GAMBARAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Studi S1 Keperawatan Oleh : FIRDHA RISDAYANTI NIM : 12SP277015 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 GAMBARAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016 1 Firdha Risdayanti 2, Endrian MJW 3, Nur Hidayat 4 ABSTRAK Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Pada penderita stroke akut, peningkatan tekanan darah sangat sering dijumpai. Ditemukan lebih dari 60-80% pasien stroke akut memiliki tekanan darah tinggi. Tujuan Penelitian ini diketahuinya gambaran Tekanan darah pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling yaitu sebanyak 47 orang yang sesuai dengan kreteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian diketahui bahwa tekanan darah pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2016, frekuensi tertinggi yaitu sebanyak 27 orang (57,5%) berkategori tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg). Saran diharapkan agar instansi Rumah Sakit meningkatkan masukan dalam menyusun program pengontrolan stroke dengan berfokus pada pemeriksaan tekanan darah yang sangat bermanfaat bagi pasien untuk mempertahankan kondisi dan beradaptasi dengan penyakit stroke serta untuk mengingatkan kembali kepada pasien mengenai pentingnya pemeriksaan tekanan darah secara teratur agar tidak terjadi resiko stroke berulang. Kata kunci Kepustakaan Keterangan : Tekanan Darah, Stroke : 27 Referensi (2006-2014) :1.Judul, 2. Nama Mahasiswa program S1 keperawatan, 3. Nama Pembimbing I , 4. Nama Pembimbing II v DESCRIPTION OF BLOOD PRESSURE IN STROKE PATIENTS IN GENERAL HOSPITAL DISTRICT CIAMIS YEAR 2016 1 Firdha Risdayanti 2, Endrian MJW 3, Nur Hidayat 4 ABSTRACT Stroke is a disease of functional disorders of the brain in the form of nerve palsy (neurologic deficit) due to inhibition of blood flow to the brain. In patients with acute stroke, elevated blood pressure is extremely common. Discovered more than 60-80% of acute stroke patients have high blood pressure. The purpose of this study known picture of blood pressure in stroke patients at the General Hospital of Ciamis District 2016. This research use descriptive research. The population in this study were all stroke patients in the General Hospital of Ciamis District. The samples in this study using accidental sampling as many as 47 people who match the criteria of inclusion and exclusion. The survey results revealed that blood pressure in stroke patients at the General Hospital of Ciamis District 2016, the highest frequency as many as 27 people (57.5%) categorized as high blood pressure (≥ 140/90 mmHg). Saran is expected that agencies Hospitals increase input in preparing the control program stroke with a focus on blood pressure checks are very useful for the patient to maintain the condition and adapt to stroke as well as to remind the patient of the importance of blood pressure checked regularly in order to avoid the risk of stroke Repeat. Key words Library Information : Blood Pressure, Stroke : 27 Reference (2007-2014) : 1 Title, 2 S1 Name of Nursing, 3 Name of Supervisor I, 4 Name of Supervisor II vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke dapat didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) ataupun perdarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Serangan awal stroke umumnya berupa gangguan kesadaran, tidak sadar, bingung, sakit kepala, sulit konsentrasi, disorientasi atau dalam bentuk lain, stroke bisa menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1 atau 2 hari kemudian akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution), stroke yang sangat parah dapat menyebabkan kematian mendadak, stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan penyebab kematian (Junaidi, 2011). Stroke termasuk salah satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian teratas di dunia. Berdasarkan laporan terbaru WHO terdapat 6,7 juta kematian terjadi akibat stroke dari total kematian yang disebabkan penyakit tidak menular (WHO, 2014). Pada profil statistik WHO yang diperbaharui pada Januari 2015, stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia. Pada tahun 2012 terdapat 328.500 kematian akibat stroke di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, Stroke berada dalam sepuluh besar penyakit tidak menular terbanyak di Indonesia. Kejadian stroke sendiri meningkat dari tahun 2007 sebanyak 8,3‰ menjadi 12,1‰ di tahun 2013. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis 1 2 tenaga kesehatan didapati 7,0‰ dan yang berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1‰. Hal ini menunjukkan sebanyak 57,9% penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. Prevalensi stroke di Jawa Barat tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 6,6‰. Sedangkan prevalensi stroke di Jawa Barat berdasarkan yang terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah 12,0‰ (Kemenkes RI, 2013). Prevalensi stroke di Kabupaten Ciamis berdasarkan yang terdiagnosis tenaga kesehatan sadalah 9,4% dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan dengan gejala adalah 11,8‰ (Dinkes Jawa Barat, 2013). Data Kasus stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis dari tahun ke tahun jumlahnya terus meningkat dan menempati urutan pertama diantara seluruh kasus sistem persyarafan yaitu pada tahun 2013 sebanyak 604 orang pasien stroke, tahun 2014 sebanyak 688 orang pasien stroke dan tahun 2015 sebanyak 738 orang pasien stroke sedangkan pada periode bulan Januari – Maret 2016 adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Data Pasien Rawat Inap Stroke Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis Periode Bulan Januari-Maret 2016 No 1 2 3 Bulan Januari Februari Maret Jumlah Jumlah 38 41 47 126 Persentase 30,16 32,54 37,30 100 (Rekam Medis RSUD Kabupaten Ciamis, 2016) Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pasien rawat inap dengan stroke di rumah sakit umum daerah kabupaten ciamis mengalami peningkatan tiap bulannya dari bulan januari sebanyak 38 orang (30,16%), februari sebanyak 42 orang (32,54%) dan maret sebanyak 47 orang (37,30%). 3 Pada penderita stroke akut, peningkatan tekanan darah sangat sering dijumpai. Ditemukan lebih dari 60-80% pasien stroke akut memiliki tekanan darah tinggi (Rossi, P et al., 2011). International Stroke Trial dan Chinese Acute Stroke Trial melaporkan 82% dan 75% pasien memiliki tekanan darah sistolik >140 mmHg pada 48 jam pertama terjadinya stroke akut sedangkan hipotensi sangat jarang dijumpai, 18% pasien di International Stroke Trial dan 25% pasien di Chinese Acute Stroke Trial didapati tekanan darah sistoliknya ≤140 mmHg pada 48 jam pertama terjadinya stroke (Robinson dan Potter, 2014). Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung didalam pembuluh dan compliance, atau distensibilitas dinding pembuluh (Sherwood, 2011) Banyak penelitian meneliti hubungan tekanan darah yang tinggi pada fase akut stroke dengan outcome stroke, tetapi hasilnya bertentangan. Faktanya, beberapa peneliti menemukan bahwa tekanan darah tinggi berhubungan dengan outcome yang buruk, terutama karena meningkatnya resiko stroke berulang, edema serebral, atau infark yang menjadi hemoragik, sebaliknya beberapa peneliti mengatakan bahwa tekanan darah yang tinggi memperbaiki outcome, yaitu dengan meningkatkan aliran darah serebral ke daerah penumbra yang iskemik (Rossi, P et al., 2011). Pada stroke hemoragik, peningkatan tekanan darah yang persistent dapat memicu perdarahan lebih jauh, meningkatkan aliran darah otak dan meningkatkan tekanan intrakranial (Danpadani, 2012). 4 Prognostik pengaruh tekanan darah selama fase stroke iskemik akut masih menjadi masalah kontroversi. Menurut penelitian yang dilakukan Castillo (2009) pada 304 pasien stroke iskemik tekanan darah sistolik dan diastolik yang tinggi maupun rendah berhubungan dengan prognosis yang buruk pada pasien dengan stroke iskemik. Prognosis yang buruk karena peningkatan tekanan darah diperkirakan karena serebral edema, sedangkan prognosis buruk pada tekanan darah rendah dikarenakan hipoperfusi dan kejadian serangan jantung (Grise, 2012). Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke iskemik. Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 6 kali, semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan stroke akan semakin besar, karena terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan bahkan pecahnya pembuluh darah di otak. Jika serangan stroke terjadi berkali-kali, maka kemungkinan untuk sembuh dan bertahan hidup akan semakin kecil. Tekanan darah merupakan faktor risiko stroke iskemik yang dapat diubah. Dengan mengetahui pengaruh tekanan darah terhadap kejadian stroke iskemik, maka diharapkan dapat mencegah terjadinya stroke iskemik dan stroke iskemik ulangan (Junaidi, 2011). Hasil Studi pendahuluan telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis pada tanggal 21 maret 2016, ditemukan 9 orang pasien stroke dengan 7 orang diantaranya mengalami tekanan darah tinggi, 2 orang mengalami tekanan darah rendah dan 1 orang dengan tekanan darah normal. 5 Penderita stroke seharusnya menerapkan pola makan seimbang untuk menyesuaikan tekanan darah melalui pola makan sehat. Seperti yang terkandung didalam Al-Qur’an surat Al-Araf ayat 31 yang berbunyi : “Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan., (Al Araf 31)” Dari ayat di atas tergambar bahwa Islam sudah menganjurkan menerapkan pola makan seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh melalui pola makan sehat dan jangan sekali-sekali mereka menyalahgunakannya, seperti menafkahkannya dengan boros atau berlebihan. Pola konsumsi yang tidak teratur akan meningkatkan resiko terjadinya stroke, infark miokardium, gagal ginjal dan lain-lain. Kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam. Satu-satunya jalan dengan melaksanakan perintah perintah-Nya dan meninggalkan laranganNya. Allah berfirman dalam Al Quran Surat Yunus Ayat 57: Artinya ''Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman'' (QS:Yunus 57). 6 Dari sini dapat dimengerti bahwa Islam memerintahkan agar berobat pada saat ditimpa penyakit hal ini didukung oleh Hadist Riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi darisahabat Nabi Usamah bin Syuraik yang berbunyi : "Berobatlah, karena tiada satu penyakit yang diturunkan Allah, kecuali diturunkan pula obat penangkalnya, selain dari satu penyakit, yaitu ketuaan." (Hadis Riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari — sahabat Nabi — Usamah bin Syuraik). Bahkan seandainya tidak ada perintah rinci dari hadist tentang keharusan berobat, maka prinsip- prinsip pokok yang diangkat dari al-Quran dan Hadis cukup untuk dijadikan dasar dalam upaya kesehatan dan pengobatan. Namun dalam ajaran Islam juga ditekankan bahwa obat dan upaya hanyalah ―sebab‖, sedangkan penyebab sesungguhnya di balik sebab atau upaya itu adalah Allah SWT. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ‖Gambaran Tekanan Darah Pada Pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2016‖. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ‖Bagaimanakah gambaran Tekanan Darah Pada Pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2016?‖. 7 C. Tujuan Penelitian Diketahuinya gambaran Tekanan darah pada pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2016. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan di dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu bemanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Manfaat Praktis Kegunaan praktis yang diharapkan di dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagi berikut : a. Bagi Rumah Sakit Dapat memberikan informasi kepada pihak rumah sakit mengenai tekanan darah pada pasien stroke, sehingga dapat dijadikan perencanaan penyuluhan tentang pengontrolan tekanan darah khsusnya pada pasien stroke. b. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan memperkaya pengetahuan dan wawasan keilmuan keperawatan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama masalah tekanan darah pada pasien stroke. c. Bagi Pasien Stroke Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan informasi bagi penderita stroke untuk pencegahan serangan ulang stroke. 8 d. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang faktor resiko penyakit stroke. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai stroke sebelumnya pernah di lakukan oleh Sofyan (2013) dengan judul pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN). Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan studi cross-sectional. Populasi adalah penderita stroke yang dirawat inap. Sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 244 kasus. Hasil penelitian didapatkan data sebanyak 146 orang yang menderita stroke iskemik dan 98 orang yang menderita stroke hemoragik, dengan proporsi kejadian stroke. Berdasarkan analisis bivariat (uji chi-square) didapatkan bahwa variabel yang memengaruhi kejadian stroke iskemik yaitu hipertensi, diabetes melitus dan hiperkolesterolemia. Namun berdasarkan analisis multivariat (Analisis Regresi Logistik Ganda) terbukti bahwa hipertensi berpengaruh terhadap kejadian stroke iskemik setelah dikontrol oleh diabetes melitus. Berdasarkan analisis multivariat didapatkan nilai Odds Rasio (OR) hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik setelah dikontrol oleh diabetes melitus adalah sebesar 8,462. Hal ini berarti risiko mengalami stroke iskemik pada penderita hipertensi 8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak hipertensi setelah dikontrol oleh diabetes melitus. 9 Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang stroke. Pada penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti saat ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu judul, lokasi, waktu dan jenis penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif, populasi dan sampel yang diambil adalah pasien stroke di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2016. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Tekanan Darah a. Pengertian Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung didalam pembuluh dan compliance, atau distensibilitas dinding pembuluh (Sherwood, 2011). Darah yang dengan lancar beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media pengangkut oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh (Gunawan, 2011). Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2012). Menurut Hayens (2013), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan 10 11 darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. b. Jenis Tekanan Darah Menurut Gunawan (2011), tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, sebagai berikut : 1) Tekanan Darah Rendah Tekanan darah rendah adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah dari 90/60 mmHg atau tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan gejala-gejala seperti pusing dan pingsan. 2) Tekanan Darah Normal Tekanan darah normal adalah tekanan darah yang berkisar kurang dari 120 mmHg untuk sistolik dan kurang dari 80 mmHg untuk diastolik. 3) Tekanan Darah Tinggi Tekanan darah tinggi dapat didefinisikan sebagai hipertensi dimana tekanan diastolik tepat atau di atas 90 mmHg atau tekanan sistoliknya tepat atau di atas 140 mmHg. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Menurut Price & Wilson (2012) ada 2 faktor penyebab yang mempengaruhi tekanan darah yaitu : 1) Faktor fisiologis a) Kelenturan dinding arteri. b) Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin tinggi tekanan darah. c) Kekuatan gerak jantung 12 d) Viscositas darah, semakin besar viskositas, semakin besar resistensi terhadap aliran. e) Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah meningkat. f) Kapasitas pembuluh darah, makin basar kapasitas pembuluh darah maka makin tinggi tekanan darah. 2) Faktor psikologis a) Umur Umur Dapat mempengaruhi tekanan darah karena tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan. Tingkat tekanan darah anak-anak atau remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh dan usia. Anak-anak yang lebih besar (lebih berat atau lebih tinggi) tekanan darahnya lebih tinggi dari pada anak-anak yang lebih kecil dari usia yang sama. Tekanan darah dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan meningkat usia. sehubungan Lansia dengan tekanan sistoliknya penurunan elastisitas pembuluh. b) Stress Takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vascular perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah. c) Medikasi Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi tekanan darah. Golongan medikasi 13 lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah analgesik narkotik, yang dapat menurunkan tekanan darah. d) Variasi Durnal Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari. Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik pagi menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam. Tidak ada orang yang pola dan derajat variasinya sama. e) Jenis Kelamin Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut. f) Berat Badan Faktor lain perbedaan tekanan darah seseorang adalah berat badan. Obesitas atau disebut juga kegemukan merupakan salah satu faktor penunjang meningkatnya tekanan darah. Seseorang yang mempunyai berat badan lebih diatas 20 persen dari berat idealnya lebih memiliki kemungkinan yang besar menderita tekanan darah tinggi. d. Pengukuran Tekanan Darah Untuk mengukur tekanan darah maka perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun 14 hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2012). Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2012). Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. 15 Manset dikempiskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2012). e. Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah Tekanan darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah di dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju organ-organ tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis atau mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi secara otomatis (Hayens, 2013). Ginjal adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan gas) di dalam tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin dari ginjal merangsang pembentukan angiotensin yang menyebabkan pembuluh darah kontriksi sehingga tekanan darah meningkat. Sedangkan hormon dari beberapa organ juga dapat mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang mensekresikan beberapa hormon seperti adrenalin dan aldosteron juga ovari yang mensekresikan estrogen yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kelenjar tiroid atau hormon tiroksin, 16 yang juga berperan penting dalam pengontrolan tekanan darah (Hayens, 2013). Pada akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang bekerja bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi tekanan darah tinggi. 2. Stroke Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke dapat didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) ataupun perdarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Menurut Junaidi (2011) stroke di bagi menjadi 2 yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melalui proses aterosklerosis sedangkan stroke perdarahan, pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang merembes masuk kedalam suatu daerah di otak dan merusaknya. a. Stroke Iskemik 1) Pengertian Stroke iskemik merupakan aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melalui proses aterosklerosis (junaidi, 2011) 17 Menurut Crowin (2009) stroke iskemik terjadi akibat thrombus (bekuan darah di arteri serebri) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain ditubuh) . 2) Kalsifikasi Menurut Junaidi (2011) menyatakan stroke iskemik mempunyai beberapa klasifikasi seperti : a) Transient Ischemic Attack (TIA): serangan stroke sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam b) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND): gejala neurologis yang akan menghilang antara > 24 jam sampai dengan 21 hari c) Progressing stroke atau stroke in evolution: kelainan atau deficit neurologic berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi berat d) Stroke komplit : kelainan neurologis sudah lengkap menetap dan tidak berkembang lagi 3) Etiologi Stroke Iskemik a) Ateroma Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi disepanjang jalur arteri yang menuju otak. Misalnya suatu teroma (endapan lemak) bisa terbentuk didalam arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri karotis jalur utama memberikan darah kesebagian besar otak. 18 b) Emboli Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil. Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau katupnya c) Infeksi Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atauinfeksi menyebabkan menyempitnya pembuluh darah yang menujuke otak. Selain peradangan umum oleh bakteri, peradangan juga bisa asam urat yang berlebih dalam darah d) Obat-obatan Obat-obatan dapat menyebabkan stroke, seperti kokain, amfetamin, epinefrin, adrenalin dan sebagainya dengan jalan mempersempit diameter pembuluh darah di otak dan menyebakana stroke (Junaidi, 2011) 4) Tanda dan Gejala Stroke Iskemik Menurut Fransisca (2008) gejala klinis yang timbul pada stroke iskemik berupa : a) Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesi) yang timbul mendadak b) Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan hemisensorik) c) Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium, lertagi, stupor atau koma) 19 d) Afasia (tidak lancar atau tidak dapat bicara ) e) Ataksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran) f) Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala) 5) Patofisiologi Stroke Iskemik Proses terjadinya stroke iskemik diawali proses pembentukan flak aterosklerosis melalui mekanisme aterosklerosis pada dinding pembuluh darah. Aterosklerosis dimulai dengan adanya luka pada sel endotel pembuluh darah, yaitu lapisan dalam pembuluh darah yang bersentuhan langsung dengan darah dan zat dalam darah. Permukaan sel endotel yang semula licin akan menjadi tidak licin karena plak. Akibatnya semakin menebalnya plak maka fibrous kolagen sub endotelakan robek. Plak yang terbentuk akan menjadi matang dan dapat pecah lalu mengikuti aliran darah yang akan menyebabkan emboli menyumbat aliran darah sehingga terjadi gangguan suplai oksigen (iskemia) baik dipembuluh darah jantung maupun otak. Karena tumpukan plak pada dinding arteri semakin banyak membuat lapisan bawah garis pelindung arteri semakin banyak membuat perlahan-lahan mulai menebal dan jumlah sel otot bertambah. Setelah beberapa waktu, jaringan penghubung yang menutupi daerah itu berubah menjadi jaringan parut (Scerosis). Jaringan parut tersebut akan mengurangi elastisitas dinding pembuluh darah sehingga mudah pecah. Akibatnya mulai terjadi penempelan daerah parut oleh sel-sel darah yang beredar dalam darah. Selanjutnya gumpalan darah dapat dengan cepat tertumpuk pada permukaan lapisan arteri yang robek dan semakin lama 20 semakin banyak tumpukan terbentuk sehingga menimbulkan penyempitan arteri, lalu terjadi penyumbatan total. Apabila aterosklerosis terjadi dalam arteri otot jantung maka akan timbul kekurangan pasokan oksigen akut sehingga terjadi serangan jantung. Apabila ini terjadi pada arteri otak maka terjadi serangan stroke (iskemik/ non perdarahan) (Junaidi, 2011). 6) Komplikasi Menurut Corwin (2009) menyatakan komplikasi yang ditimbulkan pada stroke iskemik sebagai berikut : a) Individu yang mengalami Cidera Vaskuler Serebral (CVS)mayor pada bagian otak yang mengontrol respons pernafasan atau kardiovaskuler dapat meninggal. Destruksi area ekspresif atau reseptif pada otak akibat hipoksia dapat menyebabkan kesulitan komunikasi. Hipoksia pada area motorik otak emosional dapat dapat menyebabkan terjadi pada paresis. kerusakan Perubahan korteks yang mencakup sistem limbik. b) Hematoma intraserebral dapat disebabkan oleh pecahnya anurisma atau stroke hemoragik yang menyebabkan cidera otak sekunder ketika tekanan intrakranial meningkat 7) Penatalaksanaan Penanganan stroke iskemik bertujuan untuk mempertahankan fungsi otak yang tergantung pada kesempatan untuk menyelamatkan fungsi otak dalam waktu singkat. Ada beberapa penanganan stroke sebagai berikut : a) Pemeriksaan neurologis darurat atau cepat untuk menentukan tipe dan lokalisasi stroke 21 b) Pemeriksaan laboratorium darah rutin seperti glukosa, elektrolit dan faktor koagulasi c) Pemeriksaan scanningsecara tepat untuk memastikan jenis stroke d) Melakukan koordinasi dari unit perawatan darurat dan tersedianya fasilitas angioplasti e) Melakukan pemeriksaan dopler ultrasonografi secepat mungkin f) Melakukan pengobatan dasar seperti pemasangan kateter, drainase, menangani kondisi umum seperti hipertensi, keadaan metabolisme serta fungsi jantung. 8) Terapi obat a) Memperbaiki perfusi Tindakan ini bertujuan memulihkan aliran darah ke otak yang sedang mengalami sumbatan yaitu dengan obat yang dapat menghancurkan thrombus (agent trombolitik) b) Neuroprotektan Golongan obat ini bersifat melindungi otak yang sedang mengalami iskemik sehingga tidak menjadi mati atau infrak. c) Penanganan faktor resiko dan komplikasi Mengobati penyakit penyerta atau penyakit yang mendasari seperti obat untuk penyakit hipertensi, kencing manis, jantung, hiperlikolesterolemia dan sebagainya b. Stroke Hemoragik 1) Pengertian Stroke Hemoragik Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan iskemia (penurunan aliran) danhipoksia di sebelah hilir. Penyebab stroke hemoragik adalah 22 hipertensi, pecahnya aneunisma, atau malformasi arteriovenosa (hubungan yang abnormal) (Crowin, 2009). Stroke hemoragik merupakan pendarahan serebri dan mungkin pendarahan subarakhnoid disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat, kesadaran klien umumnya menurun (Muttaqin, 2008). 2) Etiologi stroke hemoragik Menurut Junaidi (2011) penyebab stroke perdarahan kerena terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan disebabkan arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebab stroke perdarahan misalnya hipertensi yang mendadak tinggi dan atau stres psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi juga bisa disebabkan trauma kepala, atau peningkatan tekanan lain seperti mengejan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya. Perdarahan otak dapat terjadi di dalam otak itu sendiri yang disebut hemoragik otak sehingga otak tercemar oleh kumpulan otak darah atau darah masuk ke selaput otak atau ruang subarakhnoid yang disebut perdarahan subarakhnoid. Perdarahan subarakhnoid ada 2 macam yaitu primer, bila pembuluh darah yang pecah berasal dari arteri yang ada di subarakhnoid dan sekunder bila sumber darah berasal dari tempat lain ruangan subarakhnoid yang masuk keruangan subarakhnoid. Pada pembuluh darah yang pecah dapat terjadi kontraksi atau 23 vasokontriksi yaitu pengecilan diameter atau saluran arteri yang dapat memghambat aliran darah ke otak dan gejala yang timbul tergantung daerah otak mana yang dipengaruhi. 3) Faktor resiko stroke Menurut National stroke Association (2014), ada 3 tipe faktor resiko terjadinya stroke: a) Faktor resiko internal, yang tidak dapat dikontrol atau diubah atau dimodifikasi : (1) Usia Resiko stroke meningkat seiring meningkatnya usia. Perubahan-perubahan yang menjurus ke aterosklerosis yang merupakan penyebab stroke sudah mulai terjadi setelah manusia dilahirkan. Pada usia 30 tahun, lesi aterosclerosis mulai tampak di arteri-arteri intracranial Setelah usia 55 tahun, resiko stroke menjadi 2kali lipat setiap dekadenya. (2) Ras atau suku bangsa Bangsa Afrika atau Negro, Jepang dan Cina lebih sering terkena stroke. Orang yang berwatak keras terbiasa cepat atau buru-buru, seperti orang Sumarta, Sulawesi, Madura rentan terserang stroke. (3) Jenis kelamin Laki-laki lebih mudah terkena stroke. Hal ini dikarenakan lebih tinggi angka kejadian faktor risiko stroke (misalnya hipertensi) pada laki-laki sedangkan pada perempuan lebih 24 banyak memiliki kecacatan setelah stroke dibanding lakilaki pada perempuan juga lebih banyak meninggal setiap tahunnya karena stroke dibandingkan laki-laki. Namun insidensi stroke lebih tinggi pada laki-laki. (4) Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang pernah mengalami stroke pada usia muda maka yang bersangkutan beresiko tinggi terkena stroke b) Faktor resiko eksternal, yang dapat dikontrol atau diubah atau dimodifikasi (1) Hipertensi (2) Diabetes melitus atau kencing manis (3) Trannsient Iscemic Attack (TIA) = serangan lumpuh sementara (4) Fibrilasi atrial jantung (5) Pasca stroke (6) Abnormalitas lemak ; lipoprotein (7) Fibronogen tinggi dan perubahan hemoreologikal (8) Perokok (9) Peminum alkohol (10) Infeksi virus dan bakteri (11) Obat-obatan seperti kontrasepsi oral/pil KB (12) Obesitas (13) Kurang latihan fisik (14) Stres fisik dan mental 25 c) Faktor resiko generasi baru (1) Defisiensi atau kekurangan hormon wanita (estrogen) (2) Homosistein tinggi (3) Plasma fibrinogen 4) Patofisiologi stroke hemoragik Menurut Junaidi (2011) stroke perdarahan disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis yang disebut hemoragik. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak, sehingga terjadi hematom. Hematom ini menyebabkan timbulnya Tekanan Tinggi Intra Kranial (TTIK). Keadaan tersebut terjadi pada perdarahan intrakranial. Pada stroke hemoragik darah arteri sistem pembuluh darah dapat masuk ke dalam rongga subaraknoid yang disebut perdarahan subaraknoid sekunder. Bila sumber perdarahan berasal dari rongga subaraknoid maka disebut perdarahan subaraknoid primer. Perdarahan dapat disebabkan aneurisma, infeksi, hipertensi (aneurisma arteri kecil atau arteriol), angiomaatau tumor, dan trauma kepala karena rongga kranium tertutup rapat, keluarnya darah arteri segera menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, akibatnya terjadi iskemik serebri global. Hemoragik juga menyebabkan kerusakan otak dengan cara darah dan jaringan otak biasanya dipisahkan oleh sawar darah otak dan sawar darah cairan serebrospinal. Terdapatnya darah di jaringan saraf dapat berakibat gangguan fungsi sel yang berat bahkan nekrosis sel saraf. Selain kerusakan jaringan saraf 26 hemoragik juga menyebabkan pembuluh darah berkontriksi dan daerah yang disuplainya menjadi terhambat sehingga terjadi iskemik. 5) Tanda dan gejala stroke hemoragik a) Perdarahan intraserebral (1) Sakit kepala, muntah, pusing (vertigo), gangguan kesadaran (2) Gangguan fungsi tubuh (defisit neurologis), tergantung dari area perdarahan (3) Bila perdarahan ke kapsula interna (perdarahan kapsuler) maka ditemukan : (a) Hemiparase kontralateral (b) Hemiplagia (c) Koma (bila perdarahan luas) (4) Perdarahan luas atau masif ke otak kecil atau serebelum maka akan ditemukan ataksia serebelum (gangguan koordinasi), nyeri kepala di oksipital, vertigo, nistagmus dan disastri. (5) Perdarahan terjadi di pons (batang otak) (a) Biasanya kuadriplegikdan flagsid, kadang dijumpai rigiditas deserebrasi (b) Pupil kecil (pin point) dan reaksi cahaya minimal (c) Depresi pernafasan atau ceyne stroke (d) Hipertensi (reaktif) (e) Panas (f) Penurunan kesadaran dengan cepat tanpa didahului sakit kepala, vertigo, mual atau muntah 27 (6) Perdarahan di talamus (a) Defisit hemisensorik (b) Hemiparesis atau hemiplegi kontra lateral (c) Afasia, anomia dan mutisme, bila mengenai hemisfer dominan (d) Perdarahan putamen (area striata) daerah yang paling sering terkena perdarahan intra serebral (e) Hemiparesisa tau hemiplegi kontra lateral (f) Defisit hemisensorik dan mungkin disertai hemianopsian homonim (g) Afasia, bila mengenai hemisfer dominan (7) Perdarahan di lobus Peradarahan terdapat di subtansia alba supratentorial (a) Frontalis : Hemiparesis kontra lateral dengan lengan lebih nyata disertai sakit kepala bifrontal, deviasi konjuge ke arah lesi (b) Parietalis : Defisit persepsi sensorik kontra lateral dengan hemiparesis ringan (c) Oksipitalis : Hemianopsia dengan atau tanpa hemiparesis minimal pada sisi ipsi laterald engan hemianopsia (d) Temporalis : Afasia sensorik, bila area hemisfer dominan terkena, wernicke hemianopsia atau kuadranopsia karena massa darah mengganggu radiasio optika. 28 b) Perdarahan subaraknoid (1) Sakit kepala mendadak dan hebat dimulai dari leher (2) Nausea dan vomiting (mual dan muntah) (3) Fotofobia (mulai silau) (4) Paresis saraf okulomotrius, pupil anisokor, perdarahan retina pada fundus kopi (5) Gangguan otonom (suhu tubuh dan tekanan darah naik) 6) Komplikasi stroke hemoragik Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, dan luasnya area cedera antara lain (Brunner dan Suddarth, 2012): a) Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenisasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenisasi jaringan. b) Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera. c) Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan 29 selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan menghentikan trombus lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki. 7) Penatalaksanaan pada pasien stroke hemoragik a) Mengobati tekanan darah tinggi yang timbul b) Mengatasi edema otak dengan : (1) Obat-hiperrosmolar, misalnya: manitol, gliserol (2) Kortikosteroid, bila diperlukan c) Tindakan bedah (1) Evakuasi darah didekat korteks (2) Mengeringkan darah melalui lubang dengan cara bor (3) Mencegah sindrom inkarserata 3. Peran Tekanan Darah dalam Stroke Orang normal mempunyai suatu sistem autoregulasi arteri serebral. Bila tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh darah serebral menjadi vasospasme (vasokonstriksi). Sebaliknya, bila tekanan darah sistemik menurun, pembuluh darah serebral akan menjadi vasodilatasi. Dengan demikian, aliran darah ke otak tetap konstan. Walaupun terjadi penurunan tekanan darah sistemik sampai 50 mmHg, autoregulasi arteri serebral masih mampu memelihara aliran darah ke otak tetap normal. Batas atas tekanan darah sistemik yang masih dapat ditanggulangi oleh autoregulasi ialah 200 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan 110-120 mmHg untuk tekanan diastolik (Hariyono, 2012). 30 Ketika tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral akan berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat. Hal ini akan mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak (Hariyono, 2012). Ketidakstabilan tekanan darah sering terjadi setelah stroke iskemi akut, 82% pasien dengan stroke iskemi akut yang ada di Unit Gawat Darurat memiliki tekanan darah sistole >140 mmHg. Hubungan antara tekanan darah dan prognosis setelah stroke iskemik telah dikemukakan, peningkatan dan penurunan tekanan darah yang ekstrim berhubungan dengan prognosis yang buruk. Prognosis yang buruk karena peningkatan tekanan darah diperkirakan karena serebral edema, sedangkan prognosis buruk pada tekanan darah rendah dikarenakan hipoperfusi dan kejadian serangan jantung (Grise, 2012). B. Landasan Teori Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang terkandung didalam pembuluh dan compliance, atau distensibilitas dinding pembuluh (Sherwood, 2011). 31 Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi tekanan darah rendah dimana tekanan darah lebih rendah dari 90/60 mmHg, tekanan darah normal adalah tekanan darah yang berkisar kurang dari 120/80 mmHg dan tekanan darah tinggi dimana tekanan tepat atau di atas 140/90 mmHg (Gunawan, 2011). Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke dapat didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) ataupun perdarahan (stroke hemoragik) (Junaidi, 2011). Hubungan antara tekanan darah dan prognosis setelah stroke iskemik telah dikemukakan, peningkatan dan penurunan tekanan darah yang ekstrim berhubungan dengan prognosis yang buruk. Prognosis yang buruk karena peningkatan tekanan darah diperkirakan karena serebral edema, sedangkan prognosis buruk pada tekanan darah rendah dikarenakan hipoperfusi dan kejadian serangan jantung (Grise, 2012). C. Kerangka Konsep Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus, oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur, konsep hanya dapat diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel, jadi variabel adalah simbol atau lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep (Notoatmodjo, 2010). 32 Adapun kerangka konsep dari penelitian yang berjudul ” Gambaran pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien stroke oleh perawat di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis Tahun 2015”, dapat di gambarkan sebagai berikut : Tekanan Darah Rendah Pasien Stroke Tekanan Darah Normal Tekanan Darah Tinggi Gambar 2.1 Kerangka konsep (Gunawan (2011) dan Junaidi (2011) ) Kerangka konsep diatas menggambarkan tekanan darah pasien stroke. dimana kategori tekanan darah rendah, normal dan tekanan darah tinggi akan ditemukan pada pasien stroke. DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an Surat Al-Araf Ayat 31 Al-Quran Surat Yunus Ayat 57 Al-Hadis Riwayat Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari — sahabat Nabi — Usamah bin Syuraik Arikunto, Suharsimi, (2010), Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Brunner & Suddarth D, (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Yasmin Corwin, Elizabeth J, (2009), Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta. Dinkes Jabar, (2013) Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2013 tersedia dalam http://www.dinkesjabar.go.id [Diakses 18 Maret 2016] Fransisca (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Metabolisme. Salemba Medika, Jakarta Grise, (2012). Impact of Risk Factors for Recurrent Ischemic Stroke in Prasat Neurological Institute. Journal Med Assos Thai Gunawan, (2011). Dasar-Dasar Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta EGC Hariyono, (2012). Hipertensi Dan Stroke. tersedia http://www.tempo.co.id/medika/arsip/ [Diakses 18 Maret 2016] dalam Hayens (2013). Buku Pintar Menaklukan Hipertensi. Jakarta : Ladang Pustaka dan Inti Media. Junaidi, I, (2011), Stroke Waspadai Ancamannya, Penerbit Andi, Yogyakarta Kemenkes, (2013) Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan kementerian Kesehatan RI : Jakarta Muttaqin, Arif, (2008), Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan, Salemba Medika, Jakarta. Notoatmodjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Nursalam, (2013). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta Price SA, Wilson LM (2012). Patofisiologi. Konsep K linis Proses-Proses Penyakit. 8th ed. Jakarta: EGC. Rekam Medis RSUD Kabupaten Ciamis 2016 Riduan Akdon (2007). Rumus dan Data dalam Analisis dan Statistik.Bandung : Alfabeta. Robinson dan Potter, (2014). The Burden of Stroke and Transient Ischemic Attack: a Community-based Prevalence Study. BMC Neurology, Rossi, P et al., (2011) Risk Factors for Acute Ischaemic Stroke in Young Adults. J Neurol Neurosurg Psychiatry Sherwood, (2011). Fisiologi Kardiovaskuler. Jakarta EGC Smeltzer & Bare, (2012). Keperawatan Medikal Bedah, Edisi ke delapan, Vol 8, Jakarta: EGC Sofyan (2013) Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke Iskemik Dan Stroke Hemoragik Di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN). Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/19500 [accesed 12 Maret 2016]. Sugiyono, (2010), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta WHO, (2014). Global Burden of Stroke. Available from: http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_15_burden_st roke.pdf [12 Maret 2016].