. Definisi Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik ACTH yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II. Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku. Kortikosteroid dibagi menjadi kelompok berdasarkan atas aktivitas biologis yang menonjol darinya, yakni glukokortikoid contohnya kortisol yang berperan mengendalikan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, juga bersifat anti inflamasi dengan cara menghambat pelepasan fosfolipid, serta dapat pula menurunkan kinerja eosinofil. Kelompok lain dari kortikosteroid adalah mineralokortikoid contohnya aldosteron, yang berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di ginjal. Beberapa kortikosteroid menunjukkan kedua jenis aktivitas tersebut dalam beberapa derajat, dan lainnya hanya mengeluarkan satu jenis efek. Hormon kortikosteroid dihasilkan dari kolesterol di korteks kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Reaksi pembentukannya dikatalisis oleh enzim golongan sitokrom P. Dalam bidang farmasi, obatobatan yang disintesis sehingga memiliki efek seperti hormon kortikosteroid alami memiliki manfaat yang cukup penting. Deksametason dan turunannya tergolong glukokortikoid, sedangkan prednison dan turunannya memiliki kerja mineralokortikoid disamping kerja glukokortikoid. . Penggunaan Klinis Kortikosteroid merupakan obat yang sangat banyak dan luas dipakai dalam dunia kedokteran terutama golongan glukokortikoid. Glukokortikoid sintetik digunakan pada pengobatan nyeri sendi, arteritis temporal, dermatitis, reaksi alergi, asma, hepatitis, systemic lupus erythematosus, inflammatory bowel disease, serta sarcoidosis. Selain sediaan oral, terdapat pula sediaan dalam bentuk obat luar untuk pengobatan kulit, mata, dan juga inflammatory bowel disease. Kortikosteroid juga digunakan sebagai terapi penunjang untuk mengobati mual, dikombinasikan dengan antagonis HT misalnya ondansetron. Baik kortikosteroid alami maupun sintetik digunakan untuk diagnosis dan pengobatan kelainan fungsi adrenal. Hormon ini juga sering digunakan dalam dosis lebih besar untuk pengobatan berbagai kelainan peradangan dan imunologi. Penggunaan glukokortikoid pada pengobatan gangguan fungsi adrenal biasanya diberikan pada keadaan insufisiensi atau hiperfungsi dari adrenokortikal. Keadaan insufisiensi adrenokortikal dapat berupa akut maupun kronis penyakit Addison yang ditandai dengan hiperpigmentasi, lemah, kelelahan, berat badan menurun, hipotensi, dan tidak ada kemampuan untuk memelihara kadar gula darah selama puasa. Untuk keadaan hiperfungsi adrenokortikal misalnya terjadi pada hiperplasia adrenal kongenital, sindrom chusing, atau aldosteronisme. Glukokortikoid dapat pula digunakan untuk tujuan diagnostik dari sindrom chusing. Dengan tes supresi deksametason, obat ini diberikan sejumlah mg per oral pada jam malam, dan sampel plasma diambil pada pagi hari. Pada individu normal, konsentrasi kortisol biasanya kurang dari g/dl, sedangkan pada sindrom chusing kadarnya biasanya lebih besar daripada g/dl. Namun hasil ini tidak dapat dipercaya pada keadaan depresi, ansietas, penyakit, dan kondisi stress yang lain. Selain itu, maturasi paruparu pada janin diatur oleh sekresi kortisol janin. Ibu dengan pengobatan glukokortikoid dalam dosis besar akan dapat menurunkan insiden sindrom gawat nafas pada bayi yang dilahirkan secara prematur. Kortisol dan analog sintetiknya berguna dalam pengobatan berbagai kelompok penyakit yang tidak berhubungan dengan kelainan fungsi adrenal. Kegunaan kortikosteroid pada kelainan ini merupakan kemampuannya untuk menekan respon peradangan dan respon imun. Pada keadaan yang respons peradangan atau respon imunnya penting untuk mengendalikan proses patologi, terapi dengan kortikosteroid mungkin berbahaya tetapi dibenarkan untuk mencegah timbulnya kerusakan yang tak dapat diperbaiki akibat respon peradangan jika digunakan bersama dengan terapi spesifik untuk proses penyakitnya. limfoma. Sindrom cushing iatrogenik disebabkan oleh pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik untuk alasan yang bervariasi. Selain itu. Iatrogenic Cushings syndrome. glukokortikoid berdifusi atau ditranspor menembus sel membran dan terikat pada kompleks reseptor sitoplasmik glukokortikoid heatshock protein kompleks. . Efek ini mungkin diperantarai oleh mekanisme nontranskripsi. jadi hormon ini tidak menghambat kerja reseptor pada DNA. Perbedaan kerja glukokortikoid pada berbagai jaringan dianggap dipengaruhi oleh protein spesifik jaringan lain yang juga harus terikat pada gen untuk menimbulkan ekspresi unsur respons glukokortikoid utama. dibedakan oleh penemuan fisik dari hiperfungsi adrenokortikal endogen. Harus dipertimbangkan dengan hatihati pada setiap penderita terhadap banyaknya efek pada setiap bagian organism ini.. diinduksikan dengan pemberian glukokortikoid atau steroid lain seperti megesterol yang mengikat reseptor glukokortikoid. dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen anti inflamasi. protein reseptor dihambat dari ikatannya dengan DNA. Farmakodinamik kortikosteroid Pada waktu memasuki jaringan. . asma. Efek utama yang tidak diinginkan dari glukokortikoidnya dan menimbulkan gambaran klinik sindrom cushing iatrogenik. dimana akan berinteraksi dengan respon unsur respon glukokortikoid pada berbagai gen dan protein pengatur yang lain dan merangsang atau menghambat ekspresinya. Perbedaan dapat dibuat. glukokortikoid mempunyai beberapa efek penghambatan umpan balik yang terjadi terlalu cepat untuk dijelaskan oleh ekspresi gen. Sindrom Cushing iatrogenic dijumpai pada penderita arthritis rheumatoid. Heat shock protein dilepaskan dan kemudian kompleks hormon reseptor ditranspor ke dalam inti. Pada keadaan tanpa adanya hormon. Efek Samping Kortikosteroid Manfaat yang diperoleh dari penggunaan glukokortikoid sangat bervariasi. Protein baru ini akan menghambat fungsi selsel limfoid dengan penghambatan uptake glukosa. Limfositopeni akan mencapai puncaknya jam setelah pemberian mg prednison intravena dan kembali ke nilai normal setelah jam. Pengaruh kortikosteroid yang terpenting pada manusia adalah penghambatan akumulasi makrofag dan netrofil di tempat radang. Mekanisme yang mendasari terjadinya redistribusi limfosit belum diketahui secara pasti. Secara teoritis limfositopeni dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu migrasi hebat keluar dari pembuluh darah dan blok perifer. dan akan mengikat DNA serta meningkatkan sintesis messenger RNA mRNA. Apabila kortikosteroid diberikan kepada golongan resisten akan menyebabkan limfositopeni akibat redistribusi limfosit ke luar sirkulasi darah menuju organorgan limfoid lainnya terutama sumsum tulang. pada sindrom iatrogenik pada kadar ini merupakan rendah secara sekunder akibat penekanan dari aksis adrenal pituari. Berat dan lamanya limfositopeni tidak berbeda apabila dosis prednison ditingkatkan sampai mg atau mg. Kortikosteroid dapat mempengaruhi selsel melalui reseptorreseptor glukokortikoidnya dengan mekanisme kerja sebagai berikut kortikosteroid berdifusi ke dalam sel melewati membran sl dan selanjutnya berikatan dengan reseptor. Messenger RNA ini akan menimbulkan sintesis protein yang baru. dan lama terapi. Spesies yang resisten terhadap kortikosteroid adalah manusia dan kera sedangkan yang sensitif adalah tikus dan kelinci. Keparahan dari iatrogenic Cushings syndrome terkait dengan dosis steroid total. steroid paruh hidup biologis. Redistribusi ini lebih banyak mempengaruhi limfositT daripada limfositB. Mekanisme blok perifer ini ditunjang oleh penemuan bahwa aktifitas fisik pada orang normal menyebabkan limfositosis akibat mobilisasi cadangan perifer. Kompleks kortikosteroidreseptor masuk ke dalam nukleus dalam bentuk aktif. dengan mengukur kadar kortisol urine dalam keadaan basal. Selain itu kortikosteroid juga . tetapi hal ini tidak ditemukan setelah pemberian kortikosteroid.bagaimanapun. Sehubungan dengan pengaruh kortikosteroid ini kita kenal dua golongan spesies yaitu golongan yang resisten dan sensitif terhadap kortikosteroid. tetapi akumulasi makrofag pada hari tersebut masih rendah. Kombinasi kedua pengaruh ini menyebabkan terjadinya netrofilia. Kepustakaan lain melaporkan bahwa kortikosteroid mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap distribusi netrofil. Hal ini menunjukkan bahwa makrofag lebih sensitif daripada netrofil terhadap pengaruh antiinflamasi kortikosteroid. karena tempat kerja kortikosteroid diperkirakan pada membran makrofag. Pengaruh tersebut diperkirakan akibat penghambatan kerja faktorfaktor limfokin yang dilepaskan oleh selT sensitif pada makrofag. tetapi hanya sedikit mempengaruhi stabilitas membran lisosom pada kadar farmakologik. Di samping itu kortikosteroid juga meningkatkan masa paruh netrofil dalam sirkulasi. Penghambatan akumulasi netrofil di tempat radang adalah akibat kerja kortikosteroid mengurangi daya lekat netrofil pada dinding endotel pembuluh darah. monosit dan eosinofil dalam darah. . Kortikosteroid meningkatkan pelepasan netrofil muda dari sumsum tulang ke sirkulasi. sesuai dengan yang dilaporkan oleh SaavedraDelgado dkk yang menggunakan mg prednison per oral. Kortikosteroid mempunyai pengaruh terhadap aktifitas biologik komplemen. Hasil akhir pengaruh kortikosteroid adalah menghambat migrasi dan akumulasi netrofil pada daerah radang.menyebabkan berkurangnya aktifitas makrofag baik yang beredar dalam darah monosit maupun yang terfiksir dalam jaringan sel Kupffer. Leonard melaporkan bahwa pemberian mg prednison per oral pada orang sehat sudah cukup untuk meningkatkan netrofil dan menurunkan jumlah limfosit. walaupun fungsi bakterisidanya menurun. Penggunaan kortikosteroid selang sehari telah dapat mengembalikan akumulasi netrofil pada hari bebas pemberian obat. Pengaruh tersebut berupa penghambatan fiksasi Cb terhadap reseptornya pada fagosit mononuklear. bukan akibat penghambatan kemotaksis yang hanya dapat dihambat oleh kortikosteroid pada kadar suprafarmakologik. Dilaporkan pula bahwa penggunaan kortikosteroid selang sehari tidak disertai peningkatan angka infeksi. Kortikosteroid mungkin juga mengurangi pelepasan enzimenzim lisosom. Mungkin pengaruh kortikosteroid pada makrofag dan netrofil inilah yang menyebabkan peningkatan kejadian infeksi pada penggunaan kortikosteroid setiap hari. Pada penderita dengan fungsi kardiovaskular dan ginjal normal. Jika diberikan dalam jumlah lebih besar dari jumlah fisiologi. Biasa terjadi peningkatan tekanan intraokular. dapat menyebabkan retensi natrium dan cairan serta hilangnya kalium. terutama infeksi bakteri dan jamur. Kepustakaan lain melaporkan bahwa kortikosteroid topikal juga berpengaruh terhadap sistem imun. mengkilat dan keriput seperti kertas sigaret. dapat diselubungi oleh kortikosteroid. Pengaruh nonspesifik ini hanya terjadi pada pemberian kortikosteroid dosis tinggi. Pada dosis mg/m/hari atau lebih. dan penderita harus diawasi dengan teliti untuk menghindari kecelakaan serius bila digunakan dosis tinggi. gangguan psikologik dan hipertensi. Efek samping lain yang cukup serius meliputi perkembangan ulkus peptikum dan komplikasinya. Hal ini telah dibuktikan secara invitro dengan pemberian metilprednisolon dosis mg/kgbb. Juga terjadi hipertensi intrakranial jinak. Beberapa penderita mengalami miopati. pusing dan penurunan berat badan pada beberapa penderita. Penggunaan obat ini maupun metilprednisolon berhubungan dengan timbulnya mual. steroid seperti kortison dan hidrokortison yang mempunyai efek mineralokortikoid selain efek glukokortikoid. hal ini dapat menimbulkan alkalosis hipokloremik . Gambaran klinik yang menyertai kelainan lain. Frekuensi terjadinya miopati lebih besar pada penderita yang diobati dengan triamnisolon. yang sifatnya belum diketahui. Psikosis juga dapat terjadi. dapat terjadi retardasi pertumbuhan pada anakanak. Intravena atau secara invivo dengan hidrokortison dosis mg/kgbb intravena. dan mungkin menyebabkan glaukoma.dan penghambatan pengaruh Ca. Ca dan C pada lekosit PMN. osteoporosis. Beberapa efek samping lain yang mungkin terjadi adalah diabetes melitus. Hal ini ditunjukkan dengan pemeriksaan slitlamp periodik pada penderita ini. Hal ini dapat memperberat dan mempermudah terjadinya infeksi oleh karena terjadi gangguan mekanisme pertahanan kulit. terutama pada penderita yang mendapat dosis besar kortikosteroid. Terapi jangka lama dapat menimbulkan perkembangan katarak subkapsular posterior. Pengaruh tersebut berupa atrofi kulit sehingga kulit tampak tipis. Berdasarkan cara penggunaannya kortikosteroid dapat dibagi dua yaitu kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal. Sering penderita yang resisten dengan insulin. otot dan resistensi tubuh.. maka dalam penggunaannya dibatasi termasuk dalam bidang dermatologi kortikosteroid merupakan pengobatan yang paling sering diberikan kepada pasien. dan peningkatan pemberian kalium serta rendah natrium seharusnya digunakan apabila diperlukan. Berbagai jenis kortikosteroid sintetis telah dibuat dengan tujuan utama untuk mengurangi aktivitas mineralokortikoidnya dan meningkatkan aktivitas antiinflamasinya. . Pada penderita penyakit jantung. misalnya deksametason yang mempunyai efek antiinflamasi kali lebih kuat dan efek retensi natrium lebih kecil dibandingkan dengan kortisol. Hormon ini dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah. atau penyakit hati. Kortikosteroid adalah derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Penanganan Efek Samping Kortikosteroid Penanganan yang disarankan untuk saat ini pada penderita yang mendapatkan efek samping kortikosteroid adalah dengan melakukan penurunan konsumsi dosis kortikosteroid secara perlahanlahan tapering off.. dapat terjadi edema.hipokalemik. Kortikosteroid topikal adalah obat yang digunakan di kulit pada tempat tertentu dan . Manfaat dari preparat ini cukup besar tetapi karena efek samping yang tidak diharapkan cukup banyak. tingkat retensi natrium yang sedikit saja dapat menyebabkan gagal jantung kongestif. Kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug. kadar gula darah. Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi klinis yang sangat luas. Jika timbul diabetes. dan akhirnya peningkatan tekanan darah. Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. diobati dengan diet dan insulin. Pada umumnya penderita yang diobati dengan kortikosteroid seharusnya diberi diet protein tinggi. penyakit ginjal. Pada penderita hiponatremia. namun jarang berkembang menjadi ketoasidosis. . pemakaian kortikosteroid menjadi semakin rasional dan efektif. angka kematiannya dapat ditekan berkat pengobatan dengan kortikosteroid. BAB II KORTIKOSTEROID . demikian pula sindrom StevensJhonson yang berat dan nekrolisis epidermal toksik. Terapi dengan obat ini bukan merupakan terapi kausal melainkan terapi pengendalian atau paliatif saja. Dibidang dermatologi pada umumnya lebih ditekankan sebagai obat antialergi. melicinkan. Sebagian besar khasiat yang diharapkan dari pemakaian kortikosteroid adalah sebagai antiinflamasi. antialergi atau imunosupresif. misalnya dermatitis. Sejak salap hidrokortison asetat pertama kali dilaporkan penggunaannya oleh Sulzberger pada tahun . Semakin maju ilmu pengetahuan semakin banyak pula ditemukan berbagai jenis kortikosteroid yang dapat digunakan dengan berbagai keunggulan dan efek samping yang semakin sedikit. Karena khasiat inilah kortikosteroid banyak digunakan dalam bidang dermatologi. penyakit berat yang dahulu dapat menyebabkan kematian. kecuali pada insufisiensi korteks adrenal. diantaranya termasuk melembabkan kulit. misalnya pemfigus. .merupakan terapi topikal yang memberi pilihan untuk para ahli kulit dengan menyediakan banyak pilihan efek pengobatan yang diinginkan. khususnya mengenai peradangan kulit. obat tersebut sangat menolong penderita. DEFINISI Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik ACTH yang dilepaskan . Pengobatan berbagai penyakit kulit dengan menggunakan kortikosteroid sudah menjadi kegiatan seharihari di setiap poliklinik penyakit kulit. perkembangan pengobatan dengan kortikosteroid berjalan dengan pesat. atau mendinginkan area yang dirawat. Berbagai penyakit yang dahulu lama penyembuhannya dapat dipersingkat. Sejak kortikosteroid digunakan dalam bidang dermatologi. Dengan berbagai kemajuan ini.. Hal ini berkat kemajuan dalam pengetahuan mengenai mekanisme kerja serta pemahaman patogenesis berbagai penyakit. Zona fasikulata mempunyai peran yang lebih besar dibandingkan zona glomerulosa. Kelenjar adrenal terdiri dari bagian yaitu bagian korteks dan medulla. pemecahan protein.. . Atom karbon tambahan dapat ditambahkan pada posisi dan atau sebagai rantai samping yang terikat pada C. Modifikasi dari struktur cincin dan struktur luar akan mengakibatkan perubahan pada efektivitas dari steroid tersebut. Zona fasikulata menghasilkan jenis hormon yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Prototip dari golongan ini adalah desoksikortikosteron. metabolisme karbohidrat. dan betametason. Oleh karena itu mineralokortikoid jarang digunakan dalam terapi. Golongan mineralokortikoid adalah kortikosteroid yang efek utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit menimbulkan efek retensi Na dan deplesi K. . yang merupakan glukokortikoid alam.. kecuali fluorokortisol. misalnya prednisolon.. tanggapan sistem kekebalan tubuh. serta tingkah laku.. misalnya tanggapan terhadap stres.oleh kelenjar hipofisis. Hormon ini berperan pada banyak sistem fisiologis pada tubuh.. meskipun demikian sediaan ini tidak pernah digunakan sebagai obat antiinflamasi karena efeknya pada keseimbangan air dan elektrolit terlalu besar. Golongan glukokortikoid adalah kortikosteroid yang efek utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar dan khasiat antiinflamasinya nyata. sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil atau tidak berarti. Terdapat juga glukokortikoid sintetik. Semua steroid termasuk glukokortikosteroid mempunyai struktur dasar cincin kolestrol dengan cincin heksana dan cincin pentana. Umumnya golongan ini tidak mempunyai khasiat antiinflamasi yang berarti. FARMAKOLOGI Semua hormon steroid samasama mempunyai rumus bangun siklopentanoperhidrofenantren karbon dengan buah cincin yang diberi label A D Gambar . Berdasarkan cara penggunaannya kortikosteroid dapat dibagi dua yaitu kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal. sedangkan bagian korteks terbagi lagi menjadi zona yaitu fasikulata dan glomerulosa. dan pengaturan inflamasi. triamsinolon. sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat kecil. kadar elektrolit darah. Prototip untuk golongan ini adalah kortisol dan kortison.. Hormon steroid adrenal disintesis dari kolestrol yang terutama berasal dari plasma. Dalam korteks adrenal kortikosteroid tidak disimpan sehingga harus disintesis terus menerus. misalnya hepar. Pada beberapa jaringan. siang. Korteks adrenal mengubah asetat menjadi kolestrol. Kompleks ini mengalami perubahan bentuk. sore hari dan pada malam hari sebelum tidur. lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. baik pada keadaan basal maupun setelah pemberian ACTH. Oleh karenanya kecepatan biosintesisnya disesuaikan dengan kecepatan sekresinya.. Sebagian besar kolesterol yang digunakan untuk steroidogenesis ini berasal dari luar eksogen. MEKANISME KERJA Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. . Pada pagi hari kadar kortisol yang paling tinggi dibandingkan waktu lainnya yang membuat orang menjadi lebih semangat dalam menjalani aktivitasnya. Pada pemeriksaan sampel dengan tes saliva sebanyak kali dalam satu hari yaitu sebelum sarapan pagi hari. pada jaringan lain. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologis steroid. Orang yang ssehat pengeluaran kortisol mengikuti kurva dimana dapat dibuat grafik mulai menurunnya kadar kortisol hingga kadar terendah yaitu pada pukul malam dibuktikan dengan seseorang yang dapat beristirahat dengan cukup. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. hormon steroid merangsang transkripsi dan sintesis protein spesifik. meskipun hanya untuk beberapa menit saja. yang kemudian dengan bantuan enzim diubah lebih lanjut menjadi kortikosteroid dengan atom karbon dan androgen lemah dengan atom karbon. optimal mg/hari . Bila biosintesis berhenti. kemudian bereaksi dengan reseptor steroid. Kecepatan dalam Kortisol Aldosteron sekresi Kadar plasma keadaaan g/ml Jam . . Molekul hormon memasuki jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di jaringan target. Berikut adalah tabel yang menunjukkan kecepatan sekresi dan kadar plasma kortikosteroid terpenting pada manusia. Jam . jumlah yang tersedia dalam kelenjar adrenal tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan normal. misalnya sel limfoid dan fibroblas . disekresi mg kortisol setiap hari tanpa adanya stres. kortisol terikat pada protein dalam sirkulasi. migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis. CBG menjadi jenuh dan konsentrasi kortisol bebas bertambah dengan cepat. Gambaran mekanisme kerja kortikosteroid Metabolisme kortikosteroid sintetis sama dengan kortikosteroid alami. fungsi kardiovaskuler. mekanik.. pertumbuhan dan imunitas. Selain itu juga dapat menghambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut yaitu proliferasi kapiler dan fibroblast. Pada orang dewasa normal.. termasuk regulasi metabolisme perantara. atau alergen. waktu paruh dapat meningkat apabila hydrocortisone prefarat farmasi kortisol diberikan dalam jumlah besar. deposit fibrin. Kortisol dan analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi. Perubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi. Secara mikroskopik obat ini menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema. Kortisol juga disebut hydrocortison memiliki berbagai efek fisiologis. Hanya kortisol diekskresi tanpa perubahan di urin sebagai kortisol bebas. Waktu paruh kortisol dalam sirkulasi.. distribusi dan fungsi leukosit perifer dan juga disebabkan oleh efek supresinya terhadap cytokyne . pengumpulan kolagen dan pembentukan sikatriks.hormon steroid merangsang sintesis protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap selsel limfoid. infeksi. Sintesis dan sekresinya diregulasi secara ketat oleh sistem saraf pusat yang sangat sensitif terhadap umpan balik negatif yang ditimbulkan oleh kortisol dalam sirkulasi dan glukokortikoid eksogen sintetis. Pada plasma. dilatasi kapiler. Dalam kondisi normal sekitar berikatan dengan globulin CBG/ corticosteroidbinding globulin. sekitar kortisol diubah menjadi kortison di ginjal dan jaringan lain dengan reseptor mineralokortikoid sebelum mencapai hati. hipotiroidisme atau penyakit hati. Kortikosteroid sintetis seperti dexametason terikat dengan albumin dalam jumlah besar dibandingkan CBG. dan ikatan protein. zat kimia. Hal ini karena efeknya yang besar terhadap konsentrasi. mula kerja dan lama kerja juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor. atau pada saat terjadi stres. Prednison adalah prodrug yang dengan cepat diubah menjadi prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh. sedangkan sisanya sekitar terikat lemah atau bebas dan tersedia untuk digunakan efeknya pada sel target. hal ini menimbulkan efek katabolik. Jika kadar plasma kortisol melebihi . normalnya sekitar menit. Inflamasi. Perubahan tersebut menjadi maksimal dalam jam dan menghilang setelah jam. . Konsepnya berguna untuk memisahkan efek ke dalam sel atau strukturstruktur yang bertanggungjawab pada gambaran klinis . khususnya yang berada pada sel endotel dan dihambat oleh glukokortikoid. produksi fibrolas mengurangi kolagen dan bahan dasar atropi dermal. Peningkatan neutrofil tersebut disebabkan oleh peningkatan aliran masuk ke dalam darah dari sumsum tulang dan penurunan migrasi dari pembuluh darah. efek vaskuler kebanyakan berhubungan dengan jaringan konektif vaskuler telangiektasis. Selain efeknya terhadap fungsi leukosit. berikatan dengan kromatin gen tertentu. interleukin. sehingga aktivitas selsel tersebut mengalami perubahan. Melalui proses penetrasi. konsentrasi neutrofil meningkat .dan chemokyne imflamasi serta mediator inflamasi lipid dan glukolipid lainnya. Selsel ini dapat menghasilkan protein baru yang dapat membentuk atau menggantikan selsel yang tidak berfungsi. purpura. antiproliferatif. metalloproteinase dan activator plasminogen. Glukokortikoid juga menghambat fungsi makrofag jaringan dan sel penyebab antigen lainnya. monosit dan eosinofil dan basofil dalam sirkulasi tersebut berkurang jumlahnya. dan kerusakan angiogenesis pembentukan jaringan granulasi yang lambat. Kemampuan sel tersebut untuk bereaksi terhadap antigen dan mitogen diturunkan. keratinosik atropi epidermal. Efek terhadap makrofag tersebut terutama menandai dan membatasi kemampuannya untuk memfagosit dan membunuh mikroorganisme serta menghasilkan tumor nekrosis factora. ditandai dengan ekstravasasi dan infiltrasi leukosit kedalam jaringan yang mengalami inflamasi. glukokortikoid mempengaruhi reaksi inflamasi dengan cara menurunkan sintesis prostaglandin. Peristiwa tersebut diperantarai oleh serangkaian interaksi yang komplek dengan molekul adhesi sel. sehingga menyebabkan penurunan jumlah sel pada tempat inflamasi. reepitalisasi lambat. Gambar mekanisme inflamasi Efek katabolik dari kortikosteroid bisa dilihat pada kulit sebagai gambaran dasar dan sepanjang penyembuhan luka. dan imunosupresif. Khasiat glukokortikoid adalah sebagai anti radang setempat. striae. tanpa memperhatikan penyebabnya. glukokortikoid masuk ke dalam inti selsel lesi.leukotrien dan plateletaktivating factor. Sesudah pemberian dosis tunggal glukokortikoid dengan masa kerja pendek. sedangkan limfosit. Hidrokortison efektif secara topikal mulai konsentrasi . hidrokortison diabsorpsi . seperti psoriasis eritodermik.. sehingga enzimenzim yang dapat merusak jaringan tidak dikeluarkan. Penetrasi perkutan lebih baik apabila yang dipakai adalah vehikulum yang bersifat tertutup. kali yang melalui daerah telapak kaki.. Kortikosteroid hanya sedikit diabsorpsi setelah pemberian pada kulit normal. tampaknya sedikit sawar untuk penetrasi. Efektivitas kortisteroid bisa akibat dari sifat immunosupresifnya. kali melalui vulva. gel. . Potensi kortikosteroid ditentukan berdasarkan kemampuan menyebabkan vasokontriksi pada kulit hewan percobaan dan pada manusia. Penetrasi ditingkatkan beberapa kali pada daerah kulit yang terinfeksi dermatitis atopik . . sedangkan di kulit tidak menjadi proses itu. misalnya. Glukokotikoid juga dapat mengadakan stabilisasi membran lisosom. KLASIFIKASI .. Efektifitas kortikosteroid topikal bergantung pada jenis kortikosteroid dan penetrasi. dan pada penyakit eksfoliatif berat. lotion. salep. . Mekanisme sebenarnya dari efek antiinflamasi sangat kompleks dan kurang dimengerti. kali yang melalui tengkorak kepala. Jelas ada hubungan dengan struktur kimiawi. Di antara jenis kemasan yang tersedia yaitu krem. tidak berkhasiat secara topikal. Sejak tahun . Mekanisme yang terlibat dalam efek ini kurang diketahui. Beberapa studi menunjukkan bahwa kortikosteroid bisa menyebabkan pengurangan sel mast pada kulit.menghambat mitosis antiproliferatif. Mekanisme lain yang turut memberikan efek antiinflamasi kortikosteroid adalah menghibisi proses fagositosis dan menstabilisasi membran lisosom dari selsel fagosit. molekul hidrokortison banyak mengalami perubahan. bergantung pada jenis dan stadium proses radang. . Kortison. karena kortison di dalam tubuh mengalami transformasi menjadi dihidrokortison. kali yang melalui daerah telapak tangan. Dipercayai bahwa kortikosteroid menggunakan efek antiinflamasinya dengan menginhibisi pembentukan prostaglandin dan derivat lain pada jalur asam arakidonik. fatty ointment paling baik penetrasinya. kali yang melalui dahi. dan kali melalui kulit scrotum. Pada umumnya molekul hidrokortison yang mengandung fluor digolongkan kortikosteroid poten. misalnya. Dibandingkan absorpsi di daerah lengan bawah. kirakira dari dosis larutan hidrokortison yang diberikan pada lengan bawah ventral diabsorpsi. Glukokortikoid topikal adalah obat yang paling banyak dan tersering dipakai. Hal ini bisa menjelaskan penggunaan kortikosteroid topikal pada terapi urtikaria pigmentosa.. betametason. . . umumnya potensi sediaan alamiah maupun yang sintetik ditentukan oleh besarnya efek retensi natrium dan penyimpanan glikogen di hepar atau besarnya khasiat antiinflamasinya. Pada tabel ini obat disusun menurut kekuatan potensi dari yang paling lemah sampai yang paling kuat.. . potensi glukokortikoid. dan deksametason tidak mempunyai efek mineralokortikoid. betametason.. S S I I I I L L L S I . S kerja singkat t/ biologik jam I intermediate. Sediaan kortikosteroid sistemik dapat dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan masa kerjanya. Tabel perbandingan potensi relatif dan dosis ekuivalen beberapa sediaan kortikosteroid Potensi Kortikosteroid Glukokortikoid Kortisol hidrokortison Kortison metilprednisolon Prednisone Prednisolon Triamsinolon Parametason Betametason Deksametason Mineralokortikoid Aldosteron Fluorokortison Desoksikortikosteron asetat Keterangan hanya berlaku untuk pemberian oral atau IV.. . parametason. .Meskipun kortikosteroid mempunyai berbagai macam aktivitas biologik. . Sedangkan kortison dan Mineralkortikoid Glukokortikoid . kerja sedang t/ biologik jam L kerja lama t/ biologik jam Pada tabel diatas terlihat bahwa triamsinolon. . . dan deksametason mempunyai potensi paling kuat dengan waktu paruh jam. Parametason. . dosis ekuivalen dan potensi mineralokortikoid. Hampir semua golongan kortikosteroid mempunyai efek glukokortikoid. Lama kerja Dosis ekuivalen mg . . diflorasone diacetate .hidrokortison mempunyai waktu paruh paling singkat yaitu kurang dari jam. dan biasanya vasokontriksi ini digunakan sebagai suatu tanda untuk mengetahui aktivitas klinik dari suatu agen. amcinonide . halobetasol propionate . fluocinonide . Klasifikasi Nama Dagang Golongan super poten Diprolene ointment Diprolene AF cream Psorcon ointment Temovate ointment Temovate cream Olux foam Ultravate ointment Ultravate cream Golongan II potensi tinggi Cyclocort ointment Diprosone ointment Elocon ointment Florone ointment Halog ointment Halog cream Halog solution Lidex ointment Lidex cream Lidex gel Lidex solution Maxiflor ointment Maxivate ointment Maxivate cream Topicort ointment Topicort cream Topicort gel Aristocort A ointment Nama Generik . triamcinolone acetonide Golongan III potensi . desoximetasone . halcinonide . Kemampuan untuk menyebabkan vasokontriksi ini biasanya berhubungan dengan potensi antiinflamasi. betamethasone dipropionate . antiproliferatif.. immunosupresif dan antiinflamasi. clobetasol propionate . Berikut tabel penggolongan kortikosteroid topikal berdasarkan potensi klinis . Efektifitas kortiksteroid berhubungan dengan hal yaitu vasokonstriksi.. Steroid topikal menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah di bagian superfisial dermis. diflorasone diacetate . Sebaliknya golongan VII yang terlemah potensi lemah. diantaranya Golongan I yang paling kuat daya antiinflamasi dan antimitotiknya super poten. Kombinasi ini digunakan untuk membagi kortikosteroid topikal mejadi golongan besar. desoximetasone . yang akan mengurangi eritema. diflorasone diacetate . betamethason dipropionate . mometasone fuorate . Harus diingat semakin kuat potensinya semakin besar efek samping yang terjadi. betamethasone dipropionate . triamcinolone acetonide . flurandrenolide . fluocinolone acetonide . diflorosone diacetate .tinggi Cultivate ointment Cyclocort cream Cyclocort lotion Diprosone cream Flurone cream Lidex E cream Maxiflor cream Maxivate lotion Topicort LP cream Valisone ointment Aristocort ointment Cordran ointment Elocon cream Elocon lotion Kenalog ointment Kenalog cream Synalar ointment Westcort ointment Cordran cream Cutivate cream Dermatop cream Diprosone lotion Kenalog lotion Locoid ointment Locoid cream Synalar cream Tridesilon ointment Valisone cream Westcort cream Aclovate ointment Aclovate cream Aristocort cream Desowen cream Kenalog cream Kenalog lotion Locoid solution Synalar cream Synalar solution Tridesilon cream Valisone lotion Obat topical dengan hidrokortison. betamethasone dipropionate . hydrocortisone butyrate . hydrocortisone valerate . . betamethasone dipropionate . fluocinolone acetonide . prednicarbate . fluocinolone acetonide . hydrocortisone valerate . triamcinolone acetonide . flurandrenolide . betamethasone valerate Golongan IV potensi medium Golongan V potensi medium Golongan VI potensi medium Golongan VII potensi lemah . desonide . mometasone furoate . fluocinonide . triamcinolone acetonide . aclometasone . betamethasone dipropionate . fluticasone propionate . amcinonide . betamethasone valerate . fluticasone propionate . desonide . triamcinolone acetonide . diflorosone diacetate . triamcinolone acetonide . betamethasone valerate . desonide . desoximetasone . hydrocortisone butyrate . liken planus. Biasanya pada kelainan akut dipakai kortikosteroid dengan potensi lemah contohnya pada anakanak dan usia lanjut. dermatitis dishidrotik. dermatitis seboroik dan dermatitis intertriginosa.dekametason.. Bila ada gangguan hepar digunakan prednisolon karena prednison dimetabolisme di hepar menjadi prednisolon. Yang harus diperhatikan adalah kadar kandungan steroidnya. Kortikosteroid yang memberi banyak efek mineralkortikoid jangan dipakai pada pemberian long term lebih daripada sebulan. misalnya toksik epidermal nekrolisis dan sindrom StevensJhonson harus diberikan kortikosteroid dengan dosis tinggi biasa secara intravena.. PEGGUNAAN KLINIK Kortikosteroid topikal dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit. granuloma anulare. eksantema fikstum. Sedangkan pada bayi memiliki risiko efek samping yang tinggi karena kulit bayi masih belum . vitiligo. Pengobatan kortikosteroid pada bayi dan anak harus dilakukan dengan lebih hatihati. Pada penyakit berat dan sukar menelan. Jika masa kritis telah diatasi dan penderita telah dapat menelan diganti dengan tablet prednison. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid topikal bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal. sarkoidosis. Penggunaan pada anakanak memiliki efektifitas yang tinggi dan sedikit efek samping terhadap pemberian kortikosteroid topikal dengan potensi lemah dan dalam jangka waktu yang singkat. sedangkan pada kelainan subakut digunakan kortikosteroid sedang contonya pada dermatitis kontak alergik. kortikosteroid dipakai dengan harapan agar remisi lebih cepat terjadi. Pada pemberian kortikosteroid sistemik yang paling banyak digunakan adalah prednison karena telah lama digunakan dan harganya murah. Pada dermatitis atopik yang penyebabnya belum diketahui. Erupsi eksematosa biasanya diatasi dengan salep hidrokortison .. nekrobiosis lipiodika diabetikorum. Pada penyakit kulit akut dan berat serta pada eksaserbasi penyakit kulit kronik. dermatitis atopik. psoriasis di telapak tangan dan kaki. prednisolone.. dan dermatitis numular. Dermatosis yang kurang responsif terhadap kortikosteroid ialah lupus eritematousus diskoid. dan metilprednisolone . kortikosteroid diberikan secara sistemik.. glumetalone. Jika kelainan kronis dan tebal dipakai kortikosteroid potensi kuat contohnya pada psoriasis. pemfigoid. Sedangkan untuk topikal biasa digunakan hidrokortison dan betametason. Kortikosteroid sistemik yang biasa digunakan pada saat kehamilan adalah prednison dan kortison. Analisis yang baru saja dilakukan memperlihatkan hubungan yang kecil tetapi penting antara kehamilan terutama trisemester pertama dengan bimbing sumbing. Kortikosteroid topikal harus digunakan secara tidak sering. Kortikosteroid topikal tidak seharusnya dipakai sewaktu hamil kecuali dinyatakan perlu atau sesuai oleh dokter untuk wanita yang hamil. Percobaan pada hewan menunjukkan penggunaan kortikosteroid pada kulit hewan hamil akan menyebabkan abnormalitas pada pertumbuhan fetus. pada geriatric juga telah mengalami kulit yang atropi sekunder karena proses penuaan. kulit bayi lebih tipis.. penggunaan kortikosteroid topikal harus dihindari dan diperhatikan.sempurna dan fungsinya belum berkembang seutuhnya. tetapi sebaiknya tidak digunakan pada wanita sedang menyusui. Selain itu. Ratarata dosis yang dapat menyebabkan gangguan mental adalah mg/hari.. Kemungkinannya dapat terjadi cleft lip atau cleft palate saat penggunaan steroid selama kehamilan. Percobaan pada hewan tidak ada kaitan dengan efek pada manusia. ikatan selsel epidermisnya masih longgar. Pada geriatri memiliki kulit yang tipis sehingga penetrasi steroid topikal meningkat. DOSIS DAN MEKANISME PEMBERIAN . jangka waktu lama dan steroid potensi tinggi. . sedangkan dosis dibawah mg/hari tidak bersifat buruk pada mental penggunanya. Kortikosteroid dapat menyebabkan gangguan mental bagi penggunanya. Begitu juga pada waktu menyusui. sering digunakan steroid untuk mempercepat kematangan paruparu janin standar pelayanan. waktu singkat dan dengan pengawasan yang ketat. Bagi pengguna yang sebelumnya memiliki gangguan jiwa dan sedang menggunakan pengobatan kortikosteroid sekitar dapat menginduksi timbulnya gangguan mental sedangkan tidak. Pada kasus kelahiran prematur. lebih cepat menyerap obat sehingga kemungkinan efek toksis lebih cepat terjadi serta sistem imun belum berfungsi secara sempurna Pada bayi prematur lebih berisiko karena kulitnya lebih tipis dan angka penetrasi obat topikal sangat tinggi.. Secara umum. tetapi mungkin ada sedikit resiko apabila steroid yang mencukupi di absorbsi di kulit memasuki aliran darah wanita hamil terutama pada penggunaan dalam jumlah yang besar.. Belum diketahui dengan pasti apakah steroid topikal diekskresi melalui ASI. . tetapi dapat pula lanolin atau minyak. Salep ointments ialah bahan berlemak atau seperti lemak. Krim memiliki komposisi yang bervariasi dan biasanya lebih berminyak dibandingkan ointments tetapi berbeda pada daya hidrasi terhadap kulit. dalam/dangkalnya lesi dan lokalisasi lesi. Lotion terdiri dari agents yang membantu melarutkan kortikosteroid dan lebih mudah menyebar ke kulit. Bahan dasar biasanya vaselin. efek samping sedikit dan harga murah. alkohol dan propylene glycol. Lama pemakaian kortikosteroid topikal sebaiknya tidak lebih dari minggu untuk steroid potensi lemah dan tidak lebih dari minggu untuk potensi kuat. Takifilaksis ialah menurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid karena pemberian obat yang berulangulang berupa toleransi akut yang berarti efek vasokonstriksinya akan menghilang.. Ada beberapa cara pemakaian dari kortikosteroid topikal. Steroid topikal terdiri dari berbagai macam vehikulum dan bentuk dosis. Meskipun itu. kondisi penyakit yaitu stadium penyakit. Jenis ini merupakan yang terbaik untuk pengobatan kulit yang kering karena banyak mengandung pelembab. setelah diistirahatkan beberapa hari efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.Pada saat memilih kortikosteroid topikal dipilih yang sesuai. Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi dan anak. Perlu juga dipertimbangkan umur penderita. lotion mirip dengan krim. dan gel memiliki daya penyerapan yang lebih rendah dibandingkan ointment tetapi berguna pada pengobatan area rambut contoh pada daerah scalp dimana lebih berminyak dan secara kosmerik lebih tidak nyaman pada pasien. Lotion bedak kocok tediri atas campuran air dan bedak.. Gel komponen solid pada suhu kamar tetapi mencair pada saat kontak dengan kulit. yang biasanya ditambah dengan gliserin sebagai bahan perekat. Selain itu juga baik untuk pengobatan pada kulit yang tebal contoh telapak tangan dan kaki. jenis vehikulum. Solution tidak mengandung minyak tetapi kandungannya terdiri dari air. Pada umumnya dianjurkan pemakaian salep x/hari sampai penyakit tersebut sembuh. Salep mampu melembabkan stratum korneum sehingga meningkatkan penyerapan dan potensi obat.. yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti mentega. luas/tidaknya lesi. yakni . solution. Banyak pasien lebih mudah menemukan krim untuk kulit dan secara kosmetik lebih baik dibandingkan ointments. aman. . disamping itu ada beberapa faktor yang perlu di pertimbangkan yaitu jenis penyakit kulit. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. Lotion. Krim adalah suspensi minyak dalam air. krim terdiri dari emulsi dan bahan pengawet yang mempermudah terjadi reaksi alergi pada beberapa pasien. Bila lesi sudah membaik. Jangan menyangka bahwa kortikosteroid topikal adalah obat mujarab panacea untuk semua dermatosis. sebaiknya jangan lebih lama dari minggu. pilihlah salah satu dari golongan sedang dan bila perlu diteruskan dengan hidrokortison asetat . Pada sindrom putus obat terdapat keluhan lemah. Pemilihan preparat yang digunakan tergantung dengan keparahan penyakit. Apabila diagnosis suatu dermatosis tidak jelas. Sedangkan pada malam hari kortikosteroid level yang rendah dan dengan sekresi ACTH yang normal sehingga dosis rendah dari prednison . Jika terjadi supresi korteks kelenjar adrenal. Initial dose yang dugunakan untu mengontrol penyakit ratarata dari . tidak terjadi supresi korteks kelenjar adrenal dan sindrom putus obat. kortikosteroid yang diberikan adalah kortikosteroid dengan masa kerja yang panjang. kortikosteroid diberhentikan tanpa tapering off. lelah.. Penggunaan glukokortikoid jangka panjang yaitu lebih dari sampai minggu perlu dilakukan penurunan dosis secara perlahanlahan untuk mencari dosis pemeliharaan dan menghindari terjadi supresi adrenal. Kortikosteroid secara sistemik dapat diberikan secara intralesi. sampai mg pada malam hari sebelum tidur dapat digunakan untuk memaksimalkan supresi adrenal pada kasus akne maupun hirsustisme. anoreksia dan demam ringan yang jaranng melebihi C. Cara penurunan yang baik dengan menukar dari dosis tunggal menjadi dosis selang sehari diikuti dengan penurunan jumlah dosis obat. . mg hingga beberapa ratus mg setiap hari. intramuskular. penderita tidak dapat melawan stress. Supresi terjadi kalau dosis prednison meebihi mg per hari dan kalau lebih dari sebulan. Pada suatu penyakit dimana kortikosteroid digunakan karena efek samping seperti pada alopesia areata. pagi dan terjadi umpan balik yang maksimal dari seekresi ACTH. Dosis yang paling kecil dengan masa kerja yang pendek dapat diberikan setiap pagi untuk meminimal efek samping karena kortisol mencapai puncaknya sekitar jam . intravena. oral. Pemakaian kortikosteroid poten orang dewasa hanya gram per minggu. bila telah mengalami perbaikan dosisnya diturunkan berangsurangsur agar penyakitnya tidak mengalami eksaaserbasi. Untuk . Jika digunakan kurang dari minggu. Tinea dan scabies incognito adalah tinea dan scabies dengan gambaran klinik tidak khas disebabkan pemakaian kortikosteroid. Kortikosteroid biasanya digunakan setiap hari atau selang sehari. Pada pengobatan berbagai dermatosis dengan kortikosteroid. jangan pakai kortikosteroid poten karena hal ini dapat mengaburkan ruam khas suatu dermatosis. Keburukan pemberian dosis selang sehari ialah pada hari bebas obat penyakit dapat kambuh. selanjutnya pada hari yang seharusnya bebas obat tidak diberikan kortikosteroid lagi. Tekanan darah dan berat badan harus tetap di ukur. Jika setelah beberapa hari belum tampak perbaikan. Bila dosis telah mencapi . dosis ditingkatkan sampai ada perbaikan. Jika dilakukan pengobatan jangka lama perlu .mencegah terjadinya supresi korteks kelenjar adrenal kortikosteroid dapat diberikan selang sehari sebagai dosis tunggal pada pagi hari jam. Dosis untuk anak disesuaikan dengan berat badan / umur. . hipertensi. Seterusnya dapat diberikan selang sehari. Kemudian perlahanlahan dosisnya diturunkan. karena kadar kortisol tertinggi dalam darah pada pagi hari. pada hari yang seharusnya bebas obat masih diberikan kortikosteroid dengan dosis yang lebih rendah daripada dosis pada hari pemberian obat. Untuk mencegahnya. glaukoma dan penyakit yang terpengaruh dengan pengobatan steroid. hiperlipidemia. mg prednison. MONITOR Dasar evaluasi yang digunakan sebelum dilakukan pengobatan kortikosteroid untuk mengurangi potensi terjadinya efek samping adalah riwayat personal dan keluarga dengan perhatian khusus kepada penderita yang memiliki predisposisi diabetes. tidak bersifat mutlak karena bergantung pada respons penderita. Nama penyakit Dermatitis Erupsi alergi obat ringan SJS berat dan NET Eritrodermia Reaksi lepra DLE Pemfigoid bulosa Pemfigus vulgaris Pemfigus foliaseus Pemfigus eritematosa Psoriasis pustulosa Reaksi JarishHerxheimer Macam kortikosteroid dan dosisnya sehari Prednison x mg atau xmg Prednison x mg atau x mg Deksametason x mg Prednison x mg atau x mg Prednison x mg Prednison x mg Prednison mg Prednison mg Prednison x mg Prednison x mg Prednison x mg Prednison mg Dosis yang tertulis ialah dosis patokan untuk orang dewasa menurut pengalaman. Alasannya ialah bila diturunkan berarti hanya mg dan dosis ini merupakan dosis fisiologik. Berikut berbagai penyakit yang dapat diobati dengan kortikosteroid beserta dosisnya. test PPD. . kadar gula darah puasa. pemeriksaan lanjut pada mata karena ditakutkan terjadinya katarak dan glaukoma. pengukuran densitas tulang spinal dengan menggunakan computed tomography CT. maka dalam penggunaannya dibatasi. Saluran cerna Macam efek samping Hipersekresi asam lambung. polidipsi. kolesterol. mudah tersinggung. .dilakukan pemeriksaan mata. Tempat . paranoid. psikosis. lipid. Manfaat dari preparat ini cukup besar tetapi karena efek samping yang tidak diharapkan cukup banyak. . nyeri abdomen. kolitis ulseratif. . hiperkinesis. atau dualenergy x ray absorptiometry DEXA. Otot Hipotrofi. Berikut halhal yang perlu di monitor selama penggunaan glukokortikoid jangka panjang No. Selain itu. . Berikut efek samping kortikosteroid sistemik secara umum. mengubah proteksi gaster. EFEK SAMPING Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi klinis yang sangat luas. Tulang makan bertambah. Efek samping Hipertensi Berat badan meningkat Reaktivasi infeksi Abnormalitas metabolik Osteoporosis Mata Katarak Glaukoma Ulkus peptik Supresi kelenjar adrenal Monitor Tekanan darah Berat badan PPD. demam. miopati panggul/bahu. insomnia. Berat badan dan tekanan darah tetap selalu di monitor. .u penderita diabetes dan hiperlipidemia Densitas tulang Pemeriksaan slit lamp setiap sampai bulan Tekanan intraokular saat bulan pertama dan ke enam Pertimbangkan pengunaan antagonis H atau proton pump inhibitor Dosis tunggal di pagi hari. gelisah. hari setelah pemakaian prednison Elektrolit. . kecendrungan bunuh diri. . periksa serum kortisol pada jam pagi sebelum tapering off. . nafsu . pankreatitis. Susunan saraf pusat Perubahan kepribadian euforia. Sedangkan selama penggunan kortikosteroid tetap perlu dilakukan evaluasi diantaranya menanyakan kepada pasien terjadinya poliuri. ulkus peptikum/perforasi. Penggunaan glukokortikoid dosis besar mempunyai kemungkinan terjadinya efek yang serius terhadap afek bahkan psikosis. . ileitis regional. fibrosis. . glukosa t. dan trigliserida tetap diukur dengan regular. Elektrolit serum. gangguan tidur dan efek psikologi. Pemeriksaan tinja perlu dilakukan pada kasus darah yang menggumpal. . dualphoton absorptiometry. tetani. reaktivasi Tb dan herpes simplek. Namun masalah yang mungkin timbul berikut Gangguan tidur Meningkatkan nafsu makan Meningkatkan berat badan Efek psikologis. strie atrofise. kejiwaan.gula meninggi. hipotropi. Efek Samping Dari Penggunaan Singkat Steroids Sistemik Jika sistemik steroids telah ditetapkan untuk satu bulan atau kurang. obesitas sentral. Elektrolit Retensi Na/air. perlemakan hati. striae atrofise. Selain itu juga gangguan menstruasi. purpura. hiperhidrosis. penebalan lemak supraklavikula. Efek samping lain adalah sindrom Cushing yang terdiri atas muka bulan. Efek Samping Penggunaan Steroid dalam Jangka Waktu yang Lama . Darah Glaukoma dan katarak subkapsular posterior . eritrosit. . ulkus peptik. termasuk peningkatan atau penurunan energi Jarang tetapi lebih mencemaskan dari efek samping penggunaan singkat dari kortikosteroids termasuk mania. dermatosis akneformis dan hirsustisme. nyeri kepala. . keganasan dapat timbul. impotensi. . Sistem immunitas kor Menurun. dermatosis akneiformis. KH dan Kehilangan protein efek katabolik. leukosit dan limfosit . buffalo hump. Pembuluh darah Kenaikan Hb. Kulit Efek samping pada tulang terjadi umumnya pada manula dan wanita saat menopause. hepatomegali dan keadaan aterosklerosis dipercepat. diabetes dan nekrosis aseptik yang pinggul. Kelenjar adrenal Kenaikan tekanan darah bagian kortek Atrofi. paralisis. kompresi vertebra.fraktur. hiperlipidemia. fraktur tulang panjang. purpura. efek samping yang serius jarang. rentan terhadap infeksi. tidak bisa melawan stres . flushing. buffalo hump. kehilangan kalium astenia. Pada anak memperlambat pertumbuhan. . Mata telangiektasis. vertigo. lemak obesitas. Metabolisme protein. aritmia . psedudotumor serebri.Osteoporosis. jantung. Hirsutisme. skoliosis. Selama dan setelah pengobatan steroid. terutama di bahu dan otot paha. Redistribusi lemak tubuh wajah bulan. Penurunan pertumbuhan pada anakanak. . dan pasien dengan diabetes atau masalah paruparu. orang tua. Osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang belakang. sakit kepala. menaikkan tekanan darah. Kenaikan lemak darah trigliserida. Hal ini diperkirakan hingga dari pasien dengan kortikosteroid oral akan mengalami patah tulang. termasuk kelelahan. kegembiraan. Ulkus peptikum. perubahan mood. kurangnya respon terhadap steroid terhadap stres seperti infeksi atau trauma dapat mengakibatkan sakit parah. orangorang yang kurang berat atau yg tak bergerak. yang tidak dapat mengejar ketinggalan jika steroids akan dihentikan tetapi biasanya tidak. delirium atau depresi. perempuan postmenopausal. yang dihasilkan dari kelenjar di bawah otakhypopituitaryadrenal HPA penindasan axis. Osteoporosis terutama perokok. meningkatkan berat badan dan gagal jantung. terutama pada pengobatan yang menggunakan antiinflamasi. nekrosis avascular pada caput tulang paha pemusnahan sendi pinggul. maka kelenjar adrenal memproduksi sendiri sedikit cortisol. Retensi garam kaki bengkak.mg Prednisone per hari. Efek psikologis termasuk insomnia. Kegoyahan dan tremor. peningkatan energi. Otot lemah. Ada juga efek samping dari mengurangi dosis. nyeri otot dan sendi dan depresi. Peningkatan resiko infeksi internal. khususnya glaukoma peningkatan tekanan intraocular dan katarak subcapsular posterior. terutama ketika dosis tinggi diresepkan misalnya tuberkulosis. Jarang. punuk kerbau dan truncal obesity. Untuk sampai dua belas bulan setelah steroids dihentikan. Ini terjadi setelah tahun pertama dalam dari pasien dirawat dengan lebih dari . Meningkatkan diabetes mellitus gula darah tinggi. Sakit kepala dan menaikkan tekanan intrakranial. ribs atau pinggul bersama dengan sedikit trauma. Pengurangan produksi cortisol sendiri. Penyakit mata. Pada penggunan kortikosteroid topikal efek samping dapat terjadi apabila . Inhibisi dari melanosit. telah ditemukan. Efek Epidermal Ini termasuk . . striae atrofise. dermatitis peroral. jumlah leukosit. foto toraks. kecuali mungkin merujuk kepada supresi dari adrenokortikal sistemik. Komplikasi ini muncul pada keadaan oklusi steroid atau injeksi steroid intrakutan. Secara umum efek samping dari kortikosteroid topikal termasuk atrofi. Beberapa penulis membagi efek samping kortikosteroid kepada beberapa tingkat yaitu.Pada pengobatan jangka panjang harus waspada terhdap efek samping. kapan. tetapi belum dibuktikan kemungkinan efek samping yang terpisah dari potensi.. telangiektasis. gula darah seminggu sekali. dan dimana harus digunakan jika menggunakan yang lebih paten.E. L. . Penipisan epidermal yang disertai dengan peningkatan aktivitas kinetik dermal. hitung jenis. Ini menyebabkan terbentuknya striae dan keadaan vaskulator dermal yang lemah akan menyebabkan . hipertrikosis setempat. dermatosis akneformis. dengan pendataran dari konvulsi dermoepidermal. Efek samping yang tidak diinginkan adalah berhubungan dengan sifat potensiasinya. hipopigmentasi. Efek ini bisa dicegah dengan penggunaan tretinoin topikal secara konkomitan. Dengan ini efek samping hanya bisa dielakkan sama ada dengan bergantung pada steroid yang lebih lemah atau mengetahui dengan pasti tentang cara penggunaan. purpura. urin lengkap kadar Na dan K dalam darah. apakah ada tuberkulosis paru bulan sekali.D. Penggunaan kortikosteroid topikal dengan potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan sangat oklusif. Efek Dermal Terjadi penurunan sintesis kolagen dan pengurangan pada substansi dasar. suatu keadaan seperti vitiligo. suatu penurunan ketebalan ratarata lapisan keratosit. Penggunaan kortikosteroid topikal yang lama dan berlebihan. hendaknya diperiksa tekanan darah dan berat badan seminggu sekali terutama pada usia diatas tahun dan pemeriksaan laboratorium Hb. . glaucoma. . Pendarahan intradermal yang terjadi akan menyebar dengan cepat untuk menghasilkan suatu blot hemorrhage. . inflamasi lanjut. kortikosteroid tidak boleh diberikan pada keadaan infeksi jamur yang sistemik. yaitu Diet tinggi protein dan rendah garam Pemberian KCl x mg sehari untuk orang dewasa. ulkus peptic. riwayat adanya gangguan jiwa. Pada pemberian kortikosteroid dosis tinggi dapat diberikan seminggu sekali Antibiotik perlu diberikan jika dosis prednison melebihi mg sehari Antasida Kontraindikasi pada kortikosteroid terdiri dari kontraindikasi mutlak dan relatif. depresi berat. Pada kontraindikasi absolut. Sedangkan kontraindikasi relatif kortikosteroid dapat diberikan dengan alasan sebagai life saving drugs. yang terlihat seperti usia kulit prematur. hipersensitivitas biasanya kortikotropin dan preparat intravena. jika terjadi defisiensi K Obat anabolik ACTH diberikan minggu sekali. Terjadi efek samping bergantung pada dosis. yang biasanya kami berikan ialah ACTH sintetik yaitu synacthen depot sebanyak mg qoo IU. Kortikosteroid diberikan disertai dengan monitor yang ketat pada keadaan hipertensi. positive purified derivative. Ini nantinya akan terserap dan membentuk jaringan parut stelata. Efek Vaskular Efek ini termasuk . kehamilan. katarak. Vasodilatasi yang terfiksasi. dan kadangkadang pustulasi. herpes simpleks keratitis. Pada pendek beberapa hari/minggu umumnya tidak terjadi efek samping yang gawat. Kortikosteroid pada awalnya menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh darah yang kecil di superfisial. diabetes.mudah ruptur jika terjadi trauma atau terpotong. Fenomena rebound. Vasokontriksi yang lama akan menyebabkan pembuluh darah yang kecil mengalami dilatasi berlebihan. lama pengobatan macam kortikosteroid. Sebaliknya pada pengobatan jangka panjang beberapa bulan/tahun harus diadakan tindakan untuk mencegah terjadi efek tersebut. osteoporosis. gagal jantung. tuberculosis aktif. yang bisa mengakibatkan edema. immunosupresan. Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi spesifik. dan efek antiinflamasi. Kortikosteroid terbagi kepada dua golongan utama yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. dan harus dievaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit. Dari pengalaman klinis dapat diajukan minimal prinsip terapi yang perlu diperhatikan sebelum obat kortikosteroid digunakan Untuk tiap penyakit pada tiap pasien. Kortikosteroid adalah derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. dan vaskular. potensi tinggi. Kecuali untuk insufisiensi adrenal.. dermal. Efek samping dapat terjadi apabila penggunaan kortikosteroid topikal yang lama dan berlebihan serta pada potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan sangat oklusif. Efek klinis dari kortikosteroid topikal berhubungan dengan empat hal yaitu vasokontriksi. mempunyai resiko insufisiensi adrenal yang hebat dan dapat mengancam jiwa pasien.. Bila pengobatan diperpanjang sampai minggu atau lebih hingga dosis melebihi dosis substitusi. insidens efek samping dan efek letal potensial akan bertambah.. Berdasarkan potensi klinisnya dibedakan ke dalam beberapa golongan yaitu super poten. dan potensi lemah. efek antiproliferasi.. penggunaan kortikosteroid bukan merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi hanya bersifat paliatif karena efek antiinflamasinya.. Efek katabolik dari kortikosteroid bisa dilihat pada kulit sebagai gambaran dasar dan sepanjang penyembuhan luka serta mengurangi akses dari sejumlah limfosit ke daerah inflamasi yaitu di daerah yang menghasilkan vasokontriksi. Efek samping lokal yang terjadi .. tidak membahayakan kecuali dengan dosis sangat besar. Dapat dibagi beberapa tingkat yaitu efek epidermal.BAB III RINGKASAN kortikosteroid merupakan pengobatan yang paling sering diberikan kepada pasien.. Penghentian pengobatan tibatiba pada terapi jangka panjang dengan dosis besar. dosis efektif harus ditetapkan dengan trial and error. Suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak berbahaya. potensi medium. Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein yang mana terjadi induksi sintesis protein yang merupakan perantara efek fisiologis steroid. hipopigmentasi. striae atrofise.. . dermatosis acneformis. hipertrikosis setempat. dan dermatitis perioral.meliputi atrofi. telangiektasis. purpura.