خَيْرُ ما رُدَّ فى أهلٍ و مالٍ “Sebaik-baiknya Balasan yaitu pada keluarga

advertisement
َ‫خَيَرََماَردََىفَأهلََوَمال‬
“Sebaik-baiknya Balasan yaitu pada keluarga dan harta”
Peribahasa ini dikatakan kepada seorang laki-laki yang kembali dari perjalanannya.
Mengandung maksud bahwa kedatangan anda merupakan balasan yang paling baik dalam
keluarga dan harta anda. Peribahasa ini merupakan peribahasa yang mengandung doa. Sebagian
ahli peribahasa mengatakan َ‫ علىَأَيَنََطَائر‬yang maksud artinya sama dengan َ‫ خَيَرََماَرد‬. orangorang arab mengatakan peribahasa ini bagi orang yang hendak berpergian keluar, yakni anda
mengantarkan / menunjukan sambil menemaninya.
َ‫خَيَرََالعَلمَماَحَوضَرََبَه‬
“Sebaik-baiknya ilmu adalah yang diajarkan”
Maksudnya , sebaik-baiknya ilmu adalah yang datang kepadamu ketika memebutuhkannya.
yaitu kecerdasan yang terjaga (hafal), langsung pada pokok permasalahannya. Sebagian ahli
mengatakan :
‫َوَالَيعتصََعندَمطلَبه‬,َ‫خَريَالعَلمَماَحضرتََبَه‬
yaitu sebaik-baiknya ilmu yaitu
kamu mendapat pelajaran darinya, tidak sulit ketika membutuhkannya . sebagian ahli filsafat
mengatakan : “Sebaik-baiknya ilmu yaitu jika kapalmu tenggelam, maka dia ikut berenang
bersamamu”, yaitu ilmu yang terjaga, adapun
ilmu-ilmu yang ada pada buku, maka
sesungguhnya dia tidak akan hilang, berbeda dengan orang hafal yang terkadang lupa , Seorang
sahabat dekat berkata :
َ‫َوَمَاَتَفَظََلَنَفَقَتَك‬,َ‫إجعَلَََماَىفَكَتبكَََرأَسََمَالَك‬
Artinya “jadikanlah ilmu yang ada pada buku-bukumu sebagai pemimpin hartamu,
sedangkan ilmu yang engkau hafal untuk nafkahmu”.
Diceritakan tentang orang yang banyak mengahafal, bahwa dahulu ada “Zaraadusta” yaitu
orang yang beragama majusi mengaku-ngaku nabi, maka orang-orang bertanya kepadanya
tentang mukjizat, kemudian dia turun ke sumur dan dia membacakan kepada mereka apa yang
mereka tulisnya dalam seratus ribu jilid. mereka berkata dengan penuh kecerdikan, dia mampu
bertindak (mengatasinya) dan akhirnya orang-orang menjadi beriman. Dia pun berkata dalam
syairnya :
‫لَقلََغَناءََعنََجَهولََمَغمَرَََََََََََََََََََدَفَاتَرََتَلقَىَىفََالََّروفَوَتَرفع‬
‫تَ َروحَوََتَغَدَوَعَنَدَهَىفََمَضَيَعَهَََََََََََََََََََََََوَََكَائَنَََرأَيَنَاَمَنََنَفَيسََيَضيَع‬
‘Sungguh sedikit kekayaan yang dilimpahkan dari orang-orang bodoh”
“Buku-buku tulis dilemparkan (dijatuhkan) dan diangkat”
“Datang diwaktu sore dan pergi diwaktu pagi ketika dalam kekalahan”
“Ada pendapatku (pandanganku) yang sangat bagus (berharga) mereka abaikan”
‫اويَهَا‬
َ َ‫اخليلَ تََريَعَلَىَمَس‬
“Sekawanan pasukan kuda berlari pada tempat yang sama”
Peribahasa ini dicontohkan bagi seorang laki-laki penunggang terpenuhi kebutuhannya
ketika dalam keadaan lemah dan Kekurangan alat, maknanya : sesungguhnya pasukan berkuda
jika sahabatntnya dalam keadaan cacat dan sakit, maka karena kedermawanannya/ kebaikannya ,
sahabatnya yang lain membawanya dalam perjalanan. Peribahasa ini dekat maknanya dengan
perkataan seorang syair :
َ‫وََلَيَسََالَ َودََمَنَتَحَلََ َولَكَنََََََََََعَلىَأَعََراقَهََيََرىَالَ َواد‬
“Bukanlah seorang yang (berpaham) dermawan , melainkan asal kedermawanan adalah kuda
yang berlari dengan cepat larinya”
Syair tersebut mengandung makna bahwa jika ada salah seorang pasukan kuda yang sakit
dan cacat, maka karena kedermawananya, sahabatnya yang lain membawanya dalam perjalanan.
Itulah kedermawanan yang sejati, membawakan makanan baginya dan menjaga kehormatannya.
Jika dia dalam keadaan lemah, seorang yang dermawan akan selalu menjaganya dalam keadaan
apapun. Kandungan inti dari peribahasa tersebut yaitu “kesetiakawanan”. Padananannya dalam
peribahasa Indonesia yaitu : “ Telentang sama makan abu, tertelungkup sama makan tanah” ,
maknanya sama-sama setia baik suka maupun duka, seia sekata .
َ‫خََرقَاءََعَيابة‬
“Orang bodoh / pandir yang suka mencela”
Peribahasa ini dikakatakan untuk seorang laki-laki bodoh / pendir memfitnah atau
mencermarkan nama baik orang-orang, berikut ini adalah ucapan seorang penyair :
َََََ‫لَكََخَيَرََلََنَفَسَاَذَنَوبَهَاَََََََََََََََََََََََََََ َوَدعََلَ َومََنَفَسََمَاَعَلَيَكََتَلَيَم‬
َ‫ىَََََََََََََََََََََََََََوتَغَبََقَذَىَعَيَنَيَكََوََهَوََعََّيَم‬
َ
َ‫كَيَفََتََرىَىفََعَيََصَاحَبَكََاَلقَذ‬
“Kebaikan bagimu, liriklah badanmu yang penuh dengan dosa-dosa”
“Panggilah (datangkan) celaan jiwa, apa yang kamu cela”
“Bagaimana bisa kamu melihat kotoran mata di mata sahabatmu”
“Sedangkan kamu tidak tahu bahwa kotoran dimatamu lebih banyak (besar)”
Padanannya dalam peribahasa Indonesia yaitu “Jaras dikatakan, raga jarang” , maknanya
seseorang yang mencela orang lain padahal dirinya sama dengan orang yang dicela tersebut.
َ‫خََرقَاءََذَاتََنَيَقَة‬
“Orang bodoh terlalu memilih yang bagus-bagus”
Peribahasa ini dicontohkan bagi seorang laki-laki bodoh yang mengaku pandai terhadap
sesuatu masalah. Orang yang pandir (bodoh) berbeda dengan orang yang rendah hati (ramah /
halus), orang yang rendah hati (lemah lembut / halus) mengerjakan suatu pekerjaan dengan
sempurna dan bijaksana. Abu Hatim berkata : tidak dikatakan “memilih yang bagus-bagus”
sebelum dikatakan “teratur / rapi dan baik”.
Padananya dalam peribahasa Indonesia yaitu “Belalang hendak menjadi elang”, maknanya
orang yang bodoh bertingkah laku seperti orang pandai.
‫اَخلَيَلََأَعََرفََبَفََرسَانَا‬
“Sekawanan pasukan kuda (pasuka perang) lebih mengetahui ujung kuku (teracak)
untanya”
Peribahas ini dicontohkan dalam hal pengetahuan terhadap suatu masalah. Maknanya
bahwa sesungguhnya pasukan berkuda (pasukan perang) sungguh telah teruji dan mengetahui
dalam hal memelihara unta dari pada orang yang tidak memilki kepandaian naik unta, jika
merek menaikinya. Peribahasa ini memilki kesamaan makna dengan peribahasa berikut :
‫َإنَالعوانَالتعلمَاخلمرة‬
“Janda tidak perlu diajari memakai cadar”. Padanannya dengan peribahasa Indonesia yaitu :
“Jangan diajar orang tua makan kerak” , maknanya yaitu : jangan mengajarkan orang yang
sudah pandai.
َ‫خَلَ َؤكَأَقَنََلَيَاتَك‬
“Kekosonganmu menempati hidupmu”
Maksud peribahasa tersebut yaitu bahwasannya jika kamu meyendiri di rumahmu dan
meninggalkan / menjauhkan diri dari kehidupan orang-orang maka sungguh anda berada dalam
kehidupan yang statis (tetap) , Ibnu Sikkit berkata bahwa maksud dari peribahasa tersebut adalah
“jika anda menyendiri maka akan merasa malu” perkataan ini mengandung arti khabar (berita)
yang maknanya perintah, seperti makna perkataan berikut ini :
َ‫الرمَحََشَاجََره‬
َ ‫وَيَقَنََاَلَيَاءََاَلََرءََ َو‬
“Seorang laki-laki yang statis (tetap) terhadap hidup, maka ia bagaikan tombak yang menusuk
dirinya”
‫خَيَرََحَالَبَيَكَتنطحي‬
“Sebaik-baiknya dua susumu adalah kamu menanduknya”
Peribahasa ini dicontohkan bagi seorang laki-laki yang menaruh sesuatu bukan pada
tempatnya. Cerita asalnya yaitu bahwasannya dahulu ada seekor sapi yang mempunyai dua
saluran (puting) susu. Salah satu puting susu tersebut memberikan manfaat bagi yang lainnya.
Dahulu sapi itu menanduk dan orang dan menyakiti jika seseorang mendekatinya. Maka
dikatakanlah
‫خريَحالبيكَتنطحي‬
Dalam peribahasa lain dikatakan :
‫خريَإانئيكَتكفئي‬
“Sebaik-baiknya kedua wadahmu / tempatmu, adalah kamu menumpahkan isinya”
‫اخل روف يتقلَبَعلىَالصوف‬
“Domba jantan berubah bentuk menjadi bulu domba”
Peribahasa ini dicontohkan bagi seseorang yang serba kecukupan, padanannya dalam peribahasa
Indonesia yaitu "Tampuknya Masih bergetah", maknanya pendapatannya masih cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
َ‫أَخَلَفََمَنََعَرقَوب‬
“Kebohongan Urqub”
Makna peribahasa ini sama dengan peribahasa
‫مواعد َعرقوب‬
“janji-janji ‘urqub” .
maknanya yaitu janji-janji yang palsu / bohong. Asal ceritanya yaitu bahwa dahulu ada seorang
Arab ba’iidah (Bangsa Arab kuno) keturunan bangsa ‘Amaliqah, salah seorang saudaranya
datang kepadanya dan menanyakan tentang buah kurma, dia bertanya “kapan buah kurma boleh
dipetik dari pohonnya ? . ‘urqub menjawab : jika telah tampak mayang kurma. Maka ketika
telah tampak mayang kurmanya dia bertanya lagi dan ‘urqub menjawab : biarkan buah tersebut
sampai mengering, ketika buah kurma tersebut mengering, dia bertanya lagi kepada ‘urqub, dan
dijawab : biarkan buah tersebut hingga menjadi berwarna menarik. Ketika buah tersebut
berwarna menarik, dia bertanya lagi kepada ‘urqub , dan dijawab : biarkan buah kurma tersebut
hingga menjadi kurma yang matang. Ketika kurma tersebut matang, dia bertanya lagi kepada
‘urqub dan dijawab : biarkan buah tersebut hingga menjadi kurma yang masam. Maka ketika
kurma tersebut menjadi buah yang masam, ‘urqub secara sengaja dan diam-diam memetiknya
pada malam hari tanpa sepengetahuan saudaranya. Sehingga keluarlah peribahasa (Matsal)
tersebut sebagai ungkapan kekesalan terhadap janji-janji ‘urqub yang penuh dusta dan bohong.
‫خريَالَالََمَاَنفَع‬
“Sebaik-baiknya harta adalah harta yang bermanfaat”
Makna dari peribahas tersebut yaitu saling tolong-menolong, bagimana harta yang engkau milki
bisa bermanfaat juga untuk orang lain.
َ‫خريَالكلمََماَقلَوَدل‬
“Sebaik-baiknya ucapan adalah ucapan sedikit dan menunjukan”
Sebaik-baiknya ucapan adalah ucapan yang sedikit dan langsung memberikan pemahaman
kepada orang yang diajak bicaranya.
‫دمثَلنفسكَقبلَالنومَمَضَطجعا‬
“Ratakan badanmu sebelum tidur di tempat tidur”
Peribahasa ini dicontohkan bagi seseorang yang harus selalu siap sebelum bencana / musibah
datang. Peribahasa lain mengatakan :
‫هي ئه َقبل َحاجتك َإليه‬
“Siapkan sesuatu sebelum
kebutuhanmu datang. Peribahasa ini memilki kesamaan makna dengan peribahasa :
َ‫ق بلَالرماءَمتألَالكنائن‬
“sebelum memanah, isi dulu tempat anak panah”.
َ‫“ عندَالنطاحَيغلبَالكبشَاألجم‬ketika menanduk, kuasai dulu alat perang banteng”
Hal ini sama dengan ungkapan bahasa Indonesia yang berbunyi: "Sedia payung sebelum
hujan". Meskipun terdapat perbedaan lafadz dan kata-kata dalam kedua peribahasa tersebut,
namun, keduanya mengandung persamaan maksud, yaitu: "siapkan segala sesuatu sebelum
beraktivitas". Orang Arab menggunakan kata tempat anak panah dan memanah, karena
dipengaruhi oleh budaya mereka yang memiliki tradisi berperang pada zaman dahulu dengan
menggunakan alat tersebut. Sedangkan dalam bahasa Indonesia digunakan kata hujan dan
payung. Karena di Indonesia sering hujan.
‫إذَاَدَخَلَتََقَريةَفَاحَلَفَبَالَهَها‬
”jika kamu memasuki suatu kampung, maka bersumpahlah atas nama Tuhannya”
Maksud dari matsâl tersebut adalah Sebagian manusia lebih mengutamakan mencari
muka pada orang lain dan menyetujui apa yang mereka perbuat meskipun mereka
tidak yakin akan kebenarannya, karena mereka mengetahui bahwa menentang adat
tersebut akan membinasakan dan menyusahkan diri mereka sendiri. Dengan kata lain,
seseorang hendaknya menyetujui dan mengikuti (adat yang berlaku) selama ia belum
mampu mengubah hal-hal yang tidak ia setujui. Masal tersebut memiliki persamaan
dengan peribahasa Indonesia yang memiliki kandungan makna yang sama, meskipun
diucapkan dengan lafaz yang berbeda yaitu: Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain
ikannya. Dan Hidup di kandung adat, mati di kandung tanah, yaitu segala sesuatu
harus kita kerjakan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku.
‫الدّي ُن النّ ِصي َحة‬
“Agama adalah Nasihat”
Asalnya yaitu peribahasa dalam hal pendekatan antara manusia dengan usahanya dalam
menghilangkan perbedaan diantara mereka. Mengandung nasihat bahwa antara sesama harus
saling menasihati, dianalogikan seperti kain yang ditambal dengan jahitan.
َ‫إنََدواءَالشَقََتوصه‬
“Sesungguhnya obatnya belah / robek adalah dengan menjahitnya”
Makna peribahasa ini yaitu “jangan menunda-nunda sesuatu perkara / hal yang mudah,
maka dia akan menjadi numpuk dan bertambah banyak”. Seperti perkataan penyair berikut ini :
‫الَترفنَمنَاألمورَصغارهاَََََََََََََََََََََََََََََََإنَالنواةَفراخهاَاألشجار‬
"Sungguh janganlah engkau menggali lubang dari hal-hal (perkara) yang kecil"
"Sesungguhnya biji kurma merupakan tunas (cikal-bakal) pohon kurma".
Dalam syair lain dikatakan :
‫الشَرََيَبَدَ َؤهََىفََاألصلَأَصَغََرهََََََََََََََََََََََََََوَلَيسَيَصَلَىَبَرََالََربََجَانَيَهَا‬
"Kejelekan memulainya dalam hal yang kecil"
"Seorang penipu tidak menipu/ menjerat korbannya dengan peperangan yang sengit"
‫بَينَهَمََدَاءََالضََرائَر‬
“Diantara mereka ada penyakit yang menyakitkan”
Peribahasa ini dicontohkan untuk orang yang iri atau permusuhan yang sangat kuat /
mengakar. penyakit yang menyakitkan disini mengandung maksud wanita-wanita yang sudah
bersuami. Umumnya wanita tersebut suka mengumbar nafsu permusuhan sehingga meinmbulkan
iri terhadap yang lainnya, sifat ini sugguh tidak akan pernah habis / mati jika perempuan selalu
mengumbar permusuhan dan kedengkian.
َ‫لَكَلَََدَاءََدَ َواء‬
“Setiap penyakit pasti ada obatnya”
Peribahasa ini sesuai dengan hadist Rasulallah SAW. Ditujukan sebagai motivasi dan harapan
bagi setiap orang yang sedang sakit.
َ‫دَ َواءََالدَهَرََالصَبَرََعَلَيَه‬
“Obatnya bencana / musibah adalah kesabaran”
Peribahasa ini ditujuakan terhadap seseorang yang sedang dilanda bencana / musibah yang harus
bersabar menghadapinya
َ‫دَأَمَاءََالَي قَطَعََاباألََرماث‬
“Laut tidak mungkin dilewati / diseberangi dengan rakit”
Peribahasa ini dicontohkan bagi suatu perkara yang besar yang tidak mungkin orang dapat
melaksanakannya kecuali dengan bantuan orang lain dan dilindungi oleh perlengkapannya.
Padanannya dalam peribahasa Indonesia yaitu “Bagai menegakan benang basah”, bermakna
mengerjakan pekerjaan yang tak mungkin berhasil
َ‫لَكلََدَهَرََرجَال‬
“Setiap zaman / masa ada lelaki (yang menjadi pemimpin)”
Dalam peribahasa lain dikatakan :
َ‫ل كل مَقام َمقالَ َو َلكل َدَهَرَ َرجال‬
yang artinya disetiap
tempat pasti ada penghuni dan setiap masa / zaman pasti ada laki-laki. Maknanya yaitu bahwa
setiap masa / zaman pasti salah seorang diantara kalian akan ada yang menjadi pemimpin.
َ‫الدَالََعلىَاخلَريَََكفاعَله‬
“Orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan laksana orang yang melakukannya”
Maknanya yaitu orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan sama pahalanya seperti
orang yang melakukannya. Peribahasa ini merupakan hadist Rasulallah SAW yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari. Makna lain dari peribahasa tersebut yaitu petunjuk akal seseorang adalah
perbuatannya / pekerjaannya, sedangkan petunjuk ilmunya adalah ucapannya.
Daftar Pustaka
-
Kamus Al-Munjit (Fathul Adab)
-
Hilal Al-‘Askari, Abu. Jamharatul Amtsal Juz I. 1988. Beirut : Darr Al-Kutub Al‘Ilmiyyah
-
Munawwir, Ahmad Warson . Kamus Arab – Indonesia Al-Munawwir. 1997.Surabaya :
Pustaka Progressif
-
Cowan , J. Milton . Hans Wehr A Dictionary of Modern Written Arabic. 2000. Beirut :
Libraire du Liban
Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan terhadap Allah SWT karena berkat hidayah dan Taufiknya kami
bisa menyelesaikan makalah akhir ini. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada baginda Rasulallah SAW. Makalah akhir ini merupakan tugas Ujian Tengah Semester
(UTS) pada mata kuliah Pengkajian Prosa Arab (Arabic Prose Analysis), makalah ini
menganalisis kandungan peribahasa bahasa Arab dari sisi Asbab Al-Wurud, maknanya, serta
padananya dengan peribahasa Indonesia . diharapkan dengan makalah ini menarik minat
pembaca untuk mengakaji secara lebih mendalam, khususnya bidang pengkajian prosa Arab
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Fauzan Muslim,SS yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini sekaligus sebagai Fasilitator kami pada Mata
Kuliah Pengkajian Prosa Arab. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak sekali kekurangan. Untuk itu Kritik dan Saran pembaca yang membangun sangat
diharapkan demi perbaikan Makalah ini. Akhir kata tak lupa kami ucapkan kepada teman-teman,
khususnya kelompok 4 yang selalu bersemangat dalam proses penyusunan makalah ini, semoga
makalah ini dapat berguna terhadap siapa saja yang membacanya sehingga menjadi tertarik
untuk mengkaji secara lebih mendalam, khususnya prosa Arab
Jakarta, 2 April 2011
Kelompok IV
Analisis Peribahasa Arab
Disusun oleh :
Dadan Nurhidayat, 0906641106
Angga Mulyana, 0906491484
Ahmad Yuski Faridian Nawafi, 0906491471
Asep Mufti Ramdlani, 0906527175
Diajukan Sebagai Tugas Makalah Ujian Tengah Semester (UTS)
Semester Genap Pada Mata Kuliah Pengkajian Prosa Arab
Program Studi Sastra Arab
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
2011
Download