Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa

advertisement
FAKTOR-FAKTOR PSIKOLOGIS YANG MEMPENGARUHI
PRESTASI BELAJAR SISWA SMA HANG TUAH 1
JAKARTA
Disusun Oleh :
Asril
103070029083
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
MOTTO :
Ubahlah Pikiran Anda
Bila anda mengubah pikiran anda
Anda mengubah keyakinan diri anda
Bila anda mengubah keyakinan diri anda
Anda mengubah harapan-harapan anda
Bila anda mengubah harapan-harapan anda
Anda mengubah sikap anda
Bila anda mengubah sikap anda
Anda akan mengubah tingkah laku anda
Bila anda mengubah tingkah laku anda
Anda mengubah kinerja anda
Bila anda mengubah kinerja anda
Anda telah mengubah nasib anda
Bila anda mengubah nasib anda
Anda telah mengubah hidup anda
( K. H. Toto Tasmara
ii
)
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Juni 2011
(C) Asril
(D) Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa SMA
Hang Tuah 1 Jakarta
(E) Halaman : x + 61 halaman + lampiran
(F) Prestasi belajar dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005), adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru.
Prestasi belajar menurut Wuryani (2002) adalah hasil yang diberikan oleh guru
kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil penilaian belajar.
Didalam penelitian Umar (2002), disebutkan banyak faktor psikologis yang
mempengaruhi prestasi belajar diantaranya intelegensi, lingkungan belajar dan
metode pembelajaran namun pada penelitian ini hanya mengambil tiga dari
beberapa faktor yaitu : Self Efficacy, Motivasi Belajar dan Konsep Diri.
Penelitian kuantitatif dengan studi korelasional ini melibatkan 111 orang
responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
teknik sampling jenuh. Alat ukur yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
Untuk variabel Motivasi belajar dan self efficacy, disusun menggunakan skala
Likert dengan 4 katagori jawaban, hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya pemusatan (central tendency) / menghindari jumlah respon yang
bersifat netral. Model ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan
pernyataan negatif (unfavourable). Sedangkan untuk Konsep Diri disusun
menggunakan skala semantik diferensial dengan 6 kategori pilihan jawaban,
dimana responden menjawab sesuai dirinya.
Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari 111 orang siswa kelas X,
Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
didapatkan hasil signifikansi yang berbeda pula dalam variabel Self Efficacy,
Motivasi belajar dan Konsep Diri.
Indeks signifikansi self efficacy sebesar 0,320 > 0,05 maka disimpulkan bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara self efficacy dengan prestasi
belajar. Indeks signifikansi motivasi belajar sebesar 0,007 < 0,05 maka
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar
dengan prestasi belajar siswa. Indeks signifikansi konsep diri sebesar 0,002 <
0,05 maka disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara konsep
diri dengan prestasi belajar siswa.
Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan dengan
cakupan populasi yang lebih luas lagi. Selain meyertakan aspek lain yang
berkaitan dengan ketiga variabel yang mungkin dapat menjelaskan hasil
penelitian yang tidak signifikan.
(G) Bacaan
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan berbagai
nikmat, taufik dan hidayah kepada hamba-Nya. Shalawat beserta salam senantiasa
tercurah kepada junjungan alam, penegak keadilan, pemberantas kedzaliman
pengubah dekadensi moral manusia Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para
sahabat dan siapa saja yang selalu berusaha melaksanakan sunahnya.
Akhirnya, berakhir juga langkah awal dari sebuah perjuangan panjang
yang penuh kerja keras dan doa. Meskipun penulis menemui banyak hambatan
dan rintangan dalam proses penyusunan skripsi, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Faktor-faktor Psikologis yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa SMA
Hang Tuah 1 Jakarta”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah
dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah sematamata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat dukungan, bantuan, dorongan
dan bimbingan yang tidak ternilai harganya dari pihak-pihak lain. Ucapan terima
kasih tak terhingga, penulis sampaikan kepada:
1.
Bapak Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi dan para Pembantu
Dekan, serta bapak Miftahuddin, M.Si sebagai dosen pembimbing
akademik.
2.
Bapak Ikhwan Lutfi, M.Si sebagai pembimbing I yang telah berkenan
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaganya serta dengan sabar memberikan
bimbingan, petunjuk, arahan, saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3.
Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah membantu dalam proses
pembelajaran, terima kasih untuk semua ilmu yang telah diberi.
4.
Untuk Ibuku yang tiada hentinya memberi segala kasih, sayang, cinta juga
do’a yang tulus kau beri semenjak dalam rahim hingga selesai skripsi ini,
hingga nanti, tiada waktu yang bisa menghalangi. Dan Apah, terima kasih
atas usaha dan semangat mu. Serta kakak-kakaku, Etek, Ana Iyet, kak Yuli
iv
dan bang Yadi terima kasih atas segala dukungan baik materil maupun non
materil.
5.
Kepala sekolah, staf pengajar dan seluruh staf tata usaha SMA Hang Tuah 1
Jakarta. Terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian ini.
6.
Dr Komariah, atas segala dukungan, kesabaran dan do’a yang diberikan,
hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
7.
Keluarga alm AL Edi Agus M, yang telah memberikan kehangatan keluarga
serta dukungan juga do’a, hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Khususnya Ari murti terima kasih untuk printernya.
8.
Ma’mun, Adang, Yoga, Joni, Dedy, Ary, Angga, Fiqih, Faqih, Ibnu, Awink,
Zora, Litha, Indah, terima kasih. Seolah-olah diriku tercipta hanya untuk
mengenal kalian. Dan seluruh mahasiswa angkatan 2003, senang menjadi
salah satu dari angkatan itu. Juga Adiyo terima kasih atas segala bantuannya.
9.
Bang ipul, Monty dan Nonon, terimakasih atas semangat yang telah kalian
beri. Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.” You are the best
friends"
10.
Untuk penghuni kos Villa Siliwangi, terima kasih atas dukungannya salama
ini.
11.
Terima Kasih kepada seluruh siswa-siswi SMA Hang Tuah 1 Jakarta.
Khususnya siswa-siswi kelas X yang telah meluangkan waktunya untuk
mengisi angket penelitian ini sehingga penelitian ini dapat selesai.
Mengingat kemampuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas,
maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
skripsi ini dapat diperbaiki dan penulis dapat melakukan penyusunan tugas akhir
pada pendidikan selanjutnya berupa tesis dan disertasi. Insya Allah. Amin.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan.
Jakarta, Juni 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Motto ...........................................................................................................
ii
Abstraks ......................................................................................................
iii
Kata Pengantar ...........................................................................................
iv
Daftar Isi .....................................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah....................................................................
1
1.2
Batasan dan Perumusan Masalah .....................................................
7
1.2.1 Batasan Masalah.......................................................................
7
1.2.2 Perumusan Masalah..................................................................
8
Tujuan dan Manfaat penelitian.........................................................
9
1.3.1 Tujuan Penelitian......................................................................
9
1.3.2 Manfaat Penelitian....................................................................
10
Sistematika Penulisaan ......................................................................
10
1.3
1.4
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
2.2
Prestasi Belajar ..................................................................................
12
2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar........................................................
12
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ....................
14
2.1.3 Pengukuran prestasi Belajar ......................................................
16
Self Efficacy........................................................................................
17
2.2.1 Pengertian Self Efficacy ...........................................................
17
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Efficacy.......................
18
2.2.3 Dimensi Self Efficacy...............................................................
21
2.2.4 Fungsi Self Efficacy .................................................................
22
vi
Motivasi Belajar .................................................................................
23
2.3.1 Pengertian Motivasi Belajar ......................................................
23
2.3.2 Aspek-aspekyang mempengaruhi Motivasi Belajar ...................
24
Konsep Diri.........................................................................................
25
2.4.1 Pengertian Konsep Diri.............................................................
25
2.4.2 Komponen Konsep Diri ............................................................
26
2.4.3 Perkembangan Konsep Diri ......................................................
28
2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri ..
30
2.5
Kerangka Berfikir..............................................................................
31
2.6
Hipotesis Penelitian............................................................................
33
2.3
2.4
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................
36
3.2
Populasi dan Sample ..........................................................................
36
3.2.1 Populasi....................................................................................
36
3.2.2 Sample .....................................................................................
37
3.3
Variabel Penelitian.............................................................................
37
3.4
Definisi Konseptual Variabel.............................................................
37
3.5
Definisi Operasional Variabel............................................................
38
3.6
Pengumpulan Data.............................................................................
40
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data........................................................
40
3.6.2 Instrumen Penelitian .................................................................
41
3.7
Uji Instrument....................................................................................
42
3.8
Prosedur Penelitian ............................................................................
42
3.9
Teknik Analisis Data..........................................................................
43
BAB IV
HASIL PENILITIAN
4.1
Gambaran Umum Subjek Penilitian .................................................
45
4.2
Uji Hipotesis .......................................................................................
47
vii
4.2.1 Pengujian Regresi Variabel penelitian.......................................
47
4.2.2 Pengujian proporsi varians untuk masing-masing independent
variable.....................................................................................
49
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.........................................................................................
53
5.2. Diskusi ................................................................................................
54
5.3. Saran...................................................................................................
56
5.3.1 Saran Metodologis....................................................................
57
5.3.2 Saran Praktis.............................................................................
57
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
viii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan
potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi
kegiatan belajar mereka. Belajar adalah istilah kunci (key term) yang paling vital dalam
setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada
pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas
dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Belajar juga
memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat
manusia (bangsa) ditengah-tengah persaingan yang ketat diantara bangsa-bangsa lainnya
yang terlebih dahulu maju karena belajar (Syah, 2006).
Arti belajar itu sendiri yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto,1991).
Dalam hal ini untuk memperoleh suatu perstasi yang berkualitas, bisa diukur dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif,
afektif, dan psikomotorik..
Setiap siswa memang tidak ada yang sama, perbedaan individual inilah yang
menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan siswa, sehingga menyebabkan
2
perbedaan dalam prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang
di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya
prestasi belajar siswa tergantung pada faktor-faktor tersebut (Alisuf,2001).
Pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), adalah
"penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sumadi
Suryabrata (2005) berpendapat bahwa prestasi belajar sebagai hasil dari suatu proses
yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus diberikan untuk
proses evaluasi, misalnya rapor, hasil ini dibagikan kepada siswa pada akhir semester
setelah pelaksanaan ujian akhir.
Prestasi belajar menurut Wuryani (2002) adalah hasil yang diberikan oleh guru
kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil penilaian belajar. Sedangkan
menurut Maslow (dalam Sudarmanto,2000), prestasi belajar adalah sebagai lambang
pemuas hasrat ingin tahu, hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi,
biasanya menyebutkan hal ini sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan
umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak di dalam suatu program pendidikan.
Tingkat prestasi siswa secara umum dapat dilihat pencapaian (penguasaan) siswa
terhadap materi pembelajaran. Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65%
yang dikuasai oleh siswa maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran
tersebut tergolong rendah (Djamarah, 2000: 18).
Menurut Muhibbinsyah (2003), faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa di sekolah, secara garis besarnya dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu :
3
1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), meliputi keadaan kondisi jasmani
(fisiologis), dan kondisi rohani (psikologis).
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor lingkungan, baik
sosial dan non sosial dan faktor instrumental (M.Alisuf,2001).
Didalam
Umar
(2002)
menyebutkan
banyak
faktor
psikologis
yang
mempengaruhi prestasi belajar, antaranya intelegensi, lingkungan belajar dan metode
pembelajaran. Namun dipenelitian ini hanya mengambil tiga dari banyaknya faktor
psikologis tersebut, yaitu self efficacy, motivasi belajar dan konsep diri.
Menurut Bandura (1986), self efficacy merupakan persepsi individu mengenai
kemampuannya untuk menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang diinginkan.
Pertimbangan self efficacy akan lebih berorientasi kepada tugas-tugas dan situasi yang
spesifik, akan lebih kontekstual, dan individu membuat keputusan-keputusan dengan
didasarkan pada sejumlah tujuan (goal).
Sedangkan Branden (dalam Ratna jatmika, 1996) self efficacy adalah keyakinan
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Keyakinan dalam dasar efficacy seseorang
adalah kemampuan individu untuk mempelajari apa yang perlu dipelajari, dan melakukan
apa yang diperlukan untuk mendapatkan tujuan, sebagai kesuksesan yang tergantung
pada usaha-usaha individu itu sendiri. Self efficacy bukanlah keyakinan bahwa individu
tidak pernah berbuat salah. Akan tetapi keyakinan bahwa individu mampu memikirkan,
menilai, mengetahui dan memperbaiki kesalahan. Self efficacy adalah keyakinan apa
yang menjadi mungkin bagi individu untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
serta mendapat kesuksesan ( Ratna jatmika, 1996).
4
Siswa yang memilki self efficacy yang tinggi akan mendapatkan hasil prestasi
yang tinggi pula, demilkian pula sebaliknya jika self efficacy rendah maka hasil prestasi
belajar akan rendah juga.
Selain itu, Wlodkowski dan Jaynea (dalam Arini, 2004) menambahkan bahwa
motivasi belajar juga memiliki pengaruh pada prestasi belajar, menurut Wlodkowski dan
Jaynea motivasi belajar merupakan sebuah nilai dan hasrat untuk belajar. Sedangkan
menurut Sadirman (2004), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam
diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan
belajar sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Motivasi belajar (Sardiman, 2004), mempunyai fungsi untuk :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi,
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dan
c. Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Sedangkan menurut Djamarah (2002), motivasi belajar dibagi dua macam yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.
5
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di
luar faktor-faktor situasi belajar Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang
terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi,
diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.
Hurlock (1980) juga menjelaskan bahwa konsep diri juga berpengaruh pada
prestasi belajar, hal ini dapat dilihat dari penjelasannya tentang konsep diri yang diartikan
yaitu gambaran seseorang tentang dirinya, gambaran ini merupakan gabungan
kepercayaan orang tersebut mengenai dirinya sendiri yang meliputi karakter fisik,
psikologis, sosial, emosi, aspirasi dan prestasi. Menurutnya pandangan seseorang
mengenai dirinya sendiri secara keseluruhan sebagai hasil observasi terhadap dirinya
dimasa lalu dan pada saat sekarang ini. Setiap individu mempunyai konsep diri yang
sesungguhnya adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu.
Dalam penelitian ini , penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada SMA
Hang Tuah 1 Jakarta. SMA Hang Tuah 1 Jakarta, berdiri pada tahun 1989 melalui SKep
Mendikbud No. 484/I01.A/I/8 dibawah naungan Yayasan Hang Tuah, berlokasi di
Komplek Seskoal Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Pada tahun 1997, SMA
Hang Tuah 1 diresmikan oleh Kepala Staf TNI AL ketika itu Bp. Laksamana Arif
Kusharyadi. Pada tahun 1999 , SMA Hang Tuah 1 Jakarta, berhasil meraih akreditasi dari
Depdiknas dengan status DISAMAKAN. Tidak itu saja pada tahun 2005 SMA Hang
Tuah 1 Jakarta kembali berhasil meraih akreditasi dengan peringkat : terakreditasi A
6
(peringkat 11 dari 174 sekolah yang diakreditasi di DKI Jakarta tahun 2005). SMA Hang
Tuah 1 Jakarta juga berhasil meraih hasil supervisi/akreditasi kegiatan Rintisan Sekolah
Kategori Mandiri dengan predikat Sekolah Standar Nasional Kategori III. Dengan skor
86,00. (staf pengajar SMA Hang Tuah 1 Jakarta,2003).
SMA Hang Tuah 1 Jakarta adalah sekolah menengah atas (SMA) yang berciri
khas kedisiplinan, agama dan keterampilan yang diselenggarakan oleh yayasan Hang
Tuah yang bernaung dibawah Angkatan Laut (AL) yang standarisasinya sama dengan
sma-sma yang dibawahi Depdiknas. Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling
di sekolah tersebut (Dra.Idawati). Nilai plus yang ada pada SMA Hang Tuah 1 Jakarta
terletak pada kedisiplinan dan pendidikan agama Islam dan diberlakukan tambahan di
luar kurikulum nasional melalui pengembangan materi kurikulum, program pengayaan
dan perluasan serta percepatan, pengajaran remedial, pelayanan bimbingan konseling
yang berkualitas, pembinaan kreativitas dan disiplin, dan kegiatan ekstra kurikuler
lainnya.
Oleh karena itu peneliti mengambil variabel yang ada dari beberapa penelitian
yang telah dilakukan tentang beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi
belajar yaitu : (1) self efficacy (2) motivasi belajar dan (3) konsep diri, dimana setiap
variabel itu terdapat indikator-indikator yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolahnya
sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjadi karena prestasi belajar
siswa sangat berhubungan dengan faktor yang mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut
saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kelemahan salah satu faktor, akan
dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan demikian, tinggi
7
rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah didukung oleh faktor internal
dan eksternal seperti tersebut di atas.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
“Faktor-faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa SMA HANG
TUAH 1 Jakarta”
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Batasan Masalah
Untuk menghindari kesimpangsiuran persepsi dan lebih terarahnya pembahasan, maka
peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:
1. Prestasi belajar adalah merupakan satu tingkat khusus perolehan atau hasil
keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang
dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut (Chaplin, 2002). Dalam
hal ini adalah nilai raport.
2. Self efficacy adalah keyakinan individu mengenai kemampuan untuk
menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang diinginkan (Alwisol,
2004). Dalam penelitian ini dimensi self efficacy terdiri dari: tingkat kesulitan
tugas, luas bidang tingkah laku dan tingkat kekuatan keyakinan.
3. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya gerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai (Sardiman, 2004). Dalam penelitian
ini motivasi belajar terdiri dari: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
8
4. Konsep diri adalah gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang lain
berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa kita yang kita inginkan
(Burns, 1993). Dalam penelitian ini konsep diri terdiri dari: sifat diri, sifat
sosial dan peranan sisial.
5. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Hang Tuah 1 Jakarta.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari sel efficacy, motivasi belajar,
konsep diri, usia, jenis kelamin dan intensitas baca buku dan belajar terhadap
prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari self efficacy terhadap prestasi
belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari motivasi belajar terhadap
prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari konsep diri terhadap prestasi
belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari usia terhadap prestasi belajar
siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap prestasi
belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?
9
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari intensitas baca dan belajar
terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjawab dari apa yang ada dirumusan
masalah, yaitu :
1. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari self efficacy,
motivasi belajar, konsep diri, usia, jenis kelamin dan intensitas baca dan belajar
terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.
2. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari self efficacy terhadap
prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.
3. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari motivasi belajar
terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.
4. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari konsep diri terhadap
prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.
5. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari usia terhadap
prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.
6. Mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap
prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.
7. Mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan dari intensitas baca dan
belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta.
10
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan literatur yang
bermanfaat pada dunia psikologi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan
dengan prestasi belajar siswa.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB I
: Pendahuluan
Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian prestasi belajar
statistika, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
pembatasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II
: Landasan Teori
Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti secara sistematis, beserta hipotesis penelitian.
BAB III
: Metodelogi Penelitian
Bab ini meliputi, subyek penelitian, variable penelitian, instrumen
penelitian, prosedur penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV
: Analisis Hasil Penelitian
Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian
meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.
BAB V
: Kesimpulan, Diskusi, dan Saran
11
Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan
meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi
dan saran.
12
BAB 2
KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan dipaparkan tentang Pengertian Prestasi Belajar, Teori Prestasi Belajar,
Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar,
2.1 Prestasi Belajar
2.1.1 Pengertian Prestasi Belajar
Pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), adalah
"penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sumadi
Suryabrata (2005) berpendapat bahwa prestasi belajar sebagai hasil dari suatu proses
yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus diberikan untuk
proses evaluasi, misalnya rapor, hasil ini dibagikan kepada siswa pada akhir semester
setelah pelaksanaan ujian akhir.
Prestasi belajar menurut Chaplin (2002) merupakan satu tingkat khusus perolehan
atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang
dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut. Di dalam bidang pendidikan siswa
dikatakan memiliki prestasi baik bila menjadi juara kelas ataupun memperoleh nilai yang
baik. Pengertian prestasi belajar didalam kamus balai pustaka nasional, yaitu penguasaan
pengetahuan dan keterampilan terhadap mata kuliah yang diberikan melalui hasil tes
(Dhona, 2001).
Didalam penelitian R. Gunawan Sudarmanto, (2007). Prestasi belajar adalah hasil
yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil
13
penilaian belajar (Wuryani, 2002). Dalam hal ini prestasi belajar merupakan suatu
kemajuan dalam perkembangan siswa setelah ia mengikuti kegiatan belajar dalam waktu
tertentu. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku individu terbentuk
dan berkembang melalui proses belajar. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
oleh siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu,
umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru
kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran yang
disampaikannya, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau
kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.
Didalam penelitian Alisa Rizca Puspita, (2007), pengertian prestasi belajar
dipisah menjadi dua kata yaitu, Kata prestasi menurut Poerwadarminta (2002) adalah
“hasil yang telah dicapai atau dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya”. Sedangkan kata
Belajar menurut Natawidjaja dan Moleong (1985) adalah “suatu proses perubahan
tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang”. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai seorang siswa setelah mengikuti pelajaran di sekolah sehingga terjadi perubahan
dalam dirinya dengan melihat hasil penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang
dikembangkan oleh guru setelah mengikuti assessment atau penilaian dan evaluasi.
Dengan demikian, dari pengertian prestasi belajar yang peneliti kutip dari
beberapa sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar itu adalah skor
pencapaian hasil tes atau ujian yang diperoleh siswa, dimana tes atau ujian sebagai
pengukuran kemampuan serta pemahaman belajar siswa atas pembelajaran yang telah
dilakukan (Umar, 2010). Atau singkatnya, prestasi belajar lebih berkaitan dengan
pengukuran pencapaian hasil belajar.
14
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Djamarah (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
terbagi dalam dua macam, yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri pelajar) dan factor
eksternal (faktor dari luar diri pelajar). Penjabaran dari kedua faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Faktor Internal
Faktor dari dalam yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: Faktor fisiologis atau
jasmani dan faktor psikologis
2) Faktor Eksternal
Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: Faktor lingkungan,
Instrumen, Faktor lingkungan fisik dan factor lingkungan spiritual atau kegamaan.
Menurut Surakhmad (1994), latihan soal juga menentukan keberhasilan. Latihan
soal adalah satu metode pembelajaran untuk memperoleh suatu ketangkasan atau
ketrampilan terhadap apa yang dipelajari dan dilakukan berulang kali dan terus menerus,
karena hanya dengan melakukannya secara teratur, pengetahuan tersebut dapat
disempurnakan dan disiapsiagakan (Surakhmad, 1994).
Sedangkan Roestiyah (2001), mengartikan latihan soal adalah suatu teknik yang
diartikan sebagai suatu cara mengajar siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan,agar
siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah
dipelajari.
Hamalik, (2001) menambahkan
lingkungan belajar memiliki makna atau
pengaruh tertentu kepada individu. Kondisi lingkungan belajar yang kondusif baik
lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah akan menciptakan ketenangan dan
15
kenyamanan siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih mudah untuk menguasai
materi belajar secara maksimal (Hamalik, 2001).
Slameto, (2003) menyatakan lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat
memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan
sebaik-baiknya. Lingkungan pendidikan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Ahmadi dan Uhbiyanti,
1992). Adapun lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan belajar
yang berada disekitar siswa yaitu rumah (keluarga) dan sekolah. Keadaan keluarga yang
kurang harmonis, orang tua kurang perhatian terhadap prestasi belajar siswa dan keadaan
ekonomi yang lemah atau berlebihan bisa menyebabkan turunnya prestasi belajar anak
(Hamalik, 2001). Cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah
dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan
jelas akan memberikan pengaruh terhadap belajar siswa (Slameto, 2003).
Demikian juga dengan lingkungan sekolah, kondisi lingkungan sekolah juga dapat
mempengaruhi kondisi belajar antara lain adanya guru yang baik dan jumlah yang cukup
memadai sesuai dengan jumlah bidang studi yang ditentukan, peralatan belajar yang
cukup lengkap, gedung sekolah yang memenuhi persyaratan bagi berlangsungnya proses
belajar yang baik, adanya teman dan keharmonisan diantara semua personil sekolah
(Hakim, 2002). Aspek lingkungan sekolah menurut Slameto,(2003) meliputi:
(1) Relasi guru dan siswa, guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab,
menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru,
maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar,
16
(2) Relasi siswa dengan siswa, Bila di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara
tidak sehat, maka jiwa kelas tidak terbina bahkan hubungan kebersamaan siswa tidak
tampak,
(3) Sarana belajar, Sarana belajar yang cukup memadai membuat siswa lebih
bersemangat dalam belajar, dan
(4) Disiplin sekolah, Peraturan sekolah yang tegas dan tertib akan membantu kedisiplinan
siswa dalam menjalankan kegiatan belajar.
2.1.3 Pengukuran Prestasi Belajar
Dibawah ini adalah cara pengukuran prestasi belajar menurut penelitian
sebelumnya;
1. Lalonde dan Gardner (2003) mengukur prestasi belajar dengan tiga pengukuran,
yaitu dua kali ujian tertulis seperti biasa dan dengan kuis.
2. Nasser (2004) ia mengukur prestasi belajar dengan menggunakan tiga komponen,
yaitu : skor pada kuis, skor uts (mid-term), dan terakhir ujian akhir / UAS (final
exam).
3. Galli, Ciancaleoni, Chiesi, Primi (2007), menggunakan pengukuran yang agak
berbeda yaitu dengan tes tertulis dimana didalamnya ada tiga pertanyaan
pemecahan masalah beserta enam pertanyaan terbuka dan tertutup, dan juga
menggunakan verbal test (seperti tanya jawab lisan) kedua-duanya dijadikan nilai
akhir prestasi belajar.
Dari sini terlihat bahwa meskipun instrument pengukuran prestasi belajar
berbeda-beda, tidak ada satupun pendekatan tunggal yang digunakan untuk alat ukur
17
prestasi belajar, namun secara skala pengukuran, bahwa alat ukur tersebut sama yaitu
menggunakan skala kontinum. Sehingga menurut hemat peneliti tidak perlu lagi untuk
menyusun secara baku alat ukur prestasi belajar sebab tentu alat ukur tersebut dibuat
sesuai dengan nilai hasil raport yang diberikan, namun sejauh pengukuran tersebut
menggunakan skala kontinum maka dapat diterima. Untuk lebih lengkap tentang
instrument pengukuran prestasi belajar statistika, maka akan peneliti paparkan di Bab 3
pada sub-bab instrument pengumpulan data.
2.2. Self Efficacy
2.2.1 Pengertian Self Efficacy
Branden (dalam Ratna jatmika, 1996), mengartikan self efficacy adalah keyakinan
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Keyakinan dalam dasar efficacy seseorang
adalah kemampuan individu untuk mempelajari apa yang perlu dipelajari, dan melakukan
apa yang diperlukan untuk mendapatkan tujuan, sebagai kesuksesan yang tergantung
pada usaha-usaha individu itu sendiri. Self efficacy bukanlah keyakinan bahwa individu
tidak pernah berbuat salah. Akan tetapi keyakinan bahwa individu mampu memikirkan,
menilai, mengetahui dan memperbaiki kesalahan. Self efficacy adalah keyakinan apa
yang menjadi mungkin bagi individu untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
serta mendapat kesuksesan ( Ratna jatmika, 1996).
Sedangkan menurut Bandura (1986), self efficacy merupakan persepsi individu
mengenai kemampuannya untuk menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang
diinginkan. Pertimbangan self efficacy akan lebih berorientasi kepada tugas-tugas dan
situasi yag spesifik, akan lebih kontekstual, dan individu membuat keputusan-keputusan
18
dengan didasarkan pada sejumlah tujuan (goal).
Bandura menyebutkan bahwa self
efficacy atau keyakinan diri dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil atau dengan
kata lain, self efficacy adalah persepsi diri mengenai seberapa bagus fungsi diri dalam
situasi tertentu. Self efficacy berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki
kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan (Alwisol, 2004). Jadi self efficacy
adalah keyakinan individu mengenai kemampuan untuk menghasilkan suatu hasil dan
mencapai kinerja yang diinginkan.
Agar tercapai hasil yang diinginkan, individu perlu berperan aktif dan lebih tekun
dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Besarnya peran yang dilakukan tergantung
seberapa besar keyakinan terhadap kemampuan yang dimilikinya dalam melakukan
pekerjaan dan tugas yang dibebankan. Tingkat keyakinan seperti inilah yang dinamakan
Bandura sebagai self efficacy.
Sedangkan menurut Wilhite (1990) Self Efficacy adalah “....the extent to which
someone belief that they control the outcome of their attemps” (Wilhite 1990: 696). Dari
ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa self efficacy
adalah kenyakinan
seseorang akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu tugas dalam situasi tertentu
untuk mencapai hasil tertentu.
2.2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi Self Efficacy
Menurut Frank Pajares (2000) faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap keyakinan
self efficacy adalah
a. Hasil atau prestasi yang pernah dicapai individu adalah sumber yang paling
mempengaruhi self efficacy. Individu akan mengukur dampak dari tindakan mereka
19
dan interpretasi ini akan membantu menciptakan keyakinan efficacy
Kesuksesan akan meningkatkan self efficacy
individu
individu.
dan kegagalan akan
menurunkan self efficacy individu.
b. Pengalaman yang dialami orang lain. Pengalaman yang dialami orang lain merupakan
sumber self efficacy yang lebih lemah dibandingkan hasil atau prestasi yang pernah
dicapai individu. Akan tetapi apabila individu merasa tidak yakin mengenai
kemampuannya ataupun hanya mempunyai pengalaman yang terbatas, individu akan
lebih sensitif untuk melakukan suatu tindakan.
c. Persuasi verbal yang disampaikan orang lain, persuasi ataupun dorongan yang
disampaikan orang lain terhadap seorang termasuk di dalamnya adalah bentuk-bentuk
pernyataan verbal, merupakan sumber efficacy yang lebih lemah dibanding hasil atau
prestasi yang pernah dicapai dan pengalaman yang dialami orang lain. Akan tetapi
persuasi
ini
bagaimanapun
juga
mempunyai
peran
yang
penting
dalam
mengembangkan keyakinan diri individu.
d. Bentuk-bentuk reaksi fisiologis, bentuk-bentuk reaksi emosional dan fisiologis
seperti: kecemasan, stres, keterbangkitan secara fisik maupun emosional dan
kelelahan, juga akan memberikan informasi mengenai self efficacy.
Sangat penting untuk dinyatakan bahwa sumber-sumber self efficacy di atas tidak
akan langsung merubah pertimbangan kompetensi individu akan menginterpretasikan
hasil-hasil yang pernah dicapai, dan interpretasi ini memberikan informasi sebagai dasar
putusan tindakan
berikutnya.
Informasi ini
akan digunakan untuk
membuat
pertimbangan-pertimbangan efficacy, dan aturan yang digunakan untuk mengintegrasikan
informasi tersebut dengan didasarkan pada interpretasi tadi. Jadi, seleksi, integrasi dan
20
interpretasi serta pengumpulan informasi tersebut akan mempengaruhi pertimbangan self
efficacy (Pajares, 2000).
Tinggi rendahnya self efficacy seseorang dalam setiap tugas sangat bervariasi. Ini
disebabkan karena ada beberapa faktor, menurut Bandura dalam Ari Wibowo (1997) self
efficacy dapat terbentuk dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Sifat tugas yang dihadapi, sifat tugas dalam hal ini adalah tingkat kesulitan dan
kompleksitas tugas yang dihadapi. Semakin kompleks dan sulit tugas yang dihadapi
individu, semakin rendah self efficacy dalam tugas tersebut. Menurut Telfer dan Biggs
(1988) menyatakan derajat kompleksitas bagi setiap orang adalah bersifat relatif. Ini
bergantung dari kemampuan orang dalam memproses informasi yang diterima.
b. Insentif eksternal atau reward yang diterima individu dari orang lain jika individu
berhasil menguasai atau menyelesaikan tugas tertentu. Semakin besar insentif atau
reward yang diperoleh seseorang dalam penyelesaian tugas, semakin tinggi derajat
self efficacy-nya
c. Status atau peran individu dalam lingkungan. Seseorang yang memiliki status yang
lebih tinggi dalam kelompoknya akan mempunyai derajat kontrol yang lebih besar
pula, sehingga memiliki tingkat self efficacy yang lebih tinggi. Seorang pemimpin
cenderung memiliki derajat self efficacy yang lebih tinggi dari bawahannya.
d. Informasi kemampuan diri, self efficacy akan meningkat jika individu mendapat
informasi yang positif tentang kemampuan yang dimilikinya. Sebaliknya self efficacy
cenderung akan menurun jika individu menerima informasi yang negatif tentang
kemampuan dirinya.
21
2.2.3. Dimensi self efficacy
Dalam pengukuran terhadap tingkat self efficacy individu, berdasarkan pada
beberapa dimensi yang mempunyai implikasi penting bagi perilaku. Menurut Bandura
dalam Sophi (2006) dalam menilai tingkat self efficacy seseorang dapat melalui tiga
dimensi yaitu:
1. Tingkat kesulitan tugas
yaitu derajat kesulitan tugas yang mampu dilakukan seseorang. Seseorang mampu
melaksanakan tugas mulai dari yang mudah, agak sulit, dan tugas yang sulit. Penilain
setiap individu akan berbeda-beda, ada individu yang memiliki self efficacy yang
tinggi pada tugas yang bersifat mudah dan sederhana, dan ada pula individu yang
mempunyai self efficacy yang tinggi pada tugas yang sulit sekalipun.
2. Luas bidang tingkah laku
Yaitu situasi dari pelaksanaan tugas yang disetai oleh perasaan yakin akan
kemampuan dirinya. Dan seseorang terkadang merasa yakin kemampuan dirinya
hanya pada bidang aktifitas dan situasi tertentu, atau dalam serangkaian aktifitas dan
situasi yang bervariasi.
3. Tingkat kekuatan keyakinan
Yaitu kekuatan keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai kemampuannya, yang
dapat tercemin melalui besarnya daya tahan dalam menghadapi hambatan saat
melaksanakan tugas.
22
2.2.4. Fungsi self efficacy
Besarnya keyakinan seseorang untuk dapat mengatasi situasi tertentu sangat
berpengaruh terhadap perilaku yang akan ditampilkan seseorang. Bandura (1986)
mendefinisikan beberapa fungsi dari self efficacy, yaitu:
a. Untuk menentukan pilihan tingkah laku. Orang akan cenderung akan melakukan
tugas tertentu di mana ia merasa memiliki kemampuan yang baik untuk
menyelesaikannya. Jika seseorang memiliki keyakinan diri yang besar bahwa ia
mampu mengerjakan tugas tertentu, maka ia akan lebih memilih mengerjakan tugas
tersebut dari pada tugas yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa self efficacy juga
menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku yang nantinya akan menentukan
performa seseorang dalam melakukan tugasnya.
b.
Sebagai penentu besarnya usaha dan daya tahan dalam mengatasi hambatan atau
pengalaman aversif. Bandura (dalam Stenberg,1990) mengatakan bahwa self efficacy
menentukan berapa lama individu dapat bertahan dalam mengatasi hambatan dan
situasi yang kurang menyenangkan. Self efficacy yang tinggi akan menurunkan
kecemasan yang menghambat penyelesaian tugas, hingga mempengaruhi daya tahan
individu dan akan menunjukkan usaha yang lebih keras lagi.
c.
Mempengaruhi pola pikir dan reaksi emosional. Self efficacy akan mempengaruhi
pola pikir dan reaksi emosional individu dalam menghadapi situasi saat ini dan
mengantisipasi situasi yang akan datang. Orang yang self efficacy rendah selalu
menganggap dirinya tidak mampu menangani situasi yang dihadapinya dan
menganggap dirinya tidak berkompeten serta menganggap kegagalan merupakan
akibat dari ketidakmampuannya. Sebagai prediksi tingkah laku selanjutnya. Individu
23
yang memiliki self efficacy yang tinggi memiliki minat dan keterlibatan yang tinggi
dan lebih baik dengan lingkungannya. Demikian juga dalam menghadapi tugas
mereka lebih aktif untuk menyelesaikannya. Sedangkan sebaliknya individu dengan
self efficacy rendah cenderung lebih pemalu dan kurang terlibat dalam tugas yang
dihadapi daripada berusaha merubah keadaan.
d. Sebagai penentu kinerja (performance) selanjutnya. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Bandura (1986)
menunjukkan
bahwa
self
efficacy secara signifikan
mempengaruhi kinerja yang ditampilkan seseorang dalam menghadapi tugas tertentu.
2.3. Motivasi Belajar
2.3.1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar menurut Sardiman (2004), motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Sedangkan menurut Uno (2007) motivasi belajar adalah dorongan internal dan
eksternal pada siswa-siswa yang edang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak yang menjadi kekuatan individu yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan seluruh tingkah laku sehingga diharapkan tujuan belajar dapat
tercapai.
Terdapat dua macam motivasi menurut Djamarah (2002), yaitu:
a. motivasi intrinsik
24
motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri inividu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu.
b. motivasi ekstrinsik
adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Motivasi bekajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan
belajanya diluar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai
tujuan yang terletak diluar hal yang dipelajarinya.
2.3.2. Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Frandsen (dalam Suryabrata, 2006), ada beberapa aspek yang
memotivasi belajar seseorang, yaitu:
a. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. Sifat ingin tahu
mendorong seseorang untuk belajar, sehingga setelah mereka mengetahui segala
hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan menimbulkan kepuasan tersendiri pada
dirinya.
b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
Manusia terus menerus menciptakan sesuatu yang baru karena adanyadorongan untuk
lebih maju dan lebih baik dalam kehidupannya.
c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman- eman.
Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang
disekelilingnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan bentuk-bentuk
rasa simpati yang lain.
25
d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru,
baik dengan kooperasi maupun dengan kompetisi. Suatu kegagalan dapat menjadikan
seseorang merasa kecewa dan depresi atau sebaliknya dapat menimbulkan motivasi baru
agar berusaha lebih baik lagi. Usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik tersebut dapat
diwujudkan dengan kerjasama bersama orang lain (kooperasi), ataupun bersaing dengan
orang lain (kompetisi).
e. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. Apabila
seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut tidak akan merasa
khawatir bila menghadapi ujian, pertanyaanpertanyaan dari guru dan lain-lain, karena
merasa yakin akan dapat menghadapinya dengan baik. Hal inilah yang menimbulkan rasa
aman pada individu.
f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. Suatu perbuatan yang
dilakukan dengan baik pasti akan mendapatkan ganjaran yang baik, dan sebaliknya, bila
dilakukan kurang sungguhsungguh maka hasilnya pun kurang baik bahkan mungkin
berupa hukuman.
2.4. Konsep Diri
2.4.1 Pengertian Konsep Diri
Pengertian konsep diri yaitu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan,
orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan.
(Burns, 1993).
Sedangkan Fisher (1973), menyatakan konsep diri adalah bagaimana individu
tersebut menggambarkan dirinya sendiri baik secara fisik dan kemampuan yang
dimilikinya, serta bagaimana dia bersikap terhadap masyarakat sekitarnya.
26
Hurlock (1980) juga menambahkan bahwa konsep diri adalah gambaran
seseorang tentang dirinya. Gambaran ini merupakan gabungan kepercayaan orang
tersebut mengenai dirinya sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial,
emosi, aspirasi dan prestasi. Menurutnya pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri
secara keseluruhan sebagai hasil observasi terhadap dirinya dimasa lalu dan disaat
sekarang ini. Setiap individu mempunyai konsep diri yang sesungguhnya adalah konsep
seseorang dari siapa dan apa dia itu.
2.4.2. Kompenen Konsep Diri
Fisher (1973) menjelaskan bahwa konsep diri mempunyai tiga kompenen yaitu :
1. Sifat diri yaitu bagaimana cara individu melihat fisiknya dan kemampuannya sendiri.
2. Sifat sosial yaitu bagaimana individu tersebut menilai dirinya sendiri bersikap terhadap
orang lain. Melingkupi sikap ramah, assertive dan tulus.
3. Peranan sosial yaitu bagaimana individu tersebut berperan dalam lingkungannya,
mencakupi keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Sedangkan Cooley (dalam Fitts, 1971) mengungkapkan bahwa konsep diri
mempunyai tiga elemen dasar yaitu :
1. Imaginasi dari penampilan kepada orang lain.
2. Imaginasi dari penilaian orang lain dari penampilan.
3. Beberapa macam dari perasaan harga diri sebagai kebanggaan atau rasa malu.
27
Kemudian Mead (dalam Fitts, 1971) menggambarkan gabungan konsep diri dari
sudut interaksi sosial. Teori dari Mead mengajukan bahwa individu akan menyusun
diri mereka sebagaimana lingkungan menilai mereka. Dan kemudian mereka akan
menjaga perbuatan mereka dalam aturan-aturan.
Kich (dalam Fitts, 1971) Memberikan dari teori umum tentang konsep diri dalam
satu kalimat “konsep individu dari diri mereka muncul dari interaksi sosial dan
mengikutinya, membimbing ataupun mempengaruhi tingkah laku dari individu
tersebut”.
Fitts (1971) mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah
laku seseorang. Dengan mengetahui konsep diri seseorang, kita akan lebih mudah
meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut. Pada umumnya tingkah laku
individu berkaitan dengan gagasan-gagasan tentang dirinya sendiri. Fitts (1971)
memandang diri sebagai dua dimensi, yaitu dimensi internal dan dimensi eksternal.
Konsep diri merupakan sesuatu yang majemuk di mana bagian yang satu saling
terkait dengan yang lainnya.
a. Dimensi Internal
adalah suatu dimensi di mana individu melihat dirinya sebagai suatu kesatuan
yang utuh dan dimensi dalam melakukan pengamatan dan penilaian terhadap identitas
diri. Tingkah lakunya serta kepuasan dirinya.
Dimensi internal itu sendiri mencakup tiga aspek yaitu :
28
1 Identity self dalam bagian ini terdapat label dan simbol yang dipakai untuk
menggambarkan diri sendiri atas pertanyaan “siapakah diri saya?”. Label atau
simbol itu berasal dari dirinya sendiri atau bisa juga didapat dari orang lain.
2 Behavior self merupakan persepsi orang terhadap perilaku dan tindakan yang
telah diambilnya.
3 Judging self
menjalankan
lebih berkaitan dengan self esteem, bagian dari diri yang
fungsi
sebagai
pengamat,
pemberi
nilai-nilai
standar,
perbandingan yang paling utama adalah sebagai penilaian diri sendiri.
b. Dimensi Eksternal
Dimensi eksternal dari diri menyangkut pentingnya keadaan individu dalam
mengadakan hubungan interpersonal. Dimensi eksternal ini terdiri dari diri fisik (physical
self), diri moral (moral ethical self), diri pribadi (personal self), diri keluarga (familial
self) dan diri sosial (social self).
2.4.3. Perkembangan Konsep Diri
Para ahli sependapat bahwa konsep diri bukan lah bawaan dari lahir. Seorang
anak yang baru lahir belumlah menyadari dirinya dan lingkungannya. Hurlock (1974).
Anak dapat melihat dirinya dan membedakan antara dirinya dengan lingkungannya
secara berangsur-angsur melalui pengalaman tubuh dan lingkungannya. Menurut Hurlock
(1974) hal ini merupakan awal dari seuatu proses yang panjang.
29
Sedangkan Symond (1951) menyatakan konsep diri terbentuk sejak kemampuan
perspektif anak mulai berfungsi dan konsep diri akan mulai berkembang bila anak telah
mampu membedakan antara dirinya dengan orang lain.
Namun Taylor (1951) mengatakan bahwa seorang anak mulai mengenal dirinya
sejak ia mengenal bentuk fisiknya sendiri, hal ini muncul pada saat anak-anak berusia
enam sampai tujuh bulan. Selanjutnya perkembangan konsep diri lebih bersifat sosial,
yaitu dipelajari dari interaksinya dengan orang lain. Termasuk di dalamnya proses
identifikasi dan introyeksi dari lingkungan. Selain itu Combs & Syngg (dalam Fitts 1971)
juga menekankan pentingnya konsep diri dalam keluarga mengembangkan konsep diri,
karena keluarga merupakan lingkungan pertama di mana seseorang mengadakan interaksi
dengan orang lain. Dalam keluarga, seorang anak mulai mengalami interaksi dirinya
diterima atau ditolak, perasaan adekuat atau inadekuat menbentuk identifikasi dan
harapan-harapan terhadap tujuan hidup, nilai-nilai dan tingkah laku yang dapat diterima.
Menurut Sullivan (1953) interaksi sosial berpengaruh dalam konsep diri. Ia
mengatakan, penilaian seseorang mengenai dirinya sendiri didasarkan persepsinya
tentang tingkah laku orang lain terhadap dirinya. Dengan kata lain, bagaimana orang lain
memperlakukan dan menilai dirinya, dalam batas-batas tertentu akan menentukan cara
orang itu menilai dirinya sendiri. Jadi konsep diri itu berasal dari pengalamanpengalaman seseorang dalam berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain. Felker
(1974) mengatakan bahwa konsep diri berkembang dan terbentuk berdasarkan dari
pengalaman dan tekanan yang datang dari lingkungannya.
30
2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Konsep Diri
Verdeber (dalam sobur, 2003) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi
konsep diri yaitu self appraisal, reaction and responses of others dan role play dan yang
ditambahkan oleh Brook yaitu reference group.
Self appraisal – viewing self as an object
Istilah ini menunjukan suatu pandangan yang menjadikan diri sendiri sebagai
objek dalm komunikasi atau dengan kata lain adalah kisah kita terhadap diri sendiri.
Reaction and respons of others
Konsep diri tidak sengaja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri kita
sendiri, namun juga berkembang dalam rangka interaksi kita dengan masyarakat. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Brook (1971) “self concept is the direct result of how
significant others react to the individual”, jadi konsep diri adalah hasil langsung dari cara
orang lain beraksi.
Roles for play-role taking.
Dalam hubungan pengaruh terhadap konsep diri, adanya aspek peran yang kita
mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri kita. Yang dimaksud dengan
peran disini adalah
1. Sekelompok norma dan harapan mengenai tingkah laku seseorang.
2. Norma dan harapan yang dimiliki oleh orang-orang dilingkungan dekat dengan
individu tersebut.
31
3. Norma- norma tersebut memang diketahui dan disadari oleh individu tersebut.
Reference group
Refernce group adalah kelompok yang kita menjadi anggotanya didalam. Jika
kelompok ini kita anggap penting, dalam arti mereka dapat menilai dan beraksi kepada
kita. Hal ini menjadi kekuatan untuk menentukan konsep diri kita.
2.5 Kerangka Berfikir
Dari uraian teori yang telah dicantumkan diatas, peneliti menyimpulkan sebagai
berikut :
Prestasi belajar menurut Chaplin (2002) merupakan satu tingkat khusus perolehan
atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang
dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut. Pengertian prestasi belajar didalam
kamus balai pustaka nasional, yaitu penguasaan pengetahuan dan keterampilan terhadap
mata kuliah yang diberikan melalui hasil tes.
Dan untuk memperoleh prestasi dalam belajar, ada beberapa faktor psikologis
yang mempengaruhi, diantaranya adalah self efficacy, motivasi belajar, dan juga konsep
diri dari siswa itu sendiri. Menurut Bandura, self efficacy merupakan persepsi individu
mengenai kemampuannya untuk menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang
diinginkan. Self efficacy mempunyai dimensi-dimensi yang dapat mempengaruhi self
efficacy itu sendiri yaitu : 1. tingkat kesulitan tugas, 2. luas bidang tingkah laku dan 3.
derajat kemantaban keyakinan. Dengan dimensi-dimensi ini peneliti membuat alat ukur
untuk mengukur prestasi belajar siswa.
32
Motivasi belajar juga memiliki peranan penting dalam prestasi belajar siswa,
motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang menjadi kekuatan individu
yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan seluruh tingkah laku sehingga
diharapkan tujuan belajar dapat tercapai. Motivasi belajar dibagi dua menurut Djamarah,
(2002), yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. tinggi rendahnya motivasi
belajar siswa dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar individu masing-masing,
dimisalkan apabila siswa tersebut tinggi motivasinya untuk belajar maka hasil yang
didapatkan siswa tersebut tingginya nilai akhirnya, bahkan sebaliknya.
konsep diri juga dapat mempengaruhi prestasi belajar bisa dilihat dari pengertian
konsep diri adalah gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang lain
berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan (Burns,
1993). Konsep diri mempunyai komponen yang bisa dijadikan alat ukur untuk
mengetahui prestasi belajar siswa, yaitu : 1. sikap diri, 2. sifat sosial, dan 3. peranan
sosial.
`Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat prestasi belajar yang dijadikan sebagai
dependent variabel, yang disebabkan oleh banyak faktor psikologis yang disebut sebagai
indefendent variable. Berdasarkan beberarapa teori dan penelitian sebelumnya tentang
prestasi belajar, faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu: self
efficacy, motivasi belajar, dan juga konsep diri. Dimana sudah dijelaskan satu-satu diatas
oleh peneliti.
Jika digambarkan dengan model, maka akan terlihat sebagai berikut
33
Tingkat kesulitan
tugas
Luas bidang
tingkah laku
SELF EFFICACY
Derajat kemantaban
keyakinan
USIA
kesulitan tugas
Motivasi
intrinsic
MOTIVASI BELAJAR
PRESTASI
BELAJAR
Motivasi
ekstrinsik
Sifat diri
Sifat sosial
Peranan
sosial
KONSEP DIRI
JENIS KELAMIN
2.6 Hipotesis
Bunyi hipotesis utamanya yaitu :
INTENSITAS MEMBACA
dan bELAJAR
34
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari self efficacy, motivasi belajar,
konsep diri, usia, jenis kelamin dan intensitas baca dan belajar terhadap prestasi
belajar siswa?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari self efficacy terhadap prestasi
belajar?
3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari motivasi belajar terhadap prestasi
belajar siswa?
4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari konsep diri terhadap prestasi
belajar siswa?
5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari usia terhadap prestasi belajar
siswa?
6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari jenis kelamin terhadap prestasi
belajar siswa?
7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari intensitas baca dan belajar
terhadap prestasi belajar siswa?
Selanjutnya hipotesis minor penelitian ini yaitu :
1 Self efficacy, motivasi belajar, konsep diri, usia, jenis kelamin, dan intensitas baca
dan belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.
2 Self efficacy berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.
3 motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.
35
4 Konsep diri berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.
5 Usia berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.
6 Jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.
7 Intensitas baca dan belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar.
Kemudian dikarenakan adanya analisis statistik, maka hipotesis utama tersebut dibalik
menjadi hipotesis nihil, yang berbunyi bahwa faktor – faktor psikologis tidak
memengaruhi prestasi belajar. Dengan demikian hipotesis nihil inilah yang akan diujikan
pada analisis statistik penelitian.
36
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang Populasi dan Sampel, Variabel Penelitian, Definisi
Operasional, Instrumen Pengumpulan data, Prosedur Pengumpulan Data, dan Metode
Analisis Data.
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian
yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah dengan
metode statistik (Azwar, 2008).
Sedangkan jenis penelitian ini adalah korelasi prediktif, karena tujuan penelitian
ini adalah melihat gambaran pengaruh self efficacy, motivasi belajar, konsep diri, usia,
jenis kelamin dan intensitas baca dan belajar terhadap prestasi belajar siswa SMA Hang
Tuah 1 Jakarta.
3.2. Populasi & Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2008), populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas
obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi pada penelitian ini yaitu siswa kelas X SMU Hang Tuah 1 Jakarta. yang
berjumlah kurang lebih 111 siswa. Kelas X1 : 28 siswa, kelas X2 : 28 siswa, kelas X3 :
28 siswa, dan kelas X4 : 27 siswa. Seluruh anggota populasi tersebut peneliti jadikan
37
sampel seluruhnya, dikarenakan pertimbangan jumlah anggota populasi yang tidak terlalu
banyak.
3.2.2 Sample dan Teknik pengambilan Sample
Proses yang meliputi pengambilan sebagian dari populasi, melakukan pengamatan
pada populasi secara keseluruhan disebut dengan sampling atau pengambilan sampel
(Sevilla, 1993). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil (Sugiyono, 2007).
3.3 Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :
1. Prestasi Belajar
2. Self efficacy.
3. Motivasi belajar.
4. Konsep diri
Dependent variabel (outcome variable) dalam penelitian ini adalah prestasi belajar,
sedangkan variabel lainnya merupakan variabel independen (predictor variable).
3.4 Definisi Konseptual Variable
1. Prestasi belajar.
38
Prestasi belajar menurut Chaplin (2002) merupakan satu tingkat khusus perolehan
atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes-tes yang
dibakukan atau lewat kombinasi ke dua hal tersebut.
2. Self efficacy
Self efficacy merupakan persepsi individu mengenai kemampuannya untuk
menghasilkan suatu hasil dan mencapai kinerja yang diinginkan. Pertimbangan self
efficacy akan lebih berorientasi kepada tugas-tugas dan situasi yag spesifik, akan lebih
kontekstual, dan individu membuat keputusan-keputusan dengan didasarkan pada
sejumlah tujuan (goal).
3. Motivasi belajar
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak yang menjadi kekuatan
individu yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan seluruh tingkah laku sehingga
diharapkan tujuan belajar dapat tercapai.
4. Konsep diri
Menurut Hurlock (1980), konsep diri adalah gambaran seseorang tentang dirinya.
Gambaran ini merupakan gabungan kepercayaan orang tersebut mengenai dirinya sendiri
yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosi, aspirasi dan prestasi.
3.5. Definisi Operasional Variabel
1. Prestasi belajar adalah skor pencapaian hasil tes atau ujian yang diperoleh siswa,
dimana tes atau ujian sebagai pengukuran kemampuan serta pemahaman belajar
siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan (Umar, 2010).
39
2. Self efficacy adalah keyakinan kemampuan diri, sedangkan definisi oprasional
(self efficacy) yang dipakai dalam penelitian ini mengacu pada teori bandura
(1986) yaitu keyakinan individu mengenai kemampuan untuk menghasilkan suatu
hasil dan mencapai kinerja yang diinginkan. Sedangkan dimensi yang terdapat di
self efficacy menurut Bandura (dalan Sophi, 2006) adalah sebagai berikut:
1
Tingkat kesulitan tugas
2
Luas bidang perilaku
3
Derajat kemantapan keyakinan atau pengharapan
3. Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang
edang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Uno,2007). Sedangkan bentuk –
bentuk motivasi belajar menurut Jamarah (2000) adalah:
1
Motivasi Intrinsik
2
Motivasi ektriinsik
4. Menurut Hurlock (1980), konsep diri adalah gambaran seseorang tentang dirinya.
Gambaran ini merupakan gabungan kepercayaan orang tersebut mengenai dirinya
sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosi, aspirasi dan
prestasi. Sedangkan komponen-komponen konsep diri memurut Fisher (1973)
dibagi menjadi tiga kompenen yaitu :
·
Sifat diri
40
·
Sifat sosial, dan
·
Peranan sosial
3.6. Pengumpulan Data
3.6.1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk variabel Motivasi belajar dan self efficacy, disusun menggunakan skala Likert
dengan 4 katagori jawaban, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pemusatan
(central tendency) / menghindari jumlah respon yang bersifat netral. Model ini terdiri dari
pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavourable).
Subjek diminta untuk memilih salah satu dari 4 katagori jawaban yang masingmasing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang
dirasakan responden sendiri yaitu, “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak Setuju”
(TS), “Sangat Tidak Setuju” (STS). Penskoran tertinggi diberikan pilihan sangat setuju
dan terendah pada pernyataan sangat tidak setuju untuk pernyataan favourable.
Selanjutnya pernyataan tertinggi untuk pernyataan unfavorable diberikan pada pilihan
jawaban sangat tidak setuju dan skor terendah diberikan untuk pilihan sangat setuju.
Setiap katagori memiliki nilai sebagai berikut
Tabel 3.1
Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif
Kategori
Favorable
Unfavorable
1
4
SS
3
2
S
2
3
TS
1
4
STS
Khusus untuk pengukuran skor Konsep diri disusun menggunakan skala semantic
diferensial, yang dimana alat ukur ini menggunakan enam pilihan jawaban. Dimana
41
responden penelitian mengisi pernyataan yang paling sesuai dengan dirinya. Dan untuk
pengukuran prestasi belajar, peneliti hanya menggambil nilai rapor semester 1.
3.6.2. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini akan digunakan tiga alat ukur untuk mengukur variable yang
diteliti. ketiga skala ini mengukur Motivasi belajar, self efficacy dan konsep diri.
Skala Motivasi Belajar
Dalam mengukur motivasi belajar, akan menggunakan skala yang disusun oleh Andi
Irin Angraini (skripsi) yang dibuat berdasarkan bentuk-bentuk motivasi belajar, yaitu
motivasi interinsik dan eksterinsik.
Skala sudah dihitung oleh penyusun dan sudah diketahui item-item mana saja yang
valid dan unvalid, maka peneliti tidak melakukan penghitungan ulang.
Skala Self Efficacy
Dalam mengukur self efficacy, akan menggunakan skala yang disusun oleh Fitriani
yang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi self efficacy, yaitu tingkat kesulitan tugas, luas
bidang tingkah laku dan derajat kematapan keyakinan,
Skala sudah dihitung oleh penyusun dan sudah diketahui item-item mana saja yang
valid dan unvalid, maka peneliti tidak melakukan penghitungan ulang.
Skala konsep diri
Dalam mengukur konsep diri, akan menggunakan skala semantik diferensial yang
disusun oleh peneliti yang dibuat berdasarkan dimensi internal konsep diri, yaitu sifat
diri, sifat sosial dan peranan sosial.
42
3.7 . Uji Instrumen
Didalam penelitian ini harus digunakan alat ukur yang valid dan reliabel, agar
kesimpulan dalam penelitian yang diperoleh tidak memberikan gambaran yang jauh
berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Pengujian tingkat validitas dan ralibilitas dari
ketiga alat ukur dalam penelitian ini dilakukan sebelum diadakan pengambilan data.
Pengujian alat ukur ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana dapat
mengungkapkan hal-hal yang semestinya diukur dari satu variabel.
3.8. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1. Sebelum turun ke lapangan, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti
kemudian mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut
pandang teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori yang berkaitan secara lengkap
kemudian penulis menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan
digunakan dalam penelitian ini yaitu skala self efficacy, motivasi belajar dan
konsep diri..
2. Melakukan penelitian dengan try out terpakai yang dilakukan pada siswa kelas XI
SMA Hang Tuah 1 Jakarta melalui teknik sampling jenuh. Setelah mendapatkan
data yang diinginkan peneliti kemudian melakukan pengolahan data.
3. Melakukan pengolahan dan pengujian terhadap data yang sudah di dapatkan.
43
3.9. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, bentuk analisa data yang digunakan adalah analisis kuantitatif,
yaitu jenis analisis yang mempergunakan alat analisis berupa metode statistik yang
hasilnya disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian disajikan dan
diintrepetasikan dalam bentuk uraian.
Uji hipotesis digunakan untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan utama
penelitian yang menggunakan teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis regresi
berganda ini digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk
mengetahui besarnya hubungan dari independent variabel (IV), yaitu self efficacy,
motivasi belajar dan konsep diri terhadap dependent variable (DV) yaitu prestasi belajar.
Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk
model hubungan antara variabel terikat (dependen; respon; Y) dengan lebih dari satu
variabel bebas (independen; prediktor; X).
Persamaan garis regresi penelitian adalah:
Y' = a + b1X1 + b2X2 +b3X3 +b4X4+b5X5+b6X6
Keterangan:
Y' = nilai prediksi Y (tingkat prestasi belajar)
a = konstan
b = koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X
44
X1 = self efficacy
X2 = motivasi belajar
X3 = konsep diri
X4 = usia
X5 = jenis kelamin
X6 = intensitas baca dan belajar
45
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi gambaran
responden dan hasil uji hipotesis.
4.1 Gambaran umum subjek penelitian
Responden dalam penelitian ini sebanyak 111 siswa SMA Hang Tuah 1 jakarta.
Pada table 4.1 berikut ini digambarkan subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin.
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai responden yang digunakan dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi siswa kelas X SMA Hang
Tuah 1 jakarta. Dengan menggunakan teknik pengambilan sample secara accidental,
maka diperoleh responden berdasar jenis kelamin sebagai berikut :
Tabel 4.1
Distribusi populasi penelitian berdasarkan jenis kelamin.
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
N
41
70
111
Persentase
37 %
63 %
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perempuan lebih banyak daripada lakilaki.Jumlah perempuan 70, sedangkan laki-laki hanya berjumlah 41. hal seperti ini lazim
di SMA Hang Tuah 1 Jakarta.
46
Dan di bawah ini adalah gambaran responden dilihat dari intensitas jam belajar diluar jam
sekol.ah, diperoleh data sebagai berikut :
Table 4.2
Gambaran responden penelitian berdasarkan intensitas jam belajar diluar sekolah
Intensitas belajar
1 jam / hari
2 jam / hari
3 jam / hari
4 jam / hari
Total
N
24
38
33
16
111
Persentase
21,62 %
34,23 %
29,73 %
14,42 %
100 %
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa intensitas jam belajar yang paling besar
persentasenya adalah 2 jam / hari yang sebesar 34,23%, 3 jam / hari 29,73%, 1 jam / hari
21,62% dan yang terakhir 4 jam /hari 14,42%.
Selanjutnya di bawah ini adalah gambaran responden dilihat dari intensitas
membaca buku diluar jam sekolah, diperoleh data sebagai berikut :
Table 4.3
Gambaran responden penelitian berdasarkan intensitas membaca buku diluar jam
sekolah.
Membaca buku
1 jam / hari
2 jam / hari
3 jam / hari
4 jam / hari
Total
N
16
38
39
18
111
Persentase
14,4 %
34,2 %
35,1 %
16,3 %
100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa intensitas membaca buku diluar jam sekolah
yang paling besar di 3 jam/hari sebesar 35,1%, 2 jam/hari sebesar 34,2%, 4 jam/hari
sebesar 16,3% dan yang terakhir 1 jam/hari sebesar 14,4%.
47
4.2 Uji Hipotesis
4.2.1 Analisis regresi variable penelitian
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda
dengan bantuan software SPSS 17. Dalam regresi ada 3 hal yang dilihat yaitu, melihat
apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV, kedua melihat besaran R square untuk
mengetahui berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan olah IV, kemudian terakhir
melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV
Table 4.5 Anova
ANOVAb
Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
1231.115
6
205.186
Residual
8504.486
104
81.774
Total
9735.601
110
F
Sig.
2.509
.026a
a. Predictors: (Constant), jenis kelamin, motivasi belajar, usia, interaksi membaca dan belajar, konsep diri, self efficacy
b. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR
Jika melihat kolom nilai signifikansi (p < 0,005), maka hipotesis yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independen variable terhadap
prestasi belajar ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari konsep diri, self
efficacy, motivasi belajar, usia, jenis kelamin dan perkalian antara interaksi membaca
buku dengan belajar diluar sekolah. Untuk table R square dapat dilihat sebagai berikut
48
Table 4.6 Model Summary
Model Summary
Model
1
R
R Square
.356a
Adjusted R Square
.126
Std. Error of the
Estimate
.076
9.04289
a. Predictors: (Constant), jenis kelamin, motivasi belajar, usia, interaksi
membaca dan belajar, konsep diri, self efficacy
Dari tabel di atas dapat dilihat perolehan R square sebesar 0.126 atau 12.6%. Artinya
proporsi varians dari prestasi belajar yang dijelaskan semua independent variable sebesar
12.6% sedangkan 87,4% sisanya dijelaskan oleh variable lain diluar penelitian ini.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent variable. Jika
nilai t >1,96 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut
memiliki dampak yang signifikan terhadap prestasi belajar. Adapun penyajiannya
ditampilkan pada table berikut
Table 4.7 Koefisien Regresi
Coefficientsa
Standardized
Coefficients
Unstandardized Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
Beta
3.689
.000
-.142
-.999
.320
.135
.394
2.748
.007
-.216
.093
-.230
-2.321
.022
-2.124
1.406
-.141
-1.511
.134
INTERAKSI MEMBACA DAN
BELAJAR
.246
.268
.088
.920
.360
JENIS KELAMIN
.090
1.854
.005
.049
.961
SELF EFFICACY
MOTIVASI
KONSEP DIRI
USIA
a. Dependent Variable: PRESTASI BELAJAR
80.637
21.857
-.147
.147
.371
49
Persamaan 4.1 Regresi prestasi belajar
Prestasi belajar = 80,637 – 0,147*self efficacy + 0,371* motivasi belajar – 0,216*
konsep diri – 2,214* usia + 0,246* interaksi membaca dan belajar + 0,090*jenis
kelamin
Tabel di bawah ini adalah penjelasan dari persamaan regresi prestasi belajar.
Table 4.8
Keterangan persamaan regresi prestasi belajar
No
1
2
3
4
5
6
Variable
Self efficacy
Motivasi belajar
Konsep diri
Usia
Interaksi membaca dan belajar
Jenis kelamin
Kontribusi
Negative
Positive
Negative
Negative
Positive
Positive
Signifikansi
Tidak signifikan
Signifikan
Signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Tidak signifikan
Kemudian langkah selanjutnya peneliti menguji penambahan proporsi varians dari
tiap indenpedent variable jika IV tersebut dimasukan satu persatu kedalam analisis
regresi. Tujuannya adalah melihat penambahan (incremented) proporsi varians dari tiap
IV apakah signifikan atau tidak. Untuk analisis lengkapnya dibahas pada sub bab berikut.
4.2.2 Pengujian proporsi varians untuk masing-masing independent variable.
Pengujian pada tahapan proporsi varians, bertujuan untuk melihat signifikansi dari
tiap IV, yang mana IV tersebut dianalisis secara satu per satu. Pada table 4.9 kolom
pertama adalah IV yang dianalisa secara satu per satu, kolom R2 merupakan total
penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom R2 change
merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukan secara satu per satu,
kolom keempat adalah harga f hitung bagi IV yang bersangkutan, kolom df adalah derajat
50
bebas bagi IV yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator,
kolom f table adalah kolom mengenai nilai/harga IV pada table f dengan df dan taraf
level of significance 5% yang telah ditentukan sebelumnya, harga pada kolom inilah yang
akan dibandingkan dengan harga kolom f hitung.
Apabila harga f hitung lebih besar daripada f table, maka kolom selanjutnya, yaitu
kolom signifikan dan sebaliknya. Yang artinya bahwa penambahan (incremented)
proporsi varians IV yang bersangkutan dampaknya signifikan. Besarnya proporsi varians
pada prestasi belajar dapat dilihat pada table berikut :
Table 4.9
Penghitungan proporsi varians prestasi belajar
IV
R2
R2
Change
F
DF
F table
Signifikansi
3,93
Tidak signifikan
Hitung
X1
0.006
0.006
0,701
X2
0,053
0.047
5,305
1,108
3,93
Signifikan
X3
0.102
0,049
5,810
1,107
3,93
Signifikan
X4
0,119
0,017
2,072
1,106
3,93
Tidak Signifikan
X5
0,126
0,007
0,904
1,105
3,93
Tidak signifikan
X6
0,126
0
0,002
1,104
3,93
Tidak Signifikan
Total
0,126
Keterangan :
X1 : self efficacy
1,109
51
X2 : motivasi belajar
X3 : konsep diri
X4 : usia
X5 : interaksi membaca dan belajar
X6 : jenis kelamin
Pada tabel di atas dapat diringkas sebagai berikut :
1 Variabel self efficacy memberi sumbangan 0,6% dalam varians prestasi belajar.
Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic dengan F hitung = 0,701.
2 Variabel motivasi belajar memberi sumbangan 4,7% dalam varians prestasi
belajar. Sumbangan tersebut signifikan secara statistic F hitung = 5,305.
3 Variabel konsep diri memberi sumbangan 4,9% dalam varians prestasi belajar.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistic F hitung = 5,810.
4 Variabel
usia
memberi
sumbangan
1,7%
dalam
varians
prestasi
belajar.sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic F hitung = 2,072.
5 Variabel interaksi membaca dan belajar diluar jam sekolah memberi sumbangan
0,7% dalam varians prestasi belajar sumbangan itu tidak signifikan secara statistic
F hitung = 0,904.
6 Variabel jenis kelamin memberi sumbangan 0.0% dalam varians prestasi belajar
sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistic F hitung = 0,002.
52
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada 2 IV yang signifikan sumbangannya
terhadap prestasi belajar, yaitu : motivasi belajar dan konsep diri. Sedangkan 4 IV lainnya
tidak memberikan sumbangan yang signifikan.
53
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan
dimuat diskusi dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah : terdapat pengaruh yang signifikan dari self efficacy, motivasi
belajar, konsep diri, usia, jenis kelamin dan intensitas baca dan belajar terhadap prestasi
belajar siswa SMA Hang Tuah 1 Jakarta. Artinya, proporsi varian dari dependent variabel
(prestasi belajar) yang dapat dijelaskan oleh independent variabel (self efficacy, motivasi
belajar, konsep diri, usia, jenis kelamin dan intensitas baca dan belajar) dalam penelitian
ini sebesar 12.6 %, sedangkan sisanya yaitu 87,4 %, dipengaruhi oleh varibel lain diluar
penelitian ini.
Jika dilihat berdasarkan proporsi varian masing-masing IV, Cuma ada dua IV
yang berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar yaitu motivasi belajar dan konsep
diri. Untuk motivasi belajar memberikan sumbangan sebesar 4,7 %, untuk konsep diri
memberikan sembangan sebesar 4,9 %. Dari sini terlihat bahwa meskipun kedua IV
tersebut pengaruhnya signifikan terhadap prestasi belajar siswa, tetapi sumbangan
variansnya relative kecil. .
54
5.2 Diskusi
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab 4, dapat dipahami bahwa
motivasi belajar dan konsep diri yang secara konsisten memengaruhi prestasi belajar.
Bahkan korelasi keempat variabel hanya motivasi belajar saja yang bersifat positive, hal
ini sesuai dengan koefisien regresi motivasi belajar pada satu DV tersebut yang bernilai
positif. Artinya jika semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi pula
prestasi belajar siswa tersebut.
Dari hasil analisis data, bahwa motivasi belajar memberikan sumbangan varians
sebesar 4,7 % terhadap prestasi belajar, bahkan koefisien regresinya bermuatan positif.
Hal ini sesuai dengan model performance dari Heider (1958) yaitu P’ = Motivasi X
Ability. Artinya kedua variabel tersebut yaitu motivasi dan ability saling memengaruhi
performa seseorang yang dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa. Motivasi
belajar sendiri dalam penelitian ini terbagi kedalam dua aspek yaitu ekspektansi dan
valensi, yang mana model ini merupakan model dari Vroomian. Menurutnya seseorang
termotivasi untuk melakukan sesautu karena ia memliki harapan tertentu, kemudian ia
memiliki subjective probability tentang harapannya tersebut. Artinya seseorang dengan
motivasi yang tinggi cenderung lebih mudah dalam belajar dan hasilnya pun cenderung
baik. Sedangkan seseorang dengan motivasi rendah cenderung kesulitan dalam transfer
belajar dan hasilnya pun cenderung kurang bagus. Namun, bukan berarti menjadi jaminan
bahwa siswa yang memiliki motivasi yang tinggi akan selalu menjamin prestasi yang
tinggi pula, hanya saja jika dikatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi yang tinggi
memiliki peluang meraih prestasi bagus lebih besar adalah benar. Oleh karena itu tidak
hanya motivasi belajar saja yang memengaruhi prestasi belajar. Ada factor lain yang
55
dapat mempengaruhi prestasi belajar, yaitu konsep diri. Dari hasil analisis data, bahwa
konsep diri memberikan sumbangan varians sebesar 4,9 % terhadap prestasi belajar, akan
tetapi koefisien regresinya bermuatan negative. Konsep diri itu sendiri dalam penelitian
ini terbagi kedalam tiga aspek yaitu sifat diri, sifat sosial dan peranan sosial, yang mana
model ini merupakan model dari Fisher.
Lain
halnya, didalam penelitian ini konsep diri hasilnya signifikan terhadap
prestasi belajar, tetapi hasil dari regresi konsep diri bersifat negative pada prestasi belajar,
tetapi sumbangan variannya signifikan terhadap prestasi belajar siswa yang sebesar 4,9%.
Artinya siswa yang mempunyai konsep diri yang tinggi belom tentu bisa meningkatkan
prestasi belajarnya.
Variabel yang tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah self efficacy.
Pada hasil regresi self efficacy bersifat negative terhadap prestasi belajar, self efficacy
tidak berpengaruh secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari hasil persamaan regresi yang
memberi sumbangan 0,6 % yang tidak memberikan pengaruh signifikan dalam penelitian
ini. Hal ini tidak sesuai dengan Bandura (1977) yang menyatakan bahwa individu yang
mempunyai self efficacy yang kuat menganggap masalah sebagai suatu tantangan yang
harus dihadapi daripada bahaya yang harus dihindari, dan mempunyai minat yang besar
dalam kegiatan tersebut, meningkatkan usaha yang dilakukan apabila menghadapi
kegagalan, dan menghubungkan kegagalan sebagai kurangnya usaha yang dilakukan
ataupun belum cukupnya pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
melakukan suatu aktifitas. Ini juga memperkuat pernyataan Panjares (2000) mengatakan
bahwa seseorang yang mempunyai self efficacy yang tinggi akan mempunyai usaha,
ketekunan, dan keuletan yang lebih besar pula. Brenden (1994) juga menyatakan bahwa
56
seseorang yang mempunyai self efficacy yang tinggi mempunyai kemampuan untuk
mempelajari apa yang perlu dipelajari, dan melakukan apa yang perlu dilakukan untuk
mendapat tujuan tertentu, sehingga bukan berarti seseorang tidak pernah berbuat salah,
akan tetapi ia berkeyakinan bahwa ia mampu memikirkan, menilai, mengetahui dan
memperbaiki kesalahan yang pernah diperbuat atau dilakukan.
Oleh sebab itu, tidak menjadi jaminan apabila siswa yang menyukai mata
pelajaran tertentu akan meraih prestasi yang tinggi pula, dan sebaliknya. Namun apabila
perasaan suka tersebut dibarengi dengan motivasi belajar yang tinggi kemudian dibarengi
dengan konsep diri yang tinggi pula serta dukungan orang tua dan guru maka akan
menghasilkan jaminan prestasi yang lebih baik. Seperti yang dituliskan oleh Umar (2007)
bahwa sikap tidak hanya menjadi predictor tunggal yang langsung berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Tetapi justru ia saling berkaitan dengan variabel psikologis lainnya,
seperti self efficacy, aspirasi, persepsi siswa tentang penting atau tidaknya mata pelajaran
tersebut, dukungan orang tua.
5.3 Saran
Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu
peneliti membagi saran menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis. Saran
tersebut dapat dijadikan pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti dependen
variabel yang sama.
57
5.3.1 Saran Metodologis.
1. Pada penelitian ini hasil dari ketiga IV yaitu : self efficacy, motivasi
belajar dan konsep diri sebesar 9.9%. Masih banyak variabel yang terkait
dengan prestasi belajar yang tidak ikut dianalisis sebagai IV, seperti IQ
dan percaya diri, padahal variabel tersebut juga merupakan variabel sangat
penting, khususnya studi tentang prestasi belajar siswa.
2. Item-item yang digunakan sebagai alat ukur, dapat dibuat lebih banyak
lagi sehingga dapat menambah validitas alat ukur
3. Pengukuran prestasi belajar yang menjadi DV baiknya tidak hanya
dilakukan pada akhir semester saja, tetapi juga diukur ketika awal dan
ditengah – tengah proses pembelajaran. Dengan pengambilan data seperti
ini peneliti dapat membandingkan mean antara di awal semester dan di
akhir semester. Dengan demikian analisis hasil penelitian dapat lebih
dipertajam dengan adanya pengambilan data di awal dan di akhir
semester.
5.3.2 Saran Praktis
1. Berdasarkan hasil penelitian ini, motivasi belajar dan self efficacy menjadi
predictor yang kuat terhadap prestasi belajar siswa. Maka hal praktis yang
dapat dilakukan guru dan pihak sekolah untuk meningkatkan motivasi
belajar dan self efficacy siswa.
58
2. Pihak sekolah juga dapat menyelengarakan program untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa, seperti bimbingan dan penambahan mutu
pengajaran kepada siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A., & Supriyono, W. (2004). Psikologi belajar. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Ahmadi, A dan Nur Uhbiyanti. (1992). Ilmu pendidikan. PT Rhineka Cipta.
Jakarta.
Alwisol, (2004). Psikologi kepribadian, UMM Press. Malang.
Azwar. S. (2004). Penyusunan skala psikologi. Pustaka Pelajar. Jakarta.
Bandura, A. (1982). Self Efficacy in Changing Society. Cambridge.university
press.USA
Bruns. R. B. (1993). Teori, pengukuran, perkembangan, dan prilaku. Arcan.
Jakarta.
Djamarah, S.B. (2002). Psikologi belajar. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Hakim, T. (2002). Belajar secara efektif. Puspa Suara. Anggota IKAPI. Jakarta.
Hamalik, O. (2001). Proses belajar mengajar. Bumi Aksara. Jakarta
Hurlock. E. Suatu pendekatan sepanjang rentang hidup.
Natawidjaja, R dan L.J Moleong. (1985). Psikologi pendidikan untuk SPG.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Pajares, F. (2004) “Overview of Social Cognitive Theory and of Self Efficacy”.
Http://
Purwodarminto, WJS. (1976). Kamus besar bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. PT
RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Sabri, M.A. (2001). Pengantar psikologi umum dan perkembangan, CV. Pedoman
Ilmu Jaya. Jakarta.
Slameto. (1995). Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Suryabrata, S. (2006). Psikologi pendidikan. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Surakhmad. W. (1996). Pengantar penelitian ilmiah. Tarsito. Bandung.
Syah. M. (1995). Psikologi pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Uno, H.B. (2007). Teori motivasi dan pengukurannya: Analisis dibidang
pendidikan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Wuryani, S.E. (2002). Psikologi pendidikan. PT Gramedia Widiasarana. Jakarta.
Jurnal
Anggraini, I, A. Dampak kebijakan standar kelulusan ujian nasional terhadap
motivasi belajar siswa. Skripsi. Fakultas
psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Fitriani. Hubungan antara self efficacy dengan kinerja dalam menyelesaikan
skripsi mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi.
Fakultas psikologi UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Jatmika. Dkk. Self efficacy sebagai predictor yang baik bagi kinerja. Jurnal.
Bandung : UNPAD.
Puspita. A. R. peningkatan prestasi belajar IPS sejarah melalui metode
pembelajaran berbasis fortofolio pada siswa SMPN 1 Doro. Pekalongan.
Skripsi
Sudarmanto. G. pengaruh lingkungan belajar dan minat belajar terhadap prestasi
belajar akuntansi siswa SMKN 1 Bandar Lampung. Jurnal.
Download