ASIMILASI SOSIAL-BUDAYA KOMUNITAS KETURUNAN ARAB DI KELURAHAN CONDET BALEKAMBANG, JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Untuk memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosiologi (S.SOS) Oleh: Titin Widarti NIM: 105032201081 JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK (FISIP) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H./2010 M. Surat Pernyataan Kesediaan Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini menyatakan bahwa saya : Nama : Via Profesi : Mahasiwi UIJ Jakarta Usia : 24 Tahun Tanggal Wawancara : 9 Januari 2010 Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta. Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali. Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Jakarta, 9 Januari 2010 Interviewee ( Via Interviewer ) ( Titin ) Surat Pernyataan Kesediaan Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini menyatakan bahwa saya : Nama : Salahuddin bin Thohir bin Yahya Profesi : Mahasiwa UIJ Jakarta Usia : 25 Tahun Tanggal Wawancara : 5 Januari 2010 Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta. Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali. Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Jakarta, 5 Januari 2010 Interviewee Interviewer ( Salahuddin ) ( Titin ) Surat Pernyataan Kesediaan Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini menyatakan bahwa saya : Nama : Umi Selli Profesi : Ibu Rumah Tangga Usia : 40 Tahun Tanggal Wawancara : 30 Januari 2010 Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta. Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali. Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Jakarta, 30 Januari 2010 Interviewee Interviewer ( Umi Seli ) ( Titin ) Surat Pernyataan Kesediaan Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini menyatakan bahwa saya : Nama : Bulan Indah Profesi : Ibu Rumah Tangga Usia : 27 Tahun Tanggal Wawancara : 26 Januari 2010 Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta. Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali. Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Jakarta, 26 Januari 2010 Interviewee Interviewer ( Bulan Indah ) ( Titin ) Surat Pernyataan Kesediaan Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini menyatakan bahwa saya : Nama : Bapak Khalid Profesi : Wiraswasta Usia : 36 Tahun Tanggal Wawancara : 26 November 2009 Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta. Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali. Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Jakarta, 26 November 2009 Interviewee Interviewer ( Khalid ) ( Titin ) Surat Pernyataan Kesediaan Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini menyatakan bahwa saya : Nama : Tomy Profesi : Wiraswasta Usia : 25 Tahun Tanggal Wawancara : 31 Januari 2010 Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta. Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali. Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Jakarta, 31 Januari 2010 Interviewee ( Tomy Interviewer ) ( Titin ) Surat Pernyataan Kesediaan Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini menyatakan bahwa saya : Nama : Pak Benar Profesi : Wakil Lurah Usia : 45 Tahun Tanggal Wawancara : 27 Januari 2010 Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta. Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali. Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Jakarta, 27 Januari 2010 Interviewee Interviewer ( Benar ( ) Titin ) Surat Pernyataan Kesediaan Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini menyatakan bahwa saya : Nama : Aci Profesi : Mahasiswi UIN Usia : 23 Tahun Tanggal Wawancara : 23 November 2009 Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta. Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali. Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Jakarta, 23 November 2009 Interviewee ( Aci Interviewer ) ( Titin ) ABSTRAK Titin Widarti “Asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Asimilasi merupakan proses sosialisasi dalam sebuah masyarakat untuk mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari satu bangsa Indonesia yang mayoritas. Dalam kehidupan sosial-budaya yang beraneka ragam di masyarakat tentu bukan menjadi penghalang untuk terwujudnya proses asimilasi di dalamnya. Salah satu hal yang sangat penting untuk bisa berasimilasi yaitu adanya sikap toleransi dan simpati demi terwujdnya integrasi sosial. Asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang merupakan bentuk asimilasi yang terjadi melalui perkawinan dan melalui budaya (antar golongan minoritas (keturunan Arab) dengan golongan mayoritas (masyarakat Condet Balekambang).Pendekatan penelitian menggunakan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Lokasi dan waktu penelitian di lakukan pada masyarakat komunitas keturunan Arab yang berada di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Pengambilan data dan informasi dilakukan pada masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet Balekambang. Dalam penelitian ini menggunakan informan yang sudah di tentukan dalam melengkapi informasi tentang asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Dalam mendapatkan informasi dilakukan dengan metode wawancara mendalam kepada informan dan dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu dengan mendatangi Kelurahan untuk mencari informasi tentang asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang serta melakukan pengamatan untuk menambah informasi penulisan skripsi ini. Setelah mendapatkan data keseluruhan dari lapangan, penulis menganalisa data, kemudian di seleksi untuk diambil data yang khusus berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Kemudian penulis merumuskan kesimpulan dari hasil penelitian. Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa bentuk asimilasi melalui perkawinan dan melalui budaya yang terjadi di wilayah Kelurahan Condet Balekambang telah mengakibatkan terjadinya proses asimilasi sosial-budaya di dalamnya, baik komunitas keturunan Arab maupun dengan masyarakat Condet Balekambang yang hidup dengan harmonis (toleransi dan simpati) tanpa membedakan suku, ras dan agama. Dari hasil penelitian, penulis menemukan adanya dua kelompok etnis yang berbeda sosial dan budaya tersebut yang sudah menikah bahkan sudah tinggal dan menetap berpuluh tahun di Kelurahan Condet Balekambang. Adat yang berbeda tidak menghalangi mereka untuk melangsungkan perkawinan, karena adanya satu kesamaan agama (Islam). Adat atau budaya yang dimiliki keturunan Arab hanya ada dalam perkawinan saja misalnya adanya malam pacar, tari syamar yang dilakukan oleh keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang, dan bermain musik marawis yang dimainkan oleh vi vii keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Asimilasi melalui perkawinan tersebut ternyata berpengaruh mengubah sikap dan perilaku mereka dalam menyesuaikan budaya (cara berbahasa, cara membuat makanan, dan cara pakaian) terutama warga keturunan sebagai kelompok minoritas yang berbaur dengan kelompok mayoritas (warga Condet Balekambang) dalam kehidupan sehari-hari. Adat pakaian yang di gunakan keturunan Arab saat menikah adalah pakaian jubah sedangkan masyarakat Condet Balekambang memakai baju kurung, bahasa yang di gunakan keturunan Arab sudah bisa berbahasa Indonesia, sedangkan dalam menyesuaikan makanan (keturunan Arab) membuatnya dengan menyesuaikan tradisi masyarakat Condet Balekambang khususnya dari Betawi misalnya masakan soto Betawi. Jadi dari penjelasan di atas secara tidak langsung proses asimilasi telah terjadi didalamnya. Menurut warga keturunan Arab ataupun dari masyarakat Condet Balekambang dengan saling mengenal dan menyesuaikan dalam budaya masing-masing itulah yang membuat mereka bisa berasimilasi. Apa lagi menurut keturunan Arab yang berasimilasi dengan warga Condet Balekambang, masyarakat Condet memiliki adat-istiadat yang lebih unik dari keturunan Arab dan mereka juga menambahkan bahwa walaupun mereka hanya memiliki adat yang sangat khas atau unik itu hanya ada dalam perkawinan saja, namun adat tersebut juga sudah mulai menghilang dari mereka karena sudah berbaur lama dengan adat-istiadat masyarakat Condet Balekambang. Akibat adanya proses asimilasi tersebut, secara perlahan-lahan komunitas keturunan Arab (minoritas) maupun masyarakat Condet Balekambang (mayoritas) akan berasimilasi walaupun masing-masing memiliki latar belakang sosial-budaya yang berbeda. Dan khususnya bagi masyarakat keturunan Arab akan terintegrasi mengikuti satu kebudayaan yang mayoritas yaitu kebudayaan Indonesia, khususnya kebudayaan dari masyarakat Condet Balekambang. Kelurahan Condet Balekambang merupakan salah satu Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Keramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur. Di daerah tersebut terdapat warga keturunan Arab yang sudah menetap dan tinggal berpuluh tahun yang berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang. Hampir 15% dari jumlah penduduk Kelurahan Condet Balekambang dihuni oleh warga keturunan Arab. Kata Pengantar Assalamu’alaikum Wr.Wb Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang telah banyak memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta izin-Nya penulis mampu melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salam serta sholawat semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta pengikutnya. Melalui proses yang panjang dan perjuangan yang tak singkat, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan semestinya. Dalam penulisan skripsi inipun tak luput dari kesalahan dan ketidakpuasan yang akan terus menggema, namun dengan setitik harapan semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan sumbangsih bagi cakrawala pengetahuan dan senantiasa berkembang khususnya di bidang Sosio-keagamaan, maka karya ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya. Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak serta kritikan yang sangat membangun dalam penyusunan tugas akhir ini. Maka dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Bachtiar selaku dekan fakultas FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Jauharotul Jamilah, M.si selaku sekretaris jurusan Sosiologi Agama. Tak lupa terimakasih di peruntukan kepada civitas akademika Fakultas FISIP. 3. Prof. Dr. Yusron Razak, MA selaku pembimbing yang tiada henti dan tiada bosannya, memberikan arahan dan masukkan kepada penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini. 4. Para petugas Perpustakaan Utama dan Ushuludin yang telah memberikan sumbangsih kepada penulis saat mencari literature. 5. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada sekolah SMP Islamic School di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur yang telah memberikan informasi tentang asimilasi sosial-budaya warga keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. 6. Bapak Benar Sigalingging S. Sos selaku seketaris lurah di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Tak lupa terima kasih kepada seluruh responden masyarakat Condet Balekambang khususnya warga keturunan Arab yang meluangkan waktunya untuk memberikan informasi khususnya tentang asimilasi sosial-budaya keturunan Arab dengan masyarakat sekitar. 7. Ayahanda Ismail, Ibunda Armalis, adik-adik tersayang Via Meswita, Sepry Chasnico dan Yulia Deswita, yang telah memberikan kasih sayangnya dan do’anya kepada penulis dan yang telah memberikan bantuan baik moral maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Jakarta. 8. Para sahabat Nur Sakinah, Uli Zahra, Suryanah. Ahmad Syukri dan Tommy sebagai sahabat terbaik penulis,yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan pendidikan dan dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman seperjuangan Sosiologi Agama angkatan 2005 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Teruntuk kakak kelas aku Sosiologi Agama angakatan 2003: kak Yuni, Ria, Maesaroh dan kak Rahmat yang memberikan motivasi, nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan do’a semoga amal kabaikan yang telah di berikan kepada penulis menjadi amal sholeh yang mendapat pahala berlipat ganda. serta di limpahkan segala keberkahan dan kenikmatan atas bantuan dan perhatian yang telah di berikan kepada penulis. Selain itu semoga seluruh aktifitas yang kita kerjakan diberi kemudahan oleh Allah SWT, janganlah merasa puas dengan apa yang telah di raih hari ini. Songsong masa depan sejak dini adalah langkah terbaik dan semoga apa yang telah dikerjakan mendapat nilai ibadah di sisi-Nya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Jakarta, 17 Maret 2010 Penulis Titin Widarti LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 18 Juni 2010 Titin Widarti LEMBAR PENGESAHAN Skripsi ini berjudul “ Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab Di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada progam studi Sosiologi. Jakarta,18 Juni 2010 Panitia Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Dr. Hendro Prasetyo, M.A. NIP. 19640719 199003 1 001 Penguji I, Joharotul Jamilah, M. Si. NIP. 19680816 199703 2 002 Anggota, Joharotul Jamilah, M. Si. NIP. 19680816 199703 2 002 Penguji II, Ahmad Abrori, M.Si. NIP. 19760225 200501 1 005 Pembimbing, Prof. Dr. Yusron Razak, M.A. NIP. 195910101983031003 DAFTAR ISI Halaman Sampul ...................................................................................... i Halaman Judul ………………………………………………………….. ii Lembar Pernyataan ............................................................................................ iii Halaman Pengesahan Pembimbing ........................................................ iv Halaman Pengesahan Ujian .................................................................... v Abstrak ...................................................................................................... vi Kata Pengantar ........................................................................................ viii Daftar Isi .................................................................................................. xi BAB I BAB II : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1 B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah........................ 11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 11 D. Metodologi Penelitian..................................................... 12 E. Sistematika ..................................................................... 16 : TINJAUAN PUSTAKA A. Asimilasi Sosial-Budaya ................................................ 18 a. Pengertian Asimilasi Sosial-Budaya ...................... 18 b. Teori Asimilasi Pendekatan Sosiologi .................... 21 c. Hakikat Faktor Pendorong dan Penghambat Terjadinya Asimilasi .............................................. 23 B. Komunitas Keturunan Arab ........................................... 24 a. Pengertian Komunitas ............................................. b. Proses Terbentuknya Komunitas Keturunan Arab di Indonesia c. .......................................................... 24 27 Realitas Asimilasi Masyarakat Keturunan Arab di Indonesia .......................................................... xi 28 BAB III : PROFIL KEBERADAAN MASYARAKAT KETURUNAN ARAB DI WILAYAH KELURAHAN CONDET BALEKAMBANG, JAKARTA TIMUR A. Gambaran Geografis Kelurahan Condet Balekambang Jakarta Timur ................................................................. 32 B. Latar Belakang Ekonomi dan Pendidikan Masyarakat Keturunan Arab ......................................... 35 C. Hubungan Keturunan Arab dengan Masyarakat Pribumi .......................................................................... BAB IV 40 : ASIMILASI MASYARAKAT KETURUNAN ARAB DENGAN MASYARAKAT CONDET BALEKAMBANG, JAKARTA TIMUR A. Bentuk dan Proses Asimilasi ......................................... BAB V 43 1. Asimilasi Melalui Perkawinan ................................ 43 2. Asimilasi Melalui Kebudayaan ............................... 48 B. Faktor yang Mendukung Asimilasi .............................. 51 C. Faktor yang Menghambat Asimilasi .............................. 59 D. Akibat Asimilasi ............................................................ 63 : PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................... 67 B. Saran-saran .................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 72 LAMPIRAN ……………………………………………………………… 73 xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang Arab di Indonesia termasuk ke dalam kategori golongan minoritas. Sebagai keturunan Arab pada dasarnya mereka memiliki pola kebudayaan yang berakar dari negeri Arab pula dan berbeda dengan pola kebudayaan penduduk pribumi Indonesia. 1 Kedatangan orang Arab ke Indonesia sama dengan Eropa yaitu untuk mencari harta atau mengadu nasib dengan melakukan perdagangan kemudian ada juga yang menjadi da’i. kehidupan mereka yang sederhana, mereka tidak senang hidup hedonis seperti pendatang Eropa yang selalu menghabiskan pendapatannya, sementara orang-orang Arab lebih suka menabung bahkan mereka juga memberikan sumbangan kepada masjid, bangunan sekolah dan lain-lain. Meskipun kebanyakan orang Arab di Indonesia saat ini dilahirkan di bumi Indonesia serta sejak lama bergaul secara luas, secara otomatis akan menjadikan mereka terintegrasi ke dalam masyarakat dan kebudayaan di Indonesia. Dari berbagai proses asimilasi yang terjadi terbukti bahwa hanya dengan pergaulan kelompok secara luas dan intensif saja belum tentu terjadi suatu asimilasi, kalau di antara mereka tidak ada sikap toleransi dan simpati terhadap yang lain. 1 Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial (Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita, 1988), h. 176. 1 2 Fenomena ini terlihat di wilayah Kelurahan Condet Balekambang Jakarta Timur. Di mana banyak sekali pendatang yang berasal dari masyarakat keturunan Arab. Mereka melakukan asimilasi untuk diterima oleh pribumi khususnya masyarakat Condet, Jakarta Timur yang pada dasarnya kedua kelompok ini mempunyai latar belakang sosial yang berbeda. Asimilasi sebagai proses sosial yang timbul bila ada golongangolongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan golongan tadi masing- masing berubah sifatnya yang khas dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur 2 kebudayaan campuran. Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal itu golongan minoritas itulah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan. dan dari golongan minoritas sehingga lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya, dan masuk kedalam kebudayaan mayoritas. Di Indonesia konsep asimilasi pada umumnya dihubungkan dengan masalah perkawinan antargolongan etnis. dalam rangka hubungan antargolongan asimilasi mempunyai arti yang lebih luas. Milton Gordon, seorang ahli sosiologi Amerika memperinci konsep ini dalam lima macam asimilasi yang berkaitan satu sama lain yaitu: 2 3 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990), h. 255. 3 Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial. h. 175. 3 a. Asimilasi kebudayaan atau perilaku (akulturasi) yang bertalian dengan perubahan dalam pola kebudayaan guna penyesuaian diri dengan kelompok mayoritas. b. Asimilasi perkawinan (amalgamasi) yang bertalian dengan perkawinan antargolongan secara besar-besaran. c. Asimilasi sikap yang bertalian dengan tidak adanya prasangka. d. Asimilasi perilaku yang bertalian dengan tidak adanya diskriminasi. Proses sesungguhnya asimilasi komunitas merupakan proses keturunan Arab sosialisasi di mereka Indonesia untuk mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari satu bangsa Indonesia mayoritas. Tanpa menghindarkan konsep asimilasi yang telah di jelaskan sebelumnya. Penelitian asimilasi dimaksudkan sebagai proses sosial yang mengarah pada integrasi golongan yang mempunyai sikap mental, adat kebiasaan dan kebudayaan yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan sosiologis yang harmonis dan bermakna dalam satu bangsa (Indonesia). Kemudian pengertian komunitas sendiri dapat kita pahami dalam kamus ilmiah popular, dijelaskan bahwa komunitas adalah masyarakat 4 setempat atau suatu populasi yang menempati suatu daerah. beberapa tokoh sosiologi yaitu menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya sosiologi suatu pengantar di jelaskan komunitas adalah “masyarakat setempat” istilah yang menunjukan desa, kota, suku atau bangsa. Jika anggota suatu kelompok, baik kelompok kecil atau besar hidup bersama dengan harmonis merasakan bahwa 4 Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya Utama Surabaya, 2002), h. 318. 4 kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tersebut disebut masyarakat setempat. 5 Serta tokoh sosiologi Peter Worsley menurutnya istilah komunitas mengacu pada orang-orang yang mendiami suatu lokalitas tertentu yang memilih semacam otonomi politis, perasaan kebersamaan, adanya keyakinan religius yang seragam, homogenitas etnik dan juga suatu fungsi pekerjaan tertentu yang dominan. 6 Adapun ciri-ciri komunitas ialah adanya kesatuan wilayah, adat, rasa identitas komunitas dan loyalitas terhadap komunitas sendiri. Jadi komunitas merupakan wujud masyarakat yang konkret, yang selain memiliki ikatan berdasarkan suatu sistem adat-istiadat yang sifatnya kontinyu, berdasarkan rasa identitas bersama yang dimiliki semua kesatuan masyarakat, juga terikat oleh suatu lokasi yang nyata dan kesadaran wilayah yang konkret. Hal ini menjadi sesuatu bagian yang dialami oleh masyarakat keturunan Arab yang berada di daerah Condet Balekambang, Jakarta Timur. Kita akan melihat sekilas bagaimana sistem sosial budaya mereka yang berada di lokasi penelitian yaitu di lihat dari adanya suguhan yang di hidangkan ketika bertamu sebaiknya dihabiskan agar tidak dianggap menghina tuan rumah. Kemudian seorang tamu sebaiknya baru meninggalkan rumah yang di kunjunginya setelah mendapat izin (di-iya-kan) oleh tuan rumah. Inisisatif pulang memang ada pada sang tamu, namun inisiatif sesungguhnya ada pada pada tuan rumah. Inilah salah satu fakta kehidupan 5 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: CV Rajawali Pres, h. 162-163. 6 Peter, Worsley, Pengantar Sosiologi jilid 2 (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya, 1992), h. 68. 1990), 5 sosial masyarakat keturunan Arab yang bersumber dari pola kebudayaan semakin banyak unsur yang berubah maka semakin posistif kebudayaan tersebut terjadi asimilasi. 7 Proses asimilasi dapat terjadi bila adanya faktor-faktor yang mendukung seperti: 8 a. Adanya sikap toleransi budaya b. Perkawinan campuran (amalgamation) c. Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang d. Dan sikap menghargai orang asing dan budayanya Selanjutnya kita akan melihat beberapa aspek jaringan untuk mempelajari asimilasi mereka diantaranya: 1. Aspek Sistem Sosial Dari segi ciri sebagai golongan etnis ditemukan bahwa mereka memiliki ciri biologis yang khas misalnya bentuk wajah, hidung, warna kulit yang membedakannya dengan golongan etnis lain mereka juga membentuk suatu saran komunikasi atau bentuk bahasa Arab walaupun bagi generasi mudanya semakin kurang bisa mempergunakannya serta keanggotaannya yang menjadi tanda bagi mereka dikenal sebagai susunan atau strata suatu golongan misalnya sayid dan bukan sayid. Sayid adalah identifikasi diri sekelompok orang Arab yang menyatakan dirinya sebagai golongan ‘Alawiyyin. Golongan ini beranggapan mereka keturunan anak perempuan nabi yaitu Fatimah istri Ali bin Abi thalib. 7 8 Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 210. Daniel Fernandez, Antropologi (Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega, 1996) h, 147. 6 Bagi mereka yang tidak tergolong sayid berarti tidak mempunyai garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW. 2. Dari Aspek Ekonomi Aspek ekonomi sebagai jaringan asimilasi sangat ditekankan pada faktor perimbangan dalam bidang perekonomian tersebut. Yang di maksud perimbangan yaitu adanya kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda. Sampai saat ini kegiatan ekonomi masih merupakan aktivitas yang dominan bagi penduduk keturunan etnis Arab di Condet Balekambang Jakarta Timur. Bentuk usaha perekonomian mereka yang terutama adalah pertokoan bahan baju atau tekstil, berdasarkan jenis barang dagangan. disamping itu ada juga restoran makanan Arab. Ternyata orang Arab lebih banyak berusaha di sektor penjualan seperti sajadah, tasbih, lukisan Arab, kitab- kitab mengenai Islam, serta barang campuran seperti sabun, pasta gigi, minyak wangi dan lain-lain. Mengenai kerjasama dibidang ekonomi antara penduduk golongan etnis Arab dengan penduduk pribumi dalam penyediaan modal usaha kurang terjadi. Begitu pula dari sektor tenaga kerja sebagai penjual di toko mereka, masih kurang terjadi. kondisi ini bukan disebabkan tidak adanya hubungan diantara mereka, namun usaha pertokoannya memang kurang memerlukannya. Usaha pertokoan orang Arab masih bersifat ekonomi keluarga sehingga pembantu hanya diambil dari bagian keluarga terdekat. 7 Walaupun perimbangan usaha pertokoan antar orang keturunan Arab dan penduduk pribumi (masyarakat Condet) belum memadai, namun dilihat dari segi jenis barang dagangan kedua golongan penduduk memiliki dominasi masing-masing. Orang keturunan Arab dominan atas perdagangan buku atau kitab-kitab terutama mengenai Islam, sedangkan penduduk pribumi khususnya masyarakat Condet Balekambang, Jakarta Timur memiliki keahlian dalam menguasai mebel serta usaha pertukangan. Dengan demikian terjadi perimbangan yang mendukung terjadinya proses asimilasi. Hal ini tentu menjadi suatu indikasi yang sangat bersifat asimilatif karena merupakan bentuk netralisasi kesempatan ekonomi berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki masing-masing golongan baik etnis keturunan Arab maupun masyarakat pribumi khususnya masyarakat Condet. 3. Serta Aspek Perkawinan Di Indonesia terutama dari berbagai suku bangsa penduduk pribumi, perkawinan campuran (antar suku bangsa atau golongan etnis) sangat bermanfaat bagi asimilasi asumsi tersebut sangat di fahami dan di banggakan oleh generasi keturunan Arab di Condet Jakarta Timur saat ini. Menurut mereka para pendahulunya datang ke Indonesia tanpa istri dan kebanyakan berstatus belum menikah. Karena itu mereka mengambil istri dari perempuan penduduk pribumi sehingga ikatan darah antar orang Arab dengan penduduk pribumi suatu hal yang tidak dapat dihindari. 8 Kemudian dalam masalah perkawinan muncul suatu kendala dalam perkawinan antar golongan etnis atau suku bangsa, yakni adanya sikap terhalangnya pernikahan anak-anak Arab dengan seseorang yang bukan keturunan Arab. Hal ini terlihat penolakan mereka dalam pemilihan jodoh untuk anak perempuannya baik syarifah (sayid) maupun bukan syarifah (bukan sayid) hasil wawancara di dapatkan informasi alasan sebagai latar belakang sikap penolakan tersebut yaitu: a. Mereka masih memperhatikan soal nasab atau keturunan untuk menghindarkan penyesalan di kemudian hari. b. Serta sebagian dari beranggapan statusnya lebih tinggi sehingga hanya bisa menikahkan anaknya dengan yang sederajat. Sikap tersebut tidaklah muncul dengan sendirinya, namun berakar pada suatu perasaan yang kuat sekali dimana mereka terikat dalam kelompok dan kebudayaannya. Selanjutnya kita akan melihat perbedaan orang Arab yang sudah berasimilasi dengan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Condet Jakarta Timur. Di Indonesia adanya sikap poligami dan perceraian mudah terjadi yang diizinkan oleh undang-undang, namun dilarang oleh adat Hadramaut, sangat banyak terjadi dikalangan orang Arab di Nusantara. Beberapa orang Arab mengaku bahwa kemudahan ini merupakan daya tarik tersendiri bagi rekan-rekan mereka untuk datang ke Nusantara. 9 9 L.W.G Van den Berg, Hadramut dan Koloni Arab di Nusantara (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1989), h. 122. 9 Menurut L.W.G Van den Berg orang-orang Arab yang sekarang ini bermukim di Nusantara sebagian besar berasal dari Hadramaut. Orang-orang Arab datang ke Jakarta pada akhir abad ke-18 untuk berniaga. Hadramaut adalah seluruh pantai Arab Selatan sejak Aden hingga Tanjung Ras al-Hadd. Kemudian dalam penggunaan bahasa percakapan mereka tidak menggunakan bahasa Arab melainkan bahasa Melayu. Bahasa tersebut juga mereka gunakan terhadap anak-anak mereka. Jadi orang Arab walaupun hanya sebentar bermukim di Nusantara, mereka berbicara dan membaca dalam bahasa Melayu sebagai bahasa ibu yang lain hanya saja lafal mereka yang masih khas sehingga mereka masih kurang menguasai bahasa Melayu dan lain-lain di Nusantara. Jika kita lihat dari sejarah yang lebih luas mengenai masuknya Islam ke Indonesia. Menjelang abad ke-13 M, masyarakat muslim sudah ada di Samudra Pasai, Perlak, dan Palembang di Sumatra. Di Jawa, makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1082 M), dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke 13 M merupakan bukti bahwa Islam pada waktu itu telah berkembang, termasuk kekuasan Hindu-Jawa saat itu, Majapahit. Penyebaran Islam dilakukan melalui proses perdagangan para pedagang muslim yang berasal dari Arab, India dan Gujarat yang singgah di kepulauan Indonesia. 10 10 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Indonesia ( Jakarta: PT. Rja Grafindo Persada, 2001), h. 193. 10 Dari berbagai penjelasan mengenai asimilasi golongan keturunan Arab Indonesia khususnya di Condet, Jakarta Timur dapat diketahui adanya proses asimilasi sebagai suatu proses sosialisasi mereka dalam kehidupan masyarakat di lokasi penelitian. Mungkin ini yang menjadi sekilas sejarah mengenai masyarakat Arab di Indonesia, sedangkan masyarakat komunitas Arab yang berasimilasi dengan penduduk pribumi khususnya masyarakat Condet akan dijelaskan oleh penulis pada isi skripsi nanti. Menurut Ibnu Khaldun didalam bukunya Syamsudin Abdullah, bahwa etnis Arab adalah etnis yang suka hidup nomaden atau tidak menetap dan memiliki semangat kesukuan (‘ashabiyah) yang sangat kuat. 11 Begitu juga Ibnu Khaldun, Philip K. Hitti sebagaimana di kutip oleh Fuad Baali dan Ali Wardi, menjelaskan bahwa bangsa Arab ialah bangsa demokrat, tetapi manalaka bertemu orang-orang diluar kelompok sukunya mereka akan menjadi etnosentris (berpusat pada kebudayaan sendiri). 12 Ashabiyah menurut Ibnu Khaldun adalah mempererat sebuah suku atau sekelompok orang. Tetapi ketika orang-orang itu mengalami peningkatan, ‘ashabiyah maka kelompok ini mungkin digoyang sepanjang perjalan waktu karena adanya perselisihan dalam keluarga, penguasa, mengarah pada konflik para pendukung serta perjuangan untuk kekuasaan yang sudah pasti. 11 13 Syamsuddin Abdulah, Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 61. 12 Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), h. 148. 13 M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi (Jakarta: UIN JAKARTA PRESS, 2006), h. 184. 11 Maka penulis sangat tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih mendalam lagi mengkaji masalah tersebut oleh karena itu penulis memilih judul ”Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas keturunan Arab dikelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur”. Dan juga untuk memenuhi syarat sebagai Sarjana Sosiologi Agama pada Fakultas Ushuludin dan Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. B. Batasan Masalah dan Rumusan masalah Berbicara mengenai asimilasi baik di tinjau dari segi proses maupun yang lain. Tentulah berpengaruh sangat luas dan banyak permasalahan yang dapat dirumuskan. Dalam hal ini penulis membatasi permasalahan pada: Asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Dari pembatasan di atas, maka penulis merumuskan masalahnya menjadi “Bagaimanakah proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab dapat terjadi khususnya dengan masyarakat Condet Balekambang Jakarta Timur?” C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memahami fenomena tentang asimilasi sosial-budaya golongan komunitas keturunan Arab sebagai proses sosialisasi mereka dalam kehidupan masyarakat di lokasi penelitian (Condet Balekambang, Jakarta Timur). 12 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis: adapun manfaat teoritis yang di harapkan dapat dicapai penelitian ini adalah memperkaya khazanah keilmuan yang digunakan sebagai literatur tambahan khusus sosiologi sosial dan sosiologi agama. b. Manfaat praktis: adapun manfaat praktis yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah dengan mengetahui proses terjadinya asimilasi etnis keturunan Arab di daerah Condet sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah tersebut untuk menciptakan integritas sosial dalam masyarakat majemuk baik dari segi aspek sistem sosial maupun budaya. D. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu penelaahan kepada satu kasus secara mendetail dan mendalam atau penelitian yang mengutamakan segi kualitas data (adanya teknik pengumpulan data seperti wawancara). 14 Metode ini pada prinsipnya mempunyai tujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan yang terjadi pada saat sekarang. Metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta dengan melakukan interpretasi data secara cermat bertujuan untuk menggambarkan atau diri seseorang, lembaga atau masyarakat tertentu. 14 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, 2004), h. 252. 13 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: a. Observasi Observasi adalah penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasil observasi. Dengan metode ini peneliti mengamati secara langsung perilaku para subyek penelitiannya. Adapun sasaran dari metode ini adalah bagaimanakah proses asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab dapat terjadi khususnya dengan masyarakat Condet Balekambang Jakarta Timur. Asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang terjadi melalui asimilasi perkawinan dan budaya (menyesuaikan secara bahasa, makanan, dan cara berpakaian) walaupun memiliki latarbelakang sosial-budaya yang berbeda. Dari hasil pengamatan, peneliti menemukan bahwa untuk bisa beradaptasi di masyarakat Kelurahan Condet Balekambang, masyarakat keturunan Arab menikah dengan masyarakat Condet Balekambang yang tentunya membawa pada perubahan pola perilaku dan sikap terutama bagi masyarakat keturunan Arab sebagai kelompok minoritas yang berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok mayoritas. Adanya kesamaan agama (Islam) sangatlah mempermudah terjadinya proses asimilasi dalam menikah, walaupun ada perbedaan adatistiadat yang mereka gunakan saat menikah namun tidak membuat dua komunitas tersebut merasa kesulitan dalam melansungkan pernikahan. Komunitas keturunan Arab lebih cenderung mengikuti adat atau budaya 14 masyarakat Condet Balekambang yang berasal dari daerah Jakarta (Betawi), adat atau budaya yangdi gunakan disesuaikan dengan tata cara agama Islam. Asimilasi budaya campuran dari dua komunitas tersebut terlihat dari pakaian yang mereka gunakan pada saat menikah yaitu keturunan Arab memakai pakaian Arab (jubah) dan masyarakat Condet Balekambang memakai pakaian adat Betawi (baju kurung). Dari bahasa yang mereka gunakan (keturunan Arab), mereka sudah bisa berbahasa Indonesia dan dari segi makananpun mereka telah menyesuaikan dengan makanan pribumi khususnya mengikuti makanan adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang salah satunya adalah mereka (keturunan Arab) membuat makanan atau masakan soto Betawi. Data yang di peroleh dengan teknik observasi asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dan pengumpulan data primer yaitu melalui wawancara dan informan mendalam sebanyak 4 orang dari masyarakat keturunan Arab, 1 orang staf wakil lurah Condet Balekambang dan 5 orang tokoh dari masyarakat Condet Balekambang. Dalam wawancara, penulis telah mempersiapkan beberapa pertanyaan yang ada kaitannya dengan skripsi. Di samping itu ada pertanyaan-pertanyaan tertulis. 15 b. Interview Interview yaitu proses mendapatkan keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap wajah antar pewawancara dengan responden atau orang yang akan di wawancarai. Informan yang di wawancarai oleh peneliti ialah: c. 1) Bapak Khalid Al- jufri, (warga keturunan Arab) 2) Salahuddin bin Thohir bin Yahya, (warga keturunan Arab) 3) Salimah Al-jufri, (warga keturunan Arab) 4) Umi Seli, (warga keturunan Arab) 5) Bulan Indah, (warga Condet Balekambang) 6) Bapak Benar, (warga Condet Balekambang) 7) Telfia, (warga Condet Balekambang) 8) Aci, (warga Condet Balekambang) 9) Tommy, (warga Condet Balekambang) Dokumentasi Untuk melengkapi data yang di perlukan dalam menyusun proposal penelitian ini penulis menggunakan langkah pencatatan survey lapangan yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan atau kuesioner kepada responden yang kemudian penulis catat. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian adalah pedoman wawancara, tape recorder, camera dan buku catatan. penulis juga mengumpulkan informasi melalui layanan internet, majalah, buku-buku dan juga literature yang berkaitan dengan penulisan skripsi yang di peroleh melalui penelitian kepustakaan. 16 d. Teknik penulisan Dalam penulisan penelitian ini, penulis mengunakan buku pedoman penulis skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dimulai pada tanggal 11 September 2009 sampai dengan 30 April 2010, dengan lokasi penelitian di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. E. Sistematika Penulisan Penelitian ini mengikuti sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : Merupakan pendahuluan yang berisi latar balakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian berisi jenis dan pendekatan penelitian serta teknik pengumpulan data yang berisi metode observasi, metode wawancara, serta dokumentasi. BAB II : Membahas tentang pengertian asimilasi sosial-budaya, teori asimilasi pendekatan sosiologi, faktor pendorong dan penghambat terjadinya asimilasi, pengertian komunitas, proses terbentuknya komunitas keturunan Arab di Indonesia, serta realitas asimilasi masyarakat Arab di Indonesia. BAB III : Peneliti memfokuskan pada profil keberadaan masyarakat keturunan Arab di wilayah kelurahan Condet Jakarta Timur, yang meliputi gambaran geografis kelurahan Condet Jakarta Timur, latar belakang ekonomi 17 dan pendidikan masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat pribumi, dan hubungan masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat pribumi. BAB IV : Peneliti memfokuskan pada judul ini yaitu: asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Jakarta Timur, yang di dalamnya meliputi: bentuk dan proses asimilasi, faktor yang mendukung asimilasi, faktor yang menghambat asimilasi, dan akibat asimilasi. BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran peneliti. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Tentang Asimilasi Sosial Budaya 1. Pengertian Asimilasi Sosial Budaya Asimilasi adalah proses seseorang atau kelompok yang tadinya tidak sama menjadi sama dengan kelompok lain. Pengertian asimilasi mempunyai dua pengertian yang berbeda, yang pertama adalah membanding atau membuat seperti dan arti yang kedua adalah mengambil dan menggabungkan. Dari kedua pengertian di atas diambil kesimpulan bahwa, asimilasi sebagai proses. Proses tersebut berlangsung dalam masyarakat dimana seseorang menerima bahasa orang lain, sikap perangai, dan tingkah laku. Juga proses yang mana individu dan kelompok saling mengambil dan bergabung ke dalam kelompok yang lebih besar. 1 Sedangkan menurut Harsojo dalam bukunya Pengantar Antropologi asimilasi budaya adalah satu proses social yang telah lanjut yang di tandai oleh makin berkurangnya perbedaan antara individu-individu dan antara sikap-sikap dan proses mental yang berhubungan dengan kepentingan dan tujuan yang sama. 2 Apabila pada akulturasi, masing-masing kelompok itu telah mengalami kontak yang langsung dan terus-menerus, saling mengambil unsur-unsur kebudayaan tanpa masing-masing kehilangan kepribadiannya, 1 2 Soemardjan, Steriotip, Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 224. Harsojo, Pengantar Antropologi (Bandung:BINACIPTA, 1967), h. 191. 18 19 maka asimilasi merupakan akibat dari kontak kebudayaan yang di lakukan secara langsung dan membutuhkan waktu yang lama kemudian timbul unsurunsur kebudayaan yang baru, yang tidak sama dengan unsur-unsur yang lama. Di dalam Modern Dictionary of Sosiology di sebutkan bahwa asimilasi itu proses dimana seseorang individu atau kelompok mengambil alih kultur dan identitas kelompok lain dan menjadikannya bagian dari kelompok tersebut atau asimilasi suatu proses saling serap dan bercampurnya kebudayaan yang berbeda di mana masing-masing elemen bergabung dengan yang lainnya. 3 Menurut Selo Soemardjan dalam bukunya Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial di jelaskan bahwa asimilasi budaya adalah simulasi yang berkenaan dengan perubahan pola kebudayaan dengan adanya proses dan hasil perubahan yang timbul melalui penerimaan dan penyesuaian orang dari kultur yang berbeda-beda yang berlangsung secara terus-menerus. Asimilasi suatu proses interpretasi dan fusi dimana orang atau kelompok memperoleh kenangan (masa lalu), perasaan, dan tingkah laku dari orang atau kelompok lain, dengan memakai pengalaman dan sejarah mereka bersama menjadi satu dalam kehidupan kebudayaan. Tentu dapat di pahami bahwa asimilasi sebagai proses sosial yang telah lanjut yang di tandai oleh berkurangnya perbedaan antara individu dan antar kelompok dan makin eratnya persatuan aksi, sikap dan proses mental yang berhubungan dengan kepentingan dan tujuan yang sama. Sebuah defenisi asimilasi budaya dikemukakan oleh Park dan Burgess, menurut mereka asimilasi budaya ialah suatu proses interpretasi dan 3 Soemardjan, Streotip, Asimilasi Integrasi Sosiologi, h. 224-225. 20 fusi (campuran atau perpaduan), melalui proses ini orang-orang dan kelompok-kelompok sentimen-sentiment, dan sikap-sikap orang-orang atau kelompok-kelompok lainnya, dengan berbagai pengalaman dan sejarah, tergabung dengan mereka dalam suatu kehidupan budaya yang sama. 4 Di Amerika Serikat asimilasi diangggap sebagai suatu proses linear yang menandai hubungan antar kelompok-kelompok minoritas dan kelompok dominan. Ia dianggap sebagai akibat pengaruh dari masyarakat pribumi atas kelompok-kelompok minoritas. Namun dari kedua kelompok ini (minoritas dan dominan), kelompok minoritas secara bertahap akan kehilangan identitas etnik mereka yang membedakan mereka dari kelompok dominan. Dalam konteks ini asimilasi menghasilkan dua akibat yaitu: a) Kelompok minoritas kehilangan keunikannya dan menyerupai kelompok-kelompok mayoritas. b) Dan kelompok etnik serta kelompok mayoritas bercampur secara homogen (bersatu), masing-masing kelompok kehilangan keunikannya, lalu muncul suatu produk unik lainnya, suatu proses yang disebut Belangga Pencampuran. Dalam konteks Amerika ide ini sering disebut Amerikanisasi (Americanization) atau Konformitas (kesesuaian) Anglo (Anglo Comformity), atau sekedar Konformitas Pribumi (The Host Comformity), yang akan diperoleh bila kelompok-kelompok minoritas berasimilasi sepenuhnya ke dalam budaya dominan. Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat 4 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 159-160. 21 dalam bukunya Komunikasi Antarbudaya, membedakan tujuh dimensi asimilasi yaitu asimilasi kultural atau perilaku (akulturasi), asimilasi struktural, asimilasi marital (hubungan perkawinan suami-istri), asimilasi identifikasional, asimilasi penerimaan sikap, asimilasi penerimaan perilaku, dan asimilasi kewarganegaraan. 5 Asimilasi kultural atau akulturasi di tandai dengan perubahan pada pola-pola budaya kelompok minoritas misalnya bahasa, nilai, pakaian, dan makanan. Sementara asimilasi struktural di tandai dengan masuknya kelompok minoritas ke dalam lembaga-lembaga masyarakat pribumi. Menurut Gordon asimilasi struktural-lah yang akan menimbulkan asimilasi sempurna. Proses ini akan menghasilkan asimilasi psikologis yakni hilangnya identitas etnik kelompok. Jadi dari pengertian asimilasi sosial-budaya dari beberapa tokoh sosial dan budaya dapat dipahami bahwa asimilasi merupakan suatu alat yang penting sebagai proses sosialisasi dengan latar belakang adanya kebudayaan yang berbeda-beda yang saling bergaul secara intensif dalam waktu yang lama hingga kebudayaan tadi berubah sifatnya yang khas dan juga unsurunsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi kebudayaan campuran tentu hal ini akan terjadi jika adanya sikap toleransi dan simpati terhadap budaya lain. 2. Teori Asimilasi Pendekatan Sosiologi Asimilasi dalam pengertian sosiologis di definisikan sebagai suatu bentuk proses sosial di mana dua atau lebih individu atau kelompok saling 5 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, h. 161. 22 menerima pola kelakuan masing-masing sehinga akhirnya menjadi satu kelompok baru yang terpadu. 6 Sebelum memasuki proses pembauran masing-masing pihak hidup berdampingan menurut pola kelakuannya sendiri. Sejak mereka memutuskan untuk menjadi satu kelompok, mereka memasuki suatu proses baru menuju penciptaan satu pola kebudayaan sebagai landasan tunggal kehidupan mereka. Pada proses asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan, sehingga pihak-pihak atau warga-warga dari dua-tiga kelompok yang tengah berasimilasi akan merasakan adanya kebudayaan tunggal yang dirasakan sebagai milik bersama. Menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto proses asimilasi akan timbul jika ada tiga unsur. Yaitu sebagai berikut: 7 a. Ada perbedaan kebudayaan antara kelompok-kelompok manusia yang hidup pada suatu waktu dan pada suatu tempat yang sama. b. Para warga dari masing-masing kelompok yang berbeda-beda itu dalam kenyataannya selalu bergaul secara intensif dalam jangka waktu yang lama. c. Dan demi pergaulan mereka yang telah berlangsung secara intensif itu, masing-masing pihak menyesuaikan kebudayaan mereka masing-masing sehingga terjadilah proses saling penyesuaian kebudayaan diantara kelompok-kelompok itu. 6 D. Hendropuspito, Sosiologi Sistematik (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1989), h. 233. J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta: Kencana, 2004), h. 62. 7 23 Menurut Abdurrahmat Fathoni asimilasi banyak di teliti oleh sarjana sosiolog terutama Amerika di mana masih di temukan masalah kelompok imigran dari berbagai suku bangsa yang datang dengan kebudayaan yang berbeda-beda. 8 Sedangkan di Indonesia asimilasi banyak ditemukan pada golongan khusus, baik yang bersuku bangsa, lapisan sosial, golongan agama, pengetahuan mengenai seluk-beluk proses asimilasi dari tempat-tempat lain 9 di dunia menjadi penting sebagai bahan perbandingan. tentu hal ini menjadi suatu masalah yang belum terselesaikan dan masih perlu ditemukan solusinya. 3. Hakikat Faktor Pendorong dan Penghambat Terjadinya Asimilasi Menurut Hendropuspito faktor pendorong terjadinya asimilasi yaitu: 10 a. Adanya perkawinan campuran (amalgamation) b. Dan adanya perlakuan hukum yang sama (baik warga pribumi maupun non pribumi) Sedangkan menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto asimilasi terjadi jika: 11 a. Sikap dan kesediaan saling bertoleransi b. Kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang, memberikan kemungkinan kepad semua pihak untuk mencapai kedudukan tertentu berkat kemampuannya 8 Abdurrahmat Fathoni, Antropolog Sosial Budaya Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka Cipta,2006), h. 30-31. 9 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi h.255-256. 10 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik h. 234-235. 11 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan h. 6263. 24 c. Dan musuh bersama dari luar, ancaman musuh bersama dari luar diperkirakan akan memperkuat rasa persatuan di dalam masyarakat Selain faktor-faktor yang mendukung terjadinya asimilasi, menurut Hendropuspito ada pula beberapa faktor lain yang menghambat terjadinya asimilasi yaitu: 12 a. Perbedaan agama dan kepercayaan b. Unsur ras dan warna kulit yang jauh berbeda antara suku yang satu dengan yang lain misalnya ras kulit putih, hitam, dan ras kulit kuning terbukti masih menimbulkan politik rasialis seperti di Afrika Selatan, bahkan di Amerika Serikatpun terjadi. c. Dan faktor psikologis, khusunya sikap superior tetap dipertahankan oleh golongan etnis yang merasa dalam segala hal dirinya lebih tinggi (adanya golongan mayoritas dan minoritas). B. Komunitas Keturunan Arab 1. Pengertian Komunitas Kata komunitas (community) berasal dari kata latin communire (communion) yang berarti memperkuat. Dari kata ini di bentuk istilah communitas yang artinya persatuan, persaudaran, umat/jemaat, kumpulan 13 bahkan masyarakat. Secara samar-samar kata komunitas disisipi pengertian tempat tinggal bersama. Jadi arti kata klasik, kata komunitas hidup dengan orang-orang yang bermukim di atas sebidang tanah yang sama. Kemudian 12 13 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik h. 233-234. Hendropuspto, Sosiologi Sistematik, h. 56. 25 “unsur tanah yang sama” dialihkan pada pengertian persaudaraan kumpulan atau persatuan. Komunitas bisa dibedakan menjadi dua jenis yaitu komunitas geografis dan komunitas fungsional. 14 Komunitas geografis ialah komunitas dalam arti penduduk yang berdiam di suatu daerah di sebut juga dengan komunitas lokal. Sedangkan komunitas fungsional yang tidak dibatasi oleh daerah yang mereka huni tapi dibatasi oleh karakter atau ciri khusus, misalnya komunitas petani, peternak dan komunitas nelayan. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto komunitas diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat” yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar ataupun kecil, hidup bersama sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, kelompok tersebut disebut masyarakat setempat. Serta menurut Selo 15 Soemardjan sebagaimana dikutip Soekanto,“komunitas adalah masyarakat yang bertempat tinggal disuatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya, diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayah. 14 16 Yusra Killun, Pengembangan Komunitas Muslim (Jakarta: FDK UIN Jakarta, 2007), h. 38-39. 15 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta:PT Grafindo Persada, 2006 ), h. 132- 133. 16 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 133. 26 Begitu pula menurut Hendropuspito dalam bukunya Sosiologi Sistematik, menyatakan bahwa komunitas sosial yaitu kelompok territorial yang membina hubungan para anggotanya dengan menggunakan saranasarana yang sama untuk mencapai tujuan yang sama. 17 Menurut Jim Life pengertian community ialah bentuk organisasi sosial yang memiliki tiga karakter sebagai berikut: 1. Identitas dan rasa memiliki. Kata komunitas terkait dengan rasa memiliki atau rasa diterima dan dihargai dalam kelompok, sehingga melahirkan konsep komunitas. 2. Kewajiban anggota, hal ini tentu menuntut kewajiban dari anggotanya yaitu ikut memberikan kontribusi dan berpartisipasi dalam komunitas. 3. Dan adanya budaya komunitas, hal ini memungkinkan adanya nilai dan menghasilkan ekspresi komunitas lokal yang memilki karakteristik unik yang terkait dengan komunitas. Ciri-ciri komunitas adalah adanya kesatuan hidup yang teratur dan tetap dan bersifat teritorial, serta memiliki unsur tanah daerah yang sama tempat kelompok itu berada. 18 Dari penjelasan diatas tentang pengertian komunitas sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat disimpulkan bahwa komunitas adalah kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah tertentu yang terikat rasa identitas bersama, dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama. 18 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, h.57. 27 2. Proses Terbentuknya Komunitas Keturunan Arab di Indonesia Orang-orang Arab berdatangan di Jakarta pada akhir abad ke-18 untuk berniaga. Menurut L.W.C van den Berg, orang-orang Arab yang sekarang bermukim di Nusantara sebagian besar berasal dari Hadramaut. 19 Hadramaut ialah seluruh pantai Arab Selatan, sejak Aden hingga Tanjung Ras Al-Hadd. 20 Menurut Berg, orang-orang Arab Hadramaut mulai datang secara masal ke Nusantara pada akhir abad ke-18, pemberhentian mereka yang pertama yaitu Aceh. Dari sana mereka lebih memilih pergi ke Palembang dan Pontianak. Orang Arab mulai menetap di jawa setelah tahun 1820. Dan koloni-koloni mereka baru tiba di bagian Timur Nusantara tahun 1870, dan koloni Arab di Batavia, meskipun baru setengah abad umurnya, namun sudah merupakan koloni terbesar di Nusantara, jika kita masukkan pula para anggotanya yang lahir di Arab. Orang-orang Arab berdatangan di Jakarta abad ke-18 untuk berniaga. Walaupun awalnya mereka sekedar untuk berniaga, tetapi akhirnya mereka terlibat dalam gerakan dakwah. Dapat kita lihat daerah-daerah di Indonesia yang menjadi permukiman dan media interaksi masyarakat keturunan Arab dan pribumi derah tersebut adalah pulau Jawa yang terdapat enam koloni besar Arab, yaitu di Batavia, Cirebon, Tegal, pekalongan, Semarang dan Surabaya. Salah satu contoh 19 L.W.C. Van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara (Jakarta: Indonesian Netherlands Cooperation IMDIES, 1989), H. 1. 20 L.W.C. van den Berg, Hadramaut dan koloni Arab di Nusantara, h. 7. 28 proses komunitas keturunan Arab yaitu daerah Batavia, di tempat tersebut di temukan orang Arab yang berasal dari segala tempat di Hadramaut dan dari segala lapisan masyarakat, hanya golongan sayid yang merupakan minoritas. Sebagian besar orang Arab yang datang ke pulau Jawa dari Singapura, terlebih dahulu singgah di Batavia, kemudian menyebar ke daerah- daerah lain. Sebagai akibat perkembangan itu, Batavia di jumpai hanya sedikit keluarga yang turun-temurun sudah menghuni Nusantara, dan sebagian besar menikah dengan wanita pribumi. unsur Arab memiliki keturunan campuran, sehingga mereka terpaksa belajar bahasa Arab untuk bisa berkomunikasi. Cara-cara orang Arab di Nusantara mematuhi prinsip-prinsip hukum Islam dengan berzakat merupakan bukti bahwa semangat kemakmuran memang sudah melembaga dalam diri mereka. Tidak seorang Arab Hadramaut yang ketagihan minuman keras atau candu. Menabung merupakan budaya bagi mereka, dan fakta bahwa mereka pernah menikmati kemakmuran, sebagian dari rezki merekapun tidak lupa mereka sumbangkan kepada masjid, sekolah, atau yayasan keagamaan lain. Orang Arab mulai menetap di Jawa setelah tahun 1820, dan kolonoikoloni mereka baru tiba di bagian Timur Nusantara tahun 1870. Koloni Arab di Batavia, meskipun baru setengah abad umurnya, sudah merupakan koloni terbesar di Nusantara, jika kita masukkan pula para anggotanya yang lahir di Arab. 3. Realitas Asimilasi Masyarakat Keturunan Arab di Indonesia 29 Realitas Asimilasi masyarakat keturunan Arab di Indonesia dapat kita lihat dari berbagai fakta yang ada dimasyarakat, didukung pula oleh para peneliti Sosiologi yang melakukan penelitian seperti Selo Soemardjan dalam bukunya Sterotip Etnik, Asimilasi, Interaksi Sosial. Realitas asimilasi keturunan Arab ini terjadi di Surabaya, mereka memiliki suatu susunan atau strata sebagai keanggotaan keturunan masyarakat Arab yang di sebut “sayid” dan bukan “sayid”. Sayid yaitu identifikasi diri kelompok orang Arab yang menyatakan dirinya sebagai golongan ‘Alawiyyin. Golongan ini berpendapat mereka langsung keturunan dari Nabi Muhammad SAW melalui garis keturunan anak Nabi yakni Fatimah istri Ali bin Abi Tholib. Bagi mereka yang bukan tergolong Sayid berarti tidak mempunyai garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Tentu hal ini menjadi salah satu yang mempengaruhi asimilasi mereka terutama dalam perkawinan yang merupakan penyebab terjadinya asimilasi, bagi mereka keturunan Arab jika wanita menikah dengan orang di luar Arab maka garis keturunan mereka teputus atau tidak lagi termasuk golongan sayid tetapi jika untuk laki-laki Arab tetap menjadi golongan sayid. Sedangkan koloni Arab yang berada di Pekalongan, mereka sangat menjaga jarak dengan orang Arab yang datang dari Hadramaut. Orang Arab campuran yang tinggal di daerah pinggiran seperti Ledok, Mipitan, Kauman, dan Krapyak. Mereka sama sekali tidak menggunakan bahasa Arab dalam 30 berkomunikasi dengan masyarakat pribumi. Mereka mencari nafkah, cara berpakaian, dan mengikuti adat-istiadat seperti masyarakat pribumi. 21 Kemudian begitu pula dalam masyarakat kota Surakarta yang menggunakan bahasa Jawa untuk komunikasi bukan hanya etnis Jawa, tetapi juga etnis Tionghoa dan Arab. Penelitian Markhamah terhadap penggunaan bahasa Jawa oleh orang-orang Tionghoa di Surakarta menyimpulkan, bahwa tuturan Ngoko dan Krama pada orang-orang Tionghoa dewasa (50 responden) hampir tidak berbeda dengan kualitas tuturan ngoko dan krama masyarakat Jawa. 22 Interaksi melalui perkawinan dengan wanita Jawa dan pemelukan agama Islam oleh imigran Tionghoa merupakan cara terbaik, hal ini didasari adaya soal keuangan yakni mereka dan keturunannya dapat terbebas dari pajak yang di berlakukan VOC bila kemudian hari dapat berasimilasi dengan baik dalam kebudayaan Jawa. Melalui perkawinan tersebut, pengetahuan kebudayaan, bahasa, adat-istiadat Jawa melekat pada keturunan-keturunan hasil perkawinan mereka. Dapat kita pahami walaupun yang di jelaskan diatas realitas asimilasi Tionghoa dengan masyarakat Surakarta namun tidak berbeda pula asimilasi yang dialami masyarakat keturunan Arab di Surakarta, seringnya berkomunikasi dengan masyarakat Surakarta maka penggunaan bahasa Jawa bisa di gunakan pula oleh komunitas keturunan Arab. Begitu 21 L.W.C. van den Berg, Hadramaut dan koloni Arab di Nusantara,h. 74. Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007), h. 51. 22 31 pula dengan melalui perkawinan merupakan strategi utama supaya dapat berasimilasi dengan masyarakat pribumi khususnya masyarakat Surakarta. 23 Kembali pada realitas asimilasi di Indonesia khususnya di daerah Condet Balekambang Jakarta Timur, dapat kita ketahui bahwa asimilasi keturunan Arab dengan masyarakat pribumi di sekitarnya berlansung dengan baik, sikap toleransi yang mereka miliki dan juga dari ajaran agama membuat mereka menghilangkan adanya perbedaan. Asimilasi keturunan Arab di Condet di awali dengan adanya pernikahan orang-orang keturunan Arab dengan masyarakat setempat (pribumi) dari inilah yang kemudian berkembang menjadi asimilasi sosial-budaya baik dalam bahasa, keseniaan, seta adat-istiadat yang sudah bercampur. Untuk memperkuat lagi rasa kekeluargaan mereka maka mereka juga ikhlas memberikan bantuan pada masyarakat sekitar misalnya pada acara Maulid SAW dengan memberikan sajadah, mukenah, ataupun santunan untuk anak-anak yatim. Inilah yang menjadi salah satu cara masyarakat keturunan Arab dapat berasimilasi dengan masyarakat pribumi khususnya masyarakat Condet. 23 h. 60. Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta, BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Balekambang merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur dengan batasbatas wilayah sebagai berikut: 1 Wilayah Batas- Batas Wilayah Batas Sebelah Utara Jalan Buluh, berbatasan dengan Kelurahan Cililitan Batas Sebelah Timur Jalan Raya Condet, berbatasan dengan Kelurahan Batuampar dan Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo Batas Sebelah Selatan Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo Batas sebelah Barat Sungai Ciliwung, Wilayah Jakarta Selatan Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009 Kelurahan Condet Balekambang merupakan salah satu kelurahan yang ditetapkan sebagai cagar budaya dan buah-buahan sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. D. 1-7903/A/30/1975, tertanggal 18 Desember 1975 tentang “Penetapan Kelurahan Condet Balekambang dan 1 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Gambaran Umum Wilayah, (Jakarta: Oktober, 2009), h.1. 32 33 Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Kramat Jati Wilayah Jakarta Timur, sebagai daerah buah-buahan”. Berdasarkan data sensus kependudukan yang di keluarkan oleh Kelurahan, sampai bulan Oktober 2009 sebanyak 5.088 kepala keluarga (KK) terdiri dari KK laki-laki: 4.405 KK dan KK perempuan: 683 KK, dengan keseluruhan penduduk berjumlah 21.933 jiwa. Terdiri dari laki-laki: 11.631 jiwa dan perempuan: 10.302 jiwa. Dalam tabel berikut bisa kita lihat keadaan jumlah penduduk di Kelurahan Condet Balekambang. 2 Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasar Umur dan Jenis Kelamin Umur 0–4 5-9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 - Dst Jumlah WNI LK 2.575 1.258 1.318 1.134 1.022 867 701 626 539 348 441 389 156 120 78 56 11.628 PR 1.541 1.369 1.171 1.122 673 842 655 626 512 432 423 403 173 148 99 113 10.302 WNA LK 1 1 1 3 PR - Jumlah WNA+WNI 4.117 2.628 2.489 2.256 1.695 1.709 1.356 1.252 1.051 780 865 792 329 268 177 169 21.933 Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009 2 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Penduduk berdasar umur dan Jenis Kelamin, h. 5. 34 Jumlah prosentase penduduk menurut agama terdiri dari 97,87% penduduk di Condet Balekambang memeluk agama Islam, 1,08% agama Kristen Protestan, 0,92% agama Hindu, dan 0,08% agama Budha. Luas wilayah Kelurahan Condet Balekambang adalah 167,450 hektar, terbagi menjadi 5 RW dan 53 RT. Status tanah kelurahan Condet Balekambang terdiri dari: a. Tanah Negara: 22,75% b. Tanah milik Adat: 70,08% dan c. Tanah Wakaf: 7,16% Dari jumlah keseluruhan luas wilayah Condet Balekambang, memiliki tanah yang di peruntukan sebagai: a. Perumahan: 100,47 Ha b. Pendidikan dan Peribadatan: 6,70 Ha c. Perkantoran: 7,53 Ha d. Fasilitas Umum atau Balai Rakyat: 16,75 Ha e. Pemakaman: 0,72 Ha f. Kebun dan lain-lain: 35,28 Ha Adapun untuk masalah tanah wakaf yang berada di wilayah tersebut yang di prosentasekan 7,16% umumnya di pergunakan untuk bangunan masjid dan mushola serta pemakaman umum. Sedangkan yang lainnya digunakan untuk jalan kendaraan dan tanah kepentingan umum lainnya misalnya untuk sekolah. 35 Pada umumnya keadaan geografis Kelurahan Condet Balekambang berbentuk tebing dengan kemiringan antara 15 sampai dengan 30 derajat. Sebagai adanya akibat sungai Ciliwung yang melintas wilayah Kelurahan Condet Balekambang dan lokasi ini umumnya di tumbuhi pohon buahbuahan seperti salak, duku, melinjo, kecapi dan lainnya dan terkadang masih terlihat binatang jenis kera dan landak, sehingga tahun 1975 Kelurahan Balekambang ditetapkan sebagai kawasan cagar buah-buahan khas Jakarta (Betawi) di Kelurahan Condet Balekambang yang pengawasan dan pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta. 3 Sementara itu, keadaan iklim Kelurahan Condet Balekambang seperti suhu rata-rata pertahun adalah 27 derajat celcius dengan tingkat kelembaban 80% sampai dengan 90%. Pada bulan November sampai dengan April, arah angin dipengaruhi oleh angin Muson Barat, dan pada bulan Mei sampai dengan Oktober oleh angin Muson Timur. Curah hujan rata-rata sepanjang tahun adalah 2000 militer, di mana curah hujan seperti pada umumnya tertinggi terjadi sekitar Januari dan terendah sekitar bulan September. B. Latar Belakang Ekonomi dan Pendidikan 1. Latar Belakang Ekonomi Penduduk Wilayah Condet Balekambang masyarakatnya tidak hanya terdiri dari masyarakat asli Jakarta atau dari daerah lain di Indonesia namun kini masyarakatnya mulai berubah dengan adanya pencampuran menerima pendatang penduduk dari Negara asing terutama dari Negara Arab, mereka 3 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Gambaran Umum Wilayah, h. 2. 36 berasimilasi dengan masyarakat setempat (Jakarta) baik dalam bidang sosial ataupun budaya. Dapat kita lihat di wilayah Condet Balekambang ini masyarakat keturunan Arab sebagian besar memiliki aktivitas sebagai pedagang. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Benar Sigalinging: 4 “Kalau yang saya tau mah kebanyakan kerjaan orang-orang keturunan Arab yang tinggal di sini ya sebagai pedagang minyak wangi tapi selaen itu ada juga yang kerja buka warung makanan.” Tentu hal ini mereka lakukan selain bertujuan untuk berputarnya perekonomian mereka namun juga sebagai bentuk berasimilasinya mereka dengan masyarakat setempat (Condet Balekambang) dan juga untuk memperkuat ikatan persaudaraan mereka dengan masyarakat setempat dalam transaksi jual-beli. Selain itu hal ini di dukung dengan adanya sikap toleransi antar keduanya, inilah yang memudahkan mereka untuk berasimilasi. Saat ini penduduk Condet Balekambang memiliki mata pencaharian bermacam-macam, tetapi tidak ada data yang menjelaskan secara khusus mengenai pekerjaan orang-orang keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Namun umumnya, keadaan sosial ekonomi masyarakat Condet Balekambang merupakan kalangan menengah ke atas. Dalam laporan tahun 2009 jumlah penduduk Condet Balekambang berdasarkan mata pencaharian yang terlihat dalam tabel di bawah ini: 4 5 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010. Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian, h. 11. 5 37 Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No PEKERJAAN 1 Karyawan swasta/TNI/POLRI 2 Pedagang 3 Buruh tani 4 Pensiunan 5 Pertukangan 6 Pengangguran Jumlah JUMLAH PENDUDUK JIWA 4.280 5.172 485 2.254 227 89 12.707 Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009 Mayoritas penduduk Condet Balekambang adalah berprofesi sebagai pedagang atau wiraswasta. Sekitar 4.280 dari penduduknya tercatat sebagai karyawan swasta/TNI/POLRI, 5.172 orang sebagai pedagang, 485 orang sebagai buruh tani, 2.254 orang sebagai pensiunan, 227 orang sebagai pertukangan, dan sisanya 89 orang adalah pengangguran. Kemudian masyarakat Balekambang juga memiliki sejumlah bidang usaha untuk meningkatkan perekonomian pada masyarakat tersebut diantaranya yaitu adanya Pembinaan Koperasi Serba Usaha (KSU). Koperasi Serba Usaha yang ada di Kelurahan Balekambang bersama KSU agar Budaya yang mendapat pembinaan dari Kanwil Departemen Koperasi namun keberadaannya sampai saat ini sudah tidak aktif lagi adapun koperasi yang ada di Wilayah Kelurahan Balekambang sebagai berikut: 6 6 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Pembinaan Koperasi Serba Usaha (KSU,) h. 19. 38 a) Pembinaan Koperasi Serba Usaha (KSU) No NAMA KOPERASI 1 KSU Cagar Budaya 2 Lestari Mandiri Jumlah JUMLAH ANGGOTA orang 134 orang 134 orang Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009 b) Pembinaan Usaha Ekonomi Lemah Pembinaan yang kami lakukan terhadap Usaha Ekonomi Lemah, dalam bentuk pengarahan dan bantuan modal usaha PPMK tahun 2008 bidang ekonomi yang di gulirkan yang ada di Kelurahan Condet Balekambang. Selanjutnya sesuai permintaan dan harapan Pemerintah melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Propinsi DKI Jakarta. Kami mengusulkan agar diadakan pembinaan langsung terhadap usaha ekomomi lemah tersebut, sehingga dapat dicapai hasil menuju kemandirian yang optimal, yang selanjutnya dapat diikut sertakan dalam pameran atau bazar-bazar bagi Pengusaha Ekonomi Lemah. KSU yang ada di Kelurahan Balekambang bersama KSU Cagar Budaya yang mendapat pembinaan dari kanwil Departemen Koperasi. 2. Latar Belakang Tingkat Pendidikan Adanya program pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah di wilayah Kelurahan Condet Balekambang menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan dan memberantas buta huruf di wilayah tersebut. Masyarakat dengan antusias dan penuh kesadaran menyekolahkan anak-anak mereka pada sekolah-sekolah yang telah dibangun oleh pemerintah di wilayah tersebut. 39 Mereka menyekolahkan anak-anak mereka dari SD sampai SLTA, adapun untuk sampai melanjutkan ke Perguruan Tinggi masyarakat hanya sebagian kecil saja masyarakat yang mampu melanjutkannya, salah satu yang menyebabkan hal ini adalah karena faktor perekonomian mereka yang tidak mampu mencukupi biaya untuk sampai pada Pendidikan Perguruan Tinggi. Bagi mereka yang berpendidikan sampai tingkat SLTA, mencoba membantu orang tua mereka dengan bekerja misalnya membantu orang tuanya berjualan. Wilayah Kelurahan Condet Balekambang saat ini sudah melakukan pendataan terhadap jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan. Adapun jumlah murid laki-laki dan perempuan di wilayah Condet Balekambang terlihat jelas dalam tabel di bawah ini: 7 Tabel 3. Jumlah Murid Laki-Laki dan Perempuan No 1 2 3 4 PENDIDIKAN Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat 5 Akademi/PT JUMLAH LK 312 513 1357 682 262 PR 338 459 1134 737 301 JUMLAH 650 972 2491 1419 563 3.126 2.969 6.095 Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009 Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa tingkat kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan cukup tinggi, sehingga banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anak mereka dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa tingkat kesadaran akan 7 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Murid Laki-laki dan Perempuan, h. 10. 40 pentingnya pendidikan terlihat dari besarnya murid-murid yang mengenyam pendidikan dibangku sekolah, di wilayah Condet Balekambang tersebut. C. Hubungan Keturunan Arab dengan Masyarakat Pribumi Hubungan keturunan Arab dengan masyarakat pribumi khususnya masyarakat Condet Balekambang atau disebut juga dengan interaksi sosial sering di identikan dengan adanya perasaan bersama di antara para pelakunya serta di dalamnya terdapat suatu hubungan sosial antara individu ataupun kelompok masyarakat, yang diakibatkan adanya interaksi sosial tersebut yang menghasilkan sebuah sikap saling memerlukan antar satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini hubungan yang saling membutuhkan dan saling melengkapi terlihat pada masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat sekitarnya di kelurahan Condet Balekambang. Yang di jadikan indikator terhadap sikap saling membtuhkan kedua komunitas tersebut yakni berada dalam kegiatan kemasyarakatan yang berhubungan dengan nilai yang berada dalam masyarakat (sifat saling membantu) misalnya partisipasi dalam kerja bakti, dan dalam hal menjaga keamanan dan kenyamanan (tugas ronda) di wilayah tersebut. Dari hasil pengamatan, penulis mendapatkan informasi baik dari masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang yang menceritakan keikutsertaan mereka dalam kerja bakti maupun dalam menjalankan tugas ronda. 41 Kegiatan kerja bakti dilakukan secara bersama-sama baik keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang, beberapa orang dari warga keturunan Arab bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk kerja bakti bersama untuk kepentingan umum. Namun jika tidak bisa mengikuti kerja bakti maka mereka bisa memberikan sumbangan. Mereka melakukan hal ini dengan alasan kesibukan mereka dalam aktivitas kerja misalnya sebagai pedagang. Kalaupun ada yang ikut kerja bakti bersama masyarakat Condet Balekambang, mereka ini memang tidak sibuk dengan pekerjaannya serta sejak kecil sudah terbiasa untuk melakukan pekerjaan tersebut bersama masyarakat Condet Balekambang. Menurut informan Salahudin bin Thohir bin Yahya: 8 “Menurut gue sih sebagai bagian dari masyarakat sini ya seneng aja kalo diajak sama masyarakat sini buat kerja bakti, kalo ada waktu dan nggak sibuk sama kerjaan gue sih ikut aja.” Sedangkan kegiatan menjaga keamanan dan kenyamanan (tugas ronda) yang dilakukan setiap malam di kelurahan Condet Balekambang merupakan kegiatan yang menguntungkan baik bagi warga keturunan Arab maupun warga Condet Balekambang, kegiatan ini di lakukan demi menjaga keamanan lingkungan bersama dan memiliki satu tujuan yaitu rasa aman dan nyaman untuk tinggal dan menetap di wilayah tersebut. 8 Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari 2010. 42 Menurut informan Bapak Benar Sigalingging: 9 “Kalo masalah tugas ronda ya memang saya sangat nganjurin banget bahkan udah ngajak warga disini baik keturunan Arab atau warga Condet, ayo bareng-bareng kita tugas ronda malem buat ngejaga agar lingkungan kita aman dan nyaman gitu.” Dari hasil observasi dan wawancara di lapangan dapat di ambil kesimpulan bahwa hubungan sosial antara keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang terlihat dalam melakukan kerja bakti dan kegiatan menjaga keamanan (tugas ronda ) yang di lakukan secara bersamasama baik masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang yang bertujuan untuk kepentingan umum, partisipasi antar kedua belah pihak terjadi sangat baik. 9 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010. BAB IV ASIMILASI MASYARAKAT KETURUNAN ARAB DENGAN MASYARAKAT CONDET BALEKAMBANG A. Bentuk dan Proses Asimilasi Komunitas keturunan Arab di sebut sebagai golongan minoritas yang berbaur atau berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai golongan mayoritas. Hubungan sosial yang terjadi antar keduanya melalui bentuk dan proses asimilasi. Bentuk dari asimilasi adalah: 1 1. Asimilasi melalui perkawinan (amalgamasi) 2. Asimilasi melalui kebudayaan atau perilaku perubahan dalam pola kebudayaan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas (baik secara bahasa, pakaian, dan makanan) Kedua bentuk asimilasi diatas akan sangat berpengaruh dalam proses terjadinya asimilasi. Asimilasi melalui perkawinan, merupakan sebuah ikatan suci yang sudah terjadi antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Kesamaan agama (Islam) sudah tentu menjadi salah satu faktor yang memudahkan terjadinya proses asimilasi terutama dalam perkawinan tersebut. Seperti yang sudah di jelaskan dalam bab satu sebelumnya bahwa masyarakat keturunan Arab memiliki susunan atau strata suatu golongan misalnya sayid dan bukan sayid. 1 Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 175. 43 44 Sayid adalah identifikasi diri sekelompok orang Arab yang menyatakan dirinya sebagai golongan ‘Alawiyyin. Golongan ini beranggapan mereka keturunan anak perempuan nabi yaitu Fatimah istri Ali bin Abi thalib. Bagi mereka yang tidak tergolong sayid berarti tidak mempunyai garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad Saw. Strata sayid di atas sangat berkaitan terutama bagi komunitas keturunan Arab yang melangsungkan asimilasi perkawinan dengan masyarakat Condet Balekambang, bagi keturunan Arab strata sayid bertujuan agar garis keturunan mereka tidak terputus. Sedangkan strata tidak sayid tidak berpengaruh atau berkaitan bagi garis keturunan Arab dalam melangsungkan asimilasi perkawinan dengan masyarakat Condet Balekambang. Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, ditemukan adanya warga keturunan Arab yang tergolong sayid yang menjelaskan bahwa mereka memiliki keluarga yang menikah dengan warga Condet Balekambang (anak laki-laki keturunan Arab yang menikah dengan warga Condet), hal ini menurut mereka (keturunan Arab) bertujuan untuk menjaga garis keturunan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Umi Seli: 2 “Kalo anak perempuan saya mau nikah, dia harus nikah dengan laki-laki Arab, tapi kalo anak laki-laki saya menikah terserah dia mau milih nikah dari keturunan Arab atau gak dari keturunan Arab.” Sedangkan bagi masyarakat keturunan Arab yang tidak tergolong sayid, tidak mempermasalahkan anak mereka harus menikah dengan siapa (baik dari keturunan Arab maupun sebaliknya). 2 Wawancara Pribadi dengan Umi Seli, Condet Balekambang, 30 Januari 2010. 45 Menurut mereka Allah SWT telah menciptakan hamba-hambanya dari berbagai suku dan bangsa untuk saling mengenal, bahkan sampai menikahpun tidak harus dari keturunan Arab. Seperti yang dikatakan oleh Salimah Al-Jufri: 3 “Saya mah ngasih kebebasan aja ma anak-anak untuk nikah sama sapa aja, mau dari keturunan Arab atau nggak dari keturunan Arab yaa nggak masalah.” Kemudian dalam melangsungkan adat pernikahan keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang kita akan menemukan adanya perpaduan budaya campuran (asimilasi budaya sekaligus proses asimilasi yang sudah terjadi di dalamnnya) dari masyarakat Arab dan Betawi (Condet Balekambang). Asimilasi melalui perkawinan yang mereka gunakan disesuaikan dengan tatacara dalam Islam salah satunya adanya peminangan. Sedangkan adat tambahan dari keturunan Arab yaitu adanya (malam pacar) yaitu malam sebelum hari akad calon pengantin perempuan melakukan tradisi yang biasa di lakukan calon pengantin perempuan pada tradisi Arab yaitu pasang pacar di kuku calon mempelai perempuan yang dilakukan kerabat dekat dari perempuan terutama teman-teman dari mempelai perempuan (yang dilakukan keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang) yang secara bergantian memasangkan pacar di kuku calon pengantin sambil mendoakannya. Kemudian terdapat pula adanya (tarian syamar) yaitu tarian orang Arab yang hanya di lakukan oleh kaum laki-laki saat resepsi pernikahan, mereka biasanya menari japin sambil memutarkan badannya mengikuti irama 3 Wawancara Pribadi dengan Salimah Al- Jufri, Condet Balekambang, 30 Januari 2010. 46 gendang (yang dilakukan oleh keturunan Arab dengan warga Condet Balekambang). Adanya malam pacar dan tarian syamar, terungkap dari pernyataan baik informan dari keturunan Arab maupun informan dari masyarakat Condet Balekambang. Seperti yang diungkapkan oleh Salahuddin bin Thohir bin Yahya: 4 “Emang bener kalo lagi da acara nikahan dari orang-orang keturunan Arab ma orang pribumi, yang namanya malem pacar dan tarian syamar udah jadi tradisi orang-orang kita yang wajib di adain.” Sama halnya yang diungkapkan oleh Ibu Bulan Indah: 5 “Yang saya tahu malem pacar dan nari syamar itu memang ada di acara nikahan orang-orang keturunan Arab yang udah di siapin ma mereka buat ngeramein acara nikahan apalagi di situkan kita bisa tahu ternyata ya masih ada adat Arab yang menarik untuk bisa kita lihat dan pelajari.” Selanjutnya adanya permainan musik marawis yang di meriahkan dalam acara pernikahan tersebut, baik orang-orang keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang bersama-sama bermain memainkan musik marawis tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Via: 6 “Temen saya ada yang kawin ma keturunan Arab, biar mereka bisa ngeramein acara nikahan itu biasanya mereka memang nggak lepas dari yang namanya nampilin maen musik marawis.” 4 Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari 2010. 5 Wawancara Pribadi dengan Ibu Bulan Indah, Condet Balekambang, 26 Januari 2010. 6 Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010. 47 Sama halnya yang di katakan oleh saudara Tomy: 7 “kalo pada dateng ke acara nikahan keturunan Arab, bakal di temuin adanya orang-orang kite yang ikut-ikutan maen marawis ma orang-orang keturunan Arab.” Serta adanya pakaian yang digunakan keturunan Arab saat menikah adalah pakaian jubah, sedangkan dari masyarakat Condet Balekambang menggunakan adat Betawi. Seperti yang di ungkapkan oleh Via: 8 “Biasanya yang saya liat kalo laki-laki keturunan Arab nikah ma orang pribumi, laki-lakinya biasanya makai baju jubah sedangkan kalo cewenya yaa makai baju Betawi.” Dengan berasimilasinya dua komunitas tersebut melalui pernikahan dan melalui budaya, maka di dalamnya sudah terjadi proses asimilasi dengan saling menyesuaikan diri untuk bisa menerima perbedaan budaya masingmasing terutama bagi masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok minoritas yang berbaur dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok mayoritas. Selain asimilasi adat atau budaya perkawinan yang telah di jelaskan diatas, masih ada satu lagi adat yang akan kita temukan dalam proses asimilasi adat pernikahan laki-laki keturunan Arab dengan wanita Betawi (Condet Balekambang). Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, di temukan adanya warga keturunan Arab yang menjelaskan bahwa pernikahan yang terjadi antara laki-laki keturunan Arab dengan wanita Betawi (Condet Balekambang) dalam persiapan pernikahan, barang-barang yang di butuhkan 7 8 Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010. Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010. 48 seperti pakaian pengantin, tempat tinggal mereka dan lain-lain. Semuanya di siapkan oleh calon pengantin laki-laki dari keturunan Arab. Seperti yang di paparkan oleh Bapak Khalid: 9 “Udah jadi kewajiban calon pengantin laki-laki, buat nyiapin segala macem barang-barang yang dibutuhkan kalo udah siap mau nikah.” Sedangkan Bentuk asimilasi melalui kebudayaan yang dimaksud adalah perubahan pola kebudayaan dengan menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas seperti cara berpakaian, berbahasa, dan cara membuat makanan. Bentuk asimilasi kebudayaan yang telah di jelaskan tersebut akan menjadi hal penting untuk mengetahui terjadinya proses asimilasi di dalamnya.Dalam hubungannya dengan penelitian terhadap masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang di wilayah tersebut, masih perlu di buktikan kebenarannya. Guna keperluan tersebut akan dilakukan observasi dari kedua belah pihak. Dari segi yang akan di paparkan di atas (makanan, pakaian, upacara pernikahan, serta bahasa) akan di jadikan ukuran mencari jawaban permasalahannya. Dari segi makanan dan pakaian, masyarakat keturunan Arab telah beradaptasi pada makanan Indonesia begitupun cara berpakaian merekapun sudah mengikuti pakaian Indonesia, khususnya sudah mengikuti tradisi dari masyarakat Condet Balekambang. 9 Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009. 49 Bentuk asimilasi kebudayaan diatas terungkap dari pernyataan beberapa informan yang menceritakan bagaimana mereka bisa (proses) berasimilasi antara warga keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Seperti yang diungkapkan informan Bapak Khalid: 10 “Karna saya udah lama tinggal di daerah Condet ini, jadi kalo adat apapun baik dari cara berpakaian atau ngebuat makanan ya udah ngikutin tradisi orang-orang disini.” Sama halnya yang di ungkapkan oleh Umi Seli: 11 “Kalo saya buatin makanan atau masakan yaa udah ngikutin tradisi di masyarakat sini, gitu juga kalo cara kita pada berpakaian nggak ada yang beda kok sama aja dengan warga sini.” Sedangkan mengenai bahasa yang di gunakan masyarakat keturunan Arab dalam berkomunikasi dengan masyarakat Condet Balekambang, mereka menggunakan bahasa Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Salahuddin bin Thohir bin Yahya: 12 “Kalo gue sih ngobrol ma temen-temen atau sapa aja ya gue samain aja sama mereka makai bahasa Indonesia.” Sedangkan bagi masyarakat Condet Balekambang menurut mereka berkomunikasi dengan bahasa Indonesia sangat memudahkan mereka untuk bisa berbicara. Hal ini menurut mereka disebabkan karena antar mereka mau berasimilasi dengan saling bersikap toleransi dan simpati, salah satunya dalam berbahasa. 10 Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009. Wawancara Pribadi dengan Umi Seli, Condet Balekambang, 30 Januari 2010. 12 Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari 2010. 11 50 Seperti yang diungkapkan Tomy: 13 “Nggak ada kesulitan kalo ngomong ma orang-orang keturunan Arab soalnya mereka kan udah bisa dan terbiasa nyesuein pake bahasa Indonesia.” Sama halnya yang diungkapkan Ibu Bulan Indah: 14 “Saya punya temen keturunan Arab, dia itu bisa berbahasa Arab tapi kalo dia lagi ngobrol sama saya ya dianya nyamain pake bahasa Indonesia yang kebetulan dia udah bisa dan lebih seneng berbahasa Indonesia.” Dari gambaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa baik masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang, berbaur bersama (berasimilasi) melalui perkawinan dan menyesuaikan diri melalui budaya (bahasa, makanan, pakaian), dari dua bentuk asimilasi tersebut di dalamnya sudah terjadi proses asimilasi baik dari masyarakat keturunan Arab maupun dari masyarakat Condet Balekambang. Dengan adanya proses asimilasi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku kebudayaan kelompok minoritas (keturunan Arab) kepada kelompok mayoritas (masyarakat Condet Balekambang). Proses asimilasi mengarah pada perubahan perilaku masyarakat keturunan Arab yang terlihat dari sikap menerimanya perbedaan adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang. Dengan berasimilasinya melalui perkawinan dari dua komunitas tersebut, mereka sudah bisa menerima perbedaan adat atau budaya masing-masing yang digunakan seperti adanya adat malam pacar, tarian syamar yang dilakukan oleh keturunan Arab bersama masyarakat Condet Balekambang, bermain musik marawis, dan 13 Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010. 14 Wawancara Pribadi dengan Ibu Bulan Indah, Condet Balekambang, 26 Januari 2010. 51 berpakaian (jubah) yang digunakan keturunan Arab sedangkan masyarakat Condet Balekambang mengggunakan adat Betawi. Serta dalam berkomunikasi bahasa kedua komunitas tersebut bersamasama menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai kelompok minoritas yang tinggal dan menetap berpuluh tahun berbaur dengan masyarakat Condet Balekambang, adat atau budaya dari masyarakat keturunan Arab hanya terlihat dalam adat perkawinan saja namun adat tersebutpun sudah mulai di tinggalkan oleh mereka karena mereka sudah berasimilasi mengikuti adatistiadat dari masyarakat Condet Balekambang. Jadi adanya perbedaan etnis tidak menghambat masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet Balekambang untuk berasimilasi. B. Faktor Yang Mendukung Asimilasi Asimilasi sebagai proses sosialisasi antara komunitas keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang akan berjalan dengan baik jika diantara dua komunitas tersebut memiliki factor-faktor yang mendukung asimilasi. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya asimilasi yaitu: 1. Adanya sikap toleransi budaya 2. Perkawinan campuran dan 3. Adanya kesamaan agama 15 Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, ditemukan adanya ketiga faktor diatas yang menjadi pendukung proses terjadinya asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. 15 Selo Soemardjan, Streotip Etnik Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 197. 52 Dengan adanya faktor toleransi budaya atau sikap saling menghargai adat-istiadat seperti dalam berbahasa, cara membuat makanan, dan cara berpakaian menjadi faktor yang memudahkan terjadinya proses asimilasi antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dilokasi penelitian. sikap toleransi budaya tersebut terungkap dari pernyataan beberapa informan. Seperti yang diungkapkan oleh informan Salimah Al- Jufri:16 “Buat gue yang penting bergaul ma masyarakat disini sih tinggal gimana kita saling ngargain aja deh, ya mau dari cara berbahasa, cara berpakain ampe ngebuat makanan ya ngikutin tradisi masyarakat di sini aja.” Sama halnya yang diungkapkan oleh informan Bapak Benar Sigalingging: 17 “Menurut saya sih bergaul ma keturunan Arab di daerah sini ya saling toleran aja ma masing-masing budaya, kan enak kalo samasama akur.” Selanjutnya faktor yang mendukung asimilasi melalui perkawinan campuran yaitu perkawinan yang terjadi antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Sikap saling menghargai atau menerima etnis yang berbeda dalam sebuah perkawinan tentu akan sangat memudahkan terjadinya asimilasi. 16 17 Wawancara Pribadi dengan Salimah Al-Jufri, Condet Balekambang, 30 Januari 2010. Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010. 53 Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan informasi dari masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang yang menceritakan sikap dari dua komunitas tersebut yang saling terbuka (toleransi) dalam menerima perkawinan yang berbeda etnis. Seperti yang diungkapkan oleh informan Aci: 18 “Menurut saya nggak ada masalah ya kalopun ada orang kita yang kawin ma keturunan Arab, yang penting mereka kan sama-sama suka dan punya satu aqidah yang sama gitu” Sedangkan menurut informan Umi Seli: 19 “Saya ngerasa seneng aja kalo da masyarakat di luar keturunan Arab ada yang mau nikah ma keturunan Arab, kalopun kita beda budaya toh bukan berarti kita nggak boleh nikah kan.” Sama halnya yang diungkapkan Bapak Benar: 20 “Menurut saya biarin aja ya kalo ada orang keturunan Arab yang mau nikah sama masyarakat sini, kan itu pilihan mereka yang mau nikah sama sapa aja.” Dan yang terakhir yaitu adanya kesamaan agama ((Islam). Dalam kehidupan sehari-hari faktor agama menjadi suatu hal yang sangat penting menjadi pendorong terwujudnya asimilasi sosial yang baik. Adanya nilai, ajaran etika sosial dan perilaku keagamaan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu bertujuan untuk terciptanya hubungan yang harmonis antara keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang serta dengan adanya agama menghilangkan perbedaan diantara mereka baik dari segi etnis maupun budaya yang memang sama-sama memiliki latar belakang yang berbeda. 18 Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009. Wawancara Pribadi dengan Umi Seli, Condet Balekambang, 30 Januari 2010. 20 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010. 19 54 Islam sebagai agama yang memiliki ajaran yang universal banyak dianut oleh masyarakat keturunan Arab ataupun masyarakat Condet Balekambang yang sebagian besar berasal dari masyarakat Betawi, dalam ajaran Islam terdapat berbagai doktrin dan ajaran yang harus dilakukan dan ditaati oleh masing-masing individu, sehingga memunculkan adanya ikatan tali persaudaraan dan sikap kekeluargaan antara indidu yang satu dengan yang lainnya. Salah satu sifat yang masih membudaya dan sudah menjadi tradisi antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang ialah kegiatan keagamaan yang masing-masing saling mengamalkan ilmu agamanya sebagai bentuk kerjasama dalam mensyiarkan ajaran Islam di lingkungan masyarakat setempat. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa faktor agama khususnya agama Islam merupakan faktor yang paling kuat, karena dengan adanya kegiatan keagamaan ini dapat mewujudkan suatu persatuan dan kesatuan antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang yang memiliki perbedaan adat-istiadat budaya. Kegiatan keagamaan yang dilakukan seperti Maulid Nabi SAW, merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Kegiatan yang di selenggarakan secara bersamaan seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan setiap tahun di Kelurahan Condet Balekambang merupakan salah satu acara tahunan yang tidak bisa dipisahkan oleh kedua masyarakat tersebut. Kegiatan ini tentu melibatkan panitia gabungan dari orang-orang keturunan Arab dengan masyarakat 55 Condet Balekambang, Dalam kegiatan ini jelas terlihat kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Kedua kelompok masyarakat tersebut saling tolong menolong memberikan bantuan baik material maupun jasa untuk terlaksananya acara tersebut dengan lancar. Bantuan material dapat dilihat dalam acara tersebut yaitu masyarakat keturunan Arab tidak lupa memberikan bantuan kepada anak-anak yatim piatu khususnya pada masyarakat Condet Balekambang yang ada di sekitarnya, begitupun masyarakat Condet Balekambang yang memiliki rizki yang banyak ikut berpartisipasi memberikan bantuannya kepada anak-anak yatim, bantuan yang di berikan biasanya berupa uang dan sembako yang di berikan kepada anak-anak yatim. Bantuan ini biasanya di salurkan melalui yayasan sosial di Kelurahan Condet Balekambang yang bernama Al- Hawi. Sedangkan bantuan dalam bentuk jasa antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang bekerjasama dalam menyiapkan konsep acara, mereka saling bertukar pikiran atau pendapat bagaimanakah acara Maulid Nabi Muhammad SAW dapat berjalan dengan lancar. Dari pengamatan di lokasi penelitian, penulis menemukan beberapa informasi yang berkaitan dengan asimilasi kegiatan keagamaan yang di lakukan oleh masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet Balekambang. 56 Berdasarkan hasil wawancara dengan saudara Tomy: 21 “Kalo lagi ada Maulid Nabi SAW, bukan orang kita aja yang pada ngikut dalam acara itu tapi ada juga orang-orang keturunan Arab termasuk para habaib yang ngisi ceramah trus ada santunan anak yatim dan penampilan marawis yang di tampilin ma orang-orang kita yang gabung dengan keturunan Arab” Sama halnya yang diungkapkan oleh Aci: 22 “Emang biasanya yang saya tau kalo ada Maulid Nabi SAW orang-orang keturunan Arab pada ngasih sembako ama santunan anak yatim, biasanya mereka ngasih buat tetangga sini yang deket rumahnya dengan mereka gitu.” Kegiatan keagamaan lainnya seperti perayaan Idul Fitri dan Idul Adha yang dilakukan oleh masyarakat keturunan Arab bersama masyarakat Condet Balekambang. Pada Perayaan Idul Fitri masyarakat keturunan Arab berbaur bersama dengan masyarakat Condet Balekambang untuk saling bersilahturahmi dan bermaafan. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Khalid: 23 “Bagi saya, ya udah jadi kebiasaan kita ya orang-orang keturunan Arab buat ngunjungi para tetangga disini untuk saling bermaafan, gitu juga masyarakat disini ada juga yang pada dateng kerumah saya untuk bermaaf-maafan.” Sama halnya yang di katakan oleh Bapak Benar Sigalingging: 24 “Kalo lebaran memang udah jadi tradisi kita buat bermaafmaafan sama sapa aja termasuk orang-orang keturunan Arab, lagi pula kadang malah mereka duluan yang minta maaf sama kita.” Kemudian pada perayaan Idul Adha, masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet Balekambang saling bekerjasama menyambut hari raya tersebut. Asimilasi warga keturunan Arab dengan masyarakat Condet 21 Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010. Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009. 23 Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009. 24 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010. 22 57 Balekambang terlihat dari adanya masyarakat Condet Balekambang yang ikut menjual (pembantu) hewan Qurban bersama keturunan Arab. Seperti yang dikatakan oleh Salahudin: 25 “Gue sih seneng dan trimakasih banget buat temen-temen gue yang udah bantu gue ngejualin hewan-hewan qurban di daerah Condet ini.” Sama halnya yang diungkapkan oleh Tomy: 26 “Kalo ada keturunan Arab yang minta bantuin ngejualin hewan qurban ya saya mau aja, toh udah jadi pekerjaan saya kalo setiap Idul Adha ngebantu masyarakat di sini ngejual hewan-hewan qurban gitu.” Dalam menyambut Hari Raya tersebut masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang yang memiliki usaha sebagai pengusahha sapi dan kambing perah bersama-sama menjual hewan qurban, yang akan dijual untuk menyambut Hari Raya tersebut. Di bawah ini akan kita lihat laporan dari Kelurahan Condet Balekambang nama-nama pengusaha sapi dan kambing perah pada tahun 2009. Tabel 4. Nama-Nama Pengusaha Sapi dan Kambing Perah Di Wilayah Kelurahan Condet Balekambang Kecamatan Kramat Jati Kota Administrasi Jakarta Timur No Nama Alamat 1 Haironih 2 M. Amin 3 H. Saamin Jl. Pangeran 006/02 Jl. Kramat Growak 14 Ekor RT. 007/05 Jl. AMD 28 RT. 12 Ekor - 25 Jenis Ternak Sapi Kambing RT. 7 Ekor - Ket Sapi perah Sapi perah Sapi perah Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari 2010. 26 Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010. 58 004/05 4 Habib Jl. Gardu Kober RT. 80 Ekor 400 Ekor Salim 008/05 5 Nanto JL. AMD 28 RT. 24 Ekor 004/05 Jumlah 137 400 Ekor Ekor Sumber Data Kelurahan Condet Balekambang Tahun 2009. Sapi dan kambing Sapi perah Dari tabel di atas jenis ternak sapi berjumlah 137 ekor dan kambing perah berjumlah 400 ekor hewan ini dijual pada musim haji atau bertepatan pada hari raya Idul Adha. 27 Dari gambaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang mendukung asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang di lokasi penelitian ialah (1) adanya sikap toleransi budaya atau sikap saling menghargai dalam adat-istiadat seperti dalam berbahasa, cara membuat makanan, dan cara berpakaian mereka terutama bagi masyarakat keturunan Arab yang sudah mengikuti adat atau budaya dari masyarakat Condet Balekambang, namun sebaliknya bagi masyarakat Condet Balekambang tetap menghargai mereka sebagai etnis yang juga memiliki budaya berbeda, (2) adanya perkawinan campuran yaitu dari hasil penelitian ditemukan orang-orang keturunan Arab yang menikah dengan masyarakat Condet Balekambang, bagi mereka perkawinan yang terjadi dengan perbedaan etnis menjadi suatu hal baru untuk bisa saling mengenal dan menerima adat-istiadat yang berbeda, serta (3) adanya kesamaan agama (Islam) menjadi faktor yang sangat penting terwujudnya asimilasi yang 27 Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Daftar Nama-Nama Pengusaha Sapi dan Kambing Perah, h. 36. 59 terjadi bagi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang yang sebagian besar beragama Islam. Berasimilasinya dua komunitas tersebut terlihat dalam kegiatan keagamaan yang di lakukan secara bersama-sama seperti dalam acara Maulid Nabi SAW, hari Raya Idul Fitri dan hari Raya Idul Adha yang penuh dengan suasana kebersamaan antara mereka. Ketiga faktor diatas yang terjadi dalam berasimilasi tentu akan mengarah untuk terwujudnya integrasi sosial. C. Faktor Yang Menghambat Terjadinya Asimilasi Proses sosialisasi asimilasi masyrakat keturunana Arab dengan masyarakat Condet Balekambang tidak akan berjalan lancar bila diantara dua komunitas tersebut masih terdapat faktor yang menghambat mereka untuk berasimilasi. Menurut Hendropuspito dalam bukunya Sosiologi Sistematik, menjelaskan bahwa faktor yang menghambat asimilasi adalah: 28 1. Unsur ras dan warna kulit yang jauh berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya (ras kulit hitam, putih, dan ras kulit kuning) serta 2. Faktor psikologis (sikap superior dari golongan etnis yang merasa dalam segala hal merasa dirinya lebih tinggi) Dari hasil pengamatan, penulis mendapatkan informasi terutama dari masyarakat Condet Balekambang yang merasakan adanya hambatan dalam berasimilasi dengan masyarakat keturunan Arab yaitu adanya perbedaan 28 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, h. 233-234. 60 unsur ras dan warna kulit di antara mereka. Bagi masyarakat Condet Balekambang yang berbaur dengan keturunan Arab, orang–orang keturunan Arab di nilai oleh masyarakat Condet Balekambang sebagai komunitas yang menyombongkan diri dari unsur ras dan warna kulit yang berbeda yaitu orang-orang keturunan Arab yang merasa dirinya lebih bagus bentuk fisiknya dan warna kulitnya dari pada orang-orang pribumi khususnya dengan masyarakat Condet Balekambang. Tetapi hal ini terjadi hanya pada sebagian kecil saja dari warga keturunan Arab, dimana perasaan atau sikap seperti ini biasanya di lakukan oleh anak-anak keturunan Arab yang suka mengejek anak-anak pribumi. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Bulan Indah: 29 “Kalo yang saya tau ya memang anak-anak keturunan Arab itu ada sebagian yang memang suka iseng ngejek temen-temennya khususnya anak-anak pribumi misalnya katanya kalo orang Arab tu hidung mancung dan wajahnya cakep-cakep di banding ma orang kita gitu.” Sama halnya yang dikatakan oleh Bapak Benar Sigalingging: 30 “Biasenye sih anak-anak keturunan Arab yang pada belagu dengan fisiknya atau ngersa lebih cakep dah dari orang-orang kita, mereka pada iseng aje ngata-ngatain anak pribumi tapi biarin aja dah namanya juga anak-anak, nggak usah ditanggepin.” Serta faktor berikutnya yang menghambat asimilasi adalah adanya faktor psikologis. Faktor psikologis adalah sikap superior dari golongan etnis yang merasa dalam segala hal dirinya lebih tinggi. Sikap seperti ini umumnya ditunjukkan oleh orang-orang keturunan Arab kepada masyarakat Condet Balekambang. Sikap yang ditunjukkan salah satunya adalah melekatnya 29 30 Wawancara Pribadi dengan Ibu Bulan Indah, Condet Balekambang, 26 Januari 2010. Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010. 61 identitas para habaib dalam diri mereka, yang ingin selalu dihargai atau di hormati orang-orang pribumi khususnya dengan masyarakat Condet Balekambang. Dari hasil pengamatan penulis mendapatkan informasi adanya orangorang keturunan Arab yang memiliki sikap superior yang berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang. Sikap superior ini di identikan adanya panggilan habaib bagi orang-orang keturunan Arab yang dimanfaatkan oleh mereka agar di hormati atau disegani oleh masyarakat Condet Balekambang. Hal ini terungkap dari beberapa pernyataan dari masyarakat Condet Balekambang yang disampaikan kepada penulis. Seperti yang diungkapkan oleh Aci: 31 “Kalo saya sih kurang suka aja ngeliat orang-orang kita tu yang terlalu berlebihan ngormati orang-orang keturunan ditambah kadangkadang ada masyarakat sini yang sebenernya nggak tau sebutan habaib tu khusus buat sapa, kebanyakan setiap orang Arab itu di bilang mereka habaib gitu, ya jelaslah keawaman mereka tentang habaib di manfatin deh ma keturunan Arab yang mungkin agar di segeni ma orang-orang kita padahal mereka bukanlah habaib.” Begitu juga yang diungkapkan oleh Via: 32 “Yaa sebenernya sebutan habaib itukan memang untuk orangorang keturunan yang mungkin bener-bener masih ada silsilah dengan Nabi, tapi sayangnya ada sebagian orang-orang keturunan Arab itu yang manfaatin gunain sebutan habaib cuma karna mau di segani oleh masyarakat disini.” Sama halnya yang diungkapkan oleh Bapak Benar Sigalingging: 33 “Orang-orang keturunan Arab itu ya bangga banget kalo di panggil sebutan habaib sama orang-orang kita, biasanya kalo ada acara Maulid orang-orang kita ya pada rebutan nyium tanggan mereka, saking ngormati mereka gitu.” 31 Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009. Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010. 33 Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010. 32 62 Dari gambaran diatas dapat diambi kesimpulan bahwa faktor yang menghambat asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang di lokasi penelitian ialah (1) adanya perbedaan unsur ras dan warna kulit yang berbeda, perbedaan tersebut membuat masyarakat Condet Balekambang merasa sedikit tersinggung dengan perkataan dari sebagian masyarakat keturunan Arab bahwa masyarakat keturunan Arab adalah etnis yang sempurna (bagus) dari segi fisik mereka dibandingkan dengan masyarakat Condet Balekambang, hal ini dinilai oleh masyarakat Condet Balekambang sebagai sikap yang menyinggung perasaan (masyarakat Condet) dan sikap yang menghambat mereka untuk berasimilasi. Serta (2) adanya sikap superior dari golongan etnis yang merasa dalam segala hal dirinya lebih tinggi. Sikap tersebut terlihat dari sikap sebagian masyarakat keturunan Arab yang ingin di hormati atau disegani oleh masyarakat Condet Balekambang, yang biasanya sikap tersebut tertuju kepada para habaib dari keturunan Arab. Identitas habaib yang melekat pada keturunan Arab ini dimanfaatkan oleh mereka (keturunan Arab) agar orangorang pribumi khususnya masyarakat Condet Balekambang mencintai mereka seperti mencintai Nabi SAW. Sikap tersebut biasanya terlihat pada sebagian masyarakat keturunan Arab, namun bagi masyarakat Condet Balekambang tidak terlalu mempermasalahkan kedua hal di atas. yang terpenting bagi masyarakat Condet Balekambang adalah perbedaan etnis tidak membuat mereka terpecah belah dalam masyarakat. 63 Jadi walaupun proses asimilasi sedikit terhambat oleh kedua hal diatas, namun di butuhkan adanya sikap dari dua komunitas tersebut untuk menghilangkan sikap negatif yang ada dalam diri mereka dan dengan berasimilasinya mereka secara perlahan-lahan mau tidak mau proses asimilasi akan tetap berjalan. D. Akibat Asimilasi Adanya sikap toleransi dan simpati yang ditunjukkan oleh warga keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang ataupun sebaliknya dalam berasimilasi, maka secara perlahan-lahan atau bertahap kelompok minoritas (keturunan Arab) akan kehilangan identitas etnik mereka dalam budaya (berbahasa, membuat makanan, dan cara berpakaian) yang membedakan mereka dari kelompok mayoritas (masyarakat Condet Balekambang). Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Komunikasi Antar Budaya, salah satu akibat dari asimilasi adalah kelompok minoritas kehilangan keunikannya dan menyerupai kelompok mayoritas.34 Pernyataan tersebut terjadi pada komunitas keturunan Arab sebagai kelompok minoritas yang berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok mayoritas, dimana komunitas keturunan Arab kehilangan ciri khas atau keunikkan adat-istiadatnya. Sebagai etnis yang memiliki adat-istiadat timur tengah yang kemudian menyerupai atau berasimilasi dengan adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang. 34 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, h.161. 64 Salah satu ciri khas dari keturunan Arab adalah bisa berbahasa Arab, namun bergaul dengan masyarakat Condet Balekambang membuat mereka perlahan-lahan meninggalkan bahasa Arab dan mereka lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan masyarakat Condet Balekambang. Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan beberapa pernyataan terutama dari masyarakat keturunan Arab sebagai kelompok minoritas yang langsung merasakan akibat dari asimilasi namun juga berpengaruh bagi masyarakat Condet Balekambang sebagai kelomopok mayoritas yang merasakan akibat dari asimilasi. Seperti yang di katakan oleh informan Bapak Khalid: 35 “Bagi saya ya memang karna udah lama tinggal di daerah ini ya tentunya yang namanya adat-istiadat sendiri nggak slamanya bisa bertahan, buktinya aja bahasa yang saya pake bukan bahasa Arab tapi malah bahasa Betawi, gitu.” Sama halnya menurut Salimah Al-Jufri: 36 “Kalo masalah adat gue sama kluarga sih udah ngikutin adat masyarakat Condet ,misalnya aja kalo dulu gue masih bisa ngerasain makanan khas Arab kalo sekarang sih dah nyesuein sama makanan msyarakat sini.” Sedangkan menurut informan Aci: 37 “Yang Aci tau kenal sama orang-orang keturunan Arab, adat atau budaya mereka biasanya cuma keliatan pas ada acara kawinan aja, selebihnya mereka pada ngikutin tradisi orang-orang kita katanya mereka sih budaya kita itu lebih unik dibandingi budaya mereka.” 35 Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009. Wawancara Pribadi dengan Salimah Al-Jufri, Condet Balekambang, 30 Januari 2010. 37 Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009. 36 65 Sama halnya yang di ungkapkan oleh Via: 38 “Sebenernya warga keturunan Arab yang tinggal di daerah ini mereka itu nggak punya budaya yang khas seperti kita soalnya mereka kan udah turun-temurun berbaur sama masyarakat Condet, jadi mereka tinggal nyamain aja dah sama budaya kita.” Dari gambaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akibat dari asimilasi yaitu kelompok minoritas (keturunan Arab) kehilangan ciri khas atau keunikannya dalam adat-istiadat Arab yang kemudian berasimilasi menyerupai adat atau budaya kelompok mayoritas (masyarakat Condet Balekambang). Masyarakat keturunan Arab sebagai kelompok minoritas pada dasarnya mempunyai budaya Timur Tengah (Arab) namun sudah tinggal dan menetapnya mereka berpuluh-puluh tahun terutama di daerah Condet Balekambang mengakibatkan hilangnya budaya mereka secara perlahanlahan dan mulai menyesuaikan diri dengan budaya masyarakat Condet Balekambang. Misalnya saja mereka memiliki budaya sendiri dalam membuat makanan khas Arab namun dengan menetapnya mereka di wilayah Condet membuat mereka menyesuaikan adat membuat makanan khas masyarakat Condet Belekambang (adat Betawi) serta dalam berbahasapun dengan masyarakat Condet keturunan Arab menggunakan bahasa Jakarta (Betawi). Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan informasi bahwa jelas yang merasakan akibat dari asimilasi adalah warga keturunan Arab. Dari pemaparan warga keturunan Arab adat atau budaya yang mereka miliki tidaklah membuat mereka terikat sepenuhnya untuk berada pada budaya khas 38 Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010. 66 mereka dari Arab, bahkan mereka sadar bahwa tinggal dan menetap di suatu daerah atau wilayah akan bertemu dengan beragam etnis yang tentunya akan mempengaruhi sikap mereka dalam menerima perbedaan budaya bahkan akan mulai kehilangan budaya sendiri yang kemudian akan mengikuti budaya dari masyarakat Condet Balekambang (budaya Betawi). Sedangkan pemaparan dari masyarakat Condet terhadap keberadaan masyarakat keturunan Arab di wilayah mereka ditanggapi sebagai kelompok minoritas yang berasimilasi atau berbaur lebih menyesuaikan dengan budaya masyarakat Condet Balekambang. Keunikan adat-istiadat masyarakat Condet Balekambang yang berasal dari Betawi membuat warga keturunan Arab tertarik untuk bisa berbaur dan bisa menerima perbedaan adat-istiadat tersebut. Begitupun sebaliknya masyarakat Condet bisa menerima kehadiran keturunan Arab di wilayahnya sebagai etnis yang berasimilasi dengan mereka. Dengan adanya perbedaan etnis baik bagi masyarakat keturunan Arab ataupun masyarakat Condet Balekambang tentu akan mempengaruhi sikap mereka untuk bisa saling menerima perbedaan adat-istiadat terutama dari masyarakat Condet Balekambang. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Masyarakat Kelurahan Condet Balekambang (Jakarta Timur) merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis maupun suku bangsa yang tinggal dan menetap di daerah tersebut. Hampir 15% dari jumlah penduduk Kelurahan Condet Balekambang dihuni oleh masyarakat keturunan Arab yang menetap dan berbaur bersama-sama masyarakat Condet Balekambang dengan menjalin hubungan sosial yang harmonis atau saling bertoleransi dan simpati tanpa membedakan suku, ras, dan agama. Sehingga memunculkan hubungan timbal balik atau ketergantungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Masyarakat keturunan Arab yang berada di Kelurahan Condet Balekambang sudah berasimilasi secara baik dengan masyarakat Condet Balekambang, baik itu pendatang ataupun penduduk setempat. Asimilasi merupakan sebuah pemberian status kepada WNA khususnya warga keturunan Arab sebagai kelompok yang minoritas yang lahir dan puluhan tahun tinggal serta berbaur (berasimilasi) di Kelurahan Condet Balekambang sebagai kelompok masyarakat mayoritas di daerah tersebut. Komunitas keturunan Arab sebagai kelompok minoritas yang berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang melalui asimilasi perkawinan. Dan melalui asimilasi kebudayaan (penyesuaian kelompok minoritas dalam berbahasa, cara membuat makanan, dan cara berpakaian 67 68 yang mengikuti kelompok mayoritas). Asimilasi perkawinan berkaitan erat dengan asimilasi kebudayaan, dimana dari hasil pengamatan yang penulis lakukan di temukan adanya bentuk dari kedua asimilasi tersebut yang terjadi pada masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Perbedaan budaya tidaklah menghambat mereka untuk bisa berasimilasi dalam perkawinan, tetapi sebaliknya akan muncul dari dua komunitas tersebut untuk bisa saling mengenal adat atau budaya masing-masing. Dengan adanya sikap saling mengenal dan menyesuaikan budaya yang berbeda baik komunitas keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang secara tidak langsung mereka telah melakukan proses asimilasi di dalamnya. Asimilasi perkawinan yang terjadi antara masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang menimbulkan pola perubahan pada tingkah laku antar keduanya terutama dari komunitas keturunan Arab yang berasimilasi mengikuti budaya masyarakat Condet Balekambang. Pola perubahan tingkah laku keturunan Arab terlihat dalam kehidupan sehari-hari mereka misalnya saja dalam berbahasa mereka menggunakan bahasa Indonesia, dalam membuat makananpun mereka sudah mengikuti makanan khas adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang, serta cara berpakaian merekapun disamakan dengan cara berpakaian masyarakat Condet Balekambang. Dari penjelasan diatas merupakan informasi yang penulis dapatkan dari masyarakat keturunan Arab yang menceritakan bahwa mereka adalah kelompok minoritas yang berasimilasi mengikuti adat atau budaya masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok mayoritas yang berada di wilayah tersebut. 69 Sedangkan bagi masyarakat Condet Balekambang sendiri adat atau budaya keturunan Arab yang dapat mereka ikuti hanya ada dalam budaya perkawinan Arab saja (seperti tarian syamar, adanya malam pacar, berpakaian jubah, dan acara nikahan yang dimeriahkan dengan musik marawis). Bagi masyarakat keturunan Arab walaupun mereka hanya memiliki budaya dalam perkawinan saja, namun budaya perkawinan itupun tidak semua warga keturunan Arab yang masih memegang kuat tradisi dalam perkawinan tersebut. Hal ini disebabkan karena mereka lebih mengikuti berasimilasi budaya dari masyarakat masyarakat Condet Balekambang (budaya Betawi). Berprosesnya asimilasi antar kedua komunitas tersebut tidak terlepas dari sikap mereka yang saling bertoleransi dan simpati walaupun keduanya memiliki latarbelakang sosial-budaya yang berbeda. Salah satu faktor yang membuat mereka bisa saling bertoleransi dalam sosial-budaya adalah adanya peran agama di dalamnya, baik masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet Balekambang ternyata memiliki kesamaan agama (Islam) yang kemudian membuat mereka saling toleransi. Namun berasimilasinya komunitas keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang tidak terlepas pula dari adanya faktor hambatan antar mereka seperti yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya yaitu adanya unsur ras dan warna kulit yang berbeda serta sikap superior dari golongan etnis yang merasa dalam segala hal dirinya lebih tinggi. Dari kedua hambatan asimilasi tersebutlah yang cenderung berada pada sikap dari sebagian kecil masyarakat keturunan Arab, namun kedua hal diatas bagi masyarakat Condet Balekmabang, mereka tidak mau 70 mempermasalahkan hal tersebut yang menurut mereka bisa mengganggu integritas sosial di wilayah Condet Balekambang. Lagi pula menurut masyarakat Condet Balekambang sikap saling mengejek tersebut hanya dilakukan oleh anak-anak keturunan Arab yang masih bisa dimaafkan. Akibat dari asimilasi tentu lebih dirasakan terutama dari masyarakat keturunan Arab sebagai kelompok minoritas yang berasimilsi dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok mayoritas. Menurut masyarakat keturunan Arab berasimilasinya mereka dengan masyarakat Condet Balekambang selain karena mereka sudah tinggal berpuluh tahun di wilayah tersebut namun juga karena mereka tidak memiliki budaya yang kuat yang berasal dari Timur Tengah, Indonesia yang kaya akan budaya terutama dari masyarakat Condet Balekambang yang membuat mereka berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang dan itupun terjadi dengan kesadaran diri mereka yang tinggal dan menetap di wilayah tersebut yang mau tidak mau secara perlahan-lahan kedua komunitas itu akan saling berasimilasi. Walaupun ciri khas budaya dari masyarakat keturunan Arab akan hilang. Jadi menurut masyarakat Condet Balekambang kehadiran masyarakat keturunan Arab yang berada di wilayah Condet Balekambang sudah merupakan bagian masyarakat yang harus di hargai untuk bisa berasimilasi dengan masyarakat sekitar walaupun berasal dari etnis yang berbeda. Sebaliknya bagi masyarakat keturunan Arab, mereka merasa tenang dan nyaman bisa tinggal dan berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang baik secara sosial maupun budaya yang bahkan mereka bisa 71 sama-sama mengenal perbedaan sosial-budaya masing-masing serta berasimilasinya dua komunitas tersebut berharap terjadinya asimilasi diantara mereka bisa mewujudkan integritas sosial yang baik. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka penelitian maka penelitian ini mencoba untuk menyampaikan beberapa saran guna mempercepat proses asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur khususnya dengan masyarakat sekitar dalam rangka terwujudnya integrasi nasional di masyarakat tersebut. 1) Adanya peran bersama, baik masyarakat sekitar maupun pemerintah daerah Condet Balekambang dalam proses asimilasi, bersatu untuk mewujudkan integrasi sosial dengan menghindari sifat-sifat negatif seperti sifat ekslusivisme. Serta 2) Sebagian bagian dari WNI, maka di perlukan adanya peran dan keikutsertaan warga keturunan Arab berasimilasi dalam berbagai bidang kegiatan seperti di bidang sosial, agama, ekonomi, maupun di bidang pendidikan yang ada di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. DAFTAR PUSTAKA Abdulah, Syamsuddin. Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. Baali, Fuad dan Wardi, Ali. Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003. Fathoni, Abdurrahmat. Antropolog Sosial Budaya Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Fernandez, Daniel. Antropologi. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega, 1996. Harsosjo. Pengantar Antropologi. Bandung: BINACIPTA, 1967. Hendropuspito, D. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989. Killun, Yusra. Pengembangan Komunitas Muslim. Jakarta: FDK UIN Jakarta, 2007. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990. Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. Nurdin, M Amin dan Abrori, Ahmad. Mengerti Sosiologi. Jakarta: UIN JAKARTA PRESS, 2006. Narwoko, J. Dwi, dan Suyanto, Bagong. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana, 2004. Rajasa, Sutan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Karya Utama Surabaya, 2002. 72 73 Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007. Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali Pers, 1990. -----------------------. Kamus Sosiologi (Edisi Baru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993. -----------------------. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2006. Soemardjan, Selo. Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial. Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita, 1988. Sudjangi. Kajian Agama dan Masyarakat. Jakarta: Departemen Agama RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 1993. Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, 2004. L.W.G, Van den Berg. Hadramut dan Koloni Arab di Nusantara. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1989 Worsley, Peter. Pengantar Sosiologi jilid 2. Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya, 1992. Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001. Wawancara Pribadi dengan Aci. Condet Balekambang, 23 November 2009. Wawancara Pribadi dengan Bulan Indah. Condet Balekambang, 26 Januari 2010. Wawancara Pribadi dengan Pak Benar. Condet Balekambang, 27 Januari 2010. 74 Wawancara Pribadi dengan Pak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009. Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya. Condet Balekambang, 5 Januari 2010. Wawancara Pribadi dengan Salimah Al-Jufri. Condet Balekambang, 30 Januari 2010. Wawancara Pribadi dengan Tomy. Condet Balekambang, 31 Januari 2010. Wawancara Pribadi dengan Umi Seli. Condet Balekambang, 30 Januari 2010. Wawancara Pribadi dengan Via. Condet Balekambang, 9 Januari 2010. WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KETURUNAN ARAB Nama : Bapak Khalid Umur : 40 Tahun Profesi : Wiraswasta Tgl Wawancara: 26 November 2009 1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari? J: Mereka sangat baik menerima kita sebagai masyarakat keturunan Arab dan kitapun berbaur dengan baik terhadap mereka. 2. T: Apakah ada hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: ada, hubungan itu terlihat dalam hal kerjasama dalam bidang jasa misalnya memberikan bantuan untuk pembangunan masjid di wilayah ini. 3. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja? Berikan contohnya! J: pembaurannya terjadi di bidang keagamaan, misalnya kegiatan saling mengunjungi satu dengan yang lain saat hari raya Idul fitri. Di bidang sosial misalnya pernikahan keturunan Arab dengan orang pribumi, pada bidang kebudayaan, kita masyarakat keturunan Arab sudah tidak menggunakan bahasa Arab dan anak-anak saya sudah mengikuti gaya hidup masyarakat setempat dan di bidang ekonomi, misalnya adanya masyarakat Condet Balekambang yang bekerja dengan keturunan Arab seperti menjual bukubuku agama,dan menjual alat musik marawis. 1 2 4. T: Apakah sebagai keturunan Arab anda merasa membatasi pergaulan dengan masyarakat Condet Balekambang? J: selama saya tinggal di sini tidak ada pembatasan dalam bergaul dengan masyarakat sekitar. 5. T: Apakah keluarga anda dalam memilih sekolah bebas di mana saja? J: ya, dari dulu saya tidak pernah mengatur anak-anak saya harus sekolah dimana, mereka bebas memilih sekolah dimana saja. 6. T: Adakah adat-istiadat Arab yang masih di pertahankan keluarga anda? Jika ada hal apa saja yang dapat di lihat? J: tidak ada keluarga saya sudah mengikuti adat-istiadat masyarakat di wilayah ini. 7. T: Adakah kebudayaan masyarakat Condet Balekambang yang sudah mempengaruhi kehidupan keluarga anda? J: ada, misalnya dari cara berpakaian, bahasa, makanan sudah mengikuti adatistiadat Indonesia. 8. T: Apakah mungkin kebudayaan Arab akan bertahan di Indonesia? J: saya rasa tidak, kebudayaan Arab lama-lama akan hilang karena berbaurnya dengan adat-istiadat Indonesia, misalnya saja dari segi bahasa, anak-anak saya tidak dapat berbahasa Arab lagi karena mengikuti bahasa Indonesia dalam sehari-hari. 9. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: tidak ada konflik yang terjadi. 3 10. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial? J: ya. Karena untuk mendapatkan kewarganegaraan, makanya kami menikah dengan orang pribumi agar menjadi warga Indonesia. Langkah yang kami ambil adalah langkah yang tepat untuk pembauran dengan masyarakat di wilayah ini dan di terima baik, hal ini menimbulkan terjadinya integrasi. 4 WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KETURUNAN ARAB Nama : Umi Seli Umur : 59 Tahun Profesi : Ibu Rumah Tangga Tgl Wawancara: 30 Januari 2010 1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari? J: tingkah laku mereka baik terhadap kami dalam kehidupan sehari-hari, semuanya berbaur dengan keluarga saya. 2. T: Apakah ada hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: ya ada, seperti kegiatan belajar mengaji bersama ibu-ibu di setiap RT. 3. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja? Berikan contohnya! J: pada bidang keagamaan seperti mengikuti pengajian ibu-ibu di setiap RT dan mengikuti acara Maulid Nabi SAW, dan di bidang sosial seperti mengikuti acara hajatan pernikahan di masyarakat dan menghadiri ta’ziyah bila ada yang meninggal. 4. T: Apakah sebagai keturunan Arab anda merasa membatasi pergaulan dengan masyarakat Condet Balekambang? J: tentu tidak, bagi saya karena sudah lama tinggal di daerah ini mau tidak mau harus bergaul dengan masyarakat sekitar. 5. T: Apakah keluarga anda dalam memilih sekolah bebas di mana saja? 5 J: ya, saya tidak membatasi anak-anak dalam memilih sekolah, mereka bebas memilih sekolah. 6. T: Adakah adat-istiadat Arab yang masih di pertahankan keluarga anda? Jika ada hal apa saja yang dapat di lihat? J: tidak ada, malahan keluarga saya sudah seperti orang asli di wilayah ini. 7. T: Adakah kebudayaan masyarakat Condet Balekambang yang sudah mempengaruhi kehidupan keluarga anda? J: ada, seperti dalam hal makanan, pakaian, pernikahan dan bahasa sudah mengikuti budaya masyarakat Condet Balekambang ini. 8. T: Apakah mungkin kebudayaan Arab akan bertahan di Indonesia? J: menurut saya lambat laun akan hilang, misalnya saja kalau dahulu keluarga saya hanya mengenal makanan khas dari Arab yang disebut kebuli yang terbuat dari daging kambing, namun sekarang sudah mengikuti makanan adat-istiadat masyarakat Condet Balekambang. 9. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: belum pernah terjadi konflik. 10. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial? J: tentu, menurut saya pembauran dengan masyarakat Condet Balekambang adalah langkah yang tepat agar tidak ada perbedaan dalam masyarakat demi terwujudnya integrasi. 6 WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KETURUNAN ARAB Nama : Salimah Al- Jufri Umur : 23 Tahun Profesi : Mahasiswi BSI Jakarta Tgl Wawancara: 30 Januari 2010 1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari? J: baik mereka menerima kami dengan baik. 2. T: Apakah ada hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: ada, hubungan kerjasama kami terjalin baik dengan warga sekitar misalnya hubungan kerjasama tersebut biasanya cenderung dalam bidang keagamaan saja. Jadi adanya hubungan emosional keagamaan yang sudah tertanam puluhan tahun yang lalu, ketika para habaib yang menyebarkan dan mengajarkan pendidikan agama Islam kepada masyarakat Condet Balekambang yang kemudian meneruskan tugas para habaib tersebut. 3. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja? Berikan contohnya! J: menurut saya pembauran tersebut terjadi di bidang budaya misalnya pembauran tersebut terlihat dalm hal kesenian, yaitu kesenian halabu atau marawis yang merupakan perpaduan kesenian Betawi dengan Arab. Dan di bidang keagamaan misalnya adanya kegiatan Maulid Nabi Muhammad Saw bersama masyarakat sekitar. 7 4. T: Apakah sebagai keturunan Arab anda merasa membatasi pergaulan dengan masyarakat Condet Balekambang? J: tidak, saya tetap bergaul dengan masyarakat di sini seperti keluarga sendiri. 5. T: Apakah keluarga anda dalam memilih sekolah bebas di mana saja? J: ya, keluarga saya memberikan kebebasan kepada saya untuk sekolah dimana saja. 6. T: Adakah adat-istiadat Arab yang masih di pertahankan keluarga anda? Jika ada hal apa saja yang dapat di lihat? J: tidak ada, keluarga saya sudah berbaur dengan adat-istiadat pribumi baik berbahasa, berpakaian, maupun makanan. 7. T: Adakah kebudayaan masyarakat Condet Balekambang yang sudah mempengaruhi kehidupan keluarga anda? J: ada, seperti dalam pernikahan, makanan, berbahasa sudah berbaur dengan masyarakat Condet Balekambang. 8. T: Apakah mungkin kebudayaan Arab akan bertahan di Indonesia? J: saya pikir kebudayaan Arab lama-lama akan hilang karena sudah berbaur dengan masyarakat Condet Balekambang seperti pernikahan keturunan Arab yang menggunakan adat-istiadat Jakarta. 9. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: setahu saya belum pernah terjadi. 10. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial? 8 J: benar, menurut saya pembauran antara komunitas keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang sattu langkah yang sangat tepat terwujudnya integrasi. 9 WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KETURUNAN ARAB Nama : Salahuddin bin Thohir bin Yahya Umur : 23 Tahun Profesi : Mahasiswi UIJ Jakarta Tgl Wawancara: 9 Januari 2010 1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari? J: tingkah laku mereka sangat baik, kitapun bergaul dengan baik terhadap mereka. 2. T: Apakah ada hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: J: ada, hubungan kerjasama tersebut biasanya terjadi dalam hal memberikan santunan untuk anak-anak yatim, dan kerjasama lainnya seperti pelaksanaan kerja bakti bersama-sama dengan masyarakat setempat. 3. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja? Berikan contohnya! J: pembauran terjadi di bidang pendidikan, dimana mereka dalam memilih sekolah atau berkuliah bebas dimana saja. Kemudian di bidang agama misalnya merayakan hari-hari besar Islam seperti peringatan hari raya Idul Adha bersama dengan masyarakat sekitar, dan di bidang ekonomi ada juga masyarakat Condet Balekambang bekerja dengan masyarakat keturunan Arab misalnya menjual hewan qurban, menjadi supir pribadi, berdagang minyak wangi serta menjadi pembantu rumah tangga. 10 4. T: Apakah sebagai keturunan Arab anda merasa membatasi pergaulan dengan masyarakat Condet Balekambang? J: sama sekali tidak, saya selalu bersikap terbuka ketika bergaul dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari. 5. T: Apakah keluarga anda dalam memilih sekolah bebas di mana saja? J: ya, keluarga saya membebaskan saya untuk bersekolah dimana saja baik sekolah umum maupun agama. 6. T: Adakah adat-istiadat Arab yang masih di pertahankan keluarga anda? Jika ada, hal apa saja yang dapat di lihat? J: tidak ada, keluarga saya sudah berbaur dengan adat-istiadat masyarakat di sini. 7. T: Adakah kebudayaan masyarakat Condet Balekambang yang sudah mempengaruhi kehidupan keluarga anda? J: ada, misalnya perpaduan budaya antara Arab dengan masyarakat sekitar yaitu kesenian marawis yang terbentuk dari perpaduan kesenian masingmasing kelompok yang disesuaikan dengan adat-istiadat masyarakat Condet Balekambang. 8. T: Apakah mungkin kebudayaan Arab akan bertahan di Indonesia? J: kemungkinan tidak, menurut saya lambat laun akan hilang baik dari segi makanan, berbahas, maupun cara berpakaian yang sudah berbaur dengan adatistiadat masyarakat Jakarta. 9. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? 11 J: semenjak saya tinggal di wilayah Condet Balekambang tidak pernah terjadi konflik. 10. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial? J: ya, karena jika tiadak ada pembauran antara keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang mungkin akan terjadi konflik antar ras. 12 WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT Nama : Tomy Umur : 24 Tahun Profesi : Karyawan swasta Tgl Wawancara: 31 Januari 2010 1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari? J: menurut saya tingkah laku kedua belah pihak baik. 2. Menurut anda faktor apakah yang membuat masayrakat keturunan Arab tinggal dan menetap di wilayah ini? J: menurut saya karena faktor bisnis ekonomi seperti menjual pakaian muslim dan berjualan minyak wangi. 3. T: Adakah hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: ada, hubungan kerjasama mereka misalnya kerjasama antara masyarakat pribumi yang ikut berdagang minyak wangi dengan keturunan Arab. 4. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja? Berikan contohnya! J: pembauran di wilayah ini terjadi di bidang kebudayaan misalnya masyarakat Condet Balekambang mengadopsi kebudayan keturunan Arab seperti adanya musik marawis atau yang biasa di sebut halabu. Di bidang sosial misalnya acara pernikahan, dan di bidang keagamaan warga keturunan Arab membuka majlis taklim atau pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu di wilayah ini, dan perayaan Maulid Nabi, 13 5. T: Apakah dalam kegiatan bermasyarakat warga keturunan Arab dengan masyarakat sekitar berbaur atau ikut berpartisipasi? Jika ada dalam hal apa saja? J: ya, mereka berbaur bersama dan berpartisipasi tetapi tidak dalam semua kegiatan. Hal ini di karenakan kesibukan mereka yang masing-masing bekerja seperti berdagang, membuka penampungan TKW yang di kirim kenegara mereka. Biasanya mereka berpartisipasi dalam hal upacara keagamaan misalnya ikut berqurban pada hari raya Idul Adha dan memberikan santunan kepada anak-anak yatim ketika Maulid Nabi Saw. 6. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: tidak pernah ada konflik, sebaliknya kita dapat melihat dari sikap atau tingkah laku mereka yang bisa menempatkan diri bergaul dengan masyarakat sekitar secara harmonis. 7. T: adakah manfaat keberadaan masyarakat keturunan Arab terhadap kehidupan keberagamaan di wilayah Condet Balekambang? J: ada, mereka secara sukarela memberikan santunan untuk anak-anak yatim kemudian mereka membantu masyarakat Condet Balekambang untuk bisa belajar mengaji. 8. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial? J: ya, bagi saya ini adalah langkah yang tepat terwujudnya integrasi. Selama merka berperilaku baik, tidak masalah apalagi jika saling bertukar kebudayaan. Mereka sebagai warga negra merupakan tamu di negara kita, kita terima 14 kedatangan mereka dalm arti positif misalnya mereka berpartisipasi dalm kegiatan keamanan dan kenyaman lingkungan di wilayah ini. 15 WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT Nama : Aci Umur : 22 Tahun Profesi : Mahasiswa UIN Jakarta Tgl Wawancara: 10 Oktober 2009 1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari? J: tingkah laku mereka baik terhadap masyarakat di wilayah ini. 2. Menurut anda faktor apakah yang membuat masayrakat keturunan Arab tinggal dan menetap di wilayah ini? J: menurut saya karena penerimaan yang baik masyarakat setempat pada setiap pendatang. 3. T: Adakah hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: ada, masyarakat keturunan Arab bekerjasama dalam membantu pembangunan masjid dan sebaliknya warga kita ada juga yang menjadi pembantu rumah tangga dengan keturunan Arab 4. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja? Berikan contohnya! J: Pada bidang keagamaan masyarakat keturunan Arab berbaur bersama masyarakat sekitar menyambut hari raya Islam misalnya baik keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang bersama-sama berqurban pada hari 16 raya Idul Adha. Dan di bidang budaya misalnya kami telah mengadopsi sebagian kebudayaan Arab seperti adanya marawisan dalam pernikahan. 5. T: Apakah dalam kegiatan bermasyarakat masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat sekiatr berbaur atau ikut berpartisipasi? Jika ada dalam hal apa saja? J: ya, mereka berbaur dan berpartisipasi yang sangat terlihat dalam hal menjaga keamanan dan ketentraman bersama masyarakat sekitar, dan terkadang mereka juga ikut melakukan kerja bakti bersama-sama masyarakat sekitar. 6. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: tidak pernah terjadi konflik, baik keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang. 7. T: adakah manfaat keberadaan masyarakat keturunan Arab terhadap kehidupan keberagamaan di wilayah Condet Balekambang? J: ada, masyarakat keturunan Arab dengan ketulusan hati memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan misalnya bertepatan pada acara Maulid Nabi Saw mereka tidak hanya memberikan santunan pada anak-anak yatim tetapi juga memberikan sembako pada masyarakat Condet Balekambang. 8. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial? J: ya, ini merupakan langkah yang tepat dalam pencapaian sebuah integrasi sosial, saling bersikap menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan seperti ras maupun adat-istiadat dan juga untuk menghindari terajdinya konflik di masyarakat. 17 WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT Nama : Bulan indah Umur : 26 Tahun Profesi : Guru PAI (Global Islamic School) Tgl Wawancara: 26 Januari 2010 1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari? J: menurut saya perilaku mereka baik-baik saja dengan masyarakat Condet Balekambang. 2. Menurut anda faktor apakah yang membuat masayrakat keturunuan Arab tinggal dan menetap di wilayah ini? J: menurut saya karena faktor ekonomi. Rata-rata mereka bekerja sebagai pedagang dan warga keturunan Arab juga memiliki profesi sebagai penghasil TKW. 3. T: Adakah hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: ada, kerjasama mereka terlihat dari tenaga kerja yang mempekerjakan masyarakat Condet Balekambang dengan keturunan Arab misalnya sebagai pedagang minyak wangi, makanan Arab yang sudah berbaur dengan adatistiadat masyarakat Condet, dan menjual buku-buku agama Islam dengan sistem kepercayaan. 18 4. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja? Berikan contohnya! J: menurut saya pembauran tersebut terjadi di bidang pendidikan, misalnya terdapat pemeratan pendidikan yang sama baik bagi masyarakat ketruunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang, di dalamnya mereka baerbaur tanpa ada perbedaan. Dan di bidang agama masyarakat keturunan Arab membuka pengajian dan majlis taklim yang di ikuti pula oleh masyarakat Condet Balekambang serta kegiatan Idul Adha. 5. T: Apakah dalam kegiatan bermasyarakat masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat sekitar berbaur atau ikut berpartisipasi? Jika ada dalam hal apa saja? J: ya, mereka berbaur bersama dalam kegiatan masyarakat seperti acara selamatan atau hajatan dalam pernikahan. Pertisipasi keturunan Arab biasanya memberikan sumbangan untuk acara tersebut. 6. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: tidak ada konflik antar kedua belah pihak, keduanya saling bersikap toleransi. 7. T: adakah manfaat keberadaan masyarakat keturunan Arab terhadap kehidupan keberagamaan di wilayah Condet Balekambang? J: ada. Secara lansung keberadaan keturunan Arab bermanfaat dengan berkembangnya yayasan pendidikan agama salah satunya adalah yayasan Global Islamic School. 19 8. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial? J: ya. Bagi saya ini adalah langkah yang sangat tepat agar tidak ada perbedaan baik ras, budaya, pendidikan maupun ekonomi. 20 WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT Nama : Pak Benar Umur : 45 Tahun Profesi : Seketaris Lurah Tgl Wawancara: 27 Januari 2010 1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari? J: perilaku keturunan Arab menurut saya bergaul dengan baik terhadap masyarakat Condet Balekambang begitu juga sebaliknya. 2. Menurut anda faktor apakah yang membuat masayrakat keturunuan Arab tinggal dan menetap di wilayah ini? J: karena faktor ekonomi yaitu sebagian besar keturunan Arab berprofesi sebagai pedagang, ada juga yang berprofesi sebagai penghasil TKW. 3. T: Adakah hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: ada, hubungan kerjasama masyarakat Condet Balekambang dengan keturunan Arab dapat di lihat dalam hal pekerjaan misalnya ada yang menjadi supir pribadi, satpam dan lainnya. 4. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja? Berikan contohnya! 21 J: di bidang agama misalnya adanya kegiatan menyambut hari raya Idul Fitri antar kedua belah pihak saling mengunjungi satu sama lain dan Maulid Nabi SAW. Serta di bidang ekonomi misalnya banyak pedagang Arab yang bekerjasama dengan masyarakat pribumi misalnya berjualan alat-alat musik marawis, dan menjual buku-buku agama. 5. T: Apakah dalam kegiatan bermasyarakat masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat sekitar berbaur atau ikut berpartisipasi? Jika ada dalam hal apa saja? J: ya, mereka berbaur dan berpartisipasi misalnya kegiatan dalam hal kerja bakti dan menjaga keamanan serta kenyamanan (tugas ronda) lingkungan bersama masyarakat di wilayah ini. 6. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang? J: selama ini baik keturunan Arab maupun masyarakat Condet balekambang selalu hidup rukun dan tidak pernah terjadi konflik antar keduanya. 7. T: adakah manfaat keberadaan masyarakat keturunan Arab terhadap kehidupan keberagamaan di wilayah Condet Balekambang? J: ya ada. Secara langsung berbaurnya keturunan Arab maupun masyarakat di wilayah ini dalam keberagamaan menimbulkan hal positif yaitu makin berkembangnya syiar Islam di wilayah ini yang di bawa para habaib keturunan Arab dan mereka juga memberikan bantuan untuk pembangunan masjid. 8. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial? 22 J: tentu, menurut saya berbaurnya keturunan Arab dengan masyarakat Conde Balekambang langkah yang tepat agar perbedaan antar keduanya tidak terlihat terlalu mencolok serta tidak ada lagi sifat ekslusivisme antar kedua belah pihak.