perjanjian internasional dan permaslahan lingkungan global

advertisement
PERJANJIAN INTERNASIONAL
DAN PERMASALAHAN
LINGKUNGAN GLOBAL
EKONOMI LINGKUNGAN
PERTEMUAN 14
PERJANJIAN INTERNASIONAL TENTANG
LINGKUNGAN
Beberapa negara dunia telah menandatangai persetujuan
internasional untuk mengurangi emisi zat kimia penyebab
penipisan lapisan ozon.
Kebijakan lingkungan internasional  kebijakan suatu negara
 tidak terdapat lembaga pengawasan yang efektif.
Kebijakan lingkungan saat ini terdiri dari perjanjian-perjanjian
diantara beberapa negara  ”tiap negara sepakat untuk
mengurangi emisi atau melakukan tahapan menjaga
lingkungan”
PERSETUJUAN INTERNASIONAL
Persetujuan Lingkungan dipengaruhi
oleh interaksi politik beberapa
faktor ekonomi yang mempengaruhi
manfaat dan biaya yang dirasakan
partisipan.
beberapa perjanjian internasional
berhubungan
dengan
aspek
lingkungan yang telah disepakati
dan dilaksanakan: nuklir, sungai,
udara, floran dan fauna, lautan, dll.
PERSETUJUAN INTERNASIONAL (2)
Tabel 1. Perjanjian Internasional Mengenai Polusi Lautan
Nama Perjanjian
Tahun
Pelaksanaan
Jumlah
Peserta
International Convention for the Prevention of Pollution
of the Sea by Oil (as amended 11/4/62 and 10/21/69)
1954
1958
71
Agreement for Cooperation in Dealing with Pollution of
the North Sea by Oil
1969
1969
8
International Convention on Civil Liability for Oil
Pollution Damage (as amended)
1969
1975
63
International Convention Relating to Intervention on
the High Sea s in Cases of Oil Pollution Causalities
1969
1975
54
Convention on the Prevention of Marine Pollution from
Land Based Sources
1974
1978
13
Convention for the Protection of the Mediterranean
Sea Against Pollution
1976
1978
18
PERSETUJUAN INTERNASIONAL (3)
Tabel 2. Perjanjian Internasional Mengenai Polusi Udara
Nama Perjanjian
Tahun
Pelaksanaan
Jumlah
Peserta
Convention on Long-Range Transboundary Air Pollution
1979
1983
30
Protocol to the 1979 Convention on Long-Range Transboundary
Air Pollution on Long-Term Financing of hr Co-operative
Programme for Monitoring and Evaluation of the Long Term
Transmission of Air Pollutants in Europe (EMEP)
1984
1988
27
Protocol to the 1979 Convention on Long Range Transboundary
Air Pollution on the Reduction of Sulphur Emissions or Their
Transboundary Fluxes by at Least 30 percent
1985
1987
16
Protocol on the 1979 Convention on Long Range Transboundary
Air Pollution Concerning the Control of Emissions of Nitrogen
Oxides or their Transboundary Fluxes
1988
-
24
Vienna Convention for the Protection of the Ozone Layer
1985
1988
36
Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer
1987
1989
43
PERSETUJUAN INTERNASIONAL (4)
Tabel 3. Perjanjian Internasional Mengenai Polusi Sungai
Nama Perjanjian
Tahun
Pelaksanaan
Jumlah
Peserta
Protocol Concerning the Constitution of an International
Commission for the Protection of the Moselle Against
Pollution
1961
1962
3
Agreement Concerning the International Commission for
the Protection of the Rhine Against Pollution
1963
1965
6
Convention on the Protection of the Rhine Against
Chemical Pollution
1976
1979
6
Convention Creating the Niger Basin Authority and
Protocol Relating to the Development Fund of the Niger
Basin
1980
1982
8
PERSETUJUAN INTERNASIONAL (5)
Tabel 4. Perjanjian Internasional Mengenai Flora dan fauna
Nama Perjanjian
Tahun
Pelaksanaan
Jumlah
Peserta
European Treaty on the Conservation of Birds Useful to Agriculture
1902
1902
11
International Convention for the Regulation of Whaling (as amended)
1946
1948
43
International Convention for the Protection of Birds
1950
1963
10
International Plant Protection Convention
1951
1952
92
International Convention for the Protection of New Varieties of Plants
(as amended)
1961
1968
17
Convention on the African Migratory Locust
1962
1963
16
European Convention on the Conservation of Nature and Natural
Resources
1968
1969
29
Convention on International Trade in Endangered Species of Wils
Fauna and Flora
1973
1975
96
Agreement on Conservation of Polar Bears
1973
1976
5
PERSETUJUAN INTERNASIONAL (6)
Tabel 5. Perjanjian Internasional Mengenai Polusi Sungai
Nama Perjanjian
Tahun
Pelaksanaan
Jumlah
Peserta
Convention on Third Party Liability in the Field of Nuclear
Energy (as amended)
1960
1968
14
Vienna Convention of Civil Liability for Nuclear Damage
1963
1977
10
Treaty Banning Nuclear Weapon Tests in
Athmosphere, in Outer Space and Under Water
The
1963
1963
117
Treaty on the Prohibition of the Emplacement of Nuclear
Weapons of Mass Destruction on the Sea-Bed and the
Ocean Floor and in the Subsoil Thereof
1971
1972
79
Convention on Early Notification of a Nuclear Accident
1986
1986
31
PERSETUJUAN BILATERAL
Persetujuan bilateral  persetujuan diantara 2
negara yang terlibat dalam suatu dampak
pencemaran lingkungan.
Misalkan terdapat 2 negara, A dan B. Negara B
berada di downwind negara A  emisi SO2 negara A
berkontribusi terhadap hujan asam di kedua negara.
Di negara B  emisi SO2 hanya berkontribusi pada
hujan asam di negara tersebut (karena pola angin),
sehingga tidak ada timbal balik emisi SO2 dari B yang
mempengaruhi A.
PERSETUJUAN BILATERAL (2)
$
MAC
MDT
MDA
c
d
a
b
0
f
g
e2 e1
Emisi Negara A
Negosiasi antara polluters
dan penerima kerusakan
dapat menghasilkan tingkat
emisi yang efisien, property
right jelas sehingga biaya
transaksi minimum.
PERSETUJUAN BILATERAL (3)
Negosiasi di antara otoritas politik 2 negara memerlukan
diplomasi.
pengurangan emisi A (e1 ke e2)  net benefit negatif pada
negara tersebut berupa penambahan biaya (d+f), pengurangan
kerusakan hanya sebesar f.
PERSETUJUAN BILATERAL (5)
Berdasarkan hukum internasional, kasus di atas ditutupi oleh
“Polluters Pays Principle” (PPP).
Kasus The Trail Smelter tahun 1935 sumber penting prinsip ini.
Trail Smelter  pembersih logam di British Columbia 
Buangan SO2nya merusak pertanian hingga luar batas USA.
Pengadilan menemukan bahwa petani berada pada hukum
internasional  Tidak ada negara yang berhak / mengizinkan
penggunaan batas wilayah dengan cara yang menyebabkan
kerusakan.
Deklarasi diluncurkan tahun 1972 pada Konfrensi Lingkungan
Hidup PBB  mengakomodir seluruh tipe transboundary
pollution.
PERSETUJUAN BILATERAL (6)
Persetujuan internasional dilangsungkan secara sukarela 
tiap negara tidak akan menandatangai persetujuan yang akan
membuat kondisi mereka lebih buruk. Mereka berupaya
menghindar sebagai ‘victim pays principle” (VPP).
Contoh kasus awal (negara A dan B), net loss yang dialami
negara A akibat pengurangan emisi (e1 ke e2) harus
dikompensasi negara B.
Penambahan abatement cost oleh negara A (d+f) 
pengurangan kerusakan sebesar f  biaya ekstra daerah d.
Selama total pengurangan kerusakan di negara B (c+d), maka
dapat digunakan untuk mengkompensasi pengeluaran biaya
ekstra negara A, sehingga yang diterima negara B adalah c.
PERSETUJUAN BILATERAL (7)
Terdapat banyak isu mengenai tawar-menawar internasional.
Tawar-menawar tergantung persepsi tiap negara terhadap MD
dan MAC, serta bagaimana meyakinkan negara lain.
Contoh: negara A dan B, negara A memiliki kepentingan untuk
meyakinkan negara B bahwa tambahan abatement cost akibat
pengurangan emisi sangat tinggi jika dibandingkan manfaat yang
diterima negara A.
Dilain pihak, negara B berkepentingan untuk meyakinkan A
bahwa akan terjadi pengurangan kerusakan secara nyata dari
pengurangan emisi A.
PERSETUJUAN MULTILATERAL
Persetujuan multirateral  persetujuan mengenai dampak
lingkungan dengan banyak negara berkontribusi.
Contoh:
hujan asam dari emisi SO2, polusi dari kawasan
laut yang disebabkan negara-negara yang berada
di sisi sungai, depresi ozon akibat emisi CFC dan
efek rumah kaca akibat emisi CO2.
Pada kasus ini kerusakan yang dialami masingmasing negara berhubungan dengan dengan
total emisi pada saat ini dan masa lampau dari
seluruh negara.
PERSETUJUAN MULTILATERAL (2)
Isu efisiensi dan pemerataan pada persetujuan internasional.
Pertanyaan mendasar “bagaimana menyeimbangkan
keseluruhan manfaat dan biaya”
terdapat kesulitan dalam mengestimasi total manfaat global
secara akurat.
Manfaat didasarkan pada perhitungan dampak fisik perubahan
lingkungan dan sejumlah ide tentang bagaimana dampak ini
didistribusikan di antara negara-negara. Artinya penekanan
difokuskan pada abatement cost dan distribusinya.
PERSETUJUAN MULTILATERAL (3)
Dua isu utama terkait dengan biaya, yaitu :
(1) Metode apa yang dapat diterapkan di sejumlah negara untuk
mempertemukan kondisi yang diperlukan oleh suatu
persetujuan,
(2) Bagaimana membagi keseluruhan biaya di antara negaranegara partisipan.
PERSETUJUAN MULTILATERAL (4)
Contoh:
Manfaat yang diterima dari pengurangan 20% CO2 akan
dirasakan oleh banyak negara  setiap negara akan memiliki
insentif untuk membawa negara lain memberikan total global
abatement cost sejauh mereka bisa
Biaya yang dikeluarkan tiap negara dipengaruhi oleh:
(1) pilihan aturan dimana pengurangan keseluruhan emisi akan
di distribusikan antar negara,
(2) pembayaran dari suatu negara ke negara lain, untuk
membantu kerugian biaya kontrol (transfer payment)
EFEKTIVITAS BIAYA PADA PERSETUJUAN
MULTINASIONAL
Perjanjian antar negara dalam mengurangi emisi yang sama
menghasilkan bias yang kuat.
Protokol Montreal (perjanjian pengurangan CFC), terdapat
perbedaan antara pengurangan emisi di negara berkembang
versus di negara maju.
Dalam aplikasi terdapat perbedaan MAC antar negara 
pengurangan emisi cenderung lebih besar pada negara dengan
kurva MAC lebih landai.
EFEKTIVITAS BIAYA PADA PERSETUJUAN
MULTINASIONAL (2)
Contoh:
$
$
MAC
MAC
a
pajak
b
c
40
60
d
80
Emisi negara A
30
e
50
Emisi negara B
100
PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN
LINGKUNGAN
Isu-isu yang timbul :
PERDAGANGAN BEBAS
dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan & memberikan
peluang bagi setiap negara
untuk memperluas pasar pada
produk yang memiliki
keunggulan komparatif.
Masalah timbul ketika
perdagangan bebas
mempersulit negara dalam
melindungi SDAnya
1
2
• bagaimana peningkatan
perdagangan
mempengaruhi
kerusakan lingkungan?”
• “bagaimana upaya
nasional untuk
mencegah dampak
lingkungan pada
perdagangan
internasional?”
PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN
LINGKUNGAN (2)
$
D
S’
S
I’
I
0
q1
q2
q0
Jumlah barang
HAMBATAN PERDAGANGAN UNTUK MENCAPAI
TUJUAN LINGKUNGAN INTERNASIONAL
Beberapa perjanjian internasional mengenai lingkungan yang
melibatkan perjanjian perdagangan:
MONTREAL PROTOCOL
upaya internasional untuk mengurangi deplesi ozon,
melarang ekspor CFC dari negara penandatangan ke negara
lain di luar protokol, berlaku sebaliknya.
Tujuan: memastikan produksi CFC dan ozone depleting
chemical tidak dengan mudah berpindah ke negara luar
HAMBATAN PERDAGANGAN UNTUK MENCAPAI
TUJUAN LINGKUNGAN INTERNASIONAL (2)
LONDON GUIDELINES ON CHEMICAL
dilaksanakan tahun 1989 (74 negara
menyetujui panduan dalam pertukaran
informasi
pada
perdagangan
internasional bahan kimia).
Panduan ini mensyaratkan sejumlah
negara memberi sanksi atau hambatan
pada sejumlah bahan kimia dan juga
mendorong transfer teknologi.
HAMBATAN PERDAGANGAN UNTUK MENCAPAI
TUJUAN LINGKUNGAN INTERNASIONAL (3)
CONVENTION INTERNATIONAL TRADE ENDANGERED SPECIES
OF WILD FAUNA AND FLORA (CITES)
dimulai thn 1975
negara anggotanya diharapkan dapat menetapkan sistem izin
untuk mengkontrol pergerakan expor impor makhluk hidup,
dan mendesain suatu badan manajemen untuk mengendalikan
sistem izin tersebut serta badan ilmiah untuk mengetahui
sejauhmana perdagangan dapat merugikan keberadaan
spesies.
HAMBATAN PERDAGANGAN UNTUK MENCAPAI
TUJUAN LINGKUNGAN INTERNASIONAL (4)
Dua tipe hambatan perdagangan :
1) kontrol ekspor dan
2) kontrol impor
$
S1
D0
P1
P0
P2
S0
D1
Peningkatan harga tergantung
pada hak kepemilikan. Jika private
property right maka peningkatan
harga menjadi sinyal untuk lebih
peduli terhadap keselamatan dan
kesejahteraan spesies tersebut.
Jika common property right ?
q1 q0
Quantity of trade in an endangered species
PERMASALAHAN LINGKUNGAN GLOBAL
PERMASALAHAN LINGKUNGAN GLOBAL
Saat ini orang di seluruh dunia tengah berupaya untuk
mengendalikan permasalahan lingkungan lokal dan
memperbaiki kondisi lingkungan mereka. Permasalahan
lingkungan global, yaitu:
Ozone
Depletion
Global
Warming
OZONE DEPLETION
1. Permasalahan fisik
Kebanyakan ozon di atmosfer bumi terletak dalam stratosfer
(kawasan membentang pada ketinggian 10-50 km) 
berfungsi dalam menjaga tingkat radiasi bumi dan
menghalangi sejumlah besar radiasi ultraviolet dan
gelombang pendek yang masuk.
akhir 1970 sebuah lubang besar muncul pada lapisan ozon di
atas Antartika.
OZONE DEPLETION(2)
Diketahui kandungan kimiawi atmosfer telah berubah, hal ini
terjadi secara cepat pada skala global. Konsentrasi CO2, CH4,
N2O dan gas mengandung klor di atmosfer diperkirakan
meningkat antara 0.2-0.5% tiap tahunnya. Hilangnya ozon ini
terkait dengan akumulasi klor di dalam stratosfer
Klor bersumber dr bermacam bhn kimia yg dihasilkan di bumi
dan naik hingga mencapai atmosfer.
Substansi yg paling berbahaya adalah halokarbon.
Halokarbon utama disebut chlorofluorocarbons (CFCs).
Penggunaan CFCs menyebar dengan cepat sebagai bahan
pendingin dan bahan dasar aerosol (penyemprot rambut,
deodoran, dan obat pembasmi serangga), bahan industri
pembuatan poliuretan dan karet sintetis berbusa, juga sebagai
bahan pembersih dan pelarut dalam industri.
OZONE DEPLETION (3)
2. Kerusakan Akibat Radiasi Ultraviolet
Beberapa tahun yang lalu muncul anggapan bahwa
pengurangan ozon hanya akan terbatas pada bagian-bagian
kecil stratosfer saja, tapi belakangan menampakkan
pengurangan ozon yang signifikan di atas kawasan-kawasan
besar dunia berpenduduk padat.
Setiap 1% lubang ozon di stratosfer akan menghasilkan 2-3%
peningkatan radiasi ultraviolet di permukaan bumi.
OZONE DEPLETION (4)
Dua sumber utama kerusakan: pada kesehatan manusia dan
kerugian pada hasil pertanian. Kerusakan kesehatan dalam hal
ini adalah meningkatnya kanker-kanker kulit dan penyakit mata.
Setiap 1% peningkatan pada radiasi UV, sel basal & kasus
kanker sel bersisik akan meningkat 1-2 persen, sedangkan
kanker kulit melanoma akan meningkat < 1 persen & katarak  2
persen.
Peningkatan radiasi UV juga dapat menyebabkan peningkatan
biaya produksi makanan karena kerusakan secara fisik yang
terjadi selama proses pertumbuhan. Kerusakan dapat juga
terjadi pada bagian lain dari ekosistem fisik bumi.
OZONE DEPLETION (5)
3. Tanggapan-tanggapan Kebijakan
Awalnya beberapa negara mengambil tindakan sepihak.
1978, Amerika dan beberapa lain (Kanada, Swedia, Norwegia
dan Denmark) melarang penggunaan CFCs dalam penyegar
udara kalengan, tetapi tidak untuk bahan pendingin.
1987, 24 negara menandatangani Protokol Montreal.
Kesepakatan ini mengikat anggotanya untuk mengurangi
penggunaan CFC dan halon hingga 50% dari yang digunakan
tahun 1986. Sedangkan bagi negara dengan penggunaan CFCs
pada tingkat rendah diberi masa tenggang selama 10 tahun.
OZONE DEPLETION (6)
Setelah Persetujuan Montreal disepakati  pengurangan
belum cukup. Karena beberapa negara penghasil CFC dalam
jumlah besar tidak menandatangani persetujuan yang asli.
1990, negara yang terlibat Montreal Protocol setuju menghapus
setahap demi setahap produksi CFC dan sepenuhnya berhenti
tahun 2000, juga menambahkan karbon tetraklorida dan metil
cloroform ke dalam daftar.
1991, Cina akhirnya turut menyetujui protokol ini
OZONE DEPLETION (7)
Dalam banyak hal, Protokol Montreal telah berhasil
memperbaiki keadaan. Melalui kesepakatan itu, sudah dicapai
persetujuan antar negara-negara dunia .
Hal menarik dalam persetujuan CFC adalah kita sebetulnya
dihadapkan pada permasalahan yang tidak banyak menyediakan
jalan keluar. Di berbagai negara terkait, CFC dihasilkan dari
industri/ perusahaan kimia berskala besar.
Permasalahannya, tidak ada koordinasi langsung yang mungkin
untuk dilaksanakan oleh otoritas internasional, baik dalam
protokol atau persetujuan lain. Masing-masing negara oleh
karenanya harus melaksanakan sendiri pengurangan jumlah
produksi CFC.
OZONE DEPLETION (8)
4. Permasalahan Ekonomi di Balik Pengendalian CFC
Masalah mendasar adalah bagaimana cara mengangkat
masalah penghapusan bertahap penggunaan zat kimia ke
berbagai negara dengan kondisi yang berbeda.
Dalam permasalahan ekonomi, fokus utama adalah
pengembangan bahan kimia pengganti yang berfungsi seperti
CFC (bahan pendingin, zat pembersih, dll) tetapi hanya
berdampak sedikit pada penghabisan ozon.
CFC-11, -12 dan -13 memiliki tingkat potensi penghabisan ozon
yang tinggi (Ozone Depletion Potential - ODP).
OZONE DEPLETION (9)
Riset yang ada mengembangkan hydrochlorofluorocarbons
(HCFCS) dan hydrofluorocarbons (HFCS) yang mempunyai umur
hidup di atmosfer lebih pendek dan memiliki tingkat ODP yang
lebih rendah, bahkan nol.
Hal yang utama secara ekonomi dalam penurunan tingkat CFC
adalah biaya pengembangan komponen pengganti, serta biayabiaya perubahan sistem kerja dari bahan kimia lama ke baru.
Di Amerika, pendekatan yang dilakukan telah merujuk kepada
EPAdengan mengalokasikan kuota produksi CFC kepada lima
produsen CFC domestik.
OZONE DEPLETION (10)
Masalah utama mengenai pengaturan batas maksimal produksi
dengan cara ini menjurus kepada peningkatan keuntungan yang
tak terkendali pada pabrik penghasill CFC. Kebijakan ini
memberi kesempatan bagi perusahaan yang saling bersaing
dalam industri yang sama untuk bertindak layaknya pelaku
monopoli.
Gambar 5  model pasar sederhana, menunjukkan kurva
permintaan CFC dengan garis mengarah ke bawah, dengan kurva
biaya marginal datar.
Kondisi kompetitif mengarahkan tingkat produksi q1 dan biaya
setara harga produksi marginal. Jika otoritas publik membatasi
produksi pada q2, harga  p2, di atas biaya produksi nilai
yang setara a akan menjadi potensi pendapatan tambahan
dalam industri akibat adanya pembatasan output CFC.
OZONE DEPLETION (11)
Pendekatan dalam pembatasan CFC adalah mengenakan pajak
produksi CFC. Nilai pajak = (p2-p1) akan memindahkan semua
pajak keuntungan tambahan kepada publik  dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan (penambahan
pendapatan umum/ menggunakannya sebagai biaya konversi
CFC).
Sistemnya dibangun dengan menetapkan sebuah tarif pajak
dasar, lalu menetapkan pajak yang berbeda di berbagai
perusahaan kimia sesuai tingkatan produksi CFC mereka.
Tarif Pajak = Tarif Dasar x Potensi Penghancuran Ozon
PEMANASAN GLOBAL
1. Permasalahan fisik
Pemanasan global dikenal sebagai “greenhouse effect"
Pada kondisi "normal" (sebelum berkembang industri),
diketahui jumlah berbagai gas rumah kaca secara global
dalam kondisi seimbang. Gas ini muncul dari pembusukan
jasad tumbuhan dan binatang yang diserap oleh hutan-hutan
dan samudra.
PEMANASAN GLOBAL (2)
Adanya revolusi industri peningkatan yang sangat cepat dalam
pengambilan energi dari bahan bakar fosil. Pembakaran bahan bakar
fosil, dibarengi dengan penebangan hutan dan aktivitas lainnya,
menimbulkan peningkatan jumlah kandungan CO2 di atmosfer
sebanyak 20 persen pada awal revolusi industri.
Gas
Efek (%)
Sumber Utama
CO2
49
Deforestasi, produksi semen, dll
CH4
18
Landfills, pertanian
N2O
6
Pupuk, pembukaan lahan,
pembakaran lahan, dll
Lainnya (CO, NO, ...)
13
Berbagai macam penyebab
PEMANASAN GLOBAL (3)
2. Dampaknya terhadap Manusia dan Ekosistem
Kenaikan permukaan laut berdampak pada kehancuran
masyarakat tertentu, seperti yang berada di Kepulauan
Pasifik, atau yang tinggal di kawasan delta sungai yang
rendah. Dampak pemanasan global akan terasa relatif lebih
sedikit di negara yang pembangunannya mengarah ke bagian
dalam dan menjauhi tepi pantai.
Sebuah studi terbaru oleh EPA menyimpulkan bahwa dampak
terhadap dunia pertanian karena adanya pemanasan udara
akan lebih terasa di negara berkembang  negara-negara di
Afrika hampir semuanya akan merasakan dampak
pemanasan global ini.
PEMANASAN GLOBAL (4)
3. Tanggapan Teknis terhadap Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca  hasil peningkatan produksi gas rumah
kaca berbanding kemampuan ekosistem bumi dalam
menyerap gas tersebut.
Tujuan utama pengurangan pemanasan global 
pengurangan keluaran gas rumah kaca / meningkatkan
kapasitas penyerapan CO2 oleh ekosistem bumi. CO2
merupakan gas utama pemicu efek rumah kaca, maka focus
diarahkan kepada pengurangan emisi CO2 pada skala global.
PEMANASAN GLOBAL (5)
Untuk mendapatkan gambaran total dari tingkat produksi CO2 di
dunia saat ini dan bagaimana perhitungan itu didapat,
digunakan persamaan berikut:
GDP
Energy
CO2
Total CO2 production  Population 


Person Person Energy
Jumlah emisi CO2 tergantung pada interaksi dari
penduduk
pendapatan kotor per kapita
www.mhhe.com/economics/field3
www.etei.org
www.emissions.org
Download