laporan penelitian

advertisement
LAPORAN PENELITIAN
HUBUNGAN STATUS GIZI, IMUNISASI & RIWAYAT KONTAK
DENGAN KEJ ADIAN TUBERKULOSIS PADA ANAK
DI WILAYAH KERJ A PUSKESMAS CIAWI
KABUPATEN TASIKMALAYA
Oleh :
Ketua
Anggota I
Anggota II
:
:
:
Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep.
Sari Fatimah, S.Kp, M.Kes.
Ikeu Nurhidayah, S.Kep., Ners
Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran
Tahun Anggaran 2008
Berdasarkan SPK No.394/H6.26.14/LP/PL/2008
Tanggal 16 April 2008
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2008
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN MUDA
SUMBER DANA : DIPA UNPAD
TAHUN ANGGARAN 2008
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
a. Judul penelitian
: Hubungan Status Gizi, Imunisasi &
Riwayat Kontak dengan Kejadian
Tuberkulosis Pada Anak di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya
b. Bidang Ilmu
: Kesehatan
c. Kategori
: I
Ketua Peneliti
:
a. Nama lengkap & gelar
: Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep.
b. Jenis kelamin
: Perempuan
c. Pangkat/Gol/NIP
: Penata, III/c, 132 257 917
d. Jabatan fungsional
: Lektor
e. Fakultas
: Ilmu Keperawatan
f. Bidang ilmu yang diteliti : Keperawatan Anak
Jumlah anggota Peneliti
: 2 orang
a. Nama anggota peneliti I
: Sari Fatimah, S.Kp, M.Kes.
b. Nama anggota peneliti II : Ikeu Nurhidayah, S.Kep., Ners.
Lokasi Penelitian
: Puskesmas Ciawi Tasikmalaya
Kerjasama dengan institusi lain:
a. Nama Instansi
: b. Alamat
: c. Telepon/Faks/E-mail
: Lama penelitian
: 8 (delapan) bulan
Biaya penelitian
: Rp. 6.125.000,Bandung, 15 Nopember 2008
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Ketua Peneliti
Hj. Helwiyah Ropi, S.Kp, MCPN
NIP. 140 067 327
Windy Rakhmawati, S.Kp, M.Kep.
NIP. 132 257 917
Menyetujui,
Plh. Ketua LPPM
Universitas Padjadjaran
Prof. Dr. Tb. Zulrizka Iskandar, M.Sc.
NIP. 130 814 978
ii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Hubungan Status Gizi, Imunisasi dan Riwayat
Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas
Ciawi Tasikmalaya. Tuberkulosis (TB) pada anak merupakan salah satu penyakit
infeksi pada saluran pernafasan yang sulit terdeteksi, namun dampaknya cukup
mempengaruhi perkembangan anak dan status kesehatan.anak bahkan dapat
menimbulkan kematian. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan
dengan memahami faktor-faktor yang beresiko untuk terjadinya kejadian
Tuberkulosa pada anak yaitu status gizi yang kurang, belum mendapatkan
imunisasi BCG dan adanya riwayat pernah kontak dengan orang dewasa yang TB
aktif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dari masingmasing variabel yaitu status gizi, imunisasi dan riwayat kontak, juga untuk
mengetahui hubungan dari masing-masing variabel tersebut dengan kejadian
Tuberkulosa pada anak, serta faktor mana yang paling dominan berhubungan
dengan kejadian tuberkulosa pada anak.
Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan
pendekatan case control. Sampel dalam penelitian adalah anak usia 3 bulan-5
tahun yang terdiri dari dua kelompok : 35 orang kelompok kasus yaitu anak yang
baru didiagnosis TB (< 2 bulan) dan 35 orang kelompok kontrol yaitu anak yang
tidak terdiagnosis TB dalam 2 bulan terakhir ini. Teknik pengumpulan data yaitu
melalui studi dokumentasi pada KMS untuk melihat BB, TB dan status imunisasi
BCG anak dan wawancara untuk mengetahui riwayat kontak. Analisis univariat
digunakan analisis prosentase, sedangkan analisis bivariat digunakan uji Chi
Square (α=0,05) dan analisis multivariat digunakan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status gizi anak menunjukkan
sebagian besar (75,7 %) status gizi baik, hampir seluruh anak (98,6%) sudah
pernah mendapatkan imunisasi BCG, dan sebagian besar (57,1%) tidak ada
riwayat kontak. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan pada status gizi (p value = 0,005) dan riwayat kontak (p value = 0,008)
dengan kejadian TB, sedangkan pada status imunisasi tidak ada hubungan yang
signifikan (p value = 1,000).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktek
keperawatan agar lebih menekankan upaya promotif dan preventif melalui
mengefektifkan dan mengintensifkan penyuluhan kesehatan terkait dengan gizi,
imunisasi dan riwayat kontak, mengoptimalkan pemantuan gizi pada anak,
mengoptimalkan dalam pemberian imunisasi BCG dengan memperhatikan waktu
pemberian yaitu pada 3 bulan pertama dan cara pemberian yang tepat. Dan bagi
pihak Puskesmas hendaknya membuat kebijakan/program yang terkait dengan
waktu yang tepat dalam pemberian imunisasi BCG ini. Mengoptimalkan
pemantauan dan pengobatan tuntas pada orang dewasa yang menderita TB aktif.
Dan bagi pendidikan keperawatan agar Mengembangkan kurikulum pendidikan
keperawatan mengenai faktor-faktor yang beresiko dalam terjadinya Tuberkulosa
pada anak, terutama yang terkait dengan efektifitas imunisasi BCG.
Kata kunci : status gizi, imunisasi, riwayat kontak, tuberkulosa pada anak
iii
ABSTRACT
This research entitles the Relationship of Nutrition State, Immunization
and History of Contact with the Tuberculosis among Children in the Puskesmas
Ciawi Tasikmalaya. Tuberculosis is one of infection respirato ry disease that
difficult to detected, but it influences their development and health status. Its even
can generate the death. Therefore it requires a prevention action by
comprehending factors which contributed to the TB occurrence such as
malnourished; immunization of BCG and the existence of history have contacted
with the adult which active TB. This Research target is to know the picture from
each variable that is nutritional status, immunization and history contact, also to
know the relation from each the variable with the occurrence of Tuberculosis
Children. As well, it will determine factor which most dominant relate to the
occurrence of this diseases. .
Research Method used correlation descriptive with the approach of case
control. Sample in research was child age from 3 months until 5 year that divided
into two groups: 35 people of case group that is new child diagnosed by TB (< 2
months) and 35 group people control that is child which is not diagnosed by TB in
this last 2 months. Technique data collecting was conducting documentation study
of KMS to see the BB, TB and status of immunization the BCG child and interview
to know the history contact. Analysis Univariate used analysis percentage, while
bivariate analysis used test of Chi Square (α = 0, 05) and analyses the
multivariate used logistics regression.
Result of research indicated that the nutritional status of the child showed
most (75, 7 %) good status, where almost entire child (98, 6%) have got the BCG
immunization, and most of them (57, 1%) experienced no history contact. Result
of correlation test indicated that there was a significant relationship which the
nutritional status (p value = 0,005) and history contact the (p value = 0,008) with
the occurrence of TB, while status immunization showed no significant
relationship (p value = 1,000).
It is expected that it can give the input for treatment practice to more
emphasizing of efforts in promoting and preventing the occurrence through
streamlining and intensifying relevant health counseling of nutrition,
immunization and contact history. In addition, optimizing a monitoring of
children nutritional status and immunization of BCG should be done by paying
attention to time of immunization delivery within the first 3 months after the
newborn. Moreover, Puskesmas shall make the policy related program with the
right time to deliver BCG immunization. Complete medication and monitoring of
adult suffering active TB is essential to be conducted. Developing curriculum of
treatment education concerning factors which contributed in the happening of
Tuberculosis especially related to the effectively of BCG immunization are very
important to be given in Nursing Faculty. .
Keyword: nutritional status, immunization, history of contact, tuberculosis,
children
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Illahi
Rabbi, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan akhir penelitian dengan judul “Hubungan Status Gizi,
Imunisasi & Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosis Pada Anak di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya”
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan penelitian ini tidak
terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Hj. Helwiyah Ropi, S.Kp, MCPN, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran.
2. Prof. Oekan S. Abdoellah, MA., Ph.D, selaku Ketua Lembaga Penelitian
Universitas Padjadjaran.
3. DIPA UNPAD, selaku
sumber dana yang membiayai penulis dalam
melaksanakan penelitian ini.
4. Kepala Puskesmas Ciawi Tasikmalaya beserta stafnya yang telah memberikan
ijin dan memberikan bantuan kepada peneliti dalam pelaksanaan penelitian.
Semoga amal baiknya mendapatkan pahala dan balasan dari Allah SWT.
Tidak lupa penulis memohon maaf atas segala kekurangan.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan
menambah wawasan pengetahuan kita semua, amien.....
Bandung, 15 Nopember 2008
Penulis
v
DAFTAR ISI
Lembar Identitas Dan Pengesahan …………………………………………….... ii
Abstrak ……………………………………………………………………….…. iii
Abstract …………………………………………………………………….……. iv
Kata Pengantar ...........................................................................................….…… v
Daftar Isi ……………………………………………………………………....… vi
Daftar Tabel …………………………………………………………….......….. viii
Daftar Lampiran …………………………………………………………………. ix
1. PENDAHULUAN ........................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................... 1
Perumusan Masalah .......................................................................................2
Definisi Konseptual dan Operasional .............................................................3
Hipotesa :....................................................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
Tuberkulosis .................................................................................................. 5
Diagnosis TB pada anak.................................................................................5
Gejala Umum TB pada anak .......................................................................... 6
Faktor-faktor yang beresiko terjadinya kejadian TB : ..................................... 6
3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................................................ 7
Tujuan Penelitian ...........................................................................................7
Kontribusi Penelitian .....................................................................................8
4. METODE PENELITIAN ............................................................................ 8
Rancangan Penelitian.....................................................................................8
Populasi dan Sampel ......................................................................................9
Variabel Penelitian.........................................................................................9
Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 9
Teknik Analisa Data ......................................................................................9
5. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 12
Hasil Penelitian............................................................................................ 13
Gambaran Status Gizi, Status Imunisasi dan Riwayat Kontak .............. 13
Hubungan Antara Status Gizi, Imunisasi dan Riwayat Kontak dengan
Kejadian Tuberkulosa pada Anak ........................................................ 14
Model Faktor Penentu Kejadian Tuberkulosa ...................................... 16
Pembahasan ................................................................................................. 19
6. SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 23
Simpulan ..................................................................................................... 23
Saran ........................................................................................................... 24
7. DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 25
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008
……………………………………………………………………..
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Status Imunisasi BCG pada Anak di wilayah
Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September
2008………………………………………………………………..
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Riwayat Kontak Anak dengan Orang Dewasa
dengan Tuberkulosa Aktif di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi
Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008………......................
Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Status Gizi dan Kejadian
Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi
Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008……………..............
Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Status Imunisasi dan Kejadian
Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi
Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008……………………..
Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Riwayat Kontak dan Kejadian
Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi
Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008…………………......
Tabel 7 Hasil Analisis Bivariat antara Status Gizi, Status Imunisasi dan
Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di
wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan AgustusSeptember 2008…………………………………………………….
Tabel 8 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Status Gizi,
Imunisasi dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada
Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan
Agustus-September 2008……………..............................................
Tabel 9 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Status Gizi, dan
Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di
wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan AgustusSeptember 2008…………….............................................................
Tabel 10 Uji Interaksi antara Status Gizi, dan Riwayat Kontak dengan
Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas
Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008………………
Tabel 11 Hasil Analisis Multivariate Regresi Logistik antara Status Gizi dan
Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di
Wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan AgustusSeptember 2008…………………………………………………….
13
13
14
15
15
16
17
17
18
18
19
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Rekomendasi Penelitian dari Kecamatan
Kabupaten Tasikmalaya
Grafik NCHS
Data Penelitian
Hasil Output Analisis Data
Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Peneliti
Dokumentasi
Ciawi
Pemerintah
ix
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Selain itu, ditemukan pula kuman Mycobacterium
yang berbeda, yaitu Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum. Tetapi
dari berbagai jenis Mycobacterium, Mycobacterium tuberculosis merupakan
kuman yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Di negara-negara
berkembang, kematian akibat Tuberkulosis merupakan 25 % dari seluruh
kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan bahwa 95 % penderita
Tuberkulosis berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Saat ini,
Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara yang memiliki jumlah penderita TB
terbanyak setelah India dan Cina (DepKes, 2002).
WHO memperkirakan dari setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat
130 penderita baru TB Paru dewasa bakteri tahan asam (BTA) positif. Namun
angka kejadian TB pada anak belum diketahui secara pasti karena sulitnya
mendiagnosa TB pada anak. Menurut Kartasasmita (2002), mengatakan bahwa
seorang penderita TB dewasa dengan BTA positif akan menularkan kepada 10
orang di lingkungannya terutama anak-anak. Sehingga bila prevalensi TB dewasa
tinggi, tentu TB anak pun akan tinggi pula. Dan oleh karena itulah, sangat penting
mendeteksi TB dewasa sehingga setiap anak yang mempunyai resiko tertular
dapat diberikan pencegahan.
Usia anak merupakan usia yang sangat rawan terhadap penularan penyakit
TB. Angka penularan dan bahaya penularan yang tinggi terdapat pada golongan
umur 0-6 tahun dan golongan umur 7-14 tahun (Samallo, dalam IKA-FKUI,
1998). Namun TB pada anak biasanya jarang diteliti dan cenderung diabaikan,
padahal infeksi TB pada anak apabila tidak terdeteksi lebih dini dan tidak diobati
dengan
baik
dapat
menyebabkan penderitaan
berkepanjangan
bahkan
menimbulkan kematian. Pada anak, kuman TB terutama menyerang paru-paru
(76%) dan kelenjar limfe (14%), sisanya kuman tersebut dapat menyerang organorgan lainnya seperti otak, tulang, ginjal, hati dan usus (Antono, 2002).
Menurut Beaglehole (1997), Long (1996), dan Whaley & Wong (1995),
menyatakan bahwa faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit TB adalah
1
faktor genetik, malnutrisi (status gizi), imunisasi, riwayat kontak, dan lingkungan
rumah. Faktor genetik merupakan faktor yang berperan kecil pada insidensi
kejadian TB (Fletcher, 1992).
Kondisi malnutrisi akan menurunkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu,
dengan penurunan daya tahan tubuh akan memudahkan anak untuk terkena
penyakit termasuk penyakit tuberkulosa (Crofton, Horne, & Miller, 1998).
Imunisasi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit TB adalah
imunisasi BCG. Pemberian Imunisasi BCG meninggikan daya tahan tubuh
terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis yang virulen, sehingga jika anak tidak
mendapatkan imunisasi BCG maka memungkinkan anak untuk terinfeksi kuman
TB (Kartasasmita, 2002).
Ball & Blinder (1999) menjelaskan bahwa TB dapat ditularkan melalui
droplet. Jika seseorang mempunyai riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi
TB, maka orang tersebut berpotensi untuk terinfeksi juga terutama pada anak-anak
(Whaley & Wong, 1995). Selain itu, lingkungan rumah pun menurut Notoatmodjo
(2003) dapat memberikan pengaruh terhadap status kesehatan penghuninya
termasuk dalam penyebaran kuman TB. Lingkungan rumah yang terkait dengan
kejadian TB adalah meliputi lingkungan fisik (ventilasi, suhu, kelembaban, dan
pencahayaan) dan lingkungan sosial (kepadatan penghuni). Sehingga untuk
mengetahui kondisi lingkungan rumah tersebut memerlukan pemeriksaan yang
khusus dan sulit untuk dilakukan karena memerlukan alat & waktu yang khusus.
Berdasarkan studi pendahuluan, Wilayah kecamatan Ciawi – kabupaten
Tasikmalaya merupakan salah satu wilayah yang angka kejadian TB nya cukup
tinggi. Sehingga dikaitkan dengan konsep-konsep mengenai TB, maka peneliti
tertarik untuk meneliti hubungan status gizi, imunisasi & riwayat kontak dengan
kejadian tuberkulosis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi kabupaten
Tasikmalaya.
Perumusan Masalah
Adakah hubungan antara status gizi, imunisasi & riwayat kontak dengan kejadian
tuberkulosis
pada
anak di
wilayah
kerja
Puskesmas
Ciawi
kabupaten
Tasikmalaya.
2
Definisi Konseptual dan Operasional
a. Status Gizi
Definisi Konseptual
Status gizi adalah kondisi atau keadaan nutrisi seseorang dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002).
Definisi Operasional
Status gizi yang dimaksud dalam penelitian ini hasil rata-rata penimbangan
berat badan 2 bulan terakhir sebelum dideteksi TB untuk yang kasus dan
kontrol yang dilihat dari KMS balita, kemudian dibandingkan dengan standar
baku WHO-NCHS. Skala pengukuran Ordinal kemudian dikategorikan
sebagai berikut:
0. Gizi kurang
= bila BB berada di dalam area garis putih
1. Gizi baik
= bila BB berada di bawah area garis putih
b. Imunisasi
Definisi Konseptual
Imunisasi merupakan cara yang penting untuk melindungi dan mencegah anak
dari suatu penyakit dengan menimbulkan zat imun di dalam tubuh. Jenis
Imunisasi yang berhubungan dengan penyakit Tuberkulosa adalah BCG
(UNICEF, 2002).
Definisi Operasional
Imunisasi yang diteliti di dalam penelitian ini adalah untuk melihat riwayat
imunisasi BCG dengan melihat KMS. Skala pengukuran Ordinal dan
dikategorikan:
0. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah mendapat imunisasi BCG
1. Pernah, apabila anak pernah mendapat imunisasi BCG
c. Riwayat kontak
Definisi Konseptual
Sumber penularan TB pada anak adalah orang dewasa yang menderita TB
aktif (BTA positif) (Depkes, 2002).
3
Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, riwayat kontak adalah jika anak ada kontak atau pernah
berhubungan dengan orang dewasa yang menderita TB aktif. Skala
pengukuran Ordinal, dengan kategori :
0. Pernah, apabila anak pernah kontak atau berhubungan dengan orang
dewasa yang menderita TB aktif.
1. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah kontak atau berhubungan dengan
orang dewasa yang menderita TB aktif.
d. Tuberkulosis
Definisi Konseptual
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (DepKes, 2002).
Definisi Operasional
Kejadian Tuberkulosis pada penelitian ini adalah kejadian tuberkulosis yang
baru didiagnosa pada anak, yaitu kurang dari 2 bulan. Skala pengukurannya
ordinal, dengan kategori :
0. TB (anak yang menderita TB di wilayah kerja Puskesmas Ciawi
Kabupaten Sumedang)
1. Tidak TB (anak yang tidak menderita TB di wilayah kerja Puskesmas
Ciawi Kabupaten Sumedang)
Hipotesa :
1. Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian tuberkulosis
2. Ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian tuberkulosis
3. Ada hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian tuberkulosis
4. Ada hubungan antara faktor yang paling dominan dengan kejadia n
tuberkulosis
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Selain itu, ditemukan pula kuman Mycobacterium
yang berbeda, yaitu Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum. Tetapi
dari berbagai jenis Mycobacterium, Mycobacterium tuberculosis merupakan
kuman yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia (DepKes, 2002).
Penyakit TB pada anak merupakan penyakit sistemik yang dapat
bermanifestasi pada berbagai organ, baik organ paru maupun ekstra paru.
Penyakit TB pada anak di dapatkan dari penularan oleh orang dewasa. Penularan
dari orang dewasa yang menderita TB ini, biasanya melalui inhalasi butir sputum
penderita yang mengandung kuman TB, ketika penderita dewasa batuk, bersin
atau berbicara (Heinz, 1993).
Diagnosis TB pada anak
Diagnosis paling tepat untuk menentukan penyakit TB adalah dengan
ditemukannya kuman TB dari bahan yang diambil dari penderita, misalnya
sputum, bilas lambung, biopsi, dan lain-lain. Namun pada anak, hal ini sangat
sulit dan jarang didapatkan hasilnya, sehingga sebagian besar diagnosis TB anak
didasarkan atas gambaran klinis, foto thoraks rongent dan uji tuberkulin. Klein
dan Isseman (1998, dalam Rosmayudi, 2002), menjelaskan TB dapat didiagnosis
bila ditemukan 2 atau lebih hal berikut ini : 1) Ada riwayat kontak erat dengan
kasus TB baik diketahui maupun suspek, 2) Gambaran radiologik mengarah ke
TB, 3) Tes tuberkulin posistif, 4) BTA positif, 5) Batuk > 2 minggu, 6)
Kemungkinan respon terhadap pemberian obat anti TB (berat badan naik 10%
setelah pengobatan 2 bulan, gejala menurun), 7) Reaksi cepat BCG, yaitu timbul
kemerahan di lokasi suntikan dalam 3-7 hari setelah imunisasi, dan
8)
Pembesaran kelenjar limfe superfisial yang spesifik.
5
Gejala Umum TB pada anak
1) Asymptomatis
2) Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang baik,
nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh (failure to thrive).
3) Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan thypoid, malaria
atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
4) Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multipel,
paling sering muncul di daerah leher, ketiak, dan lipatan paha (inguinal)
5) Gejala-gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari
(setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri
dada
6) Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh
dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda
cairan dalam abdomen
Faktor-faktor yang beresiko terjadinya kejadian TB :
Menurut Beaglehole (1997), Long (1996), dan Whaley & Wong (1995),
menyatakan bahwa faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit TB adalah
faktor genetik, malnutrisi, imunisasi, riwayat kontak, dan lingkungan rumah.
Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah mengenai malnutrisi (status gizi),
status imunisasi, dan riwayat kontak.
1) Status Gizi
Status gizi pada anak sangat penting, karena status gizi yang baik akan
meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh anak, sehingga anak tidak
mudah menderita penyakit TB. Dan bila terinfeksi pun, anak dengan status
gizi yang baik cenderung menderita TB ringan dibandingkan dengan yang gizi
buruk.
Menurut Markum (1991), pada anak yang mengalami kekurangan gizi akan
menimbulkan penurunan daya tahan tubuh hal ini disebabkan pada anak
dengan kekurangan energi dan protein akan terjadi penurunan sintesis asam
amino, selain itu juga akan terjadi perubahan dalam sel mediator imunitas,
6
dalam fungsi bakterisidal netropil dan system komplemen dalam respon Ig A.
sekresi Ig A yang rendah bersamaan dengan penurunan imunitas makrosa
akan memudahkan kolonisasi dan kontak antara mikroorganisme pathogen
dan sel epitel.
2) Imunisasi BCG
Pemberian BCG pada bayi diharapkan dapat memberikan daya lindung
terhadap penyakit TB yang berat, misalnya meningitis TB dan TB milier.
Tuberkel yang terbentuk oleh TB primer akan terlindungi oleh respon imun
tubuh yang didapat dari imunisasi tersebut, sehingga akan menyebabkan
infeksi menjadi tenang dan mencegah terjadinya penyebaran. Imunitas timbul
6 - 8 minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap
sehingga masih mungkin terjadi superinfeksi meskipun biasanya tidak
progresif dan menimbulkan komplikasi yang berat (FKUI, 1998).
3) Riwayat Kontak
Menurut Depkes (2002), sumber penularan TB pada anak adalah orang
dewasa yang menderita TB aktif (BTA positif). Anak-anak sangat rentan
tertular bakteri TB dari orang dewasa, mengingat daya tahan dan kekebalan
tubuh anak yang lemah. Pada waktu berbicara, penderita menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar dalam beberapa jam.
Kuman tersebut akan terhirup oleh orang disekitarnya termasuk anak-anak dan
menyebar dari paru ke anggota tubuh lainnya, melalui peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran TB pada 10-15 orang lainnya.
Oleh karena itu seorang anak hendaknya dijauhkan dari penderita TB dewasa.
Selain itu bila ada yang menderita TB, maka ia harus mendapatkan
pengobatan dengan segera agar tidak menularkan pada anak-anak.
3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
status gizi, imunisasi & riwayat kontak dengan kejadian tuberkulosis pada anak di
wilayah kerja Puskesmas Ciawi kabupaten Tasikmalaya.
7
Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi status gizi anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya.
2. Mengidentifikasi status imunisasi anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya.
3. Mengidentifikasi riwayat kontak anak anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya.
4. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian TB anak di wilayah
kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
5. Mengetahui hubungan antara status imunisasi dengan kejadian TB anak di
wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
6. Mengetahui hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian TB anak di
wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
7. Mengetahui faktor mana yang paling dominan berhubungan dengan kejadian
TB anak Mengetahui hubungan antara status gizi dengan kejadian TB anak di
wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
Kontribusi Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan ; diharapkan dapat memberikan informasi baik
bagi pihak puskesmas maupun perawat praktisi dalam upaya mengatasi
peningkatan angka kejadian TB untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang
paling berhubungan dengan kejadian TB anak, sehingga intervensi keperawatan
dalam asuhan keperawatan pada anak dengan TB dapat lebih optimal.
4. METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara status gizi, imunisasi & riwayat kontak
dengan kejadian tuberkulosis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi
kabupaten Tasikmalaya, dengan menggunakan pendekatan Case Control yaitu
8
adanya kelompok kontrol terhadap kelompok kasus dimana anak yang menderita
TB sebagai kelompok kasus dan yang tidak menderita TB sebagai kelompok
kontrol.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 3 bulan – 5 tahun
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
Sedangkan sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok sampel yaitu :
Kelompok Kasus adalah anak yang baru didiagnosis TB (< 2 bulan) sebanyak 35
orang, sedangkan Kelompok Kontrol adalah anak yang tidak terdiagnosis TB
dalam 2 bulan terakhir ini sebanyak 35 orang. Sehingga jumlah sampel secara
keseluruhan adalah 70 orang.
Variabel Penelitian
Variabel indipendent dalam penelitian ini adalah : 1) status gizi, 2) imunisasi dan
3) riwayat kontak.
Variabel dependent adalah : kejadian TB pada anak.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengetahui status gizi dan imunisasi diperoleh dengan melihat
kartu KMS (Kartu Menuju Sehat) anak. Sedangkan riwayat kontak diperoleh
melalui wawancara. Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini
dimulai dengan melakukan informed consent kepada responden tentang maksud
dan tujuan dilakukan nya penelitian dan prosedur yang akan dilakukan, kemudian
dilakukan wawancara dan pencarian data melalui kartu KMS.
Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data terlebih dahulu yang
meliputi editing, koding (sesuai definisi operasional) dan tabulasi. Kemudian data
dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan tiga analisis, diantaranya yaitu :
9
1) Analisis Univariat
Analisis
ini
dilakukan
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti sehingga kumpulan data
tersebut dapat disederhanakan dan diringkas menjadi informasi yang berguna.
Berdasarkan jenis data pada penelitian ini yaitu data kategorik, maka data
dianalisis dengan menggunakan rumus prosentase sehingga pada penyajian data
berupa tabel distribusi frekuensi dan prosentase dari masing-masing
variabel
indipenden : status gizi, imunisasi dan riwayat kontak. Selain itu, juga variabel
dependen : kejadian TB.
a) Status Gizi
Analisis status gizi anak berdasarkan hasil penimbangan rata-rata berat badan
2 (dua) bulan terakhir yang terdokumentasi dalam KMS anak. Kemudian
dibandingkan dengan grafik standar baku WHO-NCHS (terlampir). Dan
selanjutnya dikategorikan sebagai berikut :
0. Gizi kurang
= bila BB berada di dalam area garis putih
1. Gizi baik
= bila BB berada di bawah area garis putih
b) Status Imunisasi
Status imunisasi dilihat dari KMS, dengan kategori :
0. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah mendapat imunisasi BCG
1. Pernah, apabila anak pernah mendapat imunisasi BCG
c) Riwayat Kontak
Riwayat kontak dikategorikan :
0. Pernah, apabila anak pernah kontak atau berhubungan dengan orang
dewasa yang menderita TB aktif.
1. Tidak pernah, apabila anak tidak pernah kontak atau berhubungan dengan
orang dewasa yang menderita TB aktif.
d) Kejadian TB
0. TB (anak yang menderita TB di wilayah kerja Puskesmas Ciawi
Kabupaten Sumedang)
1. Tidak TB (anak yang tidak menderita TB di wilayah kerja Puskesmas
Ciawi Kabupaten Sumedang)
10
Setelah diketahui hasil dari keempat variabel diatas, selanjutnya dihitung
presentase setiap kategori masing-masing variabel bebas tersebut dengan
menggunakan rumus : P =
Ket :
f
x 100 %
n
P = Persentase kategori setiap variabel dengan kriteria tertentu
f = Banyaknya kategori tertentu
n = Jumlah seluruh anak yang diteliti
Kemudian masing-masing kategori dari keempat variabel akan dihitung
frekuensi dan proporsinya dengan rumus proporsi/prosentase sebagai berikut :
f
x 100 %
N
P=
Keterangan : P = Prosentase
f = Frekuensi kategori tertentu
N = Jumlah responden
Selanjutnya
hasil perhitungan tersebut
di atas
diinterpretasikan
dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut :
0%
:
Tak seorang pun responden
1% - 25%
:
Sebagian kecil responden
26 % - 49 %
:
Hampir setengah responden
50%
:
Sebagian responden
51% - 75%
:
Sebagian besar responden
76% - 99%
:
Hampir seluruh responden
100%
:
Seluruh responden
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel.
Jenis data pada penelitian ini baik variabel indipenden : status gizi, imunisasi dan
riwayat kontak, maupun variabel dependen : kejadian TB adalah data kategorik
sehingga untuk menguji hubungan antara kedua variabel tersebut digunakan uji
Chi Square (X2) dengan derajat kemaknaan 5% (alpha 0,05) atau tingkat
11
kepercayaan 95%, selanjutnya untuk kesimpulan dilihat nilai p value dari hasil
Chi Square, dimana bermakna jika p value < 0,05. Pengujian korelasi dilakukan
pada masing-masing variabel status gizi, imunisasi dan riwayat kontak dengan
variabel kejadian TB. Untuk mengetahui seberapa besar keeratan variabel
independen pada variabel dependen dihitung dengan nilai Odd Ratio (OR).
3. Analisis Multivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat variabel independen yang paling
signifikan hubungannya dengan variabel dependen. Analisis multivariat yang
digunakan yaitu dengan menggunakan pendekatan regresi logistik dengan tingkat
kepercayaan 95 %,
untuk menganalisis hubungan semua sub variabel dalam
variabel indipenden yaitu status gizi, imunisasi dan riwayat kontak dengan
kejadian TB sebagai variabel dependen kategorik yang bersifat dikotom/binary.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik ini antara lain :
1) Melakukan analisis bivariat dengan regresi logistik sederhana antara masingmasing variabel indipenden dengan variabel dependen. Bila hasil uji regresi
logistik sederhana p value kurang dari 0,25 (p value < 0,25) maka variabel
tersebut masuk pemodelan.
2) Mengeluarkan variabel yang yang mempunyai p value lebih dari 0,25 (p value
> 0,25).
3) Setelah mendapat model yang memuat variabel yang berhubungan signifikan
(p wald < 0,05), maka langkah terakhir melihat variabel yang paling dominan
(nilai p yang paling kecil diantara variabel yang signifikan dengan cara
mengeluarkan satu persatu yang memiliki p wald tertinggi sampai didapatkan
variabel yang p wald nya < 0,05
4) Uji interaksi dilakukan hanya pada variabel yang masuk pemodelan. Jika p
value < 0,05 berarti ada interaksi, namun jika p value > 0,05 berarti tidak ada
interaksi (Hastono, 2001).
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini diperoleh dari analisis data seperti yang telah diuraikan
dalam analisis data. Data-data yang dianalisis berjumlah 70 responden, dimana 35
12
orang responden adalah anak yang menderita Tuberkulosa (TB) dan 35 orang
responden adalah anak yang tidak menderita TB. Variabel dalam penelitian ini
adalah 1) status gizi, 2) imunisasi, 3) riwayat kontak dan 4) kejadian TB. Selain
itu dianalisis pula mengenai hubungan antar variabel-variabel tersebut dengan
kejadian TB pada anak, dimana data-data tersebut akan diuraikan satu persatu.
Hasil Penelitian
Gambaran Status Gizi, Status Imunisasi dan Riwayat Kontak
1) Status Gizi
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008
Status
Kasus
Kontrol
Jumlah
Gizi
f
%
f
%
Kurang
14
82,4
3
17,6
17 (24,3%)
Baik
21
39,6
32
60,4
53 (75,7%)
Gambaran mengenai status gizi pada responden baik yang menderita
Tuberkulosa (kasus) atau pun yang tidak menderita Tuberkulosa (kontrol)
dapat dilihat pada tabel 1. Dari keseluruhan responden, hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 53 (75,7%)
mengalami gizi baik.
2) Status Imunisasi
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Imunisasi BCG pada Anak di wilayah
Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September
2008
Status
Kasus
Kontrol
Jumlah
Imunisasi
f
%
f
%
Tidak Pernah
1
100
0
0
1 (1,4%)
Pernah
34
49,3
35
50,7
69 (98,6%)
13
Berdasarkan tabel 2 di atas, secara keseluruhan responden baik pada
kelompok kasus maupun kelompok kontrol menunjukkan bahwa hampir
seluruh responden yaitu 69 orang (98,6%) sudah pernah diimunisasi BCG.
3) Riwayat Kontak
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Riwayat Kontak Anak dengan Orang
Dewasa dengan Tuberkulosa Aktif di wilayah Kerja Puskesmas
Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008
Riwayat
Kasus
Kontrol
Jumlah
Kontak
f
%
f
%
Pernah
21
70
9
30
30 (42,9%)
Tidak Pernah
14
35
26
65
40 (57,1%)
Berdasarkan tabel di atas, pada umumnya sebagian besar responden yaitu
40 orang anak (57,1%) tidak pernah kontak dengan orang dewasa yang
menderita TB.
Hubungan Antara Status Gizi, Imunisasi dan Riwayat Kontak dengan
Kejadian Tuberkulosa pada Anak
1) Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak
Hubungan status gizi anak dengan kejadian Tuberkulosa pada anak dapat
dilihat pada tabel 4. Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruh
anak yang mengalami status gizi kurang (82,4%) terjadi pada anak dengan
Tuberkulosa (kelompok kasus), sebaliknya pada kelompok kontrol (yang
tidak menderita Tuberkulosa) sebagian besar (60,4%) anak mengalami
status gizi baik. Dan berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p value
(0,005) < α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan kejadian Tuberkulosa pada anak.
Perbedaan pada antara status gizi kurang dan baik dapat dilihat pada nilai
OR = 7,111 (1,820-27,790), artinya anak dengan gizi kurang mempunyai
peluang untuk terkena Tuberkulosa 7,111 kali dibandingkan anak dengan
gizi baik.
14
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Status Gizi dan Kejadian
Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi
Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008
Status
Kasus
Kontrol
Total
Gizi
f
%
f
%
Kurang
14
82,4
3
17,6
17
Baik
21
39,6
32
60,4
53
Total
35
50
35
50
70
P
OR (95% CI)
Value
0,005
7,111 (1,820-27,790)
1
2) Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Tuberkulosa pada
Anak
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 5, menunjukkan
bahwa hanya 1 orang pada kelompok kasus yang tidak pernah
mendapatkan imunisasi BCG, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada
seorang pun (0%) yang tidak pernah mendapatkan imunisasi BCG. Dan
berdasarkan hasil uji chi square dengan p value = 1,000 dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status imunisasi dengan
kejadian Tuberkulosa pada anak
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Status Imunisasi dan Kejadian
Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi
Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008
Status
Kasus
Kontrol
Total
Imunisasi
f
%
f
%
Tidak Pernah
1
100
0
0
1
Pernah
34
49,3
35
50,7
69
Total
35
50
35
50
70
P
OR (95% CI)
Value
1,000
-
3) Hubungan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak
Pada tabel 6 terlihat bahwa seb agian besar (70%) anak dengan
Tuberkulosa pernah kontak dengan orang dewasa yang tuberkulosa aktif,
sebaliknya pada anak yang tidak mengalami Tuberkulosa sebagian besar
15
(65%) tidak pernah kontak dengan orang dewasa yang Tuberkulosa aktif.
Dan hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,008 (< α = 0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara riwayat
kontak dengan kejadian Tuberkulosa pada anak. Nilai OR = 4,333 (1,56911,967), artinya anak yang pernah kontak dengan orang dewasa dengan
tuberkulosa aktif memiliki peluang 4,333 kali untuk mengalami
Tuberkulosa dibandingkan anak yang tidak pernah kontak dengan orang
dewasa dengan Tuberkulosa aktif.
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Riwayat Kontak dan Kejadian
Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi
Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008
Riwayat
Kasus
Kontrol
Total
Kontak
f
%
f
%
Pernah
21
70
9
30
30
Tidak Pernah
14
35
26
65
65
Total
35
50
35
50
70
P
OR (95% CI)
Value
0,008
4,333 (1,569-11,967)
1
Model Faktor Penentu Kejadian Tuberkulosa
Untuk menjawab faktor mana yang dominan berhubungan dengan kejadian
tuberkulosa maka perlu dilakukan analisis multivariat. Tahapan analisis
multivariate meliputi : pemilihan variabel kandidat multivariate, pembuatan model
dan analisis interaksi.
1) Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat
Dalam penelitian ini ada 3 variabel yang diduga berhubungan dengan
kejadian Tuberkulosa pada anak yaitu status gizi, imunisasi dan riwayat
kontak. Untuk membuat model multivariat ketiga variabel tersebut,
terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat dengan variabel dependen
(kejadian Tuberkulosa). Menurut Mickey dan Greenland (1989, dalam
Hastono, 2001), variabel yang pada saat uji G (rasio log-likelihood)
memiliki p value < 0,25 dan mempunyai kemaknaan secara substansi
16
dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukkan ke dalam model
multivariat. Hasil analisis bivariat antara variabel independen dengan
dependen disajikan dalam tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Hasil Analisis Bivariat antara Status Gizi, Status Imunisasi dan
Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di
wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan AgustusSeptember 2008
No
Variabel
Log-likehood
G
P value
1.
Status gizi
87,018
10,023
0.002
2.
Status imunisasi
95,640
01,401
0,237
3.
Riwayat kontak
88,448
08,593
0,003
Berdasarkan hasil di atas ternyata ada tiga variabel yang p value nya <
0,25 yaitu status gizi, status imunisasi dan riwayat kontak. Dengan
demikian ketiga variabel tersebut yang terus masuk ke model multivariat.
2) Pembuatan Model
Hasil analisis Model Pertama hubungan kedua variabel independen yang
meliputi status gizi, status imunisasi dan riwayat kontak dengan variabel
dependen kejadian Tuberkulosa, adalah sebagai berikut yang dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Status Gizi,
Imunisasi dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa
pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya
Bulan Agustus-September 2008
Variabel
B
P Wald
OR
95% CI
Status gizi
-2,099
0,005
0,123
0,028-0,529
Status imunisasi
-18,641
1,000
0,000
0,000
Riwayat kontak
-1,605
0,005
0,201
0,066-0,612
-2 Log Likehood = 77,894 G = 19,146
p value = 0,000
17
Berdasarkan hasil di atas terlihat bahwa signifikansi log-likehood < 0,05
(p = 0,000). Namun secara signifikan ada variabel yang P wald nya > 0,05
(p value nya > 0,05), yaitu variabel status imunisasi. Dengan demikian
berarti variabel status imunisasi dikeluarkan dari model. Kemudian
diproses lagi dengan hanya mengikutkan variabel status gizi dan riwayat
kontak, yang terlihat pada model kedua berikut ini :
Tabel 9. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara Status Gizi,
dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak di
wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan AgustusSeptember 2008
Variabel
B
P Wald
OR
95% CI
Status gizi
-2,134
0,004
0,118
0,028-0,506
Riwayat kontak
-1,623
0,004
0,197
0,065-0,600
-2 Log Likehood = 78,040 G = 19,001
p value = 0,000
Hasil di atas terlihat baik status gizi maupun riwayat kontak mempunyai p
value kurang dari 0,05, berarti kedua variabel tersebut yang berhubungan
secara signifikan dengan kejadian Tuberkulosa pada anak.
3) Analisis Interaksi
Tabel 10. Uji Interaksi antara Status Gizi, dan Riwayat Kontak dengan
Kejadian Tuberkulosa pada Anak di wilayah Kerja Puskesmas
Ciawi Tasikmalaya Bulan Agustus-September 2008
Interaksi
Tanpa interaksi
Riw.kontak*status gizi
-2 LL
78,040
77,522
G
0,518
P Value
0,472
Dari uji interaksi, diperoleh nilai p value 0,472 sehingga dapat diartikan
bahwa hubungan riwayat kontak dengan kejadian Tuberkulosa tidak
memberikan efek yang berbeda untuk mereka yang status gizinya kurang
maupun baik. Dengan demikian model penentu kejadian Tuberkulosa
adalah model yang terdiri dua variabel yaitu status gizi dan riwayat
18
imunisasi tanpa
disertai adanya
interaksi.
Jadi modelnya
seperti
ditunjukkan pada tabel 11.
Tabel 11. Hasil Analisis Multivariate Regresi Logistik antara Status Gizi
dan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak
di Wilayah Kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya Bulan
Agustus-September 2008
Variabel
Status gizi
B
-2,134
Riwayat
-1,623
kontak
Constant
2,606
-2 Log Likehood = 78,040
P Wald
0,004
OR
0,118
95% CI
0,028-0,506
0,004
0,197
0,065-0,600
0,001
G = 19,001
p value = 0,000
Berdasarkan keseluruhan proses analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa dari ketiga variabel yang diduga berhubungan dengan
kejadian Tuberkulosa pada anak, ternyata variabel status gizi dan riwayat
kontak yang secara signifikan berhubungan dengan kejadian Tuberkulosa
pada anak di wilayah kerja Puskesmas Ciawi Tasikmalaya. Dari hasil nilai
OR berarti anak dengan status gizi kurang berpeluang 0,118 kali (95% :
0,028-0,506) dibandingkan dengan anak dengan status gizi baik.
Begitupun dengan anak yang pernah kontak dengan orang dewasa dengan
Tuberkulosa
aktif
berpeluang
0,197
kali
(95%
: 0,065-0,600)
dibandingkan dengan anak yang tidak pernah kontak dengan orang dewasa
yang sedang Tuberkulosa aktif. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa
kedua variabel tersebut, status gizi dan riwayat kontak merupakan variabel
yang dominan berhubungan dengan kejadian Tuberkulosa.
Pembahasan
Tuberkulosis pada anak merupakan salah satu penyakit infeksi pada
saluran pernafasan yang sulit terdeteksi, namun dampaknya cukup mempengaruhi
perkembangan anak dan status kesehatan.anak bahkan dapat menimbulkan
kematian. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan dengan
memahami faktor-faktor yang beresiko untuk terjadinya kejadian Tuberkulosa
19
pada anak. Pada penelitian ini diperoleh hasil gambaran dan signifikansi
hubungan antara faktor-faktor yang berpotensi berhubungan dengan terjadinya
Tuberkulosa pada anak, yaitu status gizi, status imunisasi BCG dan riwayat
kontak anak dengan orang dewasa yang TB aktif.
1) Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan (p
value = 0,005) antara status gizi dengan kejadian tuberkulosa pada anak. Hal
ini pun terlihat pada data bahwa meskipun dari 70 responden anak diperoleh
sebagian besar (75,7%) mengalami status gizi baik namun pada anak yang
mengalami Tuberkulosa ternyata hampir seluruh anak sebelumnya memiliki
status gizi kurang, dan sebaliknya pada
anak yang tidak menderita
Tuberkulosa memiliki status gizi baik. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi
status gizi kurang pada anak rentan untuk terkena penyakit Tuberkulosa,
seperti yang diungkapkan oleh Crofton, Horne, dan Miller (1998) bahwa
kondisi malnutrisi akan menurunkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu,
dengan penurunan daya tahan tubuh akan memudahkan anak untuk terkena
penyakit termasuk penyakit Tuberkulosa.
Penurunan daya tahan tubuh pada anak dengan status gizi kurang
disebabkan oleh karena pada anak yang mengalami kekurangan gizi yaitu
kekurangan energi dan protein akan terjadi penurunan sintesis asam amino,
selain itu juga akan terjadi perubahan dalam sel mediator imunitas, dalam
fungsi bakterisidal netropil dan system komplemen dalam respon Ig A. sekresi
Ig A yang rendah bersamaan dengan penurunan imunitas makrosa akan
memudahkan kolonisasi dan kontak antara mikroorganisme pathogen dan sel
epitel (Markum, 1991).
2) Hubungan Status Imunisasi BCG dengan Kejadian Tuberkulosa pada
Anak
Imunisasi Bacillus Calmette-Guerin (BCG) merupakan salah satu cara
pencegahan terjadinya Tuberkulosa pada anak. Dimana melalui imunisasi
BCG, tuberkel yang terbentuk oleh TB primer akan terlindungi oleh respon
20
imun tubuh yang didapat dari imunisasi tersebut, sehingga akan menyebabkan
infeksi menjadi tenang dan mencegah terjadinya penyebaran. Imunitas timbul
6 - 8 minggu setelah pemberian BCG (FKUI, 1998). Hal ini pun didukung
oleh adanya hasil-hasil penelitian yang dilaporkan oleh Colditz dkk (dalam
Kartasasmita, 2002) yang menunjukkan bahwa rata-rata vaksinasi BCG
menurunkan resiko untuk terjadinya TB sebanyak 50%, sedangkan di
Bangkok dan Thailand dilaporkan bahwa efek proteksi vaksinasi BCG
mencapai 83%.
Namun berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan (p value = 1,000) antara status imunisasi BCG
dengan kejadian tuberkulosa pada anak. Dan pada hasil penelitian pun
didapatkan bahwa baik anak yang menderita TB maupun yang tidak menderita
TB menunjukkan data bahwa hampir seluruhnya sudah pernah diimunisasi
BCG. Sehingga dapat dikatakan bahwa meskipun anak sudah mendapatkan
imunisasi BCG namun anak masih berpotensial dan dapat terkena penyakit
Tuberkulosa. Dan sebenarnya, sampai saat ini pun efektifitas proteksi dari
imunisasi BCG ini memang masih banyak diperdebatkan.
Pada dasarnya dalam pemberian imunisasi BCG ada hal-hal penting yang
harus diperhatikan yaitu dari cara pemberian, dosis, cara penyimpanan vaksin
dan waktu pemberian imunisasi BCG. Sehingga efektifitas imunisasi pun ada
kemungkinan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut di atas. Jika cara pemberian,
dosis, cara penyimpanan vaksin dan waktu pemberiannya kurang tepat maka
ada kemungkinan imunisasi BCG nya pun akan menjadi kurang efektif.
Di Indonesia, imunisasi BCG sudah termasuk dalam imunisasi yang
wajib diberikan pada anak. Dan pada umumnya program yang ditetapkan dan
dijalankan yaitu bahwa pemberian imunisasi ini diberikan pada saat bayi/anak
berusia 0 bulan (3 hari pertama setelah kelahiran). Sementara menurut Suardi
(2002), bahwa imunitas yang dibentuk oleh vaksinasi BCG dapat dilihat
dengan uji tuberculin 6-8 minggu setelah vaksinasi dan berdasarkan hasil
penelitian didapatkan bahwa respon dari uji tuberculin lebih baik pada
vaksinasi yang diberikan pada 3 bulan pertama dibandingkan dengan bila
diberikan pada 3 hari pertama setelah kelahiran. Skar BCG yang timbul pun
21
lebih banyak bila imunisasi diberikan 3 bulan setelah lahir. Skar BCG
dianggap sebagai indicator efektif tidaknya imunisasi BCG.
Oleh karena itu pada penelitian ini, meskipun anak sudah diberikan
imunisasi BCG ternyata anak masih terkena penyakit Tuberkulosa. Hal ini ada
kemungkinan diakibatkan waktu pemberiannya yang kurang tepat, selain
kemungkinan lain seperti cara pemberian, dosis dan penyimpanan vaksin yang
kurang tepat sehingga efektifitas proteksi dari vaksin BCG tersebut tidak
optimal. Dengan demikian untuk meningkatkan efektifitas imunisasi BCG,
perlu dipertimbangkan kapan waktu yang tepat sebaiknya imunisasi tersebut
diberikan.
3) Hubungan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosa pada Anak
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian Tuberkulosa pada anak (p
value = 0,008). Sehingga dapat dikatakan jika anak pernah kontak dengan
orang dewasa dengan TB aktif maka berpotensi untuk terkena/tertular
penyakit TB, sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak
yang pernah kontak dengan orang dewasa dengan tuberkulosa aktif memiliki
peluang 4,333 kali untuk mengalami Tuberkulosa dibandingkan anak yang
tidak pernah kontak dengan orang dewasa dengan Tuberkulosa aktif.
Menurut Depkes (2002), sumber penularan TB pada anak adalah orang
dewasa yang menderita TB aktif (BTA positif). Anak-anak sangat rentan
tertular bakteri TB dari orang dewasa, mengingat daya tahan dan kekebalan
tubuh anak yang lemah. Pada waktu berbicara, penderita menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar dalam beberapa jam.
Kuman tersebut akan terhirup oleh orang disekitarnya termasuk anak-anak dan
menyebar dari paru ke anggota tubuh lainnya, melalui peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran TB pada 10-15 orang lainnya.
Selain itu Rosmayudi (2002) pun menjelaskan bahwa sumber penularan yang
paling berbahaya yaitu dari orang dewasa yang menderita TB aktif dengan
kavitas (caverne). Kavitas dapat berhubungan dengan bebas dengan atmosfir
22
melalui bronchi, dan kondisi ini sangat infeksius dan dapat menularkan
penyakit melalui batuk, bersin dan percakapan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dengan demikian makin sering dan
makin lama seseorang terutama anak kontak dengan orang dewasa dengan TB
aktif maka makin besar kemungkinan penularannya. Sumber penularan bagi
bayi/anak biasanya adalah orang tua mereka sendiri, orang serumah atau orang
yang sering berkunjung/kontak erat. Sehingga hendaknya anak dijauhkan dari
orang dewasa dengan TB aktif dan selain itu bila ada yang menderita TB maka
ia harus mendapatkan pengobatan dengan segera dan tuntas agar tidak
menularkan pada anak-anak.
6. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tuberculosis pada anak agak sulit untuk dideteksi namun ada faktor-faktor yang
beresiko untuk terjadinya tuberkulosa pada anak, yaitu status gizi, imunisasi dan
riwayat kontak.
1) Status gizi anak menunjukkan sebagian besar (75,7 %) status gizi baik dan
sebagian kecil (24,3%) status gizi kurang.
2) Hampir seluruh anak (98,6%) sudah pernah mendapatkan imunisasi BCG dan
hanya 1,4 % yang belum pernah mendapat imunisasi BCG.
3) Pada riwayat kontak menunjukkan hampir setengah anak (42,9%) pernah
kontak dengan orang dewasa yang TB aktif dan sebagian besar (57,1%) anak
tidak pernah kontak.
4) Ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian Tuberkulosa
pada anak (p value = 0,005). Nilai OR = 7,111 (1,820-27,790), artinya anak
dengan gizi kurang mempunyai peluang untuk terkena Tuberkulosa 7,111 kali
dibandingkan anak dengan gizi baik.
5) Tidak ada hubungan yang signifikan antara status imunisasi dengan kejadian
Tuberkulosa (p value = 1,000).
6) Ada hubungan yang signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian
tuberkulosa (p value = 0,008). Nilai OR = 4,333 (1,569-11,967), artinya anak
23
yang pernah kontak dengan orang dewasa dengan tuberkulosa aktif memiliki
peluang 4,333 kali untuk mengalami Tuberkulosa dibandingkan anak yang
tidak pernah kontak dengan orang dewasa dengan Tuberkulosa aktif.
7) Faktor yang dominan berhubungan dengan kejadian Tuberkulosa adalah
status gizi dan riwayat kontak. Anak dengan status gizi kurang berpeluang
0,118 kali (95% : 0,028-0,506) dibandingkan dengan anak dengan status gizi
baik. Begitupun dengan anak yang pernah kontak dengan orang dewasa
dengan Tuberkulosa aktif berpeluang 0,197 kali (95% : 0,065-0,600)
dibandingkan dengan anak yang tidak pernah kontak dengan orang dewasa
yang sedang Tuberkulosa aktif.
Saran
Sesuai dengan hasil penelitian yang ada, maka peneliti bermaksud untuk
memberikan masukan atau saran kepada :
a. Praktik keperawatan bagi klien;
Dalam upaya menurunkan angka kejadian Tuberkulosa pada anak hendaknya
pihak Puskesmas khusunya bagian program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
bagian Program Pemberantasan Penyakit Menular maupun seluruh tenaga
keperawatannya untuk lebih menekankan upaya promotif dan preventif yang
terkait dengan penyakit Tuberkulosa dengan mempertimbangkan factor-faktor
yang secara signifikan beresiko untuk terjadinya tuberkulosa pada anak, yaitu
melalui :
1) mengefektifkan dan mengintensifkan penyuluhan kesehatan terkait dengan
gizi, imunisasi dan riwayat kontak,
2) mengoptimalkan pemantuan gizi pada anak,
3) mengoptimalkan dalam pemberian imunisasi BCG dengan memperhatikan
waktu pemberian yaitu pada 3 bulan pertama dan cara pemberian yang
tepat. Dan bagi pihak Puskesmas hendaknya membuat kebijakan/program
yang terkait dengan waktu yang tepat dalam pemberian imunisasi BCG
ini.
4) Mengoptimalkan pemantauan dan pengobatan tuntas pada orang dewasa
yang menderita TB aktif.
24
b. Pendidikan keperawatan ;
Mengembangkan kurikulum pendidikan keperawatan mengenai factor-faktor
yang beresiko dalam terjadinya Tuberkulosa pada anak, terutama yang terkait
dengan efektifitas imunisasi BCG.
7. DAFTAR PUSTAKA
Antono, S. K. 2002. Gambaran Radiologik Tuberkulosis pada Bayi dan Anak.
Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta
Bagian Ilmu Kesehatan Anak – FKUI. 1998. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Cetakan ke-8. Jakarta : FKUI
Ball, J.& Bindler, R. 1999. Pediatric Nursing ; Caring for Children. USA.
Appleton & Lange.
Beaglehole, R. 1997. Dasar-Dasar Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press
Crofton, J., Horne, N., Miller, F. 1995. Tuberkulosis Klinik. Jakarta : Widya
Medika
Departemen Kesehatan RI. 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta : Dinas P2M
Fletcher. 1992. Sari Epidemiologi Klinik. Edisi Ke-2. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Hastono, S.P. 2001. Analisis data. Jakarta : FKM-UI
Kartasasmita, C. B. 2002. Pencegahan Tuberkulosis pada Bayi dan Anak.
Bandung : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD
Long, B. C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Alumni
Pendidikan Keperawatan Padjadjaran
Markum, A.H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka
Cipta
Rosmayudi, O. 2002. Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis pada Bayi dan
Anak. http:// www.depkes.com. Diperoleh tanggal 2 Januari 2008
Suardi, A.U. 2002. Imunologi Tuberkulosis. Bandung : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UNPAD
Supariasa, I D.N; Bakri, B; Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta :
EGC
UNICEF. 2002. Pedoman Hidup Sehat. New York
25
Whaley & Wong’s. 1995. Nursing Care of Infant and Children. Fifth Edition.
USA : CV Mosby Company
Wicaksana, 1996. Concurrent Validity and Realiability Test of Zung Selfrating Anxiety Scale (ZSAS) on Generalized Anxiety Disorder – III in
Indonesia (PPDGJ-III) ; on Processing of The Fifth Asean Federation
For Psyhiatric Assosiation.
26
Download