Kata Kunci : Media Audio Visual, Penyuluhan Pertanian

advertisement
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM
PENYULUHAN PERTANIAN
FARIS AHMAD SAPUTRA
I34120112
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “EFEKTIVITAS
PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PENYULUHAN
PERTANIAN” benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan
sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak
mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak kecuali
sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggunjawabkan
pernyataan ini
Bogor, Januari 2016
Faris Ahmad Saputra
NIM I34120112
iii
ABSTRAK
FARIS AHMAD SAPUTRA. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam
Penyuluhan Pertanian. Di bawah bimbingan SUTISNA RIYANTO
Penyuluhan pertanian merupakan sesuatu yang sudah tidak asing di Indonesia. Dari
tahun ke tahun, praktik penyuluhan pertanian berubah mengikuti perkembangan
teknologi dan informasi. Dan saat ni media audio visual digunakan dalam
penyuluhan pertanian sebagai sebuah media atau alat bantu penyebaran informasi
tentang inovasi pertanian kepada para petani. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
mengidentifikasi: 1. Penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian,
2. Jenis media audio visual yang digunakan, 3. Keefektifan penggunaan media
audio visual (video) dalam penyuluhan pertanian, dan 4. Faktor – faktor yang
mempengaruhi efektivitas media audio visual. Penulisan menggunakan metode
analisis data sekunder dari pustaka berupa buku teks, skripsi, tesis, disertasi dan
jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan tema yang diangkat dalam studi
pustaka ini yang kemudian dipelajari, diringkas, dan dibuat analisis sintesis
sehingga menciptakan kerangka penelitian yang baru. Simpulan dari studi pustaka
ini adalah media audio visual dapat digunakan untuk menjadi media penyuluhan
pertanian dan efektif untuk meningkatkan pengetahuan petani. Media audio visual
efektif untuk meningkatkan pengetahuan petani karena media audio visual memiliki
kelebihan seperti visualisasi yang realistis, narasi yang baik, dan materi yang dapat
diterima oleh petani.
Kata Kunci : Media Audio Visual, Penyuluhan Pertanian
ABSTRACT
FARIS AHMAD SAPUTRA. The Effectiveness of Use of Audio Visual Media in
Agricultural Extension. Under guidance of SUTISNA RIYANTO
Agricultural extension is not a new thing in Indonesia. Year by year, agricultural
extension changed following the development of technology and information. And
nowadays audio visual media used in agricultural extension as a media for
spreading informations about agricultural innovation to farmers. The purpose of
this paper is to identify : 1. The using of audio visual media in agricultural
extension, 2. The types of audio visual media in agricultural extension, 3. The
Effectiveness of audio visual media in agricultural extension, and 4. The factors
which affecting the effectiveness of audio visual media. Writing using the secondary
data analysis of the literature in the form of textbooks, thesis, dissertations and
scientific journals that have relevance to the themes raised in this literature study
are then studied, summarized, analyzed, and synthesized for creating a new
research framework. The conclusions of this study is audio visual media can be
used in agricultural extension as a media and effective for farmer’s knowledge
raising. Audio visual media is effective for knowledge raising because audio visual
media has its advantages as a realistic visuals, good narration, and materials that
can be accepted by farmers.
Keywords : Audio Visual Media, Agricultural Extension.
iv
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM
PENYULUHAN PERTANIAN
Oleh
FARIS AHMAD SAPUTRA
I34120112
LAPORAN STUDI PUSTAKA
sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:
Nama Mahasiswa
: Faris Ahmad Saputra
Nomor Pokok
: I34120112
Judul
: EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO
VISUAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Disetujui oleh
Ir. Sutisna Riyanto, MS.
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc.
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan :
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Studi Pustaka berjudul “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA
AUDIO VISUAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN” ini dengan baik dan
lancar. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK
Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Sutisna Riyanto,
MS. sebagai pembimbing yang telah dan selalu memberikan saran dan masukan
selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis
juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta, Ayah saya
Saifudin dan Ibu saya Malilah, beserta semua adik - adik saya, yang selalu berdoa
dan senantiasa melimpahkan memberikan semangat untuk penulis. Terimakasih
juga untuk Tiffany Ramadianti yang tak pernah lupa mengingatkan untuk
mengerjakan laporan ini dan selalu memberikan semangat kepada penulis setiap
harinya. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada segenap temanteman D’Kons yang selalu menemani penulis dalam mengerjakan laporan ini dan
juga teman – teman SKPM 49 yang telah memberikan semangat kepada penulis
dalam proses penulisan laporan ini.
Semoga laporan Studi Pustaka ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
semua pihak.
Bogor,13 Januari 2015
Faris Ahmad Saputra
NIM I34120112
vii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
Metode Penulisan ................................................................................................ 2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ......................................................... 4
Perkembangan Pola Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia .... 4
Media Dan Metode Komunikasi dalam Penyuluhan Agroforestri: Studi Kasus di
Sulawesi Selatan (Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba) dan Sulawesi
Tenggara (Kabupaten Konawe dan Kolaka) ....................................................... 5
Pemanfaatan Aplikasi Multimedia Sebagai Sarana Penyebarluasan Informasi
dan Penyuluhan Pertanian ................................................................................... 7
Pemanfaatan Video Sebagai Media Penyebaran Inovasi Pertanian .................... 8
Pengaruh Visualisasi Gerak dan Foto Pada Media Video Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Petani di Desa Tangkit Baru .......................................................... 9
Efektivitas Media Audio Visual (Video) Terhadap Tingkat Pengetahuan Petani
Ternak Sapi Perah Tentang Kualitas Susu di Desa Indrokilo Kecamatan
Ungaran Barat Kabupaten Semarang ................................................................ 11
Efektifitas Penyuluhan pada PT. TAKII SEED terhadap Petani Kool di Desa
Pikatan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar ............................................ 12
Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan
Petani Tentang Pupuk Agrodyke ....................................................................... 14
Pengaruh Bentuk Visualisasi dan Format Narasi Video Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Tentang Pengolahan Yogurt Rumahan ........................................ 15
Efektifitas Penggunaan Multimedia Dalam Penyuluhan Pemupukan Padi Sawah
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani di Desa Bungaraya Kecamatan
Bungaraya Kabupaten Siak ............................................................................... 17
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 19
Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian ......................................................... 19
Media Audio Visual dalam Penyuluhan Pertanian ............................................ 22
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Audio Visual ............ 24
Dalam Penyuluhan Pertanian ............................................................................ 24
SIMPULAN .......................................................................................................... 26
Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................. 26
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi .................................... 26
viii
Usulan Kerangka Analisis Baru ........................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 32
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Komunikasi SMCR Searah (Sadono 2009) .............................. 20
Gambar 2 Model Komunikasi Media Forum (Sadono 2009) ............................... 21
Gambar 3 Model Komunikasi Jejaring (Sadono 2009)......................................... 22
Gambar 4 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 28
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang
melimpah, khususnya di sektor pertanian. Oleh karena itu, Indonesia dijuluki
sebagai negara agraris. Dengan keadaan seperti itu, sebagian besar penduduk
Indonesia bekerja sebagai petani. Menurut data Sensus Pertanian 2013, 31,70 juta
orang Indonesia bekerja sebagai petani. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
orang Indonesia sangat bergantung kepada sektor pertanian untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Namun sayangnya kesejahteraan petani masih terbilang
rendah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, tingkat
kesejahteraan petani Indonesia berdasarkan Nilai Tukar Petani (NTP) kian menurun
sejak tahun 2012 sebesar 105,2 persen hingga 102 persen di tahun 2014. Oleh
karena itu dibutuhkan pembangunan pertanian yang bisa meningkatkan
kesejahteraan petani.
Menurut data Kementerian Pertanian tahun 2014 sumber daya manusia
memang menjadi salah satu masalah dalam pembangunan pertanian. Pembangunan
pertanian diartikan serangkaian berbagai upaya untuk mengembangkan kapasitas
masyarakat pertanian, khususnya memberdayakan petani, peternak, dan nelayan,
agar mampu melaksanakan kegiatan usaha ekonomi produktif secara mandiri dan
selanjutnya mampu memperbaiki kehidupannya sendiri (Solahuddin 2009).
Keberhasilan pembangunan pertanian antara lain ditentukan oleh kemampuan
sumber daya manusia dalam mengelola informasi pertanian sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Nurfathiyah dan Suratno 2011).
Kebutuhan informasi menjadi sarana produksi pertanian selain lahan, modal, tenaga
kerja dan teknologi, karena ketersediaan informasi membantu petani dalam
mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi permintaan pasar dari
produk yang dihasilkan petani. Selain itu informasi dapat membantu petani dalam
menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan kuantitas produk yang mampu
bersaing dipasar. Ketersediaan informasi seperti informasi tentang inovasi
pertanian merupakan hal penting dalam pembangunan pertanian untuk
meningkatkan kesejahteraan petani.
Saat ini petani bisa mendapatkan informasi tentang pertanian dari
penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan suatu pendidikan bagi para
petani dan keluarganya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Penyuluhan
merupakan sebuah proses yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
mengembangkan wawasan petani terhadap suatu masalah serta membantu petani
memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah
yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai
berbagai alternatif tindakan (van den Ban dan Hawkins 1999). Jelas sekali bahwa
penyuluhan pertanian bisa membantu sumber daya manusia pertanian untuk
berkembang dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Slamet (1987) memiliki
sebuah gagasan bahwa penyuluhan pertanian yang efektif ialah yang dapat
menimbulkan perubahan informasi pada diri individu – individu petani, atau
memberi informasi baru kepada mereka, memperbaiki kemampuannya, memberi
2
kemampuan – kemampuan dan kebiasaan – kebiasaan baru, dan menumbuhkan
perasaan – perasaan tertentu terhadap sesuatu yang dikehendaki.
Pemilihan metode dan media sebuah penyuluhan pertanian juga
mempengaruhi keberhasilan sebuah penyuluhan pertanian. Saat ini banyak sekali
media yang bisa digunakan untuk melakukan penyuluhan pertanian. Salah satunya
adalah media audio visual (video). Walaupun awalnya media audio visual sudah
ditinggalkan karena tidak praktis, namun saat ini media audio visual digunakan
kembali sebagai media atau alat bantu dalam penyuluhan pertanian. Studi tentang
jaringan komunikasi menunjukkan bahwa masyarakat petani di Indonesia sudah
terbiasa menerima informasi melalui media elektronik, selain media personal dan
media cetak (Anthy 2002; Sopiana 2002; Ellyta 2006 dalam Hubeis 2007). Video
sebagai media elektronik adalah media komunikasi yang memiliki unsur audiovisual (narasi, musik, dialog, sound effect, gambar atau foto, teks, animasi, grafik)
sebagai keunggulannya dibanding dengan media komunikasi massa lainnya (Tubbs
dan Moss 1994; De Vito 2001 dalam Hubeis 2007). Saat ini penyuluhan pertanian
pun sudah banyak yang menggunakan media audio visual (video) karena lebih
menarik dan dapat merubah perilaku petani. Video sebagai media instruksional
dapat menunjukkan cara penggunaan suatu produk tahap demi tahap dan sekaligus
menggugah perasaan dan menarik minat dengan tujuan terjadi perubahan perilaku
(Laura 2002; Devito 2001 dalam Hubeis 2007). Petani mendapatkan informasi dari
penyuluhan pertanian yang menggunakan media audio visual lalu dengan informasi
tersebut petani bisa mengembangkan produk pertanian mereka dan menyukseskan
pembangunan pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Tujuan Penulisan
Faktor ketersediaan informasi merupakan faktor penting dalam
menyukseskan pembangunan pertanian di Indonesia yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia. Oleh karena itu pemerintah
melalui BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan) menjadi
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Penyuluhan Badan Pelaksana Penyuluhan
Kabupaten/Kota atau kelembagaan yang menangani penyuluhan di kabupaten/kota
yang menyelenggarakan fungsi penyuluhan di kecamatan. Penyuluhan dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode dan media. Media audio visual (video) bisa
digunakan untuk penyuluhan pertanian karena memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan media lainnya. Oleh karena itu studi pustaka ini bertujuan
untuk mengidentifikasi penggunaan media audio visual dalam penyuluhan
pertanian, jenis media audio visual yang digunakan, keefektifan penggunaan media
audio visual (video) dalam penyuluhan pertanian dan faktor – faktor yang
mempengaruhi efektivitas media audio visual.
Metode Penulisan
Metode yang dilakukan dalam studi pustaka ini adalah dengan menganalisis
data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Data sekunder tersebut
mencakup, antara lain jurnal, disertasi, tesis dan buku-buku mengenai penggunaan
media audio visual (video) dalam penyuluhan pertanian. Selanjutnya bahan-bahan
bacaan tersebut dipelajari, diringkas dan disusun menjadi sebuah ringkasan studi
pustaka. Kemudian ringkasan studi pustaka tersebut dianalisis dan sintesis. Sampai
pada akhirnya adalah penarikan hubungan dari semua langkah-langkah yang telah
3
dilakukan untuk dapat memunculkan kerangka teoritis yang akan menjadi rumusan
pertanyaan bagi penelitian yang akan dilakukan.
4
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume , halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Perkembangan Pola Komunikasi Dalam
Penyuluhan Pertanian di Indonesia
: 2009
: Jurnal
: Elektronik
: Dwi Sadono
: Jurnal Komunikasi Pembangunan
: Volume 7, nomor 2, halaman 43 – 56
: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/a
rticle/viewFile/5687/4315
: 7 Desember 2015 , pukul 14.47 WIB
Ringkasan
Sektor pertanian peranannya dalam perekonomian nasional meskipun sudah
semakin menurun, namun masih tetap penting dan strategis. Hal ini terutama karena
sektor pertanian masih memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar
penduduk yang ada di pedesaan dan menyediakan bahan pangan bagi penduduk.
Kontribusi penting penyuluhan pertanian untuk meningkatkan pembangunan
pertanian dan peningkatan produksi pangan telah menyebabkan cepatnya
perkembangan minat orang dalam penyuluhan selama beberapa dekade terakhir.
Dalam proses diseminasi inovasi pertanian kepada petani, maka komunikasi
memegang peranan penting. Untuk itu dalam tulisan ini dibahas perkembangan
proses komunikasi dalam penyuluhan pertanian di Indonesia terutama sejak masa
“revolusi hijau” dan masa sesudahnya.
Beberapa model komunikasi yang digunakan untuk penyuluhan pertanian
di Indonesia adalah : 1. Model SMCR Searah; 2. Model Hierarkhis Dua Arah; 3.
Model Komunikasi Forum Media; 4. Model Komunikasi Jejaring (The Network
Model); 5. Model Siklus Pengalaman Belajar (Experiental Learning Cycle).
Kesimpulan dari artikel ini menunjukkan bahwa pola komunikasi yang
dikembangkan dalam penyuluhan pertanian di Indonesia mengalami perkembangan
dari waktu ke waktu. Pada awalnya pola komunikasi yang dikembangkan adalah
pola komunikasi yang bersifat linear dari pemerintah atau peneliti melalui penyuluh
kepada petani. Sejalan dengan perkembangan pemahaman pemerintah atau peneliti,
kemajuan yang dialami oleh petani, tuntutan demokratisasi di berbagai bidang,
maka pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian juga
mengalami perubahan ke arah pola komunikasi yang partisipatif dan dialogis
sehingga diharapkan akan lebih mampu memenuhi kebutuhan petani.
Analisis
Model – model komunikasi untuk penyuluhan berkembang seiring
berjalannya waktu. Setiap model memiliki kelebihan dan kelemahannya masing –
masing. Model yang perlu diperhatikan adalah model Komunikasi Forum Media.
Model ini didasarkan pada model komunikasi dua tahap (two step flow model) yang
memberikan peranan media massa yang dihubungkan dengan komunikasi antar
pribadi. Dalam model ini masyarakat dipandang sebagai individu-individu yang
5
saling berinteraksi dan media massa dipandang tidak terlalu kuat mempengaruhi
khalayak secara langsung. Dalam model ini, pada tahap pertama informasi dari
media massa disampaikan kepada opinion leader (pemuka pendapat) atau
merupakan tahap transfer informasi. Pada tahap kedua, informasi dari pemuka
pendapat disampaikan kepada khalayak atau pengikutnya. Di Indonesia sendiri
dimulai dengan adanya kelompok pendengar (mendengarkan radio) namun
kelompok pendengar tidak bertahan lama karena ada beberapa masalah. Selain itu
ada kelompok pembaca (Koran Masuk Desa). Dengan berkembangnya teknologi
televisi (TV), pada dekade 1980-an kemudian berkembang pula forum TV. TV
dipandang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media lainnya karena
mampu menyampaikan pesanpesannya secara audio visual secara serentak
sehingga berhasil memikat lebih banyak khalayak daripada media massa lainnya.
Selama era Orde Baru, kehadiran TV di Indonesia memiliki kontribusi bagi
pengembangan kelompok pemirsa. Pada akhir dekade 1980-an, ketiga kelompok
forum media kemudian digabungkan namanya menjadi kelompok pendengar,
pembaca dan pirsawan (kelompencapir). Kelompencapir ini juga menurun
peranannya sejalan dengan meningkatnya pemilikan media TV serta dominannya
persepsi pemirsa dalam memandang TV sebagai sumber hiburan.
2.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Prosiding
Volume , halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Media Dan Metode Komunikasi dalam
Penyuluhan Agroforestri: Studi Kasus di
Sulawesi Selatan (Kabupaten Bantaeng dan
Bulukumba)
dan
Sulawesi
Tenggara
(Kabupaten Konawe dan Kolaka)
: 2013
: Prosiding
: Elektronik
: Enggar Paramita, Endri Martini, James M.
Rosethko
: Prosiding Seminar Nasional Agroforestri
:
- , halaman 488 – 493
: http://www.worldagroforestry.org/sea/Publicat
ions/files/paper/PP0341-14.pdf
: 12 Oktober 2015 , pukul 11.46 WIB
Ringkasan
Ketersediaan dan akses informasi seringkali memegang peranan penting
dalam menentukan kemajuan suatu masyarakat. Kurangnya komunikasi dan
penyebaran informasi yang memadai merupakan hal-hal yang menghambat
tercapainya kemajuan pertanian yang berkelanjutan di banyak negara-negara
berkembang. Di bidang pertanian dan agroforestri, penyebaran informasi yang
dilakukan melalui penyuluhan dan metode komunikasi lainnya akan membantu
petani memperoleh inovasi dan solusi guna memperbaiki sistem pengelolaan kebun
agroforest-nya sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan menjaga kelestarian
lingkungan. Berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, setiap desa idealnya mempunyai paling tidak
satu orang penyuluh pertanian. Namun yang sering ditemui di lokasi penelitian
adalah satu penyuluh menangani 3-4 desa sehingga tidak semua desa dapat
6
menerima penyuluhan. Kondisi kekurangan tenaga penyuluh ini dihadapi baik di
Bantaeng, Bulukumba, Konawe dan Kolaka (Martini et al 2012). Keterbatasan
tersebut salah satunya dapat dijembatani melalui media komunikasi dan media
komunikasi massal yang berpotensi untuk membantu penyebaran informasi
agroforestri dan pertanian agar menjangkau masyarakat yang lebih luas. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui media dan metode komunikasi yang disukai oleh
petani dalam menerima informasi guna merumuskan program penyuluhan
agroforestri yang efektif dan efisien untuk petani.
Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner
terstruktur pada 146 petani (86 petani laki-laki dan 60 petani perempuan), yang
dipilih secara acak dari 12 desa di Sulawesi Selatan (Kabupaten Bantaeng dan
Bulukumba) dan Sulawesi Tenggara (Kabupaten Konawe dan Kolaka). Desa-desa
dipilih berdasarkan jarak desa dengan pusat kabupaten, yaitu dekat (<10 km dari
pusat kabupaten), sedang (20-40 km dari pusat kabupaten), dan jauh (>40 km dari
pusat kabupaten). Data yang dikumpulkan terdiri data personal petani (tingkat
pendidikan, suku, jumlah penggunaan lahan yang dikelola), ketersediaan media dan
alat komunikasi di desa, dan preferensi petani dalam metode komunikasi untuk
mendapatkan informasi pertanian. Data tentang kondisi sosial ekonomi masingmasing desa diperoleh dari data BPS. Analisis kuantitatif dengan analysis of
variance (ANOVA) dilakukan terhadap data yang terkumpul.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa untuk mengoptimalkan penyebaran
informasi agroforestri, maka media komunikasi seperti video, poster, buku, TV dan
radio dapat digunakan. Video dalam bentuk DVD/VCD serta poster/leaflet walau
belum banyak diterima oleh petani, berpotensi sebagai media penyuluhan yang
efektif, karena audiovisual serta melihat (gambar) diakui sebagai salah satu metode
komunikasi yang disukai. TV dan radio sebagai media massa utama sangat
berpotensi untuk menyebarkan informasi agroforestri di Indonesia walau
keberadaan program bertema pertanian dan agroforestri masih terbatas. Di keempat
lokasi penelitian, radio memiliki keunggulan karena dapat menjangkau hingga ke
daerah terpencil. Ditambah lagi, radio mampu menjawab keterbatasan infrastruktur
listrik yang menyebabkan media TV tidak bisa digunakan, karena radio dapat
dioperasikan dengan tenaga baterai dan dapat didengarkan melalui handphone.
Analisis
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah
sebuah media yang menarik untuk penyuluhan karena audiovisual serta melihat
(gambar) diakui sebagai salah satu metode komunikasi yang disukai, baik itu laki –
laki atau wanita dan orang yang berpendidikan rendah atau tinggi. Jurnal ini sudah
cukup baik dan mudah dipahami karena menampilkan hasilnya dengan
menggunakan grafik yang mudah dipahami dan interpretasi terhadap grafiknya pun
jelas.
Selain itu ditemukan pula bahwa di Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi
Sulawesi Tenggara, radio, TV, dan handphone dinilai sebagai media yang paling
efektif. Keberadaan TV dan radio sebagai media massa yang paling disukai, sangat
disarankan penggunaannya untuk menjangkau lebih banyak orang. Akan tetapi saat
ini tidak banyak acara TV yang berfokus pada topik pertanian maupun agroforestri.
Sedangkan untuk radio, sudah terdapat siaran pemberdayaan masyarakat di radio
nasional (Siaran Pedesaan di Radio Republik Indonesia) serta beberapa radio
7
komunitas bertema khusus pertanian yang digagas oleh pemerintah contohnya
Radio Pertanian Ciawi (Bogor), Radio Pertanian Wonocolo (Surabaya), Radio Citra
Pertanian (Palu) walau jumlahnya masih terbatas.
3.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Prosiding
Halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Pemanfaatan Aplikasi Multimedia Sebagai
Sarana Penyebarluasan Informasi dan
Penyuluhan Pertanian
: 2009
: Prosiding
: Elektronik
: Eko Nugroho
: Prosiding Seminar Nasional Himpunan
Informatika Pertanian Indonesia 2009
: Halaman 1 – 7
: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/3
1466
: 7 Desember 2015 , pukul 15.26 WIB
Ringkasan
Saat ini aplikasi multimedia telah menjadi suatu kebutuhan, bagi kalangan
bisnis ataupun kelompok masyarakat lainnya. Pada saat ini, informasi tidak cukup
hanya melalui teks dan grafik saja. Sekarang informasi mencakup kelengkapan
teks, grafik, animasi, gambar dan audio/video. Audio/video, gambar, teks, grafik
serta animasi telah diaplikasikan dalam berbagai bidang, misalnya untuk bidang
promosi maupun pendidikan yang dapat digunakan sebagai alat tutorial yang
canggih. Termasuk dalam menyebarluaskan informasi dan penyuluhan pertanian.
Untuk bidang pertanian layanan multimedia dapat digunakan sebagai sarana untuk
penyebarluasan informasi promosi produk-produk agribisnis, budidaya, maupun
sarana pendidikan khususnya penyuluhan pertanian. Dengan memanfaatkan
berbagai sarana infrastruktur yang telah disebutkan diatas maka penyebarluasan
informasi pertanian dapat disajikan baik versi statis (offline) maupun interaktif.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran secara
singkat mengenai pengembangan serta model-model aplikasi multimedia yang
telah dibangun di Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian.
Secara umum, pemanfaatan aplikasi multimedia sebagai sarana penyebaran
informasi dan penyuluhan pertanian memberikan gambaran bagaimana multimedia
dapat dikembangkan dengan berbagai macam model untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan informasi pertanian. Model-model yang telah dikembangkan
antara lain adalah : 1. Video Tutorial yang berbasis time based stand alone; 2.
Multimedia Interaktif yang berbasis event based stand alone dan dilengkapi dengan
modul video tutorial; 3. Portal Penyuluhan dan Sarana Informasi Publik yang
merupakan kombinasi antara page based dan event based dengan memanfaatkan
infrastruktur jaringan komputer (LAN) dan internet.
Analisis
Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian telah
mengembangkan beberapa aplikasi Multimedia Informasi Pertanian dengan
berbagai format, salah satunya yaitu video tuorial. Video Tutorial yang
8
dikembangkan disini adalah berkategori time based yang di distribusikan dalam
bentuk DVD Video (stand alone). Tujuan dari kegiatan pengembangan aplikasi ini
adalah untuk menyusun dan merancang sistem multimedia untuk membantu dalam
penyampaian materi teknologi informasi dan pengetahuan di bidang pertanian.
Adapun sasarannya adalah terciptanya penyampaian materi teknologi informasi dan
pengetahuan di bidang pertanian dalam bentuk multimedia. Manfaat utama dari
kegiatan ini adalah : 1. Terdokumentasinya materi pelatihan dalam bentuk
multimedia, baik secara presentasi maupun secara interaktif; 2. Pengguna Sistem
Informasi dapat dengan mudah menggunakan/memanfaatkan materi pelatihan
secara interaktif.
Namun demikian aplikasi-aplikasi yang telah terbangun tersebut perlu
dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal, untuk mencapai tujuan tersebut
beberapa strategi sosialisasi dan pengembangan perlu segera dilakukan seperti :
promosi yang handal, pengembangan fitur aplikasi yang lebih baik hingga masalah
kompatibilitas antar sistem.
4.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume , halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Pemanfaatan Video Sebagai Media Penyebaran
Inovasi Pertanian
: 2011
: Jurnal
: Elektronik
: Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty
Siata, Aulia Farida dan Aprollita
: Jurnal Pengabdian pada Masyarakat
: Nomor 52, halaman 30 – 36
: http://online-journal.unja.ac.id/
index.php/jlpm/article/download/92/81
: 12 Oktober 2015 , pukul 11.40 WIB
Ringkasan
Artikel ini menjelaskan tentang bagaimana cara membuat video yang baik
untuk menyebarkan inovasi pertanian. Pengabdian ini dilaksanakan di Aula
Rektorat Lantai 3 Kampus Mendalo Darat pada tanggal 29 Oktober 2011, yang
diikuti oleh mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang telah
mengontrak mata kuliah teknologi informasi dan multimedia. Materi kegiatan
terdiri dari : fungsi, peranan, pemanfaatan video sebagai media penyebaran inovasi
pertanian dan teknik pengambilan gambar untuk pembuatan video. Selanjutnya
mahasiswa dilatih mengenai teknik pengambilan gambar untuk pembuatan video.
Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat ditarik kesimpulan yaitu : 1.
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jambi sebagai peserta memberikan
respon positif, hal ini terbukti dari banyaknya peserta yang mengikuti kegiatan dan
manfaat yang mereka peroleh yaitu mendapat pengetahuan tentang pembuatan
media video; 2. Meningkatkan kerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas
Jambi dengan dinas terkait seperti dinas pertanian tanaman pangan, Balai
penyuluhan teknologi pertanian (BPTP) dan media massa; 3. Membantu Fakultas
Pertanian Universitas Jambi dalam upaya mendapatkan video penyuluhan sebagai
bahan penyuluhan di daerah binaan.
9
Analisis
Video merupakan salah satu media massa jenis elektronik yang berfungsi
untuk menyampaikan informasi kepada audiens sasaran agar terjadi perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilan (Kuswadi, 1996). Menurut Sudjana dan Rivai
(1992) manfaat media video yaitu : 1. Dapat menumbuhkan motivasi; 2. Makna
pesan akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami oleh petani dan
memungkinkan terjadinya penguasaan dan pencapaian tujuan penyampaian
informasi; 3. Metode penyuluhan akan bervariasi tidak semata-mata melalui
komunikasi ceramah; 4. Audiens akan lebih banyak melakukan aktivitas selama
kegiatan belajar tidak hanya mendengar tetapi juga mengamati,
mendemonstrasikan, melakukan langsung dan memerankan.
Perkembangan pada bidang teknologi video menyebabkan pemakaian
medium ini semakin meluas. Video telah mengalami perubahan bentuk menjadi CD
atau DVD yang mampu menampilkan pesan menggunakan gambar, suara, musik
dan teks. Video mempunyai keunggulan sebagai media penyebaran inovasi
pertanian yaitu : 1. Memperlihatkan gerak; 2. Mempermendek jarak dan waktu; 3.
Memperlihatkan fenomena yang tidak dapat dilihat dengan mata; 4.
Mengkomunikasikan pesan kepada pemirsa (audiens) yang spesifik; 5. Dapat
digunakan berulang-ulang kali; 6. Dapat mengurangi sequence secara akurat; 7.
Mampu memancing emosi; 8. Berisi visualisasi dan suara (Pribadi, 2003). Video
sebagai media penyebaran inovasi pertanian merupakan upaya seorang ahli untuk
menyampaikan pesan sehingga terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan audiens yang menyaksikan tayangan video. Dalam pembuatan video
pun dibutuhkan sebuah pengembangan pesan. Pengembangan pesan bertujuan agar
alur cerita yang ditayangkan dalam video dapat menciptakan suasana yang menarik
dan memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan audiens untuk menerima
inovasi.
5.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume , halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Pengaruh Visualisasi Gerak dan Foto Pada
Media
Video
Terhadap
Peningkatan
Pengetahuan Petani di Desa Tangkit Baru
: 2011
: Jurnal
: Elektronik
: Pera Nurfathiyah dan Tri Suratno
: Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
: Vol. 13, No 1 , halaman 43 – 52
: http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=12266&val=894
: 12 Oktober 2015, pukul 11.49 WIB
Ringkasan
Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang dialami oleh petani – petani
nanas di desa Tangkit Baru Kabupaten Muara Provinsi Jambi. Untuk memberikan
nilai tambah dari nanas yang mereka peroleh, para petani mengolah nanas tersebut
10
menjadi dodol nanas. Namun dodol yang diproduksi oleh mereka memiliki kualitas
yang buruk. Para petani tidak mengetahui bagaimana cara membuat dodol yang
memiliki rasa yang enak, tahan lama, dan memiliki prospek pasar. Hal ini membuat
dodol nanas yang mereka buat tidak laku di pasar. Peneliti melihat sebuah kasus di
Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat yang berbanding terbalik dengan kasus para
petani di desa Tangkit Baru. Perusahaan dodol nanas Mekar Sari memiliki kualitas
dodol nanas yang baik. Dengan adanya dua kasus tersebut diperlukan upaya untuk
meningkatkan kualitas dodol nanas melalui penyampaian informasi bagaimana
membuat dodol nanas dengan kualitas yang baik sehingga petani dapat mengetahui
dan memahami bagaimana membuat dodol nanas melalui media video. Media video
dipilih karena memiliki keunggulan dalam mengkombinasikan teks, grafik, suara
dan visualisasi sehingga petani dapat melihat langsung tayangan yang ada di
Kabupaten Subang. Penelitian ini dilakukan oleh Pera Nurfathiyah dan Tri Suratno
dengan tujuan menentukan dan menganalisis bentuk visualisasi yang paling efektif
untuk meningkatkan pengetahuan petani di desa Tangkit Baru. Bentuk visualisasi
yang digunakan terdiri dari dua yaitu visualisasi gerak dan foto.Peneliti ingin
melihat manakah bentuk visualisasi yang paling efektif dalam video untuk
meningkatkan pengetahuan petani.
Penentuan populasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan kriteria
kepala keluarga, petani pengusaha dodol nanas, tidak buta huruf, pendidikan
minimal SLTP dan berumur maksimal 55 tahun. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen murni (true experiment) dengan desain faktorial
menggunakan uji pretest dan posttest control group design. Peubah bebas terdiri
dari visualisasi gerak dan visualisasi foto. Perubah tidak bebas dalam penelitian ini
adalah peningkatan pengetahuan petani setelah menyaksikan media video tentang
pengolahan dodol nanas.
Hasil dari penelitian ini adalah penyampaian pesan dengan kombinasi
visualisasi gerak lebih efektif daripada menggunakan visualisasi foto untuk
meningkatkan pengetahuan responden tentang pengolahan dodol nanas melalui
media video dan penyampaian pesan dengan menggunakan gerak lebih efektif
karena kemampuan media video dalam menampilkan gambar secara nyata sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
Analisis
Dalam kasus ini media audio visual (video) digunakan dalam penyuluhan
untuk memberikan informasi kepada para petani nanas di desa Tangkit Baru tentang
bagaimana membuat dodol nanas dengan kualitas yang baik sehingga petani dapat
mengetahui dan memahami bagaimana membuat dodol nanas yang baik. Hasilnya
adalah adanya peningkatan pengetahuan petani tentang bagaimana membuat dodol
nanas dengan kualitas yang baik. Peningkatan itu ditunjukkan oleh hasil pretest dan
posttest.
Dari artikel ini pun diketahui bahwa video yang menggunakan visualisasi
gerak lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden (petani) daripada
visualisasi foto. Hal ini terjadi karena penggunaan bentuk visualisasi gerak
menampilkan gambar secara nyata (live) sehingga mampu menggugah minat dan
11
keingintahuan responden untuk mengikuti tayangan. Peningkatan pengetahuan
responden tentang pengelolaan dodol nanas secara nyata diakibatkan oleh tayangan
video yang diberikan kepada responden. Namun sayangnya, belum ada penjelasan
apakah para responden (petani) mampu menerapkan pembuatan dodol dengan baik
atau tidak. Karena hanya dijelaskan tentang peningkatan pengetahuan (kognitif)
belum menjelaskan apakah dodol nanas yang mereka buat bisa bersaing di pasar
atau tidak.
6.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume , halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Efektivitas Media Audio Visual (Video)
Terhadap Tingkat Pengetahuan Petani Ternak
Sapi Perah Tentang Kualitas Susu di Desa
Indrokilo
Kecamatan
Ungaran
Barat
Kabupaten Semarang
: 2012
: Jurnal
: Elektronik
: S. Hamtiah., S. Dwijatmiko., S. Satmoko.
: Animal Agriculture Journal
: Volume 1, Nomor 2, halaman 322 – 330
: http://ejournal-s1.undip.ac.id/
index.php/aaj/article/viewFile/1355/1376
: 12 Oktober 2015 , pukul 18.44 WIB
Ringkasan
Tingkat pengetahuan dan kesadaran peternak sapi perah terhadap
pentingnya kualitas susu di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan
negara-negara lainnya. Melihat keadaan tersebut, perlu adanya sosialisasi
membangun kesadaran pentingnya kualitas susu terutama bagi peternak sapi perah,
karena hasil produksi susu dari ternak-ternaknya berpengaruh besar terhadap
kualitas produk-produk susu. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan
penelitian pentingnya manajemen pemeliharaan dan manajemen pasca panen
dengan metode penyuluhan dengan menggunakan media audio visual (video).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan
tentang kualitas susu sebelum dan sesudah pemutaran media audio visual, dan
mengetahui perubahan pengetahuan tentang kualitas susu sesudah pemutaran media
audio visual di Desa Indrokilo Kec. Ungaran Kab. Semarang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen pre-test dan
post-test Penyuluhan dilakukan satu kali. Pemberian perlakuan yang sama sebelum
dan sesudah melihat audio visual (video) baik waktu, tempat dan peralatan yang
sama dengan tujuan memperoleh kondisi peternak responden yang sama.
Perubahan pengetahuan peternak tentang kualitas susu segar diukur dengan
menggunakan test tertulis menggunakan kuesioner dengan 20 pertanyaan.
Hasil penelitian ini adalah pengetahuan peternak sapi perah tentang
manajemen pemeliharaan dan manajemen pasca panen meningkat dan tentang
kualitas susu segar. Media audio visual (video) memiliki peranan dalam
meningkatkan pengetahuan responden.
12
Analisis
Media audio visual (video) digunakan untuk mensosialisasikan informasi
tentang kualitas susu segar yang baik. Media audio visual (video) merupakan media
yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan responden. Hal ini disebabkan
karena media audio visual (video) lebih menarik, tidak membosankan karena
bergambar hidup dan mudah dipahami. Responden lebih tertarik untuk menonton
(melihat) dan mendengarkan, sehingga peningkatan pengetahuan responden
menjadi lebih baik. Selain itu hal ini terjadi dikarenakan media audio visual (video)
memiliki beberapa kelebihan, yaitu media gambar hidup yang dapat dilihat dan
didengar secara bersamaan. selain dipengaruhi oleh penyuluhan dengan media
audio visual (video).
Adanya peningkatan pengetahuan yang diperoleh juga dipengaruhi oleh
faktor kondisi peternak dari segi usia, pendidikan dan pengalaman beternak yang
homogen. Usia peternak dari 31 tahun hingga 67 tahun, pendidikan responden dari
SD (21 peternak), SMP (12 peternak), SMA (6 peternak), dan S1 (1 peternak).
Pengalaman beternak yang berbeda-beda dari 0-5 tahun beternak hingga 26-30
tahun. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar peluang tingkat
pengetahuan yang dipeorleh, selain tinggi redahnya pendidikan, lama pengalaman
beternak juga berpengaruh besar terhadap tingkat pengetahuan, semakin lama
semakin besar peluang peningkatan pengetahuan, sebaliknya dari factor usia,
semakin tua umur peternak yaitu 60 tahun keatas maka daya ingat yang ditangkap
berkurang sehingga pengetahuan yang diperoleh tetap.
7.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume , halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Efektifitas Penyuluhan pada PT. TAKII SEED
terhadap Petani Kool di Desa Pikatan,
Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar
: 2011
: Jurnal
: Elektronik
: Eko Murdiyanto
: SEPA
: Volume 8, Nomor 1, halaman 42 – 49
: agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/06SEPA-Efektifitas-penyuluhan-EKOMURDIYANTOUPNyk-revisi.pdf
: 5 Oktober 2015 , pukul 15.58 WIB
Ringkasan
PT. TAKII SEED adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
pertanian dan menjalin kerjasama dengan petani di Desa Pikatan yang sebelumnya
menanam kool jenis summer autumn untuk mengembangkan tanaman kool jenis TI
157 yang merupakan kool yang ditanam di dataran rendah pada musim kemarau.
Kool jenis TI 157 memiliki keunggulan dalam memperoleh krop yang seragam dan
13
memiliki waktu panen yang lebih cepat. Petani di Desa Pikatan telah
membudidayakan kool jenis summer autumn secara turun temurun sampai
sekarang. Oleh karena itu PT. TAKII SEED dalam mengembangkan kool jenis baru
perlu mengembangkan model penyuluhan yang dapat diterima oleh petani di Desa
Pikatan. Penelitian ini bertitik tolak dari asumsi bahwa pengunaan metode
penyuluhan yang berbeda akan memberi dampak yang berbeda terhadap petani di
Desa Pikatan. Oleh karena itu perlu dilihat efektivitas penyuluhan terhadap petani
di Desa Pikatan dalam penerimaan teknologi baru berupa tanaman kool TI 157. PT.
TAKII SEED sendiri melakukan penyuluhan dengan tiga metode, yaitu : 1.
Penggunaan audio visual (penyuluhan dengan menggunakan film dalam format
VCD sebagai media); 2. Farmer meeting (pertemuan petani yang dihadiri oleh
semua petani yang mengusahakan kool TI 157 dalam satu ruangan yang biasanya
dilakukan di rumah petani sekaligus pengepul; 3. Farmer Field Day (sehari di lahan
petani).
Untuk menganalisis model penyuluhan yang digunakaan PT. TAKII SEED
dan efektivitas penyuluhan digunakan analisis deskriptif, yaitu meneliti status
sekelompok manusia, obyek, satu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Efektivitas penyuluhan diukur dalam
efektivitas terhadap pesan, media, dan efektifitas terhadap penuluh. Teknik analisis
dengan menggunakan skala likert dalam skor 1-3. Efektivitas penyuluhan
dikategorikan kedalam efektivitas rendah, sedang dan tinggi. Efektivitas
penyuluhan rendah apabila skor yang dicapai 22 – 36, efektivitas penyuluhan
sedang 37 – 51 dan Efektivitas penyuluhan tinggi apabila mencapai skor 52-66.
Efektivitas penyuluhan dengan menggunakan ketiga metode termasuk tinggi,
metode audio visual dengan skor 65,8 (99,64%), metode Farmer Meeting dengan
skor 65,65 (99,47%), metode Farmer Field Day dengan skor 62,2 (98,73%), hal ini
berarti bahwa penggunaan ketiga metode yang dilakukan oleh field asistant mampu
memberikan tambahan informasi yang berguna bagi petani, mampu mendidik
petani menjadi lebih paham dengan budidaya kool TI 157 dan mampu
mempengaruhi petani untuk menanam kool TI 157 dengan baik.
Analisis
Media audio visual (video) disini digunakan untuk menyampaikan
informasi, mendidik dan mempengaruhi petani untuk menanam kool TI 157, karena
petani akan mengetahui varietas baru yang dapat diterapkan di lokasi dan cocok
dengan karakteristik benih tersebut. Dan hasilnya penggunaan metode audio visual
yang disampaikan field assistant dalam Penyuluhan Kool TI 157 di Desa Pikatan
efektif digunakan. Penggunaan media audio visual yang dilakukan oleh field
asistant mampu memberikan tambahan informasi yang berguna bagi petani,
mampu mendidik petani menjadi lebih paham dengan budidaya kool TI 157 dan
mampu mempengaruhi petani untuk menanam kool TI 157 dengan baik.
Kekurangan dari jurnal ini adalah tidak dijelaskannya seara rinci tentang
bagaimana mendapatkan skor dan menjelaskan skor efektitivitas terhadap pesan,
efektifitas terhadap media, dan efektifitas terhadap penyuluh. Penulis hanya
menyampaikan hasil secara keseluruhan.
14
8.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume , halaman
Alamat URL
Tanggal diunduh
: Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani
Tentang Pupuk Agrodyke
: 2007
: Jurnal
: Elektronik
: Aida Vitalaya S. Hubeis
: Jurnal Agro Ekonomi
: Volume 25, Nomor 1, halaman 1 – 10
: http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/J
AE%2025-1a.pdf
: 5 Oktober 2015 , pukul 15.56 WIB
Ringkasan
Serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK) menyebabkan produksi
kakao di Indonesia menurun sampai 82% (Atmawinata, 1995). Banyak cara telah
dilakukan untuk menghilangkan hama ini, namun cara-cara tersebut gagal dan
belum dapat mengatasi upaya pemberantasan hama PBK secara efektif dan efisien.
Lalu pada tahun 2000-2003 di beberapa titik sentra perkebunan kakao di Sulawesi
Selatan telah menemukan suatu jenis pupuk sebagai salah satu cara untuk mengatasi
hama BOK secara efektif dan efisen. Pupuk ini diberi nama Agrodyke. Berdasarkan
temuan ini, lembaga teknis Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kabupaten Kolaka
mengintroduksi dan mendiseminasikan pemakain Agrodyke kepada kelompokkelompok tani sebagai upaya mengatasi serangan hama PBK. Hal ini dilakukan
melalui jaringan komunikasi, seperti penyuluhan tatap-muka, demplot, dan media
massa. Dalam hal ini, video digunakan sebagai media instruksional untuk
mendiseminasikan pesan penggunaan Agrodyke dalam upaya pemberantasan hama
PBK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui perubahan
pengetahuan petani tentang cara penggunaan pupuk agrodyke; dan 2. Mengetahui
pengaruh unsur kemasan pesan di video pada peningkatan pengetahuan petani
tentang cara penggunaan pupuk agrodyke.
Penelitian bersifat eksperimen (pre-experimental) dan penyampaian pesan
penggunaan pupuk agrodyke melalui media video sebagai perlakuan. Desain
penelitian adalah one group pre and postest design. Peubah bebas adalah narasi,
gambar (visual), materi, waktu dan musik latar video “seputar penggunaan pupuk
agrodyke’ dan peubah terikat adalah peningkatan pengetahuan petani.
Pengumpulan informasi tentang hal ini diperoleh melalui kuesioner tersutruktur.
Hasil yang didapatkan adalah penggunaan media video sangat signifikan di dalam
meningkatkan pengetahuan petani tentang pupuk agrodyke yang ditunjukkan oleh
peningkatan skor pengetahuan petani setelah menyaksikan tayangan video
mengenai penggunaan pupuk agrodyke. Unsur penyajian gambar (visual), narasi,
materi dan waktu tayang video berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan
pengetahuan petani tentang penggunaan pupuk agrodyke.
15
Analisis
Dalam artikel ini ditunjukkan bahwa media video digunakan sebagai media
instruksional untuk mendiseminasikan pesan penggunaan agrodyke dalam upaya
pemberantasan hama PBK. Dan media video pun efektif dalam meningkatkan
pengetahuan petani tentang cara menggunakan pupuk agrodyke. Pada penelitian ini
pun dijelaskan tentang unsur – unsur dalam video yang mempengaruhi peningkatan
pengetahuan pada responden. Unsur – unsur tersebut adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
10.
Narasi : unsur audio sangat penting di dalam pengkemasan pesan, terutama
untuk memperkuar penjelasan pesan visual. Salah satu bentuk atau format
penjelasan pesan visual adalah narasi. Unsur narasi sangat menentukan
perubahan peningkatan pengetahuan petani tenang penggunaan pupuk
agrodyke.
Gambar : visual realistik tentang cara penggunaan pupuk agrodyke dalam
mengatasi hama PBK yang ditayangkan dalam media video kepada petani
ditampilkan dalam bentuk gambar bergerak tentang penggunaan pupuk
agrodyke. Menurut petani yang rata – rata berpendidikan rendah (SD),
penyajian visual sangat membantu mereka di dalam memahami proses
penggunaan pupuk agrodyke untuk mengatasi hama PBK secara rinci dan
runtut.
Materi : tayangan materi pupuk agrodyke di video berpengaruh nyata dan
signifikan. Petani merasa berkomunikasi langsung dengan penyaji pesan dalam
tayangan di video.
Waktu : waktu penyangan video penggunaan pupuk agrodyke menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan petani. Artinya,
penggunan waktu tayang yang berdurasi 10-15 menit cukup efektif.
Musik : unsur musik dalam tayangan video tidak menunjukkan pengaruh
signifikan terhadap peningkatan pengetahuan petani. Namun, menurut petani,
unsur musik cukup membantu kenyamanan mereka ketika melihat dan
menyerap informasi pupuk agrodyke yang ditayangkan di video.
Judul
: Pengaruh Bentuk Visualisasi dan Format
Narasi
Video
Terhadap
Peningkatan
Pengetahuan Tentang Pengolahan Yogurt
Rumahan
Tahun
: 2015
Jenis Pustaka
: Tesis
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis
: Hari Otang Sasmita
Alamat URL
: repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345678
9/75266/2015hos.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Tanggal diunduh : 7 Desember 2015, pukul 15.00 WIB
16
Ringkasan
Posdaya Menteng Berkarya merupakan salah satu Posdaya di Kota Bogor
yang mulai aktif sejak didirikan tahun 2012 bersama P2SDM-IPB. Berbagai
kegiatan pemberdayaan keluarga yang sudah berjalan diantaranya: Posyandu balita
dan lansia; PAUD dan pengajian agama Islam anak-anak; serta sentra kerajian
miniatur kapal dari bambu, asesoris kain perca, asesoris limbah kertas koran, dan
asesoris limbah sendok plastik (P2SDM-LPPM IPB 2012). Yogurt adalah salah satu
produk hasil fermentasi susu (nabati dan hewani) yang bernilai gizi dan ekonomi
tinggi yang ingin dipelajari anggota Posdaya Menteng Berkarya. Proses produksi
yang baik dan benar sesuai skala produksi rumahan perlu diajarkan kepada anggota
Posdaya Menteng Berkarya dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sehingga mampu secara mandiri memproduksi dan mampu
mendorong kreatifitas berwirausaha selain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan video
dapat meingkatkan pengetahuan tentang pengolahan yogurt rumahan? Dan apakah
bentuk visualisasi dan format narasi dalam penyampaian pesan melalui video dapat
mempengaruhi peningkatan pengetahuan tentang pengelolaan yogurt rumahan?
Setiap fenomena sosial yang kompleks sering kali beberapa variabel
berinteraksi secara bersamaan, dan membatasi penelitian hanya satu variabel
independen dapat memaksakan sebuah kesederhanaan buatan pada situasi yang
kompleks. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni (true
experiment) dengan desain faktorial 2x2 (Campbell and Stanley 1963; Ary et al.
2010; Kountur 2003) dan menggunakan pretest postest control group design.
Desain faktorial adalah di mana peneliti memanipulasi dua variabel atau lebih
secara bersamaan untuk mempelajari pengaruh bebas dari masing-masing variabel
terhadap variabel terikat, serta pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antara
beberapa variabel (Ary et al. 2009; Kountur 2003).
Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan video dalam menyampaikan
informasi tentang pengolahan yogurt rumahan sangat efektif untuk meningkatkan
pengetahuan peserta anggota Posdaya Menteng Berkarya, Kota Bogor. Hal ini
ditunjukkan dengan terdapatnya peningkatan pengetahuan responden setelah
melihat video.
Analisis
Media audio visual (video) dalam penelitian ini digunakan untuk
memberikan infomrasi tentang pengolahan yogurt rumahan yang baik dan benar.
Dan dari penelitian ini ditemukan hasil bahwa penggunaan video dalam
menyampaikan informasi tentang pengolahan yogurt rumahan sangat efektif untuk
meningkatkan pengetahuan peserta anggota Posdaya Menteng Berkarya, Kota
Bogor. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya peningkatan pengetahuan
responden setelah melihat video. Peubah bebas dalam penelitian ini, adalah
Visualisasi (bentuk video dan foto) dan Format Narasi (Formal dan Personal).
Peubah tidak bebasnya adalah peningkatan pengetahuan tentang pengolahan
yogurt.
Dalam penelitian ini pun ditemukan hasil bahwa karakteristik umur,
pendidikan dan pemilikan media massa tidak memiliki hubungan yang erat
terhadap peningkatan pengetahuan responden. Peningkatan pengetahuan yang
17
diperoleh responden adalah akibat dari perlakuan visualisasi dan narasi yang
diberikan.
11.
Judul
: Efektifitas Penggunaan Multimedia Dalam
Penyuluhan
Pemupukan
Padi
Sawah
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani di
Desa Bungaraya Kecamatan Bungaraya
Kabupaten Siak
Tahun
: 2012
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis
: Abdul Rokhim, Fajar Restuhadi, Kausar
Nama Jurnal
: Volume
, : halaman
Alamat URL
: http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/ha
ndle/123456789/3061/JURNAL%20ABDUL%2
0ROKHIM.pdf?sequence=1
Tanggal diunduh : 5 Oktober 2015 , pukul 15.55 WIB
Ringkasan
Berdasarkan hasil survey (2012) dengan beberapa petani di Desa Bungaraya
bahwa masih terdapat beberapa petani yang kurang mengerti cara pemupukan yang
benar. Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1.
Melihat pengaruh penggunaan multimedia terhadap peningkatan pengetahuan
petani; 2. Melihat efektifitas dari kombinasi perlakuan terhadap tingkat pendidikan.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen murni dengan desain factorial 2x2
dan menggunakan pre-test dan post-test. Peubah bebas terdiri dari 2 level, yaitu
multimedia dan tingkat pendidikan. Faktor multimedia terdiri dari audio visual
gerak dan audio visual diam, sedangkan tingkat pendidikan terdiri dari tingkat
pendidikan SMP dan tingkat pendidikan SMA. Peubah tidak bebas adalah
peningkaatan pengetahuan petani setelah menyaksikan presentasi penyuluhan
menggunakan multimedia tentang Pemupukan Padi Sawah.
Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan multimedia sangat efektif
digunakan dalam kegiatan penyuluhan dan didukung media/alat bantu penyuluhan
yang dimiliki petani. Penggunaan Audio Visual Gerak memiliki kemampuan yang
lebih baik dari pada Audio Visual Diam dalam meningkatkan pengetahuan
responden. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan multimedia dengan
tingkat pendidikan. Artinya kedua kelompok perlakuan ini memiliki kemampuan
yang sama dalam meningkatkan pengetahuan responden. Dan berdasarkan
beberapa analisis. penggunaan Audio Visual Gerak lebih efektif daripada
menggunakan Audio Visual Diam baik pada tingkat pendidikan SMP maupun
SMA.
18
Analisis
Media audio visual (video) digunakan untuk menginformasikan
bagaiamana melakukan pemupukan padi yang benar. Para responden merasa
penyuluhan menggunakan media video lebih menarik dari penyuluhan yang
biasanya dilakukan. Media video pun efektif meningkatkan pengetahuan
responden. Multimedia yang menggunakan tayangan Audio Visual Gerak dapat
meningkatkan pengetahuan responden lebih tinggi daripada menggunakan media
audio visual diam. Penggunaan multimedia Audia Visual Gerak dapat merangsang
minat atau perhatian dan dapat menginformasikan tentang sesuatu dengan gerakan
yang lebih nyata.
Penyajian hasil dan interpretasi nya sudah baik dan jelas. Namun sayangnya
pada jurnal ini tidak dijelaskan masalah yang dialami secara rinci dan juga tidak
menjelaskan keadaan yang terjadi di daerah penelitiannya.
19
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan pertanian adalah sebuah proses pendidikan untuk petani yang
bertujuan untuk merubah perilaku mereka untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka. Artinya petani dibuat mandiri dalam menghadapi masalah yang mereka
temukan. Slamet (1995) menjelaskan bahwa penyuluhan pertanian adalah industri
jasa yang menawarkan pelayanan pendidikan (non-formal) dan informasi pertanian
kepada petani dan pihak – pihak lain yang memerlukan. Definisi ini tetap melihat
penyuluhan pertanian sebagai usaha pendidikan non-formal yang bertujuan
mengembangkan sumberdaya manusia pertanian agar dengan usaha – usahanya
mereka mampu meningkatkan kualitas kehidupannya.
Komunikasi diartikan sebagai suatu pernyataan antarmanusia, baik secara
perorangan maupun berkelompok, yang bersifat umum dengan menggunakan
lambang-lambang tertentu. Jika pengertian tersebut dikaitkan dengan bidang
pertanian, maka komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antarmanusia yang
berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun
secara berkelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang
tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan (Soekartawi, 2005).
Di Indonesia, pola komunikasi yang digunakan oleh para penyuluh pertanian
mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sadono (2009) dengan judul Perkembangan Pola
Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia, beliau menjelaskan bahwa
pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian di Indonesia
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada awalnya pola komunikasi
yang dikembangkan adalah pola komunikasi yang bersifat linear dari pemerintah
atau peneliti melalui penyuluh kepada petani. Sejalan dengan perkembangan
pemahaman pemerintah atau peneliti, kemajuan yang dialami oleh petani, tuntutan
demokratisasi di berbagai bidang, maka pola komunikasi yang dikembangkan
dalam penyuluhan pertanian juga mengalami perubahan ke arah pola komunikasi
yang partisipatif dan dialogis sehingga diharapkan akan lebih mampu memenuhi
kebutuhan petani.
1. Model komunikasi linear yang dikemukakan oleh David Berlo yaitu suatu
model komunikasi interpersonal yang dikenal dengan model SMCR (Source,
Message, Channel, Receiver). Pada model SMCR, Sumber (Source)
diasumsikan sebagai orang yang mempunyai informasi yang senantiasa
mengirimkan informasi yang disebutnya sebagai Pesan (Message) kepada
Penerima (Receiver) melalui Saluran komunikasi (Channel), sehingga
menimbulkan perubahan perilaku pada Penerima sesuai dengan yang
dikehendaki oleh Sumber. Model Berlo sangat mengutamakan pada pengaruh
pesan terhadap perilaku Penerima, oleh karenanya orientasinya lebih kepada
bagaimana pesan harus diterima oleh Penerima sesuai kehendak Sumber. Itu
sebabnya bersifat linear dan searah dalam arus pesan. Model komunikasi
penyuluhan pertanian tersebut diadopsi dari Amerika Serikat. Pada dekade
1950-an, Indonesia banyak mendatangkan ahli-ahli pertanian dari Amerika
Serikat dan mengirimkan ahli-ahli pertanian untuk belajar di Amerika Serikat.
Model ini dipandang gagal untuk menampung unsur-unsur penting yang
harus dibangun untuk keberhasilan penciptaan teknologi dan transfer inovasi
20
pertanian, diantaranya adalah tidak menyentuh lapisan akar rumput dalam
masyarakat petani. Model SMCR Searah ini juga mengabaikan fakta bahwa
kebanyakan para peneliti dan penyuluh pertanian berasal dari keluarga petani
dan seringkali telah mengelola usahataninya sendiri serta mengetahui secara
persis permasalahan yang mereka hadapi serta bagaimana mengatasinya.
Gambar 1 Model Komunikasi SMCR Searah (Sadono 2009)
2.
Soekartawi (2005) dalam bukunya menjelaskan bahwa komunikasi pertanian
antar penyuluh dengan petani terjadi bukan saja dimaksudkan untuk
mempengaruhi sikap dan tingkah laku komunikan seperti yang ditemui dalam
metode penyuluhan pertanian, tetapi lebih dari itu. Dalam sejarah
perkembangannya sering dipengaruhi dan dimonopoli oleh pihak pemberi
pesan, sehingga model komunikasi pertanian yang demikian sering dikenal
dengan istilah “model linear”. Anggapan ini terlalu lemah mengingat
komunikan akan tertarik untuk mendapatkan informasi pertanian kalau
mereka memang membutuhkan. Bukan itu saja, masih banyak faktor lain
yang mempengaruhi komunikan agar mereka mau dan mampu menyerap
pesan yang diberikan oleh komunikator. Dengan kenyataan yang demikian,
maka berkembanglah anggapan baru bahwa model linear adalah bersifat statis
yang perlu direvisi.
Model Komunikasi Forum Media adalah model yang didasarkan pada model
komunikasi dua tahap (two step flow model) yang memberikan peranan media
massa yang dihubungkan dengan komunikasi antar pribadi. Dalam model ini
masyarakat dipandang sebagai individu-individu yang saling berinteraksi dan
media massa dipandang tidak terlalu kuat mempengaruhi khalayak secara
langsung. Dalam model ini, pada tahap pertama informasi dari media massa
disampaikan kepada opinion leader (pemuka pendapat) atau merupakan tahap
transfer informasi. Pada tahap kedua, informasi dari pemuka pendapat
disampaikan kepada khalayak atau pengikutnya.
21
Gambar 2 Model Komunikasi Media Forum (Sadono 2009)
3.
Di Indonesia sendiri dimulai dengan adanya kelompok pendengar
(mendengarkan radio) namun kelompok pendengar tidak bertahan lama karena
ada beberapa masalah. Selain itu ada kelompok pembaca (Koran Masuk Desa).
Dengan berkembangnya teknologi TV, pada dekade 1980-an kemudian
berkembang pula forum TV. TV dipandang mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan media lainnya karena mampu menyampaikan
pesanpesannya secara audio visual secara serentak sehingga berhasil memikat
lebih banyak khalayak daripada media massa lainnya. Selama era Orde Baru,
kehadiran TV di Indonesia memiliki kontribusi bagi pengembangan kelompok
pemirsa. Pada akhir dekade 1980-an, ketiga kelompok forum media kemudian
digabungkan namanya menjadi kelompok pendengar, pembaca dan pirsawan
(kelompencapir). Kelompencapir ini juga menurun peranannya sejalan dengan
meningkatnya pemilikan media TV serta dominannya persepsi pemirsa dalam
memandang TV sebagai sumber hiburan.
Komunikasi partisipatif dan dialogis antar petani dan penyuluh pertanian,
terlihat pada model komunikasi jejaring (the network model). Model ini
memandang perlunya para ilmuwan atau peneliti dan penyuluh untuk
mendengar masalah-masalah yang dihadapi petani dan kebutuhan-kebutuhan
mereka menurut perspektif mereka sendiri. Model ini juga dikembangkan
berdasarkan kelemahan dalam penyuluhan pertanian yang menekankan
pendekatan proses adopsi inovasi pertanian atau model Olie-Vlek System,
dimana ditemukan bahwa hanya sebagian kecil lapisan atas masyarakat saja
yang akses pada penyuluhan pertanian tersebut. Penyuluh bersama peneliti dan
petani mengindentifikasi kebutuhan dan atau masalah yang dihadapi petani
dalam usahataninya. Peneliti mencari hasil-hasil penelitian yang ada dan
merakitnya bersama penyuluh menjadi teknologi untuk menjawab kebutuhan
dan atau masalah petani tersebut.
22
Gambar 3 Model Komunikasi Jejaring (Sadono 2009)
Dengan kata lain, komunikasi pertanian menjadi penting dalam metode
penyuluhan pertanian dan metode penyuluhan pertanian tersebut penting dalam
mencapai tujuan penyuluhan pertanian.
Media Audio Visual dalam Penyuluhan Pertanian
Slamet (1995) mengatakan bahwa petani Indonesia sudah banyak berubah
dan berkembang. Pendidikannya sudah lebih baik, berwawasan kosmopolit dan
telah lebih mampu berkomunikasi secara impersonal melalui media (Yustina dan
Sudradjat, 2003). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat desa
khususnya petani sudah terbiasa dengan kehadiran media massa. Salah satu bentuk
dari media massa adalah media audio visual. Media audio visual merupakan salah
satu kemajuan teknologi informasi yang banyak digunakan di sekitar kita. Media
audio visual adalah media penyampai informasi yang memiliki karakteristik audia
(suara) dan visual (gambar), jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
baik karena meliputi kedua karakteristik tersebut (Haryoko, 2009). Media audio
visual adalah seperangkat alat yang dapat menampilkan gambar bergerak dan suara
yang digunakan sebagai alat bantu belajar dalam menyampaikan pesan,
pengetahuan, ide dan bahan pembelajaran (Saberan, 2012).
Salah satu contoh media audio visual adalah video. Sebagai media audio
visual, video dapat menampilkan suara, gambar dan gerak sekaligus. Video sebagai
media elektronik adalah media komunikasi yang memiliki unsur audio-visual
(narasi, musik, dialog, sound efect, gambar atau foto, teks, animasi, grafik) sebagai
keunggulannya dibanding dengan media komunikasi massa lainnya (Tubbs dan
Moss, 1994; De Vito, 2001 dalam Hubeis, 2007). Sesuai dengan uraian di atas,
video dapat digunakan sebagai media untuk penyuluhan pertanian karena memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan media lainnya. Film dan video berguna
untuk mengembangkan dan memperkuat motivasi karena dapat membangkitkan
keterlibatan emosi petani pada masaalah yang ingin didiskusikan penyuluh. Hal ini
karena media video atau sejenisnya seperti multi media memerankan dua fungsi
yang berbeda yaitu ; memperbaiki proses alih informasi (terutama proses kognitif)
dan mengembangkan atau memperkuat motivasi untuk perubahan (yang pada
awalnya adalah proses emosional) (van den Ban dan Hawkins, 1999).
23
Hasil – hasil penelitian yang disajikan di dalam bab ringkasan dan analisis
mengungkapkan berbagai aspek penggunan media audio visual (video) dalam
penyuluhan pertanian. Dalam artikel yang ditulis oleh Paramita, Martini, dan
Rosethko (2013) dijelaskan bahwa media audio visual adalah sebuah media yang
menarik untuk penyuluhan karena audiovisual serta melihat (gambar) diakui
sebagai salah satu metode komunikasi yang disukai, baik itu bagi laki – laki atau
wanita dan juga bagi orang yang berpendidikan rendah maupun tinggi. Selanjutnya
dalam artikel yang ditulis oleh Nugroho (2009) menjelaskan bahwa Pusat Data dan
Informasi Pertanian, Departemen Pertanian telah mengembangkan beberapa
aplikasi Multiimedia Informasi Pertanian dengan berbagai format, salah satunya
yaitu video tutorial. Tujuan dari kegiatan pengembangan aplikasi ini adalah untuk
menyusun dan merancang sistem multimedia untuk menyusun dan merancang
sistem multimedia untuk membantu dalam penyampaian materi teknologi informasi
dan pengetahuan di bidang pertanian.
Dalam artikel yang ditulis oleh Nurfathiyah, et al. (2011) perkembangan
pada bidang teknologi audio visual menyebabkan pemakaian medium ini semakin
meluas. Video sebagai media penyebaran inovasi pertanian merupakan upaya
seorang ahli untuk menyampaikan pesan sehingga terjadi perubahan pengetahuan,
sikap dan keterampilan audiens yang menyaksikan tayangan video. Dalam
pembuatan video pun dibutuhkan sebuah pengembangan pesan. Pengembangan
pesan bertujuan agar alur cerita yang ditayangkan dalam video dapat menciptakan
suasana yang menarik dan memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan
audiens untuk menerima inovasi.
Hasil penelitian yang secara khusus membahas mengenai media audio visual
(video) adalah penelitian Nurfathiyah dan Suratno (2011), Hamtiah, Dwijatmiko,
dan Satmoko (2012), Murdiyanto (2011), Hubeis (2007), Benunur (2006), Sasmita
(2015), dan Rokhim, Restuadi, dan Kausar (2012). Berdasarkan hasil-hasil
penelitian tersebut dapat dirangkum beberapa aspek penggunaan media audio visual
dalam penyuluhan pertanian yang meliputi tujuan penggunaan media audio visual,
jenis media audio visual yang digunakan, dan efektivitas media audio visual dalam
penyuluhan pertanian.
1. Penggunaan media audio visual digunakan dalam penyuluhan bertujuan untuk
memberikan informasi – informasi baru kepada para petani. Dari pustaka yang
telah ditemukan, informasi yang diberikan kepada petani adalah informasi
instruksional. Syam dan Sugiana (2001) menjelaskan bahwa komunikasi
instruksional merupakan kegiatan komunikasi dengan sasaran kelompok yang
berisi pengajaran tentang sesuatu pengetahuan atau keterampilan tertentu.
Tujuannya adalah tercapainya perubahan perilaku pada sasaran didik,
mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (Benunur, 2006).
2. Jenis media audio visual yang digunakan dalam penyuluhan pertanian adalah
film dan video yang disimpan ke dalam compact disc (CD). CD digunakan
karena mudah digunakan dan orang desa sudah tidak asing dengan CD.
Menurut Littlejhon (2001) salah satu media massa yang praktis dan mudah
digunakan dalam penyampaian informasi pembangunan adalah media video
dalam bentuk piringan CD (Hubeis, 2007).
3. Penggunaan media audio visual dalam penyuluh pertanian efektif dalam
meingkatkan pengetahuan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
24
pengetahuan petani meningkat setelah mendapatkan penyuluhan menggunakan
media audio visual. Dan dari hasil penelitian pun menunjukkan bahwa media
audio visual yang menggunakan visualisasi gerak (visualisasi video) lebih
efektif daripada media audio visual yang menggunakan visualisasi diam
(visualisasi foto). Visualisasi media video adalah unsur visual yang
mendukung penyajian pesan. Visualisasi gerak yaitu jenis visualisasi berupa
gambar hidup hasil rekaman kamera video tentang benda, obyek atau
pariwisata yang sebenarnya dan visualisasi foto (diam) yaitu gambar yang
dibuat dengan teknik fotografi melalui kamera gerak yaitu jenis visualisasi
hasil rekaman media video (Nurfathiyah dan Suratno, 2011).
Perkembangan pada bidang teknologi video menyebabkan pemakaian media ini
semakin meluas. Video telah mengalami perubahan bentuk menjadi CD atau DVD
yang mampu menampilkan pesan menggunakan gambar, suara, musik dan teks.
Pribadi (2003) dalam Nurfathiyah, et al. (2011) menambahkan bahwa video
mempunyai keunggulan sebagai media penyebaran inovasi pertanian yaitu: (1)
memperlihatkan gerak; (2) memperpendek jarak dan waktu; (3) memperlihatkan
fenomena yang tidak dapat dilihat dengan mata; (4) mengkomunikasikan pesan
kepada pemirsa (audiens) yang spesifik; (5) dapat digunakan berulang-ulang kali;
(6) dapat mengurangi sequence secara akurat; (7) mampu memancing emosi; (8)
berisi visualisasi dan suara. Dengan kelebihan yang dimiliki ini tayangan video
mampu merubah pengetahuan audiens dari tidak tahu menjadi tahu, merubah sikap
audiens dari tidak berminat menjadi minat dan merubah keterampilan audiens dari
tidak terampil menjadi terampil.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Audio Visual
Dalam Penyuluhan Pertanian
Dari pustaka yang telah ditemukan dan dianalisis ditemukan ada beberapa
faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas media audio visual untuk
penyuluhan pertanian dalam peningkatan pengetahuan petani. Beberapa pustaka
menyimpulkan bahwa unsur visualisasi yang ada dalam media audio visual
merupakan salah satu faktor penting yang membuat pengetahuan petani meningkat.
Seperti yang sudah dibahas di bagian “Penggunaan Media Audio Vsiual Dalam
Penyuluhan Pertanian”, visualisasi gerak lebih efektif untuk meningkatkan
pengetahuan petani akan sebuah informasi dibandingkan dengan visualisasi diam.
Hal ini terjadi karena visualisasi gerak lebih realistis dalam menunjukkan cara dan
lebih menarik bagi para petani.
Merujuk kepada penelitian Hubeis (2007) yang berjudul “Pengaruh Desain
Pesan Video Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang
Pupuk Agrodyke”, ditemukan bahwa unsur – unsur yang ada di dalam video adalah
faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan petani. Unsur
penyajian gambar (visual), narasi, materi dan waktu tayang video berpengaruh
secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan petani.
Pada artikel yang ditulis oleh Nurfathiyah, et al. (2011) menunjukkan bahwa
pengembangan pesan pada video pun penting untuk meningkatkan pengetahuan
petani. Pengembangan pesan pada video bertujuan agar alur cerita yang
ditayangkan dalam video dapat menciptakan suasana yang menarik dan memiliki
25
pengaruh yang positif bagi perkembangan audiens untuk menerima inovasi. Pesan
yang akan ditayangkan melalui video dimulai dengan:
1. Tahap pengembangan ide yang meliputi pengumpulan materi pesan,
penyeleksian dan penyusunan pesan kedalam medium yang telah ditetapkan.
2. Tahap penetapan tujuan yang akan dicapai yaitu apakah pesan yang akan
dikembangkan akan mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap atau
keterampilan.
3. Tahap analisa audiens yaitu menyangkut karakteristik audiens yang dituju.
Pengembangan pesan dapat efektif sesuai dengan sasaran yang dituju jika
sebelum dilakukan pengembangan pesan terlebih dahulu mempelajari karakteristik
sasaran yaitu pendidikan, umur, pekerjaan dan saluran komunikasi yang digunakan.
Lionberger and Gwin (1982) mengemukakan beberapa karakteristik individu yang
berpengaruh terhadap kesiapan untuk mengadopsi inovasi yaitu umur, tingkat
pendidikan dan psikologis (Nurfathiyah, et al. , 2011).
Merujuk kepada penelitian Hubeis (2007) yang berjudul “Pengaruh Desain
Pesan Video Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang
Pupuk Agrodyke” ditemukan sebuah pernyataan bahwa efektivitas penggunaan
video sebagai media instruksional suatu informasi dipengaruhi oleh format
kemasan pesan (message packaging). Kuswita (2003) menjelaskan lebih lanjut
bahwa desain pesan instruksional melalui video dapat didesain dalam bentuk narasi,
ceramah, dialog, peragaan, fragmen, dan visualisasi (Hubies, 2007).
Benunur (2006) dalam tesis yang berjudul “Efektivitas Video Instruksional
Dalam Diseminasi Informasi Pertanian” menjelaskan bahwa pengetahuan petani
yang sudah menonton video meningkat karena beberapa hal yaitu : 1. Kontribusi
Daya Tarik Video Instruksional; 2. Kontribusi Penerimaan Video Instruksional; dan
3. Kontribusi Keterlibatan Video Instruksional.
Yang dimaksud dengan daya tarik video instruksional adalah semakin menarik
dan jelas keragaan materi video instruksional, pengetahuan petani tentang materi
yang diperagakan, makin meningkat. Berdasarkan kecenderungan tersebut,
tampilan gambar, suara, teks, dan unsur – unsur pesan, merupakan unsur – unsur
tampilan yang penting pada video instruksional. Maksud dari penerimaan tentang
video instruksional adalah semakin tinggi penerimaan materi yang diperagakan
video instruksional, akan semangkit meningkat tingkat pengetahuan petani. Artinya
penyajian materi menggunakan media audio visual dapat diterima oleh petani.
Keterlibatan video instruksional yang dimaksud adalah performans video dalam
meningkatkan partisipasi petani, makin tinggi partisipasi petani menggunakan
video instruksional, pengetahuannya makin meningkat. Hal ini menunjukkan
bahwa kehadiran video tidak hanya menarik dan dapat diterima, tetapi dapat
melibatkan partisipasi petani.
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petani
meningkat karena adanya unsur – unsur yang ada di dalam video seperti visualisasi,
narasi, dan materi yang disampaikan dapat diterima oleh para petani. Maka dari itu
diperlukan sebuah pengembangan pesan yang sangat baik supaya media audio
visual seperti video bisa meingkatkan pengetahuan petani.
26
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Pola komunikasi penyuluh pertanian kepada petani mengalami perubahan
dari waktu ke waktu. Pada awalnya pola komunikasi yang dikembangkan adalah
pola komunikasi yang bersifat linear dari pemerintah atau peneliti melalui penyuluh
kepada petani. Sejalan dengan perkembangan pemahaman pemerintah atau peneliti,
kemajuan yang dialami oleh petani, tuntutan demokratisasi di berbagai bidang,
maka pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian juga
mengalami perubahan ke arah pola komunikasi yang partisipatif dan dialogis
sehingga diharapkan akan lebih mampu memenuhi kebutuhan petani.
Media audio visual adalah suatu medium (alat bantu) yang dapat membantu
penyuluh dalam melakukan sebuah penyuluhan pertanian. Media ini digunakan
dengan tujuan untuk memberikan informasi – informasi baru kepada para petani.
Media ini dipilih karena mudah digunakan dan masyarakat pedesaan sudah tidak
asing dengan media ini. Biasanya jenis media audio visual yang digunakan dalam
sebuah penyuluhan pertanian adalah film dan video yang disimpan ke dalam sebuah
compact disc (CD).
Penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian efektif dalam
meningkatkan pengetahuan petani. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengetahuan petani meningkat karena adanya unsur – unsur yang ada di dalam
video seperti visualisasi, narasi, dan materi yang disampaikan dapat diterima oleh
para petani. Maka dari itu diperlukan sebuah pengembangan pesan yang sangat baik
supaya media audio visual seperti video bisa meingkatkan pengetahuan petani.
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi
Penelitian yang mengkaji mengenai penggunaan media audio visual dalam
penyuluhan pertanian sudah sering dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Nurfathiyah dan Suratno (2011), Hamtiah, Dwijatmiko, dan Satmoko (2012),
Murdiyanto (2011), Hubeis (2007), Benunur (2006), Sasmita (2015), dan Rokhim,
Restuadi, dan Kausar (2012) membuktikan efektivitas penggunaan media audio
visual dalam penyuluhan pertanian.
Dari beberapa literatur yang ditemukan penggunaan media audio visual baru
dimanfaatkan dalam penyuluhan pertanian dalam bidang persawahan, perkebunan,
dan peternakan belum dilakukan dalam bidang perikanan atau kelautan. Sasaran
dari penyuluhan perikanan adalah nelayan kecil yang berada di sosial terbawah.
Beda nelayan dengan petani adalah nelayan menghadapi tantangan alam yang lebih
berat (Amanah, 2006). Baik nelayan maupun pembudidaya skala kecil hidup dalam
kemisikinan dan keterbelakangan, maka dari itu mereka memerlukan program
pengembangan kapasitas para nelayan kecil itu. Penyuluhan dapat memberi
kontribusi pada peningkatan kemampuan nelayan. Melalui penyuluhan, akan terjadi
perbaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap nelayan. Bisnis mereka akan
berkembang, demikian pula lingkungan hidup dan sosial budaya masyarakat
setempat (Amanah, 2006). Maka dari itu penelitian penggunaan media audio visual
dalam penyuluhan perikanan dibutuhkan untuk melihat apakah penyuluhan
27
perikanan yang menggunakan media audio visual dapat meningkatkan pengetahuan
nelayan sama dengan penyuluhan pertanian di bidang persawahan, perkebunan, dan
peternakan dalam penningkatan pengetahuan petani.
Media audio visual adalah sebuah media yang mudah digunakan, oleh karena
itu media audio visual dapat dimanfaatkan untuk menjadi media atau alat bantu
dalam penyuluhan pertanian. Media audio visual yang potensial menjadi media
dalam penyuluhan pertanian adalah video. Video potensial karena memiliki
beberapa kelebihan seperti visualisasi yang realistis, narasi yang baik, dan materi
yang bisa diterima oleh para petani.
Seperti yang sudah dijelaskan di bagian pembahasan, penyuluhan pertanian
adalah sebuah proses pembelajaran tentang sesuatu pengetahuan atau keterampilan
tertentu. Tujuannya adalah tercapainya perubahan perilaku pada sasaran didik,
mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (Benunur, 2006). Dari
literatur yang ditemukan, baru ditemukan bahwa media video efektif dalam
meningkatkan pengetahuan responden (kognitif), belum menunjukkan apakah ada
perubahan di bidang afektif dan bidang psikomotorik yang disebabkan oleh media
video. Maka dari itu media video dapat diteliti lebih lanjut dalam penggunaannya
untuk penyuluhan pertanian.
Berdasarkan uraian di atas, beberapa masalah yang menarik untuk diteliti
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pengetahuan nelayan sebelum dan sesudah
penyuluhan perikanan yang menggunakan media video?
2. Bagaimana sikap nelayan sebelum dan sesudah penyuluhan perikanan
yang menggunakan media video?
3. Bagaimana keterampilan nelayan sebelum dan sesudah penyuluhan
perikanan yang menggunakan media video?
4. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas media video
dalam perubahan perilaku (afektif, kognitif, psikomotorik) nelayan?
28
Usulan Kerangka Analisis Baru
Tubbs dan Moss (1994) dan De Vito (2001) menjelaskan bahwa video
adalah media komunikasi yang memiliki unsur audio visual (narasi, musik, dialog,
sound effect, gambar atau foto, teks, animasi, grafik) sebagai keunggulannya
dibanding dengan media komunikasi massa lainnya (Hubeis, 2007). Oleh karena
kelebihan itu, maka video bisa digunakan untuk menjadi media penyuluhan
perikanan.
Keefektivan video dalam menyampaikan pesan ditentukan oleh
kemampuannya meningkatkan pengetahuan responden, merubah sikap responden,
dan meningkatkan keterampilan responden. Efek tersebut diamati melalui
hubungan faktor – faktor personal dengan materi yang diperagakan lewat video
seperti karakteristik nelayan (tingkat pendidikan, umur, dan pengalaman berlayat)
dan perilaku komunikasi nelayan (menonton TV, mendengar radio, membaca
koran, kontak dengan penyuluh, kontak dengan nelayan). Berdasarkan penjelasan
di atas maka karakterisitik nelayan (X1) dan perilaku komunikasi nelayan (X2)
adalah peubah bebas
Tujuan dari adanya sebuah proses pembelajaran (penyuluhan perikanan)
adalah tercapainya perubahan perilaku pada nelayan, mencakup dimensi kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu, perubahan perilaku adalah peubah tidak
bebas (Y) yang dapat diukur dari peningkatan pengetahuan (kognitif), perubahan
sikap (afektif), dan peningkatan keterampilan (psikomotorik).
Karakteristik
(X1) :



Nelayan
Tingkat
Pendidikan
Umur
Pengalaman
Berlayar
Perilaku
Komunikasi
Nelayan (X2) :





Perubahan Perilaku
Nelayan :

Video untuk
Penyuluhan


Menonton TV
Mendengar
Radio
Membaca
Koran
Kontak
dengan
Penyuluh
Kontak
dengan
Gambar 4 Kerangka Pemikiran
Penigkatan
pengetahuan
(Y1)
Perubahan
sikap (Y2)
Peningkatan
keterampilan
(Y3)
29
DAFTAR PUSTAKA
Amanah S. 2006. Penyuluhan Perikanan. Jurnal Penyuluhan. [internet]. [11 Januari
2016].
2(4).
hlm
62-69.
Dapat
diunduh
dari
:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43036/Siti%20A
manah.pdf?sequence=1
Benunur MN. 2006. Efektivitas Video Instruksional dalam Diseminasi Informasi
Pertanian (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah
Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku
Tengah). [tesis]. [internet]. [7 Desember 2015]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Dapat
diunduh
dari
:
repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9731/2006mnb.pdf?se
quence=2&isAllowed=y
Hamtiah S, Dwijatmiko S, Satmoko S. 2012. Efektivitas Media Audio Visual
(Video) terhadap Tingkat Pengetahuan Petani Ternak Sapi Perah tentang
Kualitas Susu di Desa Indrokilo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang. Animal Agriculture Journal. [internet]. [12 Oktober 2015]. 1(2).
hlm
322-330.
Dapat
diunduh
dari
:
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/aaj/article/viewFile/1355/1376
Haryoko S. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual Sebagai Alternatif
Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi Elektro. [internet]. [3
Januari
2016].
5(1).
hlm
1-10.
Dapat
diunduh
dari
:
http://journal.uny.ac.id/index.php/jee/article/download/972/781
Hubeis. 2007. Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional terhadap Peningkatan
Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi.
[internet]. [5 Oktober 2015]. 25(1). hlm 1-10. Dapat diunduh dari :
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/JAE%2025-1a.pdf
Murdiyanto E. 2001. Efektifitas Penyuluhan pada PT. Takii Seed terhadap Petani
Kool di Desa Pikatan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar. Jurnal SEPA.
[internet]. [5 Oktober 2015]. 8(1). hlm 42-49. Dapat diunduh dari :
agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/06-SEPAEfektifitas-penyuluhan-EKOMURDIYANTO-UPNyk-revisi.pdf
Nugroho E. 2009. Pemanfaatan Aplikasi Multimedia Sebagai Sarana
Penyebarluasan Informasi dan Penyuluhan Pertanian. Di dalam: Seminar
Nasional “Kebijakan Aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
Peningkatan Daya Saing Agribisnis Indonesia” Himpunan Informatika
Pertanian Indonesia; 2009 Agu 6-7; Bogor, Indonesia. [internet]. [7
Desember 2015]. [penerbit tidak diketahui]. hlm 1-7. Dapat diunduh dari :
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/31466
Nurfathiyah P, Mara A, Siata R, Farida A, Aprollita. 2011. Pemanfaatan Video
Sebagai Media Penyebaran Inovasi Pertanian. Jurnal Pengabdian pada
30
Masyarakat. [internet]. [12 Oktober 2015]. [volume tidak diketahui] (52). hlm
30-36.
Dapat
diunduh
dari
:
http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/jlpm/article/download/92/81
Nurfathiyah P, Suratno T. 2011. Pengaruh Visualisasi Gerak dan Foto pada Media
Video terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani di Desa Tangkit Baru. Jurnal
Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. [internet]. [12 Oktober 2015]. 13(1).
hlm
43-53.
Dapat
diunduh
dari
:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=12266&val=894
Paramita E, Martini E, Roshetko JM. 2013. Media dan Metode Komunikasi dalam
Penyuluhan Agroforestri : Studi Kasus di Sulawesi Selatan (Kabupaten
Bantaeng dan Bulukumba) dan Sulawesi Tenggara (Kabupaten Konawe dan
Kolaka). Di dalam: Seminar Nasional Agroforestri 2013; [waktu dan tempat
pertemuan tidak diketahui]. [internet]. [12 Oktober 2015]. [penerbit tidak
diketahui].
hlm
488-493.
Dapat
diunduh
dari:
http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/paper/PP034114.pdf
Rokhim A, Fajar R, Kausar. [tahun tidak diketahui]. Efektifitas Penggunaan
Multimedia dalam Penyuluhan Pemupukan Padi Sawah Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Petani di Desa Bungaraya Kecamatan Bungaraya. [jurnal tidak
diketahui]. [internet]. [5 Oktober 2015]. [volume dan edisi tidak diketahui].
[halaman
tidak
diketahui].
Dapat
diunduh
dari
:
http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3061/JU
RNAL%20ABDUL%20ROKHIM.pdf?sequence=1
Saberan R. 2012. Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Kependidikan. [internet]. [3 Januari
2016].
7(2).
hlm
1-19.
Dapat
diunduh
dari
:
http://ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jpl/article/view/13/13
Sadono D. 2009. Perkembangan Pola Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian di
Indonesia. Jurnal Komunikasi Pembangunan. [internet]. [7 Desember 2015].
7(2).
hlm
43-56.
Dapat
diunduh
dari
:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/viewFile/5687/4315
Sasmita HO. 2015. Pengaruh Bentuk Visualisasi dan Format Narasi Video terhadap
Peningkatan Pengetahuan tentang Pengolahan Yogurt Rumahan. [tesis].
[internet]. [7 Desember 2015]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat
diunduh
dari
:
repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/75266/2015hos.pdf?se
quence=1&isAllowed=y
Slamet M. 2003. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan
Pedesaan. Di dalam: Yustina I, Sudradjat A, editor. Kongres Penyuluhan
Pertanian; 1987 Jul 4-6; Subang, Indonesia. Bogor (ID): IPB Press, hlm 722.
31
Slamet M. 2003. Pola, Strategi, dan Pendekatan Penyelenggaraan Penyuluhan
Pertanian pada PJP II. Di dalam: Yustina I, Sudradjat A, editor. Dinamika
dan Perspektif Penyuluhan pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap
Kedua; 1995 Jul 4-5; Bogor, Indonesia. Bogor (ID: IPB Press, hlm 37-44.
Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID): UI-Press
Solahuddin S. 2009. Pembangunan Pertanian Awal Era Reformasi. Jakarta (ID):
PT. PP. Mardi Mulyo.
van den Ban AW, Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Herdiasti AD,
penerjemah. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius. Terjemahan dari:
Agricultural Extension. Ed ke-2.
32
RIWAYAT HIDUP
Faris Ahmad Saputra dilahirkan di Tegal pada tanggal 7 Agustus 1994, dari
pasangan Saifudin dan Malilah. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah RA
Al-Kautsar pada tahun 1999-2000, SD Negeri Batutulis 2 pada tahun 2000-2006,
SMP Negeri 7 Kota Bogor pada tahun 2006-2008, SMP Al-Taqwa International
Islamic School of Infonesia pada tahun 2008-2009, SMA Al-Taqwa International
Islamic School of Indonesia pada tahun 2009-2010, SMA Negeri 4 Kota Bogor
pada tahun 2010-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa
Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Tulis,
pada tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif dalam organisasi,
diantaranya sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (Himasiera) divisi Photography and
Cinematography masa kepengurusan tahun 2014. Kemudian menjabat sebagai
Wakil Presiden Direktur Himasiera masa kepengurusan tahun 2015. Selain itu
penulis juga aktif dalam kepantiaan, diantaranya sebagai anggota divisi Publikasi,
Dokumentasi, dan Dekorasi (PDD) dalam acara 7th Ecology Sport and Art Event
(7th ESPENT) pada tahun 2013. Menjadi Kepala Divisi PDD Masa Perkenalan
Fakultas (MPF) Superhero 50 Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) pada tahun 2014,
Menjadi anggota divisi Acara dalam acara KPM Gabung Antar Angkatan (KPM
Garang) pada tahun 2014.
Download