vaksinasi HPV sebelumnya, yaitu 38 pasien (97,43%). Satu pasien mendapat vaksinasi HPV sesudah menderita kutil kelamin. Hal tersebut menunjukkan pentingnya pemakaian kondom dan vaksin HPV sebagai pelindung transmisi berbagai infeksi menular seksual, termasuk di antaranya adalah kutil kelamin. Abstinensia merupakan metode untuk pencegahan infeksi HPV. Menurut Adam, dkk. (2001) pemakaian kondom merupakan usaha proteksi terhadap kutil kelamin untuk laki-laki dan neoplasma serviks pada perempuan.18 Adji A, dkk. (2008) melaporkan 27 pasien dengan kutil kelamin, terdapat 15 pasien (55,56%) kutil kelamin bersamaan dengan infeksi menular seksual lainnya.15 Pada penelitian kami, 27 pasien (69,23%) kutil kelamin tidak memiliki ko-infeksi dengan penyakit lainnya, namun beberapa pasien juga menderita kandidosis vulvovaginalis, &'$* Hal tersebut menunjukkan bahwa kutil kelamin tidak selalu dikaitkan dengan ko-infeksi berupa infeksi menular seksual lainnya. Studi oleh Widyasari M, dkk. (2008), lokasi lesi kutil Q Anum, dkk. kelamin terbanyak yaitu pada perempuan di vulva (62,5%) dan pada laki-laki di penis (52,08%). Pada perempuan lesi lebih sering di area introitus vagina, labia minora/mayora. Pada laki-laki sering ditemukan di glans penis, frenulum, sulkus koronarilis.16 Berdasarkan studi Adji A, dkk. (2008), bentuk lesi terbanyak 18 pasien (66,67%) yaitu berupa papul dan lokasi lesi terbanyak 11 pasien (40,74%) di daerah vulva dan perineum.14,15 Pada penelitian kami, lokasi infeksi HIV tersering pada perempuan di vulva, dan diikuti pada pubis. Lokasi tersering pada laki-laki yaitu di penis dan perianal. Hal ini sesuai dengan penelitian mengenai epidemiologi kutil kelamin seperti yang dikemukakan oleh Camenga, dkk. (2013), yaitu 63.4% dari 1240 kasus kutil kelamin terdapat di vulva, dan 21.1% pada serviks. sedangkan 91.6% dari 442 kasus kutil kelamin pada laki=?F kutil kelamin yang paling sering ditemukan pada individu seksual aktif adalah vagina, vulva, anus, atau penis.1 Manifestasi klinis kutil kelamin yang khas biasanya berupa lesi sewarna kulit sampai keabu-abuan dan !16 lesi terbanyak adalah lesi multipel (lesi lebih dari satu) sebanyak 22 pasien (56,41%); lesi soliter pada 17 pasien (43,59%). Hal ini sesuai teori bahwa kutil kelamin sering terjadi dengan lebih dari satu lesi, sehingga penting untuk memeriksa seluruh genitalia.1 Adanya 4 tipe morfologi yaitu: tipe kondiloma akuminata, papular, keratotik, dan makulo-papular datar.16 Morfologi lesi terbanyak pada penelitian kami adalah lesi papular pada 33 pasien (84,62%). Tipe lesi datar dan tipe kondiloma akuminata ditemukan masing-masing sama pada 3 pasien (7,69%). Berbagai terapi telah tersedia untuk pengobatan kutil kelamin. Sekali pengobatan sudah diputuskan, maka diharapkan penyembuhan sempurna terlihat pada kutil kelamin.19 Pada penelitian ini pasien diberikan pengobatan NOQ kondisi pasien. DAFTAR PUSTAKA 1. Winer RL, Koutsky LA. Genital Human papillomavirus infection. Dalam: Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L, dkk, penyunting. Sexually transmitted diseases. Edisi ke-4. New York: McGraw-Hill; 2008.h. 489-501. Manifestasi klinis kutil kelamin di RS Dr. M. Djamil, Padang 2. Graziottin A1, Serafini A. HPV infection in women: psychosexual impact of genital warts and intraepithelial lesions. J Sex Med. 2009;6(3):633-45. 3. Sanjosé S, Palefsky J. Cervical and anal HPV infections in HIV positive women and men. Virus Research. 2002;89:201-11. 4. Palefsky JM. Cervical human papillomavirus infection and cervical N\]&N^^= virus in the era of highly active antirretroviral therapy. Curr Op Oncol. 2003;15:382-8. 5. Palefsky JM. HPV infection and HPV-associated neoplasia inimmunocompromised women. Int J Gynaecol Obstet. 2006;94(1):6-64. 6. Muñoz N, Castellsagué X, González AB, Gissmann L. Chapter 1: HPV in the etiology of human cancer. Vaccine. 2006;24(3):1-10. 7. Low1 AJ, Clayton T, Konate I, Nagot N, Ouedraogo A, Huet C, dkk. Genital warts and infection with human immunodeficiency virus in high-risk women in Burkina Faso: a longitudinal study. BMC Infectious Diseases. 2011;11:20. 8. Wiley DJ, Douglas I, Beuther K, Cox T, Fife K, Moscicki AB, et al.. External genital warts: diagnosis, treatment, and prevention. CID 2002:35(suppl 2);S210-23. 9. Ghaemmaghami F, Nazari Z, Mehrdad N. Female genital warts. Asian {^^|O^{]}~? } 10. Centers for Disease Control and Prevention. [Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2010]. MMWR 2010;59(No. RR-12):70-3. 11. Cobo F. Human papillomavirus infections: from the laboratory to clinical practice. New York: Woodhead Publishing, 2012:1-2. 12. Simms I, Fairley CK. Epidemiology of genital warts in England and Wales: 1971 to 1994. Genitourin Med 1997;73:365-7. 13. Hillemanns P, Breugelmans JG, Gieseking F, Bénard S, Lamure E, Lilewood KJ, dkk. Estimation of the incidence of genital warts and the cost of illness in Germany: A cross-sectional study. BMC Infect Diseas. 2008;8:76:1-10. ={#{#{# Yogyakarta. KONAS XII PERDOSKI, Palembang. 2008: 179-80. 15. Adji A, Oedi AA, Warouw WF, Niode NJ. Kondiloma akuminata di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU. Prof. Dr. RD. Kandou, Manado. KONAS PERDOSKI, Palembang. 2008: 180-1. 16. Douglas JM, Unger ER. Genital human papillomavirus infection. Dalam: Morse SA, Ballard RC, Holmes KK, Morelard AA, penyunting. Sexually transmitted diseases and AIDS. Edisi ke-4. New York: Elsevier; 2010.h.186-202. 17. Chelimo C, Wouldes TA, Cameron LD, Elwood JM. Risk factors for and prevention of human papillomaviruses (HPV), genital warts and cervical cancer. J Infect. 2013; 66: 207-17. 18. Camenga DR, Dunne EF, Desai MM, Gee J, Markowitz LE, Desiliva A, dkk. Incidence of genital warts in adolescents and young adults in an integrated health care delivery system in the United States before human papillomavirus vaccine recommendations. Sex Transm Dis. 2013;40(7):534-8. 19. Adam MB, Muerbach JD, Buchler JW. Workshop. Summary scientific evidence on condom effectiveness for STD. Mendon, VA: National Institute of Health, Department of Health and Human Services. Available at http://www.niasd.nih.gov/dmid/stds/condomreport.pdf. Accessed 21 Februari 2001. 93