O PI N I Air hangat dapat mengurangi ketegangan perineum dan memberi rasa nyaman bagi ibu dan bayi, sehingga mengurangi trauma lahir (karena efek melenturkan dan meregangkan jaringan perineum dan vulva). Metode water birth dikenal sebagai persalinan yang "Easier for Mom, Better for Babies "5,7,8 Pendekatan Non Farmakologis untuk Mengurangi Nyeri Saat Persalinan Harry Kurniawan Gondo Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma, Surabaya, Indonesia PENDAHULUAN Persalinan dan pelahiran merupakan kejadian fisiologi normal. Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin akan turun ke dalam jalan lahir. Pelahiran adalah proses janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan aterm (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung sekitar 18 – 20 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Salah satu hal yang menyertai proses persalinan, yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu adalah nyeri persalinan. Saat ini proses persalinan pevaginam telah berkembang, bertujuan memberi rasa nyaman, aman dan menyenangkan, serta dapat mengurangi dan bila mungkin meniadakan rasa cemas dan menegangkan. Ada beberapa metode nonfarmakologis yang dapat diterapkan dalam mengurangi nyeri persalinan, yaitu pendampingan saat persalinan, teknik pernapasan saat persalinan "Lamaze", hidroterapi (bersalin dalam air "water birth", mandi), aromaterapi, audioanalgesia, akupuntur, Transcutaneus Electric Nerve Stimulation (TENS), kompres dengan suhu dingin panas, sentuhan pijatan dan hipnotis. Artikel ini akan membahas terutama persalinan dalam air - water birth, yang saat ini sudah mulai diperkenalkan oleh beberapa rumah sakit dan klinik di Indonesia. Pertemuan tahunan ke-3 Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia (PIT 3 HOGSI) di Bali 23-29 April 2010 juga mengadakan workshop mengenai water birth. Metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri persalinan ini dapat diterapkan di semua rumah sakit dan klinik bersalin karena tidak berbahaya secara farmakologis dan dengan biaya yang relatif murah. C DK 1 8 5 / Vo l. 38 no. 4/M ei -Juni 2011 PENDAMPINGAN PERSALINAN (Komunikasi Emosi, Sentuhan & Pijatan) Pendampingan terus-menerus, setidaknya 80% dari seluruh waktu persalinan terbukti merupakan pendekatan non-farmakologis yang efektif mengurangi nyeri persalinan. Pendampingan ini dilakukan oleh keluarga dekat, petugas kamar bersalin, bidan atau dokter. Pendampingan ini memberikan dukungan emosional kepada ibu bersalin, menimbulkan semangat, peneguhan positif akan kehamilan dan persalinan, menghibur dan komunikasi akurat mengenai cara bersalin, teknik bernafas saat his/kontraksi uterus, memberi informasi kemajuan persalinan, dan menimbulkan rasa aman. Selain itu, pendamping dapat melakukan sentuhan, pijatan dan memberi empati; kontak langsung ini menghilangkan rasa cemas persalinan secara bermakna.1,2 Pendampingan persalinan juga sangat efektif menurunkan angka operasi sectio caesarea dan penggunaan alat bantu pervaginam (Vakum atau Forsep/cunam) dalam persalinan, karena dukungan dalam mengedan, berkurangnya rasa cemas dan nyeri, memberikan efek yang baik ter- hadap kemajuan persalinan dan saat mengedan. PERSALINAN DALAM AIR (WATER BIRTH) Water birth merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, berupa ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan cara berendam dalam air hangat (di bathtub atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi nyaman. Di Indonesia pertama kali diprakarsai di SanMarie Family Healthcare 4 Oktober 2006, sementara di Bali populer setelah salah satu aktris Indonesia melahirkan pada 20 Juli 2007 di klinik Yayasan Bali Sehat di desa Nyuh O PI N I Keuntungan Water birth Metode water birth lebih menguntungkan ibu dan bayi berupa pengurangan penggunaan analgesik, pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi. Retrospektif dilaporkan berkurangnya nyeri dan meningkatnya kepuasan. Water birth merupakan suatu bentuk hydrotherapy, metode penanganan nyeri yang efektif dan bermanfaat pada kondisi seperti low back pain (yang umumnya menjadi keluhan ibu saat persalinan). Evaluasi terhadap 17 Randomized Controlled Trial (RCT), 2 Controlled Studies, 12 Cohort Studies, dan 2 laporan kasus, menyimpulkan terdapat keuntungan hydroterapy dalam penanganan nyeri, bermanfaat, manjur dan memiliki efek mobilitas, kekuatan, dan keseimbangan, terutama pada ibu dengan rematik dan nyeri pinggang bawah kronik.3 Dukungan air saat kepala bayi crowning akan menurunkan risiko robekan perineum, dan dapat mengurangi tindakan episiotomi. Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat memperpendek proses persalinan kala I secara signifikan. Ibu dapat lebih mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah, lebih rileks/santai, nyaman, menghemat tenaga, mengurangi keperluan obat dan intervensi lainnya, memberi perlindungan secara pribadi, mengurangi kejadian sectio caesarea, sehingga memudahkan persalinan.4,5 Pada persalinan dan/atau pelahiran di air, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk relaksasi, sementara air hangat membantu mengurangi nyeri. Penanganan nyeri persalinan dengan menggunakan media air (hidroterapi) merupakan suatu metode relaksasi yang aman, non-invasif, ekonomis dan dapat mengurangi rasa nyeri persalinan.4,9 Cochrane review mendukung kesimpulan bahwa berendam dalam air selama persalinan kala I mengurangi penggunaan analgesia dan nyeri maternal, tanpa memanjangkan durasi persalinan, keluaran bayi, dan persalinan operatif. Metode persalinan water birth dengan penanganan yang baik dapat menjadi pilihan bagi persalinan lama, mengurangi keperluan intervensi obstetrik, dan memberi alternatif penanganan nyeri.11 Patofisiologi Pengurangan Nyeri Bersalin Dalam Air Berkurangnya rasa nyeri pada metode persalinan ini disebabkan oleh perbaikan sirkulasi darah uterus, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi endorfin (stress related hormone). Persalinan dalam air memberi keleluasaan ibu untuk bergerak bebas, dapat memberi rasa lebih rileks dan nyaman sehingga ibu hamil mampu berkonsentrasi pada persalinannya, memperbaiki sirkulasi darah dari plasenta ke janin, suhu tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu yang akan mempengaruhi oksigenasi bayi,dan bayi akan mampu beradaptasi terhadap lingkungan di luar rahim dengan baik. Wanita dengan hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah setelah berendam dalam air hangat selama 10 hingga 15 menit. Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi dengan berendam dalam air hangat.6 Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik, memperbaiki sirkulasi dan oksigenasi darah otot uterus sehingga lebih banyak oksigen masuk ke bayi selama persalinan. Air hangat dengan suhu tepat yang suasananya menyerupai lingkungan intrauterin memudahkan transisi janin dari jalan lahir ke dunia luar. Air mengurangi nyeri selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami, sehingga ibu hamil dapat lebih mudah berubah 299 300 posisi. Air hangat dan tekanan pusaran air kolam (jacuzzi) merangsang respon fisiologi ibu hamil termasuk redistribusi volume darah yang akan merangsang pelepasan oksitosin dan vasopresin. Hipotesisnya bahwa air hangat akan dapat merelaksasi otot-otot dan mental, meningkatkan pelepasan katekolamin yang meningkatkan perfusi, relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga mengurangi nyeri kontraksi dan mempersingkat fase persalinan.11-17 mempertimbangkan meninggalkan kolam pada final stage, serta menggunakan protokol yang disepakati untuk mencegah komplikasi. Diperkirakan 50% maternity unit di Inggris sekarang menyediakan fasilitas persalinan dan pelahiran di air, dan 15-60% wanita di unit tersebut memilih menggunakan metode ini. Dari survei NHS Maternity Unit di Inggris dan Wales selama tahun 1994-96 teridentifikasi 0,6% pelahiran di air, 9% home birth.3,6 Kolam bersalin harus didesain khusus dan tidak boleh digunakan selain untuk persalinan. Temperatur air sebaiknya sama persis dengan suhu tubuh ibu saat melahirkan. Akurasi ini penting untuk mencegah temperature shock saat bayi meluncur ke dalam kolam. Sterilitas air perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu maupun bayinya. Review beberapa literatur dan pengalaman klinis menunjukkan metode ini aman baik bagi ibu maupun janin, jika mengikuti petunjuk. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa berendam dalam air selama water birth memberikan keuntungan signifikan pada luaran persalinan; air hangat menghasilkan relaksasi dan digunakan sebagai menajemen pengurang rasa nyeri. Banyak ibu merasakan manfaat langsung air hangat tersebut. Risiko dan Komplikasi Terdapat risiko tenggelam, bayi menghirup air atau bernapas dalam air. Bayi yang lahir dalam air harus diangkat ke permukaan sesegera mungkin.18 Lilitan tali pusat dapat menjadi masalah. Secara teoritis risiko aspirasi air pada water birth kira-kira 95%. meskipun sangat jarang terjadi, sebab bayi tidak akan menghirup udara sampai terpapar ke permukaan air. Risiko lain yang mungkin membahayakan bayi antara lain perdarahan luas, infeksi herpes dan berbagai infeksi. Infeksi P. aeruginosa pernah didapatkan pada swab telinga dan umbilikus bayi yang lahir dengan water birth.11,16,19 Pada bayi preterm metode water birth tidak direkomendasikan. Risiko diminimalkan dengan mengikuti petunjuk penting di antaranya, kehati-hatian mengatur temperatur air, menjaga kebersihan kolam, menghindari berendam terlalu lama, mempertimbangkan penggunaan air isotonik, dan meninggalkan kolam pada persalinan kala III dan IV untuk dapat melakukan kala III aktif dan mengurangi risiko perdarahan. Risiko pada ibu di antaranya adanya kemungkinan air masuk ke aliran darah ibu. The Royal College of Obstetricians and Gynecologists mempublikasikan guideline, di antaranya kontrol temperatur air, kebersihan kolam rendaman, menghindari berendam terlalu lama, mempertimbangkan penggunaan air isotonik, Teknik Bersalin Dalam Air Setiap maternal unit dianjurkan memiliki dan mengembangkan kebijakan penggunaan waterbirth: 3,6,11,12,13 a. Profesionalisme Para penolong harus mempunyai kesempatan mendapatkan pendidikan, pelatihan dan bimbingan. Pengembangan profesionalisme terus menerus dan memenuhi persyaratan layanan perlu untuk meningkatkan mutu pelayanan water birth. b. Informasi (Informed Consent) Semua ibu hamil diberi informasi tentang water birth. Penyedia layanan wajib memberikan pengarahan tentang proses persalinan sampai ibu mengerti dan memahaminya. c. Instrumentasi Adanya kebijakan lokal tentang penanggungjawab peralatan. Unit peralatan seluruhnya sesuai standar keamanan Semua peralatan harus dibersihkan dan dikeringkan setelah digunakan sesuai kebijakan penanggulangan infeksi. Penyaring disposable harus menjamin kolam bebas dari feses dan kotoran lainnya. Penolong harus menggunakan universal precaution dan mengikuti petunjuk penanggulangan infeksi. Pemantauan denyut jantung janin menggunakan Doppler kedap air sebagai standar praktis. C D K 1 8 5 / V o l . 3 8 n o . 4 / Me i- J u n i 2 0 1 1 O PI N I Air hangat dapat mengurangi ketegangan perineum dan memberi rasa nyaman bagi ibu dan bayi, sehingga mengurangi trauma lahir (karena efek melenturkan dan meregangkan jaringan perineum dan vulva). Metode water birth dikenal sebagai persalinan yang "Easier for Mom, Better for Babies "5,7,8 Pendekatan Non Farmakologis untuk Mengurangi Nyeri Saat Persalinan Harry Kurniawan Gondo Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma, Surabaya, Indonesia PENDAHULUAN Persalinan dan pelahiran merupakan kejadian fisiologi normal. Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin akan turun ke dalam jalan lahir. Pelahiran adalah proses janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan aterm (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung sekitar 18 – 20 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Salah satu hal yang menyertai proses persalinan, yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu adalah nyeri persalinan. Saat ini proses persalinan pevaginam telah berkembang, bertujuan memberi rasa nyaman, aman dan menyenangkan, serta dapat mengurangi dan bila mungkin meniadakan rasa cemas dan menegangkan. Ada beberapa metode nonfarmakologis yang dapat diterapkan dalam mengurangi nyeri persalinan, yaitu pendampingan saat persalinan, teknik pernapasan saat persalinan "Lamaze", hidroterapi (bersalin dalam air "water birth", mandi), aromaterapi, audioanalgesia, akupuntur, Transcutaneus Electric Nerve Stimulation (TENS), kompres dengan suhu dingin panas, sentuhan pijatan dan hipnotis. Artikel ini akan membahas terutama persalinan dalam air - water birth, yang saat ini sudah mulai diperkenalkan oleh beberapa rumah sakit dan klinik di Indonesia. Pertemuan tahunan ke-3 Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia (PIT 3 HOGSI) di Bali 23-29 April 2010 juga mengadakan workshop mengenai water birth. Metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri persalinan ini dapat diterapkan di semua rumah sakit dan klinik bersalin karena tidak berbahaya secara farmakologis dan dengan biaya yang relatif murah. C DK 1 8 5 / Vo l. 38 no. 4/M ei -Juni 2011 PENDAMPINGAN PERSALINAN (Komunikasi Emosi, Sentuhan & Pijatan) Pendampingan terus-menerus, setidaknya 80% dari seluruh waktu persalinan terbukti merupakan pendekatan non-farmakologis yang efektif mengurangi nyeri persalinan. Pendampingan ini dilakukan oleh keluarga dekat, petugas kamar bersalin, bidan atau dokter. Pendampingan ini memberikan dukungan emosional kepada ibu bersalin, menimbulkan semangat, peneguhan positif akan kehamilan dan persalinan, menghibur dan komunikasi akurat mengenai cara bersalin, teknik bernafas saat his/kontraksi uterus, memberi informasi kemajuan persalinan, dan menimbulkan rasa aman. Selain itu, pendamping dapat melakukan sentuhan, pijatan dan memberi empati; kontak langsung ini menghilangkan rasa cemas persalinan secara bermakna.1,2 Pendampingan persalinan juga sangat efektif menurunkan angka operasi sectio caesarea dan penggunaan alat bantu pervaginam (Vakum atau Forsep/cunam) dalam persalinan, karena dukungan dalam mengedan, berkurangnya rasa cemas dan nyeri, memberikan efek yang baik ter- hadap kemajuan persalinan dan saat mengedan. PERSALINAN DALAM AIR (WATER BIRTH) Water birth merupakan salah satu metode alternatif persalinan pervaginam, berupa ibu hamil aterm tanpa komplikasi bersalin dengan cara berendam dalam air hangat (di bathtub atau kolam) dengan tujuan mengurangi rasa nyeri kontraksi dan memberi sensasi nyaman. Di Indonesia pertama kali diprakarsai di SanMarie Family Healthcare 4 Oktober 2006, sementara di Bali populer setelah salah satu aktris Indonesia melahirkan pada 20 Juli 2007 di klinik Yayasan Bali Sehat di desa Nyuh O PI N I Keuntungan Water birth Metode water birth lebih menguntungkan ibu dan bayi berupa pengurangan penggunaan analgesik, pemendekan persalinan kala I dan pengurangan angka episiotomi. Retrospektif dilaporkan berkurangnya nyeri dan meningkatnya kepuasan. Water birth merupakan suatu bentuk hydrotherapy, metode penanganan nyeri yang efektif dan bermanfaat pada kondisi seperti low back pain (yang umumnya menjadi keluhan ibu saat persalinan). Evaluasi terhadap 17 Randomized Controlled Trial (RCT), 2 Controlled Studies, 12 Cohort Studies, dan 2 laporan kasus, menyimpulkan terdapat keuntungan hydroterapy dalam penanganan nyeri, bermanfaat, manjur dan memiliki efek mobilitas, kekuatan, dan keseimbangan, terutama pada ibu dengan rematik dan nyeri pinggang bawah kronik.3 Dukungan air saat kepala bayi crowning akan menurunkan risiko robekan perineum, dan dapat mengurangi tindakan episiotomi. Persalinan dan kelahiran di dalam air juga dapat memperpendek proses persalinan kala I secara signifikan. Ibu dapat lebih mengontrol perasaannya, menurunkan tekanan darah, lebih rileks/santai, nyaman, menghemat tenaga, mengurangi keperluan obat dan intervensi lainnya, memberi perlindungan secara pribadi, mengurangi kejadian sectio caesarea, sehingga memudahkan persalinan.4,5 Pada persalinan dan/atau pelahiran di air, kemampuan mengapung ibu akan menolong untuk relaksasi, sementara air hangat membantu mengurangi nyeri. Penanganan nyeri persalinan dengan menggunakan media air (hidroterapi) merupakan suatu metode relaksasi yang aman, non-invasif, ekonomis dan dapat mengurangi rasa nyeri persalinan.4,9 Cochrane review mendukung kesimpulan bahwa berendam dalam air selama persalinan kala I mengurangi penggunaan analgesia dan nyeri maternal, tanpa memanjangkan durasi persalinan, keluaran bayi, dan persalinan operatif. Metode persalinan water birth dengan penanganan yang baik dapat menjadi pilihan bagi persalinan lama, mengurangi keperluan intervensi obstetrik, dan memberi alternatif penanganan nyeri.11 Patofisiologi Pengurangan Nyeri Bersalin Dalam Air Berkurangnya rasa nyeri pada metode persalinan ini disebabkan oleh perbaikan sirkulasi darah uterus, berkurangnya tekanan abdomen, serta meningkatnya produksi endorfin (stress related hormone). Persalinan dalam air memberi keleluasaan ibu untuk bergerak bebas, dapat memberi rasa lebih rileks dan nyaman sehingga ibu hamil mampu berkonsentrasi pada persalinannya, memperbaiki sirkulasi darah dari plasenta ke janin, suhu tubuh bayi menjadi hangat sesuai suhu tubuh ibu yang akan mempengaruhi oksigenasi bayi,dan bayi akan mampu beradaptasi terhadap lingkungan di luar rahim dengan baik. Wanita dengan hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah setelah berendam dalam air hangat selama 10 hingga 15 menit. Kecemasan yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah akan dapat dikurangi dengan berendam dalam air hangat.6 Berendam dalam air selama persalinan akan mengurangi tekanan pada abdomen ibu, dan mengapung mengakibatkan kontraksi uterus lebih efisien dan sirkulasi darah lebih baik, memperbaiki sirkulasi dan oksigenasi darah otot uterus sehingga lebih banyak oksigen masuk ke bayi selama persalinan. Air hangat dengan suhu tepat yang suasananya menyerupai lingkungan intrauterin memudahkan transisi janin dari jalan lahir ke dunia luar. Air mengurangi nyeri selama persalinan dengan jalan mengurangi beban gravitasi secara alami, sehingga ibu hamil dapat lebih mudah berubah 299 300 posisi. Air hangat dan tekanan pusaran air kolam (jacuzzi) merangsang respon fisiologi ibu hamil termasuk redistribusi volume darah yang akan merangsang pelepasan oksitosin dan vasopresin. Hipotesisnya bahwa air hangat akan dapat merelaksasi otot-otot dan mental, meningkatkan pelepasan katekolamin yang meningkatkan perfusi, relaksasi dan kontraksi uterus, sehingga mengurangi nyeri kontraksi dan mempersingkat fase persalinan.11-17 mempertimbangkan meninggalkan kolam pada final stage, serta menggunakan protokol yang disepakati untuk mencegah komplikasi. Diperkirakan 50% maternity unit di Inggris sekarang menyediakan fasilitas persalinan dan pelahiran di air, dan 15-60% wanita di unit tersebut memilih menggunakan metode ini. Dari survei NHS Maternity Unit di Inggris dan Wales selama tahun 1994-96 teridentifikasi 0,6% pelahiran di air, 9% home birth.3,6 Kolam bersalin harus didesain khusus dan tidak boleh digunakan selain untuk persalinan. Temperatur air sebaiknya sama persis dengan suhu tubuh ibu saat melahirkan. Akurasi ini penting untuk mencegah temperature shock saat bayi meluncur ke dalam kolam. Sterilitas air perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan infeksi pada ibu maupun bayinya. Review beberapa literatur dan pengalaman klinis menunjukkan metode ini aman baik bagi ibu maupun janin, jika mengikuti petunjuk. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa berendam dalam air selama water birth memberikan keuntungan signifikan pada luaran persalinan; air hangat menghasilkan relaksasi dan digunakan sebagai menajemen pengurang rasa nyeri. Banyak ibu merasakan manfaat langsung air hangat tersebut. Risiko dan Komplikasi Terdapat risiko tenggelam, bayi menghirup air atau bernapas dalam air. Bayi yang lahir dalam air harus diangkat ke permukaan sesegera mungkin.18 Lilitan tali pusat dapat menjadi masalah. Secara teoritis risiko aspirasi air pada water birth kira-kira 95%. meskipun sangat jarang terjadi, sebab bayi tidak akan menghirup udara sampai terpapar ke permukaan air. Risiko lain yang mungkin membahayakan bayi antara lain perdarahan luas, infeksi herpes dan berbagai infeksi. Infeksi P. aeruginosa pernah didapatkan pada swab telinga dan umbilikus bayi yang lahir dengan water birth.11,16,19 Pada bayi preterm metode water birth tidak direkomendasikan. Risiko diminimalkan dengan mengikuti petunjuk penting di antaranya, kehati-hatian mengatur temperatur air, menjaga kebersihan kolam, menghindari berendam terlalu lama, mempertimbangkan penggunaan air isotonik, dan meninggalkan kolam pada persalinan kala III dan IV untuk dapat melakukan kala III aktif dan mengurangi risiko perdarahan. Risiko pada ibu di antaranya adanya kemungkinan air masuk ke aliran darah ibu. The Royal College of Obstetricians and Gynecologists mempublikasikan guideline, di antaranya kontrol temperatur air, kebersihan kolam rendaman, menghindari berendam terlalu lama, mempertimbangkan penggunaan air isotonik, Teknik Bersalin Dalam Air Setiap maternal unit dianjurkan memiliki dan mengembangkan kebijakan penggunaan waterbirth: 3,6,11,12,13 a. Profesionalisme Para penolong harus mempunyai kesempatan mendapatkan pendidikan, pelatihan dan bimbingan. Pengembangan profesionalisme terus menerus dan memenuhi persyaratan layanan perlu untuk meningkatkan mutu pelayanan water birth. b. Informasi (Informed Consent) Semua ibu hamil diberi informasi tentang water birth. Penyedia layanan wajib memberikan pengarahan tentang proses persalinan sampai ibu mengerti dan memahaminya. c. Instrumentasi Adanya kebijakan lokal tentang penanggungjawab peralatan. Unit peralatan seluruhnya sesuai standar keamanan Semua peralatan harus dibersihkan dan dikeringkan setelah digunakan sesuai kebijakan penanggulangan infeksi. Penyaring disposable harus menjamin kolam bebas dari feses dan kotoran lainnya. Penolong harus menggunakan universal precaution dan mengikuti petunjuk penanggulangan infeksi. Pemantauan denyut jantung janin menggunakan Doppler kedap air sebagai standar praktis. C D K 1 8 5 / V o l . 3 8 n o . 4 / Me i- J u n i 2 0 1 1 O PI N I d. Keamanan dan kesehatan Kebijakan kontrol infeksi lokal melindungi pengguna water birth dan menjamin terlaksananya universal precaution. Jika tubuh ibu hamil terangkat keluar dari air, menyebabkan kepala bayi terpajan udara dan tali pusat tampak, bayi harus dikeluarkan dari air untuk menghindari risiko premature gasping. e. Masalah lain: • Suhu : Fisiologi dasar hipertermia pada ibu dan bayi harus dipahami. Pedoman lokal menetapkan target suhu ibu untuk menghindari hiper/hipotermia. selama persalinan di air. Suhu ibu diperiksa saat masuk kolam untuk data dasar dan diukur setiap jam selama di air, jika lebih dari 37,5°C metode persalinan ini dibatalkan. Suhu ibu, air dan ruangan diperiksa secara reguler. Pada persalinan kala 1, suhu air yang direkomendasikan 34-37°C, diperiksa dan dicatat setiap 15 menit. Pada persalinan kala II suhu air 37-37,5°C, diperiksa dan dicatat setiap 15 menit. Suhu ruangan 22-28°C, diperiksa dan dicatat setiap jam. Ibu diharapkan minum air minimal 1 liter per jam selama berendam. • Analgesia : Petunjuk lokal penggunaan anti nyeri dapat dikonsultasikan dengan anestesi. • Emergensi : Petunjuk lokal yang dapat menjelaskan secara detail langkah - langkah dalam situasi darurat. Seluruh penolong, dan ibu hamil yang menggunakan metode persalinan ini harus mengetahui dan memahami langkah-langkah tersebut. Syarat Persalinan Dalam Air 5-9,13,17,19,20,21 • Ibu hamil risiko rendah • Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina, saluran kemih, dan kulit. • Tanda vital ibu dalam batas normal, dan CTG (Cardiotocography) janin normal. • Air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks mencapai 4-5 cm. • Pasien setuju mengikuti instruksi penolong Indikasi Persalinan Dalam Air 5-9, 13,17,19,20,21 • Merupakan pilihan ibu. • Kehamilan normal > 37 minggu. C DK 1 8 5 / Vo l. 38 no. 4/M ei -Juni 2011 • • • • • • • • • Fetus tunggal presentasi kepala. Ibu tidak menggunakan obat-obat penenang. Ketuban pecah spontan < 24 jam. Tidak ada komplikasi kehamilan (pre-eklampsia, diabetes tidak terkontrol, hipertensi, sakit jantung, asma, dll). Tidak ada perdarahan. Denyut Jantung Janin normal. Cairan amnion jernih. Persalinan spontan atau menggunakan misoprostol atau pitocin. Kriteria non-klinis, seperti : staf atau peralatan yang mendukung water birth. Posisi ibu : 10,23,24 1. Berbaring (Litotomi) Ibu telentang dengan menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Keuntungan posisi ini, dokter bisa leluasa membantu proses persalinan. Jalan lahir menghadap ke depan, perkembangan pembukaan dapat lebih mudah diukur; dengan demikian waktu persalinan bisa diprediksi lebih akurat. Selain itu, tindakan episiotomi bisa dilakukan lebih leluasa, sehingga bisa lebih bagus, terarah, serta sayatannya bisa minimal. Bayi dengan posisi kepala relatif lebih mudah dipegang dan diarahkan. Kontraindikasi 5-9, 13,17,19,20,21 • Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah. • Infeksi dan demam pada ibu. • Herpes genitalia. • Denyut jantung janin abnormal. • Perdarahan pervaginam berlebihan. • HIV, Hepatitis. • Makrosomia. • Mekoneum. • Kondisi yang memerlukan pemantauan terus menerus. Kekurangannya, letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa atau berat badan bayi; jika plasenta juga berada di bawah janin (corpus posterior uterus) tekanan pada pembuluh darah bisa memperlambat aliran darah balik ibu. Untuk mengantisipasi hal ini biasanya beberapa saat sebelum pembukaan lengkap, dokter dapat mengintruksikan pasien untuk berbaring ke kiri dan atau ke kanan. Prosedur Persalinan 5-9, 13,17,19,20-23 Ibu masuk berendam ke dalam air saat pembukaan serviks 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik. Ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya. Dalam kasus tertentu, seperti persalinan pertama, posisi berbaring berpeluang menyulitkan ibu mengejan karena gaya berat tubuh berada di bawah dan sejajar posisi bayi. Selain itu, posisi ini diduga bisa meregangkan perineum (daerah di antara anus dan vagina) sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan. Observasi dan monitoring antara lain : a. Denyut Jantung Janin (DJJ) dengan Doppler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakukan sebelum, selama, setelah kontraksi. b. Penipisan, pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan colok vagina (VT) dapat dilakukan di dalam air atau diminta sementara keluar dari air. c. Status ketuban: jika terjadi ruptur ketuban, periksa DJJ, dan periksa adanya prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekoneum, pasien harus meninggalkan kolam. d. Tanda vital ibu diperiksa setiap jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika ibu pusing, periksa tanda-tanda vital, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi. e. Hidrasi ibu. Dehidrasi dicurigai dari takikardi ibu dan janin, dan peningkatan suhu badan ibu. Jika ada, ibu diberi cairan. Jika tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL). 2. Miring Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu tungkai diangkat, lainnya lurus. Posisi yang akrab disebut posisi lateral ini, umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat, yaitu jika ubun-ubunnya berada di belakang atau di samping. Jika di kiri, ibu dianjurkan mengambil posisi miring ke kiri sehingga bayi diharapkan bisa memutar. Keunggulan posisi ini, peredaran darah balik ibu bisa lancar. Pengiriman oksigen darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu. Karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan sehingga lebih nyaman. Posisi ini juga cocok bagi ibu dengan nyeri punggung atau kelelahan. Kekurangannya, menyulitkan dokter membantu proses persalinan; kepala bayi sulit dipantau, dipegang, maupun diarahkan. Dokter juga sulit melakukan episiotomi. 301 O PI N I 3. Jongkok Posisi ini dikenal sebagai posisi bersalin alami. Beberapa suku di Papua dan daerah lain biasa melakukan persalinan dengan cara berjongkok. Karena memanfaatkan gravitasi, ibu tidak perlu terlalu kuat mengejan, dan bayi pun lebih cepat keluar lewat jalan lahir. Beberapa RS dan Rumah Bersalin menerapkan posisi persalinan ini untuk membantu pasien. Kelemahannya, posisi ini amat berpeluang membuat kepala bayi cedera, tubuh bayi bisa meluncur cepat. Untuk menghindari cedera, biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi. Bagi para dokter, posisi ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan tindakan persalinan lainnya, misalnya : tindakan episiotomi. 4. Setengah Duduk Posisi ini merupakan posisi yang paling umum diterapkan di berbagai RS/Rumah Bersalin di tanah air. Pada posisi ini, pasien duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup nyaman. Kelebihannya, sumbu jalan lahir yang perlu di- tempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun berlangsung optimal. Posisi ini bisa menyebabkan punggung pegal, terutama bila proses persalinan berlangsung lama. Manajemen kala II a. Mengejan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengejan spontan, risiko ketidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida dalam sirkulasi maternal-fetal berkurang. b. Persalinan metode "hand off' akan meminimalkan stimulasi. Tidak perlu palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas dan melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus dengan tidak semestinya, hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan dipotong ketika bayi masih ada di dalam air. c. Bayi seharusnya lahir lengkap di dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa ke permukaan secara "gentle ". Kepala bayi berada di atas permukaan air dan badannya masih di dalam air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali. 302 Manajemen kala III a. Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam. b. Oksitosin dapat diberikan. c. Perkirakan jumlah perdarahan kurang atau lebih dari 500 ml. d. Penjahitan perineum dapat ditunda sekurang-kurangnya 1 jam untuk menghilangkan retensi air dalam jaringan (jika perdarahan tidak berlebihan). Selama Mengejan dan Persalinan a. Ibu mengambil posisi yang dirasa aman dan nyaman. Ibu leluasa bergerak dan mengambil posisi yang tepat untuk bersalin. b. Lahirnya kepala bayi difasilitasi oleh dorongan lembut kontraksi uterus. Sokong perineum, massage, dan tekan dengan lembut jika perlu. Ibu dapat mengontrol dorongan kepala dengan tangannya. c. Manipulasi kepala biasanya tidak perlu karena air mampu mengapungkannya. Walaupun demikian, pasien perlu berdiri membantu mengurangi atau memotong dan mengklem lilitan tali pusat. d. Sewaktu bayi lahir, kepala bayi dikendalikan dengan gerakan lembut, wajah ke bawah, dan keluar dari air dalam ≤ 20 detik. Janin dapat diistirahatkan di dada ibu sambil membersihkan hidung dan mulutnya, jika perlu. Perhatikan panjang tali pusat agar tidak sampai putus. Kemudian bayi diberi selimut, dan dipantau. e. Ibu dan bayi dibantu keluar dari air untuk melahirkan plasenta. Tali pusat diklem dan dipotong, bayi dikeringkan dengan handuk dan diselimuti, kemudian diberikan kepada penolong lain, keluarga, atau perawat. Ibu dibantu keluar dari kolam. Plasenta dapat dilahirkan di dalam air atau di luar. lbu dianjurkan untuk menyusui sesegera mungkin setelah bayi lahir untuk membantu kontraksi uterus dan pengeluaran plasenta. LAMAZE (Relaxation & Breathing) 10,12, 24 Teknik ini dikembangkan oleh Dr. Fernand Lamaze (Paris, 1950's); merujuk pada teknik pernapasan selama persalinan untuk membantu memperkuat kontraksi dan relaksasi otot. Teknik ini bertujuan untuk merespons kontraksi dan mendapatkan kenyamanan selama persalinan. Filosofi Lamaze adalah memandang suatu kelahiran sebagai hal yang normal, alami dan sehat. Tujuannya agar ibu melahirkan menjadi lebih percaya diri, bebas mendapatkan kenyamanan dengan berbagai cara, melalui dukungan emosional dan fisik dari keluarga dan tenaga profesional yang percaya proses persalinan berlangsung karena kemampuan ibu. Teknik ini dapat mengurangi nyeri pada saat his; meminta ibu bersalin untuk menghirup nafas sedalamnya melalui hidung dan menghembuskan perlahan melalui mulut. Teknik pemafasan sederhana sangat efektif mengurangi nyeri persalinan. Yoga juga boleh dilatih; telah ada berbagai teknik yoga prenatal. Melenturkan otot dinding pelvis; bermanfaat mengurangi nyeri, gatal, bengkak, sulit tidur. AKUPUNKTUR 10,12,25-27 Teknik pengobatan tradisional yang berasal dari China ini terbukti secara ilmiah dapat mengurangi nyeri persalinan. Akupunktur digunakan dengan 4 tujuan dalam persalinan yaitu : induksi persalinan, mengurangi mual/muntah, mengontrol nyeri, mengubah letak presentasi bokong. Pertama, yang ditusuk adalah titik "qi" sebagai titik pembuka energi, kemudian dapat diikuti dengan pemutaran, pemanasan atau rangsangan elektrik dengan jarum di titik tertentu; umumnya daerah punggung dan kaki. Efek akupunktur ini adalah anestesi, relaksasi otot, dan mengurangi kecemasan dan kelelahan ibu. AROMATERAPI 1,10,12,24 Pertama diperkenalkan di Inggris pada awal tahun 1990, aromaterapi menggunakan ekstrak wewangian tertentu untuk menebar aroma dalam ruang bersalin. Efeknya dapat menenangkan, hilangnya rasa cemas dan relaksasi ibu bersalin. Dalam penelitian di Inggris, aroma bunga mawar mempunyai efek yang paling besar, kemudian bunga lavender. Pada pasien yang mempunyai emosi tidak sesuai dengan bau aromaterapi dapat menimbulkan efek berbeda, seperti pusing, mual dan muntah. Efeknya juga dipengaruhi oleh keadaan emosional dan latar belakang kejiwaan ibu bersalin. TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) 10,12,24 Pertama kali digunakan di Skandinavia sekitar tahun 1970. Metode ini menggunakan transmisi C D K 1 8 5 / V o l . 3 8 n o . 4 / Me i- J u n i 2 0 1 1 O PI N I d. Keamanan dan kesehatan Kebijakan kontrol infeksi lokal melindungi pengguna water birth dan menjamin terlaksananya universal precaution. Jika tubuh ibu hamil terangkat keluar dari air, menyebabkan kepala bayi terpajan udara dan tali pusat tampak, bayi harus dikeluarkan dari air untuk menghindari risiko premature gasping. e. Masalah lain: • Suhu : Fisiologi dasar hipertermia pada ibu dan bayi harus dipahami. Pedoman lokal menetapkan target suhu ibu untuk menghindari hiper/hipotermia. selama persalinan di air. Suhu ibu diperiksa saat masuk kolam untuk data dasar dan diukur setiap jam selama di air, jika lebih dari 37,5°C metode persalinan ini dibatalkan. Suhu ibu, air dan ruangan diperiksa secara reguler. Pada persalinan kala 1, suhu air yang direkomendasikan 34-37°C, diperiksa dan dicatat setiap 15 menit. Pada persalinan kala II suhu air 37-37,5°C, diperiksa dan dicatat setiap 15 menit. Suhu ruangan 22-28°C, diperiksa dan dicatat setiap jam. Ibu diharapkan minum air minimal 1 liter per jam selama berendam. • Analgesia : Petunjuk lokal penggunaan anti nyeri dapat dikonsultasikan dengan anestesi. • Emergensi : Petunjuk lokal yang dapat menjelaskan secara detail langkah - langkah dalam situasi darurat. Seluruh penolong, dan ibu hamil yang menggunakan metode persalinan ini harus mengetahui dan memahami langkah-langkah tersebut. Syarat Persalinan Dalam Air 5-9,13,17,19,20,21 • Ibu hamil risiko rendah • Ibu hamil tidak mengalami infeksi vagina, saluran kemih, dan kulit. • Tanda vital ibu dalam batas normal, dan CTG (Cardiotocography) janin normal. • Air hangat digunakan untuk relaksasi dan penanganan nyeri setelah dilatasi serviks mencapai 4-5 cm. • Pasien setuju mengikuti instruksi penolong Indikasi Persalinan Dalam Air 5-9, 13,17,19,20,21 • Merupakan pilihan ibu. • Kehamilan normal > 37 minggu. C DK 1 8 5 / Vo l. 38 no. 4/M ei -Juni 2011 • • • • • • • • • Fetus tunggal presentasi kepala. Ibu tidak menggunakan obat-obat penenang. Ketuban pecah spontan < 24 jam. Tidak ada komplikasi kehamilan (pre-eklampsia, diabetes tidak terkontrol, hipertensi, sakit jantung, asma, dll). Tidak ada perdarahan. Denyut Jantung Janin normal. Cairan amnion jernih. Persalinan spontan atau menggunakan misoprostol atau pitocin. Kriteria non-klinis, seperti : staf atau peralatan yang mendukung water birth. Posisi ibu : 10,23,24 1. Berbaring (Litotomi) Ibu telentang dengan menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. Keuntungan posisi ini, dokter bisa leluasa membantu proses persalinan. Jalan lahir menghadap ke depan, perkembangan pembukaan dapat lebih mudah diukur; dengan demikian waktu persalinan bisa diprediksi lebih akurat. Selain itu, tindakan episiotomi bisa dilakukan lebih leluasa, sehingga bisa lebih bagus, terarah, serta sayatannya bisa minimal. Bayi dengan posisi kepala relatif lebih mudah dipegang dan diarahkan. Kontraindikasi 5-9, 13,17,19,20,21 • Infeksi yang dapat ditularkan melalui kulit dan darah. • Infeksi dan demam pada ibu. • Herpes genitalia. • Denyut jantung janin abnormal. • Perdarahan pervaginam berlebihan. • HIV, Hepatitis. • Makrosomia. • Mekoneum. • Kondisi yang memerlukan pemantauan terus menerus. Kekurangannya, letak pembuluh besar berada di bawah posisi bayi dan tertekan oleh massa atau berat badan bayi; jika plasenta juga berada di bawah janin (corpus posterior uterus) tekanan pada pembuluh darah bisa memperlambat aliran darah balik ibu. Untuk mengantisipasi hal ini biasanya beberapa saat sebelum pembukaan lengkap, dokter dapat mengintruksikan pasien untuk berbaring ke kiri dan atau ke kanan. Prosedur Persalinan 5-9, 13,17,19,20-23 Ibu masuk berendam ke dalam air saat pembukaan serviks 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik. Ibu dapat mengambil posisi persalinan yang disukainya. Dalam kasus tertentu, seperti persalinan pertama, posisi berbaring berpeluang menyulitkan ibu mengejan karena gaya berat tubuh berada di bawah dan sejajar posisi bayi. Selain itu, posisi ini diduga bisa meregangkan perineum (daerah di antara anus dan vagina) sedemikian rupa sehingga menyulitkan persalinan. Observasi dan monitoring antara lain : a. Denyut Jantung Janin (DJJ) dengan Doppler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan kala I aktif, kemudian setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakukan sebelum, selama, setelah kontraksi. b. Penipisan, pembukaan serviks dan posisi janin. Pemeriksaan colok vagina (VT) dapat dilakukan di dalam air atau diminta sementara keluar dari air. c. Status ketuban: jika terjadi ruptur ketuban, periksa DJJ, dan periksa adanya prolaps tali pusat. Jika cairan ketuban mekoneum, pasien harus meninggalkan kolam. d. Tanda vital ibu diperiksa setiap jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika ibu pusing, periksa tanda-tanda vital, ajarkan ibu mengatur napas selama kontraksi. e. Hidrasi ibu. Dehidrasi dicurigai dari takikardi ibu dan janin, dan peningkatan suhu badan ibu. Jika ada, ibu diberi cairan. Jika tidak berhasil pasang infus ringer laktat (RL). 2. Miring Ibu berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Salah satu tungkai diangkat, lainnya lurus. Posisi yang akrab disebut posisi lateral ini, umumnya dilakukan bila posisi kepala bayi belum tepat, yaitu jika ubun-ubunnya berada di belakang atau di samping. Jika di kiri, ibu dianjurkan mengambil posisi miring ke kiri sehingga bayi diharapkan bisa memutar. Keunggulan posisi ini, peredaran darah balik ibu bisa lancar. Pengiriman oksigen darah dari ibu ke janin melalui plasenta juga tidak terganggu. Karena tidak terlalu menekan, proses pembukaan akan berlangsung secara perlahan sehingga lebih nyaman. Posisi ini juga cocok bagi ibu dengan nyeri punggung atau kelelahan. Kekurangannya, menyulitkan dokter membantu proses persalinan; kepala bayi sulit dipantau, dipegang, maupun diarahkan. Dokter juga sulit melakukan episiotomi. 301 O PI N I 3. Jongkok Posisi ini dikenal sebagai posisi bersalin alami. Beberapa suku di Papua dan daerah lain biasa melakukan persalinan dengan cara berjongkok. Karena memanfaatkan gravitasi, ibu tidak perlu terlalu kuat mengejan, dan bayi pun lebih cepat keluar lewat jalan lahir. Beberapa RS dan Rumah Bersalin menerapkan posisi persalinan ini untuk membantu pasien. Kelemahannya, posisi ini amat berpeluang membuat kepala bayi cedera, tubuh bayi bisa meluncur cepat. Untuk menghindari cedera, biasanya ibu berjongkok di atas bantalan empuk yang berguna menahan kepala dan tubuh bayi. Bagi para dokter, posisi ini dinilai kurang menguntungkan karena menyulitkan pemantauan perkembangan pembukaan dan tindakan persalinan lainnya, misalnya : tindakan episiotomi. 4. Setengah Duduk Posisi ini merupakan posisi yang paling umum diterapkan di berbagai RS/Rumah Bersalin di tanah air. Pada posisi ini, pasien duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka ke arah samping. Posisi ini cukup nyaman. Kelebihannya, sumbu jalan lahir yang perlu di- tempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun berlangsung optimal. Posisi ini bisa menyebabkan punggung pegal, terutama bila proses persalinan berlangsung lama. Manajemen kala II a. Mengejan seharusnya secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengejan spontan, risiko ketidakseimbangan oksigen dan karbon dioksida dalam sirkulasi maternal-fetal berkurang. b. Persalinan metode "hand off' akan meminimalkan stimulasi. Tidak perlu palpasi tali pusat ketika kepala bayi lahir, karena tali pusat dapat lepas dan melonggar ketika bayi lahir. Untuk meminimalkan risiko tali pusat terputus dengan tidak semestinya, hindari tarikan ketika kepala bayi ke permukaan air. Tali pusat jangan diklem dan dipotong ketika bayi masih ada di dalam air. c. Bayi seharusnya lahir lengkap di dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa ke permukaan secara "gentle ". Kepala bayi berada di atas permukaan air dan badannya masih di dalam air untuk menghindari hipotermia. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan merendamnya kembali. 302 Manajemen kala III a. Manajemen aktif dan psikologi tetap diberikan sampai ibu keluar kolam. b. Oksitosin dapat diberikan. c. Perkirakan jumlah perdarahan kurang atau lebih dari 500 ml. d. Penjahitan perineum dapat ditunda sekurang-kurangnya 1 jam untuk menghilangkan retensi air dalam jaringan (jika perdarahan tidak berlebihan). Selama Mengejan dan Persalinan a. Ibu mengambil posisi yang dirasa aman dan nyaman. Ibu leluasa bergerak dan mengambil posisi yang tepat untuk bersalin. b. Lahirnya kepala bayi difasilitasi oleh dorongan lembut kontraksi uterus. Sokong perineum, massage, dan tekan dengan lembut jika perlu. Ibu dapat mengontrol dorongan kepala dengan tangannya. c. Manipulasi kepala biasanya tidak perlu karena air mampu mengapungkannya. Walaupun demikian, pasien perlu berdiri membantu mengurangi atau memotong dan mengklem lilitan tali pusat. d. Sewaktu bayi lahir, kepala bayi dikendalikan dengan gerakan lembut, wajah ke bawah, dan keluar dari air dalam ≤ 20 detik. Janin dapat diistirahatkan di dada ibu sambil membersihkan hidung dan mulutnya, jika perlu. Perhatikan panjang tali pusat agar tidak sampai putus. Kemudian bayi diberi selimut, dan dipantau. e. Ibu dan bayi dibantu keluar dari air untuk melahirkan plasenta. Tali pusat diklem dan dipotong, bayi dikeringkan dengan handuk dan diselimuti, kemudian diberikan kepada penolong lain, keluarga, atau perawat. Ibu dibantu keluar dari kolam. Plasenta dapat dilahirkan di dalam air atau di luar. lbu dianjurkan untuk menyusui sesegera mungkin setelah bayi lahir untuk membantu kontraksi uterus dan pengeluaran plasenta. LAMAZE (Relaxation & Breathing) 10,12, 24 Teknik ini dikembangkan oleh Dr. Fernand Lamaze (Paris, 1950's); merujuk pada teknik pernapasan selama persalinan untuk membantu memperkuat kontraksi dan relaksasi otot. Teknik ini bertujuan untuk merespons kontraksi dan mendapatkan kenyamanan selama persalinan. Filosofi Lamaze adalah memandang suatu kelahiran sebagai hal yang normal, alami dan sehat. Tujuannya agar ibu melahirkan menjadi lebih percaya diri, bebas mendapatkan kenyamanan dengan berbagai cara, melalui dukungan emosional dan fisik dari keluarga dan tenaga profesional yang percaya proses persalinan berlangsung karena kemampuan ibu. Teknik ini dapat mengurangi nyeri pada saat his; meminta ibu bersalin untuk menghirup nafas sedalamnya melalui hidung dan menghembuskan perlahan melalui mulut. Teknik pemafasan sederhana sangat efektif mengurangi nyeri persalinan. Yoga juga boleh dilatih; telah ada berbagai teknik yoga prenatal. Melenturkan otot dinding pelvis; bermanfaat mengurangi nyeri, gatal, bengkak, sulit tidur. AKUPUNKTUR 10,12,25-27 Teknik pengobatan tradisional yang berasal dari China ini terbukti secara ilmiah dapat mengurangi nyeri persalinan. Akupunktur digunakan dengan 4 tujuan dalam persalinan yaitu : induksi persalinan, mengurangi mual/muntah, mengontrol nyeri, mengubah letak presentasi bokong. Pertama, yang ditusuk adalah titik "qi" sebagai titik pembuka energi, kemudian dapat diikuti dengan pemutaran, pemanasan atau rangsangan elektrik dengan jarum di titik tertentu; umumnya daerah punggung dan kaki. Efek akupunktur ini adalah anestesi, relaksasi otot, dan mengurangi kecemasan dan kelelahan ibu. AROMATERAPI 1,10,12,24 Pertama diperkenalkan di Inggris pada awal tahun 1990, aromaterapi menggunakan ekstrak wewangian tertentu untuk menebar aroma dalam ruang bersalin. Efeknya dapat menenangkan, hilangnya rasa cemas dan relaksasi ibu bersalin. Dalam penelitian di Inggris, aroma bunga mawar mempunyai efek yang paling besar, kemudian bunga lavender. Pada pasien yang mempunyai emosi tidak sesuai dengan bau aromaterapi dapat menimbulkan efek berbeda, seperti pusing, mual dan muntah. Efeknya juga dipengaruhi oleh keadaan emosional dan latar belakang kejiwaan ibu bersalin. TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) 10,12,24 Pertama kali digunakan di Skandinavia sekitar tahun 1970. Metode ini menggunakan transmisi C D K 1 8 5 / V o l . 3 8 n o . 4 / Me i- J u n i 2 0 1 1 O PI N I elektrik tegangan rendah melalui baterai dengan elektode khusus yang diletakkan di daerah paravertebral T10-S1 atau S2-S4. TENS bekerja mengalihkan rasa nyeri, karena TENS merangsang reseptor getar dan suhu, meningkatkan nilai ambang potensial elektrik saraf penghantar nyeri. TENS juga dapat merelaksasi otot punggung, sehingga juga mengurangi nyeri saat persalinan akibat spasme otot. KOMPRES (Terapi Temperatur) 10,12,24 Pengunaan kompres hangat atau dingin, sangat efektif mengurangi nyeri persalinan. Suhu hangat diberikan di daerah punggung, lipat paha atau perineum; dapat menggunakan botol berisi air hangat, handuk hangat atau bantal elekrik. Kompres dingin dapat diberikan di daerah wajah, dada, punggung atau daerah yang nyaman; menimbulkan efek relaksasi, suasana segar. Kontraindikasinya pada ibu yang hipersensitif udara dingin (misal : asma dengan pencetus suhu dingin, cold urticaria, d1l), Raynaud disease, Deep Vein Thrombosis (DVT), kelainan faktor pembekuan darah, dan Krioglobulin. HIPNOTIS 10,12,24 Terapi hipnotis ibu hamil untuk mengatur pernapasan melawan nyeri kontraksi. Selain hipnotis diri juga relaksasi, visualisasi, metode posisi dan pernapasan khusus. Tujuannya untuk mendapatkan relaksasi dan kenyamanan, pemendekan persalinan kala I, mengurangi penggunaan analgesik, dll. Terapi hipnotis dilakukan oleh tenaga ahli terlatih, dan tidak boleh diberikan pada ibu dengan riwayat psikosis dan epilepsi. dapat memberikan suasana mendukung, dukungan emosional, sentuhan dan pijatan, peneguhan dan semangat pada ibu hamil. Semua rumah sakit dan rumah bersalin dapat melakukannya, karena biaya terjangkau dan mudah diterapkan. Persalinan dalam air oleh tenaga kesehatan yang profesional dapat menjadi salah satu pilihan ibu bersalin. SIMPULAN dan SARAN Terapi non-farmakologis terbukti dapat mengurangi nyeri persalinan, terutama karena DAFTAR PUSTAKA 1. Cook, E. Alternative birthing methods, 2006. Available at: http://www. Accessed: Mei, 2010. 2. Singh U, Schreiner A, Macdermott R, Johnston D, Seymour J, Garland D, Davidson J. Guidelines for Water Birth within the midwifery-led unit and at home Dartford and Gravesham-NHS Trust, 2006. Available at: http://www.darentvalley hospital. nhs.uk. Accessed: June 15,2008. 3. RCOG. Draft guidelines on waterbirth, 2000. Available at: http://www.radmid.demon.co.uk/rcog.btm Accessed: Mei, 2010 4. Buckley S.Water Birth :The power of water (Australia's parents pregnancy), 1999. Available at: http://www.onyx-ii.com/birthsong/page.cfm?waterbirth. Accessed: April, 2010. 5. Chapman B.Waterbirth protocol: Five North Island hospitals in New Zealand. College of Midwives J. 2004;30;20-24. 6. Duley LMM. Birth in Water (RCOG Statement no.1), 2001. Available at: http://www.birthbalance.com/article/RCOGstatement.pdf. Accessed: Mei, 2010 7. Hariyasa Sanjaya IN,Workshop Water Birth : labor management. Pertemuan Ilmiah Tahunan Himpunan Obstetri Ginekologi Sosial Indonesia III (PIT HOGSI III), 26-27 April, Denpasar, 2010. 8. Hariyasa Sanjaya IN,Workshop Water Birth : introduction waterbirth. Pertemuan Ilmiah Tahunan Himpunan Obstetri Ginekologi Sosial Indonesia III (PIT HOGSI III), 26-27 April, Denpasar, 2010. 9. Garland D, Cook S. In labour and birth - is the use of water in labour an option for woman following a previous LSCS MIDIRS. Midwifery Digest 2004;14;1:63-67 10. Simkin P, Bolding. Update on Nonpharmologic Approaches to Relieve Labor Pain and Prevent Suffering. J Midwifery Womens Health 49(6):489-505k 2004. Elsevier Science, Inc. Available at: http//www.birth balance.com/. Accessed: April, 2010 11. Garland D, Choo YP, Coe M. In the use of water in labour and birth.The Royal College of Midwives., 2000. Available at:http://www.rcm.org.uk/info /docs/RCOG– RCM_ Birth in water _Final _Copy. pdf . Accessed: Mei, 2010. 12. Garland D. In collaborative waterbirth audit-supporting pratice with audit MIDIRS Midwifery Digest. 2002;12;4:508-11 13. Guidelines for water birth at OHSU. Oregon health and sciences university water birth guidelines, 2001. Available at: http://www.data.memberclicks. com/site/wi /OHSU-2001- guidelines.PDF. Accessed : Mei, 2010 14. Harper B. In taking the plunge: reevaluating waterbirth temperature guidelines MIDIRS, 2003. Available at: http://data.memberclicks.com/ site/wi/ Midirs_ article_BH. pdf. Accessed: Mei, 2010 15. History of waterbirth (Birth balance), 2007. Available at: http//www.birth balance.com/. Accessed: Mei, 2010. 16. Johnson A, Stromberg.Water births: serenity versus safety, 2007. Available at: http://www.birthbalance.com/stories/serenity.pdf. Accessed: Mei, 2010 17. Kitzinger S. Explorating birth movement in water (The complete book of pregnancy and childbirth), 2000. Available at: http://www.waterbirth.org. Accessed: Mei, 2010 18. Cluett E, McCandlish R, Burns E, Nikodem. In underwater birth and neonatal respiratory distress. BMJ 2005;330:1447-48 19. Roberts D. Guidelines for the use of water during labour and in the event of deliveries. Liverpool womens hospital NHS trust, 2002. Available at: http://www. Accessed: Mei, 2010. 20. Nicoll A, Hoggins K,Winters P.Waterbirth-changing attitudes. AIMS journal. 2007;14;2:1-3 21. Seputra DA,Workshop Water Birth :Techinical aspect water,pool and others.Pertemuan Ilmiah Tahunan Himpunan Obstetri Ginekologi Sosial Indonesia III (PIT HOGSI III),26-27 April,Denpasar,2010. 22. Alfirevic Z. et al. Immersion in water during labour and birth (Royal College of Obstetricians and Gynaecologists /Royal College of Midwives joint statement no.1; 2006. Available at: http://www. rcm.org.uk/info/docs/RCOG_RCM_ Birth–in _ Water–Final–Copy_l.pdf. Accessed: Mei 2010. 23. Use of water for labor and birth. Family birth center, 2005. Available at: http://www. awborn of.org/resources/WaterBirthPolicy.pdf. Accessed: April, 2010 24. Tiran D, Mack S. Complementary Therapies For Pregnancy And Childbirth. Baillere Tindall, United of Kingdom, 2005. 25. Perera SM, Acupunture : An alternative treatment for pos dural puncture headaches following obstetric epidural or spinal. Acupunture in Medicine J. 1998;16(November). 26. Zharkin NA, Acupunture in obstetric. J. Chinese Med. 1999;33(May). 27. Sharma S,Tandon VR, Gupta S. Alternative Obstetrics : Acupuncture. Acupunture in Med.J. 2005 (October) ;7 (4).. C DK 1 8 5 / Vo l . 38 no. 4/M ei -Juni 2011 303