Biospecies, Volume 5 No.1, Februari 2012, hlm 14-21 Analisis Ambang Batas Escherichia coli Sebagai Indikator Pencemaran Pada Daging Sapi di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi (The Analiysis of Escherichia coli boundary threshold as the pollution indicator in Animal Slaughtering House of Jambi City) 1) 1) Hendra BUDIONO , HARLIS , Retni, S. BUDIARTI 1) 1) Program Studi Biologi FKIP Universitas Jambi, Jl. Jambi Muara Bulian KM 15 Mendalo Darat, Jambi. email : hen. [email protected] ABSTRACT. Beef is one of the Indonesian favorite foods and provides protein needed for human body’s health and growth. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Jambi is a slaughtering house that provides and distributes beef to traditional markets throughout Jambi City. Therefore, it is very essential to assure safety of every piece of beef produced by the RPH. This research was undertaken in Biology UP-MIPA Laboratory, University of Jambi, from December 2009 to January 2010. The beef samples were collected from the Jambi RPH. This research employs the Most Probable Number (MPN) method, by observing the growth of Escherichia coli on Endo Agar media, starting from presumptive test until confirmative test. The experiment used 5-5-5 series reaction tubes, including the Durham fermentation tube. The results show that beef produced by the JAMBI RPH is 100% safe to be consumed. The number of Escherichia coli in the fresh beef is still below the maximum threshold level, which is 5 X 101 MPN/100 ml. Key word: Escherichia coli, indicator, pollution, beef, animal slaughtering house. ABSTRAK. Daging sapi merupakan salah satu pangan yang banyak digemari oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, dan merupakan salah satu komoditas sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk kesehatan dan pertumbuhan. Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi merupakan Rumah Pemotongan Hewan atau Unit Pemotongan Hewan resmi dikota Jambi sebagai tempat penyedia daging sapi yang didistribusi ke seluruh pasar tradisional yang ada di kota Jambi. Untuk itu, adanya pengamanan pangan terhadap pangan daging sapi mutlak perlu dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Januari 2010 di laboratorium Biologi UP-MIPA Universitas Jambi dan pengambilan sampel dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi. Penelitian ini mengunakan metode Most Probable Number (MPN) dari uji penduga (presumptive test) hingga uji penegasan (comfirmative test) untuk pengamatan Escherichia coli pada media Endo Agar. Penelitian ini menggunakan tabung seri 5-5-5 (15 tabung) yang dilengkapi tabung fermentasi (durham) didalamnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daging sapi yang berasal dari Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi 100% memenuhi syarat untuk konsumsi karena jumlah Escherichia coli masih memenuhi syarat 1 spesifikasi mutu batas cemaran Escherichia coli pada daging sapi segar yang ditetapakan yaitu 5 X 10 MPN/ 100ml. Kata kunci: Escherichia coli, indikator, pencemaran, daging sapi, rumah pemotongan hewan. 14 Budiono, Harlis, Budiarti, Analisis ambang batas……….. PENDAHULUAN dilakukan pengambilan sampel pada tahun 2007 di pasar Arengka Pekanbaru didapat total koloni melebihi batas maksimal yang direkomendasikan oleh SNI No. 01–6366–2000. Hal ini kemungkinan disebabkan daging sapi tersebut sebelumnya telah tercemar bakteri pada waktu dirumah pemotongan hewan. Daging sapi sebagai salah satu pangan yang banyak digemari oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Permintaan pangan hewani dari waktu ke waktu terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup, kesadaran gizi, dan perbaikan tingkat pendidikan. Hal ini dikarenakan daging merupakan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya akan protein, lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh. Dalam rangka menjamin keamanan pangan dan keselamatan masyarakat terhadap daging yang dikonsumsi, pemerintah telah menyediakan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang mengatur tata cara pemotongan ternak termasuk sapi. Perangkat hukum yang mengatur RPH dan operasionalisasinya diatur dalam SK Menteri Pertanian No. 555/kpts/TN.240/9/1986 tentang syarat–syarat rumah pemotongan hewan dan usaha pemotongan hewan. Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi merupakan satu-satunya Rumah Pemotongan Hewan atau Unit Pemotongan Hewan resmi di Kota Jambi sebagai tempat penyedia daging sapi. RPH Kota Jambi dikategorikan sebagai usaha pemotongan hewan kelas B, yaitu usaha pemotongan hewan untuk penyediaan daging kebutuhan antar provinsi Tingkat I. RPH Kota Jambi memiliki 1 Unit RPH sapi/kerbau, dan 1 Unit RPH Babi, dengan luas lahan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Rumah Pemotongan Hewan (UPTD RPH) seluruhnya 3,5 ha. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas UPTD RPH, jumlah pemotongan ternak di RPH Kota Jambi untuk ternak sapi dan kerbau tahun 2009 sebanyak 11.215 ekor atau 30-40 ekor/hari. Pada hari besar keagamaan rata-rata 150 ekor/hari. Daging yang dikeluarkan oleh RPH Kota Jambi sebagian besar didistribusikan ke seluruh pasar tardisional yang ada di kota Jambi. Sebelum dipotong ternak terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan post mortem dan ante mortem terhadap ternak yang akan yang akan dipotong. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi, belum pernah dilakukan uji mikrooganisme untuk daging yang tercemar khususnya Escherischia coli sebagai indikator pencemar. Pengamanan pangan daging sapi mutlak perlu dilakukan untuk menjamin masyarakat sebagai konsumen untuk mendapatkan daging sapi yang aman untuk dikonsumsi (Nugroho, 2004:2). Selanjutnya Hafriyanti dkk.,(2008:22), menjelaskan bahwa usaha penyediaan daging memerlukan perhatian khusus karena daging mudah dan cepat tercemar oleh pertumbuhan mikroorganisme yang berdampak pada menurunnya daya simpan dan nilai gizi pada dagingnya. Hitti (2008:1), melaporkan beberapa kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh mikroba patogen di beberapa negara bagian, diantara kasus yang terjadi pada tahun 2008 tercatat kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh Escherichia coli sebanyak 718 kasus. Komariah dan Lina (dalam Hafriyanti dkk., (2008:22) menyatakan bahwa daging yang beredar di kota Bogor pada tahun 2001 sudah tercemar mikroba patogen yaitu dengan jumlah Coliform 7,9 4 4 X 10 CFU/gram dan E.coli 3,0 X 10 CFU/gram (Colony Forming Unit). Beberapa mikroba patogen yang biasanya mencemari daging adalah Escherichia coli dan Staphylococcus sp (Djaafar dan Rahayu, 2007:69). Menurut Sumiarto (2004:1), infeksi Escherichia coli pada manusia seringkali disebabkan oleh konsumsi makanan produk hewan yang tercemar, misalnya daging dan susu. Selanjutnya Handayani dkk., (2004:6), menyatakan bahwa pencemaran Escherichia coli perlu diwaspadai karena jenis bakteri ini dapat menyebabkan gastrogenis pada manusia. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi UP-MIPA Universitas Jambi, dan dimulai pada bulan Desember 2009 sampai Januari 2010. Pengambilan sampel daging sapi di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi. Analisis Ambang batas Escherichia coli dilakukan dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN) seri 5 tabung. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01–6366– 2000 merekomendasikan batas maksimal cemaran 4 bakteri pada daging segar yaitu 1 X 10 CFU/gram (Colony Forming Unit) dan Escherichia coli yaitu 5 1 X 10 MPN/100ml. Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Hafriyanti dkk., (2008) yang 15 Budiono, Harlis, Budiarti, Analisis ambang batas……….. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tabung reaksi, cawan petri, termos es, blender, gelas piala 100 ml, erlenmeyer 500 ml, bunsen, kompor listrik, tabung durham, pipet tetes, mikro pipet, lemari es, corong kaca, kertas label, jarum ose, autoklaf, inkubator, timbangan analitik, oven, alumunium foil, plastik steril, karet pengikat, rak tabung reaksi dan kertas koran. Menurut Fardiaz (1992a:127), setelah masa inkubasi, dibaca dan dicatat tabung Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) yang menunjukkan tabung positip gas. Kombinasi yang positif kemudian dicocokkan dengan tabel MPN. Selanjutnya Fardiaz (1993:75) menyatakan bahwa angka-angka yang diperoleh dan setelah dicocokkan dengan tabel MPN akan diperoleh 0 indeks MPN Coliform (yang diinkubasi 37 C) dan 0 indeks MPN E.coli (yang diinkubasi 44 C). Sedangkan bahan yang digunakan adalah: sampel daging sapi, aquades steril, NaCl 0,85%, alkohol 70%, kapas, spritus, Lactosa Broth (LB), Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) dan Endo Agar. Dari tabung Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) yang menunjukkan tabung positif, dilakukan inokulasi masing-masing kedalam cawan 0 berisi Endo Agar dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Diamati terbentuknya koloni tipikal yang berwarna koloni berwarna merah dengan kilap logam (Merck, 1992:107). Uji Penduga (presumtive test) dilakukan dengan menggunakan tabung seri 5-5-5. Masing-masing tabung dilengkapi dengan tabung durham dalam posisi terbalik. Lima seri tabung pertama diisi dengan Lactose Broth Double Strength sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan 10 ml suspensi daging sapi kedalamnya. Lima seri tabung kedua diisi dengan Lactose Broth Single Strength sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan 1 ml suspensi daging sapi kedalamnya, dan lima seri tabung ketiga diisi dengan Lactose Broth Single Strength sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan 0,1 ml suspensi daging sapi kedalamnya. Keseluruhan tabung yang berisi tabung durham dan suspensi dibalik sedemikian rupa hingga tidak terdapat gelembung udara didalam tabung durham. Semua tabung reaksi 0 diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 C selama 1-2 X 24 jam. Setelah masa inkubasi, diamati terbentuknya gas (adanya gelembung gas pada tabung durham) dan asam (media menjadi keruh). Menurut Fardiaz (1993:74), apabila terbentuk gas didalam tabung durham, tabung dinyatakan positif. Tabung yang tidak menunjukkan pembentukan gas diperpanjang masa inkubasinya sampai 48 jam. Jika tidak terbentuk gas, dihitung sebagai tabung negatif. Pembacaan data hasil dari uji penegasan (Confirmative Test) dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas baik 0 pada seri tabung yang diinkubasi pada suhu 37 C maupun pada seri tabung yang diinkubasi pada 0 suhu 44 C. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN, maka akan diperoleh indeks MPN Coliform untuk tabung yang diinkubasi pada 0 suhu 37 C dan indeks MPN E.coli untuk tabung 0 yang diinkubasi pada suhu 44 C (Anonim, 1991:11). Selanjutnya, untuk pengamatan Escherichia coli pada tabung positif, diamati koloni yang berwarna merah dengan kilap logam yang tumbuh pada media Endo Agar yang diinkubasi 0 pada suhu 37 C selama 24 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Penduga (presumtive test) pada Tabel 4.1, beberapa media Lactose Broth di dalam tabung dapat berubah warna menjadi keruh disebabkan oleh terbentuknya asam dan gelembug gas pada tabung durham (Gambar 4.1). Empat tabung pada Gambar 4.1 yang berisi media Lactose Broth tidak mengalami perubahan warna dan tidak terbentuk gas didalam tabung durham setelah masa inkubasi selama 48 jam, dan dihitung sebagai tabung negatif. Hal ini dikarenakan didalam tabung yang berisi Lactose Broth tidak terdapat bakteri Escherichia coli yang mampu memfermentasikan Laktosa menjadi gas dan asam. Uji Penegasan (Confirmative Test), dari tiap-tiap tabung hasil uji penduga (presumtive test) yang menunjukkan positif gas, suspensi dipindahkan 1-2 ose kedalam dua tabung Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) dengan menggunakan ose steril. Dari masing-masing tabung uji penduga (presumtive test) diinokulasi kedalam dua tabung. Satu seri tabung Briliant Green Lactose Bile Broth 0 (BGLBB) diinkubasi pada suhu 37 C selama 48 0 jam dan satu seri lain diinkubasi pada suhu 37 C selama 24-48 jam. 16 Budiono, Harlis, Budiarti, Analisis ambang batas……….. Tabel 4.1 Hasil pengamatan Tabung Positif pada Suspensi daging sapi dari Uji penduga (Prersumtive test) pada Media Lactose Broth Double Strength (LB II) dan Lactose Broth Single Strength (I) Setelah Masa Inkubasi 2 X 24 Jam. No. Sampel Lactose Broth Double Strength (LB II) 5 X 10 ml 1 2 3 4 5 Lactose Broth Single Strength (I) 5 X 1 ml 1 2 Lactose Broth Single Strength (I) 5 X 0,1 ml 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Sampel 1 + - - + + - + 2 Sampel 2 - + + + - - - 3 Sampel 3 - + + - + - - 4 Sampel 4 + + + - - - + 5 Sampel 5 + + - - - - - 6 Sampel 6 + - + - + - - 7 Sampel 7 + - + - + - + 8 Sampel 8 + - + + + - + 9 Sampel 9 - + + + + - - + 10 Sampel 10 + + + + - - - 11 Sampel 11 + - + - + + - + 12 Sampel 12 + - - + + - + Keterangan : - = Tidak Tumbuh + = Tumbuh Membentuk Gas dan Media Menjadi Keruh + - + + + + + + + - + - + + + - + - + + + + + + Kombinasi Tabung Positif 3–1–2 3–0–1 3–0–0 3–2–0 2–0–1 3–1–2 3–1–2 4–1–2 4–2–2 4–0–1 3–2–1 3–2–1 Tabel 4.2 Hasil Uji Batas Cemaran MPN Coliform dan MPN Escherichia coli Pada Daging Sapi Segar dirumah Pemotongan Hewan Kota Jambi dari Uji Penegasan (Confirmative Test) Uji Penegasan (Confirmative Test) No . Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5 Sampel 6 Sampel 7 Sampel 8 Sampel 9 Sampel 10 Sampel 11 Sampel 12 Kombinasi Tabung Positif Coliform/100 ml o BGLB 37 C 3–1–2 3–0–1 3–0–0 3–2–0 2–0–1 3–1–2 3–1–2 4–1–2 4–2–2 4–0–1 3–2–1 3–2–1 Hasil MPN Coliform/100 o ml BGLB 37 C 17 11 8 14 9 17 17 26 32 17 17 17 Kombinasi Tabung Positif E.coli /100 ml o BGLB 44 C 3–1–2 3–0–1 3–0–0 3–2–0 2–0–1 3–1–2 3–1–2 4–1–2 4–2–2 4–0–1 3–2–1 3–2–1 17 Hasil MPN E.coli/100 ml o BGLB 44 C Keterangan 17 11 8 14 9 17 17 26 32 17 17 17 Layak dikonsumsi Layak dikonsumsi Layak dikonsumsi Layak dikonsumsi Layak dikonsumsi Layak dikonsumsi Layak dikonsumsi Layak dikonsumsi Layak dikonsumsi Layak dikonsumsi Layak dikonsumsi Layak dikonsumsi Budiono, Harlis, Budiarti, Analisis ambang batas……….. Tabel 4.3 Pengamatan Koloni Escherichia coli pada media Endo Agar No. Sampel 5 X 10 ml 5 X 1 ml o o LB II 37 C LB I 37 C 1 Sampel 1 2 Sampel 2 3 Sampel 3 4 Sampel 4 5 Sampel 5 6 Sampel 6 7 Sampel 7 8 Sampel 8 9 Sampel 9 10 Sampel 10 11 Sampel 11 12 Sampel 12 Keterangan : - = Negatif Escherichia coli 5 X 0,1 ml o LB I 37 C - Tabel 4.4 Hasil pengujian MPN Escherichia coli pada daging sapi segar di Rumah Pemotongan Hewan Jambi yang memenuhi syarat konsumsi. No. Ketentuan Jumlah sampel Persentase 1 Sampel yang memenuhi syarat (tidak 12 100% mengandung Escherichia coli) 2 Sampel yang tidak memenuhi syarat (mengandung Echerichia coli) Jumlah Tidak terbentuk gelembung gas dan tidak terjadi perubahan warna pada media Lactose Broth (tabung negatif) 0 0% 12 100% Terbentuk gelembung gas dan terjadi perubahan warna pada media Lactose Broth (tabung positif) Gambar 4.1 Pembentukan asam (perubahan warna) dan gelembung gas pada media Lactose Broth (LB) dari Uji Penduga (Presumtive Test). 18 Budiono, Harlis, Budiarti, Analisis ambang batas……….. (a) (b) (a) (b) Gambar 4.2 Pembentukan asam (perubahan warna) dan gelembung gas pada media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) dari Uji Penegasan (Confirmative Test). (a) Media BGLBB sebelum diinkubasi, (b) Media BGLBB setelah diinkubasi 2 X 24 Jam. (a) (b) (a) (b) o Gambar 4.3 (a) Media Endo Agar yang tidak ditumbuhi bakteri setelah inkubasi 24 jam pada suhu 37 C, dan (b) Koloni bakteri Coliform yang tumbuh pada media Endo Agar setelah inkubasi 24 jam o pada suhu 37 C. Lactose Broth merupakan suatu medium pertumbuhan yang digunakan dalam uji pertama dalam menganalisa bakteri Coliform dan Escherichia coli. Menurut Fardiaz (1993:7), Lactose Broth dan tabung durham dapat digunakan untuk menghitung jumlah bakteri yang dapat memfermentasikan laktosa membentuk gas misalnya Coliform terutama bakteri Escherichia coli. Selanjutnya Fardiaz (1992b:45), menambahkan bahwa salah satu sifat penting Escherichia coli adalah bakteri ini dapat memfermentasikan laktosa menjadi gas dan asam. Pendapat Fardiaz ini terlebih dahulu dibahas oleh Cappucino dan Sherman (1983:177), yang mengatakan bahwa Escherichia coli dapat menggunakan laktosa sebagai suatu sumber karbon untuk menghasilkan energi dengan memanfaatkan bantuan enzim β- galaktosidase dan mendegradasi laktosa. Uji penegasan (Confirmative Test). Kombinasi tabung positif yang didapat pada uji penduga (Presumtive Test) dilanjutkan dengan uji penegasan (Confirmative Test) dengan menginokulasi 1 mata ose dari masing-masing tabung positif ke dalam media Briliant Green 19 Budiono, Harlis, Budiarti, Analisis ambang batas……….. 0 Lactose Bile Broth (BGLBB). Setelah inkubasi selama 48 jam terlihat perubahan warna pada media dan terbentuk gelembung gas (Gambar 4.2). inkubasi pada suhu 44 C (untuk Escherichia coli), kemudian dilakukan inokulasi masing-masing kedalam cawan perti berisi Endo Agar dan 0 diinkubasi pada sushu 37 C selama 24 jam. Dari masa inkubasi ini, terbentuk koloni tipikal berwarna merah. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 4.3b. Terbentuknya gas pada tabung durham, serta perubahan warna media menjadi keruh dikarenakan di dalam media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) diduga telah ditumbuhi oleh bakteri peragi laktosa yaitu Coliform yang o diinkubasi pada suhu 37 C dan Escherichia coli o yang diinkubasi pada suhu 44 C. Menurut Cappucino dan Sherman (1983:177), produk akhir dari organisme yang memfermentasikan laktosa adalah gas CO2 dan H2. Munculnya gas memungkinkan adanya perubahan warna menjadi keruh disertai naiknya gas kepermukaan. Media Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) mengandung komposisi pepton dan laktosa. Menurut Schlegel dan Swanch (1984:329-331), Escherichia coli tumbuh baik pada media pepton laktosa atau pepton glukosa. Untuk meminimalisir kemungkinan ikut tumbuh bakteri lain, maka digunakan laktosa. Agar laktosa dapat diolah, diperlukan kemampuan untuk memecah glukosa dengan perantara enzin β–galaktosidase. Jenis bakteri coliform dan jenis bakteri asam laktat mampu membentuk enzim ini. Sebagai petunjuk pertama bahwa bakteri yang dihadapi adalah pembentuk gas, terbukti dengan produksi gas ketika contoh bahan dalam larutan biak pepton laktosa diinkubasi dalam tabung fermentasi. Ciri khas fermentasi glukosa oleh Escherichia coli ditandai oleh reaksi berikut: (1) pemecahan piruvat menjadi Asetil-koA dan Format, (2) pemecahan Format menjadi karbondioksida dan hydrogen, (3) reduksi Asetil-koA menjadi etanol, dan (4) ketidakmampuan membentuk Aseton dan 2,3 butanodiol dari piruvat. Dari hasil inokulasi ini dapat diketahui bahwa koloni yang tumbuh pada media Endo Agar merupakan kelompok Coliform. Hal ini dikarenakan Coliform juga mampu memfermentasikan laktosa yang terdapat pada media Endo Agar. Endo Agar dapat digunakan untuk membedakan koloni bakteri yang memfermentasikan laktosa dengan yang tidak memfermentasikan laktosa, karena medium ini mengandung laktosa sebagai satu-satunya sumber karbohidrat. Warna koloni yang tumbuh pada medium tergantung pada jenis bakter yang terdapat pada medium tersebut. Merck (1992:107), mengatakan bahwa Endo Agar merupakan medium selektif untuk medeteksi dan mengisolasi Escherichia coli fekal dan Coliform. Koloni Escherichia coli yang diinkubasi pada media Endo Agar akan menampilkan koloni berwarna merah dengan kilat logam, sebaliknya, koloni yang menampilkan warna merah, berlendir pada permukanya, yang diinkubasi pada media Endo Agar merupakan koloni dari kelompok Coliform seperti halnya Enterobacter aerogens dan Klebsiella. Pada Tabel 4.4 persentase hasil pengujian MPN Escherichia coli pada daging sapi segar di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi menunjukkan bahwa 100% sampel memenuhi syarat spesifikasi mutu batas cemaran Escherichia coli pada daging sapi segar. Pada Tabel 4.2, hasil uji batas cemaran MPN Coliform dan Escherichia coli dari keseluruhan sampel menunjukkan bahwa indeks MPN Coliform dan Escherichia coli memenuhi persyaratan batas cemaran yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Batas cemaran 1 untuk Escherichia coli yaitu 5 X 10 MPN/gram. Pada kondisi anaerob, Escherichia coli memperoleh energi untuk pertumbuhannya dengan fermentasi dan mengekresikan beberapa asam organik (Schlegel dan Swanch, 1984:116). Pada dasarnya bakteri memperoleh energi mereka melalui suatu rangkaian reksi kimia dan mengintegrasikan reaksi enzimatik mejadi biooksidasi suatu substrat yang utama yaitu karbohidrat. Penggunaan karbohidrat oleh mikroorganisme seperti halnya bakteri dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung pada enzim yamg dimiliki (Cappucino dan Sherman, 1983:133). Hasil pengujian sampel daging sapi yang berasal dari Rumah Pemotongan Hewan Kota jambi yang dilakukan dengan metode Most Probable Number (MPN) menunjukkan bahwa daging sapi yang dihasilkan oleh RPH Kota Jambi layak untuk dikonsumsi. Hasil pengujian yang dilakukan dari 12 sampel, terbukti keseluruhan sampel (100%) layak dikonsumsi. Dari pengujian ini juga dapat dibuktikan tidak adanyai pencemaran pada daging sapi yang terdapat pada RPH Kota Jambi. Dari tabung Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) yang menunjukkan tabung positif dari 20 Budiono, Harlis, Budiarti, Analisis ambang batas……….. KESIMPULAN Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Cemaran Escherichia coli yang terdapat pada daging sapi di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi tidak melebihi ambang batas cemaran pada daging sapi. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap daging sapi di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi, daging sapi yang dihasilkan tidak tercemar karena tidak mengandung Escherichia coli yang melebihi ambang batas cemaran. Hafriyanti., Hidayati., dan Elfawati. 2008. Kualitas Daging Sapi Dengan Kemasan Plastik PE (Polyethilen) dan Plastik PP (Polypropilen) dipasar Arengka Pekan Baru, Jurnal Peternakan, 5(1):22-27. Handayani., Dewi, S., Riti, N., dan Ardana, I.G.P.S. 2004. Cemaran Mikroba Residu Antibiotika Pada Produk Asal Hewan Di Provinsi Bali , NTB, dan NTT. Jurnal Veteriner, VI(1):8-1. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Makanan dan Minuman. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Pusat Laboratorium Kesehatan. Hitti, M. 2008. Kasus Keracuanan Makanan masih Berlangsung.http://www.ahliwasir.com/n ews/252/cdc. Diakses tanggal 20 Desember 2009. Cappuccino, J.G., and Sherman, N. 1987. Microbiology A Laboratory Manual, the Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. Menlo Park, Callifornia. Merck, E. 1992. Mikrobiologi Manual. Frankfur. Nugroho, S. 2004. Jaminana Keamanan Daging Sapi di Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Djaafar, T.F., dan Rahayu, S. 2007. Cemaran Mikroba Pada Produk Pertanian, Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya, Jurnal Litbang Pertanian, 26(2):67-75. Schlegel, H. G. dan Schmidt, K. 1984. Mikrobiologi Umum. Terjemahan Tedjo, B. Gadjahmada University Press: Yogyakarta Fardiaz, S. 1992a. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sumiarto, B. 2005. Tingkat Infeksi dan Kontaminasi Bakteri Escherichia coli O157:H7 Pada Daging Sapi Di RPH Yogyakarta, Jurnal Veteriner, 5(3):1-9. Fardiaz, S. 1992b. Polusi Air dan Udara. Bogor: Kanisius 21 Budiono, Harlis, Budiarti, Analisis ambang batas……….. 22