focus group discussion kajian analisis strategis penanaman modal

advertisement
FOCUS GROUP DISCUSSION
KAJIAN ANALISIS STRATEGIS
PENANAMAN MODAL
BERBASIS WILAYAH 2014
Makassar, 17 April 2014
Pendahuluan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP); Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM); dan Rencana
Pembangunan Tahunan atau Rencana Kerja
Pemerintah (RKP)
kendala yang muncul telah menghambat
pelaksanaan pembangunan wilayah
mempersiapkan usulan dokumen rencana
strategis (Renstra) periode 2015-2019
sinkronisasi kebijakan terkait penanaman modal
dan prioritas pengembangan wilayah yang telah
dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah
kajian analisis komprehensif dan strategis mengenai
kebutuhan investasi di masing-masing Provinsi
Indonesia
KAJIAN ANALISIS STRATEGIS PENANAMAN MODAL BERBASIS WILAYAH
Tujuan
 Melakukan sinkronisasi dan harmonisasi antara rencana pengembangan sektoral dengan wilayah.
 Melakukan pemetaan proyek investasi PMA dan PMDN berdasarkan wilayah, menganalisis rencana prioritas pengembangan wilayah sehingga diperoleh target investasi
dan jenis proyek yang direncanakan di tiap-tiap provinsi.
 Mengetahui kendala/permasalahan dalam pengembangan wilayah, serta menyusun rencana strategis dalam rangka mendorong pengembangan potensi investasi di
masing-masing provinsi untuk Tahun 2015 – 2019.
Tersedianya bahan acuan bagi Badan
Koordinasi Penanman Modal sebagai
arah dalam pengembangan investasi
berdasarkan wilayah.
Tersedianya bahan referensi bagi
Pemerintah pusat dan Pemerintah
daerah untuk menyusun
program/kegiatan penanaman modal
berbasis wilayah.
Terciptanya harmonisasi perencanaan
pengembangan penanaman modal wilayah
di Indonesia (MP3EI, KK, Kawasan Industri,
Sistem Logistik Nasional, dan lain-lain).
Terciptanya harmonisasi kegiatan
di lingkungan Badan Koordinasi
Penanaman Modal.
Analisis Strategis Penanaman Modal Berbasis Wilayah
Analisis Strategis Penanaman Modal Berbasis Wilayah
Badan Koordinasi Penanaman Modal
MP3EI, KEK, KAPET,
Kawasan Industri dan
lain-lain
Simpul simpul
pengembangan koridor
ekonomi, kawasan
ekonomi
Dokumen Rencana Tata
Ruang
RUPM, RPJPN
Dokumen kebijakan
industri, Sistem Logistik
Nasional, Transportasi
Nasional
PKN, PKW, PKsn, Struktur
Ruang Pulau, Provinsi
Pengembangan
Penanaman Modal dan
Pembangunan Wilayah
Perindustrian,
Infrastruktur, jalur
perdagangan, Sistem
transportasi
Rencana Aksi dan Program BKPM 2015-2019
Indikasi Kebutuhan Anggaran BKPM 2015-2019
Rekomendasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Posisi Studi Terhadap Studi Lainnya
Analisis
Infrastruktur
Analisis
Sektor
Analisis Wilayah
RENSTRA
Sektor A
Analisis Wilayah
Infrastruktur 1
Sektor B
Infrastruktur
2
Sektor C
Metodologi Studi
DESK STUDY
Literatur ilmiah (buku kajian)
Data daerah, nasional
RUPM, RPJPN, RPJMN,
RTRWN, MP3EI, KEK,
data pengembangan sistem
logistik
Focus Group Discussion (FGD)
2a
PUSAT
Data & informasi
perkembangan kebijakan
terkait engembangan
wilayah (MP3EI,
KEK,KAPET, free Trade
Zones,)
4
2b
2c
PUSAT
Rumusan awal
pengumpulan data,
masukan stakeholder
DAERAH
Pengumpulan data,
masukan stakeholder di
daerah
ANALISIS
Analisis Deskriptif
Analisis Peramalan data
Analisis Skenario
SWOT
External context
1
5
Opportunities
Threats
Internal context
Strength
Weakness
Strength-Opportunities
OpportunitiesWeakness
(kombinasi peluang untuk bersinergi
dengan kekuatan)
Strength-Threats
(kombinasi kekuatan untuk
mengurangi ancaman)
(kombinasi peluang untuk
mengurangi kelemahan)
Threats-Weakness
(kombinasi ancaman dan
kelemahan untuk jadi tantangan
pembangunan)
Interpretasi dari naskah desk study, hasil survey, analisis tim, serta
interpretasi proses selama FGD berlangsung
LAPORAN
3
SURVEY
LAPANGAN
Pengumpulan DATA dan
INFROMASI di lokasi-lokasi
terpilih.
Pengujian kembali hasil dari
FGD
Kerangka Kajian Analisis Investasi Berbasis Wilayah
RPJP
2005-2025
FOCUS GROUP DISCUSSION
RTRWN
ANALISIS
WILAYAH
ANALISIS
SEKTORAL
Rencana Uumum
Penanaman Modal
(RUPM)
RPJMN
2014-2019
RENSTRA
ANALISIS
Dokumen
Perencanaan
Pembangunan
Jangka Panjang
Lainnya*
RENSTRA BKPM
INFRASTRUKTUR
RENSTRA BKPMD DAERAH
IMPLEMENTASI
Keterangan *)
1. Kebijakan Industri
Nasional (Perpres No.
28/2008)
2. Kebijakan Energi
Nasional (Perpres No.
5/2006)
3. Pengembangan
Komoditas Unggulan
Pertanian
4. MP3EI (Perpres No.
32/2011)
5. Rencana Induk
Pembangunan
Kepariwisataan Nasional
(PP No. 50/2011)
6. Cetak Biru
Pengembangan Sistem
Logistik Nasional
(Perpres No. 26/2012)
7. Dll.
Arah Kegiatan FGD
PEMBUKAAN
Deputi Bidang Perencanaan
Penanaman Modal BKPM
PAPARAN PROVINSI
Direktorat Perencanaan Jasa
dan Kawasan BKPM
PT LAPI ITB
Maksud dan Tujuan
Studi
Potensi dan Peluang Investasi
Kendala dan Tantangan
Investas
Isu Strategis
Investasi Wilayah
Kebutuhan Data
Tujuan
KERANGKA ANALISIS
Sasaran
Komponen
Potensi
Inovasi
Mengidentifikasi sektor ekonomi
unggulan wilayah berdasarkan
parameter terkait
Linkage
Ekonomi Basis
Daya Saing Sektor
Identifikasi aset wilayah
Mengidentifikasi kapasitas
Insfrastruktur pendukung
Transportasi
Produksi
Pendukung lain
kesiapan SDM lokal sebagai
pengusaha
kesiapan SDM lokal sebagai tenaga
Mengidentifikasi dukungan SDM
kerja
kesiapan sumber daya sosial dalam
mendukung SDM lokal
Mengidentifikasi dukungan
kelembagaan
Melakukan evaluasi dasar terkait
posisi wilayah
Memetakan SWOT wilayah
Kebijakan dan peraturan
Kemampuan fiskal
Data/ Informasi yang
Dibutuhkan
Parameter
Memiliki potensi sumberdaya lokal
sebagai modal untuk mendukung
pengembangan ekonomi
Terjadinya peningkatan nilai tambah
Keluaran
Potensi Produksi
Tingkat Produktifitas
Produk Turunan
Spesialiasi dan
Lokalisasi Bahan Baku
Adanya keterkaitan ke belakang dan
Spesialiasi dan
ke depan secara lokasi
Lokalisasi Produksi
Pangsa Pasar
LQ
Indeks Multiplier (Uang)
Multiplier Effect
Indeks Multiplier
(Tenaga Kerja)
Besaran PMA
Memiliki potensi untuk menarik
Besarnya PMDN
investasi
Besar Pengembalian
Daya Saing Produksi
Kompetitor
Memiliki infrastruktur transportasi
yang memadai bagi kegiatan ekspor
Memiliki infrastruktur penghubung
yang memadai antara wilayah inti &
wilayah hinterland
Memiliki infrastruktur pendukung
produksi: energi, air baku
Memiliki sekolah, universitas, fasilitas
kesehatan yang memadai
Sektor ekonomi
unggulan
Infrastruktur
pendukung
pengembangan
wilayah
Kapasitas SDM
dan modal sosial
Pendukung
Kebijakan dan peraturan yang
mendukung atau menghambat
investasi
dukungan
kelembagaan
Indonesia Investment Coordinating Board
Kebutuhan Data
KEBUTUHAN DATA (1)
Komponen
Parameter
Data/informasi yang dibutuhkan
Memiliki potensi sumberdaya lokal Potensi Produksi
sebagai modal untuk mendukung
pengembangan ekonomi
Potensi
Tingkat Produktifitas
Inovasi
Terjadinya
peningkatan
nilai Produk Turunan
tambah
Adanya keterkaitan ke belakang Spesialisasi dan Lokalisasi Bahan
Baku
dan ke depan secara lokasi
Linkage
Spesialisasi dan Lokalisasi Produksi
Pangsa Pasar
Multiplier Effect
LQ
Indeks Multiplier (Uang)
Ekonomi Basis
Indeks Multiplier (Tenaga Kerja)
Kebutuhan Data
-
Data Negara-negara tujuan ekspor
Data Nilai Ekspor per kab./kota
Data Produksi Komoditi Unggulan
Data Industri Kecil dan Menengah
Data Industri Kecil dan Menengah Berdasarkan Sub Sektor Primer
Data Industri Kecil dan Menengah Sektor Sekunder
Data Luas Kawasan Industri
Data Peruntukkan Lahan Hutan Produksi
Data Perubahan Guna Lahan
Data Luas Penggunaan lahan untuk setiap komoditas unggulan provinsi
Data Persebaran Komoditas Unggulan berdasarkan kab/kota
Data Jenis Produk yang dihasilkan di tiap provinsi
-
Data asal dan tujuan bahan baku industry utama di setiap provinsi
Data volume dan jenis barang yang diekspor berdasarkan pelabuhan masuk di setiap provinsi
Data volume dan jenis barang yang diimpor berdasarkan pelabuhan masuk di setiap provinsi
Data persebaran kegiatan industry berdasarkan jenisnya di setiap provinsi
-
Data volume dan jenis barang berdasarkan tujuan ekspor di setiap provinsi
Data jumlah penduduk setiap provinsi
Data kepadatan penduduk setiap provinsi
Data PDRB berdasarkan harga konstan 10 tahun terakhir di setiap provinsi, kab/kota dan nasional
Data PDRB berdasarkan harga berlaku 10 tahun terakhir di setiap provinsi, kab/kota dan nasional
Data jumlah tenaga kerja berdasarkan sektor 10 tahun terakhir di setiap provinsi, kab/kota dan
nasional
-
Data Realisasi Pendapatan Daerah
Data Sumber Penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah
Data Sumber Penerimaan dari Daya Perimbangan
Data Realisasi bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak
Data Alokasi DAU
Data Alokasi DAK
Data Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah
Data Rincian Belanja Tidak Langsung
Data Rincian Belanja Langsung
Data Kepadatan Penduduk/jumlah penduduk
Data Proporsi Tenaga Kerja
Data Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Sektor Industri Besar
Indonesia
Investment
Data Proporsi Kebutuhan Tenaga Kerja berdasarkan
sector di setiap
provinsi Coordinating Board
Kebutuhan Data
KEBUTUHAN DATA (2)
Komponen
Parameter
Data/informasi yang dibutuhkan
Memiliki potensi untuk menarik Besaran PMA
investasi
Daya Saing Sektor
Besarnya PMDN
Besar Pengembalian
Kompetitor
Daya Saing Produksi
Memiliki infrastruktur transportasi
yang memadai bagi kegiatan
ekspor
Transportasi
Memiliki
infrastruktur
penghubung yang memadai
antara wilayah inti & wilayah
hinterland
Memiliki infrastruktur pendukung
produksi energi, air baku
Produksi
-
Kebutuhan Data
Data Realisasi PMA 10 tahun terakhir berdasarkan sektor
Data PMA yang disetujui 10 tahun terakhir berdasarkan sektor
Data realisasi PMDN 10 tahun terakhir berdasarkan sektor
Data PMDN yang disetujui 10 tahun terakhir berdasarkan sektor
Data perbandingan investasi, tenaga kerja dan proyek di tiap wilayah
Data kompetitor produk unggulan tiap provinsi di dalam dan di luar negeri
Data Negara-negara dan daerah tujuan ekspor
Data volume dan tujuan ekspor per pelabuhan utama di setiap provinsi
Data pelabuhan dan bandara berdasarkan kelasnya di setiap provinsi
Data jaringan transportasi yang menghubungkan pelabuhan/bandara dengan pusat-pusat
kegiatan industri di provinsi
Data sebaran kegiatan industri per provinsi
Data jaringan transportasi yang menghubungkan pelabuhan/bandara dengan pusat-pusat
kegiatan industri di provinsi
Data sebaran kegiatan industri per provinsi
Data sebaran lokasi penyedia bahan baku utama industri di setiap provinsi
-
Data sebaran sumber dan kapasitas air baku di setiap provinsi
Data sebaran sumber energi listrik dan jaringannya di setiap provinsi
Data jaringan telekomunikasi di setiap provinsi
Data kebutuhan air baku untuk industri
Data kebutuhan listrik industri
-
Indonesia Investment Coordinating Board
Kebutuhan Data
KEBUTUHAN DATA (3)
Komponen
Pendukung lain
Parameter
Data/informasi yang dibutuhkan
Kebutuhan Data
Memiliki
sekolah,
- Data persebaran rumah sakit berdasarkan kelasnya di setiap provinsi
universitas,fasilitas
kesehatan
- Dan sebaran dan jenis universitas dan sekolah kejuruan yang ada di setiap provinsi
yang memadai
- Data Klasifikasi Industri serta Pengelolaan Limbah
Kesiapan SDM lokal
sebagai pengusaha
Kesiapan SDM local
sebagai tenaga kerja
Kesiapan sumber daya
sosial dalam
mendukung SDM lokal
Kebijakan dan peraturan yang
mendukung atau menghambat
Kebijakan dan peraturan
investasi
Kemampuan fiskal
-
Data Jumlah dan jenis industri yang dipimpin oleh pengusaha lokal
Data jumlah pengusaha di setiap provinsi
Data perkembangan jumlah penduduk dan persebarannya 10 tahun terakhir
Data perkembangan jumlah angkatan kerja 10 tahun terakhir
Data jumlah penduduk berdasarkan lapangan pekerjaan 10 tahun terakhir
Data jumlah buruh berdasarkan jenis industri 10 tahun terakhir
Data jumlah pengangguran 10 tahun terakhir
Data tingkat pendidikan penduduk dan pencari kerja 10 tahun terakhir
Data kebutuhan tenaga kerja di setiap provinsi berdasarkan jenis industri 10 tahun terakhir
Data jumlah kejadian konflik sosial dan lokasinya 10 tahun terakhir
-
Data Mekanisme Perizinan Industri tiap provinsi
Rencana tata ruang wilayah tiap provinsi
Kebijakan/peraturan daerah terkait investasi
Kebijakan sektoral terkait investasi
Data Perbandingan Jenis-jenis Pajak Daerah Sebelum dan Sesudah Penerapan UU nomor
28 tahun 2009
Data Perbandingan DAU
Data Perbandingan Antara Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
Data Proporsi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
Data Rasio Pendapatan dan Belanja Daerah
Data Besaran Anggaran Berdasarkan Alokasi untuk Program Utama
Data Besar Anggaran Langsung dan Tidak Langsung
-
Indonesia Investment Coordinating Board
Daya Saing
Indonesia
pada tingkat
Global
Starting
Business
Daya Saing
Tiap Provinsi
Gambaran Awal
Kondisi di
Indonesia
Perkembangan
Kelompok
Penduduk
Indonesia
Perkembangan
Kota-Kota
Indonesia
Index Daya Saing Dunia
•
•
Sumber : WEF, 2012
Penduduk Indonesia Tumbuh dan Semakin Makmur
•
Sumber : Boston Consulting Group, 2013
Dalam Global Competitivess
Report (2012), Daya saing
Indonesia berada pada peringkat
50 dari 144 negara, menurun 5
peringkat dari tahun sebelumnya.
Indonesia terpuruk pada pilar
efisiensi tenaga kerja (120),
kesiapan teknologi (85), dan
infrastruktur (78). Indonesia
memiliki keunggulan pada pilar
ukuran pasar (16), lingkungan
makroekonomi (25), dan inovasi
(39)
BCG (2013) menyatakan akan
terjadi peningkatan tren
kalangan menengah di Indonesia
sebesar 2x lipat pada tahun 2020
sebagai akibat peningkatan
kondisi ekonomi. Tren ini lebih
optimis daripada tren yang terjadi
di negara maju.
Perkembangan Kota-Kota di Indonesia Menurut Populasi
Kota Jakarta, Tangerang akan menjadi
kota large middleweight yang memiliki
pendduuk 5 -10 juta jiwa.
Kota Batam, Pekanbaru, Palembang,
Semarang, Batam, Bandung, dan
Surabaya akan menjadi kota mid-sized
middleweight dengan jumlah penduduk
lebih dari 1 juta jiwa.
Sumber : Boston Consulting Goup 2013 &
McKinsey Global Institute, 2012
•
•
•
Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia yang mencapai 9 juta jiwa pada tiap tahunnya akan
menyebar tidak hanya ke kota-kota besar di Indonesia, seperti Jabodetabek, tapi juga ke kota mid-sized
middleweights, seperti Kota Batam, Pekanbaru, Palembang, Semarang, Batam, Bandung, dan Surabaya
yang diperkirakan akan memiliki penduduk lebih dari 1 juta jiwa pada tahun 2020.
Sementara pertumbuhan pada kota-kota lain di Sumatera dan Jawa diperkirakan akan memiliki
penduduk antara 250.000 – 1.000.000 jiwa
Pertumbuhan Ekonomi Kota Batam dan Pekanbaru sendiri merupakan dalam 10 tahun terakhir, lebih
cepat dari pertumbuhan ekonomi nasional Jabodetabek, dan wilayah jawa lain yang relatif konstan pada
tahun 2030.
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Peluang:
Hasil studi yang dilakukan oleh Tan Khee Giap dkk (2013) terkait daya saing yang dilihat dari stabilitas ekonomi
makro; perencanaan pemerintah dan institusi; kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga kerja; dan kualitas hidup
dan pembangunan infrastruktur menemukan bahwa di daya saing tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (1), Jawa
Timur (2), Jawa Barat (4), Kepulauan Riau (8), dan Riau (10). Daya saing tertinggi ini masih didominasi di
Pulau Jawa.
Tantangan:
Sementara Provinsi Jambi, Bengkulu, dan Kep. Bangka Belitung, termasuk dalam katagori daya saing
yang rendah, artinya pada provinsi-provinsi ini daya saing investasinya rendah, sehingga dibutuhkan stimulan
agar investasinya meningkat.
Dimana Kota yang Mudah Untuk Memulai Bisnis dan Dimana yang Tidak?
Biaya
(% dari pendapatan per modal)
Rata-Rata
Biaya
Waktu
Waktu
(Hari)
Sumber : World Bank, 2012
•
•
Pada Pulau Sumatera dan Jawa, potensi bisnis terdapat di Kota Yogykarta, Surakarta, Semarang,
dan Jakarta (termasuk dalam 10 besar). Kota-kota ini memiliki keunggulan dalam bidang biaya
penanaman investasi, serta waktu untuk memulai investasi.
Akan tetapi pada kota-kota lain di Pulau Jawa dan Sumatera cenderung belum memiliki
keunggulan penanaman investasi, dilihat dari biaya dan waktu untuk memulai investasi, sehingga
harus dirumuskan kebijakan perbaikan iklim investasi di wilayah-wilayah ini.
Arah Kebijakan Pembangunan Wilayah Sumatera
MP3EI dan RTR Sumatera
Arah Kebijakan Pembangunan Wilayah Jawa-Bali
MP3EI dan RTR JAWA-BALI
Arah Kebijakan Pembangunan Wilayah Kalimantan
MP3EI RTR KALIMANTAN
Isu Strategis Pengembangan Wilayah Pulau Sumatera
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Belum optimalnya pengembangan industri pengolahan hulu-hilir
untuk sektor pertambangan dan pertanian
Belum optimalnya pengembangan sektor pertanian
Belum optimalnya pengembangan sektor kelautan dan perikanan
Belum optimalnya pengembangan potensi pariwisata
Terbatasnya interkoneksi wilayah
Terbatasnya aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana dasar
Belum meratanya kualitas sumber daya manusia
Kurangnya pengamanan di wilayah perbatasan (laut)
Menurunnya daya dukung lingkungan
Sumber: Background Study RPJMN 2015-2019, Bappenas
Isu Strategis Pengembangan Wilayah Pulau Jawa
• Mempertahankan Wilayah Jawa-Bali sebagai Lumbung Pangan
• Belum optimalnya pengembangan kegiatan industri inovatif yang
berbasis teknologi dan berbasis potensi lokal
• Belum optimalnya pengembangan potensi pusat perdagangan
• Belum optimalnya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
• Belum memadainya kualitas tenaga kerja berkeahlian tinggi
• Menurunnya daya dukung lingkungan
• Perlunya optimalisasi kesiapan mitigasi dan adaptasi bencana
Sumber: Background Study RPJMN 2015-2019, Bappenas
Isu Strategis Pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan
• Rendahnya produktivitas dan nilai tambah sektor pertanian
• Rendahnya nilai tambah pertambangan (batubara, migas, bijih besi,
bauksit)
• Belum optimalnya pengembangan industri pengolahan hulu-hilir untuk
pertambangan dan perkebunan
• Belum optimalnya pengembangan sektor kelautan dan perikanan
• Belum optimalnya sektor pariwisata secara optimal
• Rendahnya pembangunan di kawasan perbatasan
• Terbatasnya aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana dasar (energi,
sumber air)
• Lemahnya aksesbilitas antar wilayah
• Tidak meratanya kualitas Sumber Daya Manusia
• Menurunnya daya dukung lingkungan
Sumber: Background Study RPJMN 2015-2019, Bappenas
Penyusunan Isu Strategis Investasi Wilayah
ISU STRATEGIS
PENGEMBANGAN WILAYAH
PULAU
ISU STRATEGIS
PENGEMBANGAN WILAYAH
PROVINSI
ISU STRATEGIS INVESTASI
PULAU
ISU STRATEGIS INVESTASI
PROVINSI
TERIMA KASIH
“Power has only one duty-to secure the social welfare of
the people” Benjamin Disraeli
FOCUS GROUP DISCUSSION
KAJIAN ANALISIS STRATEGIS
PENANAMAN MODAL
BERBASIS WILAYAH 2014
Makassar, 17 April 2014
NANGROE ACEH DARUSSALAM
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di NAD?
Realisasi PMA dan PMDN Nangroe Aceh
Darussalam (Miliar)
4000
Kontribusi PDRB ADHK NAD
3%
11%
28%
11%
3500
3000
16%
2500
2000
12%
10%
1500
9%
1000
500
0
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
0%
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Perkembangan PMDN di Nangroe Aceh Darussalam terus mengalami peningkatan yang
signifikan, khususnya pada tahun 2012-2013. Akan tetapi, hal ini tidak diikuti dengan pola
perkembangan pada PMA yang cenderung mengalami penurunan.
Perekonomian Nangroe Aceh Darussalam dibentuk oleh perkembangan sektor primer
yang berkontribusi tinggi dalam pembentukan PDRBnya. Sektor primer ini adalah pertanian
(28%) dan pertambangan dan penggalian (12%). Perkembangan sektor tersier, khususnya
perdagangan signifikan dalam pembentukan PDRB Nangroe Aceh Darusssalam
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Sumatera
-
RPJMN 2009-2014
Pengembangan sentra produksi perikanan dan hasil laut
Pengembangan Sumatera sebagai sentra industri migas dan lumbung energi
Pengembangan jaringan listrik terintegrasi
Penguatan keterkaitan domestik wilayah Sumatera
Pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing di ASEAN
Peningkatan program penanggulangan kemiskinan
Reformasi birokrasi dan tata kelola
Pengembangan kawasan perbatasan sebagai beranda depan
Pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya dukung lingkungan
RTR Pulau Sumatera
- Pusat Kegiatan Nasional Lhoukseumawe
- Pusat Kegiatan Wilayah Banda
Aceh, Takengen, Langsa, Meulaboh
- Kawasan Andalan Lhoukseumawe
- Kawasan Andalan Pantai Barat Selatan
- Kawasan Andalan Laut Lhoukseumawe
- Kawasan Andalahn Banda Aceh
Arahan RTRW Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
- Revitalisasi jaringan jalur kereta api di pesisir timur
- Pengembangan jalur kereta api baru di pesisir barat
- Pengembangan pelabuhan internasional sabang
- Pengembangan pelabuhan nasional di Meulaboj
- Pemantapan pelabuhan nasional
(Lhoukseumawe), Pelabuhan Antar Wilayah
(Malahayati, Kuala Langsa), Pelabuhan Lokal
(Sinabang, Susoh, Singkil, Calang, Idi, Ulee Lheue
- Pengembangan jaringan SUTT
- Pengembangan jaringan telekomunikasi melalui
pengembangan jaringan telepon seluler, dan BTS
- Pengembangan sumber daya air di wilayah sungai
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
- Kawasan Andalan Lhoukseumawe
- Kawasan Andalan Pantai Barat Selatan
- Kawasan Andalan Laut Lhoukseumawe
- Kawasan Andalahn Banda Aceh
- Kawasan industri Lhoukseumawe
- Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Sabang
- KAPET Banda Aceh Darussalam
- Kawasan Ekosistem Leuser
Kebutuhan Investasi Nangroe Aceh Darussalam
No
Pelaku
Nilai Investasi
Swasta
5.175
2 Perluasan pelabuhan lhouksemawe
Swasta
1.250
3 Pembangunan transmisi listrik di Provinsi Lampung
BUMN
1.495
1
Investasi
Pembangunan Jaringan dan layanan kereta api antar
kota Sigli-Bireun-Lhoukseumawe 172 km
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 7,92 T
Sistem Logistik Nangroe Aceh Darussalam
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Alternatif pelabuhan utama yang
dapat mendorong pengembangan
pusat ekonomi baru berada di
Sabang.
Jaringan keluar masuk barang
dapat dilakukan baik melalui jalur
udara, darat, maupun laut.
Nangroe Aceh Darussalam
berfungsi sebagai pusat
distribusi provinsi.
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Daya Saing Nangroe Aceh Darussalam
NAD
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi Makro
0.2
0.1
0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan Pemerintah
dan Institusi
Daya saing di Nangroe Aceh
Darussalam termasuk dalam
rangking 16 dari 33 provinsi di
Indonesia yang artinya provinsi
ini masuk dalam katagori
menengah ke bawah.
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Dalam indikator daya saing, provinsi Nangroe Aceh Darussalam rendah dalam tiga aspek, yakni
stabilitas ekonomi makro, kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur, serta keuangan, bisnis, dan
tenaga kerja, dilihat dari nilainya yang berada di bawah rata-rata nasional. Hal ini berarti untuk
meningkatkan investasi di NAD, perlu perbaikan daya saingnya, khususnya dari tiga indikator tersebut.
Sementara indikator yang kuat, atau lebih baik dibandingkan nasional adalah perencanaan pemerintah
dan institusi. Hal ini perlu didorong agar minimal indikator ini bertahan atau bahkan dapat meningkat dan
mampu memberikan pengaruh positif pada indikator lainnya.
SUMATERA UTARA
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Sumatera Utara?
Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara
(Miliar)
Kontribusi PDRB Sumatera Utara
8%
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
10%
23%
10%
1%
21%
19%
7%
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
1%
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Arah investasi di Sumatera Utara terus mengalami peningkatan, baik PMA maupun PMDN.
Investasi paling banyak berasal dari PMA dibandingkan PMDN. Perlu dilakukan peningkatan
PMDN di Sumatera Utara.
Perekonomian Sumatera Utara dibentuk oleh perkembangan sektor tersier yang
berkontribusi tinggi dalam pembentukan PDRBnya. Sektor tersier ini adalah perdagangan hotel
dan restoran (19%), pengangkutan dan komunikasi (10%), keuangan persewaan dan jasa
perusahaan (8%), dan jasa-jasa sebesar 10%. Sementara sektor primer dan sekunder meskipun
kontribusinya juga besar, tapi perkembangannya cenderung melambat. Oleh karenanya arah
investasi ke depan akan lebih diarahkan pada sektor tersier ini.
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Sumatera
-
RPJMN 2009-2014
Pengembangan Sumatera sebagai sentra produksi pertanian dan perkebunan
Pengembangan klaster industri unggulan
Pengembangan industri pariwisata alam dan budaya
Pengembangan jaringan listrik terintegrasi di Sumatera
Penguatan keterkaitan domestik wilayah Sumatera
Pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing di ASEAN
Peningkatan program penanggulangan kemiskinan
Reformasi birokrasi dan tata kelola
Pengembangan kawasan perbatasan sebagai beranda depan
Pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya dukung lingkungan
RTR Pulau Jawa-Bali
Pusat Kegiatan Nasional Medan-Bindai-Del Serdang-Karo
(Mebidangro)
PKW Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Sibolga, Rantau
Prapat, Balige, Sidikalang, Kisaran, Gunung
Sitoli, Padang Sidempuan
Kawasan Andalan Mebidangro
Kawasan Andalan Pemantang Siantar
Kawasan Andalan Rantau Prapat Kisaran
Kawasan Andalan Nias dan Sekitarnya
Kawasan Andalan Laut Nias dan Sekitarnya
Kawasan Andalan Ujung Batu-Bagan Batu
Kawasan Andalan Tapanuli
Arahan RTRW Provinsi Sumatera Utara
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
- Kawasan Mebidangro
- Kawasan Danau Toba
- Kawasan Ekosistem Leuser dan Bahorok
- Kawasan Lindung Tapanuli dan sekitarnya
- Kawasan Pulau Nias
- Kawasan Labuhan Angin-Sibolga
- Kawasan Tanjung Balai-Asahan
- Kawasa Agropolitan Dataran Tinggi
- Kawasa Tebingtinggi-Siantar
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
- Pengembangan jaringan diagonal atau feeder road
- Pengembangan jaringan yagn teprisah dengna
jaringan jala nasional atau pun provinsi
- Peningkatan kapasitas jaringan bebas hambatan ruas
Belmera
- Pengembagan dan pembangunan baru jalan tol
dalam dan antar kota untuk mendukung
perkembangan PKN Mebidangro
- Peingkatan aksesibilitas jalan
- Pengembangan jaringan jalur kereta api yang
menghubungkan kawasan perkotaan denganbandar
udara
- Pengembangan jaringan jalur kereta api Trans Asia
Railway
- Pemantapan jalur kereta api dalam maupun antar
kota
- Pembangunan jalur kereta api
- Pengembangan sistem penyediaan minyak dan gas
bumi
- Pengembangan tenaga listri dengan peningkatan
kapasitas pembangkit tenaga listrik
- Pengembangan dan penyediaan listrik baru berbasis
batu bara
- Pengembangan waduk/bendungan, situ, dan mebung
Kebutuhan Investasi Sumatera Utara
1. Investasi Kelapa Sawit di Sei
Mangke 4,4 T
2. Investasi Emas di Tapanuli Selatan
7T
3. Investasi KPI Dairi 4,50 T
TOTAL INVESTASI 15,9 T
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Investasi
Pembangunan Rel KA ruas : Bandar Tinggi-Kuala Tanjung (18,5 km)
Pembangunan Rel KA dari Kawasan Sungai Mangke ke Kota Lima Puluh
Pengembangan Jalan Akses Kualanamu Tahap II (14km) dan Fly Over Tahap I dan
II (dua jembatan 1 km)
Peningkatan jalan Lima Puluh-Pematang Siantar-Kisaran (64,15 km)
Perbaikan/Pelapisan Jalan Raya, Ruas : Lima Puluh-Simpang Inalum (22km)
Pembangunan jalan Akses Belalawan 15 km
Pelebaran dari KISM-Lima Puluh (10 km)
Perluasan Pelabuhan Belawan
Pengembangan Sektor Private di Bandara Kualamanu
Pembangunan Jalan Tol Medan-Kuala Namo-Tebing Tinggi (60 km)- Ruas Lubuk
Pakam- Tb Tinggi)
Pembangunan Jalan Tol Medan-Binjai (15,8 km)
Pengembangan transmisi listrik di Provinsi Sumatera Utara
Percepatan pengembanga hidro skala besar
Project Sibayak 3
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Pelaku
Pemerintah
Pemerintah
Nilai Investasi
400
150
Pemerintah
355
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
BUMN
255
154
150
140
830
1.600
Pemerintah
3.500
BUMN
BUMN
BUMN
1.204
2612
2610
354
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 14,314 T
Sistem Logistik Sumatera Utara
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Provinsi Sumatera Utara
termasuk dalam pusat
distribusi nasional
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Alternatif pelabuhan hub
internasional di Provinsi Sumatera
Utara berada di Pelabuhan
Belawan. Selain itu jaringan keluar
masuk barang dilakukan dengan
prasarana jalan, udara, dan laut.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Daya Saing Sumatera Utara
Sumatera Utara
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi
Makro
0.1
0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan
Pemerintah dan Institusi
Provinsi Sumatera Utara
berada dalam posisi 14 dari 33
provinsi di Indonesia dalam
daya saing.
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Dalam indikator daya saing, provinsi Sumatera Utara rendah dalam tiga aspek, yakni stabilitas
ekonomi makro, perencanaan pemerintahan dan institusi, serta keuangan, bisnis, dan tenaga
kerja, dilihat dari nilainya yang berada di bawah rata-rata nasional. Hal ini berarti untuk meningkatkan
investasi di Sumatera Utara, perlu perbaikan daya saingnya, khususnya dari tiga indikator tersebut.
Indikator yang sangat perlu perbaikan adalah indikator perencanaan pemerintah dan institusi yang
nlainya jauh di bawah rata-rata nasional, sehingga diperlukan perbaikan secara komprehensif untuk
mengatasinya.
RIAU
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Riau?
Realisasi PMA dan PMDN Riau (Miliar)
2%
14000
0%
12000
Kontribusi PDRB ADHK Riau
4%
10%
6%
17%
12%
10000
8000
49%
6000
4000
2000
0
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
5. BANGUNAN
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
9. JASA-JASA
Arah investasi di Riau cenderung fluktuatif, baik PMA maupun PMDN. Meskipun
demikian, perkembangan PMDN cenderung lebih stabil dibandingkan dengan PMA, dan pada
tahun 2013, kontribusi PMDN lebih tinggi daripada PMA.
Perekonomian DKI Jakarta dibentuk oleh perkembangan sektor primer yang berkontribusi
tinggi dalam pembentukan PDRBnya. Sektor tersier ini adalah pertambangan dan penggalian
(49%) dan pertanian (17%). Tingginya kontribusi dalam sektor pertambangan dan penggalian ini
perlu diwaspadai mengingat saat ini sudah ada UU Minerba yang melarang ekspor barang
mentah ke luar negeri, sehingga dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan perekonomian
provinsi ini.
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Sumatera
-
RPJMN 2009-2014
Pengembangan Sumatera sebagai sentra produksi pertanian dan perkebunan
Pengembangan klaster industri unggulan
Pengembangan Sumatera sebagai sentra industri migas dan lumbung energi
Pengembangan industri pariwisata alam dan budaya
Pengembangan jaringan listrik terintegrasi di Sumatera
Penguatan keterkaitan domestik wilayah Sumatera
Pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing di ASEAN
Peningkatan program penanggulangan kemiskinan
Reformasi birokrasi dan tata kelola
Pengembangan kawasan perbatasan sebagai beranda depan
Pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya dukung lingkungan
RTR Pulau Jawa-Bali
Pusat Kegiatan Nasional Pekanbaru, Dumai
PKW Siak Sri Indraputra, Bengkalis, Bagan Siapi-ApiPasir Pangarayan, Bangkinang, Taluk
Kuantan, Tambilahan, Rangat
Kawasan Andalan Selat Malaka dan Sekitarnya
Kawasan Andalan Duri-Dumai dan Sekitarnya
Kawasan Andalan Pekanbaru dan Sekitarnya
Kawasan Andalan Rangat-Kuala Enok, Taluk
Kuantan, Pangakalan Kerinci
Kawasan Andalan Laut Selat Malaka dan Sekitarnya
Arahan RTRW Provinsi Riau
RENCANA PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR
-
Peningkatan kualitas jalan
Pengembangan jaringan jalan baru
Pengembangan terminal
Peningkatan jaringan listrik
Pengembangan pelabuhan
Pengembangan bandara
RENCANA PENGEMBANGAN
KAWASAN
- Kawasan Hutan Suaka Alam di
Bangkinang, Pangkalan Kerinci
Indragiri
- Kawasan Hutan Pelestarian Alam
di Teluk Kuantan dan Indrapura
- Kawasan hutan produksi di
bagian tengah Prov. Riau
- Kawasan perkebunan di seluruh
kabupaten di Prov. Riau
- Kawasan Pertanian di
Indrapura, Rengat, Kerinci
- Kawasan Pariwisata di Indrapura
- Kawasan Industri di Pekanbaru
- Kawasan Pertambangan di
Indrapura dan Rengat
Kebutuhan Investasi Riau
1. Investasi Kelapa Sawit dan Migas di
Dumai 4,34 T
TOTAL INVESTASI 4,34 T
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Investasi
Jalan Tol, Ruas: Pekanbaru-Kandis-Dumai (135 km)
Penanganan Jalan Strategis Nasional Pekanbar-Buton Tahap I. Paket VI : Simpang Pusako-Buton (19,13 km)
Pelaku
Pemerintah
Nilai Investasi
Pemerintah
Penanganan Jalan Strategis Nasional Pekanbaru-Buton Tahap I. Paket V : Sungai Tonggak-Simpang Pusako (15,5
km)
Pemerintah
Penanganan Jalan Strategis Nasional Pekanbaru-Buton tahap I. Paket III : Buatan-Dayun (22,5 km)
Pemerintah
Penanganan Jalan Strategis Nasional Pekanbaru-Buton Tahap I. Paket IV : Dayun-Sungai Tonggak (20 km)
Pemerintah
Penanganan Jalan Strategis Nasional Pekanbaru-Buton Tahap I. Paket IV: Dayun-Sungai Tonggak (20 km)
Penanganan Jalan Strategis Nasional Pekanbaru-Buton Tahap I. Paket II: Meredan-Buatan (16 km)
Pemerintah
Pemerintah
Penanganan jalan Strategis Nasional Pekanbaru-Buton Tahap I. Paket VII: Simpang Pusako-Teluk Mesjid (15,69 km) Pemerintah
Peningkatan Jalan Sorek-Sp. Japura-Rengat-Rumbai Jaya-Kuala Enok (238 km)
Pemerintah
Pembangunan Jalan Sp. Lago-Sp. Buatan-Siak Sri Indrapura-Pelabuhan Buton (91,25 km)-Jalan Provinsi
Peningkatan Jalan Pangkalan Heran-Siberia (51 km) dan Siberida-Batas Provinsi Jambi (49 km)
Pengembangan Jalan Sp. Batang-Lb. Gaung (19,5 km)
Jalan Dumai-Pelintung (25 km)-Jalan Provinsi
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Jl. Sp Kulim-Plb. Dumai (44,37 km), Panjang Ruas 48 km, yang perlu ditingkatkan 21 km (rigid pavement)
Perluasan Pelabuhan Dumai
PLTU Mulut Tambang Riau 2x300 MW
Pembangunan Transmisi Listrik di Provinsi Riau (15 titik)
PLTUPeranap Kapasitas 2x10 MW
Pengembangan terninal di Bandara Sultan Sjahrif Kasim II
Pemerintah
Pemerintah
BUMN
BUMN
Pemerintah
Pemerintah
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 27,505 T
8.446
1.111
822
480
427
427
342
321
295
274
211
195
125
105
1.250
9000
3.119
392
163
Sistem Logistik Riau
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Provinsi Riau memiliki pelabuhan
primer sebagai tempat keluar
masuk barang ke Provinsi Riau.
Selain melalui pelabuhan, keluar
masuk barang juga dilakukan
melalui jalur darat.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Kota Pekanbaru termasuk
dalam pusat distribusi
provinsi yang berfungsi
sebagai cadangan di
tingkat nasional.
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing Riau
Riau
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi Makro
0.6
0.4
0.2
0
-0.2
-0.4
-0.6
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan Pemerintah
dan Institusi
Provinsi Riau berada dalam
urutan ke 10 dalam hal daya
saing dari 33 provinsi di
Indonesia atau berada dalam
posisi menengah atas.
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Meskipun provinsi ini berada dalam urutan ke 10 atau menengah ke atas, tapi provinsi ini justru lemah
pada 3 indikator, yakni stabilitas ekonomi makro, kualitas hidup dan pembangunan
infrasstruktur, serta kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga kerja. Sementara proviinsi ini unggul dalam
bidag perencanan pemerintah dan institusi. Oleh karenanya diperlukan perbaikan pada 3 indikator yang
lemah tadi dan satu indikator unggulan perlu untuk diteingkatkan kinerjanya, sehingga adanya perubaahn
dari internal maupun eksternal tidak akan mengubah prestasi kerjanya.
KEPULAUAN RIAU
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Kep. Riau?
Realisasi PMA dan PMDN Kepulauan Riau
(Miliar)
Kontribusi PDRB ADHK Kep Riau
2%
5%
5%
6000
4% 5%
23%
5000
4000
5%
3000
51%
2000
0%
1000
0
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Arah investasi di Kep. Riau cenderung fluktuatif, baik PMA maupun PMDN. Meskipun
demikian, perkembangan PMDN cenderung lebih stabil dibandingkan dengan PMA.
Perekonomian Kep. Riau dibentuk oleh perkembangan sektor sekunder yang
berkontribusi tinggi dalam pembentukan PDRBnya. Sektor sekunder ini adalah industri
pengolahan yang menyumbang 51% PDRB Prov. Kep. Riau. Industri-industri ini rata-rata
berada di Batam.
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Sumatera
-
RPJMN 2009-2014
Pengembangan sentra produksi perikanan dan hasil laut
Pengembangan klaster industri unggulan
Pengembangan Sumatera sebagai sentra industri migas dan lumbung energi
Pengembangan industri pariwisata alam dan budaya
Penguatan keterkaitan domestik wilayah Sumatera
Pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing di ASEAN
Peningkatan program penanggulangan kemiskinan
Reformasi birokrasi dan tata kelola
Pengembangan kawasan perbatasan sebagai beranda depan
RTR Pulau Sumatera
Pusat Kegiatan Nasional Batam
PKW Tanjung Balai, Tanjung Pinang, Daik
Lingga, Daik Singkep
Kawasan Andalan Zona Batam-Tanjung Pinang
Kawasan Andalan Mentawai dan sekitarnya
Kawasan Andalan Laut Natuna dan Sekitarnya
Kawasan Andalan Laut Batam
Arahan RTRW Provinsi Kep. Riau
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
- Pengembangan sarana transportasi berupa
pelabuhan laut di beberapa pulau, khususnya
yang memiliki potensi pariwisata
- Pelabuhan entryport untuk menudkung
kepariwisataan
- Pengembangan bandara
- Peningkatan kualitas jalan
- Pengembangan jaringan listrik menggunakan
sistem pembangkit lokal
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
- Kawasan yang memberikan perllindungan
kawasan bawahannya
- Kawasan hutan suaka alam
- Kawasan hutan pelestarian alam
- Kawasan hutan produksi
- Kawasan perkebunan/tanaman tahunan
- Kawasan pertanian
- Kawasan pariwisata
- Kawasan peruntukan industri
- Kawasan pertambangan
- Kawasan permukiman
Kebutuhan Investasi Kep. Riau
1. Investasi Timah di Batam 0,23 T
TOTAL INVESTASI 0,23 T
No Investasi
Pelaku
Satker Sementara Pembangunan Fatsel Laut Pulau
1
Pemerintah
Terluar
2 Pengembangan TerminalBandara Raja Haji Fisabillah
BUMN
Pembangunan transmisi listrik di Provinsi Riau dan Kep.
3
BUMN
Riau
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Nilai Investasi
138
105
746
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 989 M
Sistem Logistik Kep. Riau
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Kota Batam merupakan pintu
gerbang logistik di Indonesia.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Kota Batam termasuk
Pendistribusian
barang
tilakukan
dalam
pusat
dengan
distribusi
jalur
darat, laut,
provinsi
yang
danberfungsi
udara
sebagai cadangan di
tingkat nasional.
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing Kep. Riau
Kepulauan Riau
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi Makro
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-0.2
-0.4
-0.6
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan Pemerintah
dan Institusi
Provinsi Kepulauan Riau
berada dalam golongan
menengah ke atas dalam daya
saing, yakni berada pada
posisi 8 teratas.
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Provinsi ini memiliki kelemahan dari sisi perencanaan pemerintah dan institusi serta pada
kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga kerja. Hal ini sangat mendesak untuk diperbaiki mengingat
dalam wilayah ini terdapat Batam yang berperan sebagai gerbang depan investasi Indonesia.
Meskipun demikian, provinsi ini memiliki keungulan dalam dua indikator, yakni stabilitas ekonomi
makro dan kualitas lingkungan hidup dan pembangunan infrastruktur
SUMATERA BARAT
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Sumatera Barat?
Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Barat
(Miliar)
Kontribusi PDRB ADHK Sumatera Barat
5%
1200
17%
23%
3%
1000
15%
800
600
12%
18%
400
6%
1%
200
0
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Perkembangan PMA di Prov. Sumatera Barat cenderung mengalami peningkatan, tetapi hal ini
tidak berlaku bagi PMDN yang justru mengalami penurunan perlahan. Pada tahun 2013, PMA
justru lebih mendominasi daripada PMDN, padahal tahun-tahun sebelumnya PMDN yang
mendominasi.
Perekonomian DKI Jakarta dibentuk oleh perkembangan sektor tersier yang berkontribusi
tinggi dalam pembentukan PDRBnya. Sektor tersier ini adalah perdagangan hotel dan restoran
(18%), pengangkutan dan komunikasi (152%), keuangan persewaan dan jasa perusahaan
(5%), dan jasa-jasa sebesar 17%. Oleh karenanya arah investasi ke depan akan lebih diarahkan
pada sektor tersier ini.
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Sumatera
-
RPJMN 2009-2014
Pengembangan Sumatera sebagai sentra produksi pertanian dan perkebunan
Pengembangan Sumatera sebagai sentra industri migas dan lumbung energi
Pengembangan industri pariwisata alam dan budaya
Penguatan keterkaitan domestik wilayah Sumatera
Pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing di ASEAN
Peningkatan program penanggulangan kemiskinan
Reformasi birokrasi dan tata kelola
Pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya dukung lingkungan
RTR Pulau Sumatera
Pusat Kegiatan Nasional Padang
PKW Bukit Tinggi, Pariaman, Sawahlunto, Solok
Kawasan Andalan Agam-Bukit Tinggi
Kawasan Andalan Solok dan sekitarnya
Kawasan Andalan Padang Pariaman
Kawasan Andalan Mentawai dan sekitarnya
Kawasan Andalan Laut Mentawai-Siberut dan
sekitarnya
Arahan RTRW Provinsi Sumatera Barat
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
- Kawasan Industri di Padang Pariaman
- Kawasan Poros Barat-Timur
- Kawasan Minapolitan di Dharmasraya, Agam, Pasaman
Barat, Pesisir Selatan, Lima Puluh Kota, dan Padang
- Kawasan Tapus, Rao, Mapat Tunggul
- Kawasan Sungai Rumbai
- Kawasan Lunang Silaut
- Kawasan Pangkalan Kota Baru
- Kawasan Kamang Baru
- Kawasan Abai Sangir-Taluakn Aie Putiah
- Kawasan Batu Sangkar
- Kawasan Ngarai Sianok
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
- Pengembangan jaringan jalan
- Pengembagnan jalur kereta api penumpang
reguler, wisata, dan barang, serta komuter dan kereta
api bandara
- Pembangunan terminal tipe A di
Sawahlunto, Tapan, Padang Pariaman
- Pembangunan terminal tipe B di Pulau Punjung/Sei
Rumbai
- Pengembangan angkutan umum massal
- Peningkatan dan pengembangan jaringan
transportasi penyeberangan
- Pengembangan jalur pelabuhan baru
- Pembangunan pelabuhan perikanan dan pelabuhan
wisata
- Pengembangan Bandar Uara Rokot, Bandara Udara
di Limapuuh Kota
- Pembangunan Bandara di Kep. Mentawai dan
Pasamanan Barat
- Pengembangan jaringan prasarana energi listrik dan
penggunaan energi alternatif
- Pengembangan sistem terestrial dalam jaringan
telekomunikasi
- Pengembangan penata gunaan air pada DAS dan
CAT
Kebutuhan Investasi Sumatera Barat
No
Investasi
Satker Pembangunan Faspel Laut Cerocok
1
Painan
Pembangunan transmisi listrik di Provinsi
2
Sumatera Barat (6 Titik)
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Pelaku
Nilai Investasi
Pemerintah
118
BUMN
2155
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 2,273 T
Sistem Logistik Sumatera Barat
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Provinsi Sumatera Barat memiliki
alternatif pelabuhan utama yang
dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah di Pelabuhan
Kuala Tanjung yang saat ini
merupakan pelabuhan primer.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Sumatera Barattermasuk
dalam pusat distribusi
provinsi yang berfungsi
sebagai cadangan di
tingkat nasional.
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing Sumatera Barat
Sumatera Barat
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi Makro
0.2
0.1
0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan Pemerintah
dan Institusi
Provinsi Sumatera Barat
termasuk dalam urutan ke 17
dari 33 provinsi di Indonesia
dalam pengukuran daya saing.
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Dalam indikator daya saing, provinsi Sumatera Barat rendah dalam tiga aspek, yakni stabilitas
ekonomi makro, perencanaan pemerintahan dan institusi, serta keuangan, bisnis, dan tenaga
kerja, dilihat dari nilainya yang berada di bawah rata-rata nasional. Hal ini berarti untuk meningkatkan
investasi di Sumatera Barat, perlu perbaikan daya saingnya, khususnya dari tiga indikator tersebut.
Sementara indikator yang unggul adalah indikator kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur yang
berarti bahwa kualitas lingkungan di provinsi ini sudah baik dan infrastrukturnya sudah memadai untuk
kegiatan yang ada saat ini, sehingga ke depannya diperlukan juga perbaikan pada indikator ini.
JAMBI
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Jambi?
Realisasi PMA dan PMDN Jambi (Miliar)
Kontribusi PDRB ADHK Jambi
3000
5%
2500
7%
9%
29%
15%
2000
1500
4%
1000
11%
19%
1%
500
0
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Arah investasi di Jambi cenderung fluktuatif, baik PMA maupun PMDN. Hal ini perlu
diatasi agar perkembangan investasi terus meningkat, bukan fluktuatif. Pada tahun
2013, PMDN jauh lebih mendominasi dibandingkan dengan PMA.
Perekonomian Jambi dibentuk oleh perkembangan sektor primer yang berkontribusi
tinggi dalam pembentukan PDRBnya. Sektor primer ini adalah pertanian (29%) dan
pertambangan dan penggalian (19%). Tingginya kontribusi sektor perekonomian yang
bersumber pada sumber daya alam perlu diwaspadai karena adanya UU Minerba yang
melarang ekspor bahan tambang mentah ke luar negeri.
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Sumatera
RPJMN 2009-2014
- Pengembangan Sumatera sebagai sentra produksi pertanian dan perkebunan
- Penguatan keterkaitan domestik wilayah Sumatera
- Pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing di
ASEAN
- Peningkatan program penanggulangan kemiskinan
- Reformasi birokrasi dan tata kelola
- Pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya dukung lingkungan
RTR Pulau Sumatera
- Pusat Kegiatan Jambi
- PKW Pangkalan Kerinci, Muara Bungo, Kuala
Tungkal, Muara Bulian, Sarolangun
- Kawasan Andalan Muara Bulian Timur Jambi
dan sekitarnya
- Kawasan Andalan Muara Bungo dan
sekitarnya
Arahan RTRW Provinsi Jambi
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
- Pengembangan terminal tipe A< tipe B, dan barang
- Pembangunan jaringan antkutan kereta api provinsi
- Pengembangan pelabuhan Muara Sabak, Talang
Duku , Nipah Panjang, dan Mendahara
- Pengembangan bandara Sulan Thaha, Bungo, Depat
Parbo
- Pengembangan pembangkit listrik tenaga alternatif
- Pengembangan SUTET
- Pengembangan dan pengolahan sumber air baku dari
sungai maupun dananu dan seluruh sumber mata air.
- Pembangunan embung, tanggul, kolam retensi untuk
mengendalikan daya rusak air
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
- Kawasan peruntukan pertanian
- Kawasan peruntukan perikanan
- Kawasan peruntukan pertambangan mineral, batu
bara, minyak dan gas bumi, panas bumi
- Kawasan peruntukan indusri besar di Tanjung Jabung
Barat dan Tanjung Jabung Timur
- Kawasan Peruntukan Industri Menengah di
Kabupaten Jambi, Muaro Hambi, Batang
Hari, Bungo, Merangin, Serolangun, Tebo
- Kawasan peruntukan pariwisata alam, budaya, dan
buatan
Kebutuhan Investasi Jambi
No Investasi
Ruas Jalan Merupakan jalan Provinsi, Sebagian belum ada Jalan
1
(Berbak-Ujung Jabung)
Penanganan jalan Merangin di Kabupaten Merangin (Ruas Jalan
2
merupakan Jalan Strategis Nasional)
Peningkatan Jalan antara Muaro Jambi-Pelabuhan Muara Sabak (43
3
km)
4 Pembebasan Lahan 2000 Ha
5 Pembangunan Sekolah Menengah Kejuruan
6 Penanganan Terminaldi Bandara Sultan Thaha
7 Pembangunan Transmisi Listrik di Provinsi Jambi (7 titik)
8 Pembangunan PLTP Sungai Penuh Kapasitas 2x55 MW
9 Pengembangan Jaringan Listrik
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Pelaku
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
BUMN
BUMN
BUMN
PPP
Nilai Investasi
1.400
602
129
200
200
107
1.792
1.760
326
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 6,516 T
Sistem Logistik Jambi
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Jambi berfungsi sebagai pusat
distribusi provinsi yang menjadi
cadangan distribusi logistik di
tingkat nasional.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Pendistribusian barang
tilakukan dengan jalur
darat, laut, dan udara
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing Jambi
Jambi
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi Makro
0.1
0
-0.1
-0.2
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
-0.3
-0.4
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan Pemerintah
dan Institusi
Provinsi Jambi berada dalam
urutan 25 dalam hal daya
saing pada 33 provinsi di
Indonesia.
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Provinsi Jambi rendah dalam semua indikator perhitungan daya saing, baik stabilitas
ekonomi makro; perencanaan pemerintah dan institusi; kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga
kerja; serta kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur, sehingga perlu perbaikan
komprehensif yang mempu menyentuh empat aspek ini. Dengan perbaikan daya saing, maka
diharapkan dapat menjadi daya tarik investasii di Provinsi ini.
BENGKULU
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Bengkulu?
Realisasi PMA dan PMDN Bengkulu (Miliar)
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Kontribusi PDRB ADHK Bengkulu
17%
37%
5%
9%
20%
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
3%
4%
4%
1%
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Perkembangan PMA di Provinsi Bengkulu cenderung mengalami penurunan. Hal ini
berbeda dengan perkembangan PMDN yang mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, meskipun perkembangannya perlahan.
Perekonomian Bengkulu dibentuk oleh perkembangan sektor primer, yakni sektor
pertanian yang berkontribusi tinggi dalam pembentukan PDRBnya. Sektor lain yang
berkembang di Bengkulu adalah sektor industri pengolahan (20%) dan sektor jasa-jasa
(17%).
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Sumatera
RPJMN 2009-2014
- Pengembangan Sumatera sebagai sentra produksi pertanian dan perkebunan
- Penguatan keterkaitan domestik wilayah Sumatera
- Pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing di
ASEAN
- Peningkatan program penanggulangan kemiskinan
- Reformasi birokrasi dan tata kelola
- Pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya dukung lingkungan
RTR Pulau Sumatera
- Pusat Kegiatan Wilayah MukoMuko, Manna, Curup
- Kawasan Andalan Manna dan sekitarnya
- Kawasan Andalan Bengkulu dan sekitarnya
- Kawasan Andalan Laut Bengkulu dan
sekitarnya
Arahan RTRW Provinsi Bengkulu
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
- Kawasan Pulau Baai dan Linau,
- Kawasan Pulau Enggano
- Kawasan LAMBAITARITAM
- Kawasan Ketahun dan Lais Giri
- Kawasan indsutri di
Bengkulu, Seluma, kaur, Mukomuko, Bengkulu
Utara, Bengkulu Tengah, Rejang Lebong
- Kwasan pariwisata alam, budaya, dan buatan
- Kawasan pertambangan di Seluma, Bengkulu
Utara, Mukomuko, Bengkulu
Tengah, Lebong, Kaur, Kepahiang
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
- Pengembangan jaringan jallan penghubung yang
menghubungkan jalan lintas barat dengan tengah
Sumatera
- Pengembangan jaringan jalan kolektor primer, jalan
tol
- Optimalisasi dan pengembangan terminal
- Pengembangan angkutan massal perkotaan
- Pengembangan jaringan transportasi penyeberangan
antar kab/kota
- Pengembangan jalur kereta api barang dan manusia
- Pengembangan terminal khusus angkutan barubara
Putri Hijau
- Pengembangan bandara Fatmawati
Soekarno, Mukomuko, Enggano,
- Pengembangan energi listrik terbarukan (panas
bumi, uap, air)
- Peningkatan distribusi listrik, telekomunikasi
- Pengembangan jaringan irigasi
- Pengembanga TPA, IPAL, pengolahan
B3, drainase, SPAM
Kebutuhan Investasi Bengkulu
No
1
2
3
4
Investasi
Pembangunan PLTA Simpang Aur (2x6 MW) dan (2x9
MW)
Pelebaran jalan menuju kawasan wisata sepanjang 30
KM
Pembangunan PLTP Hululais Kapasitas 2x55 MW
Pembangunan Transmisi Listrik di Provinsi Bengkulu (6
titik)
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Pelaku
Nilai Investasi
Pemerintah
450
Pemerintah
100
BUMN
1.760
BUMN
288
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 2,598 T
Sistem Logistik Bengkulu
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Bengkulu berfungsi sebagai pusat
distribusi provinsi yang menjadi
cadangan distribusi logistik di
tingkat nasional.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Pendistribusian barang
tilakukan dengan jalur darat
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing Bengkulu
Bengkulu
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi
Makro
0.1
0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan
Pemerintah dan Institusi
Provinsi Bengkulu berada
dalam urutan 27dari 33
provinsi di Indonesia dalam
pemeringkatan daya saing
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Provinsi Bengkulu rendah dalam semua indikator perhitungan daya saing, baik stabilitas
ekonomi makro; perencanaan pemerintah dan institusi; kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga
kerja; serta kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur, sehingga perlu perbaikan
komprehensif yang mempu menyentuh empat aspek ini. Dengan perbaikan daya saing, maka
diharapkan dapat menjadi daya tarik investasii di Provinsi ini.
SUMATERA SELATAN
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Sumatera Selatan?
Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Selatan
(Miliar)
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Kontribusi PDRB ADHK Sumatera Selatan
4%
6%
9%
19%
14%
22%
9%
17%
0%
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Perkembangan PMA di Provinsi Sumatera Selatan cenderung mengalami penurunan. Hal
ini berbeda dengan perkembangan PMDN yang mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, meskipun perkembangannya perlahan.
Perekonomian Sumatera Selatan dibentuk oleh perkembangan sektor primer, yakni
sektor pertanian dan pertambangan yang berkontribusi tinggi dalam pembentukan
PDRBnya (19% dan 22). Sektor lain yang berkembang di Sumatera Selatan adalah sektor
industri pengolahan (17%) dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (14%)
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Sumatera
-
RPJMN 2009-2014
Pengembangan Sumatera sebagai sentra produksi pertanian dan perkebunan
Pengembangan klaster industri unggulan
Pengembangan Sumatera sebagai sentra industri migas dan lumbung energi
Pengembangan jaringan listrik terintegrasi di Sumatera
Penguatan keterkaitan domestik wilayah Sumatera
Pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing di ASEAN
Peningkatan program penanggulangan kemiskinan
Reformasi birokrasi dan tata kelola
Pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya dukung lingkungan
RTR Pulau Sumatera
- Pusat Kegiatan Nasional Palembang
- PKW Lubuk Linggau, Muara
Enim, Lahat, Prabumulih, Sekayu, Kayu, Agun
g, Baturaja
- Kawasan Andalan Muara Enim dan sekitarnya
- Kawasan Andalan Lubuk Linggau dan
sekitarnya
- Kawasan Andalan Palembang dan sekitarnya
Arahan RTRW Provinsi Sumatera Selatan
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
-
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
-
-
Kawasan Strategis Ekonomi (Sentra Primer Barat, Sentra Primer
Timur, Segitiga Emas Setiabudi, Manggarai, Jatinegara, Bandar
Baru Kemayoran, Dukuh Atas, Mengga Dua, Tanah
Abang, Marunda
Kawasan Strategis Lingkungan (Kawasan Banjir Kanal
Barat, Kawasan Banjir Kanal Timur, Kawasan Sungai Ciliwung)
Kawasan Strategis Sosial Budaya (Kawasan Kota
Tua, Menteng, Taman Ismail Marzuki)
Kawasan Stratgis Pantura
Kawasan Khusus Medan Merdeka, Cilangkap, Tanjung
Priok, Halim Perdana Kusuma, GBK, RSCM, ASEAN
-
Pengembangan jaringan angkutan masal (jalan (bus jalur
khusus, bus besar, feeder) dan rel (MRT, LRT, kerta
lingkar dalam kota, komuter, kereta bandara)
Pengembangan sistem prasrana angkutan massal
Pengembangan sistem perparkiran
Pengembangan sistem angkutan barang
Pengembangan sistem jaringan transportasi sungai
Pengembangan sistem dan jaringan transportasi laut
Pengembangan prasarana konservasi sumber daya air
Perlindungan DAS
Pengembangan sistem dan jaringan air bersih
Pemisahan saluran drainase dan sistem perpipaan
tertutup
Pengembangan sarana prasarana persampahan
Pengembangan sistem dan jaringan energy
Pengembagnan sstem dan jaringan telekomunikasi
Kebutuhan Investasi Sumatera Selatan
1.
2.
3.
4.
Investasi Kelapa Sawit dan Batu Bara di
Tanjung Api-Api-Tanjung Carat 15,57 T
Investasi timah, kelapa sawit di Muara
Enim-Pendopo sebesar 226,79 T
Investasi Migas di Prabumulih 150 T
Investasi Batu Bara dan Migas di
Palembang 21,74 T
TOTAL INVESTASI 414,1 T
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Investasi
Pembangunan Jaringan Rel KA Kertapati-Simpang-Tanjung Api-api (90 km) or 250 km
Pembangunan Jalan Tol Palembang-Indralaya (22 km)
Peningkatan Jalan Wiralaga-Sp. Pematang-(P)-40 km
Pelabuhan Tanjung Api-api
Pengembangan Pelabuhan di Palembang
Pembangunan PLTU Mulut Tambang 4x150 MW Sumsel
Pembangunan PLTU Sumsel 2x 300 MW
PLTP Lumut Balai Unit 1 & 2 (2x55 MW)
PLTP Lumut Balai Unit 3 & 4 (2x55MW)
Pembangunan PLTU Banjarsari 2x100 MW
Pembangkit Listrik dan Steam
Pembangunan PLTU Tanjung Enim (3x10 MW)
Pembangunan Transmisi Listrik di Provinsi Sumatera Selatan (21 titik)
Pembangunan Infrastruktur PLTU Kawasan Industri Muara Enim (2x10 MW)
Proyek Pembangunan Rel Kereta Api Muara Enim-Tanjung Carat (270 km) dan Pelabuhan Batu Bara
Tanjung Carat
Pembangunan Jalur Kereta Api Baru Tanjung Enim-Lampung (300 KM)
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Pelaku
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
PPP
Nilai Investasi
25.000
624
280
516
282
8.400
7.800
3.484
3.388
2.800
2.400
378
357
392
PPP
17.000
PPP
15300
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 88,401 T
Sistem Logistik Sumatera Selatan
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Sumatera Selatan berfungsi
sebagai pusat distribusi nasional
yang akan memasarkan barangbarang ke pusat distribusi provinsi
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Pendistribusian barang
tilakukan dengan jalur
darat, laut, dan udara
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi Makro
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.1
-0.2
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan Pemerintah
dan Institusi
Provinsi Sumatera Selatan
berada dalam posisi 12
besar dalam pemeringkatan
daya saing di 33 Provinsi di
Indonesia.
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Provinsi Sumatera Selatan memiliki keunggulan dalam bidang perencanaan pemerintah
dan institusi serta kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga kerja. Akan tetapi, provinsi ini
memiliki kelemahan dalam bidang kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur dan stabilitas
ekonomi makro, sehingga perlu dilakukan perbaikan menyeluruh untuk meningkatkan kinerja dari
dua indikator tersebut. Sementara indikator yang sudah berada di atas rata-rata nasional perlu
dipertahankan posisinya.
LAMPUNG
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Lampung?
Realisasi PMA dan PMDN Lampung (Miliar)
Kontribusi PDRB ADHK Lampung
1400
10%
1200
8%
38%
8%
1000
800
16%
600
5%
400
200
0%
0
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
13%
2%
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Arah investasi di Lampung cenderung fluktiatif, baik PMA maupun PMDN. PMA
memiliki kecenderungan penurunan, sementara PMDN memiliki kecenderungan
peningkatan
Perekonomian Lampung dibentuk oleh perkembangan sektor primer, pertanian
yang berkontribusi 38% dalam pembentukan PDRBnya. Sektor lain yang berkembang
adalah sektor tersier, yakni perdagangan, hotel, dan restoran;
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa dan pengangkutan dan
komunikasi
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Sumatera
RPJMN 2009-2014
- Pengembangan Sumatera sebagai sentra produksi pertanian dan perkebunan
- Penguatan keterkaitan domestik wilayah Sumatera
- Pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing di
ASEAN
- Peningkatan program penanggulangan kemiskinan
- Reformasi birokrasi dan tata kelola
- Pembangunan wilayah Sumatera yang sesuai dengan daya dukung lingkungan
RTR Pulau Sumatera
- Pusat Kegiatan Nasional Bandar Lampung
- Pusat Kegiatan Wilayah Liwa, Kota
bumi, Menggala, Metro, Kota Agung, Kalianda
- Kawasan Andala Bandar Lampung-Metro
- Kawasan Andalan Mesuji dan sekitarnya
- Kawasan Andalan Kotabumi dan Sekitarnya
- Kawasan Andalan Liwa Krui
- Kawasan Andalan Bandar Lampung-Metro
- Kawasan Andalan Laut Krakatau
Arahan RTRW Provinsi Lampung
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
- Kawasan metropolitan Bandar Lampung
- Kawasan Agropolitan
- Kota Terpadu Terikat
- Kawasan Berikat Tambak Udang
- Kawasan Pelabuhan Terpadu Panjang
- Kawasan Agro Minapoltan
- Kawasan Bakauheni
- Kawasan industri menengah di Lampung Selatan, Lampung
Tengah, Tulang Bawang, Mesuji, Lampung
Timur, Tanggamus, Lampung Utara, dan Pesawahan
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
- Pengembangan jaringan jalan lokal primer, provinsi
- Pengembangan terminal angkutan jalan raya di
provinsi
- Pembangunan sistem jaringan jalur penghubung
Lampung-Banten
- Pengembangan terminal tipe A di Bandar
Lampung, Bakauheni serta terminal tipe B di Bandar
lampung, Metro, Lampung Utara, Tulang
Bawang, Pringsewu, Lampung Barat, Lampung
Tengah, Tanggamus
- Pembangunan jembatan penyeberangan yang
menghubungkan Sumatera dan Jawa yang melintasi
selat sunda
- Pengembangan pelabuhan khusus
- Pengembangan Bandara Radin Inten II, Gatot
Subroto
- Pengembangan jaringan pipa transmisi dan disribusi
gas bumii
- Pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan
- Pengembangan jaringan mikro digital, serat
optik, mikro analog
- Peningkatan penyediaan air baku
- Pemeliharaan sumber daya air
Kebutuhan Investasi Lampung
1. Investasi batu bara dan migas di
Bandar Lampung sebesar 2,29 T
2. Investasi batu bara dan galangan
kapal di Lampung Timur sebesar 4,15
T
3. Kawasan Strategis Nasional Selat
Sunda 150 T
TOTAL INVESTASI 156,44 T
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Investasi
Pembangunan Jalan Tol Penghubung Sisi Sumatera
(Lampung)-120 km-Pembangunan Jalan Tol B. LampungTerbagi Besar
Pengembangan Pelabuhan Panjang
Pembangunan Dermaga Bakaheuni VI
Pembangunan Pengarah Arus bakauheni Sisi Timur
Pembangunan Pengarah Arus Bakauheni Sis Barat
Pembangunan PLTP 2x55 MW Ulubelu Unit 1&2
Pembangunan Transmisi Listrik di Provinsi lampung (11 titik)
PLTU Tarahan Mulut Tambang (2x8 MW)
Pembangunan Jalur Kereta Api baru Tanjung Enim-Lampung
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Pelaku
Nilai Investasi
Pemerintah
8.200
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
BUMN
BUMN
BUMN
PPP
282
155
550
1.760
589
351
15300
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 27,187 T
Sistem Logistik Lampung
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Lampung memiliki pelabuhan
primer. Selain itu, Lampug
berfuungsi sebagai pusat distribusi
provinsi.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Pendistribusian barang
tilakukan dengan jalur
darat, laut, dan udara
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing Lampung
Lampung
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi Makro
0.1
0.05
0
-0.05
-0.1
-0.15
-0.2
-0.25
-0.3
-0.35
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan Pemerintah
dan Institusi
Provinsi Lampung berada
dalam posisi 20 dari 33
provinsi di Indonesia dalam
daya saing atau berada dalam
klasifikasi kelompok menengah
ke bawah
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Provinsi Lampung tidak unggul dalam semua indikator dalam pengukuran daya saing.
Indikator yang berpotensi untuk ditingkatkan adalah kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga kerja
yang nlainya mendekati median nasional. Sementara indikator yang harus diperbaiki kinerjanya
adalah kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur yang nilainya sangat rendah (mendekati
nol), sehingga untuk memperbaikinya dibutuhkan perencanaan lingkungan dan infrastruktur yang
menyeluruh
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Kep. Bangka Belitung?
Realisasi PMA dan PMDN Kep. Bangka
Belitung(Miliar)
1600
4%
Kontribusi PDRB ADHK Kep Bangka
Belitung
8%
4%
1400
22%
20%
1200
1000
14%
7%
800
600
400
21%
0%
200
0
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Arah investasi di Kep. Bangka Belitung terus mengalami peningkatan, baik PMA
maupun PMDN. PMA mendominasi jika dibandingkan dengan perkembangan PMDN yang
cenderung stagnan.
Perekonomian Kep. Bangka Belitung dibentuk oleh perkembangan sektor primer dan
tersier yang berkontribusi tinggi dalam pembentukan PDRBnya. Sektor-sektor ini adalah
sektor pertanian (22%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (20%), sektor
pertambangan (14%), dan sektor jasa-jasa (8%). Sementara sektor sekunder yang
kontribusinya paling tinggi adalah sektor industri pengolahan dengan kontribusi 21%.
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Sumatera
RPJMN 2009-2014
- Pengembangan sentra produksi perikanan dan hasil laut
- Pengembangan industri pariwisata alam dan budaya
- Pengembangan Sumatera sebagai pool angkatan kerja berkualitas dan berdaya saing di
ASEAN
- Peningkatan program penanggulangan kemiskinan
- Reformasi birokrasi dan tata kelola
RTR Pulau Sumatera
- Pusat Kegiatan Wilayah Muntok, Pangkal
Pinang
- Kawasan Andalan Bangka dan sekitarnya
- Kawasan Andalan Belitung dan
sekitarnya
- Kawasan Andalan Laut Bangka dan
Sekitarnya
Arahan RTRW Provinsi Kep. Bangka Belitung
RENCANA PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR
- Peningkatan kapasitas pelabuhan
Balau sbagai sarana ekspor ke
Provinsi Bangka Belitung
- Peningkatan kualitas jalan
- Penngkatan kualitas bandara
- Pengembangan jaringan jalan
menuju objek wisata
RENCANA PENGEMBANGAN
KAWASAN
- Hutan lindung dan hutan produksi
terdapat di wilayah pantai pada
pulau Bangka, sementara pada
Pulau Belitung menyebar sesuai
dengan bentuk topografi kawasan
yang bergunung
- Kawasan pariwisata
- Kawasan perhutanan
Kebutuhan Investasi Bangka Belitung
1. Investasi timah, kelapa sawit, dan
lain-lain di Bangka Barat 2,1 T
TOTAL INVESTASI 2,1 T
No
Investasi
Pelebaran Jalan Menuju Kawasan Wisata Sepanjang
1
30 km (pengembangan destinasi pulau bangka dsk.)
Pembangunan Transmisi Listrik di ProvinsiKepulauan
2
Bangka Belitung (4 titik)
Pelaku
Nilai Investasi
Pemerintah
100
BUMN
327
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 427 M
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Sistem Logistik Kep. Bangka Belitung
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Kep. Bangka Belitung berfungsi
sebagai pusat distribusi provinsi
yang menjadi
perpanjangtangannan permerintah
pusat dalam pengaturan kebijakan
ekonomi.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Pendistribusian barang
tilakukan dengan jalur
darat, laut, dan udara
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Bangka Belitung
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Stabilitas Ekonomi Makro
0.1
0
-0.1
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Median Nasional
Perencanaan Pemerintah
dan Institusi
Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung berada dalam posisi
29 dari 33 provinsi di
Indonesia dalam daya saing
atau berada dalam klasifikasi
kelompok menengah ke bawah
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Provinsi Kep. Bangka Belitung tidak unggul dalam 4 indikator yang digunakan dalam
pengukuran daya saing, yakni stabilitas ekonomi makro, perencanaan pemerintah dan
institusi, kondisi keuangan, bisnis dan tenaga kerja serta kualitas hidp dan pembangunan
infrastruktur. Indikator yang paling harus diperhatikan adalah kondisi keuangan, bisnis dan
tenaga kerja mengingat gap antara nasional dan tingkat prov. Kep. Bangka Belitung sangat
tinggi, sehingga dengan perbaikan pada indikator ini diharapkan dapat meningkatkan nilai
iindikator lain
DKI JAKARTA
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di DKI Jakarta?
Realisasi PMDN dan PMA DKI Jakarta (Milyar)
Kontribusi PDRB DKI Jakarta
0.07
70,000.0
11.66
60,000.0
50,000.0
0.24
0.64
14.7
10.51
27.69
40,000.0
21.87
30,000.0
12.62
20,000.0
10,000.0
2010
2011
PMDN
2012
PMA
2013
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
Arah investasi di DKI Jakarta terus mengalami penurunan, baik PMA maupun PMDN.
PMA meskipun masih mendominasi dalam investasi keseluruhan, tapi penurunannya juga
signifikan.
Perekonomian DKI Jakarta dibentuk oleh perkembangan sektor tersier yang
berkontribusi tinggi dalam pembentukan PDRBnya. Sektor tersier ini adalah perdagangan
hotel dan restoran (21,87%), pengangkutan dan komunikasi (12,62%), keuangan persewaan
dan jasa perusahaan (27.69%), dan jasa-jasa sebesar 11,66%. Oleh karenanya arah
investasi ke depan akan lebih diarahkan pada sektor tersier ini.
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Jawa-Bali
-
RPJMN 2015-2019
Iklim investasi yang kondusif di DKI Jakarta dari aspek perizinan, stabilitas keamanan
Pemantapan PKN Jabodetabek sebagai pusat jasa dan perdagangan berkelas internasional
Pengoptimalan fungsi dan peningkatan kualitas pelabuhan Hub Internasional di Tanjung Priok
Pengembangan teknologi di bidang jasa pariwisata dan perdagangan
Rehabilitasi di DAS dan pengendalian pemanfaatan air tanah
RTR Pulau Jawa-Bali
- Pusat Kegiatan Nasional Jabodetabek
- Kawasan Andalan Perkotaan Jakarta: Perikanan, industri, pariwisata
- Kawasan Andalan Pulau Seribu: perikanan, ekploitasi tambang, pariwisata
Arahan RTRW Provinsi DKI Jakarta
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
- Kawasan Strategis Ekonomi (Sentra Primer Barat, Sentra
Primer Timur, Segitiga Emas
Setiabudi, Manggarai, Jatinegara, Bandar Baru
Kemayoran, Dukuh Atas, Mengga Dua, Tanah
Abang, Marunda
- Kawasan Strategis Lingkungan (Kawasan Banjir Kanal
Barat, Kawasan Banjir Kanal Timur, Kawasan Sungai
Ciliwung)
- Kawasan Strategis Sosial Budaya (Kawasan Kota
Tua, Menteng, Taman Ismail Marzuki)
- Kawasan Stratgis Pantura
- Kawasan Khusus Medan Merdeka, Cilangkap, Tanjung
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
- Pengembangan jaringan angkutan masal (jalan (bus
jalur khusus, bus besar, feeder) dan rel
(MRT, LRT, kerta lingkar dalam kota, komuter, kereta
bandara)
- Pengembangan sistem prasrana angkutan massal
- Pengembangan sistem perparkiran
- Pengembangan sistem angkutan barang
- Pengembangan sistem jaringan transportasi sungai
- Pengembangan sistem dan jaringan transportasi laut
- Pengembangan prasarana konservasi sumber daya
air
- Perlindungan DAS
- Pengembangan sistem dan jaringan air bersih
- Pemisahan saluran drainase dan sistem perpipaan
tertutup
- Pengembangan sarana prasarana persampahan
- Pengembangan sistem dan jaringan energy
- Pengembagnan sstem dan jaringan telekomunikasi
Kebutuhan Investasi DKI Jakarta
1. Investasi
Makanan, Minuman, Peralatan
Transportasi, Besi dan Baja 7,76
Trilyun
2. Jabodetabek Area 351,89 T
TOTAL INVESTASI 359,65 T
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Investasi
Pembangunan MRT North-South Tahap I dan II
Pembangunan Rel Manggarai-Bekasi double double track, Bekasi-Cikarang elektrifikasi
Penyediaan SPAM Jakarta, Bekasi, dan Karawang (Kanal Tarum Barat 5.000 l/s)- BOT
Pembangunan Kanal Banjir Timur sepanjang 23,5 km
Pembangunan transmisi di Jakarta sampai dengan 2015; terdapat 405 KMS (Kilometersirkit)
Pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota Jakarta
Pembangunan dermaga Kali Baru Utara (Tahap 1)
Proyek pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sampai dengan Kalibaru
Pembangunan monorail: Green Line (14,7 km) dengan 15 stasiun
Pembangunan Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kp. Melayu 21,04 km;
Pembangunan Jalan Tol Depok-Antasari 21,55 km;
Pembangunan PLTGU Priok Extension 500 MW
Pembangunan tol akses Tanjung Priok sepanjang 17 KM
Percepatan penyelesaian pembangunan Jalan Tol Cengkareng-Kunciran
Penambahan Armada Kapal Ferry Roro LDF
Percepatan penyelesaian pembangunan Jalan Tol Kunciran Serpong 11,9 KM
Pembangunan PLTG Muara Karang 400 MW
Pembangunan PLTGU Priok Extension 243 MW
Pembangunan PLTGU Muara Karang Repowering 194 MW
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Pelaku
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 178,607 T
Nilai Investasi (M)
40,000
8,300
5,200
4,900
2,697
40,026
22,000
11,700
9,100
7,200
4,800
4,000
3,900
3,500
3,188
2,600
2,000
1,944
1,552
Sistem Logistik DKI Jakarta
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
DKI Jakarta berfungsi sebagai
Pusat Distribusi Nasional dan
Pusat Distribusi Provinsi. Selain
itu, DKI Jakarta juga memiliki
pelabuhan utama internasional.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Pendistribusian barang
tilakukan dengan jalur
darat, laut, dan udara
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing DKI Jakarta
DKI Jakarta
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi
Makro
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
-0.5
Perencanaan
Pemerintah dan
Institusi
Kondisi
Keuangan, Bisnis, d Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
an Tenaga Kerja
Daya saing DKI Jakarta
tertinggi se-Indonesia, yang
artinya kemampuan provinsi ini
dari sisi ekonomi
makro, perencanaan
pemerintah, kualitas hidup dan
infrastruktur serta
keuangannya terbaik di
Indonesia
Prov. DKI Jakarta lebih tinggi daripada median di hampir seluruh sub lingkup dengan keunggulan paling utama
terdapat pada bidang ketertarikan investor asing, keterbukaan dalam perdagangan dan jasa, kebijakan pemerintah dan
ketahanan fiskal, dan kinerja produktivitas mengingat provinsi ini merupakan pusat bisnis Indonesia. Akan tetapi, skor
dalam sub lingkup daya saing tidak terlalu tinggi pada institusi pemerintahan dan kepemimpinan, fleksibilitas pasar tenaga
kerja, standar hidup dan stabilitas sosial yang artinya peningkatan daya saing harus dimulai dari sub lingkup ini.
Hal yang menarik adalah indeks daya saing DKI Jakarta cenderung jauh lebih tinggi daripada wilayah lain di
Indonesia yang mengindikasikan adanya ketimpangan dalam pembangunan yang cenderung terlalu terfokus di DKI
Jakarta
JAWA BARAT
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Jawa Barat?
Realisasi PMA dan PMDN Jawa Barat (Miliar)
80000
Kontribusi PDRB ADHK Jawa Barat
5%
70000
60000
4%
7%
12%
2%
22%
50000
40000
4%
30000
42%
20000
2%
10000
0
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Perkembangan PMA di Jawa Barat terus mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, tapi hal ini berbeda dengan PMDN yang justru mengalami penurunan yang
perlahan. Hal ini harus diwaspadai mengingat semakin tinggi PMA justru akan menyebabkan
pasar kita tergantung pada investasi dari asing, sehingga nilai barang kita akan terpengaruh
pasar global.
Perekonomian Jawa dibentuk oleh perkembangan sektor sekunder, yakni industri
pengolahan yang berkontribusi 42% dalam pembentukan PDRBnya. Selain industri
pengolahan, sektor lain yang berkontribusi tinggi terhadap PDRB Jawa Barat adalah sektor
tersier perdagangan dan jasa yang berkontribusi 22% dari PDRB Jawa Barat. Sementara sektor
primer, baik pertanian maupun pertambangan dan penggalian kontribusinya terus mengalami
pelemahan.
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Jawa-Bali
-
-
RPJMN 2009-2014
Percepatan pembangunan wilayah perdesaan
Penguatan keterkaitan desa kota
Percepatan pembangunan wilayah selatan Jawa
Penguatan produktivitas ekonomi dan investasi
Percepatan tranformasi struktur ekonomi Jawa-Bali
Percepatan nilai surplus perdaganan internasional
Pengembangan industri unggulan potensial tekstil, produk tekstil, gula
pasir, pupuk, dan semen
Pengembangan jasa pariwisata dan perdagangan
Mempertahankan fungsi Jawa-Bali sebagai salah satu lumbung pangan nasional -
Pengembangan pola distribusi penduduk di wilayah Jawa Bali secara lebih
seimbang
Pengurangan tingkat pengangguran di pusat –pusat pertumbuhan ekonomi
Pengurangan tingkat kemiskinan
Pemeliharaan dan pemulihan fungsi kwasan lindung
Pemeliharaan dan pemullhan sumber daya air dan laahn
Penanganan ancaman bencana banjir dan longsor
Peningkatan pemberantasan korupsi
Meminimalkan ancaman terorisme
Pengembangan kapasitas SDM dan peningkatan IPM
Meminimalisasi dampak kerugian akibat kejadian bencana alam
RTR Pulau Jawa-Bali
Pusat Kegiatan Nasional Bandung, Cirebon
Pusat Kegiatan Wilayah
Sukabumi, Tasikmalaya, Indramayu, Cikampek, Cikopo
Kawasan Andalan Bojonegara-Merak-Cilegon
Kawasan Andalan Bopunjur dan sekitarnya
-
Kawasan Andalan Sukabumi dan sekitarnya
Kawasan Andalan Cekungan Bandung
Kawasan Andalan Purwasuka
Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran
Arahan RTRW Provinsi Jawa Barat
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
- Kawasan Perkotaan JabodetabekPunjur
- Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
- Kawasan Strategis Provinsi Bandung Utara, Hulu Sungai
Citarum, Bogor-PuncakCianjur, Jongol, Pangandaran, Sukabumi bagian
selatan, Bekasi-Cikampek, PurwakartaPadalarang, BIJB, Bandung-Cirebon, Garut
Selatan, Observatorium Bosscha. Pendidikan
Jatinangor, Perbatasan Jawa Barat-Jawa engah, Pulau Nusa
Manuk-Tasikmalayan, Gedung Sate, Kilang Minyak
Balongan, Pesisir Pantura, Panas Bumi di Wayang
Hidu, Kamjang Darajat Papandayan, Gunung Salak
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
- Pengembangan jaringan jalan primer, jalan
tol, kereta api sebagai prasarana penghubung
antar wilayah
- Pengembangna waduk/bendungan, situ, dan
embung dalam rangka konservasi dan
pendayagunaan sumber daya air
- Pengembangan prasarana pengendali daya rusak
air
- Pengembangan jaringan irigasi
- Rehabilitasi hulu DAS kritis
- Pengembangan jaringan disrribusi listrik
- Pengembangan energi terbarukan dan tak
terbarukan
- Pengembangan cyber province
- Pengembangan hunian vertikal di perkotaan
- Pengembangan kawasan siap bangun
- Pengembangan home indsutry
Kebutuhan Investasi Jawa Barat
1. Jabodetabek Area 351,89 T
2. Investasi peralatan transportasi di Bogor sebesar
1,27 T
3. Investasi peralatan transportasi dan makanan
minuman di Bekasi dan sekitarnya sebesar 28,65 T
4. Investasi alutsista dan tekstil di Bandung sebesar
1,96 T
5. Investasi makanan dan minuman, peralatan
transportasi, dan besi baja 5,01 T
TOTAL INVESTASI 388,78 T
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Investasi
Pembangunan Citarum Waste Management Program
Pembangunan Bandara Kertajati
Penyediaan SPAM Regional Jatigede (6000 l/s) BOT
Pembangunan Waduk Sentosa (4000 l/s)
Pembangunan elektrifikasi Citayam-Nambo 20 KM Track
Penyediaan SPAM Kota Bekasi (450 l/s)
Penyediaan SPAM Kota Bekasi (300 l/s)
Pembangunan Cibatarua, Cilaki, dan Cisangkuy (1400 l/s)
Pembangunan PLTU Pelabuhan Ratu 1050 MW
Pembangunan PLTU Indramayu Baru 1000 MW
Pembangunan PLTU Indramayu Baru 1000 MW
Pembangunan PLTU Jawa Barat Baru 1000 MW
Pembangunan PLTU Indramayu 990 MW
Pembangunan PLTS Upper Cisokan Pump Storage 1000 MW
Pembangunan PLTGU Muara Tawar Add-On 3,4 700 MW
Pembangunan transmisi di Jawa Barat sampai dengan 2015; terdapat 2337 KMS
Pembangunan Jalan Cimanggis-Cibitung 25,39 km
Pembanguna PLTG Sunyaragi 600 MW
Pembangunan PLTGU Muara Tawar Blok 5 234 MW
Pembangunan Jalan Tol Bandung (Pasir Koja-Soreang) 10,57 km;
Pembangunan PLTGU Muara Tawar Add-On 2 150 MW
Pengembangan PLTP Kamojang Unit 5 1 x 40 MW
Pembangunan jalan ruas Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) 60,10 km
Percepatan pengembangan hidro skala besar (4x250 MW) Upper Cisokan di Jawa Barat
Pembangunan tol terusan Pasteur-Ujung Berung-Cileunyi
Pembangunan Jalan Tol Ciawi-Sukabumi
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Pelaku
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
PPP
PPP
PPP
PPP
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 153,447 T
Nilai Investasi
10220
8299
3800
457
304
298
224
163
13650
13000
13000
13000
12870
6500
5600
5242
4400
3000
1872
1430
1200
960
10158
8000
8000
7800
Sistem Logistik Jawa Barat
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Jawa Barat di Kawasan Cekungan
Bandung merupakan pusat
distribusi nasional yang
merupakan pusat distribusi
pertama, sebelum disebarkan ke
pasar yang lebih kecil.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Pendistribusian barang
tilakukan dengan jalur
darat, laut, dan udara
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing Jawa Barat
Jawa Barat
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi Makro
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-0.2
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan Pemerintah
dan Institusi
Jawa Barat berada
dalam urutan ke-4 dari
33 provinsi di Indonesia
dalam daya saing.
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Provinsi Jawa Barat unggul dalam semua indikator penilaian daya saing, yakni stabilitas
ekonomi makro, perencanaan pemerintah dan institusi, kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga
kerja, serta kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur. Akan tetapi pembangunan yang
berkelanjutan harus semakin diperhatikan mengingat nilai indikator yang semakin mendekati
median nasional, sehingga dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi juga diikuti dengan
peningkatan kualitas lingkungan.
JAWA TENGAH
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Jawa Tengah?
Realisasi PMA dan PMDN Jawa Tengah
(Miliar)
40000
Kontribusi PDRB ADHK Jawa Tengah
5%
4%
10%
18%
1%
35000
30000
22%
25000
33%
20000
6%
15000
10000
5000
0
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1%
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Arah investasi di Jawa Tengah terus mengalami peningkatan, baik PMA maupun PMDN.
Pada tahun 2012-2013, PMA mengalami peningkatan yang sangat signifikan, berbeda
dengan PMDN yang meningkat perlahan.
Perekonomian Jawa Tengah dibentuk oleh perkembangan sektor sekunder , yakni
industri pengolahan yang berkontribusi tinggi dalam pembentukan PDRBnya. Sementara
itu, sektor tersier perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor primer pertanian juga
menyumbang tinggi terhadap PDRB Jawa Tengah, yakni 22% dan 18% dari total PDRB
Jawa Tengah.
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Jawa-Bali
-
-
RPJMN 2009-2014
Percepatan pembangunan wilayah perdesaan
Penguatan keterkaitan desa kota
Percepatan pembangunan wilayah selatan Jawa
Penguatan produktivitas ekonomi dan investasi
Percepatan tranformasi struktur ekonomi Jawa-Bali
Percepatan nilai surplus perdaganan internasional
Pengembangan industri unggulan potensial pembekuan ikan, tekstil dan
produk tekstil, roko, kretek, gula pasir, dan semen
Pengembangan jasa pariwisata dan perdagangan
Mempertahankan fungsi Jawa-Bali sebagai salah satu lumbung pangan
nasional
-
Pengembangan pola distribusi penduduk di wilayah Jawa Bali secara lebih
seimbang
Pengurangan tingkat pengangguran di pusat –pusat pertumbuhan ekonomi
Pengurangan tingkat kemiskinan
Pemeliharaan dan pemulihan fungsi kwasan lindung
Pemeliharaan dan pemullhan sumber daya air dan laahn
Penanganan ancaman bencana banjir dan longsor
Peningkatan pemberantasan korupsi
Meminimalkan ancaman terorisme
Pengembangan kapasitas SDM dan peningkatan IPM
Meminimalisasi dampak kerugian akibat kejadian bencana alam
RTR Pulau Jawa-Bali
Pusat Kegiatan Nasional Kedungsepur, Cilacap
PKW:
Magelang, Boyolali, Klaten, Kudus, Pekalongan, Tegal, Kebumen, Wonoso
bo
Kawasan Andalan Bregas
Kaasan Andalan Jawa Tengah Selatan
-
Kawasan Andalan Wanarakuti
Kawasan Andalan Laut Karimunjawa dan sekitarnya
Kawasan Andalan Laut Cilacap dan sekitarnya
Kawasan Andalan Kedungsepur
Kawasan Andalan Subosuka
Kawasan Andalan Borobudur
Arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
- Kawasan perkotaaan
Kedungsepur, Sebosukawonostraten, Bregasmalang, Wanara
kuti, Petanglong, Purwokerto, Magelang, Cilacap, GombongKaranganyar-Kebumen, PurworejoKutoarjo, Wonosobo, Temanggung-Parakan, Cepu, SoloSelo-Borobudur.
- Kawasan Koridor jalur lintas selatan dan pesisir Jawa Tengah
- Kawasan Strategis Ekonomi Kendal
- Kawasan Pelabuhan Tanjutn Emas dan Tanjung Intan
- Kwawasan Agropolitan Jawa Tengah
- Kawasan
Pacangsanak, Cibening, Ratubangnegoro, Pawonsari, Purwo
kulon, KesukoSari, Majenang, Bumiayu
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
- Pengembangan jalan arteri primer, kolektor
primer, jalan strategis nasional, jalan tol
- Pengembangan terminal penumpang tipe A
- Pengembangan terminal penumpang tipe B
- Pengembangan kereta api regional dan komuter
- Pengembangan transportasi sungai dan danau untuk
wisata
- Pengembangan bandar udara umum pengumpul
skala internasional (Ahmad Yani dan Adisumarmo)
dan Bandara Pengumpan (Tunggul
Wulung, Dewandaru)
- Pembangunan jaringan prasarana telekomunikasi
- Pengembangan waduk, embung serta pompanisasi
terkait dengan pengelolaan SD air
- Pengembangan prasarana kelistrikan tenaga
alternatif
- Pengembangan jaringan persampahan
Kebutuhan Investasi Jawa Tengah
1. Investasi minyak dan gas di Cilacap
sebesar 20,51 T
2. Industri makanan, minuman, dan
tekstil di Selatan Jawa Tengah
sebesar 4,73 T
TOTAL INVESTASI 25,24 T
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Investasi
Pembangunan Bendungan Jati Baang (1050 l/s)
Penyediaan SPAM Kota Semarang Barat (1.050 l/s)
Pembangunan PLTU Jawa Tengah Baru 2.000 MW
Pembangunan PLTU Cilacap Baru/Adipala 660 MW
Pembangunan Jalan Tol Semarang-Ungaran (Seksi I) ; UngaranBawen-Solo (Seksi II-V) total 72 km
Pembangunan transmisi di Jawa Tengah sampai dengan 2015;
terdapat 1764 KMS
Pembangunan Matenggeng PS 443 MW
Modernisasi Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
Pembangunan double track Kereta Api dan fasilitas penunjang
prasarana Lintas Pekalongan-Semarang (87,9 Km)
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Pelaku
Pemerintah
Pemerintah
BUMN
BUMN
Nilai Investasi
559
443
26000
8580
BUMN
6200
BUMN
3752
BUMN
BUMN
2876
400
PPP
1800
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 50,610 T
Sistem Logistik Jawa Tengah
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Jawa Tengah berfungsi sebagai
Pusat Distribusi Provinsi dan
memiliki Pelabuhan Tanjung Emas
sebagai pelabuhan primernya.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Pendistribusian barang
tilakukan dengan jalur
darat, laut, dan udara
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing Jawa Tengah
Jawa Tengah
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi Makro
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
-0.1
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan Pemerintah
dan Institusi
Daya saing termasuk
dalam 5 besar tertinggi
di Indonesia
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Daya saing Provinsi Jawa Tengah termasuk dalam lima besar tertinggi yang artinya dilihat dari 4
indikator, yakni stabilitas ekonomi makro, perencanaan pemerintah dan institusi, kondisi keuangan, bisnis
dan tenaga kerja serta kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur di atas rata-rata nasional. Provinsi ini
memang unggul dari 4 indikator ini, tapi perlu diperhatikan pada sisi kualitas lingkungan hidup dan
pembangunan infrastruktur, mengingat gap antara median nasinal dan nilai indikator di Jawa Tengah
kecil, sehingga mengindikasikan mulai terjadi kerusakan lingkungan, meskipun belum dalam tahap
membahayakan. Oleh karenanya dalam jangka panjang, selain pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan
lingkungan juga harus menjadi prioritas pengembangan.
JAWA TIMUR
Bagaimana Realisasi Investasi Kini di Jawa Timur?
Realisasi PMA dan PMDN Jawa Timur (Miliar)
40000
Kontribusi PDRB ADHK Jawa Timur
6%
35000
8%
30000
9%
2%
14%
25%
25000
20000
32%
15000
3%
10000
1%
5000
0
2010
2011
PMA
2012
PMDN
2013
1. PERTANIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
9. JASA-JASA
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
Arah investasi di Jawa terus mengalami peningkatan, baik PMA maupun PMDN. PMA
meskipun masih mendominasi dalam investasi keseluruhan
Perekonomian Jawa Timur dibentuk oleh perkembangan sektor tersier yang
berkontribusi tinggi dalam pembentukan PDRBnya. Sektor tersier ini adalah perdagangan
hotel dan restoran (32%), dan jasa-jasa sebesar 9%. Selain itu, sektor sekunder industri
pengolahan juga menyumbang 25% tehadap PDRB Provinsi Jawa Timur. Hal ini berarti
Prov. Jawa Timur berpotensi untuk pengembangan sektor sekunder dan tersier.
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Jawa-Bali
-
-
RPJMN 2009-2014
Percepatan pembangunan wilayah perdesaan
Penguatan keterkaitan desa kota
Percepatan pembangunan wilayah selatan Jawa
Penguatan produktivitas ekonomi dan investasi
Percepatan tranformasi struktur ekonomi Jawa-Bali
Percepatan nilai surplus perdaganan internasional
Pengembangan industri unggulan potensial pembekuan ikan, rokok
kretek, gula pasir, krupuk
Pengembangan jasa pariwisata dan perdagangan
Mempertahankan fungsi Jawa-Bali sebagai salah satu lumbung pangan
nasional
-
Pengembangan pola distribusi penduduk di wilayah Jawa Bali secara
lebih seimbang
Pengurangan tingkat pengangguran di pusat –pusat pertumbuhan
ekonomi
Pengurangan tingkat kemiskinan
Pemeliharaan dan pemulihan fungsi kwasan lindung
Pemeliharaan dan pemullhan sumber daya air dan laahn
Penanganan ancaman bencana banjir dan longsor
Peningkatan pemberantasan korupsi
Meminimalkan ancaman terorisme
Pengembangan kapasitas SDM dan peningkatan IPM
Meminimalisasi dampak kerugian akibat kejadian bencana alam
RTR Pulau Jawa-Bali
Pusat Kegiatan Nasional Malang, Gerbangkertosusila
PKW
Pacitan, Blitar, Kediri, Jember, Banyuwangi, Probolinggo, Madiun, Bojone goro, Tuban, Pamekasan
Kawasan Andalan Gerbangkertosusila
Kawasan Andalan Malang dan sekitarnya
Kawaan Andalan Kediri-Tulungagung, Blitar
Kawasan Andalan Situbondo-Bondowoso-Jember
Kawasan Andalan Madiun dan sekitarnya
Kawasan Andalan Banyuwangi dan sekitarnya
Kawasan Andalan Madura dan kepulauan
Kawasan Andalan Laut Madura dan sekitarnya
Kawasan Andalan Tuban-Bojonegoro
Arahan RTRW Provinsi Jawa Timur
RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN
- Kawasan Gerbangkertosusilo
- Kawasan industri berteknologi tinggi SIER di Surabaya
dan Berbek di Sidoarjo
- Kawasan ekonomi unggulan di LIS, Pelabuhan Tanjung
Bulupandan, Pelabuhana Sendang Biru, Pelabuhan teluk
Lamong, Industri Perhiasan di Gemopolis
- Kawasan agropolitan
- Kawasan agroindustri
- Kawasan kaki jembatan Suramadu
- Kawasan Perbatasan antar Provinsi
- Kawasan Perbatasan antar Kabupaten/Kota
RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
- Pengembangan jalan arteri primer, kolektor
primer, jalan strategis nasional, jalan strategis
provinsi, jalan tol
- Relokasi jalur kreta api akibat luapan lumpur Lapindo
- Pengembangan jalur kereta api ganda
- Pengembangan jalur kereta api di Pulau Madura yang
terintegrasi dengan perkeretapian di Surabaya
- Pengembagnan jalur kereta api melayang di
Surabaya
- Pengembangan dry port
- Pengembangan bandar udara umum dan khusus
- Pengembangan energi alternatif sesuai dengan
potensi daerah
- Pengembangan gardu listrik
- Pengembangan jaringan terestrial telekomunikasi
- Pengembangan jaringan irigasi
- Pengembangan jaringan air baku
- Pengembangan drainase
- Pengembangan TPA
Kebutuhan Investasi Jawa Timur
1.
2.
3.
4.
Investasi makanan, minuman, tekstil, besi dan
baja serta minyak dan gas di Surabaya 3,56 T
Investasi makanan dan minuman serta minyak
dan gas di Gresik 9,40 T
Investasi galangan kapal di Lamongan 0,40 T
Investasi makanan dan minuman di Pasuruan
2,17 T
TOTAL INVESTASI 15,53 T
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Investasi
Pengembangan Pelabuhan Lamongan
Pembangunan Umbulan Water Supply- 4000 l/s
Pembangunan Rel dalam Surabaya (Surabaya - Pasar Turi-Bandara Juanda 26 km track - elevated)
Pembangunan Rel KA pengganti dampak Lapindo (25 KM)
Pembangunan inner city Surabaya 50 km
Pengembangan Adpel Probolinggo
Pengembangan Pelabuhan Branta
Pembangunan Jalan Tol Probolinggo - Banyuwangi (215 Km)
Pembangunan PLTGU Tuban/Cepu 1500 MW
Pembangunan Jalan Waru-Wonokromo-Tj.Perak-18,6 km;
Pembangunan PLTU Tj. Awar-awar 700 MW
Pembangunan PLTU Paiton 660 MW
Pembangunan PLTU Pacitan 630 MW
Pengerukan kolam pelabuhan dan pembangunan terminal peti kemas di Teluk Lamong
Jalan Tol Pasuruan - Probolinggo 45,32 Km
Pembangunan PLTG Grati 800 MW
Pembangunan PS Grindulu PS 500 MW
Pembangunan Jalan Tol Pandaan-Malang
Jalan Tol Surabaya - Gempol - Pasuruan (32 Km)
Pembangunan transmisi di Jawa Timur sampai dengan 2015; terdapat 1.147 KMS
Pembangunan PLTA Kalikonto 62 MW
Pembangunan Jalan Tol Gempol-Pandaan 13,61 km
Pembangunan PLTA Kesamben 37 MW
Perbaikan Bandara Djuanda, Surabaya
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
Pelaku
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
BUMN
TOTAL INVESTASI INFRASTRUKTUR 101,904 T
Nilai Investasi
2216
1900
760
760
760
406
158
13960
12000
11110
9100
8580
8190
8000
5960
4000
3250
2932
2800
2157
930
890
555
530
Sistem Logistik Jawa Timur
Pelabuhan Domestik dan Jalur Utama Pelayaran Domestik
Alternatif pelabuhan utama di
Jawa Timur adalah Surabaya dan
diharapkan dapat menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi baru.
Pengembangan Pelabuhan Hub-Internasional
Pendistribusian barang
tilakukan dengan jalur
darat, laut, dan udara
Sumber : Sistem Logistik Nasional
Daya Saing Jawa Timur
Jawa Timur
Kualitas Hidup dan
Pembangunan
Infrastruktur
Median Nasional
Stabilitas Ekonomi Makro
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-0.2
Kondisi
Keuangan, Bisnis, dan
Tenaga Kerja
Perencanaan Pemerintah
dan Institusi
Sumber : Tan Khee Giap dkk, 2013
Daya saing Jawa Timur
kedua tertinggi seIndonesia, yang artinya
kemampuan provinsi ini dari
sisi ekonomi
makro, perencanaan
pemerintah, kualitas hidup dan
infrastruktur serta
keuangannya berada di atas
rata-rata Indonesia
Provinsi Jawa Timur memiliki keunggulan dari semua indikator, baik stabilitas ekonomi
makro, perencanaan pemerintah dan institusi, kondisi keuangan, bisnis, dan tenaga kerja serta kualitas
hidup dan infrastruktur. Artinya provinsi ini memiliki kondisi yang jauh lebih baik dibandingkan dengan
kondisi di provinsi lain. Akan tetapi yang perlu menjadi perhatian adalah gap daya saing antara Jawa Timur
masih tinggi jika dibandingkan dengan DKI Jakarta (0,6644 dan 1,7576), sehingga masih dibutuhkan
perbaikan di berbagai sisinya agar mampu mengungguli DKI Jakarta yang selama ini selalu unggul dari sisi
daya saing
KALIMANTAN UTARA
Bagaimana Perkembangan Ekonomi dan Prospek Investasi di Kalimantan
Utara?
Perkembangan PDRB Kalimantan Utara
Kontribusi PDRB Kalimantan Utara
60000000
59000000
23%
58000000
15%
4%
20%
6%
57000000
56000000
22%
5%
55000000
1%
54000000
53000000
52000000
2008
2009
2010
2011
2012
Pertanian
Industri Pengeolahan
Bangunan
Pengangkutan dan Komunikasi
Jasa-Jasa
4%
Pertambangan dan Penggalian
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Perkembangan PDRB Kaltara terus mengalami peningkatan yang cukup tajam. Selain itu, PDRB provinsi ini disusun
oleh sektor primer (Pertanian dan pertambangan dan penggalian) serta sektor tersier (perdagangan dan jasa). Hal ini
berarti potensi investasi di Prov. Kaltara ini potensial karena perekonomiannya yang terus meningkat dengan sgnifikan
dengan arah pengembangan pada sektor primer dan tersier.
Dari sisi geografis, provinsi ini memiliki potensi alam yang luar biasa (perkebunan (kelapa sawit, coklat, kopi), pertanian
(padi, jagung, kedelai), mineral (batu gamping, sirtu, pasir kuarsa, batubara, emas, dan mineral lain)). Wilayah ini juga
merupakan wilayah strategis Iindonesia-Malaysia-Filipina. Kawasan perairannya, salah satunya adalah Ambalat, memiliki
sumber daya minyak dan migas. Selain itu, potensi perikanan dan pariwisata juga masih belum banyak dieksplor, sehingga
berpotensi untuk dikembangkan
Sumber: BKPM dan BPS Provinsi Bali
Arahan RPJMN, RTR Pulau Kalimantan
RPJMN
- Industri energi alternative terbarukan
- Peningkatan produktivitas hasil perkebunan, peternakan, dan tanaman
pangan
RTR Pulau Kalimantan
- Kawasan Andalan Tatapanbuma
(Tarakan, Tanjung
Palas, Nunukan, Bunyu, Malinau)
dan Sekitarnya:
kehutanan, pariwisata, perkebunan
kelapa sawitkaret, perikanan, pertambangan
Arahan RTRW Provinsi Kalimantan Timur (Kaltara belum memiliki RTRW)
RENCANA PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR
- Pengembangan PLT Bio Gas
- Pengembangan Bandara
Bawan, Nunukan
RENCANA PENGEMBANGAN
KAWASAN
- Delta Kayan Food Estate di Bulungan
- Kawasan Perbatasan RI – Malaysia
(Kawasan Strategis Nasional)
Kebutuhan Investasi Kalimantan Utara
No
Proyek Infrastruktur
Peningkatan Jalan Tanjung SelorYanjung Redeb-Maloy (523Km)
2 Kanpei Sei Nyamuk
1
Nilai
Pelaku Investa
si (M)
Pemerintah
550
Pemerintah
192
TOTAL INVESTASI
INFRASTRUKTUR 742 M
Sumber : MP3EI dan PPP Guide Book
TERIMA KASIH
“Power has only one duty-to secure the social welfare of
the people” Benjamin Disraeli
Download