asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan arab di kelurahan

advertisement
ASIMILASI SOSIAL-BUDAYA KOMUNITAS
KETURUNAN ARAB
DI KELURAHAN CONDET BALEKAMBANG,
JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP)
Untuk memenuhi Persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Sosiologi (S.SOS)
Oleh:
Titin Widarti
NIM: 105032201081
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK (FISIP)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H./2010 M.
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama
: Via
Profesi
: Mahasiwi UIJ Jakarta
Usia
: 24 Tahun
Tanggal Wawancara
: 9 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya
Komunitas
Keturunan
Arab
di
Kelurahan
Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 9 Januari 2010
Interviewee
(
Via
Interviewer
)
(
Titin )
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama
: Salahuddin bin Thohir bin Yahya
Profesi
: Mahasiwa UIJ Jakarta
Usia
: 25 Tahun
Tanggal Wawancara
: 5 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya
Komunitas
Keturunan
Arab
di
Kelurahan
Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 5 Januari 2010
Interviewee
Interviewer
( Salahuddin )
(
Titin
)
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama
: Umi Selli
Profesi
: Ibu Rumah Tangga
Usia
: 40 Tahun
Tanggal Wawancara
: 30 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya
Komunitas
Keturunan
Arab
di
Kelurahan
Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 30 Januari 2010
Interviewee
Interviewer
( Umi Seli )
(
Titin )
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama
: Bulan Indah
Profesi
: Ibu Rumah Tangga
Usia
: 27 Tahun
Tanggal Wawancara
: 26 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya
Komunitas
Keturunan
Arab
di
Kelurahan
Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 26 Januari 2010
Interviewee
Interviewer
( Bulan Indah )
(
Titin
)
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama
: Bapak Khalid
Profesi
: Wiraswasta
Usia
: 36 Tahun
Tanggal Wawancara
: 26 November 2009
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya
Komunitas
Keturunan
Arab
di
Kelurahan
Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 26 November 2009
Interviewee
Interviewer
( Khalid )
( Titin
)
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama
: Tomy
Profesi
: Wiraswasta
Usia
: 25 Tahun
Tanggal Wawancara
: 31 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya
Komunitas
Keturunan
Arab
di
Kelurahan
Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 31 Januari 2010
Interviewee
(
Tomy
Interviewer
)
(
Titin
)
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama
: Pak Benar
Profesi
: Wakil Lurah
Usia
: 45 Tahun
Tanggal Wawancara
: 27 Januari 2010
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya
Komunitas
Keturunan
Arab
di
Kelurahan
Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 27 Januari 2010
Interviewee
Interviewer
( Benar
(
)
Titin )
Surat Pernyataan Kesediaan
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan ini menyatakan bahwa saya :
Nama
: Aci
Profesi
: Mahasiswi UIN
Usia
: 23 Tahun
Tanggal Wawancara
: 23 November 2009
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan dengan
sebenar-benarnya untuk keperluan pembuatan skripsi dengan judul “Asimilasi
Sosial-Budaya
Komunitas
Keturunan
Arab
di
Kelurahan
Condet
Balekambang, Jakarta Timur.” yang di susun oleh Titin Widarti sebagai
mahasiswi Fakultas FISIP UIN Jakarta.
Wawancara ini berkaitan dengan proses asimilasi Sosial-Budaya
komunitas keturunan Arab yang terjadi di kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan
semata-mata di berikan hanya untuk keperluan skripsi. Apabila di temukan data
yang masih kurang lengkap saya bersedia untuk di wawancarai kembali.
Dan apabila dalam proses wawancara terdapat ancaman dari berbagai
pihak, maka saya memutuskan untuk tidak meneruskan wawancara ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 23 November 2009
Interviewee
(
Aci
Interviewer
)
(
Titin )
ABSTRAK
Titin Widarti
“Asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan
Condet Balekambang, Jakarta Timur.
Asimilasi merupakan proses sosialisasi dalam sebuah masyarakat untuk
mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari satu bangsa Indonesia yang
mayoritas. Dalam kehidupan sosial-budaya yang beraneka ragam di masyarakat
tentu bukan menjadi penghalang untuk terwujudnya proses asimilasi di dalamnya.
Salah satu hal yang sangat penting untuk bisa berasimilasi yaitu adanya sikap
toleransi dan simpati demi terwujdnya integrasi sosial.
Asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang merupakan bentuk asimilasi yang terjadi melalui perkawinan dan
melalui budaya (antar golongan minoritas (keturunan Arab) dengan golongan
mayoritas
(masyarakat
Condet
Balekambang).Pendekatan
penelitian
menggunakan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Lokasi dan waktu
penelitian di lakukan pada masyarakat komunitas keturunan Arab yang berada di
Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Pengambilan data dan informasi
dilakukan pada masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet Balekambang.
Dalam penelitian ini menggunakan informan yang sudah di tentukan
dalam melengkapi informasi tentang asimilasi Sosial-Budaya komunitas
keturunan Arab di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Dalam
mendapatkan informasi dilakukan dengan metode wawancara mendalam kepada
informan dan dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan dua cara
pengumpulan data yaitu dengan mendatangi Kelurahan untuk mencari informasi
tentang asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang serta melakukan pengamatan untuk menambah informasi penulisan
skripsi ini.
Setelah mendapatkan data keseluruhan dari lapangan, penulis menganalisa
data, kemudian di seleksi untuk diambil data yang khusus berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti. Kemudian penulis merumuskan kesimpulan dari hasil
penelitian.
Hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa bentuk asimilasi melalui
perkawinan dan melalui budaya yang terjadi di wilayah Kelurahan Condet
Balekambang telah mengakibatkan terjadinya proses asimilasi sosial-budaya di
dalamnya, baik komunitas keturunan Arab maupun dengan masyarakat Condet
Balekambang yang hidup dengan harmonis (toleransi dan simpati) tanpa
membedakan suku, ras dan agama.
Dari hasil penelitian, penulis menemukan adanya dua kelompok etnis yang
berbeda sosial dan budaya tersebut yang sudah menikah bahkan sudah tinggal dan
menetap berpuluh tahun di Kelurahan Condet Balekambang.
Adat yang berbeda tidak menghalangi mereka untuk melangsungkan
perkawinan, karena adanya satu kesamaan agama (Islam). Adat atau budaya yang
dimiliki keturunan Arab hanya ada dalam perkawinan saja misalnya adanya
malam pacar, tari syamar yang dilakukan oleh keturunan Arab dengan masyarakat
Condet Balekambang, dan bermain musik marawis yang dimainkan oleh
vi
vii
keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Asimilasi melalui
perkawinan tersebut ternyata berpengaruh mengubah sikap dan perilaku mereka
dalam menyesuaikan budaya (cara berbahasa, cara membuat makanan, dan cara
pakaian) terutama warga keturunan sebagai kelompok minoritas yang berbaur
dengan kelompok mayoritas (warga Condet Balekambang) dalam kehidupan
sehari-hari. Adat pakaian yang di gunakan keturunan Arab saat menikah adalah
pakaian jubah sedangkan masyarakat Condet Balekambang memakai baju kurung,
bahasa yang di gunakan keturunan Arab sudah bisa berbahasa Indonesia,
sedangkan dalam menyesuaikan makanan (keturunan Arab) membuatnya dengan
menyesuaikan tradisi masyarakat Condet Balekambang khususnya dari Betawi
misalnya masakan soto Betawi.
Jadi dari penjelasan di atas secara tidak langsung proses asimilasi telah
terjadi didalamnya. Menurut warga keturunan Arab ataupun dari masyarakat
Condet Balekambang dengan saling mengenal dan menyesuaikan dalam budaya
masing-masing itulah yang membuat mereka bisa berasimilasi. Apa lagi menurut
keturunan Arab yang berasimilasi dengan warga Condet Balekambang,
masyarakat Condet memiliki adat-istiadat yang lebih unik dari keturunan Arab
dan mereka juga menambahkan bahwa walaupun mereka hanya memiliki adat
yang sangat khas atau unik itu hanya ada dalam perkawinan saja, namun adat
tersebut juga sudah mulai menghilang dari mereka karena sudah berbaur lama
dengan adat-istiadat masyarakat Condet Balekambang.
Akibat adanya proses asimilasi tersebut, secara perlahan-lahan komunitas
keturunan Arab (minoritas) maupun masyarakat Condet Balekambang (mayoritas)
akan berasimilasi walaupun masing-masing memiliki latar belakang sosial-budaya
yang berbeda. Dan khususnya bagi masyarakat keturunan Arab akan terintegrasi
mengikuti satu kebudayaan yang mayoritas yaitu kebudayaan Indonesia,
khususnya kebudayaan dari masyarakat Condet Balekambang.
Kelurahan Condet Balekambang merupakan salah satu Kelurahan yang
berada di wilayah Kecamatan Keramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur. Di daerah
tersebut terdapat warga keturunan Arab yang sudah menetap dan tinggal berpuluh
tahun yang berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang. Hampir 15%
dari jumlah penduduk Kelurahan Condet Balekambang dihuni oleh warga
keturunan Arab.
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang telah banyak
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya serta izin-Nya penulis
mampu melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Salam serta sholawat semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta pengikutnya.
Melalui proses yang panjang dan perjuangan yang tak singkat,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan
semestinya. Dalam penulisan skripsi inipun tak luput dari kesalahan dan
ketidakpuasan yang akan terus menggema, namun dengan setitik harapan
semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan sumbangsih bagi
cakrawala pengetahuan dan senantiasa berkembang khususnya di bidang
Sosio-keagamaan, maka karya ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi yang membacanya.
Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak serta kritikan yang sangat
membangun dalam penyusunan tugas akhir ini. Maka dalam kesempatan kali
ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bachtiar selaku dekan fakultas FISIP UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Jauharotul Jamilah, M.si selaku sekretaris jurusan Sosiologi
Agama. Tak lupa terimakasih di peruntukan kepada civitas akademika
Fakultas FISIP.
3. Prof. Dr. Yusron Razak, MA selaku pembimbing yang tiada henti dan
tiada bosannya, memberikan arahan dan masukkan kepada penulis
hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
4. Para petugas Perpustakaan Utama dan Ushuludin yang telah
memberikan sumbangsih kepada penulis saat mencari literature.
5. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada sekolah SMP Islamic
School di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur yang telah
memberikan
informasi
tentang
asimilasi
sosial-budaya
warga
keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang.
6. Bapak Benar Sigalingging S. Sos selaku seketaris lurah di Kelurahan
Condet Balekambang, Jakarta Timur. Tak lupa terima kasih kepada
seluruh responden masyarakat Condet Balekambang khususnya warga
keturunan Arab yang meluangkan waktunya untuk memberikan
informasi khususnya tentang asimilasi sosial-budaya keturunan Arab
dengan masyarakat sekitar.
7. Ayahanda Ismail, Ibunda Armalis, adik-adik tersayang Via Meswita,
Sepry Chasnico dan Yulia Deswita, yang telah memberikan kasih
sayangnya dan do’anya kepada penulis dan yang telah memberikan
bantuan baik moral maupun spiritual sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Jakarta.
8. Para sahabat Nur Sakinah, Uli Zahra, Suryanah. Ahmad Syukri dan
Tommy sebagai sahabat terbaik penulis,yang telah memberikan
motivasi dalam menyelesaikan pendidikan dan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Teman-teman seperjuangan Sosiologi Agama angkatan 2005 yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dorongan
dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teruntuk kakak kelas aku Sosiologi Agama angakatan 2003: kak
Yuni, Ria, Maesaroh dan kak Rahmat yang memberikan motivasi,
nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan do’a semoga
amal kabaikan yang telah di berikan kepada penulis menjadi amal sholeh
yang mendapat pahala berlipat ganda. serta di limpahkan segala keberkahan
dan kenikmatan atas bantuan dan perhatian yang telah di berikan kepada
penulis.
Selain itu semoga seluruh aktifitas yang kita kerjakan diberi
kemudahan oleh Allah SWT, janganlah merasa puas dengan apa yang telah
di raih hari ini. Songsong masa depan sejak dini adalah langkah terbaik dan
semoga apa yang telah dikerjakan mendapat nilai ibadah di sisi-Nya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 17 Maret 2010
Penulis
Titin Widarti
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 18 Juni 2010
Titin Widarti
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini berjudul “ Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan
Arab Di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur” telah diujikan
dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada progam studi Sosiologi.
Jakarta,18 Juni 2010
Panitia Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota,
Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Hendro Prasetyo, M.A.
NIP. 19640719 199003 1 001
Penguji I,
Joharotul Jamilah, M. Si.
NIP. 19680816 199703 2 002
Anggota,
Joharotul Jamilah, M. Si.
NIP. 19680816 199703 2 002
Penguji II,
Ahmad Abrori, M.Si.
NIP. 19760225 200501 1 005
Pembimbing,
Prof. Dr. Yusron Razak, M.A.
NIP. 195910101983031003
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ......................................................................................
i
Halaman Judul …………………………………………………………..
ii
Lembar Pernyataan ............................................................................................
iii
Halaman Pengesahan Pembimbing ........................................................
iv
Halaman Pengesahan Ujian ....................................................................
v
Abstrak ......................................................................................................
vi
Kata Pengantar ........................................................................................
viii
Daftar Isi ..................................................................................................
xi
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................
1
B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah........................
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................
11
D. Metodologi Penelitian.....................................................
12
E. Sistematika .....................................................................
16
: TINJAUAN PUSTAKA
A. Asimilasi Sosial-Budaya ................................................
18
a.
Pengertian Asimilasi Sosial-Budaya ......................
18
b.
Teori Asimilasi Pendekatan Sosiologi ....................
21
c.
Hakikat Faktor Pendorong dan Penghambat
Terjadinya Asimilasi ..............................................
23
B. Komunitas Keturunan Arab ...........................................
24
a.
Pengertian Komunitas .............................................
b.
Proses Terbentuknya Komunitas Keturunan Arab
di Indonesia
c.
..........................................................
24
27
Realitas Asimilasi Masyarakat Keturunan Arab
di Indonesia
..........................................................
xi
28
BAB III
: PROFIL KEBERADAAN MASYARAKAT KETURUNAN
ARAB DI WILAYAH KELURAHAN CONDET
BALEKAMBANG, JAKARTA TIMUR
A. Gambaran Geografis Kelurahan Condet Balekambang
Jakarta Timur .................................................................
32
B. Latar Belakang Ekonomi dan Pendidikan
Masyarakat Keturunan Arab .........................................
35
C. Hubungan Keturunan Arab dengan Masyarakat
Pribumi ..........................................................................
BAB IV
40
: ASIMILASI MASYARAKAT KETURUNAN ARAB
DENGAN MASYARAKAT CONDET BALEKAMBANG,
JAKARTA TIMUR
A. Bentuk dan Proses Asimilasi .........................................
BAB V
43
1.
Asimilasi Melalui Perkawinan ................................
43
2.
Asimilasi Melalui Kebudayaan ...............................
48
B. Faktor yang Mendukung Asimilasi ..............................
51
C. Faktor yang Menghambat Asimilasi ..............................
59
D. Akibat Asimilasi ............................................................
63
: PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................
67
B. Saran-saran ....................................................................
71
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
72
LAMPIRAN ………………………………………………………………
73
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang Arab di Indonesia termasuk ke dalam kategori golongan
minoritas. Sebagai keturunan Arab pada dasarnya mereka memiliki pola
kebudayaan yang berakar dari negeri Arab pula dan berbeda dengan pola
kebudayaan penduduk pribumi Indonesia.
1
Kedatangan orang Arab ke Indonesia sama dengan Eropa yaitu untuk
mencari harta atau mengadu nasib dengan melakukan perdagangan kemudian
ada juga yang menjadi da’i. kehidupan mereka yang sederhana, mereka tidak
senang hidup hedonis seperti pendatang Eropa yang selalu menghabiskan
pendapatannya, sementara orang-orang Arab lebih suka menabung bahkan
mereka juga memberikan sumbangan kepada masjid, bangunan sekolah dan
lain-lain.
Meskipun kebanyakan orang Arab di Indonesia saat ini dilahirkan di
bumi Indonesia serta sejak lama bergaul secara luas, secara otomatis akan
menjadikan mereka terintegrasi ke dalam masyarakat dan kebudayaan di
Indonesia. Dari berbagai proses asimilasi yang terjadi terbukti bahwa hanya
dengan pergaulan kelompok secara luas dan intensif saja belum tentu terjadi
suatu asimilasi, kalau di antara mereka tidak ada sikap toleransi dan simpati
terhadap yang lain.
1
Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial (Jakarta: PT
Pustaka Grafika Kita, 1988), h. 176.
1
2
Fenomena ini terlihat di wilayah Kelurahan Condet Balekambang
Jakarta Timur. Di mana banyak sekali pendatang yang berasal dari
masyarakat keturunan Arab. Mereka melakukan asimilasi untuk diterima oleh
pribumi khususnya masyarakat Condet, Jakarta Timur yang pada dasarnya
kedua kelompok ini mempunyai latar belakang sosial yang berbeda.
Asimilasi sebagai proses sosial yang timbul bila ada golongangolongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda,
saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga
kebudayaan golongan tadi masing- masing berubah sifatnya yang khas dan
juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur
2
kebudayaan campuran. Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam
suatu proses asimilasi adalah suatu golongan mayoritas dan beberapa
golongan minoritas. Dalam hal itu golongan minoritas itulah yang mengubah
sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan. dan dari golongan minoritas sehingga
lambat laun kehilangan kepribadian kebudayaannya, dan masuk kedalam
kebudayaan mayoritas.
Di Indonesia konsep asimilasi pada umumnya dihubungkan dengan
masalah
perkawinan
antargolongan
etnis.
dalam
rangka
hubungan
antargolongan asimilasi mempunyai arti yang lebih luas. Milton Gordon,
seorang ahli sosiologi Amerika memperinci konsep ini dalam lima macam
asimilasi yang berkaitan satu sama lain yaitu:
2
3
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990),
h. 255.
3
Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial. h. 175.
3
a. Asimilasi kebudayaan atau perilaku (akulturasi) yang bertalian
dengan perubahan dalam pola kebudayaan guna penyesuaian diri
dengan kelompok mayoritas.
b. Asimilasi perkawinan (amalgamasi) yang bertalian dengan
perkawinan antargolongan secara besar-besaran.
c. Asimilasi sikap yang bertalian dengan tidak adanya prasangka.
d. Asimilasi
perilaku
yang
bertalian
dengan
tidak
adanya
diskriminasi.
Proses
sesungguhnya
asimilasi
komunitas
merupakan
proses
keturunan
Arab
sosialisasi
di
mereka
Indonesia
untuk
mengidentifikasikan diri sebagai bagian dari satu bangsa Indonesia mayoritas.
Tanpa menghindarkan konsep asimilasi yang telah di jelaskan sebelumnya.
Penelitian asimilasi dimaksudkan sebagai proses sosial yang mengarah pada
integrasi golongan yang mempunyai sikap mental, adat kebiasaan dan
kebudayaan yang berbeda-beda menjadi satu kesatuan sosiologis yang
harmonis dan bermakna dalam satu bangsa (Indonesia).
Kemudian pengertian komunitas sendiri dapat kita pahami dalam
kamus ilmiah popular, dijelaskan bahwa komunitas adalah masyarakat
4
setempat atau suatu populasi yang menempati suatu daerah. beberapa tokoh
sosiologi yaitu menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya sosiologi suatu
pengantar di jelaskan komunitas adalah “masyarakat setempat” istilah yang
menunjukan desa, kota, suku atau bangsa. Jika anggota suatu kelompok, baik
kelompok kecil atau besar hidup bersama dengan harmonis merasakan bahwa
4
Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya Utama Surabaya,
2002), h. 318.
4
kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang
utama, maka kelompok tersebut disebut masyarakat setempat.
5
Serta tokoh sosiologi Peter Worsley menurutnya istilah komunitas
mengacu pada orang-orang yang mendiami suatu lokalitas tertentu yang
memilih semacam otonomi politis, perasaan kebersamaan, adanya keyakinan
religius yang seragam, homogenitas etnik dan juga suatu fungsi pekerjaan
tertentu yang dominan.
6
Adapun ciri-ciri komunitas ialah adanya kesatuan wilayah, adat, rasa
identitas komunitas dan loyalitas terhadap komunitas sendiri. Jadi komunitas
merupakan wujud masyarakat yang konkret, yang selain memiliki ikatan
berdasarkan suatu sistem adat-istiadat yang sifatnya kontinyu, berdasarkan
rasa identitas bersama yang dimiliki semua kesatuan masyarakat, juga terikat
oleh suatu lokasi yang nyata dan kesadaran wilayah yang konkret.
Hal ini menjadi sesuatu bagian yang dialami oleh masyarakat
keturunan Arab yang berada di daerah Condet Balekambang, Jakarta Timur.
Kita akan melihat sekilas bagaimana sistem sosial budaya mereka yang
berada di lokasi penelitian yaitu di lihat dari adanya suguhan yang di
hidangkan ketika bertamu sebaiknya dihabiskan agar tidak dianggap
menghina tuan rumah. Kemudian seorang tamu sebaiknya baru meninggalkan
rumah yang di kunjunginya setelah mendapat izin (di-iya-kan) oleh tuan
rumah. Inisisatif pulang memang ada pada sang tamu, namun inisiatif
sesungguhnya ada pada pada tuan rumah. Inilah salah satu fakta kehidupan
5
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: CV Rajawali Pres,
h. 162-163.
6
Peter, Worsley, Pengantar Sosiologi jilid 2 (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana
Yogya, 1992), h. 68.
1990),
5
sosial masyarakat keturunan Arab yang bersumber dari pola kebudayaan
semakin banyak unsur yang berubah maka semakin posistif kebudayaan
tersebut terjadi asimilasi.
7
Proses asimilasi dapat terjadi bila adanya faktor-faktor yang
mendukung seperti:
8
a. Adanya sikap toleransi budaya
b. Perkawinan campuran (amalgamation)
c. Kesempatan-kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang
d. Dan sikap menghargai orang asing dan budayanya
Selanjutnya kita akan melihat beberapa aspek jaringan untuk
mempelajari asimilasi mereka diantaranya:
1. Aspek Sistem Sosial
Dari segi ciri sebagai golongan etnis ditemukan bahwa mereka
memiliki ciri biologis yang khas misalnya bentuk wajah, hidung, warna kulit
yang membedakannya dengan golongan etnis lain mereka juga membentuk
suatu saran komunikasi atau bentuk bahasa Arab walaupun bagi generasi
mudanya semakin kurang bisa mempergunakannya serta keanggotaannya
yang menjadi tanda bagi mereka dikenal sebagai susunan atau strata suatu
golongan misalnya sayid dan bukan sayid.
Sayid adalah identifikasi diri sekelompok orang Arab yang
menyatakan dirinya sebagai golongan ‘Alawiyyin. Golongan ini beranggapan
mereka keturunan anak perempuan nabi yaitu Fatimah istri Ali bin Abi thalib.
7
8
Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 210.
Daniel Fernandez, Antropologi (Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega, 1996) h, 147.
6
Bagi mereka yang tidak tergolong sayid berarti tidak mempunyai garis
keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW.
2. Dari Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi sebagai jaringan asimilasi sangat ditekankan pada
faktor perimbangan dalam bidang perekonomian tersebut. Yang di maksud
perimbangan yaitu adanya kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang
bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda.
Sampai saat ini kegiatan ekonomi masih merupakan aktivitas yang
dominan bagi penduduk keturunan etnis Arab di Condet Balekambang Jakarta
Timur. Bentuk usaha perekonomian mereka yang terutama adalah pertokoan
bahan baju atau tekstil, berdasarkan jenis barang dagangan. disamping itu
ada juga restoran makanan Arab. Ternyata orang Arab lebih banyak berusaha
di sektor penjualan seperti sajadah, tasbih, lukisan Arab, kitab- kitab
mengenai Islam, serta barang campuran seperti sabun, pasta gigi, minyak
wangi dan lain-lain.
Mengenai kerjasama dibidang ekonomi antara penduduk golongan
etnis Arab dengan penduduk pribumi dalam penyediaan modal usaha kurang
terjadi. Begitu pula dari sektor tenaga kerja sebagai penjual di toko mereka,
masih kurang terjadi. kondisi ini bukan disebabkan tidak adanya hubungan
diantara
mereka,
namun
usaha
pertokoannya
memang
kurang
memerlukannya. Usaha pertokoan orang Arab masih bersifat ekonomi
keluarga sehingga pembantu hanya diambil dari bagian keluarga terdekat.
7
Walaupun perimbangan usaha pertokoan antar orang keturunan Arab
dan penduduk pribumi (masyarakat Condet) belum memadai, namun dilihat
dari segi jenis barang dagangan kedua golongan penduduk memiliki dominasi
masing-masing. Orang keturunan Arab dominan atas perdagangan buku atau
kitab-kitab terutama mengenai Islam, sedangkan penduduk pribumi
khususnya masyarakat Condet Balekambang, Jakarta Timur memiliki
keahlian dalam menguasai mebel serta usaha pertukangan. Dengan demikian
terjadi perimbangan yang mendukung terjadinya proses asimilasi. Hal ini
tentu menjadi suatu indikasi yang sangat bersifat asimilatif karena merupakan
bentuk netralisasi kesempatan ekonomi berdasarkan kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki masing-masing golongan baik etnis keturunan
Arab maupun masyarakat pribumi khususnya masyarakat Condet.
3. Serta Aspek Perkawinan
Di Indonesia terutama dari berbagai suku bangsa penduduk pribumi,
perkawinan campuran (antar suku bangsa atau golongan etnis) sangat
bermanfaat bagi asimilasi asumsi tersebut sangat di fahami dan di banggakan
oleh generasi keturunan Arab di Condet Jakarta Timur saat ini. Menurut
mereka para pendahulunya datang ke Indonesia tanpa istri dan kebanyakan
berstatus belum menikah. Karena itu mereka mengambil istri dari perempuan
penduduk pribumi sehingga ikatan darah antar orang Arab dengan penduduk
pribumi suatu hal yang tidak dapat dihindari.
8
Kemudian dalam masalah perkawinan muncul suatu kendala dalam
perkawinan antar golongan etnis atau suku bangsa, yakni adanya sikap
terhalangnya pernikahan anak-anak Arab dengan seseorang yang bukan
keturunan Arab.
Hal ini terlihat penolakan mereka dalam pemilihan jodoh untuk anak
perempuannya baik syarifah (sayid) maupun bukan syarifah (bukan sayid)
hasil wawancara di dapatkan informasi alasan sebagai latar belakang sikap
penolakan tersebut yaitu:
a. Mereka masih memperhatikan soal nasab atau keturunan untuk
menghindarkan penyesalan di kemudian hari.
b. Serta sebagian dari beranggapan statusnya lebih tinggi sehingga
hanya bisa menikahkan anaknya dengan yang sederajat.
Sikap tersebut tidaklah muncul dengan sendirinya, namun berakar
pada suatu perasaan yang kuat sekali dimana mereka terikat dalam kelompok
dan kebudayaannya. Selanjutnya kita akan melihat perbedaan orang Arab
yang sudah berasimilasi dengan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat
Condet Jakarta Timur. Di Indonesia adanya sikap poligami dan perceraian
mudah terjadi yang diizinkan oleh undang-undang, namun dilarang oleh adat
Hadramaut, sangat banyak terjadi dikalangan orang Arab di Nusantara.
Beberapa orang Arab mengaku bahwa kemudahan ini merupakan daya tarik
tersendiri bagi rekan-rekan mereka untuk datang ke Nusantara.
9
9
L.W.G Van den Berg, Hadramut dan Koloni Arab di Nusantara (Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 1989), h. 122.
9
Menurut L.W.G Van den Berg orang-orang Arab yang sekarang ini
bermukim di Nusantara sebagian besar berasal dari Hadramaut. Orang-orang
Arab datang ke Jakarta pada akhir abad ke-18 untuk berniaga. Hadramaut
adalah seluruh pantai Arab Selatan sejak Aden hingga Tanjung Ras al-Hadd.
Kemudian dalam penggunaan bahasa percakapan mereka tidak
menggunakan bahasa Arab melainkan bahasa Melayu. Bahasa tersebut juga
mereka gunakan terhadap anak-anak mereka.
Jadi orang Arab walaupun hanya sebentar bermukim di Nusantara,
mereka berbicara dan membaca dalam bahasa Melayu sebagai bahasa ibu
yang lain hanya saja lafal mereka yang masih khas sehingga mereka masih
kurang menguasai bahasa Melayu dan lain-lain di Nusantara.
Jika kita lihat dari sejarah yang lebih luas mengenai masuknya Islam
ke Indonesia. Menjelang abad ke-13 M, masyarakat muslim sudah ada di
Samudra Pasai, Perlak, dan Palembang di Sumatra. Di Jawa, makam Fatimah
binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1082 M), dan
makam-makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke 13 M merupakan
bukti bahwa Islam pada waktu itu telah berkembang, termasuk kekuasan
Hindu-Jawa saat itu, Majapahit. Penyebaran Islam dilakukan melalui proses
perdagangan para pedagang muslim yang berasal dari Arab, India dan Gujarat
yang singgah di kepulauan Indonesia.
10
10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Indonesia ( Jakarta: PT. Rja Grafindo
Persada, 2001), h. 193.
10
Dari berbagai penjelasan mengenai asimilasi golongan keturunan
Arab Indonesia khususnya di Condet, Jakarta Timur dapat diketahui adanya
proses asimilasi sebagai suatu proses sosialisasi mereka dalam kehidupan
masyarakat di lokasi penelitian.
Mungkin ini yang menjadi sekilas sejarah mengenai masyarakat Arab
di Indonesia, sedangkan masyarakat komunitas Arab yang berasimilasi
dengan penduduk pribumi khususnya masyarakat Condet akan dijelaskan
oleh penulis pada isi skripsi nanti. Menurut Ibnu Khaldun didalam bukunya
Syamsudin Abdullah, bahwa etnis Arab adalah etnis yang suka hidup
nomaden atau tidak menetap dan memiliki semangat kesukuan (‘ashabiyah)
yang sangat kuat.
11
Begitu juga Ibnu Khaldun, Philip K. Hitti sebagaimana di
kutip oleh Fuad Baali dan Ali Wardi, menjelaskan bahwa bangsa Arab ialah
bangsa demokrat, tetapi manalaka bertemu orang-orang diluar kelompok
sukunya mereka akan menjadi etnosentris (berpusat pada kebudayaan
sendiri).
12
Ashabiyah menurut Ibnu Khaldun adalah mempererat sebuah suku
atau sekelompok orang. Tetapi ketika orang-orang itu mengalami
peningkatan, ‘ashabiyah maka kelompok ini mungkin digoyang sepanjang
perjalan waktu karena adanya perselisihan dalam keluarga, penguasa,
mengarah pada konflik para pendukung serta perjuangan untuk kekuasaan
yang sudah pasti.
11
13
Syamsuddin Abdulah, Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi
Agama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 61.
12
Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), h. 148.
13
M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi (Jakarta: UIN
JAKARTA PRESS, 2006), h. 184.
11
Maka penulis sangat tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih
mendalam lagi mengkaji masalah tersebut oleh karena itu penulis memilih
judul ”Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas keturunan Arab dikelurahan
Condet Balekambang, Jakarta Timur”.
Dan juga untuk memenuhi syarat sebagai Sarjana Sosiologi Agama
pada Fakultas Ushuludin dan Filsafat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Batasan Masalah dan Rumusan masalah
Berbicara mengenai asimilasi baik di tinjau dari segi proses maupun
yang lain. Tentulah berpengaruh sangat luas dan banyak permasalahan yang
dapat dirumuskan. Dalam hal ini penulis membatasi permasalahan pada:
Asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan
Condet Balekambang, Jakarta Timur.
Dari pembatasan di atas, maka penulis merumuskan masalahnya
menjadi “Bagaimanakah proses asimilasi Sosial-Budaya komunitas keturunan
Arab dapat terjadi khususnya dengan masyarakat Condet Balekambang
Jakarta Timur?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
memahami fenomena tentang asimilasi sosial-budaya golongan komunitas
keturunan Arab sebagai proses sosialisasi mereka dalam kehidupan
masyarakat di lokasi penelitian (Condet Balekambang, Jakarta Timur).
12
2. Manfaat Penelitian
a.
Manfaat teoritis: adapun manfaat teoritis yang di harapkan dapat
dicapai penelitian ini adalah memperkaya khazanah keilmuan yang
digunakan sebagai literatur tambahan khusus sosiologi sosial dan
sosiologi agama.
b.
Manfaat praktis: adapun manfaat praktis yang diharapkan dapat
dicapai dalam penelitian ini adalah dengan mengetahui proses
terjadinya asimilasi etnis keturunan Arab di daerah Condet sebagai
bahan
pertimbangan
bagi
pemerintah
daerah
tersebut
untuk
menciptakan integritas sosial dalam masyarakat majemuk baik dari
segi aspek sistem sosial maupun budaya.
D. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yaitu penelaahan kepada satu kasus secara mendetail dan mendalam
atau penelitian yang mengutamakan segi kualitas data (adanya teknik
pengumpulan data seperti wawancara).
14
Metode ini pada prinsipnya mempunyai tujuan untuk menggambarkan
atau melukiskan keadaan yang terjadi pada saat sekarang. Metode deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta dengan
melakukan interpretasi data secara cermat bertujuan untuk menggambarkan
atau diri seseorang, lembaga atau masyarakat tertentu.
14
Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi, 2004), h. 252.
13
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
a.
Observasi
Observasi adalah penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk
mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasil observasi. Dengan
metode ini peneliti mengamati secara langsung perilaku para subyek
penelitiannya. Adapun sasaran dari metode ini adalah bagaimanakah
proses asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab dapat terjadi
khususnya dengan masyarakat Condet Balekambang Jakarta Timur.
Asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang
terjadi
melalui
asimilasi
perkawinan
dan
budaya
(menyesuaikan secara bahasa, makanan, dan cara berpakaian) walaupun
memiliki
latarbelakang
sosial-budaya
yang
berbeda.
Dari
hasil
pengamatan, peneliti menemukan bahwa untuk bisa beradaptasi di
masyarakat Kelurahan Condet Balekambang, masyarakat keturunan Arab
menikah dengan masyarakat Condet Balekambang yang tentunya
membawa pada perubahan pola perilaku dan sikap terutama bagi
masyarakat keturunan Arab sebagai kelompok minoritas yang berasimilasi
dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok mayoritas.
Adanya kesamaan agama (Islam) sangatlah mempermudah
terjadinya proses asimilasi dalam menikah, walaupun ada perbedaan adatistiadat yang mereka gunakan saat menikah namun tidak membuat dua
komunitas tersebut merasa kesulitan dalam melansungkan pernikahan.
Komunitas keturunan Arab lebih cenderung mengikuti adat atau budaya
14
masyarakat Condet Balekambang yang berasal dari daerah Jakarta
(Betawi), adat atau budaya yangdi gunakan disesuaikan dengan tata cara
agama Islam.
Asimilasi budaya campuran dari dua komunitas tersebut terlihat
dari pakaian yang mereka gunakan pada saat menikah yaitu keturunan
Arab memakai pakaian Arab (jubah) dan masyarakat Condet Balekambang
memakai pakaian adat Betawi (baju kurung).
Dari bahasa yang mereka gunakan (keturunan Arab), mereka sudah
bisa berbahasa Indonesia dan dari segi makananpun mereka telah
menyesuaikan dengan makanan pribumi khususnya mengikuti makanan
adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang salah satunya adalah
mereka (keturunan Arab) membuat makanan atau masakan soto Betawi.
Data yang di peroleh dengan teknik observasi asimilasi masyarakat
keturunan
Arab
dengan
masyarakat
Condet
Balekambang
dan
pengumpulan data primer yaitu melalui wawancara dan informan
mendalam sebanyak 4 orang dari masyarakat keturunan Arab, 1 orang staf
wakil lurah Condet Balekambang dan 5 orang tokoh dari masyarakat
Condet Balekambang. Dalam wawancara, penulis telah mempersiapkan
beberapa pertanyaan yang ada kaitannya dengan skripsi. Di samping itu
ada pertanyaan-pertanyaan tertulis.
15
b.
Interview
Interview yaitu proses mendapatkan keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap wajah antar
pewawancara dengan responden atau orang yang akan di wawancarai.
Informan yang di wawancarai oleh peneliti ialah:
c.
1)
Bapak Khalid Al- jufri, (warga keturunan Arab)
2)
Salahuddin bin Thohir bin Yahya, (warga keturunan Arab)
3)
Salimah Al-jufri, (warga keturunan Arab)
4)
Umi Seli, (warga keturunan Arab)
5)
Bulan Indah, (warga Condet Balekambang)
6)
Bapak Benar, (warga Condet Balekambang)
7)
Telfia, (warga Condet Balekambang)
8)
Aci, (warga Condet Balekambang)
9)
Tommy, (warga Condet Balekambang)
Dokumentasi
Untuk melengkapi data yang di perlukan dalam menyusun proposal
penelitian ini penulis menggunakan langkah pencatatan survey lapangan
yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan atau kuesioner kepada
responden yang kemudian penulis catat.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian
adalah pedoman wawancara, tape recorder, camera dan buku catatan.
penulis juga mengumpulkan informasi melalui layanan internet, majalah,
buku-buku dan juga literature yang berkaitan dengan penulisan skripsi
yang di peroleh melalui penelitian kepustakaan.
16
d.
Teknik penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, penulis mengunakan buku
pedoman penulis skripsi, tesis dan disertasi UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta.
3. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dimulai pada tanggal 11 September 2009 sampai dengan
30 April 2010, dengan lokasi penelitian di Kelurahan Condet Balekambang,
Jakarta Timur.
E. Sistematika Penulisan
Penelitian ini mengikuti sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I
: Merupakan pendahuluan yang berisi latar balakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian berisi jenis dan pendekatan penelitian serta teknik
pengumpulan data yang berisi metode observasi, metode wawancara, serta
dokumentasi.
BAB II : Membahas tentang pengertian asimilasi sosial-budaya, teori
asimilasi pendekatan sosiologi, faktor pendorong dan penghambat terjadinya
asimilasi, pengertian komunitas, proses terbentuknya komunitas keturunan
Arab di Indonesia, serta realitas asimilasi masyarakat Arab di Indonesia.
BAB III : Peneliti memfokuskan pada profil keberadaan masyarakat
keturunan Arab di wilayah kelurahan Condet Jakarta Timur, yang meliputi
gambaran geografis kelurahan Condet Jakarta Timur, latar belakang ekonomi
17
dan pendidikan masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat pribumi, dan
hubungan masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat pribumi.
BAB IV
: Peneliti memfokuskan pada judul ini yaitu: asimilasi
masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Jakarta Timur, yang
di dalamnya meliputi: bentuk dan proses asimilasi, faktor yang mendukung
asimilasi, faktor yang menghambat asimilasi, dan akibat asimilasi.
BAB V
: Penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran peneliti.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Tentang Asimilasi Sosial Budaya
1. Pengertian Asimilasi Sosial Budaya
Asimilasi adalah proses seseorang atau kelompok yang tadinya tidak
sama menjadi sama dengan kelompok lain. Pengertian asimilasi mempunyai
dua pengertian yang berbeda, yang pertama adalah membanding atau
membuat seperti dan arti yang kedua adalah mengambil dan menggabungkan.
Dari kedua pengertian di atas diambil kesimpulan bahwa, asimilasi
sebagai proses. Proses tersebut berlangsung dalam masyarakat dimana
seseorang menerima bahasa orang lain, sikap perangai, dan tingkah laku. Juga
proses yang mana individu dan kelompok saling mengambil dan bergabung
ke dalam kelompok yang lebih besar.
1
Sedangkan menurut Harsojo dalam bukunya Pengantar Antropologi
asimilasi budaya adalah satu proses social yang telah lanjut yang di tandai
oleh makin berkurangnya perbedaan antara individu-individu dan antara
sikap-sikap dan proses mental yang berhubungan dengan kepentingan dan
tujuan yang sama.
2
Apabila pada akulturasi, masing-masing kelompok itu telah
mengalami kontak yang langsung dan terus-menerus, saling mengambil
unsur-unsur kebudayaan tanpa masing-masing kehilangan kepribadiannya,
1
2
Soemardjan, Steriotip, Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 224.
Harsojo, Pengantar Antropologi (Bandung:BINACIPTA, 1967), h. 191.
18
19
maka asimilasi merupakan akibat dari kontak kebudayaan yang di lakukan
secara langsung dan membutuhkan waktu yang lama kemudian timbul unsurunsur kebudayaan yang baru, yang tidak sama dengan unsur-unsur yang lama.
Di dalam Modern Dictionary of Sosiology di sebutkan bahwa
asimilasi itu proses dimana seseorang individu atau kelompok mengambil
alih kultur dan identitas kelompok lain dan menjadikannya bagian dari
kelompok tersebut atau asimilasi suatu proses saling serap dan bercampurnya
kebudayaan yang berbeda di mana masing-masing elemen bergabung dengan
yang lainnya.
3
Menurut Selo Soemardjan dalam bukunya Steriotip Etnik,
Asimilasi, Integrasi Sosial di jelaskan bahwa asimilasi budaya adalah
simulasi yang berkenaan dengan perubahan pola kebudayaan dengan adanya
proses dan hasil perubahan yang timbul melalui penerimaan dan penyesuaian
orang dari kultur yang berbeda-beda yang berlangsung secara terus-menerus.
Asimilasi suatu proses interpretasi dan fusi dimana orang atau
kelompok memperoleh kenangan (masa lalu), perasaan, dan tingkah laku dari
orang atau kelompok lain, dengan memakai pengalaman dan sejarah mereka
bersama menjadi satu dalam kehidupan kebudayaan. Tentu dapat di pahami
bahwa asimilasi sebagai proses sosial yang telah lanjut yang di tandai oleh
berkurangnya perbedaan antara individu dan antar kelompok dan makin
eratnya persatuan aksi, sikap dan proses mental yang berhubungan dengan
kepentingan dan tujuan yang sama.
Sebuah defenisi asimilasi budaya dikemukakan oleh Park dan
Burgess, menurut mereka asimilasi budaya ialah suatu proses interpretasi dan
3
Soemardjan, Streotip, Asimilasi Integrasi Sosiologi, h. 224-225.
20
fusi (campuran atau perpaduan), melalui proses ini orang-orang dan
kelompok-kelompok sentimen-sentiment, dan sikap-sikap orang-orang atau
kelompok-kelompok lainnya, dengan berbagai pengalaman dan sejarah,
tergabung dengan mereka dalam suatu kehidupan budaya yang sama.
4
Di Amerika Serikat asimilasi diangggap sebagai suatu proses linear
yang menandai hubungan antar kelompok-kelompok minoritas dan kelompok
dominan. Ia dianggap sebagai akibat pengaruh dari masyarakat pribumi atas
kelompok-kelompok minoritas. Namun dari kedua kelompok ini (minoritas
dan dominan), kelompok minoritas secara bertahap akan kehilangan identitas
etnik mereka yang membedakan mereka dari kelompok dominan.
Dalam konteks ini asimilasi menghasilkan dua akibat yaitu:
a) Kelompok minoritas kehilangan keunikannya dan menyerupai
kelompok-kelompok mayoritas.
b) Dan kelompok etnik serta kelompok mayoritas bercampur secara
homogen
(bersatu),
masing-masing
kelompok
kehilangan
keunikannya, lalu muncul suatu produk unik lainnya, suatu proses
yang disebut Belangga Pencampuran.
Dalam konteks Amerika ide ini sering disebut Amerikanisasi
(Americanization) atau Konformitas (kesesuaian) Anglo (Anglo Comformity),
atau sekedar Konformitas Pribumi (The Host Comformity), yang akan
diperoleh bila kelompok-kelompok minoritas berasimilasi sepenuhnya ke
dalam budaya dominan. Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat
4 Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 2006), h. 159-160.
21
dalam bukunya Komunikasi
Antarbudaya, membedakan tujuh dimensi
asimilasi yaitu asimilasi kultural atau perilaku (akulturasi), asimilasi
struktural, asimilasi marital (hubungan perkawinan suami-istri), asimilasi
identifikasional, asimilasi penerimaan sikap, asimilasi penerimaan perilaku,
dan asimilasi kewarganegaraan.
5
Asimilasi kultural atau akulturasi di tandai dengan perubahan pada
pola-pola budaya kelompok minoritas misalnya bahasa, nilai, pakaian, dan
makanan. Sementara asimilasi struktural di tandai dengan masuknya
kelompok minoritas ke dalam lembaga-lembaga masyarakat pribumi.
Menurut Gordon asimilasi struktural-lah yang akan menimbulkan asimilasi
sempurna. Proses ini akan menghasilkan asimilasi psikologis yakni hilangnya
identitas etnik kelompok.
Jadi dari pengertian asimilasi sosial-budaya dari beberapa tokoh sosial
dan budaya dapat dipahami bahwa asimilasi merupakan suatu alat yang
penting sebagai proses sosialisasi dengan latar belakang adanya kebudayaan
yang berbeda-beda yang saling bergaul secara intensif dalam waktu yang
lama hingga kebudayaan tadi berubah sifatnya yang khas dan juga unsurunsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi kebudayaan campuran
tentu hal ini akan terjadi jika adanya sikap toleransi dan simpati terhadap
budaya lain.
2. Teori Asimilasi Pendekatan Sosiologi
Asimilasi dalam pengertian sosiologis di definisikan sebagai suatu
bentuk proses sosial di mana dua atau lebih individu atau kelompok saling
5
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, h. 161.
22
menerima pola kelakuan masing-masing sehinga akhirnya menjadi satu
kelompok baru yang terpadu.
6
Sebelum memasuki proses pembauran
masing-masing pihak hidup berdampingan menurut pola kelakuannya sendiri.
Sejak mereka memutuskan untuk menjadi satu kelompok, mereka memasuki
suatu proses baru menuju penciptaan satu pola kebudayaan sebagai landasan
tunggal kehidupan mereka.
Pada proses asimilasi terjadi proses peleburan kebudayaan, sehingga
pihak-pihak atau warga-warga dari dua-tiga kelompok yang tengah
berasimilasi akan merasakan adanya kebudayaan tunggal yang dirasakan
sebagai milik bersama.
Menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto proses asimilasi akan
timbul jika ada tiga unsur. Yaitu sebagai berikut:
7
a. Ada perbedaan kebudayaan antara kelompok-kelompok manusia
yang hidup pada suatu waktu dan pada suatu tempat yang sama.
b. Para warga dari masing-masing kelompok yang berbeda-beda itu
dalam kenyataannya selalu bergaul secara intensif dalam jangka
waktu yang lama.
c. Dan demi pergaulan mereka yang telah berlangsung secara intensif
itu, masing-masing pihak menyesuaikan kebudayaan mereka
masing-masing
sehingga terjadilah proses saling penyesuaian
kebudayaan diantara kelompok-kelompok itu.
6
D. Hendropuspito, Sosiologi Sistematik (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1989), h. 233.
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan (Jakarta:
Kencana, 2004), h. 62.
7
23
Menurut Abdurrahmat Fathoni asimilasi banyak di teliti oleh sarjana
sosiolog terutama Amerika di mana masih di temukan masalah kelompok
imigran dari berbagai suku bangsa yang datang dengan kebudayaan yang
berbeda-beda.
8
Sedangkan di Indonesia asimilasi banyak ditemukan pada
golongan khusus, baik yang bersuku bangsa, lapisan sosial, golongan agama,
pengetahuan mengenai seluk-beluk proses asimilasi dari tempat-tempat lain
9
di dunia menjadi penting sebagai bahan perbandingan. tentu hal ini menjadi
suatu masalah yang belum terselesaikan dan masih perlu ditemukan
solusinya.
3. Hakikat Faktor Pendorong dan Penghambat Terjadinya Asimilasi
Menurut Hendropuspito faktor pendorong terjadinya asimilasi
yaitu:
10
a. Adanya perkawinan campuran (amalgamation)
b. Dan adanya perlakuan hukum yang sama (baik warga pribumi
maupun non pribumi)
Sedangkan menurut Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto asimilasi
terjadi jika:
11
a. Sikap dan kesediaan saling bertoleransi
b. Kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang, memberikan
kemungkinan kepad semua pihak untuk mencapai kedudukan
tertentu berkat kemampuannya
8 Abdurrahmat Fathoni, Antropolog Sosial Budaya Suatu Pengantar (Jakarta: Rineka
Cipta,2006), h. 30-31.
9 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi h.255-256.
10 Hendropuspito, Sosiologi Sistematik h. 234-235.
11 J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan h. 6263.
24
c. Dan musuh bersama dari luar, ancaman musuh bersama dari luar
diperkirakan akan memperkuat rasa persatuan di dalam masyarakat
Selain faktor-faktor yang mendukung terjadinya asimilasi, menurut
Hendropuspito ada pula beberapa faktor lain yang menghambat terjadinya
asimilasi yaitu:
12
a. Perbedaan agama dan kepercayaan
b. Unsur ras dan warna kulit yang jauh berbeda antara suku yang satu
dengan yang lain misalnya ras kulit putih, hitam, dan ras kulit
kuning terbukti masih menimbulkan politik rasialis seperti di
Afrika Selatan, bahkan di Amerika Serikatpun terjadi.
c. Dan faktor psikologis, khusunya sikap superior tetap dipertahankan
oleh golongan etnis yang merasa dalam segala hal dirinya lebih
tinggi (adanya golongan mayoritas dan minoritas).
B. Komunitas Keturunan Arab
1. Pengertian Komunitas
Kata komunitas (community) berasal dari kata latin communire
(communion) yang berarti memperkuat. Dari kata ini di bentuk istilah
communitas yang artinya persatuan, persaudaran, umat/jemaat, kumpulan
13
bahkan masyarakat. Secara samar-samar kata komunitas disisipi pengertian
tempat tinggal bersama. Jadi arti kata klasik, kata komunitas hidup dengan
orang-orang yang bermukim di atas sebidang tanah yang sama. Kemudian
12
13
Hendropuspito, Sosiologi Sistematik h. 233-234.
Hendropuspto, Sosiologi Sistematik, h. 56.
25
“unsur tanah yang sama” dialihkan pada pengertian persaudaraan kumpulan
atau persatuan.
Komunitas bisa dibedakan menjadi dua jenis yaitu komunitas
geografis dan komunitas fungsional.
14
Komunitas geografis ialah komunitas
dalam arti penduduk yang berdiam di suatu daerah di sebut juga dengan
komunitas lokal. Sedangkan komunitas fungsional yang tidak dibatasi oleh
daerah yang mereka huni tapi dibatasi oleh karakter atau ciri khusus,
misalnya komunitas petani, peternak dan komunitas nelayan.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto komunitas diterjemahkan
sebagai “masyarakat setempat” yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota,
suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok
itu besar ataupun kecil, hidup bersama sehingga merasakan bahwa kelompok
tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama,
kelompok tersebut disebut masyarakat setempat.
Serta
menurut
Selo
15
Soemardjan
sebagaimana
dikutip
Soekanto,“komunitas adalah masyarakat yang bertempat tinggal disuatu
wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor
utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para
anggotanya, diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk di luar
batas wilayah.
14
16
Yusra Killun, Pengembangan Komunitas Muslim (Jakarta: FDK UIN Jakarta, 2007), h.
38-39.
15 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta:PT Grafindo Persada, 2006 ),
h. 132- 133.
16 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 133.
26
Begitu pula menurut Hendropuspito dalam bukunya Sosiologi
Sistematik, menyatakan bahwa komunitas sosial yaitu kelompok territorial
yang membina hubungan para anggotanya dengan menggunakan saranasarana yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.
17
Menurut Jim Life pengertian community ialah bentuk organisasi
sosial yang memiliki tiga karakter sebagai berikut:
1. Identitas dan rasa memiliki. Kata komunitas terkait dengan rasa
memiliki atau rasa diterima dan dihargai dalam kelompok,
sehingga melahirkan konsep komunitas.
2. Kewajiban anggota, hal ini tentu menuntut kewajiban dari
anggotanya yaitu ikut memberikan kontribusi dan berpartisipasi
dalam komunitas.
3. Dan adanya budaya komunitas, hal ini memungkinkan adanya nilai
dan menghasilkan ekspresi komunitas lokal yang memilki
karakteristik unik yang terkait dengan komunitas.
Ciri-ciri komunitas adalah adanya kesatuan hidup yang teratur dan
tetap dan bersifat teritorial, serta memiliki unsur tanah daerah yang sama
tempat kelompok itu berada.
18
Dari penjelasan diatas tentang pengertian komunitas sebagaimana
yang telah diuraikan, maka kita dapat disimpulkan bahwa komunitas adalah
kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah tertentu yang terikat
rasa identitas bersama, dan saling berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya untuk mencapai tujuan bersama.
18
Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, h.57.
27
2. Proses Terbentuknya Komunitas Keturunan Arab di Indonesia
Orang-orang Arab berdatangan di Jakarta pada akhir abad ke-18 untuk
berniaga. Menurut L.W.C van den Berg, orang-orang Arab yang sekarang
bermukim di Nusantara sebagian besar berasal dari Hadramaut.
19
Hadramaut ialah seluruh pantai Arab Selatan, sejak Aden hingga
Tanjung Ras Al-Hadd.
20
Menurut Berg, orang-orang Arab Hadramaut mulai
datang secara masal ke Nusantara pada akhir abad ke-18, pemberhentian
mereka yang pertama yaitu Aceh. Dari sana mereka lebih memilih pergi ke
Palembang dan Pontianak. Orang Arab mulai menetap di jawa setelah tahun
1820. Dan koloni-koloni mereka baru tiba di bagian Timur Nusantara tahun
1870, dan koloni Arab di Batavia, meskipun baru setengah abad umurnya,
namun sudah merupakan koloni terbesar di Nusantara, jika kita masukkan
pula para anggotanya yang lahir di Arab.
Orang-orang Arab berdatangan di Jakarta abad ke-18 untuk berniaga.
Walaupun awalnya mereka sekedar untuk berniaga, tetapi akhirnya mereka
terlibat dalam gerakan dakwah.
Dapat kita lihat daerah-daerah di Indonesia yang menjadi permukiman
dan media interaksi masyarakat keturunan Arab dan pribumi derah tersebut
adalah pulau Jawa yang terdapat enam koloni besar Arab, yaitu di Batavia,
Cirebon, Tegal, pekalongan, Semarang dan Surabaya. Salah satu contoh
19 L.W.C. Van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara (Jakarta: Indonesian
Netherlands Cooperation IMDIES, 1989), H. 1.
20 L.W.C. van den Berg, Hadramaut dan koloni Arab di Nusantara, h. 7.
28
proses komunitas keturunan Arab yaitu daerah Batavia, di tempat tersebut di
temukan orang Arab yang berasal dari segala tempat di Hadramaut dan dari
segala lapisan masyarakat, hanya golongan sayid yang merupakan minoritas.
Sebagian besar orang Arab yang datang ke pulau Jawa dari Singapura,
terlebih dahulu singgah di Batavia, kemudian menyebar ke daerah- daerah
lain.
Sebagai akibat perkembangan itu, Batavia di jumpai hanya sedikit
keluarga yang turun-temurun sudah menghuni Nusantara, dan sebagian besar
menikah dengan wanita pribumi. unsur Arab memiliki keturunan campuran,
sehingga mereka terpaksa belajar bahasa Arab untuk bisa berkomunikasi.
Cara-cara orang Arab di Nusantara mematuhi prinsip-prinsip hukum
Islam dengan berzakat merupakan bukti bahwa semangat kemakmuran
memang sudah melembaga dalam diri mereka. Tidak seorang Arab
Hadramaut yang ketagihan minuman keras atau candu. Menabung merupakan
budaya bagi mereka, dan fakta bahwa mereka pernah menikmati
kemakmuran, sebagian dari rezki merekapun tidak lupa mereka sumbangkan
kepada masjid, sekolah, atau yayasan keagamaan lain.
Orang Arab mulai menetap di Jawa setelah tahun 1820, dan kolonoikoloni mereka baru tiba di bagian Timur Nusantara tahun 1870. Koloni Arab
di Batavia, meskipun baru setengah abad umurnya, sudah merupakan koloni
terbesar di Nusantara, jika kita masukkan pula para anggotanya yang lahir di
Arab.
3. Realitas Asimilasi Masyarakat Keturunan Arab di Indonesia
29
Realitas Asimilasi masyarakat keturunan Arab di Indonesia dapat kita
lihat dari berbagai fakta yang ada dimasyarakat, didukung pula oleh para
peneliti Sosiologi yang melakukan penelitian seperti Selo Soemardjan dalam
bukunya Sterotip Etnik, Asimilasi, Interaksi Sosial. Realitas asimilasi
keturunan Arab ini terjadi di Surabaya, mereka memiliki suatu susunan atau
strata sebagai keanggotaan keturunan masyarakat Arab yang di sebut “sayid”
dan bukan “sayid”.
Sayid yaitu identifikasi diri kelompok orang Arab yang menyatakan
dirinya sebagai golongan ‘Alawiyyin. Golongan ini berpendapat mereka
langsung keturunan dari Nabi Muhammad SAW melalui garis keturunan anak
Nabi yakni Fatimah istri Ali bin Abi Tholib. Bagi mereka yang bukan
tergolong Sayid berarti tidak mempunyai garis keturunan langsung dengan
Nabi Muhammad SAW. Tentu hal ini menjadi salah satu yang mempengaruhi
asimilasi mereka terutama dalam perkawinan yang merupakan penyebab
terjadinya asimilasi, bagi mereka keturunan Arab jika wanita menikah dengan
orang di luar Arab maka garis keturunan mereka teputus atau tidak lagi
termasuk golongan sayid tetapi jika untuk laki-laki Arab tetap menjadi
golongan sayid.
Sedangkan koloni Arab yang berada di Pekalongan, mereka sangat
menjaga jarak dengan orang Arab yang datang dari Hadramaut. Orang Arab
campuran yang tinggal di daerah pinggiran seperti Ledok, Mipitan, Kauman,
dan Krapyak. Mereka sama sekali tidak menggunakan bahasa Arab dalam
30
berkomunikasi dengan masyarakat pribumi. Mereka mencari nafkah, cara
berpakaian, dan mengikuti adat-istiadat seperti masyarakat pribumi.
21
Kemudian begitu pula dalam masyarakat kota Surakarta yang
menggunakan bahasa Jawa untuk komunikasi bukan hanya etnis Jawa, tetapi
juga etnis Tionghoa dan Arab. Penelitian Markhamah terhadap penggunaan
bahasa Jawa oleh orang-orang Tionghoa di Surakarta menyimpulkan, bahwa
tuturan Ngoko dan Krama pada orang-orang Tionghoa dewasa (50 responden)
hampir tidak berbeda dengan kualitas tuturan ngoko dan krama masyarakat
Jawa.
22
Interaksi melalui perkawinan dengan wanita Jawa dan pemelukan
agama Islam oleh imigran Tionghoa merupakan cara terbaik, hal ini didasari
adaya soal keuangan yakni mereka dan keturunannya dapat terbebas dari
pajak yang di berlakukan VOC bila kemudian hari dapat berasimilasi dengan
baik dalam kebudayaan Jawa. Melalui perkawinan tersebut, pengetahuan
kebudayaan, bahasa, adat-istiadat Jawa melekat pada keturunan-keturunan
hasil perkawinan mereka. Dapat kita pahami walaupun yang di jelaskan diatas
realitas asimilasi Tionghoa dengan masyarakat Surakarta namun tidak
berbeda pula asimilasi yang dialami masyarakat keturunan Arab di Surakarta,
seringnya berkomunikasi dengan masyarakat Surakarta maka penggunaan
bahasa Jawa bisa di gunakan pula oleh komunitas keturunan Arab. Begitu
21
L.W.C. van den Berg, Hadramaut dan koloni Arab di Nusantara,h. 74.
Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta
(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007), h. 51.
22
31
pula dengan melalui perkawinan merupakan strategi utama supaya dapat
berasimilasi dengan masyarakat pribumi khususnya masyarakat Surakarta.
23
Kembali pada realitas asimilasi di Indonesia khususnya di daerah
Condet Balekambang Jakarta Timur, dapat kita ketahui bahwa asimilasi
keturunan Arab dengan masyarakat pribumi di sekitarnya berlansung dengan
baik, sikap toleransi yang mereka miliki dan juga dari ajaran agama membuat
mereka menghilangkan adanya perbedaan. Asimilasi keturunan Arab di
Condet di awali dengan adanya pernikahan orang-orang keturunan Arab
dengan masyarakat setempat (pribumi) dari inilah yang kemudian
berkembang menjadi asimilasi sosial-budaya baik dalam bahasa, keseniaan,
seta adat-istiadat yang sudah bercampur.
Untuk memperkuat lagi rasa kekeluargaan mereka maka mereka juga
ikhlas memberikan bantuan pada masyarakat sekitar misalnya pada acara
Maulid SAW dengan memberikan sajadah, mukenah, ataupun santunan untuk
anak-anak yatim. Inilah yang menjadi salah satu cara masyarakat keturunan
Arab dapat berasimilasi dengan masyarakat pribumi khususnya masyarakat
Condet.
23
h. 60.
Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta,
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak dan Keadaan Geografis
Kelurahan Balekambang merupakan salah satu kelurahan yang berada
di wilayah Kecamatan Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur dengan batasbatas wilayah sebagai berikut:
1
Wilayah
Batas- Batas Wilayah
Batas Sebelah Utara
Jalan Buluh, berbatasan dengan Kelurahan
Cililitan
Batas Sebelah Timur
Jalan
Raya Condet, berbatasan dengan Kelurahan
Batuampar dan Kelurahan Gedong Kecamatan
Pasar Rebo
Batas Sebelah Selatan
Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo
Batas sebelah Barat
Sungai Ciliwung, Wilayah Jakarta Selatan
Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009
Kelurahan Condet Balekambang merupakan salah satu kelurahan yang
ditetapkan sebagai cagar budaya dan buah-buahan sesuai dengan Surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. D. 1-7903/A/30/1975, tertanggal 18
Desember 1975 tentang “Penetapan Kelurahan Condet Balekambang dan
1
Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Gambaran Umum Wilayah,
(Jakarta: Oktober, 2009), h.1.
32
33
Kelurahan Kampung Tengah, Kecamatan Kramat Jati Wilayah Jakarta Timur,
sebagai daerah buah-buahan”.
Berdasarkan data sensus kependudukan yang di keluarkan oleh
Kelurahan, sampai bulan Oktober 2009 sebanyak 5.088 kepala keluarga (KK)
terdiri dari KK laki-laki: 4.405 KK dan KK perempuan: 683 KK, dengan
keseluruhan penduduk berjumlah 21.933 jiwa. Terdiri dari laki-laki: 11.631
jiwa dan perempuan: 10.302 jiwa. Dalam tabel berikut bisa kita lihat keadaan
jumlah penduduk di Kelurahan Condet Balekambang.
2
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasar Umur dan Jenis Kelamin
Umur
0–4
5-9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 – 69
70 – 74
75 - Dst
Jumlah
WNI
LK
2.575
1.258
1.318
1.134
1.022
867
701
626
539
348
441
389
156
120
78
56
11.628
PR
1.541
1.369
1.171
1.122
673
842
655
626
512
432
423
403
173
148
99
113
10.302
WNA
LK
1
1
1
3
PR
-
Jumlah
WNA+WNI
4.117
2.628
2.489
2.256
1.695
1.709
1.356
1.252
1.051
780
865
792
329
268
177
169
21.933
Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009
2
Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Penduduk berdasar umur
dan Jenis Kelamin, h. 5.
34
Jumlah prosentase penduduk menurut agama terdiri dari 97,87%
penduduk di Condet Balekambang memeluk agama Islam, 1,08% agama
Kristen Protestan, 0,92% agama Hindu, dan 0,08% agama Budha.
Luas wilayah Kelurahan Condet Balekambang adalah 167,450 hektar,
terbagi menjadi 5 RW dan 53 RT. Status tanah kelurahan Condet
Balekambang terdiri dari:
a. Tanah Negara: 22,75%
b. Tanah milik Adat: 70,08% dan
c. Tanah Wakaf: 7,16%
Dari jumlah keseluruhan luas wilayah Condet Balekambang, memiliki
tanah yang di peruntukan sebagai:
a. Perumahan: 100,47 Ha
b. Pendidikan dan Peribadatan: 6,70 Ha
c. Perkantoran: 7,53 Ha
d. Fasilitas Umum atau Balai Rakyat: 16,75 Ha
e. Pemakaman: 0,72 Ha
f. Kebun dan lain-lain: 35,28 Ha
Adapun untuk masalah tanah wakaf yang berada di wilayah tersebut
yang di prosentasekan 7,16% umumnya di pergunakan untuk bangunan
masjid dan mushola serta pemakaman umum. Sedangkan yang lainnya
digunakan untuk jalan kendaraan dan tanah kepentingan umum lainnya
misalnya untuk sekolah.
35
Pada umumnya keadaan geografis Kelurahan Condet Balekambang
berbentuk tebing dengan kemiringan antara 15 sampai dengan 30 derajat.
Sebagai adanya akibat sungai Ciliwung yang melintas wilayah Kelurahan
Condet Balekambang dan lokasi ini umumnya di tumbuhi pohon buahbuahan seperti salak, duku, melinjo, kecapi dan lainnya dan terkadang masih
terlihat binatang jenis kera dan landak, sehingga tahun 1975 Kelurahan
Balekambang ditetapkan sebagai kawasan cagar buah-buahan khas Jakarta
(Betawi) di Kelurahan Condet Balekambang yang pengawasan dan
pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta.
3
Sementara itu, keadaan iklim Kelurahan Condet Balekambang seperti
suhu rata-rata pertahun adalah 27 derajat celcius dengan tingkat kelembaban
80% sampai dengan 90%. Pada bulan November sampai dengan April, arah
angin dipengaruhi oleh angin Muson Barat, dan pada bulan Mei sampai
dengan Oktober oleh angin Muson Timur. Curah hujan rata-rata sepanjang
tahun adalah 2000 militer, di mana curah hujan seperti pada umumnya
tertinggi terjadi sekitar Januari dan terendah sekitar bulan September.
B. Latar Belakang Ekonomi dan Pendidikan
1. Latar Belakang Ekonomi
Penduduk Wilayah Condet Balekambang masyarakatnya tidak hanya
terdiri dari masyarakat asli Jakarta atau dari daerah lain di Indonesia namun
kini masyarakatnya mulai berubah dengan adanya pencampuran menerima
pendatang penduduk dari Negara asing terutama dari Negara Arab, mereka
3
Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Gambaran Umum Wilayah, h. 2.
36
berasimilasi dengan masyarakat setempat (Jakarta) baik dalam bidang sosial
ataupun budaya. Dapat kita lihat di wilayah Condet Balekambang ini
masyarakat keturunan Arab sebagian besar memiliki aktivitas sebagai
pedagang.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Benar Sigalinging:
4
“Kalau yang saya tau mah kebanyakan kerjaan orang-orang
keturunan Arab yang tinggal di sini ya sebagai pedagang minyak
wangi tapi selaen itu ada juga yang kerja buka warung makanan.”
Tentu hal ini mereka lakukan selain bertujuan untuk berputarnya
perekonomian mereka namun juga sebagai bentuk berasimilasinya mereka
dengan masyarakat setempat (Condet Balekambang) dan juga untuk
memperkuat ikatan persaudaraan mereka dengan masyarakat setempat dalam
transaksi jual-beli. Selain itu hal ini di dukung dengan adanya sikap toleransi
antar keduanya, inilah yang memudahkan mereka untuk berasimilasi.
Saat ini penduduk Condet Balekambang memiliki mata pencaharian
bermacam-macam, tetapi tidak ada data yang menjelaskan secara khusus
mengenai pekerjaan orang-orang keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang.
Namun umumnya, keadaan sosial ekonomi masyarakat Condet
Balekambang merupakan kalangan menengah ke atas. Dalam laporan tahun
2009 jumlah penduduk Condet Balekambang berdasarkan mata pencaharian
yang terlihat dalam tabel di bawah ini:
4
5
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Penduduk Berdasarkan
Mata Pencaharian, h. 11.
5
37
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No
PEKERJAAN
1
Karyawan swasta/TNI/POLRI
2
Pedagang
3
Buruh tani
4
Pensiunan
5
Pertukangan
6
Pengangguran
Jumlah
JUMLAH
PENDUDUK JIWA
4.280
5.172
485
2.254
227
89
12.707
Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009
Mayoritas penduduk Condet Balekambang adalah berprofesi sebagai
pedagang atau wiraswasta. Sekitar 4.280 dari penduduknya tercatat sebagai
karyawan swasta/TNI/POLRI, 5.172 orang sebagai pedagang, 485 orang
sebagai buruh tani, 2.254 orang sebagai pensiunan, 227 orang sebagai
pertukangan, dan sisanya 89 orang adalah pengangguran.
Kemudian masyarakat Balekambang juga memiliki sejumlah bidang
usaha untuk meningkatkan perekonomian pada masyarakat tersebut
diantaranya yaitu adanya Pembinaan Koperasi Serba Usaha (KSU). Koperasi
Serba Usaha yang ada di Kelurahan Balekambang bersama KSU agar Budaya
yang mendapat pembinaan dari Kanwil Departemen Koperasi namun
keberadaannya sampai saat ini sudah tidak aktif lagi adapun koperasi yang
ada di Wilayah Kelurahan Balekambang sebagai berikut:
6
6
Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Pembinaan Koperasi Serba Usaha
(KSU,) h. 19.
38
a) Pembinaan Koperasi Serba Usaha (KSU)
No NAMA KOPERASI
1
KSU Cagar Budaya
2
Lestari Mandiri
Jumlah
JUMLAH ANGGOTA
orang
134 orang
134 orang
Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009
b) Pembinaan Usaha Ekonomi Lemah
Pembinaan yang kami lakukan terhadap Usaha Ekonomi Lemah,
dalam bentuk pengarahan dan bantuan modal usaha PPMK tahun 2008
bidang ekonomi yang di gulirkan yang ada di Kelurahan Condet
Balekambang. Selanjutnya sesuai permintaan dan harapan Pemerintah
melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Propinsi DKI Jakarta.
Kami mengusulkan agar diadakan pembinaan langsung terhadap
usaha ekomomi lemah tersebut, sehingga dapat dicapai hasil menuju
kemandirian yang optimal, yang selanjutnya dapat diikut sertakan dalam
pameran atau bazar-bazar bagi Pengusaha Ekonomi Lemah. KSU yang ada di
Kelurahan Balekambang bersama KSU Cagar Budaya yang mendapat
pembinaan dari kanwil Departemen Koperasi.
2. Latar Belakang Tingkat Pendidikan
Adanya program pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah di
wilayah Kelurahan Condet Balekambang menjadi sebuah kebutuhan yang
sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan dan memberantas buta huruf
di wilayah tersebut. Masyarakat dengan antusias dan penuh kesadaran
menyekolahkan anak-anak mereka pada sekolah-sekolah yang telah dibangun
oleh pemerintah di wilayah tersebut.
39
Mereka menyekolahkan anak-anak mereka dari SD sampai SLTA,
adapun untuk sampai melanjutkan ke Perguruan Tinggi masyarakat hanya
sebagian kecil saja masyarakat yang mampu melanjutkannya, salah satu yang
menyebabkan hal ini adalah karena faktor perekonomian mereka yang tidak
mampu mencukupi biaya untuk sampai pada Pendidikan Perguruan Tinggi.
Bagi mereka yang berpendidikan sampai tingkat SLTA, mencoba
membantu orang tua mereka dengan bekerja misalnya membantu orang
tuanya berjualan. Wilayah Kelurahan Condet Balekambang saat ini sudah
melakukan pendataan terhadap jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan.
Adapun jumlah murid laki-laki dan perempuan di wilayah Condet
Balekambang terlihat jelas dalam tabel di bawah ini:
7
Tabel 3. Jumlah Murid Laki-Laki dan Perempuan
No
1
2
3
4
PENDIDIKAN
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat
5
Akademi/PT
JUMLAH
LK
312
513
1357
682
262
PR
338
459
1134
737
301
JUMLAH
650
972
2491
1419
563
3.126
2.969
6.095
Sumber data Kelurahan Condet Balekambang tahun 2009
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa tingkat kesadaran penduduk
akan pentingnya pendidikan cukup tinggi, sehingga banyak orang tua yang
menyekolahkan anak-anak mereka dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa tingkat kesadaran akan
7
Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Tentang Jumlah Murid Laki-laki dan
Perempuan, h. 10.
40
pentingnya pendidikan terlihat dari besarnya murid-murid yang mengenyam
pendidikan dibangku sekolah, di wilayah Condet Balekambang tersebut.
C. Hubungan Keturunan Arab dengan Masyarakat Pribumi
Hubungan keturunan Arab dengan masyarakat pribumi khususnya
masyarakat Condet Balekambang atau disebut juga dengan interaksi sosial
sering di identikan dengan adanya perasaan bersama di antara para pelakunya
serta di dalamnya terdapat suatu hubungan sosial antara individu ataupun
kelompok masyarakat, yang diakibatkan adanya interaksi sosial tersebut yang
menghasilkan sebuah sikap saling memerlukan antar satu dengan yang
lainnya.
Dalam hal ini hubungan yang saling membutuhkan dan saling
melengkapi terlihat pada masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat
sekitarnya di kelurahan Condet Balekambang.
Yang di jadikan indikator terhadap sikap saling membtuhkan kedua
komunitas tersebut yakni berada dalam kegiatan kemasyarakatan yang
berhubungan dengan nilai yang berada dalam masyarakat (sifat saling
membantu) misalnya partisipasi dalam kerja bakti, dan dalam hal menjaga
keamanan dan kenyamanan (tugas ronda) di wilayah tersebut.
Dari hasil pengamatan, penulis mendapatkan informasi baik dari
masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang yang
menceritakan keikutsertaan mereka dalam kerja bakti maupun dalam
menjalankan tugas ronda.
41
Kegiatan kerja bakti dilakukan secara bersama-sama baik keturunan
Arab maupun masyarakat Condet Balekambang, beberapa orang dari warga
keturunan Arab bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk kerja bakti
bersama untuk kepentingan umum.
Namun jika tidak bisa mengikuti kerja bakti maka mereka bisa
memberikan sumbangan. Mereka melakukan hal ini dengan alasan kesibukan
mereka dalam aktivitas kerja misalnya sebagai pedagang. Kalaupun ada yang
ikut kerja bakti bersama masyarakat Condet Balekambang, mereka ini
memang tidak sibuk dengan pekerjaannya serta sejak kecil sudah terbiasa
untuk
melakukan
pekerjaan
tersebut
bersama
masyarakat
Condet
Balekambang.
Menurut informan Salahudin bin Thohir bin Yahya:
8
“Menurut gue sih sebagai bagian dari masyarakat sini ya seneng
aja kalo diajak sama masyarakat sini buat kerja bakti, kalo ada waktu
dan nggak sibuk sama kerjaan gue sih ikut aja.”
Sedangkan kegiatan menjaga keamanan dan kenyamanan (tugas
ronda) yang dilakukan setiap malam di kelurahan Condet Balekambang
merupakan kegiatan yang menguntungkan baik bagi warga keturunan Arab
maupun warga Condet Balekambang, kegiatan ini di lakukan demi menjaga
keamanan lingkungan bersama dan memiliki satu tujuan yaitu rasa aman dan
nyaman untuk tinggal dan menetap di wilayah tersebut.
8
Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari
2010.
42
Menurut informan Bapak Benar Sigalingging:
9
“Kalo masalah tugas ronda ya memang saya sangat nganjurin
banget bahkan udah ngajak warga disini baik keturunan Arab atau
warga Condet, ayo bareng-bareng kita tugas ronda malem buat
ngejaga agar lingkungan kita aman dan nyaman gitu.”
Dari hasil observasi dan wawancara di lapangan dapat di ambil
kesimpulan bahwa hubungan sosial antara keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang terlihat dalam melakukan kerja bakti dan
kegiatan menjaga keamanan (tugas ronda ) yang di lakukan secara bersamasama baik masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet
Balekambang yang bertujuan untuk kepentingan umum, partisipasi antar
kedua belah pihak terjadi sangat baik.
9
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
BAB IV
ASIMILASI MASYARAKAT KETURUNAN ARAB DENGAN
MASYARAKAT CONDET BALEKAMBANG
A. Bentuk dan Proses Asimilasi
Komunitas keturunan Arab di sebut sebagai golongan minoritas yang
berbaur atau berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai
golongan mayoritas. Hubungan sosial yang terjadi antar keduanya melalui
bentuk dan proses asimilasi. Bentuk dari asimilasi adalah: 1
1. Asimilasi melalui perkawinan (amalgamasi)
2. Asimilasi melalui kebudayaan atau perilaku perubahan dalam pola
kebudayaan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok mayoritas
(baik secara bahasa, pakaian, dan makanan)
Kedua bentuk asimilasi diatas akan sangat berpengaruh dalam proses
terjadinya asimilasi.
Asimilasi melalui perkawinan, merupakan sebuah ikatan suci yang
sudah terjadi antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang. Kesamaan agama (Islam) sudah tentu menjadi salah satu faktor
yang memudahkan terjadinya proses asimilasi terutama dalam perkawinan
tersebut. Seperti yang sudah di jelaskan dalam bab satu sebelumnya bahwa
masyarakat keturunan Arab memiliki susunan atau strata suatu golongan
misalnya sayid dan bukan sayid.
1
Selo Soemardjan, Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 175.
43
44
Sayid adalah identifikasi diri sekelompok orang Arab yang
menyatakan dirinya sebagai golongan ‘Alawiyyin. Golongan ini beranggapan
mereka keturunan anak perempuan nabi yaitu Fatimah istri Ali bin Abi thalib.
Bagi mereka yang tidak tergolong sayid berarti tidak mempunyai garis
keturunan langsung dengan Nabi Muhammad Saw. Strata sayid di atas sangat
berkaitan terutama bagi komunitas keturunan Arab yang melangsungkan
asimilasi perkawinan dengan masyarakat Condet Balekambang, bagi
keturunan Arab strata sayid bertujuan agar garis keturunan mereka tidak
terputus. Sedangkan strata tidak sayid tidak berpengaruh atau berkaitan bagi
garis keturunan Arab dalam melangsungkan asimilasi perkawinan dengan
masyarakat Condet Balekambang.
Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, ditemukan adanya warga
keturunan Arab yang tergolong sayid yang menjelaskan bahwa mereka
memiliki keluarga yang menikah dengan warga Condet Balekambang (anak
laki-laki keturunan Arab yang menikah dengan warga Condet), hal ini
menurut mereka (keturunan Arab) bertujuan untuk menjaga garis keturunan
mereka.
Seperti yang diungkapkan oleh Umi Seli: 2
“Kalo anak perempuan saya mau nikah, dia harus nikah dengan
laki-laki Arab, tapi kalo anak laki-laki saya menikah terserah dia mau
milih nikah dari keturunan Arab atau gak dari keturunan Arab.”
Sedangkan bagi masyarakat keturunan Arab yang tidak tergolong
sayid, tidak mempermasalahkan anak mereka harus menikah dengan siapa
(baik dari keturunan Arab maupun sebaliknya).
2
Wawancara Pribadi dengan Umi Seli, Condet Balekambang, 30 Januari 2010.
45
Menurut mereka Allah SWT telah menciptakan hamba-hambanya dari
berbagai suku dan bangsa untuk saling mengenal, bahkan sampai menikahpun
tidak harus dari keturunan Arab.
Seperti yang dikatakan oleh Salimah Al-Jufri: 3
“Saya mah ngasih kebebasan aja ma anak-anak untuk nikah
sama sapa aja, mau dari keturunan Arab atau nggak dari keturunan
Arab yaa nggak masalah.”
Kemudian dalam melangsungkan adat pernikahan keturunan Arab
dengan masyarakat Condet Balekambang kita akan menemukan adanya
perpaduan budaya campuran (asimilasi budaya sekaligus proses asimilasi
yang sudah terjadi di dalamnnya) dari masyarakat Arab dan Betawi (Condet
Balekambang). Asimilasi melalui perkawinan yang mereka gunakan
disesuaikan dengan tatacara dalam Islam salah satunya adanya peminangan.
Sedangkan adat tambahan dari keturunan Arab yaitu adanya (malam
pacar) yaitu malam sebelum hari akad calon pengantin perempuan melakukan
tradisi yang biasa di lakukan calon pengantin perempuan pada tradisi Arab
yaitu pasang pacar di kuku calon mempelai perempuan yang dilakukan
kerabat dekat dari perempuan terutama teman-teman dari mempelai
perempuan (yang dilakukan keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang) yang secara bergantian memasangkan pacar di kuku calon
pengantin sambil mendoakannya.
Kemudian terdapat pula adanya (tarian syamar) yaitu tarian orang
Arab yang hanya di lakukan oleh kaum laki-laki saat resepsi pernikahan,
mereka biasanya menari japin sambil memutarkan badannya mengikuti irama
3
Wawancara Pribadi dengan Salimah Al- Jufri, Condet Balekambang, 30 Januari 2010.
46
gendang (yang dilakukan oleh keturunan Arab dengan warga Condet
Balekambang). Adanya malam pacar dan tarian syamar, terungkap dari
pernyataan baik informan dari keturunan Arab maupun informan dari
masyarakat Condet Balekambang.
Seperti yang diungkapkan oleh Salahuddin bin Thohir bin Yahya: 4
“Emang bener kalo lagi da acara nikahan dari orang-orang
keturunan Arab ma orang pribumi, yang namanya malem pacar dan
tarian syamar udah jadi tradisi orang-orang kita yang wajib di adain.”
Sama halnya yang diungkapkan oleh Ibu Bulan Indah: 5
“Yang saya tahu malem pacar dan nari syamar itu memang ada
di acara nikahan orang-orang keturunan Arab yang udah di siapin ma
mereka buat ngeramein acara nikahan apalagi di situkan kita bisa tahu
ternyata ya masih ada adat Arab yang menarik untuk bisa kita lihat
dan pelajari.”
Selanjutnya adanya permainan musik marawis yang di meriahkan
dalam acara pernikahan tersebut, baik orang-orang keturunan Arab maupun
masyarakat Condet Balekambang bersama-sama bermain memainkan musik
marawis tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh Via: 6
“Temen saya ada yang kawin ma keturunan Arab, biar mereka
bisa ngeramein acara nikahan itu biasanya mereka memang nggak
lepas dari yang namanya nampilin maen musik marawis.”
4
Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari
2010.
5
Wawancara Pribadi dengan Ibu Bulan Indah, Condet Balekambang, 26 Januari 2010.
6
Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010.
47
Sama halnya yang di katakan oleh saudara Tomy: 7
“kalo pada dateng ke acara nikahan keturunan Arab, bakal di
temuin adanya orang-orang kite yang ikut-ikutan maen marawis ma
orang-orang keturunan Arab.”
Serta adanya pakaian yang digunakan keturunan Arab saat menikah
adalah pakaian jubah, sedangkan dari masyarakat Condet Balekambang
menggunakan adat Betawi.
Seperti yang di ungkapkan oleh Via: 8
“Biasanya yang saya liat kalo laki-laki keturunan Arab nikah ma
orang pribumi, laki-lakinya biasanya makai baju jubah sedangkan kalo
cewenya yaa makai baju Betawi.”
Dengan berasimilasinya dua komunitas tersebut melalui pernikahan
dan melalui budaya, maka di dalamnya sudah terjadi proses asimilasi dengan
saling menyesuaikan diri untuk bisa menerima perbedaan budaya masingmasing terutama bagi masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok
minoritas yang berbaur dengan masyarakat Condet Balekambang sebagai
kelompok mayoritas.
Selain asimilasi adat atau budaya perkawinan yang telah di jelaskan
diatas, masih ada satu lagi adat yang akan kita temukan
dalam proses
asimilasi adat pernikahan laki-laki keturunan Arab dengan wanita Betawi
(Condet Balekambang). Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, di
temukan adanya warga keturunan Arab yang menjelaskan bahwa pernikahan
yang terjadi antara laki-laki keturunan Arab dengan wanita Betawi (Condet
Balekambang) dalam persiapan pernikahan, barang-barang yang di butuhkan
7
8
Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010.
Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010.
48
seperti pakaian pengantin, tempat tinggal mereka dan lain-lain. Semuanya di
siapkan oleh calon pengantin laki-laki dari keturunan Arab.
Seperti yang di paparkan oleh Bapak Khalid: 9
“Udah jadi kewajiban calon pengantin laki-laki, buat nyiapin
segala macem barang-barang yang dibutuhkan kalo udah siap mau
nikah.”
Sedangkan Bentuk asimilasi melalui kebudayaan yang dimaksud
adalah perubahan pola kebudayaan dengan menyesuaikan diri dengan
kelompok mayoritas seperti cara berpakaian, berbahasa, dan cara membuat
makanan. Bentuk asimilasi kebudayaan yang telah di jelaskan tersebut akan
menjadi hal penting untuk mengetahui terjadinya proses asimilasi di
dalamnya.Dalam hubungannya dengan penelitian terhadap masyarakat
keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang di wilayah tersebut,
masih perlu di buktikan kebenarannya. Guna keperluan tersebut akan
dilakukan observasi dari kedua belah pihak. Dari segi yang akan di paparkan
di atas (makanan, pakaian, upacara pernikahan, serta bahasa) akan di jadikan
ukuran mencari jawaban permasalahannya.
Dari segi makanan dan pakaian, masyarakat keturunan Arab telah
beradaptasi pada makanan Indonesia begitupun cara berpakaian merekapun
sudah mengikuti pakaian Indonesia, khususnya sudah mengikuti tradisi dari
masyarakat Condet Balekambang.
9
Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009.
49
Bentuk asimilasi kebudayaan diatas terungkap dari pernyataan
beberapa informan yang menceritakan bagaimana mereka bisa (proses)
berasimilasi antara warga keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang.
Seperti yang diungkapkan informan Bapak Khalid: 10
“Karna saya udah lama tinggal di daerah Condet ini, jadi kalo
adat apapun baik dari cara berpakaian atau ngebuat makanan ya udah
ngikutin tradisi orang-orang disini.”
Sama halnya yang di ungkapkan oleh Umi Seli: 11
“Kalo saya buatin makanan atau masakan yaa udah ngikutin
tradisi di masyarakat sini, gitu juga kalo cara kita pada berpakaian
nggak ada yang beda kok sama aja dengan warga sini.”
Sedangkan mengenai bahasa yang di gunakan masyarakat keturunan
Arab dalam berkomunikasi dengan masyarakat Condet Balekambang, mereka
menggunakan bahasa Indonesia.
Seperti yang diungkapkan oleh Salahuddin bin Thohir bin Yahya: 12
“Kalo gue sih ngobrol ma temen-temen atau sapa aja ya gue
samain aja sama mereka makai bahasa Indonesia.”
Sedangkan bagi masyarakat Condet Balekambang menurut mereka
berkomunikasi dengan bahasa Indonesia sangat memudahkan mereka untuk
bisa berbicara. Hal ini menurut mereka disebabkan karena antar mereka mau
berasimilasi dengan saling bersikap toleransi dan simpati, salah satunya
dalam berbahasa.
10
Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009.
Wawancara Pribadi dengan Umi Seli, Condet Balekambang, 30 Januari 2010.
12
Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari
2010.
11
50
Seperti yang diungkapkan Tomy: 13
“Nggak ada kesulitan kalo ngomong ma orang-orang keturunan
Arab soalnya mereka kan udah bisa dan terbiasa nyesuein pake bahasa
Indonesia.”
Sama halnya yang diungkapkan Ibu Bulan Indah: 14
“Saya punya temen keturunan Arab, dia itu bisa berbahasa Arab
tapi kalo dia lagi ngobrol sama saya ya dianya nyamain pake bahasa
Indonesia yang kebetulan dia udah bisa dan lebih seneng berbahasa
Indonesia.”
Dari gambaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa baik
masyarakat keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang,
berbaur bersama (berasimilasi) melalui perkawinan dan menyesuaikan diri
melalui budaya (bahasa, makanan, pakaian), dari dua bentuk asimilasi
tersebut di dalamnya sudah terjadi proses asimilasi baik dari masyarakat
keturunan Arab maupun dari masyarakat Condet Balekambang. Dengan
adanya proses asimilasi menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
kebudayaan kelompok minoritas (keturunan Arab) kepada kelompok
mayoritas (masyarakat Condet Balekambang).
Proses asimilasi mengarah pada perubahan perilaku masyarakat
keturunan Arab yang terlihat dari sikap menerimanya perbedaan adat-istiadat
dari masyarakat Condet Balekambang. Dengan berasimilasinya melalui
perkawinan dari dua komunitas tersebut, mereka sudah bisa menerima
perbedaan adat atau budaya masing-masing yang digunakan seperti adanya
adat malam pacar, tarian syamar yang dilakukan oleh keturunan Arab
bersama masyarakat Condet Balekambang, bermain musik marawis, dan
13
Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010.
14
Wawancara Pribadi dengan Ibu Bulan Indah, Condet Balekambang, 26 Januari 2010.
51
berpakaian (jubah) yang digunakan keturunan Arab sedangkan masyarakat
Condet Balekambang mengggunakan adat Betawi.
Serta dalam berkomunikasi bahasa kedua komunitas tersebut bersamasama menggunakan bahasa Indonesia. Sebagai kelompok minoritas yang
tinggal dan menetap berpuluh tahun berbaur dengan masyarakat Condet
Balekambang, adat atau budaya dari masyarakat keturunan Arab hanya
terlihat dalam adat perkawinan saja namun adat tersebutpun sudah mulai di
tinggalkan oleh mereka karena mereka sudah berasimilasi mengikuti adatistiadat dari masyarakat Condet Balekambang. Jadi adanya perbedaan etnis
tidak menghambat masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet
Balekambang untuk berasimilasi.
B. Faktor Yang Mendukung Asimilasi
Asimilasi sebagai proses sosialisasi antara komunitas keturunan Arab
dengan masyarakat Condet Balekambang akan berjalan dengan baik jika
diantara dua komunitas tersebut memiliki factor-faktor yang mendukung
asimilasi. Faktor-faktor yang mendukung terjadinya asimilasi yaitu:
1.
Adanya sikap toleransi budaya
2.
Perkawinan campuran dan
3.
Adanya kesamaan agama 15
Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan, ditemukan adanya
ketiga faktor diatas yang menjadi pendukung proses terjadinya asimilasi
masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang.
15
Selo Soemardjan, Streotip Etnik Asimilasi, Integrasi Sosial, h. 197.
52
Dengan adanya faktor toleransi budaya atau sikap saling menghargai
adat-istiadat seperti dalam berbahasa, cara membuat makanan, dan cara
berpakaian menjadi faktor yang memudahkan terjadinya proses asimilasi
antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang
dilokasi penelitian. sikap toleransi budaya tersebut terungkap dari pernyataan
beberapa informan.
Seperti yang diungkapkan oleh informan Salimah Al- Jufri:16
“Buat gue yang penting bergaul ma masyarakat disini sih tinggal
gimana kita saling ngargain aja deh, ya mau dari cara berbahasa, cara
berpakain ampe ngebuat makanan ya ngikutin tradisi masyarakat di
sini aja.”
Sama halnya yang diungkapkan oleh informan Bapak Benar
Sigalingging: 17
“Menurut saya sih bergaul ma keturunan Arab di daerah sini ya
saling toleran aja ma masing-masing budaya, kan enak kalo samasama akur.”
Selanjutnya faktor yang mendukung asimilasi melalui perkawinan
campuran yaitu perkawinan yang terjadi antara masyarakat keturunan Arab
dengan masyarakat Condet Balekambang. Sikap saling menghargai atau
menerima etnis yang berbeda dalam sebuah perkawinan tentu akan sangat
memudahkan terjadinya asimilasi.
16
17
Wawancara Pribadi dengan Salimah Al-Jufri, Condet Balekambang, 30 Januari 2010.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
53
Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan informasi dari masyarakat
keturunan Arab maupun masyarakat Condet Balekambang yang menceritakan
sikap dari dua komunitas tersebut yang saling terbuka (toleransi) dalam
menerima perkawinan yang berbeda etnis.
Seperti yang diungkapkan oleh informan Aci: 18
“Menurut saya nggak ada masalah ya kalopun ada orang kita
yang kawin ma keturunan Arab, yang penting mereka kan sama-sama
suka dan punya satu aqidah yang sama gitu”
Sedangkan menurut informan Umi Seli: 19
“Saya ngerasa seneng aja kalo da masyarakat di luar keturunan
Arab ada yang mau nikah ma keturunan Arab, kalopun kita beda
budaya toh bukan berarti kita nggak boleh nikah kan.”
Sama halnya yang diungkapkan Bapak Benar: 20
“Menurut saya biarin aja ya kalo ada orang keturunan Arab yang
mau nikah sama masyarakat sini, kan itu pilihan mereka yang mau
nikah sama sapa aja.”
Dan yang terakhir yaitu adanya kesamaan agama ((Islam). Dalam
kehidupan sehari-hari faktor agama menjadi suatu hal yang sangat penting
menjadi pendorong terwujudnya asimilasi sosial yang baik. Adanya nilai,
ajaran etika sosial dan perilaku keagamaan yang dimiliki oleh tiap-tiap
individu bertujuan untuk terciptanya hubungan yang harmonis antara
keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang serta dengan
adanya agama menghilangkan perbedaan diantara mereka baik dari segi etnis
maupun budaya yang memang sama-sama memiliki latar belakang yang
berbeda.
18
Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009.
Wawancara Pribadi dengan Umi Seli, Condet Balekambang, 30 Januari 2010.
20
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
19
54
Islam sebagai agama yang memiliki ajaran yang universal banyak
dianut oleh masyarakat keturunan Arab ataupun masyarakat Condet
Balekambang yang sebagian besar berasal dari masyarakat Betawi, dalam
ajaran Islam terdapat berbagai doktrin dan ajaran yang harus dilakukan dan
ditaati oleh masing-masing individu, sehingga memunculkan adanya ikatan
tali persaudaraan dan sikap kekeluargaan antara indidu yang satu dengan
yang lainnya.
Salah satu sifat yang masih membudaya dan sudah menjadi tradisi
antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang
ialah kegiatan keagamaan yang masing-masing saling mengamalkan ilmu
agamanya sebagai bentuk kerjasama dalam mensyiarkan ajaran Islam di
lingkungan masyarakat setempat.
Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa faktor agama
khususnya agama Islam merupakan faktor yang paling kuat, karena dengan
adanya kegiatan keagamaan ini dapat mewujudkan suatu persatuan dan
kesatuan antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang yang memiliki perbedaan adat-istiadat budaya. Kegiatan
keagamaan yang dilakukan seperti Maulid Nabi SAW, merayakan Hari Raya
Idul Fitri dan Idul Adha.
Kegiatan yang di selenggarakan secara bersamaan seperti peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan setiap tahun di Kelurahan
Condet Balekambang merupakan salah satu acara tahunan yang tidak bisa
dipisahkan oleh kedua masyarakat tersebut. Kegiatan ini tentu melibatkan
panitia gabungan dari orang-orang keturunan Arab dengan masyarakat
55
Condet Balekambang, Dalam kegiatan ini jelas terlihat kerjasama antara
masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang. Kedua
kelompok masyarakat tersebut saling tolong menolong memberikan bantuan
baik material maupun jasa untuk terlaksananya acara tersebut dengan lancar.
Bantuan material dapat dilihat dalam acara tersebut yaitu masyarakat
keturunan Arab tidak lupa memberikan bantuan kepada anak-anak yatim
piatu khususnya pada masyarakat Condet Balekambang yang ada di
sekitarnya, begitupun masyarakat Condet Balekambang yang memiliki rizki
yang banyak ikut berpartisipasi memberikan bantuannya kepada anak-anak
yatim, bantuan yang di berikan biasanya berupa uang dan sembako yang di
berikan kepada anak-anak yatim. Bantuan ini biasanya di salurkan melalui
yayasan sosial di Kelurahan Condet Balekambang yang bernama Al- Hawi.
Sedangkan bantuan dalam bentuk jasa antara masyarakat keturunan
Arab
dengan
masyarakat
Condet
Balekambang
bekerjasama
dalam
menyiapkan konsep acara, mereka saling bertukar pikiran atau pendapat
bagaimanakah acara Maulid Nabi Muhammad SAW dapat berjalan dengan
lancar.
Dari pengamatan di lokasi penelitian, penulis menemukan beberapa
informasi yang berkaitan dengan asimilasi kegiatan keagamaan yang di
lakukan oleh masyarakat keturunan Arab dan masyarakat Condet
Balekambang.
56
Berdasarkan hasil wawancara dengan saudara Tomy: 21
“Kalo lagi ada Maulid Nabi SAW, bukan orang kita aja yang
pada ngikut dalam acara itu tapi ada juga orang-orang keturunan Arab
termasuk para habaib yang ngisi ceramah trus ada santunan anak
yatim dan penampilan marawis yang di tampilin ma orang-orang kita
yang gabung dengan keturunan Arab”
Sama halnya yang diungkapkan oleh Aci: 22
“Emang biasanya yang saya tau kalo ada Maulid Nabi SAW
orang-orang keturunan Arab pada ngasih sembako ama santunan anak
yatim, biasanya mereka ngasih buat tetangga sini yang deket
rumahnya dengan mereka gitu.”
Kegiatan keagamaan lainnya seperti perayaan Idul Fitri dan Idul Adha
yang dilakukan oleh masyarakat keturunan Arab bersama masyarakat Condet
Balekambang. Pada Perayaan Idul Fitri masyarakat keturunan Arab berbaur
bersama
dengan
masyarakat
Condet
Balekambang
untuk
saling
bersilahturahmi dan bermaafan.
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Khalid: 23
“Bagi saya, ya udah jadi kebiasaan kita ya orang-orang
keturunan Arab buat ngunjungi para tetangga disini untuk saling
bermaafan, gitu juga masyarakat disini ada juga yang pada dateng
kerumah saya untuk bermaaf-maafan.”
Sama halnya yang di katakan oleh Bapak Benar Sigalingging: 24
“Kalo lebaran memang udah jadi tradisi kita buat bermaafmaafan sama sapa aja termasuk orang-orang keturunan Arab, lagi pula
kadang malah mereka duluan yang minta maaf sama kita.”
Kemudian pada perayaan Idul Adha, masyarakat keturunan Arab dan
masyarakat Condet Balekambang saling bekerjasama menyambut hari raya
tersebut. Asimilasi warga keturunan Arab dengan masyarakat Condet
21
Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010.
Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009.
23
Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009.
24
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
22
57
Balekambang terlihat dari adanya masyarakat Condet Balekambang yang ikut
menjual (pembantu) hewan Qurban bersama keturunan Arab.
Seperti yang dikatakan oleh Salahudin: 25
“Gue sih seneng dan trimakasih banget buat temen-temen gue
yang udah bantu gue ngejualin hewan-hewan qurban di daerah Condet
ini.”
Sama halnya yang diungkapkan oleh Tomy: 26
“Kalo ada keturunan Arab yang minta bantuin ngejualin hewan
qurban ya saya mau aja, toh udah jadi pekerjaan saya kalo setiap Idul
Adha ngebantu masyarakat di sini ngejual hewan-hewan qurban gitu.”
Dalam menyambut Hari Raya tersebut masyarakat keturunan Arab
dengan masyarakat Condet Balekambang yang memiliki usaha sebagai
pengusahha sapi dan kambing perah bersama-sama menjual hewan qurban,
yang akan dijual untuk menyambut Hari Raya tersebut.
Di bawah ini akan kita lihat laporan dari Kelurahan Condet
Balekambang nama-nama pengusaha sapi dan kambing perah pada tahun
2009.
Tabel 4. Nama-Nama Pengusaha Sapi dan Kambing Perah
Di Wilayah Kelurahan Condet Balekambang Kecamatan Kramat Jati
Kota Administrasi Jakarta Timur
No
Nama
Alamat
1
Haironih
2
M. Amin
3
H. Saamin
Jl. Pangeran
006/02
Jl. Kramat Growak 14 Ekor RT. 007/05
Jl. AMD 28 RT. 12 Ekor -
25
Jenis Ternak
Sapi
Kambing
RT. 7 Ekor -
Ket
Sapi perah
Sapi perah
Sapi perah
Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya, Condet Balekambang, 5 Januari
2010.
26
Wawancara Pribadi dengan Tomy, Condet Balekambang, 31 Januari 2010.
58
004/05
4
Habib
Jl. Gardu Kober RT. 80 Ekor 400 Ekor
Salim
008/05
5
Nanto
JL. AMD 28 RT. 24 Ekor 004/05
Jumlah
137
400 Ekor
Ekor
Sumber Data Kelurahan Condet Balekambang Tahun 2009.
Sapi dan
kambing
Sapi perah
Dari tabel di atas jenis ternak sapi berjumlah 137 ekor dan kambing
perah berjumlah 400 ekor hewan ini dijual pada musim haji atau bertepatan
pada hari raya Idul Adha. 27
Dari gambaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang
mendukung asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang di lokasi penelitian ialah (1) adanya sikap toleransi budaya atau
sikap saling menghargai dalam adat-istiadat seperti dalam berbahasa, cara
membuat makanan, dan cara berpakaian mereka terutama bagi masyarakat
keturunan Arab yang sudah mengikuti adat atau budaya dari masyarakat
Condet
Balekambang,
namun
sebaliknya
bagi
masyarakat
Condet
Balekambang tetap menghargai mereka sebagai etnis yang juga memiliki
budaya berbeda, (2) adanya perkawinan campuran yaitu dari hasil penelitian
ditemukan orang-orang keturunan Arab yang menikah dengan masyarakat
Condet Balekambang, bagi mereka perkawinan yang terjadi dengan
perbedaan etnis menjadi suatu hal baru untuk bisa saling mengenal dan
menerima adat-istiadat yang berbeda, serta (3) adanya kesamaan agama
(Islam) menjadi faktor yang sangat penting terwujudnya asimilasi yang
27
Laporan Tahunan Kelurahan Condet Balekambang, Daftar Nama-Nama Pengusaha Sapi dan
Kambing Perah, h. 36.
59
terjadi bagi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet
Balekambang yang sebagian besar beragama Islam.
Berasimilasinya dua komunitas tersebut terlihat dalam kegiatan
keagamaan yang di lakukan secara bersama-sama seperti dalam acara Maulid
Nabi SAW, hari Raya Idul Fitri dan hari Raya Idul Adha yang penuh dengan
suasana kebersamaan antara mereka. Ketiga faktor diatas yang terjadi dalam
berasimilasi tentu akan mengarah untuk terwujudnya integrasi sosial.
C. Faktor Yang Menghambat Terjadinya Asimilasi
Proses sosialisasi asimilasi masyrakat keturunana Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang tidak akan berjalan lancar bila diantara dua
komunitas tersebut masih terdapat faktor yang menghambat mereka untuk
berasimilasi.
Menurut Hendropuspito dalam bukunya Sosiologi Sistematik,
menjelaskan bahwa faktor yang menghambat asimilasi adalah: 28
1.
Unsur ras dan warna kulit yang jauh berbeda antara suku yang
satu dengan yang lainnya (ras kulit hitam, putih, dan ras kulit
kuning) serta
2.
Faktor psikologis (sikap superior dari golongan etnis yang merasa
dalam segala hal merasa dirinya lebih tinggi)
Dari hasil pengamatan, penulis mendapatkan informasi terutama dari
masyarakat Condet Balekambang yang merasakan adanya hambatan dalam
berasimilasi dengan masyarakat keturunan Arab yaitu adanya perbedaan
28
Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, h. 233-234.
60
unsur ras dan warna kulit di antara mereka. Bagi masyarakat Condet
Balekambang yang berbaur dengan keturunan Arab, orang–orang keturunan
Arab di nilai oleh masyarakat Condet Balekambang sebagai komunitas yang
menyombongkan diri dari unsur ras dan warna kulit yang berbeda yaitu
orang-orang keturunan Arab yang merasa dirinya lebih bagus bentuk fisiknya
dan warna kulitnya dari pada orang-orang pribumi khususnya dengan
masyarakat Condet Balekambang. Tetapi hal ini terjadi hanya pada sebagian
kecil saja dari warga keturunan Arab, dimana perasaan atau sikap seperti ini
biasanya di lakukan oleh anak-anak keturunan Arab yang suka mengejek
anak-anak pribumi.
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Bulan Indah: 29
“Kalo yang saya tau ya memang anak-anak keturunan Arab itu
ada sebagian yang memang suka iseng ngejek temen-temennya
khususnya anak-anak pribumi misalnya katanya kalo orang Arab tu
hidung mancung dan wajahnya cakep-cakep di banding ma orang kita
gitu.”
Sama halnya yang dikatakan oleh Bapak Benar Sigalingging: 30
“Biasenye sih anak-anak keturunan Arab yang pada belagu
dengan fisiknya atau ngersa lebih cakep dah dari orang-orang kita,
mereka pada iseng aje ngata-ngatain anak pribumi tapi biarin aja dah
namanya juga anak-anak, nggak usah ditanggepin.”
Serta faktor berikutnya yang menghambat asimilasi adalah adanya
faktor psikologis. Faktor psikologis adalah sikap superior dari golongan etnis
yang merasa dalam segala hal dirinya lebih tinggi. Sikap seperti ini umumnya
ditunjukkan oleh orang-orang keturunan Arab kepada masyarakat Condet
Balekambang. Sikap yang ditunjukkan salah satunya adalah melekatnya
29
30
Wawancara Pribadi dengan Ibu Bulan Indah, Condet Balekambang, 26 Januari 2010.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
61
identitas para habaib dalam diri mereka, yang ingin selalu dihargai atau di
hormati orang-orang pribumi khususnya dengan masyarakat Condet
Balekambang.
Dari hasil pengamatan penulis mendapatkan informasi adanya orangorang keturunan Arab yang memiliki sikap superior yang berasimilasi dengan
masyarakat Condet Balekambang. Sikap superior ini di identikan adanya
panggilan habaib bagi orang-orang keturunan Arab yang dimanfaatkan oleh
mereka agar di hormati atau disegani oleh masyarakat Condet Balekambang.
Hal ini terungkap dari beberapa pernyataan dari masyarakat Condet
Balekambang yang disampaikan kepada penulis.
Seperti yang diungkapkan oleh Aci: 31
“Kalo saya sih kurang suka aja ngeliat orang-orang kita tu yang
terlalu berlebihan ngormati orang-orang keturunan ditambah kadangkadang ada masyarakat sini yang sebenernya nggak tau sebutan
habaib tu khusus buat sapa, kebanyakan setiap orang Arab itu di
bilang mereka habaib gitu, ya jelaslah keawaman mereka tentang
habaib di manfatin deh ma keturunan Arab yang mungkin agar di
segeni ma orang-orang kita padahal mereka bukanlah habaib.”
Begitu juga yang diungkapkan oleh Via: 32
“Yaa sebenernya sebutan habaib itukan memang untuk orangorang keturunan yang mungkin bener-bener masih ada silsilah dengan
Nabi, tapi sayangnya ada sebagian orang-orang keturunan Arab itu
yang manfaatin gunain sebutan habaib cuma karna mau di segani oleh
masyarakat disini.”
Sama halnya yang diungkapkan oleh Bapak Benar Sigalingging: 33
“Orang-orang keturunan Arab itu ya bangga banget kalo di
panggil sebutan habaib sama orang-orang kita, biasanya kalo ada
acara Maulid orang-orang kita ya pada rebutan nyium tanggan
mereka, saking ngormati mereka gitu.”
31
Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009.
Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010.
33
Wawancara Pribadi dengan Bapak Benar Sigalingging, Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
32
62
Dari gambaran diatas dapat diambi kesimpulan bahwa faktor yang
menghambat asimilasi masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat
Condet Balekambang di lokasi penelitian ialah (1) adanya perbedaan unsur
ras dan warna kulit yang berbeda, perbedaan tersebut membuat masyarakat
Condet Balekambang merasa sedikit tersinggung dengan perkataan dari
sebagian masyarakat keturunan Arab bahwa masyarakat keturunan Arab
adalah etnis yang sempurna (bagus) dari segi fisik mereka dibandingkan
dengan masyarakat Condet Balekambang, hal ini dinilai oleh masyarakat
Condet Balekambang sebagai sikap yang menyinggung perasaan (masyarakat
Condet) dan sikap yang menghambat mereka untuk berasimilasi.
Serta (2) adanya sikap superior dari golongan etnis yang merasa dalam
segala hal dirinya lebih tinggi. Sikap tersebut terlihat dari sikap sebagian
masyarakat keturunan Arab yang ingin di hormati atau disegani oleh
masyarakat Condet Balekambang, yang biasanya sikap tersebut tertuju
kepada para habaib dari keturunan Arab. Identitas habaib yang melekat pada
keturunan Arab ini dimanfaatkan oleh mereka (keturunan Arab) agar orangorang pribumi khususnya masyarakat Condet Balekambang mencintai mereka
seperti mencintai Nabi SAW.
Sikap tersebut biasanya terlihat pada sebagian masyarakat keturunan
Arab,
namun
bagi
masyarakat
Condet
Balekambang
tidak
terlalu
mempermasalahkan kedua hal di atas. yang terpenting bagi masyarakat
Condet Balekambang adalah perbedaan etnis tidak membuat mereka terpecah
belah dalam masyarakat.
63
Jadi walaupun proses asimilasi sedikit terhambat oleh kedua hal
diatas, namun di butuhkan adanya sikap dari dua komunitas tersebut untuk
menghilangkan sikap negatif yang ada dalam diri mereka dan dengan
berasimilasinya mereka secara perlahan-lahan mau tidak mau proses asimilasi
akan tetap berjalan.
D. Akibat Asimilasi
Adanya sikap toleransi dan simpati yang ditunjukkan oleh warga
keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang ataupun sebaliknya
dalam berasimilasi, maka secara perlahan-lahan atau bertahap kelompok
minoritas (keturunan Arab) akan kehilangan identitas etnik mereka dalam
budaya (berbahasa, membuat makanan, dan cara berpakaian) yang
membedakan mereka dari kelompok mayoritas (masyarakat Condet
Balekambang).
Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya
Komunikasi Antar Budaya, salah satu akibat dari asimilasi adalah kelompok
minoritas kehilangan keunikannya dan menyerupai kelompok mayoritas.34
Pernyataan tersebut terjadi pada komunitas keturunan Arab sebagai
kelompok
minoritas
yang
berasimilasi
dengan
masyarakat
Condet
Balekambang sebagai kelompok mayoritas, dimana komunitas keturunan
Arab kehilangan ciri khas atau keunikkan adat-istiadatnya. Sebagai etnis yang
memiliki adat-istiadat timur tengah yang kemudian menyerupai atau
berasimilasi dengan adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang.
34
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, h.161.
64
Salah satu ciri khas dari keturunan Arab adalah bisa berbahasa Arab,
namun bergaul dengan masyarakat Condet Balekambang membuat mereka
perlahan-lahan meninggalkan bahasa Arab dan mereka lebih memilih
menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan masyarakat
Condet Balekambang.
Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan beberapa pernyataan
terutama dari masyarakat keturunan Arab sebagai kelompok minoritas yang
langsung merasakan akibat dari asimilasi namun juga berpengaruh bagi
masyarakat Condet Balekambang sebagai kelomopok mayoritas yang
merasakan akibat dari asimilasi.
Seperti yang di katakan oleh informan Bapak Khalid: 35
“Bagi saya ya memang karna udah lama tinggal di daerah ini ya
tentunya yang namanya adat-istiadat sendiri nggak slamanya bisa
bertahan, buktinya aja bahasa yang saya pake bukan bahasa Arab tapi
malah bahasa Betawi, gitu.”
Sama halnya menurut Salimah Al-Jufri: 36
“Kalo masalah adat gue sama kluarga sih udah ngikutin adat
masyarakat Condet ,misalnya aja kalo dulu gue masih bisa ngerasain
makanan khas Arab kalo sekarang sih dah nyesuein sama makanan
msyarakat sini.”
Sedangkan menurut informan Aci: 37
“Yang Aci tau kenal sama orang-orang keturunan Arab, adat
atau budaya mereka biasanya cuma keliatan pas ada acara kawinan
aja, selebihnya mereka pada ngikutin tradisi orang-orang kita katanya
mereka sih budaya kita itu lebih unik dibandingi budaya mereka.”
35
Wawancara Pribadi dengan Bapak Khalid, Condet Balekambang, 26 November 2009.
Wawancara Pribadi dengan Salimah Al-Jufri, Condet Balekambang, 30 Januari 2010.
37
Wawancara Pribadi dengan Aci, Condet Balekambang, 23 November 2009.
36
65
Sama halnya yang di ungkapkan oleh Via: 38
“Sebenernya warga keturunan Arab yang tinggal di daerah ini
mereka itu nggak punya budaya yang khas seperti kita soalnya mereka
kan udah turun-temurun berbaur sama masyarakat Condet, jadi
mereka tinggal nyamain aja dah sama budaya kita.”
Dari gambaran diatas dapat diambil kesimpulan bahwa akibat dari
asimilasi yaitu kelompok minoritas (keturunan Arab) kehilangan ciri khas
atau keunikannya dalam adat-istiadat Arab yang kemudian berasimilasi
menyerupai adat atau budaya kelompok mayoritas (masyarakat Condet
Balekambang).
Masyarakat keturunan Arab sebagai kelompok minoritas pada
dasarnya mempunyai budaya Timur Tengah (Arab) namun sudah tinggal dan
menetapnya mereka berpuluh-puluh tahun terutama di daerah Condet
Balekambang mengakibatkan hilangnya budaya mereka secara perlahanlahan dan mulai menyesuaikan diri dengan budaya masyarakat Condet
Balekambang. Misalnya saja mereka memiliki budaya sendiri dalam
membuat makanan khas Arab namun dengan menetapnya mereka di wilayah
Condet membuat mereka menyesuaikan adat membuat makanan khas
masyarakat Condet Belekambang (adat Betawi) serta dalam berbahasapun
dengan masyarakat Condet keturunan Arab menggunakan bahasa Jakarta
(Betawi).
Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan informasi bahwa jelas
yang merasakan akibat dari asimilasi adalah warga keturunan Arab. Dari
pemaparan warga keturunan Arab adat atau budaya yang mereka miliki
tidaklah membuat mereka terikat sepenuhnya untuk berada pada budaya khas
38
Wawancara Pribadi dengan Via, Condet Balekambang, 9 Januari 2010.
66
mereka dari Arab, bahkan mereka sadar bahwa tinggal dan menetap di suatu
daerah atau wilayah akan bertemu dengan beragam etnis yang tentunya akan
mempengaruhi sikap mereka dalam menerima perbedaan budaya bahkan akan
mulai kehilangan budaya sendiri yang kemudian akan mengikuti budaya dari
masyarakat Condet Balekambang (budaya Betawi). Sedangkan pemaparan
dari masyarakat Condet terhadap keberadaan masyarakat keturunan Arab di
wilayah mereka ditanggapi sebagai kelompok minoritas yang berasimilasi
atau berbaur lebih menyesuaikan dengan budaya masyarakat Condet
Balekambang.
Keunikan adat-istiadat masyarakat Condet Balekambang yang berasal
dari Betawi membuat warga keturunan Arab tertarik untuk bisa berbaur dan
bisa menerima perbedaan adat-istiadat tersebut. Begitupun sebaliknya
masyarakat Condet bisa menerima kehadiran keturunan Arab di wilayahnya
sebagai etnis yang berasimilasi dengan mereka. Dengan adanya perbedaan
etnis baik bagi masyarakat keturunan Arab ataupun masyarakat Condet
Balekambang tentu akan mempengaruhi sikap mereka untuk bisa saling
menerima perbedaan adat-istiadat terutama dari masyarakat Condet
Balekambang.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masyarakat
Kelurahan
Condet
Balekambang
(Jakarta
Timur)
merupakan masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis maupun suku bangsa
yang tinggal dan menetap di daerah tersebut. Hampir 15% dari jumlah
penduduk Kelurahan Condet Balekambang dihuni oleh masyarakat keturunan
Arab yang menetap dan berbaur bersama-sama masyarakat Condet
Balekambang dengan menjalin hubungan sosial yang harmonis atau saling
bertoleransi dan simpati tanpa membedakan suku, ras, dan agama. Sehingga
memunculkan hubungan timbal balik atau ketergantungan yang saling
menguntungkan antara kedua belah pihak.
Masyarakat keturunan Arab yang berada di Kelurahan Condet
Balekambang sudah berasimilasi secara baik dengan masyarakat Condet
Balekambang, baik itu pendatang ataupun penduduk setempat. Asimilasi
merupakan sebuah pemberian status kepada WNA khususnya warga
keturunan Arab sebagai kelompok yang minoritas yang lahir dan puluhan
tahun tinggal serta berbaur (berasimilasi) di Kelurahan Condet Balekambang
sebagai kelompok masyarakat mayoritas di daerah tersebut.
Komunitas keturunan Arab sebagai kelompok minoritas yang
berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang melalui asimilasi
perkawinan. Dan melalui asimilasi kebudayaan (penyesuaian kelompok
minoritas dalam berbahasa, cara membuat makanan, dan cara berpakaian
67
68
yang mengikuti kelompok mayoritas). Asimilasi perkawinan berkaitan erat
dengan asimilasi kebudayaan, dimana dari hasil pengamatan yang penulis
lakukan di temukan adanya bentuk dari kedua asimilasi tersebut yang terjadi
pada masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang.
Perbedaan budaya tidaklah menghambat mereka untuk bisa berasimilasi
dalam perkawinan, tetapi sebaliknya akan muncul dari dua komunitas
tersebut untuk bisa saling mengenal adat atau budaya masing-masing.
Dengan adanya sikap saling mengenal dan menyesuaikan budaya yang
berbeda baik komunitas keturunan Arab maupun masyarakat Condet
Balekambang secara tidak langsung mereka telah melakukan proses asimilasi
di dalamnya. Asimilasi perkawinan yang terjadi antara masyarakat keturunan
Arab maupun masyarakat Condet Balekambang menimbulkan pola perubahan
pada tingkah laku antar keduanya terutama dari komunitas keturunan Arab
yang berasimilasi mengikuti budaya masyarakat Condet Balekambang. Pola
perubahan tingkah laku keturunan Arab terlihat dalam kehidupan sehari-hari
mereka misalnya saja dalam berbahasa mereka menggunakan bahasa
Indonesia, dalam membuat makananpun mereka sudah mengikuti makanan
khas adat-istiadat dari masyarakat Condet Balekambang, serta cara
berpakaian merekapun disamakan dengan cara berpakaian masyarakat Condet
Balekambang. Dari penjelasan diatas merupakan informasi yang penulis
dapatkan dari masyarakat keturunan Arab yang menceritakan bahwa mereka
adalah kelompok minoritas yang berasimilasi mengikuti adat atau budaya
masyarakat Condet Balekambang sebagai kelompok mayoritas yang berada di
wilayah tersebut.
69
Sedangkan bagi masyarakat Condet Balekambang sendiri adat atau
budaya keturunan Arab yang dapat mereka ikuti hanya ada dalam budaya
perkawinan Arab saja (seperti tarian syamar, adanya malam pacar, berpakaian
jubah, dan acara nikahan yang dimeriahkan dengan musik marawis). Bagi
masyarakat keturunan Arab walaupun mereka hanya memiliki budaya dalam
perkawinan saja, namun budaya perkawinan itupun tidak semua warga
keturunan Arab yang masih memegang kuat tradisi dalam perkawinan
tersebut. Hal ini disebabkan karena mereka lebih mengikuti berasimilasi
budaya dari masyarakat masyarakat Condet Balekambang (budaya Betawi).
Berprosesnya asimilasi antar kedua komunitas tersebut tidak terlepas
dari sikap mereka yang saling bertoleransi dan simpati walaupun keduanya
memiliki latarbelakang sosial-budaya yang berbeda. Salah satu faktor yang
membuat mereka bisa saling bertoleransi dalam sosial-budaya adalah adanya
peran agama di dalamnya, baik masyarakat keturunan Arab dan masyarakat
Condet Balekambang ternyata memiliki kesamaan agama (Islam) yang
kemudian membuat mereka saling toleransi. Namun berasimilasinya
komunitas keturunan Arab dengan masyarakat Condet Balekambang tidak
terlepas pula dari adanya faktor hambatan antar mereka seperti yang telah
dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya yaitu adanya unsur ras dan warna kulit
yang berbeda serta sikap superior dari golongan etnis yang merasa dalam
segala hal dirinya lebih tinggi.
Dari kedua hambatan asimilasi tersebutlah yang cenderung berada
pada sikap dari sebagian kecil masyarakat keturunan Arab, namun kedua hal
diatas
bagi
masyarakat
Condet
Balekmabang,
mereka
tidak
mau
70
mempermasalahkan hal tersebut yang menurut mereka bisa mengganggu
integritas sosial di wilayah Condet Balekambang. Lagi pula menurut
masyarakat Condet Balekambang sikap saling mengejek tersebut hanya
dilakukan oleh anak-anak keturunan Arab yang masih bisa dimaafkan. Akibat
dari asimilasi tentu lebih dirasakan terutama dari masyarakat keturunan Arab
sebagai kelompok minoritas yang berasimilsi dengan masyarakat Condet
Balekambang sebagai kelompok mayoritas.
Menurut masyarakat keturunan Arab berasimilasinya mereka dengan
masyarakat Condet Balekambang selain karena mereka sudah tinggal
berpuluh tahun di wilayah tersebut namun juga karena mereka tidak memiliki
budaya yang kuat yang berasal dari Timur Tengah, Indonesia yang kaya akan
budaya terutama dari masyarakat Condet Balekambang yang membuat
mereka berasimilasi dengan masyarakat Condet Balekambang dan itupun
terjadi dengan kesadaran diri mereka yang tinggal dan menetap di wilayah
tersebut yang mau tidak mau secara perlahan-lahan kedua komunitas itu akan
saling berasimilasi. Walaupun ciri khas budaya dari masyarakat keturunan
Arab akan hilang.
Jadi menurut masyarakat Condet Balekambang kehadiran masyarakat
keturunan Arab yang berada di wilayah Condet Balekambang sudah
merupakan bagian masyarakat yang harus di hargai untuk bisa berasimilasi
dengan masyarakat sekitar walaupun berasal dari etnis yang berbeda.
Sebaliknya bagi masyarakat keturunan Arab, mereka merasa tenang dan
nyaman
bisa
tinggal
dan
berasimilasi
dengan
masyarakat
Condet
Balekambang baik secara sosial maupun budaya yang bahkan mereka bisa
71
sama-sama
mengenal
perbedaan
sosial-budaya
masing-masing
serta
berasimilasinya dua komunitas tersebut berharap terjadinya asimilasi diantara
mereka bisa mewujudkan integritas sosial yang baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penelitian maka penelitian ini
mencoba untuk menyampaikan beberapa saran guna mempercepat proses
asimilasi sosial-budaya komunitas keturunan Arab di Kelurahan Condet
Balekambang, Jakarta Timur khususnya dengan masyarakat sekitar dalam
rangka terwujudnya integrasi nasional di masyarakat tersebut.
1) Adanya peran bersama, baik masyarakat sekitar maupun pemerintah
daerah Condet Balekambang dalam proses asimilasi, bersatu untuk
mewujudkan integrasi sosial dengan menghindari sifat-sifat negatif
seperti sifat ekslusivisme. Serta
2) Sebagian bagian dari WNI, maka di perlukan adanya peran dan
keikutsertaan warga keturunan Arab berasimilasi dalam berbagai bidang
kegiatan seperti di bidang sosial, agama, ekonomi, maupun di bidang
pendidikan yang ada di Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah, Syamsuddin. Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Baali, Fuad dan Wardi, Ali. Ibnu Khaldun dan Pola Pemikiran Islam. Jakarta:
Pustaka Firdaus, 2003.
Fathoni, Abdurrahmat. Antropolog Sosial Budaya Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.
Fernandez, Daniel. Antropologi. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega, 1996.
Harsosjo. Pengantar Antropologi. Bandung: BINACIPTA, 1967.
Hendropuspito, D. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1989.
Killun, Yusra. Pengembangan Komunitas Muslim. Jakarta: FDK UIN Jakarta,
2007.
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990.
Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. Komunikasi Antarbudaya. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2006.
Nurdin, M Amin dan Abrori, Ahmad. Mengerti Sosiologi. Jakarta: UIN
JAKARTA PRESS, 2006.
Narwoko, J. Dwi, dan Suyanto, Bagong. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana, 2004.
Rajasa, Sutan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Karya Utama Surabaya, 2002.
72
73
Rustopo, Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di
Surakarta. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali Pers,
1990.
-----------------------. Kamus Sosiologi (Edisi Baru). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1993.
-----------------------. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2006.
Soemardjan, Selo. Steriotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial. Jakarta: PT Pustaka
Grafika Kita, 1988.
Sudjangi. Kajian Agama dan Masyarakat. Jakarta: Departemen Agama RI, Badan
Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 1993.
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi, 2004.
L.W.G, Van den Berg. Hadramut dan Koloni Arab di Nusantara. Jakarta:
Perpustakaan Nasional, 1989
Worsley, Peter. Pengantar Sosiologi jilid 2. Yogyakarta: PT.Tiara Wacana
Yogya, 1992.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2001.
Wawancara Pribadi dengan Aci. Condet Balekambang, 23 November 2009.
Wawancara Pribadi dengan Bulan Indah. Condet Balekambang, 26 Januari 2010.
Wawancara Pribadi dengan Pak Benar. Condet Balekambang, 27 Januari 2010.
74
Wawancara Pribadi dengan Pak Khalid, Condet Balekambang, 26 November
2009.
Wawancara Pribadi dengan Salahuddin bin Thohir bin Yahya. Condet
Balekambang, 5 Januari 2010.
Wawancara Pribadi dengan Salimah Al-Jufri. Condet Balekambang, 30 Januari
2010.
Wawancara Pribadi dengan Tomy. Condet Balekambang, 31 Januari 2010.
Wawancara Pribadi dengan Umi Seli. Condet Balekambang, 30 Januari 2010.
Wawancara Pribadi dengan Via. Condet Balekambang, 9 Januari 2010.
WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KETURUNAN ARAB
Nama
: Bapak Khalid
Umur
: 40 Tahun
Profesi
: Wiraswasta
Tgl Wawancara: 26 November 2009
1.
T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat Condet
Balekambang dalam kehidupan sehari-hari?
J: Mereka sangat baik menerima kita sebagai masyarakat keturunan Arab dan
kitapun berbaur dengan baik terhadap mereka.
2.
T: Apakah ada hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab
dengan masyarakat Condet Balekambang?
J: ada, hubungan itu terlihat dalam hal kerjasama dalam bidang jasa misalnya
memberikan bantuan untuk pembangunan masjid di wilayah ini.
3.
T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja?
Berikan contohnya!
J: pembaurannya terjadi di bidang keagamaan, misalnya kegiatan saling
mengunjungi satu dengan yang lain saat hari raya Idul fitri. Di bidang sosial
misalnya pernikahan keturunan Arab dengan orang pribumi, pada bidang
kebudayaan, kita masyarakat keturunan Arab sudah tidak menggunakan
bahasa Arab dan anak-anak saya sudah mengikuti gaya hidup masyarakat
setempat dan di bidang ekonomi, misalnya adanya masyarakat Condet
Balekambang yang bekerja dengan keturunan Arab seperti menjual bukubuku agama,dan menjual alat musik marawis.
1
2
4.
T: Apakah sebagai keturunan Arab anda merasa membatasi pergaulan dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: selama saya tinggal di sini tidak ada pembatasan dalam bergaul dengan
masyarakat sekitar.
5.
T: Apakah keluarga anda dalam memilih sekolah bebas di mana saja?
J: ya, dari dulu saya tidak pernah mengatur anak-anak saya harus sekolah
dimana, mereka bebas memilih sekolah dimana saja.
6.
T: Adakah adat-istiadat Arab yang masih di pertahankan keluarga anda? Jika
ada hal apa saja yang dapat di lihat?
J: tidak ada keluarga saya sudah mengikuti adat-istiadat masyarakat di
wilayah ini.
7.
T: Adakah kebudayaan masyarakat Condet Balekambang yang sudah
mempengaruhi kehidupan keluarga anda?
J: ada, misalnya dari cara berpakaian, bahasa, makanan sudah mengikuti adatistiadat Indonesia.
8.
T: Apakah mungkin kebudayaan Arab akan bertahan di Indonesia?
J: saya rasa tidak, kebudayaan Arab lama-lama akan hilang karena
berbaurnya dengan adat-istiadat Indonesia, misalnya saja dari segi bahasa,
anak-anak saya tidak dapat berbahasa Arab lagi karena mengikuti bahasa
Indonesia dalam sehari-hari.
9.
T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: tidak ada konflik yang terjadi.
3
10. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan
langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial?
J: ya. Karena untuk mendapatkan kewarganegaraan, makanya kami menikah
dengan orang pribumi agar menjadi warga Indonesia. Langkah yang kami
ambil adalah langkah yang tepat untuk pembauran dengan masyarakat di
wilayah ini dan di terima baik, hal ini menimbulkan terjadinya integrasi.
4
WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KETURUNAN ARAB
Nama
: Umi Seli
Umur
: 59 Tahun
Profesi
: Ibu Rumah Tangga
Tgl Wawancara: 30 Januari 2010
1.
T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat Condet
Balekambang dalam kehidupan sehari-hari?
J: tingkah laku mereka baik terhadap kami dalam kehidupan sehari-hari,
semuanya berbaur dengan keluarga saya.
2.
T: Apakah ada hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab
dengan masyarakat Condet Balekambang?
J: ya ada, seperti kegiatan belajar mengaji bersama ibu-ibu di setiap RT.
3.
T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja?
Berikan contohnya!
J: pada bidang keagamaan seperti mengikuti pengajian ibu-ibu di setiap RT
dan mengikuti acara Maulid Nabi SAW, dan di bidang sosial seperti
mengikuti acara hajatan pernikahan di masyarakat dan menghadiri ta’ziyah
bila ada yang meninggal.
4.
T: Apakah sebagai keturunan Arab anda merasa membatasi pergaulan dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: tentu tidak, bagi saya karena sudah lama tinggal di daerah ini mau tidak
mau harus bergaul dengan masyarakat sekitar.
5.
T: Apakah keluarga anda dalam memilih sekolah bebas di mana saja?
5
J: ya, saya tidak membatasi anak-anak dalam memilih sekolah, mereka bebas
memilih sekolah.
6.
T: Adakah adat-istiadat Arab yang masih di pertahankan keluarga anda? Jika
ada hal apa saja yang dapat di lihat?
J: tidak ada, malahan keluarga saya sudah seperti orang asli di wilayah ini.
7.
T: Adakah kebudayaan
masyarakat Condet Balekambang yang sudah
mempengaruhi kehidupan keluarga anda?
J: ada, seperti dalam hal makanan, pakaian, pernikahan dan bahasa sudah
mengikuti budaya masyarakat Condet Balekambang ini.
8.
T: Apakah mungkin kebudayaan Arab akan bertahan di Indonesia?
J: menurut saya lambat laun akan hilang, misalnya saja kalau dahulu keluarga
saya hanya mengenal makanan khas dari Arab yang disebut kebuli yang
terbuat dari daging kambing, namun sekarang sudah mengikuti makanan
adat-istiadat masyarakat Condet Balekambang.
9.
T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: belum pernah terjadi konflik.
10. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan
langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial?
J: tentu, menurut saya pembauran dengan masyarakat Condet Balekambang
adalah langkah yang tepat agar tidak ada perbedaan dalam masyarakat demi
terwujudnya integrasi.
6
WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KETURUNAN ARAB
Nama
: Salimah Al- Jufri
Umur
: 23 Tahun
Profesi
: Mahasiswi BSI Jakarta
Tgl Wawancara: 30 Januari 2010
1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat Condet
Balekambang dalam kehidupan sehari-hari?
J: baik mereka menerima kami dengan baik.
2. T: Apakah ada hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: ada, hubungan kerjasama kami terjalin baik dengan warga sekitar misalnya
hubungan kerjasama tersebut biasanya cenderung dalam bidang keagamaan
saja. Jadi adanya hubungan emosional keagamaan yang sudah tertanam
puluhan tahun yang lalu, ketika para habaib yang menyebarkan dan
mengajarkan
pendidikan
agama
Islam
kepada
masyarakat
Condet
Balekambang yang kemudian meneruskan tugas para habaib tersebut.
3. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja?
Berikan contohnya!
J: menurut saya pembauran tersebut terjadi di bidang budaya misalnya
pembauran tersebut terlihat dalm hal kesenian, yaitu kesenian halabu atau
marawis yang merupakan perpaduan kesenian Betawi dengan Arab. Dan di
bidang keagamaan misalnya adanya kegiatan Maulid Nabi Muhammad Saw
bersama masyarakat sekitar.
7
4. T: Apakah sebagai keturunan Arab anda merasa membatasi pergaulan dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: tidak, saya tetap bergaul dengan masyarakat di sini seperti keluarga sendiri.
5. T: Apakah keluarga anda dalam memilih sekolah bebas di mana saja?
J: ya, keluarga saya memberikan kebebasan kepada saya untuk sekolah
dimana saja.
6. T: Adakah adat-istiadat Arab yang masih di pertahankan keluarga anda? Jika
ada hal apa saja yang dapat di lihat?
J: tidak ada, keluarga saya sudah berbaur dengan adat-istiadat pribumi baik
berbahasa, berpakaian, maupun makanan.
7. T: Adakah kebudayaan
masyarakat Condet Balekambang yang sudah
mempengaruhi kehidupan keluarga anda?
J: ada, seperti dalam pernikahan, makanan, berbahasa sudah berbaur dengan
masyarakat Condet Balekambang.
8. T: Apakah mungkin kebudayaan Arab akan bertahan di Indonesia?
J: saya pikir kebudayaan Arab lama-lama akan hilang karena sudah berbaur
dengan masyarakat Condet Balekambang seperti pernikahan keturunan Arab
yang menggunakan adat-istiadat Jakarta.
9. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: setahu saya belum pernah terjadi.
10. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan
langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial?
8
J: benar, menurut saya pembauran antara komunitas keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang sattu langkah yang sangat tepat terwujudnya
integrasi.
9
WAWANCARA DENGAN MASYARAKAT KETURUNAN ARAB
Nama
: Salahuddin bin Thohir bin Yahya
Umur
: 23 Tahun
Profesi
: Mahasiswi UIJ Jakarta
Tgl Wawancara: 9 Januari 2010
1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat Condet
Balekambang dalam kehidupan sehari-hari?
J: tingkah laku mereka sangat baik, kitapun bergaul dengan baik terhadap
mereka.
2. T: Apakah ada hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: J: ada, hubungan kerjasama tersebut biasanya terjadi dalam hal memberikan
santunan untuk anak-anak yatim, dan kerjasama lainnya seperti pelaksanaan
kerja bakti bersama-sama dengan masyarakat setempat.
3. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja?
Berikan contohnya!
J: pembauran terjadi di bidang pendidikan, dimana mereka dalam memilih
sekolah atau berkuliah bebas dimana saja. Kemudian di bidang agama
misalnya merayakan hari-hari besar Islam seperti peringatan hari raya Idul
Adha bersama dengan masyarakat sekitar, dan di bidang ekonomi ada juga
masyarakat Condet Balekambang bekerja dengan masyarakat keturunan Arab
misalnya menjual hewan qurban, menjadi supir pribadi, berdagang minyak
wangi serta menjadi pembantu rumah tangga.
10
4. T: Apakah sebagai keturunan Arab anda merasa membatasi pergaulan dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: sama sekali tidak, saya selalu bersikap terbuka ketika bergaul dengan
mereka dalam kehidupan sehari-hari.
5. T: Apakah keluarga anda dalam memilih sekolah bebas di mana saja?
J: ya, keluarga saya membebaskan saya untuk bersekolah dimana saja baik
sekolah umum maupun agama.
6. T: Adakah adat-istiadat Arab yang masih di pertahankan keluarga anda? Jika
ada, hal apa saja yang dapat di lihat?
J: tidak ada, keluarga saya sudah berbaur dengan adat-istiadat masyarakat di
sini.
7. T: Adakah kebudayaan masyarakat Condet Balekambang yang sudah
mempengaruhi kehidupan keluarga anda?
J: ada, misalnya perpaduan budaya antara Arab dengan masyarakat sekitar
yaitu kesenian marawis yang terbentuk dari perpaduan kesenian masingmasing kelompok yang disesuaikan dengan adat-istiadat masyarakat Condet
Balekambang.
8. T: Apakah mungkin kebudayaan Arab akan bertahan di Indonesia?
J: kemungkinan tidak, menurut saya lambat laun akan hilang baik dari segi
makanan, berbahas, maupun cara berpakaian yang sudah berbaur dengan adatistiadat masyarakat Jakarta.
9. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
11
J: semenjak saya tinggal di wilayah Condet Balekambang tidak pernah terjadi
konflik.
10. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan
langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial?
J: ya, karena jika tiadak ada pembauran antara keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang mungkin akan terjadi konflik antar ras.
12
WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT
Nama
: Tomy
Umur
: 24 Tahun
Profesi
: Karyawan swasta
Tgl Wawancara: 31 Januari 2010
1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat keturunan
Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari?
J: menurut saya tingkah laku kedua belah pihak baik.
2. Menurut anda faktor apakah yang membuat masayrakat keturunan Arab tinggal
dan menetap di wilayah ini?
J: menurut saya karena faktor bisnis ekonomi seperti menjual pakaian muslim
dan berjualan minyak wangi.
3. T: Adakah hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: ada, hubungan kerjasama mereka misalnya kerjasama antara masyarakat
pribumi yang ikut berdagang minyak wangi dengan keturunan Arab.
4. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja?
Berikan contohnya!
J: pembauran di wilayah ini terjadi di bidang kebudayaan misalnya masyarakat
Condet Balekambang mengadopsi kebudayan keturunan Arab seperti adanya
musik marawis atau yang biasa di sebut halabu. Di bidang sosial misalnya
acara pernikahan, dan di bidang keagamaan warga keturunan Arab membuka
majlis taklim atau pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu di wilayah ini, dan
perayaan Maulid Nabi,
13
5. T: Apakah dalam kegiatan bermasyarakat warga keturunan Arab dengan
masyarakat sekitar berbaur atau ikut berpartisipasi? Jika ada dalam hal apa
saja?
J: ya, mereka berbaur bersama dan berpartisipasi tetapi tidak dalam semua
kegiatan. Hal ini di karenakan kesibukan mereka yang masing-masing bekerja
seperti berdagang, membuka penampungan TKW yang di kirim kenegara
mereka. Biasanya mereka berpartisipasi dalam hal upacara keagamaan
misalnya ikut berqurban pada hari raya Idul Adha dan memberikan santunan
kepada anak-anak yatim ketika Maulid Nabi Saw.
6. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: tidak pernah ada konflik, sebaliknya kita dapat melihat dari sikap atau
tingkah laku mereka yang bisa menempatkan diri bergaul dengan masyarakat
sekitar secara harmonis.
7. T: adakah manfaat keberadaan masyarakat keturunan Arab terhadap kehidupan
keberagamaan di wilayah Condet Balekambang?
J: ada, mereka secara sukarela memberikan santunan untuk anak-anak yatim
kemudian mereka membantu masyarakat Condet Balekambang untuk bisa
belajar mengaji.
8. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan
langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial?
J: ya, bagi saya ini adalah langkah yang tepat terwujudnya integrasi. Selama
merka berperilaku baik, tidak masalah apalagi jika saling bertukar kebudayaan.
Mereka sebagai warga negra merupakan tamu di negara kita, kita terima
14
kedatangan mereka dalm arti positif misalnya mereka berpartisipasi dalm
kegiatan keamanan dan kenyaman lingkungan di wilayah ini.
15
WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT
Nama
: Aci
Umur
: 22 Tahun
Profesi
: Mahasiswa UIN Jakarta
Tgl Wawancara: 10 Oktober 2009
1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat keturunan
Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari?
J: tingkah laku mereka baik terhadap masyarakat di wilayah ini.
2. Menurut anda faktor apakah yang membuat masayrakat keturunan Arab tinggal
dan menetap di wilayah ini?
J: menurut saya karena penerimaan yang baik masyarakat setempat pada setiap
pendatang.
3. T: Adakah hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: ada, masyarakat keturunan Arab bekerjasama dalam membantu
pembangunan masjid dan sebaliknya warga kita ada juga yang menjadi
pembantu rumah tangga dengan keturunan Arab
4. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja?
Berikan contohnya!
J: Pada bidang keagamaan masyarakat keturunan Arab berbaur bersama
masyarakat sekitar menyambut hari raya Islam misalnya baik keturunan Arab
maupun masyarakat Condet Balekambang bersama-sama berqurban pada hari
16
raya Idul Adha. Dan di bidang budaya misalnya kami telah mengadopsi
sebagian kebudayaan Arab seperti adanya marawisan dalam pernikahan.
5. T: Apakah dalam kegiatan bermasyarakat masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat sekiatr berbaur atau ikut berpartisipasi? Jika ada dalam hal apa
saja?
J: ya, mereka berbaur dan berpartisipasi yang sangat terlihat dalam hal menjaga
keamanan dan ketentraman bersama masyarakat sekitar, dan terkadang mereka
juga ikut melakukan kerja bakti bersama-sama masyarakat sekitar.
6. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: tidak pernah terjadi konflik, baik keturunan Arab maupun masyarakat
Condet Balekambang.
7. T: adakah manfaat keberadaan masyarakat keturunan Arab terhadap kehidupan
keberagamaan di wilayah Condet Balekambang?
J: ada, masyarakat keturunan Arab dengan ketulusan hati memberikan bantuan
kepada masyarakat yang membutuhkan misalnya bertepatan pada acara Maulid
Nabi Saw mereka tidak hanya memberikan santunan pada anak-anak yatim
tetapi juga memberikan sembako pada masyarakat Condet Balekambang.
8. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan
langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial?
J: ya, ini merupakan langkah yang tepat dalam pencapaian sebuah integrasi
sosial, saling bersikap menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan
seperti ras maupun adat-istiadat dan juga untuk menghindari terajdinya konflik
di masyarakat.
17
WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT
Nama
: Bulan indah
Umur
: 26 Tahun
Profesi
: Guru PAI (Global Islamic School)
Tgl Wawancara: 26 Januari 2010
1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat keturunan
Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari?
J: menurut saya perilaku mereka baik-baik saja dengan masyarakat Condet
Balekambang.
2. Menurut anda faktor apakah yang membuat masayrakat keturunuan Arab
tinggal dan menetap di wilayah ini?
J: menurut saya karena faktor ekonomi. Rata-rata mereka bekerja sebagai
pedagang dan warga keturunan Arab juga memiliki profesi sebagai penghasil
TKW.
3. T: Adakah hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: ada, kerjasama mereka terlihat dari tenaga kerja yang mempekerjakan
masyarakat Condet Balekambang dengan keturunan Arab misalnya sebagai
pedagang minyak wangi, makanan Arab yang sudah berbaur dengan adatistiadat masyarakat Condet, dan menjual buku-buku agama Islam dengan
sistem kepercayaan.
18
4. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja?
Berikan contohnya!
J: menurut saya pembauran tersebut terjadi di bidang pendidikan, misalnya
terdapat pemeratan pendidikan yang sama baik bagi masyarakat ketruunan
Arab maupun masyarakat Condet Balekambang, di dalamnya mereka baerbaur
tanpa ada perbedaan. Dan di bidang agama masyarakat keturunan Arab
membuka pengajian dan majlis taklim yang di ikuti pula oleh masyarakat
Condet Balekambang serta kegiatan Idul Adha.
5. T: Apakah dalam kegiatan bermasyarakat masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat sekitar berbaur atau ikut berpartisipasi? Jika ada dalam hal apa
saja?
J: ya, mereka berbaur bersama dalam kegiatan masyarakat seperti acara
selamatan atau hajatan dalam pernikahan. Pertisipasi keturunan Arab biasanya
memberikan sumbangan untuk acara tersebut.
6. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: tidak ada konflik antar kedua belah pihak, keduanya saling bersikap
toleransi.
7. T: adakah manfaat keberadaan masyarakat keturunan Arab terhadap
kehidupan keberagamaan di wilayah Condet Balekambang?
J: ada. Secara lansung keberadaan keturunan Arab bermanfaat dengan
berkembangnya yayasan pendidikan agama salah satunya adalah yayasan
Global Islamic School.
19
8. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan
langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial?
J: ya. Bagi saya ini adalah langkah yang sangat tepat agar tidak ada perbedaan
baik ras, budaya, pendidikan maupun ekonomi.
20
WAWANCARA DENGAN TOKOH MASYARAKAT
Nama
: Pak Benar
Umur
: 45 Tahun
Profesi
: Seketaris Lurah
Tgl Wawancara: 27 Januari 2010
1. T: Bagaimanakah pendapat anda terhadap tingkah laku masyarakat keturunan
Arab dengan masyarakat Condet Balekambang dalam kehidupan sehari-hari?
J: perilaku keturunan Arab menurut saya bergaul dengan baik terhadap
masyarakat Condet Balekambang begitu juga sebaliknya.
2. Menurut anda faktor apakah yang membuat masayrakat keturunuan Arab
tinggal dan menetap di wilayah ini?
J: karena faktor ekonomi yaitu sebagian besar keturunan Arab berprofesi
sebagai pedagang, ada juga yang berprofesi sebagai penghasil TKW.
3. T: Adakah hubungan kerjasama antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: ada, hubungan kerjasama masyarakat Condet Balekambang dengan
keturunan Arab dapat di lihat dalam hal pekerjaan misalnya ada yang menjadi
supir pribadi, satpam dan lainnya.
4. T: Menurut anda, pembauran di wilayah ini telah terjadi di bidang apa saja?
Berikan contohnya!
21
J: di bidang agama misalnya adanya kegiatan menyambut hari raya Idul Fitri
antar kedua belah pihak saling mengunjungi satu sama lain dan Maulid Nabi
SAW. Serta di bidang ekonomi misalnya banyak pedagang Arab yang
bekerjasama dengan masyarakat pribumi misalnya berjualan alat-alat musik
marawis, dan menjual buku-buku agama.
5. T: Apakah dalam kegiatan bermasyarakat masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat sekitar berbaur atau ikut berpartisipasi? Jika ada dalam hal apa
saja?
J: ya, mereka berbaur dan berpartisipasi misalnya kegiatan dalam hal kerja
bakti dan menjaga keamanan serta kenyamanan (tugas ronda) lingkungan
bersama masyarakat di wilayah ini.
6. T: Apakah pernah terjadi konflik antara masyarakat keturunan Arab dengan
masyarakat Condet Balekambang?
J: selama ini baik keturunan Arab maupun masyarakat Condet balekambang
selalu hidup rukun dan tidak pernah terjadi konflik antar keduanya.
7. T: adakah manfaat keberadaan masyarakat keturunan Arab terhadap
kehidupan keberagamaan di wilayah Condet Balekambang?
J: ya ada. Secara langsung berbaurnya keturunan Arab maupun masyarakat di
wilayah ini dalam keberagamaan menimbulkan hal positif yaitu makin
berkembangnya syiar Islam di wilayah ini yang di bawa para habaib keturunan
Arab dan mereka juga memberikan bantuan untuk pembangunan masjid.
8. T: Apakah menurut anda pembauran masyarakat keturunan Arab merupakan
langkah yang tepat untuk terwujudnya integrasi sosial?
22
J: tentu, menurut saya berbaurnya keturunan Arab dengan masyarakat Conde
Balekambang langkah yang tepat agar perbedaan antar keduanya tidak terlihat
terlalu mencolok serta tidak ada lagi sifat ekslusivisme antar kedua belah
pihak.
Download