PERIILAKU SEKSUA S AL REMAJA DA AN FAKT TOR DETER RMINAN NNYA DII SMA SE E-KOTA A SEMAR RANG SKRIPSI diajukann dalam ranggka penyelessaian studi sstrata 1 unttuk mencapaai gelar sarjan na pendidikaan oleh Diyaah Ayu Alfiaani 11301408004 JURUSA AN BIMBINGAN DA AN KONS SELING FAK KULTAS ILMU PE ENDIDIKA AN UNIVE ERSITAS S NEGERII SEMAR RANG 2013 PENGESAHAN Skripsi dengan judul “Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Deteminannya di SMA se-Kota Semarang” ini telah dipertahankan di dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, pada : Hari : Jumat Tanggal : 2 Agustus 2013 Panitia Ketua, Sekretaris, Drs. Hardjono, M.Pd. NIP. 19510801 197903 1 007 Kusnarto Kurniawan, M.Pd., Kons. NIP. 19710114 200501 1 002 Penguji Utama, Prof. Dr. Sugiyo, M.Si. NIP. 19520411 197802 1 001 Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II Drs.Suharso, M.Pd., Kons. NIP. 19620220 198710 1 001 Dra.Sinta Saraswati, M. Pd., Kons. NIP. 10600605 1999903 2 001 ii PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul “Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di SMA se-Kota Semarang” ini benar-benar hasil karya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, Juni 2013 Diyah Ayu Alfiani NIM 1301408004 iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO ”Tidak ada rahasia untuk sukses. Ini adalah hasil sebuah persiapan, kerja keras, dan belajar dari kesalahan.” “Colin Powel” PERSEMBAHAN ♥ Kedua Orangtua ku Bapak Kuswandi dan Ibu Tetik Puji Astuti yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang, doa dan dukungan serta materi yang tiada hentinya mengiringi hidupku. ♥ Kakek ku Nari Supardi dan Adikku Putri serta seluruh keluarga besarku, atas motivasi dan do’a serta kasih sayang setulus hati. ♥ Farid yang selalu memberikan dukungan dan warna dalam hidupku. ♥ Sahabat dan teman-teman BK’08 nisa, windha, carti, danang, septri atas motivasi selama ini. ♥ Teman-teman Bimbel Geniuschool terutama rusi dan Teman-teman kos Pink yang sudah menjadi keluarga keduaku. ♥ Almamaterku tercinta iv KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di SMA se-Kota Semarang. Penelitian ini menelaah tentang perilaku seksual remaja yang merupakan segala tingkah laku yang diakibatkan adanya dorongan hasrat seksual seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan dari anak-anak menuju ke dewasa. Perilaku seksual bebas di kalangan remaja ini bagai fenomena gunung es yang hanya tampak luarnya saja, akan tetapi persoalannya jauh lebih besar dari perkiraan. Maka dari itu hal tersebut membutuhkan suatu pemantauan khusus agar terkontrol dan tidak semakin membahayakan di kalangan remaja. Hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang nyata dan data empirik yang paling mutakhir agar pemahaman remaja khususnya siswa SMA baik negeri maupun swasta tentang perilaku seksual lebih mendalam. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya dalam skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan berdasarkan fenomena yang ada yang terjadi di Kota Semarang yaitu makin maraknya siswa SMA yang melakukan perilaku seksual baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Oleh karena itu, peneliti ingin memperoleh data secara empirik mengenai perilaku seksual tersebut. Dalam proses penulisan skripsi ini tidak banyak kendala, meskipun diakui penyelesaian skripsi ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun berkat v rahmat Allah SWT dan usaha, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di Fakultas Ilmu Pendidikan. 2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian, untuk penyelesaian skripsi ini. 3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua Jurusan BK FIP Universitas Negeri Semarang yang banyak memberikan arahan selama menjadi siswa. 4. Drs. Suharso, M.Pd.,Kons, Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan demi kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama ini. 5. Dra. Sinta Saraswati, M. Pd.,Kons., Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan demi kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama ini. 6. Tim Penguji yang telah menguji skripsi dan memberi masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 7. Bapak dan Ibu dosen jurusan bimbingan dan konseling yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis. 8. Kepala Sekolah SMA se-kota Semarang atas ijin yang diberikan pada peneliti. vi 9. Konselor se-Kota Semarang atas bantuan dan ijin yang diberikan kepada peneliti. 10. Serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semarang,......2013 Penulis vii ABSTRAK Alfiyani, D. A. 2013. Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di SMA Se-Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Suharso, M. Pd., Kons., Pembimbing II: Dra. Sinta Saraswati, M. Pd., Kons. Kata kunci : Faktor Determinan, Perilaku Seksual Remaja, SMA. Remaja adalah individu yang ada pada masa peralihan di antara masa anak-anak ke masa dewasa, yang biasanya melakukan hubungan baru yang lebih matang terhadap lawan jenis yang disebut hubungan pacaran. Namun pada masa sekarang hal tersebut telah banyak bergeser bahwa pacaran dijadikan alat untuk melampiaskan kebutuhan seksual, sehingga dalam hubungan berpacaran selain terjadi proses saling memahami antar pasangan terjadi pula proses aktivitas seksual antara pasangan di luar pernikahan. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan survey Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di SMA se-Kota Semarang. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk perilaku seksual remaja dan faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri dan Swasta se-Kota Semarang tahun pelajaran 2012/2013 yang berada di sekolah pinggir kota, tengah kota, dan daerah perbatasan. Sampel dalam penelitian ini diambil secara cluster proportional random sampling dan terpilih sembilan SMA Negeri dan Swasta yang berada di sekolah pinggir kota, tengah kota, dan daerah perbatasan. Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Deskriptif Survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk perilaku seksual yang paling sering dilakukan oleh siswa SMA Negeri maupun Swasta di Kota Semarang adalah berpelukan; antara rata-rata perilaku seksual yang dilakukan siswa SMA Negeri maupun Swasta tidak berbeda secara signifikan; serta faktor determinan yang mendorong siswa melakukan perilaku seksual antara lain: motivasi, media dan televisi, serta berkembangnya organ anseksual. Faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual adalah faktor media dan televisi sebesar 14,5% sedangkan faktor yang kurang berpengaruh adalah faktor tingkat religiuitas sebesar 8,9%. Simpulan dari penelitian ini adalah bentuk perilaku seksual yang paling sering dilakukan siswa di SMA se-Kota Semarang yaitu berpelukan sedangkan faktor Media dan televisi lebih berpengaruh terhadap perilaku seksual siswa. Upaya dalam membantu siswa adalah orangtua lebih pro aktif dan terbuka dalam komunikasi dengan anaknya, serta pihak sekolah dapat memebrikan konsultasi mengenai masalah seksual. viii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ PERNYATAAN .......................................................................................... MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. KATA PENGANTAR ................................................................................ ABSTRAK .................................................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR DIAGRAM ................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. i ii iii iv v viii ix xv xvii xviii xviv BAB 1. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang ...................................................................................... 1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1. 3 Tujuan ........................................................................................... 1. 4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 1. 5 Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................... 1. 6 Bagian Pendahuluan .............................................................................. 1.6.1 Bagian Isi ............................................................................................. 1.6.2 Bagian Akhir ....................................................................................... 1 7 7 8 8 8 9 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 2.1.1 Penelitian Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja ................................................................................ 2.1.2 Penelitian Tentang Menkonsep Ulang Perilaku Seksual Remaja ....... 2.1.3 Penelitian Mengenai Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah .............................................................................................. 2. 2 Perilaku Seksual Remaja ....................................................................... 2.2.1 Remaja ................................................................................................. 2.2.1.1 Pengertian Remaja ............................................................................ 2.2.1.2 Ciri-Ciri Masa Remaja ..................................................................... 2.2.1.3 Tugas-Tugas Perkembangan Selama Masa Remaja........................... 2.2.1.4 Fase-Fase Perkembangan Remaja .................................................... 2.2.1.5 Perubahan Selama Masa Remaja ..................................................... 2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja .................................................... 2.2.2.1 Pengertian ......................................................................................... 2.2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja Laki-Laki ................................. 2.2.2.3 Perkembangan Seksualitas Remaja Perempuan ............................... 2.2.2.4 Aspek Perilaku Seksual Remaja ...................................................... 2.2.2.5 Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual ..................................................... ix 10 10 11 12 13 13 13 15 17 18 19 22 22 23 24 25 27 2.2.2.6 Dorongan Perilaku Seksual Remaja ................................................. 2.2.2.7 Resiko Hubungan Perilaku Seksual Remaja .................................... 2. 3 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja ....................................... 2.3.1 Faktor Internal .................................................................................... 2.3.1.1 Motivasi ........................................................................................... 2.3.1.2 Rasa Ingin Tahu ............................................................................... 2.3.1.4 Berkembangnya Organ Seksual ....................................................... 2.3.2 Faktor Eksternal .................................................................................. 2.3.2.1 Teman Sepermainan ......................................................................... 2.3.2.2 Orang Tua ........................................................................................ 2.3.2.3 Media dan Televisi ........................................................................... 2.3.2.4 Religiusitas ...................................................................................... 2. 4 Hubungan Antara Perilaku Seksual Remaja dengan Faktor Determinannya ...................................................................................... BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian .................................................... 3.1.1 Populasi ............................................................................................... 3.1.2 Sampel ................................................................................................ 3.2 Variabel Penelitian ................................................................................ 3.2.1 Identifikasi Variabel ........................................................................... 3.2.1.1Variabel Bebas .................................................................................. 3.2.1.2Variabel Terikat ................................................................................ 3.2.2 Hubungan Antar Variabel ................................................................... 3.2.3 Definisi Operasional Variabel Bebas dan Terikat .............................. 3.3 Desain Penelitian ................................................................................... 3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................... 3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 3.5.1 Metode Dokumentasi .......................................................................... 3.5.2 Metode Angket ................................................................................... 3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................. 3.7 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen ....................................................... 3.7.1 Validitas ............................................................................................... 3.7.2 Reliabilitas ........................................................................................... 3.7.3 Hasil Uji Coba Instrumen ................................................................... 3.7.3.1 Uji Validitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinan ....................................................................................... 3.7.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinan ....................................................................................... 3.8 Analisis Data Penelitian ........................................................................ 3.8.1 Analisis Deskriptif .............................................................................. 3.8.2 Analisis Regresi Ganda ....................................................................... BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 4.1.1 Gambaran Perilaku Seksual Remaja di SMA se-Kota Semarang.. ...... x 30 31 31 32 32 32 33 34 34 34 35 36 37 40 40 43 45 46 46 46 46 47 48 49 49 50 50 51 58 58 59 60 60 61 61 61 63 65 66 4.1.1.1 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Masturbasi ...................... 4.1.1.2 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Fantasi Seksual .............. 4.1.1.3 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Membaca dan Melihat Majalah Porno ................................................................................. 4.1.1.4 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpegangan Tangan .... 4.1.1.5 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpelukan ...................... 4.1.1.6 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Kissing ........................... 4.1.1.7 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Necking ........................... 4.1.1.8 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Petting ........................... 4.1.1.9 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Intercouse ........................ 4.1.2 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja SMA se-Kota Semarang ............................................................................................ 4.1.2.1 Uji Normalitas .................................................................................. 4.1.2.2 Uji Hesteroskedasitas ...................................................................... 4.1.2.3 Uji Multikolinearitas ........................................................................ 4.1.2.4 Analisis Regresi Berganda ............................................................... 4.1.2.5 Uji Hipotesis .................................................................................... 4.1.2.6 Koefisien Deterrminasi ................................................................... 4.2 Pembahasan ........................................................................................... 4.2.1 Gambaran Tentang Perilaku Seksual Remaja ..................................... 4.2.2 Gambaran Tentang Faktor Determinan Penyebab Perilaku Seksual Remaja ................................................................................................ 4.3 Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 95 100 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ............................................................................................... 5.2 Saran .................................................................................................... 109 109 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. LAMPIRAN ................................................................................................ 111 113 xi 67 68 70 71 71 73 74 75 76 77 77 78 79 81 82 87 88 88 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3.1 Data SMA Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang ............................... 41 3.2 Data Sampel Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang ............................ 45 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja di SMA ........................... 52 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Faktor Determinan ................................................... 55 3.5 Penskoran Kategori Jawaban ................................................................... 58 3.6 Kriteria Presentase Perilaku Seksual ........................................................ 63 4.1 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja di SMA se-Kota Semarang . 66 4.2 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Mastrubasi .. 67 4.3 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Fantasi Seksual .................................................................................................... 69 4.4 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Membaca dan Melihat Majalah Porno ..................................................................... 70 4.5 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpegangan Tangan ..................................................................................................... 71 4.6 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpelukan .. 72 4.7 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Kissing ...... 73 4.8 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Necking ..... 74 4.9 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Petting ....... 75 4.10 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Intercouse . 76 4.11 Uji Multikolinieritas ............................................................................... 80 4.12 Coefficients ............................................................................................ 81 4.13 Model Summary ..................................................................................... 86 xii DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 3.1 Hubungan Antara Variabel X dan Y ........................................................ 47 3.2 Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen ............................................... 51 4.1 Uji Normalitas .......................................................................................... 78 4.2 Uji Heteroskidasitas ................................................................................. 79 xiii DAFTAR DIAGRAM Diagram Halaman 4.1 Bentuk Perilaku Seksual Remaja SMA se-Kota Semarang ....................... 75 4.2 Perilaku Seksual Masturbasi ...................................................................... 77 4.3 Perilaku Seksual Fantasi Seksual ............................................................... 78 4.4 Perilaku Seksual Membaca dan Melihat Gambar Porno............................ 79 4.5 Perilaku Seksual Berpegangan Tangan ...................................................... 80 4.6 Perilaku Seksual Berpelukan...................................................................... 81 4.7 Perilaku Seksual Berciuman ...................................................................... 82 4.8 Perilaku Seksual Necking ........................................................................... 83 4.9 Perilaku Seksual Petting............................................................................. 84 4.10 Perilaku Seksual Intercouse ..................................................................... 85 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Daftar SMA se-Kota Semarang .................................................................. 114 2 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sebelum Uji Coba……………………………………………………………. 131 3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Faktor Determinan Sebelum Uji Coba .......... 136 4 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sesudah Coba……………………………………………………………. Uji 142 5 Kisi-Kisi Instrumen Angket Faktor Determinan Sesudah Uji Coba ........... 146 6 Angket Penelitian Sebelum Uji Coba ......................................................... 152 7 Angket Penelitian Setelah Uji Coba............................................................ 154 10 Tes Validitas dan Reliabilitas Perilaku Seksual SMA ................................ 168 12 Tes Validitas dan Reliabilitas Faktor Determinan SMA ............................ 170 13 Hasil Tabulasi Data Perilaku Seksual SMA Negeri………….... ................ 173 14 Hasil Tabulasi Data Perilaku Seksual SMA Swasta ................................... 178 xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang indah dan tidak terlupakan bagi setiap orang. Pada masa ini kebanyakan orang mencari jati dirinya. Remaja adalah individu yang ada pada masa peralihan di antara masa anak-anak ke masa dewasa, remaja mengalami perubahan-perubahan cepat di segala aspek. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hurlock (1999:207) menyebutkan bahwa: sesuai dengan masa remaja yang mempunyai rentang usia antara 1124 tahun, masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanakkanak menuju ke masa dewasa, selain mengalami perubahan fisik terdapat pula perubahan psikologis yang hampir universal, seperti: meningginya emosi, minat, peran, pola perilaku, nilai-nilai yang dianut dan bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan. Menurut Dariyo (2004:13) remaja atau adolescentia adalah “masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial.” Seiring dengan perubahan pada saat anak memasuki masa pubertas, sudah selayaknya kewajiban orang tua lebih memperhatikan perkembangan anaknya, baik pertumbuhan fisik atau perkembangan psikisnya. Pertumbuhan fisik remaja yang sangat pesat seringkali menimbulkan gangguan regulasi, tingkah laku, dan bahkan keterasingan dengan diri sendiri. Masa remaja sendiri memiliki beberapa 1 2 tugas perkembangan, salah satunya adalah mencapai hubungan-hubungan baru yang lebih matang dengan teman seusianya bergaul dan menjalin hubungan dengan individu yang berlainan jenis, tanpa menimbulkan efek samping yang negatif. Salah satu hubungan baru yang lebih matang dengan teman seusianya yang dilakukan oleh individu dengan individu lain yang berlainan jenis adalah hubungan pacaran. Menurut Muuss (dalam Ekasari, 2009:1) “pacaran dapat meningkatkan kesempatan pada remaja untuk mempelajari aturan sosial yang baru untuk mengerti bagaimana menerima diri sendiri atau pasangan seksualnya.”. Pernyataan Muuss tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan remaja yang berpacaran tanpa adanya komitmen lebih menganggap pacaran hanya untuk kesenangan saja. Pacaran seharusnya dijadikan sebagai proses pembelajaran bagi masing-masing individu untuk lebih mengenal dan saling mengerti kebiasaan, kepribadian dan perasaan pasangannya. Namun pada masa sekarang hal tersebut telah banyak bergeser bahwa pacaran dijadikan alat untuk melampiaskan kebutuhan seksual, sehingga dalam hubungan berpacaran selain terjadi proses saling memahami antar pasangan terjadi pula proses aktivitas seksual antara pasangan di luar pernikahan. Hasil wawancara dengan guru BK dan beberapa siswa menyebutkan bahwa pergaulan remaja saat ini dalam arti pacaran cenderung sebagai alat pemuasan seksual. Seperti contoh salah satu siswa dan siswa di SMA swasta berpacaran dengan siswa dari sekolah yang sama, kemudian hamil hal itu diketahui pihak sekolah kemudian pihak sekolah menyarankan kepada kedua orangtua siswa tersebut agar mereka menikah, orangtua siswa menyetujui tetapi 3 siswi yang telah hamil menolak untuk dinikahi. Hal tersebut menjelaskan bahwa memang remaja saat ini cenderung lebih mencari kesenangan daripada komitmen dalam suatu hubungan. Selain itu, kebebasan pergaulan antar lawan jenis yang berbeda dapat disaksikan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kota-kota besar sehingga remaja lebih cenderung terkena imbas perilaku seksual pranikah dari pergaulan bebas, baik teman sebaya maupun lingkungan masyarakat. Pengaruh lingkungan yang tidak baik seperti pergaulan dengan teman sebaya yang tidak terkontrol, kurangnya pemahaman tentang agama dan moral, kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya pendidikan seks kepada anak, kemajuan teknologi dan kebebasan media menjadi faktor yang berpengaruh timbulnya perilaku seksual yang tidak benar pada anak dan remaja. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin dan kasus pemerkosaan adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas dan pornografi. Di Semarang, penelitian terhadap 1086 responden pelajar SMP dan SMU ditemukan data 4,1% remaja putra dan 5,1% remaja putri pernah melakukan hubungan seks. Pada tahun yang sama Tjitarra mensurvei 205 remaja yang hamil tanpa dikehendaki. Survei yang dilakukan Tjitarra juga memaparkan bahwa mayoritas dari mereka berpendidikan SMA ke atas, 23% di antaranya berusia 1520 tahun, dan 77% berusia 20 - 25 tahun (Satoto, dalam Yeni 1998). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PILAR PKBI Jawa Tengah pada tahun 2004 dengan responden 500 orang yang terdiri atas 250 remaja 4 putri dan 250 remaja putra dari berbagai SMA di Semarang menunjukkan bahwa 90 orang (62,1%) remaja putra dan 95 orang (73%) remaja putri melakukan ciuman dengan alasan cinta, 48 orang (33,1%) remaja putra dan 24 orang (18,5%) remaja putri melakukan ciuman karena coba-coba, sedangkan yang melakukan ciuman karena terpaksa sebanyak 7 orang (4,8%) remaja putra dan 11 orang (8,5%) remaja putri. Selain itu laporan hasil studi yang dilakukan oleh pusat informasi dan layanan remaja (PILAR) Perkumpulan Keluarga Berencanan Indonesia (PKBI) Jawa Tengah pada bulan Juni sampai Juli tentang perilaku seksual siswa diketahui bahwa mereka melakukan aktivitas berpacaran dengan mengobrol 100%, berpegangan tangan 80%, mencium pipi atau kening (69%), mencium bibir (51%), mencium leher (28%), meraba dada/ alat kelamin (petting) sebanyak (22%), dan melakukan hubungan seksual (intercouse) sebanyak (6,2%). Kemudian hasil studi yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Jawa Tengah terhadap siswa menengah pertama/ Sekolah menengah atas (SMP/ SMA) tentang pengetahuan, sikap dan praktek terhadap kesehatan reproduksi di dapatkan bahwa sebanyak 42,5% remaja perempuan pernah menonton gambar/ film porno. Media yang sering dipakai adalah internet (55%), handphone (53%), VCD (46%), dan majalah/ Koran (46%). Dan setelah menonton gambar/ film porno sebanyak 77% siswa laki-laki mengalami dorongan seksual dan 39% siswa perempuan mengalami hal yang sama. 5 Survei lain juga mencatat bahwa 40% remaja mengaku pernah berhubungan seks sebelum nikah, menurut remaja laki-laki yang pernah berhubungan seks, salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya adalah karena pengaruh menonton film porno(baik dalam bentuk film maupun video porno).(BKKBN 2006) Survei Komnas Perlindungan Anak tahun 2010 mengungkapkan bahwa 97% remaja pernah menonton atau mengakses materi pornografi, 93% remaja pernah berciuman, 62,7% remaja pernah berhubungan badan dan 21% remaja Indonesia telah melakukan aborsi. Data yang ironis. Pornografi memang sudah menyebar luas di Indonesia, tidak hanya remaja, anak-anak pun sudah banyak yang mengaksesnya. Kota semarang merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia. Kota ini menjadi kota yang sedang berkembang serta merupakan kota tujuan belajar bagi pelajar dari daerah atau kota-kota kecil di sekitarnya untuk melanjutkan jenjang pendidikan baik SMA maupun Universitas. Menjamurnya warung internet, diskotik dan pusat hiburan malam serta penggunaan telepon seluler yang kian merebak dimanfaatkan sebagai ajang pertemuan kaum mudamudi dengan segala keunikannya. Kehidupan yang penuh dengan gejolak ini membuat kota semarang memilki kecenderungan seperti fenomena yang terjadi di atas. Selaras dengan keadaan tersebut telah terjadi di beberapa sekolah menengah baik negeri maupun swasta di Kota Semarang. Pacaran di kalangan siswa SMA bukanlah menjadi hal yang baru, meskipun tidak semua hubungan 6 pacaran membawa pengaruh buruk bagi remaja. Diperoleh informasi dari beberapa siswa yang menyebutkan bahwa tiap tahun selalu ada teman atau siswa dari sekolah tersebut yang dikeluarkan akibat KTD (Kehamilan Tidak Diinginkan). Menurut siswa tersebut ketika peneliti melakukan wawancara sebanyak 20 siswa tiap angkatan mengakui kalau pernah berpelukan dan berciuman dengan sang pacar sedangkan yang melakukan hingga ke arah hubungan seksual selayaknya suami istri berjumlah 5 orang. Selain itu ada sekolah negeri yang siswanya terlibat dalam pembuatan video porno. Kondisi perkembangan remaja yang berada pada masa transisi membuat mereka rentan menghadapi stimulasi atau rangsangan dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja. Faktor-faktor tersebut diantaranya keluarga, teman sebaya, motivasi, rasa ingin tahu, mulai berkembangnya organ seksual, media televisi dan religiusitas. Perilaku seksual bebas di kalangan remaja ini bagai fenomena gunung es yang hanya tampak luarnya saja, akan tetapi persoalannya jauh lebih besar dari perkiraan. Maka dari itu hal tersebut membutuhkan suatu pemantauan khusus agar terkontrol dan tidak semakin membahayakan di kalangan remaja. Hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang nyata dan data empirik yang paling mutakhir agar pemahaman remaja khususnya siswa SMA baik negeri maupun swasta tentang perilaku seksual lebih mendalam. 7 Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya Di SMA Se-Kota Semarang” 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut maka rumusan permasalahan secara umum yang muncul yaitu: Bagaimanakah bentuk perilaku seksual remaja dan faktor determinannya di SMA se-Kota Semarang? Kemudian rumusan permasalahan tersebut dapat dijabarkan secara khusus adalah sebagai berikut: (1) Apa saja bentuk perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang? (2) Apa saja faktor determinan penyebab remaja cenderung melakukan perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai secara umum yaitu: Mengetahui bentuk perilaku seksual remaja dan faktor determinannya di SMA se-Kota Semarang. Kemudian tujuan tersebut dijabarkan secara khusus adalah sebagai berikut: (1) Mengetahui bentuk perilaku seksual yang terjadi pada remaja di SMA seKota Semarang. (2) Mengetahui faktor-faktor determinan penyebab remaja cenderung melakukan perilaku seksual di SMA Negeri maupun Swasta se-Kota Semarang. 8 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengembangan ilmu Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan perilaku seksual remaja SMA dan faktor-faktor determinannya sebagai salah satu masalah yang dihadapi remaja. 1.4.2 Manfaat Praktis. (1) Bagi orangtua agar mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya agar mereka dapat mengontrol perilaku seksualnya (2) Bagi guru agar lebih mengetahui gambaran dan dapat memberikan masukan serta menerapkan metode-metode untuk mengatasi perilaku seksual yang ada di lingkungan sekolah (3) Bagi masyarakat agar dapat melakukan tindakan preventif untuk mencegah semakin luasnya perilaku seksual pada remaja. 1.5 Sistematika Penelitian Secara sistematik penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu : bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir. 1.5.1 Bagian Pendahuluan Bagian pendahuluan ini meliputi halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. 9 1.5.2 Bagian Isi Bab 1 : Pendahuluan yang menguraikan tentang latarbelakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. Bab 2 : Tinjauan pustaka yang membahas tentang teori-teori yang melandasi penelitian, yang meliputi pengertian dan ciri-ciri remaja, perkembangan remaja, tugas-tugas perkembangan masa remaja, fase-fase perkembangan remaja, perkembangan seksualitas remaja, bentuk-bentuk perilaku seksual, aspekaspek seksualitas remaja, dorongan dalam perilaku seksual, resiko hubungan seksual, dan faktor determinan perilaku seksual. Bab 3 : Metode penelitian yang menguraikan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, metode penyusunan instrumen, dan metode analisis data. Bab 4 : Hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini disajikan hasil penelitian yang berisi data masukan selama penelitian. Bab 5 1.5.3 : Kesimpulan dari pembahasan dan saran dari peneliti. Bagian Akhir Pada bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan pada latar belakang penelitian, maka dalam bab 2 ini akan dijelaskan mengenai teori tentang perilaku seksual remaja dan faktor-faktor determinan dari perilaku seksual remaja tersebut. 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Antono Suryoputro dkk yang termuat dalam jurnal MAKARA Vol 10, No. 1 Juni 2006: 29-40 dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi” salah satu poin penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pra-nikah pada remaja dan hasil secara keseluruhan termasuk kategori tinggi. Hasilnya yaitu masing-masing variabel pengetahuan, pemahaman tingkat agama, sumber informasi, dan peran keluarga mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja yaitu sebesar (91%). Sedangkan sebesar (9%) dipengaruhi oleh faktor yang lain. Jika tidak ada dukungan pengetahuan, pemahaman tingkat agama sumber informasi, dan peran keluarga maka perilaku seks pranikah akan meningkat sebesar 10 kali lipat untuk 10 11 melakukan seks pranikah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja adalah teman sebaya, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, status perkawinan, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu. 2.1.2 Penelitian Tentang Mengkonsep Ulang Perilaku Seksual Remaja Penelitian lain dilakukan oleh Daniel J. Whitaker dkk yang termuat dalam jurnal Family Planning Perspectives Vol 32, No. 32 Mei-Juni 2000: 111-117 dengan judul “Reconceptualizing Adolescent Sexual Behavior: Beyond Did They or Didn’t They?”. Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa faktor orangtua, teman sebaya, pendidikan di sekolah dan agama mempengaruhi perilaku seksual remaja. Data hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SMA di Alabama New York dan Puerto Rico tersebut menunjukkan bahwa 37% remaja belum melakukan intercouse, 22% belum melakukan hubungan namun memliki harapan pada tahun yang akan datang mereka akan melakukannya dan 27% remaja pernah melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan. Upaya pencegahan perilaku seksual pada remaja harus disesuaikan dengan kebutuhan khusus remaja dengan perbedaan pengalaman seksual. Perbedaan seksual yang dimaksud ditinjau dari pengalaman seksual seksual remaja,apakah mereka melakukan hubungan dengan satu pasangan atau lebih atau mereka memang belum pernah melakukan hubungan seksual. Sehingga upaya pencegahan tersebut menjadi tepat sasaran. 12 2.1.3 Penelitian Mengenai Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Penelitian dengan judul: “Hubungan Antara Tingkat Penalaran Moral Dengan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Pemalang Tahun 2008/2009” ini dilaksanakan oleh Dewi Ekasari, mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2009. Inti dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Sampel yang diambil sebanyak 164 siswa dari jumlah total 329 siswa dan tersebar di 8 kelas IPA dan IPS. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu skala penalaran moral dan skala sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah adalah 57,93% dengan jumlah 95 responden. Hal tersebut berarti bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat penalaran moral dengan perilaku seksual pranikah remaja. Maka dari itu pihak sekolah khususnya pembimbing diharapkan tetap memberikan pengetahuan mengenai penanaman moral siswa sehingga siswa dapat bersikap selektif terhadap stimulus seksual yang muncul. Dari berbagai penjelasan tersebut merupakan bukti bahwa siswa SMA baik Negeri dan swasta melakukan berbagai macam perilaku seksual dan untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan perilaku seksual. 13 2.2 Perilaku Seksual Remaja Perilaku seksual remaja merupakan bagian dari perilaku sosial yang bersifat wajar, disebut perilaku sosial karena perilaku seksual remaja melibatkan orang lain terutama lawan jenis. Perilaku seksual remaja adalah segala tingkah laku yang diakibatkan adanya dorongan hasrat seksual seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan dari anak-anak menuju ke dewasa. 2.2.1 Remaja 2.2.1.1 Pengertian Remaja Secara etimologi, kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Menurut Hurlock (1999:206) “remaja diartikan tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.” Sedangkan Papalia dan Olds (2001) mendefinisikan “masa remaja sebagai masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan atau awal dua puluhan tahun.” Sedangkan menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) “batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.” Selain itu Salman (dalam Yusuf, 2009: 184) mengemukakan bahwa “remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.” 14 Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan, ternyata tidak lagi cocok sebagai patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja, sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada usia belasan (15-18 tahun) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa arti dari remaja adalah individu yang berada pada masa transisi atau peralihan dari masa anakanak menuju masa dewasa yang mengalami perubahan cepat dan ditandai dengan adanya perubahan aspek baik fisik, psikis maupun psikososial. Rentangan usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal, remaja madya dan remaja akhir, maka remaja sekolah menengah atas berada dalam usia 15/16 tahun sampai 18/19 tahun. 15 2.2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja Usia sekolah menengah atas bertepatan dengan masa remaja yang mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri khas dan peranan yang menentukan dalam kehidupannya dalam masyarakat orang dewasa. Masa remaja seperti halnya semua rentang dalam kehidupan juga memilki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan rentang kehidupan lainnya, baik dalam periode sebelum maupun sesudahnya, seperti yang disebutkan Soeparwoto (dalam Ekasari, 2009:19) yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Masa remaja sebagai periode penting Masa remaja sebagai periode peralihan Masa remaja sebagai perubahan Masa remaja sebagai periode bermasalah Masa remaja sebagai masa mencari identitas Masa remaja yang menimbulkan ketakutan Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Yusuf (2009:26) menyatakan bahwa “pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dukanya, mencari sesuatu yang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja.” Sedangkan menurut Ali dan Asrori (2006:16) ciri-ciri atau karakteristik remaja meliputi : 1) Kegelisahan, remaja umumnya memiliki angan-angan yang ingin diwujudkannya dalam masa depan. Seringkali angan-angan atau keinginan ini diluar kemampuan dirinya sehingga mengakibatkan kegelisahana dalam diri mereka, 2) Pertentangan, dalam hal ini kondisi psikologis remaja berada diantara keinginan untuk melepaskan diri dari orangtua namun mereka belum siap dan mampu untuk mandiri. Mereka belum berani mengambil resiko untuk meninggalkan lingkungan keluarga yang sudah terbukti aman bagi mereka. sehingga hal itu menimbulkan banyak pertentangan pendapat antar mereka 16 dan orangtua. Dan seringnya pertentangan itu terjadi mengakibatkan kebingungan dalam diri remaja maupun orang lain, 3) Mengkhayal, keinginan-keinginan remaja tidak semuanya dapat tersalurkan sepenuhnya. Hambatan-hambatan baik dari segi biaya atau yang lain mengakibatkan remaja sering megkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui fantasi. Khayalan remaja putra seringkali berkisar antara persoalan prestasi dan jenjang karier sedangkan remaja putri lebih banyak berkhayal tentang situasi yang romantis dalam kehidupan, 4) aktivitas berkelompok, banyak dari remaja yang dapat menemukan jalan keluar dari masalahnya ketika mereka berkumpul dengan teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Dalam kelompok semua kesulitan dapat diatasi secara bersama-sama, 5) Keinginan mencoba segala sesuatu, maksudnya adalah pada masa ini remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Keingintahuan yang teramat tinggi ini mengakibatkan remaja ingin bertualang menjelajah sesuatu dan mencobanya, seperti keinginannya melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang dewasa. Ciri-ciri yang dijelaskan tersebut juga dipertegas oleh Willis (2010: 24) yang menyebutkan bahwa “ciri-ciri masa remaja yaitu timbulnya ide-ide baru tentang hidup berdiri sendiri, ingin melepaskan diri dari orangtua, kebebasan dalam memilih jalan hidup sendiri, mempunyai perasaan gelisah, dan mulai bekerjanya kelenjar seks dengan aktif.” 2.2.1.3 Tugas – Tugas Perkembangan Selama Masa Remaja Setiap individu dan berkembang selama rentang kehidupannya melalui beberapa tahap perkembangan yang memilki serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan secara optimal oleh masing-masing individu. Menurut Monks (1999:258) menyebutkan bahwa “perkembangan kepribadian seseorang, remaja mempunyai arti yang khusus, namun masa remaja mempunyai tempat yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Lebih lanjut lagi Monks menjelaskan bahwa remaja berada dalam status interm yang mana 17 status tersebut berhubungan dengan masa peralihan yang timbul sebagai akibat berkembangnya atau pemasakan seksual (pubertas). Masa peralihan ini sangat diperlukan remaja untuk mempelajari apakah mereka mampu memikul tanggungjawabnya nanti dalam masa dewasa. Lebih lanjut lagi Havighurst mengemukakan tugas-tugas perkembangan bagi remaja usia 12-18 tahun yaitu: 1) Perkembangan aspek-aspek biologis, 2) Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri, 3) Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan/ atau orang dewasa yang lain, 4) merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partsipasi dalam kebudayaan pemuda sendiri. Selanjutnya ditekankan oleh Hurlock (1999:10) bahwa tugas-tugas perkembangan masa remaja yaitu: 1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita 2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita 3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, 4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab, 5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya, 6) Mempersiapkan karier ekonomi 7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga 8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi. Dari berbagai tugas perkembangan remaja yang telah djelaskan maka tugas perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan remaja usia sekolah menengah antara lain: 1) Perkembangan aspek biologis, 2) Mendapatkan kebebasan/ kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya, 3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, 4) 18 Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. 2.2.1.4 Fase – Fase Perkembangan Remaja Fase perkembangan merupakan penahapan rentang dalam perjalanan kehidupan individu yang diwarnai dengan ciri maupun pola tingkah laku khusus. Hurlock (1999) menjelaskan “tahap-tahap perkembangan individu pada remaja meliputi: 1) Pre Adolesence, pada umumnya wanita usia 11-13 tahun sedangkan pria lebih lambat daripada itu, 2) Early Adolesence pada usia 16-17 tahun, 3) Late Adolesence, masa perkembangan yang terkahir sampai masa usia kuliah perguruan tinggi.” Selain itu Yusuf (2009: 26) mengemukakan bahwa “masa remaja diperinci menjadi beberapa masa yaitu: 1) Masa praremaja (remaja awal), 2) Masa remaja (remaja madya), 3) Masa remaja akhir.” Tahapan dalam masa remaja tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1) Masa Remaja Awal Masa remaja awal atau praremaja biasanya berlangsung tidak terlalu lama dan sering disebut masa yang negatif, karena remaja pada masa ini cenderung tidak tenang, malas bekerja dan pesimis. 2) Masa Remaja Madya Pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup dalam diri remaja, mulai membutuhkan teman yang mampu memahami dan menolongnya, teman yang dapat bersimpati dalam suka maupun dukanya. Masa ini dipandang sebagai masa 19 pencarian sesuatu yang dapat dinilai, dijunjung dan dipuja-puja sehingga masa ini sering disebut sebagai masa merindu puja. 3) Masa Remaja Akhir Pada masa ini merupakan akhir dari masa remaja. Hal ini dikarenakan remaja telah mampu mennetukan pendirian hidupnya. Tugas-tugas perkembangan telah terpenuhi secara optimal. 2.2.1.5 Perubahan Selama Masa Remaja Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Perubahan Fisik Selama Masa Remaja Pada saat masa puber berakhir pertumbuhan fisik masih jauh dari sempurna dan begitu juga belum sepenuhnya ketika akhir masa awal remaja. Dalam Desmita (2009: 190-193) menjelaskan bahwa “perkembangan fisik remaja meliputi: 1) Perubahan dalam tinggi dan berat, 2) Perubahan dalam proporsi tubuh, 3) perubahan pubertas, 4) Perubahan ciri-ciri seks Primer (Alat Reproduksi), 5) Perubahan ciri-ciri seks sekunder.” (2) Perkembangan Kognitif Selama Masa Remaja Ditinjau dari perkembangan fisik menurut Piaget (dalam Yusuf,2009: 195) “masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan mental berbagai gagasan).” Pada dasarnya remaja secara mental telah dapat 20 berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dapat dikatakan bahwa berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir konkret. Selain itu ditegaskan pula bahwa remaja mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi tidak seterampil orang dewasa yang itu menunjukkan bahwa wawasan atau perspektif yang luas terhadap suatu masalah (Sigelman & Shaffer, 1995). (3) Keadaan Emosi Selama Masa Remaja Masa remaja dianggap sebagai masa “tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Hal ini ditegaskan oleh Geldard (2010: 9) yang menyebutkan bahwa: Selama masa remaja, peningkatan hormon seksual bisa mempengaruhi kondisi emosional anak muda. Salah satu asumsi menjelaskan bahwa hormon merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan perubahan suasana hati dan hal ini membuat perubahan besar pada remaja seperti perubahan dalam hubungan sosial, perubahan dalam diri kepercayaan dan perilaku, dan perubahan pandangan diri. Selain itu Yusuf (2009:196) mengemukakan “bahwa pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.” Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa keadaan emosi selama remaja sangat erat kaitannya dengan perubahan-perubahan baik dalam fisik maupun hormonal. 21 (4) Perubahan Sosial Untuk mencapai tujuan dari sosialisai dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial dan pengelompokan sosial yang baru. Maka dari itu remaja akan lebih banyak menggunakan waktunya berada diluar rumah dan berkumpul bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok sehingga dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Dalam Yusuf (2009:199) menjelaskan mengenai karakteristik penyesuaian sosial remaja di tiga lingkungan yaitu : 1) Lingkungan Keluarga, misalnya menjalin hubungan baik dengan para anggota keluarga, menerima otoritas orangtua, menerima tanggungjawab dan batasan keluarga, berusaha membantu anggota keluarga. 2) Lingkungan Sekolah, misalnya mau menerima peraturan sekolah, berpartsipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah, menjalin persahabatan dengan teman, bersikap hormat terhadapa guru maupun staf lainnya. 3) Lingkungan Masyarakat, misalnya mengakui hak-hak orang lain, memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain, bersikap simpati terhadap orang lain, bersikap respek terhadap tradisi maupun kebijakankebijakan di masyarakat. 2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja 2.2.2.1 Pengertian Perkembangan Seksualitas Remaja Perkembangan seksulaitas remaja yaitu proses matangnya fungsi-fungsi seksual pada remaja. Perkembangan seksual pada masa remaja identik dengan perubahan pubertas. Dalam Desmita (2009: 192) menyebutkan “bahwa pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja.” Lebih jelas lagi Desmita menerangkan bahwa kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari 22 perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary seks characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary sex characteristics). Perubahan fisik yang terjadi dan matangnya fungsi-fungsi seksual pada masa pubertas merupakan hal utama munculnya dorongan seks. Sebagian remaja telah mengembangkan perilaku seksualnya dalam bentuk pacaran atau percintaan. Namun pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus kurangnya pengetahuan yang benar tentang seksualitas.. Terlepas dari keterlibatan mereka dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada atau tahu mengenai gejala-gejala Penyakit Menular Seksual (PMS). Akibatnya KTD (Kehamilan tidak diinginkan) dan timbulnya penyakit kelamin kian meningkat. Banyak pula remaja yang memperbincangkan mengenai hubungan seks yang bagi mereka bukan lagi hal yang tabu dan sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan hubungan seks diluar nikah dianggap benar apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai dan saling terkait. Dan parahnya bahwa senggama yang disertai kasih sayang lebih diterima daripada bercumbu sekedar melepas nafsu. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja karena adanya kematangan hormon seksual dalam diri remaja. Konsekuensinya terjadi pertemuan spermatozoon dengan ovum pada remaja, maka akan menyebabkan terjadinya konsepsi yakni segala tanda awal kehamilan. Kekurangpahaman masalah seksual akan memunculkan perilaku seksual remaja yang tidak sehat dan tidak bertanggungjawab serta melanggar norma-norma yang ada, misalnya melakukan eksperimen ke tempat-tempat pekerja seks komersil dan melakukan hubungan 23 seks sebelum menikah dengan pasangannya tanpa pertimbangan kemungkinan masa depan yang kurang cerah baginya. 2.2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja Laki – Laki Pada dasarnya perkembangan seksual remaja laki-laki terjadi lebih lambat dibandingkan dengan remaja wanita, baik perkembangan fisik maupun perkembangan kematangan seksual. Perkembangan yang terjadi pada remaja lakilaki 2 tahun lebih lambat daripada remaja wanita. Menurut Dariyo (2004:20) “bahwa kematangan seksual remaja ditandai dengan keluarnya air mani pertama pada malam hari (wet dream, noctural emmision) pada laki-laki.” Istilah lain untuk menyatakan keluarnya air mani pada ejakulasi pertama, disebut spermarche. Selain itu pada laki ciri-ciri seks primer yang penting pada remaja laki-laki yaitu pertumbuhan cepat pada batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan (scrotum). Pada skrotum, tedapat dua buah testis (buah pelir) yang bergantung di bawah penis. Testis mencapai kematangan penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Perubahan-perubahan yang tejadi sangat dipengaruhi oleh hormon, yaitu hormon yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Hormon inilah yang menjadi perangsang bagi testis untuk menghasilkan hormon testosteron dan androgen serta spermatozoa. Selain perubahan secara primer, remaja laki-laki juga mengalami perubahan ciri-ciri seks sekunder. Menurut Desmita (2009: 193) menyebutkan bahwa : 24 ciri-ciri seks sekunder yang terlihat pada laki-laki yaitu 1) Tumbuh kumis dan janggut serta jakun, 2) Bahu dan dada melebar, 3) Suara bertambah berat, 4) Tumbuh bulu di ketiak, dada, kaki, lengan dan sekitar kemaluan, dan 5) Otot menjadi kuat. Kemudian terjadi juga perubahan dalam bentuk perilaku, contohnya perubahan mimik jika bicara, cara berpakaian, cara mengatur rambut, bahasa yang diucapkan dan tingkah laku lainnya. 2.2.2.3 Perkembangan Seksualitas Remaja Perempuan Remaja perempuan cenderung lebih cepat perkembangannya baik fisik maupun kematangan seksualnya daripada remaja laki-laki. Itu yang menyebabkan remaja perempuan lebih cepat dewasa. Perubahan-perubahan seks primer pada anak perempuan ditandai dengan munculnya priode menstruasi yang biasa disebut menarche yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis. Hal inilah yang menunjukkan bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang sehingga memungkinkan mereka untuk hamil dan melahirkan. Menstruasi terjadi akibat dari pengaruh perkembangan indung telur (ovarium) yang mempunyai fungsi memproduksi hormon-hormon estrogen dan progesteron. Desmita (2009: 193) menjelaskan “hormon progesteron bertugas mematangkan dan mempersiapkan sel telur (ovum) sehingga siap untuk dibuahi, sedangkan hormon estrogen merupakan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh remaja wanita, seperti pembesaran payudara dan pinggul, suara halus.” Selain itu hormon ini juga mengatur siklus haid. (Sarwono: 1993) Perubahan seks sekunder pada remaja wanita ditandai dengan : 1) Pinggul semakin membesar dan melebar, 2) Kelenjar-kelenjar pada dada menjadi berisi (lemak), 3) Suara menjadi bulat, merdu dan tinggi, 4) Muka menjadi bulat dan 25 berisi. Adapula perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita yaitu perubahan dalam tingkah laku, seperti: perubahan cara bicara, cara tertawa, cara berpakaian, cara jalan dll. 2.2.2.4 Aspek – Aspek Perilaku Seksual Remaja Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang berkembang ditandai adanya keinginan untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis yang lebih dekat, hal itu memungkinkan terjadinya perilaku seksual. Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi tentang perilaku seksual yaitu sebagai berikut: Menurut Jatman dalam Ekasari (2009:21) mengatakan “bahwa perilaku seksual remaja adalah suatu perkembangan pada remaja yang dipengaruhi oleh kemasakan hormonal dan ditandai dalam kegiatannya berkelompok dengan teman sebaya yang berlainan jenis.” Menurut Sarwono (2002:140) “Perilaku seksual menunjukkan pada perilaku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis ataupun sesama jenis.” Hal tersebut sebagai akibat langsung dari pertumbuhan hormon kelenjar seks yang menimbulkan dorongan seksual pada seseorang yang mencapai kematangan pada masa remaja, dengan ditandai adanya perubahan fisik. Sarwono (2002: 164) menggambarkan bahwa “perilaku seksual pada tahap-tahapnya adalah pelukan, pegangan tangan tangan, berciuman, meraba payudara, meraba alat kelamin dan berhubungan seks”. 26 Daya tarik fisik, misalnya cara berpakaian atau berdandan merupakan awal ketertarikan antara lawan jenis yang kemudian berlanjut dengan berpacaran dimana ekspresi perasaan pada masa pacaran diwujudkan dengan berpegangan tangan, berpelukan, berciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah untuk menikmati dan memuaskan dorongan seks. Aktivitas lain untuk memenuhi kepuasan jasmani adalah melihat majalah atau film porno dan berfantasi seksual. Menurut Marti Blanch dan Merry dalam Pilar PKBI (1999), seksualitas menyangkut dimensi yang sangat luas. Diantaranya adalah : 1) Dimensi Biologis: berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi dan atau alat kelamin manusia dan dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis manusia. Termasuk di dalamnya bagaimana menjaga kesehatannya dari gangguan seperti penyakit menular seksual, dan bagaimana menfungsikannya secara optimal sebagai alat reproduksi sekaligus alat rekreasi serta dinamika munculnya dorongan seksual secara biologis. 2) Dimensi psikologis: berdasarkan dimensi ini seksulaitas berhubungan erat dengan bagaiman manusia menjalani fungsi seksualnya sesuai dengan identitas jenis kelaminnya dan bagaimana dinamika aspek psikologis seperti kognisi, emosi, motivasi dan perilaku terhadap seksualitas itu sendiri, serta bagaimana dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia, misalnya bagaimana seseorang berperilaku sebagai seorang laki-laki atau perempuan serta bagaimana seseorang mendapatkan keputusan psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan identitas peran jenis kelamin. 3) Dimensi Sosial: dimensi sosial melhat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia, bagaimana manusia beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan manusia. 4) Dimensi Kultural Moral: dimensi ini menunjukkan bagaimana nilainilai budaya dan moral mempunyai penilaian terhadap seksualitas. Misalnya di negara timur orang belum ekspresif dalam mengungkapkan seksualitas, berbeda dengan negara-negara barat. 27 2.2.2.5 Bentuk – Bentuk Perilaku Seksual Sebagian besar remaja menganggap bahwa jika mereka tidak melakukan perilaku seksual maka aktivitas mereka akan terganggu, akhirnya mereka mengambil jalan pintas yaitu melakukan masturbasi/ onani. Menurut Dianawati (dalam Supriyati, 2009: 26) menyebutkan bahwa “bentuk perilaku seksual dibedakan atas dua kategori yaitu perilaku seksual yang dilakukan sendiri dan perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain.” Seperti yang diuraikan tersebut mengenai bentuk-bentuk perilaku seksual maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri Perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri meliputi: (1) Masturbasi yaitu melakukan rangsangan seksual dengan berbagai cara (memasukkan alat kelamin) untuk tujuan mengorganism, (2) Fantasai seksual, biasanya dilakukan remaja untuk melakukan rangsangan pada diri sendiri dengan membayangkan sesuatu objek yang menggairahkan atau menggiurkan, dan (3) Membaca buku, gambar-gambar porno atau melihat pornografi di internet dan VCD. 2) Perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain Perilaku seksual yang dilakukan oleh orang lain meliputi: (1) Berpegangan tangan, pada awal berpacaran biasanya siswa melakukan hal seperti saling bersentuhan dan berpegangan tangan untuk saling memberikan rangsangan pada pasangan, (2) Berpelukan, setelah mereka sudah saling berpegangan tangan biasanya remaja berani memeluk pasangannya agar merasa nyaman dan saling 28 melindungi dalam berpacaran, (3) Berciuman, setelah mereka sudah berani saling berpelukan maka mereka akan membuktikan rasa sayangnya dengan mencium kening, pipi, lalu lanjut saling memainkan bibir pasangannya masing-masing, (4) Necking yaitu mencium leher dan saling meraba daerah sensitif, mulai tahap ini ada daya getar api dan gairah seksual yang telah menggoncang mereka, dan mereka pun lantas berciuman dan saling meraba-raba daerah sensitif masingmasing pasangannya, namun masih mengenakan pakaian, (5) Petting adalah bermain seksual, layaknya suami istri namun masih mengenakan baju, celana, rok atau penutup lainnya, mereka saling mencium bibir, saling memegang alat kelamin, saling menindih, bahkan saling mempermainkan alat kelamin meskipun tertutup kain. Perbuatan ini mereka lakukan karena mereka tidak ingin mengambil resiko atau takut hamil, (6) Berhubungan intim (Intercouse), hubungan seksual yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta atau daerah seksual yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Sarwono (2002: 137) mengemukakan bahwa “bentuk-bentuk perilaku seksual bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama.” Terjadinya hubungan seksual dapat terjadi melalui empat fase. Fase-fase terjadinya perilaku seksual tersebut seperti yang dikemukan Sarwono (2002:164) adalah 1) Pelukan ringan/ pegangan tangan, pada awal berpacaran biasanya remaja melakukan hal seperti saling bersentuhan dan berpegangan tangan untuk saling memberikan rangsangan pada pasangannya, setelah mereka sudah saling berpegangan tangan biasanya remaja berani memeluk pasangannya agar merasa nyaman dan saling melindungi dalam hubungan berpacaran. 2) Ciuman, setelah sudah berani saling berpelukan maka mereka membuktikan rasa sayangnya dengan mencium kening, pipi lalu 29 berlanjut dengan saling memainkan bibir pasangannya masing-masing dengan membuktikan rasa sayang mereka terhadap pasangan mereka masing-masing. 3) Petting (petting ringan, petting sedang dan petting berat), bermain seks, layaknya suami istri namun masih mengenakan baju, celana, rok atau penutup lainnya, mereka saling mencium bibir, saling memegang alat kelamin, saling menindih, bahkan saling memainkan alat kelamin, meskipun itu semua tertutup kain. Perbuatan ini mereka lakukan karena mereka tidak mau mengambil resiko (takut hamil) 4) Hubungan seksual (intercouse) pada tahap ini getaran dan gairah seks sudah sangat memuncak dan tidak dapat terbendung lagi, hubungan seksual atau yang disebut bersetubuh yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta atau gairah seks yang tidak dapat terbendung lagi. Laki-laki atau perempuan berusaha mengobarkan benih-benih kenikmatan dengan daya yang semakin tinggi, dengan getaran yang semakin lama semakin menguat dan tanpa helai busana yang menempel dalam tubuh baik laki-laki ataupun perempuan bebas melakukan hubungan seks layaknya suami dan istri. Remaja memasuki usia subur dan produktif. Artinya secara fisologis mereka telah mencapai kematangan organ-organ reproduksi, baik remaja laki-laki maupun wanita. Kematangan organ-organ reproduksi tersebut mendorong individu untuk melakukan hubungan sosial baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Mereka berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan dengan membentuk teman sebaya (peer group). Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa bentuk-bentuk perilaku seksual adalah mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Selain itu mastrurbasi, rangsangan erotis, terangsang oleh stimulus seksual seperti: ketegangan membaca buku porno serta melihat film erotis dan hubungan seksual. Adapun indikator dalam perilaku seksual yang akan diteliti adalah: 1) perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan (cara berpakain, berdandan), 2) Masturbasi/ Onani, 3) Fantasi Seksual, 4) Membaca buku atau gambar-gambar 30 porno, 5) berpegangan tangan, 6) berpelukan, 7) berciuman (kissing), 8) petting, 9) necking, dan 10) intercouse. 2.2.2.6 Dorongan Perilaku Seksual Remaja Setiap manusia khusunya remaja mempunyai dan merasakan adanya dorongan seksual atau yang lebih dikenal sebagai gairah seksual. Menurut Aini yang diakses dalam situs (http://www.stikku.ac.id/wp- content/uploads/2011/02/PERILAKU-SEKSUAL-REAMAJA.pdf) menyebutkan bahwa dorongan seksual adalah suatu aktivitas seksual yang sampai kepada hubungan seksual. Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: 1) Hormon seks, khususnya testoteron yang mulai aktif pada masa remaja, 2) rangsangan seksual yang diterima, 3) keadaan kesehatan tubuh secara umum, 4) Faktor psikososial, 5) Pengalaman seksual sebelumya, 6) Perilaku ingin mencoba-coba, remaja cenderung lebih ingin mencoba-coba hal yang baru dan menantang terutama yang berbau seksual, 6) Anggapan teman yang merendahkan apabila menolak hubungan seksual. 2.2.2.7 Resiko Hubungan Seksual Remaja Hubungan seksual pranikah mempunyai resiko yang besar dibandingkan manfaat yang diperoleh. Menurut Depkes (dalam Astuti, 2009: 35) “Resiko bagi remaja yaitu : 1) Kehamilan yang tidak diinginkan, 2) Terkena penyakit menular seksual termasuk HIV/ AIDS, 2) Infeksi saluran reproduksi, 4) Aborsi dengan segala resiko, 5) Kehilangan keperawanan dan keperjakaan, 6) Perasaan malu, 31 bersalah dan berdosa, ketagihan, gangguan fungsi seksual, dan perasaan tidak berharga.” Akibat bagi keluarga yaitu : 1) Menimbulkan aib keluarga, 2) Menambah beban ekonomi keluarga, 3) Pengaruh buruk bagi anak yang dilahirkan. Sedangkan akibat bagi masyarakat yaitu: 1) Meningkatkan jumlah remaja putus sekolah sehingga kualitas masyarakat/ Sumber daya manusia menurun, 2) Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi sehingga derajat kesehatan reproduksi menurun, 3) Menambah beban ekonomi masyarakt sehingga kesejahteraan masyarakat menurun. 2.3 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja Kebanyakan remaja beranggapan bahwa proses hubungan seksual itu adalah faktor yang bersifat independen, tidak terkait dengan penyakit seksual atau kehamilan. Dengan sifat “egosentrisme” yang masih dimiliki membuat remaja berfikir bahwa terjadinya penyakit seksual atau kehamilan itu tidak terjadi pada “ku” (remaja), tetapi hal tersebut terjadi pada orang lain. Perilaku seks bebas memang kasat mata, namun itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata) maupun faktor eksternal yang dapat diamati secara langsung sehingga individu tergerak untuk melakukan perilaku seksual. 32 2.3.1 Faktor Internal : 2.3.1.1 Motivasi Motivasi merupakan penggerak perilaku. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks bebas dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (romantic love), atau karena pengaruh kelompok (konformitas). Remaja ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks bebas. 2.3.1.2 Rasa ingin tahu Seorang remaja melakukan seks bebas karena didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Ini merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya. Remaja ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri. Disinilah suatu masalah seringkali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. 2.3.1.3 Berkembangnya organ seksual Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khususnya yang 33 berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial (Sarwono, 1991). Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup. Pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul konflik dalam diri remaja (Sarwono, 1991). Masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri. Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosialnya ialah remaja dapat memperoleh teman baru dan mengadakan jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak tampak lagi. Mereka benarbenar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta. Selain itu, pertumbuhan kelenjar-kelenjar seks (gonads) remaja, sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan jasmani secara menyeluruh. Energi seksual atau libido (nafsu) pun telah mengalami perintisan yang cukup panjang. Sigmund Freud mengatakan bahwa dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya Id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia remaja. Karena 34 itulah, dengan adanya pertumbuhan ini maka dibutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu (Cohen, 2002). 2.3.2 Faktor Eksternal 2.3.2.1 Teman sepermainan (peer group) Pada masa remaja, kedekatannya dengan peergroupnya sangat tinggi karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi. 2.3.2.2 Orang tua Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan (Sarwono, 1998). Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orangtua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. 35 Tentang hal ini Soekanto (1996) menyimpulkan hasil penelitiannya sebagai berikut “informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutanketakutan yang berhubungan dengan seks.” Dalam hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks bebas. 2.3.2.3 Media dan televisi Pengaruh media dan televisi pun seringkali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja Barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh remaja tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai, serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda. Santrock (2003: 318) menjelaskan bahwa “Menonton seks di televisi dapat mempengaruhi perilaku remaja,...remaja yang sering menonton televisi mendapat kesulitan untuk memisahkan dunia televisi dengan dunia nyata.” Pengetahuan seksual yang benar dapat memimpin seseorang kearah perilaku seksual yang rasional dan bertanggung jawab dan dapat membantu membuat keputusan pribadi yang penting mengenai seksualitas. Sebaliknya pengetahuan seksual yang salah dapat mengakibatkan persepsi yang salah pula tentang seksualitas. Selanjutnya akan menimbulkan perilaku seksual yang salah 36 dengan segala akibatnya dan hal itu kemudian diekspresikan dalam bentuk perilaku seksual yang buruk dengan segala akibat yang tidak diharapkan. 2.3.2.4 Religiusitas Kata religi berasal dari resiko (Latin) yang berarti mengikat atau ikatan. Religi (Agama) pada umumnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, yang semua itu berfungsi untuk mengikat diri seseorang atau kelompok dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya ( Haryanto dalam Paat, 2009: 76). Selain itu Religius oleh Wulf (2002) menjelaskan sebagai “perasaan keagamaan, yang berarti segala perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan”. Sehingga dapat dismpulkan bahwa religiusitas merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia ataupun alam sekitarnya dimana hubungan ini mewujudkan sikap batin yang dapat dilihat dalam ibadah yang dilakukan setiap harinya. Dimensi-dimensi dalam tingkat religiusitas meliputi dimensi akidah, dimensi ihsan, dimensi ilmu dan dimensi amal. Dimana dimensidimensi tersebut berkaitan erat dengan keyakinan sesorang dalam agama. Semakin tinggi nilai agama yang dimilki seseorang dalam hal ini adalah remaja maka perilaku yang dihasilkan akan semakin terarah dan terhindar dari perilaku menyimpang yang salah satunya adalah perilaku seksual. Contoh seseorang yang rajin beribadah akan semakin sering mendapat pesan atau ajaran yang melarang hubungan seks sebelum menikah sehingga remaja tersebut akan cenderung kurang permisif dalam sikap berperilaku seksual. 37 Adapun indikator-indikator dari faktor-faktor determinan dalam perilaku seksual yang akan diteliti yaitu: 1) Motivasi untuk melakukan perilaku seksual, 2) Rasa ingin tahu dalam diri remaja, 3) Mulai berkembangnya organ-organ seksual, 4) Faktor Teman sepermainan (peer group), 5) Faktor Orang Tua, 6) Media dan Televisi, 7) Tingkat Religiusitas. 2.4 Hubungan antara Perilaku Seksual Remaja Dengan Faktor Determinannya Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa yang penting dan khusus karena merupakan periode pematangan organ reproduksi yang disebut masa pubertas. Perkembangan seksual remaja ditandai dengan adanya mennarche pada wanita dan noctual ejaculation pada pria, sehingga sejak itu fungsi reproduksi bekerja dengan segala konsekuensinya. Idealnya remaja telah memperoleh pengetahuan yang memadai tentang seks. Ketidaksiapan remaja menghadapi perubahan dalam dirinya termasuk dorongan seks yang mulai meningkat dan sulit dikendalikan tidak jarang hal tersebut menyebabkan konflik hebat dalam dirinya. Kemudian hal itu diperparah dengan mudahnya remaja mengakses informasi tentang seks yang keliru melalui media cetak dan elektronik. Informasi yang keliru akan berpengaruh pada perilaku seksual remaja. Selain itu faktor orang tua yang belum maksimal menanamkan pendidikan seks sejak dini merupakan sebab yang tidak dapat dielakkan. Kesempatan untuk berdiskusi tentang masalah reproduksi masih sangat terbatas, karena masih banyak orang tua yang menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. Padahal 38 orang tua merupakan pihak pertama yang bertanggungjawab atas pendidikan seksual pada anak. Kemudian ditambah dengan turunnya tingkat religuitas pada remaja yang dibarengi dengan rendahnya iman remaja juga memberikan kontribusi penting terhadap perilaku seksual remaja. Agama merupakan pedoman yang harus dimilki oleh seseorang, karena dengan agama perilaku yang dihasilkan akan terarah dan terhindar dari perilaku menyimpang seperti perilaku seksual. Terlebih lagi teman sepermainan (peer group) baik di lingkungan sekolah maupun rumah juga amat berpengaruh. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik secara fisik maupun psikis dan diekspresikan untuk menarik lawan jenis maupun sesama jenis hingga sampai pada tingkah laku berkencan. Ketika berkencan ekpresi perasaan diwujudkan dengan cara berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, sentuhan-sentuhan ke daerah sensitif pasangan yang bertujuan untuk membangkitkan, menikmati dan memuaskan hasrat atau dorongan seks. Selain itu aktivitas lain yang dilakukan untuk pemenuhan kepuasan seks yaitu dengan fantasi seksual dan meilhat majalah porno. Faktor determinan adalah segala faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku baik faktor internal (tidak kasat mata) maupun faktor eksternal yang dapat diamati secara langsung. Faktor determinan yang berpengaruh terhadap perilaku seksual yaitu motivasi, rasa ingin tahu, mulai berkembangnya organ seksual, orang tua, teman sepermainan, media dan televisi serta religiuitas. Remaja disini merupakan individu yang berusia antara 15-19 tahun. Hal ini berarti mereka dalam usia sekolah menengah atas (SMA). Sekolah menengah 39 atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berdasarkan paparan diatas maka remaja memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku seksual dan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku tersebut. BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah dan pada dasarnya adalah rangkaian dalam kegiatan dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Penelitian selalu berpedoman pada tata cara atau metode yang benar dan relevan. Metode penelitian sendiri merupakan cara yang harus ditempuh dalam penelitian ilmiah guna menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan adalah metode yang digunakan harus sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai, sehingga penelitian dapat mengarah dan sistematis. Berdasarkan hal tersebut, dalam bab 3 ini akan dibahas secara sistematis mengenai populasi dan sampel, variabel penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, metode penyusunan instrumen, dan metode analisis data. 3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian 3.1.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Menurut Sugiyono (2008: 117) menjelaskan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” 40 41 Dapat disimpulkan bahwa populasi adalah subjek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu dan oleh peneliti dapat ditarik kesimpulannya. Alasan mengambil populasi dalam penelitian ini adalah mengarah pada remaja yang mengetahui perilaku seksual dan mempunyai kecenderungan perilaku seksual, dilihat dari karakteristik populasi yang ada dalam penelitian ini. Jika karakteristik yang dimiliki semakin banyak maka populasi akan semakin spesifik. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi di SMA se-Kota Semarang. Tabel 3.1 Data SMA Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang Wilayah Nama Sekolah Status Jumlah Siswa 1 Pinggir Kota 2 Tengah Kota SMA N 9 SMA N 12 SMA N 13 SMA N 16 SMA N 15 SMA Nasional SMA Al Uswah SMA Islam Pragulapati SMA Semesta SMA Masehi 1 PSAK SMA Krista Mitra SMA Muhammadiyah 2 SMA Nurul Islam SMA Tri Tunggal SMA Muhammadiyah 1 SMA Al Fattah SMA Sultan Agung 3 SMA N 1 SMA N 3 SMA N 5 SMA N 14 SMA N 6 SMA N 10 SMA YSKI SMA Sepuluh Nopember SMA Nasima SMA Advent SMA Kebon Dalem Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swsata Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri Negeri Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta 905 865 715 529 841 60 32 48 374 244 374 58 79 314 244 109 224 1234 1338 1128 777 1145 695 404 75 229 20 176 No 42 3 Transisi SMA Ksatrian 2 SMA Kolose Loyola SMA Masehi 3 PSAK SMA Nusaputera SMA Purusatama SMA Sedes Sapiente SMA Theresiana 2 SMA Walisongo SMA Ksatrian 1 SMA Setia Budhi SMA Ronggolawe SMA Kyai Ageng Pandanaran SMA Sultan Agung 1 SMA N 4 SMA N 7 SMA N 8 SMA N 2 SMA N 11 SMA Don Bosco SMA Santo Michael SMA Theresiana 1 SMA Teuku Umar SMA Pancasila SMA Hidayatullah SMA Mangunkarso SMA Ibu Kartini SMA Dian Kartika SMA Citischool SMA YPE SMA Tugu Suharto SMA Widya Wiyata SMA Terang Bangsa SMA Karangturi SMA Institut Indonesia SMA Mardi Siswa SMA Masehi 2 PSAK SMA Sint Louis SMA Agus Salim SMA At Thohiriyah SMA Gita Bahari SMA Perdana Total Sumber : Diknas Kota Semarang, 2012 Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Neneri Negeri Negeri Negeri Negeri Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta 920 721 119 111 13 818 38 273 1089 289 109 12 882 1127 1053 923 1155 996 617 154 382 251 36 256 13 231 55 42 43 71 41 415 738 790 409 168 550 87 50 333 57 29673 43 3.1.2 Sampel “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti” (Arikunto, 2006: 131), sedangkan menurut Sugiyono (2008: 118) sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sugiyono (2006;62) menyatakan “terdapat cara menentukan ukuran sampel yang sangat praktis yaitu dengan tabel dan nomogram”. Tabel yang digunakan adalah tabel Krejcie dan nomogram Harry King. Dengan adanya tabel dan nomogram tersebut tidak perlu dilakukan penghitungan yang rumit dalam menentukan jumlah sampel penelitian. Harry King menghitung sampel tidak hanya didasarkan pada kesalahan 5% saja, tetapi bervariasi mulai dari 0,3% sampai dengan sampai 15%. Selain itu, jumlah populasi yang paling tinggi yakni hanya 2000. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nomogram Harry King dengan taraf kesalahan 5% untuk menentukan ukuran sampel. Untuk menentukan ukuran sampel dengan jumlah populasi 29.673 yang dibulatkan menjadi 30.000 dan taraf kesalahan 5% diperoleh ukuran sampel sebanyak 344. Sugiyono (2006:56) mengungkapkan bahwa teknik sampling merupakan “teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian”. teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu: 3.1.2.1 Probability Sampling Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi: simple random sampling, proportionate stratified random 44 sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster) sampling. 3.1.2.2 Nonprobability Sampling Non probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik ini meliputi: sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, sampling jenuh dan snowball sampling. Dalam menentukan teknik sampling diperlukan berbagai pertimbangan menyangkut kondisi populasi yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA se-Kota Semarang. Kota Semarang mempunyai wilayah yang cukup luas, terbagi dalam 15 kecamatan yang mempunyai 16 SMA Negeri dan 63 SMA Swasta. Berdasarkan kondisi di atas teknik yang akan digunakan untuk menentukan sampel penelitian oleh peneliti adalah Cluster proportional random sampling. Sugiyono (2008:83) menjelaskan cluster sampling “digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas”. Teknik ini dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Proportional sampling digunakan untuk menentukan sampel dari masing-masing daerah populasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan untuk teknik random sampling. Sugiyono (2008; 83) mengungkapkan “teknik ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada, teknik demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen”. Untuk lebih 45 jelasnya berikut ini akan disajikan jumlah sampel pada masing-masing daerah populasi secara proporsional yang dipilih menggunakan sistem random: Tabel 3.2 Data Sampel Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang No 1 Wilayah Pinggir Kota 2 Tengah Kota 3 Transisi 3.2 Nama sekolah SMA N 16 SMA Masehi 1PSAK SMA Muhammadiyah 1 SMA N 6 SMA Kesatrian 1 SMA Setiabudi SMA N 7 SMA Teuku Umar SMA Masehi 2 PSAK Total Status Negeri Swasta Swasta Negeri Swasta Swasta Negeri Swasta Swasta Jumlah Sampel 40 Siswa 40 Siswa 35 Siswa 40 Siswa 40 Siswa 35 Siswa 40 Siswa 40 Siswa 34 Siswa 344 Siswa Variabel Penelitian Variabel merupakan objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian suatu peneliti (Arikunto 1998: 99). Sedangkan (Hadi 2002: 224) menjelaskan “variabel sebagai gejala yang bervariasi baik dalam jenis maupun klasifikasi tingkatnya.” Selain itu variabel adalah konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kualitatif dan kuantitatif (Azwar 2003: 99). Jadi kesimpulannya variabel merupakan objek yang bervariasi dan dijadikan sebagai titik perhatian peneliti. Dalam variabel penelitian terdapat hal-hal yang dibahas yaitu identifikasi variabel, hubungan antar variabel, dan definisi operasional. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 46 3.2.1 Identifikasi Variabel Berdasarkan judul penelitian ini, maka terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat. 3.2.1.1 Variabel Bebas (Independent) Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat/dependent (Sugiyono, 2006: 3). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor determinan perilaku seksual yang meliputi. 1) Motivasi (X1). 2) Rasa ingin tahu (X2). 3) Berkembangnya organ seksual (X3). 4) Teman sepermainan (X4). 5) Orangtua (X5). 6) Media dan televisi (X6). 7) Religiuitas (X7). 3.2.1.2 Variabel Terikat (Dependent) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atatu yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas/Independent (Sugiyono, 2006: 3), dalam penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah perilaku seksual. 3.2.2 Hubungan Antar Variabel Hubungan antar variabel yaitu antar variabel bebas dan terikat terjadi hubungan sebab akibat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor determinan perilaku seksual dan variabel yang terikat adalah perilaku seksual. 47 Hubungan antara variabel X dan variabel Y terdapat pada gambar 3.1 sebagai berikut: Faktor Determinan: 1) Motivasi (X1). 2) Rasa ingin tahu (X2). 3) Berkembangnya Perilaku Seksual (Y) organ seksual (X3). 4) Teman sepermainan (X4). 5) Orangtua (X5). 6) Media dan televisi (X6). 7) Religiuitas (X7). Gambar 3.1 Hubungan antara Variabel X dan Y 3.2.3 Definisi Operasional Variabel Bebas dan Terikat Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Terdapat tahaptahap dalam perilaku seksual, yaitu: 1) Pelukan, 2) Pegangan tangan, 3) berciuman, 4) Mencium daerah sensitif (Necking), 5) Meraba alat kelamin (Petting), 5) Hubungan seks (Intercouse). Perilaku seksual tersebut memiliki beberapa faktor determinan, diantaranya faktor ekstern dan faktor intern. 48 3.3 Desain Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “ Survey tentang Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di SMA Negeri se-Kota Semarang, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif survey. Penelitian suvey yaitu “penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok” (Singarimbun, 2008: 3). Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu (Azwar, 2007: 7). Hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif untuk memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh. Penelitian ini berdasarkan atas pertimbangan dari tujuan penelitian yang ingin mendapatkan informasi yang akurat mengenai perilaku seksual remaja beserta faktor-faktor determinan siswa SMA se-Kota Semarang. Penelitian ini diawali dengan menentukan sampel dari populasi dengan cara cluster proportional random sampling. Diperoleh tiga cluster yaitu pinggir kota, tengah kota, dan transisi. Pada tahap selanjutnya peneliti membagikan angket kepada siswa di sekolah yang terpilih menjadi sampel penelitian. Dari angket tersebut dapat diperoleh data tentang perilaku seksual dan faktor 49 determinan siswa SMA se-Kota Semarang. Data-data tersebut kemudian dianalisis sesuai dengan statistik yang ada 3.4 Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Menentukan sampel penelitian menggunakan teknik cluster random sampling. (2) Menyusun kisi-kisi intrumen. (3) Menyusun instrumen berupa angket. (4) Mengujicobakan intrumen pada sekolah di luar sampel. (5) Menganalisis data hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. (6) Menentukan pernyataan angket yang memenuhi syarat berdasarkan langkah nomor 5. (7) Menyusun ulang instrumen dari hasil langkah 6. (8) Melaksanakan penelitian dengan menyebar angket di sekolah yang menjadi sampel. (9) Menganalisis data hasil angket. (10) Menyusun hasil penelitian. 3.5 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah diajukan untuk mendapatkan data yang akurat, relevan dan reliabel dari responden. Untuk memperoleh data 50 tersebut maka pengumpulan data menggunakan teknik dan prosedur yang sesuai serta alat-alat yang menunjang penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 151) dijelaskan “bahwa metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.” Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk memperoleh data-data yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena data yang salah akan menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik akan salah pula. Suharsimi Arikunto (2002: 152). Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini data yang akan diungkap adalah tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk dan faktor determinan perilaku seksual remaja serta mengungkap perbedaan perilaku antara siswa SMA negeri dengan SMA swasta. Maka dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket. 3.5.1 Metode Dokumentasi Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencatat data SMA se-Kota Semarang beserta jumlah siswa pada tahun ajaran 2012/2013 yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian. 3.5.2 Metode Angket Pengertian metode angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh yang akan diukur (Responden). Dengan angket ini seseorang dapat diketahui 51 tentang keadaan data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapatnya (Suharsimi Arikunto, 2002: 152). Bimo Walgito menyebutkan “bahwa metode angket merupakan metode pengumpulan data dengan memberi daftar pertanyaan tertulis kepada siswa.” Angket perilaku seksual diberikan kepada siswa untuk diisi dan dianalisi oleh peneliti. 3.6 Instrumen Penelitian Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian dapat dilihat pada gambar berikut. Teori Kisi-kisi Instrumen Instrumenn Instrumen akhir Uji Coba Revisi Gambar 3.2 Langkah-langkah Penyusunan Instrumen Setelah mengetahui langkah-langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, selanjutnya adalah membahas mengenai kisi-kisi instrumen. Setelah menyusun kisi-kisi instrumen, maka dilanjutkan dengan penyusunan instrumen angket secara utuh beserta lembar jawabannya. Kisi-kisi instrumen dikembangkan berdasarkan pedoman mengenai faktor determinan ketidakterlaksanaan layanan bimbingan kelompok yang mencakup faktor internal dan faktor eksternal, adalah sebagai berikut. 52 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja di SMA Variabel Bentukbentuk perilaku seksual. Sub Variabel Perilaku yang dilakukan tanpa ada bantuan orang lain. Indikator Deskriptor Item 1. Masturbasi Perilaku seksual untuk melakukan rangsangan seksual dengan berbagai cara pada alat kelamin. 2. Fantasi Seksual. Perilaku seksual untuk merangsang diri dengan cara membayangkan suatu objek yang menggairahkan. 1,2,3,4 • Saya melakukan aktivitas masturbasi/ Onani. • Saya menggunakan media tangan untuk melakukan masturbasi/ Onani. • Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan alat bantu. • Melakukan masturbasi/ onani menggunakan sabun atau gel pelicin 5,6,7,8,9,10 • Saya berfantasi seksual. • Ketika ingin tidur saya membayangkan sedang berhubungan seksual. • Berfantasi seksual ketika melihat lawan jenis yang menarik • Berfantasi seksual ketika ada waktu luang. • Saya mendapatkan kenikmatan yang lebih ketika membayangkan berhubungan seks. • Saya membayangkan/ berkhayal melakukan hubungan seks dengan pacar 11,12,13,14 • Saya membaca dan melihat gambar porno. • Saya berlangganan majalah porno. • Memiliki koleksi gambar 3. Membaca dan Melihat gambar porno. Perilaku untuk melakukan rangsangan seksual dengan cara membaca dan melihat 53 gambar porno. Perilaku yang dilakukan dengan bantuan orang lain. 1. Berpegangan tangan. Perilaku seksual dengan cara menyentuh tangan pasangan untuk memberikan rangsangan pada pasangan. 2. Berpelukan Perilaku seksual dengan cara memeluk pasangan untuk memberikan rasa nyaman kepada pasangan. 3. Berciuman (kissing) Perilaku seksual untuk membuktikan rasa sayang kepada pasangan dengan cara mencium kening, pipi kemudian berlanjut saling mencium bibir porno. • Merasa ketagihan melihat dan membaca majalah porno. 15,16,17 • Saya melakukan aktivitas berpegangan tangan dengan lawan jenis. • Gairah seksual saya muncul ketika berpegangan tangan dengan lawan jenis. • Jantung saya berdebardebar ketika berpegangan tangan dengan lawan jenis. 18,19,20,21 • Saya berpelukan dengan lawan jenis. • Saya memeluk pasangan/ lawan jenis setiap bertemu. • Saya memeluk pasangan sebagai cara menunjukan rasa sayang. • Saya memeluk lawan jenis guna mendapatkan kenikmatan 22,23,24,25,26,27 • Saya berciuman dengan lawan jenis. • Saya mencium pipi lawan jenis/ pasangan • Saya mencium kening lawan jenis/ pasangan • Saya mencium bibir lawan jenis/ pasangan • Saya mencium lawan jenis sebagai bentuk kasih sayang • Saya mencium lawan 54 4. Mencium Leher (necking) 5. Saling menggesek alat kelamin (petting) 6. Berhubunga n intim (intercouse) . Perilaku seksual dengan mencium daerah sensitif pasangan sehingga menimbulkan rangsangan seksual Perilaku seksual dengan melakukan seks seperti suami istri dengan saling memegang alat kelamin, saling menindih dan saling memainkan alat kelamin meskipun masih mengenakan pakaian Perilaku seksual dengan cara melakukan hubungan intim/ senggama antara laki-laki dan perempuan untuk memuaskan hasrat seksual yang tidak dapat dibendung lagi jenis dengan nafsu. 28,29,30 • Saya mencium/dicium lawan jenis/ pasangan pada bagian leher • Saya selalu mencium leher ketika bertemu pasangan/ lawan jenis • Saya selalu mencium leher untuk memulai hubungan seks dengan pasangan/ lawan jenis 31,32,33 • Saya memegang dan memainkan alat kelamin lawan jenis/ pasangan. • Saya melakukan oral seks. • Saya menindih dan bermesraan dengan memainkan alat kelamin lawan jenis. 34,35,36,37,38 • Saya melakukan hubungan intim dengan lawan jenis. • Saya melakukan hubungan intim dengan pasangan/ lawan jenis setiap kali bertemu • Saya melakukan hubungan intim dengan berbagai gaya • Saya menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan intim • Ketika hasrat seks saya meningkat, saya langsung melakukan 55 hubungan intim dengan lawan jenis/ pasangan. Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Faktor Determinan Variabel Faktor determin an perilaku seksual Sub Variab el Faktor Internal Indikator 1. Motivasi Deskriptor Dorongan dalam diri untuk melakukan perilaku seksual + - 2 Saya tidak berminat dengan hal yang menyangkut seks 3 Saya mencoba mengalihkan perhatian saya ketika dorongan seks saya meningkat 1. Hasrat saya menggebugebu untuk melakukan hubungan seksual 2. Keinginan saya melakukan hubungan seksual meningkat ketika melihat teman saya melakukan perilaku seks 3. Saya sulit mengendalikan dorongan seks dalam diri saya 6. Bagi saya berhubungan seksual adalah hal yang wajar di kalangan remaja 7. Saya selalu ingin melakukan hubungan seks 8. Saya selalu bertanya 10. Saya penasaran dengan mengenai seks untuk hal yang menyangkut seks menambah 11. Saya tertarik dengan hal pengetahuan baru yang berbau seksual 9. Saya selalu mencari 12. Saya selalu mencoba hal tahu lewat internet baru dalam seks dengan hal yang belum pasangan atau lawan jenis pernah saya ketahui 13. Saya ingin mengenai seks mempraktekkan apa yang belum pernah saya lakukan terkait dengan seks 2. Rasa ingin tahu 3. Berkemb angnya organ seksual Item Perilaku seksual siswa yang cenderung diakibatkan mulai berfungsinya organorgan seksual yang berpengaruh pada perilaku seksualnya 14. Saya sudah mengalami mimpi basah 16. Saya bangga dengan bentuk tubuh saya 17. Saya sudah mengalami 15. Saya sering merasakan rangsangan seksual setelah saya mengalami mimpi basah 18. Saya sering marasakan rangsangan seksual setelah saya mengalami menstruasi 56 menstruasi Faktor Ekstern al 19. Saya sering terangsang ketika berdekatan dengan lawan jenis saya 20. Saya mudah terangsang dan ingin melakukan hubungan seksual 21. Saya merasakan rangsangan yang tidak wajar pada organ intim saya 1 Teman sepermain an (peer group) Perilaku seksual remaja dikarenakan adanya pengaruh kuat dari teman sebaya 22. Saya tidak tergerak untuk melakukan seks seperti yang teman-teman saya lakukan 23. Saya cenderung menghindari teman-teman yang melakukan seks 29. Saya menghindari pembicaraan teman yang berhubungan dengan seks 24. Teman saya mengajak nonton film porno 25. Teman saya berbagi pengalamn seksualnya dengan saya 26. Saya memperoleh informasi tentang seks dari teman saya 27. Saya mudah terpengaruh oleh ajakn teman-teman 28. Saya mengikuti kebiasaan teman-teman dalam berperilaku seks 30. Saya khawatir diberi julukan kampungan jika saya tidak berperilaku sama dengan teman sepermainan saya 31. Teman saya mengajak untuk melakukan seks bebas 5.3 Orangtua Perilaku seksual siswa dikarenakan kurangnya pemahaman yang diberikan orangtua mengenai dasar pendidikan seks serta kontrol yang kurang terhadap perilaku seksual anak 33. Orangtua saya sangat memperhatikan tingkah laku saya terutama dalam perilaku seksual 35. Setiap hari orangtua menanyakan keadaan saya 38. Orangtua saya merespon dengan baik setiap pertanyaan/ pernyataan yang menyangkut seks 39. Orangtua saya selalu memantau perkembangan saya hingga saat 32. Saya malu jika bertanya tentang seks dengan orangtua 34. Bagi orangtua saya perilaku seksual adalah hal yang tabu 36.Saya tidak berbincangbincang dengan orangtua jika saya memiliki masalah seputar seks 37. Orangtua saya tidak pernah membicarakan hal yang berhubungan dengan perilaku seksual 40. Orangtua jarang memberi kesempatan saya untuk bertanya mengenai seks 41. Saya dimarahi orangtua ketika bertanya seputar 57 ini seks 5.4 Media dan televisi Perilaku seksual siswa akibat adanya imitasi dari menonton media dan televisi sehingga siswa melihat perilaku seksual itu menyenangkan dan dapat diterima mayarakat 42. Bagi saya menonton acara seks dapat menambah pengetahuan dan wawasan 44. Saya kurang sependapat jika ada yang mengatakan bahwa menonton acara seks tidak ada manfaatnya 45. Bagi saya acara seks di televisi tidak berpengaruh buat saya 43.Saya tertarik menonton acara yang berbau seks 46. Saya memilih menonton acara yang membahas seks daripada acara rohani 47. Acara televisi yang berbau seks adalah seni 48. Saya mempraktekkan tingkah laku seks yang saya tonton di televisi 49. Saya rutin menonton acara televisi yang membahas tentang seks 5.5 Tingkat religiuita s Kurangnya nilai agama yang dimilki mengakibatkan kecenderungan perilaku seksual pada siswa 50. Saya rajin beribadah sesuai agama saya 51. Saya selalu membaca al-quran 52. Saya selalu membaca al-kitab 53. Saya rajin mengikuti acara kerohanian di tempat ibadah saya 54. Saya menganggap bahwa onani/ masturbasi bukan termasuk zina 55. Saya tidak dapat membedakan perbuatan yang diharamkan dan dihalalkan oleh agama yang terkait dengan masalah seksual 56. Saya tidak menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan/ lawan jenis sebelum menikah itu dosa 57. Saya menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan sebelum menikah adalah wajar Responden dapat memilih empat alternatif jawaban yang tersedia, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), KS (Kurang Sesuai) TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat 58 Tidak Sesuai). Setiap jenis respon mendapat nilai sesuai dengan arah pernyataan yang bersangkutan, antara lain: Tabel 3.5 Penskoran kategori jawaban Arah dari pernyataan SS S KS TS STS Positif 5 4 3 2 1 Negatif 1 2 3 4 5 3.7 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Analisis yang digunakan adalah analisis validitas dan reliabilitas. Instrumen yang telah disusun diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan pada sekolah yang termasuk dalam populasi. Tujuannya untuk mengetahui apakah item-item pernyataan angket telah memenuhi syarat instrumen yang baik atau tidak. 3.7.1 Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2006: 168). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Salah satu jenis validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi (Construct Validity). Untuk menguji validitas konstruksi digunakan pendapa para ahli. Sugiyono (2006:271) menyebutkan bahwa “untuk menguji validitas instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diatur dengan 59 berlandaskan teori tertentu, dan selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.” Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi product moment yaitu. ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ (Arikunto, 2006: 170) Keterangan: = koefisien korelasi tiap item, = banyaknya subjek uji coba, ∑ = jumlah skor item, ∑ = jumlah skor total, ∑ = jumlah kuadrat skor item, ∑ = jumlah kuadrat skor total, dan ∑ = jumlah perkalian antara skor item dengan skor total. Kemudian hasil dengan α=5%. Jika dikonsultasikan dengan product moment maka alat ukur dikatakan valid. 3.7.2 Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Artinya, reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan, dimana suatu tes dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Rumus yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes berbentuk uraian adalah rumus Alpha sebagai berikut. 1 Keterangan: = reliabilitas yang dicari n = jumlah butir angket 1 ∑ó ó 60 ó ó = varians skor total = varians skor butir Kriteria pengujian reabilitas yaitu setelah didapatkan harga , kemudian tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada table yang selanjutnya disebut diujikan reabilitas. Harga , jika diperoleh dari > maka item tes yang , (Arikunto, 2006: 195). 3.7.3 Hasil Uji Coba Instrumen 3.7.3.1 Uji Validitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinan Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu angket untuk perilaku seksual remaja dan angket untuk faktor determinan perilaku seksual remaja. Angket perilaku seksual remaja terdiri dari 38 item pernyataan setelah diuji coba dan berdasarkan perhitungan rumus product moment, hanya terdapat 1 item yang tidak valid yaitu pernyataan nomor 19. Selanjutnya untuk keperluan penelitian, item yang tidak valid dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian, karena telah terwakili oleh item yang lain sesuai dengan indikator dalam instrumen. Jadi instrumen perilaku seksual yang digunakan dalam penelitian adalah 37 item. Sedangkan untuk angket faktor determinan perilaku seksual remaja yang terdiri dari 57 item pernyataan setelah dilakukan dengan perhitungan product moment terdapat 9 item yang tidak valid yaitu nomor 5, 14, 16, 23, 29, 38, 42, 50 dan 53. Selanjutnya item tersebut tidak digunakan dalam penelitian, sehingga instrumen faktor determinan perilaku seksual yang digunakan dalam penelitian berjumlah 48 item. 61 3.7.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinan Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang menggunakan rumus Alpha dengan 64 responden, maka diperoleh r 11 = 1, 02 dan r tabel = 0,404. Karena r 11 > r tabel maka angket perilaku seksual remaja yang diujikan reliabel. Sedangkan untuk pengujian angket faktor determinan perilaku seksual remaja diperoleh r dan r tabel = 0,404. Karena r 11 >r tabel 11 = 1, 02 maka angket faktor determinan perilaku seksual remaja dikatakan reliabel. 3.8 Analisis Data Penelitan 3.8.1 Analisis Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Adapun rumus persentase yang digunakan yaitu: Keterangan: P = persentase hasil akhir n = skor yang diperoleh N = skor ideal berdasarkan rumus diatas maka dapat diketahui bahwa dalam menginterpretasikan perilaku seksual remaja maupun faktor determinan yang memiliki rentang skor 1-5, maka jumlah skor dari tiap responden ditransformasi 62 kedalam bentuk persentase skor dengan cara membagi dengan skor idealnya dan dikalikan dengan 100% . selanjutnya persentase skor tersebut dibandingkan dengan kriteria tingkat perilaku seksual dan faktor determinan kemudian diperoleh kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kriteria tingkat perilaku seksual remaja dan faktor determinannya adalah sebagai berikut: (1) Persentase maksimum 100% = (5 : 5) x 100% (2) Persentase minimum 20% = (1 : 5) x 100% (3) Rentang persentase R = Xt - X r Keterangan: R = rentang persentase Xt = persentase maksimum Xr = persentase minimum (Ali, 1987: 48) 100% - 20% = 80% (4) Panjang interval Panjang kelas = Rentang : Banyak Kriteria 16% = 80% : 5 63 Tabel 3.6 Kriteria Persentase Bentuk Perilaku Seksual Interval % Kriteria 84<% skor ≤ 100 Sangat tinggi 69<% skor ≤ 83 Tinggi 52<% skor ≤ 68 Cukup tinggi 36<% skor ≤ 51 Rendah 20≤% skor ≤ 35 Sanagt rendah 3.8.2 Analisis Regresi Ganda Untuk menganalisis faktor-faktor determinan perilaku seksual remaja digunakan analisis regresi ganda. Regresi Terdiri atas variabel bebas (yang mempengaruhi) dan variabel terikat (yang dipengaruhi). Variabel yang mempengaruhi ini dalam analisis regresi disebut sebagi variabel prediktor (dengan lambang X) dan yang dipengaruhi disebut variabel kriterium (dengan lambang Y). Namun pada regresi ganda kita membicarakan hubungan antara 1 variabel terikat dengan 2 atau lebih variable bebas. Tujuan menggunakan regresi ganda adalah sebagai berikut. 1) Untuk meramalkan pengaruh dua variabel prediktor atau lebih terhadap satu variabel kriterium atau variable terikat 2) Membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua buah variabel bebas (X) atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y). Secara umum regresi ganda dituliskan dalam matematis sebagai beerikut Y = a + b1X1 + b2X2 ……….bnXn Keterangan Y = variable tak bebas X1 = variabel bebas ke-1 64 X2 = variabel bebas ke-2 Xn = Variabel bebas ke-n a = kostanta b1 = kemiringan ke 1 b2 = kemiringan ke 2 bn = kemiringan ke n Pada penelitian ini terdiri dari 1 variabel terikat (Y) yaitu perilaku seksual remaja dan 7 variabel bebas yaitu X1 = motivasi, X2 = rasa ingin tahu, X3 = berkembangnya organ seksual, X4 = teman sepermainan, X5 = orang tua, X6 = media dan televisi, dan X7 = religiuitas. Secara umum persamaaan regresi ganda dengan 7 variabel bebas dan 1 variabel terikat seperti dibawah ini Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab 4 akan membahas hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya di SMA se-Kota Semarang, yang ditinjau dari bentuk perilaku seksual remaja, perbedaan perilaku seksual remaja antara SMA Negeri dan Swasta, faktor determinan perilaku seksual remaja dan perbedaan faktor determinan perilaku seksual remaja antara SMA Negeri dan Swasta. 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini akan dipaparkan hasil penelitian tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya yang meliputi perilaku seksual remaja dan faktor determinan perilaku seksual. Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif persentase yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai bentuk perilaku seksual remaja dan faktor determinan dan analisis regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi determinan perilaku seksual remaja. 65 66 4 4.1.1 Gam mbaran Periilaku Seksual Remaja di d SMA se-K Kota Semarrang pun gambarran perilaku seksual rem maja di SM MA se-Kota Semarang Adap d dapat dilihatt dari hasil penelitian p sebbagai berikuut: Tabel 4.1 4 Perrsentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja di SM MA se-Kotaa Semarang No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perilaku Seksual S Remaaja Masturbasi Faantasi Seksuaal Membaca dan Melihat gaambar porno Beerpegangan tangan t Beerpelukan Kiissing Neecking Peetting Inttercouse % Kriteria 28,9 34,14 29,61 Sanngat Rendahh Sanngat Rendahh Sanngat rendah 45,93 47,08 44,60 41,43 26,16 36,7 Renndah Renndah Renndah Renndah Sanngat Rendahh Renndah *) kriteria hasil h deskriptif perssentase dapat dilihhat di lampiran 13 Bentukk Perilaku u Seksuaal R Remaja S Se‐Kota Semaraang 60 50 40 30 20 10 0 Masturbasi Petting Intercouse Necking Kissing Berpelukan Berpegangan tangan Membaca dan … Fantasi Seksual Fantasi Seksual Masturbasi Fantaasi Seksual Mem mbaca dan Melih hat gambar porno o Berpeegangan tangaan Diagram 4.1 4 Bentuk Perilaku P Seksual Remajaa SMA se-Koota Semaran ng 67 Berdasarkan tabel 4.1 dan diagram 4.1, dapat diketahui bahwa perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang cenderung termasuk dalam kriteria rendah dan sangat rendah. Hal ini berarti sebagian besar siswa belum melakukan tindakan/ perilaku seksual baik yang dilakukan pada diri sendiri seperti masturbasi, fantasi seksual, dan membaca/ melihat gambar porno maupun perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain seperti, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, necking, petting dan intercouse. Meskipun taraf perilaku seksual siswa masih tergolong rendah tidak menutup kemungkinan bahwa perilaku tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara pesat. Sehingga perlu adanya perhatian khusus dari semua pihak baik orang tua maupun sekolah untuk selalu memantau perkembangan perilaku siswa khususnya pada perilaku seksualnya. Adanya kecenderungan hasil penelitian tersebut juga berkaitan dengan perbandingan hasil penghitungan penelitian di SMA Negeri dan Swasta pada masing-masing indikator yang akan dijelaskan berikut ini: 4.1.1.1 Perilaku seksual remaja pada indikator Masturbasi Masturbasi merupakan salah satu indikator perilaku seksual remaja dan termasuk dalam perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri . Berikut hasil penelitiannya: Tabel 4.2 Persentase Bentuk Perilaku seksual remaja pada indikator masturbasi Sekolah Negeri Swasta Persentase Kriteria 27,88 Sangat rendah 29,9 Sedang 68 M Masturbasi 30 0 25 5 20 0 Sw wasta 15 5 N Negeri 10 0 5 0 Swasta Negeri Diagram 4..2 Perilaku Seeksual Mastuurbasi Siswaa SMA Negeeri dan Swasta Berdassarkan tabel 4.2 dan Diaagram 4.2, dapat d diperolleh data pad da indikator m masturbasi persentase p SMA S swsataa lebih tinggi daripada SMA negeeridiketahui b bahwa perollehan persenntase SMA swasta s lebih tinggi darippada SMA negeri n pada i indikator masturbasi. m H ini berarrti bahwa perilaku Hal p sekksual masturrbasi siswa S SMA swasta cenderunng lebih sering dilakkukan darippada perilakku seksual m masturbasi s siswa SMA negeri. n 4 4.1.1.2 Perillaku seksual remaja padaa indikator Fantasi F seksuual Fantaasi seksual merupakan salah satu indikator peerilaku seksual remaja d termasuuk dalam perilaku seksuual yang dilaakukan padaa diri sendirri . Berikut dan h hasil penelittiannya: 69 Tabel 4.33 Perssentase Ben ntuk Perilak ku seksual rremaja pada ind dikator Fanttasi seksual Sekolah Negeri Swasta Persentaase Kriiteria 33,39 9 Sangatt rendah 34,59 9 Sangatt rendah Fan ntasi Sekksual 40 4 3 35 3 30 2 25 2 20 1 15 1 10 5 0 Sw wasta Negeri Swasta Negeri Diagram 4.3 P Perilaku Sek ksual Berfanttasi Seksual pada SMA Negeri N dan Swasta S Berddasarkan tabeel 4.3 dan D Diagram 4.3, dapat dikettahui bahwa persentase r rata-rata yan ng diperoleh h SMA swasta cenderu ung lebih tinggi sedikiit daripada S SMA Negerri tetapi menndapatkan krriteria yang sama yakni sangat renddah. Hal ini b berarti bahw wa siswa di SMA negerii dan swastaa pada indikkator berfanttasi seksual c cenderung tiidak melakukan perilakuu tersebut 70 4 4.1.1.3 Perillaku seksuall remaja paada indikator Membacaa dan melihhat majalah porno mbaca dan melihat m majjalah porno merupakann salah satu u indikator Mem p perilaku sek ksual remaja dan termasuuk dalam perrilaku seksuaal yang dilak kukan pada d sendiri . Berikut hassil penelitiannnya: diri Tabel 4.44 Perssentase Ben ntuk Perilak ku seksual rremaja pada ind dikator Mem mbaca dan melihat m majjalah porno Sekolah Negeri Swasta Persentaase Kriiteria 27,33 3 Sangatt rendah 29,93 3 Sangatt rendah M Membacaa dan Meelihat Gaambar Porno o 40 30 Swasta 20 Neggeri 10 0 Swassta Negeri Diagram 4.4 Perilak ku Seksual Melihat M dan Membaca M Gambar Pornoo 4 dapat diketahui d baahwa pada Berddasarkan tabbel 4.4 dan Diagram 4.4, i indikator meembaca dann melihat maajalah pornoo termasuk kkriteria sang gat rendah. K Kriteria san ngat rendah artinya bahhwa perilakku seksual m membaca daan melihat g gambar pornno jarang/bellum dilakukan remaja siiswa SMA N Negeri dan Sw wasta. 71 4 4.1.1.4 Perillaku seksual remaja padaa indikator Berpegangan B n tangan Berppegangan tan ngan meruppakan salahh satu indikkator perilakku seksual r remaja dan termasuk daalam perilakku seksual yang y dilakukkan dengan orang lain. B Berikut hasil penelitiannnya: Tabel 4.55 Perssentase Ben ntuk Perilak ku seksual rremaja p pada indikaator Berpeggangan tanggan Sekolah Persentaase Kriiteria Negeri 45,67 7 Rendahh Swasta 46,22 2 Rendahh Berpegangan n Tangan n 60 50 40 SSwasta 30 N Negeri 20 10 0 Swastta Negeri Diagram 4.5 or Berpeganngan Tangann di SMA Peerilaku Seksuual Remaja ppada Indikato N Negeri dan Swasta S Berddasarkan tabeel 4.5 dan D Diagram 4.5 , dapat diketahui bahwaa perolehan p persentase SMA S negeri dan swastaa hanya terpaaut 1,45% ddengan kriteria rendah. H ini meenandakan pada indikaator berpeg Hal gangan tanggan cenderu ung jarang d dilakukan siswa SMA negeri dan sw wasta. 4 4.1.1.5 Perillaku seksual remaja padaa indikator Berpelukan B 72 Berppelukan meruupakan salaah satu indik kator perilakku seksual remaja r dan t termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan n dengan orang lain . Beerikut hasil p penelitianny ya: Tabel 4.66 ntuk Perilak ku seksual rremaja Perssentase Ben pada in ndikator Beerpelukan Sekolah Negeri Swasta Persentaase Kriiteria 44,17 7 Rendahh 50,03 3 Rendahh B Berpelukkan 60 50 40 30 20 10 0 Swasta Negerri Swaasta Negeri Diagram 4.6 Bentuk Perilaku P Seksual Remajaa pada Indikaator Berpelu ukan Berddasarkan tabbel 4.6 dan Diagram 4.6, dapat diiketahui bahhwa kedua S SMA baik Negeri dann Swasta m memperoleh h kriteria reendah padaa indikator b berpelukan. Rendah artiinya bahwa remaja sisw wa SMA neggeri dan sw wasta masih j jarang melakkukan perilaaku seksual bberpelukan. 73 4 4.1.1.6 Benttuk Perilaku seksual rem maja pada inddikator Kissinng Berciuman/ kissiing merupakkan salah satu u indikator bentuk b perilaaku seksual r remaja dan termasuk daalam perilakku seksual yaang dilakukaan dengan orang o lain . B Berikut hasil penelitiannnya: Tabel 4.7 Persentase Bentu uk Perilaku seksual rem maja pa ada indikatoor Berciuman (Kissing) Persentaase Kriiteria 41,81 Rendahh 47,85 5 Rendahh Sekolah Negeri Swasta B Bercium man 50 40 30 Swaasta 20 Neggeri 10 0 Swasta Negeri Diagram 4.7 Perilaaku Seksual Remaja pad da Indikator Berciuman Diagram 4.7,, dapat dikettahui bahwaa perolehan Berddasarkan tabeel 4.7 dan D p persentase SMA S Negerii dan Swastta cenderung g berbeda meskipun m han nya terpaut 6 6,04%. Hal ini berarti perilaku sekssual bercium man lebih serring dilakukaan siswa di S SMA swastaa daripada siiswa SMA negeri. n 74 4 4.1.1.7 Perillaku seksual remaja padaa indikator Necking N Neckking merupaakan salah satu indikaator perilakuu seksual remaja dan t termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan n dengan orang lain . Beerikut hasil p penelitianny ya: Tabel 4.8 uk Perilaku seksual rem maja Persentase Bentu a indikator M Mencium Leher L (Neckiing) pada Sekolah Negeri Swasta Persentaase Kriiteria 28,17 7 Sangatt rendah 54,73 3 Sedangg Necking g 60 0 50 0 40 0 Swasta 30 0 N Negeri 20 0 10 0 0 Swasta Negeri Diagram 4.8 Perilaku seeksual pada indikator i Neccking Diagram 4.8, dapat dikettahui bahwa perbedaan Berddasarkan tabeel 4.8 dan D p perolehan p persentase raata-rata sisw wa SMA Sw wasta jauh llebih banyak k daripada S SMA Negerri. Hal ini berarti b bahw wa perilaku seksual neccking cendeerung lebih s sering dilaku ukan siswa SMA S swastaa daripada sisswa di SMA A negeri. 75 4 4.1.1.8 Perillaku seksual remaja padaa indikator Petting P Petting merupak kan salah ssatu indikattor perilakuu seksual reemaja dan t termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan n dengan orang lain . Beerikut hasil p penelitianny ya: Tabel 4.9 uk Perilaku seksual rem maja Persentase Bentu pada iindicator Peetting Sekolah Negeri Swasta Persentaase Kriiteria 27,88 8 Sangatt rendah 59,9 Sedangg Petting g 4 40 3 35 3 30 2 25 Serries2 2 20 Serries1 1 15 1 10 5 0 Swasta Negeri Diagram 4.9 Perrilaku Seksual Remaja Pada P Indikatoor Petting Berddasarkan tabeel 4.9 dan Diagram 4.9, dapat diketaahui bahwa siswa s SMA N Negeri dan Swasta saama-sama mendapatkan m n kriteria ssangat rendaah dengan p perolehan peersentase ratta-rata hamppir sama. Hall ini berarti bbahwa perilaaku seksual p petting cendderung jarangg dilakukan baik siswa SMA S Negerii maupun Sw wasta. 76 4 4.1.1.9 Perillaku seksual remaja padaa indikator Intercouse In Interrcouse meruupakan salahh satu indikkator perilakku seksual remaja r dan t termasuk daalam perilakuu seksual yaang dilakukan n dengan orang lain . Beerikut hasil p penelitianny ya: T Tabel 4.10 uk Perilaku seksual rem maja Persentase Bentu pada ind dikator Inteercouse Sekolah Persentaase Kriiteria Negeri 23,00 0 Sangatt rendah Swasta 50,36 6 Rendahh Intercou use 3 30 2 25 2 20 Swasta 1 15 N Negeri 1 10 5 0 Swastaa Negeri Diagram 4.10 Perilakku Seksual R Remaja padaa indikator Inntercouse Berddasarkan tabeel 4.10 dan Diagram 4.10, dapat dilihat bahwa perbedaan p perolehan raata-rata antarra SMA neggeri dan Swaasta tergolonng tinggi denngan selisih h hampir 30% %. Hal ini menandakkan bahwa kecenderunngan perilakku seksual i intercouse lebih sering dilakukan ooleh siswa SMA S swastaa daripada siswa SMA n negeri. 77 4.1.2 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja SMA se-Kota Semarang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja siswa SMA se-Kota Semarang. Pengujian hipotesiss dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda pada output SPSS Versi 17 untuk menguji variabel (X) faktor determinan yakni faktor motivasi, rasa ingin tahu, berkembangnya organ seksual, teman sepermainan, orangtua, media dan televisi serta tingkat religiuitas dan variabel terikat (Y) perilaku seksual remaja. Agar kesimpulan yang diambil tidak menyimpang maka sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilaksanakan uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas. Kemudian dilanjutkan analisis regresi linear berganda. 4.1.3.1 Uji Normalitas Uji Normalitas dilaksanakan untuk menguji apakah model regresi variabel bebas dan variabel bebas memiliki distribusi yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah apabila memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui normal tidaknya dapat dilihat dari penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal. Dasar diambilnya keputusan adalah sebagai berikut: - Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar berjarak atau jauh dan mengikuti atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 78 Hasil pengolahan data untuk uji normalitas dapat dilihat dari scatter plot sebagai berikut : Gambar 4.1 Berdasarkan gambar diketahui bahwa persebaran titik pada gambar normal probability plot cenderung membentuk garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal. 4.1.3.2 Uji Heteroskedasitas Uji heteroskedasitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedasitas. Sebaliknya jika varians berbeda maka disebut Heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah apabila varians dari pengamatan tetap atau homoskedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Untuk mengetahui heteroskedasitasnya dapat dilihat pada Diagram plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan residualnya SPESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada Diagram scatter plot. Hasil ujinya adalah Gambar 4.2 79 Dari Diagram dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y Prediksi – Y sesungguhnya) terlihat titik menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi faktor determinan perilaku seksual remaja. 4.1.3.3 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi ditemukan korelasi antar variabel independent. Jika terjadi, maka terdapat masalah yang dinamakan problem Multikolinieritas (Multi). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independent. Untuk mendeteksinya bisa dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Nilai yang umum dipakai pedoman bebas multikolinearitas adalah sebagai berikut: - Mempunyai nilai VIF dibawah 10 - Mempunyai angka tolerance dibawah 1 80 Tabel 4.11 Uji Multikolinearitas Coefficients Model 1 Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B (Constant) a Std. Error .003 .304 3.291 5.433 .009 .103 .000 .576 1.736 4.465 4.082 .107 1.094 .000 .409 2.444 2.334 3.559 .070 .656 .000 .345 2.901 .265 3.152 .006 .084 .000 .879 1.137 Mediadantelevisi 4.821 4.050 .104 1.190 .000 .512 1.953 tingkatreligiuitas 1.223 3.108 .029 .393 .001 .697 1.435 Temansepermainan Orangtua .562 VIF 2.433 anseksual 3.678 Tolerance .276 Berkembangnyaorg 8.950 Sig. .000 Rasaingintahu 17.966 t 7.240 Motivasi 130.064 Beta a.DependentVariable:Perilaku seksual Hasil dari bagian coefficients terlihat untuk ke lima variabel independent memiliki nilai VIF kurang dari 10 yaitu variabel motivasi sebesar 3,291, rasa ingin tahu sebesar 1,736, variabel berkembangnya organ seksual sebesar 2,444, teman sepermainan sebesar 2,901 dan variabel orangtua sebesar 1,137, media dan televisi sebesar 1,953 serta tingkat religiuitas sebesar 1,435. Demikian pula dengan nilai tolerance masing-masing variabel di bawah angka 1. Variabel motivasi sebesar 0,304, rasa ingin tahu sebesar 0,576, berkembangnya organ seksual 0,409, untuk variabel teman sepermainan sebesar 0,345, orangtua sebesar 0,879,media dan televisi sebesar 0,512 dan terakhir untuk variabel tingkat religiuitas sebesar 0,697. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak memiliki problem multikolinearitas dan data bisa dipakai. 81 4.1.3.4 Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependent yang dibantu dengan menggunakan program SPSS versi 17. Berdasarkan tabel dibawah, maka persamaan regresi yang terbentuk pada uji regresi ini adalah : Y=130,064+8,950X1+0,562X2+4,465X3+2,334X4+0,265X5+4,821X6+1,223X7 Adapun tabel hasil analisisnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.12 Coefficientsa Model 1 (Constant) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error 130.064 17.966 8.950 3.678 .562 Berkembangnyaorganseksual Temansepermainan Beta T Sig. 7.240 .000 .276 12.433 .003 5.433 .009 9.103 .000 4.465 4.082 .107 2.094 .000 2.334 3.559 .070 2.656 .000 .265 3.152 .006 1.984 .000 Mediadantelevisi 4.821 4.050 .104 1.990 .000 Tingkatreligiuitas 1.223 3.108 .029 3.393 .001 Motivasi Rasaingintahu Orangtua a.DependentVariable:Perilaku seksual Dari persamaan regresi ganda tersebut dapat dilihat bahwa: a. Variabel Motivasi (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang 82 b. Variabel Rasa ingin tahu (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang c. Variabel Berkembangnya organ seksual (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang d. Variabel Teman sepermainan (X4) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang e. Variabel Orangtua (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang f. Variabel Media dan Televisi (X6) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang g. Variabel Religiuitas (X7) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang Uji Hipotesis 4.1.2.5.1 Uji t Yaitu pengujian koefisien regresi secara parsial yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan langkah-langkah sebagai berikut: - Ho diterima apabila : t hitung < t tabel - Ho ditolak apabila : t hitung > t tabel - Level of Significance (tingkat signifikan) α = 5% atau 0,05 - Tingkat kepercayaan yang digunakan 95% - df n-1, df=344-1=343 83 - t tabel = 1,96 a. Tes Hipotesis Pengaruh Motivasi (X1) Terhadap Perilaku Seksual Remaja (Y) Dikemukakan hipotesis: Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi (X1) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi (X1) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Dari perhitungan didapat nilai t hitung 12,443 ≥ 1,96 dengan signifikansi sebesar 0,03 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel motivasi (X1) terhadap perilaku seksual remaja (Y) b. Tes Hipotesis Pengaruh Rasa Ingin Tahu (X2) Terhadap Perilaku Seksual Remaja (Y) Dikemukakan hipotesis: Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel Rasa ingin tahu (X2) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel rasa ingin tahu (X2) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Dari perhitungan didapat nilai t hitung 9,103 ≥ 1,96 dengan signifikansi sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya 84 bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Rasa ingin tahu (X2) terhadap perilaku seksual remaja (Y) c. Tes Hipotesis Pengaruh Berkembangnya Organ Seksual (X3) Terhadap Perilaku Seksual Remaja (Y) Dikemukakan hipotesis: Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel Berkembangnya organ seksual (X3) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel berkembangnya organ seksual (X3) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Dari perhitungan didapat nilai t hitung 2,094 ≥ 1,96 dengan signifikansi sebesar 0,03 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Berkembangnya Organ Seksual (X3) terhadap perilaku seksual remaja (Y) d. Tes Hipotesis Pengaruh Teman Sepermainan (X4) Terhadap Perilaku Seksual Remaja (Y) Dikemukakan hipotesis Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel Teman sepermainan (X4) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel teman sepermainan (X4) terhadap perilaku seksual remaja (Y) 85 Dari perhitungan didapat nilai t hitung 2,656 ≥ 1,96 dengan signifikansi sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Teman sepermainan (X4) terhadap perilaku seksual remaja (Y) e. Tes Hipotesis Pengaruh Orangtua (X5) Terhadap Perilaku Seksual Remaja (Y) Dikemukakan hipotesis: Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel Orangtua (X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel Orangtua (X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Dari perhitungan didapat nilai t hitung 1,984 ≥ 1,96 dengan signifikansi sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua (X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y) f. Tes Hipotesis Pengaruh Media dan Televisi (X6) Terhadap Perilaku Seksual Remaja (Y) Dikemukakan hipotesis: Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel Orangtua (X6) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel media dan televisi (X6) terhadap perilaku seksual remaja (Y) 86 Dari perhitungan didapat nilai t hitung 1,990 ≥ 1,96 dengan signifikansi sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua (X6) terhadap perilaku seksual remaja (Y) g. Tes Hipotesis Pengaruh Tingkat Religiuitas (X7) Terhadap Perilaku Seksual Remaja (Y) Dikemukakan hipotesis: Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel tingkat religiuitas (X7) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel Tingkat Religiuitas (X7) terhadap perilaku seksual remaja (Y) Dari perhitungan didapat nilai t hitung 3,393 ≥ 1,96 dengan signifikansi sebesar 0,01 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua (X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y). Kemudian dilanjutkan menganalisis variabel satu per satu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tiap variabel X. Dan dibawah ini adalah tabel yang menunjukkan besar pengaruh tiap variabel X. Tabel 4.13 Persentase Pengaruh Variabel Model Standardized Unstandardized Coefficients B Motivasi 8.950 Std. Error 3.678 Pengaruh Coefficients Beta T .276 12.433 Sig. .000 12,2% 87 Rasa Ingin Tahu .562 5.433 .009 9.103 .003 15,6% Berkembangnya 4.465 4.082 .107 2.094 .000 13,6% 2.334 3.559 .070 2.656 .000 9,3% Orangtua .265 3.152 .006 1.984 ,000 4,8% Media dan 4.821 4.050 .104 1.990 .000 14,5% 1.223 3.108 .029 3.393 .001 8,9% Organ Seksual Teman Sepermainan Televisi Tingkat Religiuitas a. Dependent Variable: PerilakuSeksual 4.1.1.6 Koefisien Determinasi (R2) Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar nilai prosentase kontribusi variabel bebas faktor motivasi (X1), rasa ingin tahu (X2), berkembangnya organ seksual (X3), Teman sepermainan (X4), orangtua (X5), media dan televisi (X6) dan religiuitas (X7), terhadap perilaku seksual (Y). Dari hasil perhitungan didapatkan nilai koefisien determinasi sebagai berikut. Tabel 4.13 Model Summaryb Std. Error of the Model 1 R R Square .396a .157 Adjusted R Square .129 Estimate Durbin-Watson 24.279 a. Predictors: (Constant), tingkatreligiuitas, Orangtua, Rasaingintahu, Mediadantelevisi, Berkembangnyaorganseksual, Temansepermainan, Motivasi b. Dependent Variable: Perilakuseksual Angka R Square atau Koefisien Determinasi adalah 0,157, namun untuk jumlah variabel independen lebih dari dua lebih baik digunakan Adjusted R 1.585 88 Square, adalah 0,129 (selalu lebih kecil dari R Square, hal itu berarti bahwa variasi perubahan perilaku seksual (Y) dipengaruhi oleh perubahan motivasi (X1), rasa ingin tahu (X2), berkembangnya organ seksual (X3), teman sepermainan (X4), orangtua (X5), media dan televisi (X6) dan tingkat religiuitas (X7) sebesar 12,90%. Jadi besarnya pengaruh motivasi (X1), rasa ingin tahu (X2), berkembangnya organ seksual (X3), teman sepermainan (X4), orangtua (X5), media dan televisi (X6) dan tingkat religiuitas (X7) terhadap perilaku seksual (Y) sebesar 12,90%, sedangkan sisanya sebesar 83,10% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Gambaran tentang perilaku seksual remaja Perilaku seksual remaja merupakan bagian dari perilaku sosial yang bersifat wajar. Disebut perilaku sosial karena perilaku seksual remaja melibatkan orang lain terutama lawan jenis. Perilaku seksual remaja adalah segala tingkah laku yang diakibatkan adanya dorongan hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan dari anak-anak menuju ke dewasa. Maraknya isu mengenai perilaku seksual remaja yang cenderung memburuk akhir-akhir inilah yang menjadi alasan penelitian ini dilakukan. Bentuk perilaku seksual ada dua jenis yaitu perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri dan melibatkan orang lain. Adapun perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri yaitu masturbasi, fantasi seksual, dan melihat serta membaca gambar porno. Sedangkan perilaku seksual yang melibatkan orang 89 lain yaitu berpegangan tangan, berpelukan, berciuman (kissing), mencium leher (necking), petting, dan intercouse. Setelah peneliti melakukan penelitian terhadap persentase kedua jenis perilaku seksual di SMA Negeri dan Swasta se-Kota Semarang, terdapat kesimpulan bahwa Persentase Bentuk Perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang sebagian besar termasuk dalam kriteria rendah. Artinya, sebagian besar siswa SMA se-Kota Semarang belum melakukan tindakan/ perilaku seksual, baik yang dilakukan pada diri sendiri maupun yang melibatkan orang lain. Adapun presentase tertinggi dari perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang adalah Berperlukan. Artinya, sebagian besar siswa SMA se-Kota Semarang cenderung telah melakukan perilaku seksual berpelukan daripada yang lainnya. Pada jenis perilaku seksual masturbasi, siswa SMA negeri memperoleh hasil persentase lebih rendah daripada siswa SMA swasta. Hal ini berarti bahwa perilaku seksual yang dilakukan remaja siswa SMA swasta cenderung lebih tinggi daripada SMA negeri. Sehingga perlu adanya kontrol dari pihak sekolah maupun orangtua agar Persentase Bentuk Perilakunya tidak semakin berkembang. Menurut pendapat peneliti, perilaku masturbasi ini biasanya dilakukan karena siswa butuh pelampiasan hasrat seksualnya. Hal ini juga dapat terjadi dikarenakan kurangnya pantauan orang tua dalam pergaulan siswa baik di sekolah maupun dengan teman sebayanya. Mereka cenderung mengikuti perilaku yang dilakukan oleh temantemannya. Sebagai contoh apabila seorang temannya melakukan ciuman (kissing) dan teman tersebut bercerita kepada teman-temannya secara tidak langsung hal ini dapat memberikan motivasi serta rasa ingin tahu yang besar kepada teman- 90 temannya. Motivasi dan rasa ingin tahu ini yang menyebabkan timbulnya perilaku seksual. Selain itu ketika dalam konteks berpacaran mereka melakukan ciuman untuk membuktikan rasa sayangnya terhadap pasangan mereka. Terlebih lagi pengaruh cerita teman-temannya yang mengatakan bahwa berciuman itu nikmat, serta informasi dari majalah dan gambar-gambar porno yang turut andil dalam mempengaruhi perilaku seksual mereka. Kemudian pengaruh cerita teman-temannya juga mempengaruhi pikiran para remaja. Bagi yang mempunyai pasangan mereka melampiaskan hasrat seks nya dengan pasangannya tetapi bagi yang tidak mempunyai pasangan mereka cenderung memilih untuk berfantasi seksual. Mereka menganggap dengan fantasi seksual akan memberikan kepuasan bagi dirinya. Selain aman, fantasi seksual juga tidak merugikan orang lain. Hasil penelitian menjelaskan bahwa remaja siswa SMA se-Kota Semarang cenderung tidak melakukan fantasi seksual, ditinjau dari rendahnya persentase yang didapat baik SMA Negeri maupun Swasta. Fantasi-fantasi seksual yang dilakukan remaja inilah yang merupakan awal terjadinya perilaku seksual selanjutnya yang lebih parah. Maka dari itu pencegahan lebih dini perlu dilakukan untuk mengurangi perilaku seksual yang dilakukan remaja. Perilaku seksual remaja sangat erat kaitannya dengan maraknya gambargambar porno yang dapat dengan mudahnya dikonsumsi para remaja baik lewat media televisi, majalah maupun internet. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pada indikator membaca dan melihat gambar porno mendapatkan kriteria sangat rendah baik siswa SMA negeri maupun swasta. Sehingga dapat diketahui bahwa 91 siswa SMA se-kota Semarang cenderung menghindari perilaku seksual tersebut. Tetapi hal tersebut juga tidak langsung membuat kita menjadi lega dan kemudian kurang memperhatikan para remaja khususnya siswa SMA. Karena pesatnya perkembangan media di era sekarang mampu mempengaruhi perilaku remaja khusunya perilaku seksualnya. Gambar-gambar porno yang semakin lama semakin mudah diakses akan menjadi pengaruh buruk bagi remaja. Maka dari itu menurut peneliti perlu adanya pembatasan akses internet dan tontonan serta bacaan bagi remaja khusunya siswa SMA. Meningkatnya perilaku seksual remaja dan dalam hal ini adalah siswa dikarenakan adanya faktor perubahan dan perkembangan organ seksualnya. Siswa SMA termasuk dalam kategori remaja. Dalam usia remaja faktor perubahanperubahan hormon yang meningkat pada hasrat seksual/ libido seksual (Sarwono, 2007: 153). Perkembangan organ seksual yang mempengaruhi hasrat seksual membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual seperti ciuman, mencium leher dan meraba-raba daerah sensitif masing-masing pasangan. Perilaku seksual lainnya yaitu berpegangan tangan. Banyak yang menganggap bahwa berpegangan tangan pada jaman sekarang adalah hal yang wajar. Tetapi bagi peneliti berpegangan tangan merupakan langkah awal untuk melakukan perilaku seksual lainnya. Sejalan dengan indikator ke-2 faktor determinan munculnya perilaku seksual yakni rasa ingin tahu. Dari berpegangan tanganlah akan muncul perasaan yang lain sehingga pelaku ingin melakukan perilaku seksual yang lebih parah. Perasaan inilah yang wajar dimiliki setiap remaja. Hasil penelitian pada indikator berpegangan tangan memperoleh kriteria 92 rendah baik SMA negeri maupun swasta. Hal ini berarti bahwa remaja siswa SMA se-Kota Semarang cenderung jarang melakukan perilaku tersebut. Kemudian remaja yang awalnya hanya melakukan pegangan tangan dengan pasangannya lambat laun akan beranjak ke perilaku seksual selanjutnya yaitu berpelukan. Dengan berpelukan remaja akan merasa nyaman seperti yang dikemukakan Sarwono (2002: 164) bahwa “setelah mereka (remaja) sudah saling berpegangan tangan biasanya remaja berani memeluk pasangannya agar merasa nyaman dan saling melindungi dalam hubungan berpacaran.” Hasil penelitian menjelaskan pada indikator berpelukan siswa SMA negeri dan swasta mendapatkan kriteria rendah. Hal ini berarti siswa SMA se-Kota Semarang cenderung tidak melakukan perilaku seksual tersebut. Meskipun mendapatkan kriteria rendah tetapi pantauan baik orang tua maupun sekolah perlu ditingkatkan agar tidak berlanjut ke arah perilaku seksual yang lebih parah. Menurut peneliti sebagai orangtua hendaknya menjelaskan secara detil dan bijak ketika anaknya dalam hal ini adalah remaja bertanya seputar masalah seksual. Orangtua sebaiknya tidak memandang pertanyaan tersebut sebagai hal yang tabu, melainkan suatu hal yang wajib diketahui sejak dini. Dengan begitu remaja akan lebih terbuka kepada orangtuanya dan orangtua pun akan mudah memantau perkembangan anaknya. Selanjutnya perilaku seksual berciuman. Perilaku seksual ini merupakan perilaku yang biasanya dilakukan oleh mereka (pasangan remaja) yang telah merasa nyaman melakukan perilaku seksual berpelukan. Hal ini dilakukan untuk membuktikan rasa sayangnya kepada pasangannya. Seperti yang dikemukakan oleh Sarwono (2002: 164) bahwa setelah sudah berani saling berpelukan maka 93 mereka membuktikan rasa sayangnya dengan mencium kening, pipi lalu berlanjut dengan saling memainkan bibir pasangannya masing-masing dengan membuktikan rasa sayang mereka terhadap pasangan mereka masing-masing. Hasil penelitian menjelaskan bahwa perolehan hasil pada indikator berciuman siswa SMA negeri dan swasta sama rendah. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan hasil tersebut akan meningkat jika tidak adanya perhatian yang maksimal baik dari orangtua maupun pihak sekolah. Maka dari itu peningkatan pantauan terhadap diri remaja khususnya siswa SMA lebih ditingkatkan lagi dengan cara baik orangtua maupun sekolah menjalin komunikasi yang baik dengan siswa sehingga akan muncul keterbukaan siswa kepada pihak sekolah salah satunya dengan guru bk dan terlebih lagi terbuka dengan orangtuanya. Kemudian setelah berciuman perilaku seksual lainnya yaitu mencium leher/ necking. Hasil penelitian menyebutkan bahwa perolehan hasil persentase siswa SMA negeri sangat rendah sedangkan siswa SMA swasta sedang. Sehingga dapat dilihat bahwa siswa SMA swasta cenderung lebih sering melakukan perilaku seksual necking daripada SMA negeri. Hal ini mungkin dikarenakan faktor internal yang mempengaruhi perilaku tersebut yakni teman sepermainan. Perilaku selanjutnya adalah petting. Petting dilakukan karena siswa yang membutuhkan penyaluran hasrat libido tetapi mereka tidak mau mengambil resiko dan takut hamil, sehingga mereka melakukan petting dan masih menggunakan pakaian lengkap. Sesuai dengan pendapat Dianawati (dalam Supriyati, 2009: 26), hal ini terjadi karena mereka beranggapan dengan persatuan secara seksual merupakan tanda atau bukti bahwa cinta terhadap pasangan begitu mendalam. 94 Hasil penelitian pada indikator petting menjelaskan bahwa perolehan hasil persentase siswa SMA negeri rendah sedangkan SMA swasta sedang. Hal ini membuktikan bahwa siswa SMA swasta cenderung lebih sering melakukan perilaku seksual petting daripada siswa SMA negeri. Maka dari itu perhatian lebih terhadap diri remaja perlu ditingkatkan agar remaja khususnya siswa SMA tidak terjerumus ke dalam perilaku seksual yang lebih jauh lagi. Karena hal itu tidak merugikan orang lain tetapi dirinya sendiri. Lalu perilaku seksual petting ini membuka jalan untuk melakukan perilaku seksual yang lebih jauh lagi yaitu intercouse (berhubungan intim). Intercouse terjadi akibat remaja dalam hal ini siswa tidak dapat membendung lagi gairah seks nya dikarenakan rasa cinta dan hormon yang meningkat. Hal ini seperti yang dikemukakan Sarwono (2002: 164) bahwa “pada tahap ini getaran dan gairah seks sudah sangat memuncak dan tidak dapat terbendung lagi, hubungan seksual atau yang disebut bersetubuh yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta atau gairah seks yang tidak dapat terbendung lagi.” Hasil penelitian pada indikator intercouse menjelaskan bahwa perolehan hasil persentase siswa SMA negeri tergolong sangat rendah sedangkan perolehan persentase SMA swasta tergolong rendah. Perbedaan perolehan kriteria tersebut menunjukkan bahwa siswa SMA swasta cenderung lebih sering melakukan perilaku seksual intercouse dibandingkan dengan siswa SMA negeri. Kemudian meski perolehan persentase untuk siswa SMA se-kota Semarang masih tergolong rendah alangkah lebih baiknya dilakukan langkahlangkah pencegahan, terlebih sebagai seorang konselor turut bertanggungjawab 95 dalam perilaku siswa didiknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan seminar maupun konsultasi masalah seksual yang dilakukan secara berkala, baik mingguan, bulanan maupun semesteran, sehingga pengetahuan siswa mengenai masalah seksual lebih mendalam. Selain itu peran orangtua sangat penting dalam hal ini. Sehingga orangtua wajib memberikan pendidikan seks kepada anaknya sejak dini dan tidak lagi menganggap bahwa pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan seputar seks adalah hal yang tabu atau tidak layak untuk dipertanyakan. Hal ini akan membuat remaja lebih nyaman untuk bertanya langsung kepada orangtuanya ataupun guru bk yang bersangkutan daripada mencari tahu sendiri melalui media internet atau bertanya kepada temannya. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka siswa akan lebih terjerumus dalam kenikmatan sesaat tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan. 4.2.2 Gambaran tentang faktor determinan penyebab perilaku seksual remaja Perilaku seksual tidak terjadi dengan sendirinya melainkan adanya faktor yang mempengaruhi baik faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan faktor-faktor determinan perilaku seksual di SMA se-Kota Semarang menunjukkan bahwa seluruh faktor berpengaruh positif terhadap perilaku seksual. Dimana faktor-faktor determinan perilaku seksual ini terdiri dari faktor internal yaitu motivasi, rasa ingin tahu dan berkembangnya organ seksual, sedangkan faktor eksternal yaitu teman sepermainan, orangtua, media dan televisi serta religiuitas. 96 Faktor determinan pertama adalah motivasi dengan pengaruh sebesar 12,2%. Motivasi merupakan penggerak perilaku. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks bebas dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas (romantic love), atau karena pengaruh kelompok (konformitas). Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh positif dan paling signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang dibandingkan dengan faktor determinan yang lain. Faktor determinan yang kedua yaitu rasa ingin tahu dengan pengaruh sebesar 15,6%. Seorang remaja melakukan seks bebas karena didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Ini merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya. Menurut peneliti seorang remaja ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri, dan disinilah suatu masalah seringkali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor rasa ingin tahu berpengaruh positif terhadap perilaku seksual. Faktor determinan selanjutnya adalah berkembangnya organ seksual dengan pengaruh sebesar 13,6%. Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Dikemukakan dalam Sarwono (1991) bahwa gonads (kelenjar seks) yang 97 tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial. Ketertarikkan antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup. Pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul konflik dalam diri remaja (Sarwono, 1991). Masalah yang timbul yaitu akibat adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai pembenaran diri. Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosialnya ialah remaja dapat memperoleh teman baru dan mengadakan jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak tampak lagi. Mereka benarbenar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berkembangnya organ seksual memiliki pengaruh terhadap perilaku seksual remaja. Kemudian faktor determinan teman sepermainan 9,3%. Pada masa remaja, kedekatannya dengan peergroupnya sangat tinggi. Menurut peneliti ikatan peergroup seringkali menggantikan ikatan keluarga, selain itu mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi. Pengaruh teman 98 seringkali menyebabkan individu tersebut melakukan hal yang sama, yang disini berarti perilaku seksual. Jika seorang teman dalam peer group pernah melakukan suatu perilaku seksual dan dia bercerita dengan sesamanya dalam suatu kelompok maka tidak menutup kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan ditiru dan dilakukan oleh individu lainnya dalam kelompok tersebut. Hal ini erat kaitanyya dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa faktor teman sepermainan memilki pengaruh positif dalam terbentuknya perilaku seksual remaja. Lalu faktor determinan yang lain adalah orangtua dengan pengaruh sebesar 4,8%. Menurut pendapat peneliti pada dasarnya Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sarwono (1998) yang menyebutkan bahwa pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Hasil penelitian juga menjelaskan bahwa orangtua berpengaruh positif terhadap perilaku seksual yang terjadi pada remaja. Maka dari itu pendidikan seks yang diajarkan oleh orangtua harus dimulai sejak dini, agar perilaku anak tersebut ke depannya tidak berlanjut ke arah negatif. Faktor determinan lainnya yaitu media dan televisi dengan pengaruh sebesar 14,5%. Pengaruh media dan televisi pun seringkali diimitasi oleh remaja 99 dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja Barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh remaja tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai, serta norma-norma dalam lingkungan masyakarat yang berbeda. Santrock (2003: 318) menjelaskan bahwa “Menonton seks di televisi dapat mempengaruhi perilaku remaja,...remaja yang sering menonton televisi mendapat kesulitan untuk memisahkan dunia televisi dengan dunia nyata.” Kemudian hasil penelitian menyebutkan bahwa media dan televisi memiliki pengaruh positif terhadap terjadinya perilaku seksual. Maka dari itu diperlukan adanya pengetahuan seksual yang benar sehingga dapat memimpin seseorang kearah perilaku seksual yang rasional dan bertanggung jawab dan dapat membantu membuat keputusan pribadi yang penting mengenai seksualitas. Selanjutnya adalah faktor religiuitas dengan pengaruh sebesar 8,9%. Kata religi berasal dari resiko (Latin) yang berarti mengikat atau ikatan. Religi (Agama) pada umumnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, yang semua itu berfungsi untuk mengikat diri seseorang atau kelompok dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya ( Haryanto dalam Paat, 2009: 76). Sehingga dapat dismpulkan bahwa religiusitas merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia ataupun alam sekitarnya dimana hubungan ini mewujudkan sikap batin yang dapat dilihat dalam ibadah yang dilakukan setiap harinya. Semakin tinggi nilai agama yang dimilki seseorang dalam hal ini adalah remaja maka perilaku yang dihasilkan akan semakin terarah dan terhindar dari perilaku menyimpang yang salah satunya 100 adalah perilaku seksual. Contoh seseorang yang rajin beribadah akan semakin sering mendapat pesan atau ajaran yang melarang hubungan seks sebelum menikah sehingga remaja tersebut akan cenderung kurang permisif dalam sikap berperilaku seksual. Maka dari itu untuk menghindari perilaku seksual, remaja hendaknya membentengi dirinya dengan ilmu agama yang sesuai dengan keyakinannya. 4.3 Keterbatasan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang ditemui. Adapun keterbatasan tersebut antara lain : 1. Kemungkinan adanya jawaban faking (jawaban tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya) dari responden karena alasan tertentu, meskipun peneliti sudah berupaya menjelaskan kepada para responden untuk jujur dalam menjawab pertanyaan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya atau sesuai dengan pemahaman dirinya. 2. Siswa mengisi angket 2 kali yaitu angket perilaku seksual dan angket faktor determinan untuk keperluan penelitian sehingga siswa merasa jenuh. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dalam perilaku seksual remaja dan faktor determinannya di SMA se-Kota Semarang dapat disimpulkan bahwa : 1) Bentuk perilaku seksual yang cenderung dilakukan oleh remaja di SMA se-Kota Semarang adalah berpelukan. Bentuk perilaku seksual yang lain seperti berpegangan tangan, berciuman, necking, petting dan intercouse cenderung dilakukan tetapi memperoleh kriteria rendah dan sangat rendah. 2) Faktor-faktor determinan perilaku seksual yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang yaitu media dan televisi. Sedangkan faktor determinan yang lain seperti motivasi, rasa ingin tahu, berkembangnya organ seksual, teman sepermainan, orangtua serta tingkat religiusitas cenderung tidak banyak berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja. 5.2 Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian di SMA se-Kota Semarang, maka dapat direkomendasikan beberapa saran: 5.2.1 Orangtua siswa SMA se-Kota Semarang diharapkan lebih pro aktif dan terbuka dalam komunikasi dengan anaknya serta menanamkan pendidikan seks bagi remaja sejak dini. 109 110 5.2.2 Pihak sekolah terutama guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat memberikan konsultasi ataupun seminar rutin mengenai masalah seksual agar siswa mendapatkan pengetahuan seksual yang tepat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Asrori, Ali. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Ekasari, Dewi. 2009. Hubungan Antara Tingkat Penalaran Moral Dengan sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa Kelas XI SMA PGRI 1 Pemalang. Skripsi: UNNES Geldard. 2011. Konseling Remaja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik Jilid 1. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta Monks. E.W,dkk. 1999. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UGM Press Hurlock, Elisabeth. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Erlangga Santrock, John. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Jakarta: PT. Erlangga Sarwono, Sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistik. Bandung: Tarsito Singarimbun, M. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Sugiyono.2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Sugiyono.2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. Supranto, J. 2000. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: PT Rineka Cipta Supriyati. 2009. Hubungan Tingkat Perkembangan Moral Dengan Perilaku Seksual Pada Siswa Yang Bertempat Tinggal di Pusat Kegiatan Siswa (PKM) UNNES Tahun 2008/2009. Skripsi: UNNES 111 112 Suryoputro, Antono, dkk. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. MAKARA Vol 10, No. 1 Juni 2006: 29-40. Wibowo. E.W, dkk. 2010. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES PERSS. Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 113 114 Lampiran 1 DAFTAR SISWA SMA SE-KOTA SEMARANG RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Ngaliyan KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 07 SMA Negeri 08 JUMLAH SMA Bina Nusantara JUMLAH MA Darul Ulum MA Nurussalam JUMLAH Tingkat I L (59) 199 118 317 31 31 13 11 P (60) 159 205 364 29 29 11 20 II L (61) 149 107 256 24 24 11 14 P (62) 202 198 400 4 4 11 17 III L (63) 149 83 232 32 32 9 9 P (64) 195 212 407 9 9 7 9 IV L (65) P (66) ‐ ‐ Jumlah ‐ ‐ L (67) 497 308 805 87 87 33 34 P (68) 556 615 1,171 42 42 29 46 Tingkat I L+P (69) 1,053 923 1,976 129 129 62 80 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 115 JUMLAH 24 31 25 28 18 16 ‐ 372 424 305 432 282 432 ‐ ‐ ‐ 67 75 959 1,288 2,247 ‐ 142 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Tugu KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) MA NU Nurul Huda MA Uswatun Hasanah JUMLAH *) Coret yang tidak sesuai Tingkat I L (59) 40 15 55 P (60) 102 20 122 II L (61) 46 15 61 P (62) 77 21 98 III L (63) 42 18 60 P (64) 79 20 99 IV L (65) Jumlah P (66) ‐ ‐ L (67) 128 48 176 P (68) 258 61 319 Tingkat I L+P (69) 386 109 495 L (76) ‐ ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ 116 RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 KECAMTAN : KABUPATEN/KOTA PROVINSI : : Semarang Barat Kota Semarang Jawa Tengah STATUS SEKOLAH : 1 & 2 (Negeri dan Swasta) KEMENDIKNAS RC‐SM HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 06 JUMLAH SMA Kesatrian 1 SMA Nusa Bhakti SMA Ronggolawe SMA Widya Wiyata SMA Dian Kartika SMA Krista Mitra SMA Citischool SMA Kristen Tri Tunggal Tingkat I L (59) 176 176 106 34 10 11 6 52 12 P (60) 220 220 100 6 15 ‐ 14 70 5 II L (61) 163 163 177 30 26 10 12 71 5 P (62) 230 230 228 8 20 ‐ 3 50 14 III L (63) 139 139 215 32 23 20 13 74 6 P (64) 217 217 263 9 15 ‐ 7 57 ‐ IV L (65) Jumlah P (66) ‐ ‐ L (67) 478 478 498 96 59 41 31 197 23 P (68) 667 667 591 23 50 ‐ 24 177 19 Tingkat I L+P (69) 1,145 1,145 1,089 119 109 41 55 374 42 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 117 SMA Kristen Terang Bangsa SMA Setiabudhi JUMLAH JUMLAH 69 58 37 63 31 56 137 177 314 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 98 29 427 603 103 43 414 634 50 50 468 631 64 52 502 732 55 44 513 652 45 71 523 740 203 123 1,408 1,886 212 166 1,439 2,106 415 289 2,847 3,992 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Semarang Utara KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 14 SMA Masehi 1 PSAK JUMLAH Tingkat I II III P (66) L (67) 356 131 IV L (65) Tingkat P (68) 421 113 L+P (69) 777 244 L (76) ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ Jumlah L (59) 147 34 P (60) 138 35 L (61) 107 41 P (62) 140 43 L (63) 102 56 P (64) 143 35 I II L (78) ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ 118 181 173 148 183 158 178 ‐ ‐ 487 534 1,021 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Semarang Tengah KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 03 SMA Negeri 05 JUMLAH SMA Kolese Loyola SMA Kebon Dalem SMA Nusaputera SMA Theresiana 1 SMA Mataram SMA Walisongo Tingkat I L (59) 158 164 322 136 28 26 81 8 P (60) 275 232 507 118 26 22 51 9 II L (61) 161 169 330 135 30 17 60 6 P (62) 278 234 512 99 23 14 71 8 III L (63) 185 132 317 141 31 16 62 17 P (64) 281 197 478 92 38 16 57 16 IV L (65) Jumlah P (66) ‐ ‐ L (67) 504 465 969 412 89 59 203 31 P (68) 834 663 1,497 309 87 52 179 33 Tingkat I L+P (69) 1,338 1,128 2,466 721 176 111 382 64 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 119 SMA Purusatama SMA Theresiana 2 SMA Masehi 3 PSAK JUMLAH JUMLAH 48 47 38 51 37 52 123 150 273 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 17 344 666 ‐ ‐ 22 295 802 ‐ ‐ 23 309 639 ‐ ‐ 18 284 796 7 22 19 352 669 6 16 20 313 791 7 22 59 1,005 1,974 6 16 60 892 2,389 13 38 119 1,897 4,363 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Semarang Timur KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Institut Indonesia SMA Karangturi Tingkat I L (59) 126 P (60) 128 II L (61) 128 P (62) 143 III L (63) 123 P (64) 142 IV L (65) Jumlah P (66) L (67) 377 P (68) 413 Tingkat I L+P (69) 790 L (76) ‐ P (77) ‐ II L (78) ‐ P (79) ‐ III L (80) ‐ P (81) ‐ 120 SMA Kristen YSKI SMA Advent SMA Pancasila JUMLAH 138 132 103 116 118 131 359 379 738 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 61 1 4 330 68 3 3 334 50 6 16 303 95 3 ‐ 357 53 6 11 311 77 1 2 353 164 13 31 944 240 7 5 1,044 404 20 36 1,988 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Gayamsari KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Kesatrian 2 SMA Agus Salim SMA Perdana Tingkat I L (59) 149 13 P (60) 156 19 II L (61) 139 13 P (62) 152 11 III L (63) 131 12 P (64) 193 19 P (66) L (67) 419 38 IV L (65) Tingkat L+P (69) 920 87 L (76) ‐ ‐ Jumlah P (68) 501 49 I P (77) ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ 121 SMA Al Fattah Terboyo JUMLAH 5 7 19 4 15 7 39 18 57 19 186 20 202 23 194 11 178 18 176 18 237 60 556 49 617 109 ‐ 1,173 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Genuk KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA PROVINSI : : Kota Semarang Jawa Tengah STATUS SEKOLAH : 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 10 JUMLAH SMA Al Islam SMA Islam Sultan Agung 3 JUMLAH MA Negeri 2 Tingkat I L (59) 110 110 10 27 37 P (60) 140 140 5 30 35 II L (61) 98 98 5 38 43 P (62) 140 140 10 45 55 III L (63) 84 84 3 31 34 ‐ ‐ 7 53 L (65) Jumlah P (64) 123 123 60 IV P (66) ‐ ‐ L (67) 292 292 18 96 114 P (68) 403 403 22 128 150 Tingkat I L+P (69) 695 695 40 224 264 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 122 JUMLAH MA Hidayatus Subbyan MA Futuhiyyah Kudu JUMLAH JUMLAH 56 109 61 90 85 121 56 51 38 89 292 109 90 61 151 435 61 35 33 68 270 90 66 33 99 384 85 47 39 86 289 121 ‐ ‐ 81 63 144 448 ‐ ‐ ‐ ‐ 202 320 522 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 202 133 110 243 851 320 237 157 394 1,267 522 370 267 637 2,118 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Pedurungan KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 02 JUMLAH Tingkat I L (59) 148 P (60) 268 II L (61) 136 P (62) 249 III L (63) 146 P (64) 208 IV L (65) Jumlah P (66) L (67) 430 P (68) 725 Tingkat I L+P L (69) (76) 1,155 ‐ P (77) ‐ II L (78) ‐ P (79) ‐ III L (80) ‐ P (81) ‐ 123 SMA Masehi 2 PSAK SMA PGRI 1 SMA Kyai Ageng Pandanaran SMA Gita Bahari SMA At Thohiriyyah JUMLAH MA Negeri 1 JUMLAH MA Darus Sa'adah MA Al Wathoniyyah MA Infarul Ghoy MA Syaroful Millah JUMLAH JUMLAH *) Coret yang tidak sesuai 148 268 136 249 146 208 34 14 ‐ 47 25 120 139 139 ‐ 39 22 18 79 486 25 2 ‐ 36 25 88 248 248 ‐ 39 17 24 80 684 19 19 ‐ 63 ‐ 101 140 140 22 36 14 15 87 464 15 11 ‐ 54 ‐ 80 238 238 14 17 20 33 84 651 42 28 4 51 ‐ 125 121 121 9 32 12 9 62 454 33 8 8 82 ‐ 131 235 235 6 23 15 17 61 635 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 430 725 1,155 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 95 61 4 161 25 346 400 400 31 107 48 42 228 1,404 73 21 8 172 25 299 721 721 20 79 52 74 225 1,970 168 82 12 333 50 645 1,121 1,121 51 186 100 116 453 3,374 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 1 1 1 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 124 RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Tembalang KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 15 JUMLAH MA Al Ishlah MA Darut Taqwa MA Husnul Khatimah MA Azzuhdi MA Taqwal Illah JUMLAH JUMLAH *) Coret yang tidak sesuai Tingkat I L (59) 131 131 17 23 28 44 ‐ 112 243 P (60) 156 156 12 19 37 44 ‐ 112 268 II L (61) 136 136 8 18 27 41 51 145 281 P (62) 143 143 11 28 45 29 60 173 316 III L (63) 122 122 10 33 27 23 27 120 242 P (64) 153 153 10 36 37 12 50 145 298 P (66) L (67) 389 389 35 74 82 108 78 377 766 IV L (65) Tingkat L+P (69) 841 841 68 157 201 193 188 807 1,648 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Jumlah ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (68) 452 452 33 83 119 85 110 430 882 I P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 125 RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Mijen KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA PROVINSI : : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 13 SMA Negeri 16 JUMLAH SMA Muhammadiyah 2 SMA Unggulan Nurul Islami JUMLAH MA Baitussalam MA NU Al Hikmah JUMLAH Tingkat I L (59) 100 70 170 13 7 20 51 18 P (60) 169 70 239 3 16 19 ‐ 19 II L (61) 83 69 152 9 6 15 24 15 P (62) 157 93 250 8 17 25 ‐ 21 III L (63) 82 99 181 14 17 31 25 6 P (64) 124 128 252 11 16 27 ‐ 5 P (66) L (67) 265 238 503 36 30 66 100 39 IV L (65) Tingkat L+P (69) 715 529 1,244 58 79 137 100 84 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Jumlah ‐ ‐ ‐ ‐ P (68) 450 291 741 22 49 71 ‐ 45 I P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 126 JUMLAH 69 19 39 21 31 5 ‐ 259 277 206 296 243 284 ‐ ‐ ‐ 139 45 184 708 857 1,565 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Gunungpati KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 12 SMA YPE SMA Islam Pragolapati SMA Semesta SMA Al Uswah Tingkat I L (59) 135 135 9 15 56 P (60) 177 177 5 6 54 II L (61) 138 138 7 7 61 P (62) 172 172 1 8 74 III L (63) 81 81 12 4 69 P (64) 162 162 9 8 60 P (66) L (67) 354 354 28 26 186 IV L (65) Tingkat L+P (69) 865 865 43 48 374 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Jumlah ‐ ‐ P (68) 511 511 15 22 188 I P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ 1 ‐ ‐ 127 MA Al Asror MA Nudia JUMLAH 6 5 4 6 4 7 86 62 25 87 308 70 71 25 96 343 79 52 16 68 285 89 83 28 111 372 89 43 2 45 215 84 65 7 72 318 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 14 18 32 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 254 157 43 200 808 243 219 60 279 1,033 497 376 103 479 1,841 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 1 ‐ ‐ ‐ 1 *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Banyumanik KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 04 SMA Negeri 09 Tingkat I L (59) 134 P (60) 216 II L (61) 183 P (62) 203 III L (63) 177 P (64) 214 IV L (65) Jumlah P (66) L (67) 494 P (68) 633 Tingkat I L+P L (69) (76) 1,127 ‐ P (77) ‐ II L (78) ‐ P (79) ‐ III L (80) ‐ P (81) ‐ 128 JUMLAH SMA Nasional SMA Mardisiswa SMA Islam Hidayatullah SMA Permata Bangsa International JUMLAH MA Al Burhan JUMLAH JUMLAH 140 184 147 154 128 152 274 12 59 61 ‐ 132 10 10 416 400 1 71 34 2 108 16 16 524 330 18 51 45 3 117 14 14 461 357 ‐ 75 44 4 123 12 12 492 305 27 78 31 1 137 13 13 455 366 2 75 41 2 120 23 23 509 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 415 490 905 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 909 57 188 137 4 386 37 37 1,332 1,123 3 221 119 8 351 51 51 1,525 2,032 60 409 256 12 737 88 88 2,857 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 Semarang Selatan KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : Kota Semarang Jawa Tengah STATUS SEKOLAH : 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah Tingkat I L II P L III P L IV P L Jumlah P RC‐SM L P Tingkat I L+P L II P L III P L P 129 (1) SMA Negeri 11 SMA Negeri 01 JUMLAH SMA Sedes Sapientiae SMA Islam Sultan Agung 1 SMA Sepuluh Nopember SMA Nasima JUMLAH MA Al Khoiriyah JUMLAH JUMLAH *) Coret yang tidak sesuai #REF! 169 188 357 131 114 8 41 294 ‐ ‐ 651 #REF! 195 248 443 148 110 7 35 300 ‐ ‐ 743 #REF! 189 158 347 107 175 18 37 337 9 9 693 #REF! 164 226 390 157 124 12 40 333 11 11 734 #REF! 139 164 303 113 195 14 35 357 10 10 670 #REF! 140 250 390 162 164 16 41 383 9 9 782 #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! #REF! 497 510 ‐ 1,007 351 484 40 113 ‐ 988 19 ‐ 19 ‐ 2,014 #REF! 499 724 1,223 467 398 35 116 1,016 20 20 2,259 #REF! 996 1,234 2,230 818 882 75 229 2,004 39 39 4,273 #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 130 RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Candisari KECAMTAN : KEMENDIKNAS KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang Jawa Tengah 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Sint Louis SMA Muhammadiyah 1 SMA Santo Michael JUMLAH *) Coret yang tidak sesuai Tingkat I L (59) 116 39 25 180 P (60) 99 29 16 144 II L (61) 92 32 27 151 P (62) 119 38 9 166 III L (63) 61 41 51 153 P (64) 63 65 26 154 P (66) L (67) 269 112 103 484 IV L (65) Jumlah ‐ ‐ P (68) 281 132 51 464 L+P (69) 550 244 154 948 Tingkat I L (76) P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ 2 ‐ 2 ‐ II L (78) ‐ ‐ 1 1 P (79) ‐ ‐ 1 1 III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ 131 Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sebelum Uji Coba KISI-KISI INSTRUMEN “ANGKET PERILAKU SEKSUAL” Variabel Bentukbentuk perilaku seksual Sub Variabel Perilaku yang dilakukan tanpa ada bantuan orang lain Indikator 4. Masturbasi Deskriptor Item Perilaku seksual 1,2,3,4,5 untuk melakukan • Saya melakukan masturbasi rangsangan seksual • Saya menggunakan media dengan berbagai cara pada alat kelamin tangan untuk masturbasi • Saya melakukan masturbasi sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu • Saya menggunakan alat bantu(vibrator) untuk melakukan masturbasi • Saya menggunakan sabun atau gel pelicin dalam melakukan masturbasi Perilaku seksual 5. Fantasi Seksual untuk merangsang 6,7,8,9 diri dengan cara • Saya berfantasi seksual membayangkan • Setiap kali ingin tidur saya suatu objek yang membayangkan sedang menggairahkan berhubungan seksual • Saya berfantasi seksual ketika melihat lawan jenis yang menarik dan sexi • Saya berfantasi seksual ketika ada waktu luang • Saya mendapatkan kenikmatan yang lebih ketika Perilaku untuk 6. Membaca dan melakukan membayangkan berhubungan seks. 9,10,11,12,13,14 132 Melihat rangsangan seksual gambar porno dengan cara membaca dan • Saya membaca dan melihat gambar porno • Saya berlangganan majalah melihat gambar porno porno • Saya mempunyai koleksi gambar porno • Saya ketagihan melihat dan membaca majalah porno • Saya membaca dan melihat majalah porno sekurangkurangnya sekali dalam seminggu bahkan lebih • Saya mendapatkan kenikmatan ketika membaca cerita-cerita seks. 15,16,17,18,18 Perilaku yang dilakukan dengan bantuan orang lain 7. Berpegangan tangan Perilaku seksual • dengan cara menyentuh tangan tangan. • Saya suka memegang tangan pasangan untuk memberikan rangsangan pada Saya melakukan pegangan lawan jenis. • Gairah seksual saya muncul ketika berpegangan tangan pasangan dengan lawan jenis. • Jantung saya berdebar-debar ketika berpegangan tangan dengan lawan jenis • Saya memegang tangan lawan jenis/pasangan setiap kali 8. Berpelukan bertemu Perilaku seksual dengan cara memeluk pasangan untuk memberikan rasa nyaman kepada pasangan 19,20,21,22 • Saya berpelukan dengan lawan jenis. • Saya memeluk pasangan/ lawan jenis setiap bertemu • Saya memeluk pasangan 133 sebagai cara menunjukan rasa sayang. • Saya memeluk lawan jenis guna mendapatkan kenikmatan. 9. Berciuman (kissing) Perilaku seksual untuk membuktikan 23,24,25,26,25,26,27,28,29 • rasa sayang kepada pasangan dengan jenis. • cara mencium kening, pipi Saya mencium pipi lawan jenis/ pasangan • kemudian berlanjut saling mencium bibir Saya berciuman dengan lawan Saya mencium kening lawan jenis/ pasangan • Saya mencium bibir lawan jenis/ pasangan • Saya mencium lawan jenis sebagai bentuk kasih sayang • Saya mencium lawan jenis dengan nafsu • Saya sekurang-kurangnya mncium pipi sekali dalam sehari • Saya sekurang-kurangnya mencium bibir sekali dalam sehari • Saya sekurang-kurangnya mencium bibir sekali dalam seminggu Perilaku seksual dengan mencium 10. Mencium daerah sensitif Leher pasangan sehingga (necking) menimbulkan 30,31,32,33 • Saya mencium/dicium lawan jenis/ pasangan pada bagian rangsangan seksual leher • Saya selalu mencium leher 134 ketika bertemu pasangan/ lawan jenis • Saya selalu mencium leher untuk memulai hubungan seks dengan pasangan/ lawan jenis • Saya sekurang-kurangnya mencium leher pasangan/ lawan jenis sekali dalam seminggu Perilaku seksual 11. Saling dengan melakukan 34,35,36,37 seks seperti suami • Saya memegang dan menggesek istri dengan saling memainkan alat kelamin alat kelamin memegang alat lawan jenis/ pasangan. (petting) kelamin, saling • Saya melakukan oral seks. menindih dan saling • Saya menindih dan memainkan alat bermesraan dengan kelamin meskipun memainkan alat kelamin masih mengenakan lawan jenis. pakaian • Saya sekurang-kurangnya melakukan petting sekali dalam seminggu dengan pasangan/ lawan jenis Perilaku seksual dengan cara melakukan 12. Berhubungan hubungan intim/ intim senggama antara (intercouse) laki-laki dan 38,39,40,41,42,43,44 • intim dengan lawan jenis. • perempuan untuk dapat dibendung lagi Saya melakukan hubungan intim dengan pasangan/ lawan memuaskan hasrat seksual yang tidak Saya melakukan hubungan jenis setiap kali bertemu • Saya melakukan hubungan intim dengan berbagai gaya (missionaris, doggy style dan 69) 135 • Saya melakukan hubungan intim sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu • Saya melakukan hubungan intim sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan • Saya menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan intim • Setiap kali hasrat seks saya meningkat, saya langsung melakukan hubungan intim dengan lawan jenis/ pasangan. 136 Lampiran 3 Kisi-Kisi Instrumen Faktor Determinan Sebelum Uji Coba KISI-KISI INSTRUMEN “ANGKET FAKTOR DETERMINAN” Variabel Faktor determinan perilaku seksual Sub Variabel Faktor Internal Indikator Deskriptor Item + 4 Motivasi Dorongan dalam diri untuk melakukan • Saya mencoba mengalihkan perilaku seksual 3,4,5,6 1,2 perhatian saya ketika dorongan seks saya meningkat • Saya tidak berminat dengan hal yang menyangkut seks • Saya sulit mengendalikan dorongan seks dalam diri saya • Saya selalu ingin melakukan hubungan seks • Hasrat seks saya menggebu-gebu • Keinginan saya meningkat ketika melihat teman saya melakukan perilaku seks 9,10,11,12 5 Rasa ingin tahu Kecenderungan siswa untuk mencoba 7,8 • Saya tertarik dengan hal baru • Saya selalu bertanya mengenai sesuatu hal yang seks untuk menambah belum diketahuinya pengetahuan • Saya selalu mencari tahu lewat yang berbau seksual • Saya penasaran dengan hal yang menyangkut seks • Saya ingin mempraktekkan apa 137 internet hal yang belum pernah yang belum pernah saya lakukan saya ketahui mengenai seks terkait dengan seks • Saya selalu mencoba hal baru dalam seks dengan pasangan atau lawan jenis Perilaku seksual siswa 6 Berkembangn yang cenderung ya organ diakibatkan mulai seksual berfungsinya organ- 13,14,15 • • organ seksual yang berpengaruh pada perilaku seksualnya Saya sudah mengalami mimpi • Saya sering merasakan basah rangsangan seksual setelah saya Saya sudah mengalami mengalami mimpi basah menstruasi • 16,17,18,19,20 • Saya sering marasakan Saya bangga dengan bentuk rangsangan seksual setelah saya tubuh saya mengalami menstruasi • Saya sering terangsang ketika berdekatan dengan lawan jenis saya • Saya mudah terangsang dan ingin melakukan hubungan seksual • Saya merasakan rangsangan yang tidak wajar pada organ intim saya 138 24,25,26,27 • Perilaku seksual remaja dikarenakan Faktor Eksternal 5.6 Teman sepermainan adanya pengaruh kuat 21,22,23 • dari teman sebaya (peer group) • Saya tidak tergerak untuk oleh ajakan teman-teman • Saya mengikuti kebiasaan melakukan seks seperti yang teman-teman dalam teman-teman saya lakukan berperilaku seks Saya cenderung menghindari • teman-teman yang melakukan seks • Saya mudah terpengaruh Saya memperoleh informasi tentang seks dari teman saya • Saya khawatir di cap Saya menghindari pembicaraan kampungan jika saya tidak teman yang berhubungan berperilaku sama dengan dengan seks teman sepermainan saya 31,32,33,34,35 Perilaku seksual siswa • Orangtua saya tidak pernah dikarenakan kurangnya pemahaman 5.7 Orangtua yang diberikan membicarakan hal yang 28,29,30 • Orangtua saya sangat orangtua mengenai memperhatikan tingkah laku saya dasar pendidikan seks terutama dalam perilaku seksual serta kontrol yang kurang terhadap • Orangtua saya merespon dengan baik setiap pertanyaan/ pernyataan berhubungan dengan perilaku seksual • Saya malu jika bertanya tentang seks dengan orangtua • Bagi orangtua saya perilaku seksual adalah hal yang tabu 139 perilaku seksual anak yang menyangkut seks • Orangtua saya selalu memantau perkembangan saya hingga saat ini • Orangtua jarang memberi kesempatan saya untuk bertanya mengenai seks • Saya dimarahi orangtua ketika bertanya seputar seks Perilaku seksual siswa akibat adanya imitasi dari menonton media 5.8 Media dan televisi 36,37,38 • Bagi saya menonton acara seks dan televisi sehingga dapat menambah pengetahuan dan siswa melihat perilaku wawasan seksual itu menyenangkan dan dapat diterima mayarakat • Bagi saya acara seks di televisi tidak berpengaruh buat saya • Saya kurang sependapat jika ada 39,40,41,42 • Saya tertarik menonton acara yang berbau seks • Saya memilih menonton acara yang membahas seks daripada acara rohani • Saya mempraktekkan tingkah yang mengatakan bahwa menonton laku seks yang saya tonton di acara seks tidak ada manfaatnya televisi • Saya rutin menonton acara televisi yang membahas tentang seks Kurangnya nilai agama yang dimilki mengakibatkan 43,44,45,46 • Saya rajin beribadah sesuai agama 47,48,49,50 140 kecenderungan 5.9 Tingkat religiuitas saya • Saya menganggap bahwa perilaku seksual pada • Saya selalu membaca al-quran onani/ masturbasi bukan siswa • Saya selalu membaca al-kitab termasuk zina • Saya rajin mengikuti acara • Saya tidak dapat membedakan perbuatan yang kerohanian di tempat ibadah saya diharamkan dan dihalalkan oleh agama yang terkait dengan masalah seksual • Saya tidak menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan/ lawan jenis sebelum menikah itu dosa • Saya menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan sebelum menikah adalah wajar 142 Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sesudah Uji Coba Variabel Sub Variabel Bentuk- bentuk perilaku seksual. Perilaku yang dilakukan tanpa ada bantuan orang lain. Indikator 7. Masturbasi Deskriptor Item Perilaku seksual untuk • Saya melakukan aktivitas masturbasi/ Onani. melakukan rangsangan seksual • Saya menggunakan media tangan untuk melakukan masturbasi/ dengan berbagai cara pada alat kelamin. Onani. • Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan alat bantu. • Melakukan masturbasi/ onani menggunakan sabun atau gel pelicin 8. Fantasi Seksual. Perilaku seksual untuk • Saya berfantasi seksual. merangsang diri dengan cara • Saya membayangkan/ berkhayal melakukan hubungan seks dengan membayangkan suatu objek yang menggairahkan. pacar • Ketika ingin tidur saya membayangkan sedang berhubungan seksual. • Berfantasi seksual ketika melihat lawan jenis yang menarik • Berfantasi seksual ketika ada waktu luang. • Saya mendapatkan kenikmatan yang lebih ketika membayangkan berhubungan seks. 9. Membaca dan Melihat Perilaku untuk melakukan • Saya berlangganan majalah porno. rangsangan seksual dengan • Memiliki koleksi gambar porno. 143 Perilaku yang dilakukan dengan bantuan orang lain. gambar cara membaca dan melihat • Merasa ketagihan melihat dan membaca majalah porno. porno. gambar porno. • Saya membaca dan melihat gambar porno. • Saya mendapatkan kenikmatan ketika membaca cerita seks Perilaku seksual dengan cara • Saya melakukan aktivitas berpegangan tangan dengan lawan jenis. menyentuh tangan pasangan • Gairah seksual saya muncul ketika berpegangan tangan dengan 13. Berpegangan tangan. untuk memberikan rangsangan pada pasangan. lawan jenis. • Menikmati ketika memegang tangan lawan jenis/ pasangan • Jantung saya berdebar-debar ketika berpegangan tangan dengan lawan jenis. 14. Berpelukan Perilaku seksual dengan cara • Saya memeluk pasangan/ lawan jenis ketika bertemu. memeluk pasangan untuk • Melakukan aktivitas memeluk pasangan sebagai cara memberikan rasa nyaman 15. Berciuman (kissing) menunjukkan rasa sayang kepada pasangan. • Memeluk lawan jenis guna mendapatkan kenikmatan. Perilaku seksual untuk • Berciuman dengan lawan jenis. membuktikan rasa sayang • Mencium pipi lawan jenis/ pasangan kepada pasangan dengan • Mencium kening lawan jenis/ pasangan cara mencium kening, pipi • Mencium bibir lawan jenis/ pasangan kemudian berlanjut saling • Mencium lawan jenis sebagai bentuk kasih sayang mencium bibir . • Saya mencium lawan jenis dengan nafsu. 16. Mencium Perilaku seksual dengan • Mencium leher ketika bertemu pasangan/ lawan jenis Leher mencium daerah sensitif • Melakukan aktivitas mencium/ dicium leher oleh pasangan/ lawan 144 (necking) pasangan sehingga menimbulkan rangsangan jenis • Mencium leher untuk memulai hubungan seks dengan pasangan/ seksual lawan jenis Perilaku seksual dengan • Melakukan oral seks. menggesek melakukan seks seperti suami • Melakukan aktivitas memegang dan memainkan alat kelamin lawan alat kelamin istri dengan saling memegang (petting) alat kelamin, saling menindih 17. Saling jenis/ pasangan. • dan saling memainkan alat Melakukan aktivitas menindih dan bermesraan dengan memainkan alat kelamin lawan jenis. kelamin meskipun masih mengenakan pakaian Perilaku seksual dengan cara • Melakukan hubungan intim dengan lawan jenis n intim melakukan hubungan intim/ • Melakukan hubungan intim ketika bertemu dengan lawan jenis/ (intercouse) senggama antara laki-laki dan 18. Berhubunga pasangan perempuan untuk memuaskan • Melakukan hubungan intim ketika hasrat seks meningkat hasrat seksual yang tidak dapat • Saya menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan intim dibendung lagi 145 Lampiran 5 KISI-KISI INSTRUMEN SESUDAH UJI COBA “ANGKET FAKTOR DETERMINAN” Variabel Faktor determinan perilaku seksual Sub Variabel Faktor Internal Indikator 1. Motivasi Deskriptor Dorongan dalam diri untuk melakukan perilaku seksual Item + 1. Saya tidak berminat dengan hal yang menyangkut seks 2. Saya mencoba mengalihkan perhatian saya ketika dorongan seks saya meningkat 1. Hasrat saya menggebu-gebu untuk melakukan hubungan seksual 2. Keinginan saya melakukan hubungan seksual meningkat ketika melihat teman saya melakukan perilaku seks 3. Saya sulit mengendalikan dorongan seks dalam diri saya 8. Bagi saya berhubungan seksual adalah hal yang wajar di kalangan remaja 9. Saya selalu ingin melakukan hubungan seks 7 Rasa ingin tahu Kecenderungan siswa untuk mencoba sesuatu hal yang belum diketahuinya 10. Saya selalu bertanya mengenai seks 14. Saya penasaran dengan hal yang untuk menambah pengetahuan 11. Saya selalu mencari tahu lewat internet hal yang belum pernah menyangkut seks 15. Saya tertarik dengan hal baru yang berbau seksual 146 saya ketahui mengenai seks 16. Saya selalu mencoba hal baru dalam seks dengan pasangan atau lawan jenis 17. Saya ingin mempraktekkan apa yang belum pernah saya lakukan terkait dengan seks Perilaku seksual siswa 8 Berkembangn 15. Saya sudah mengalami mimpi yang cenderung ya organ diakibatkan mulai seksual berfungsinya organorgan seksual yang berpengaruh pada perilaku seksualnya basah 18. 19. 16. Saya sering merasakan Saya bangga dengan bentuk rangsangan seksual setelah saya tubuh saya mengalami mimpi basah Saya sudah mengalami menstruasi 22. Saya sering marasakan rangsangan seksual setelah saya mengalami menstruasi 23. Saya sering terangsang ketika berdekatan dengan lawan jenis saya 24. Saya mudah terangsang dan ingin melakukan hubungan seksual 25. Saya merasakan rangsangan yang tidak wajar pada organ intim saya 147 Perilaku seksual remaja dikarenakan 5.10 Teman Faktor Eksternal sepermainan 29. Saya tidak tergerak untuk adanya pengaruh kuat melakukan seks seperti yang dari teman sebaya teman-teman saya lakukan (peer group) 30. Saya cenderung menghindari teman-teman yang melakukan seks 30. Saya menghindari pembicaraan teman yang berhubungan dengan seks 31. Teman saya mengajak nonton film porno 32. Teman saya berbagi pengalamn seksualnya dengan saya 33. Saya memperoleh informasi tentang seks dari teman saya 34. Saya mudah terpengaruh oleh ajakn teman-teman 35. Saya mengikuti kebiasaan teman-teman dalam berperilaku seks 33. Saya khawatir diberi julukan kampungan jika saya tidak berperilaku sama dengan teman sepermainan saya 34. Teman saya mengajak untuk melakukan seks bebas Perilaku seksual siswa dikarenakan 35. Saya malu jika bertanya tentang 148 kurangnya pemahaman 5.11 Orangtua 34. Orangtua saya sangat yang diberikan memperhatikan tingkah laku saya orangtua mengenai terutama dalam perilaku seksual dasar pendidikan seks serta kontrol yang kurang terhadap perilaku seksual anak 36. Setiap hari orangtua menanyakan keadaan saya 42. Orangtua saya merespon dengan baik setiap pertanyaan/ seks dengan orangtua 35. Bagi orangtua saya perilaku seksual adalah hal yang tabu 36.Saya tidak berbincang-bincang dengan orangtua jika saya memiliki masalah seputar seks 37. Orangtua saya tidak pernah pernyataan yang menyangkut membicarakan hal yang seks berhubungan dengan perilaku 43. Orangtua saya selalu memantau perkembangan saya hingga saat ini seksual 44. Orangtua jarang memberi kesempatan saya untuk bertanya mengenai seks 45. Saya dimarahi orangtua ketika bertanya seputar seks Perilaku seksual siswa akibat adanya imitasi dari menonton media dan televisi sehingga 5.12 Media dan televisi 43.Saya tertarik menonton acara 43. Bagi saya menonton acara seks siswa melihat perilaku dapat menambah pengetahuan seksual itu dan wawasan menyenangkan dan 46. Saya kurang sependapat jika ada yang berbau seks 50. Saya memilih menonton acara yang membahas seks daripada acara rohani 149 dapat diterima yang mengatakan bahwa mayarakat menonton acara seks tidak ada manfaatnya 47. Bagi saya acara seks di televisi tidak berpengaruh buat saya 51. Acara televisi yang berbau seks adalah seni 52. Saya mempraktekkan tingkah laku seks yang saya tonton di televisi 53. Saya rutin menonton acara televisi yang membahas tentang Kurangnya nilai seks agama yang dimilki mengakibatkan kecenderungan perilaku seksual pada siswa 5.13 Tingkat religiuitas 58. Saya rajin beribadah sesuai agama saya 59. Saya selalu membaca al-quran 60. Saya selalu membaca al-kitab 61. Saya rajin mengikuti acara 62. Saya menganggap bahwa onani/ masturbasi bukan termasuk zina 63. Saya tidak dapat membedakan perbuatan yang kerohanian di tempat ibadah diharamkan dan dihalalkan saya oleh agama yang terkait dengan masalah seksual 64. Saya tidak menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan/ lawan jenis sebelum menikah itu dosa 150 65. Saya menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan sebelum menikah adalah wajar 151 Lampiran 6 ANGKET PENELITIAN SEBELUM UJI COBA Pengantar: Dalam rangka untuk menyelesaikan penulisan skripsi, mohon bantuan Anda untuk mengisi angket ini sesuai pernyataan yang ada. Tujuan pengisian angket, untuk mengetahui gambaran tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya. Atas kesediaan Anda untuk mengisi angket ini saya mengucapkan terimakasih. Petunjuk : 1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang terdapat di dalam angket ini 2. Penelitian ini murni bertujuan untuk keperluan penulisan skripsi, kerahasiaan identitas dan isian jawaban dijamin oleh penulis sehingga diharapkan dalam pengisian jawaban sesuai dengan keadaan sebenarnya. 3. Pada angket terdapat pernyataan yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yang benarbenar dapat mewakili tingkat kesesuaian pernyataan dengan diri Anda. Jawaban yang Anda berikan tidak akan dikategorikan dalam jawaban benar atau salah. Jawaban setiap pernyataan yang dipilih akan bernilai benar apabila sesuai dengan kondisi yang Anda alami. Tugas Anda adalah member tanda cek (√) pada salah satu kolom jawaban yang tersedia yaitu S, SR, KD, JR, dan TP sesuai pernyataan anda. Keterangan : S : Selalu SR : Sering KD : Kadang-Kadang JR : Jarang TP : Tidak Pernah No Pernyataan S 1 Saya mengobrol dengan teman saya setiap kali bertemu SR √ Jawaban KD JR Berdasarkan contoh diatas, tanda cek (√) pada jawaban SR menunjukkan bahwa anda sering mengobrol dengan teman setiap kali bertemu. SELAMAT MENGERJAKAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 Pernyataan Saya melakukan aktivitas masturbasi/ Onani Saya menggunakan media tangan untuk melakukan masturbasi/ Onani Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan alat bantu Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan sabun/ gel pelicin Saya berfantasi seksual Saya membayangkan/ berkhayal melakukan hubungan seks dengan pacar Ketika ingin tidur saya membayangkan sedang berhubungan seks Berfantasi seksual ketika melihat lawan jenis yang menarik TP 152 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Berfantasi seksual ketika ada waktu luang Saya mendapatkan kenikmatan yang lebih ketika membayangkan berhubungan seks Saya berlangganan majalah porno Memilki koleksi gambar porno Merasa ketagihan melihat dan membaca majalah porno Saya membaca dan melihat majalah porno Merasa mendapatkan kenikmatan ketika membaca cerita seks Saya melakukan aktivitas berpegangan tangan dengan lawan jenis Gairah seksual saya muncul ketika berpegangan tangan dengan lawan jenis Menikmati ketika memegang tangan lawan jenis/ pasangan Saya memeluk pasangan/ lawan jenis ketika bertemu Melakukan aktivitas memeluk pasangan sebagai cara menunjukkan rasa sayang Memeluk lawan jenis/ pasangan untuk mendapatkan kenikmatan Berciuman dengan lawan jenis/ pasangan Mencium pipi lawan jenis/ pasangan Mencium kening lawan jenis/ pasangan Mencium bibir lawan jenis/ pasangan Mencium lawan jenis sebagai ungkapan rasa sayang Saya mencium lawan jenis dengan nafsu Mencium leher ketika bertemu pasangan/ lawan jenis Melakukan aktivitas mencium/ dicium leher oleh pasangan/ lawan jenis Mencium leher untuk memulai hubungan seks dengan pasangan Melakukan aktivitas oral seks Melakukan aktivitas memegang dan memainkan alat kelamin lawan jenis/ pasangan Melakukan aktivitas menindih dan bermesraan dengan lawan jenis/ pasangan Melakukan hubungan intim dengan lawan jenis/ pasangan Melakukan hubungan intim ketika bertemu dengan pasangan/ lawan jenis Melakukan hubungan intim ketika hasrat seks meningkat Saya menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan intim 153 Lampiran 7 ANGKET PENELITIAN SESUDAH UJI COBA Pengantar: Dalam rangka untuk menyelesaikan penulisan skripsi, mohon bantuan Anda untuk mengisi angket ini sesuai pernyataan yang ada. Tujuan pengisian angket, untuk mengetahui gambaran tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya. Atas kesediaan Anda untuk mengisi angket ini saya mengucapkan terimakasih. Petunjuk : 1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang terdapat di dalam angket ini 2. Penelitian ini murni bertujuan untuk keperluan penulisan skripsi, kerahasiaan identitas dan isian jawaban dijamin oleh penulis sehingga diharapkan dalam pengisian jawaban sesuai dengan keadaan sebenarnya. 3. Pada angket terdapat pernyataan yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yang benarbenar dapat mewakili tingkat kesesuaian pernyataan dengan diri Anda. Jawaban yang Anda berikan tidak akan dikategorikan dalam jawaban benar atau salah. Jawaban setiap pernyataan yang dipilih akan bernilai benar apabila sesuai dengan kondisi yang Anda alami. Tugas Anda adalah member tanda cek (√) pada salah satu kolom jawaban yang tersedia yaitu SS, S, KS, TS, dan STS sesuai peryataan anda. Keterangan : SS : Sangat Sesuai S : Sesuai KS : Kurang Sesuai TS : Tidak Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai No Pernyataan SS 1 Saya mengobrol dengan teman saya ketika bertemu S √ Jawaban KS TS STS Berdasarkan contoh diatas, tanda cek (√) pada jawaban S menunjukkan bahwa anda mengobrol dengan teman setiap kali bertemu sesuai dengan diri anda. SELAMAT MENGERJAKAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pernyataan Hasrat saya menggebu-gebu untuk melakukan hubungan seksual Keinginan saya untuk melakukan hubungan seksual meningkat ketika melihat teman saya melakukan perilaku seks Saya sulit mengendalikan dorongan seks dalam diri saya Saya tidak berminat dengan hal yang menyangkut seks Bagi saya berhubungan seks adalah hal yang wajar di kalangan remaja Saya selalu ingin melakukan hubungan seks Saya selalu bertanya mengenai seks untuk menambah pengetahuan Saya selalu mencari tahu lewat internet atau media lain hal yang belum pernah saya ketahui mengenai seks Saya penasaran dengan hal yang menyangkut seks Saya tertarik dengan hal baru yang berbau seksual 154 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Saya selalu mencoba hal baru dalam seks dengan pasangan atau lawan jenis Saya ingin mempraktekkan apa yang belum pernah saya lakukan terkait dengan seks Saya sering merasakan rangsangan seksual setelah mengalami mimpi basah Saya sudah mengalami menstruasi Saya sering merasakan rangsangan seksual setelah saya menstruasi Saya sering terangsang ketika berdekatan dengan lawan jenis saya Saya tidak tergerak untuk melakukan seks seperti yang teman-teman saya lakukan Saya merasakan rangsangan yang tidak wajar pada organ intim saya Saya mudah terangsang dan ingin melakukan hubungan seksual Teman saya mengajak menonton film porno Teman saya berbagi pengalaman seksualnya dengan saya Saya memperoleh informasi tentang seks dari teman saya Saya mudah terpengaruh oleh ajakan teman-teman Saya mengikuti kebiasaan teman-teman dalam berperilaku seks Saya khawatir diberi julukan “kampungan” jika saya tidak berperilaku sama dengan teman saya dalam hal perilaku seksual Teman saya mengajak untuk melakukan seks bebas Saya malu jika bertanya tentang seks dengan orangtua Orangtua saya sangat memperhatikan tingkah laku saya terutama dalam perilaku seksual Bagi orangtua saya perilaku seksual adalah hal yang tabu Setiap hari orangtua menanyakan keadaan saya Saya tidak berbincang-bincang dengan orangtua jika saya memiliki masalah seputar seks Orangtua saya tidak pernah membicarakan hal yang berhubungan dengan perilaku seksual Orangtua saya selalu memantau perkembangan saya hingga saat ini Orangtua jarang memberi kesempatan saya untuk bertanya mengenai seks Saya dimarahi orangtua ketika bertanya seputar seks Saya tertarik menonton acara yang berbau seks Saya kurang sependapat jika ada yang mengatakan bahwa menonton acara seks tidak ada manfaatnya Bagi saya acara yang berkaitan seks di televisi tidak berpengaruh buat saya Saya memilih menonton acara yang membahas seks daripada acara rohani Acara televisi yang berbau seks adalah seni Saya mempraktekkan tingkah laku seks yang saya tonton di televisi Saya rutin menonton acara televisi yang membahas tentang seks Saya selalu membaca Al-Quran Saya selalu membaca Al-Kitab Saya menganggap bahwa onani/ masturbasi bukan termasuk zina Saya tidak dapat membedakan perbuatan yang diharamkan dan dihalalkan oleh agama yang terkait dengan masalah seksual Saya tidak menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan/ lawan jenis sebelum menikah itu dosa Saya menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan sebelum menikah adalah wajar 168 Lampiran 10 Tes Validitas Perilaku Seksual SMA No Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jml X 30 30 29 29 29 31 30 30 29 30 jml Y 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 jml XY 1828 1828 1721 1811 1835 1881 1862 1888 1783 1862 jml X^2 48 48 43 45 47 49 50 50 43 50 jml Y^2 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 Validitas r xy 0.67965147 0.67965147 0.58175243 0.82203504 0.82363449 0.73227517 0.72473283 0.80259668 0.81445341 0.72473283 r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria valid valid valid valid valid Valid valid valid valid valid 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 jml X 25 28 34 31 30 55 35 40 70 47 jml Y No Butir Soal 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 jml XY 1403 1668 2228 1931 1916 3268 2255 2548 3797 2821 jml X^2 27 40 68 51 50 147 73 94 270 117 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 jml Y^2 Validitas r xy 78904.00 0.57323823 0.6099461 0.93197827 0.82201254 0.88645007 0.68921618 0.82472802 0.78578367 0.02218419 0.59978585 r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria valid valid valid valid valid Valid valid valid tidak valid valid No Butir Soal 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 jml X 46 33 39 58 48 33 50 31 28 28 jml Y 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 Validitas jml XY 2869 2159 2464 3572 3083 2153 3115 1939 1728 1728 jml X^2 120 65 89 178 132 65 136 49 40 40 jml Y^2 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 169 r xy 0.72249899 0.90106079 0.74880487 0.75741333 0.8664586 0.8867203 0.77879761 0.93745372 0.84454075 0.84454075 r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria valid valid valid valid valid Valid valid valid valid valid 31 32 33 34 35 36 37 38 total No Butir Soal jml X 25 26 28 28 26 26 26 25 jml Y 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296 1296.00 1931 1916 1671 1671 1453 2228 1931 1916 0 jml XY Validitas jml X^2 27 30 38 38 30 30 30 27 78904 jml Y^2 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 6.28398888 4.00374875 0.72897953 0.72897953 0.38317127 6.44353315 4.12104608 6.12175165 ‐7.8457399 r xy r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria valid valid valid valid valid Valid valid valid tidak valid Tes Reliabilitas Perilaku Seksual SMA Reabilitas jml var var total (var Y) r11 r table Criteria 6.82065217 387.826087 1.02512673 0.404 sangat tinggi 170 Lampiran 12 Tes Validitas Faktor Determinan SMA No Butir Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 jml X 87 94 87 79 88 99 102 82 87 85 jml Y 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 jml XY 18456 19751 18336 16593 18123 20956 21491 17268 18245 18259 jml X^2 337 382 331 283 352 431 448 312 333 335 jml Y^2 Validitas r xy 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 0.67431573 0.57188159 0.59176533 0.36442554 ‐0.0825285 0.68645947 0.70908452 0.37404743 0.41328907 0.78463765 r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria valid valid valid valid tidak valid Valid valid valid valid valid 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 No Butir Soal jml X 94 109 96 59 94 86 67 102 89 75 jml Y 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 20072 22869 20399 12337 20017 17973 14907 21518 18705 15896 394 509 418 213 408 338 267 456 359 279 jml XY jml X^2 Validitas jml Y^2 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 r xy 0.83773075 0.60018701 0.63184124 0.11370863 0.61679014 0.23831108 0.78509112 0.60701954 0.37989154 0.39040891 r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria valid valid valid tidak valid valid tidak valid valid valid valid valid No Butir Soal Validitas 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 jml X 92 92 78 99 92 79 95 102 95 98 jml Y 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 jml XY 19812 19753 16253 21058 19766 16624 20121 21591 19600 20792 jml X^2 394 390 308 449 390 299 403 452 397 430 171 jml Y^2 r xy 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 0.82069219 0.79943934 0.11667117 0.61851865 0.81356307 0.31272538 0.61843134 0.78210009 ‐0.0540739 0.64970913 r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria valid valid tidak valid valid valid Valid valid valid tidak valid valid 39 40 70 No Butir Soal 31 32 33 34 35 36 37 38 jml X 104 69 95 67 79 66 66 66 jml Y 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 95 4961.00 4961 jml XY 21939 14636 19917 14286 16781 14116 14010 13732 20303 14948 jml X^2 468 251 397 237 309 220 220 200 413 232 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173 jml Y^2 Validitas r xy 0.70368797 0.34143869 0.40558462 0.40999275 0.42791528 0.5063079 0.39290349 0.1377453 0.72691268 0.60197455 r tabel 0.404 0.404 0.404 0.404 1.404 2.404 3.404 4.404 5.404 6.404 kriteria valid valid valid valid valid Valid valid tidak valid valid valid 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 No Butir Soal jml X 66 60 89 65 85 99 97 99 100 100 jml Y 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 jml XY 14220 12119 19151 13736 18011 20675 20648 20924 21255 20650 Validitas jml X^2 220 190 367 217 325 427 423 435 442 434 jml Y^2 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 ‐0.297562 0.82327627 0.31113168 0.59780496 0.32436307 0.71261033 0.59162897 0.77045104 ‐0.0332179 r xy 0.6175726 r tabel 7.404 8.404 9.404 10.404 11.404 12.404 13.404 14.404 15.404 16.404 kriteria valid tidak valid valid valid valid Valid valid valid valid tidak valid No Butir Soal Validitas 51 52 53 54 55 56 57 total jml X 99 86 87 74 85 94 116 4961 jml Y 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 jml XY 20675 18197 18019 15734 17935 19844 24171 1048173 172 jml X^2 427 360 327 280 327 408 566 1048173 jml Y^2 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 r xy 0.32436307 0.38733374 0.06887386 0.40346944 0.47529249 0.4348296 0.55429018 1 r tabel 17.404 18.404 19.404 20.404 21.404 22.404 23.404 24.404 kriteria valid valid tidak valid valid valid Valid valid valid Tes Reliabilitas Faktor Determinan SMA Reabilitas jml var var total (var Y) 17.6304348 r11 1.02483237 r tabel kriteria 986.650362 0.404 sangat tinggi 173 Lampiran 13 HASIL TABULASI DATA PERILAKU SEKSUAL SMA NEGERI 174 175 176 177 178 Lampiran 14 HASIL TABULASI DATA PERILAKU SEKSUAL SMA SWASTA 179 180 181 182 183