makalah-uts-ilpol-smt-1-bab-2

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Secara etimologis, kata “demokrasi” terbentuk dari 2 kata yang berasal dari bahasa
Yunani yaitu demos yang berarti rakyat dan kratos/kratein yang berarti kekuasaan/berkuasa.
Jadi istlah demokrasi menurut asal kata berarti “rakyat berkuasa” atau dengan eksplanasi
yang lebih tegas “kekuasaan di tangan rakyat”. Negara Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang berusaha untuk membangun sistem politik demokrasi sejak
menyatakan kemerdekaan dan kedaulatannya pada tahun 1945. Sebagai sebuah gagasan,
demokrasi sebenarnya sudah banyak dibahas atau bahkan dicoba diterapkan di Indonesia.
Pada awal kemerdekaan Indonesia berbagai hal dengan negaramasyarakat telah diatur dalam
UUD 1945. Sejak merdeka, perjalanan kehidupan demokrasi di Indonesia telah mengalami
pasang surut. Dari Demokrasi Parlementer/Liberal (1950–1959), Demokrasi Terpimpin
(1959–1966) dan Demokrasi Pancasila (1967–1998). Tiga model demokrasi ini telah
memberi kekayaan pengalaman bangsa Indonesia dalam menerapkan kehidupan demokrasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi sendiri merupakan bentuk pemerintahan yang semua masyarakat
nya memiliki hak yang setara dalam pengambilan suatu keputusan yang dapat
mengubah kehidupan mereka sendiri kedepannya. Di dalam demokrasi masyarakat di
izinkan untuk menyalurkan suaranya atau pendapatnya secara langsung maupun di
wakilkan dalam hal perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Dan
demokrasi mencangkup ke dalam sistem sosial, ekonomi dan budaya di dalamnya
yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Demokrasi pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis yaitu yang pertama demokrasi
langsung dan yang kedua demokrasi perwakilan, demokrasi langsung adalah yang
masyarakatnya aktif dan berpartisipasi secara langsung dalam menyampaikan suara
atau pendapat mengenai suatu perumusan, pengembangan dan pembuatan hukum, Di
kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih merupakan satu
kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secara tidak langsung
melalui perwakilan dan ini yang disebut sebagai demokrasi perwakilan. Jadi sistem
demokrasi merupakan suatu sistem yang di buat oleh pemerintah sebagai bentuk atau
wujud partisipasi masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya di dalam perumusan,
pegembangan dan pembuatan hukum.
B. Perkembangan Demokrasi di Indonesia
Setelah Orde Baru tumbang yang ditandai oleh turunnya Soeharto dari kursi
kepresidenan pada bulan Mei 1998 terbuka kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk
kembali menggunakan demokrasi. Demokrasi merupakan pilihan satu-satunya bagi
bangsa Indonesia karena memang tidak ada bentuk pemerintahan atau sistem politik
lainnya yang lebih baik yang dapat dipakai untuk menggantikan sistem politik Orde
Baru yang otoriter. Oleh karena itu ada konsensus nasional tentang perlunya
digunakan demokrasi setelah Orde Baru tumbang. Gerakan demokratisasi setelah
Orde Baru dimulai dengan gerakan yang dilakukan oleh massa rakyat secara spontan.
Segera setelah Soeharto menyatakan pengunduran dirinya, para tokoh masyarakat
membentuk sejumlah partai politik dan melaksanakan kebebasan berbicara dan
berserikat/berkumpul sesuai dengan nilai-nilai demokrasi tanpa mendapat halangan
dari pemerintah. Pemerintah tidak melarang demokratisasi tersebut meskipun
peraturan perundangan yang berlaku bias digunakan untuk itu. Pemerintah bisa saja,
umpamanya, melarang pembentukan partai politik karena bertentangan dengan UU
Partai Politik dan Golongan Karya yang hanya mengakui dua partai politik dan satu
Golongan Karya. Tentu saja pemerintah tidak mau mengambil resiko bertentangan
dengan rakyat sehingga pemerintah membiarkan demokratisasi bergerak sesuai
dengan keinginan rakyat. Pemerintah kemudian membuka peluang yang lebih luas
untuk melakukan demokratisasi dengan mengeluarkan tiga UU politik baru yang lebih
demokratis pada awal 1999. Langkah selanjutnya adalah amandemen UUD 1945 yang
bertujuan untuk menegakkan demokrasi secara nyata dalam sistem politik Indonesia.
Demokratisasi pada tingkat pemerintah pusat dilakukan bersamaan dengan
demokratisasi pada tingkat pemerintah daerah (provinsi, kabupaten dan kota). Tidak
lama setelah UU Politik dikeluarkan, diterbitkan pula UU Pemerintahan Daerah yang
memberikan otonomi yang luas kepada daerah-daerah. Suasana kebebasan dan
keterbukaan yang terbentuk pada tingkat pusat dengan segera diikuti oleh daerah.
Suasana kebebasan yang tercipta di tingkat pusat sebagai akibat dari
demokratisasi juga tercipta di daerah. Partisipasi masyarakat dalam memperjuangkan
tuntutan mereka dan mengawasi jalannya pemerintahan telah menjadi gejala umum di
seluruh provinsi di Indonesia. Berbagai demonstrasi dilakukan oleh kelompokkelompok masyarakat, tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di pelosok-pelosok
desa di Indonesia.Rakyat semakin menyadari hak-hak mereka sehingga mereka
semakin peka terhadap praktek-praktek penyelenggaraan pemerintahan yang tidak
benar dan merugikan rakyat.Hal ini mengharuskan pemerintah bersikap lebih peka
terhadap aspirasi yang berkembang di dalam masyarakat. Demokratisasi telah
membawa perubahan-perubahan politik baik di tingkat pusat maupun daerah. Apa
yang terjadi di tingkat pusat dengan cepat ditiru oleh daerah-daerah. Demokratisasi
merupakan sarana untuk membentuk sistem politik demokratis yang memberikan hakhak yang luas kepada rakyat sehingga pemerintah dapat diawasi untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).
Dalam perkembangan-nya demokrasi di Indonesia, demokrasi dibagi dalam
beberapa periode berikut :
1. Pelakasanaaan Demokrasi pada Masa Revolusioner (1945-1950)
Tahun 1945-1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda
yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi
belum berjalan dengan baik karena masih adanya revolusi fisik. Pada
awalnya kemerdekaan masih terdapat sentralisasi kekuasaan. Hal itu
terlihat pada pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang menyebutkan
bahwa sebelum MPR ,DPR dan DPA dibentuk menurut UU ini, segala
kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh KNIP. Untuk
menghindari bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolute,
pemerintah mengeluarkan :
a. Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 oktober 1945, KNIP
berubah menjadi lembaga legislatif.
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang pembentukan
Partai Politik.
c. Maklumat Pemerintah tangaal 14 november 1945 tentang perubahan
sistem pemerintahan presidensial menjadi parlementer.
2. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Lama
I.
Masa Demokrasi Liberal 1950-1959
Pada masa demokrasi ini peranan parlemen ,akuntabilitas
politik sangat tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.
Akan tetapi praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal
disebabkan :

Dominannya partai politik.

Landasan sosial ekonomi yang masih lemah.

Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti
UUDS 1945.
Atas dasar kegagalan itu, Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5
juli 1959 yang isinya :

Bubarkan konstituante.

Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950.

Pembentukan MPRS dan DPAS.
II.
Masa Demokrasi Terpimpin
Pengertian
demokrasi
terpimpin
menurut
Tap
MPRS
No.VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong di antara semua
kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom. Ciri-cirinya adalah :

Tingginya dominasi presiden.

Terbatasnya peran partai politik.

Berkembangya pengaruh PKI.
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antaara lain :
a) Sistem kepartaian menjadi tidak jelas dan para pemimpin
partai banyak yang dipenjarakan.
b) Peranan parlemen lemah,bahkan akhirnya dibubarkan oleh
presiden dan presiden membentuk DPRGR.
c) Jaminan HAM lemah dan Terbatasnya peran pers.
d) Kebijakan politik luar negeri memihak ke RRC (blok
timur) yang memicu terjadinya peristiwa pemberontakan G
30 S PKI.
3. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Baru 1966-1998
Pelaksanaan demokrasi Orde Baru ditandai dengan keluarnya Surat
Perintah 11 maret 1996. Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Awal Orde Baru member
harapan
baru
kepada
rakyat
pembangunan
di
segala
bidang
melalui Pelita I,II,III,IV,V dan masa Orde Baru berhasil menyelenggarakan
Pemilihan Umun tahun 1971,1977,1782 ,1987,1992,dan 1997. Meskipun
demikian pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Baru ini dianggap gagal
dengan alasan :

Tidak adanya rotasi kekuaan eksekutif.

Rekrutmen politik yang tertutup.

Pemilu yang jauh dari semangat demokrasi.

Pengakuan HAM yang terbatas.

Tumbuhnya KKN yang merajalela.
4. Pelaksaan Demokrasi Orde Reformasi 1998- Sekarang
Demokrasi pada masa reformasi pada dasanrnya merupakan demokrasi
dengan perbaikan peraturan yang tidak demokratis dengan meningkatkan
peran lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan menegaskan fungsi
wewenang dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan
kekuasaan dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga eksekutif,
legislatif dan yudikatif. Masa reformasi berusaha membangun kehidupan yang
demokratis antara lain dengan :

Keluarnya Ketetapan MPR RI No.X/MPR/1998 tentang pokok-pokok
reformasi.

Ketetapan No.VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referendum.

Tap MPR RI No.XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang
bebas dari KKN.

Tap MPR RI No.XIII/MPR/1998 tentang ppembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI.
Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I,II,III,IV.
C. Sistem Demokrasi Setelah Tumbangnya Orde Baru
Demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut sehingga dalam penerapan
demokrasi, masalahnya adalah bagaimana demokrasi bisa berjalan di tengah
masyarakat yang beragam budaya, dan mempertinggi kehidupan ekonomi di samping
membina
suatu
kehidupan
sosial
dan
politik
yang
demokratis.
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia.
Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan
Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat “koreksi total“ atas penyimpangan yang
dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari 1966
sampai 1998.
Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun
hal itu terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di Negara ini. Selain
itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
Pada tanggal 12 Mei 1998 pagi secara mendadak Soeharto menyatakan
mengundurkan diri dari jabatan Presiden setelah ia menduduki kursi kepresidenan
selama 32 tahun. Posisi Kepala Negara kemudian digantikan oleh Habibie, orang
dekat Soeharto yang ketika itu menduduki posisi wakil presiden.
Sejak saat itu, sistem politik di Indonesia mengalami perubahan yang luar
biasa
dasyat.,
yang
kemudian
dianggap
sebagai
lahirnya
era
reformasi.
Turunnya Soeharto secara tak terduga dari kursi kepresidenan tersebut, telah
membuka celah politik yang penting bagi bangsa Indonesia untuk membebaskan diri
dari jeratan politik otoritarianisme. Ini terbukti, setelah orang satu kedua di Indonesia
ini tidak berkuasa lagi, berbagai perubahan struktural dan konstitusional secara
signifikan dapat dilakukan tanpa ada perlawanan yang berarti dari pihak penguasa.
Karena itu, berbagai spekulasi penafsiran terus bermunculan di masyarakat. Para
pengamat politik saling bertanya dan mencoba menginterpretasi apa yang sebenarnya
sedang terjadi.
Sejak saat itu, entah benar-benar sebagai political will atau hanya sebagai
perilaku licik terhadap tekanan politik yang sangat besar dari berbagai kekuatan,
terurtama mahasiswa, si “raja” baru melakukan mannuver-manuver politik yang
dalam arti tertentu dapat dikatakan mengarah kepada demokratisasi. Sejumlah tahanan
politik dibebaskan, ruang bagi pers semakin diperluas dan dijamin, kebebasan untuk
mengekspresikan pendapat semakin terbuka, begitu juga kesempatan untuk berserikat
dan berkumpul (mengorganisasikan diri).
Dengan demikian, korporatisme negara yang selama 32 tahun di-candra
sebagai sesuatu yang sakral, talah kehilangan pijakan. Munculnya banyak partai dan
maraknya aksi unjuk rasa sampai desa-desa, merupakan contoh yang menonjol dari
gejala itu. Bahkan, kekuatan-kekuatan ideologis yang pada masa lalu (pada masa
Orde Baru) dirumuskan sebagai kekuatan subvesif dan karena itu dianggap tidak
memiliki hak politik untuk hidup, kini hadir tanpa penghalang berarti dari negara.
D. Peran Amandemen UUD 1945 Dalam Era Reformasi Dan Diterapkannya
Sistem Pemilu Politik Indonesia Modern
Setelah mundurnya presiden soeharto dari jabatannya pada tahun 1998,
Indonesia memasuki era reformasi yang bermaksud membangun tatanan kembali
berbangsa dan bernegara pembenahan sistem hukum termasuk agenda penting
reformasi. Langkah awal yang dilakukan yaitu melakukan amandemen atau
perubahan terhadap UUD 1945, karena UUD merupakan hukum dasar yang menjadi
acuan dalam kehidupan bernegara di segala bidang.
PERUBAHAN UUD (AMANDEMEN)
Prosedur umumnya adalah sebagai berikut:
 Melalui sidang badan legislatif, kadang disertai beberapa syarat
 Melalui referendum atau plebisit
 Oleh negara-negara bagian dalam negara federal
 Musyawarah khusus (special convention)
Di Indonesia wewenang pd MPR dengan kuorum 2/3 dr anggota, usul harus diterima
oleh 2/3 dari anggota yang hadir (pasal 37). Sejak 1999 sudah diamandemen sebanyak
4 kali. Setelah itu diadakan pembenahan dalam pembuatan peraturan perundangan,
baik yang mengatur bidang baru maupun perubahan/penggantian peraturan lama
untuk disesuaikan dengan tujuan reformasi.
Langkah demokratisasi yang selanjutnya dilakukan setelah beberapa
perubahan penting yang dilakukan terhadap UUD 1945 agar UUD 1945 mampu
menghasilkan pemerintahan yang demokratis adalah pemilihan umum untuk memilih
kepala daerah secara langsung (pilkada) yang di atur dalam UU No.32 tahun 2004
tentang pemerintahan Daerah. UU ini mengharuskan semua kepala daerah di seluruh
Indonesia dipilih melalui pilkada mulai pertengahan 2005. Semenjak itu, semua
kepala daerah yang telah habis masa jabatannya harus dipilih melalui pilkada. Pilkada
bertujuan untuk menjadikan pemerintah daerah lebih demokratis dengan diberikan
hak bagi rakyat untuk menentukan kepala daerah. Dengan begitu semua memiliki arti
Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Dan Untuk Rakyat. Hal ini tentu saja berbeda dengan
pemilihan kepala daerah sebelumnya yang bersifat tidak langsung karena dipilih oleh
DPRD
Pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilihan presiden pada tahun 2004
merupakan tonggak sejarah politik penting dalam sejarah politik Indonesia modern
karena terpilihnya presiden dan wakil presiden yang di dahului oleh terpilihnya
anggota-anggota DPR,DPD, dan DPRD telah menuntaskan demokratisasi di bidang
lembaga-lembaga politik di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa demokratisasi telah
berhasil membentuk pemerintah Indonesia demokratis karena nilai-nilai demokrasi
yang penting telah di terapkan melalui pelaksaan peraturan perundangan mulai dari
UUD 1945. Memang benar bahwa demokratisasi adalah proses tanpa akhir karena
demokrasi adalah sebuah kondisi yang tidak pernah terwujud secara tuntas. Namun
dengan adanya perubahan-perubahan tadi, demokrasi di Indonesia telah mempunyai
dasar yang kuat untuk berkembang.
BAB III
KESIMPULAN
Kata “demokrasi” terbentuk dari 2 kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu demos
yang berarti rakyat dan kratos/kratein yang berarti kekuasaan/berkuasa. Jadi istlah demokrasi
menurut asal kata berarti “rakyat berkuasa”. Dalam perkembangan-nya demokrasi di
Indonesia, demokrasi dibagi dalam beberapa periode seperti Pelakasanaaan Demokrasi pada
Masa Revolusioner (1945-1950); Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Lama (Liberal,
Terpimpin), Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Baru 1966-1998, Pelaksanaan
Demokrasi pada Masa Orde Baru 1966-1998.
Orde Baru hadir dengan semangat “koreksi total“ atas penyimpangan yang dilakukan
oleh Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari 1966 sampai 1998. Dalam
jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat. Pada tanggal 12 Mei 1998 pagi
secara mendadak Soeharto menyatakan mengundurkan diri dari jabatan Presiden. Sejak saat
itu, entah benar-benar sebagai political will atau hanya sebagai perilaku licik terhadap
tekanan politik yang sangat besar dari berbagai kekuatan.
korporatisme negara yang selama 32 tahun di-candra sebagai sesuatu yang sakral,
talah kehilangan pijakan. Munculnya banyak partai dan maraknya aksi unjuk rasa sampai
desa-desa, merupakan contoh yang menonjol dari gejala itu. Bahkan, kekuatan-kekuatan
ideologis yang pada masa lalu (pada masa Orde Baru) dirumuskan sebagai kekuatan subvesif
dan karena itu dianggap tidak memiliki hak politik untuk hidup, kini hadir tanpa penghalang
berarti dari negara.
DAFTAR PUSTAKA
Download