Departemen Pendidikan Nasional

advertisement
PENGARUH PORSI SAHAM PUBLIK, UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP TINGKAT
PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
PERIODE 2001 – 2010
(Skripsi)
Oleh
ADI ARDIYANTO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2012
ABSTRAK
PENGARUH PORSI SAHAM PUBLIK, UKURAN PERUSAHAAN,
PROFITABILITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP TINGKAT
PENGUNGKAPAN SUKARELA PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
PERIODE 2001 – 2010
Oleh
ADI ARDIYANTO
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan bukti
empiris apakah variabel porsi saham publik, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
leverage memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2001-2010. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang diperoleh dari situs resmi www.idx.co.id. Metode statistik menggunakan
analisis regresi linear berganda, dengan pengujian hipotesis uji statistik t dan uji
statistik F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa porsi saham publik berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela, ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela, profitabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela, dan
leverage berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Dari
hasil penelitian maka dapat dibuktikan bahwa porsi saham publik, ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap
tingkat pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
periode tahun 2001-2010.
Kata kunci: tingkat pengungkapan sukarela, porsi saham publik, ukuran
perusahaan, profitabilitas, dan leverage.
Nama
NPM
Telpon
E-Mail
: Adi Ardiyanto
: 0511031023
: 085279329346
: [email protected]
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan tahunan dan laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang
secara formal wajib dipublikasikan sebagai sarana pertanggungjawaban pihak
manajemen terhadap pengelolaan sumber daya pemilik perusahaan. Namun sejauh
mana informasi yang dapat diperoleh sangat tergantung pada tingkat
pengungkapan (disclosure) dari laporan tersebut.
Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1, tujuan
pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi
investor, calon investor, calon kreditur dan para pemakai informasi keuangan
lainnya dalam membuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan lain secara
rasional. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan sangat penting
sebagai dasar untuk mengalokasikan dana-dana investasi secara efisien.
Bapepam selaku lembaga yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan pasar
modal di Indonesia telah mengeluarkan beberapa aturan tentang disclosure yang
harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang go public. Perusahaan dapat
memberikan disclosure melalui pengungkapan wajib (mandatory disclosure),
maupun melalui pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) sebagai tambahan
pengungkapan minimum yang telah ditetapkan.
Beberapa penelitian tentang tingkat pengungkapan sukarela sudah banyak
dilakukan. Dalam penelitian Layla (2009) yang meneliti tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pengungkapan sukarela struktur modal pada perusahaan non
keuangan di BEI ditemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan modal.
Wulansari (2008) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan
sukarela, sedangkan return on asset dan leverage tidak terbukti mempengaruhi
tingkat pengungkapan sukarela.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “ Pengaruh Porsi Saham Publik, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, dan Leverage Terhadap Tingkat Pengungkapan Sukarela
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2001-2010”
1.2
Identifikasi Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ”apakah porsi saham
publik, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage berpengaruh terhadap
tingkat pengungkapan sukarela”.
1.3
Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini jelas dan terarah, maka peneliti memberikan batasan hanya
pada lima variabel yaitu porsi saham publik, ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage, dan tingkat pengungkapan sukarela. Penelitian ini menggunakan rentang
waktu dari tahun 2001-2010.
1.4
Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan mendapatkan bukti empiris
apakah variabel porsi saham publik, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
leverage memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2001-2010.
1.5
Manfaat Penelitian
1. Dalam bidang akademik diharapkan dapat memberi kontribusi dibidang
akuntansi dan menambah pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
pengungkapan sukarela perusahaan.
2. Sebagai salah satu bahan masukan bagi perusahaan dalam menentukan
kebijakan investasi saham di pasar modal.
3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan produk akhir akuntansi dan merupakan media
utama penyampaian informasi oleh manajemen kepada pihak perusahaan..
Financial Accounting Standard Board (FASB) melalui Statement of Financial
Accounting Concepts (SFAC) No. 5 memberikan definisi “Laporan keuangan
adalah fitur utama pelaporan keuangan dan sarana utama mengkomunikasikan
informasi keuangan kepada orang-orang diluar entitas”. Laporan keuangan adalah
suatu gambaran posisi keuangan perusahaan dari hasil yang telah dicapai
perusahaan pada saat tertentu (akhir periode akuntansi). Laporan keuangan ini
pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan posisi keuangan
serta catatan atas laporan keuangan.
2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 dinyatakan
bahwa laporan keuangan bertujuan untuk:
1. Sebagai sarana informasi yang berguna bagi investor dan kreditor yang
potensial dan pemakai lainnya dalam membuat keputusan untuk investasi.
2. Dapat membantu investor dan kreditor yang ada dan pemakai potensial
lainnya untuk menaksir jumlah, waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan
uang dimasa yang akan.
3. Menunjukkan sumber-sumber ekonomi dari suatu perusahaan.
Sedangkan dalam PSAK No.1 tahun 2002, tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian kalangan pengguna laporan keuangan dalam
rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
2.3 Pengungkapan
Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau menyembunyikan. Apabila
dikaitkan dengan data, disclosure berarti memberikan data yang bermanfaat
kepada pihak yang memerlukan. Jadi data tersebut harus benar-benar bermanfaat,
karena apabila tidak bermanfaat, tujuan dari pengungkapan tersebut tidak akan
tercapai. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan, disclosure mengandung arti
bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup
mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Tiga konsep pengungkapan yang
umumnya diusulkan adalah pengungkapan yang cukup (adequate), wajar (fair),
dan lengkap (full).
2.3.1 Tujuan Pengungkapan
Menurut SEC (Security Exchange Comission), tujuan dari pengungkapan
dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1. Protective Disclosure, sebagai upaya perlindungan investor. Tujuan
pengungkapan laporan keuangan untuk perlindungan investor, yaitu:
 Memberikan informasi yang material kepada pengguna laporan keuangan
(dalam hal ini investor).
 Mengatasi kecurangan dalam penawaran publik perdagangan,
pengambilan suara, dan penawaran surat berharga.
 Mencari daya banding informasi keuangan dan non keuangan.
2. Informative Disclosure, adalah pengungkapan yang disajikan dalam
keterbukaan emiten untuk tujuan analisis investasi. Tujuan ini diharapkan
membantu keefektifan pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan.
2.3.2 Jenis Pengungkapan
1. Mandatory disclousure
Mandatory disclousure merupakan pengungkapan yang diwajibkan oleh
pemerintah. Bagi perusahaan yang telah go public pengungkapan wajib
merupakan pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh standar akuntansi
yang berlaku.
2. Voluntary disclosure
Voluntary disclosure merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan oleh
peraturan pemerintah, sehingga perusahaan bebas menentukan jenis informasi
yang akan diungkapkan.
2.3.3 Metode-Metode Pengungkapan
Menurut Anis Chariri dan Imam Ghozali (2007:294) metode yang umum
digunakan dalam pengungkapan informasi dapat diklasifikasikan sebagai berukut:
a. Bentuk dan susunan laporan yang formal
b. Terminologi dan penyajian yang relevan
c. Informasi sisipan
d. Catatan kaki
e. Ikhtisar tambahan dan skedul-skedul
f. Komentar dalam laporan auditor
g. Pernyataan direktur utama atau dewan komisaris
2.4 Tingkat Pengungkapan Sukarela
Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui
pengungkapan sukarela secara lebih luas untuk membantu investor dalam
memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan Sukarela merupakan
pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa
diharuskan oleh peraturan yang berlaku. Sedangkan dari PSAK dapat disimpulkan
bahwa informasi lain mengenai telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik
utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan, laporan nilai tambah adalah
merupakan pengungkapan yang dianjurkan dan diperlukan dalam rangka
memberikan penyajian yang wajar dan relevan dengan kebutuhan pemakai.
2.5 Porsi Saham Publik
Perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh publik diprediksi akan
memberikan pengungkapan lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang sahamnya
sedikit dimiliki oleh publik. Penelitian ini akan menguji variabel kepemilikan
saham publik terhadap tingkat pengungkapan sukarela dengan asumsi bahwa
perusahaan akan berusaha memenuhi keinginan publik yang sebagian besar saham
tersebut dimiliki masyarakat.
2.6 Ukuran Perusahaan
Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi pula tuntutan terhadap
keterbukaan informasi dibanding perusahaan yang lebih kecil. Dengan
mengungkapkan informasi yang lebih banyak, perusahaan mencoba
mengisyaratkan bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen
perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).
2.7 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan atas
kegiatan usaha perusahaan selama satu tahun. Singvi dan Desai (1971) dalam
Irawan (2006) mengutarakan bahwa rentabilitas ekonomi dan profit margin yang
tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih
rinci, sebab manajer ingin menyakinkan investor terhadap profitabilitas
perusahaan. Hal ini dikarenakan para investor kebanyakan lebih menyukai
perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dengan harapan perusahaan mampu
memberikan pengembalian investasi yang tinggi pula. Didasarkan dengan tujuan
untuk menarik investor, perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan memberikan
signal melalui pengungkapan laporan keuangan yang lebih detail.
2.8 Leverage
Leverage menggambarkan kemampuan perusahaan menggunakan aktiva atau
dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi
pemilik perusahaan. Perusahaan yang memiliki proporsi hutang lebih tinggi dalam
struktur permodalan akan mempunyai biaya keagenan yang lebih tinggi. Semakin
tinggi leverage suatu perusahaan, maka semakin tinggi kemungkinan transfer
kemakmuran dari kreditor kepada pemegang saham dan manajer (Meek et al,
1995). Perusahaan yang memiliki leverage tinggi mempunyai kewajiban lebih
untuk memenuhi kebutuhan kredit jangka panjang (Wallace et al, 1994).
2.9 Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama yang mambahas tentang hubungan antara karakteristik
perusahaan dengan tingkat pengungkapan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Cerf (1961, dalam Puspitasari (2008)). Cerf meneliti beberapa faktor yang
mempunyai kemungkinan pengaruh terhadap kualitas ungkapan perusahaan dalam
laporan tahunan. Penelitian Cerf mengungkapkan bahwa besar aktiva, jumlah
pemegang saham, dan status pendaftaran (status listing) memiliki hubungan yang
signifikan dengan tingkat pengungkapan. Penelitian ini kemudian dikembangkan
oleh Singhvi dan Desai (1971) yang menilai bahwa terdapat kelemahan pada
penelitian Cerf karena tidak diuji secara statistik. Singhvi & Desai pada tahun
1971 kemudian melakukan pengembangan penelitian dengan menggunakan
indeks ungkapan laporan tahunan yang mirip dengan yang digunakan Cerf.
2.10Pengembangan Hipotesis
Porsi saham publik menggambarkan jumlah saham perusahaan yang tersebar dan
dimiliki oleh beberapa pemegang saham. Naim dan Rachman (2000)
menyebutkan dengan semakin terkonsentrasinya kepemilikan saham perusahaan,
maka pemegang saham mayoritas akan semakin menguasai perusahaan dan
semakin berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.Pada penelitian ini
hipotesis yang berhubungan dengan konsentrasi kepemilikan dihitung berdasarkan
prosentase kepemilikan saham terbesar yang dimiliki oleh pemegang saham
tertinggi. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian diatas, maka hipotesis
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Ha1 : Porsi saham publik berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela
Ukuran perusahaan merupakan rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang
bersangkutan sampai beberapa tahun. Ukuran perusahaan merupakan karakteristik
suatu perusahaan dalam hubungannya dengan struktrur perusahaan (Brigham dan
Houston (2001: 119) dalam Mujiyono (2004). Menurut Ferry dan Jones (2001:79)
dalam Murdoko dan Sularto (2007) ukuran perusahaan menggambarkan besar
kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung
memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan
perusahaan yang berukuran kecil. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian
diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Ha2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal
perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik dan semakin
meningkat kemakmuran perusahaan. Perusahaan yang profitabilitasnya tinggi
akan lebih banyak mempunyai dana internal dari pada perusahaan yang
profitabilitasnya rendah. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan
menggunakan hutang lebih kecil karena perusahaan mampu menyediakan dana
yang cukup melalui laba ditahan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian
diatas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Ha3: Profitabilitas berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela
Leverage menggambarkan kemampuan perusahaan menggunakan aktiva atau
dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan bagi
pemilik perusahaan. Menurut Schipper (1981) dalam Suripto (2001), tambahan
informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap
dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur. Oleh karena itu perusahaan dengan
rasio leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan
informasi kreditur jangka panjang, Sehingga perusahaan akan menyediakan
informasi secara lebih komprehensif. Na'im dan Rachman (2000) membuktikan
bahwa rasio leverage mempunyai hubungan positif dengan kelengkapan
pengungkapan. Berdasarkan analisis dan temuan penelitian diatas, maka hipotesis
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Ha4 : Leverage berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Sumber dan Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data historis
perusahaan dan diperoleh dari perusahaan bersangkutan melalui situs resmi BEI
yaitu http://www.idx.co.id/, internet dan sumber lain.. Data tersebut berupa
laporan keuangan tahunan periode 2001-2010. Data tersebut dikumpulkan melalui
beberapa metode pengumpulan data yaitu menggunakan metode dokumentasi atau
kutipan langsung dari berbagai sumber. Jenis data yang digunakan merupakan
jenis data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka yang kemudian diolah
dan diinterprestasikan untuk memperoleh makna dari data tersebut.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan populasi porsi saham, ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage dan tingkat pengungkapan sukarela pada 20 perusahaan
manufaktur, dan sampel berupa data per tahun. Metode pengambilan sampel
sengan purposive judgment sampling yaitu penentuan sampel secara tidak acak
yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu (Indriantoro dan
Supomo, 1998). Adapun kriteria dalam menentukan perusahaan sampel, yaitu:
1. Perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia dan aktif
beroperasi selama periode 2001-2010.
2. Perusahaan sampel tidak mengalami delisting dari Bursa Efek Indonesia
sehingga bisa terus melakukan perdagangan saham.
3. Perusahaan yang sahamnya tetap aktif beroperasi dari tahun 2001 sampai tahun
2010, serta mempublikasikan laporan keuangannya secara rutin.
4. Perusahaan tidak menghentikan aktivitasnya di pasar bursa, tidak
menghentikan operasinya dan tidak melakukan penggabungan usaha dan
tidak berubah status sektor industrinya.
5. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian tersedia dalam laporan keuangan
perusahaan.
Berdasarkan data yang tercatat di BEI akhir kuartal IV 2010, dari 424 jumlah
perusahaan yang listing di BEI, sebanyak 135 perusahaan yang masuk kategori
perusahaan manufaktur. Dari 135 perusahaan tersebut peneliti hanya mendapatkan
data laporan tahunan perusahaan sampel sejumlah 32 perusahaan. Dari 32 sampel
perusahaan tersebut 12 perusahaan tidak memenuhi kriteria pemilihan sampel.
Tabel.1 Kriteria Pemilihan Sampel
No
Perusahaan
Jumlah
1
Perusahaan tercatat di BEI akhir kuartal IV tahun 2010
424
2
Perusahaan yang termasuk kategori Manufaktur
135
3
Perusahaan yang tidak menyediakan data secara lengkap
selama 10 tahun berturut-turut
(103)
4
Perusahaan tidak memenuhi kriteria penelitian
(12)
5
Sampel penelitian
20
Sumber: (data diolah)
3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pengungkapan sukarela.
Tingkat pengungkapan sukarela adalah ukuran kelengkapan informasi tambahan
yang diberikan perusahaan dalam laporan tahunannya. Untuk mengukur tingkat
pengungkapan sukarela digunakan indeks pengungkapan sukarela (IPS) sebagai
indikator empiris tingkat pengungkapan sukarela. IPS diperoleh dengan cara
membandingkan skor yang diperoleh perusahaan dengan skor yang mungkin
diperoleh perusahaan tersebut. Perusahaan diberi skor 1 apabila mengungkapkan
item informasi dalam instrumen dan diberi skor 0 apabila tidak mengungkapkan.
Tingkat kelengkapan pengungkapan sukarela laporan keuangan dapat diukur
dengan menggunakan indeks pengungkapan sukarela, seperti indeks Wallace.
Rumus indeks Wallace:
× 100%
Keterangan
(Nugraheni, 2002:80 dalam Mujiyono 2004)
n = jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan
k = jumlah item yang seharusnya diungkap
3.3.2 Variabel Independen
3.3.2.1 Porsi Saham Publik
Porsi saham publik adalah sejumlah saham perusahaan yang tersebar dan dimiliki
oleh beberapa pemegang saham. Menurut penelitian Mujiyono (2004) persentase
kepemilikan saham publik dapat dirumuskan:
R=
Keterangan:
R = persentase saham yang dimiliki publik
n = jumlah saham yang dimiliki masyarakat
k = jumlah saham yang beredar (yang dimiliki perusahaan)
3.3.2.2 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya nilai ekuitas (market capitalized), nilai
total penjualan, atau nilai total aktiva suatu perusahaan. Penelitian ini
menggunakan total asset dalam mengukur size perusahaan. Total asset
diproksikan dengan nilai logaritma dari total asset (Krishnan dan Myer; 1996).
Secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut :
3.3.2.3 Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari modal
perusahaan. Profitabilitas dalam penelitian ini akan diproksikan dengan Return On
Equity (ROE). Semakin besar ROE berarti semakin besar kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba bagi pemilik modalnya sendiri. Secara sistematis dapat
diformulasikan sebagai berikut :
3.3.2.4 Leverage
Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai
investasi perusahaan. Semakin tinggi angka leverage, maka semakin tinggi
ketergantungan perusahaan kepada hutang. Dalam penelitian ini, struktur modal
diproksikan dengan rasio leverage yang diwakili Debt to Equity Ratio (DER) .
Secara sistematis Debt to Equity Ratio (DER) dapat diformulasikan sebagai
berikut :
3.4 Alat Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linier berganda. Regresi linier berganda berguna untuk meramalkan pengaruh dua
variabel independen atau lebih terhadap satu variabel dependen dengan skala
pengukur atau rasio dalam suatu persamaan linier. Dengan tingkat α 5%,
dirumuskan model regresi berganda sebagai berikut:
Y = α + β1 x1 + β2 x2 + β3 x3 + β4 x4 + e
Keterangan:
Y = Tingkat Pengungkapan Sukarela
X1 = Porsi Saham Publik
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Profitabilitas
X4 = Leverage
α = konstanta
β1- β3 = koefisien regresi masing- masing variabel
℮ = error
3.5 Uji Asumsi Klasik
Menurut Ghozali (2006) terdapat beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi
oleh model persamaan regresi, yaitu:
3.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Untuk
pengujian normalitas dapat menggunakan analisis grafik, dan Uji KolmogorovSmirnov. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
 Jika Asymmtotic significant > alpha (α) 0,05, maka data berdistribusi normal
 Jika Asymmtotic significant < alpha (α) 0,05, maka data tidak berdistribusi
normal
3.5.2 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas menunjukan adanya hubungan linear diantara variabel
independen dalam persamaan regresi. Gejala multikolinearitas dapat dideteksi
dengan mengamati hasil analisis regresi menggunakan SPSS, yaitu pada tolerance
value atau variance inflation factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,10 dan
batas VIF adalah 10. Jika tolerance value di bawah 0,10 atau nilai VIF diatas 10
maka dapat dipastikan telah terjadi multikolinearitas.
3.5.3 Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pada model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat grafik plot dan dengan metode Park
Glejser . Jika nilai probabilitasnya lebih besar daripada nilai alpha-nya, yaitu
sebesar 0,05, atau nilai Signifikansi > alpha (α) maka dapat dipastikan model
dalam penelitian tersebut tidak mengandung unsur heterokedastisitas.
3.5.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier
terdapat korelasi antara penganggu pada periode tertentu dengan kesalahan
penganggu pada periode lainnya. Pengujian yang umum digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel- variabel independen yaitu
menggunakan uji Durbin-Watson (uji DW), maka tabel uji Durbin-Watson (uji
DW) dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel.2 Kriteria Nilai D-W
Nilai d
Keterangan
0 < d hitung < dl
Ada autokorelasi positif
dl ≤ d hitung ≤ du
Tanpa kesimpulan
du < d hitung < 4 – du
du < d hitung < 4 - du
4- du ≤ d hitung ≤ 4 – dl
Tanpa kesimpulan
4- dl < d hitung< 4
Ada autokorelasi negatif
Sumber Ghozali ( 2006 )
3.6
Pengujian Hipotesis
3.6.1 Uji Parameter Individual ( Uji - t )
Pengujian hipotesis yang dilakukan secara individual bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dan signifikansi dari masing- masing variabel independen terhadap
variabel dependen. Pengujian hipotesis terhadap koefesien regresi secara
individual dilakukan dengan menggunakan uji - t pada tingkat keyakinan 95%
dengan tingkat kesalahan analisis ( α ) 5%. Penerimaan atau penolakan hipotesis
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
● Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Berarti secara sendiri variabel independen tersebut tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
● Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Berarti secara sendiri variabel independen tersebut mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.2 UJi Secara Simultan (Uji - F)
Uji secara simultan dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen yang diamati secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel
dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05
(α = 5%). Keputusan hipotesisnya adalah:
● Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak
signifikan). Berarti secara bersama-sama variabel independen tersebut
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
● Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi
signifikan). Berarti secara bersama-sama variabel independen tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan
tahunan yang ada pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dalam rentang waktu tahun 2001 samapai 2010. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan Statistical Package for Social Science (SPSS)
versi 17.
4.2 Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang
dilihat dari perbandingan nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean)
dan nilai standar deviasi pada variabel penelitian. Hasil statistik deskriptif dari
data penelitian ini dapat ditunjukan pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Statistik Deskriptif
Sumber: (Lampiran 2)
Dari tabel statistik deskriptif diatas dapat diketahui bahwa nilai minimun Indeks
Pengungkapan Sukarela (IPS) perusahaan manufaktur adalah 0,26 dan nilai
maksimumnya 0,83 dan nilai satandar deviasi 0,143. Porsi saham publik memiliki
nilai standar deviasi sebesar 15,33 dan nilai rata-rata sebesar 29,30, sedangkan
nilai minimumnya adalah 1,82 dan nilai maksimumnya sebesar 66,96. Ukuran
perusahaan memiliki nilai minimum sebesar 25,02 dan nilai maksimum sebesar
32,35. Profitabilitas perusahaan memiliki nilai minimum -0,88 dan nilai
maksimum sebesar 8,89 dengan nilai standar deviasi sebesar 0,678. Leverage
perusahaan memiliki nilai rata-rata 0,52 dan nilai standar deviasi 0,28. Nilai
tertinggi leverage sebesar 2,34 dan nilai terendah 0,13.
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual dalam suatu model
regresi terdistribusi secara normal atau tidak.
1. Analisis grafik
Cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat Normal Probability
Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas (grafik)
Sumber: (Lampiran 3)
Dengan melihat grafik terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal sehingga data terdistribusi normal.
2.Analisis Statistik Non - Parametrik Kolmogorov- Smirnov
Untuk keakuratan hasil maka dapat dilakukan uji normalitas melalui uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas (K- S)
Sumber: (Lampiran 3)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai Asymp.Sig yang dihasilkan adalah
0,173. Nilai ini lebih besar dari 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa data
yang akan di uji dalam penelitian ini berdistribusi normal.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Tabel 5. Uji Multikolinieritas
Sumber: (Lampiran 4)
Tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10
yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari
95%. Nilai VIF juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki
nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas
antar variabel independen dalam model regresi.
4.3.3 Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat grafik plot dan dengan metode Park
Glejser dimana gejala heterokedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi dari
masing-masing variabel independen terhadap nilai absolut residunya (e).
Gambar 2. Uji Heteroskedastisitas.
Sumber: (Lampiran 5)
Pada gambar diatas menunjukkan titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y, hal ini menunjukan tidak terjadi heteroskedatisitas pada model
regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 6. Uji Park Glejser
Sumber: (Lampiran 5)
Dari hasil uji Park Glejser diperoleh nilai signifikansi keempat variabel lebih
besar dari 0,05 yang menandakan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini.
4.3.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier
ada korelasi antara penganggu pada periode tertentu dengan kesalahan
pengganggu pada periode lainnya. Masalah autokrelasi pada umumnya terjadi
pada kasus regresi dengan data time series. Untuk mengetahui adanya autokorelasi
dalam model digunakan pengujian Durbin-Watson (DW test).
Tabel 7. Uji Autokorelasi
Sumber:
(Lampiran 6)
Dari hasil pengujian autokorelasi dengan jumlah variabel independen = 4, dan
N = 200 maka diperoleh batas bawah (dL ) = 1,728 dan batas atas (dU ) = 1,810
(Ghozali, 2006). Berdasarkan hasil regresi, diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar
2,049.
Tabel 8. Interpretasi Uji Durbin-Watson
Hipotesis nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < 1,728
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
1,728 < d < 1,810
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
2,272 < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
No decision
2,190 < d < 2,272
Tidak ada autokorelasi
Diterima
1,810 < d < 2,190
Sumber : (Lampiran 6)
Dari nilai D-W tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi
dalam model regresi.
4.4 Koefisien Determinasi
Tabel 9. Koefisien Determinasi
Sumber: (Lampiran 7)
Dari tampilan output SPSS model summary besarnya ajusted R² adalah 0,366. Hal
ini berarti 36,6% variasi Indeks Pengungkapan Sukarela dapat dijelaskan oleh
keempat variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 63,4% dijelaskan oleh
sebab yang lain diluar model.
4.5 Uji Hipotesis
Tabel 10. Uji Kelayakan Model
Sumber: (Lampiran 7)
Dari uji ANOVA atau uji F didapatkan nilai F hitung sebesar 29,740 dengan
probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model
regresi dapat dipergunakan atau secara bersama-sama variabel independen
berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela.
Tabel 11. Uji Hipotesis
Sumber: (Lampiran 7)
a. Hipotesis 1
Dari pengujian model regresi diperoleh variabel porsi saham publik signifikan
pada 0,05 dimana nilai signifikansi porsi saham publik adalah 0,019 lebih kecil
dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa porsi saham publik mempengaruhi
tingkat pengungkapan sukarela.
b. Hipotesis 2
Dari hasil pengujian regresi diperoleh variabel size signifikan pada 0,05 dimana
nilai signifikansi size perusahaan < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan mempengaruhi tingkat pengungkapan sukarela.
c. Hipotesis 3
Berdasarkan hasil pengujian model regresi diperoleh variabel profitabilitas
perusahaan tidak signifikan pada 0,05 dimana nilai signifikansi profitabilitas
perusahaan adalah sebesar 0,179 atau lebih besar dari 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap tingkat
pengungkapan sukarela.
d. Hipotesis 4
Dari hasil pengujian regresi diperoleh nilai signifikansi leverage sebesar 0,013
yang berarti nilai ini signifikan pada 0,05 karena nilainya lebih kecil dari 0,05.
Maka dapat disimpulkan bahwa leverage perusahaan berpengaruh terhadap
tingkat pengungkapan sukarela.
Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis
Nilai P-Value
Keterangan
Ha1
0.019
Diterima
Ha2
0.000
Diterima
Ha3
0.179
Ditolak
Ha4
0.013
Diterima
Sumber: (data diolah)
4.6
Persamaan Regresi
Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah:
Y = -0,977 – 0,001 R + 0,051 LNSIZE + 0,016 ROE – 0,074 DER
a. Koefisien konstanta berdasarkan hasil regresi adalah -0,977 ini dapat
diartikan bahwa Y (tingkat pengungkapan sukarela) akan bernilai negatif
jika tidak dipengaruhi oleh porsi saham publik, ukuran perusahaan,
profitabilitas, dan leverage.
b. Koefisien regresi -0,001 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen
variabel porsi saham publik, maka akan mengurangi tindakan pengungkapan
sukarela sebesar 0,001.
c. Koefisian regresi 0,051 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen
variabel size, maka akan menambah pula tindakan pengungkapan sukarela
sebesar 0,051.
d. Koefisien regresi 0,016 menyatakan bahwa setiap penambahan satu variabel
profitabilitas, maka akan menambah pula tindakan pengungkapan sukarela
sebesar 0,016.
e. Koefisien regresi -0,074 menyatakan bahwa setiap penambahan satu persen
variabel leverage, maka akan mengurangi tindakan pengungkapan sukarela
sebesar 0,074.
4.7 Pembahasan
1. Tingkat Pengungkapan Sukarela
Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tingkat pengungkapan sukarela
perusahaan manufaktur adalah 42% per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa belum
semua informasi diungkapkan secara penuh oleh perusahaan. Keadaan ini
mengisyaratkan agar perusahaan lebih mengungkapkan informasi secara lebih
lengkap untuk membantu investor dalam memahami strategi bisnis manajemen
perusahaan, dan informasi lain yang dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan.
2. Porsi Saham Publik
Dari hasil penelitian diketahui bahwa besarnya porsi saham publik secara
signifikan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela perusahaan
manufaktur, dimana perusahaan yang sahamnya lebih banyak dimiliki oleh publik
akan memberikan pengungkapan sukarela lebih tinggi. Hasil ini sesuai dengan
asumsi bahwa perusahaan dengan porsi saham publik lebih besar akan memiliki
kontrol (pengendalian manajemen) yang lebih baik dibandingkan perusahaan
dengan porsi saham publik yang lebih kecil, artinya perusahaan tersebut dalam
kinerjanya pengambilan keputusan manajemen akan dipengaruhi oleh publik,
yaitu dengan memberikan pengungkapan informasi yang lebih lengkap, maka
secara tidak langsung perusahaan akan memberikan gambaran kondisi ekonomi
perusahaan tersebut kepada publik dan pemegang saham.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Irawan (2006) yang melakukan
pengujian pengaruh porsi saham publik dengan kelengkapan pengungkapan
laporan keuangan. Dalam penelitiannya porsi saham publik berpengaruh terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan nilai signifikansi 0,023.
3. Ukuran Perusahaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada perusahaan manufaktur.
Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi tingkat pengungkapan
sukarela perusahaan dalam laporan keuangannya. Perusahaan yang mempunyai
aktiva dengan jumlah besar disebut sebagai perusahaan besar yang akan mendapat
perhatian yang lebih banyak dari investor, kreditur, pemerintah maupun para
analis ekonomi dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan yang lebih
besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi
dibanding dengan perusahaan yang berukuran kecil. Dengan jumlah aktiva yang
dimiliki perusahaan lebih tinggi maka pengungkapan informasi keuangannya juga
semakin tinggi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suryani (2007) yang melakukan
pengujian profil dan size perusahaan terhadap tingkat pengungkapan sukarela
pada perusahaan food & beverages.
Suripto (1999) menyatakan bahwa perusahaan besar mungkin lebih memiliki
pemikiran yang luas, skill karyawan yang tinggi, sumber informasi yang banyak
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Berdasarkan argumen tersebut dapat
diharapkan bahwa size perusahaan mempunyai esensi atau pengungkapan yang
lebih tinggi. Meek dkk (1995) menyatakan variable size perusahaan paling
konsisten berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela.
Buzby (1975) dalam Mujiyono (2004) menduga bahwa pada umumnya
perusahaan kecil punya keterbatasan dalam melakukan penyampaian
pengungkapan secara luas sebagai cermin keterbatasan sumber daya yang dimiliki
perusahaan.
4. Profitabilitas
Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai signifikansi variabel profitabilitas
> 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela pada perusahaan
manufaktur. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi tidak mempengaruhi tingkat
pengungkapan sukarela pada suatu perusahaan.
Pengaruh tidak signifikan dari profitabilitas terhadap tingkat pengungkapan
sukarela dapat didasarkan atas teori legitimasi, yaitu dengan argumentasi bahwa
ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi
tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas
perusahaan rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca
“good news” kinerja perusahaan. Selain itu tidak berpengaruhnya profitabilitas
terhadap tingkat pengungkapan sukarela diduga karena manajemen merasa tidak
perlu memberikan pengungkapan keberhasilannya kepada publik karena hal
tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap posisinya dan kompensasi yang
diperolehnya.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Murdoko dan Sularto (2007)
yang menguji pengaruh profitabilitas terhadap tingkat pengungkapan laporan
keuangan tahunan. Dari penelitian tersebut diperoleh nilai signifikansi
profitabilitas sebesar 0,749 atau > 0,05 yang menandakan tidak ada pengaruh
signifikan antara profitabilitas yang tinggi terhadap tingkat pengungkapan
sukarela.
5. Leverage
Dari hasil penelitian diketahuai bahwa leverage perusahaan berpengaruh terhadap
tingkat pengungkapan sukarela dengan tingkat signifikansi 0,013 atau < 0,05.
Kepemilikan modal dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam
mengungkapkan informasi tambahan yang diperlukan oleh para pemilik modal
pemegang saham serta pengguna laporan keuangan. Semakin tinggi leverage
perusahaan berarti semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan tersebut
kepada kreditornya. Hal ini sesuai dengan teori agency, yaitu hubungan keagenan
antara kreditor dengan perusahaan. Perusahaan akan berusaha memberikan
informasi yang seluas-luasnya tentang kondisi perusahaan kepada kreditornya
dengan harapan kreditor lebih mengetahui dan memahami kondisi perusahaan
dalam kaitannya dengan kredit yang diberikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nisa (2008) yang melakukan
penelitian tentang analisis pengaruh faktor-faktor keuangan terhadap
pengungkapan sukarela laporan keuangan tahunan. Dari hasil penelitian tersebut
diketahui bahwa leverage berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan sukarela
laporan keuangan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian nilai signifikan
sebesar 0.026 atau < 0,05.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukan bahwa porsi saham publik memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela dengan nilai Sig 0,019.
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela dengan nilai Sig 0,000.
3. Hasil penelitian menunjukan bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap tingkat pengungkapan sukarela dengan nilai Sig 0,179.
4. Hasil penelitian menunjukan bahwa leverage memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat pengungkapan sukarela perusahaan dengan nilai Sig 0,013.
5. Secara bersama-sama variabel porsi saham publik, ukuran perusahaan,
profitabilitas dan leverage berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
pengungkapan sukarela perusahaan manufaktur.
5.2 Keterbatasan
1. Keterbatasan dalam mengambil sampel perusahaan yang digunakan dalam
penelitian ini hanya 20 perusahaan, sehingga hasil penelitian tidak dapat
digeneralisasikan.
2. Penelitian ini hanya meneliti variabel porsi saham publik, ukuran perusahaan,
profitabilitas dan leverage, sedangkan faktor lain yang mempengaruhi tingkat
pengungkapan sukarela perusahaan tidak diikutkan dalam penelitian ini.
5.3 Saran
1. Bagi perusahaan disarankan agar lebih memberikan pengungkapan informasi
yang lebih luas untuk kepentingan pengguna laporan keuangan maupun non
keuangan perusahaan.
2. Bagi para investor agar lebih memperhatikan keterbukaan perusahaan dalam
mengungkapkan informasi perusahaan terkait dalam rangka keputusan
investasi yang diambil.
3. Bagi penelitian berikutnya diharapkan dapat menambah variabel lain untuk
mengukur pengaruh tingkat pengungkapan sukarela.
DAFTAR PUSTAKA
Amurwani, Aniek. 2006. Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dan Asimetri
Informasi Tehadap Cost of Equity Capital. Skripsi FE. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.
Baridwan, Zaki. 2000. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. BPFE.
Yogyakarta.
Chariri, Anis dan Imam Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Edisi Revisi. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Fitriani. 2001. Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib
dan Sukarela pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta. Makalah dipresentasikan dalam Simposium
Nasional Akuntansi IV.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.
Jakarta.
Indriantoro, N dan Supomo, B. 1998. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi Dan Manajemen. BPFE. Yogyakarta.
Irawan, Bambang. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan di BEJ. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Layla, Sri. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela
Modal Intelektual. Universitas Diponegoro. Semarang.
Mujiyono. 2004. Pengaruh Karakteristik PerusahaanTerhadap Luas
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Murdoko, Ardi dan Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas
Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Auditorium Kampus
Gunadarma.
Naim, Ainun dan Fuad Rachman. 2000. Analisis Hubungan antara Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe
Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi Bisnis Indonesia Vol 15.No 1.
Nisa, Izzatun. 2008. Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Keuangan Terhadap
Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan Tahunan pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Prihat, Asih dan Sutrisno. 2001. Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Luas
Pengungkapan dan Implikasinya Terhadap Asimetri Informasi. SNA 4.
Purnomosidhi, Bambang. 2005. Praktik Pengungkapan Modal Intelektual pada
Perusahaan Publik di BEJ. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 9 No. 1
Hal 1-20.
Puspitasari, Bayu. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kelengkapan Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Riahi-Belkaoui, Ahmed. 2006. Accounting Theory. Salemba Empat. Jakarta.
Rosmasita, Hardhina. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi FE Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta.
Simanjuntak, Binsar H. dan Lusy Widiastuti. 2004. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Riset Akuntansi Indonesia Vol 7, No.3.
Suripto, Bambang. 1999. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan. Makalah
dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi II.
Suryani. 2007. Pengaruh Profile dan Size Perusahaan Terhadap Luas
Pengungkapan Sukarela pada Perusahaan Food and Baverages yang
Terdaftar di BEJ. Skripsi FE. Univrsitas Negeri Semarang. Semarang.
Wulansari, Fitri. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Luas
Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan. Skripsi FE Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta.
Download