ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK DOKTER PENGISI REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS RAWAT INAP BAYI DAN ANAK DI RSIA BUDI KEMULIAAN TAHUN 2014 Puti Nazhifa Afdhal1, Purnawan Junadi2 1 Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 16412 2 Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok 16412 E-mail: [email protected] Analysis of the Relationship Between Characteristics of Doctor As A Filler Medical Records and the Completeness of Hospitalized Infants and Children Medical Records in RSIA Budi Kemuliaan Years 2014 Abstrak Penelitian ini membahas hubungan karakteristik dokter dengan kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak di RSIA Budi Kemuliaan tahun 2014. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak serta hubungannya dengan karakteristik dokter pengisi rekam medis. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa variabel yang tidak lengkap diisi adalah tanggal dan waktu, nama dan tanda tangan dokter, informed consent, dan resume medis. Sementara itu diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan antara jenjang pendidikan dan status kepegawaian dengan kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak. Abstract This study discusses the relationship between characteristics of doctor and the completeness of hospitalized infants and children medical records in RSIA Budi Kemuliaan Years 2014. This study aims to describe the completeness of hospitalized infants and children medical records as well as its relationship with the characteristics of doctor as a filler medical records. This is a quantitative study with cross-sectional study design. Based on the results of the study, it is known that variables incomplete filled are date and time, name and signature of the doctor, informed consent, and medical resume. Beside that, it is known that there are significant differences between levels of education and employment status with the completeness of hospitalized infants and children medical records. Keywords : Age; Doctor; Employment Status; Gender; Hospitalized; Levels of Education; Medical Records Years of Work. Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 Pendahuluan Dewasa ini, pembangunan kesehatan sudah berkembang pesat seiring dengan berkembangnya kesadaran, pengetahuan, dan kebutuhan masyarakat akan pentingnya kesehatan. Pada hakekatnya pembangunan kesehatan merupakan bentuk penyelenggaraan upaya kesehatan demi mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu aspek penting untuk mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan dan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan prima. Pelayanan kesehatan prima di rumah sakit dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian layanan dengan kualitas terbaik yang diberikan oleh rumah sakit kepada penerima layanan atau pasien. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 983 tahun 1992, salah satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan medik, penunjang medik dan non medik, pelayanan asuhan keperawatan, rujukan, pendidikan dan pelatihan, administrasi umum, dan keuangan. Penyelenggaraan yang optimal dari fungsi rumah sakit tersebut menjadi tolak ukur bagi kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pelayanan yang bermutu di setiap aspek, baik itu pelayanan medis maupun pelayanan non medis (pelayanan penunjang) dan unit atau bagian yang ikut berperan penting dalam peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit, salah satunya adalah unit atau bagian Rekam Medis (Rahmi, 2013). Pemerintah melalui Departemen Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis yang mengatakan bahwa rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Dengan kata lain, rekam medis dapat memberikan gambaran tentang standar mutu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit maupun oleh tenaga kesehatan yang berwenang di rumah sakit tersebut dan merupakan bukti otentik tentang apa yang telah dilakukan rumah sakit terhadap pasiennya. Dokumen-dokumen rekam medis juga berisikan data untuk membantu melindungi kepentingan hukum pasien, tenaga kesehatan, dan penyedia fasilitas pelayanan kesehatan. Kelengkapan dari sebuah dokumen rekam medis menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan yang merawat dan melakukan tindakan medis pada pasien yang bersangkutan. Tujuan dari penyelenggaraan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan di rumah sakit. Dengan kata lain baik dan buruknya isi dari dokumen rekam medis akan mempengaruhi proses administrasi dan manajemen rumah sakit. Menurut Joint Commission on Accreditation of Hospitals (JCAH) tahun 1984, rekam medis merupakan tanggung jawab masing-masing tenaga kesehatan dan staf rumah sakit untuk mengusahakan agar pencatatan rekam medis pasien dilengkapi dalam jangka waktu yang ditentukan sesudah pasien keluar dari rumah sakit. Dari hasil Praktikum Kesehatan Masyarakat (Prakesmas) III yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Juli yang lalu, peneliti melihat masih banyaknya rekam medis pasien yang tidak lengkap. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit itu sendiri dimana seharusnya merekalah yang bertanggung jawab dalam pengisian lembaranlembaran formulir yang ada di dalam dokumen rekam medis pasien. Selain itu, petugas rekam medis juga sering mengeluhkan bahwa masih banyak rekam medis yang belum lengkap diisi dan sudah dikembalikan ke ruang penyimpanan rekam medis. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi kinerja bagian rekam medis untuk memproses rekam medis tersebut dan juga akan menyebabkan menurunnya kualitas mutu dari pelayanan rumah sakit khususnya mutu pelayanan di Bagian Rekam Medis RSIA Budi Kemuliaan. Dari hasil observasi sederhana yang dilakukan pada saat Prakesmas III, angka ketidaklengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak masih lebih besar dari rekam medis rawat inap ibu, maka peneliti akan memfokuskan penelitian pada rekam medis rawat inap bayi dan anak. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kelengkapan rekam medis di rumah sakit dilihat dari karakteristik dokter yang mengisi rekam medis rawat inap pasien bayi dan anak di RSIA Budi Kemuliaan. Tinjauan Teoritis Menurut Permenkes Nomor 269/Menkes/Per/III/2008, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tujuan dari penyelenggaraan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi di rumah sakit, dimana tertib administrasi ini merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu rumah sakit dalam upaya pelayanan kesehatan (Zalukhu, 2010). Sedangkan menurut Huffman (1994), tujuan utama dari rekam medis adalah untuk mendokumentasikan riwayat hidup dan kesehatan seorang pasien secara akurat dan memadai, termasuk riwayat perawatan dan riwayat penyakit yang pernah diderita Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 oleh pasien di masa lalu maupun di masa yang sekarang, dengan penekanan pada peristiwa atau kejadian yang mempengaruhi pasien selama masa perawatan (Huffman, 1994). Rekam medis berfungsi agar tenaga kesehatan dapat mengikuti perkembangan pasien secara terus menerus dengan tanpa adanya suatu kegiatan yang tidak terekam, dimulai dari proses perjalanan pasien pada saat mendaftarkan diri sampai pasien tersebut selesai menjalani proses pelayanan dan pulang dari rumah sakit. Selain fungsi tersebut, rekam medis juga bertujuan untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan. Rekam medis juga dapat menjadi sebuah alat bukti pembelaan dan keterangan tertulis terhadap adanya tugas profesi yang dijalankan dengan baik, tidak ada kelalaian tugas serta dijalankan sesuai dengan standar profesi yang sudah mendapatkan persetujuan pasien atau keluarga (Hendrik, 2010). Menurut Mc. Gibony dan John R (1969) yang dikutip dalam Sabarguna (2005), dokumen rekam medis yang terisi dengan baik serta semua informasi yang cukup akan mempunyai kegunaan yang mencakup aspek-aspek “ALFRED” yaitu terdiri dari Administration (administrasi), Legal (hukum), Financial (keuangan), Research (penelitian), Education (pendidikan), dan Documentation (dokumentasi). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis, berkas rekam medis merupakan milik sarana pelayanan kesehatan dan isi rekam medis merupakan milik pasien. Isi rekam medis pasien rawat inap diatur di dalam pasal 3 Permenkes RI Nomor 269/Menkes/Per/ III/2008, yaitu: Identitas pasien, Tanggal dan Waktu, Hasil Anamnesis (mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit), Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Medik, Diagnosis, Rencana Penatalaksanaan, Pengobatan dan/atau Tindakan, Persetujuan Tindakan Apabila Diperlukan,Catatan Observasi Klinis dan Hasil PengobatanRingkasan Pulang, Nama dan Tanda Tangan Dokter atau Dokter Gigi atau Tenaga Kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan, Odontogram klinik (khusus untuk pasien kasus gigi). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Tenaga kesehatan yang berhak dan berkewajiban membuat rekam medis di rumah sakit, yaitu Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang bekerja di rumah sakit tersebut Dokter tamu pada rumah sakit tersebut, Residens, Tenaga paramedis perawatan dan paramedis non keperawatan, dan dokter luar negeri yang melakukan alih teknologi kedokteran dalam bentuk tindakan atau konsultasi kepada pasien. Tanggung jawab terhadap penyelenggaraan rekam medis ini tentunya juga menjadi tanggung jawab Kepala Bagian rekam medis dan staf rekam medis yang ada, bukan hanya Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 menjadi tanggung jawab pimpinan (Direktur) rumah sakit semata. Seorang Direktur rumah sakit wajib memastikan bahwa semua staf medis di rumah sakit tersebut mengerti mengenai peraturan yang mengatur tentang pemeliharaan catatan medis yang lengkap pada waktu yang tepat, dan harus memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang ada tersebut secara konsisten ditegakkan dan dijalankan (Huffman, 1994). Hal ini juga didukung di dalam Permenkes Nomor 269 tahun 2008 tentang Rekam Medis, bahwa pimpinan rumah sakit bertanggung jawab atas hilangnya, rusak, pemalsuan, dan/atau penggunaan rekam medis oleh orang atau badan yang tidak berwenang terhadap rekam medis tersebut. Rekam medis yang bermutu harus memenuhi indikator-indikator yaitu kelengkapan isi, keakuratan, ketepatan waktu, dan pemenuhan aspek hukum (Huffman, 1994; Pratama 2011). Sedangkan tinggi rendahnya mutu rekam medis sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor sumber daya tenaga kesehatan, faktor sarana dan prasarana, faktor kebijakan atau prosedur untuk pengisian dokumen rekam medis, dan faktor pembiayaan (Huffman, 1994; Aryanti 2014). Pelayanan rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan (1997) yang dikutip dari Pahlevi (2009), pelayanan rawat inap adalah pelayanan kepada pasien yang masuk ke rumah sakit untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi, rehabilitasi medik, dan pelayanan penunjang medik lainnya dan menempati tempat tidur perawatan. Unit rawat inap di dalam sistem pelayanan rumah sakit bekerja sama dengan banyak bagian lain atau unit fungsional lainnya, baik itu unit penunjang medis maupun non medis, yang diantaranya seperti bagian rekam medis, keuangan, logistik, farmasi, radiologi, laboratorium, pemeliharaan sarana rumah sakit, gizi dan makanan, dan juga dengan staf medis fungsional. Di dalam sebuah organisasi, sumber daya manusia adalah sumber daya yang terpenting karena sumber daya ini adalah orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usahanya untuk organisasi tempat mereka bekerja agar organisasi tersebut dapat menjaga eksistensinya. Setiap manusia tentunya memiliki karakteristik yang berbedabeda antara satu individu dengan individu yang lain. Karakteristik individu menurut Robbins (2008) adalah faktor-faktor yang ada di dalam diri seorang individu yang mempunyai pengaruh langsung dalam berperilaku dan mengambil sikap. Robbins mengemukakan karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, status perkawinan, banyaknya tanggungan, dan masa kerja dalam organisasi. Sedangkan menurut Siagian (2002) karakteristik individu merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 individu mempunyai kecenderungan untuk berperilaku yang berbeda-beda. Sama halnya dengan Robbins, karakteristik individu menurut Siagian dapat dilihat dari usia, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan, dan masa kerja. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional yaitu penelitian non eksperimental dengan menggunakan data sekunder yang diteliti pada waktu yang bersamaan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung terhadap rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan menggunakan instrumen penelitian berupa daftar tilik (check list). Penelitian dilakukan di Bagian Rekam Medis RSIA Budi Kemuliaan Jalan Budi Kemuliaan Nomor 25, Jakarta Pusat dengan waktu penelitian yaitu bulan Desember tahun 2014. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh dokumen rekam medis rawat inap. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh dokumen rekam medis rawat inap bayi dan anak yang kembali ke bagian penyimpanan rekam medis pada tanggal 8 sampai dengan tanggal 14 bulan Desember 2014 di RSIA Budi Kemuliaan. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah secara bertahap yaitu analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang diteliti, yaitu baik variabel independen (karakteristik individu dokter pengisi rekam medis yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian) dan variabel dependen (kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak). Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (karakteristik dokter) dan variabel dependen (kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak). Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan software atau program pengolahan data di komputer yaitu dengan melakukan uji chi-square dengan tingkat kemakanaan (alpha) sebesar 5%. Keputusan uji statistik dengan chi-square adalah apabila P value < 0,05, maka hasil perhitungan statistik tersebut signifikan, artinya ada hubungan yang bermakna antara variabel independen terhadap variabel dependennya. Sedangkan apabila P value > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 Hasil Penelitian dan Pembahasan Gambaran Kelengkapan Rekam Medis Rawat Inap Bayi dan Anak Berdasarkan hasil penilaian mengenai kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak pada rekam medis yang kembali ke ruang penyimpanan rekam medis pada tanggal 8 sampai 14 Desember 2014, terdapat 4 ruangan yang mengembalikan rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan tidak lengkap, yaitu Ruang Rawat Gabung Kelas III (Srikandi), Ruang Rawat Gabung Kelas II (Larasati), Ruang Rawat Gabung Kelas I (Subadra), dan Ruang Neo 4 (Dewi Shinta). Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan penelitian di RSIA Budi Kemuliaan, rata-rata pasien yang berkunjung ke rumah sakit adalah pasien-pasien yang menggunakan jaminan BPJS dan mengambil ruang perawatan kelas menengah ke bawah, sehingga wajar rekam medis yang harus diisi pun lebih banyak berasal dari ruangan-ruangan tersebut. Banyaknya pasien ini menyebabkan dokter-dokter RSIA Budi Kemuliaan kekurangan waktu untuk mengisi rekam medis dengan lengkap. Sebagai contohnya, pasienpasien untuk kelas II dan kelas III di RSIA Budi Kemuliaan mendapatkan fasilitas pelayanan oleh dokter umum, dan dokter-dokter umum ini juga harus melakukan controlling atau visite pasien setiap harinya, sehingga banyak rekam medis yang menumpuk di ruangan dokter. Kemudian rekam medis tersebut tentunya harus dikembalikan ke bagian penyimpanan rekam medis berdasarkan standar waktu yang ditentukan, maka hal ini dapat menyebabkan kecenderungan rekam medis yang dikembalikan ke bagian penyimpanan rekam medis belum sempat dilengkapi oleh dokter yang bersangkutan. Berdasarkan hasil penilaian mengenai kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak pada rekam medis yang kembali ke ruang penyimpanan rekam medis pada tanggal 8 sampai 14 Desember 2014, terdapat 4 variabel yang paling sering tidak diisi atau tidak lengkap diisi oleh dokter di dalam rekam medis rawat inap bayi dan anak dari 11 variabel yang diatur di dalam Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 mengenai variabel atau item-item penting yang ada di dalam rekam medis rawat inap. Keempat variabel atau item-item penting tersebut adalah tanggal dan waktu, persetujuan tindakan apabila diperlukan (Informed consent), ringkasan pulang (Resume Medis), serta nama dan tanda tangan dokter. Pedoman pengelolaan rekam medis rumah sakit di Indonesia menyebutkan bahwa rekam medis harus dibuat dan diisi dengan lengkap seluruhnya setelah pasien menerima pelayanan kesehatan dengan ketentuan semua pencatatan tentang autentikasi penulisan dan aspek legal seperti tanggal dan waktu serta nama dan tanda tangan dokter dalam rekam medis harus diisi oleh dokter yang berwenang. Berdasarkan pedoman tersebut maka terdapat Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 pelanggaran dalam pengisian rekam medis karena adanya ketidaklengkapan dalam pengisian tanggal dan waktu serta nama dan tanda tangan dokter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 70,9% variabel tanggal dan waktu serta 44,1% variabel nama dan tanda tangan dokter yang diisi dengan lengkap dari 127 rekam medis rawat inap bayi dan anak yang kembali ke ruangan penyimpanan rekam medis. Menurut Hatta (2012), kedua variabel tersebut harus ada di dalam rekam medis dan wajib dicantumkan karena kedua hal tersebut sifatnya sangat vital dan penting untuk aspek legalitas dan tanggung jawab pemberian pelayanan kepada pasien. Selain itu, kedua variabel tersebut berguna sebagai bukti tertulis dan pertanggung jawaban atas segala tindakan pelayanan perkembangan penyakit dan pengobatan yang diberikan kepada pasien selama pasien dirawat. Masih tidak lengkapnya pengisian kedua variabel ini dapat dikarenakan banyaknya pasien yang harus diperiksa sehingga membuat dokter terburu-buru dan lupa untuk menuliskan tanggal dan waktu dan juga lupa membubuhkan nama dan tanda tangan dengan lengkap di dalam rekam medis pasien tersebut. Selain itu, kontribusi terbesar terhadap ketidaklengkapan kedua variabel ini berasal dari dokter yang berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan penelitian, proporsi dokter yang bekerja di RSIA Budi Kemuliaan lebih banyak dokter perempuan daripada dokter laki-laki, maka kecenderungan untuk mengisi tidak lengkapnya pun lebih besar dokter perempuan daripada dokter laki-laki. Kemudian apabila dilihat dari jenjang pendidikannya, dokter spesialis mengisi kedua variabel ini lebih lengkap daripada dokter umum. Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan penelitian, perawat-perawat ruangan akan mengejar dokterdokter spesialis yang belum lengkap mengisi rekam medis, contohnya adalah variabel tanda tangan dokter. Sehingga jelas dokter spesialis lebih lengkap mengisi kedua variabel ini daripada dokter umum. Di Indonesia, ketentuan mengenai informed consent diatur dalam Permenkes Nomor 290 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan yang dapat diberikan secara tertulis maupun lisan dan diberikan setelah pasien mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya tindakan kedokteran tersebut untuk dilakukan. Secara hukum, adanya formulir yang telah diisi dan ditandatangani oleh pasien atau keluarganya, dapat dijadikan bukti tertulis bahwa dokter melakukan tindakan kedokteran tersebut dengan izin pasien. Sehingga dokter dapat terhindar dari gugatan atau tuduhan bahwa ia melakukan suatu tindakan kedokteran tanpa izin dari pasien atau pihak keluarganya atau melakukan perbuatan yang melanggar hukum (Bahtiar, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan variabel persetujuan tindakan Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 apabila diperlukan (informed consent) di dalam rekam medis rawat inap bayi dan anak sebesar 60,6%. Hal ini berarti masih adanya rekam medis yang tidak lengkap dalam pengisian variabel informed consent di RSIA Budi Kemuliaan. Ketidaklengkapan ini mungkin dapat dikarenakan belum adanya tuntutan-tuntutan hukum terhadap praktek kedokteran di RSIA Budi Kemuliaan sehingga kelengkapan item-item yang ada di dalam informed consent seakan terabaikan. Selain itu, faktor kondisi pasien juga dimungkinkan dapat mempengaruhi dokter tidak sempat mengisi informed consent dengan lengkap. Pasien dengan kondisi status cyto adalah pasien yang memerlukan tindakan segera, dimana waktu yang dibutuhkan antara pasien masuk ke rumah sakit dengan tindakan pembedahan atau tindakan kedokteran yang lain jaraknya sangat pendek atau singkat sehingga kelengkapan pengisian informed consent tidak diperhatikan. Selain itu, kontribusi ketidaklengkapan pengisian informed consent berasal dari dokter yang paruh waktu yaitu sebesar 65,2%. Hal ini dapat disebabkan, dokter paruh waktu di RSIA Budi Kemuliaan memiliki waktu yang lebih singkat di rumah sakit sehingga menyebabkan tidak diisinya atau tidak lengkapnya pengisian informed consent dapat saja terjadi. Kemudian dari hasil penelitian juga diperoleh hasil kelengkapan untuk variabel ringkasan pulang (resume medis) di dalam rekam medis rawat inap bayi dan anak sebesar 40,2%. Menurut Huffman (1994), resume medis adalah sebuah kumpulan data dan informasi dari semua pelayanan yang telah diterima pasien di rumah sakit, seperti penyebab pasien dirawat, temuan dari hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, hasil pengobatan atau tindakan yang diterima oleh pasien, keadaan pasien saat pulang, dan lain-lain. Sedangkan menurut Hatta (2012), resume medis merupakan ringkasan dari seluruh masa perawatan dan pengobatan pasien sebagaimana yang telah diupayakan oleh para tenaga kesehatan dan wajib ditanda tangani oleh dokter yang merawat pasien. Pentingnya resume medis untuk diisi dikarenakan resume medis merupakan lembaran yang biasanya digunakan sebagai surat keterangan medis untuk keperluan pasien dengan pihak ketiga (asuransi) contohnya untuk kepentingan klaim asuransi (Rachma, 2012). Berdasarkan hasil observasi peneliti, salah satu faktor terlambatnya proses klaim di RSIA Budi Kemuliaan ke BPJS, adalah banyaknya resume medis pasien yang tidak dilengkapi dan menumpuk di ruangan-ruangan dokter, sehingga menyebabkan resume medis pasien tersebut terlambat di-input untuk keperluan klaim rumah sakit. Dari hasil penelitian terlihat bahwa dokter umum lebih lengkap mengisi resume medis daripada dokter spesialis. Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan penelitian, khusus untuk variabel resume medis, peneliti melihat hampir semua resume medis pasien diisi atau dilengkapi oleh dokter umum. Selain Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 itu, hal ini juga dapat disebabkan ada beberapa dokter spesialis yang memegang jabatan struktural di RSIA Budi Kemuliaan sehingga membuat dokter tersebut tidak memiliki cukup waktu untuk mengisi resume medis pasien dengan lengkap. Gambaran Karakteristik Dokter dan Hubungannya dengan Kelengkapan Rekam Medis Rawat Inap Bayi dan Anak 1. Jenis Kelamin Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar dokter pengisi rekam medis rawat inap yang kembali ke ruang penyimpanan rekam medis pada tanggal 8 sampai 14 Desember 2014 berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 13 dokter (81%) dan sebanyak 3 orang dokter (19%) berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dokter yang berjenis kelamin perempuan, proporsinya lebih banyak dibandingkan dengan dokter yang berjenis kelamin laki-laki. Dari hasil penelitian juga diketahui persentase kelengkapan rekam medis rawat inap dari dokter yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 66,7% dan persentase kelengkapan rekam medis rawat inap dari dokter yang berjenis kelamin perempuan sebesar 69,2%. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dokter yang berjenis kelamin perempuan memiliki kecenderungan lebih besar mengisi rekam medis dengan lengkap dibandingkan dengan dokter yang berjenis kelamin laki-laki. Walaupun demikian, berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue sebesar 1,125 (P value > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang siginifikan antara variabel janis kelamin dengan kelengkapan rekam medis rawat inap. Hal ini sejalan dengan pendapat Gibson (2000) yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak memberikan pengaruh secara langsung kepada kinerja individu, karena sudah merupakan kewajiban yang dilaksanakan berdasarkan standar prosedur yang telah ditetapkan, walapun pada pekerjaan ini diperlukan suatu ketelitian dan kesabaran agar menghasilkan kinerja yang baik. Selain itu pendapat Rivai (2007) yang juga mengasumsikan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti dalam produktivitas antara laki-laki dan perempuan (Sari, 2011). Menurut peneliti, yang membedakan antara laki-laki dan perempuan biasanya dilihat dari segi peranan dan perhatiannya terhadap sesuatu pekerjaan dan ini pun merupakan akibat dari pengaruh kultural, sehingga dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 2. Usia Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar dokter pengisi rekam medis rawat inap yang kembali ke ruang penyimpanan rekam medis pada tanggal 8 sampai 14 Desember 2014 berusia kurang dari 39 tahun yaitu sebanyak 9 dokter dan sebanyak 7 dokter berusia lebih dari sama dengan 39 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dokter yang berusia kurang dari 39 tahun, proporsinya lebih banyak dibandingkan dengan dokter yang berusia lebih dari sama dengan 39 tahun. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa persentase dokter yang berusia kurang dari 39 tahun mengisi rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan lengkap sebesar 55,6% dan persentase dokter yang berusia lebih dari sama dengan 39 tahun yang mengisi rekam medis rawat inap dengan lengkap sebesar 85,7%. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dokter yang usianya lebih dari sama dengan 39 tahun memiliki kecenderungan lebih besar mengisi rekam medis dengan lengkap dibandingkan dengan dokter yang usianya kurang dari 39 tahun. Walaupun demikian, dari hasil uji statistik diperoleh nilai P value 0,3 (P value > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan atau bermakna antara usia dokter dengan kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak. Temuan penelitian ini juga didukung dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lubis (2009) yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh umur terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis rawat inap di RS PTPN IV dan dalam penelitian Sari (2011) yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel umur dengan kelengkapan rekam medis rawat inap di RS Hermina Depok. Menurut Green (1980), usia yang lebih tua umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti dibandingkan dengan usia yang lebih muda, hal ini mungkin terjadi karena dokter yang berusia lebih muda masih kurang berpengalaman. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa semakin tua umur seseorang memiliki tingkat kematangan yang lebih besar, bertanggung jawab, dan lebih teliti dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai dokter (Sugiyanto, 2006). Pada hasil penelitian ini umur tidak berpengaruh pada kelengkapan rekam medis sebagai hasil dari kinerja dokter, karena menurut peneliti kinerja dokter dalam mengisi rekam medis tidak memerlukan kekuatan fisik yang biasanya dipengaruhi oleh umur. 3. Jenjang Pendidikan Dari hasil penelitian, diketahui bahwa dari 16 dokter yang mengisi rekam medis rawat inap bayi dan anak yang kembali ke ruang penyimpanan rekam medis pada tanggal 8 sampai Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 14 desember 2014, 9 diantaranya menyelesaikan pendidikan hingga ke jenjang dokter spesialis dan 7 dokter yang hanya sampai pada jenjang dokter umum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dokter yang jenjang pendidikan terakhirnya sampai dokter spesialis, proporsinya lebih banyak dibandingkan dengan dokter yang jenjang pendidikan terakhirnya dokter umum. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa persentase dokter yang jenjang pendidikan terakhirnya sampai dokter spesialis mengisi rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan lengkap sebesar 100% dan persentase dokter yang jenjang pendidikan terakhirnya sampai dokter umum yang mengisi rekam medis rawat inap dengan lengkap sebesar 28,6%. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dokter yang jenjang pendidikan terakhirnya sampai dokter spesialis memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengisi rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan lengkap dibandingkan dengan dokter yang jenjang pendidikan terakhirnya sampai dokter umum. Dari hasil hasil uji statistik diperoleh nilai P value 0,005 (P value < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan atau bermakna antara jenjang pendidikan dokter dengan kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak. Dengan kata lain jenjang pendidikan dokter berhubungan dengan kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak. Adapun hasil temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Yanuari (2012), yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel jenjang pendidikan dokter dengan kelengkapan rekam medis, dengan kata lain terdapat perbedaan kelengkapan pengisian rekam medis antara dokter umum dan dokter spesialis, dimana dokter spesialis mengisi rekam medis lebih lengkap dibandingkan dengan dokter umum pada praktik swasta mandiri di Semarang. Perbedaan jenjang pendidikan antara dokter umum dan dokter spesialis terhadap kelengkapan rekam medis rawat inap dikarenakan bahwa pada pendidikan dokter spesialis umumnya sudah dilatih untuk menulis rekam medis dengan diawasi oleh dokter supervisor (Yanuari, 2012). Adanya hubungan antara jenjang pendidikan dokter dengan kelengkapan rekam medis rawat inap ini dimungkinkan karena jumlah pasien pada dokter umum di RSIA Budi Kemuliaan jauh lebih banyak dibandingkan dengan pasien dokter spesialis, sehingga mengurangi kecenderungan dokter umum untuk mengisi rekam medis rawat inap dengan lengkap. Selain itu, fungsi kerja yang berbeda antara dokter umum dan dokter spesialis juga dapat mempengaruhi pengisian rekam medis. Contohnya untuk pasien bayi dan anak yang bermasalah, yang memeriksa adalah dokter spesialis bukan dokter umum. Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 4. Masa Kerja Dari hasil penelitian, diketahui bahwa dari 16 dokter yang mengisi rekam medis rawat inap bayi dan anak yang kembali ke ruang penyimpanan rekam medis pada tanggal 8 sampai 14 desember 2014, 9 diantaranya memiliki masa kerja lebih dari sama dengan 6 tahun di RSIA Budi Kemuliaan dan sebanyak 7 dokter yang memiliki masa kerja kurang dari 6 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dokter yang masa kerjanya lebih dari sama dengan 6 tahun proporsinya lebih banyak dibandingkan dengan dokter yang masa kerjanya kurang dari 6 tahun. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa persentase dokter yang masa kerjanya lebih dari sama dengan 6 tahun mengisi rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan lengkap sebesar 88,9% dan persentase dokter yang masa kerjanya kurang dari 6 tahun mengisi rekam medis rawat inap dengan lengkap sebesar 42,9%. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dokter yang masa kerjanya lebih dari sama dengan 6 tahun memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengisi rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan lengkap dibandingkan dengan dokter yang masa kerjanya kurang dari 6 tahun. Dari hasil hasil uji statistik diperoleh nilai P value 0,1 (P value > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan atau bermakna antara masa kerja dokter dengan kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak. Menurut Sari (2011) masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai bekerja, dimana pengalaman kerja juga ikut menentukan kinerja seseorang. Semakin lama masa kerja seseorang maka kemampuan dan kecapakannya akan pekerjaannya akan lebih baik karena sudah menyesuaikan diri dengan pekerjaanya. Selain itu menurut Notoatmodjo (1998) dalam bekerja di suatu organisasi atau institusi, semakin lama seorang petugas bekerja akan semakin tinggi produktivitasnya, hal ini disebabkan semakin lama bekerja akan semakin banyak pula pengalaman dan keterampilan yang didapatkan. Dengan kata lain, dokter yang memiliki masa kerja lebih lama akan semakin berpengalaman karena sudah terbiasa dengan tanggung jawab pekerjaannya sehingga hasil pekerjaannya akan semakin baik, termasuk dalam melengkapi rekam medis rawat inap. Namun, dalam penelitian ini masa kerja atau lamanya kerja seorang dokter tidak berpengaruh pada kelengkapan rekam medis rawat inap. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putriningtyas (2008) yang menyatakan bahwa masa kerja seorang dokter tidak berpengaruh langsung terhadap kelengkapan rekam medis. Hal ini diasumsikan bahwa kinerja seorang dokter dalam mengisi rekam medis secara lengkap tidak bergantung pada Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 lama kerja dokter tersebut, karena dalam melakukan pekerjaan rutinnya, pengisian rekam medis merupakan salah satu tanggung jawab yang harus dilaksanakan. 5. Status Kepegawaian Dari hasil penelitian, diketahui bahwa dari 16 dokter yang mengisi rekam medis rawat inap bayi dan anak yang kembali ke ruang penyimpanan rekam medis pada tanggal 8 sampai 14 desember 2014, 12 diantaranya memiliki status kepegawaian sebagai dokter purna waktu dan sebanyak 4 dokter memiliki status kepegawaian sebagai dokter paruh waktu di RSIA Budi Kemuliaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dokter yang memiliki status kepegawaian sebagai dokter purna waktu proporsinya lebih banyak dibandingkan dengan dokter yang memiliki status kepegawaian sebagai dokter paruh waktu. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa persentase dokter purna waktu mengisi rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan lengkap sebesar 91,7% dan persentase dokter paruh waktu mengisi rekam medis rawat inap dengan lengkap sebesar 0%. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa dokter purna waktu memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengisi rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan lengkap dibandingkan dengan dokter paruh waktu. Dari hasil hasil uji statistik diperoleh nilai P value 0,003 (P value < 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan atau bermakna antara status kepegawaian dokter dengan kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak atau dengan kata lain variabel status kepegawaian berpengaruh pada kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak. Adapun hasil temuan penelitian ini sejalan dengan pendapat Strauss dan Sayles (1990) yang menyatakan bahwa status kepegawaian dokter merupakan sesuatu hal yang penting bagi seseorang dan mereka akan bekerja keras untuk mendapatkannya dan status kepegawaian ini juga sangat kuat mempengaruhi perilaku seseorang dalam organisasi (Rachma, 2012). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Sugiyanto (2006) yang menyatakan ada hubungan antara jenis kepegawaian dokter dengan kelengkapan penulisan rekam medis di RS Hermina Depok dan sejalan dengan penelitian Setiawan (2009) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kelengkapan rekam medis di RS Family Medical Center adalah status kepegawaian dokter. Berdasarkan hasil pengamatan selama melakukan penelitian, menurut peneliti adanya hubungan antara status kepegawaian dokter dengan kelengkapan rekam medis dapat dikarenakan dokter yang bekerja secara purna waktu di RSIA Budi Kemuliaan mempunyai kesempatan waktu yang lebih Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 banyak berada di rumah sakit karena tidak membagi waktunya dengan pekerjaan lain diluar rumah sakit sehingga dapat mengerjakan tanggung jawabnya dalam mengisi rekam medis secara lengkap. Kesimpulan a. Gambaran Karakteristik Dokter 1. Jumlah dokter yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu sebesar 81% daripada dokter yang berjenis kelamin laki-laki 19%. 2. Rata-rata dokter berusia 39 tahun, dimana jumlah dokter yang berusia kurang dari 39 tahun lebih banyak yaitu sebesar 56% daripada dokter yang usianya lebih dari sama dengan 39 tahun sebesar 44%. 3. Jumlah dokter yang jenjang pendidikannya sampai dokter spesialis lebih banyak yaitu sebesar 56% daripada dokter yang jenjang pendidikannya sampai dokter umum sebesar 44%. 4. Rata-rata dokter memiliki masa kerja 7 sampai 8 tahun, dimana jumlah dokter yang masa kerjanya lebih dari sama dengan 6 tahun lebih banyak yaitu sebesar 56% daripada dokter yang masa kerjanya kurang dari 6 tahun sebesar 44%. 5. Jumlah dokter purna waktu lebih banyak yaitu sebesar 75% daripada dokter paruh waktu sebesar 25%. b. Gambaran Kelengkapan Rekam Medis Rawat Inap Bayi dan Anak 1. Hasil penilaian kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak, dari 11 variabel atau item penting yang harus ada di dalam rekam medis rawat inap menurut Permenkes, tujuh diantaranya lengkap diisi 100% yaitu variabel identitas pasien, anamnesis, hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis, rencana penatalaksanaan, pengobatan dan/atau tindakan, serta catatan observasi klinik dan hasil pengobatan. 2. Sedangkan empat variabel yang lain kelengkapannya masing-masing adalah 70,9% untuk variabel tanggal dan waktu, 60,6% untuk variabel persetujuan tindakan apabila diperlukan (informed consent), 40,2% untuk variabel ringkasan pulang (resume medis), dan 44,1% untuk variabel nama dan tanda tangan dokter. 3. Pengisian informed consent dan resume medis masih sangat rendah dibandingkan dengan variabel-variabel lain yang harus ada di dalam rekam medis rawat inap menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 269 tahun 2008. Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 4. Sebanyak 11 dokter (68,8%) mengisi rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan lengkap dan sebanyak 5 dokter (31,3%) mengisi rekam medis dengan tidak lengkap. 5. Sebanyak 3 ruangan (43%) yang mengembalikan rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan lengkap dan sebanyak 4 ruangan (57%) yang mengembalikan rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan tidak lengkap. 6. Berdasarkan hasil penelitian, ruangan yang mengembalikan rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan lengkap adalah Ruang Rawat Gabung Kelas Utama (Mahendrata), Ruang Rawat Gabung Kelas VIP (Tribhuana Tungga Dewi), dan Ruang Rawat Anak (Trijata). 7. Sedangkan ruangan yang mengembalikan rekam medis rawat inap bayi dan anak dengan tidak lengkap adalah Ruang Rawat Gabung Kelas III (Srikandi), Ruang Rawat Gabung Kelas II (Larasati), Ruang Rawat Gabung Kelas I (Subadra), dan Ruang Neo 4 (Dewi Shinta). c. Hubungan antara Karakteristik Dokter dengan Kelengkapan Rekam Medis Rawat Inap Bayi dan Anak 1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara variabel jenis kelamin, usia, dan masa kerja dokter dengan kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak. 2. Terdapat hubungan yang signifikan atau bermakna antara variabel jenjang pendidikan dan status kepegawaian dengan kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak. Saran a. Bagi RSIA Budi Kemuliaan 1. Memasifkan pelaksanaan supervisi yang dilakukan secara menyeluruh tidak hanya untuk dokter, namun kepada perawat yang merupakan seseorang yang paling sering berinteraksi dengan dokter. Perawat dapat berfungsi untuk mengingatkan dokter yang tidak lengkap dalam mengisi rekam medis. 2. Melakukan supervisi mengenai kelengkapan pengisian rekam medis rawat inap secara berkala untuk setiap kelas perawatan guna mencegah terjadinya ketidaklengkapan rekam medis yang terpusat pada satu jenis kelas perawatan saja. Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 3. Dokter yang pasiennya banyak perlu mendapatkan perhatian yang berlebih dalam pengisian rekam medis rawat inap, terutama pada pengisian variabel atau item-item penting seperti informed consent dan resume medis. 4. Memberikan sistem reward atau punishment untuk dokter yang mengisi lengkap maupun yang tidak lengkap dalam periode yang ditentukan dengan bentuk penambahan jasa pelayanan. Hal ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi dokter untuk tetap menjaga dan meningkatkan kinerjanya dalam melakukan tugas dan kewajibannya sebagai salah satu tenaga kesehatan yang bertanggung jawab pada pelayanan yang diberikan ke pasien. 5. Perlu dilakukan sistem monitoring dan evaluasi secara berkala mengenai kelengkapan pengisian rekam medis rawat inap dan menyampaikannya sebagai bentuk laporan dalam rapat komite medik agar mendapatkan umpan balik dari para dokter mengenai hal tersebut. 6. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat menambah pengetahuan dan kesadaran tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat akan pentingnya pengisian rekam medis yang lengkap dan benar sesuai dengan ketentuan yang ada. Kegiatan ini dapat berupa seminar, workshop, maupun pelatihan. b. Bagi Peneliti Selanjutnya 1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai kelengkapan rekam medis dilihat dari karakteristik dokter dengan didukung analisis kualitatif agar dapat diketahui permasalahan-permasalahan apa saja yang mendasari dokter mengisi rekam medis dengan tidak lengkap. 2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai kelengkapan pengisian rekam medis dilihat dari karakteristik tenaga kesehatan lain seperti bidan atau perawat yang mengisi rekam medis rawat inap. 3. Meneliti lebih dalam tentang faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kelengkapan rekam medis rawat inap, selain dilihat dari karakteristik dokter yang mengisi rekam medis. Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 Daftar Referensi 1. Aryanti, Fauziah Ajeng. (2014). Analisis Kelengkapan Pengisian Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap RSAU DR. Esnawan Antariksa Halim Perdana Kusuma Jakarta Tahun 2014. Depok: Skripsi FKM, Universitas Indonesia 2. Bahtiar, Adam. (2009). Gambaran Kelengkapan Pengisian Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Pasien Pada Rekam Medis Pasien di Kamar Operasi Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Purwakarta Tahun 2009. Depok: Skripsi FKM, Universitas Indonesia 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis. Jakarta: DepKes RI 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Jakarta: DepKes RI 5. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1997. Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia Revisi I. Jakarta: DepKes Republik Indonesia. 6. Gibson J.L, dkk. (2000). Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur, dan Proses Jilid 2. penterjemah: Djoerban Wahid. Jakarta: Erlangga 7. Hatta, Gemala. (2012). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Revisi Kedua. Depok: UI Press 8. Hendrik. (2010). Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 9. Huffman, E. K. (1994). Health Information Management (Formerly Medical Record Management). United States and America: Physicians Record Company, Berwyn, Illinois 10. Lubis, Elynar. (2009). Pengaruh Karakteristik Individu dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di RS Perkebunan Nusantara (IV ) Tahun 2008. Medan: Skripsi Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6824/1/09E00810.pdf (diunduh pada 05 Januari 2015 pukul 17:20) 11. Notoatmodjo, Soekidjo. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka. 12. Pahlevi, Wildan. (2009). Analisis Pelayanan Pasien Rawat Inap di Unit Administrasi RSUD Budhi Asih Jakarta Timur Tahun 2009. Depok: Skripsi FKM, Universitas Indonesia. 13. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 14. Pratama, Febriansyah Budi. (2011). Gambaran Kelengkapan Rekam Medis Pasien Rawat Inap RSKO Jakarta Tahun 2010. Depok: Skripsi FKM, Universitas Indonesia. 15. Putriningtyas. (2008). Gambaran Kelengkapan Dokumen Rekam Medis Rawat Inap dengan Analisis Kuantitatif di UPF Rekam Medis Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Tahun 2008. Depok: Skripsi FKM, Universitas Indonesia. 16. Rachma, Yulia. (2012). Pengaruh Karakteristik Individu Dokter dan Petugas Pengembali Berkas Rekam Medis (Pos Perawatan) terhadap Mutu Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2011. Depok: Skripsi FKM, Universitas Indonesia. 17. Rahmi, Iftitah. (2013). Gambaran Penyelenggaraan Berkas Rekam Medis di Unit Rekam Medis Rumah Sakit Zahirah Tahun 2012. Depok: Skripsi FKM, Universitas Indonesia. Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015 18. Rivai, V. (2007). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 19. Robbins, P. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. 20. Sabarguna, B. S. (2005). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Konsorsium RSI Jateng. 21. Sari, Dewi Puspito. (2011). Analisis Karakteristik Individu dan Motivasi ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di RS Hermina Depok. Depok: Tesis FKM, Universitas Indonesia. 22. Setiawan, Vania Russendra. (2009). Analisis Kelengkapan Rekam Medis Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Family Medical Center Tahun 2009. Depok: Skripsi, FKM Universitas Indonesia. 23. Siagian, Sondang. (2002). Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung. 24. Strauss, George. dan Leonard Sayless. (1990). Manajemen Personalia. Jakarta: Penerbit IPPm dan PT. Pustaka Binaman Pressindo. 25. Sugiyanto, Zaenal. (2005). Analisis Perilaku Dokter dalam Mengisi Data Kelengkapan Rekam Medis Lembar Resume Rawat Inap di RS Ungaran Tahun 2005. Semarang: Tesis Universitas Diponegoro. 26. Yanuari, Rizky. (2012). Perbedaan Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Antara Dokter Umum dan Dokter Spesialis. Semarang: Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 27. Zalukhu, W. O. (2010). Pengelolaan Rekam Medis dalam Upaya Peningkatan Pelayanan Pada Rumah Sakit Umum Gunungsitoli. Medan: Skripsi Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Analisis hubungan..., Puti Nazhifa Afdhal, FKM, 2015