HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL 1 Tanya : Apa kekayaan

advertisement
A.
1
HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL
Tanya
:
Apa kekayaan intelektual (intellectual property) itu ?
:
Kekayaan intelektual adalah produk tidak berwujud (intangible
products) dari hasil aktivitas intelektual manusia.
Peter Groves (1997 : 2) mengartikan hak kekayaan sebagai berikut :
`Intellectual property' means any patent, trademark, copyrights, design
right, registered design, technical or commercial information or other
intellectual property.
Tanya
:
Apa hak atas kekayaan intelektual (intellectual property right) itu
?
Jawab
:
Hak atas kekayaan intelektual adalah serangkaian hak dan kepentingan
yang sah yang terkait dengan "produk" yang dapat diIaksanakan.
Berikut kutipan pengertian hak atas kekayaan intelektual dari beberapa
pakar hukum
a. David Bainbridge (1993 : 3) :
Intellectual property laws is that area of law which concerns legal
rights associated with creative effort or commercial reputation and
goodwill. The subject matter of intellectual property is very wide
and includes literary and artistic works, films, computer programs,
inventitions, designs and marks used by traders for their goods or
services. Intellectual property rights mencakup :
1) Copyright
2) Rights in performances
3) The law of confidence
4) Patents
5) Registered designs
6) Design rights
7) Trade marks
8) Passing off
9) Trade label
10) The rights associated with plant and seed varieties protections.
b. Caroline Wilson
Intellectual property rights (IPRs) is the term used to describe the
various rights that effort protection to innovative and creative
endeavor. The main rights that full within intellectual property
include ..
1) Patents
2) Breach of confidence
3) Trade marks
4) Passing off
5) Copyrights and moral rights f Design law
Jawab
2
Dalam buku "Patent, Copyright & Trademark" (2001: 9-11), Stephen
Elias dan Richard Stim memberikan suatu bagan terinci untuk
membantu kita mengidentifikasi hukum yang berlaku. Bagan ini
menyajikan kategori ciptaan (creation), diikuti indikasi tentang apa
sumber hukum kekayaan intelektual yang biasanya berlaku sebagai
berikut :
3
Tanya
:
Mengapa HKI dianggap penting ?
Jawab
: HKI dianggap penting karena :
a.
Kita tidak hanya mengandalkan Sumber Daya Alam saja untuk membangun
bangsa yang makmur dan sejahtera, tetapi juga perlu Sumber Daya Manusia.
b.
HKI akan banyak diperoleh suatu negara dari SDM yang kreatif dam inovatif
serta mampu mengembangkan perekonomian.
c.
HKI sebagai penghasil devisa yang cukup dominan di negara-negara maju yang
diperoleh dari royalti, pajak HKI, dan sebagainya.
d.
Perjanjian-perjanjian berkaitan dengan HKI merupakan hal yang patut
dipahami pihak-pihak yang berkepentingan seperti konsultan HKI dan Notaris.
4
Tanya
Jawab
5
Tanya
Jawab
: Sebutkan Undang-undang Hak Atas Kekayaan Intelektual yang
berlaku di Indonesia.
: Undang-undang Hak Atas Kekayaan Intelektual yang berlaku di
Indonesia saat ini adalah :
a. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Rahasia Dagang (mulai berlaku tanggal 20 Desember 2000);
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri (mulai berlaku tanggal 20 Desember 2000);
c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2000 tentang
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (mulai berlaku tanggal 20
Desember 2000);
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 tentang
Paten (mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2001);
e. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Merk (mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2001);
f. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang
Hak Cipta (mulai berlaku tanggal 29 Juli 2003).
: Sebutkan konvensi-konvensi internasional di bidang Flak Atas
Kekayaan Intelektual (HKI) yang telah diratifikasi oleh Indonesia.
: Beberapa Keputusan Presiden (Keppres) tentang ratifikasi konvensikonvensi internasional di bidang HKI, yaitu :
a. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Paris Convention For The Protection of Industrial Property;
b. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Patent Corporation Treaty (PCT) And Regulations Under The Act;
c. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Trademark Law Treaty;
d. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan
Bern Convention For The Protection of Literary And Artistic Works;
e. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan
WIPO (World Intellectual Property Organization) Copyrights Treaty;
Selain Keputusan-keputusan Presiden di atas, Presiden Republik Indonesia dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada
tanggal 2 Nopember 1994 telah mengesahkan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Perdagangan
Dunia).
6
Tanya
Jawab
: Siapakah yang dimaksud dengan Konsultan Hak Kekayaan
Intelektual di Indonesia ?
: Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2005 tentang Konsultan Hak Kekayaan Intelektual, Konsultan Hak
Kekayaan Intelektual adalah orang yang memiliki keahlian di bidang
Hak Kekayaan Intelektual dan secara khusus memberikan jasa di
bidang pengajuan dan pengurusan permohonan di bidang Hak Kekayaan Intelektual yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual dan terdaftar sebagai konsultan Hak Kekayaan Intelektual di
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
7
Tanya
Jawab
: Apa peranan dari Konsultan Hak Kekayaan Intelektual ?
: Keberadaan Konsultan Hak Kekayaan Intelektual dimaksud-kan guna
mewakili masyarakat khususnya Pemohon, seperti Pencipta, Inventor,
Pendesain, Pemegang Hak atau Pihak Lain yang memperoleh hak untuk
mengajukan pendaftaran di bidang I Iak Kekayaan Intelektual yang
masing-masing memiliki karakteristik dan prosedur yang berlainan
untuk mendapatkan perlindungan hukum atas hak tersebut.
8
Tanya
: Kompetensi apa yang perlu dimiliki seorang Konsultan Flak
Kekayaan Intelektual ?
: Seorang Konsultan Hak Kekayaan Intelektual dituntut memiliki
kemampuan dan pengetahuan legal praktis dan teknis sehingga dapat
memberikan saran dan pandangan secara komprehensif setiap subyeksubyek Hak Kekayaan Intelektual, menggali keunggulan-keunggulan
dari setiap karya intelektual tersebut, bentuk perlindungan hukum dan
prosedur guna mendapatkan perlindungan hukum tersebut, terutama
dalam rangka pengajuan pendaftaran suatu Hak Kekayaan Intelektual
di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. la harus menguasai
materi seluruh hidang Hak Kekayaan Intelektual.
Jawab
9
Tanya
Jawab
: Apa hak dan kewajiban seorang Konsultan Hak Kekayaan
Intelektual ?
: Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2005, hak
10
Tanya
Jawab
dan kewajiban seorang Konsultan Hak Kekayaan Intelektual sebagai
berikut :
1) Konsultan Hak Kekayaan Intelektual berhak untuk mewakili,
mendampingi, dan/atau membantu kepentingan pihak pengguna
jasa untuk mengajukan dan mengurus permohonan di bidang Hak
Kekayaan Intelektual kepada Direktorat Jenderal.
2) Hak untuk mewakili, mendampingi dan/atau membantu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disertai surat kuasa.
3) Konsultan Hak Kekayaan Intelektual berhak memperoleh imbalan
atas jasa yang diberikan kepada pengguna jasa.
4) Konsultan Hak Kekayaan Intelektual berkewajiban :
a) mentaati peraturan perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan Intelektual dan ketentuan hukum lainnya;
b) melindungi kepentingan pengguna jasa, dengan menjaga kerahasiaan informasi yang berkaitan dengan permohonan Hak
Kekayaan Intelektual yang dikuasakan kepadanya; dan
c) memberikan pelayanan konsultasi dan sosialisasi di bidang Hak
Kekayaan Intelektual, termasuk tata cara permohonan
pengajuan di bidang Hak Kekayaan Intelektual.
5) Pemberian pelayanan dan sosialisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf c, diberikan secara cuma-cuma kepada pihak
pengguna jasa yang tidak mampu.
6) Konsultan Hak Kekayaan Intelektual dalam menjalankan
tugasnya, menunjuk seorang Konsultan Hak Kekayaan
Intelektual lainnya untuk bertindak sebagai Protokol, apabila
Konsultan yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat
atau diberhentikan dengan tidak hormat.
7) Protokol sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berkewajiban
memberitahukan kepada pemberi kuasa tentang pemberhentian
sebagai Konsultan agar pemberi kuasa menunjuk kuasa baru.
8) Konsultan Hak Kekayaan Intelektual yang telah diangkat, apabila
di kemudian hari terjadi perubahan mengenai syarat-syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, huruf b dan huruf
e wajib melaporkan perubahan tersebut kepada Direktorat
Jenderal.
: Pada tanggal 2 Nopember 1994, Pemerintah Indonesia dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah mengesahkan
Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia
(Agreement Establishing The World Trade Organization) melalui
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Jelaskan latar belakang, isi
pokok, dan dampak Undang-undang tersebut terhadap Indonesia.
: Sebagaimana diketahui, perjanjian liberalisasi perdagangan dunia, hasil
tujuh tahun perundingan Putaran Uruguay telah ditandatangani negaranegara anggota GATT di Marrakesh, Maroko sekaligus meresmikan
berdirinya Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menggantikan GATT.
Para menteri dari sekitar 125 negara anggota GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) itu membubuhkan tanda tangan mereka di
Royal Hall, Marrakesh Conference Palace. Nama resmi perjanjian itu
adalah The Final Act Embodying the Results of the Uruguay Round of
Multilateral Trade Negotiations. Tebal kitab perjanjian yang khusus
untuk ditandatangani itu ternyata mencapai 26.000 halaman.
Para menteri juga mengeluarkan Deklarasi Marrakesh yang isinya
menyatakan dukungan anggota terhadap pakta GATT yang Baru itu dan
sekaligus memberi lampu hijau bagi kehadiran WTO, yang
menggantikan GATT, sebuah lembaga semipermanen yang dibentuk
pada 1948. WTO, yang beroperasi mulai 1 Januari 1995, diberi
wewenang besar untuk mengawasi penerapan program liberalisasi
perdagangan global berdasarkan pakta GATT dan punya kedudukan
sederajat dengan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Meski sudah ditandatangani oleh para menteri, untuk diakui secara sah
di beberapa negara, termasuk di Amerika Serikat dan Masyarakat
Eropa, pakta itu masih membutuhkan ratifikasi dari parlemen masingmasing.
Perundingan Perdagangan Multilateral Putaran Uruguay (Uruguay
Round of Multilateral Trade Negotiations) merupakan perundingan
GATT kedelapan dan perundingan yang paling banyak makan waktu.
Semenjak GATT didirikan pada tahun 1946 telah diselenggarakan
Geneva Round (1947), Annecy Round (1949), Torquay Round (1951),
Geneva Round (1956), Dillon Round (1960-1961), Kennedy Round
(1964-1967), Tokyo Round (1973-1979), dan belakangan ini Uruguay
Round (1986-1993).
Uruguay Round yang dimulai pada bulan September 1986 di Punta del
Este, Uruguay, bertujuan untuk memperbarui tatanan pengaturan
perdagangan internasional dengan meningkatkan dan mempeduas
perjanjian GATT tahun 1947 berdasarkan kesepakatan-kesepakatan
yang telah dicapai dalam Tokyo Round, yaitu mengusahakan agar
sistem perdagangan internasional lebih terbuka, membendung arus
proteksionisme yang semakin meningkat, serta menyempurnakan
aturan permainan multilateral di bidang perdagangan melalui perbaikan aturan dan memperkuat GATT sebagai lembaga multilateral.
Ada 3 tujuan yang ingin dicapai GATT semenjak pendiriannya, yaitu:
a) memperjuangkan terciptanya perdagangan internasional yang bebas
dan jujur.
b) menstabilkan sistem perdagangan.
c) memperjuangkan penurunan dan penghapusan hambatan
perdagangan baik yang berupa tarif maupun bukan tarif.
Di dalam upaya mencapai ketiga tujuannya itu GATT berpegang pada 5
prinsip yang dijalankannya.
Pertama, Most Favoured Nation (MFN). Semua negara peserta wajib
memberi perlakuan yang sama baik kepada produk dan/atau produsen,
jasa dan/atau pemasok jasa yang berasal dari suatu negara peserta
dibanding dengan perlakuan yang diberikan kepada produk dan/atau
produsen, jasa dan/atau pemasok jasa yang berasal dari negara peserta
lainnya.
Kedua, Protection Through Tariffs. Proteksi terhadap industri domestik
hanya dilakukan melalui tarif (menaikkan tingkat tarif) dan tidak
melalui tindakan-tindakan perdagangan lainnya (Non Tariffs'
Commercial Measures).
Ketiga, A Stable Basis for Trade. Dalam upaya menciptakan perdagangan
internasional yang stabil, maka GATT memuat ketentuanlcetentuan
tentang pengikatan tarif (Tariff Binding) melalui perundinganperundingan. Pengikatan tarif dilakukan agar tiap anggota tidak bebas
untuk mengubah tingkat tarif suatu produk sehingga kondisi
perdagangan dapat diprakirakan (predicted).
Keempat, Promoting Fair Competition. Dalam upaya menciptakan
perdagangan yang jujur, maka GATT mengatur tatacara penanganan
tindakan-tindakan yang dianggap tidak jujur (misalnya: dumping dan
subsidi). Untuk mengatasi akibat perbuatan tidak jujur dari suatu
negara peserta, maka negara peserta yang dirugikan dapat melakukan
tindakan balasan (retaliation) dan meminta kompensasi.
Kelima, Quantitative Restrictions on Import. Larangan diterapkannya
pembatasan kuantitatif merupakan ketentuan GATT yang mendasar.
Dalam hal tertentu suatu negara peserta dapat menyimpang dari
ketentuan dimaksud. Alasan yang dapat digunakan adalah misalnya
kesulitan neraca pembayaran, dan Infant Industry Argument.
Ada 5 tujuan yang ingin dicapai Putaran Uruguay, yaitu :
a) melakukan penafsiran baru terhadap beberapa pasal GATT 1947.
b) menambah cakupan GATT dengan perjanjian tentang hasilhasil
pertanian, perjanjian tentang tekstil dan pakaian jadi, perdagangan
jasa, perjanjian tentang hak milik intelektual, perjanjian tentang
kebijakan penanaman modal yang berkaitan dengan perdagangan,
kesekapatan baru mengenai berbagai aturan umum perdagangan,
dan pembentukan Multilateral Trade Organization (MTO).
c) meningkatkan peranan GATT dan memperbaiki sistem perdagangan
multilateral berdasarkan prinsip-prinsip dan ketentuanketentuan
GATT.
d) meningkatkan ketanggapan sistem GATT terhadap perkembangan
situasi perekonomian dunia dan teknologi tinggi.
e) mengembangkan suatu bentuk kerjasama pada tingkat internasional
untuk mempererat hubungan antara kebijakan perdagangan dan
kebijakan ekonomi lainnya.
Putaran Uruguay mengidentifikasikan adanya 15 bidang persoalan yang
merupakan obyek perundingan, yaitu :
a) Tariffs. Dikehendaki agar semua negara melakukan penurunan dan
penghapusan tarif.
b) Non-Tariff Measures. Diinginkan agar semua negara melaksanakan
pengurangan dan penghapusan hambatan nontarif dan/atau
menjadikan hambatan nontarif itu menjadi hambatan tarif
(tariffication) serta hambatan pembatasan kuantitatif.
c) Tropical Products. Di sini diperjuangkan terwujudnya liberalisasi
perdagangan produk tropika baik dalam bentuk jadi maupun
setengah jadi. Karena produk-produk tropika merupakan mata
dagangan unggulan negara berkembang, maka produk tropika diberi
perhatian khusus.
d) Natural Resource-Based Products. Didayakan adanya liberalisasi
perdagangan produk-produk yang berasal dari sumber/hasil alam
baik dalam bentuk jadi maupun setengah jadi.
e) Textiles and Clothing. Di bidang tekstil dan pakaian ini diupayakan
terumuskannya modal itas yang memungkinkan sektor ini kembali
kepada pengaturan GATT, pada dewasa ini masih diberlakukan Multi
Fibre Arrangement (MFA).
f) Agriculture. Di bidang hasil pertanian dirundingkan tercapainya
liberal isasi perdagangan melalui upaya mengembalikan sistem
perdagangannya kepada sistem GATT, caranya dengan memperbaiki
akses pasar, mengurangi hambatan impor, mengurangi/ menghapus
subsidi langsung maupun tidak langsung.
g) GATT Articles. Ini merupakan upaya melakukan interpretasi baru
atas beberapa pasal GATT.
h) Multilateral Trade Negotiation Agreements and Arrangements. Ini
adalah upaya menyempurnakan dan memperjelas serta memperluas
berbagai persetujuan dan pengaturan yang telah disepakati dalam
perundingan Tokyo Round.
i) Subsidies and Countermining Measures. Di sini didayakan untuk
menyempurnakan disiplin GATT yang berhubungan dengan subsidi
dan tindakan countervailling duty.
j) Dispute Settlement. Ini merupakan daya-upaya im1111c menyempurnakan dan memperketat ketentuan dan tatacara penyelesaian
sengketa.
k) Trade Related Aspects of Intellectual Property Right Including Trade
in Counterfeit Goods. Di sini diperjuangkan upaya untuk
menyempurnakan dan memperjelas ketentuan GATT yang berkaitan
dengan hak milik intelektual mata dagangan, termasuk ketentuan
mengenai perangkat kerja yang berhubungan dengan perdagangan
barang palsu.
l) Trade Related Investment Measures. Inilah upaya yang mengatur
ketentuan tentang kebijakan penanaman modal-yang berhubungan
dengan perdagangan.
m) Functioning of the GATT System. Di sini diupayakan untuk
menjalankan keseluruhan sistem pengawasan pelaksanaan GATT,
efektivitas dan peranan GATT, dan kontribusi GATT dalam mewujudkan keterkaitan pembuatan kebijakan ekonomi global.
n) Safeguard. Ketentuan ini memberi kemungkinan bagi negara
peserta untuk melakukan/menerapkan kebijakan yang tidak konsisten dengan ketentuan GATT sebagai syarat penerapan tindakan
pengamanan (kriteria, transparansi, cakupan, dan lain-lain).
o) Trade in Services. Ini merupakan upaya untuk menetapkan
kerangka kerja dan ketentuan di bidang perdagangan jasa.
Perundingan Perdagangan Multilateral Putaran Uruguay atau Uruguay
Round of Multilateral Trade Negotiations memang merupakan babakan
baru bagi perdagangan dunia. Sebab dari 15 permasalahan yang
menjadi fokus perundingan ada 3 hal baru (new issues). Dalam Putaran
Uruguay ini sebagai hasil dari Punta Del Este Declaration pada bulan
September 1986 diputuskan, selain membincangkan dan membahas
masalah-masalah tradisional yang tercermin dari 12 bidang
pembahasan, juga masalah-masalah baru yang mencakup 3 bidang
yakni Trade Related Aspects of Intellectual Property Right Including
Trade in Counterfeit Goods (TRIPs), dan Trade Related Investment
Measures (TRIMs), serta Trade in Services.
Meskipun perundingan Putaran Uruguay merupakan perundingan multilateral, namun harus diakui adanya ketidakseimbangan ditinjau dari
adanya perbedaan kekuatan ekonomi negara peserta. Selain itu,
cakupan perundingan mencerminkan struktur ekonomi negara maju
dengan ciri-ciri menonjolnya industri teknologi tinggi dan industri jasajasa. Akibatnya, jalannya perundingan ditentukan oleh para pemain
utama di dunia. Pada dasarnya ada 6 butir perhatian bagi setiap negara
peserta untuk ikut di dalam perundingan multilateral itu. Pertama,
setiap negara peserta mengajukan tawaran konsesi pembukaan akses
pasar dan perlakuan nasional. Kedua, setiap negara peserta waj ib
menyampaikan] mengajukan tawaran konsesi berupa penurunan tarif
dan penghapusan hambatan perdagangan bukan tarif (yang dapat
diganti dengan hambatan tarif). Ketiga, setiap negara peserta dapat
mengajukan notifikasi atas kebijakannya yang tidak konsisten dengan
GATT. Keempat, setiap negara peserta dapat mengajukan pengecualian
terhadap prinsip MFN (MFN Exemptions). Kelima, setiap negara peserta
dapat meminta negara peserta lain untuk melakukan negosiasi
bilateral. Keenam, setiap kesepakatan sebagai hasil perundingan
bilateral dapat dimanfaatkan oleh negara peserta lainnya.
Berikut adalah pokok-pokok yang berhasil disepakati oleh 117 negara
peserta perundingan perdagangan multilateral Putaran Uruguay pada
tanggal 15 Desember 1993 di Jenewa :
 Agreement Establishing The MTO/Multilateral Trade Organization.
 GATT 1994 yang mencakup understanding :
 on Balance of Payment Provisions
 on the Interpretation of Article XVII - on the Interpretation of
Article XII & XVIIb
 on the Interpretation of Article XXIV
 on the Interpretation of Article XXVIII
 on the Interpretation of Article XXX
 Uruguay Protocol GATT 1994
 Agreement on Agriculture
 Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures
 Agreement on Textiles and Clothing
 Agreement on Technical Barriers to Trade
 Agreement on Trade Related Investment Measures
 Agreement on Implementation of Article VI (Anti Dumping)
 Agreement on Implementation of Article VII (Customs Valuation, K
Agreement on Preshipment Inspection
 Agreement on Rules of Origin
 Agreement on Import Licensing Procedures
 Agreement on Subsidies and Countervailing Measures
 Agreement on Safeguards
 Agreement on Trade in Services
 Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights,
Including Trade in Counterfeit Goods
 Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement of
Disputes
 Trade Policy Review Mechanism
 Decision on Achieving Greater Coherence in Global Economy Policy
Making
 Government Procurement.
Bagi Indonesia sebagai negara berkembang yang berusaha mengglobal,
dampak dari kesepakatan yang dicapai Putaran Uruguay jelas bermukadua. Dampak positif hasil Putaran Uruguay bagi Indonesia adalah
timbulnya peluang ekspor mengingat diperjuangkannya liberalisasi
perdagangan melalui pengurangan hambatan tarif maupun nontarif.
Dampak negatifnya adalah munculnya persaingan yang semakin ketat
dengan masuknya produk impor dari negara lain di pasar dalam negeri
dan tentunya juga di pasar luar negeri. Bagaimana dampaknya bagi
Indonesia dalam hal Akses Pasar Perdagangan Barang? Harus diakui
bahwa konsesi Indonesia lebih rendah dari negara peserta lain
khususnya negara maju, walaupun peluang ekspor barang tertentu
meningkat. Tapi harus pula dikenali adanya konsesi tarif beberapa
barang dari negara maju yang boleh dikatakan tidak memberi peluang
peningkatan ekspor bagi Indonesia. Tataniaga impor hasil-hasil
pertanian yang diatur Indonesia harus disesuaikan dengan prinsipprinsip GATT. Bagaimana pula dampak bagi Indonesia dalam hal Akses
Pasar Perdagangan Jasa? Diperkirakan akan ada tekanan yang sangat
kuat bagi Indonesia untuk membuka pasar menjadi lebih liberal
dibandingkan keadaan dan kondisi yang berlaku dewasa ini. Negara
mitra-runding tentu akan meminta komitmen Standstill Binding (tidak
ada perubahan apapun) atau Rollback Binding (perubahan yang
diambil berlaku surut). Nantinya tidak terhindarkan pasar Indonesia
akan lebih liberal.
Perlu pula disimak dampak bagi Indonesia dalam hal Perlindungan Hak
Milik Intelektual. Indonesia harus menyesuaikan peraturan perundangan dalam tenggang waktu 5 tahun.
Di bidang Kebijakan Penanaman Modal, Indonesia juga harus mempersiapkan diri akan dampak kesepakatan Putaran Uruguay. Indonesia
harus menyesuaikan peraturan perundangannya dalam tenggang waktu
5 tahun. Juga dalam hal Penyelesaian Sengketa, maka Indonesia di
dalam penetapan kebijakan dan peraturan perundangan harus
konsisten dengan prinsip-prinsip GATT. Sebab bukan tidak mungkin
terjadi pada suatu saat Indonesia mungkin saja dituntut ke Dispute
Settlement Body oleh negara peserta lain yang merasa dirugikan.
Kemungkinan retaliasi atau pembalasan oleh negara peserta lain yang
merasa dirugikan oleh kebijakan, peraturan perundangan, dan praktik
dagang Indonesia, juga bukan mustahil. Selain itu tentu ada dampak
kesekapatan Putaran Uruguay yang menyangkut aspek-aspek hukum,
dan ekonomi, serta politik. Aspek hukum menghendaki agar Indonesia
melaksanakan penyesuaian berbagai peraturan perundangannya
dengan kesepakatan yang dicapai secara multilateral. Aspek di bidang
ekonomi menuntut Indonesia semakin meningkatkan efisiensi.
Sedangkan aspek politik menyangkut urusan perumusan kebijakan.
Perlu disadari bersama bahwa dampak dari kesepakatan Putaran
Uruguay jelas tidak hanya mencakup sektor Pemerintah, melainkan
juga sektor Dunia Usaha. Khususnya sektor Pemerintah dituntut
menyesuaikan aspek kelembagaan yang ada dengan dibentuknya
Multilateral Trade Organization, dan sebagainya.
Download