Anatomi Sistematik pada Anggota Familia Zingiberaceae

advertisement
BioSMART
Volume 3, Nomor 2
Halaman: 36-44
ISSN: 1411-321X
Oktober 2001
Anatomi Sistematik pada Anggota Familia Zingiberaceae
A Study on Systematic Anatomy of Family Zingiberaceae
AHMAD DWI SETYAWAN
Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Diterima: 14 Juli 2001. Disetujui: 31 Agustus 2001
ABSTRACT
The objectives of the research were to examine the anatomic structure of Zingiberaceae family and the phylogenetic
relationship among members of this family based on it's anatomic characters. The specimen was obtained from
Bogor's Botanic Garden and from Northern Purbalingga Highlands. The anatomic data were collected by semi
permanent method of 1% safranin colorant in 70% alcohol. The samples were taken from the crosswise slice of
lamina and sheath leaves and the slice on epidermal of lamina's upper and lower section. They are also taken from
the crosswise slice of rhizome, root and stem. Sokal and Sneath's grouping method of coefficient association was
used, where the equality of coefficient association values was determined by Pielou's cluster analysis to determine
the dendrogram. The result indicated that anatomical evidence could be used as taxonomic characters. The
dendrogram shows that A. malaccensis has a close relationship with A. nutans with the value of 90 in similarity
index. Both species have a close relation to A. javanica with value of 87 on similarity index. And the three of them
have a close relationship with A. Hookeriana with value of 63 on similarity index. Furthermore they join to A.
galanga, H. coronarium and Z. officinale on the value of 65 in similarity index. In this dendrogram C. speciosus has
the highest value of difference in which the value was only 40 in similarity index.
Key words: anatomy, taxonomy, Zingiberaceae
PENDAHULUAN
Secara praktis sifat adalah semua ciri-ciri
organisme atau kelompok taksonomi yang dapat
dilihat, diukur, dihitung dan dibatasi (Heywood,
1967; Shukla dan Misra, 1982). Keragaman sifat
merupakan dasar klasifikasi tumbuhan berbunga
(Angiospermae) (Pool, 1941). Setiap tumbuhan
memiliki ratusan hingga ribuan sifat yang potensial
untuk klasifikasi, namun terdapat perbedaan
batasan sifat yang dapat dipilih dan digunakan
(Heywood, 1967). Sifat yang bernilai tinggi harus
stabil, jelas dan tidak mudah berubah-ubah (Davis
dan Heywood, 1973).
Taksonomi merupakan salah satu bidang biologi
paling awal (Harborne dan Turner, 1984), dengan
ruang lingkup meliputi identifikasi, pemberian
nama dan klasifikasi (Lawrence, 1955). Semula
taksonomi hanya didasarkan sifat morfologi,
kemudian berkembang menjadi penggabungan
berbagai sifat, seperti palinologi, sitologi, anatomi,
fisiologi, biokimia dan sitogenetika (Shukla dan
Misra, 1982). Untuk mendapatkan susunan
taksonomi yang sempurna boleh jadi diperlukan
penelitian atas semua sifat tersebut (Scagel dkk.,
1965), sehingga dihasilkan klasifikasi baru atau
diperbaikinya klasifikasi lama (Turrill, 1951).
Anggota familia Zingiberaceae telah lama
dikenal, umumnya digunakan sebagai bumbu
dapur, rempah-rempah, tanaman obat dan kadangkadang sebagai tanaman hias. Salah satu spesies
yang sangat terkenal adalah jahe (Zingiber
officinale). Bangsa Yunani dan Romawi mengenal
jahe dari para pedagang Arab yang membawanya
dari India. Jahe, dalam bahasa Sansekerta adalah
singabera, sringavera dan shrinjaveram. Nama ini
diadopsi bangsa Arab menjadi zanjabil, zingabil
atau zindschebil, yang artinya akar dari Zindschi
(India), selanjutnya diadopsi bangsa Yunani
menjadi zingiberi dan bangsa Romawi menjadi
zingiber (Fluckinger dan Hanbury, 1874; Murray,
1881; Burkill, 1935; Claus dkk., 1970). Begitu
terkenalnya jahe, hingga dalam Al Quraan
dinyatakan sebagai campuran minuman surgawi.
© 2001 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
SETYAWAN - Anatomi Sistematik pada Zingiberaceae
"Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas
(minuman) yang campurannya adalah jahe
(zanjabil)." (QS. Al Insaan (76): 17).
Familia Zingiberaceae beranggota sekitar 47
genera dan 1400 spesies, tersebar di daerah tropis
dan subtropis (Lawrence, 1951; Purseglove, 1972).
Status taksonomi familia ini menjadi perhatian
banyak peneliti sejak masa Linneaus. Permasalahan
terjadi mulai dari tingkatan familia (Bentham dan
Hooker, 1883; Petersen, 1889; Tomlison, 1956; 1969),
sub familia (Schumann, 1904; Hutchinson, 1959; Burtt
dan Smith, 1972), tribus (Loesner, 1930; Lawrence,
1951; Burtt dan Smith, 1972), hingga genus dan
spesies (Holttum, 1950, 1974; Burtt, 1972).
Para peneliti umumnya beranggapan sifat
anatomi konservatif dan tidak mudah dipengaruhi
lingkungan (Shukla dan Misra, 1982). Sifat ini
berguna untuk identifikasi, menetapkan kelompok
anomali dan menunjukkan hubungan kekerabatan
yang tidak dapat dijelaskan melalui sifat morfologi
(Heywood, 1967). Kegunaannya setingkat dengan
sifat-sifat lain dan dapat dikombinasikan, namun
terkadang hanya berguna untuk klasifikasi tingkat
tinggi (familia ke atas) (Jones dan Luchsinger,
1986). Bahkan menurut Tomlisom (1969) dan
Olatunji (1970, dalam Burtt, 1972) yang banyak
melakukan studi anatomi familia Zingiberaceae,
tidak ada perbedaan anatomi fundamental yang
dapat memisahkan tribus (ke bawah). Menurut
Carlquis (1969, dalam Shukla dan Misra, 1982),
sifat anatomi dipengaruhi oleh adaptasi dan fungsi.
Sifat anatomi yang berguna bagi taksonomi
meliputi ukuran, bentuk dan susunan berkas
pengangkut; tipe stomata, bulu-bulu dan papila;
substansi ergastik, seperti: sel silika, kristal Caoksalat, pati, tanin, sel minyak dan getah; asal,
ukuran dan bentuk sel parenkiem: xilem primer dan
sekunder, serabut-serabut dan berkas pengangkut;
floem dan lain-lain (Shukla dan Misra, 1982).
Permasalahan taksonomi familia Zingiberaceae
perlu dikaji ulang melalui pendekatan-pendekatan
non-morfologi. Pendekatan anatomi telah dimulai
oleh Tomlison (1956) dan Olatunji (1970, dalam
Burtt, 1972), dan masih terdapat ruang cukup luas
untuk penelitian ini, sehingga dapat memperjelas
permasalahan taksonominya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: struktur anatomi pada
beberapa anggota familia Zingiberaceae dan
hubungan kekerabatan pada anggota familia
tersebut, berdasarkan sifat anatominya.
BAHAN DAN METODE
Bahan
37
Spesimen penelitian ini adalah koleksi tumbuhan
hidup Kebun Raya Bogor dan tumbuhan liar dari
dataran tinggi Purbalingga Utara. Penelitian
dilakukan terhadap delapan spesies, dimana setiap
tribus diwakili sekurang-kurangnya satu spesies,
kecuali tribus Globbeae karena material yang
diperoleh tidak mencukupi. Berdasarkan sifat
morfologi, para peneliti-antara lain Burtt (1972)
serta Burtt dan Smith (1972) memberi klasifikasi
kedelapan spesies tersebut sebagai berikut:
Familia Zingiberaceae
Sub familia Zingiberoideae
Tribus Alpineae
1. Alpinia galanga (L.) Willd.
2. Alpinia Hookeriana Val.
3. Alpinia javanica Bl.
4. Alpinia malaccensis Rosc.
5. Alpinia nutans Rosc.
Tribus Hedychieae
6. Hedychium coronarium Koen.
Tribus Zingibereae
7. Zingiber officinale Rosc.
Tribus Globbeae (tidak terwakili)
Sub familia Costoideae
8. Costus speciosus (Koen.) Sm.
Sebelum dilakukan pengamatan, setiap spesies
diidentifikasi
menggunakan
pustaka-pustaka:
Backer dan Bakhuizen v.d. Brink (1968), Holttum
(1950), Henderson (1954), Ochse (1931),
Purseglove dkk. (1981), dan dicocokkan dengan
koleksi tumbuhan hidup Kebun Raya Bogor dan
koleksi herbarium kering Herbarium Bogoriense.
Cara Kerja
Pembuatan preparat menggunakan metoda
semi-permanen (free hand section method)
(Radford dkk., 1982; Soerodikoesoemo, 1988;
1989). Rimpang, akar, batang dan pelepah daun
dibuat preparat penampang melintang, sedang
untuk helai daun selain dibuat preparat penampang
melintang juga dibuat preparat sayatan epidermis.
Adapun langkah-langkah kerjanya sebagai berikut:
1. Helai daun diiris melintang dan bagian epidermis
disayat membujur, sedang rimpang, akar, batang
dan pelepah daun hanya diiris melintang, lalu
difiksasi dalam alkohol 70% selama 24 jam.
2. Irisan yang cukup tipis dan baik diwarnai
dengan safranin 1% dalam alkohol 70% selama
5 menit, lalu dicuci dengan alkohol 70% agar
warnanya tidak luntur ketika diberi gliserin.
3. Irisan diletakkan di gelas benda, ditetesi
gliserin secukupnya dan letaknya diatur agar
tidak terbentuk gelembung-gelembung udara.
4. Untuk mencegah penguapan, tepi gelas penutup
diolesi cat kuku yang sekaligus untuk pelekat.
38
BioSMART Vol. 3, No. 2, Oktober 2001, hal. 36-44
5. Diamati dengan mikroskop, preparat yang baik
difoto dengan kamera mikrofotografi.
Parameter yang diamati di helai daun meliputi:
epidermis, hipodermis, klorenkim, bulu-bulu,
stomata, kristal Ca-oksalat, sel minyak dan berkas
pengangkut. Pelepah daun meliputi: epidermis,
stomata, bulu-bulu, sel minyak atsiri, kristal Caoksalat, rongga udara dan berkas pengangkut.
Batang meliputi: korteks, stele dan cincin tengah
dan sel minyak atsiri. Rimpang meliputi:
epidermis, hipodermis, periderm, sel minyak atsiri,
endodermis dan stele. Akar meliputi epidermis,
korteks dan stele.
Analisis Data
Hubungan kekerabatan ditentukan dengan
metode numerik, tepatnya metode pengelompokan
koefisien asosiasi (Sokal dan Sneath, 1963),
dimana tingkatan persamaan harga-harga koefisien
asosiasinya ditentukan dengan analisis klaster
(Pielou, 1984).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kunci identifikasi
Pengamatan anatomi terhadap delapan spesies
yang diteliti, yaitu: Alpina galanga (L.) Willd.,
Alpinia Hookeriana Val., Alpinia javanica Bl.,
Alpinia malaccensis Rosc., Alpinia nutans Rosc.,
Costus speciosus (Koen.) Sm., Hedychium
coronarium Koen. dan Zingiber officinale Rosc.,
menghasilkan kunci identifikasi anatomi sebagai
berikut:
1.a. Bulu-bulu selalu uniselular, jarang bercabang,
pangkal membesar; kutikula tipis; hipodermis
biasanya selapis di bawah salah satu atau kedua
permukaan helai daun; sel silika berbentuk bulat
atau pasir; berbau aromatis, mengandung sel-sel
minyak atsiri........... …………………………….. 2
1.b. Bulu-bulu multiselular, tidak bercabang, pangkal
tidak membesar; kutikula agak tebal; hipodermis
berkembang dengan baik, selapis atau lebih di
masing-masing permukaan helai daun; sel silika
berbentuk bintang (druse); non aromatis, tidak
mengandung sel minyak atsiri (senyawa sekunder
utamanya adalah steroid) …………………….……
………….. Costus speciosus (Koen.) Sm. (1800)1
1
Basionim: Banksia speciosa Koen. (1783). Sinonim:
Costus nepalensis Rosc. (1783), Costus parietale Muller,
Costus lamingtonii Bailey, Costus formosanus Nakai
(Maas, 1979), Helenia grandiflora Retz. (1791), Tsiana
speciosa (Koen.) Gmellin (1791), Planera speciosa
(Koen.) Giseke (1792) (Burtt dan Smith, 1972), Costus
sericeous Bl. (Anonim, 1986; Holttum, 1950).
2.a. Jaringan hipodermis terdapat di kedua sisi helai
daun; jaringan palisade dua lapis; sel tetangga
stomata berbentuk bulan sabit panjang; sel
eksodermis akar lebih dari selapis …………….. 3
2.b. Jaringan hipodermis hanya terdapat di permukaan
atas helai daun; jaringan palisade selapis; sel
tetangga stomata umumnya berbentuk segitiga; sel
eksodermis akar selapis ……………………….. 4
3.a. Jaringan hipodermis selapis di kedua permukaan
daun, letak beraturan; hipodermis atas segi empat,
12,64X12,0 µm, hipodermis bawah segienam,
11,67X10,37 µm. Zingiber officinale Rosc. (1807)2
3.b. Jaringan hipodermis di permukaan atas selapis,
letak beraturan; di permukaan bawah 1-2 lapis,
letak tidak beraturan; ukuran sangat bervariasi;
hipodermis atas pipih lateral 14,18X6,88 µm,
hipodermis bawah isodiametris atau segienam,
7,05X6,63 µm .................…………..... Hedychium
coronarium Koen.3 var. flavescent (Lood.) Hook.
4.a. Jumlah sel epidermis yang mengalami modifikasi
bentuk di sisi-sisi berkas pengangkut perifer
umumnya 1 baris ..................……........................ 5
4.b. Jumlah sel epidermis yang mengalami modifikasi
bentuk di sisi-sisi berkas pengangkut perifer
umumnya 3 baris ......................…….................... 6
5.a. Bulu-bulu terdapat di kedua permukaan helai daun,
kerapatan di permukaan atas 1-3 psbp, kerapatan di
permukaan bawah 45-55 psbp (per satuan bidang
pandang); sel minyak tidak tampak pada sayatan
epidermis atas dan bawah; stomata 7,13X5,02 µm,
kerapatan stomata di permukaan atas 9-12 psbp,
kerapatan stomata di permukaan bawah 160-170
psbp; hipodermis berbentuk segienam memanjang
antiklinal, 13,38X8,3 µm….. Alpinia javanica Bl. 4
5.b. Permukaan helai daun gundul, bulu-bulu tidak
ditemukan di kedua permukaannya; sel minyak
tampak pada sayatan epidermis atas dan bawah,
dengan kerapatan 14-16 psbp di permukaan atas
dan 50-60 psbp di permukaan bawah; stomata
7,53X3,65 µm; kerapatan stomata di permukaan
atas 4-6 psbp, di permukaan bawah 125-140 psbp;
hipodermis berbentuk kubus atau segienam sama
sisi (tidak memanjang), 9,75X9,7 µm. ………...….
…………….. Alpinia galanga (L.) Willd. (1797) 5
2
3
4
5
Sinonim: Amomum zingiber L. (1753), Zingiber blanchoi
Hassk., Zingiber officinale Roxb. (Zingiber majus Rumph.,
Zingiber minus Rumph. (Anonim, 1986; Backer dan
Bakhuizen v.d. Brink, 1968; Merrill, 1925).
Sinonim: Hedychium flavescent Lood. (Backer dan
Bakhuizen v. d. Brink, 1968), Hedychium ligulatum Hassk.
(Merrill, 1925), Hedychium spec. div., Hedychium coronarium
Rumph. (Anonim, 1986).
Sinonim: Costus malaccensis Koen. (1791), Alpinia
involucrata Griff. (1851), Alpinia campanaria Ridl.
(1892), Languas javanica Burk. (1935) (Holttum, 1950).
Basionim: Marantha galanga L. (1762); Sinonim:
Amomum galanga (L.) Lour. (1790) , Languas galanga
(L.) Stuntz (1912), Languas vulgare Koen. (1783), Alpinia
SETYAWAN - Anatomi Sistematik pada Zingiberaceae
galanga Sw. (1791) (Burtt dan Smith, 1972; Holttum,
1950).
39
BioSMART
Volume 3, Nomor 2
Halaman: 36-44
ISSN: 1411-321X
Oktober 2001
1a
1b
2a
2b
3a
3b
4a
4b
5a
5b
6a
6b
7a
7b
8a
8b
Gambar 1. Irisan paradermal helai daun anggota Familia Zingiberaceae permukaan atas (a) dan permukaan bawah
(b). Keterangan: 1. A. galanga, 2. A. Hookeriana, 3. A. javanica, 4. A. malaccensis, 5. A. nutans, 6. C. speciosus, 7.
H. coronarium, 8. Z. officinale.
6.a. Kristal Ca-oksalat tidak teramati pada irisan
melintang helai daun; bulu-bulu hanya terdapat di
permukaan bawah atau gundul sama sekali ......... 7
6.b. Kristal Ca-oksalat berbentuk bulat atau pasir; bulubulu terdapat di kedua permukaan; atas 4-5 psbp,
bawah 30-35 psbp; stomata 7,21X5,1 µm,
kerapatan stomata di permukaan atas 3-4 psbp,
bawah 90-100 psbp; cincin endodermis batang
tebal; sel minyak atsiri rimpang 4-6 psbp; sel
hipodermis atas pipih antiklinal, 13,38X9,93 µm;
jumlah ikatan pembuluh utama di tulang daun
antara 7-9 buah … 5. Alpinia nutans Rosc. (1805) 6
6
Sinonim: Zerumbet speciosus Wendl. (1798), Renealmia
nutans Andr. (1800), Alpinia speciosa K. Schum., Languas
speciosa Small. (1913), Catimbium speciosum (Wendl.) Holtt.
(1950) (Holttum, 1950).
© 2001 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
40
BioSMART Vol. 3, No. 2, Oktober 2001, hal. 36-44
7.a. Kristal
Ca-oksalat
berbentuk
bulat/bulat
memanjang; bulu-bulu hanya di permukaan bawah,
25-30 buah psbp; stomata 7,29X5,59 µm,
kerapatan stomata permukaan atas 4-6 psbp,
kerapatan stomata permukaan bawah 100-110
psbp; cincin endo-dermis batang tipis; sel minyak
atsiri rimpang 5-7 psbp; sel hipodermis atas pipih
lateral, 13,18X8,3 µm, jumlah ikatan pembuluh
utama di tulang daun 5-7 buah. …………………
……………… Alpinia malaccensis Rosc. (1808) 7
7.b. Kristal Ca-oksalat tidak teramati pada irisan
melintang helai daun; bulu-bulu tidak ada; stomata
7,29X3,56 µm, kerapatan atas 1-2 psbp;
permukaan luar pelepah daun berlekuk-lekuk,
karena adanya berkas pengangkut perifer; cincin
endodermis batang sedang; sel minyak atsiri
rimpang 8-12 psbp; sel hipodermis atas 2 lapis,
pipih antiklinal, 9,1-8,7 µm; jumlah ikatan
pembuluh utama di tulang daun 9-11 buah
……………….. Alpinia Hookeriana Val. (1904) 8
Perbandingan Struktur Anatomi
Perbandingan struktur anatomi dilakukan
terhadap helai daun, pelepah daun, batang semu,
rimpang dan akar.
Anatomi Helai Daun
Daun anggota familia Zingiberaceae terdiri dari
pelepah, upih, tangkai dan helai. Daun C. speciosus
tersusun spiral di batang, sedang daun spesies lainnya
tersusun berseling. Sifat ini merupakan kriteria pembeda
untuk sub familia.
Irisan melintang helai daun memperlihatkan
kutikula, epidermis, hipodermis, parenkim palisade,
parenkim bunga karang dan berkas pengangkut.
Epidermis selapis di kedua permukaan, berbentuk
segienam, segienam memanjang atau tidak beraturan,
ukuran lebih kecil dari pada sel-sel lain. Letak epidermis
atas lebih teratur dari pada epidermis bawah. Pada irisan
paradermal, sel epidermis di sisi-sisi rusuk berkas
pengangkut mengalami modifikasi menjadi lebih kecil
dan rapat, berbentuk pipih memanjang pada Z. officinale
dan tetap segienam pada spesies lainnya. Pada A.
galanga dan A. javanica jumlah sel epidermis yang
mengalami modifikasi tersebut hanya satu baris, pada A.
Hookeriana, A. malaccensis, A. nutans dan Z. officinale
umumnya tiga baris dan pada H. coronarium 3-4 baris.
Pada C. speciosus sel epidermis besar, seragam dan
tidak ada yang mengalami modifikasi.
7
Sinonim: Marantha malaccensis Burm. (1768), Galanga
malaccensis Rumph., Languas malaccensis Merr. (1921),
Catimbium malaccensis (Burm.) Holtt. (1950), Alpinia
malaccensis (Burm.) Roxb., Alpinia nobilis Ridl. (Backer
dan Bakhuizen van den Brink, 1968; Holttum, 1950).
8
Sinonim: Alpinia latilabris Ridl. (1899), Catimbium latilabre
(Ridl.) Holtt. (1950), Alpinia mutica quoad Hk., Languas
Hookeriana Merr. (Anonim, 1986; Holttum, 1950).
Kristal Ca-oksalat ditemukan sangat melimpah di
epidermis atas C. speciosus, berbentuk bintang (druse),
dimana hampir semua sel mempunyai sebuah kristal Caoksalat. Pada spesies non-Costus kristal Ca-oksalat
berbentuk bulat atau pasir, dengan kekerapan bervariasi
tergantung usia dan jenis.
Sel minyak atsiri irisan paradermal hanya ditemukan
pada A. galanga, H. coronarium dan Z. officinale. Pada
A. galanga dan Z. officinale ditemukan di kedua
permukaan daun, sedang pada H. coronarium hanya di
permukaan bawah saja. Kerapatan sel minyak atsiri di
permukaan atas A. galanga 4-6 psbp, bawah 50-60 psbp.
Di permukaan atas Z. officinale 1-3 psbp, bawah 50-60
psbp. Di permukaan bawah H. coronarium 27-28 psbp.
Kutikula umumnya tipis, tetapi pada C. speciosus tebal.
Bulu-bulu di permukaan atas daun hanya ditemukan
pada A. javanica 1-3 psbp dan A. nutans 4-6 psbp. Bulubulu di permukaan bawah ditemukan pada A. javanica
45-55 psbp, A. malaccensis 25-30 psbp, A. nutans 30-35
psbp dan paling rapat pada C. speciosus 85-95 psbp.
Bulu-bulu pada C. speciosus berbentuk multiseluler,
lebih pendek dan hanya tertanam sampai epidermis,
sedang bulu-bulu spesies lainnya uniseluler, lebih panjang
dan tertanam cukup dalam melebihi batas epidermis.
Stomata bertipe ginjal, terdapat pada kedua sisi daun,
kecuali pada C. speciosus hanya terdapat di permukaan
bawah. Stomata sangat melimpah di permukaan bawah,
bahkan pada kelompok Alpinia (kecuali A. galanga)
selalu berdempetan disepanjang sisi berkas pengangkut
perifer daun. Kerapatan stomata sangat bervariasi
tergantung spesiesnya. Kerapatan stomata di permukaan
atas sebagai berikut: A. Hookeriana 1-2 psbp, A. nutans
dan H. coronarium 3-4 psbp, A. galanga dan A.
malaccensis 4-6 psbp, serta A. javanica dan Z. officinale
9-10 psbp. Kerapatan stomata di permukaan bawah
sebagai berikut: C. speciosus dan Z. officinale sekitar
80-90 psbp, A. malaccensis dan A. nutans sekitar 100
psbp, A. galanga, A. javanica dan H. coronarium sekitar
150 psbp dan pada A. Hookeriana sekitar 200 psbp.
Sel tetangga lateral pada kelompok Alpinia
berbentuk menyerupai segitiga, sedang pada C.
speciosus, H. coronarium dan Z. officinale berbentuk
menyerupai bulan sabit. Pada C. speciosus jumlahnya 2
buah, sedang pada spesies lain 1 buah. Sel tetangga
terminal 1 buah berbentuk bulan sabit. Pada kelompok
Alpinia ukuran stomata sekitar 7-7,5X3,5-6 µm, sedang
pada C. speciosus, H. coronarium dan Z. officinale
sekitar ukurannya 9-10X4,5-8 µm.
Hipodermis umumnya selapis, ditemukan pada
kedua permukaan helai daun, namun pada kelompok
Alpinia hanya ditemukan di permukaan atas saja. Di
permukaan atas A. galanga, A. Hookeriana dan C.
speciosus 1-2 lapis, pada spesies lainya hanya selapis.
Di permukaan bawah C. speciosus, H. coronarium dan
Z. officinale hanya selapis. Hipodermis berbentuk
segienam memanjang atau bulat memanjang, umumnya
memanjang antiklinal, namun pada A. malaccensis, H.
coronarium dan Z. officinale memanjang periklinal.
Ukuran hipodermis bervariasi, pada A. galanga dan A.
Hookeriana 9-9,75X8,75-9,75 µm, pada A. javanica, A.
SETYAWAN - Anatomi Sistematik pada Zingiberaceae
malaccensis dan A. nutans sekitar 13-13,5X8,25-10 µm,
pada H. coronarium 7-14,25 µm, pada Z. officinale 1316,25 µm dan yang terbesar pada C. speciosus 26,75
38,5 µm. ukuran hipodermis di permukaan bawah helai
daun C. speciosus 29-31 µm, H. coronarium 65-70 µm
dan Z. officinale 13,5-19,5 µm. Hipodermis pada daerah
berkas pengangkut perifer tertekan atau terpotong, di
daerah antar berkas pengangkut perifer beraturan,
sedang di bawah stomata tidak beraturan.
Klorenkim berdinding tipis terdiri dari lapisan
palisade yang memanjang antiklinal dan sel-sel conus.
Lapisan palisade biasanya 1-2, kecuali pada H.
coronarium dan Z. officinale 2-3 lapis. Sel conus
umumnya juga 1-2 lapis, kecuali pad A. Hookeriana, A.
javanica dan A. malaccensis 3-5 lapis.
Berkas pengangkut agak rapat hingga sangat rapat,
pada A. galanga, C. speciosus dan Z. officinale tidak
pernah berdempetan, sedang pada spesies lain kadangkadang berdempetan. Berkas pengangkut umumnya
berbentuk pipih antiklinal, pada A. galanga, C.
speciosus dan Z. officinale kadang-kadang membulat.
Jumlah dan ukuran berkas pengangkut pada tulang daun
bervariasi, umumnya 8 buah, tetapi pada C. speciosus
hanya sekitar 5 buah. Berkas pengangkut selalu
menyentuh salah satu atau kedua permukaan daun
kecuali pada berkas pengangkut yang kecil. Pada C.
speciosus berkas pengangkut tidak pernah menyentuh
permukaan daun.
Sarung berkas pengangkut luar parenkimatis,
berdinding tipis, sedikit mengalami penebalan,
umumnya 1-2 lapis. Tetapi pada A. Hookeriana dan H.
coronarium biasanya hanya selapis. Pada Berkas
pengangkut kecil sarung berkas mengelilingi utuh,
sedang pada berkas pengangkut besar sarung berkas
terpotong pada salah satu atau kedua ujungnya. Sarung
berkas pengangkut dalam berserat, berdinding tebal.
kompak dan padat, Pada berkas pengangkut kecil sarung
ini hanya terletak di sisi bawah, sedang pada berkas
pengangkut besar terletak di bawah dan di atas, kadangkadang hanya berupa serabut-serabut tidak kompak.
Anatomi Pelepah Daun
Permukaan luar pelepah daun berlekuk-lekuk atau
tidak. Lekuk-lekuk ini disebabkan oleh penonjolan
rusuk-rusuk berkas pengangkut perifer. Pada A.
javanica, A. malaccensis, A. nutans, H. coronarium dan
Z. officinale berlekuk-lekuk, sedang pada A. galanga, A.
Hookeriana dan C. speciosus tepi rata, tidak berlekuklekuk. Seperti pada helai daun, epidermis pelepah daun
pada berkas pengangkut perifer biasanya berbeda
dengan daerah antara rusuk berkas pengangkut perifer,
yakni lebih kecil dan pipih. Stomata agak melimpah
disepanjang garis rusuk tersebut.
Bulu-bulu tidak ditemukan pada A. galanga dan Z.
officinale, sangat jarang pada A. Hookeriana dan H.
coronarium, rapat-sangat rapat pada spesies lainnya.
Bulu-bulu C. speciosus multiseluler, sedang pada
spesies lain uniseluler. Sel minyak atsiri hadir, kecuali
pada C. speciosus, bentuk khas, berwarna kuning. Pada
sisi adaksial biasanya ditemukan kristal Ca-oksalat,
41
berbentuk druse pada C. speciosus dan berbentuk bulat
atau pasir pada spesies sisanya. Rongga udara besar
ditemukan terutama pada kelompok Alpinia (kecuali A.
galanga), bersekat-sekat melintang oleh untaian sel-sel
bulat atau sel-sel bintang (stellate). Pada A. nutans
antara rongga udara dipisahkan oleh septa tebal berisi
berkas pengangkut.
Sistem berkas pengangkut pelepah daun dapat
dibedakan menjadi 4 macam, namun tidak semua
berkembang sama pada setiap tingkatan, yaitu: sistem
berkas pengangkut utama (I), sistem berkas pengangkut
adaksial (II), sistem berkas pengangkut sentral (III) dan
sistem berkas pengangkut abaksial (IV).
Pada C. speciosus sistem berkas pengangkut utama
(I) berbentuk bulat memanjang, berderet membentuk
busur tunggal di dekat permukaan adaksial dan berderet
sejajar dengan rongga udara membentuk seperti sisir.
Setiap berkas pengangkut utama mempunyai serabut
padat di sebelah atas xilem dan di sebelah bawah floem.
Berkas pengangkut utama mempunyai trachea tunggal,
lebar, protoxilem panjang, metaxilem kecil dan floem
tunggal. Busur sistem berkas pengangkut lainnya
tereduksi tanpa protoxilem, namun dikelilingi sabuk
kolenkim samar-samar.
Sistem berkas pengangkut adaksial (II) agak rapat,
berbentuk bulat, ukuran bermacam-macam, membentuk
selapis busur di dekat atau menempel di sisi abaksial
pelepah. Berkas pengangkut yang besar dikelilingi oleh
sarung serabut tebal, sedang berkas pengangkut yang
kecil sarung serabutnya tipis, kadang-kadang terdapat
kumpulan serabut-serabut kompak tanpa berkas
pengangkut, seperti pada A. javanica dan A.
malaccensis. Sistem berkas pengangkut adaksial
membentuk zona tepi yang kaku.
Sistem berkas pengangkut sentral (III) dan sistem
berkas pengangkut abaksial (IV) umumnya tidak dapat
dibedakan, namun pada A. Hookeriana dan A. javanica
masih bisa dipisahkan. Pada C. speciosus keduanya
tereduksi. Sistem berkas pengangkut sentral umumnya
hanya selapis, terletak di medula mesofil dan agak besar.
Pada A. Hookeriana sarung serabut agak tebal, sedang
pada A. javanica hampir tidak ada. Sistem berkas
pengangkut abaksial biasanya 1-2 lapis, terletak agak
jauh dari sisi abaksial pelepah daun, kecil-kecil, sarung
serabut agak tebal dan kadang-kadang tidak ada. Sel-sel
sarung berkas pengangkut kolenkimatis. Sel parenkim
menjadi sklerotis di permukaan bawah.
Anatomi Batang
Irisan batang semu terdiri dari korteks dan stele yang
dipisahkan cincin tengah. Bagian terluar korteks berupa
sel epidermis. Tepi batang biasanya rata, tetapi pada C.
speciosus dan H. coronarium tidak rata karena adanya
berkas pengangkut perifer. Pada A. javanica, A.
malaccensis dan A. nutans korteks sempit, sedang pada
spesies lainnya lebar. Pada A. Hookeriana, A. nutans
dan H. coronarium cincin tengah tebal. Stele selalu
tebal. Berkas pengangkut rapat, tidak beraturan, bentuk
kurang lebih bulat, ukuran bermacam-macam. Sel
minyak atsiri kekuning-kuningan tersebar merata
42
BioSMART Vol. 3, No. 2, Oktober 2001, hal. 36-44
diseluruh batang. Pada C. speciosus minyak atsiri tidak
ditemukan.
Anatomi Rimpang
Irisan melintang rimpang menunjukkan adanya
kutikula, epidermis, korteks, endodermis dan stele.
Berkas pengangkut terletak pada parenkim korteks dan
stele. Epidermis selapis berupa sel-sel kecil agak pipih,
berdinding kuning kecoklatan, pada A. galanga kadangkadang kemerah-merahan. Kutikula hadir, biasanya
tipis, tetapi pada A. galanga agak tebal dan berkilat.
Pada rimpang tua epidermis seringkali robek, sehingga
rimpang hanya dilindungi periderm. Hipodermis
biasanya lebih dari selapis, sedang periderm terdiri dari
beberapa lapis sel gabus. Pada kelompok Alpinia
(kecuali A. Hookeriana) hipodermis dan periderm tidak
teramati. Korteks parenkimatis. Pada kelompok Alpinia
parenkim korteks besar berdinding tipis, beberapa lapis
di sebelah luar tidak berpati, sedang sisanya berpati,
sangat rapat hingga pusat stele. Pada H. coronarium pati
mengumpul di sekitar berkas pengangkut, sedang pada
C. speciosus dan Z. officinale pati tersebar merata
hingga stele, tidak terlalu tebal.
Sel minyak atsiri tidak ditemukan hanya pada C.
speciosus. Pada kelompok Alpinia dan H. coronarium
jumlahnya sekitar 10 psbp, sedang pada Z. officinale
sekitar 18 psbp. Pada distilasi air, kadar minyak atsiri
yang diperoleh berbeda-beda karema perbedaan ukuran
sel minyak atsiri, kadar oleoresin dalam minyak atsiri
yang ikut menguap dan banyaknya minyak atsiri yang
tidak berhasil diuapkan oleh alat destilasi.
Endodermis berupa selapis sel dengan dinding radial
agak tebal, tidak mengandung pati. Berkas pengangkut
bertipe kolateral. Di sebelah dalam endodermis berkas
pengangkut membentuk sabuk melingkar. Pada A.
galanga, A. Hookeriana dan Z. officinale sabuk tersebut
tidak bersambung, dimana antara berkas pengangkut
satu dengan berkas pengangkut lainnya dipisahkan oleh
parenkim, sedangkan pada spesies lain bersambung
bahkan sering bertumpuk 2-3 secara radial.
Stele bertipe ataktostele. Di dalamnya ditemukan
pula pati dan sel minyak atsiri dengan kerapatan sama
dengan korteks namun jumlah berkas pengangkut lebih
rapat. Pada kelompok Alpinia (kecuali A. galanga)
berkas pengangkut di korteks sangat rapat, sehigga
rimpang berserat, ulet dan sulit dipatahkan. Pada
kelompok Alpinia xilem umumnya berupa pembuluh
jala, pembuluh bernoktah dan pembuluh tangga, sedang
pada C. speciosus, H. coronarium dan Z. officinale
xilem berupa pembuluh spiral dan jala. Floem
berkelompok, kadang-kadang tidak jelas.
Pada irisan makroskopis terdapat dua sektor. Sektor
luar (korteks) dan sektor dalam (stele) dipisahkan olen
cincin melingkar umumnya tebal (mengandung
endodermis) berwarna kuning tua, tetapi pada A.
Hookeriana berwarna biru tua.
Anatomi Akar
Irisan melintang akar terdiri dari korteks dan stele
yang dibatasi endodermis. Bagian terluar korteks berupa
selapis sel eksodermis, berbentuk bulat memanjangbulat, rapat dan mengalami penebalan. Pada C.
speciosus, H. coronarium dan Z. officinale di sebelah
dalam eksodermis terdapat beberapa lapis sel serupa
eksodermis. Sebagian sel eksodermis terdiferensiasi
menjadi bulu-bulu akar, pada C. speciosus sebagian juga
terdiferensiasi menjadi bulu-bulu eksodermal. Sekitar
1/5-1/3 bagian korteks terluar terdiri dari sel parenkim
kecil, bulat, rapat, tersusun teratur dan mengalami
penebalan, sedang parenkim yang terletak di sebelah
dalam besar, berdinding tipis dan susunannya tidak
teratur. Menjelang endodermis terdapat 3-5 baris sel
yang tersusun teratur secara radial. Pada H. coronarium
jumlah baris ini hanya 1-2. Sel minyak atsiri ditemukan
di korteks kecuali pada C. speciosus.
Endodermis selapis, menyerupai huruf "U" dengan
penebalan radial, semakin menebal pada akar yang tua.
Stele memiliki berkas pengangkut padat di tepi dan
jaringan parenkimatis tipis di tengah. Serabut floem
umumnya bulat panjang, tetapi pada A. galanga bulat
tidak memanjang. Floem berjajar dalam dua baris, baris
luar kecil-kecil, kadang-kadang bersekat 2-3, baris
dalam besarnya mencapai 2-5 kalinya. Jumlah lingkaran
dalam akar umumnya 20 buah, tetapi pada A. galanga
dan Z. officinale hanya sekitar 10 buah, sedang pada C.
speciosus sekitar 15 buah. Pada A. galanga seluruh
ruangan stele merupakan berkas pengangkut yang
menebal, parenkim empulur sangat sedikit ditengah.
Pada C. speciosus seluruhnya menebal, parankim
empulur tidak ada, sedang pada spesies lain empulur
masih ada.
Hubungan Kekerabatan
Jumlah keseluruhan sifat anatomi yang diamati
dalam penelitian ini sebanyak 75 buah. Dendrogram
koefisien asosiasi yang dibuat berdasarkan sifat
anatomi menunjukkan adanya dua kelompok, dimana
spesies-spesies dari sub familia Zingiberoideae
membentuk satu kelompok dan C. speciosus (sub
familia Costoideae) berdiri sendiri, namun kedua
kelompok tersebut masih satu rumpun karena
bergabung pada indek similaritas 40.
Pada kelompok sub familia Zingiberoideae,
Alpinia membentuk kelompok tersendiri, sekalipun
A. galanga sudah berdiri sejajar dengan H.
coronarium dan Z. officinale, dengan indek
similaritas 65. Pada kelompok ini, A. malaccensis
berkerabat dekat dengan A. nutans dengan indek
similaritas 90, lalu keduanya berkerabat dekat
dengan A. javanica pada indek similaritas 87.
Gabungan ketiga spesies tersebut kemudian
berkerabat dekat dengan A. Hookeriana pada indek
similaritas 66. A. galanga hampir terlepas dari
kelompok Alpinia dan berdiri sejajar dengan H.
coronarium dan Z. officinale pada indek similaritas
65. Pada dendrogram ini C. speciosus merupakan
spesies yang paling tinggi tingkat perbedaannya,
dengan indek similaritas hanya 40 (Gambar 2.).
90
C. speciosus
Z. officinale
H. coronarium
A. galanga
A. Hookeriana
A. javanica
A. nutans
A. malaccensis
SETYAWAN - Anatomi Sistematik pada Zingiberaceae
87
66
43
dekat dengan A. javanica pada indek similaritas 87.
Gabungan ketiganya berkerabat dekat dengan A.
Hookeriana pada indek similaritas 66. Selanjutnya
bergabung dengan A. galanga, H. coronarium dan
Z. officinale pada indek similaritas 65. Pada
dendrogram ini C. speciosus merupakan spesies
yang paling tinggi tingkat perbedaannya, dengan
indek similaritas hanya 40. Pengelompokan ini
sesuai dengan klasifikasi familia Zingiberaceae
yang banyak dilakukan peneliti berdasarkan sifat
morfologi.
65
DAFTAR PUSTAKA
40
Gambar 2. Dendrogram hubungan kekerabatan antar
anggota familia Zingiberaceae berdasarkan sifat
anatomi.
Apabila diperbandingkan dengan klasifikasi
berdasarkan sifat morfologi, sebagaimana yang
diajukan oleh Burtt (1972) serta Burtt dan Smith
(1972), maka dendrogram di atas sejalan dengan
klasifikasi tersebut. Dalam dendrogram tersebut
kelompok Alpinia cenderung menjadi satu, hal ini
sesuai dengan klasifikasi morfologi yang
memasukkannya ke dalam genus Alpinia, tribus
Alpineae. Dalam dendrogram tersebut H.
coronarium dan Z. officinale berada pada indeks
similaritas yang sama. Hal ini dapat diterima,
mengingat Holttum (1950) pernah memindahkan
genus Zingiber dari kelompok tribus yang berisi
Alpinia, Amomum dan lain-lain ke dalam tribus
Hedychieae. Dalam dendrogram tersebut C.
speciosus terletak pada kelompok tersendiri, hal ini
wajar mengingat statusnya terletak pada sub
familia yang berbeda, yaitu Costoideae.
KESIMPULAN
Dendrogram
menunjukkan
bahwa
A.
malaccensis berkerabat dekat dengan A. nutans
pada indek similaritas 90, lalu keduanya berkerabat
Backer, C.A. dan R.C. Bakhuizen van den Brink. 1968.
Flora of Java. Volume III. Groningen: Wolters
Noordhoff.
Bentham, G. dan D.J. Hooker. 1883. Genera Plantarum.
Volume III. London.
Burkill, I.H. 1935. A Dictoinary of The Economic
Product of The Malay Peninsula. London:
Governments of The Straits Settlements and
Federated Malay States by The Crown Agents for
The Colonies.
Burtt, B.L. 1972. General introduction to papers on
Zingiberaceae. Notes from The Botanic Garden
Edinburg 31 (2): 115-165.
Burtt, B.L. dan R.M. Smith. 1972. Tentative keys to the
subfamilies, trible and genera of Zingiberaceae.
Notes from The Botanic Garden Edinburg 31 (2):
171-176.
Claus, E.P., V.E. Tyler dan L.R. Brady. 1970.
Pharmacognosy. Sixth edition. Philadelphia: Lea and
Febinger.
Davis, P.H. dan V.H. Heywood. 1973. Principles of
Angiosperm Taxonomy. New York: Robert E. Kieger
Publishing Company.
Fluckinger,
F.A.
dan
D.
Hanbury.
1874.
Pharmacographia. A History of The Principal Drug
of Vegetable Origin. London: Macmillan and Co.
Harborne, J.B. dan B.L. Turner. 1984. Plant
Chemosistematics. London: Academic Press.
Henderson, M.R. 1954. Malayan Wild Flowers
Monocotyledons. Kuala Lumpur: The Malayan
Nature Society.
Heywood, V.H. 1967. Plant Taxonomy. New York: St.
Martin's Press.
Holttum, R.E. 1950. The Zingiberaceae of the Malay
Peninsula. The Gardens Singapore 8 (1): 1-249.
Holttum, R.E. 1974. A commentary on comparative
morphology in Zingiberaceae. Garden's Bulletin
Kew 27 (2): 163-164.
Hutchinson, J. 1959. Families of Flowering Plants
(Monocotyledoneae). Volume II. Second edition.
Oxford: The Clarendon Press.
Jones, S.B. dan A.E. Luchsinger. 1986. Plant
Systematics. Second edition. New York: McGrawHill Book Company.
44
BioSMART Vol. 3, No. 2, Oktober 2001, hal. 36-44
Lawrence, G.H.M. 1951. Taxonomy of Vascular Plant.
New York: John Wiley and Sons.
Lawrence, G.H.M. 1955. An Introduction to Plant
Taxonomy. New York: The Macmillan Company.
Loesner, T. 1930. Zingiberaceae. In Engler and Prantl.
Die Naturlichen Pflanzenfamilien. Second edition.
No. 15A. pp. 547.
Murray, J.A. 1881. The Plants and Drugs of Sind.
London: Richardson and Co..
Ochse. J.J. 1931. Vegetables of The Dutch East Indies.
Buitenzorg: Archipel Drukkerij.
Petersen. O.G. 1889. Musaceae and Zingibereae. In
Engler and Prantl. Die Naturlichen Pflanzenfamilien
1 (6): 1-10.
Pielou. E.C. 1984. The Interpretation of Ecological
Data. A Primer on Classification and Ordination.
New York: John Wiley and Sons.
Pool. R.J. 1941. Flowers and Flowering Plants. Second
edition. New York: McGraw-Hill Book Company
Inc.
Purseglove, J.W. 1972. Tropical Crops Monocotyledons.
London: Longman.
Purseglove, J.W., E.G. Brown, C.L. Green dan S.R.J.
Robins. 1981. Spices. Volume II. London: Longman.
Radford, A.E. W.C. Dickinson. J.R. Masse dan C.R.
Bell. 1982. Vascular Plant Systematics. New York:
Harper and Row Publishers.
Scagel. P., R.J. Bandory, J.R. Maze, G.E. Rouse, W.B.
Schofield dan J.R. Stein. 1984. Plants. An
Evolutionary Survey. Belmont-Calif: Wadsworth
Publishing Company. Inc..
Schumann, K. 1904. Musaceae and Zingiberaceae in
Engler and Prantl. Das Pfanzenreich 4: pp. 45-46.
458.
Shukla, P. dan S.P. Misra. 1982. An Introduction to
Taxonomy of Angiosperms. New Delhi: Vikas
Publishing House. PVT.LTD.
Sokal, R.R. dan P.H.A. Sneath. 1963. Principles of
Numerical Taxonomy. San Francisco: W.H. Freeman
and Co.
Soerodikoesoemo, W. 1988. Petunjuk Praktikum
Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Laboratorium
Anatomi Tumbuhan Fakultas Biologi UGM.
Soerodikoesoemo, W. 1989. Petunjuk Praktikum
Mikroteknik Tumbuhan. Yogyakarta: Laboratorium
Embryologi Tumbuhan dan Mikroteknik Tumbuhan
Fakultas Biologi UGM.
Tomlison, P.B. 1956. Studies in the systematic anatomy
of the Zingiberaceae. Journal of Linnaean Society.
No. 55. London.
Tomlison, P.B. 1969. Anatomy of The Monocotyledons
III: Commeliales-Zingiberales (Edited by C.R.
Metcalfe). Oxford: The Clarendon Press.
Turrill. W.B. 1951. Modern trends in the classification
of plants. Taxon 1 (2): 17-19.
Download