kebijakan fiskal dalam

advertisement
Pokok Bahasan
KEBIJAKAN FISKAL DALAM
PERSPEKTIF EKONOMI KERAKYATAN
‰ Ekonomi Kerakyatan di Indonesia
‰ Peran Fiskal Dalam Mendukung Ekonomi
Kerakyatan
Disampaikan oleh:
DR. Marwanto Harjowiryono, M.A.
6
2
Yogyakarta, 12 Desember 2013
Ekonomi Kerakyatan di Indonesia
6 Pemikiran Prof. Mubyarto akan Ekonomi Pancasila*
Ekonomi Kerakyatan di Indonesia
6 Pemikiran Ekonomi Kerakyatan di UGM
6 Banyaknya pemikiran Neo-Klasik di Indonesia, yaitu kecilnya
6 Keprihatinan terhadap perkembangan ilmu dan sistem ekonomi
peranan pemerintah dalam perekonomian
6 Ekonomi Indonesia dianggap ajaib di tahun 1993, namun
“dihancurkan” krisis moneter 1997, menunjukkan kekeliruan fatal
teori ekonomi konvensional.
6 Ilmu ekonomi Pancasila lahir bersamaan dengan keyakinan adanya
kekeliruan dalam ilmu ekonomi konvensional.
6 Ilmu ekonomi Pancasila lahir ditandai dengan pembukaan Kuliah
Ekstrakurikuler Ekonomi Pancasila (KEEP) tanggal 26 Maret 2005.
Indonesia yang akhir-akhir ini semakin jauh dari cita-cita
proklamasi serta belum mengutamakan rakyat dalam proses
penyelenggaraan ekonomi.
6 Berdirinya Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM menggantikan
Pusat Studi Ekonomi Pancasila (gagasan Prof Mubyarto).
6 Perubahan nama menjadi Ekonomi Kerakyatan untuk lebih
menyesuaikan dengan perundangan di Indonesia (Pasal 33 UU
1945), serta memperluas cakupan pemikiran ekonomi.
Mubyarto, Lahirnya Ekonomi Pancasila, 2005
3
PENGERTIAN
Pemahaman Ekonomi Kerakyatan
6 Ekonomi kerakyatan (Demokrasi ekonomi) adalah sistem
ekonomi nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan, di mana produksi dikerjakan oleh semua,
untuk semua, di bawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat (rakyat) dalam mengendalikan jalannya roda
perekonomian (Baswir, 1993).
6 Ekonomi kerakyatan adalah tatalaksana ekonomi yang bersifat
kerakyatan yaitu penyelenggaraan ekonomi yang memberi
dampak kepada kesejahteraan rakyat kecil dan kemajuan
ekonomi rakyat, yaitu keseluruhan aktivitas perekonomian yang
dilakukan oleh rakyat kecil.
Sumber: http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/
4
Ciri Sistem Ekonomi Kerakyatan (1)
6 Peranan vital negara (pemerintah): negara dapat terlibat secara langsung
dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan ekonomi.
6 Efisiensi ekonomi berdasar atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan:
Efisiensi dalam sistem ekonomi kerakyatan dipahami secara komprehensif
dalam arti memperhatikan baik aspek kualitatif dan kuantitatif, keuangan
dan non-keuangan, maupun aspek kelestarian lingkungan.
6 Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah, mekanisme pasar,
dan kerjasama (kooperasi): Mekanisme alokasi dalam sistem ekonomi
kerakyatan, kecuali untuk cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, tetap di dasarkan atas
mekanisme pasar. Tetapi mekanisme pasar bukan satu-satunya. Selain
melalui mekanisme pasar, alokasi juga didorong untuk diselenggarakan
melalui mekanisme usaha bersama (koperasi).
Sumber: http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/
Ciri Sistem Ekonomi Kerakyatan (2)
6 Pemerataan penguasaan faktor produksi: Penyelenggaraan pasar dan
6 Perekonomian Lokal
koperasi dalam sistem ekonomi kerakyatan harus dilakukan dengan terus
menerus melakukan penataan kelembagaan, yaitu dengan cara
memeratakan penguasaan modal atau faktor-faktor produksi kepada
segenap lapisan anggota masyarakat.
6 Aktifitas ekonomi yang lebih banyak melibatkan
kontribusi masyarakat setempat dan menjunjung
tinggi kearifan lokal merupakan wujud dari ekonomi
kerakyatan
6 Otonomi daerah yang telah dilaksanakan oleh
Indonesia semenjak awal tahun 2000 sangat
mendukung berkembangnya aktifitas ekonomi lokal.
6 Koperasi sebagai sokoguru perekonomian
6 Pola hubungan produksi kemitraan, bukan buruh-majikan: Karakter
utama ekonomi kerakyatan atau demokrasi ekonomi pada dasarnya terletak
pada dihilangkannya watak individualistis dan kapitalistis dari wajah
perekonomian Indonesia.
6 Kepemilikan saham oleh pekerja: Perusahaan hendaknya dikembangkan
sebagai bangun usaha yang dimiliki dan dikelola secara kolektif (kooperatif)
melalui penerapan pola-pola Kepemilikan Saham oleh Pekerja.
8
Sumber: http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/
• Peran utama Pemerintah dalam ekonomi kerakyatan adalah
menyelenggarakan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Pemerintah membentuk
BUMN dan BUMD untuk melaksanakan peran tersebut, seperti PLN,
Pertamina, dan Perusahaan Daerah Air Minum.
• Pemerintah pusat dan daerah juga berperan dengan terlibat secara
langsung dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan ekonomi tersebut.
Hal tersebut dapat dilihat dari belanja pada APBN dan APBD. Disamping
itu, banyak BUMN dan BUMD diciptakan sebagai kepanjangan tangan
pemerintah dalam kegiatan perekonomian.
• Beberapa kebijakan yang mendukung perekonomian kerakyatan antara
lain sebagai berikut:
• Pembinaan koperasi dan UKM yang dilakukan oleh Kementerian
Koperasi dan UKM
• Dana PNPM Mandiri yang memberdayakan masyarakat desa
• Program Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI)
Peran Fiskal
Dalam Mendukung
Ekonomi Kerakyatan
Strategi Pengembangan Potensi
Ekonomi
MP3EI
• Pemerintah telah menyiapkan MP3EI untuk mendorong percepatan
dan perluasan pembangunan ekonomi melalui pembangunan di enam
koridor ekonomi. Upaya tersebut diharapkan memberikan peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta penyerapan tenaga kerja.
• Dalam rangka memaksimalkan manfaat MP3EI dan untuk mendorong
terwujudnya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan, Pemerintah
sedang menyiapkan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI).
• MP3KI merupakan affirmative action sehingga pembangunan ekonomi
yang terwujud tidak hanya pro-growth, tetapi juga pro-poor, pro-job dan
pro-environment, termasuk penyediaan lapangan kerja bagi
masyarakat miskin.
11
12
Kebijakan Makro Ekonomi: Pertumbuhan VS Pemerataan
Peran Pemerintah Pusat dan Daerah:
Antara Pertumbuhan dan Pemerataan
Interrelasi Kebijakan Makro
!
Kebijakan
Fiskal
Kebijakan
K
Moneter
Kebija
Kebijakan
aka
kan
n
Nera
rac
ca
Neraca
Pemb
mbayaran
Pembayaran
¾ Kebijakan Fiskal menjadi titik penentu?
¾ Padahal kondisi Fiskal dipengaruhi oleh perkembangan dinamis
ekonomi domestik dan global.
¾ Kemampuan mendukung pembiayaan menjadi terbatas.
¾ Prioritas alokasi menjadi penentu.
13
14
Budget Pemerintah Pusat dan Daerah:
Kebijakan Fiskal dan Tantangannya
Dimana Sekarang dan Harus Kemana?
Daerah
1. Kemana arah alokasi : Pertumbuhan VS Pemerataan.
Pusat
o Belanja kapital sekitar 20 %
o Belanja aparatur sangat
dominan sekitar 45%
o Penting untuk meningkatkan
belanja modal
2. Kendala dan Tantangan: antara idealisme dan fakta dilapangan.
a. Budget Pemerintah Pusat.
b. Budget Pemerintah Daerah.
15
Tantangan Ekonomi Kerakyatan ke Depan:
o Belanja K/L subsidi energi dan kewajiban
utang terbagi bayar rata
o Belanja transfer ke daerah sekitar 32%,
dan yang mengalir ke daerah lebih dari 62%
o Mengelola subsidi daerah menjadi kunci
keberhasilan Fiskal
16
EMPAT KLASTER PROGRAM PRO-RAKYAT
Prespektif Fiskal
Fiskal Pusat :
• Meningkatkan program-program yang berpihak kepada rakyat (rakyat
kecil).
• Mengelola subsidi (energi) secara bijak untuk mendukung Program
Kesejahteraan Rakyat (menurunkan subsidi harga dan mengalihkan
pada subsidi khusus rakyat kecil).
• Perlu support seluruh komponen bangsa.
KEBIJAKAN EKONOMI-MAKRO
Klaster-1
1. BANTUAN SISWA
MISKIN
2. JAMKESMAS
3. RASKIN
4. PKH
5. BLT (bila diperlukan
saat krisis)
Klaster-2
PROGRAMPROGRAM
PEMBERDAYAAN
Klaster-3
KREDIT
USAHA RAKYAT
(KUR)
MASYARAKAT (PNPM)
Peningkatan
Kesejahteraan
Masyarakat, serta
Perluasan dan
Peningkatan
Kesempatan Kerja
6. Dll.
Fiskal Daerah:
• Meningkatkan belanja modal.
• Mengelola secara bijak belanja aparatur, diturunkan secara gradual.
• Perlu support stakeholder untuk mendorong belanja kapital.
Klaster-4
1. PROGRAM RUMAH SANGAT MURAH
2. PROGRAM KENDARAAN ANGKUTAN UMUM MURAH
3. PROGRAM AIR BERSIH UNTUK RAKYAT
4. PROGRAM LISTRIK MURAH & HEMAT
5. Program Peningkatan Kehidupan Nelayan *)
Pengurangan Angka
Kemiskinan
6. Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan *)
*) Program Peningkatan Kehidupan Nelayan dan Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin
17
Perkotaan merupakan program dengan target sasaran kelompok tertentu, pada umumnya 60% RTS termiskin.
18
TERIMA KASIH
Lampiran : Hubungan
Keuangan Antara Pusat dan
Daerah
20
IMPLEMENTASI HKPD DI INDONESIA
Keuangan Negara
Mendanai kewenangan PUSAT
IMPLEMENTASI PEMBAGIAN SUMBER PENDANAAN
Mendanai kewenangan DAERAH
PUSAT
Pemerintah
Pusat
DAERAH
Dikelola dlm
MONEY FOLLOWS FUNCTION
Dikelola dlm
APBN
kewenangan
Pemerintah
Daerah
sumber pendanaan
APBD
Dipertanggungjawabkan kepada
DPR-RI
Dipertanggungjawabkan
kepada DPRD
Diatur dg UU 33/2004
ttg Perimbangan
Keuangan antara Pusat
dan Daerah
Daper: DBH, DAU,
DAK
APBN
d
Transfer
Instansi vertikal
di Daerah
Dikelola dlm
Agr Dekon
Dipertanggung
-jawabkan
kepada K/L
21
Gubernur / Bupati / Walikota
Dikelola dlm
Agr Tugas
Pemb
21
Belanja APBN-P 2013
Bel. Lainnya
Surplus/Defisit
Titik berat desentralisasi
fiskal:
Pembiayaan
Desentralisasi di sisi pengeluaran Æ
kewenangan daerah didanai terutama dg
transfer ke daerah yang disertai dengan
diskresi untuk menggunakannya serta
didukung
22 dengan upaya penguatan local taxing
power
SILPA Tahun Lalu
Dana Cadangan
Penjualan Kekayaan daerah yang
dipisahkan
Pinjaman Daerah
TREN TRANSFER KE DAERAH TAHUN 2008 - 2013
Total Belanja = Rp1.726,20 T
(Triliun Rupiah)
Bel. Modal
Bel. Brg Jasa
Lain-lain Pendapatan
(Otsus, Penyesuaian,
Hibah dll)
DANA DEKONSENTRASI
DANA
TUGAS PEMBANTUAN
Belanja
Bel. Pegawai
PAD
Kewenangan pungutan
DANA
DESENTRALISASI
Kementerian / Lembaga
APBD
Pendapatan
Sumber : APBN-P2013
dalam miliar rupiah
Komponen Transfer
Dana ke Daerah = 693.07 (61,54%)
Melalui Angg.K/L dan APP
(Program Nasional)
•PNPM
•Jamkes
9.8(0.57%)
6.7(0.39%)
Melalui APP (Subsidi)
• BBM
• Listrik
• Pangan
• Pupuk
• Benih
199.9(1.58%)
100(5.79%)
21.5(1.24%)
17.9(1.03%)
1.5(0.08%)
Melalui Angg. Transfer ke Daerah
(Masuk APBD)
•DBH
•DAU
•DAK
•OTSUS
• Penyesuaian
Melalui Angg. K/L
102.7(5.94%) • Dana Dekon
311.1(18.02%) • Dana TP
31.7(1.83%) • Dana Vertikal
13.4(0.77%)
70.4(4.07%)
8(0.47%)
18.6(1.08%)
182.1(0.55%)
dan Perhitungan
23
Total
16.5(0.96%)
24
Total
340.8(19.74%)
Total
529.4(30.67%)
Total
208.7(12.09%)
2009
2010
2011
2012
2013
DAU
179.5
186.4
203.6
225.5
273.8
DAK
20.8
24.7
21
24.8
25.9
31.7
DBH
78.4
76.1
92.2
96.9
111.5
102.7
311.1
13.4
Dana Otsus
7.5
9.5
9.1
10.4
11.9
Dana Penyesuaian
6.2
11.8
18.9
53.7
57.4
70.4
292.4
308.6
344.7
411.3
480.6
529.4
Total
*) APP = Anggaran Pembiayaan
2008
Keterangan: Tahun 2008 – 2010 data diambil berdasarkan LKPP
Tahun 2011 data realisasi unaudited
Tahun 2012 data pagu APBN
Download