TENTIR KEEMPAT + ULANGAN TENTIR GANGGUAN KESEIMBANGAN MODUL PENGINDERAAN UNTUK SUMATIF 2 SIEPEND TENTIR 2007 Gangguan keseimbangan Dr Widayat alviandi SpTHT Keseimbangan diatur oleh sistem, antara lain: aferen dari mata, telinga (sistem vestibuler), dan propioseptif dari otot-otot rangka tubuh & pressoseptif. Informasi aferen itu kemudian diolah di korteks serebri, batang otak, dan serebellum, dan kemudian dikirim ke sistem muskuloskletal untuk menjaga pusat gravitasi tubuh kita. Aferen (mata,telinga,propiosepsi,pressoseptif) korteks, batang otak, & serebellum otot rangka. Proses kerja aferen eferen keseimbangan Vestibuler Reseptor gravitasi Tekanan telapak kaki Somatosensori Visual pendengaran CNS Intepretasi Belajar Adaptasi Kompensasi Stabilisasi image Kontrol keseimbangan Ritme sirkardian Orientasi ruangan (aferen) (diolah di) (hasil olahan) SSP membutuhkan pembelajaran untuk keseimbangan, misalnya: o Pelayan RM makan padang membawa piring bertumpuk di daratan bisa, namun untuk membawa piring bertumpuk di kapal yang sedang berjalan, butuh pembelajaran o Pemain akrobat yang belajar mempertahankan keseimbangan. SSP membutuhkan adaptasi, misalnya: bayi belajar berjalan 12 bulan, dimulai dari merangkak berjalan: ada proses. SSP dapat melakukan kompesasi, misalnya: pada awal orang buta, keseimbangannya terganggu, tapi akhirnya dapat dikompensasi. Anatomi dan fisiologi telinga sebagai organ keseimbangan Dibaca sendiri dari yang dulu2 yaa.. Telinga dipersarafi: nervus koklear (pendengaran) & n. Vertibular (keseimbangan). Telinga diperdarahi: keseimbangan arteri vestibuler anterior; pendengaran arteri koklear komunis. Keduanya adalah cabang dari arteri labirinthine dari cabang arteri basilaris di batang otak. Alat keseimbangan telinga: sakulus, utrikulus, kanalis semisirkularis. o Pada sakulus & utrikulus terdapat makula yang mempunyai krista otolith. Sakulus mengatur gerak vertikal, utrikulus mengatur gerak horizontal. o Pada k.semisirkularis terdapat pelebaran: ampula yang di dalamnya ada kupula dengan kino & stereosilianya. K.semisirkularis mengatur gerak angular. Bila terjadi akselerasi anguler, momentum endolimf yang mengisi kanalis menggerakkan kupula. Silia dalam kupula dapat ‘tergerak’ dan menimbulkan firing n.vestibuler (n.VIII). Kanalis semisirkularis Kanalis terdiri atas: lateral (horizontal), posterior, dan anterior (superior). Ampula dan kinosilia pada k.semisirkularis lateral tersusun sedemikian rupa sehingga bila terjadi rotasi kepala yang menyebabkan aliran ampulopetal endolimf, akan meningkatkan firing n.vestibuler; ampulofugal endolimf akan menurunkan firing n.VIII. Berbeda dengan k.semisirkularis anterior & posterior. Susunan mereka menyebabkan bila rotasi kepala menyebabkan aliran ampulopetal akan menurunkan firing n.VIII dan aliran ampulofugal akan meningkatkan firing n.VIII. (lihat slide 17) Arah ketiga kanalis berbeda dan membentuk sudut yang berbeda terhadap horizontal bumi dan bidang vertikal. Fungsi kerjanya akan paling maksimal bila terletak pada sudut 0o pada bidang horizontal dan vertikal, misalnya: kanalis horizontal akan membentuk sudut 0o bila leher ditekuk ke dada 30o fungsi maksimal. (untuk sudut-sudut kanalis, lihat slide 20 – 22) Pada slide 23 dapat dilihat arah rotasi kepala dan kanalis yang teraktivasi. Misalnya: bila kepala diputar ke kiri k.horizontal kiri terangsang & k.horizontal kanan dihambat; bila kepala diputar ke depan kiri k.anterior kiri dirangsang & k.posterior (kebalikannya) dihambat. PERAN TELINGA, MATA, PROPIOSEPTIF Telinga (bagian vestibuler) berperan penting dalam kontrol postural, yaitu: o Mengatur tonus otot terhadap gravitasi o Mengatur keseimbangan COM o Mengatur keseimbangan pada kecepatan rendah (tandem walk test – tes melangkah dengan kaki yang satu tepat di depan kaki lain, secara perlahan). Mata berperan memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan bedasarkan sudut dan jarak dengan objek sekitarnya. Contoh: A melihat X pada jarak 1,5 m, dapat menentukan bahwa A tidak dapat menyentuh X dari jarak itu. semuanya itu akan menggerakkan bola mata ke arah kiri sebagai respon rotasi kepala ke arah kanan. Refleks ini dapat digunakan untuk melihat adanya nistagmus vestibuler = gerak ritmik & involunter mata yang sering dikaitkan dengan kelainan vestibuler. Apabila kepala rotasi kanan gerakan cairan endolimf ke kiri terjadi nistagmus fisiologis: fase cepat ke arah kanan, fase lambat ke arah kiri Slide 31 – 32 saling menjelaskan, tolong dibaca dan dipahami ya Sistem propioseptif tubuh berperan terhadap keseimbangan, yaitu: o Sebagai mekanoreseptor informasi posisi tubuh o Memberi informasi titik tumpu beban tubuh REFLEKS KESEIMBANGAN Refleks Vestibulookuler (VOR) berfungsi menstabilkan objek di retina pada saat terjadi pergerakan kepala. Jaras pada VOR ((lihat slide 31!!!!!!) Saat terjadi rotasi kepala searah jarum jam (kanan), kanalis semisirkularis kanan diaktifkan dan cairan endolimf bergerak berlawanan arah rotasi kepala kanalis semisirkularis lateral telinga kanan diaktifkan n.VIII fire korteks sensorik otak korteks motorik: menuju nukleus abducens n.VI (abdusens) m.rectus lateral nukleus okulomotori n.III m.rectus medial, superior, inferior, & oblik inferior. nukleus troklearis n.IV m.oblik superior Contoh refleks vestibulo-okuler: mata menghadap depan lurus, tangan di depan mata dan kepala digerak-gerakkan terhadap tangan pusing, beda dengan mata statis dan tangan yang digerakkan; orang baca di dalam mobil. Dalam hal ini, yang menjadi masalah adalah keseimbangan, bukan matanya. Bedasarkan gambar slide: karena yang diaktifkan k.semisirkularis kanan, maka rangsangan menuju nukleus n.VI kiri yang langsung menuju m.rectus lateralis mata kiri dan nukleus n.III kanan yang mempersarafi m.rectus medial mata kanan sehingga Refleks vestibulospinal (VSR) fungsi utama mencegah agar tubuh tidak jatuh, dengan cara mempertahankan posisi tubuh dan titik tumpu beban. Refleks VSR dapat terjadi volunter atau involunter. o Volunter memindahkan tumpuan dari pusat gravitasi & meraih objek o Involunter ankle strategy (tumit), hip strategy (menggerakkan panggul), suspensatory strategy (gerakan suspense – naik turun/ membengkokkan lutut), stepping strategy (melangkahkan kaki). Jaras VSR Rangsang propioseptif dari otot rangka masuk ke medulla spinalis naik melalui jaras fasikulus gracilis/ cuneatus, traktus spinosereberal dorsal dan ventral masuk serebellum pedunculus serebral korteks GANGGUAN KESEIMBANGAN Gangguan keseimbangan sangat berpengaruh terhadap fungsi tubuh lain. Misalnya bila terjadi gangguan kanalis semisirkularis (KSS), dapat terjadi pusing berputar, nitagmus, mual (efek otonom), bahkan gemetar. Gangguan keseimbangan 80% terjadi di perifer (vestibuler) & 20% terjadi di sentral. Secara umum terdiri dari vertigo, kontrol keseimbangan, orientasi ruangan, kestabilan image pada retina. Gejala gangguan keseimbangan: o Rasa melayang (lightheadness) o Pusing/ pening (dizziness) o Rasa tidak menapak (unfootedness) o Rasa masih bergerak (meski sudah diam/ after motion) o Rasa goyang (unsteadiness) o Postur tidak stabil (postural instability) o Pusing berputar (vertigo) o Gejala otonom (cth: rasa berdebar-debar, keringat dingin, rasa tidak nyaman di perut, mual, muntah, cemas, takut, tidak nyaman) Ada 2 tabel penting di slide, harap dibaca!! Slide 47 + 51 Etiologi gangguan keseimbangan: Sentral (daerah otak) Perifer (terdapat pada daerah telinga dalam) Pada sentral: o Nukleus vestibularis batang otak: TIA, stroke vertebrobasilaris, tumor, trauma, migren basilaris, multipel sklerosis (degeneratif) o Serebellum: stroke, tumor, kelainan degeneratif o Korteks serebri: epilepsi, kelainan degeneratif Pada perifer: o BPPV (Benigne Paroxysmal Positional Vertigo) o Menier’s disease o Infeksi (neuritis vestibuler, OMSK) o Ototoksik (obat yang menyebabkan toksik/racun pada telinga dalam) o Penyumbatan pembuluh darah (oklusi a. labirin) o Trauma o Tumor (neuroma akustik) o Kelainan degeneratif (presbiastasia) Pemeriksaan gangguan keseimbangan: o Tanya jawab antara dokter dan penderita (anamnesis) ungkapkan dengan jelas dan lengkap persepsi dokter dan penderita sama o Pemeriksaan fungsi keseimbangan dari yang sederhana sampai yang canggih o Pemeriksaan penunjang : foto Ro”, CT Scan, MRI Teknik pemeriksaan keseimbangan: o Romberg pasien berdiri tegak dengan kaki rapat, mata tertutup. Dilihat apakah pasien dapat mempertahankan keseimbangannya, terkadang diberi gangguan dari pemeriksa. Tes romberg mempunyai variasi banyak, bisa dengan berjalan dll. Biasanya pasien akan jatuh atau miring ke arah lesi (ipsilateral). Tes ini berguna untuk mengecek gangguan propiosepsi dan keseimbangan pusat atau perifer. o Unterberger pasien berjalan di tempat dengan mata tertutup + tanpa bantuan suara apapun. Lesi perifer ditandai dengan berputarnya aksis tubuh ke ipsilateral lesi. Lesi sentral ditandai dengan deviasi iregular (deviasi bermakna= > 40o) o Babinski-Weil pasien berjalan ke depan dan ke belakang dengan mata tertutup; bila ada gangguan labirin akan terlihat deviasi ketika berjalan. Alat untuk pemeriksaan keseimbangan: o Kacamata Frenzel kacamata 20 dioptri untuk melihat nistagmus. Biasanya pada nistagmus vestibuler gerak mata berputar, pada nistagmus perifer gerak mata linier. o Elektronistagmografi (ENG) tes baterai yang menggunakan prinsip VOR, yaitu merekam pergerakan bola mata sebagai respon keseimbangan. o Posturografi statik & dinamik pasien diminta berdiri pada platform statis (forceplate) pada posturografi statis; pada dinamis, pasien berdiri pada platform horizontal yang bergerak. Platform terhubung dengan detektor untuk menilai gerak pasien. Penanganan gangguan keseimbangan: o Tergantung dari fungsi yang terganggu dan penyebabnya o Konseling o Obat-obatan o Fisioterapi o Perasat/manuver dan Latihan Vestibuler o Kerjasama dokter-penderita Salah 1 penyakit kompetensi dokter umum adalah BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo) Benign: meski sakit sekali, namun tidak mengancam nyawa, karena sifatnya perifer; kalau sentral, tidak sakit sekali, tapi mengancam. Paroksismal: sewaktu-waktu, tidak terus menerus Positional: pada posisi-posisi (kepala) tertentu saja Terjadi gejala otonom mual, muntah, berdebar-debar, berkeringat dingin, rasa cemas. Biasanya pasien sembuh spontan. BPPV terjadi oleh karena kanalolitiasis dan kupulolitiasis ada debris berupa kristal kalsium karbonat – batu otolith – yang terlepas dari sakulus/ utrikulus menuju KSS. Debris yang ‘terdampar’ di kupula disebut kupulolitiasis dan yang di saluran KSS disebut kanalolitiasis. Kupulolitiasis lebih sering terjadi. Pada pemeriksaan BPPV, timbulnya nistagmus dapat dilihat dengan tes DixHallpike (paling sering), side lying (untuk menilai BPPV kanal anterior dan posterior), dan Roll (untuk menilai kanal horizontal). Lihat slide!!! Untuk tatalaksana BPPV dilakukan dengan Canalith Repositioning Treatment (CRT) dan vibrasi (vibrator diletakkan di prosesus mastoid, diharapkan akan melepaskan debri di kupula) Lihat slide caranya!! Penyakit lainnya adalah Meniere’s disease. Terdapat trias sindrom meniere: vertigo, tinitus, dan tuli sensorineural terutama pada nada rendah. o Serangan pertama biasanya berat, vertigo + muntah, namun makin lama makin baik (vertigo periodik makin lama membaik) o Tinitus: kadang menetap, bahkan di luar serangan. o Tuli sensorineural: hanya bila ada serangan. Pada meniere, terjadi kelebihan endolimf baik oleh karena sumbatan pengeluaran atau kelebihan dalam produksi; penyebab pastinya belum diketahui. Selamat belajar =) adeline TENTIR PA TELINGA ANATOMI DAN HISTOLOGI Telinga terdiri atas 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Bagian terluar telinga yaitu pinna (daun telinga), kemudian berlanjut ke liang telinga (meatus acusticus externus). Dinding dari liang telinga ini terdiri atas bagian kartilago dan bagian tulang. Selain itu, dinding ini juga tersusun atas epidermis yang dilengkapi dengan adneksa (rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa yang memiliki 2 lapis sel, yaitu sel kuboid sekretorik dan sel mioepitel). Berlanjut ke arah dalam, terdapat membran tympani. Pada membran ini terdapat pars tensa dan pars flaccida. Permukaan luar dari membran timpani dilapisi oleh epitel skuamosa tanpa rete ridges, sedangkan permukaan dalam dilapisi oleh epitel kuboid selapis. Di antara 2 lapisan ini terdapat lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat. Membran tympani membatasi saluran telinga dengan telinga tengah. Di bagian anterior dari telinga tengah terdapat tuba eustachius yang dilapisi epitel torak bertingkat di bagian muaranya, dan epitel gepeng atau kuboid selapis di bagian lainnya. INFEKSI TELINGA TENGAH Otitis Media Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Infeksi pada telinga tengah merupakan penyebab terpenting dari perforasi membran tympani, terutama pada anakanak. Penyebab yang jarang, misalnya trauma atau adanya benda asing yang menyebabkan perforasi. Kebanyakan perforasi sentral membran tympani akan sembuh dengan sendirinya. Komplikasi terpenting dari perforasi sentral yaitu predisposisi infeksi telinga tengah (otitis media), yang disertai berkurangnya pendengaran. Pada beberapa perforasi dapat sembuh dalam beberapa hari, yaitu dengan adanya fibrosis. Namun, pada perforasi yang lebih besar, membutuhkan penutupan melalui operasi yaitu menggunakan fascial graft. Perforasi yang telah sembuh, kadangkadang terlihat sebagai parut berwarna putih atau adanya area tipis pada membran tympani. Ingat!! Ciri khas radang: terjadi vaskularisasi (dilatasi pembuluh darah) dan banyak sel radang (PMN neutrofil) Ada 3 bentuk otitis media, yaitu: 1. Otitis media tanpa efusi atau perforasi 2. Otitis media dengan perfusi, tanpa perforasi 3. Otitis media dengan perforasi membran timpani Sifat infeksi pada otitis ada 3, yaitu: 1. Akut 2. Sub Akut : umumnya prosesnya berlangsung kurang dari 2 bulan. 3. Kronik : lebih dari 2 bulan Otitis Media Akut - Biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, H.influenzae, virus respiratorik. - Fase akut ini ditandai dengan kongestif mukosa telinga tengah yang parah. Cairan yang berasal dari darah dan plasma akan meninggalkan deposit fibrin pada jaringan. Adanya eksudat ini menandakan adanya reaksi inflamasi yang sering menjadi penanda dari otitis media dengan efusi. Pada kasus ini, mukus disekresikan oleh kelenjar-kelenjar baru yang dibentuk pada mukosa telinga tengah. Pada inflamasi akut, neutrofil sering muncul. - Jika terdapat perdarahan bisa menyebabkan granuloma. Pada fase ini dapat ditemukan nekrosis dan perforasi membran tympani. - Otitis media akut banyak dialami oleh anak-anak. - Gejala yang timbul berupa: nyeri telinga, pembengkakan, dan membran tympani yang hiperemis (menonjol, suram, perforasi), adanya pus dalam kavum tympani, dbila berlanjut dapat menyebabkan osteomyelitis temporal. - Rasa nyeri pada telinga disebabkan pelepasan sitokin oleh sel-sel PMN, sedangkan pembengkakan terjadi karena adanya ekstravasasi. Otitis Media Kronik - - - Bakteri yang sering menyebabkan otitis media kronik, antara lain Proteus, Pseudomonas, Streptococcus beta-hemolitik, Staphylococcus pyogenes, M.tuberculosis. Pada potongan histologi otitis media fase inflamasi akut atau kronik biasanya organisme2 tersebut jarang terlihat. Peradangan kronik ini dapat menimbulkan komplikasi serius dan berakhir pada kematian Pada inflamasi kronik, dapat kita lihat infiltrat khas yang terdiri atas histiosit (yang berasal dari monosit), limfosit, dan sel plasma (berasal dari limfosit). Pada bayi yang baru lahir, reaksi inflamasi yang terjadi mungkin sebagai hasil kontaminasi telinga tengah oleh skuama amnion yang terhirup. Pada kasus ini, histiosit bereaksi dengan benda asing dan berfusi membentuk giant cells. Penyakit ini bisa berawal dari tuli konduktif atau akibat episode akut yang berulang. Gejala klinis, yaitu keluarnya cairan dari liang telinga (Otitis Media Supuratif KronikOMSK), dapat juga terjadi perforasi membran tympani pars tensa (Otitis Media Perforata sebutan lama OMSK) Otitis Media Supuratif Kronik - Biasanya disebabkan oleh Proteus, Pseudomonas, Streptococcus beta-hemolitik, Staphylococcus pyogenes, M.tuberculosis. Pada fase kronik dapat ditemukan jaringan granulasi, kolesteatoma, dan tympanosklerosis. - Paling sering mengenai daerah tubo-tympanic, selain sel mastoid. Biasanya daerah ini terisi dengan mukopus. - Mukosa akan menebal, kongestif, terbentuk jaringan granulasi, dapat menonjol keluar membran berupa polip. - Tulang pendengaran, terutama incus akan rusak. - Nekrosis dapat terjadi sebagai karakteristik adanya perforasi membran tympani atau osteitis dari ossicles (maleus, incus, stapes) - Beberapa proses dapat menyebabkan nekrosis, seperti ruptur membran tympani yang terjadi sebagai hasil dari nekrosis iskemik akibat penekanan di focal points. - Di sisi lain substansi seperti kolagenase yang bersifat merusak diproduksi oleh jaringan ikat yang mengalami inflamasi di permukaan ossicles. - Transformasi kelenjar pada mukosa telinga tengah mungkin terlihat pada beberapa celah, termasuk pada sel-sel mastoid. Sekresi dari kelenjar ini menyebabkan adanya eksudat pada otitis media dengan efusi. Proliferasi jaringan fibrosa mungkin terjadi bersamaan dengan transformasi kelenjar, prosesnya disebut sebagai fibrocystic sclerosi. - Adapun sel epitel skuamosa dalam telinga tengah akan berproliferasi dan prosesnya disebut cholesteatoma. Cholestetoma ini biasanya berwarna putih mutiara. - Bentuk spesifik dari reaksi penyembuhan meliputi pembentukan jaringan granulasi. Pada proses ini, endotel pembuluh darah dan sel fibroblas baru akan terbentuk. Selsel inflamasi mononuklear akan menyertai kemudian. - Bentuk peculiar jaringan parut akan muncul di telinga tengah, di mana kolagen yang ada kurang seluleritasnya dan mengalami hialinisasi. Kondisi ini disebut - - tympanosklerosis, yang ditandai oleh deposisi garam kalsium pada jaringan fibrosa hialin. Dinding tulang telinga tengah kadang-kadang bereaksi dengan proses inflamasi menyebabkan terbentuknya tulang baru. OMSK ini disebabkan inflamasi kronik pada telinga tengah, biasanya disebabkan oleh perforasi membran tympani yang tidak sembuh. Penyakit Otitis Media Supuratif Kronik ini biasanya dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Penyakit Tubotympanic 2. Penyakit Atticoantral Cholesterol granuloma, jaringan granulasi pada inflamasi kronik, destruksi, dan tympanoscletotic adalah semua gambaran penting dari otitis media, termasuk adanya perubahan membran itu sendiri menjadi “atelectatic” (terjadi perlekatan membran ke dinding medial telinga tengah) yang membentuk retraksi. CHOLESTEROL GRANULOMA Cholesterol granuloma adalah lesi yang sering ditemukan pada penyakit telinga tengah yang kronik, biasanya berwarna kuning. Pembentukan cholesterol granuloma adalah hasil reaksi benda asing dengan kristal kolesterol dalam jaringan. Terjadinya granuloma ini bisa disebabkan oleh perdarahan, dengan faktor utama yaitu adanya eksudat dan darah yang berada pada kavum yang tertutup. Kurangnya drainase menyebabkan degradasi komponen darah, yang berlanjut pada produksi hemosiderin dan kristal kolesterol. Di sisi lain, kolesterol ini akan mengalami degenerasi lemak. Meskipun kolesterol ini diperkirakan berasal dari serum, sel darah merah, atau jaringan yang terdegenerasi, belum ada kepastian dari mana sumber yang pasti. Makroskopik : Berupa nodul kekuningan dalam kavum tympani dan mastoid. Mikroskopik: terdapat kristal-kristal kolesterol dalam celah-celah kosong, dikelilingi sel datia benda asing dan sel radang kronik. Sel datia benda asing terbentuk oleh banyak inti sel. Biasanya juga terdapat hemosiderofag sel2 makrofag yang memakan debris-debris pembuluh darah yang pecah. Kristal kolesterol yang terbentuk berisi lipid berupa kolesterol bebas, bukan kolesterol ester. TYMPANOSCLEROSIS Plak tympanisclerotic yang terlihat pada telinga tengah dan plak pada membran tympani sebagai sekuel dari otitis media memilki karakterisitik yang berbeda. Konsistensi plak tympanoscletotic menunjukkan range yang luas dari yang lembek hingga keras. Eksisi jarinan yang mengalami tympanosclerosis menunjukkan adanya beberapa jenis plak, yaitu: Tipe I : lembek, tipe II: agak keras, tipe III: sangat keras Tipe I: terdapat banyak serat-serat kolagen dan fibroblas pada jaringan ikat longgar. Beberapa kristal kalsium juga terlihat - Tipe II: terdapat beberapa berkas serat kolagen, proliferasi fibroblas, dan kalsifikasi fokal Tipe III: terdapat kondroblas berbentuk bulat yang terletak dalam lakuna dan menunjukkan kalsifikasi Untuk melihat gambaran histopatologi dilakukan pewarnaan hematoxilin-eosin, Mallory-Azan dan von Kossa Terdapat deposit jaringan putih padat di membran tympani, crura stapes, dinding kavum tympani, dan mastoid. Mikroskopik : terdapat kolagen berlapis-lapis disertai perkapuran, dan penulangan. Patogenesisnya belum jelas, diduga akibat autoimun CHOLESTEATOMA Cholesteatoma biasanya terbentuk pada 1/3 – ½ kasus OMSK. Cholesteatoma dapat berkembang di belakang membran tympani yang masih intact atau dengan pembentukan perforasi kecil pada pars flaccida. Cholestetoma ini dapat keluar lewat perforasi pars flaccida atau meluas ke mastoid, merusak ossicles. Orang awam menyebutnya congekan Ada 2 macam cholesteatoma: Primer (kongenital) : tanpa perforasi Sekunder (acquisita) : pada OMSK Pada tipe sekunder terdapat kista kavum tympani yang dilapisi oleh sel epitel gepeng berlapis. - - - Mikroskopik : bahan keratin yang dibatasi oleh kapsul (matriks) berupa epitel gepeng berlapis. Terdapat jaringan granulasi dan peradangan yang menyebabkan erosi tulang. Keratin tersebut membentuk lamel2. Cholesteatoma meskipun jinak tapi sering rekuren. Patogenesis: 1. Invasi epitel liang telinga ke dalam 2. Invaginasi membran Tympani 3. Metaplasia epitel kavum tympani 4. Sisa epitel skuamosa sewaktu perkembangan kavum tympani Faktor penyebab resorpsi tulang 1. Kolagenase dalam jaringan ikat (matriks) 2. Endotoksin kuman gram negatif KOMPLIKASI OMSK Terjadi infeksi dan inflamasi yang meluas ke labirin, tulang petrosa temporal, dan saraf kranial. Infeksi ini dapat menyebabkan meningitis, tromboflebitis sinus (vena), abses ekstradura, bahkan abses otak. NEOPLASMA JINAK PADA TELINGA DAN TULANG TEMPORAL 1. Adenoma Seruminosa o Tumor yang jarang ini berasal dari kelenjar seruminosa di liang telinga o Istilah lama : seruminoma, adenoma seruminal, syringocystadenoma papilliferum, apocrine adenoma, dll o Mikroskopik : gambaran tumor berbentuk kelenjar, terlihat proliferasi glandular dengan ukuran sel bertambah besar, sitoplasma eosinofilik. Jika inti masih di basal menandakan masih jinak. 2. Schwannoma (Pheripheral nerve sheath tumor) Nama lain : neuroma atau neurilemmoma Merupakan tumor tersering pada tulang temporal yang berasal dari sel schwann. Sering tumbuh pada cerebropontine angle. 95% unilateral dan sporadik. Mikroskopik : terdapat antoni A (daerah selular dengan gambaran verocay bodies) dan antoni B (daerah hiposeluler dengan retikular yang longgar dan degenerasi mikrokista) 3. Meningioma o Tumor yang berasal dari sel meningothelial ini sering ditemukan pada meatus akustikus interna, foramen jugularis, dan telinga tengah. o Insiden : > 10% merupakan tumor pada telinga dan tulang temporal o Patologi : infiltrasi ke tulang, mukosa atau kulit biasanya berukuran < 1,5 cm. o Mikroskopik : meningotelial dan arsitektur seperti pusaran air (whorled architecture). Sel berbatas tidak jelas dengan inti bulat. NEOPLASMA GANAS PADA TELINGA DAN TULANG TEMPORAL 1. Karsinoma sel skuamosa (KSS) Tumor ganas epitelial dengan diferensiasi skuamosa Lokasi : pinna, teliga luar dan telinga tengah Usia : biasa ditemukan pada orang tua, dengan insiden laki-laki > perempuan Prognosis : tergantung stadium, sering rekuren. Penentuan stadium, tentukan: uk uran, metastasis, dan keterlibatan KGB (kelenjar getah bening) Patologi : karsinoma sel skuamosa dengan invasi, berdiferensiasi baik atau buruk, berkeratin atau tidak berkeratin, pola pertumbuhan bervariasi, respons stroma berupa reaksi desmoplastik dan sebukan sel radang Mikroskopik: ada pulau-pulau tumor yang terbentuk dari KSS yang menginvasi stroma. Ada mutiara keratin juga. 2. Adenokarsinoma seruminosa Berasal dari kelenjar apokrin (kelenjar seruminosa) pada daerah tulang rawan dari kanalis akustikus eksterna Insidensi jarang, laki-laki > perempuan Mikroskopik : solid, kistik, glandular, kribiformis. Sel : berinti pleomorfik, nukleoli nyata, mitosis. 3. Rhabdomyosarcoma Berasal dari otot lurik (kalau dari otot polos, namanya Leomiosarkoma) Rhabdomyosarcoma telinga dan mastoid merupakan tumor yang sering dijumpai pada usia anak-anak ( 2- 3 tahun). Klasifikasi : embryonal, alveolar, pleomorphic dan subtipe campuran. Mikroskopik : sel berbentuk bulat, spindel, pleomorfik, rhabdomyoblast (primitive round to spindle mesenchymal cell). Rhabdomyoblast sitoplasmanya berwarna merah karena mengandung banyak mitokondria. 4. Basal cell carcinoma Mirip dengan KSS tapi berasal dari sel basal epidermis. Invasi bersifat lokal dan ke arah dalam bukan meluas; jarang bermetastasis Mikroskopik : terbentuk kelompok2 sel tumor dengan dikelilingi pagar (palisade). 5. Karsinoma Nasofaring Asal : epitel nasofaring Gejala : nasal (nasal post drip, discharge, bleeding, obstruction), aural (tinnitus, tuli), diplopia, sakit kepala,BB menurun Gejala yang paling sering membawa pasien berobat pembesaran kelenjar getah bening leher (STADIUM LANJUT) Deteksi dini sulit dilakukan Laki-laki > perempuan, di Indonesia merupakan tumor tersering pada laki-laki, trend meningkat Etiologi : EBV (Epstein –Barr virus) Faktor genetik Faktor lingkungan : makanan (nitrosamin), biasanya makanan yang dibakar atau dipanggang Diagnosis : biopsi pemeriksaan PA ( baku emas) Klasifikasi WHO: 1. Keratinizing Cell Carcinoma 2. Non-keratinizing Cell Carcinoma banyak infiltrasi limfosit 3. Differentiated mirip dengan bentuk sel aslinya 4. Undifferentiated (hampir 100% berhubungan dengan EBV) bentuk sel tumor berbeda dengan sel asli; mampu menginvasi epitel traktus respiratorius melalui reseptor C21. Terapi : Radioterapi & kemoterapi Radioterapi biasanya digunakan untuk tumor anaplastik Jika terdapat pembesaran kelenjar getah bening (KGB) gunakan FNAB (fine needle aspiration biopsy), karena pembesaran KGB menjadi kontraindikasi dilakukan biopsi. TENTIR Masalah Telinga Infeksi organ pendengaran ingat anatomi dan fisiologi yang berkaitan dengan klinik Terdapat kelenjar-kelenjar serumen dan keringat di telinga luarbisa terkena infeksi sehingga timbul otitis eksterna Di telinga terdapat nervus VI, X (vagus, hati-hati timbul reflex vagus dalam intervensi), IX, VIII, VII Pada telinga tengah terdapat tulang-tulang yang merupakan tulang terkecil pada tubuh manusia Pada telinga dalam terdapat organ pendengaran dan keseimbangan yang memiliki selsel rambut. Reseptor bunyi tersebut dapat menerima bunyi maksimal dengan intensitas sebesar: 85 dB selama 8 jam 88 dB selama 4 jam 110 dB selama beberapa menit saja Bila melebihi kapasitas tersebut, sel rambut akan mengalami kerusakan. Fungsi pendengaran sangat mempengaruhi komunikasi. Jadi, apabila seorang bayi belum dapat berbicara sampai ia berusia 12 bulan, orang tua perlu memeriksakan pendengarannya. Fisiologi proses mendengar: 1. Pada telinga luar sampai telinga tengah terjadi proses konduksi. Apabila tersumbat serumen, fungsi pendengaran akan berkurang 2. Terjadi proses transduksi (pengubahan energi) dimulai dari telinga tengah. 3. Terjadi proses transmisi (penerusan sinyal) melalui system saraf. 4. Terjadi processing di otak Pada koklea, nada tinggi (frekuensi tinggi) akan menggetarkan daerah basal. TELINGA LUAR Memiliki panjang 2.5-3 cm Range resonansinya 3-4000Hz Pada konka 1-7000 Hz Resonansi pada pemeditasi (hmmmm.. di goa) akan meningkatkan gelombang alfa di otak Otitis eksterna—radang telinga akut maupun kronik yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Factor yang mempermudah radang telinga luar yakni perubahan pH di liang telinga, yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yakni trauma ringan ketika mengorek telinga. TELINGA TENGAH Hati-hati ada sumbatan tuba. Tuba lebih mendatar ketika usia seseorang masih muda. Hal tersebut mengakibatkan anak-anak lebih mudah terserang otitis media akut. Kalau sedang infeksi, pasien tidak anjurkan melalukan maneuver valsava. Nyeri telinga pada bayi yang naik pesawat dapat diatasi dengan memberikan air susu. Ada tulang-tulang, ada juga otot-otot stapedius, tensor tympani (ada reflex stapedius)sebagai proteksi terhadap tekanan yang kuat. Fungsi tuba: untuk proteksi, drainase, dan menyamakan tekanan. Yang penting: OMSK karena infeksi Tuli kongenital Tuli karena bising (tuli sensorineural koklea dan umumnya terjadi pada kedua telinga karena pajanan bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja) Presbiakusis (tuli sensorineural frekuensi tinggi umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris pada telinga kiri dan kanan, dapat dimulai pada frekuensi 100 Hz atau lebih akibat proses degenerasi) Patologi: Gangguan fungsi tuba, misalnya tubanya datar Otosklerosis (kekakuan tulang misalnya stapes kaku diterapi dengan mengganti tulang stapes) o Dapat terjadi karena infeksi atau proses penyembuhan yang berlebihan Timpanosklerosis (sklerosis pada membrane timpani) Otitis media efusi (terdapat efusi atau cairan di dalam telinga tengahefusi terjadi karena ada proses transudasi dari pembuluh darah karena tekanan negative, ditambah sekresi dari kelenjar mukoid dapat menjadi lengket sehingga menyebabkan glue ear) o Cairan dari telinga tengah berbentuk mukoid sampai mukopurulen (dari sekresi membrane mukosa bersel goblet) o Cairan dari telinga luar berbentuk purulen tetapi tidak mukoid (karena telinga luar tidak dilapisi membrane mukosa bersel goblet) Otitits media akut o Biasanya pada anak-anak o Bisa disertai demam kejang o Gendang telinga hiperemis (pada pemeriksaan otoskopi) Otitis media supuratif kronik/congekan (infeksi telinga tengah dan mastoid dengan perforasi membrane timpani, secret hilang timbul) o Dapat menyebabkan komplikasi abses otak o Biasanya berluma dari otitis media kut, kemudian membrane timpani perforasi (sakit dan demam hilang/reda karena perforasi)biasanya orang membiarkannya, tetapi infeksi berjalan terus sehingga menyebabkan OMSK (biasanya proses berlangsung selama lebih dari 2 bulan) o Dapat menimbulkan fistula o Dapat menimbulkan kolesteatoma yang dapat mengerosi tulang sehingga dapat menyebarkan infeksi ke otak (bila tegmen timpani hancur) o Kolesteatoma dapat dibedakan menjadi tipe berbahaya (karena komplikasinya berbahaya) dan tipe tidak berbahaya. Tanda klinik yang menjadi pedoman adanya OMSK tipe bahya yakni perforasi pada marginal atau pada atik (dapat menyebar ke otak). o Faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit: Obat yang tidak adekuat Obat yang terlambat diberikan Virulensi yang tinggi Daya tahan tubuh yang lemah Gizi yang buruk o Jadi, harus berhati-hati apabila gendang telinga pecah di pars flasida (atik) atau di daerah marginal, annulus timpanikus rusak, ada jaringan granulasi dari telinga tengahtanda kolesteatoma maligna. Apabila pecah pada bagian sentral, kolesteatoma tersebut tidak terlalu berbahaya. o Diagnosis: gejala klinis, otoskopi, tes penala, radiologi mastoid, uji kultur dan resistensi secret liang telinga. o Tanda klinisperforasi marginal/atik o Tanda lanjutabses/fistula retroaurikuler, polip/jaringan granulasi telinga luar, gambaran kolesteatoma. o Terapi kolesteatoma: Tipe bahaya harus diangkat Tipe aman diberikan antibiotic, dicuci dengan H2O2 3%, operasi sederhana o Kalau ada cairan keluar dari telinga Tentir Kuliah IKK: Penginderaan dalam perspektif kedokteran komunitas Berdasarkan prevalensinya, masalah gangguan penginderaan yang paling sering adalah gangguan penglihatan dan gangguan pendengaran. Prevalensi kebutaan di Indonesia adalah 1,5%. Gangguan penglihatan tersering adalah katarak(0,78%), diikuti dengan glaucoma(0,20%), kelainan refraksi(0,14%), kelainan retina(0,10-0,13%). Prevalensi ketulian di Indonesia adalah 0,4%, sedangkan yang menderita gangguan pendengharan sebanyak 16,8%. Gangguan pendengaran tersering adalah infeksi(3,1%), diikuti dengan presbiakusis(2,6%), kebisingan(0,3%), dan ototoksik (0,1%) Salah satu aspek yang menjadi pertimbangan untuk menemtukan keparahan suatu penyakit adalah ireversibilitasnya,,,contoh gangguan yang ireversibel adalah tuli sensorineural. Aspek lainnya adalah konsekuensi, baik medis maupun social, yang harus diterima akibat penyakit tersebut Health field model adalah suatu model yang digunakan untuk melihat dan menyelesaikan suatu permasalahan perilaku dan lingkungan merupakan komponen yang memiliki peranan besar dalam mempengaruhi gangguan penginderaan contoh faktor lingkungannya adalah pajanan toluene yang dapat menyebabkan tuli sensorineural contoh perilaku yang dapat mempengaruhi fungsi penginderaan adalah mendengarkan music keras-keras contoh perilaku yang lain adalah apabila kita menggunakan computer lebih dari 1,5 jam maka mata akan mengalami pemanjangan punctum proximum, mengalami kelelahan (astenopia), penglihatan menjadi kabur - - kalau seseorang terpajan bising akan terjadi temporary midline shift kalau pajanan berulang akan terjadi kerusakan saraf tuli sensorineural (noise induced hearing lost) untuk radiasi optic, makin panjang gelombangnya makin dalam penetrasinya LASER (light amplification by stimulated emission radiation) memiliki panjang gelombang yang koheren dapat difokuskan dalam area yang sangat kecil energi sangat besar untuk terapi bedah. Tapi kalau kena mata dapat menyebabkan kerusakan fovea 2. faktor kimia … bahan ototoksik dan bahan penyebab buta warna 3. faktor biologis … bakteri, virus, parasit penyebab gangguan indera - Pendekatan Epidemiologis Penyakit dapat terjadi karena adanya interaksi 3 faktor yaitu antara host, agent, dan environment - Host Agent Disease agent substansi yang mencetuskan atau menyebabkan berkembangnya Environment penyakit Environment faktor eksternal yang mempengaruhi individu atau kelompok Host (Pejamu); faktor pada individu yang dapat berhubungan dengan terjadinya penyakit, seperti: o karakteristik individu o adat dan kebiasaan / perilaku o mekanisme pertahanan tubuh o reaksi dan sifat psikobiologik Prinsip pencegahan adalah memutuskan hubungan antara ketiga faktor tersebut, yakni dengan meningkatkan kondisi pejamu serta mengintervensi keadaan lingkungan/agen Yang dapat dilakukan pada host : o Peningkatan pengetahuan kesehatan o Menanamkan perilaku sehat, termasuk menjaga higiene perorangan o Penggunaan alat pelindung diri co. menggunakan earplug untuk pekerja di lingkungan bising o Kecukupan nutrisi o Pemeriksaan kesehatan co. pemeriksaan audiometric, dapat membedakan antara tuli konduktif atau tuli perseptif o Dalam hal pemeriksaan kesehatan termasuk juga pemeriksaan kehamilan/ ante natal care, pemantauan kesehatan bayi dan balita (cth; posyandu) dan pemeriksaan kesehatan berkala Bahaya Potensial/Faktor Risiko Gangguan Penginderaan dapat dikelompokkan menjadi 1. faktor fisik, contohnya radiasi optic, seperti sinar inframerah, UV, sinar tampak (pada mata) ,serta kebisingan (pada telinga) - Ditujukan pada agen penyebab: - o Identifikasi bahaya co. pengkukuran intensitas kebisingan (alat ukurnya: sound level meter, satuannya : dB) o Penilaian tingkat bahaya disesuaikan dengan target group,,, pada ibu hamil,,intensitas 45 dB dapat menimbulkan gangguan pada janin o Pengendalian bahaya potensial Intervensi pada lingkungan kerja dan pemukiman: o Perencanaan tata-ruang dan peruntukan o Isolasi (penanaman pohon di airport, double glazes pada pintu/jendela) o Pentabiran (Shielding, pemasangan krei) o Penanganan limbah Kebanyakan kebutaan yang diderita masyarakat Asia Tenggara adalah kebutaan yang dapat dihindari: katarak dan glaukoma. Tetapi jangan lupa pula bahwa ada tren ke arah penyakit degeneratif (Age-related Macular Degeneration/AMD) yang kini jumlah kasusnya semakin banyak. Oleh karena itu, inti dari kuliah RM kali ini adalah mengenai bagaimana meningkatkan fungsi kehidupan penderita gangguan penglihatan (dan pendengaran) mulai dari aktivitas dasar, aktivitas bertujuan, hingga performanya sebagai manusia sosial secara utuh. Kebutaan pada anak dapat menimbulkan gangguan yang relatif lebih kompleks daripada kebutaan pada dewasa. Hal ini meliputi antara lain: Gangguan motorik Gangguan sensorik Gangguan kognitif Gangguan interpersonal dan intrapersonal Intervensi pada bahan dan substansi bahaya: Gangguan dalam merawat diri sendiri o Eliminasi Gangguan produktivitas o Segregasi Gangguan dalam aktivitas rekreasi o ventilasi Gangguan motorik pada anak yang buta secara umum dapat dikatakan: o supresi Tidak menggunakan tangan untuk eksplorasi lingkungan Tidak menyukai posisi duduk karena tidak ada stimulasi visual sebagai Pendekatan administratif : stimulator o Pembatasan waktu pajanan (diwaktu kerja maupun di rumah) Keterlambatan perkembangan motorik (tidur-duduk-merayap-merangkakUpaya pencegahan ditujukan agar tingkat pajanan tidak berbahaya. berdiri-berjalan) Perkembangan motorik halus yang melibatkan manipulasi objek dan Di tempat kerja dikenal dengan Nilai Ambang Batas,, 85 dB keterampilan tertahan di satu titik Di pemukiman dikenal dengan Baku Mutu Lingkungan ,,70dB Menghindari aktivitas motorik kasar karena ketiadaan feedback visual; hal ini mengakibatkan koordinasi dan integrasi gerakan menjadi buruk Baku mutu lingkungan harus lebih tidak berbahaya, karena lebih banyak waktu dihabiskan Perkembangan refleks dan keseimbangan terhambat di pemukiman. Gangguan sensorik pada anak yang buta secara umum dapat dikatakan: Sikap defensif ketika disentuh untuk dimandikan, digendong, atau diganti Kuliah 15 – Rehabilitation of Sensory Disorders popoknya Blindism (untuk stimulasi diri sendiri) --> menelengkan kepala, menggosok Catatan: malang tak dapat ditolak, untung sepupunya Donal Bebek, sang dosen mata, menyentuh tangan, mengayunkan tubuh, melambaikan tangan di depan lebih banyak bercerita daripada menambahkan isi slide dengan materi yang mata, menyentuhkan dagu ke dada, dsb berguna untuk ilmu pengetahuan kita. Jadi, tentier kali ini akan lebih banyak Kesulitan dengan aktivitas yang bersifat spasial (berkaitan dengan tempat, menyamakan persepsi tentang isi slide belaka. seperti berjalan) dan temporal (berkaitan dengan waktu, seperti menunggu) Kesadaran proprioseptif, lateralisasi, dan arah yang buruk Yang dimaksud dengan gangguan sensorik (sensory disorders) dalam hal ini adalah Hiper/hiporesponsif terhadap stimulasi vestibular gangguan yang terjadi khususnya pada indera penglihatan (meliputi buta anak/dewasa, Kecemasan akan bunyi/suara yang tidak familiar penglihatan buruk) dan indera pendengaran. Hal ini disebabkan karena kedua indera Hiperresponsif terhadap bau tersebut memgang peranan terbesar dalam menerima informasi: orientasi-mobilitas, Gangguan kognitif pada anak yang buta secara umum dapat dikatakan: aksesibilitas, dan komunikasi serta korespondensi dari lingkungan. Kelakuan dan kesadaran lingkungan yang buruk BAGIAN PERTAMA: INDERA PENGLIHATAN Kecenderungan untuk menggunakan memori sentuhan daripada spasial/auditori Tidak memiliki konsep “objek yang permanen” Adapun gangguan intrapersonal dan interpersonal meliputi: Bahasa nonverbal (senyum, ekspresi wajah) terhambat Ansietas parsial (suatu bentuk ansietas yang umum dialami anak pada tahap perkembangan psikologis tertentu) lebih parah dan lebih lama dari anak normal Kekurangan feedback visual terhadap kelakuan dan komunikasi nonverbal dalam masyarakat Kecenderungan untuk bersikap pasif dalam lingkungan Menarik diri dari pergaulan Demi orientasi-mobilitasnya (kemampuan navigasi secara aman, tidak tergantung, dan percaya diri) perlu dilakukan suatu rehabilitasi medik yang bergantung pada kebutuhan/kemampuan/tuntutan lingkungan tiap orang. Model untuk terapi tentu saja berputar di sekitar konsep: integrasi sensorik, tahap perkembangan, dan terapi perkembangan pikiran. Rehabilitasi ini meliputi: latihan sensorik (sensitivitas sensorik dll), pengembangan konsep (pembelajaran spasial dan struktur stereometri) dan kemampuan motorik (penggunaan tangan untuk eksplorasi), keahlian tongkat panjang (penting!), dan komunikasi-korespondensi (huruf Braille dll). 2. BAGIAN KEDUA: REHABILITASI INDERA PENDENGARAN Penjelasan yang ga tercantum di slide kuliahnya, bisa dibilang sedikit, soalnya bagian kedua ini 15 menit terakhir ^^ Rehabilitasi pendengaran, tujuannya untuk mengurangi kesulitan komunikasi seseorang, membantu seseorang menghadapi kehilangan pendengarannya. Ada 3 macam perlakuan: 1. Amplifikasi a. Konvensional hearing aid, biasanya tempatnya di sini: di liang telinga, di lubang telinga, dan di belakang telinga b. Untuk mengamplifikasi sinyal suara dan menyampaikannya di level yang tepat di atas range dari threshold yang lemah. c. Digunakan jika derajat kerusakan pendengaran pasien cukup banyak sehingga mengganggu komunikasi dengan sekitarnya. d. Hearing aid: komponennya ada 3, yaitu mikrofon (mengambil suara lingkungan, mengubah sinyal suara menjadi sinyal listrik, dan terhubung ke amplifier), amplifier (meningkatkan amplitudo signal elektrik dan mengirim ke receiver), dan receiver (mengubah sinyal 3. listrik yang telah diamplifikasi kembali ke sinyal suara dan mengeluarkannya di liang telinga) Perhatikan ketiga komponen ini, pertimbangkan apakah membantu pendengaran pasien, jangan tergiur harga murah atau tertipu harga mahal. Letaknya ada yang di telinga luar, tengah, dan dalam. e. Untuk amplifikasi, jika pasien yang tuli parah atau mendalam dan tidak terobati dengan amplifikasi konvensional, maka dapat menggunakan cochlear impant. Cochlear implant digunakan untuk yang kerusakannya di fungsi dari sel rambut di koklea. Jika sel rambut rusak, impuls saraf tidak dihasilkan dan aktivitas listrik saraf pendengaran tidak dimulai. f. Elektroda yang digunakan pada cochlear implant ditanam di tulang temporal. Training auditori a. Yang penting : identifikasi dan intervensi secepatnya b. Alasannya, untuk membuka jalur komunikasi yang dibutuhkan untuk perkembangan kebahasaan c. Setelah perangkat amplifikasi yang tepat diperoleh, pasien perlu diajarkan bagaimana menggunakan residu atau sisa pendengaran d. Tujuan: untuk memaksimalkan penggunaan bahasa lisan atau isyarat dari pasien e. Pendekatan Lisan: untuk membantu anak mengembangkan keterampilan lisan yang akan memungkinkan untuk mendapatkan pendidikan dan gaya hidup f. Pendekatan manual: untuk membantu anak mengembangkan bahasa melalui sistem indra yang tidak terganggu. Anak belajar bahasa isyarat sebagai metode komunikasi g. Menggabungkan komunikasi lisan dan manual yang menekankan pengembangan bahasa tanpa memperhatikan sistem sensorik. Pendekatan ini berusaha untuk memaksimalkan pembelajaran bahasa dan komunikasi lisan. h. Untuk pendekatan carhart dan penjelasannya, bisa dilihat di slide kuliah ya Metode komunikasi aural/oral dan manual a. Penggunaan dari sisa pendengaran untuk menerima bahasa dan kata yang diucapkan untuk mengekspresikan bahasa. b. Salah satu masalah yang paling sulit, terutama anak-anak adalah bagaimana menentukan cara komunikasi yang terbaik bagi klien. c. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, seperti jumlah sisa pendengaran, bahasa dan kemampuan kognitif, manual ketangkasan, dan preferensi klien ASPEK MEDIKOLEGAL PENGINDERAAN Istilah medikolegal behubungan dengan kedokteran dan hukum, menyangkut aspek hukum praktik kedokteran (seperti malapraktik atau persetujuan pasien untuk operasi atau informasi pasien). Dari ke-5 sistem indera, hanya penglihatan dan pendengaran yang tampaknya menjadi isu utama yang berhubungan dengan aspek medikolegal. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di Indonesia, terdapat 5 indera khusus: a. Penglihatan b. Pendengaran c. Penghiduan d. Pengecapan e. Perabaan Aspek Medikolegal Pendengaran Gangguan Pendengaran Ringan (mild) - dewasa: 25 – 40 dB - anak: 15 – 40 dB Sedang (moderate): 41 – 55 dB Moderately severe: 56 – 70 dB Berat (severe): 71 – 90 dB Profound: ≥ 90 dB Permasalahan Medikolegal timbul apabila gangguan pada indera merupakan akibat dari trauma, berhubungan dengan pekerjaan, atau penganiayaan. a. Keparahan cedera kehilangan salah satu indera = luka berat, sesuai pasal 90 KUHP: Aspek Medikolegal Penglihatan Level kelayakan tajam penglihatan (visus) ditentukan berdasarkan kebijakan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat ditentukan batas minimum visus sbb: - lisensi pilot = 20/20 - lisensi mengemudi (SIM) = 20/40 - special educational assistance (bantuan pendidikan khusus) = 20/80 visus 20/200 (dengan koreksi terbaik, atau dengan lapang pandang kurang dari 20°) didefinisikan sebagai legal blindness (buta menurut hukum) Menurut WHO ICD (International Classification of Disease) edisi 10: - Low vision (penglihatan buruk): ketajaman penglihatan (visus) < 6/18 tapi ≥ 3/60, atau penurunan lapang pandang hingga < 20° pada mata dengan koreksi terbaik yang dapat dilakukan - Blindness (kebutaan): tajam penglihatan (visus) < 3/60 atau penurunan lapang pandang < 10° pada mata dengan koreksi terbaik yang dapat dilakukan Visual impairment (gangguan penglihatan): penglihatan dengan bantuan kacamata ≤ 20/60; keterbatasan side vision; buta warna; penglihatan ganda. Visual disability: ketidakmampuan seseorang untuk melakukan suatu hal terkait fungsi penglihatan. Penilaian terhadap ketidakmampuan ini penting untuk memperoleh kompensasi bagi pekerja, asuransi cacat, dan bentuk-bentuk bantuan dari pemerintah lainnya. Gangguan penglihatan tertinggi (menurut WHO, 2002) terdapat di Asia Tenggara. (table perbandingan dapat dilihat di slide ) Buta warna: a. Total b. Parsial (sebagian) merah-hijau dikromat (protanopia dan deuteranopia), trikromat anomali (protanomali dan deuteranomali) biru-kuning dikromat (tritanopia), trikromat anomaly (tritanomali) Tidak ada alasan untuk melarang seseorang yang buta warna untuk belajar kedokteran di negara-negara barat tidak ada screening khusus bagi calon mahasiswa kedokteran, yang perlu diperhatikan adalah saat memilih spesialisasi. Sebaliknya, beberapa negara timur tidak mengizinkan seseorang dengan buta warna untuk belajar kedokteran. Luka berat berarti: – jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut; – tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian; – kehilangan salah satu pancaindera; – mendapat cacat berat; – menderita sakit lumpuh; – terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih; – gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. sementar itu b. Kompensasi pekerja (workman compensation) Pedoman IDI 2004: Untuk Calon Presiden / Calon Kepala Daerah, diharapkan tidak memiliki kriteria di bawah ini: Catatan: pengaturan hukum masih punya banyak kekurangan. Contoh definisi perkosaan yang hanya berlaku bagi seorang wanita yang disetubuhi secara paksa (lalu bagaimana dengan bentuk-bentuk pelecehan seksual lainnya) – Disabilitas bidang penglihatan sbb: • Tajam penglihatan jauh dengan koreksi masih lebih buruk dari 6/18 dan/atau tajam penglihatan dekat dengan koreksi masih lebih buruk dari Jaeger 2 pada mata terbaik; • Lapang pandangan kurang dari 50 % yang tidak dapat dikoreksi; • Diplopia pada posisi sentral 30° yang tidak dapat dikoreksi; – Disabilitas bidang pendengaran: • Tuli yang tidak dapat dikoreksi dengan alat bantu dengar; Anosmia dan Masalah Pengecapan Hilangnya kemampuan untuk menghidu (gangguan olfaktorius) dapat disebabkan oleh trauma kepala, pengobatan, dan infeksi. Permasalahan Medikolegal lainnya Transplantasi Kornea PP 18/1981 tentang bedah mayat anatomis, bedah ayat klinis dan transplantasi jaringan tubuh manusia Gangguan penglihatan dapat menyebabkan seseorang dilarang untuk berkesempatan dalam suatu pekerjaan atau pendidikan. Pasal-pasal lainnya: a. Pasal 89 KUHP Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan. b. Pasal 352 KUHP Penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit dan atau halangan melakukan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian sehari-hari. - SELAMAT BELAJAR YAH TEMAN-TEMAN-