Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sesudah Uji

advertisement
PERIILAKU SEKSUA
S
AL REMAJA DA
AN FAKT
TOR
DETER
RMINAN
NNYA DII SMA SE
E-KOTA
A SEMAR
RANG
SKRIPSI
diajukann dalam ranggka penyelessaian studi sstrata 1
unttuk mencapaai gelar sarjan
na pendidikaan
oleh
Diyaah Ayu Alfiaani
11301408004
JURUSA
AN BIMBINGAN DA
AN KONS
SELING
FAK
KULTAS ILMU PE
ENDIDIKA
AN
UNIVE
ERSITAS
S NEGERII SEMAR
RANG
2013
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Deteminannya
di SMA se-Kota Semarang” ini telah dipertahankan di dalam sidang Panitia Ujian
Skripsi Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang, pada :
Hari
: Jumat
Tanggal
: 2 Agustus 2013
Panitia
Ketua,
Sekretaris,
Drs. Hardjono, M.Pd.
NIP. 19510801 197903 1 007
Kusnarto Kurniawan, M.Pd., Kons.
NIP. 19710114 200501 1 002
Penguji Utama,
Prof. Dr. Sugiyo, M.Si.
NIP. 19520411 197802 1 001
Penguji/Pembimbing I
Penguji/Pembimbing II
Drs.Suharso, M.Pd., Kons.
NIP. 19620220 198710 1 001
Dra.Sinta Saraswati, M. Pd., Kons.
NIP. 10600605 1999903 2 001
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul
“Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di SMA se-Kota Semarang”
ini benar-benar hasil karya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain, baik
sebagian ataupun seluruhnya. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juni 2013
Diyah Ayu Alfiani
NIM 1301408004
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
”Tidak ada rahasia untuk sukses. Ini adalah hasil sebuah persiapan, kerja keras, dan belajar dari kesalahan.” “Colin Powel”
PERSEMBAHAN
♥ Kedua Orangtua ku Bapak Kuswandi dan Ibu
Tetik Puji Astuti yang selalu memberikan cinta
dan kasih sayang, doa dan dukungan serta
materi yang tiada hentinya mengiringi hidupku.
♥ Kakek ku Nari Supardi dan Adikku Putri serta
seluruh keluarga besarku, atas motivasi dan do’a
serta kasih sayang setulus hati.
♥ Farid yang selalu memberikan dukungan dan
warna dalam hidupku.
♥ Sahabat dan teman-teman BK’08 nisa, windha,
carti, danang, septri atas motivasi selama ini.
♥ Teman-teman Bimbel Geniuschool terutama rusi
dan Teman-teman kos Pink yang sudah menjadi
keluarga keduaku.
♥ Almamaterku tercinta
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Perilaku Seksual Remaja dan Faktor
Determinannya di SMA se-Kota Semarang. Penelitian ini menelaah tentang
perilaku seksual remaja yang merupakan segala tingkah laku yang diakibatkan
adanya dorongan hasrat seksual seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama
jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan dari anak-anak menuju
ke dewasa. Perilaku seksual bebas di kalangan remaja ini bagai fenomena gunung
es yang hanya tampak luarnya saja, akan tetapi persoalannya jauh lebih besar dari
perkiraan. Maka dari itu hal tersebut membutuhkan suatu pemantauan khusus agar
terkontrol dan tidak semakin membahayakan di kalangan remaja. Hal ini perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
yang nyata dan data empirik yang paling mutakhir agar pemahaman remaja
khususnya siswa SMA baik negeri maupun swasta tentang perilaku seksual lebih
mendalam. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menelitinya dalam skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan berdasarkan fenomena yang ada yang
terjadi di Kota Semarang yaitu makin maraknya siswa SMA yang melakukan
perilaku seksual baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain.
Oleh karena itu, peneliti ingin memperoleh data secara empirik mengenai perilaku
seksual tersebut.
Dalam proses penulisan skripsi ini tidak banyak kendala, meskipun diakui
penyelesaian skripsi ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun berkat
v
rahmat Allah SWT dan usaha, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di
Fakultas Ilmu Pendidikan.
2.
Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin penelitian, untuk penyelesaian skripsi
ini.
3.
Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua Jurusan BK FIP Universitas Negeri
Semarang yang banyak memberikan arahan selama menjadi siswa.
4.
Drs. Suharso, M.Pd.,Kons, Dosen Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan demi kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih atas
bimbingan dan arahan yang diberikan selama ini.
5.
Dra. Sinta Saraswati, M. Pd.,Kons., Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan demi kesempurnaan skripsi ini. Terima kasih atas
bimbingan dan arahan yang diberikan selama ini.
6.
Tim Penguji yang telah menguji skripsi dan memberi masukan untuk
kesempurnaan skripsi ini.
7.
Bapak dan Ibu dosen jurusan bimbingan dan konseling yang telah
memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
8.
Kepala Sekolah SMA se-kota Semarang atas ijin yang diberikan pada
peneliti.
vi
9.
Konselor se-Kota Semarang atas bantuan dan ijin yang diberikan kepada
peneliti.
10. Serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini
Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan skripsi ini.
Semarang,......2013
Penulis
vii
ABSTRAK
Alfiyani, D. A. 2013. Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di
SMA Se-Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Suharso, M.
Pd., Kons., Pembimbing II: Dra. Sinta Saraswati, M. Pd., Kons.
Kata kunci : Faktor Determinan, Perilaku Seksual Remaja, SMA.
Remaja adalah individu yang ada pada masa peralihan di antara masa
anak-anak ke masa dewasa, yang biasanya melakukan hubungan baru yang lebih
matang terhadap lawan jenis yang disebut hubungan pacaran. Namun pada masa
sekarang hal tersebut telah banyak bergeser bahwa pacaran dijadikan alat untuk
melampiaskan kebutuhan seksual, sehingga dalam hubungan berpacaran selain
terjadi proses saling memahami antar pasangan terjadi pula proses aktivitas
seksual antara pasangan di luar pernikahan. Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan survey Perilaku Seksual Remaja dan Faktor Determinannya di SMA
se-Kota Semarang. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah bentuk perilaku seksual remaja dan faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri dan Swasta se-Kota
Semarang tahun pelajaran 2012/2013 yang berada di sekolah pinggir kota, tengah
kota, dan daerah perbatasan. Sampel dalam penelitian ini diambil secara cluster
proportional random sampling dan terpilih sembilan SMA Negeri dan Swasta
yang berada di sekolah pinggir kota, tengah kota, dan daerah perbatasan. Desain
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Deskriptif Survey. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bentuk perilaku seksual yang paling sering dilakukan oleh
siswa SMA Negeri maupun Swasta di Kota Semarang adalah berpelukan; antara
rata-rata perilaku seksual yang dilakukan siswa SMA Negeri maupun Swasta
tidak berbeda secara signifikan; serta faktor determinan yang mendorong siswa
melakukan perilaku seksual antara lain: motivasi, media dan televisi, serta
berkembangnya organ anseksual. Faktor yang paling berpengaruh terhadap
perilaku seksual adalah faktor media dan televisi sebesar 14,5% sedangkan faktor
yang kurang berpengaruh adalah faktor tingkat religiuitas sebesar 8,9%. Simpulan
dari penelitian ini adalah bentuk perilaku seksual yang paling sering dilakukan
siswa di SMA se-Kota Semarang yaitu berpelukan sedangkan faktor Media dan
televisi lebih berpengaruh terhadap perilaku seksual siswa. Upaya dalam
membantu siswa adalah orangtua lebih pro aktif dan terbuka dalam komunikasi
dengan anaknya, serta pihak sekolah dapat memebrikan konsultasi mengenai
masalah seksual.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................
PERNYATAAN ..........................................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
ABSTRAK ..................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
i
ii
iii
iv
v
viii
ix
xv
xvii
xviii
xviv
BAB 1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang ......................................................................................
1. 2 Rumusan Masalah ..................................................................................
1. 3 Tujuan
...........................................................................................
1. 4 Manfaat Penelitian ................................................................................
1. 5 Sistematika Penulisan Skripsi ...............................................................
1. 6 Bagian Pendahuluan ..............................................................................
1.6.1 Bagian Isi .............................................................................................
1.6.2 Bagian Akhir .......................................................................................
1
7
7
8
8
8
9
9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Penelitian Terdahulu
........................................................................
2.1.1 Penelitian Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Seksual Remaja ................................................................................
2.1.2 Penelitian Tentang Menkonsep Ulang Perilaku Seksual Remaja .......
2.1.3 Penelitian Mengenai Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual
Pranikah ..............................................................................................
2. 2 Perilaku Seksual Remaja .......................................................................
2.2.1 Remaja .................................................................................................
2.2.1.1 Pengertian Remaja ............................................................................
2.2.1.2 Ciri-Ciri Masa Remaja .....................................................................
2.2.1.3 Tugas-Tugas Perkembangan Selama Masa Remaja...........................
2.2.1.4 Fase-Fase Perkembangan Remaja ....................................................
2.2.1.5 Perubahan Selama Masa Remaja .....................................................
2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja ....................................................
2.2.2.1 Pengertian .........................................................................................
2.2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja Laki-Laki .................................
2.2.2.3 Perkembangan Seksualitas Remaja Perempuan ...............................
2.2.2.4 Aspek Perilaku Seksual Remaja ......................................................
2.2.2.5 Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual .....................................................
ix
10
10
11
12
13
13
13
15
17
18
19
22
22
23
24
25
27
2.2.2.6 Dorongan Perilaku Seksual Remaja .................................................
2.2.2.7 Resiko Hubungan Perilaku Seksual Remaja ....................................
2. 3 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja .......................................
2.3.1 Faktor Internal ....................................................................................
2.3.1.1 Motivasi ...........................................................................................
2.3.1.2 Rasa Ingin Tahu ...............................................................................
2.3.1.4 Berkembangnya Organ Seksual .......................................................
2.3.2 Faktor Eksternal ..................................................................................
2.3.2.1 Teman Sepermainan .........................................................................
2.3.2.2 Orang Tua ........................................................................................
2.3.2.3 Media dan Televisi ...........................................................................
2.3.2.4 Religiusitas ......................................................................................
2. 4 Hubungan Antara Perilaku Seksual Remaja dengan Faktor
Determinannya ......................................................................................
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian ....................................................
3.1.1 Populasi ...............................................................................................
3.1.2 Sampel ................................................................................................
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................
3.2.1 Identifikasi Variabel ...........................................................................
3.2.1.1Variabel Bebas ..................................................................................
3.2.1.2Variabel Terikat ................................................................................
3.2.2 Hubungan Antar Variabel ...................................................................
3.2.3 Definisi Operasional Variabel Bebas dan Terikat ..............................
3.3 Desain Penelitian ...................................................................................
3.4 Prosedur Penelitian ...............................................................................
3.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................................
3.5.1 Metode Dokumentasi ..........................................................................
3.5.2 Metode Angket ...................................................................................
3.6 Instrumen Penelitian .............................................................................
3.7 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen .......................................................
3.7.1 Validitas ...............................................................................................
3.7.2 Reliabilitas ...........................................................................................
3.7.3 Hasil Uji Coba Instrumen ...................................................................
3.7.3.1 Uji Validitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor
Determinan .......................................................................................
3.7.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor
Determinan .......................................................................................
3.8 Analisis Data Penelitian ........................................................................
3.8.1 Analisis Deskriptif ..............................................................................
3.8.2 Analisis Regresi Ganda .......................................................................
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .....................................................................................
4.1.1 Gambaran Perilaku Seksual Remaja di SMA se-Kota Semarang.. ......
x
30
31
31
32
32
32
33
34
34
34
35
36
37
40
40
43
45
46
46
46
46
47
48
49
49
50
50
51
58
58
59
60
60
61
61
61
63
65
66
4.1.1.1 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Masturbasi ......................
4.1.1.2 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Fantasi Seksual ..............
4.1.1.3 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Membaca dan Melihat
Majalah Porno .................................................................................
4.1.1.4 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpegangan Tangan ....
4.1.1.5 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpelukan ......................
4.1.1.6 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Kissing ...........................
4.1.1.7 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Necking ...........................
4.1.1.8 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Petting ...........................
4.1.1.9 Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Intercouse ........................
4.1.2 Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja SMA se-Kota
Semarang ............................................................................................
4.1.2.1 Uji Normalitas ..................................................................................
4.1.2.2 Uji Hesteroskedasitas ......................................................................
4.1.2.3 Uji Multikolinearitas ........................................................................
4.1.2.4 Analisis Regresi Berganda ...............................................................
4.1.2.5 Uji Hipotesis ....................................................................................
4.1.2.6 Koefisien Deterrminasi ...................................................................
4.2 Pembahasan ...........................................................................................
4.2.1 Gambaran Tentang Perilaku Seksual Remaja .....................................
4.2.2 Gambaran Tentang Faktor Determinan Penyebab Perilaku Seksual
Remaja ................................................................................................
4.3 Keterbatasan Penelitian .........................................................................
95
100
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ...............................................................................................
5.2 Saran ....................................................................................................
109
109
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................
111
113
xi
67
68
70
71
71
73
74
75
76
77
77
78
79
81
82
87
88
88
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Data SMA Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang ...............................
41
3.2 Data Sampel Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang ............................
45
3.3 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja di SMA ...........................
52
3.4 Kisi-Kisi Instrumen Faktor Determinan ...................................................
55
3.5 Penskoran Kategori Jawaban ...................................................................
58
3.6 Kriteria Presentase Perilaku Seksual ........................................................
63
4.1 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja di SMA se-Kota Semarang .
66
4.2 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Mastrubasi ..
67
4.3 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Fantasi
Seksual ....................................................................................................
69
4.4 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Membaca
dan Melihat Majalah Porno .....................................................................
70
4.5 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpegangan
Tangan .....................................................................................................
71
4.6 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Berpelukan ..
72
4.7 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Kissing ......
73
4.8 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Necking .....
74
4.9 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Petting .......
75
4.10 Persentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja pada Indikator Intercouse .
76
4.11 Uji Multikolinieritas ...............................................................................
80
4.12 Coefficients ............................................................................................
81
4.13 Model Summary .....................................................................................
86
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
3.1 Hubungan Antara Variabel X dan Y ........................................................
47
3.2 Langkah-Langkah Penyusunan Instrumen ...............................................
51
4.1 Uji Normalitas ..........................................................................................
78
4.2 Uji Heteroskidasitas .................................................................................
79
xiii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram
Halaman
4.1 Bentuk Perilaku Seksual Remaja SMA se-Kota Semarang .......................
75
4.2 Perilaku Seksual Masturbasi ......................................................................
77
4.3 Perilaku Seksual Fantasi Seksual ...............................................................
78
4.4 Perilaku Seksual Membaca dan Melihat Gambar Porno............................
79
4.5 Perilaku Seksual Berpegangan Tangan ......................................................
80
4.6 Perilaku Seksual Berpelukan......................................................................
81
4.7 Perilaku Seksual Berciuman ......................................................................
82
4.8 Perilaku Seksual Necking ...........................................................................
83
4.9 Perilaku Seksual Petting.............................................................................
84
4.10 Perilaku Seksual Intercouse .....................................................................
85
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1 Daftar SMA se-Kota Semarang .................................................................. 114
2 Kisi-Kisi
Instrumen
Perilaku
Seksual
Remaja
Sebelum
Uji
Coba…………………………………………………………….
131
3 Kisi-Kisi Instrumen Angket Faktor Determinan Sebelum Uji Coba .......... 136
4 Kisi-Kisi
Instrumen
Perilaku
Seksual
Remaja
Sesudah
Coba…………………………………………………………….
Uji
142
5 Kisi-Kisi Instrumen Angket Faktor Determinan Sesudah Uji Coba ........... 146
6 Angket Penelitian Sebelum Uji Coba ......................................................... 152
7 Angket Penelitian Setelah Uji Coba............................................................ 154
10 Tes Validitas dan Reliabilitas Perilaku Seksual SMA ................................ 168
12 Tes Validitas dan Reliabilitas Faktor Determinan SMA ............................ 170
13 Hasil Tabulasi Data Perilaku Seksual SMA Negeri………….... ................ 173
14 Hasil Tabulasi Data Perilaku Seksual SMA Swasta ................................... 178
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa yang indah dan tidak terlupakan bagi setiap
orang. Pada masa ini kebanyakan orang mencari jati dirinya. Remaja adalah
individu yang ada pada masa peralihan di antara masa anak-anak ke masa dewasa,
remaja mengalami perubahan-perubahan cepat di segala aspek. Mereka bukan lagi
anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan
pula orang dewasa yang telah matang. Hurlock (1999:207) menyebutkan bahwa:
sesuai dengan masa remaja yang mempunyai rentang usia antara 1124 tahun, masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanakkanak menuju ke masa dewasa, selain mengalami perubahan fisik
terdapat pula perubahan psikologis yang hampir universal, seperti:
meningginya emosi, minat, peran, pola perilaku, nilai-nilai yang
dianut dan bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan.
Menurut Dariyo (2004:13) remaja atau adolescentia adalah “masa transisi
atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan
adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial.”
Seiring dengan perubahan pada saat anak memasuki masa pubertas, sudah
selayaknya kewajiban orang tua lebih memperhatikan perkembangan anaknya,
baik pertumbuhan fisik atau perkembangan psikisnya. Pertumbuhan fisik remaja
yang sangat pesat seringkali menimbulkan gangguan regulasi, tingkah laku, dan
bahkan keterasingan dengan diri sendiri. Masa remaja sendiri memiliki beberapa
1
2 tugas perkembangan, salah satunya adalah mencapai hubungan-hubungan baru
yang lebih matang dengan teman seusianya bergaul dan menjalin hubungan
dengan individu yang berlainan jenis, tanpa menimbulkan efek samping yang
negatif.
Salah satu hubungan baru yang lebih matang dengan teman seusianya yang
dilakukan oleh individu dengan individu lain yang berlainan jenis adalah
hubungan pacaran. Menurut Muuss (dalam Ekasari, 2009:1) “pacaran dapat
meningkatkan kesempatan pada remaja untuk mempelajari aturan sosial yang baru
untuk mengerti bagaimana menerima diri sendiri atau pasangan seksualnya.”.
Pernyataan Muuss tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan remaja yang
berpacaran tanpa adanya komitmen lebih menganggap pacaran hanya untuk
kesenangan saja. Pacaran seharusnya dijadikan sebagai proses pembelajaran bagi
masing-masing individu untuk lebih mengenal dan saling mengerti kebiasaan,
kepribadian dan perasaan pasangannya. Namun pada masa sekarang hal tersebut
telah banyak bergeser bahwa pacaran dijadikan alat untuk melampiaskan
kebutuhan seksual, sehingga dalam hubungan berpacaran selain terjadi proses
saling memahami antar pasangan terjadi pula proses aktivitas seksual antara
pasangan di luar pernikahan. Hasil wawancara dengan guru BK dan beberapa
siswa menyebutkan bahwa pergaulan remaja saat ini dalam arti pacaran cenderung
sebagai alat pemuasan seksual. Seperti contoh salah satu siswa dan siswa di SMA
swasta berpacaran dengan siswa dari sekolah yang sama, kemudian hamil hal itu
diketahui pihak sekolah kemudian pihak sekolah menyarankan kepada kedua
orangtua siswa tersebut agar mereka menikah, orangtua siswa menyetujui tetapi
3 siswi yang telah hamil menolak untuk dinikahi. Hal tersebut menjelaskan bahwa
memang remaja saat ini cenderung lebih mencari kesenangan daripada komitmen
dalam suatu hubungan.
Selain itu, kebebasan pergaulan antar lawan jenis yang berbeda dapat
disaksikan dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kota-kota
besar sehingga remaja lebih cenderung terkena imbas perilaku seksual pranikah
dari pergaulan bebas, baik teman sebaya maupun lingkungan masyarakat.
Pengaruh lingkungan yang tidak baik seperti pergaulan dengan teman
sebaya yang tidak terkontrol, kurangnya pemahaman tentang agama dan moral,
kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya pendidikan seks kepada
anak, kemajuan teknologi dan kebebasan media menjadi faktor yang berpengaruh
timbulnya perilaku seksual yang tidak benar pada anak dan remaja. Remaja yang
hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin dan kasus pemerkosaan adalah
contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai
akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas dan pornografi.
Di Semarang, penelitian terhadap 1086 responden pelajar SMP dan SMU
ditemukan data 4,1% remaja putra dan 5,1% remaja putri pernah melakukan
hubungan seks. Pada tahun yang sama Tjitarra mensurvei 205 remaja yang hamil
tanpa dikehendaki. Survei yang dilakukan Tjitarra juga memaparkan bahwa
mayoritas dari mereka berpendidikan SMA ke atas, 23% di antaranya berusia 1520 tahun, dan 77% berusia 20 - 25 tahun (Satoto, dalam Yeni 1998).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PILAR PKBI Jawa
Tengah pada tahun 2004 dengan responden 500 orang yang terdiri atas 250 remaja
4 putri dan 250 remaja putra dari berbagai SMA di Semarang menunjukkan bahwa
90 orang (62,1%) remaja putra dan 95 orang (73%) remaja putri melakukan
ciuman dengan alasan cinta, 48 orang (33,1%) remaja putra dan 24 orang (18,5%)
remaja putri melakukan ciuman karena coba-coba, sedangkan yang melakukan
ciuman karena terpaksa sebanyak 7 orang (4,8%) remaja putra dan 11 orang
(8,5%) remaja putri.
Selain itu laporan hasil studi yang dilakukan oleh pusat informasi dan
layanan remaja (PILAR) Perkumpulan Keluarga Berencanan Indonesia (PKBI)
Jawa Tengah pada bulan Juni sampai Juli tentang perilaku seksual siswa diketahui
bahwa mereka melakukan aktivitas berpacaran dengan mengobrol 100%,
berpegangan tangan 80%, mencium pipi atau kening (69%), mencium bibir
(51%), mencium leher (28%), meraba dada/ alat kelamin (petting) sebanyak
(22%), dan melakukan hubungan seksual (intercouse) sebanyak (6,2%).
Kemudian hasil studi yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Jawa Tengah terhadap siswa menengah
pertama/ Sekolah menengah atas (SMP/ SMA) tentang pengetahuan, sikap dan
praktek terhadap kesehatan reproduksi di dapatkan bahwa sebanyak 42,5% remaja
perempuan pernah menonton gambar/ film porno. Media yang sering dipakai
adalah internet (55%), handphone (53%), VCD (46%), dan majalah/ Koran (46%).
Dan setelah menonton gambar/ film porno sebanyak 77% siswa laki-laki
mengalami dorongan seksual dan 39% siswa perempuan mengalami hal yang
sama.
5 Survei lain juga mencatat bahwa 40% remaja mengaku pernah
berhubungan seks sebelum nikah, menurut remaja laki-laki yang pernah
berhubungan seks, salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukannya
adalah karena pengaruh menonton film porno(baik dalam bentuk film maupun
video porno).(BKKBN 2006)
Survei Komnas Perlindungan Anak tahun 2010 mengungkapkan bahwa
97% remaja pernah menonton atau mengakses materi pornografi, 93% remaja
pernah berciuman, 62,7% remaja pernah berhubungan badan dan 21% remaja
Indonesia telah melakukan aborsi. Data yang ironis. Pornografi memang sudah
menyebar luas di Indonesia, tidak hanya remaja, anak-anak pun sudah banyak
yang mengaksesnya.
Kota semarang merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia.
Kota ini menjadi kota yang sedang berkembang serta merupakan kota tujuan
belajar bagi pelajar dari daerah atau kota-kota kecil di sekitarnya untuk
melanjutkan jenjang pendidikan baik SMA maupun Universitas. Menjamurnya
warung internet, diskotik dan pusat hiburan malam serta penggunaan telepon
seluler yang kian merebak dimanfaatkan sebagai ajang pertemuan kaum mudamudi dengan segala keunikannya. Kehidupan yang penuh dengan gejolak ini
membuat kota semarang memilki kecenderungan seperti fenomena yang terjadi di
atas.
Selaras dengan keadaan tersebut telah terjadi di beberapa sekolah
menengah baik negeri maupun swasta di Kota Semarang. Pacaran di kalangan
siswa SMA bukanlah menjadi hal yang baru, meskipun tidak semua hubungan
6 pacaran membawa pengaruh buruk bagi remaja. Diperoleh informasi dari
beberapa siswa yang menyebutkan bahwa tiap tahun selalu ada teman atau siswa
dari sekolah tersebut yang dikeluarkan akibat KTD (Kehamilan Tidak
Diinginkan). Menurut siswa tersebut ketika peneliti melakukan wawancara
sebanyak 20 siswa tiap angkatan mengakui kalau pernah berpelukan dan
berciuman dengan sang pacar sedangkan yang melakukan hingga ke arah
hubungan seksual selayaknya suami istri berjumlah 5 orang. Selain itu ada
sekolah negeri yang siswanya terlibat dalam pembuatan video porno. Kondisi
perkembangan remaja yang berada pada masa transisi membuat mereka rentan
menghadapi stimulasi atau rangsangan dari faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku seksual remaja. Faktor-faktor tersebut diantaranya keluarga, teman
sebaya, motivasi, rasa ingin tahu, mulai berkembangnya organ seksual, media
televisi dan religiusitas.
Perilaku seksual bebas di kalangan remaja ini bagai fenomena gunung es
yang hanya tampak luarnya saja, akan tetapi persoalannya jauh lebih besar dari
perkiraan. Maka dari itu hal tersebut membutuhkan suatu pemantauan khusus agar
terkontrol dan tidak semakin membahayakan di kalangan remaja. Hal ini perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
yang nyata dan data empirik yang paling mutakhir agar pemahaman remaja
khususnya siswa SMA baik negeri maupun swasta tentang perilaku seksual lebih
mendalam.
7 Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”Perilaku Seksual Remaja dan Faktor
Determinannya Di SMA Se-Kota Semarang”
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut maka rumusan permasalahan secara
umum yang muncul yaitu: Bagaimanakah bentuk perilaku seksual remaja dan
faktor determinannya di SMA se-Kota Semarang?
Kemudian rumusan permasalahan tersebut dapat dijabarkan secara khusus
adalah sebagai berikut:
(1)
Apa saja bentuk perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang?
(2)
Apa saja faktor determinan penyebab remaja cenderung melakukan perilaku
seksual remaja di SMA se-Kota Semarang?
1.3
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai
secara umum yaitu: Mengetahui bentuk perilaku seksual remaja dan faktor
determinannya di SMA se-Kota Semarang. Kemudian tujuan tersebut dijabarkan
secara khusus adalah sebagai berikut:
(1)
Mengetahui bentuk perilaku seksual yang terjadi pada remaja di SMA seKota Semarang.
(2)
Mengetahui
faktor-faktor
determinan
penyebab
remaja
cenderung
melakukan perilaku seksual di SMA Negeri maupun Swasta se-Kota
Semarang.
8 1.4
Manfaat
1.4.1
Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
sumbangan
pengembangan ilmu Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan perilaku
seksual remaja SMA dan faktor-faktor determinannya sebagai salah satu masalah
yang dihadapi remaja.
1.4.2
Manfaat Praktis.
(1)
Bagi orangtua agar mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku
seks kepada anak-anaknya agar mereka dapat mengontrol perilaku
seksualnya
(2)
Bagi guru agar lebih mengetahui gambaran dan dapat memberikan
masukan serta
menerapkan metode-metode untuk mengatasi perilaku
seksual yang ada di lingkungan sekolah
(3)
Bagi masyarakat agar dapat melakukan tindakan preventif untuk mencegah
semakin luasnya perilaku seksual pada remaja.
1.5
Sistematika Penelitian
Secara sistematik penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu :
bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir.
1.5.1
Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan ini meliputi halaman judul, abstrak, halaman
pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.
9 1.5.2
Bagian Isi
Bab 1
:
Pendahuluan
yang
menguraikan
tentang
latarbelakang
pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penelitian.
Bab 2
: Tinjauan pustaka yang membahas tentang teori-teori yang
melandasi penelitian, yang meliputi pengertian dan ciri-ciri
remaja, perkembangan remaja, tugas-tugas perkembangan
masa remaja, fase-fase perkembangan remaja, perkembangan
seksualitas remaja, bentuk-bentuk perilaku seksual, aspekaspek seksualitas remaja, dorongan dalam perilaku seksual,
resiko hubungan seksual, dan faktor determinan perilaku
seksual.
Bab 3
: Metode penelitian yang menguraikan tentang populasi dan
sampel,
variabel
penelitian,
desain
penelitian,
metode
pengumpulan data, metode penyusunan instrumen, dan metode
analisis data.
Bab 4
: Hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini disajikan hasil
penelitian yang berisi data masukan selama penelitian.
Bab 5
1.5.3
: Kesimpulan dari pembahasan dan saran dari peneliti.
Bagian Akhir
Pada bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan pada latar belakang penelitian, maka dalam bab 2 ini akan
dijelaskan mengenai teori tentang perilaku seksual remaja dan faktor-faktor
determinan dari perilaku seksual remaja tersebut.
2.1
Penelitian Terdahulu
2.1.1
Penelitian Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Seksual Remaja
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Antono Suryoputro dkk yang
termuat dalam jurnal MAKARA Vol 10, No. 1 Juni 2006: 29-40 dengan judul
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah:
Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan
Reproduksi” salah satu poin penelitiannya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual pra-nikah pada remaja dan hasil secara
keseluruhan termasuk kategori tinggi. Hasilnya yaitu masing-masing variabel
pengetahuan, pemahaman tingkat agama, sumber informasi, dan peran keluarga
mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja yaitu sebesar (91%). Sedangkan
sebesar (9%) dipengaruhi oleh faktor yang lain. Jika tidak ada dukungan
pengetahuan, pemahaman tingkat agama sumber informasi, dan peran keluarga
maka perilaku seks pranikah akan meningkat sebesar 10 kali lipat untuk
10
11 melakukan seks pranikah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seksual
pranikah remaja adalah teman sebaya, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap
terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang
dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri,
aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, status perkawinan, sosial-budaya, nilai dan
norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu.
2.1.2
Penelitian Tentang Mengkonsep Ulang Perilaku Seksual Remaja
Penelitian lain dilakukan oleh Daniel J. Whitaker dkk yang termuat dalam
jurnal Family Planning Perspectives Vol 32, No. 32 Mei-Juni 2000: 111-117
dengan judul “Reconceptualizing Adolescent Sexual Behavior: Beyond Did They
or Didn’t They?”. Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa faktor orangtua, teman
sebaya, pendidikan di sekolah dan agama mempengaruhi perilaku seksual remaja.
Data hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SMA di Alabama New York dan
Puerto Rico tersebut menunjukkan bahwa 37% remaja belum melakukan
intercouse, 22% belum melakukan hubungan namun memliki harapan pada tahun
yang akan datang mereka akan melakukannya dan 27% remaja pernah melakukan
hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan. Upaya pencegahan perilaku
seksual pada remaja harus disesuaikan dengan kebutuhan khusus remaja dengan
perbedaan pengalaman seksual. Perbedaan seksual yang dimaksud ditinjau dari
pengalaman seksual seksual remaja,apakah mereka melakukan hubungan dengan
satu pasangan atau lebih atau mereka memang belum pernah melakukan
hubungan seksual. Sehingga upaya pencegahan tersebut menjadi tepat sasaran.
12 2.1.3
Penelitian Mengenai Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual
Pranikah
Penelitian dengan judul: “Hubungan Antara Tingkat Penalaran Moral
Dengan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa Kelas XI
SMA PGRI 1 Pemalang Tahun 2008/2009” ini dilaksanakan oleh Dewi Ekasari,
mahasiswi Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2009. Inti dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Sampel yang diambil sebanyak 164 siswa dari jumlah total 329 siswa dan
tersebar di 8 kelas IPA dan IPS. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
skala penalaran moral dan skala sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata sikap remaja terhadap perilaku
seksual pranikah adalah 57,93% dengan jumlah 95 responden. Hal tersebut berarti
bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat penalaran moral dengan perilaku
seksual pranikah remaja. Maka dari itu pihak sekolah khususnya pembimbing
diharapkan tetap memberikan pengetahuan mengenai penanaman moral siswa
sehingga siswa dapat bersikap selektif terhadap stimulus seksual yang muncul.
Dari berbagai penjelasan tersebut merupakan bukti bahwa siswa SMA baik
Negeri dan swasta melakukan berbagai macam perilaku seksual dan untuk itu
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi remaja melakukan perilaku seksual.
13 2.2
Perilaku Seksual Remaja
Perilaku seksual remaja merupakan bagian dari perilaku sosial yang
bersifat wajar, disebut perilaku sosial karena perilaku seksual remaja melibatkan
orang lain terutama lawan jenis. Perilaku seksual remaja adalah segala tingkah
laku yang diakibatkan adanya dorongan hasrat seksual seksual baik dengan lawan
jenis maupun sesama jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan
dari anak-anak menuju ke dewasa.
2.2.1 Remaja
2.2.1.1 Pengertian Remaja
Secara etimologi, kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence
yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990).
Menurut Hurlock (1999:206) “remaja diartikan tumbuh menjadi dewasa yang
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.” Sedangkan Papalia
dan Olds (2001) mendefinisikan “masa remaja sebagai masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan atau awal
dua puluhan tahun.” Sedangkan menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan
dunia) “batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.” Selain itu Salman (dalam
Yusuf,
2009:
184)
mengemukakan
bahwa
“remaja
merupakan
masa
perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah
kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian
terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.”
14 Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang
batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang
dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan, ternyata tidak lagi cocok sebagai
patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja, sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada usia belasan (15-18 tahun) kini terjadi pada awal belasan
bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah
mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja
dan siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga
bukan anak-anak lagi.
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur,
remaja hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam
perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang
diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk
bersikap mandiri dan dewasa.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa arti dari remaja
adalah individu yang berada pada masa transisi atau peralihan dari masa anakanak menuju masa dewasa yang mengalami perubahan cepat dan ditandai dengan
adanya perubahan aspek baik fisik, psikis maupun psikososial. Rentangan usia
remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun
sampai 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal, remaja madya dan remaja
akhir, maka remaja sekolah menengah atas berada dalam usia 15/16 tahun sampai
18/19 tahun.
15 2.2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja
Usia sekolah menengah atas bertepatan dengan masa remaja yang
mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri khas dan peranan yang menentukan dalam
kehidupannya dalam masyarakat orang dewasa.
Masa remaja seperti halnya semua rentang dalam kehidupan juga memilki
ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan rentang kehidupan lainnya, baik
dalam periode sebelum maupun sesudahnya, seperti yang disebutkan Soeparwoto
(dalam Ekasari, 2009:19) yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Masa remaja sebagai periode penting
Masa remaja sebagai periode peralihan
Masa remaja sebagai perubahan
Masa remaja sebagai periode bermasalah
Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Masa remaja yang menimbulkan ketakutan
Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Yusuf (2009:26) menyatakan bahwa “pada masa ini mulai tumbuh dalam
diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat
memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dukanya,
mencari sesuatu yang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja-puja.”
Sedangkan menurut Ali dan Asrori (2006:16) ciri-ciri atau karakteristik remaja
meliputi :
1) Kegelisahan, remaja umumnya memiliki angan-angan yang ingin
diwujudkannya dalam masa depan. Seringkali angan-angan atau keinginan
ini diluar kemampuan dirinya sehingga mengakibatkan kegelisahana
dalam diri mereka,
2) Pertentangan, dalam hal ini kondisi psikologis remaja berada diantara
keinginan untuk melepaskan diri dari orangtua namun mereka belum siap
dan mampu untuk mandiri. Mereka belum berani mengambil resiko untuk
meninggalkan lingkungan keluarga yang sudah terbukti aman bagi mereka.
sehingga hal itu menimbulkan banyak pertentangan pendapat antar mereka
16 dan orangtua. Dan seringnya pertentangan itu terjadi mengakibatkan
kebingungan dalam diri remaja maupun orang lain,
3) Mengkhayal, keinginan-keinginan remaja tidak semuanya dapat
tersalurkan sepenuhnya. Hambatan-hambatan baik dari segi biaya atau
yang lain mengakibatkan remaja sering megkhayal, mencari kepuasan,
bahkan menyalurkan khayalannya melalui fantasi. Khayalan remaja putra
seringkali berkisar antara persoalan prestasi dan jenjang karier sedangkan
remaja putri lebih banyak berkhayal tentang situasi yang romantis dalam
kehidupan,
4) aktivitas berkelompok, banyak dari remaja yang dapat menemukan jalan
keluar dari masalahnya ketika mereka berkumpul dengan teman sebaya
untuk melakukan kegiatan bersama. Dalam kelompok semua kesulitan
dapat diatasi secara bersama-sama,
5) Keinginan mencoba segala sesuatu, maksudnya adalah pada masa ini
remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity).
Keingintahuan yang teramat tinggi ini mengakibatkan remaja ingin
bertualang menjelajah sesuatu dan mencobanya, seperti keinginannya
melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang dewasa.
Ciri-ciri yang dijelaskan tersebut juga dipertegas oleh Willis (2010: 24)
yang menyebutkan bahwa “ciri-ciri masa remaja yaitu timbulnya ide-ide baru
tentang hidup berdiri sendiri, ingin melepaskan diri dari orangtua, kebebasan
dalam memilih jalan hidup sendiri, mempunyai perasaan gelisah, dan mulai
bekerjanya kelenjar seks dengan aktif.”
2.2.1.3 Tugas – Tugas Perkembangan Selama Masa Remaja
Setiap individu dan berkembang selama rentang kehidupannya melalui
beberapa tahap perkembangan yang memilki serangkaian tugas perkembangan
yang harus diselesaikan secara optimal oleh masing-masing individu. Menurut
Monks (1999:258) menyebutkan bahwa “perkembangan kepribadian seseorang,
remaja mempunyai arti yang khusus, namun masa remaja mempunyai tempat
yang tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan seseorang. Lebih lanjut
lagi Monks menjelaskan bahwa remaja berada dalam status interm yang mana
17 status tersebut berhubungan dengan masa peralihan yang timbul sebagai akibat
berkembangnya atau pemasakan seksual (pubertas). Masa peralihan ini sangat
diperlukan remaja untuk mempelajari apakah mereka mampu memikul
tanggungjawabnya nanti dalam masa dewasa. Lebih lanjut lagi Havighurst
mengemukakan tugas-tugas perkembangan bagi remaja usia 12-18 tahun yaitu: 1)
Perkembangan aspek-aspek biologis, 2) Menerima peranan dewasa berdasarkan
pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri, 3) Mendapatkan kebebasan emosional
dari orang tua dan/ atau orang dewasa yang lain, 4) merealisasi suatu identitas
sendiri dan dapat mengadakan partsipasi dalam kebudayaan pemuda sendiri.
Selanjutnya ditekankan oleh Hurlock (1999:10) bahwa tugas-tugas
perkembangan masa remaja yaitu:
1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara
efektif,
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab,
5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya,
6) Mempersiapkan karier ekonomi
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
Dari berbagai tugas perkembangan remaja yang telah djelaskan maka
tugas perkembangan yang disesuaikan dengan perkembangan remaja usia sekolah
menengah antara lain: 1) Perkembangan aspek biologis, 2) Mendapatkan
kebebasan/ kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya, 3)
Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, 4)
18 Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita.
2.2.1.4 Fase – Fase Perkembangan Remaja
Fase perkembangan merupakan penahapan rentang dalam perjalanan
kehidupan individu yang diwarnai dengan ciri maupun pola tingkah laku khusus.
Hurlock (1999) menjelaskan “tahap-tahap perkembangan individu pada remaja
meliputi: 1) Pre Adolesence, pada umumnya wanita usia 11-13 tahun sedangkan
pria lebih lambat daripada itu, 2) Early Adolesence pada usia 16-17 tahun, 3) Late
Adolesence, masa perkembangan yang terkahir sampai masa usia kuliah
perguruan tinggi.”
Selain itu Yusuf (2009: 26) mengemukakan bahwa “masa remaja diperinci
menjadi beberapa masa yaitu: 1) Masa praremaja (remaja awal), 2) Masa remaja
(remaja madya), 3) Masa remaja akhir.” Tahapan dalam masa remaja tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1) Masa Remaja Awal
Masa remaja awal atau praremaja biasanya berlangsung tidak terlalu lama dan
sering disebut masa yang negatif, karena remaja pada masa ini cenderung tidak
tenang, malas bekerja dan pesimis.
2) Masa Remaja Madya
Pada masa ini mulai tumbuh dorongan untuk hidup dalam diri remaja, mulai
membutuhkan teman yang mampu memahami dan menolongnya, teman yang
dapat bersimpati dalam suka maupun dukanya. Masa ini dipandang sebagai masa
19 pencarian sesuatu yang dapat dinilai, dijunjung dan dipuja-puja sehingga masa ini
sering disebut sebagai masa merindu puja.
3) Masa Remaja Akhir
Pada masa ini merupakan akhir dari masa remaja. Hal ini dikarenakan remaja
telah mampu mennetukan pendirian hidupnya. Tugas-tugas perkembangan telah
terpenuhi secara optimal.
2.2.1.5 Perubahan Selama Masa Remaja
Masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan
kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1)
Perubahan Fisik Selama Masa Remaja
Pada saat masa puber berakhir pertumbuhan fisik masih jauh dari
sempurna dan begitu juga belum sepenuhnya ketika akhir masa awal remaja.
Dalam Desmita (2009: 190-193) menjelaskan bahwa “perkembangan fisik remaja
meliputi: 1) Perubahan dalam tinggi dan berat, 2) Perubahan dalam proporsi
tubuh, 3) perubahan pubertas, 4) Perubahan ciri-ciri seks Primer (Alat
Reproduksi), 5) Perubahan ciri-ciri seks sekunder.”
(2)
Perkembangan Kognitif Selama Masa Remaja
Ditinjau dari perkembangan fisik menurut Piaget (dalam Yusuf,2009: 195)
“masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi = kegiatan-kegiatan
mental berbagai gagasan).” Pada dasarnya remaja secara mental telah dapat
20 berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dapat dikatakan bahwa
berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan
ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir konkret. Selain itu
ditegaskan pula bahwa remaja mampu memecahkan masalah secara benar, tetapi
tidak seterampil orang dewasa yang itu menunjukkan bahwa wawasan atau
perspektif yang luas terhadap suatu masalah (Sigelman & Shaffer, 1995).
(3)
Keadaan Emosi Selama Masa Remaja
Masa remaja dianggap sebagai masa “tekanan”, suatu masa dimana
ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Hal
ini ditegaskan oleh Geldard (2010: 9) yang menyebutkan bahwa:
Selama masa remaja, peningkatan hormon seksual bisa
mempengaruhi kondisi emosional anak muda. Salah satu asumsi
menjelaskan bahwa hormon merupakan satu-satunya faktor yang
menyebabkan perubahan suasana hati dan hal ini membuat perubahan
besar pada remaja seperti perubahan dalam hubungan sosial,
perubahan dalam diri kepercayaan dan perilaku, dan perubahan
pandangan diri.
Selain itu Yusuf (2009:196) mengemukakan “bahwa pertumbuhan
fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi
atau
perasaan-perasaan
dan
dorongan-dorongan
baru
yang
dialami
sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan berkenalan lebih
intim dengan lawan jenis.”
Maka dari itu dapat ditarik kesimpulan bahwa keadaan emosi selama
remaja sangat erat kaitannya dengan perubahan-perubahan baik dalam fisik
maupun hormonal.
21 (4)
Perubahan Sosial
Untuk mencapai tujuan dari sosialisai dewasa, remaja harus membuat
banyak penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya,
perubahan dalam perilaku sosial dan pengelompokan sosial yang baru. Maka dari
itu remaja akan lebih banyak menggunakan waktunya berada diluar rumah dan
berkumpul bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok sehingga dapat
dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya lebih besar daripada pengaruh dari
keluarga.
Dalam Yusuf (2009:199) menjelaskan mengenai karakteristik penyesuaian
sosial remaja di tiga lingkungan yaitu :
1) Lingkungan Keluarga, misalnya menjalin hubungan baik dengan para
anggota keluarga, menerima otoritas orangtua, menerima tanggungjawab
dan batasan keluarga, berusaha membantu anggota keluarga.
2) Lingkungan Sekolah, misalnya mau menerima peraturan sekolah,
berpartsipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah, menjalin persahabatan
dengan teman, bersikap hormat terhadapa guru maupun staf lainnya.
3) Lingkungan Masyarakat, misalnya mengakui hak-hak orang lain,
memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain, bersikap simpati
terhadap orang lain, bersikap respek terhadap tradisi maupun kebijakankebijakan di masyarakat.
2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja
2.2.2.1 Pengertian Perkembangan Seksualitas Remaja
Perkembangan seksulaitas remaja yaitu proses matangnya fungsi-fungsi
seksual pada remaja. Perkembangan seksual pada masa remaja identik dengan
perubahan pubertas. Dalam Desmita (2009: 192) menyebutkan “bahwa pubertas
(puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi
dengan pesat terutama pada awal masa remaja.” Lebih jelas lagi Desmita
menerangkan bahwa kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari
22 perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai dengan
perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary seks characteristics) dan ciri-ciri
seks sekunder (secondary sex characteristics). Perubahan fisik yang terjadi dan
matangnya fungsi-fungsi seksual pada masa pubertas merupakan hal utama
munculnya dorongan seks. Sebagian remaja telah mengembangkan perilaku
seksualnya dalam bentuk pacaran atau percintaan. Namun pemuasan dorongan
seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus kurangnya
pengetahuan yang benar tentang seksualitas.. Terlepas dari keterlibatan mereka
dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik pada atau tahu mengenai
gejala-gejala Penyakit Menular Seksual (PMS). Akibatnya KTD (Kehamilan tidak
diinginkan) dan timbulnya penyakit kelamin kian meningkat. Banyak pula remaja
yang memperbincangkan mengenai hubungan seks yang bagi mereka bukan lagi
hal yang tabu dan sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan hubungan seks diluar
nikah dianggap benar apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai dan
saling terkait. Dan parahnya bahwa senggama yang disertai kasih sayang lebih
diterima daripada bercumbu sekedar melepas nafsu.
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja karena adanya kematangan
hormon seksual dalam diri remaja. Konsekuensinya terjadi pertemuan
spermatozoon dengan ovum pada remaja, maka akan menyebabkan terjadinya
konsepsi yakni segala tanda awal kehamilan. Kekurangpahaman masalah seksual
akan memunculkan perilaku seksual remaja yang tidak sehat dan tidak
bertanggungjawab serta melanggar norma-norma yang ada, misalnya melakukan
eksperimen ke tempat-tempat pekerja seks komersil dan melakukan hubungan
23 seks sebelum menikah dengan pasangannya tanpa pertimbangan kemungkinan
masa depan yang kurang cerah baginya.
2.2.2.2 Perkembangan Seksualitas Remaja Laki – Laki
Pada dasarnya perkembangan seksual remaja laki-laki terjadi lebih lambat
dibandingkan dengan remaja wanita, baik perkembangan fisik maupun
perkembangan kematangan seksual. Perkembangan yang terjadi pada remaja lakilaki 2 tahun lebih lambat daripada remaja wanita. Menurut Dariyo (2004:20)
“bahwa kematangan seksual remaja ditandai dengan keluarnya air mani pertama
pada malam hari (wet dream, noctural emmision) pada laki-laki.” Istilah lain
untuk menyatakan keluarnya air mani pada ejakulasi pertama, disebut
spermarche.
Selain itu pada laki ciri-ciri seks primer yang penting pada remaja laki-laki
yaitu pertumbuhan cepat pada batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan
(scrotum). Pada skrotum, tedapat dua buah testis (buah pelir) yang bergantung di
bawah penis. Testis mencapai kematangan penuh pada usia 20 atau 21 tahun.
Perubahan-perubahan yang tejadi sangat dipengaruhi oleh hormon, yaitu hormon
yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland). Hormon inilah yang
menjadi perangsang bagi testis untuk menghasilkan hormon testosteron dan
androgen serta spermatozoa.
Selain perubahan secara primer, remaja laki-laki juga mengalami
perubahan ciri-ciri seks sekunder. Menurut Desmita (2009: 193) menyebutkan
bahwa :
24 ciri-ciri seks sekunder yang terlihat pada laki-laki yaitu 1)
Tumbuh kumis dan janggut serta jakun, 2) Bahu dan dada
melebar, 3) Suara bertambah berat, 4) Tumbuh bulu di ketiak,
dada, kaki, lengan dan sekitar kemaluan, dan 5) Otot menjadi
kuat. Kemudian terjadi juga perubahan dalam bentuk perilaku,
contohnya perubahan mimik jika bicara, cara berpakaian, cara
mengatur rambut, bahasa yang diucapkan dan tingkah laku
lainnya.
2.2.2.3 Perkembangan Seksualitas Remaja Perempuan
Remaja perempuan cenderung lebih cepat perkembangannya baik fisik
maupun kematangan seksualnya daripada remaja laki-laki. Itu yang menyebabkan
remaja perempuan lebih cepat dewasa. Perubahan-perubahan seks primer pada
anak perempuan ditandai dengan munculnya priode menstruasi yang biasa disebut
menarche yaitu menstruasi yang pertama kali dialami oleh seorang gadis. Hal
inilah yang menunjukkan bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah
matang sehingga memungkinkan mereka untuk hamil dan melahirkan. Menstruasi
terjadi akibat dari pengaruh perkembangan indung telur (ovarium) yang
mempunyai fungsi memproduksi hormon-hormon estrogen dan progesteron.
Desmita (2009: 193) menjelaskan “hormon progesteron bertugas mematangkan
dan mempersiapkan sel telur (ovum) sehingga siap untuk dibuahi, sedangkan
hormon estrogen merupakan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat
kewanitaan pada tubuh remaja wanita, seperti pembesaran payudara dan pinggul,
suara halus.” Selain itu hormon ini juga mengatur siklus haid. (Sarwono: 1993)
Perubahan seks sekunder pada remaja wanita ditandai dengan : 1) Pinggul
semakin membesar dan melebar, 2) Kelenjar-kelenjar pada dada menjadi berisi
(lemak), 3) Suara menjadi bulat, merdu dan tinggi, 4) Muka menjadi bulat dan
25 berisi. Adapula perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita yaitu perubahan
dalam tingkah laku, seperti: perubahan cara bicara, cara tertawa, cara berpakaian,
cara jalan dll.
2.2.2.4 Aspek – Aspek Perilaku Seksual Remaja
Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang
berkembang ditandai adanya keinginan untuk menjalin hubungan dengan lawan
jenis yang lebih dekat, hal itu memungkinkan terjadinya perilaku seksual. Berikut
ini akan diuraikan beberapa definisi tentang perilaku seksual yaitu sebagai
berikut:
Menurut Jatman dalam Ekasari (2009:21) mengatakan “bahwa perilaku
seksual remaja adalah suatu perkembangan pada remaja yang dipengaruhi oleh
kemasakan hormonal dan ditandai dalam kegiatannya berkelompok dengan teman
sebaya yang berlainan jenis.”
Menurut Sarwono (2002:140) “Perilaku seksual menunjukkan pada
perilaku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis ataupun
sesama jenis.” Hal tersebut sebagai akibat langsung dari pertumbuhan hormon
kelenjar seks yang menimbulkan dorongan seksual pada seseorang yang mencapai
kematangan pada masa remaja, dengan ditandai adanya perubahan fisik. Sarwono
(2002: 164) menggambarkan bahwa “perilaku seksual pada tahap-tahapnya adalah
pelukan, pegangan tangan tangan, berciuman, meraba payudara, meraba alat
kelamin dan berhubungan seks”.
26 Daya tarik fisik, misalnya cara berpakaian atau berdandan merupakan awal
ketertarikan antara lawan jenis yang kemudian berlanjut dengan berpacaran
dimana ekspresi perasaan pada masa pacaran diwujudkan dengan berpegangan
tangan, berpelukan, berciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya
adalah untuk menikmati dan memuaskan dorongan seks. Aktivitas lain untuk
memenuhi kepuasan jasmani adalah melihat majalah atau film porno dan
berfantasi seksual.
Menurut Marti Blanch dan Merry dalam Pilar PKBI (1999), seksualitas
menyangkut dimensi yang sangat luas. Diantaranya adalah :
1) Dimensi Biologis: berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas
berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi dan atau alat
kelamin manusia dan dampaknya bagi kehidupan fisik atau biologis
manusia. Termasuk di dalamnya bagaimana menjaga kesehatannya
dari gangguan seperti penyakit menular seksual, dan bagaimana
menfungsikannya secara optimal sebagai alat reproduksi sekaligus alat
rekreasi serta dinamika munculnya dorongan seksual secara biologis.
2) Dimensi psikologis: berdasarkan dimensi ini seksulaitas berhubungan
erat dengan bagaiman manusia menjalani fungsi seksualnya sesuai
dengan identitas jenis kelaminnya dan bagaimana dinamika aspek
psikologis seperti kognisi, emosi, motivasi dan perilaku terhadap
seksualitas itu sendiri, serta bagaimana dampak psikologis dari
keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia, misalnya
bagaimana seseorang berperilaku sebagai seorang laki-laki atau
perempuan serta bagaimana seseorang mendapatkan keputusan
psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan identitas peran
jenis kelamin.
3) Dimensi Sosial: dimensi sosial melhat bagaimana seksualitas muncul
dalam relasi antar manusia, bagaimana manusia beradaptasi atau
menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari lingkungan sosial, serta
bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan
manusia.
4) Dimensi Kultural Moral: dimensi ini menunjukkan bagaimana nilainilai budaya dan moral mempunyai penilaian terhadap seksualitas.
Misalnya di negara timur orang belum ekspresif dalam
mengungkapkan seksualitas, berbeda dengan negara-negara barat.
27 2.2.2.5 Bentuk – Bentuk Perilaku Seksual
Sebagian besar remaja menganggap bahwa jika mereka tidak melakukan
perilaku seksual maka aktivitas mereka akan terganggu, akhirnya mereka
mengambil jalan pintas yaitu melakukan masturbasi/ onani. Menurut Dianawati
(dalam Supriyati, 2009: 26) menyebutkan bahwa “bentuk perilaku seksual
dibedakan atas dua kategori yaitu perilaku seksual yang dilakukan sendiri dan
perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain.”
Seperti yang diuraikan tersebut mengenai bentuk-bentuk perilaku seksual
maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri
Perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri meliputi: (1) Masturbasi
yaitu melakukan rangsangan seksual dengan berbagai cara (memasukkan alat
kelamin) untuk tujuan mengorganism, (2) Fantasai seksual, biasanya dilakukan
remaja untuk melakukan rangsangan pada diri sendiri dengan membayangkan
sesuatu objek yang menggairahkan atau menggiurkan, dan (3) Membaca buku,
gambar-gambar porno atau melihat pornografi di internet dan VCD.
2) Perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain
Perilaku seksual yang dilakukan oleh orang lain meliputi: (1) Berpegangan
tangan, pada awal berpacaran biasanya siswa melakukan hal seperti saling
bersentuhan dan berpegangan tangan untuk saling memberikan rangsangan pada
pasangan, (2) Berpelukan, setelah mereka sudah saling berpegangan tangan
biasanya remaja berani memeluk pasangannya agar merasa nyaman dan saling
28 melindungi dalam berpacaran, (3) Berciuman, setelah mereka sudah berani saling
berpelukan maka mereka akan membuktikan rasa sayangnya dengan mencium
kening, pipi, lalu lanjut saling memainkan bibir pasangannya masing-masing, (4)
Necking yaitu mencium leher dan saling meraba daerah sensitif, mulai tahap ini
ada daya getar api dan gairah seksual yang telah menggoncang mereka, dan
mereka pun lantas berciuman dan saling meraba-raba daerah sensitif masingmasing pasangannya, namun masih mengenakan pakaian, (5) Petting adalah
bermain seksual, layaknya suami istri namun masih mengenakan baju, celana, rok
atau penutup lainnya, mereka saling mencium bibir, saling memegang alat
kelamin, saling menindih, bahkan saling mempermainkan alat kelamin meskipun
tertutup kain. Perbuatan ini mereka lakukan karena mereka tidak ingin mengambil
resiko atau takut hamil, (6) Berhubungan intim (Intercouse), hubungan seksual
yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta atau
daerah seksual yang sudah tidak bisa dibendung lagi.
Sarwono (2002: 137) mengemukakan bahwa “bentuk-bentuk perilaku
seksual bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku
berkencan, bercumbu dan bersenggama.” Terjadinya hubungan seksual dapat
terjadi melalui empat fase. Fase-fase terjadinya perilaku seksual tersebut seperti
yang dikemukan Sarwono (2002:164) adalah
1) Pelukan ringan/ pegangan tangan, pada awal berpacaran biasanya
remaja melakukan hal seperti saling bersentuhan dan berpegangan
tangan untuk saling memberikan rangsangan pada pasangannya,
setelah mereka sudah saling berpegangan tangan biasanya remaja
berani memeluk pasangannya agar merasa nyaman dan saling
melindungi dalam hubungan berpacaran.
2) Ciuman, setelah sudah berani saling berpelukan maka mereka
membuktikan rasa sayangnya dengan mencium kening, pipi lalu
29 berlanjut dengan saling memainkan bibir pasangannya masing-masing
dengan membuktikan rasa sayang mereka terhadap pasangan mereka
masing-masing.
3) Petting (petting ringan, petting sedang dan petting berat), bermain
seks, layaknya suami istri namun masih mengenakan baju, celana, rok
atau penutup lainnya, mereka saling mencium bibir, saling memegang
alat kelamin, saling menindih, bahkan saling memainkan alat kelamin,
meskipun itu semua tertutup kain. Perbuatan ini mereka lakukan
karena mereka tidak mau mengambil resiko (takut hamil)
4) Hubungan seksual (intercouse) pada tahap ini getaran dan gairah seks
sudah sangat memuncak dan tidak dapat terbendung lagi, hubungan
seksual atau yang disebut bersetubuh yang dilakukan antara laki-laki
dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta atau gairah seks yang
tidak dapat terbendung lagi. Laki-laki atau perempuan berusaha
mengobarkan benih-benih kenikmatan dengan daya yang semakin
tinggi, dengan getaran yang semakin lama semakin menguat dan tanpa
helai busana yang menempel dalam tubuh baik laki-laki ataupun
perempuan bebas melakukan hubungan seks layaknya suami dan istri.
Remaja memasuki usia subur dan produktif. Artinya secara fisologis
mereka telah mencapai kematangan organ-organ reproduksi, baik remaja laki-laki
maupun wanita. Kematangan organ-organ reproduksi tersebut mendorong
individu untuk melakukan hubungan sosial baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis. Mereka berupaya mengembangkan diri melalui pergaulan dengan
membentuk teman sebaya (peer group). Dari uraian diatas, dapat dipahami bahwa
bentuk-bentuk perilaku seksual adalah mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah
laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Selain itu mastrurbasi, rangsangan
erotis, terangsang oleh stimulus seksual seperti: ketegangan membaca buku porno
serta melihat film erotis dan hubungan seksual.
Adapun indikator dalam perilaku seksual yang akan diteliti adalah: 1)
perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan (cara berpakain, berdandan), 2)
Masturbasi/ Onani, 3) Fantasi Seksual, 4) Membaca buku atau gambar-gambar
30 porno, 5) berpegangan tangan, 6) berpelukan, 7) berciuman (kissing), 8) petting,
9) necking, dan 10) intercouse.
2.2.2.6 Dorongan Perilaku Seksual Remaja
Setiap manusia khusunya remaja mempunyai dan merasakan adanya
dorongan seksual atau yang lebih dikenal sebagai gairah seksual. Menurut Aini
yang
diakses
dalam
situs
(http://www.stikku.ac.id/wp-
content/uploads/2011/02/PERILAKU-SEKSUAL-REAMAJA.pdf)
menyebutkan
bahwa dorongan seksual adalah suatu aktivitas seksual yang sampai kepada
hubungan seksual.
Dorongan seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: 1) Hormon
seks, khususnya testoteron yang mulai aktif pada masa remaja, 2) rangsangan
seksual yang diterima, 3) keadaan kesehatan tubuh secara umum, 4) Faktor
psikososial, 5) Pengalaman seksual sebelumya, 6) Perilaku ingin mencoba-coba,
remaja cenderung lebih ingin mencoba-coba hal yang baru dan menantang
terutama yang berbau seksual, 6) Anggapan teman yang merendahkan apabila
menolak hubungan seksual.
2.2.2.7 Resiko Hubungan Seksual Remaja
Hubungan seksual pranikah mempunyai resiko yang besar dibandingkan
manfaat yang diperoleh. Menurut Depkes (dalam Astuti, 2009: 35) “Resiko bagi
remaja yaitu : 1) Kehamilan yang tidak diinginkan, 2) Terkena penyakit menular
seksual termasuk HIV/ AIDS, 2) Infeksi saluran reproduksi, 4) Aborsi dengan
segala resiko, 5) Kehilangan keperawanan dan keperjakaan, 6) Perasaan malu,
31 bersalah dan berdosa, ketagihan, gangguan fungsi seksual, dan perasaan tidak
berharga.” Akibat bagi keluarga yaitu : 1) Menimbulkan aib keluarga, 2)
Menambah beban ekonomi keluarga, 3) Pengaruh buruk bagi anak yang
dilahirkan. Sedangkan akibat bagi masyarakat yaitu: 1) Meningkatkan jumlah
remaja putus sekolah sehingga kualitas masyarakat/ Sumber daya manusia
menurun, 2) Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi sehingga derajat
kesehatan reproduksi menurun, 3) Menambah beban ekonomi masyarakt sehingga
kesejahteraan masyarakat menurun.
2.3
Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja
Kebanyakan remaja beranggapan bahwa proses hubungan seksual itu
adalah faktor yang bersifat independen, tidak terkait dengan penyakit seksual atau
kehamilan. Dengan sifat “egosentrisme” yang masih dimiliki membuat remaja
berfikir bahwa terjadinya penyakit seksual atau kehamilan itu tidak terjadi pada
“ku” (remaja), tetapi hal tersebut terjadi pada orang lain. Perilaku seks bebas
memang kasat mata, namun itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan
didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati
secara langsung (tidak kasat mata) maupun faktor eksternal yang dapat diamati
secara langsung sehingga individu tergerak untuk melakukan perilaku seksual.
32 2.3.1
Faktor Internal :
2.3.1.1 Motivasi
Motivasi merupakan penggerak perilaku. Motivasi tertentu akan
mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang
remaja, perilaku seks bebas dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan
didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya,
tanpa disertai komitmen yang jelas (romantic love), atau karena pengaruh
kelompok (konformitas). Remaja ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan
mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini
kelompoknya telah melakukan perilaku seks bebas.
2.3.1.2 Rasa ingin tahu
Seorang remaja melakukan seks bebas karena didorong oleh rasa ingin
tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Ini merupakan
ciri-ciri remaja pada umumnya. Remaja ingin mengetahui banyak hal yang hanya
dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri.
Disinilah suatu masalah seringkali muncul dalam kehidupan remaja karena
mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan
fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya.
2.3.1.3 Berkembangnya organ seksual
Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer)
bukan
saja
berpengaruh
pada
penyempurnaan
tubuh
(khususnya
yang
33 berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh
pada kehidupan psikis, moral, dan sosial (Sarwono, 1991).
Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai
pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis kelamin. Ketertarikkan
antar lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta
memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup.
Pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul
konflik dalam diri remaja (Sarwono, 1991). Masalah yang timbul yaitu akibat
adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila
dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka
dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih
sebagai pembenaran diri.
Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosialnya ialah
remaja dapat memperoleh teman baru dan mengadakan jalinan cinta dengan lawan
jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan
terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak tampak lagi. Mereka benarbenar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.
Selain itu, pertumbuhan kelenjar-kelenjar
seks (gonads) remaja,
sesungguhnya merupakan bagian integral dari pertumbuhan dan perkembangan
jasmani secara menyeluruh. Energi seksual atau libido (nafsu) pun telah
mengalami perintisan yang cukup panjang. Sigmund Freud mengatakan bahwa
dorongan seksual yang diiringi oleh nafsu atau libido telah ada sejak terbentuknya
Id. Namun dorongan seksual ini mengalami kematangan pada usia remaja. Karena
34 itulah, dengan adanya pertumbuhan ini maka dibutuhkan penyaluran dalam
bentuk perilaku seksual tertentu (Cohen, 2002).
2.3.2
Faktor Eksternal
2.3.2.1 Teman sepermainan (peer group)
Pada masa remaja, kedekatannya dengan peergroupnya sangat tinggi
karena selain ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga
merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan
sebagai tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi.
2.3.2.2 Orang tua
Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada
umumnya dapat dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan
pemahaman mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya
cenderung mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang
diberikan orang tuanya.
Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah
yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara
hidup orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam
perkawinan (Sarwono, 1998). Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila
pengetahuan orangtua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan
cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak.
Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat.
35 Tentang hal ini Soekanto (1996) menyimpulkan hasil penelitiannya
sebagai berikut “informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan
perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus
berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutanketakutan yang berhubungan dengan seks.” Dalam hal ini, terciptanya konflik dan
gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja
untuk melakukan perilaku seks bebas.
2.3.2.3 Media dan televisi
Pengaruh media dan televisi pun seringkali diimitasi oleh remaja dalam
perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja Barat,
melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu menyenangkan
dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh remaja tanpa
memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai, serta norma-norma dalam
lingkungan masyakarat yang berbeda. Santrock (2003: 318) menjelaskan bahwa
“Menonton seks di televisi dapat mempengaruhi perilaku remaja,...remaja yang
sering menonton televisi mendapat kesulitan untuk memisahkan dunia televisi
dengan dunia nyata.”
Pengetahuan seksual yang benar dapat memimpin seseorang kearah
perilaku seksual yang rasional dan bertanggung jawab dan dapat membantu
membuat keputusan pribadi yang penting mengenai seksualitas. Sebaliknya
pengetahuan seksual yang salah dapat mengakibatkan persepsi yang salah pula
tentang seksualitas. Selanjutnya akan menimbulkan perilaku seksual yang salah
36 dengan segala akibatnya dan hal itu kemudian diekspresikan dalam bentuk
perilaku seksual yang buruk dengan segala akibat yang tidak diharapkan.
2.3.2.4 Religiusitas
Kata religi berasal dari resiko (Latin) yang berarti mengikat atau ikatan.
Religi (Agama) pada umumnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban
yang harus dilaksanakan, yang semua itu berfungsi untuk mengikat diri seseorang
atau kelompok dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam
sekitarnya ( Haryanto dalam Paat, 2009: 76). Selain itu Religius oleh Wulf (2002)
menjelaskan sebagai “perasaan keagamaan, yang berarti segala perasaan batin
yang ada hubungannya dengan Tuhan”.
Sehingga dapat dismpulkan bahwa religiusitas merupakan hubungan
antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia ataupun alam sekitarnya dimana
hubungan ini mewujudkan sikap batin yang dapat dilihat dalam ibadah yang
dilakukan setiap harinya. Dimensi-dimensi dalam tingkat religiusitas meliputi
dimensi akidah, dimensi ihsan, dimensi ilmu dan dimensi amal. Dimana dimensidimensi tersebut berkaitan erat dengan keyakinan sesorang dalam agama.
Semakin tinggi nilai agama yang dimilki seseorang dalam hal ini adalah
remaja maka perilaku yang dihasilkan akan semakin terarah dan terhindar dari
perilaku menyimpang yang salah satunya adalah perilaku seksual. Contoh
seseorang yang rajin beribadah akan semakin sering mendapat pesan atau ajaran
yang melarang hubungan seks sebelum menikah sehingga remaja tersebut akan
cenderung kurang permisif dalam sikap berperilaku seksual.
37 Adapun indikator-indikator dari faktor-faktor determinan dalam perilaku
seksual yang akan diteliti yaitu: 1) Motivasi untuk melakukan perilaku seksual, 2)
Rasa ingin tahu dalam diri remaja, 3) Mulai berkembangnya organ-organ seksual,
4) Faktor Teman sepermainan (peer group), 5) Faktor Orang Tua, 6) Media dan
Televisi, 7) Tingkat Religiusitas.
2.4 Hubungan antara Perilaku Seksual Remaja Dengan Faktor
Determinannya
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh
berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa yang penting dan khusus karena
merupakan periode pematangan organ reproduksi yang disebut masa pubertas.
Perkembangan seksual remaja ditandai dengan adanya mennarche pada wanita
dan noctual ejaculation pada pria, sehingga sejak itu fungsi reproduksi bekerja
dengan segala konsekuensinya. Idealnya remaja telah memperoleh pengetahuan
yang memadai tentang seks. Ketidaksiapan remaja menghadapi perubahan dalam
dirinya termasuk dorongan seks yang mulai meningkat dan sulit dikendalikan
tidak jarang hal tersebut menyebabkan konflik hebat dalam dirinya. Kemudian hal
itu diperparah dengan mudahnya remaja mengakses informasi tentang seks yang
keliru melalui media cetak dan elektronik. Informasi yang keliru akan
berpengaruh pada perilaku seksual remaja.
Selain itu faktor orang tua yang belum maksimal menanamkan pendidikan
seks sejak dini merupakan sebab yang tidak dapat dielakkan. Kesempatan untuk
berdiskusi tentang masalah reproduksi masih sangat terbatas, karena masih
banyak orang tua yang menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. Padahal
38 orang tua merupakan pihak pertama yang bertanggungjawab atas pendidikan
seksual pada anak. Kemudian ditambah dengan turunnya tingkat religuitas pada
remaja yang dibarengi dengan rendahnya iman remaja juga memberikan
kontribusi penting terhadap perilaku seksual remaja. Agama merupakan pedoman
yang harus dimilki oleh seseorang, karena dengan agama perilaku yang dihasilkan
akan terarah dan terhindar dari perilaku menyimpang seperti perilaku seksual.
Terlebih lagi teman sepermainan (peer group) baik di lingkungan sekolah maupun
rumah juga amat berpengaruh.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik secara fisik maupun psikis dan diekspresikan untuk menarik lawan
jenis maupun sesama jenis hingga sampai pada tingkah laku berkencan. Ketika
berkencan ekpresi perasaan diwujudkan dengan cara berpegangan tangan,
berpelukan, berciuman, sentuhan-sentuhan ke daerah sensitif pasangan yang
bertujuan untuk membangkitkan, menikmati dan memuaskan hasrat atau dorongan
seks. Selain itu aktivitas lain yang dilakukan untuk pemenuhan kepuasan seks
yaitu dengan fantasi seksual dan meilhat majalah porno.
Faktor determinan adalah segala faktor yang mempengaruhi terjadinya
perilaku baik faktor internal (tidak kasat mata) maupun faktor eksternal yang
dapat diamati secara langsung. Faktor determinan yang berpengaruh terhadap
perilaku seksual yaitu motivasi, rasa ingin tahu, mulai berkembangnya organ
seksual, orang tua, teman sepermainan, media dan televisi serta religiuitas.
Remaja disini merupakan individu yang berusia antara 15-19 tahun. Hal
ini berarti mereka dalam usia sekolah menengah atas (SMA). Sekolah menengah
39 atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah formal di Indonesia setelah lulus
dari Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Berdasarkan paparan diatas maka remaja memiliki kecenderungan untuk
melakukan perilaku seksual dan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya perilaku tersebut.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah dan pada dasarnya adalah
rangkaian dalam kegiatan dalam rangka pemecahan suatu permasalahan.
Penelitian selalu berpedoman pada tata cara atau metode yang benar dan relevan.
Metode penelitian sendiri merupakan cara yang harus ditempuh dalam penelitian
ilmiah guna menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan adalah metode yang digunakan harus
sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang akan dicapai, sehingga penelitian
dapat mengarah dan sistematis. Berdasarkan hal tersebut, dalam bab 3 ini akan
dibahas secara sistematis mengenai populasi dan sampel, variabel penelitian,
desain penelitian, metode pengumpulan data, metode penyusunan instrumen, dan
metode analisis data.
3.1
Metode Penentuan Obyek Penelitian
3.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130).
Menurut Sugiyono (2008: 117) menjelaskan bahwa “populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.”
40
41 Dapat disimpulkan bahwa populasi adalah subjek penelitian yang memiliki
karakteristik tertentu dan oleh peneliti dapat ditarik kesimpulannya. Alasan
mengambil populasi dalam penelitian ini adalah mengarah pada remaja yang
mengetahui perilaku seksual dan mempunyai kecenderungan perilaku seksual,
dilihat dari karakteristik populasi yang ada dalam penelitian ini. Jika karakteristik
yang dimiliki semakin banyak maka populasi akan semakin spesifik. Populasi
dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi di SMA se-Kota Semarang.
Tabel 3.1
Data SMA Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang
Wilayah
Nama Sekolah
Status
Jumlah Siswa
1
Pinggir Kota
2
Tengah Kota
SMA N 9
SMA N 12
SMA N 13
SMA N 16
SMA N 15
SMA Nasional
SMA Al Uswah
SMA Islam Pragulapati
SMA Semesta
SMA Masehi 1 PSAK
SMA Krista Mitra
SMA Muhammadiyah 2
SMA Nurul Islam
SMA Tri Tunggal
SMA Muhammadiyah 1
SMA Al Fattah
SMA Sultan Agung 3
SMA N 1
SMA N 3
SMA N 5
SMA N 14
SMA N 6
SMA N 10
SMA YSKI
SMA Sepuluh Nopember
SMA Nasima
SMA Advent
SMA Kebon Dalem
Negeri
Negeri
Negeri
Negeri
Negeri
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swsata
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Negeri
Negeri
Negeri
Negeri
Negeri
Negeri
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
905
865
715
529
841
60
32
48
374
244
374
58
79
314
244
109
224
1234
1338
1128
777
1145
695
404
75
229
20
176
No
42 3
Transisi
SMA Ksatrian 2
SMA Kolose Loyola
SMA Masehi 3 PSAK
SMA Nusaputera
SMA Purusatama
SMA Sedes Sapiente
SMA Theresiana 2
SMA Walisongo
SMA Ksatrian 1
SMA Setia Budhi
SMA Ronggolawe
SMA Kyai Ageng Pandanaran
SMA Sultan Agung 1
SMA N 4
SMA N 7
SMA N 8
SMA N 2
SMA N 11
SMA Don Bosco
SMA Santo Michael
SMA Theresiana 1
SMA Teuku Umar
SMA Pancasila
SMA Hidayatullah
SMA Mangunkarso
SMA Ibu Kartini
SMA Dian Kartika
SMA Citischool
SMA YPE
SMA Tugu Suharto
SMA Widya Wiyata
SMA Terang Bangsa
SMA Karangturi
SMA Institut Indonesia
SMA Mardi Siswa
SMA Masehi 2 PSAK
SMA Sint Louis
SMA Agus Salim
SMA At Thohiriyah
SMA Gita Bahari
SMA Perdana
Total
Sumber : Diknas Kota Semarang, 2012
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Neneri
Negeri
Negeri
Negeri
Negeri
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
Swasta
920
721
119
111
13
818
38
273
1089
289
109
12
882
1127
1053
923
1155
996
617
154
382
251
36
256
13
231
55
42
43
71
41
415
738
790
409
168
550
87
50
333
57
29673
43 3.1.2 Sampel
“Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti” (Arikunto,
2006: 131), sedangkan menurut Sugiyono (2008: 118) sampel adalah “bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Sugiyono (2006;62) menyatakan “terdapat cara menentukan ukuran sampel
yang sangat praktis yaitu dengan tabel dan nomogram”. Tabel yang digunakan
adalah tabel Krejcie dan nomogram Harry King. Dengan adanya tabel dan
nomogram tersebut tidak perlu dilakukan penghitungan yang rumit dalam
menentukan jumlah sampel penelitian.
Harry King menghitung sampel tidak hanya didasarkan pada kesalahan 5%
saja, tetapi bervariasi mulai dari 0,3% sampai dengan sampai 15%. Selain itu,
jumlah populasi yang paling tinggi yakni hanya 2000. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan nomogram Harry King dengan taraf kesalahan 5% untuk
menentukan ukuran sampel. Untuk menentukan ukuran sampel dengan jumlah
populasi 29.673 yang dibulatkan menjadi 30.000 dan taraf kesalahan 5%
diperoleh ukuran sampel sebanyak 344. Sugiyono (2006:56) mengungkapkan
bahwa teknik sampling merupakan “teknik pengambilan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian”. teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu:
3.1.2.1 Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Teknik ini meliputi: simple random sampling, proportionate stratified random
44 sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (cluster)
sampling.
3.1.2.2 Nonprobability Sampling
Non probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan kesempatan
atau peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik ini meliputi: sampling sistematis, sampling kuota,
sampling aksidental, sampling jenuh dan snowball sampling.
Dalam menentukan teknik sampling diperlukan berbagai pertimbangan
menyangkut kondisi populasi yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa di SMA se-Kota Semarang. Kota Semarang mempunyai
wilayah yang cukup luas, terbagi dalam 15 kecamatan yang mempunyai 16 SMA
Negeri dan 63 SMA Swasta.
Berdasarkan kondisi di atas teknik yang akan digunakan untuk
menentukan sampel penelitian oleh peneliti adalah Cluster proportional random
sampling. Sugiyono (2008:83) menjelaskan cluster sampling “digunakan untuk
menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas”.
Teknik ini dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan daerah populasi
yang telah ditetapkan. Proportional sampling digunakan untuk menentukan
sampel dari masing-masing daerah populasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan untuk teknik random sampling. Sugiyono (2008; 83) mengungkapkan
“teknik ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada, teknik
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen”. Untuk lebih
45 jelasnya berikut ini akan disajikan jumlah sampel pada masing-masing daerah
populasi secara proporsional yang dipilih menggunakan sistem random:
Tabel 3.2
Data Sampel Berdasarkan Wilayah di Kota Semarang
No
1
Wilayah
Pinggir Kota
2
Tengah Kota
3
Transisi
3.2
Nama sekolah
SMA N 16
SMA Masehi 1PSAK
SMA Muhammadiyah 1
SMA N 6
SMA Kesatrian 1
SMA Setiabudi
SMA N 7
SMA Teuku Umar
SMA Masehi 2 PSAK
Total
Status
Negeri
Swasta
Swasta
Negeri
Swasta
Swasta
Negeri
Swasta
Swasta
Jumlah Sampel
40 Siswa
40 Siswa
35 Siswa
40 Siswa
40 Siswa
35 Siswa
40 Siswa
40 Siswa
34 Siswa
344 Siswa
Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek penelitian atau yang menjadi titik perhatian
suatu peneliti (Arikunto 1998: 99). Sedangkan (Hadi 2002: 224) menjelaskan
“variabel sebagai gejala yang bervariasi baik dalam jenis maupun klasifikasi
tingkatnya.” Selain itu variabel adalah konsep mengenai atribut atau sifat yang
terdapat subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kualitatif dan kuantitatif
(Azwar 2003: 99). Jadi kesimpulannya variabel merupakan objek yang bervariasi
dan dijadikan sebagai titik perhatian peneliti. Dalam variabel penelitian terdapat
hal-hal yang dibahas yaitu identifikasi variabel, hubungan antar variabel, dan
definisi operasional. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
46 3.2.1 Identifikasi Variabel
Berdasarkan judul penelitian ini, maka terdapat dua variabel dalam
penelitian ini yaitu variabel bebas dan terikat.
3.2.1.1 Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel terikat/dependent (Sugiyono, 2006: 3). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah faktor determinan perilaku seksual yang meliputi.
1) Motivasi (X1).
2) Rasa ingin tahu (X2).
3) Berkembangnya organ seksual (X3).
4) Teman sepermainan (X4).
5) Orangtua (X5).
6) Media dan televisi (X6).
7) Religiuitas (X7).
3.2.1.2 Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atatu yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas/Independent (Sugiyono, 2006: 3), dalam
penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah perilaku seksual.
3.2.2 Hubungan Antar Variabel
Hubungan antar variabel yaitu antar variabel bebas dan terikat terjadi
hubungan sebab akibat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor
determinan perilaku seksual dan variabel yang terikat adalah perilaku seksual.
47 Hubungan antara variabel X dan variabel Y terdapat pada gambar 3.1 sebagai
berikut:
Faktor Determinan:
1) Motivasi (X1).
2) Rasa ingin tahu (X2).
3) Berkembangnya
Perilaku Seksual
(Y)
organ seksual (X3).
4) Teman
sepermainan
(X4).
5) Orangtua (X5).
6) Media dan televisi
(X6).
7) Religiuitas (X7).
Gambar 3.1
Hubungan antara Variabel X dan Y
3.2.3
Definisi Operasional Variabel Bebas dan Terikat
Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Terdapat tahaptahap dalam perilaku seksual, yaitu: 1) Pelukan, 2) Pegangan tangan, 3)
berciuman, 4) Mencium daerah sensitif (Necking), 5) Meraba alat kelamin
(Petting), 5) Hubungan seks (Intercouse). Perilaku seksual tersebut memiliki
beberapa faktor determinan, diantaranya faktor ekstern dan faktor intern.
48 3.3
Desain Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu “ Survey tentang Perilaku Seksual
Remaja dan Faktor Determinannya di SMA Negeri se-Kota Semarang, maka
penelitian ini termasuk penelitian deskriptif survey. Penelitian suvey yaitu
“penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok” (Singarimbun, 2008: 3).
Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas,
karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena
yang satu dengan fenomena lainnya. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai
populasi atau mengenai bidang tertentu (Azwar, 2007: 7).
Hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif untuk memberikan
gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh. Penelitian ini berdasarkan atas
pertimbangan dari tujuan penelitian yang ingin mendapatkan informasi yang
akurat mengenai perilaku seksual remaja beserta faktor-faktor determinan siswa
SMA se-Kota Semarang.
Penelitian ini diawali dengan menentukan sampel dari populasi dengan
cara cluster proportional random sampling. Diperoleh tiga cluster yaitu pinggir
kota, tengah kota, dan transisi. Pada tahap selanjutnya peneliti membagikan
angket kepada siswa di sekolah yang terpilih menjadi sampel penelitian. Dari
angket tersebut dapat diperoleh data tentang perilaku seksual dan faktor
49 determinan siswa SMA se-Kota Semarang. Data-data tersebut kemudian dianalisis
sesuai dengan statistik yang ada
3.4
Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
(1)
Menentukan sampel penelitian menggunakan teknik cluster random
sampling.
(2)
Menyusun kisi-kisi intrumen.
(3)
Menyusun instrumen berupa angket.
(4)
Mengujicobakan intrumen pada sekolah di luar sampel.
(5)
Menganalisis data hasil uji coba instrumen untuk mengetahui validitas
dan reliabilitas.
(6)
Menentukan pernyataan angket yang memenuhi syarat berdasarkan
langkah nomor 5.
(7)
Menyusun ulang instrumen dari hasil langkah 6.
(8)
Melaksanakan penelitian dengan menyebar angket di sekolah yang
menjadi sampel.
(9)
Menganalisis data hasil angket.
(10) Menyusun hasil penelitian.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah diajukan untuk mendapatkan
data yang akurat, relevan dan reliabel dari responden. Untuk memperoleh data
50 tersebut maka pengumpulan data menggunakan teknik dan prosedur yang sesuai
serta alat-alat yang menunjang penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 151) dijelaskan “bahwa metode
pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan
data penelitiannya.” Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk memperoleh data-data
yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah
pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena data yang salah akan
menyebabkan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik akan salah pula. Suharsimi
Arikunto (2002: 152). Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka dalam penelitian
ini data yang akan diungkap adalah tentang perilaku seksual remaja dan faktor
determinannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk dan faktor
determinan perilaku seksual remaja serta mengungkap perbedaan perilaku antara
siswa SMA negeri dengan SMA swasta. Maka dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah angket.
3.5.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencatat data
SMA se-Kota Semarang beserta jumlah siswa pada tahun ajaran 2012/2013 yang
akan menjadi populasi dan sampel penelitian.
3.5.2 Metode Angket
Pengertian metode angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi
oleh yang akan diukur (Responden). Dengan angket ini seseorang dapat diketahui
51 tentang keadaan data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapatnya
(Suharsimi Arikunto, 2002: 152). Bimo Walgito menyebutkan “bahwa metode
angket merupakan metode pengumpulan data dengan memberi daftar pertanyaan
tertulis kepada siswa.” Angket perilaku seksual diberikan kepada siswa untuk diisi
dan dianalisi oleh peneliti.
3.6
Instrumen Penelitian
Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian dapat dilihat pada
gambar berikut.
Teori
Kisi-kisi
Instrumen
Instrumenn
Instrumen akhir
Uji
Coba
Revisi
Gambar 3.2
Langkah-langkah Penyusunan Instrumen
Setelah mengetahui langkah-langkah dalam penyusunan instrumen
penelitian, selanjutnya adalah membahas mengenai kisi-kisi instrumen. Setelah
menyusun kisi-kisi instrumen, maka dilanjutkan dengan penyusunan instrumen
angket secara utuh beserta lembar jawabannya.
Kisi-kisi instrumen dikembangkan berdasarkan pedoman mengenai faktor
determinan ketidakterlaksanaan layanan bimbingan kelompok yang mencakup
faktor internal dan faktor eksternal, adalah sebagai berikut.
52 Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja di SMA
Variabel
Bentukbentuk
perilaku
seksual.
Sub
Variabel
Perilaku
yang
dilakukan
tanpa ada
bantuan
orang lain.
Indikator
Deskriptor
Item
1. Masturbasi
Perilaku seksual
untuk melakukan
rangsangan
seksual dengan
berbagai cara
pada alat
kelamin.
2. Fantasi
Seksual.
Perilaku seksual
untuk
merangsang diri
dengan cara
membayangkan
suatu objek yang
menggairahkan.
1,2,3,4
• Saya melakukan aktivitas
masturbasi/ Onani.
• Saya menggunakan
media tangan untuk
melakukan masturbasi/
Onani.
• Melakukan masturbasi/
Onani menggunakan alat
bantu.
• Melakukan masturbasi/
onani menggunakan
sabun atau gel pelicin
5,6,7,8,9,10
• Saya berfantasi seksual.
• Ketika ingin tidur saya
membayangkan sedang
berhubungan seksual.
• Berfantasi seksual ketika
melihat lawan jenis yang
menarik
• Berfantasi seksual ketika
ada waktu luang.
• Saya mendapatkan
kenikmatan yang lebih
ketika membayangkan
berhubungan seks.
• Saya membayangkan/
berkhayal melakukan
hubungan seks dengan
pacar
11,12,13,14
• Saya membaca dan
melihat gambar porno.
• Saya berlangganan
majalah porno.
• Memiliki koleksi gambar
3. Membaca
dan Melihat
gambar
porno.
Perilaku untuk
melakukan
rangsangan
seksual dengan
cara membaca
dan melihat
53 gambar porno.
Perilaku
yang
dilakukan
dengan
bantuan
orang lain.
1. Berpegangan
tangan.
Perilaku seksual
dengan cara
menyentuh
tangan
pasangan untuk
memberikan
rangsangan
pada pasangan.
2. Berpelukan
Perilaku
seksual
dengan cara
memeluk
pasangan
untuk
memberikan
rasa nyaman
kepada
pasangan.
3. Berciuman
(kissing)
Perilaku
seksual untuk
membuktikan
rasa sayang
kepada
pasangan
dengan cara
mencium
kening, pipi
kemudian
berlanjut
saling
mencium bibir
porno.
• Merasa ketagihan melihat
dan membaca majalah
porno.
15,16,17
• Saya melakukan
aktivitas berpegangan
tangan dengan lawan
jenis.
• Gairah seksual saya
muncul ketika
berpegangan tangan
dengan lawan jenis.
• Jantung saya berdebardebar ketika berpegangan
tangan dengan lawan
jenis.
18,19,20,21
• Saya berpelukan dengan
lawan jenis.
• Saya memeluk
pasangan/ lawan jenis
setiap bertemu.
• Saya memeluk
pasangan sebagai cara
menunjukan rasa
sayang.
• Saya memeluk lawan
jenis guna mendapatkan
kenikmatan
22,23,24,25,26,27
• Saya berciuman dengan
lawan jenis.
• Saya mencium pipi
lawan jenis/ pasangan
• Saya mencium kening
lawan jenis/ pasangan
• Saya mencium bibir
lawan jenis/ pasangan
• Saya mencium lawan
jenis sebagai bentuk
kasih sayang
• Saya mencium lawan
54 4. Mencium
Leher
(necking)
5. Saling
menggesek
alat kelamin
(petting)
6. Berhubunga
n intim
(intercouse)
.
Perilaku seksual
dengan mencium
daerah sensitif
pasangan
sehingga
menimbulkan
rangsangan
seksual
Perilaku seksual
dengan
melakukan seks
seperti suami istri
dengan saling
memegang alat
kelamin, saling
menindih dan
saling
memainkan alat
kelamin
meskipun masih
mengenakan
pakaian
Perilaku seksual
dengan cara
melakukan
hubungan intim/
senggama antara
laki-laki dan
perempuan untuk
memuaskan
hasrat seksual
yang tidak dapat
dibendung lagi
jenis dengan nafsu.
28,29,30
• Saya mencium/dicium
lawan jenis/ pasangan
pada bagian leher
• Saya selalu mencium
leher ketika bertemu
pasangan/ lawan jenis
• Saya selalu mencium
leher untuk memulai
hubungan seks dengan
pasangan/ lawan jenis
31,32,33
• Saya memegang dan
memainkan alat
kelamin lawan jenis/
pasangan.
• Saya melakukan oral
seks.
• Saya menindih dan
bermesraan dengan
memainkan alat
kelamin lawan jenis.
34,35,36,37,38
• Saya melakukan
hubungan intim dengan
lawan jenis.
• Saya melakukan
hubungan intim dengan
pasangan/ lawan jenis
setiap kali bertemu
• Saya melakukan
hubungan intim dengan
berbagai gaya
• Saya menggunakan alat
kontrasepsi ketika
berhubungan intim
• Ketika hasrat seks saya
meningkat, saya
langsung melakukan
55 hubungan intim dengan
lawan jenis/ pasangan.
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Faktor Determinan
Variabel
Faktor
determin
an
perilaku
seksual
Sub
Variab
el
Faktor
Internal
Indikator
1. Motivasi
Deskriptor
Dorongan dalam diri
untuk melakukan
perilaku seksual
+
-
2 Saya tidak berminat
dengan hal yang
menyangkut seks
3 Saya mencoba
mengalihkan
perhatian saya
ketika dorongan
seks saya
meningkat
1. Hasrat saya menggebugebu untuk melakukan
hubungan seksual
2. Keinginan saya
melakukan hubungan
seksual meningkat ketika
melihat teman saya
melakukan perilaku seks
3. Saya sulit mengendalikan
dorongan seks dalam diri
saya
6. Bagi saya berhubungan
seksual adalah hal yang
wajar di kalangan remaja
7. Saya selalu ingin
melakukan hubungan seks
8. Saya selalu bertanya 10. Saya penasaran dengan
mengenai seks untuk
hal yang menyangkut seks
menambah
11. Saya tertarik dengan hal
pengetahuan
baru yang berbau seksual
9. Saya selalu mencari 12. Saya selalu mencoba hal
tahu lewat internet
baru dalam seks dengan
hal yang belum
pasangan atau lawan jenis
pernah saya ketahui
13. Saya ingin
mengenai seks
mempraktekkan apa yang
belum pernah saya
lakukan terkait dengan
seks
2. Rasa
ingin
tahu
3. Berkemb
angnya
organ
seksual
Item
Perilaku seksual
siswa yang
cenderung
diakibatkan mulai
berfungsinya organorgan seksual yang
berpengaruh pada
perilaku seksualnya
14. Saya sudah
mengalami mimpi
basah
16. Saya bangga
dengan bentuk
tubuh saya
17. Saya sudah
mengalami
15.
Saya sering merasakan
rangsangan seksual
setelah saya mengalami
mimpi basah
18. Saya sering marasakan
rangsangan seksual
setelah saya mengalami
menstruasi
56 menstruasi
Faktor
Ekstern
al
19. Saya sering terangsang
ketika berdekatan
dengan lawan jenis saya
20. Saya mudah terangsang
dan ingin melakukan
hubungan seksual
21. Saya merasakan
rangsangan yang tidak
wajar pada organ intim
saya
1 Teman
sepermain
an (peer
group)
Perilaku seksual
remaja dikarenakan
adanya pengaruh kuat
dari teman sebaya
22. Saya tidak tergerak
untuk melakukan
seks seperti yang
teman-teman saya
lakukan
23. Saya cenderung
menghindari
teman-teman yang
melakukan seks
29. Saya menghindari
pembicaraan teman
yang berhubungan
dengan seks
24. Teman saya mengajak
nonton film porno
25. Teman saya berbagi
pengalamn seksualnya
dengan saya
26. Saya memperoleh
informasi tentang seks
dari teman saya
27. Saya mudah terpengaruh
oleh ajakn teman-teman
28. Saya mengikuti
kebiasaan teman-teman
dalam berperilaku seks
30. Saya khawatir diberi
julukan kampungan jika
saya tidak berperilaku
sama dengan teman
sepermainan saya
31. Teman saya mengajak
untuk melakukan seks
bebas
5.3 Orangtua
Perilaku seksual
siswa dikarenakan
kurangnya
pemahaman yang
diberikan orangtua
mengenai dasar
pendidikan seks serta
kontrol yang kurang
terhadap
perilaku seksual anak
33. Orangtua saya
sangat
memperhatikan
tingkah laku saya
terutama dalam
perilaku seksual
35. Setiap hari
orangtua
menanyakan
keadaan saya
38. Orangtua saya
merespon dengan
baik setiap
pertanyaan/
pernyataan yang
menyangkut seks
39. Orangtua saya
selalu memantau
perkembangan
saya hingga saat
32. Saya malu jika bertanya
tentang seks dengan
orangtua
34. Bagi orangtua saya
perilaku seksual adalah
hal yang tabu
36.Saya tidak berbincangbincang dengan orangtua
jika saya memiliki
masalah seputar seks
37. Orangtua saya tidak
pernah membicarakan
hal yang berhubungan
dengan perilaku seksual
40. Orangtua jarang
memberi kesempatan
saya untuk bertanya
mengenai seks
41. Saya dimarahi orangtua
ketika bertanya seputar
57 ini
seks
5.4 Media
dan
televisi
Perilaku seksual
siswa akibat adanya
imitasi dari menonton
media dan televisi
sehingga siswa
melihat perilaku
seksual itu
menyenangkan dan
dapat diterima
mayarakat
42. Bagi saya
menonton acara
seks dapat
menambah
pengetahuan dan
wawasan
44. Saya kurang
sependapat jika
ada yang
mengatakan bahwa
menonton acara
seks tidak ada
manfaatnya
45. Bagi saya acara
seks di televisi
tidak berpengaruh
buat saya
43.Saya tertarik menonton
acara yang berbau seks
46. Saya memilih menonton
acara yang membahas
seks daripada acara rohani
47. Acara televisi yang berbau
seks adalah seni
48. Saya mempraktekkan
tingkah laku seks yang
saya tonton di televisi
49. Saya rutin menonton acara
televisi yang membahas
tentang seks
5.5 Tingkat
religiuita
s
Kurangnya nilai
agama yang dimilki
mengakibatkan
kecenderungan
perilaku seksual pada
siswa
50. Saya rajin
beribadah sesuai
agama saya
51. Saya selalu
membaca al-quran
52. Saya selalu
membaca al-kitab
53. Saya rajin
mengikuti acara
kerohanian di
tempat ibadah
saya
54. Saya menganggap
bahwa onani/
masturbasi bukan
termasuk zina
55. Saya tidak dapat
membedakan
perbuatan yang
diharamkan dan
dihalalkan oleh
agama yang terkait
dengan masalah
seksual
56. Saya tidak
menganggap bahwa
hubungan seksual
dengan pasangan/
lawan jenis sebelum
menikah itu dosa
57. Saya menganggap
bahwa hubungan
seksual dengan
pasangan sebelum
menikah adalah wajar
Responden dapat memilih empat alternatif jawaban yang tersedia, yaitu SS
(Sangat Sesuai), S (Sesuai), KS (Kurang Sesuai) TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat
58 Tidak Sesuai). Setiap jenis respon mendapat nilai sesuai dengan arah pernyataan
yang bersangkutan, antara lain:
Tabel 3.5
Penskoran kategori jawaban
Arah dari pernyataan
SS
S
KS
TS
STS
Positif
5
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
5
3.7 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
Analisis yang digunakan adalah analisis validitas dan reliabilitas. Instrumen
yang telah disusun diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Uji
coba dilakukan pada sekolah yang termasuk dalam populasi. Tujuannya untuk
mengetahui apakah item-item pernyataan angket telah memenuhi syarat instrumen
yang baik atau tidak.
3.7.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2006: 168). Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara
tepat.
Salah satu jenis validitas yang digunakan adalah validitas konstruksi
(Construct Validity). Untuk menguji validitas konstruksi digunakan pendapa para
ahli. Sugiyono (2006:271) menyebutkan bahwa “untuk menguji validitas
instrumen
dikonstruksi
tentang
aspek-aspek
yang
akan
diatur
dengan
59 berlandaskan teori tertentu, dan selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli.” Rumus
yang digunakan adalah rumus korelasi product moment yaitu.
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
(Arikunto, 2006: 170)
Keterangan:
= koefisien korelasi tiap item,
= banyaknya subjek uji coba,
∑
= jumlah skor item,
∑
= jumlah skor total,
∑
= jumlah kuadrat skor item,
∑
= jumlah kuadrat skor total, dan
∑
= jumlah perkalian antara skor item dengan skor total.
Kemudian
hasil
dengan α=5%. Jika
dikonsultasikan dengan
product moment
maka alat ukur dikatakan valid.
3.7.2 Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa instrument cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen tersebut
sudah baik (Arikunto, 2006: 178). Artinya, reliabilitas berhubungan dengan
masalah kepercayaan, dimana suatu tes dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Rumus yang
digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes berbentuk uraian adalah rumus Alpha
sebagai berikut.
1
Keterangan:
= reliabilitas yang dicari
n
= jumlah butir angket
1
∑ó
ó
60 ó
ó
= varians skor total
= varians skor butir
Kriteria pengujian reabilitas yaitu setelah didapatkan harga
, kemudian
tersebut dikonsultasikan dengan harga r product moment pada table
yang selanjutnya disebut
diujikan reabilitas. Harga
, jika
diperoleh dari
>
maka item tes yang
,
(Arikunto, 2006: 195).
3.7.3 Hasil Uji Coba Instrumen
3.7.3.1 Uji Validitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor
Determinan
Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu
angket untuk perilaku seksual remaja dan angket untuk faktor determinan perilaku
seksual remaja. Angket perilaku seksual remaja terdiri dari 38 item pernyataan
setelah diuji coba dan berdasarkan perhitungan rumus product moment, hanya
terdapat 1 item yang tidak valid yaitu pernyataan nomor 19. Selanjutnya untuk
keperluan penelitian, item yang tidak valid dibuang dan tidak digunakan dalam
penelitian, karena telah terwakili oleh item yang lain sesuai dengan indikator
dalam instrumen. Jadi instrumen perilaku seksual yang digunakan dalam
penelitian adalah 37 item.
Sedangkan untuk angket faktor determinan perilaku seksual remaja yang
terdiri dari 57 item pernyataan setelah dilakukan dengan perhitungan product
moment terdapat 9 item yang tidak valid yaitu nomor 5, 14, 16, 23, 29, 38, 42, 50
dan 53. Selanjutnya item tersebut tidak digunakan dalam penelitian, sehingga
instrumen faktor determinan perilaku seksual yang digunakan dalam penelitian
berjumlah 48 item.
61 3.7.3.2 Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Seksual Remaja dan Faktor
Determinan
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang menggunakan rumus Alpha dengan
64 responden, maka diperoleh r
11
= 1, 02 dan r
tabel
= 0,404. Karena r 11 > r tabel
maka angket perilaku seksual remaja yang diujikan reliabel. Sedangkan untuk
pengujian angket faktor determinan perilaku seksual remaja diperoleh r
dan r
tabel
= 0,404. Karena r
11
>r
tabel
11
= 1, 02
maka angket faktor determinan perilaku
seksual remaja dikatakan reliabel.
3.8 Analisis Data Penelitan
3.8.1
Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk mendiskripsikan
atau menggambarkan terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau
populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum. Adapun rumus persentase yang digunakan yaitu:
Keterangan:
P = persentase hasil akhir
n = skor yang diperoleh
N = skor ideal
berdasarkan
rumus
diatas
maka
dapat
diketahui
bahwa
dalam
menginterpretasikan perilaku seksual remaja maupun faktor determinan yang
memiliki rentang skor 1-5, maka jumlah skor dari tiap responden ditransformasi
62 kedalam bentuk persentase skor dengan cara membagi dengan skor idealnya dan
dikalikan dengan 100% . selanjutnya persentase skor tersebut dibandingkan
dengan kriteria tingkat perilaku seksual dan faktor determinan kemudian diperoleh
kriteria sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kriteria tingkat
perilaku seksual remaja dan faktor determinannya adalah sebagai berikut:
(1) Persentase maksimum
100% = (5 : 5) x 100%
(2) Persentase minimum
20% = (1 : 5) x 100%
(3) Rentang persentase
R = Xt - X r
Keterangan:
R = rentang persentase
Xt = persentase maksimum
Xr = persentase minimum
(Ali, 1987: 48)
100% - 20% = 80%
(4) Panjang interval
Panjang kelas
= Rentang : Banyak Kriteria
16%
= 80% : 5
63 Tabel 3.6
Kriteria Persentase Bentuk Perilaku Seksual
Interval %
Kriteria
84<% skor ≤ 100
Sangat tinggi
69<% skor ≤ 83
Tinggi
52<% skor ≤ 68
Cukup tinggi
36<% skor ≤ 51
Rendah
20≤% skor ≤ 35
Sanagt rendah
3.8.2
Analisis Regresi Ganda
Untuk menganalisis faktor-faktor determinan perilaku seksual remaja
digunakan analisis regresi ganda. Regresi Terdiri atas variabel bebas (yang
mempengaruhi) dan variabel terikat (yang dipengaruhi). Variabel yang
mempengaruhi ini dalam analisis regresi disebut sebagi variabel prediktor (dengan
lambang X) dan yang dipengaruhi disebut variabel kriterium (dengan lambang
Y). Namun pada regresi ganda kita membicarakan hubungan antara 1 variabel
terikat dengan 2 atau lebih variable bebas. Tujuan menggunakan regresi ganda
adalah sebagai berikut.
1) Untuk meramalkan pengaruh dua variabel prediktor atau lebih terhadap satu
variabel kriterium atau variable terikat
2) Membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional antara dua buah
variabel bebas (X) atau lebih dengan sebuah variabel terikat (Y).
Secara umum regresi ganda dituliskan dalam matematis sebagai beerikut
Y = a + b1X1 + b2X2 ……….bnXn
Keterangan
Y = variable tak bebas
X1 = variabel bebas ke-1
64 X2 = variabel bebas ke-2
Xn = Variabel bebas ke-n
a = kostanta
b1 = kemiringan ke 1
b2 = kemiringan ke 2
bn = kemiringan ke n
Pada penelitian ini terdiri dari 1 variabel terikat (Y) yaitu perilaku seksual
remaja dan 7 variabel bebas yaitu X1 = motivasi, X2 = rasa ingin tahu, X3 =
berkembangnya organ seksual, X4 = teman sepermainan, X5 = orang tua, X6 =
media dan televisi, dan X7 = religiuitas. Secara umum persamaaan regresi ganda
dengan 7 variabel bebas dan 1 variabel terikat seperti dibawah ini
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab 4 akan membahas hasil penelitian dan pembahasan tentang
perilaku seksual remaja dan faktor determinannya di SMA se-Kota Semarang,
yang ditinjau dari bentuk perilaku seksual remaja, perbedaan perilaku seksual
remaja antara SMA Negeri dan Swasta, faktor determinan perilaku seksual remaja
dan perbedaan faktor determinan perilaku seksual remaja antara SMA Negeri dan
Swasta.
4.1
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini akan dipaparkan
hasil penelitian tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya yang
meliputi perilaku seksual remaja dan faktor determinan perilaku seksual. Adapun
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif
persentase yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai
bentuk perilaku seksual remaja dan faktor determinan dan analisis regresi
berganda yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi
determinan perilaku seksual remaja.
65
66
4
4.1.1
Gam
mbaran Periilaku Seksual Remaja di
d SMA se-K
Kota Semarrang
pun gambarran perilaku seksual rem
maja di SM
MA se-Kota Semarang
Adap
d
dapat
dilihatt dari hasil penelitian
p
sebbagai berikuut:
Tabel 4.1
4
Perrsentase Bentuk Perilaku Seksual Remaja
di SM
MA se-Kotaa Semarang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Perilaku Seksual
S
Remaaja
Masturbasi
Faantasi Seksuaal
Membaca dan Melihat
gaambar porno
Beerpegangan tangan
t
Beerpelukan
Kiissing
Neecking
Peetting
Inttercouse
%
Kriteria
28,9
34,14
29,61
Sanngat Rendahh
Sanngat Rendahh
Sanngat rendah
45,93
47,08
44,60
41,43
26,16
36,7
Renndah
Renndah
Renndah
Renndah
Sanngat Rendahh
Renndah
*) kriteria hasil
h
deskriptif perssentase dapat dilihhat di lampiran 13
Bentukk Perilaku
u Seksuaal R
Remaja S
Se‐Kota Semaraang
60
50
40
30
20
10
0
Masturbasi
Petting
Intercouse
Necking
Kissing
Berpelukan
Berpegangan tangan
Membaca dan …
Fantasi Seksual
Fantasi Seksual
Masturbasi
Fantaasi Seksual
Mem
mbaca dan Melih
hat gambar porno
o
Berpeegangan tangaan
Diagram 4.1
4
Bentuk Perilaku
P
Seksual Remajaa SMA se-Koota Semaran
ng
67 Berdasarkan tabel 4.1 dan diagram 4.1, dapat diketahui bahwa perilaku
seksual remaja di SMA se-Kota Semarang cenderung termasuk dalam kriteria
rendah dan sangat rendah. Hal ini berarti sebagian besar siswa belum melakukan
tindakan/ perilaku seksual baik yang dilakukan pada diri sendiri seperti
masturbasi, fantasi seksual, dan membaca/ melihat gambar porno maupun perilaku
seksual yang dilakukan dengan orang lain seperti, berpegangan tangan,
berpelukan, berciuman, necking, petting dan intercouse. Meskipun taraf perilaku
seksual siswa masih tergolong rendah tidak menutup kemungkinan bahwa
perilaku tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara pesat. Sehingga perlu
adanya perhatian khusus dari semua pihak baik orang tua maupun sekolah untuk
selalu memantau perkembangan perilaku siswa khususnya pada perilaku
seksualnya.
Adanya kecenderungan hasil penelitian tersebut juga berkaitan dengan
perbandingan hasil penghitungan penelitian di SMA Negeri dan Swasta pada
masing-masing indikator yang akan dijelaskan berikut ini:
4.1.1.1 Perilaku seksual remaja pada indikator Masturbasi
Masturbasi merupakan salah satu indikator perilaku seksual remaja dan
termasuk dalam perilaku seksual yang dilakukan pada diri sendiri . Berikut hasil
penelitiannya:
Tabel 4.2
Persentase Bentuk Perilaku seksual remaja
pada indikator masturbasi
Sekolah
Negeri
Swasta
Persentase
Kriteria
27,88
Sangat rendah
29,9
Sedang
68
M
Masturbasi
30
0
25
5
20
0
Sw
wasta
15
5
N
Negeri
10
0
5
0
Swasta
Negeri
Diagram 4..2
Perilaku Seeksual Mastuurbasi Siswaa SMA Negeeri dan Swasta
Berdassarkan tabel 4.2 dan Diaagram 4.2, dapat
d
diperolleh data pad
da indikator
m
masturbasi
persentase
p
SMA
S
swsataa lebih tinggi daripada SMA negeeridiketahui
b
bahwa
perollehan persenntase SMA swasta
s
lebih tinggi darippada SMA negeri
n
pada
i
indikator
masturbasi.
m
H ini berarrti bahwa perilaku
Hal
p
sekksual masturrbasi siswa
S
SMA
swasta cenderunng lebih sering dilakkukan darippada perilakku seksual
m
masturbasi
s
siswa
SMA negeri.
n
4
4.1.1.2
Perillaku seksual remaja padaa indikator Fantasi
F
seksuual
Fantaasi seksual merupakan salah satu indikator peerilaku seksual remaja
d termasuuk dalam perilaku seksuual yang dilaakukan padaa diri sendirri . Berikut
dan
h
hasil
penelittiannya:
69
Tabel 4.33
Perssentase Ben
ntuk Perilak
ku seksual rremaja
pada ind
dikator Fanttasi seksual
Sekolah
Negeri
Swasta
Persentaase
Kriiteria
33,39
9
Sangatt rendah
34,59
9
Sangatt rendah
Fan
ntasi Sekksual
40
4
3
35
3
30
2
25
2
20
1
15
1
10
5
0
Sw
wasta
Negeri
Swasta
Negeri
Diagram 4.3
P
Perilaku
Sek
ksual Berfanttasi Seksual pada SMA Negeri
N
dan Swasta
S
Berddasarkan tabeel 4.3 dan D
Diagram 4.3, dapat dikettahui bahwa persentase
r
rata-rata
yan
ng diperoleh
h SMA swasta cenderu
ung lebih tinggi sedikiit daripada
S
SMA
Negerri tetapi menndapatkan krriteria yang sama yakni sangat renddah. Hal ini
b
berarti
bahw
wa siswa di SMA negerii dan swastaa pada indikkator berfanttasi seksual
c
cenderung
tiidak melakukan perilakuu tersebut
70
4
4.1.1.3
Perillaku seksuall remaja paada indikator Membacaa dan melihhat majalah
porno
mbaca dan melihat
m
majjalah porno merupakann salah satu
u indikator
Mem
p
perilaku
sek
ksual remaja dan termasuuk dalam perrilaku seksuaal yang dilak
kukan pada
d sendiri . Berikut hassil penelitiannnya:
diri
Tabel 4.44
Perssentase Ben
ntuk Perilak
ku seksual rremaja
pada ind
dikator Mem
mbaca dan melihat
m
majjalah porno
Sekolah
Negeri
Swasta
Persentaase
Kriiteria
27,33
3
Sangatt rendah
29,93
3
Sangatt rendah
M
Membacaa dan Meelihat Gaambar Porno
o
40
30
Swasta
20
Neggeri
10
0
Swassta
Negeri
Diagram 4.4
Perilak
ku Seksual Melihat
M
dan Membaca
M
Gambar Pornoo
4
dapat diketahui
d
baahwa pada
Berddasarkan tabbel 4.4 dan Diagram 4.4,
i
indikator
meembaca dann melihat maajalah pornoo termasuk kkriteria sang
gat rendah.
K
Kriteria
san
ngat rendah artinya bahhwa perilakku seksual m
membaca daan melihat
g
gambar
pornno jarang/bellum dilakukan remaja siiswa SMA N
Negeri dan Sw
wasta.
71
4
4.1.1.4
Perillaku seksual remaja padaa indikator Berpegangan
B
n tangan
Berppegangan tan
ngan meruppakan salahh satu indikkator perilakku seksual
r
remaja
dan termasuk daalam perilakku seksual yang
y
dilakukkan dengan orang lain.
B
Berikut
hasil penelitiannnya:
Tabel 4.55
Perssentase Ben
ntuk Perilak
ku seksual rremaja
p
pada
indikaator Berpeggangan tanggan
Sekolah
Persentaase
Kriiteria
Negeri
45,67
7
Rendahh
Swasta
46,22
2
Rendahh
Berpegangan
n Tangan
n
60
50
40
SSwasta
30
N
Negeri
20
10
0
Swastta
Negeri
Diagram 4.5
or Berpeganngan Tangann di SMA
Peerilaku Seksuual Remaja ppada Indikato
N
Negeri dan Swasta
S
Berddasarkan tabeel 4.5 dan D
Diagram 4.5 , dapat diketahui bahwaa perolehan
p
persentase
SMA
S
negeri dan swastaa hanya terpaaut 1,45% ddengan kriteria rendah.
H ini meenandakan pada indikaator berpeg
Hal
gangan tanggan cenderu
ung jarang
d
dilakukan
siswa SMA negeri dan sw
wasta.
4
4.1.1.5
Perillaku seksual remaja padaa indikator Berpelukan
B
72
Berppelukan meruupakan salaah satu indik
kator perilakku seksual remaja
r
dan
t
termasuk
daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil
p
penelitianny
ya:
Tabel 4.66
ntuk Perilak
ku seksual rremaja
Perssentase Ben
pada in
ndikator Beerpelukan
Sekolah
Negeri
Swasta
Persentaase
Kriiteria
44,17
7
Rendahh
50,03
3
Rendahh
B
Berpelukkan
60
50
40
30
20
10
0
Swasta
Negerri
Swaasta Negeri
Diagram 4.6
Bentuk Perilaku
P
Seksual Remajaa pada Indikaator Berpelu
ukan
Berddasarkan tabbel 4.6 dan Diagram 4.6, dapat diiketahui bahhwa kedua
S
SMA
baik Negeri dann Swasta m
memperoleh
h kriteria reendah padaa indikator
b
berpelukan.
Rendah artiinya bahwa remaja sisw
wa SMA neggeri dan sw
wasta masih
j
jarang
melakkukan perilaaku seksual bberpelukan.
73
4
4.1.1.6
Benttuk Perilaku seksual rem
maja pada inddikator Kissinng
Berciuman/ kissiing merupakkan salah satu
u indikator bentuk
b
perilaaku seksual
r
remaja
dan termasuk daalam perilakku seksual yaang dilakukaan dengan orang
o
lain .
B
Berikut
hasil penelitiannnya:
Tabel 4.7
Persentase Bentu
uk Perilaku seksual rem
maja
pa
ada indikatoor Berciuman (Kissing)
Persentaase
Kriiteria
41,81
Rendahh
47,85
5
Rendahh
Sekolah
Negeri
Swasta
B
Bercium
man
50
40
30
Swaasta
20
Neggeri
10
0
Swasta
Negeri
Diagram 4.7
Perilaaku Seksual Remaja pad
da Indikator Berciuman
Diagram 4.7,, dapat dikettahui bahwaa perolehan
Berddasarkan tabeel 4.7 dan D
p
persentase
SMA
S
Negerii dan Swastta cenderung
g berbeda meskipun
m
han
nya terpaut
6
6,04%.
Hal ini berarti perilaku sekssual bercium
man lebih serring dilakukaan siswa di
S
SMA
swastaa daripada siiswa SMA negeri.
n
74
4
4.1.1.7
Perillaku seksual remaja padaa indikator Necking
N
Neckking merupaakan salah satu indikaator perilakuu seksual remaja dan
t
termasuk
daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil
p
penelitianny
ya:
Tabel 4.8
uk Perilaku seksual rem
maja
Persentase Bentu
a indikator M
Mencium Leher
L
(Neckiing)
pada
Sekolah
Negeri
Swasta
Persentaase
Kriiteria
28,17
7
Sangatt rendah
54,73
3
Sedangg
Necking
g
60
0
50
0
40
0
Swasta
30
0
N
Negeri
20
0
10
0
0
Swasta
Negeri
Diagram 4.8
Perilaku seeksual pada indikator
i
Neccking
Diagram 4.8, dapat dikettahui bahwa perbedaan
Berddasarkan tabeel 4.8 dan D
p
perolehan
p
persentase
raata-rata sisw
wa SMA Sw
wasta jauh llebih banyak
k daripada
S
SMA
Negerri. Hal ini berarti
b
bahw
wa perilaku seksual neccking cendeerung lebih
s
sering
dilaku
ukan siswa SMA
S
swastaa daripada sisswa di SMA
A negeri.
75
4
4.1.1.8
Perillaku seksual remaja padaa indikator Petting
P
Petting merupak
kan salah ssatu indikattor perilakuu seksual reemaja dan
t
termasuk
daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil
p
penelitianny
ya:
Tabel 4.9
uk Perilaku seksual rem
maja
Persentase Bentu
pada iindicator Peetting
Sekolah
Negeri
Swasta
Persentaase
Kriiteria
27,88
8
Sangatt rendah
59,9
Sedangg
Petting
g
4
40
3
35
3
30
2
25
Serries2
2
20
Serries1
1
15
1
10
5
0
Swasta
Negeri
Diagram 4.9
Perrilaku Seksual Remaja Pada
P
Indikatoor Petting
Berddasarkan tabeel 4.9 dan Diagram 4.9, dapat diketaahui bahwa siswa
s
SMA
N
Negeri
dan Swasta saama-sama mendapatkan
m
n kriteria ssangat rendaah dengan
p
perolehan
peersentase ratta-rata hamppir sama. Hall ini berarti bbahwa perilaaku seksual
p
petting
cendderung jarangg dilakukan baik siswa SMA
S
Negerii maupun Sw
wasta.
76
4
4.1.1.9
Perillaku seksual remaja padaa indikator Intercouse
In
Interrcouse meruupakan salahh satu indikkator perilakku seksual remaja
r
dan
t
termasuk
daalam perilakuu seksual yaang dilakukan
n dengan orang lain . Beerikut hasil
p
penelitianny
ya:
T
Tabel 4.10
uk Perilaku seksual rem
maja
Persentase Bentu
pada ind
dikator Inteercouse
Sekolah
Persentaase
Kriiteria
Negeri
23,00
0
Sangatt rendah
Swasta
50,36
6
Rendahh
Intercou
use
3
30
2
25
2
20
Swasta
1
15
N
Negeri
1
10
5
0
Swastaa
Negeri
Diagram 4.10
Perilakku Seksual R
Remaja padaa indikator Inntercouse
Berddasarkan tabeel 4.10 dan Diagram 4.10, dapat dilihat bahwa perbedaan
p
perolehan
raata-rata antarra SMA neggeri dan Swaasta tergolonng tinggi denngan selisih
h
hampir
30%
%. Hal ini menandakkan bahwa kecenderunngan perilakku seksual
i
intercouse
lebih sering dilakukan ooleh siswa SMA
S
swastaa daripada siswa SMA
n
negeri.
77 4.1.2
Faktor Determinan Perilaku Seksual Remaja SMA se-Kota Semarang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang
berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja siswa SMA se-Kota Semarang.
Pengujian hipotesiss dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda pada output SPSS Versi 17 untuk menguji variabel (X) faktor
determinan yakni faktor motivasi, rasa ingin tahu, berkembangnya organ seksual,
teman sepermainan, orangtua, media dan televisi serta tingkat religiuitas dan
variabel terikat (Y) perilaku seksual remaja. Agar kesimpulan yang diambil tidak
menyimpang maka sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilaksanakan
uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas. Kemudian
dilanjutkan analisis regresi linear berganda.
4.1.3.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas dilaksanakan untuk menguji apakah model regresi variabel
bebas dan variabel bebas memiliki distribusi yang normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah apabila memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Untuk mengetahui normal tidaknya dapat dilihat dari penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal. Dasar diambilnya keputusan adalah sebagai berikut:
-
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
-
Jika data menyebar berjarak atau jauh dan mengikuti atau tidak mengikuti
arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
78 Hasil pengolahan data untuk uji normalitas dapat dilihat dari scatter plot
sebagai berikut :
Gambar 4.1
Berdasarkan gambar diketahui bahwa persebaran titik pada gambar normal
probability plot cenderung membentuk garis diagonal, sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal.
4.1.3.2 Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varians dari residual pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut Homoskedasitas. Sebaliknya jika varians berbeda maka disebut
Heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah apabila varians dari pengamatan
tetap atau homoskedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Untuk mengetahui
heteroskedasitasnya dapat dilihat pada Diagram plot antara nilai prediksi variabel
terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan residualnya SPESID. Deteksi ada
tidaknya heteroskedasitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada Diagram scatter plot. Hasil ujinya adalah
Gambar 4.2
79 Dari Diagram dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu
X adalah residual (Y Prediksi – Y sesungguhnya) terlihat titik menyebar secara
acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Tersebar baik di atas maupun di
bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini dapat diartikan bahwa tidak terjadi
heteroskedasitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk
memprediksi faktor determinan perilaku seksual remaja.
4.1.3.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi
ditemukan korelasi antar variabel independent. Jika terjadi, maka terdapat masalah
yang dinamakan problem Multikolinieritas (Multi). Model regresi yang baik
seharusnya
tidak
terjadi
korelasi
antara
variabel
independent.
Untuk
mendeteksinya bisa dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation
Factor (VIF). Nilai yang umum dipakai pedoman bebas multikolinearitas adalah
sebagai berikut:
-
Mempunyai nilai VIF dibawah 10
-
Mempunyai angka tolerance dibawah 1
80 Tabel 4.11
Uji Multikolinearitas
Coefficients
Model
1
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
(Constant)
a
Std. Error
.003
.304 3.291
5.433
.009
.103
.000
.576 1.736
4.465
4.082
.107
1.094
.000
.409 2.444
2.334
3.559
.070
.656
.000
.345 2.901
.265
3.152
.006
.084
.000
.879 1.137
Mediadantelevisi
4.821
4.050
.104
1.190
.000
.512 1.953
tingkatreligiuitas
1.223
3.108
.029
.393
.001
.697 1.435
Temansepermainan
Orangtua
.562
VIF
2.433
anseksual
3.678
Tolerance
.276
Berkembangnyaorg
8.950
Sig.
.000
Rasaingintahu
17.966
t
7.240
Motivasi
130.064
Beta
a.DependentVariable:Perilaku seksual
Hasil dari bagian coefficients terlihat untuk ke lima variabel independent
memiliki nilai VIF kurang dari 10 yaitu variabel motivasi sebesar 3,291, rasa
ingin tahu sebesar 1,736, variabel berkembangnya organ seksual sebesar 2,444,
teman sepermainan sebesar 2,901 dan variabel orangtua sebesar 1,137, media dan
televisi sebesar 1,953 serta tingkat religiuitas sebesar 1,435. Demikian pula
dengan nilai tolerance masing-masing variabel di bawah angka 1. Variabel
motivasi sebesar 0,304, rasa ingin tahu sebesar 0,576, berkembangnya organ
seksual 0,409, untuk variabel teman sepermainan sebesar 0,345, orangtua sebesar
0,879,media dan televisi sebesar 0,512 dan terakhir untuk variabel tingkat
religiuitas sebesar 0,697. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
tersebut tidak memiliki problem multikolinearitas dan data bisa dipakai.
81 4.1.3.4 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui adanya
pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependent yang dibantu
dengan menggunakan program SPSS versi 17.
Berdasarkan tabel dibawah, maka persamaan regresi yang terbentuk pada
uji regresi ini adalah :
Y=130,064+8,950X1+0,562X2+4,465X3+2,334X4+0,265X5+4,821X6+1,223X7
Adapun tabel hasil analisisnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12
Coefficientsa
Model
1 (Constant)
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
130.064
17.966
8.950
3.678
.562
Berkembangnyaorganseksual
Temansepermainan
Beta
T
Sig.
7.240
.000
.276
12.433
.003
5.433
.009
9.103
.000
4.465
4.082
.107
2.094
.000
2.334
3.559
.070
2.656
.000
.265
3.152
.006
1.984
.000
Mediadantelevisi
4.821
4.050
.104
1.990
.000
Tingkatreligiuitas
1.223
3.108
.029
3.393
.001
Motivasi
Rasaingintahu
Orangtua
a.DependentVariable:Perilaku seksual
Dari persamaan regresi ganda tersebut dapat dilihat bahwa:
a. Variabel Motivasi (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
seksual siswa SMA se-Kota Semarang
82 b. Variabel Rasa ingin tahu (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang
c. Variabel Berkembangnya organ seksual (X3) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang
d. Variabel Teman sepermainan (X4) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang
e. Variabel Orangtua (X5) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
seksual siswa SMA se-Kota Semarang
f. Variabel Media dan Televisi (X6) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang
g. Variabel Religiuitas (X7) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku
seksual siswa SMA se-Kota Semarang
Uji Hipotesis
4.1.2.5.1 Uji t
Yaitu pengujian koefisien regresi secara parsial yang digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
-
Ho diterima apabila
: t hitung < t tabel
-
Ho ditolak apabila
: t hitung > t tabel
-
Level of Significance (tingkat signifikan) α = 5% atau 0,05
-
Tingkat kepercayaan yang digunakan 95%
-
df n-1, df=344-1=343
83 -
t tabel = 1,96
a. Tes Hipotesis Pengaruh Motivasi (X1) Terhadap Perilaku Seksual Remaja
(Y)
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
variabel motivasi (X1) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
motivasi (X1) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
Dari perhitungan didapat nilai t hitung 12,443 ≥ 1,96 dengan signifikansi
sebesar 0,03 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel motivasi
(X1) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
b. Tes Hipotesis Pengaruh Rasa Ingin Tahu (X2) Terhadap Perilaku Seksual
Remaja (Y)
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
variabel Rasa ingin tahu (X2) terhadap perilaku seksual remaja
(Y)
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
rasa ingin tahu (X2) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
Dari perhitungan didapat nilai t hitung 9,103 ≥ 1,96 dengan signifikansi
sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
84 bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Rasa ingin
tahu (X2) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
c. Tes Hipotesis Pengaruh Berkembangnya Organ Seksual (X3) Terhadap
Perilaku Seksual Remaja (Y)
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
variabel Berkembangnya organ seksual (X3) terhadap perilaku
seksual remaja (Y)
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
berkembangnya organ seksual (X3) terhadap perilaku seksual
remaja (Y)
Dari perhitungan didapat nilai t hitung 2,094 ≥ 1,96 dengan signifikansi
sebesar 0,03 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel
Berkembangnya Organ Seksual (X3) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
d. Tes Hipotesis Pengaruh Teman Sepermainan (X4) Terhadap Perilaku
Seksual Remaja (Y)
Dikemukakan hipotesis
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
variabel Teman sepermainan (X4) terhadap perilaku seksual
remaja (Y)
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
teman sepermainan (X4) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
85 Dari perhitungan didapat nilai t hitung 2,656 ≥ 1,96 dengan signifikansi
sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Teman
sepermainan (X4) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
e. Tes Hipotesis Pengaruh Orangtua (X5) Terhadap Perilaku Seksual Remaja
(Y)
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
variabel Orangtua (X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
Orangtua (X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
Dari perhitungan didapat nilai t hitung 1,984 ≥ 1,96 dengan signifikansi
sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua
(X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
f. Tes Hipotesis Pengaruh Media dan Televisi (X6) Terhadap Perilaku
Seksual Remaja (Y)
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
variabel Orangtua (X6) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
media dan televisi (X6) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
86 Dari perhitungan didapat nilai t hitung 1,990 ≥ 1,96 dengan signifikansi
sebesar 0,00 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua
(X6) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
g. Tes Hipotesis Pengaruh Tingkat Religiuitas (X7) Terhadap Perilaku
Seksual Remaja (Y)
Dikemukakan hipotesis:
Ho: β ≤ 0 yang berarti tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara
variabel tingkat religiuitas (X7) terhadap perilaku seksual remaja
(Y)
Ha: α ≥ 0 yang berarti ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel
Tingkat Religiuitas (X7) terhadap perilaku seksual remaja (Y)
Dari perhitungan didapat nilai t hitung 3,393 ≥ 1,96 dengan signifikansi
sebesar 0,01 dibawah 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Orangtua
(X5) terhadap perilaku seksual remaja (Y).
Kemudian dilanjutkan menganalisis variabel satu per satu untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh tiap variabel X. Dan dibawah ini adalah
tabel yang menunjukkan besar pengaruh tiap variabel X.
Tabel 4.13
Persentase Pengaruh Variabel
Model
Standardized
Unstandardized Coefficients
B
Motivasi
8.950
Std. Error
3.678
Pengaruh
Coefficients
Beta
T
.276
12.433
Sig.
.000
12,2%
87 Rasa Ingin Tahu
.562
5.433
.009
9.103
.003
15,6%
Berkembangnya
4.465
4.082
.107
2.094
.000
13,6%
2.334
3.559
.070
2.656
.000
9,3%
Orangtua
.265
3.152
.006
1.984
,000
4,8%
Media dan
4.821
4.050
.104
1.990
.000
14,5%
1.223
3.108
.029
3.393
.001
8,9%
Organ Seksual
Teman
Sepermainan
Televisi
Tingkat
Religiuitas
a. Dependent Variable: PerilakuSeksual
4.1.1.6 Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar nilai prosentase kontribusi variabel bebas faktor motivasi (X1), rasa ingin
tahu (X2), berkembangnya organ seksual (X3), Teman sepermainan (X4), orangtua
(X5), media dan televisi (X6) dan religiuitas (X7), terhadap perilaku seksual (Y).
Dari hasil perhitungan didapatkan nilai koefisien determinasi sebagai berikut.
Tabel 4.13
Model Summaryb
Std. Error of the
Model
1
R
R Square
.396a
.157
Adjusted R Square
.129
Estimate
Durbin-Watson
24.279
a. Predictors: (Constant), tingkatreligiuitas, Orangtua, Rasaingintahu, Mediadantelevisi,
Berkembangnyaorganseksual, Temansepermainan, Motivasi
b. Dependent Variable: Perilakuseksual
Angka R Square atau Koefisien Determinasi adalah 0,157, namun untuk
jumlah variabel independen lebih dari dua lebih baik digunakan Adjusted R
1.585
88 Square, adalah 0,129 (selalu lebih kecil dari R Square, hal itu berarti bahwa
variasi perubahan perilaku seksual (Y) dipengaruhi oleh perubahan motivasi (X1),
rasa ingin tahu (X2), berkembangnya organ seksual (X3), teman sepermainan (X4),
orangtua (X5), media dan televisi (X6) dan tingkat religiuitas (X7) sebesar 12,90%.
Jadi besarnya pengaruh motivasi (X1), rasa ingin tahu (X2), berkembangnya organ
seksual (X3), teman sepermainan (X4), orangtua (X5), media dan televisi (X6) dan
tingkat religiuitas (X7) terhadap perilaku seksual (Y) sebesar 12,90%, sedangkan
sisanya sebesar 83,10% dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.
4.2
Pembahasan
4.2.1 Gambaran tentang perilaku seksual remaja
Perilaku seksual remaja merupakan bagian dari perilaku sosial yang
bersifat wajar. Disebut perilaku sosial karena perilaku seksual remaja melibatkan
orang lain terutama lawan jenis. Perilaku seksual remaja adalah segala tingkah
laku yang diakibatkan adanya dorongan hasrat seksual, baik dengan lawan jenis
maupun sesama jenis yang dilakukan oleh individu dalam masa peralihan dari
anak-anak menuju ke dewasa. Maraknya isu mengenai perilaku seksual remaja
yang cenderung memburuk akhir-akhir inilah yang menjadi alasan penelitian ini
dilakukan.
Bentuk perilaku seksual ada dua jenis yaitu perilaku seksual yang
dilakukan pada diri sendiri dan melibatkan orang lain. Adapun perilaku seksual
yang dilakukan pada diri sendiri yaitu masturbasi, fantasi seksual, dan melihat
serta membaca gambar porno. Sedangkan perilaku seksual yang melibatkan orang
89 lain yaitu berpegangan tangan, berpelukan, berciuman (kissing), mencium leher
(necking), petting, dan intercouse.
Setelah peneliti melakukan penelitian terhadap persentase kedua jenis
perilaku seksual di SMA Negeri dan Swasta se-Kota Semarang, terdapat
kesimpulan bahwa Persentase Bentuk Perilaku seksual siswa SMA se-Kota
Semarang sebagian besar termasuk dalam kriteria rendah. Artinya, sebagian besar
siswa SMA se-Kota Semarang belum melakukan tindakan/ perilaku seksual, baik
yang dilakukan pada diri sendiri maupun yang melibatkan orang lain. Adapun
presentase tertinggi dari perilaku seksual siswa SMA se-Kota Semarang adalah
Berperlukan. Artinya, sebagian besar siswa SMA se-Kota Semarang cenderung
telah melakukan perilaku seksual berpelukan daripada yang lainnya.
Pada jenis perilaku seksual masturbasi, siswa SMA negeri memperoleh
hasil persentase lebih rendah daripada siswa SMA swasta. Hal ini berarti bahwa
perilaku seksual yang dilakukan remaja siswa SMA swasta cenderung lebih tinggi
daripada SMA negeri. Sehingga perlu adanya kontrol dari pihak sekolah maupun
orangtua agar Persentase Bentuk Perilakunya tidak semakin berkembang. Menurut
pendapat peneliti, perilaku masturbasi ini biasanya dilakukan karena siswa butuh
pelampiasan hasrat seksualnya. Hal ini juga dapat terjadi dikarenakan kurangnya
pantauan orang tua dalam pergaulan siswa baik di sekolah maupun dengan teman
sebayanya. Mereka cenderung mengikuti perilaku yang dilakukan oleh temantemannya. Sebagai contoh apabila seorang temannya melakukan ciuman (kissing)
dan teman tersebut bercerita kepada teman-temannya secara tidak langsung hal ini
dapat memberikan motivasi serta rasa ingin tahu yang besar kepada teman-
90 temannya. Motivasi dan rasa ingin tahu ini yang menyebabkan timbulnya perilaku
seksual. Selain itu ketika dalam konteks berpacaran mereka melakukan ciuman
untuk membuktikan rasa sayangnya terhadap pasangan mereka. Terlebih lagi
pengaruh cerita teman-temannya yang mengatakan bahwa berciuman itu nikmat,
serta informasi dari majalah dan gambar-gambar porno yang turut andil dalam
mempengaruhi perilaku seksual mereka.
Kemudian pengaruh cerita teman-temannya juga mempengaruhi pikiran
para remaja. Bagi yang mempunyai pasangan mereka melampiaskan hasrat seks
nya dengan pasangannya tetapi bagi yang tidak mempunyai pasangan mereka
cenderung memilih untuk berfantasi seksual. Mereka menganggap dengan fantasi
seksual akan memberikan kepuasan bagi dirinya. Selain aman, fantasi seksual
juga tidak merugikan orang lain. Hasil penelitian menjelaskan bahwa remaja
siswa SMA se-Kota Semarang cenderung tidak melakukan fantasi seksual,
ditinjau dari rendahnya persentase yang didapat baik SMA Negeri maupun
Swasta. Fantasi-fantasi seksual yang dilakukan remaja inilah yang merupakan
awal terjadinya perilaku seksual selanjutnya yang lebih parah. Maka dari itu
pencegahan lebih dini perlu dilakukan untuk mengurangi perilaku seksual yang
dilakukan remaja.
Perilaku seksual remaja sangat erat kaitannya dengan maraknya gambargambar porno yang dapat dengan mudahnya dikonsumsi para remaja baik lewat
media televisi, majalah maupun internet. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
pada indikator membaca dan melihat gambar porno mendapatkan kriteria sangat
rendah baik siswa SMA negeri maupun swasta. Sehingga dapat diketahui bahwa
91 siswa SMA se-kota Semarang cenderung menghindari perilaku seksual tersebut.
Tetapi hal tersebut juga tidak langsung membuat kita menjadi lega dan kemudian
kurang memperhatikan para remaja khususnya siswa SMA. Karena pesatnya
perkembangan media di era sekarang mampu mempengaruhi perilaku remaja
khusunya perilaku seksualnya. Gambar-gambar porno yang semakin lama
semakin mudah diakses akan menjadi pengaruh buruk bagi remaja. Maka dari itu
menurut peneliti perlu adanya pembatasan akses internet dan tontonan serta
bacaan bagi remaja khusunya siswa SMA.
Meningkatnya perilaku seksual remaja dan dalam hal ini adalah siswa
dikarenakan adanya faktor perubahan dan perkembangan organ seksualnya. Siswa
SMA termasuk dalam kategori remaja. Dalam usia remaja faktor perubahanperubahan hormon yang meningkat pada hasrat seksual/ libido seksual (Sarwono,
2007: 153). Perkembangan organ seksual yang mempengaruhi hasrat seksual
membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual seperti ciuman,
mencium leher dan meraba-raba daerah sensitif masing-masing pasangan.
Perilaku seksual lainnya yaitu berpegangan tangan. Banyak yang
menganggap bahwa berpegangan tangan pada jaman sekarang adalah hal yang
wajar. Tetapi bagi peneliti berpegangan tangan merupakan langkah awal untuk
melakukan perilaku seksual lainnya. Sejalan dengan indikator ke-2 faktor
determinan munculnya perilaku seksual yakni rasa ingin tahu. Dari berpegangan
tanganlah akan muncul perasaan yang lain sehingga pelaku ingin melakukan
perilaku seksual yang lebih parah. Perasaan inilah yang wajar dimiliki setiap
remaja. Hasil penelitian pada indikator berpegangan tangan memperoleh kriteria
92 rendah baik SMA negeri maupun swasta. Hal ini berarti bahwa remaja siswa SMA
se-Kota Semarang cenderung jarang melakukan perilaku tersebut. Kemudian
remaja yang awalnya hanya melakukan pegangan tangan dengan pasangannya
lambat laun akan beranjak ke perilaku seksual selanjutnya yaitu berpelukan.
Dengan berpelukan remaja akan merasa nyaman seperti yang dikemukakan
Sarwono (2002: 164) bahwa “setelah mereka (remaja) sudah saling berpegangan
tangan biasanya remaja berani memeluk pasangannya agar merasa nyaman dan
saling melindungi dalam hubungan berpacaran.” Hasil penelitian menjelaskan
pada indikator berpelukan siswa SMA negeri dan swasta mendapatkan kriteria
rendah. Hal ini berarti siswa SMA se-Kota Semarang cenderung tidak melakukan
perilaku seksual tersebut. Meskipun mendapatkan kriteria rendah tetapi pantauan
baik orang tua maupun sekolah perlu ditingkatkan agar tidak berlanjut ke arah
perilaku seksual yang lebih parah. Menurut peneliti sebagai orangtua hendaknya
menjelaskan secara detil dan bijak ketika anaknya dalam hal ini adalah remaja
bertanya seputar masalah seksual. Orangtua sebaiknya tidak memandang
pertanyaan tersebut sebagai hal yang tabu, melainkan suatu hal yang wajib
diketahui sejak dini. Dengan begitu remaja akan lebih terbuka kepada orangtuanya
dan orangtua pun akan mudah memantau perkembangan anaknya.
Selanjutnya perilaku seksual berciuman. Perilaku seksual ini merupakan
perilaku yang biasanya dilakukan oleh mereka (pasangan remaja) yang telah
merasa nyaman melakukan perilaku seksual berpelukan. Hal ini dilakukan untuk
membuktikan rasa sayangnya kepada pasangannya. Seperti yang dikemukakan
oleh Sarwono (2002: 164) bahwa setelah sudah berani saling berpelukan maka
93 mereka membuktikan rasa sayangnya dengan mencium kening, pipi lalu berlanjut
dengan
saling
memainkan
bibir
pasangannya
masing-masing
dengan
membuktikan rasa sayang mereka terhadap pasangan mereka masing-masing.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa perolehan hasil pada indikator berciuman
siswa SMA negeri dan swasta sama rendah. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan hasil tersebut akan meningkat jika tidak adanya perhatian yang
maksimal baik dari orangtua maupun pihak sekolah. Maka dari itu peningkatan
pantauan terhadap diri remaja khususnya siswa SMA lebih ditingkatkan lagi
dengan cara baik orangtua maupun sekolah menjalin komunikasi yang baik
dengan siswa sehingga akan muncul keterbukaan siswa kepada pihak sekolah
salah satunya dengan guru bk dan terlebih lagi terbuka dengan orangtuanya.
Kemudian setelah berciuman perilaku seksual lainnya yaitu mencium
leher/ necking. Hasil penelitian menyebutkan bahwa perolehan hasil persentase
siswa SMA negeri sangat rendah sedangkan siswa SMA swasta sedang. Sehingga
dapat dilihat bahwa siswa SMA swasta cenderung lebih sering melakukan
perilaku seksual necking daripada SMA negeri. Hal ini mungkin dikarenakan
faktor internal yang mempengaruhi perilaku tersebut yakni teman sepermainan.
Perilaku selanjutnya adalah petting. Petting dilakukan karena siswa yang
membutuhkan penyaluran hasrat libido tetapi mereka tidak mau mengambil resiko
dan takut hamil, sehingga mereka melakukan petting dan masih menggunakan
pakaian lengkap. Sesuai dengan pendapat Dianawati (dalam Supriyati, 2009: 26),
hal ini terjadi karena mereka beranggapan dengan persatuan secara seksual
merupakan tanda atau bukti bahwa cinta terhadap pasangan begitu mendalam.
94 Hasil penelitian pada indikator petting menjelaskan bahwa perolehan hasil
persentase siswa SMA negeri rendah sedangkan SMA swasta sedang. Hal ini
membuktikan bahwa siswa SMA swasta cenderung lebih sering melakukan
perilaku seksual petting daripada siswa SMA negeri. Maka dari itu perhatian lebih
terhadap diri remaja perlu ditingkatkan agar remaja khususnya siswa SMA tidak
terjerumus ke dalam perilaku seksual yang lebih jauh lagi. Karena hal itu tidak
merugikan orang lain tetapi dirinya sendiri.
Lalu perilaku seksual petting ini membuka jalan untuk melakukan perilaku
seksual yang lebih jauh lagi yaitu intercouse (berhubungan intim). Intercouse
terjadi akibat remaja dalam hal ini siswa tidak dapat membendung lagi gairah seks
nya dikarenakan rasa cinta dan hormon yang meningkat. Hal ini seperti yang
dikemukakan Sarwono (2002: 164) bahwa “pada tahap ini getaran dan gairah seks
sudah sangat memuncak dan tidak dapat terbendung lagi, hubungan seksual atau
yang disebut bersetubuh yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang
dilandasi oleh rasa cinta atau gairah seks yang tidak dapat terbendung lagi.” Hasil
penelitian pada indikator intercouse menjelaskan bahwa perolehan hasil
persentase siswa SMA negeri tergolong sangat rendah sedangkan perolehan
persentase SMA swasta tergolong rendah. Perbedaan perolehan kriteria tersebut
menunjukkan bahwa siswa SMA swasta cenderung lebih sering melakukan
perilaku seksual intercouse dibandingkan dengan siswa SMA negeri.
Kemudian meski perolehan persentase untuk siswa SMA se-kota
Semarang masih tergolong rendah alangkah lebih baiknya dilakukan langkahlangkah pencegahan, terlebih sebagai seorang konselor turut bertanggungjawab
95 dalam perilaku siswa didiknya. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan
seminar maupun konsultasi masalah seksual yang dilakukan secara berkala, baik
mingguan, bulanan maupun semesteran, sehingga pengetahuan siswa mengenai
masalah seksual lebih mendalam. Selain itu peran orangtua sangat penting dalam
hal ini. Sehingga orangtua wajib memberikan pendidikan seks kepada anaknya
sejak dini dan tidak lagi menganggap bahwa pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan seputar seks adalah hal yang tabu atau tidak layak untuk
dipertanyakan. Hal ini akan membuat remaja lebih nyaman untuk bertanya
langsung kepada orangtuanya ataupun guru bk yang bersangkutan daripada
mencari tahu sendiri melalui media internet atau bertanya kepada temannya.
Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka siswa akan lebih terjerumus dalam
kenikmatan sesaat tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan.
4.2.2 Gambaran tentang faktor determinan penyebab perilaku seksual
remaja
Perilaku seksual tidak terjadi dengan sendirinya melainkan adanya faktor
yang mempengaruhi baik faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil
penelitian, secara keseluruhan faktor-faktor determinan perilaku seksual di SMA
se-Kota Semarang menunjukkan bahwa seluruh faktor berpengaruh positif
terhadap perilaku seksual. Dimana faktor-faktor determinan perilaku seksual ini
terdiri dari faktor internal yaitu motivasi, rasa ingin tahu dan berkembangnya
organ seksual, sedangkan faktor eksternal yaitu teman sepermainan, orangtua,
media dan televisi serta religiuitas.
96 Faktor determinan pertama adalah motivasi dengan pengaruh sebesar
12,2%. Motivasi merupakan penggerak perilaku. Motivasi tertentu akan
mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang
remaja, perilaku seks bebas dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan
didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya,
tanpa disertai komitmen yang jelas (romantic love), atau karena pengaruh
kelompok (konformitas). Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi
berpengaruh positif dan paling signifikan terhadap perilaku seksual siswa SMA
se-Kota Semarang dibandingkan dengan faktor determinan yang lain.
Faktor determinan yang kedua yaitu rasa ingin tahu dengan pengaruh
sebesar 15,6%. Seorang remaja melakukan seks bebas karena didorong oleh rasa
ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Ini
merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya. Menurut peneliti seorang remaja ingin
mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui
pengalaman mereka sendiri, dan disinilah suatu masalah seringkali muncul dalam
kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang
berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor rasa ingin tahu berpengaruh positif
terhadap perilaku seksual.
Faktor determinan selanjutnya adalah berkembangnya organ seksual
dengan pengaruh sebesar 13,6%. Pada kehidupan psikis remaja, perkembangan
organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan jenis
kelamin. Dikemukakan dalam Sarwono (1991) bahwa gonads (kelenjar seks) yang
97 tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan tubuh
(khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga
berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral, dan sosial. Ketertarikkan antar
lawan jenis ini kemudian berkembang ke pola kencan yang lebih serius serta
memilih pasangan kencan dan romans yang akan ditetapkan sebagai teman hidup.
Pada kehidupan moral, seiringan dengan bekerjanya gonads, tak jarang timbul
konflik dalam diri remaja (Sarwono, 1991). Masalah yang timbul yaitu akibat
adanya dorongan seks dan pertimbangan moral sering kali bertentangan. Bila
dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka
dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih
sebagai pembenaran diri.
Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosialnya ialah
remaja dapat memperoleh teman baru dan mengadakan jalinan cinta dengan lawan
jenisnya. Jalinan cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan
terhadap lawan jenis dan “cinta monyet” pun tidak tampak lagi. Mereka benarbenar terpaut hatinya pada seorang lawan jenis, sehingga terikat oleh tali cinta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berkembangnya organ seksual memiliki
pengaruh terhadap perilaku seksual remaja.
Kemudian faktor determinan teman sepermainan 9,3%. Pada masa remaja,
kedekatannya dengan peergroupnya sangat tinggi. Menurut peneliti ikatan peergroup seringkali menggantikan ikatan keluarga, selain itu mereka juga merupakan
sumber afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai
tempat remaja untuk mencapai otonomi dan independensi. Pengaruh teman
98 seringkali menyebabkan individu tersebut melakukan hal yang sama, yang disini
berarti perilaku seksual. Jika seorang teman dalam peer group pernah melakukan
suatu perilaku seksual dan dia bercerita dengan sesamanya dalam suatu kelompok
maka tidak menutup kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan ditiru dan
dilakukan oleh individu lainnya dalam kelompok tersebut. Hal ini erat kaitanyya
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa faktor teman sepermainan
memilki pengaruh positif dalam terbentuknya perilaku seksual remaja.
Lalu faktor determinan yang lain adalah orangtua dengan pengaruh sebesar
4,8%. Menurut pendapat peneliti pada dasarnya Perilaku yang tidak sesuai dengan
tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat dipengaruhi orang tua.
Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seks
kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku
seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya. Hal tersebut
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sarwono (1998) yang menyebutkan
bahwa pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh
orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam
keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan. Hasil penelitian juga
menjelaskan bahwa orangtua berpengaruh positif terhadap perilaku seksual yang
terjadi pada remaja. Maka dari itu pendidikan seks yang diajarkan oleh orangtua
harus dimulai sejak dini, agar perilaku anak tersebut ke depannya tidak berlanjut
ke arah negatif.
Faktor determinan lainnya yaitu media dan televisi dengan pengaruh
sebesar 14,5%. Pengaruh media dan televisi pun seringkali diimitasi oleh remaja
99 dalam perilakunya sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja
Barat, melalui observational learning, mereka melihat perilaku seks itu
menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh remaja
tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai, serta norma-norma dalam
lingkungan masyakarat yang berbeda. Santrock (2003: 318) menjelaskan bahwa
“Menonton seks di televisi dapat mempengaruhi perilaku remaja,...remaja yang
sering menonton televisi mendapat kesulitan untuk memisahkan dunia televisi
dengan dunia nyata.” Kemudian hasil penelitian menyebutkan bahwa media dan
televisi memiliki pengaruh positif terhadap terjadinya perilaku seksual. Maka dari
itu diperlukan adanya pengetahuan seksual yang benar sehingga dapat memimpin
seseorang kearah perilaku seksual yang rasional dan bertanggung jawab dan dapat
membantu membuat keputusan pribadi yang penting mengenai seksualitas.
Selanjutnya adalah faktor religiuitas dengan pengaruh sebesar 8,9%. Kata
religi berasal dari resiko (Latin) yang berarti mengikat atau ikatan. Religi
(Agama) pada umumnya terdapat aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban yang
harus dilaksanakan, yang semua itu berfungsi untuk mengikat diri seseorang atau
kelompok dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam
sekitarnya ( Haryanto dalam Paat, 2009: 76). Sehingga dapat dismpulkan bahwa
religiusitas merupakan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia
ataupun alam sekitarnya dimana hubungan ini mewujudkan sikap batin yang dapat
dilihat dalam ibadah yang dilakukan setiap harinya. Semakin tinggi nilai agama
yang dimilki seseorang dalam hal ini adalah remaja maka perilaku yang dihasilkan
akan semakin terarah dan terhindar dari perilaku menyimpang yang salah satunya
100 adalah perilaku seksual. Contoh seseorang yang rajin beribadah akan semakin
sering mendapat pesan atau ajaran yang melarang hubungan seks sebelum
menikah sehingga remaja tersebut akan cenderung kurang permisif dalam sikap
berperilaku seksual. Maka dari itu untuk menghindari perilaku seksual, remaja
hendaknya membentengi dirinya dengan ilmu agama yang sesuai dengan
keyakinannya.
4.3
Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang
ditemui. Adapun keterbatasan tersebut antara lain :
1. Kemungkinan adanya jawaban faking (jawaban tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya) dari responden karena alasan tertentu, meskipun
peneliti sudah berupaya menjelaskan kepada para responden untuk jujur
dalam menjawab pertanyaan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
atau sesuai dengan pemahaman dirinya.
2. Siswa mengisi angket 2 kali yaitu angket perilaku seksual dan angket
faktor determinan untuk keperluan penelitian sehingga siswa merasa
jenuh.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam perilaku seksual remaja dan faktor
determinannya di SMA se-Kota Semarang dapat disimpulkan bahwa :
1) Bentuk perilaku seksual yang cenderung dilakukan oleh remaja di SMA
se-Kota Semarang adalah berpelukan. Bentuk perilaku seksual yang lain
seperti berpegangan tangan, berciuman, necking, petting dan intercouse
cenderung dilakukan tetapi memperoleh kriteria rendah dan sangat rendah.
2) Faktor-faktor determinan perilaku seksual yang paling berpengaruh
terhadap perilaku seksual remaja di SMA se-Kota Semarang yaitu media
dan televisi. Sedangkan faktor determinan yang lain seperti motivasi, rasa
ingin tahu, berkembangnya organ seksual, teman sepermainan, orangtua
serta tingkat religiusitas cenderung tidak banyak berpengaruh terhadap
perilaku seksual remaja.
5.2
Saran
Berdasarkan simpulan hasil penelitian di SMA se-Kota Semarang, maka
dapat direkomendasikan beberapa saran:
5.2.1 Orangtua siswa SMA se-Kota Semarang diharapkan lebih pro aktif dan
terbuka dalam komunikasi dengan anaknya serta menanamkan pendidikan
seks bagi remaja sejak dini.
109
110 5.2.2 Pihak sekolah terutama guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat
memberikan konsultasi ataupun seminar rutin mengenai masalah seksual
agar siswa mendapatkan pengetahuan seksual yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Asrori, Ali. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Ekasari, Dewi. 2009. Hubungan Antara Tingkat Penalaran Moral Dengan sikap
Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Siswa Kelas XI SMA
PGRI 1 Pemalang. Skripsi: UNNES
Geldard. 2011. Konseling Remaja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik Jilid 1. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta
Monks. E.W,dkk. 1999. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UGM Press
Hurlock, Elisabeth. 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Erlangga
Santrock, John. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja). Jakarta: PT.
Erlangga
Sarwono, Sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada
Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistik. Bandung: Tarsito
Singarimbun, M. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES
Sugiyono.2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono.2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Supranto, J. 2000. Teknik Sampling Untuk Survei dan Eksperimen. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Supriyati. 2009. Hubungan Tingkat Perkembangan Moral Dengan Perilaku
Seksual Pada Siswa Yang Bertempat Tinggal di Pusat Kegiatan Siswa
(PKM) UNNES Tahun 2008/2009. Skripsi: UNNES
111
112 Suryoputro, Antono, dkk. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan
Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. MAKARA Vol 10, No. 1
Juni 2006: 29-40.
Wibowo. E.W, dkk. 2010. Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: UNNES
PERSS.
Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
113
114 Lampiran 1
DAFTAR SISWA SMA SE-KOTA SEMARANG
RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Ngaliyan
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 07 SMA Negeri 08 JUMLAH SMA Bina Nusantara JUMLAH MA Darul Ulum MA Nurussalam JUMLAH Tingkat I L (59) 199 118 317 31 31 13 11 P (60) 159 205 364 29 29 11 20 II L (61) 149 107 256 24 24 11 14 P (62) 202 198 400 4 4 11 17 III L (63) 149 83 232 32 32 9 9 P (64) 195 212 407 9 9 7 9 IV L (65) P (66) ‐ ‐ Jumlah ‐ ‐ L (67) 497 308 805 87 87 33 34 P (68) 556 615 1,171 42 42 29 46 Tingkat I L+P (69) 1,053 923 1,976 129 129 62 80 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 115 JUMLAH 24 31 25 28 18 16 ‐ 372 424 305 432 282 432 ‐ ‐ ‐ 67 75 959 1,288 2,247 ‐ 142 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Tugu
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) MA NU Nurul Huda MA Uswatun Hasanah JUMLAH *) Coret yang tidak sesuai Tingkat I L (59) 40 15 55 P (60) 102 20 122 II L (61) 46 15 61 P (62) 77 21 98 III L (63) 42 18 60 P (64) 79 20 99 IV L (65) Jumlah P (66) ‐ ‐ L (67) 128 48 176 P (68) 258 61 319 Tingkat I L+P (69) 386 109 495 L (76) ‐ ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ 116 RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 KECAMTAN : KABUPATEN/KOTA PROVINSI : : Semarang Barat
Kota Semarang
Jawa Tengah
STATUS SEKOLAH : 1 & 2 (Negeri dan Swasta)
KEMENDIKNAS
RC‐SM HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 06 JUMLAH SMA Kesatrian 1 SMA Nusa Bhakti SMA Ronggolawe SMA Widya Wiyata SMA Dian Kartika SMA Krista Mitra SMA Citischool SMA Kristen Tri Tunggal Tingkat I L (59) 176 176 106 34 10 11 6 52 12 P (60) 220 220 100 6 15 ‐ 14 70 5 II L (61) 163 163 177 30 26 10 12 71 5 P (62) 230 230 228 8 20 ‐ 3 50 14 III L (63) 139 139 215 32 23 20 13 74 6 P (64) 217 217 263 9 15 ‐ 7 57 ‐ IV L (65) Jumlah P (66) ‐ ‐ L (67) 478 478 498 96 59 41 31 197 23 P (68) 667 667 591 23 50 ‐ 24 177 19 Tingkat I L+P (69) 1,145 1,145 1,089 119 109 41 55 374 42 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 117 SMA Kristen Terang Bangsa SMA Setiabudhi JUMLAH JUMLAH 69 58 37 63 31 56 137 177 314 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 98 29 427 603 103 43 414 634 50 50 468 631 64 52 502 732 55 44 513 652 45 71 523 740 203 123 1,408 1,886 212 166 1,439 2,106 415 289 2,847 3,992 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Semarang Utara
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 14 SMA Masehi 1 PSAK JUMLAH Tingkat I II III P (66) L (67) 356 131 IV L (65) Tingkat P (68) 421 113 L+P (69) 777 244 L (76) ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ Jumlah L (59) 147 34 P (60) 138 35 L (61) 107 41 P (62) 140 43 L (63) 102 56 P (64) 143 35 I II L (78) ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ 118 181 173 148 183 158 178 ‐ ‐ 487 534 1,021 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Semarang Tengah
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 03 SMA Negeri 05 JUMLAH SMA Kolese Loyola SMA Kebon Dalem SMA Nusaputera SMA Theresiana 1 SMA Mataram SMA Walisongo Tingkat I L (59) 158 164 322 136 28 26 81 8 P (60) 275 232 507 118 26 22 51 9 II L (61) 161 169 330 135 30 17 60 6 P (62) 278 234 512 99 23 14 71 8 III L (63) 185 132 317 141 31 16 62 17 P (64) 281 197 478 92 38 16 57 16 IV L (65) Jumlah P (66) ‐ ‐ L (67) 504 465 969 412 89 59 203 31 P (68) 834 663 1,497 309 87 52 179 33 Tingkat I L+P (69) 1,338 1,128 2,466 721 176 111 382 64 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 119 SMA Purusatama SMA Theresiana 2 SMA Masehi 3 PSAK JUMLAH JUMLAH 48 47 38 51 37 52 123 150 273 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 17 344 666 ‐ ‐ 22 295 802 ‐ ‐ 23 309 639 ‐ ‐ 18 284 796 7 22 19 352 669 6 16 20 313 791 7 22 59 1,005 1,974 6 16 60 892 2,389 13 38 119 1,897 4,363 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Semarang Timur
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Institut Indonesia SMA Karangturi Tingkat I L (59) 126 P (60) 128 II L (61) 128 P (62) 143 III L (63) 123 P (64) 142 IV L (65) Jumlah P (66) L (67) 377 P (68) 413 Tingkat I L+P (69) 790 L (76) ‐ P (77) ‐ II L (78) ‐ P (79) ‐ III L (80) ‐ P (81) ‐ 120 SMA Kristen YSKI SMA Advent SMA Pancasila JUMLAH 138 132 103 116 118 131 359 379 738 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 61 1 4 330 68 3 3 334 50 6 16 303 95 3 ‐ 357 53 6 11 311 77 1 2 353 164 13 31 944 240 7 5 1,044 404 20 36 1,988 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Gayamsari
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Kesatrian 2 SMA Agus Salim SMA Perdana Tingkat I L (59) 149 13 P (60) 156 19 II L (61) 139 13 P (62) 152 11 III L (63) 131 12 P (64) 193 19 P (66) L (67) 419 38 IV L (65) Tingkat L+P (69) 920 87 L (76) ‐ ‐ Jumlah P (68) 501 49 I P (77) ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ 121 SMA Al Fattah Terboyo JUMLAH 5 7 19 4 15 7 39 18 57 19 186 20 202 23 194 11 178 18 176 18 237 60 556 49 617 109 ‐ 1,173 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Genuk
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA PROVINSI : : Kota Semarang
Jawa Tengah
STATUS SEKOLAH : 1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 10 JUMLAH SMA Al Islam SMA Islam Sultan Agung 3 JUMLAH MA Negeri 2 Tingkat I L (59) 110 110 10 27 37 P (60) 140 140 5 30 35 II L (61) 98 98 5 38 43 P (62) 140 140 10 45 55 III L (63) 84 84 3 31 34 ‐ ‐ 7 53 L (65) Jumlah P (64) 123 123 60 IV P (66) ‐ ‐ L (67) 292 292 18 96 114 P (68) 403 403 22 128 150 Tingkat I L+P (69) 695 695 40 224 264 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 122 JUMLAH MA Hidayatus Subbyan MA Futuhiyyah Kudu JUMLAH JUMLAH 56 109 61 90 85 121 56 51 38 89 292 109 90 61 151 435 61 35 33 68 270 90 66 33 99 384 85 47 39 86 289 121 ‐ ‐ 81 63 144 448 ‐ ‐ ‐ ‐ 202 320 522 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 202 133 110 243 851 320 237 157 394 1,267 522 370 267 637 2,118 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Pedurungan
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 02 JUMLAH Tingkat I L (59) 148 P (60) 268 II L (61) 136 P (62) 249 III L (63) 146 P (64) 208 IV L (65) Jumlah P (66) L (67) 430 P (68) 725 Tingkat I L+P L (69) (76) 1,155 ‐ P (77) ‐ II L (78) ‐ P (79) ‐ III L (80) ‐ P (81) ‐ 123 SMA Masehi 2 PSAK SMA PGRI 1 SMA Kyai Ageng Pandanaran SMA Gita Bahari SMA At Thohiriyyah JUMLAH MA Negeri 1 JUMLAH MA Darus Sa'adah MA Al Wathoniyyah MA Infarul Ghoy MA Syaroful Millah JUMLAH JUMLAH *) Coret yang tidak sesuai 148 268 136 249 146 208 34 14 ‐ 47 25 120 139 139 ‐ 39 22 18 79 486 25 2 ‐ 36 25 88 248 248 ‐ 39 17 24 80 684 19 19 ‐ 63 ‐ 101 140 140 22 36 14 15 87 464 15 11 ‐ 54 ‐ 80 238 238 14 17 20 33 84 651 42 28 4 51 ‐ 125 121 121 9 32 12 9 62 454 33 8 8 82 ‐ 131 235 235 6 23 15 17 61 635 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 430 725 1,155 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 95 61 4 161 25 346 400 400 31 107 48 42 228 1,404 73 21 8 172 25 299 721 721 20 79 52 74 225 1,970 168 82 12 333 50 645 1,121 1,121 51 186 100 116 453 3,374 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 1 1 1 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 124 RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Tembalang
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 15 JUMLAH MA Al Ishlah MA Darut Taqwa MA Husnul Khatimah MA Azzuhdi MA Taqwal Illah JUMLAH JUMLAH *) Coret yang tidak sesuai Tingkat I L (59) 131 131 17 23 28 44 ‐ 112 243 P (60) 156 156 12 19 37 44 ‐ 112 268 II L (61) 136 136 8 18 27 41 51 145 281 P (62) 143 143 11 28 45 29 60 173 316 III L (63) 122 122 10 33 27 23 27 120 242 P (64) 153 153 10 36 37 12 50 145 298 P (66) L (67) 389 389 35 74 82 108 78 377 766 IV L (65) Tingkat L+P (69) 841 841 68 157 201 193 188 807 1,648 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Jumlah ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (68) 452 452 33 83 119 85 110 430 882 I P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 125 RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Mijen
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA PROVINSI : : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 13 SMA Negeri 16 JUMLAH SMA Muhammadiyah 2 SMA Unggulan Nurul Islami JUMLAH MA Baitussalam MA NU Al Hikmah JUMLAH Tingkat I L (59) 100 70 170 13 7 20 51 18 P (60) 169 70 239 3 16 19 ‐ 19 II L (61) 83 69 152 9 6 15 24 15 P (62) 157 93 250 8 17 25 ‐ 21 III L (63) 82 99 181 14 17 31 25 6 P (64) 124 128 252 11 16 27 ‐ 5 P (66) L (67) 265 238 503 36 30 66 100 39 IV L (65) Tingkat L+P (69) 715 529 1,244 58 79 137 100 84 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Jumlah ‐ ‐ ‐ ‐ P (68) 450 291 741 22 49 71 ‐ 45 I P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 126 JUMLAH 69 19 39 21 31 5 ‐ 259 277 206 296 243 284 ‐ ‐ ‐ 139 45 184 708 857 1,565 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Gunungpati
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 12 SMA YPE SMA Islam Pragolapati SMA Semesta SMA Al Uswah Tingkat I L (59) 135 135 9 15 56 P (60) 177 177 5 6 54 II L (61) 138 138 7 7 61 P (62) 172 172 1 8 74 III L (63) 81 81 12 4 69 P (64) 162 162 9 8 60 P (66) L (67) 354 354 28 26 186 IV L (65) Tingkat L+P (69) 865 865 43 48 374 L (76) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Jumlah ‐ ‐ P (68) 511 511 15 22 188 I P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ II L (78) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (79) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ 1 ‐ ‐ 127 MA Al Asror MA Nudia JUMLAH 6 5 4 6 4 7 86 62 25 87 308 70 71 25 96 343 79 52 16 68 285 89 83 28 111 372 89 43 2 45 215 84 65 7 72 318 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 14 18 32 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 254 157 43 200 808 243 219 60 279 1,033 497 376 103 479 1,841 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 1 ‐ ‐ ‐ 1 *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Banyumanik
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Negeri 04 SMA Negeri 09 Tingkat I L (59) 134 P (60) 216 II L (61) 183 P (62) 203 III L (63) 177 P (64) 214 IV L (65) Jumlah P (66) L (67) 494 P (68) 633 Tingkat I L+P L (69) (76) 1,127 ‐ P (77) ‐ II L (78) ‐ P (79) ‐ III L (80) ‐ P (81) ‐ 128 JUMLAH SMA Nasional SMA Mardisiswa SMA Islam Hidayatullah SMA Permata Bangsa International JUMLAH MA Al Burhan JUMLAH JUMLAH 140 184 147 154 128 152 274 12 59 61 ‐ 132 10 10 416 400 1 71 34 2 108 16 16 524 330 18 51 45 3 117 14 14 461 357 ‐ 75 44 4 123 12 12 492 305 27 78 31 1 137 13 13 455 366 2 75 41 2 120 23 23 509 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 415 490 905 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 909 57 188 137 4 386 37 37 1,332 1,123 3 221 119 8 351 51 51 1,525 2,032 60 409 256 12 737 88 88 2,857 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ *) Coret yang tidak sesuai RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 Semarang Selatan
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : Kota Semarang
Jawa Tengah
STATUS SEKOLAH : 1 & 2 (Negeri dan Swasta) HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah Tingkat I L II P L III P L IV P L Jumlah P RC‐SM L P Tingkat I L+P L II P L III P L P 129 (1) SMA Negeri 11 SMA Negeri 01 JUMLAH SMA Sedes Sapientiae SMA Islam Sultan Agung 1 SMA Sepuluh Nopember SMA Nasima JUMLAH MA Al Khoiriyah JUMLAH JUMLAH *) Coret yang tidak sesuai #REF! 169 188 357 131 114 8 41 294 ‐ ‐ 651 #REF! 195 248 443 148 110 7 35 300 ‐ ‐ 743 #REF! 189 158 347 107 175 18 37 337 9 9 693 #REF! 164 226 390 157 124 12 40 333 11 11 734 #REF! 139 164 303 113 195 14 35 357 10 10 670 #REF! 140 250 390 162 164 16 41 383 9 9 782 #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! #REF! 497 510 ‐ 1,007 351 484 40 113 ‐ 988 19 ‐ 19 ‐ 2,014 #REF! 499 724 1,223 467 398 35 116 1,016 20 20 2,259 #REF! 996 1,234 2,230 818 882 75 229 2,004 39 39 4,273 #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ #REF! ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 130 RANGKUMAN KECAMATAN DATA SEKOLAH MENENGAH (SMA,MA) TAHUN PELAJARAN : 2011/2012 RC‐SM Candisari
KECAMTAN : KEMENDIKNAS
KABUPATEN/KOTA : PROVINSI : STATUS SEKOLAH : Kota Semarang
Jawa Tengah
1 & 2 (Negeri dan Swasta)
HALAMAN : 3 LEMBAR KE : 1 Siswa Berkebutuhan Khusus Menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Siswa menurut Tingkat dan Jenis Kelamin Nama Sekolah (1) SMA Sint Louis SMA Muhammadiyah 1 SMA Santo Michael JUMLAH *) Coret yang tidak sesuai Tingkat I L (59) 116 39 25 180 P (60) 99 29 16 144 II L (61) 92 32 27 151 P (62) 119 38 9 166 III L (63) 61 41 51 153 P (64) 63 65 26 154 P (66) L (67) 269 112 103 484 IV L (65) Jumlah ‐ ‐ P (68) 281 132 51 464 L+P (69) 550 244 154 948 Tingkat I L (76) P (77) ‐ ‐ ‐ ‐ 2 ‐ 2 ‐ II L (78) ‐ ‐ 1 1 P (79) ‐ ‐ 1 1 III L (80) ‐ ‐ ‐ ‐ P (81) ‐ ‐ ‐ ‐ 131 Lampiran 2
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sebelum Uji Coba
KISI-KISI INSTRUMEN
“ANGKET PERILAKU SEKSUAL”
Variabel
Bentukbentuk
perilaku
seksual
Sub
Variabel
Perilaku
yang
dilakukan
tanpa ada
bantuan
orang lain
Indikator
4. Masturbasi
Deskriptor
Item
Perilaku seksual
1,2,3,4,5
untuk melakukan
• Saya melakukan masturbasi
rangsangan seksual
• Saya menggunakan media
dengan berbagai cara
pada alat kelamin
tangan untuk masturbasi
• Saya melakukan masturbasi
sekurang-kurangnya sekali
dalam seminggu
• Saya menggunakan alat
bantu(vibrator) untuk
melakukan masturbasi
• Saya menggunakan sabun atau
gel pelicin dalam melakukan
masturbasi
Perilaku seksual
5. Fantasi
Seksual
untuk merangsang
6,7,8,9
diri dengan cara
• Saya berfantasi seksual
membayangkan
• Setiap kali ingin tidur saya
suatu objek yang
membayangkan sedang
menggairahkan
berhubungan seksual
• Saya berfantasi seksual ketika
melihat lawan jenis yang
menarik dan sexi
• Saya berfantasi seksual ketika
ada waktu luang
• Saya mendapatkan kenikmatan
yang lebih ketika
Perilaku untuk
6. Membaca dan
melakukan
membayangkan berhubungan
seks.
9,10,11,12,13,14
132 Melihat
rangsangan seksual
gambar porno
dengan cara
membaca dan
• Saya membaca dan melihat
gambar porno
• Saya berlangganan majalah
melihat gambar
porno
porno
• Saya mempunyai koleksi
gambar porno
• Saya ketagihan melihat dan
membaca majalah porno
• Saya membaca dan melihat
majalah porno sekurangkurangnya sekali dalam
seminggu bahkan lebih
• Saya mendapatkan kenikmatan
ketika membaca cerita-cerita
seks.
15,16,17,18,18
Perilaku
yang
dilakukan
dengan
bantuan
orang lain
7. Berpegangan
tangan
Perilaku seksual
•
dengan cara
menyentuh tangan
tangan.
• Saya suka memegang tangan
pasangan untuk
memberikan
rangsangan pada
Saya melakukan pegangan
lawan jenis.
• Gairah seksual saya muncul
ketika berpegangan tangan
pasangan
dengan lawan jenis.
• Jantung saya berdebar-debar
ketika berpegangan tangan
dengan lawan jenis
• Saya memegang tangan lawan
jenis/pasangan setiap kali
8. Berpelukan
bertemu
Perilaku seksual
dengan cara
memeluk pasangan
untuk memberikan
rasa nyaman kepada
pasangan
19,20,21,22
•
Saya berpelukan dengan
lawan jenis.
•
Saya memeluk pasangan/
lawan jenis setiap bertemu
•
Saya memeluk pasangan
133 sebagai cara menunjukan rasa
sayang.
•
Saya memeluk lawan jenis
guna mendapatkan
kenikmatan.
9. Berciuman
(kissing)
Perilaku seksual
untuk membuktikan
23,24,25,26,25,26,27,28,29
•
rasa sayang kepada
pasangan dengan
jenis.
•
cara mencium
kening, pipi
Saya mencium pipi lawan
jenis/ pasangan
•
kemudian berlanjut
saling mencium bibir
Saya berciuman dengan lawan
Saya mencium kening lawan
jenis/ pasangan
•
Saya mencium bibir lawan
jenis/ pasangan
•
Saya mencium lawan jenis
sebagai bentuk kasih sayang
•
Saya mencium lawan jenis
dengan nafsu
•
Saya sekurang-kurangnya
mncium pipi sekali dalam
sehari
•
Saya sekurang-kurangnya
mencium bibir sekali dalam
sehari
•
Saya sekurang-kurangnya
mencium bibir sekali dalam
seminggu
Perilaku seksual
dengan mencium
10. Mencium
daerah sensitif
Leher
pasangan sehingga
(necking)
menimbulkan
30,31,32,33
•
Saya mencium/dicium lawan
jenis/ pasangan pada bagian
rangsangan seksual
leher
•
Saya selalu mencium leher
134 ketika bertemu pasangan/
lawan jenis
•
Saya selalu mencium leher
untuk memulai hubungan seks
dengan pasangan/ lawan jenis
•
Saya sekurang-kurangnya
mencium leher pasangan/
lawan jenis sekali dalam
seminggu
Perilaku seksual
11. Saling
dengan melakukan
34,35,36,37
seks seperti suami
•
Saya memegang dan
menggesek
istri dengan saling
memainkan alat kelamin
alat kelamin
memegang alat
lawan jenis/ pasangan.
(petting)
kelamin, saling
•
Saya melakukan oral seks.
menindih dan saling
•
Saya menindih dan
memainkan alat
bermesraan dengan
kelamin meskipun
memainkan alat kelamin
masih mengenakan
lawan jenis.
pakaian
•
Saya sekurang-kurangnya
melakukan petting sekali
dalam seminggu dengan
pasangan/ lawan jenis
Perilaku seksual
dengan cara
melakukan
12. Berhubungan
hubungan intim/
intim
senggama antara
(intercouse)
laki-laki dan
38,39,40,41,42,43,44
•
intim dengan lawan jenis.
•
perempuan untuk
dapat dibendung lagi
Saya melakukan hubungan
intim dengan pasangan/ lawan
memuaskan hasrat
seksual yang tidak
Saya melakukan hubungan
jenis setiap kali bertemu
•
Saya melakukan hubungan
intim dengan berbagai gaya
(missionaris, doggy style dan
69)
135 •
Saya melakukan hubungan
intim sekurang-kurangnya
sekali dalam seminggu
•
Saya melakukan hubungan
intim sekurang-kurangnya
sekali dalam sebulan
•
Saya menggunakan alat
kontrasepsi ketika
berhubungan intim
•
Setiap kali hasrat seks saya
meningkat, saya langsung
melakukan hubungan intim
dengan lawan jenis/ pasangan.
136 Lampiran 3
Kisi-Kisi Instrumen Faktor Determinan Sebelum Uji Coba
KISI-KISI INSTRUMEN
“ANGKET FAKTOR DETERMINAN”
Variabel
Faktor
determinan
perilaku seksual
Sub
Variabel
Faktor
Internal
Indikator
Deskriptor
Item
+
4 Motivasi
Dorongan dalam diri
untuk melakukan
• Saya mencoba mengalihkan
perilaku seksual
3,4,5,6
1,2
perhatian saya ketika dorongan
seks saya meningkat
• Saya tidak berminat dengan hal
yang menyangkut seks
• Saya sulit mengendalikan
dorongan seks dalam diri saya
• Saya selalu ingin melakukan
hubungan seks
• Hasrat seks saya menggebu-gebu
• Keinginan saya meningkat ketika
melihat teman saya melakukan
perilaku seks
9,10,11,12
5 Rasa ingin
tahu
Kecenderungan siswa
untuk mencoba
7,8
• Saya tertarik dengan hal baru
•
Saya selalu bertanya mengenai
sesuatu hal yang
seks untuk menambah
belum diketahuinya
pengetahuan
•
Saya selalu mencari tahu lewat
yang berbau seksual
• Saya penasaran dengan hal yang
menyangkut seks
• Saya ingin mempraktekkan apa
137 internet hal yang belum pernah
yang belum pernah saya lakukan
saya ketahui mengenai seks
terkait dengan seks
• Saya selalu mencoba hal baru
dalam seks dengan pasangan atau
lawan jenis
Perilaku seksual siswa
6 Berkembangn
yang cenderung
ya organ
diakibatkan mulai
seksual
berfungsinya organ-
13,14,15
•
•
organ seksual yang
berpengaruh pada
perilaku seksualnya
Saya sudah mengalami mimpi
• Saya sering merasakan
basah
rangsangan seksual setelah saya
Saya sudah mengalami
mengalami mimpi basah
menstruasi
•
16,17,18,19,20
• Saya sering marasakan
Saya bangga dengan bentuk
rangsangan seksual setelah saya
tubuh saya
mengalami menstruasi
• Saya sering terangsang ketika
berdekatan dengan lawan jenis
saya
• Saya mudah terangsang dan ingin
melakukan hubungan seksual
• Saya merasakan rangsangan yang
tidak wajar pada organ intim saya
138 24,25,26,27
•
Perilaku seksual
remaja dikarenakan
Faktor
Eksternal
5.6 Teman
sepermainan
adanya pengaruh kuat
21,22,23
•
dari teman sebaya
(peer group)
•
Saya tidak tergerak untuk
oleh ajakan teman-teman
•
Saya mengikuti kebiasaan
melakukan seks seperti yang
teman-teman dalam
teman-teman saya lakukan
berperilaku seks
Saya cenderung menghindari
•
teman-teman yang melakukan
seks
•
Saya mudah terpengaruh
Saya memperoleh informasi
tentang seks dari teman saya
•
Saya khawatir di cap
Saya menghindari pembicaraan
kampungan jika saya tidak
teman yang berhubungan
berperilaku sama dengan
dengan seks
teman sepermainan saya
31,32,33,34,35
Perilaku seksual siswa
• Orangtua saya tidak pernah
dikarenakan
kurangnya pemahaman
5.7 Orangtua
yang diberikan
membicarakan hal yang
28,29,30
• Orangtua saya sangat
orangtua mengenai
memperhatikan tingkah laku saya
dasar pendidikan seks
terutama dalam perilaku seksual
serta kontrol yang
kurang terhadap
• Orangtua saya merespon dengan
baik setiap pertanyaan/ pernyataan
berhubungan dengan perilaku
seksual
• Saya malu jika bertanya tentang
seks dengan orangtua
• Bagi orangtua saya perilaku
seksual adalah hal yang tabu
139 perilaku seksual anak
yang menyangkut seks
• Orangtua saya selalu memantau
perkembangan saya hingga saat ini
• Orangtua jarang memberi
kesempatan saya untuk bertanya
mengenai seks
• Saya dimarahi orangtua ketika
bertanya seputar seks
Perilaku seksual siswa
akibat adanya imitasi
dari menonton media
5.8 Media dan
televisi
36,37,38
• Bagi saya menonton acara seks
dan televisi sehingga
dapat menambah pengetahuan dan
siswa melihat perilaku
wawasan
seksual itu
menyenangkan dan
dapat diterima
mayarakat
• Bagi saya acara seks di televisi
tidak berpengaruh buat saya
• Saya kurang sependapat jika ada
39,40,41,42
• Saya tertarik menonton acara
yang berbau seks
• Saya memilih menonton acara
yang membahas seks daripada
acara rohani
• Saya mempraktekkan tingkah
yang mengatakan bahwa menonton
laku seks yang saya tonton di
acara seks tidak ada manfaatnya
televisi
• Saya rutin menonton acara
televisi yang membahas tentang
seks
Kurangnya nilai
agama yang dimilki
mengakibatkan
43,44,45,46
• Saya rajin beribadah sesuai agama
47,48,49,50
140 kecenderungan
5.9 Tingkat
religiuitas
saya
•
Saya menganggap bahwa
perilaku seksual pada
• Saya selalu membaca al-quran
onani/ masturbasi bukan
siswa
• Saya selalu membaca al-kitab
termasuk zina
• Saya rajin mengikuti acara
•
Saya tidak dapat
membedakan perbuatan yang
kerohanian di tempat ibadah saya
diharamkan dan dihalalkan
oleh agama yang terkait
dengan masalah seksual
•
Saya tidak menganggap
bahwa hubungan seksual
dengan pasangan/ lawan
jenis sebelum menikah itu
dosa
•
Saya menganggap bahwa
hubungan seksual dengan
pasangan sebelum menikah
adalah wajar
142 Lampiran 4
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Seksual Remaja Sesudah Uji Coba
Variabel
Sub Variabel
Bentuk- bentuk
perilaku seksual.
Perilaku yang
dilakukan tanpa ada
bantuan orang lain.
Indikator
7. Masturbasi
Deskriptor
Item
Perilaku seksual untuk
• Saya melakukan aktivitas masturbasi/ Onani.
melakukan rangsangan seksual
• Saya menggunakan media tangan untuk melakukan masturbasi/
dengan berbagai cara pada alat
kelamin.
Onani.
• Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan alat bantu.
• Melakukan masturbasi/ onani menggunakan sabun atau gel pelicin
8. Fantasi
Seksual.
Perilaku seksual untuk
• Saya berfantasi seksual.
merangsang diri dengan cara
• Saya membayangkan/ berkhayal melakukan hubungan seks dengan
membayangkan suatu objek
yang menggairahkan.
pacar
• Ketika ingin tidur saya membayangkan sedang berhubungan seksual.
• Berfantasi seksual ketika melihat lawan jenis yang menarik
• Berfantasi seksual ketika ada waktu luang.
• Saya mendapatkan kenikmatan yang lebih ketika membayangkan
berhubungan seks.
9. Membaca
dan Melihat
Perilaku untuk melakukan
• Saya berlangganan majalah porno.
rangsangan seksual dengan
• Memiliki koleksi gambar porno.
143 Perilaku yang
dilakukan dengan
bantuan orang lain.
gambar
cara membaca dan melihat
• Merasa ketagihan melihat dan membaca majalah porno.
porno.
gambar porno.
•
Saya membaca dan melihat gambar porno.
•
Saya mendapatkan kenikmatan ketika membaca cerita seks
Perilaku seksual dengan cara
•
Saya melakukan aktivitas berpegangan tangan dengan lawan jenis.
menyentuh tangan pasangan
•
Gairah seksual saya muncul ketika berpegangan tangan dengan
13. Berpegangan
tangan.
untuk memberikan rangsangan
pada pasangan.
lawan jenis.
•
Menikmati ketika memegang tangan lawan jenis/ pasangan
•
Jantung saya berdebar-debar ketika berpegangan tangan
dengan lawan jenis.
14. Berpelukan
Perilaku seksual dengan cara
•
Saya memeluk pasangan/ lawan jenis ketika bertemu.
memeluk pasangan untuk
•
Melakukan aktivitas memeluk pasangan sebagai cara
memberikan rasa nyaman
15. Berciuman
(kissing)
menunjukkan rasa sayang
kepada pasangan.
•
Memeluk lawan jenis guna mendapatkan kenikmatan.
Perilaku seksual untuk
•
Berciuman dengan lawan jenis.
membuktikan rasa sayang
•
Mencium pipi lawan jenis/ pasangan
kepada pasangan dengan
•
Mencium kening lawan jenis/ pasangan
cara mencium kening, pipi
•
Mencium bibir lawan jenis/ pasangan
kemudian berlanjut saling
•
Mencium lawan jenis sebagai bentuk kasih sayang
mencium bibir .
•
Saya mencium lawan jenis dengan nafsu.
16. Mencium
Perilaku seksual dengan
• Mencium leher ketika bertemu pasangan/ lawan jenis
Leher
mencium daerah sensitif
• Melakukan aktivitas mencium/ dicium leher oleh pasangan/ lawan
144 (necking)
pasangan sehingga
menimbulkan rangsangan
jenis
• Mencium leher untuk memulai hubungan seks dengan pasangan/
seksual
lawan jenis
Perilaku seksual dengan
•
Melakukan oral seks.
menggesek
melakukan seks seperti suami
•
Melakukan aktivitas memegang dan memainkan alat kelamin lawan
alat kelamin
istri dengan saling memegang
(petting)
alat kelamin, saling menindih
17. Saling
jenis/ pasangan.
•
dan saling memainkan alat
Melakukan aktivitas menindih dan bermesraan dengan memainkan
alat kelamin lawan jenis.
kelamin meskipun masih
mengenakan pakaian
Perilaku seksual dengan cara
•
Melakukan hubungan intim dengan lawan jenis
n intim
melakukan hubungan intim/
•
Melakukan hubungan intim ketika bertemu dengan lawan jenis/
(intercouse)
senggama antara laki-laki dan
18. Berhubunga
pasangan
perempuan untuk memuaskan
•
Melakukan hubungan intim ketika hasrat seks meningkat
hasrat seksual yang tidak dapat
•
Saya menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan intim
dibendung lagi
145 Lampiran 5
KISI-KISI INSTRUMEN SESUDAH UJI COBA
“ANGKET FAKTOR DETERMINAN”
Variabel
Faktor
determinan
perilaku seksual
Sub
Variabel
Faktor
Internal
Indikator
1. Motivasi
Deskriptor
Dorongan dalam diri
untuk melakukan
perilaku seksual
Item
+
1. Saya tidak berminat dengan hal
yang menyangkut seks
2. Saya mencoba mengalihkan
perhatian saya ketika dorongan
seks saya meningkat
1. Hasrat saya menggebu-gebu
untuk melakukan hubungan
seksual
2. Keinginan saya melakukan
hubungan seksual meningkat
ketika melihat teman saya
melakukan perilaku seks
3. Saya sulit mengendalikan
dorongan seks dalam diri saya
8. Bagi saya berhubungan seksual
adalah hal yang wajar di kalangan
remaja
9. Saya selalu ingin melakukan
hubungan seks
7 Rasa ingin
tahu
Kecenderungan siswa
untuk mencoba
sesuatu hal yang
belum diketahuinya
10. Saya selalu bertanya mengenai seks 14. Saya penasaran dengan hal yang
untuk menambah pengetahuan
11. Saya selalu mencari tahu lewat
internet hal yang belum pernah
menyangkut seks
15. Saya tertarik dengan hal baru
yang berbau seksual
146 saya ketahui mengenai seks
16. Saya selalu mencoba hal baru
dalam seks dengan pasangan
atau lawan jenis
17. Saya ingin mempraktekkan apa
yang belum pernah saya
lakukan terkait dengan seks
Perilaku seksual siswa
8 Berkembangn
15. Saya sudah mengalami mimpi
yang cenderung
ya organ
diakibatkan mulai
seksual
berfungsinya organorgan seksual yang
berpengaruh pada
perilaku seksualnya
basah
18.
19.
16. Saya sering merasakan
Saya bangga dengan bentuk
rangsangan seksual setelah saya
tubuh saya
mengalami mimpi basah
Saya sudah mengalami
menstruasi
22. Saya sering marasakan
rangsangan seksual setelah saya
mengalami menstruasi
23. Saya sering terangsang ketika
berdekatan dengan lawan jenis
saya
24. Saya mudah terangsang dan
ingin melakukan hubungan
seksual
25. Saya merasakan rangsangan yang
tidak wajar pada organ intim saya
147 Perilaku seksual
remaja dikarenakan
5.10 Teman
Faktor
Eksternal
sepermainan
29. Saya tidak tergerak untuk
adanya pengaruh kuat
melakukan seks seperti yang
dari teman sebaya
teman-teman saya lakukan
(peer group)
30. Saya cenderung menghindari
teman-teman yang
melakukan seks
30. Saya menghindari
pembicaraan teman yang
berhubungan dengan seks
31. Teman saya mengajak nonton
film porno
32. Teman saya berbagi pengalamn
seksualnya dengan saya
33. Saya memperoleh informasi
tentang seks dari teman saya
34. Saya mudah terpengaruh oleh
ajakn teman-teman
35. Saya mengikuti kebiasaan
teman-teman dalam berperilaku
seks
33. Saya khawatir diberi julukan
kampungan jika saya tidak
berperilaku sama dengan teman
sepermainan saya
34. Teman saya mengajak untuk
melakukan seks bebas
Perilaku seksual siswa
dikarenakan
35. Saya malu jika bertanya tentang
148 kurangnya pemahaman
5.11 Orangtua
34. Orangtua saya sangat
yang diberikan
memperhatikan tingkah laku saya
orangtua mengenai
terutama dalam perilaku seksual
dasar pendidikan seks
serta kontrol yang
kurang terhadap
perilaku seksual anak
36. Setiap hari orangtua menanyakan
keadaan saya
42. Orangtua saya merespon
dengan baik setiap pertanyaan/
seks dengan orangtua
35. Bagi orangtua saya perilaku
seksual adalah hal yang tabu
36.Saya tidak berbincang-bincang
dengan orangtua jika saya
memiliki masalah seputar seks
37. Orangtua saya tidak pernah
pernyataan yang menyangkut
membicarakan hal yang
seks
berhubungan dengan perilaku
43. Orangtua saya selalu memantau
perkembangan saya hingga saat
ini
seksual
44. Orangtua jarang memberi
kesempatan saya untuk bertanya
mengenai seks
45. Saya dimarahi orangtua ketika
bertanya seputar seks
Perilaku seksual siswa
akibat adanya imitasi
dari menonton media
dan televisi sehingga
5.12 Media dan
televisi
43.Saya tertarik menonton acara
43. Bagi saya menonton acara seks
siswa melihat perilaku
dapat menambah pengetahuan
seksual itu
dan wawasan
menyenangkan dan
46. Saya kurang sependapat jika ada
yang berbau seks
50. Saya memilih menonton acara
yang membahas seks daripada
acara rohani
149 dapat diterima
yang mengatakan bahwa
mayarakat
menonton acara seks tidak ada
manfaatnya
47. Bagi saya acara seks di televisi
tidak berpengaruh buat saya
51. Acara televisi yang berbau seks
adalah seni
52. Saya mempraktekkan tingkah
laku seks yang saya tonton di
televisi
53. Saya rutin menonton acara
televisi yang membahas tentang
Kurangnya nilai
seks
agama yang dimilki
mengakibatkan
kecenderungan
perilaku seksual pada
siswa
5.13 Tingkat
religiuitas
58. Saya rajin beribadah sesuai
agama saya
59. Saya selalu membaca al-quran
60. Saya selalu membaca al-kitab
61. Saya rajin mengikuti acara
62. Saya menganggap bahwa
onani/ masturbasi bukan
termasuk zina
63. Saya tidak dapat
membedakan perbuatan yang
kerohanian di tempat ibadah
diharamkan dan dihalalkan
saya
oleh agama yang terkait
dengan masalah seksual
64. Saya tidak menganggap
bahwa hubungan seksual
dengan pasangan/ lawan
jenis sebelum menikah itu
dosa
150 65. Saya menganggap bahwa
hubungan seksual dengan
pasangan sebelum menikah
adalah wajar
151 Lampiran 6
ANGKET PENELITIAN SEBELUM UJI COBA
Pengantar:
Dalam rangka untuk menyelesaikan penulisan skripsi, mohon bantuan Anda untuk
mengisi angket ini sesuai pernyataan yang ada. Tujuan pengisian angket, untuk mengetahui
gambaran tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya. Atas kesediaan Anda
untuk mengisi angket ini saya mengucapkan terimakasih.
Petunjuk :
1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang terdapat di dalam angket ini
2. Penelitian ini murni bertujuan untuk keperluan penulisan skripsi, kerahasiaan
identitas dan isian jawaban dijamin oleh penulis sehingga diharapkan dalam
pengisian jawaban sesuai dengan keadaan sebenarnya.
3. Pada angket terdapat pernyataan yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yang benarbenar dapat mewakili tingkat kesesuaian pernyataan dengan diri Anda. Jawaban
yang Anda berikan tidak akan dikategorikan dalam jawaban benar atau salah.
Jawaban setiap pernyataan yang dipilih akan bernilai benar apabila sesuai dengan
kondisi yang Anda alami. Tugas Anda adalah member tanda cek (√) pada salah
satu kolom jawaban yang tersedia yaitu S, SR, KD, JR, dan TP sesuai pernyataan
anda.
Keterangan :
S
: Selalu
SR
: Sering
KD
: Kadang-Kadang
JR
: Jarang
TP
: Tidak Pernah
No
Pernyataan
S
1
Saya mengobrol dengan teman saya setiap kali
bertemu
SR
√
Jawaban
KD
JR
Berdasarkan contoh diatas, tanda cek (√) pada jawaban SR menunjukkan bahwa anda
sering mengobrol dengan teman setiap kali bertemu.
SELAMAT MENGERJAKAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Pernyataan
Saya melakukan aktivitas masturbasi/ Onani
Saya menggunakan media tangan untuk melakukan masturbasi/ Onani
Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan alat bantu
Melakukan masturbasi/ Onani menggunakan sabun/ gel pelicin
Saya berfantasi seksual
Saya membayangkan/ berkhayal melakukan hubungan seks dengan pacar
Ketika ingin tidur saya membayangkan sedang berhubungan seks
Berfantasi seksual ketika melihat lawan jenis yang menarik
TP
152 9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
Berfantasi seksual ketika ada waktu luang
Saya mendapatkan kenikmatan yang lebih ketika membayangkan berhubungan seks
Saya berlangganan majalah porno
Memilki koleksi gambar porno
Merasa ketagihan melihat dan membaca majalah porno
Saya membaca dan melihat majalah porno
Merasa mendapatkan kenikmatan ketika membaca cerita seks
Saya melakukan aktivitas berpegangan tangan dengan lawan jenis
Gairah seksual saya muncul ketika berpegangan tangan dengan lawan jenis
Menikmati ketika memegang tangan lawan jenis/ pasangan
Saya memeluk pasangan/ lawan jenis ketika bertemu
Melakukan aktivitas memeluk pasangan sebagai cara menunjukkan rasa sayang
Memeluk lawan jenis/ pasangan untuk mendapatkan kenikmatan
Berciuman dengan lawan jenis/ pasangan
Mencium pipi lawan jenis/ pasangan
Mencium kening lawan jenis/ pasangan
Mencium bibir lawan jenis/ pasangan
Mencium lawan jenis sebagai ungkapan rasa sayang
Saya mencium lawan jenis dengan nafsu
Mencium leher ketika bertemu pasangan/ lawan jenis
Melakukan aktivitas mencium/ dicium leher oleh pasangan/ lawan jenis
Mencium leher untuk memulai hubungan seks dengan pasangan
Melakukan aktivitas oral seks
Melakukan aktivitas memegang dan memainkan alat kelamin lawan jenis/ pasangan
Melakukan aktivitas menindih dan bermesraan dengan lawan jenis/ pasangan
Melakukan hubungan intim dengan lawan jenis/ pasangan
Melakukan hubungan intim ketika bertemu dengan pasangan/ lawan jenis
Melakukan hubungan intim ketika hasrat seks meningkat
Saya menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan intim
153 Lampiran 7
ANGKET PENELITIAN SESUDAH UJI COBA
Pengantar:
Dalam rangka untuk menyelesaikan penulisan skripsi, mohon bantuan Anda untuk
mengisi angket ini sesuai pernyataan yang ada. Tujuan pengisian angket, untuk mengetahui
gambaran tentang perilaku seksual remaja dan faktor determinannya. Atas kesediaan Anda
untuk mengisi angket ini saya mengucapkan terimakasih.
Petunjuk :
1. Bacalah dengan teliti setiap pernyataan yang terdapat di dalam angket ini
2. Penelitian ini murni bertujuan untuk keperluan penulisan skripsi, kerahasiaan
identitas dan isian jawaban dijamin oleh penulis sehingga diharapkan dalam
pengisian jawaban sesuai dengan keadaan sebenarnya.
3. Pada angket terdapat pernyataan yang terdiri dari 5 pilihan jawaban yang benarbenar dapat mewakili tingkat kesesuaian pernyataan dengan diri Anda. Jawaban
yang Anda berikan tidak akan dikategorikan dalam jawaban benar atau salah.
Jawaban setiap pernyataan yang dipilih akan bernilai benar apabila sesuai dengan
kondisi yang Anda alami. Tugas Anda adalah member tanda cek (√) pada salah
satu kolom jawaban yang tersedia yaitu SS, S, KS, TS, dan STS sesuai peryataan
anda.
Keterangan :
SS
: Sangat Sesuai
S
: Sesuai
KS
: Kurang Sesuai
TS
: Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
No
Pernyataan
SS
1
Saya mengobrol dengan teman saya ketika bertemu
S
√
Jawaban
KS
TS
STS
Berdasarkan contoh diatas, tanda cek (√) pada jawaban S menunjukkan bahwa anda
mengobrol dengan teman setiap kali bertemu sesuai dengan diri anda.
SELAMAT MENGERJAKAN
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Hasrat saya menggebu-gebu untuk melakukan hubungan seksual
Keinginan saya untuk melakukan hubungan seksual meningkat ketika melihat teman saya
melakukan perilaku seks
Saya sulit mengendalikan dorongan seks dalam diri saya
Saya tidak berminat dengan hal yang menyangkut seks
Bagi saya berhubungan seks adalah hal yang wajar di kalangan remaja
Saya selalu ingin melakukan hubungan seks
Saya selalu bertanya mengenai seks untuk menambah pengetahuan
Saya selalu mencari tahu lewat internet atau media lain hal yang belum pernah saya ketahui
mengenai seks
Saya penasaran dengan hal yang menyangkut seks
Saya tertarik dengan hal baru yang berbau seksual
154 11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Saya selalu mencoba hal baru dalam seks dengan pasangan atau lawan jenis
Saya ingin mempraktekkan apa yang belum pernah saya lakukan terkait dengan seks
Saya sering merasakan rangsangan seksual setelah mengalami mimpi basah
Saya sudah mengalami menstruasi
Saya sering merasakan rangsangan seksual setelah saya menstruasi
Saya sering terangsang ketika berdekatan dengan lawan jenis saya
Saya tidak tergerak untuk melakukan seks seperti yang teman-teman saya lakukan
Saya merasakan rangsangan yang tidak wajar pada organ intim saya
Saya mudah terangsang dan ingin melakukan hubungan seksual
Teman saya mengajak menonton film porno
Teman saya berbagi pengalaman seksualnya dengan saya
Saya memperoleh informasi tentang seks dari teman saya
Saya mudah terpengaruh oleh ajakan teman-teman
Saya mengikuti kebiasaan teman-teman dalam berperilaku seks
Saya khawatir diberi julukan “kampungan” jika saya tidak berperilaku sama dengan teman
saya dalam hal perilaku seksual
Teman saya mengajak untuk melakukan seks bebas
Saya malu jika bertanya tentang seks dengan orangtua
Orangtua saya sangat memperhatikan tingkah laku saya terutama dalam perilaku seksual
Bagi orangtua saya perilaku seksual adalah hal yang tabu
Setiap hari orangtua menanyakan keadaan saya
Saya tidak berbincang-bincang dengan orangtua jika saya memiliki masalah seputar seks
Orangtua saya tidak pernah membicarakan hal yang berhubungan dengan perilaku seksual
Orangtua saya selalu memantau perkembangan saya hingga saat ini
Orangtua jarang memberi kesempatan saya untuk bertanya mengenai seks
Saya dimarahi orangtua ketika bertanya seputar seks
Saya tertarik menonton acara yang berbau seks
Saya kurang sependapat jika ada yang mengatakan bahwa menonton acara seks tidak ada
manfaatnya
Bagi saya acara yang berkaitan seks di televisi tidak berpengaruh buat saya
Saya memilih menonton acara yang membahas seks daripada acara rohani
Acara televisi yang berbau seks adalah seni
Saya mempraktekkan tingkah laku seks yang saya tonton di televisi
Saya rutin menonton acara televisi yang membahas tentang seks
Saya selalu membaca Al-Quran
Saya selalu membaca Al-Kitab
Saya menganggap bahwa onani/ masturbasi bukan termasuk zina
Saya tidak dapat membedakan perbuatan yang diharamkan dan dihalalkan oleh agama yang
terkait dengan masalah seksual
Saya tidak menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan/ lawan jenis sebelum
menikah itu dosa
Saya menganggap bahwa hubungan seksual dengan pasangan sebelum menikah adalah wajar
168 Lampiran 10
Tes Validitas Perilaku Seksual SMA
No Butir Soal 1 2 3
4
5
6 7
8
9
10
jml X
30 30 29 29 29 31 30 30 29 30 jml Y
1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 jml XY
1828 1828 1721 1811 1835 1881 1862 1888 1783 1862 jml X^2
48 48 43 45 47 49 50 50 43 50 jml Y^2
78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 Validitas
r xy
0.67965147 0.67965147 0.58175243 0.82203504 0.82363449 0.73227517 0.72473283 0.80259668 0.81445341 0.72473283 r tabel
0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria
valid valid valid valid valid Valid valid valid valid valid 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 jml X
25 28 34 31 30 55 35 40 70 47 jml Y
No Butir Soal
1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 jml XY
1403 1668 2228 1931 1916 3268 2255 2548 3797 2821 jml X^2
27 40 68 51 50 147 73 94 270 117 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 jml Y^2
Validitas
r xy
78904.00 0.57323823 0.6099461 0.93197827 0.82201254 0.88645007 0.68921618 0.82472802 0.78578367 0.02218419 0.59978585 r tabel
0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria
valid valid valid valid valid Valid valid valid tidak valid valid No Butir Soal
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 jml X
46 33 39 58 48 33 50 31 28 28 jml Y
1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 Validitas
jml XY
2869 2159 2464 3572 3083 2153 3115 1939 1728 1728 jml X^2
120 65 89 178 132 65 136 49 40 40 jml Y^2
78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 169 r xy
0.72249899 0.90106079 0.74880487 0.75741333 0.8664586 0.8867203 0.77879761 0.93745372 0.84454075 0.84454075 r tabel
0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria
valid valid valid valid valid Valid valid valid valid valid 31 32 33 34 35 36 37 38 total
No Butir Soal
jml X
25 26 28 28 26 26 26 25 jml Y
1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296.00 1296 1296.00 1931 1916 1671 1671 1453 2228 1931 1916 0 jml XY
Validitas
jml X^2
27 30 38 38 30 30 30 27 78904 jml Y^2
78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 78904.00 6.28398888 4.00374875 0.72897953 0.72897953 0.38317127 6.44353315 4.12104608 6.12175165 ‐7.8457399 r xy
r tabel
0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria
valid valid valid valid valid Valid valid valid tidak valid Tes Reliabilitas Perilaku Seksual SMA
Reabilitas jml var
var total
(var Y)
r11
r table
Criteria
6.82065217 387.826087 1.02512673 0.404 sangat tinggi 170 Lampiran 12
Tes Validitas Faktor Determinan SMA
No Butir Soal 1 2 3
4
5
6 7
8
9
10
jml X
87 94 87 79 88 99 102 82 87 85 jml Y
4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 jml XY
18456 19751 18336 16593 18123 20956 21491 17268 18245 18259 jml X^2
337 382 331 283 352 431 448 312 333 335 jml Y^2
Validitas
r xy
1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 0.67431573 0.57188159 0.59176533 0.36442554 ‐0.0825285 0.68645947 0.70908452 0.37404743 0.41328907 0.78463765 r tabel
0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria
valid valid valid valid tidak valid Valid valid valid valid valid 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 No Butir Soal
jml X
94 109 96 59 94 86 67 102 89 75 jml Y
4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 20072 22869 20399 12337 20017 17973 14907 21518 18705 15896 394 509 418 213 408 338 267 456 359 279 jml XY
jml X^2
Validitas
jml Y^2
1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 r xy
0.83773075 0.60018701 0.63184124 0.11370863 0.61679014 0.23831108 0.78509112 0.60701954 0.37989154 0.39040891 r tabel
0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria
valid valid valid tidak valid valid tidak valid valid valid valid valid No Butir Soal
Validitas
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 jml X
92 92 78 99 92 79 95 102 95 98 jml Y
4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 jml XY
19812 19753 16253 21058 19766 16624 20121 21591 19600 20792 jml X^2
394 390 308 449 390 299 403 452 397 430 171 jml Y^2
r xy
1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 0.82069219 0.79943934 0.11667117 0.61851865 0.81356307 0.31272538 0.61843134 0.78210009 ‐0.0540739 0.64970913 r tabel
0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 0.404 kriteria
valid valid tidak valid valid valid Valid valid valid tidak valid valid 39
40 70 No Butir Soal
31 32 33 34 35 36 37 38 jml X
104 69 95 67 79 66 66 66 jml Y
4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 4961.00 95 4961.00 4961 jml XY
21939 14636 19917 14286 16781 14116 14010 13732 20303 14948 jml X^2
468 251 397 237 309 220 220 200 413 232 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173.00 1048173 jml Y^2
Validitas
r xy
0.70368797 0.34143869 0.40558462 0.40999275 0.42791528 0.5063079 0.39290349 0.1377453 0.72691268 0.60197455 r tabel
0.404 0.404 0.404 0.404 1.404 2.404 3.404 4.404 5.404 6.404 kriteria
valid valid valid valid valid Valid valid tidak valid valid valid 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 No Butir Soal
jml X
66 60 89 65 85 99 97 99 100 100 jml Y
4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 jml XY
14220 12119 19151 13736 18011 20675 20648 20924 21255 20650 Validitas jml X^2
220 190 367 217 325 427 423 435 442 434 jml Y^2
1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 ‐0.297562 0.82327627 0.31113168 0.59780496 0.32436307 0.71261033 0.59162897 0.77045104 ‐0.0332179 r xy
0.6175726 r tabel
7.404 8.404 9.404 10.404 11.404 12.404 13.404 14.404 15.404 16.404 kriteria
valid tidak valid valid valid valid Valid valid valid valid tidak valid No Butir Soal
Validitas
51 52 53 54 55 56 57 total jml X
99 86 87 74 85 94 116 4961 jml Y
4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 4961 jml XY
20675 18197 18019 15734 17935 19844 24171 1048173 172 jml X^2
427 360 327 280 327 408 566 1048173 jml Y^2
1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 1048173 r xy
0.32436307 0.38733374 0.06887386 0.40346944 0.47529249 0.4348296 0.55429018 1 r tabel
17.404 18.404 19.404 20.404 21.404 22.404 23.404 24.404 kriteria
valid valid tidak valid valid valid Valid valid valid Tes Reliabilitas Faktor Determinan SMA
Reabilitas jml var
var total
(var Y)
17.6304348 r11
1.02483237 r tabel
kriteria
986.650362 0.404 sangat tinggi 173 Lampiran 13
HASIL TABULASI DATA PERILAKU SEKSUAL SMA NEGERI
174 175 176 177 178 Lampiran 14
HASIL TABULASI DATA PERILAKU SEKSUAL SMA SWASTA
179 180 181 182 183 
Download