Laporan Studi Pustaka (KPM 403) EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN FARIS AHMAD SAPUTRA I34120112 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN” benar-benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggunjawabkan pernyataan ini Bogor, Januari 2016 Faris Ahmad Saputra NIM I34120112 iii ABSTRAK FARIS AHMAD SAPUTRA. Efektivitas Penggunaan Media Audio Visual dalam Penyuluhan Pertanian. Di bawah bimbingan SUTISNA RIYANTO Penyuluhan pertanian merupakan sesuatu yang sudah tidak asing di Indonesia. Dari tahun ke tahun, praktik penyuluhan pertanian berubah mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Dan saat ni media audio visual digunakan dalam penyuluhan pertanian sebagai sebuah media atau alat bantu penyebaran informasi tentang inovasi pertanian kepada para petani. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi: 1. Penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian, 2. Jenis media audio visual yang digunakan, 3. Keefektifan penggunaan media audio visual (video) dalam penyuluhan pertanian, dan 4. Faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas media audio visual. Penulisan menggunakan metode analisis data sekunder dari pustaka berupa buku teks, skripsi, tesis, disertasi dan jurnal ilmiah yang memiliki keterkaitan dengan tema yang diangkat dalam studi pustaka ini yang kemudian dipelajari, diringkas, dan dibuat analisis sintesis sehingga menciptakan kerangka penelitian yang baru. Simpulan dari studi pustaka ini adalah media audio visual dapat digunakan untuk menjadi media penyuluhan pertanian dan efektif untuk meningkatkan pengetahuan petani. Media audio visual efektif untuk meningkatkan pengetahuan petani karena media audio visual memiliki kelebihan seperti visualisasi yang realistis, narasi yang baik, dan materi yang dapat diterima oleh petani. Kata Kunci : Media Audio Visual, Penyuluhan Pertanian ABSTRACT FARIS AHMAD SAPUTRA. The Effectiveness of Use of Audio Visual Media in Agricultural Extension. Under guidance of SUTISNA RIYANTO Agricultural extension is not a new thing in Indonesia. Year by year, agricultural extension changed following the development of technology and information. And nowadays audio visual media used in agricultural extension as a media for spreading informations about agricultural innovation to farmers. The purpose of this paper is to identify : 1. The using of audio visual media in agricultural extension, 2. The types of audio visual media in agricultural extension, 3. The Effectiveness of audio visual media in agricultural extension, and 4. The factors which affecting the effectiveness of audio visual media. Writing using the secondary data analysis of the literature in the form of textbooks, thesis, dissertations and scientific journals that have relevance to the themes raised in this literature study are then studied, summarized, analyzed, and synthesized for creating a new research framework. The conclusions of this study is audio visual media can be used in agricultural extension as a media and effective for farmer’s knowledge raising. Audio visual media is effective for knowledge raising because audio visual media has its advantages as a realistic visuals, good narration, and materials that can be accepted by farmers. Keywords : Audio Visual Media, Agricultural Extension. iv EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN Oleh FARIS AHMAD SAPUTRA I34120112 LAPORAN STUDI PUSTAKA sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Faris Ahmad Saputra Nomor Pokok : I34120112 Judul : EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Ir. Sutisna Riyanto, MS. Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Siti Amanah, MSc. Ketua Departemen Tanggal Pengesahan : vi PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka berjudul “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PENYULUHAN PERTANIAN” ini dengan baik dan lancar. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS. sebagai pembimbing yang telah dan selalu memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta, Ayah saya Saifudin dan Ibu saya Malilah, beserta semua adik - adik saya, yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan memberikan semangat untuk penulis. Terimakasih juga untuk Tiffany Ramadianti yang tak pernah lupa mengingatkan untuk mengerjakan laporan ini dan selalu memberikan semangat kepada penulis setiap harinya. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada segenap temanteman D’Kons yang selalu menemani penulis dalam mengerjakan laporan ini dan juga teman – teman SKPM 49 yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam proses penulisan laporan ini. Semoga laporan Studi Pustaka ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak. Bogor,13 Januari 2015 Faris Ahmad Saputra NIM I34120112 vii DAFTAR ISI PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2 Metode Penulisan ................................................................................................ 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ......................................................... 4 Perkembangan Pola Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia .... 4 Media Dan Metode Komunikasi dalam Penyuluhan Agroforestri: Studi Kasus di Sulawesi Selatan (Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba) dan Sulawesi Tenggara (Kabupaten Konawe dan Kolaka) ....................................................... 5 Pemanfaatan Aplikasi Multimedia Sebagai Sarana Penyebarluasan Informasi dan Penyuluhan Pertanian ................................................................................... 7 Pemanfaatan Video Sebagai Media Penyebaran Inovasi Pertanian .................... 8 Pengaruh Visualisasi Gerak dan Foto Pada Media Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani di Desa Tangkit Baru .......................................................... 9 Efektivitas Media Audio Visual (Video) Terhadap Tingkat Pengetahuan Petani Ternak Sapi Perah Tentang Kualitas Susu di Desa Indrokilo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang ................................................................ 11 Efektifitas Penyuluhan pada PT. TAKII SEED terhadap Petani Kool di Desa Pikatan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar ............................................ 12 Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke ....................................................................... 14 Pengaruh Bentuk Visualisasi dan Format Narasi Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Pengolahan Yogurt Rumahan ........................................ 15 Efektifitas Penggunaan Multimedia Dalam Penyuluhan Pemupukan Padi Sawah Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani di Desa Bungaraya Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak ............................................................................... 17 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 19 Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian ......................................................... 19 Media Audio Visual dalam Penyuluhan Pertanian ............................................ 22 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Audio Visual ............ 24 Dalam Penyuluhan Pertanian ............................................................................ 24 SIMPULAN .......................................................................................................... 26 Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................. 26 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi .................................... 26 viii Usulan Kerangka Analisis Baru ........................................................................ 28 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 32 ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Model Komunikasi SMCR Searah (Sadono 2009) .............................. 20 Gambar 2 Model Komunikasi Media Forum (Sadono 2009) ............................... 21 Gambar 3 Model Komunikasi Jejaring (Sadono 2009)......................................... 22 Gambar 4 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 28 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, khususnya di sektor pertanian. Oleh karena itu, Indonesia dijuluki sebagai negara agraris. Dengan keadaan seperti itu, sebagian besar penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Menurut data Sensus Pertanian 2013, 31,70 juta orang Indonesia bekerja sebagai petani. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa orang Indonesia sangat bergantung kepada sektor pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Namun sayangnya kesejahteraan petani masih terbilang rendah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, tingkat kesejahteraan petani Indonesia berdasarkan Nilai Tukar Petani (NTP) kian menurun sejak tahun 2012 sebesar 105,2 persen hingga 102 persen di tahun 2014. Oleh karena itu dibutuhkan pembangunan pertanian yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Menurut data Kementerian Pertanian tahun 2014 sumber daya manusia memang menjadi salah satu masalah dalam pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian diartikan serangkaian berbagai upaya untuk mengembangkan kapasitas masyarakat pertanian, khususnya memberdayakan petani, peternak, dan nelayan, agar mampu melaksanakan kegiatan usaha ekonomi produktif secara mandiri dan selanjutnya mampu memperbaiki kehidupannya sendiri (Solahuddin 2009). Keberhasilan pembangunan pertanian antara lain ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola informasi pertanian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Nurfathiyah dan Suratno 2011). Kebutuhan informasi menjadi sarana produksi pertanian selain lahan, modal, tenaga kerja dan teknologi, karena ketersediaan informasi membantu petani dalam mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi permintaan pasar dari produk yang dihasilkan petani. Selain itu informasi dapat membantu petani dalam menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan kuantitas produk yang mampu bersaing dipasar. Ketersediaan informasi seperti informasi tentang inovasi pertanian merupakan hal penting dalam pembangunan pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Saat ini petani bisa mendapatkan informasi tentang pertanian dari penyuluhan pertanian. Penyuluhan pertanian merupakan suatu pendidikan bagi para petani dan keluarganya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Penyuluhan merupakan sebuah proses yang dapat meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan petani terhadap suatu masalah serta membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai berbagai alternatif tindakan (van den Ban dan Hawkins 1999). Jelas sekali bahwa penyuluhan pertanian bisa membantu sumber daya manusia pertanian untuk berkembang dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Slamet (1987) memiliki sebuah gagasan bahwa penyuluhan pertanian yang efektif ialah yang dapat menimbulkan perubahan informasi pada diri individu – individu petani, atau memberi informasi baru kepada mereka, memperbaiki kemampuannya, memberi 2 kemampuan – kemampuan dan kebiasaan – kebiasaan baru, dan menumbuhkan perasaan – perasaan tertentu terhadap sesuatu yang dikehendaki. Pemilihan metode dan media sebuah penyuluhan pertanian juga mempengaruhi keberhasilan sebuah penyuluhan pertanian. Saat ini banyak sekali media yang bisa digunakan untuk melakukan penyuluhan pertanian. Salah satunya adalah media audio visual (video). Walaupun awalnya media audio visual sudah ditinggalkan karena tidak praktis, namun saat ini media audio visual digunakan kembali sebagai media atau alat bantu dalam penyuluhan pertanian. Studi tentang jaringan komunikasi menunjukkan bahwa masyarakat petani di Indonesia sudah terbiasa menerima informasi melalui media elektronik, selain media personal dan media cetak (Anthy 2002; Sopiana 2002; Ellyta 2006 dalam Hubeis 2007). Video sebagai media elektronik adalah media komunikasi yang memiliki unsur audiovisual (narasi, musik, dialog, sound effect, gambar atau foto, teks, animasi, grafik) sebagai keunggulannya dibanding dengan media komunikasi massa lainnya (Tubbs dan Moss 1994; De Vito 2001 dalam Hubeis 2007). Saat ini penyuluhan pertanian pun sudah banyak yang menggunakan media audio visual (video) karena lebih menarik dan dapat merubah perilaku petani. Video sebagai media instruksional dapat menunjukkan cara penggunaan suatu produk tahap demi tahap dan sekaligus menggugah perasaan dan menarik minat dengan tujuan terjadi perubahan perilaku (Laura 2002; Devito 2001 dalam Hubeis 2007). Petani mendapatkan informasi dari penyuluhan pertanian yang menggunakan media audio visual lalu dengan informasi tersebut petani bisa mengembangkan produk pertanian mereka dan menyukseskan pembangunan pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Tujuan Penulisan Faktor ketersediaan informasi merupakan faktor penting dalam menyukseskan pembangunan pertanian di Indonesia yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia. Oleh karena itu pemerintah melalui BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan) menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Penyuluhan Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota atau kelembagaan yang menangani penyuluhan di kabupaten/kota yang menyelenggarakan fungsi penyuluhan di kecamatan. Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan berbagai metode dan media. Media audio visual (video) bisa digunakan untuk penyuluhan pertanian karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media lainnya. Oleh karena itu studi pustaka ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian, jenis media audio visual yang digunakan, keefektifan penggunaan media audio visual (video) dalam penyuluhan pertanian dan faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas media audio visual. Metode Penulisan Metode yang dilakukan dalam studi pustaka ini adalah dengan menganalisis data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Data sekunder tersebut mencakup, antara lain jurnal, disertasi, tesis dan buku-buku mengenai penggunaan media audio visual (video) dalam penyuluhan pertanian. Selanjutnya bahan-bahan bacaan tersebut dipelajari, diringkas dan disusun menjadi sebuah ringkasan studi pustaka. Kemudian ringkasan studi pustaka tersebut dianalisis dan sintesis. Sampai pada akhirnya adalah penarikan hubungan dari semua langkah-langkah yang telah 3 dilakukan untuk dapat memunculkan kerangka teoritis yang akan menjadi rumusan pertanyaan bagi penelitian yang akan dilakukan. 4 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume , halaman Alamat URL Tanggal diunduh : Perkembangan Pola Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia : 2009 : Jurnal : Elektronik : Dwi Sadono : Jurnal Komunikasi Pembangunan : Volume 7, nomor 2, halaman 43 – 56 : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/a rticle/viewFile/5687/4315 : 7 Desember 2015 , pukul 14.47 WIB Ringkasan Sektor pertanian peranannya dalam perekonomian nasional meskipun sudah semakin menurun, namun masih tetap penting dan strategis. Hal ini terutama karena sektor pertanian masih memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk yang ada di pedesaan dan menyediakan bahan pangan bagi penduduk. Kontribusi penting penyuluhan pertanian untuk meningkatkan pembangunan pertanian dan peningkatan produksi pangan telah menyebabkan cepatnya perkembangan minat orang dalam penyuluhan selama beberapa dekade terakhir. Dalam proses diseminasi inovasi pertanian kepada petani, maka komunikasi memegang peranan penting. Untuk itu dalam tulisan ini dibahas perkembangan proses komunikasi dalam penyuluhan pertanian di Indonesia terutama sejak masa “revolusi hijau” dan masa sesudahnya. Beberapa model komunikasi yang digunakan untuk penyuluhan pertanian di Indonesia adalah : 1. Model SMCR Searah; 2. Model Hierarkhis Dua Arah; 3. Model Komunikasi Forum Media; 4. Model Komunikasi Jejaring (The Network Model); 5. Model Siklus Pengalaman Belajar (Experiental Learning Cycle). Kesimpulan dari artikel ini menunjukkan bahwa pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada awalnya pola komunikasi yang dikembangkan adalah pola komunikasi yang bersifat linear dari pemerintah atau peneliti melalui penyuluh kepada petani. Sejalan dengan perkembangan pemahaman pemerintah atau peneliti, kemajuan yang dialami oleh petani, tuntutan demokratisasi di berbagai bidang, maka pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian juga mengalami perubahan ke arah pola komunikasi yang partisipatif dan dialogis sehingga diharapkan akan lebih mampu memenuhi kebutuhan petani. Analisis Model – model komunikasi untuk penyuluhan berkembang seiring berjalannya waktu. Setiap model memiliki kelebihan dan kelemahannya masing – masing. Model yang perlu diperhatikan adalah model Komunikasi Forum Media. Model ini didasarkan pada model komunikasi dua tahap (two step flow model) yang memberikan peranan media massa yang dihubungkan dengan komunikasi antar pribadi. Dalam model ini masyarakat dipandang sebagai individu-individu yang 5 saling berinteraksi dan media massa dipandang tidak terlalu kuat mempengaruhi khalayak secara langsung. Dalam model ini, pada tahap pertama informasi dari media massa disampaikan kepada opinion leader (pemuka pendapat) atau merupakan tahap transfer informasi. Pada tahap kedua, informasi dari pemuka pendapat disampaikan kepada khalayak atau pengikutnya. Di Indonesia sendiri dimulai dengan adanya kelompok pendengar (mendengarkan radio) namun kelompok pendengar tidak bertahan lama karena ada beberapa masalah. Selain itu ada kelompok pembaca (Koran Masuk Desa). Dengan berkembangnya teknologi televisi (TV), pada dekade 1980-an kemudian berkembang pula forum TV. TV dipandang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media lainnya karena mampu menyampaikan pesanpesannya secara audio visual secara serentak sehingga berhasil memikat lebih banyak khalayak daripada media massa lainnya. Selama era Orde Baru, kehadiran TV di Indonesia memiliki kontribusi bagi pengembangan kelompok pemirsa. Pada akhir dekade 1980-an, ketiga kelompok forum media kemudian digabungkan namanya menjadi kelompok pendengar, pembaca dan pirsawan (kelompencapir). Kelompencapir ini juga menurun peranannya sejalan dengan meningkatnya pemilikan media TV serta dominannya persepsi pemirsa dalam memandang TV sebagai sumber hiburan. 2. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Prosiding Volume , halaman Alamat URL Tanggal diunduh : Media Dan Metode Komunikasi dalam Penyuluhan Agroforestri: Studi Kasus di Sulawesi Selatan (Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba) dan Sulawesi Tenggara (Kabupaten Konawe dan Kolaka) : 2013 : Prosiding : Elektronik : Enggar Paramita, Endri Martini, James M. Rosethko : Prosiding Seminar Nasional Agroforestri : - , halaman 488 – 493 : http://www.worldagroforestry.org/sea/Publicat ions/files/paper/PP0341-14.pdf : 12 Oktober 2015 , pukul 11.46 WIB Ringkasan Ketersediaan dan akses informasi seringkali memegang peranan penting dalam menentukan kemajuan suatu masyarakat. Kurangnya komunikasi dan penyebaran informasi yang memadai merupakan hal-hal yang menghambat tercapainya kemajuan pertanian yang berkelanjutan di banyak negara-negara berkembang. Di bidang pertanian dan agroforestri, penyebaran informasi yang dilakukan melalui penyuluhan dan metode komunikasi lainnya akan membantu petani memperoleh inovasi dan solusi guna memperbaiki sistem pengelolaan kebun agroforest-nya sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan menjaga kelestarian lingkungan. Berdasarkan UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, setiap desa idealnya mempunyai paling tidak satu orang penyuluh pertanian. Namun yang sering ditemui di lokasi penelitian adalah satu penyuluh menangani 3-4 desa sehingga tidak semua desa dapat 6 menerima penyuluhan. Kondisi kekurangan tenaga penyuluh ini dihadapi baik di Bantaeng, Bulukumba, Konawe dan Kolaka (Martini et al 2012). Keterbatasan tersebut salah satunya dapat dijembatani melalui media komunikasi dan media komunikasi massal yang berpotensi untuk membantu penyebaran informasi agroforestri dan pertanian agar menjangkau masyarakat yang lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media dan metode komunikasi yang disukai oleh petani dalam menerima informasi guna merumuskan program penyuluhan agroforestri yang efektif dan efisien untuk petani. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner terstruktur pada 146 petani (86 petani laki-laki dan 60 petani perempuan), yang dipilih secara acak dari 12 desa di Sulawesi Selatan (Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba) dan Sulawesi Tenggara (Kabupaten Konawe dan Kolaka). Desa-desa dipilih berdasarkan jarak desa dengan pusat kabupaten, yaitu dekat (<10 km dari pusat kabupaten), sedang (20-40 km dari pusat kabupaten), dan jauh (>40 km dari pusat kabupaten). Data yang dikumpulkan terdiri data personal petani (tingkat pendidikan, suku, jumlah penggunaan lahan yang dikelola), ketersediaan media dan alat komunikasi di desa, dan preferensi petani dalam metode komunikasi untuk mendapatkan informasi pertanian. Data tentang kondisi sosial ekonomi masingmasing desa diperoleh dari data BPS. Analisis kuantitatif dengan analysis of variance (ANOVA) dilakukan terhadap data yang terkumpul. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa untuk mengoptimalkan penyebaran informasi agroforestri, maka media komunikasi seperti video, poster, buku, TV dan radio dapat digunakan. Video dalam bentuk DVD/VCD serta poster/leaflet walau belum banyak diterima oleh petani, berpotensi sebagai media penyuluhan yang efektif, karena audiovisual serta melihat (gambar) diakui sebagai salah satu metode komunikasi yang disukai. TV dan radio sebagai media massa utama sangat berpotensi untuk menyebarkan informasi agroforestri di Indonesia walau keberadaan program bertema pertanian dan agroforestri masih terbatas. Di keempat lokasi penelitian, radio memiliki keunggulan karena dapat menjangkau hingga ke daerah terpencil. Ditambah lagi, radio mampu menjawab keterbatasan infrastruktur listrik yang menyebabkan media TV tidak bisa digunakan, karena radio dapat dioperasikan dengan tenaga baterai dan dapat didengarkan melalui handphone. Analisis Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah sebuah media yang menarik untuk penyuluhan karena audiovisual serta melihat (gambar) diakui sebagai salah satu metode komunikasi yang disukai, baik itu laki – laki atau wanita dan orang yang berpendidikan rendah atau tinggi. Jurnal ini sudah cukup baik dan mudah dipahami karena menampilkan hasilnya dengan menggunakan grafik yang mudah dipahami dan interpretasi terhadap grafiknya pun jelas. Selain itu ditemukan pula bahwa di Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara, radio, TV, dan handphone dinilai sebagai media yang paling efektif. Keberadaan TV dan radio sebagai media massa yang paling disukai, sangat disarankan penggunaannya untuk menjangkau lebih banyak orang. Akan tetapi saat ini tidak banyak acara TV yang berfokus pada topik pertanian maupun agroforestri. Sedangkan untuk radio, sudah terdapat siaran pemberdayaan masyarakat di radio nasional (Siaran Pedesaan di Radio Republik Indonesia) serta beberapa radio 7 komunitas bertema khusus pertanian yang digagas oleh pemerintah contohnya Radio Pertanian Ciawi (Bogor), Radio Pertanian Wonocolo (Surabaya), Radio Citra Pertanian (Palu) walau jumlahnya masih terbatas. 3. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Prosiding Halaman Alamat URL Tanggal diunduh : Pemanfaatan Aplikasi Multimedia Sebagai Sarana Penyebarluasan Informasi dan Penyuluhan Pertanian : 2009 : Prosiding : Elektronik : Eko Nugroho : Prosiding Seminar Nasional Himpunan Informatika Pertanian Indonesia 2009 : Halaman 1 – 7 : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/3 1466 : 7 Desember 2015 , pukul 15.26 WIB Ringkasan Saat ini aplikasi multimedia telah menjadi suatu kebutuhan, bagi kalangan bisnis ataupun kelompok masyarakat lainnya. Pada saat ini, informasi tidak cukup hanya melalui teks dan grafik saja. Sekarang informasi mencakup kelengkapan teks, grafik, animasi, gambar dan audio/video. Audio/video, gambar, teks, grafik serta animasi telah diaplikasikan dalam berbagai bidang, misalnya untuk bidang promosi maupun pendidikan yang dapat digunakan sebagai alat tutorial yang canggih. Termasuk dalam menyebarluaskan informasi dan penyuluhan pertanian. Untuk bidang pertanian layanan multimedia dapat digunakan sebagai sarana untuk penyebarluasan informasi promosi produk-produk agribisnis, budidaya, maupun sarana pendidikan khususnya penyuluhan pertanian. Dengan memanfaatkan berbagai sarana infrastruktur yang telah disebutkan diatas maka penyebarluasan informasi pertanian dapat disajikan baik versi statis (offline) maupun interaktif. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran secara singkat mengenai pengembangan serta model-model aplikasi multimedia yang telah dibangun di Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian. Secara umum, pemanfaatan aplikasi multimedia sebagai sarana penyebaran informasi dan penyuluhan pertanian memberikan gambaran bagaimana multimedia dapat dikembangkan dengan berbagai macam model untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi pertanian. Model-model yang telah dikembangkan antara lain adalah : 1. Video Tutorial yang berbasis time based stand alone; 2. Multimedia Interaktif yang berbasis event based stand alone dan dilengkapi dengan modul video tutorial; 3. Portal Penyuluhan dan Sarana Informasi Publik yang merupakan kombinasi antara page based dan event based dengan memanfaatkan infrastruktur jaringan komputer (LAN) dan internet. Analisis Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian telah mengembangkan beberapa aplikasi Multimedia Informasi Pertanian dengan berbagai format, salah satunya yaitu video tuorial. Video Tutorial yang 8 dikembangkan disini adalah berkategori time based yang di distribusikan dalam bentuk DVD Video (stand alone). Tujuan dari kegiatan pengembangan aplikasi ini adalah untuk menyusun dan merancang sistem multimedia untuk membantu dalam penyampaian materi teknologi informasi dan pengetahuan di bidang pertanian. Adapun sasarannya adalah terciptanya penyampaian materi teknologi informasi dan pengetahuan di bidang pertanian dalam bentuk multimedia. Manfaat utama dari kegiatan ini adalah : 1. Terdokumentasinya materi pelatihan dalam bentuk multimedia, baik secara presentasi maupun secara interaktif; 2. Pengguna Sistem Informasi dapat dengan mudah menggunakan/memanfaatkan materi pelatihan secara interaktif. Namun demikian aplikasi-aplikasi yang telah terbangun tersebut perlu dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal, untuk mencapai tujuan tersebut beberapa strategi sosialisasi dan pengembangan perlu segera dilakukan seperti : promosi yang handal, pengembangan fitur aplikasi yang lebih baik hingga masalah kompatibilitas antar sistem. 4. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume , halaman Alamat URL Tanggal diunduh : Pemanfaatan Video Sebagai Media Penyebaran Inovasi Pertanian : 2011 : Jurnal : Elektronik : Pera Nurfathiyah, Armen Mara, Ratnawaty Siata, Aulia Farida dan Aprollita : Jurnal Pengabdian pada Masyarakat : Nomor 52, halaman 30 – 36 : http://online-journal.unja.ac.id/ index.php/jlpm/article/download/92/81 : 12 Oktober 2015 , pukul 11.40 WIB Ringkasan Artikel ini menjelaskan tentang bagaimana cara membuat video yang baik untuk menyebarkan inovasi pertanian. Pengabdian ini dilaksanakan di Aula Rektorat Lantai 3 Kampus Mendalo Darat pada tanggal 29 Oktober 2011, yang diikuti oleh mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang telah mengontrak mata kuliah teknologi informasi dan multimedia. Materi kegiatan terdiri dari : fungsi, peranan, pemanfaatan video sebagai media penyebaran inovasi pertanian dan teknik pengambilan gambar untuk pembuatan video. Selanjutnya mahasiswa dilatih mengenai teknik pengambilan gambar untuk pembuatan video. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat ditarik kesimpulan yaitu : 1. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Jambi sebagai peserta memberikan respon positif, hal ini terbukti dari banyaknya peserta yang mengikuti kegiatan dan manfaat yang mereka peroleh yaitu mendapat pengetahuan tentang pembuatan media video; 2. Meningkatkan kerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas Jambi dengan dinas terkait seperti dinas pertanian tanaman pangan, Balai penyuluhan teknologi pertanian (BPTP) dan media massa; 3. Membantu Fakultas Pertanian Universitas Jambi dalam upaya mendapatkan video penyuluhan sebagai bahan penyuluhan di daerah binaan. 9 Analisis Video merupakan salah satu media massa jenis elektronik yang berfungsi untuk menyampaikan informasi kepada audiens sasaran agar terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan (Kuswadi, 1996). Menurut Sudjana dan Rivai (1992) manfaat media video yaitu : 1. Dapat menumbuhkan motivasi; 2. Makna pesan akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami oleh petani dan memungkinkan terjadinya penguasaan dan pencapaian tujuan penyampaian informasi; 3. Metode penyuluhan akan bervariasi tidak semata-mata melalui komunikasi ceramah; 4. Audiens akan lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar tidak hanya mendengar tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung dan memerankan. Perkembangan pada bidang teknologi video menyebabkan pemakaian medium ini semakin meluas. Video telah mengalami perubahan bentuk menjadi CD atau DVD yang mampu menampilkan pesan menggunakan gambar, suara, musik dan teks. Video mempunyai keunggulan sebagai media penyebaran inovasi pertanian yaitu : 1. Memperlihatkan gerak; 2. Mempermendek jarak dan waktu; 3. Memperlihatkan fenomena yang tidak dapat dilihat dengan mata; 4. Mengkomunikasikan pesan kepada pemirsa (audiens) yang spesifik; 5. Dapat digunakan berulang-ulang kali; 6. Dapat mengurangi sequence secara akurat; 7. Mampu memancing emosi; 8. Berisi visualisasi dan suara (Pribadi, 2003). Video sebagai media penyebaran inovasi pertanian merupakan upaya seorang ahli untuk menyampaikan pesan sehingga terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan audiens yang menyaksikan tayangan video. Dalam pembuatan video pun dibutuhkan sebuah pengembangan pesan. Pengembangan pesan bertujuan agar alur cerita yang ditayangkan dalam video dapat menciptakan suasana yang menarik dan memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan audiens untuk menerima inovasi. 5. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume , halaman Alamat URL Tanggal diunduh : Pengaruh Visualisasi Gerak dan Foto Pada Media Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani di Desa Tangkit Baru : 2011 : Jurnal : Elektronik : Pera Nurfathiyah dan Tri Suratno : Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains : Vol. 13, No 1 , halaman 43 – 52 : http://download.portalgaruda.org/article.php? article=12266&val=894 : 12 Oktober 2015, pukul 11.49 WIB Ringkasan Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang dialami oleh petani – petani nanas di desa Tangkit Baru Kabupaten Muara Provinsi Jambi. Untuk memberikan nilai tambah dari nanas yang mereka peroleh, para petani mengolah nanas tersebut 10 menjadi dodol nanas. Namun dodol yang diproduksi oleh mereka memiliki kualitas yang buruk. Para petani tidak mengetahui bagaimana cara membuat dodol yang memiliki rasa yang enak, tahan lama, dan memiliki prospek pasar. Hal ini membuat dodol nanas yang mereka buat tidak laku di pasar. Peneliti melihat sebuah kasus di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat yang berbanding terbalik dengan kasus para petani di desa Tangkit Baru. Perusahaan dodol nanas Mekar Sari memiliki kualitas dodol nanas yang baik. Dengan adanya dua kasus tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas dodol nanas melalui penyampaian informasi bagaimana membuat dodol nanas dengan kualitas yang baik sehingga petani dapat mengetahui dan memahami bagaimana membuat dodol nanas melalui media video. Media video dipilih karena memiliki keunggulan dalam mengkombinasikan teks, grafik, suara dan visualisasi sehingga petani dapat melihat langsung tayangan yang ada di Kabupaten Subang. Penelitian ini dilakukan oleh Pera Nurfathiyah dan Tri Suratno dengan tujuan menentukan dan menganalisis bentuk visualisasi yang paling efektif untuk meningkatkan pengetahuan petani di desa Tangkit Baru. Bentuk visualisasi yang digunakan terdiri dari dua yaitu visualisasi gerak dan foto.Peneliti ingin melihat manakah bentuk visualisasi yang paling efektif dalam video untuk meningkatkan pengetahuan petani. Penentuan populasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan kriteria kepala keluarga, petani pengusaha dodol nanas, tidak buta huruf, pendidikan minimal SLTP dan berumur maksimal 55 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen murni (true experiment) dengan desain faktorial menggunakan uji pretest dan posttest control group design. Peubah bebas terdiri dari visualisasi gerak dan visualisasi foto. Perubah tidak bebas dalam penelitian ini adalah peningkatan pengetahuan petani setelah menyaksikan media video tentang pengolahan dodol nanas. Hasil dari penelitian ini adalah penyampaian pesan dengan kombinasi visualisasi gerak lebih efektif daripada menggunakan visualisasi foto untuk meningkatkan pengetahuan responden tentang pengolahan dodol nanas melalui media video dan penyampaian pesan dengan menggunakan gerak lebih efektif karena kemampuan media video dalam menampilkan gambar secara nyata sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Analisis Dalam kasus ini media audio visual (video) digunakan dalam penyuluhan untuk memberikan informasi kepada para petani nanas di desa Tangkit Baru tentang bagaimana membuat dodol nanas dengan kualitas yang baik sehingga petani dapat mengetahui dan memahami bagaimana membuat dodol nanas yang baik. Hasilnya adalah adanya peningkatan pengetahuan petani tentang bagaimana membuat dodol nanas dengan kualitas yang baik. Peningkatan itu ditunjukkan oleh hasil pretest dan posttest. Dari artikel ini pun diketahui bahwa video yang menggunakan visualisasi gerak lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden (petani) daripada visualisasi foto. Hal ini terjadi karena penggunaan bentuk visualisasi gerak menampilkan gambar secara nyata (live) sehingga mampu menggugah minat dan 11 keingintahuan responden untuk mengikuti tayangan. Peningkatan pengetahuan responden tentang pengelolaan dodol nanas secara nyata diakibatkan oleh tayangan video yang diberikan kepada responden. Namun sayangnya, belum ada penjelasan apakah para responden (petani) mampu menerapkan pembuatan dodol dengan baik atau tidak. Karena hanya dijelaskan tentang peningkatan pengetahuan (kognitif) belum menjelaskan apakah dodol nanas yang mereka buat bisa bersaing di pasar atau tidak. 6. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume , halaman Alamat URL Tanggal diunduh : Efektivitas Media Audio Visual (Video) Terhadap Tingkat Pengetahuan Petani Ternak Sapi Perah Tentang Kualitas Susu di Desa Indrokilo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang : 2012 : Jurnal : Elektronik : S. Hamtiah., S. Dwijatmiko., S. Satmoko. : Animal Agriculture Journal : Volume 1, Nomor 2, halaman 322 – 330 : http://ejournal-s1.undip.ac.id/ index.php/aaj/article/viewFile/1355/1376 : 12 Oktober 2015 , pukul 18.44 WIB Ringkasan Tingkat pengetahuan dan kesadaran peternak sapi perah terhadap pentingnya kualitas susu di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan negara-negara lainnya. Melihat keadaan tersebut, perlu adanya sosialisasi membangun kesadaran pentingnya kualitas susu terutama bagi peternak sapi perah, karena hasil produksi susu dari ternak-ternaknya berpengaruh besar terhadap kualitas produk-produk susu. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian pentingnya manajemen pemeliharaan dan manajemen pasca panen dengan metode penyuluhan dengan menggunakan media audio visual (video). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan tentang kualitas susu sebelum dan sesudah pemutaran media audio visual, dan mengetahui perubahan pengetahuan tentang kualitas susu sesudah pemutaran media audio visual di Desa Indrokilo Kec. Ungaran Kab. Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen pre-test dan post-test Penyuluhan dilakukan satu kali. Pemberian perlakuan yang sama sebelum dan sesudah melihat audio visual (video) baik waktu, tempat dan peralatan yang sama dengan tujuan memperoleh kondisi peternak responden yang sama. Perubahan pengetahuan peternak tentang kualitas susu segar diukur dengan menggunakan test tertulis menggunakan kuesioner dengan 20 pertanyaan. Hasil penelitian ini adalah pengetahuan peternak sapi perah tentang manajemen pemeliharaan dan manajemen pasca panen meningkat dan tentang kualitas susu segar. Media audio visual (video) memiliki peranan dalam meningkatkan pengetahuan responden. 12 Analisis Media audio visual (video) digunakan untuk mensosialisasikan informasi tentang kualitas susu segar yang baik. Media audio visual (video) merupakan media yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan responden. Hal ini disebabkan karena media audio visual (video) lebih menarik, tidak membosankan karena bergambar hidup dan mudah dipahami. Responden lebih tertarik untuk menonton (melihat) dan mendengarkan, sehingga peningkatan pengetahuan responden menjadi lebih baik. Selain itu hal ini terjadi dikarenakan media audio visual (video) memiliki beberapa kelebihan, yaitu media gambar hidup yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan. selain dipengaruhi oleh penyuluhan dengan media audio visual (video). Adanya peningkatan pengetahuan yang diperoleh juga dipengaruhi oleh faktor kondisi peternak dari segi usia, pendidikan dan pengalaman beternak yang homogen. Usia peternak dari 31 tahun hingga 67 tahun, pendidikan responden dari SD (21 peternak), SMP (12 peternak), SMA (6 peternak), dan S1 (1 peternak). Pengalaman beternak yang berbeda-beda dari 0-5 tahun beternak hingga 26-30 tahun. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin besar peluang tingkat pengetahuan yang dipeorleh, selain tinggi redahnya pendidikan, lama pengalaman beternak juga berpengaruh besar terhadap tingkat pengetahuan, semakin lama semakin besar peluang peningkatan pengetahuan, sebaliknya dari factor usia, semakin tua umur peternak yaitu 60 tahun keatas maka daya ingat yang ditangkap berkurang sehingga pengetahuan yang diperoleh tetap. 7. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume , halaman Alamat URL Tanggal diunduh : Efektifitas Penyuluhan pada PT. TAKII SEED terhadap Petani Kool di Desa Pikatan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar : 2011 : Jurnal : Elektronik : Eko Murdiyanto : SEPA : Volume 8, Nomor 1, halaman 42 – 49 : agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/06SEPA-Efektifitas-penyuluhan-EKOMURDIYANTOUPNyk-revisi.pdf : 5 Oktober 2015 , pukul 15.58 WIB Ringkasan PT. TAKII SEED adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan menjalin kerjasama dengan petani di Desa Pikatan yang sebelumnya menanam kool jenis summer autumn untuk mengembangkan tanaman kool jenis TI 157 yang merupakan kool yang ditanam di dataran rendah pada musim kemarau. Kool jenis TI 157 memiliki keunggulan dalam memperoleh krop yang seragam dan 13 memiliki waktu panen yang lebih cepat. Petani di Desa Pikatan telah membudidayakan kool jenis summer autumn secara turun temurun sampai sekarang. Oleh karena itu PT. TAKII SEED dalam mengembangkan kool jenis baru perlu mengembangkan model penyuluhan yang dapat diterima oleh petani di Desa Pikatan. Penelitian ini bertitik tolak dari asumsi bahwa pengunaan metode penyuluhan yang berbeda akan memberi dampak yang berbeda terhadap petani di Desa Pikatan. Oleh karena itu perlu dilihat efektivitas penyuluhan terhadap petani di Desa Pikatan dalam penerimaan teknologi baru berupa tanaman kool TI 157. PT. TAKII SEED sendiri melakukan penyuluhan dengan tiga metode, yaitu : 1. Penggunaan audio visual (penyuluhan dengan menggunakan film dalam format VCD sebagai media); 2. Farmer meeting (pertemuan petani yang dihadiri oleh semua petani yang mengusahakan kool TI 157 dalam satu ruangan yang biasanya dilakukan di rumah petani sekaligus pengepul; 3. Farmer Field Day (sehari di lahan petani). Untuk menganalisis model penyuluhan yang digunakaan PT. TAKII SEED dan efektivitas penyuluhan digunakan analisis deskriptif, yaitu meneliti status sekelompok manusia, obyek, satu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Efektivitas penyuluhan diukur dalam efektivitas terhadap pesan, media, dan efektifitas terhadap penuluh. Teknik analisis dengan menggunakan skala likert dalam skor 1-3. Efektivitas penyuluhan dikategorikan kedalam efektivitas rendah, sedang dan tinggi. Efektivitas penyuluhan rendah apabila skor yang dicapai 22 – 36, efektivitas penyuluhan sedang 37 – 51 dan Efektivitas penyuluhan tinggi apabila mencapai skor 52-66. Efektivitas penyuluhan dengan menggunakan ketiga metode termasuk tinggi, metode audio visual dengan skor 65,8 (99,64%), metode Farmer Meeting dengan skor 65,65 (99,47%), metode Farmer Field Day dengan skor 62,2 (98,73%), hal ini berarti bahwa penggunaan ketiga metode yang dilakukan oleh field asistant mampu memberikan tambahan informasi yang berguna bagi petani, mampu mendidik petani menjadi lebih paham dengan budidaya kool TI 157 dan mampu mempengaruhi petani untuk menanam kool TI 157 dengan baik. Analisis Media audio visual (video) disini digunakan untuk menyampaikan informasi, mendidik dan mempengaruhi petani untuk menanam kool TI 157, karena petani akan mengetahui varietas baru yang dapat diterapkan di lokasi dan cocok dengan karakteristik benih tersebut. Dan hasilnya penggunaan metode audio visual yang disampaikan field assistant dalam Penyuluhan Kool TI 157 di Desa Pikatan efektif digunakan. Penggunaan media audio visual yang dilakukan oleh field asistant mampu memberikan tambahan informasi yang berguna bagi petani, mampu mendidik petani menjadi lebih paham dengan budidaya kool TI 157 dan mampu mempengaruhi petani untuk menanam kool TI 157 dengan baik. Kekurangan dari jurnal ini adalah tidak dijelaskannya seara rinci tentang bagaimana mendapatkan skor dan menjelaskan skor efektitivitas terhadap pesan, efektifitas terhadap media, dan efektifitas terhadap penyuluh. Penulis hanya menyampaikan hasil secara keseluruhan. 14 8. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume , halaman Alamat URL Tanggal diunduh : Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke : 2007 : Jurnal : Elektronik : Aida Vitalaya S. Hubeis : Jurnal Agro Ekonomi : Volume 25, Nomor 1, halaman 1 – 10 : http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/J AE%2025-1a.pdf : 5 Oktober 2015 , pukul 15.56 WIB Ringkasan Serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK) menyebabkan produksi kakao di Indonesia menurun sampai 82% (Atmawinata, 1995). Banyak cara telah dilakukan untuk menghilangkan hama ini, namun cara-cara tersebut gagal dan belum dapat mengatasi upaya pemberantasan hama PBK secara efektif dan efisien. Lalu pada tahun 2000-2003 di beberapa titik sentra perkebunan kakao di Sulawesi Selatan telah menemukan suatu jenis pupuk sebagai salah satu cara untuk mengatasi hama BOK secara efektif dan efisen. Pupuk ini diberi nama Agrodyke. Berdasarkan temuan ini, lembaga teknis Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kabupaten Kolaka mengintroduksi dan mendiseminasikan pemakain Agrodyke kepada kelompokkelompok tani sebagai upaya mengatasi serangan hama PBK. Hal ini dilakukan melalui jaringan komunikasi, seperti penyuluhan tatap-muka, demplot, dan media massa. Dalam hal ini, video digunakan sebagai media instruksional untuk mendiseminasikan pesan penggunaan Agrodyke dalam upaya pemberantasan hama PBK. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui perubahan pengetahuan petani tentang cara penggunaan pupuk agrodyke; dan 2. Mengetahui pengaruh unsur kemasan pesan di video pada peningkatan pengetahuan petani tentang cara penggunaan pupuk agrodyke. Penelitian bersifat eksperimen (pre-experimental) dan penyampaian pesan penggunaan pupuk agrodyke melalui media video sebagai perlakuan. Desain penelitian adalah one group pre and postest design. Peubah bebas adalah narasi, gambar (visual), materi, waktu dan musik latar video “seputar penggunaan pupuk agrodyke’ dan peubah terikat adalah peningkatan pengetahuan petani. Pengumpulan informasi tentang hal ini diperoleh melalui kuesioner tersutruktur. Hasil yang didapatkan adalah penggunaan media video sangat signifikan di dalam meningkatkan pengetahuan petani tentang pupuk agrodyke yang ditunjukkan oleh peningkatan skor pengetahuan petani setelah menyaksikan tayangan video mengenai penggunaan pupuk agrodyke. Unsur penyajian gambar (visual), narasi, materi dan waktu tayang video berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan petani tentang penggunaan pupuk agrodyke. 15 Analisis Dalam artikel ini ditunjukkan bahwa media video digunakan sebagai media instruksional untuk mendiseminasikan pesan penggunaan agrodyke dalam upaya pemberantasan hama PBK. Dan media video pun efektif dalam meningkatkan pengetahuan petani tentang cara menggunakan pupuk agrodyke. Pada penelitian ini pun dijelaskan tentang unsur – unsur dalam video yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan pada responden. Unsur – unsur tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 10. Narasi : unsur audio sangat penting di dalam pengkemasan pesan, terutama untuk memperkuar penjelasan pesan visual. Salah satu bentuk atau format penjelasan pesan visual adalah narasi. Unsur narasi sangat menentukan perubahan peningkatan pengetahuan petani tenang penggunaan pupuk agrodyke. Gambar : visual realistik tentang cara penggunaan pupuk agrodyke dalam mengatasi hama PBK yang ditayangkan dalam media video kepada petani ditampilkan dalam bentuk gambar bergerak tentang penggunaan pupuk agrodyke. Menurut petani yang rata – rata berpendidikan rendah (SD), penyajian visual sangat membantu mereka di dalam memahami proses penggunaan pupuk agrodyke untuk mengatasi hama PBK secara rinci dan runtut. Materi : tayangan materi pupuk agrodyke di video berpengaruh nyata dan signifikan. Petani merasa berkomunikasi langsung dengan penyaji pesan dalam tayangan di video. Waktu : waktu penyangan video penggunaan pupuk agrodyke menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan petani. Artinya, penggunan waktu tayang yang berdurasi 10-15 menit cukup efektif. Musik : unsur musik dalam tayangan video tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap peningkatan pengetahuan petani. Namun, menurut petani, unsur musik cukup membantu kenyamanan mereka ketika melihat dan menyerap informasi pupuk agrodyke yang ditayangkan di video. Judul : Pengaruh Bentuk Visualisasi dan Format Narasi Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan Tentang Pengolahan Yogurt Rumahan Tahun : 2015 Jenis Pustaka : Tesis Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Hari Otang Sasmita Alamat URL : repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345678 9/75266/2015hos.pdf?sequence=1&isAllowed=y Tanggal diunduh : 7 Desember 2015, pukul 15.00 WIB 16 Ringkasan Posdaya Menteng Berkarya merupakan salah satu Posdaya di Kota Bogor yang mulai aktif sejak didirikan tahun 2012 bersama P2SDM-IPB. Berbagai kegiatan pemberdayaan keluarga yang sudah berjalan diantaranya: Posyandu balita dan lansia; PAUD dan pengajian agama Islam anak-anak; serta sentra kerajian miniatur kapal dari bambu, asesoris kain perca, asesoris limbah kertas koran, dan asesoris limbah sendok plastik (P2SDM-LPPM IPB 2012). Yogurt adalah salah satu produk hasil fermentasi susu (nabati dan hewani) yang bernilai gizi dan ekonomi tinggi yang ingin dipelajari anggota Posdaya Menteng Berkarya. Proses produksi yang baik dan benar sesuai skala produksi rumahan perlu diajarkan kepada anggota Posdaya Menteng Berkarya dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu secara mandiri memproduksi dan mampu mendorong kreatifitas berwirausaha selain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan video dapat meingkatkan pengetahuan tentang pengolahan yogurt rumahan? Dan apakah bentuk visualisasi dan format narasi dalam penyampaian pesan melalui video dapat mempengaruhi peningkatan pengetahuan tentang pengelolaan yogurt rumahan? Setiap fenomena sosial yang kompleks sering kali beberapa variabel berinteraksi secara bersamaan, dan membatasi penelitian hanya satu variabel independen dapat memaksakan sebuah kesederhanaan buatan pada situasi yang kompleks. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni (true experiment) dengan desain faktorial 2x2 (Campbell and Stanley 1963; Ary et al. 2010; Kountur 2003) dan menggunakan pretest postest control group design. Desain faktorial adalah di mana peneliti memanipulasi dua variabel atau lebih secara bersamaan untuk mempelajari pengaruh bebas dari masing-masing variabel terhadap variabel terikat, serta pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antara beberapa variabel (Ary et al. 2009; Kountur 2003). Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan video dalam menyampaikan informasi tentang pengolahan yogurt rumahan sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan peserta anggota Posdaya Menteng Berkarya, Kota Bogor. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya peningkatan pengetahuan responden setelah melihat video. Analisis Media audio visual (video) dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan infomrasi tentang pengolahan yogurt rumahan yang baik dan benar. Dan dari penelitian ini ditemukan hasil bahwa penggunaan video dalam menyampaikan informasi tentang pengolahan yogurt rumahan sangat efektif untuk meningkatkan pengetahuan peserta anggota Posdaya Menteng Berkarya, Kota Bogor. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya peningkatan pengetahuan responden setelah melihat video. Peubah bebas dalam penelitian ini, adalah Visualisasi (bentuk video dan foto) dan Format Narasi (Formal dan Personal). Peubah tidak bebasnya adalah peningkatan pengetahuan tentang pengolahan yogurt. Dalam penelitian ini pun ditemukan hasil bahwa karakteristik umur, pendidikan dan pemilikan media massa tidak memiliki hubungan yang erat terhadap peningkatan pengetahuan responden. Peningkatan pengetahuan yang 17 diperoleh responden adalah akibat dari perlakuan visualisasi dan narasi yang diberikan. 11. Judul : Efektifitas Penggunaan Multimedia Dalam Penyuluhan Pemupukan Padi Sawah Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani di Desa Bungaraya Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak Tahun : 2012 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Abdul Rokhim, Fajar Restuhadi, Kausar Nama Jurnal : Volume , : halaman Alamat URL : http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/ha ndle/123456789/3061/JURNAL%20ABDUL%2 0ROKHIM.pdf?sequence=1 Tanggal diunduh : 5 Oktober 2015 , pukul 15.55 WIB Ringkasan Berdasarkan hasil survey (2012) dengan beberapa petani di Desa Bungaraya bahwa masih terdapat beberapa petani yang kurang mengerti cara pemupukan yang benar. Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Melihat pengaruh penggunaan multimedia terhadap peningkatan pengetahuan petani; 2. Melihat efektifitas dari kombinasi perlakuan terhadap tingkat pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen murni dengan desain factorial 2x2 dan menggunakan pre-test dan post-test. Peubah bebas terdiri dari 2 level, yaitu multimedia dan tingkat pendidikan. Faktor multimedia terdiri dari audio visual gerak dan audio visual diam, sedangkan tingkat pendidikan terdiri dari tingkat pendidikan SMP dan tingkat pendidikan SMA. Peubah tidak bebas adalah peningkaatan pengetahuan petani setelah menyaksikan presentasi penyuluhan menggunakan multimedia tentang Pemupukan Padi Sawah. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan multimedia sangat efektif digunakan dalam kegiatan penyuluhan dan didukung media/alat bantu penyuluhan yang dimiliki petani. Penggunaan Audio Visual Gerak memiliki kemampuan yang lebih baik dari pada Audio Visual Diam dalam meningkatkan pengetahuan responden. Tidak terdapat pengaruh interaksi antara perlakuan multimedia dengan tingkat pendidikan. Artinya kedua kelompok perlakuan ini memiliki kemampuan yang sama dalam meningkatkan pengetahuan responden. Dan berdasarkan beberapa analisis. penggunaan Audio Visual Gerak lebih efektif daripada menggunakan Audio Visual Diam baik pada tingkat pendidikan SMP maupun SMA. 18 Analisis Media audio visual (video) digunakan untuk menginformasikan bagaiamana melakukan pemupukan padi yang benar. Para responden merasa penyuluhan menggunakan media video lebih menarik dari penyuluhan yang biasanya dilakukan. Media video pun efektif meningkatkan pengetahuan responden. Multimedia yang menggunakan tayangan Audio Visual Gerak dapat meningkatkan pengetahuan responden lebih tinggi daripada menggunakan media audio visual diam. Penggunaan multimedia Audia Visual Gerak dapat merangsang minat atau perhatian dan dapat menginformasikan tentang sesuatu dengan gerakan yang lebih nyata. Penyajian hasil dan interpretasi nya sudah baik dan jelas. Namun sayangnya pada jurnal ini tidak dijelaskan masalah yang dialami secara rinci dan juga tidak menjelaskan keadaan yang terjadi di daerah penelitiannya. 19 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian Penyuluhan pertanian adalah sebuah proses pendidikan untuk petani yang bertujuan untuk merubah perilaku mereka untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Artinya petani dibuat mandiri dalam menghadapi masalah yang mereka temukan. Slamet (1995) menjelaskan bahwa penyuluhan pertanian adalah industri jasa yang menawarkan pelayanan pendidikan (non-formal) dan informasi pertanian kepada petani dan pihak – pihak lain yang memerlukan. Definisi ini tetap melihat penyuluhan pertanian sebagai usaha pendidikan non-formal yang bertujuan mengembangkan sumberdaya manusia pertanian agar dengan usaha – usahanya mereka mampu meningkatkan kualitas kehidupannya. Komunikasi diartikan sebagai suatu pernyataan antarmanusia, baik secara perorangan maupun berkelompok, yang bersifat umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu. Jika pengertian tersebut dikaitkan dengan bidang pertanian, maka komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antarmanusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun secara berkelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang-lambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada metode penyuluhan (Soekartawi, 2005). Di Indonesia, pola komunikasi yang digunakan oleh para penyuluh pertanian mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sadono (2009) dengan judul Perkembangan Pola Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia, beliau menjelaskan bahwa pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Pada awalnya pola komunikasi yang dikembangkan adalah pola komunikasi yang bersifat linear dari pemerintah atau peneliti melalui penyuluh kepada petani. Sejalan dengan perkembangan pemahaman pemerintah atau peneliti, kemajuan yang dialami oleh petani, tuntutan demokratisasi di berbagai bidang, maka pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian juga mengalami perubahan ke arah pola komunikasi yang partisipatif dan dialogis sehingga diharapkan akan lebih mampu memenuhi kebutuhan petani. 1. Model komunikasi linear yang dikemukakan oleh David Berlo yaitu suatu model komunikasi interpersonal yang dikenal dengan model SMCR (Source, Message, Channel, Receiver). Pada model SMCR, Sumber (Source) diasumsikan sebagai orang yang mempunyai informasi yang senantiasa mengirimkan informasi yang disebutnya sebagai Pesan (Message) kepada Penerima (Receiver) melalui Saluran komunikasi (Channel), sehingga menimbulkan perubahan perilaku pada Penerima sesuai dengan yang dikehendaki oleh Sumber. Model Berlo sangat mengutamakan pada pengaruh pesan terhadap perilaku Penerima, oleh karenanya orientasinya lebih kepada bagaimana pesan harus diterima oleh Penerima sesuai kehendak Sumber. Itu sebabnya bersifat linear dan searah dalam arus pesan. Model komunikasi penyuluhan pertanian tersebut diadopsi dari Amerika Serikat. Pada dekade 1950-an, Indonesia banyak mendatangkan ahli-ahli pertanian dari Amerika Serikat dan mengirimkan ahli-ahli pertanian untuk belajar di Amerika Serikat. Model ini dipandang gagal untuk menampung unsur-unsur penting yang harus dibangun untuk keberhasilan penciptaan teknologi dan transfer inovasi 20 pertanian, diantaranya adalah tidak menyentuh lapisan akar rumput dalam masyarakat petani. Model SMCR Searah ini juga mengabaikan fakta bahwa kebanyakan para peneliti dan penyuluh pertanian berasal dari keluarga petani dan seringkali telah mengelola usahataninya sendiri serta mengetahui secara persis permasalahan yang mereka hadapi serta bagaimana mengatasinya. Gambar 1 Model Komunikasi SMCR Searah (Sadono 2009) 2. Soekartawi (2005) dalam bukunya menjelaskan bahwa komunikasi pertanian antar penyuluh dengan petani terjadi bukan saja dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah laku komunikan seperti yang ditemui dalam metode penyuluhan pertanian, tetapi lebih dari itu. Dalam sejarah perkembangannya sering dipengaruhi dan dimonopoli oleh pihak pemberi pesan, sehingga model komunikasi pertanian yang demikian sering dikenal dengan istilah “model linear”. Anggapan ini terlalu lemah mengingat komunikan akan tertarik untuk mendapatkan informasi pertanian kalau mereka memang membutuhkan. Bukan itu saja, masih banyak faktor lain yang mempengaruhi komunikan agar mereka mau dan mampu menyerap pesan yang diberikan oleh komunikator. Dengan kenyataan yang demikian, maka berkembanglah anggapan baru bahwa model linear adalah bersifat statis yang perlu direvisi. Model Komunikasi Forum Media adalah model yang didasarkan pada model komunikasi dua tahap (two step flow model) yang memberikan peranan media massa yang dihubungkan dengan komunikasi antar pribadi. Dalam model ini masyarakat dipandang sebagai individu-individu yang saling berinteraksi dan media massa dipandang tidak terlalu kuat mempengaruhi khalayak secara langsung. Dalam model ini, pada tahap pertama informasi dari media massa disampaikan kepada opinion leader (pemuka pendapat) atau merupakan tahap transfer informasi. Pada tahap kedua, informasi dari pemuka pendapat disampaikan kepada khalayak atau pengikutnya. 21 Gambar 2 Model Komunikasi Media Forum (Sadono 2009) 3. Di Indonesia sendiri dimulai dengan adanya kelompok pendengar (mendengarkan radio) namun kelompok pendengar tidak bertahan lama karena ada beberapa masalah. Selain itu ada kelompok pembaca (Koran Masuk Desa). Dengan berkembangnya teknologi TV, pada dekade 1980-an kemudian berkembang pula forum TV. TV dipandang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media lainnya karena mampu menyampaikan pesanpesannya secara audio visual secara serentak sehingga berhasil memikat lebih banyak khalayak daripada media massa lainnya. Selama era Orde Baru, kehadiran TV di Indonesia memiliki kontribusi bagi pengembangan kelompok pemirsa. Pada akhir dekade 1980-an, ketiga kelompok forum media kemudian digabungkan namanya menjadi kelompok pendengar, pembaca dan pirsawan (kelompencapir). Kelompencapir ini juga menurun peranannya sejalan dengan meningkatnya pemilikan media TV serta dominannya persepsi pemirsa dalam memandang TV sebagai sumber hiburan. Komunikasi partisipatif dan dialogis antar petani dan penyuluh pertanian, terlihat pada model komunikasi jejaring (the network model). Model ini memandang perlunya para ilmuwan atau peneliti dan penyuluh untuk mendengar masalah-masalah yang dihadapi petani dan kebutuhan-kebutuhan mereka menurut perspektif mereka sendiri. Model ini juga dikembangkan berdasarkan kelemahan dalam penyuluhan pertanian yang menekankan pendekatan proses adopsi inovasi pertanian atau model Olie-Vlek System, dimana ditemukan bahwa hanya sebagian kecil lapisan atas masyarakat saja yang akses pada penyuluhan pertanian tersebut. Penyuluh bersama peneliti dan petani mengindentifikasi kebutuhan dan atau masalah yang dihadapi petani dalam usahataninya. Peneliti mencari hasil-hasil penelitian yang ada dan merakitnya bersama penyuluh menjadi teknologi untuk menjawab kebutuhan dan atau masalah petani tersebut. 22 Gambar 3 Model Komunikasi Jejaring (Sadono 2009) Dengan kata lain, komunikasi pertanian menjadi penting dalam metode penyuluhan pertanian dan metode penyuluhan pertanian tersebut penting dalam mencapai tujuan penyuluhan pertanian. Media Audio Visual dalam Penyuluhan Pertanian Slamet (1995) mengatakan bahwa petani Indonesia sudah banyak berubah dan berkembang. Pendidikannya sudah lebih baik, berwawasan kosmopolit dan telah lebih mampu berkomunikasi secara impersonal melalui media (Yustina dan Sudradjat, 2003). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat desa khususnya petani sudah terbiasa dengan kehadiran media massa. Salah satu bentuk dari media massa adalah media audio visual. Media audio visual merupakan salah satu kemajuan teknologi informasi yang banyak digunakan di sekitar kita. Media audio visual adalah media penyampai informasi yang memiliki karakteristik audia (suara) dan visual (gambar), jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua karakteristik tersebut (Haryoko, 2009). Media audio visual adalah seperangkat alat yang dapat menampilkan gambar bergerak dan suara yang digunakan sebagai alat bantu belajar dalam menyampaikan pesan, pengetahuan, ide dan bahan pembelajaran (Saberan, 2012). Salah satu contoh media audio visual adalah video. Sebagai media audio visual, video dapat menampilkan suara, gambar dan gerak sekaligus. Video sebagai media elektronik adalah media komunikasi yang memiliki unsur audio-visual (narasi, musik, dialog, sound efect, gambar atau foto, teks, animasi, grafik) sebagai keunggulannya dibanding dengan media komunikasi massa lainnya (Tubbs dan Moss, 1994; De Vito, 2001 dalam Hubeis, 2007). Sesuai dengan uraian di atas, video dapat digunakan sebagai media untuk penyuluhan pertanian karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan media lainnya. Film dan video berguna untuk mengembangkan dan memperkuat motivasi karena dapat membangkitkan keterlibatan emosi petani pada masaalah yang ingin didiskusikan penyuluh. Hal ini karena media video atau sejenisnya seperti multi media memerankan dua fungsi yang berbeda yaitu ; memperbaiki proses alih informasi (terutama proses kognitif) dan mengembangkan atau memperkuat motivasi untuk perubahan (yang pada awalnya adalah proses emosional) (van den Ban dan Hawkins, 1999). 23 Hasil – hasil penelitian yang disajikan di dalam bab ringkasan dan analisis mengungkapkan berbagai aspek penggunan media audio visual (video) dalam penyuluhan pertanian. Dalam artikel yang ditulis oleh Paramita, Martini, dan Rosethko (2013) dijelaskan bahwa media audio visual adalah sebuah media yang menarik untuk penyuluhan karena audiovisual serta melihat (gambar) diakui sebagai salah satu metode komunikasi yang disukai, baik itu bagi laki – laki atau wanita dan juga bagi orang yang berpendidikan rendah maupun tinggi. Selanjutnya dalam artikel yang ditulis oleh Nugroho (2009) menjelaskan bahwa Pusat Data dan Informasi Pertanian, Departemen Pertanian telah mengembangkan beberapa aplikasi Multiimedia Informasi Pertanian dengan berbagai format, salah satunya yaitu video tutorial. Tujuan dari kegiatan pengembangan aplikasi ini adalah untuk menyusun dan merancang sistem multimedia untuk menyusun dan merancang sistem multimedia untuk membantu dalam penyampaian materi teknologi informasi dan pengetahuan di bidang pertanian. Dalam artikel yang ditulis oleh Nurfathiyah, et al. (2011) perkembangan pada bidang teknologi audio visual menyebabkan pemakaian medium ini semakin meluas. Video sebagai media penyebaran inovasi pertanian merupakan upaya seorang ahli untuk menyampaikan pesan sehingga terjadi perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan audiens yang menyaksikan tayangan video. Dalam pembuatan video pun dibutuhkan sebuah pengembangan pesan. Pengembangan pesan bertujuan agar alur cerita yang ditayangkan dalam video dapat menciptakan suasana yang menarik dan memiliki pengaruh yang positif bagi perkembangan audiens untuk menerima inovasi. Hasil penelitian yang secara khusus membahas mengenai media audio visual (video) adalah penelitian Nurfathiyah dan Suratno (2011), Hamtiah, Dwijatmiko, dan Satmoko (2012), Murdiyanto (2011), Hubeis (2007), Benunur (2006), Sasmita (2015), dan Rokhim, Restuadi, dan Kausar (2012). Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut dapat dirangkum beberapa aspek penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian yang meliputi tujuan penggunaan media audio visual, jenis media audio visual yang digunakan, dan efektivitas media audio visual dalam penyuluhan pertanian. 1. Penggunaan media audio visual digunakan dalam penyuluhan bertujuan untuk memberikan informasi – informasi baru kepada para petani. Dari pustaka yang telah ditemukan, informasi yang diberikan kepada petani adalah informasi instruksional. Syam dan Sugiana (2001) menjelaskan bahwa komunikasi instruksional merupakan kegiatan komunikasi dengan sasaran kelompok yang berisi pengajaran tentang sesuatu pengetahuan atau keterampilan tertentu. Tujuannya adalah tercapainya perubahan perilaku pada sasaran didik, mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (Benunur, 2006). 2. Jenis media audio visual yang digunakan dalam penyuluhan pertanian adalah film dan video yang disimpan ke dalam compact disc (CD). CD digunakan karena mudah digunakan dan orang desa sudah tidak asing dengan CD. Menurut Littlejhon (2001) salah satu media massa yang praktis dan mudah digunakan dalam penyampaian informasi pembangunan adalah media video dalam bentuk piringan CD (Hubeis, 2007). 3. Penggunaan media audio visual dalam penyuluh pertanian efektif dalam meingkatkan pengetahuan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24 pengetahuan petani meningkat setelah mendapatkan penyuluhan menggunakan media audio visual. Dan dari hasil penelitian pun menunjukkan bahwa media audio visual yang menggunakan visualisasi gerak (visualisasi video) lebih efektif daripada media audio visual yang menggunakan visualisasi diam (visualisasi foto). Visualisasi media video adalah unsur visual yang mendukung penyajian pesan. Visualisasi gerak yaitu jenis visualisasi berupa gambar hidup hasil rekaman kamera video tentang benda, obyek atau pariwisata yang sebenarnya dan visualisasi foto (diam) yaitu gambar yang dibuat dengan teknik fotografi melalui kamera gerak yaitu jenis visualisasi hasil rekaman media video (Nurfathiyah dan Suratno, 2011). Perkembangan pada bidang teknologi video menyebabkan pemakaian media ini semakin meluas. Video telah mengalami perubahan bentuk menjadi CD atau DVD yang mampu menampilkan pesan menggunakan gambar, suara, musik dan teks. Pribadi (2003) dalam Nurfathiyah, et al. (2011) menambahkan bahwa video mempunyai keunggulan sebagai media penyebaran inovasi pertanian yaitu: (1) memperlihatkan gerak; (2) memperpendek jarak dan waktu; (3) memperlihatkan fenomena yang tidak dapat dilihat dengan mata; (4) mengkomunikasikan pesan kepada pemirsa (audiens) yang spesifik; (5) dapat digunakan berulang-ulang kali; (6) dapat mengurangi sequence secara akurat; (7) mampu memancing emosi; (8) berisi visualisasi dan suara. Dengan kelebihan yang dimiliki ini tayangan video mampu merubah pengetahuan audiens dari tidak tahu menjadi tahu, merubah sikap audiens dari tidak berminat menjadi minat dan merubah keterampilan audiens dari tidak terampil menjadi terampil. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Media Audio Visual Dalam Penyuluhan Pertanian Dari pustaka yang telah ditemukan dan dianalisis ditemukan ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas media audio visual untuk penyuluhan pertanian dalam peningkatan pengetahuan petani. Beberapa pustaka menyimpulkan bahwa unsur visualisasi yang ada dalam media audio visual merupakan salah satu faktor penting yang membuat pengetahuan petani meningkat. Seperti yang sudah dibahas di bagian “Penggunaan Media Audio Vsiual Dalam Penyuluhan Pertanian”, visualisasi gerak lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan petani akan sebuah informasi dibandingkan dengan visualisasi diam. Hal ini terjadi karena visualisasi gerak lebih realistis dalam menunjukkan cara dan lebih menarik bagi para petani. Merujuk kepada penelitian Hubeis (2007) yang berjudul “Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke”, ditemukan bahwa unsur – unsur yang ada di dalam video adalah faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan petani. Unsur penyajian gambar (visual), narasi, materi dan waktu tayang video berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan petani. Pada artikel yang ditulis oleh Nurfathiyah, et al. (2011) menunjukkan bahwa pengembangan pesan pada video pun penting untuk meningkatkan pengetahuan petani. Pengembangan pesan pada video bertujuan agar alur cerita yang ditayangkan dalam video dapat menciptakan suasana yang menarik dan memiliki 25 pengaruh yang positif bagi perkembangan audiens untuk menerima inovasi. Pesan yang akan ditayangkan melalui video dimulai dengan: 1. Tahap pengembangan ide yang meliputi pengumpulan materi pesan, penyeleksian dan penyusunan pesan kedalam medium yang telah ditetapkan. 2. Tahap penetapan tujuan yang akan dicapai yaitu apakah pesan yang akan dikembangkan akan mempengaruhi aspek pengetahuan, sikap atau keterampilan. 3. Tahap analisa audiens yaitu menyangkut karakteristik audiens yang dituju. Pengembangan pesan dapat efektif sesuai dengan sasaran yang dituju jika sebelum dilakukan pengembangan pesan terlebih dahulu mempelajari karakteristik sasaran yaitu pendidikan, umur, pekerjaan dan saluran komunikasi yang digunakan. Lionberger and Gwin (1982) mengemukakan beberapa karakteristik individu yang berpengaruh terhadap kesiapan untuk mengadopsi inovasi yaitu umur, tingkat pendidikan dan psikologis (Nurfathiyah, et al. , 2011). Merujuk kepada penelitian Hubeis (2007) yang berjudul “Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke” ditemukan sebuah pernyataan bahwa efektivitas penggunaan video sebagai media instruksional suatu informasi dipengaruhi oleh format kemasan pesan (message packaging). Kuswita (2003) menjelaskan lebih lanjut bahwa desain pesan instruksional melalui video dapat didesain dalam bentuk narasi, ceramah, dialog, peragaan, fragmen, dan visualisasi (Hubies, 2007). Benunur (2006) dalam tesis yang berjudul “Efektivitas Video Instruksional Dalam Diseminasi Informasi Pertanian” menjelaskan bahwa pengetahuan petani yang sudah menonton video meningkat karena beberapa hal yaitu : 1. Kontribusi Daya Tarik Video Instruksional; 2. Kontribusi Penerimaan Video Instruksional; dan 3. Kontribusi Keterlibatan Video Instruksional. Yang dimaksud dengan daya tarik video instruksional adalah semakin menarik dan jelas keragaan materi video instruksional, pengetahuan petani tentang materi yang diperagakan, makin meningkat. Berdasarkan kecenderungan tersebut, tampilan gambar, suara, teks, dan unsur – unsur pesan, merupakan unsur – unsur tampilan yang penting pada video instruksional. Maksud dari penerimaan tentang video instruksional adalah semakin tinggi penerimaan materi yang diperagakan video instruksional, akan semangkit meningkat tingkat pengetahuan petani. Artinya penyajian materi menggunakan media audio visual dapat diterima oleh petani. Keterlibatan video instruksional yang dimaksud adalah performans video dalam meningkatkan partisipasi petani, makin tinggi partisipasi petani menggunakan video instruksional, pengetahuannya makin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran video tidak hanya menarik dan dapat diterima, tetapi dapat melibatkan partisipasi petani. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan petani meningkat karena adanya unsur – unsur yang ada di dalam video seperti visualisasi, narasi, dan materi yang disampaikan dapat diterima oleh para petani. Maka dari itu diperlukan sebuah pengembangan pesan yang sangat baik supaya media audio visual seperti video bisa meingkatkan pengetahuan petani. 26 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Pola komunikasi penyuluh pertanian kepada petani mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada awalnya pola komunikasi yang dikembangkan adalah pola komunikasi yang bersifat linear dari pemerintah atau peneliti melalui penyuluh kepada petani. Sejalan dengan perkembangan pemahaman pemerintah atau peneliti, kemajuan yang dialami oleh petani, tuntutan demokratisasi di berbagai bidang, maka pola komunikasi yang dikembangkan dalam penyuluhan pertanian juga mengalami perubahan ke arah pola komunikasi yang partisipatif dan dialogis sehingga diharapkan akan lebih mampu memenuhi kebutuhan petani. Media audio visual adalah suatu medium (alat bantu) yang dapat membantu penyuluh dalam melakukan sebuah penyuluhan pertanian. Media ini digunakan dengan tujuan untuk memberikan informasi – informasi baru kepada para petani. Media ini dipilih karena mudah digunakan dan masyarakat pedesaan sudah tidak asing dengan media ini. Biasanya jenis media audio visual yang digunakan dalam sebuah penyuluhan pertanian adalah film dan video yang disimpan ke dalam sebuah compact disc (CD). Penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian efektif dalam meningkatkan pengetahuan petani. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan petani meningkat karena adanya unsur – unsur yang ada di dalam video seperti visualisasi, narasi, dan materi yang disampaikan dapat diterima oleh para petani. Maka dari itu diperlukan sebuah pengembangan pesan yang sangat baik supaya media audio visual seperti video bisa meingkatkan pengetahuan petani. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Penelitian yang mengkaji mengenai penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian sudah sering dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurfathiyah dan Suratno (2011), Hamtiah, Dwijatmiko, dan Satmoko (2012), Murdiyanto (2011), Hubeis (2007), Benunur (2006), Sasmita (2015), dan Rokhim, Restuadi, dan Kausar (2012) membuktikan efektivitas penggunaan media audio visual dalam penyuluhan pertanian. Dari beberapa literatur yang ditemukan penggunaan media audio visual baru dimanfaatkan dalam penyuluhan pertanian dalam bidang persawahan, perkebunan, dan peternakan belum dilakukan dalam bidang perikanan atau kelautan. Sasaran dari penyuluhan perikanan adalah nelayan kecil yang berada di sosial terbawah. Beda nelayan dengan petani adalah nelayan menghadapi tantangan alam yang lebih berat (Amanah, 2006). Baik nelayan maupun pembudidaya skala kecil hidup dalam kemisikinan dan keterbelakangan, maka dari itu mereka memerlukan program pengembangan kapasitas para nelayan kecil itu. Penyuluhan dapat memberi kontribusi pada peningkatan kemampuan nelayan. Melalui penyuluhan, akan terjadi perbaikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap nelayan. Bisnis mereka akan berkembang, demikian pula lingkungan hidup dan sosial budaya masyarakat setempat (Amanah, 2006). Maka dari itu penelitian penggunaan media audio visual dalam penyuluhan perikanan dibutuhkan untuk melihat apakah penyuluhan 27 perikanan yang menggunakan media audio visual dapat meningkatkan pengetahuan nelayan sama dengan penyuluhan pertanian di bidang persawahan, perkebunan, dan peternakan dalam penningkatan pengetahuan petani. Media audio visual adalah sebuah media yang mudah digunakan, oleh karena itu media audio visual dapat dimanfaatkan untuk menjadi media atau alat bantu dalam penyuluhan pertanian. Media audio visual yang potensial menjadi media dalam penyuluhan pertanian adalah video. Video potensial karena memiliki beberapa kelebihan seperti visualisasi yang realistis, narasi yang baik, dan materi yang bisa diterima oleh para petani. Seperti yang sudah dijelaskan di bagian pembahasan, penyuluhan pertanian adalah sebuah proses pembelajaran tentang sesuatu pengetahuan atau keterampilan tertentu. Tujuannya adalah tercapainya perubahan perilaku pada sasaran didik, mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (Benunur, 2006). Dari literatur yang ditemukan, baru ditemukan bahwa media video efektif dalam meningkatkan pengetahuan responden (kognitif), belum menunjukkan apakah ada perubahan di bidang afektif dan bidang psikomotorik yang disebabkan oleh media video. Maka dari itu media video dapat diteliti lebih lanjut dalam penggunaannya untuk penyuluhan pertanian. Berdasarkan uraian di atas, beberapa masalah yang menarik untuk diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pengetahuan nelayan sebelum dan sesudah penyuluhan perikanan yang menggunakan media video? 2. Bagaimana sikap nelayan sebelum dan sesudah penyuluhan perikanan yang menggunakan media video? 3. Bagaimana keterampilan nelayan sebelum dan sesudah penyuluhan perikanan yang menggunakan media video? 4. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi efektivitas media video dalam perubahan perilaku (afektif, kognitif, psikomotorik) nelayan? 28 Usulan Kerangka Analisis Baru Tubbs dan Moss (1994) dan De Vito (2001) menjelaskan bahwa video adalah media komunikasi yang memiliki unsur audio visual (narasi, musik, dialog, sound effect, gambar atau foto, teks, animasi, grafik) sebagai keunggulannya dibanding dengan media komunikasi massa lainnya (Hubeis, 2007). Oleh karena kelebihan itu, maka video bisa digunakan untuk menjadi media penyuluhan perikanan. Keefektivan video dalam menyampaikan pesan ditentukan oleh kemampuannya meningkatkan pengetahuan responden, merubah sikap responden, dan meningkatkan keterampilan responden. Efek tersebut diamati melalui hubungan faktor – faktor personal dengan materi yang diperagakan lewat video seperti karakteristik nelayan (tingkat pendidikan, umur, dan pengalaman berlayat) dan perilaku komunikasi nelayan (menonton TV, mendengar radio, membaca koran, kontak dengan penyuluh, kontak dengan nelayan). Berdasarkan penjelasan di atas maka karakterisitik nelayan (X1) dan perilaku komunikasi nelayan (X2) adalah peubah bebas Tujuan dari adanya sebuah proses pembelajaran (penyuluhan perikanan) adalah tercapainya perubahan perilaku pada nelayan, mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu, perubahan perilaku adalah peubah tidak bebas (Y) yang dapat diukur dari peningkatan pengetahuan (kognitif), perubahan sikap (afektif), dan peningkatan keterampilan (psikomotorik). Karakteristik (X1) : Nelayan Tingkat Pendidikan Umur Pengalaman Berlayar Perilaku Komunikasi Nelayan (X2) : Perubahan Perilaku Nelayan : Video untuk Penyuluhan Menonton TV Mendengar Radio Membaca Koran Kontak dengan Penyuluh Kontak dengan Gambar 4 Kerangka Pemikiran Penigkatan pengetahuan (Y1) Perubahan sikap (Y2) Peningkatan keterampilan (Y3) 29 DAFTAR PUSTAKA Amanah S. 2006. Penyuluhan Perikanan. Jurnal Penyuluhan. [internet]. [11 Januari 2016]. 2(4). hlm 62-69. Dapat diunduh dari : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/43036/Siti%20A manah.pdf?sequence=1 Benunur MN. 2006. Efektivitas Video Instruksional dalam Diseminasi Informasi Pertanian (Eksperimen Lapangan : Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Petani Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah). [tesis]. [internet]. [7 Desember 2015]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari : repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/9731/2006mnb.pdf?se quence=2&isAllowed=y Hamtiah S, Dwijatmiko S, Satmoko S. 2012. Efektivitas Media Audio Visual (Video) terhadap Tingkat Pengetahuan Petani Ternak Sapi Perah tentang Kualitas Susu di Desa Indrokilo Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Animal Agriculture Journal. [internet]. [12 Oktober 2015]. 1(2). hlm 322-330. Dapat diunduh dari : http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/aaj/article/viewFile/1355/1376 Haryoko S. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual Sebagai Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi Elektro. [internet]. [3 Januari 2016]. 5(1). hlm 1-10. Dapat diunduh dari : http://journal.uny.ac.id/index.php/jee/article/download/972/781 Hubeis. 2007. Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi. [internet]. [5 Oktober 2015]. 25(1). hlm 1-10. Dapat diunduh dari : http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/JAE%2025-1a.pdf Murdiyanto E. 2001. Efektifitas Penyuluhan pada PT. Takii Seed terhadap Petani Kool di Desa Pikatan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar. Jurnal SEPA. [internet]. [5 Oktober 2015]. 8(1). hlm 42-49. Dapat diunduh dari : agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/06-SEPAEfektifitas-penyuluhan-EKOMURDIYANTO-UPNyk-revisi.pdf Nugroho E. 2009. Pemanfaatan Aplikasi Multimedia Sebagai Sarana Penyebarluasan Informasi dan Penyuluhan Pertanian. Di dalam: Seminar Nasional “Kebijakan Aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Peningkatan Daya Saing Agribisnis Indonesia” Himpunan Informatika Pertanian Indonesia; 2009 Agu 6-7; Bogor, Indonesia. [internet]. [7 Desember 2015]. [penerbit tidak diketahui]. hlm 1-7. Dapat diunduh dari : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/31466 Nurfathiyah P, Mara A, Siata R, Farida A, Aprollita. 2011. Pemanfaatan Video Sebagai Media Penyebaran Inovasi Pertanian. Jurnal Pengabdian pada 30 Masyarakat. [internet]. [12 Oktober 2015]. [volume tidak diketahui] (52). hlm 30-36. Dapat diunduh dari : http://onlinejournal.unja.ac.id/index.php/jlpm/article/download/92/81 Nurfathiyah P, Suratno T. 2011. Pengaruh Visualisasi Gerak dan Foto pada Media Video terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani di Desa Tangkit Baru. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. [internet]. [12 Oktober 2015]. 13(1). hlm 43-53. Dapat diunduh dari : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=12266&val=894 Paramita E, Martini E, Roshetko JM. 2013. Media dan Metode Komunikasi dalam Penyuluhan Agroforestri : Studi Kasus di Sulawesi Selatan (Kabupaten Bantaeng dan Bulukumba) dan Sulawesi Tenggara (Kabupaten Konawe dan Kolaka). Di dalam: Seminar Nasional Agroforestri 2013; [waktu dan tempat pertemuan tidak diketahui]. [internet]. [12 Oktober 2015]. [penerbit tidak diketahui]. hlm 488-493. Dapat diunduh dari: http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/paper/PP034114.pdf Rokhim A, Fajar R, Kausar. [tahun tidak diketahui]. Efektifitas Penggunaan Multimedia dalam Penyuluhan Pemupukan Padi Sawah Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani di Desa Bungaraya Kecamatan Bungaraya. [jurnal tidak diketahui]. [internet]. [5 Oktober 2015]. [volume dan edisi tidak diketahui]. [halaman tidak diketahui]. Dapat diunduh dari : http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3061/JU RNAL%20ABDUL%20ROKHIM.pdf?sequence=1 Saberan R. 2012. Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Kependidikan. [internet]. [3 Januari 2016]. 7(2). hlm 1-19. Dapat diunduh dari : http://ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jpl/article/view/13/13 Sadono D. 2009. Perkembangan Pola Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Jurnal Komunikasi Pembangunan. [internet]. [7 Desember 2015]. 7(2). hlm 43-56. Dapat diunduh dari : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/viewFile/5687/4315 Sasmita HO. 2015. Pengaruh Bentuk Visualisasi dan Format Narasi Video terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Pengolahan Yogurt Rumahan. [tesis]. [internet]. [7 Desember 2015]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dapat diunduh dari : repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/75266/2015hos.pdf?se quence=1&isAllowed=y Slamet M. 2003. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pedesaan. Di dalam: Yustina I, Sudradjat A, editor. Kongres Penyuluhan Pertanian; 1987 Jul 4-6; Subang, Indonesia. Bogor (ID): IPB Press, hlm 722. 31 Slamet M. 2003. Pola, Strategi, dan Pendekatan Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian pada PJP II. Di dalam: Yustina I, Sudradjat A, editor. Dinamika dan Perspektif Penyuluhan pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua; 1995 Jul 4-5; Bogor, Indonesia. Bogor (ID: IPB Press, hlm 37-44. Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID): UI-Press Solahuddin S. 2009. Pembangunan Pertanian Awal Era Reformasi. Jakarta (ID): PT. PP. Mardi Mulyo. van den Ban AW, Hawkins HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Herdiasti AD, penerjemah. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius. Terjemahan dari: Agricultural Extension. Ed ke-2. 32 RIWAYAT HIDUP Faris Ahmad Saputra dilahirkan di Tegal pada tanggal 7 Agustus 1994, dari pasangan Saifudin dan Malilah. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah RA Al-Kautsar pada tahun 1999-2000, SD Negeri Batutulis 2 pada tahun 2000-2006, SMP Negeri 7 Kota Bogor pada tahun 2006-2008, SMP Al-Taqwa International Islamic School of Infonesia pada tahun 2008-2009, SMA Al-Taqwa International Islamic School of Indonesia pada tahun 2009-2010, SMA Negeri 4 Kota Bogor pada tahun 2010-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Tulis, pada tahun 2013 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif dalam organisasi, diantaranya sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (Himasiera) divisi Photography and Cinematography masa kepengurusan tahun 2014. Kemudian menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur Himasiera masa kepengurusan tahun 2015. Selain itu penulis juga aktif dalam kepantiaan, diantaranya sebagai anggota divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi (PDD) dalam acara 7th Ecology Sport and Art Event (7th ESPENT) pada tahun 2013. Menjadi Kepala Divisi PDD Masa Perkenalan Fakultas (MPF) Superhero 50 Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) pada tahun 2014, Menjadi anggota divisi Acara dalam acara KPM Gabung Antar Angkatan (KPM Garang) pada tahun 2014.