BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara maju yang kaya akan budaya dan sumber daya manusia yang memiliki kreativitas tinggi. Jepang selalu melahirkan karya-karya unik yang dapat diterima dan dinikmati baik oleh masyarakat Jepang maupun luar negeri, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Salah satu karya unik dari Jepang adalah komik atau lebih dikenal dengan sebutan “manga”. Manga1 adalah sekumpulan gambar dengan disertai dialog sehingga tercipta sebuah cerita dan terangkai menjadi beberapa seri2. Manga terkenal baik di negara asalnya sendiri maupun luar negeri. Menurut data di situs pembuat peringkat penjualan di Jepang yang disebut Oricon Chart, One Piece adalah manga yang paling laris, bahkan pada minggu ke-18 tahun 2013 angka penjualannya mencapai 2.275.453 copy.3 Dewasa ini banyak inovasi baru pada media pembelajaran, salah satunya kamus peribahasa berbentuk manga. Banyak orang yang kurang tertarik belajar peribahasa karena kesulitannya berbeda dengan belajar bahasa, ilmu pengetahuan alam atau matematika. Peribahasa sulit dipahami karena harus memahami maksud atau arti yang terkandung dalam peribahasa. Selain 1 漫画 Wulansuci, Yolana (Budaya Populer Manga dan Anime Sebagai Soft Power Jepang, Depok, 2012) 3 www.oricon.co.jp 2 1 2 itu, kalimat peribahasa susah dimengerti karena menggunakan bahasa yang indah, stilistik dan filosofis, tidak seperti bahasa percakapan sehari-hari, sehingga orang membutuhkan usaha lebih untuk memahami kalimat dan arti peribahasa. Inovasi kamus peribahasa berbentuk manga dapat memudahkan masyarakat terlebih anak-anak, untuk mempelajari peribahasa. Salah satu kamus peribahasa yang berbentuk manga adalah komik peribahasa berjudul Doraemon no Kotowaza Jiten4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:614), kamus adalah buku acuan yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya. Adapun manga (komik) adalah cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu (KBBI,2008:718). Dengan menyajikan kamus dalam bentuk manga yang tokoh-tokohnya familiar di kalangan anak-anak dengan situasi kehidupan sehari-hari, pembaca akan lebih tertarik memahami isi kamus tersebut. Perpaduan konsep kamus dan manga dalam Doraemon no Kotowaza Jiten berbeda dengan kamus peribahasa lain yang hanya berupa buku yang berisi peribahasa dan artinya. Kamus tersebut tidak hanya membahas berbagai peribahasa yang ada di Jepang, namun juga memberikan penjelasan maksud atau arti peribahasa melalui contoh situasi yang dimaksud dalam peribahasa tersebut. Contoh situasi tersebut digambarkan melalui cerita sehari-hari yang diperankan oleh Nobita dan teman-temannya. 4 ドラえもんのことわざ辞典 3 Dalam Doraemon no Kotowaza Jiten terdapat 199 peribahasa. Peribahasa tersebut dibedakan atas peribahasa yang berhubungan dengan hewan, tumbuhan, organ tubuh manusia dan angka/jumlah. Peribahasa yang berhubungan dengan angka/jumlah merupakan peribahasa yang sering digunakan. Dalam Doraemon no Kotowaza Jiten terdapat 48 peribahasa yang mengandung unsur angka. Pada umumnya, anak-anak kurang tertarik belajar sesuatu yang berhubungan dengan angka, apalagi peribahasa yang berhubungan dengan angka. Dengan adanya Doraemon no Kotowaza Jiten, anak-anak akan dengan mudah belajar peribahasa yang berhubungan dengan angka karena makna/arti peribahasa dijelaskan dalam bentuk cerita komik yang disukai anak-anak. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, penulis tertarik untuk menerjemahkan beberapa peribahasa yang berhubungan dengan angka atau jumlah yang ada dalam Doraemon no Kotowaza Jiten. Penulis tidak akan membahas semua peribahasa karena banyaknya peribahasa dan keterbatasan waktu penulisan tugas akhir ini, jadi penulis hanya menerjemahkan dan menjelaskan peribahasa yang mengandung unsur angka satu, dua dan tiga. Selain itu, penulis juga mencari peribahasa bahasa Indonesia yang maknanya kurang lebih sama dengan peribahasa bahasa Jepang yang diterjemahkan tersebut. 4 1.2 Pokok Bahasan Adapun pokok bahasan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut. a. Bagaimana terjemahan peribahasa yang mengandung unsur angka dalam Doraemon no Kotowaza Jiten, dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia? b. Apa saja peribahasa bahasa Indonesia yang memiliki arti yang mirip dengan peribahasa yang sudah diterjemahkan tersebut? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dari Tugas Akhir ini, yaitu: a. Menerjemahkan peribahasa yang mengandung unsur angka dalam Doraemon no Kotowaza Jiten dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia. b. Menentukan dan mencari peribahasa bahasa Indonesia yang memiliki arti yang mirip dengan peribahasa bahasa Jepang yang diterjemahkan tersebut. 1.4 Landasan Teori 1.4.1 Definisi Terjemahan Menurut McGuire (via Nadar, 2007:6) menerjemahkan adalah menyampaian teks bahasa sumber ke bahasa sasaran dengan memperhatikan bahwa makna lahir teks dalam kedua bahasa itu akan sama atau hampir sama dan struktur bahasa sumber tetap terjaga secara ketat walaupun tidak berarti harus mengorbankan struktur bahasa sasaran. 5 1.4.2 Metode Terjemahan Menurut Newmark (via Asri, 2009:15-22) ada 8 metode penerjemahan yaitu: a. Penerjemahan kata demi kata, merupakan metode penerjemahan yang terikat dalam tatanan kata. Dalam proses penerjemahannya, penerjemah hanya mencari padanan kata bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, tanpa mengubah susunan kata atau yang lainnya. b. Penerjemahan literal/harfiah, merupakan penerjemahan yang terletak antara penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan bebas, menurut Nababan. c. Penerjemahan setia, merupakan penerjemahan yang benar-benar setia pada tujuan dan realisasi teks bahasa sumber, sehingga terkesan kaku dan asing. d. Penerjemahan semantik, merupakan metode yang lebih menekankan pada pencarian padanan pada tatanan kata dengan tetap terikat pada budaya bahasa sumber. e. Penerjemahan saduran/adaptasi, yaitu penerjemahan yang mengadaptasi atau mengganti unsur budaya bahasa sasaran. f. Penerjemahan bebas, merupakan penerjemahan yang tidak terikat pada pencarian padanan kata atau kalimat, namun memfokuskan pada pengalihan pesan dalam tatanan paragraf atau wacana. 6 g. Penerjemahan idiomatik, yaitu penerjemahan yang menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatik yang tidak didapati pada teks bahasa sumber. h. Penerjemahan komunikatif, merupakan metode penerjemahan yang mementingkan tersampainya pesan agar lebih mudah dipahami oleh pembaca. Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan 2 metode penerjemahan, yaitu metode penerjemahan semantik dan komunikatif. Dalam menerjemahkan peribahasa, penulis menggunakan metode semantik karena menerjemahkan peribahasa lebih berorientasi pada bahasa sumber. Kata-kata dalam peribahasa cenderung memiliki nilai estetika yang tinggi sehingga penulis juga akan menyampaikan arti terdekatnya meskipun akan terkesan kaku. Penulis juga memilih metode komunikatif karena penjelasan dan contoh dialog peribahasa harus disampaikan dengan baik tanpa mengubah makna aslinya agar pembaca langsung memahami arti peribahasa serta percakapan yang berhubungan dengan peribahasa tersebut. 1.4.3 Langkah-langkah Penerjemahan Menurut Rose (via Nadar, 2007:22-25) langkah-langkah penerjemahan adalah sebagai berikut a. Analisis awal (preliminary analysis) adalah tahapan ketika penerjemah memeriksa materi terjemahan untuk menentukan apakah memang materi 7 itu memungkinkan untuk diterjemahkan. Dalam hal ini penulis membaca beberapa peribahasa dalam Doraemon no Kotowaza Jiten kemudian memilih jenis peribahasa yang akan diterjemahkan yaitu yang berhubungan dengan angka satu, dua dan tiga. b. Analisa lengkap dan rinci tentang gaya dan isi (exhaustive style and content analysis) yaitu secara serius penerjemah menganalisis kekuatan materi atau teks tersebut. Penulis membaca seluruh penjelasan mengenai peribahasa yang akan diterjemahkan, kemudian menganalisa bahasa yang digunakan pada kalimat peribahasa, penjelasannya dan komik 4 panel. c. Penyesuaian terhadap teks (acclimation of the text) adalah tahapan ketika penerjemah menyesuaikan diri lebih dekat terhadap teks. Penulis membaca dan memahami penjelasan serta komik 4 panel dalam Doraemon no Kotowaza Jiten secara terus menerus sebelum menerjemahkan. d. Reformulasi teks (reformulation of the text) yaitu penerjemah bekerja dari kalimat ke kalimat berikutnya dan mengubah beberapa bagian pada rancangan atau draft awal yang kurang sesuai dalam bahasa sasaran. Penulis membaca terlebih dahulu 1 kalimat kemudian menandai kata atau pola yang tidak dimengerti kemudian mencari di kamus bahasa Jepangbahasa Indonesia, lalu menulis terjemahannya dalam susunan bahasa Indonesia. e. Menganalisis hasil terjemahan (analysis of the translation) yaitu penerjemah terus menerjemahkan sekaligus mengubah fungsi dirinya bukan semata mata sebagai penerjemah saja tetapi sekaligus sebagai editor 8 dan kritikus terjemahan. Dalam langkah ini, penulis menerjemahkan, membaca hasil terjemahan, memperbaiki kalimat yang tidak sesuai secara keseluruhan. f. Meninjau ulang dan membandingkan (review and comparison) penerjemah biasanya menyerahkan hasil terjemahan kepada orang lain yang berkualitas untuk memeriksa hasil terjemahannya. Dalam langkah ini, penulis meminta tolong beberapa teman atau orang Jepang untuk memeriksa hasil terjemahan, dan kemudian memeriksakannya kembali ke dosen pembimbing tugas akhir. 1.5 Sistematika Penulisan Tugas akhir ini terdiri dari empat bab yang disusun secara sistematik. Bab I yaitu pendahuluan, berisi tentang latar belakang, pokok bahasan, tujuan penulisan, landasan teori dan sistematika penulisan. Bab II berisi teks terjemahan perkalimat dan hasil terjemahan dalam bahasa sasaran. Bab III berisi tentang peribahasa bahasa Indonesia yang memiliki dan tidak memiliki arti yang mirip dengan peribahasa bahasa Jepang. Dalam bab IV yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan kesulitan yang dihadapi.