DAKWAH DI MEDIA SOSIAL (Etnografi Virtual Pada Fanpage

advertisement
DAKWAH DI MEDIA SOSIAL
(Etnografi Virtual Pada Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh:
RIZKI HAKIKI
NIM: 1112051000001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ABSTRAK
Rizki Hakiki (1112051000001)
Dakwah di Media Sosial; Etnografi Virtual pada Fanpage Facebook
KH.Abdullah Gymnastiar
Pada Tahun 2011 Aa Gym mendirikan SMS Tauhiid sebagai media untuk
mendistribusikan dakwahnya melalui teknologi, salah satu
media yang
dikelolanya adalah fanpage Facebook KH. Abdulllah Gymnastiar. Dakwah di
media sosial melalui fanpage Facebook menjadi sebuah fenomena baru yang
terjadi di kalangan da‟i. Aa Gym memanfaatkan kehadiran teknologi seperti
fanpage Facebook sebagai media dakwah. Hal inilah yang menjadikan peneliti
ingin mengetahui bagaimana fenomena dakwah di media sosial yang terjadi dalam
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, munculah beberapa pertanyaan dalam
penelitian ini: Bagaimana ruang media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar? Bagaimana dokumen media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar? Bagaimana objek media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar? Dan bagaimana pengalaman media dalam fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar?
Media sosial adalah platfrom media yang memfokuskan pada eksistensi
pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi.
Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang
menguatkan hubungan antarpengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial.
Berdakwah di media tradisional dengan berdakwah di media internet
sangatlah berbeda. Ketika Aa Gym berdakwah dengan melalui media tradisional
maka komunikasi yang terjadi hanya bersifat satu arah, dan mad’unya hanya
sebagai konsumen. Berbeda ketika Aa Gym berdakwah melalui media internet
seperti di fanpage Facebook, dimana mad’u tidak hanya sebagai konsumen, tapi
juga sebagai produsen, dan bisa saling berinteraksi dengan mad’u lainnya.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitain ini ialah
pendekatan kualitatif deskriptif, dengan metodologi etnografi virtual. Etnografi
virtual adalah metode etnografi yang dilakukan untuk melihat fenomena sosial
ataupun kultur yang ada di ruang siber. Bell mengatakan, bahwa metode etnografi
ini merupakan metode utama dan penting untuk melihat fenomena budaya siber
yang ada di internet.
Fenomena dakwah Aa Gym dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar bisa dilihat dari empat level, yakni dalam ruang media, fanpage
Facebook yang dipakai oleh Aa Gym adalah fanpage Facebook komunitas yang
digunakan sebagai media dakwah. Dalam dokumen media, konten dakwah Aa
Gym dalam fanpage Facebook berupa tulisan, foto, audio, video. Dalam objek
media, mad’u Aa Gym di fanpage Facebook bisa berinteraksi dengan mad’u
lainnya. Dalam level ruang media, Aa Gym menggunakan fanpage Facebook
sebagai media dakwah guna memperluas jangkauan dakwahnya,
Kata kunci : Dakwah, Media Sosial, Facebook, Fanpage, Aa Gym.
1
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji serta syukur yang tak terhenti kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan segala nikmat iman, nikmat islam, serta hidayahnya.
Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa akhlak dan ilmu
pengetahuan bagi seluruh umat sehingga keluar dari zaman jahiliyah ke zaman
ma‟rifatiyah ini. Allahummasholliwassalim’alaih. Setelah dengan segala usaha
dan doa, akhirnya dengan limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Berbagai hambatan dan kesulitan penulis
temui, baik dalam mencari sumber pustaka maupun sumber dan analisis data.
Namun banyak pengalaman yang penulis dapatkan dari kesulitan tersebut.
Alhamdulillah hal tersebut dapat terlewati berkat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan,M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto,Ph.D sebagai Wakil Dekan 1 Bidang Akademik,
Dr.Roudhonah,M.A sebagai Wakil Dekan 2 Bidang Administrasi Umum,
Dr. Suhaimi,M.Si sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran,M.A sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Dan Fita Fathurokhmah,M.Si sebagai Sekretaris jurusan Komunikasi dan
penyiaran Islam.
3. Dr. Rulli Nasrullah,M.Si, pembimbing skripsi luar biasa yang telah
memberikan bimbingan serta pengarahan yang sangat berharga kepada
penulis hingga skripsi ini bisa selesai.
4. Prof. Yunan Yusuf,M.A, Penasehat Akademik KPI A 2012 yang
memberikan banyak masukan serta arahan mulai sejak kuliah hingga saat
menyusun proposal skripsi.
5. Semua Dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis
2
6. Pimpinan beserta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
karena sudah memberikan kemudahan pada penulis untuk meminjamkan
buku referensi untuk menyusun skripsi ini.
7. Staf Tata Usaha yang sudah membantu penulis dalam membuat surat
menyurat baik untuk keperluan wawancara maupun untuk keperluan
seminar proposal hingga sidang.
8. KH. Abdullah Gymnastiar, sebagai da‟i sekaligus Pimpinan Yayasan
Daarut Tauhiid yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
bisa diwawancarai mengenai dakwahnya di media sosial.
9. Kang Ali, sebagai ajudan Aa Gym yang sudah banyak membantu
mempertemukan penulis dengan Aa Gym beserta admin fanpage
Facebooknya untuk diwawancarai.
10. Kang Andi, sebagai Kepala SMS Tauhiid yang berkenan untuk penulis
kunjungi kantornya dan berkenan untuk diwawancarai terkait dakwah Aa
Gym melalui teknologi.
11. Kang Rozak, sebagai admin fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
di Facebook yang telah bersedia untuk penulis wawancarai dan telah
banyak memberikan informasi terkait dakwah Aa Gym melalui fanpage
Facebook.
12. Kedua orang tua yang penulis sayangi dan penulis banggakan, Bapak H.
Dudung Abdul Matin, S.E dan Ibu Hj. Deden Karawati, S.E yang sudah
mendidik penulis hingga detik ini dan tidak pernah lelah memberikan do‟a
dan semangat kepada penulis hingga akhirnya menjadi motivasi bagi
penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
13. Muhammad Iqbal, S.T sebagai Kakak kandung penulis yang sudah banyak
memberikan pengetahuan mengenai teknologi kepada penulis dan juga
banyak memberikan semangat serta dorongan kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
14. Kelurga besar Ibunda Hj. Habibah yang selalu memberikan do‟a dan
motivasi kepada penulis untuk menjadi manusia yang bermanfaat.
3
15. Keluarga besar Yayasan Pendidikan Islam Al Inayah, mulai dari pendidik
hingga peserta didiknya yang sudah memberikan kesempatan bagi penulis
untuk belajar dan mengajar.
16. Fajar Hardian, Faqih Aulia, Yoga Alif, Ricca Junia, Rara Subadra, dan
Hany Sabrina, sebagai sahabat-sahabat dekat penulis yang sudah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, baik berupa saran, kritik,
maupun berupa semangat dan do‟a.
17. Keluarga besar KPI A angkatan 2012, sebagai teman-teman kuliah penulis
dari semester 1 hingga semester 7 yang sudah memberikan semangat serta
memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis dalam diskusi-diskusi
ketika dalam perkualiahan.
18. Guru beserta mentor penulis yang sudah banyak memberikan do‟a untuk
kesuksesan penulis dalam dunia akademik dan juga telah banyak
memberikan masukan dalam penyusunan skripsi.
Ciputat, 29 Maret 2016
Rizki Hakiki
Penulis
4
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 6
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 6
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5
D. Metodologi Penelitian ........................................................................ 7
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 51
1.
Teknoreligion ................................................................................... 51
2.
Media Sosial .................................................................................... 52
3.
Dakwah Di Era Internet ................................................................... 66
4.
Media Sosial Sebagai Medium Dalam Berdakwah ......................... 72
5.
Budaya Siber (Cyberculture) .......................................................... 83
6.
Etnografi Virtual ............................................................................. 85
7.
Metode Analisis Media Siber.......................................................... 93
BAB III GAMBARAN UMUM ........................................................................... 98
A. Biografi K.H. Abdullah Gymnastiar ................................................ 98
B. Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ............................. 103
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS .................................................................. 58
A. Hasil Temuan Data .......................................................................... 58
B. Analisis Penelitian ........................................................................... 81
C. Interpretasi ..................................................................................... 101
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 107
A. Kesimpulan .................................................................................... 107
B. Saran .............................................................................................. 108
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112
LAMPIRAN ........................................................................................................ 116
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
KH. Abdullah Gymnastiar atau lebih akrab dengan sapaan Aa
Gym, adalah salah satu da’i yang memanfaat teknologi sebagai media
dakwahnya. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Moch Fakhruroji yang
berjudul “SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur
Atas Penyebaran Tausiyah Agama Melalui SMS”, selama ini Aa Gym
memang dikenal sebagai seorang da’i yang akrab dengan teknologi. Hal
ini terbukti sejak Tahun awal Tahun 2011 Aa Gym telah meluncurkan
program SMS Tauhiid, yaitu sebuah layanan tausiyah agama dengan
berbasis SMS.
“... Aa Gym melihat SMS mampu menjadi salah satu teknologi
yang dapat difungsikan sebagai medium penyebaran tausyiah yang
juga bersifat individual. Selain itu, Aa Gym melihat kecenderungan
masyarakat yang semakin hari semakin tidak bisa lepas dari telepon
seluler. Pemuka agama pemimpin Pesantren Daarut Tauhid ini
menyebut telepon seluler dan sejenisnya sebagai “teknologi yang
terdekat” dengan manusia modern.”1
Dengan jargonnya “dakwah berbaris teknologi” kehadiran SMS
Tauhiid telah banyak membantu masyarakat untuk mendapatkan tausiyah
dari Aa Gym melalui telepon seluler. Sebagai teknologi yang paling dekat
dengan manusia, seperti telepon seluler telah berhasil dijadikan oleh Aa
Gym sebagai media dakwah baru untuk menyebarkan tausiyahtausiyahnya. Bagi peneliti, meluncurkan SMS Tauhiid merupakan hal
1
Moch Fakhruroji, SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur Atas Penyebaran
Tausiyah Agama Melalui SMS, ITB Bandung: Jurnal Sosioteknologi, 2014, Hal.50
6
yang tepat, karena memang saat ini telepon seluler sudah menjadi
teknologi yang bisa digunakan oleh semua kalangan. Bagi siapapun yang
memiliki telepon selular saat ini sudah bisa mendapatkan tausiyahtausiyah dari Aa Gym dengan sangat mudah melalui SMS Tauhiid.2
Namun sejak pertengahan 2011 SMS Tauhiid mengalami
konvergensi dengan menghadirkan situs media sosial seperti Twitter,
Facebook, dan Youtube sebagai media baru dakwah Aa Gym. Dimulai
dengan membuat akun Twitter, karena Aa Gym mengatakan bahwa
Twitter itu lebih mudah dan simpel pengoperasainnya ketimbang
Facebook, maka Tim SMS Tauhiid membuat akun twitter Aa Gym dengan
nama akun @aagym, sampai saat ini akun Twitter Aa Gym telah berhasil
menjaring 1.72M followers. Dengan kehadiran Twitter membuat Aa Gym
bisa mengirimkan tausiyah-tausiyahnya dalam bentuk kata, foto, maupun
video, namun untuk tausiyahnya yang berbentuk kata hanya bisa
menampung 140 karakter dalam satu tweet. Setelah itu karena pengguna
Facebook selalu mengalami peningkatan dalam jumlah penggunanya,
SMS Tauhiid akhirnya juga membuat fanpage Aa Gym di Facebook
dengan nama akun fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, dan
sampai saat ini fanpage tersebut sudah mencapai 3.793.327 orang yang
mengikutinya. Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, Aa
Gym bisa menyampaikan dakwah dalam bentuk artikel bisa hingga 420
karakter, selain dakwah dalam bentuk kata, Aa Gym juga bisa
menyampaikan dakwah dalam betuk audio dan video dalam fanpagenya.
2
Moch Fakhruroji, SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur Atas Penyebaran
Tausiyah Agama Melalui SMS (ITB Bandung: Jurnal Sosioteknologi, 2014) h.50.
1
Setelah sukses dengan kehadiran Twitter dan Facebook sebagai media
dakwah barunya, ternyata Aa Gym bersama SMS Tauhiid juga membuat
Channel di Youtube dengan nama akun Abdullah Gymnastiar yang secara
khusus dibuat untuk menyampaikan tausiyah-tausiyah Aa Gym dalam
bentuk video. Dan sampai saat ini Channel Youtube Aa Gym tersebut
sudah menjadi 5.662 subscriber. Itulah ketiga akun media sosial yang
dibuat oleh tim SMS Tauhiid setelah sebelumnya membuat SMS
Broadcast sebagai layanan dakwah berbasis SMS.3
Dakwah merupakan sebuah kegiatan untuk mengajak, menyeru,
atau membimbing umat manusia untuk berbuat baik agar patuh kepada
perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dakwah adalah
kegiatannya, sedangkan orang yang melaksanakan dakwahnya disebut
sebagai da’i dan orang yang didakwahinya disebut sebagai mad’u.
Kegiatan dakwah saat ini banyak dijalankan oleh perorangan seperti da’i
ataupun kelompok seperti komunitas dakwah.4 Agar kegiatan dakwah
yang dilakukan bisa memiliki hasil serta dampak yang maksimal, maka
kegiatan dakwah pun haruslah dijalankan dengan sebuah perencanaan.
Salah satu perencanaan yang sangat penting untuk mendukung kegiatan
dakwah adalah dengan menggunakan alat bantu untuk mendistribusikan
pesan-pesan dakwah.
Saat ini sudah banyak media baru yang bermunculan dan bisa
digunakan untuk mendistribusikan pesan-pesan dakwah. Salah satunya
media sosial yaitu media baru yang juga banyak digunakan oleh
3
4
Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, 18 Februari 2015.
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.2.
2
masyarakat modern saat ini. Media sosial yang masih banyak digunakan
oleh masyarakat adalah Facebook, dan melalui fanpage banyak da‟i-da‟i
yang menggunakannya sebagai media untuk berdakwah. Beberapa da‟i
yang menggunakan fanpage Facebook sebagai media dakwahnya antara
lain KH. Abdullah Gymnastiar, KH. Arifin Ilham, dan Ustadz Yusuf
Mansur.
Namun peneliti melihat diantara ke tiga akun fanpage Facebook
tersebut, hanya akun fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang
terlihat update atau sering memublikasikan pesan-pesan dakwahnya,
dalam sehari bisa enam kali akun tersebut membagikan konten
dakwahnya. Karena seringnya pesan dakwah dipublikasikan melalui akun
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, maka interaksi yang terjadi
dalam fanpage Facebook tersebut menjadi banyak dan berbagai macam
reaksi serta respon dari mad‟unya. Selain itu peneliti juga melihat konten
dakwah yang disebarkan Aa Gym di fanpage Facebook lebih variatif
ketimbang di media sosial lainnya. Dari ketiga alasan tersebut maka
peniliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai fenoma dakwah yang
dilakuakn oleh Aa Gym di media sosial dan secara khusus peneliti
mengambil fanpage Facebook KH. Abdulillah Gymnastiar sebagai objek
bahan penelitian.
Berdasarkan hal di atas, maka peniliti ingin menjadikan fenomena
tersebut sebagai bahan penelitian untuk skripsi dengan judul “Dakwah di
Media Sosial; Etnografi Virtual Pada Fanpage Facebook KH.
Abdullah
Gymnastiar”
3
KH. Abdullah Gymnastiar atau lebih akrab dengan sapaan Aa Gym,
adalah salah satu da’i yang memanfaat teknologi sebagai media
dakwahnya. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Moch Fakhruroji yang
berjudul “SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur
Atas Penyebaran Tausiyah Agama Melalui SMS”, selama ini Aa Gym
memang dikenal sebagai seorang da’i yang akrab dengan teknologi. Hal
ini terbukti sejak Tahun awal Tahun 2011 Aa Gym telah meluncurkan
program SMS Tauhiid, yaitu sebuah layanan tausiyah agama dengan
berbasis SMS.
“... Aa Gym melihat SMS mampu menjadi salah satu teknologi
yang dapat difungsikan sebagai medium penyebaran tausyiah yang
juga bersifat individual. Selain itu, Aa Gym melihat kecenderungan
masyarakat yang semakin hari semakin tidak bisa lepas dari telepon
seluler. Pemuka agama pemimpin Pesantren Daarut Tauhid ini
menyebut telepon seluler dan sejenisnya sebagai “teknologi yang
terdekat” dengan manusia modern.”5
Dengan jargonnya “dakwah berbaris teknologi” kehadiran SMS
Tauhiid telah banyak membantu masyarakat untuk mendapatkan tausiyah
dari Aa Gym melalui telepon seluler. Sebagai teknologi yang paling dekat
dengan manusia, seperti telepon seluler telah berhasil dijadikan oleh Aa
Gym sebagai media dakwah baru untuk menyebarkan tausiyahtausiyahnya. Bagi peneliti, meluncurkan SMS Tauhiid merupakan hal
5
Moch Fakhruroji, SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur Atas Penyebaran
Tausiyah Agama Melalui SMS, ITB Bandung: Jurnal Sosioteknologi, 2014, Hal.50
4
2
yang tepat, karena memang saat ini telepon seluler sudah menjadi
teknologi yang bisa digunakan oleh semua kalangan. Bagi siapapun yang
memiliki telepon selular saat ini sudah bisa mendapatkan tausiyahtausiyah dari Aa Gym dengan sangat mudah melalui SMS Tauhiid.6
Namun sejak pertengahan 2011 SMS Tauhiid mengalami
konvergensi dengan menghadirkan situs media sosial seperti Twitter,
Facebook, dan Youtube sebagai media baru dakwah Aa Gym. Dimulai
dengan membuat akun Twitter, karena Aa Gym mengatakan bahwa
Twitter itu lebih mudah dan simpel pengoperasainnya ketimbang
Facebook, maka Tim SMS Tauhiid membuat akun twitter Aa Gym dengan
nama akun @aagym, sampai saat ini akun Twitter Aa Gym telah berhasil
menjaring 1.72M followers. Dengan kehadiran Twitter membuat Aa Gym
bisa mengirimkan tausiyah-tausiyahnya dalam bentuk kata, foto, maupun
video, namun untuk tausiyahnya yang berbentuk kata hanya bisa
menampung 140 karakter dalam satu tweet. Setelah itu karena pengguna
Facebook selalu mengalami peningkatan dalam jumlah penggunanya,
SMS Tauhiid akhirnya juga membuat fanpage Aa Gym di Facebook
dengan nama akun fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, dan
sampai saat ini fanpage tersebut sudah mencapai 3.793.327 orang yang
mengikutinya. Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, Aa
Gym bisa menyampaikan dakwah dalam bentuk artikel bisa hingga 420
karakter, selain dakwah dalam bentuk kata, Aa Gym juga bisa
menyampaikan dakwah dalam betuk audio dan video dalam fanpagenya.
6
Moch Fakhruroji, SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur Atas Penyebaran
Tausiyah Agama Melalui SMS (ITB Bandung: Jurnal Sosioteknologi, 2014) h.50.
3
Setelah sukses dengan kehadiran Twitter dan Facebook sebagai media
dakwah barunya, ternyata Aa Gym bersama SMS Tauhiid juga membuat
Channel di Youtube dengan nama akun Abdullah Gymnastiar yang secara
khusus dibuat untuk menyampaikan tausiyah-tausiyah Aa Gym dalam
bentuk video. Dan sampai saat ini Channel Youtube Aa Gym tersebut
sudah menjadi 5.662 subscriber. Itulah ketiga akun media sosial yang
dibuat oleh tim SMS Tauhiid setelah sebelumnya membuat SMS
Broadcast sebagai layanan dakwah berbasis SMS.7
Namun dari ketiga media sosial Aa Gym yang dibuat oleh SMS
Tauhiid, peneliti melihat hanya fanpage Facebook KH.Abdullah
Gymnastiar di Facebook yang penyebaran dakwahnya selalu update.
Berbeda dengan dengan akun Twitter dan Youtube Aa Gym yang
penyebaran dakwahnya jarang terupdate. Selain itu peneliti juga melihat
dari ketiga akun media sosial yang dimiliki oleh Aa Gym hanya fanpage di
Facebook yang memiliki interaksi yang tinggi dari mad’unya, ini terlihat
dari jumlah like, comment, share yang muncul dalam setiap postingan
yang ada di fanpagenya. Selain itu peneliti juga melihat konten dakwah
yang disebarkan Aa Gym di Facebook lebih variatif ketimbang di media
sosial lainnya. Dari ketiga alasan tersebut maka peniliti ingin meneliti
lebih lanjut mengenai fenoma dakwah yang dilakuakn oleh Aa Gym di
media sosial dan secara khusus peneliti mengambil fanpage Facebook KH.
Abdulillah Gymnastiar sebagai objek bahan penelitian.
7
Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, 18 Februari 2015.
4
Dakwah merupakan sebuah kegiatan untuk mengajak, menyeru,
atau membimbing umat manusia untuk berbuat baik agar patuh kepada
perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dakwah adalah
kegiatannya, sedangkan orang yang melaksanakan dakwahnya disebut
sebagai da’i dan orang yang didakwahinya disebut sebagai mad’u.
Kegiatan dakwah saat ini banyak dijalankan oleh perorangan seperti da’i
ataupun kelompok seperti komunitas dakwah.8 Agar kegiatan dakwah
yang dilakukan bisa memiliki hasil serta dampak yang maksimal, maka
kegiatan dakwah pun haruslah dijalankan dengan sebuah perencanaan.
Salah satu perencanaan yang sangat penting untuk mendukung kegiatan
dakwah adalah dengan menggunakan alat bantu untuk mendistribusikan
dakwahnya.
Pada saat ini teknologi bukan hanya menjadi gaya hidup seseorang,
namun saat ini teknologi sudah menjadi kebutuhan bagi orang banyak.
Karena memang dengan hadirnya teknologi bisa mempermudah kehidupan
manusia, seperti pekerjaan, bisnis, mengakses informasi, hingga mencari
ilmu. Berkaitan dengan dakwah, teknologi bisa dijadikan sebagai media
untuk mempermudah kegiatan dakwah, salah satunya untuk menyebarkan
konten dakwah secara cepat dan efisien.
Berdasarkan hal di atas, maka peniliti ingin menjadikan fenomena
tersebut sebagai bahan penelitian untuk skripsi dengan judul “Dakwah di
Media Sosial; Etnografi Virtual Pada Fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar”
8
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.2.
5
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan pada penelitian ini tidak melebar maka penulis akan
membatasi penelitian ini untuk mendeskripsikan fenomena dakwah
yang terjadi pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar di
Facebook.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana ruang media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar?
b. Bagaimana dokumen media dalam fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar?
c. Bagaimana objek media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar?
d. Bagaimana pengalaman media dalam fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan bagaimana fenomena yang
terjadi dalam dakwah Aa Gym di fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar dengan mengungkap:
a. Ruang media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
b. Dokumen media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar
6
c. Objek media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
d. Pengalaman media dalam fanpage KH. Abdullah Gymnastiar
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah:
a. Dari segi teoritis, penelitian ini berupaya menangkap fenomena
kajian budaya dan media, terutama dalam kajian budaya siber,
terhadap dakwah yang dilakukan di media sosial. Dengan
demikian, hasil penelitian ini melakukan deskripsi terhadap teori
media sosial yang menempatkan mad’u (objek dakwah) atau
khalayak tidak hanya sebagai konsumen dakwah tapi juga sebagai
produsen dakwah.
b. Dari segi metodologis, penelitian ini diharapkan akan semakin
memperkaya
sumber-sumber
penelitian
yang
menggunakan
perspektif budaya siber, khususnya menilik fenomena
dakwah
yang dilakukan media sosial.
c. Dari segi praktis,
1) Bagi akademisi dan mahasiswa yang secara khusus
memperdalam kajian dakwah dan komunikasi dalam
budaya siber, penelitian ini dapat dijadikan data awal untuk
melakukan
penelitian
lebih
lanjut,
misalnya
untuk
mengungkap bagaimana pengaruh dalam dunia nyata bagi
mad’u atau khalayak ketika mengikuti dakwah melalui
media sosial.
2) Bagi praktisi dakwah, penelitian ini dapat dijadikan
pengetahuan untuk para da’i yang belum menggunakan
7
media sosial sebagai sarana untuk berdakwah, khususnya
melalui Facebook dengan menggunakan fanpage.
3) Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan menjadi
salah
satu
sumber
pengetahuan
yang
mampu
menggambarkan bagaimana media sosial dimanfaatkan
sebagai kegiatan untuk berdakwah. Dimana selama ini
dakwah lebih banyak disajikan dengan metode ceramah di
Majelis-majelis atau menggunakan media tradisonal dan
media elektonik. Juga, sebagai bahan pengetahuan tentang
pemanfaatan media sosial sebagai sarana untuk berdakwah.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitain ini
ialah pendekatan kualitatif dekskriptif dengan menjelaskan fenomena
melalui pengumpulan data yang dalam hal ini ialah pendeskripsian
mengenai dakwah yang dilakukan Aa Gym melalui fanpage KH.
Abdullah Gymnatiar, mulai dari ruang media, dokumen medi, objek
media, dan pengalaman media.
Dalam
penerapannya,
pendekatan
kualitatif
deksriptif
menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang
bersifat nonkuantitatif, seperti misalnya penggunaan instrument
wawancara
mendalam
(in
depth
interview)
dan
pengamatan
8
(observation).9 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
etnografi virtual. Istilah etnografi biasanya sangat erat kaitannya
dengan kebudayaan, bahkan istilah tersebut merupakan hal yang pokok
dalam studi etnografis. Makna kebudayaan dalam konteks etnografi ini
bisa dimaknai sebagai suatu kumpulan dari pola-pola perilaku serta
keyakinan. Etnografi juga sering dikaitan sebagai sebuah metode
penelitian dan hasil laporan penelitian. Dalam arti metode, istilah
etnografi biasa diartikan sebagai penelitian lapangan, dimana seorang
peneliti tingal dan hidup bersama orang-orang yang diteliti. Dan jika
dalam arti hasil penelitian, etnografi biasa dipakai untuk studi tentang
kebudayaan yang ada pada kelompok masyrakat tertentu. Jika dalam
konteks penelitian komunikasi, etnografi sering dipahami
dan
diaplikasikan secara bervariasi, diantaranya untuk: Mendeskripsikan
pendapat
serta
kecenderungan
perasaan-perasaan
perilaku
audien
khalayak,
sebagai
mendeskripsikan
subjek,
dan
mendokumentasikan pola aktivitas khalayak dalam konstruksi sosial,
wilayah budaya, pengaruh politik, dan pola komunikasi.10
Etnografi komunikasi adalah sebuah metode penelitian
komunikasi
yang
berasal
dari
paradigma
interpretative
atau
konstruktivis. Dalam metode ini mengkhususkan diri pada kajian
mengenai pola komunikasi yang dipakai oleh manusia dalam suatu
masyarakat. Secara sederhana, etnografi komunikasi adalah pengkajian
peranan bahasa dalam perilaku komunikasi suatu masyarakat, yaitu
9
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Gintanyali,
2004), h. 2.
10
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: Pelangi Aksara, 2007), h. 149-150.
9
cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang
berbeda-beda kebudayaannya. Etnografi komunikasi mempunyai dua
tujuan yang berbeda. Pertama Etnografi komunikasi bisa bersifat
spesifik karena mencoba menjelaskan dan memahami perilaku
manusia dalam kebudayaan tertentu sehingga sifat penjelasannya
hanya terbatas pada suatu konteks tempat dan warga tertentu. Kedua
Etnografi komunikasi juga bisa bersifat global karena mencoba
memformulasikan
konsep-konsep
dan
teori
untuk
kebutuhan
pengembangan komunikasi antarmanusia.11
Etnografi virtual adalah metode etnografi yang dilakukan
untuk melihat fenomena sosial ataupun kultur yang ada di ruang siber.
Bell mengatakan, bahwa metode etnografi ini merupakan metode
utama dan penting untuk melihat fenomena budaya siber yang ada di
internet. Hine menjabarkan beberapa prinsip dalam melakukan
penelitian etnografi virtual, diantaranya:12
a.
b.
c.
11
“Etnografi virtual mempertanyakan asumsi yang sudah
berlaku secara umum tentang internet. Oleh karena itu
peneliti hendaknya menginterpretasikan sekaligus
reinterpretasi internet sebagai suatu cara sekaligus
medium yang digunakan untuk berkomunikasi.
Perbedaan dengan kehidupan nyata dan fenomena yang
muncul dari interaksi face-to-face, internet merupakan
lapangan yang sangat kompleks dan relasi yang terjadi
berdasarkan pada konteks apa yang digunakan termasuk
terhadap penggunaan teknologi. Sehingga ketika meneliti
internet, maka semestinyalah menempatkan internet
sebagai suatu kultur dan artefak kultural.
Internet mengubah pemahaman tentang „lokasi‟
penelitian. Internet merupakan tempat yang interaktif dan
Zikri Fachrul Nurhadi, Teori-Teori Komunikasi; Teori Komunikasi Dalam Perspektif Penelitian
Kualitatif (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2015), h.17-18.
12
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia) (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014) h.14.
10
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
selalu bergerak, sehingga lebih tepat dalam pendekatan
etnografi untuk melihat bagaimana tempat virtual di
internet itu dibuat dan dibuat kembali.
Konsekuensi dari gagasan tentang lokasi tersebut
memunculkan pertanyaan yang serius. Sebab dalam
etnografi kultur serta komunitas bisa diidentifikasi dalam
lapangan atau „lokasi‟ yang nyata. Hine menawarkan
solusi bahwa penelitian dilepaspisahkan dari pemahaman
umum terhadap „lokasi‟ dan batas-batas, melainkan
memfokuskan diri pada arus dan koneksitas antar-user di
internet.
Etnografi virtual pada dasarnya juga mengangkat
persoalan betas-batas, akan tetapi konteks ini untuk
melihat kenyataan antara yang „real‟ dengan virtual‟.
Etnografi virtual merupakan persinggahan sementara.
Kehidupan pengguna di internet ridak terjadi dalam 24
jam yang sesungguhnya, netter atau pengguna internet
tidak dapat dipastikan kapan mereka „berada‟ di internet.
Dalam etnografi virtual fenomena yang diangkat
merupakan kepingan semata, tidak menggambarkan
bagaimana sesungguhnya (kehidupan di) internet itu
berlangsung. Bagi Hine, ada kerumitan dalam hal
menjangkau informan, lokasi, dan bahkan kultur itu
sendiri secara seutuhnya.
Etnografi hendaknya mereka yang juga menjadi bagian
dalam cyberspace. Hubungan antara etnografi dan subjek
atau objek penelitian yang menggunakan teknologi
merupakan bagian dari etnografi itu sendiri, sebagaimana
enografer berinteraksi dengan teknologi itu sendiri. Maka
pengalaman pribadi etnografer ketika bersentuhan
dengan (teknologi) internet dan menjadi bagian dalam
cyberspace harus diabaikan demi menjaga objektivitas
dalam melihat fenomena.
Etnografer maupun informasi (penelitian) haruslah
dirasakan kehadiran antar-keduanya. Etnografi virtual
dijelaskan sebagai „ethnopraphy in, of and trough the
virtual‟ sehingga interaksi tatap muka atau face-to-face
tidaklah diperlukan. Hal ini dikarenakan media siber
memungkinkan komunikasi terjadi di antara keduanya,
bahkan beberapa perangkat komunikasi di media siber
bisa terjadi secara langsung dengan melibatkan tidak
hanya teks, tetapi juga suara dan visual.
Beberapa terminologi, prinsip, maupun aturan yang
selama ini dipahami dalam etnografi, pada dasarnya
tidak bisa diterapkan dalam etnografi virtual. Bahkan
ketika memabahas kata „virtual‟ pun definisi ini
menemukan bentuk dan keluaran yang tidak terduga.
Oleh karena itu, ketika meneliti cyberculture maka
11
konteks yang digunakan sebisa mungkin merupakan
kondisi yang mendekati „apa yang terjadi‟ di cyberspace,
dan bisa digunakan dalam tataran praktis untuk
mengeksplorasi relasi yang terjadi melalui media internet
yang ditemui oleh etnografer.”
Makadari itu dari pemaparan di atas, bagi peneliti
menggunakan metodologi penelitian etnografi virtual ada hal yang
tepat. Karena dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti sebuah
fenomena dakwah di media sosial, karena bagi peneliti fenomena
tersebut merupakan sebuah budaya siber. Dan untuk meneliti sebuah
fenomena dalam budaya siber, etnografi virtual adalah metodologi
penelitian yang paling tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian
ini adalah etnografi virtual.
3. Waktu dan Lokasi Penelitian
Untuk mendapatkan data berupa bukti dalam penelitian ini,
peneliti mendokumentasi data temuan di fanpage KH. Abdullah
Gymnastiar di Facebook selama Bulan November-Februari 2016. Dan
untuk mendapatkan data wawancara bersama Aa Gym beserta admin
fanpage KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti melakukan wawancara di
Pondok Pesantren Da‟arut Tauhiid Bandung, pada Tanggal 17-20
Februari 2016.
12
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penelitian yang diambil meliputi penelitian lapangan
dengan analisis kulitatif. untuk memperoleh data dan informasi yang
akurat dalam penelitian lapangan, penulis melakukan teknik sebagai
berikut:
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data
yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Dalam
penelitian ini peneliti mengambil data dari fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar di Facebook pada Bulan Desember JunuariFebruari 2016.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik tanya jawab upaya mengumpulkan
data yang akurat untuk keperluan melaksanakan pemecahan
masalah tertentu sesuai dengan data. Wawancara dapat membantu
menetapkan keabsahan data yan telah diperoleh peneliti dari
sumber-sumber
lain
atau
melalui
instrument
lain
untuk
mengungkapkan berbagai pertentangan yang muncul diantara
sumber-sumber
tersebut.
Dalam
penelitian
ini
peneliti
mewawancarai langsung KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)
selaku informan dalam
mewawancarai
admin
Gymnastiar di Facebook.
penelitian ini, dan juga
fanpage
Facebook
KH.
peneliti
Abdullah
13
5. Teknik Analisis Data
Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum
di mulai sejak pengumpulan data yaitu; 1) reduksi data, yang diartikan
sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan –
catatan tertulis di lapangan 2) penyajian data (display data) dilakukan
dengan menggunakan bentuk teks naratif dan 3) penarikan kesimpulan
serta verifikasi.13
Teknik analisis data dalam penelitian ini, dilakukan setelah
data-data yang diperoleh melalui wawancara mendalam bersama KH.
Abdullah Gymnastiar dan admin fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar dan juga data-data yang diperoleh dari hasil dokumentasi
pada fanpage tersebut. Kemudian data-data tersebut, di analisis secara
saling berhubungan untuk mendapatkan dugaan sementara, yang
dipakai
dasar
untuk
mengumpulkan
data
berikutnya,
lalu
dikonfirmasikan dengan informan secara terus menerus secara
triangulasi.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan penelitian
lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka
langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu
terhadap skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul hampir sama
dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat
13
Emzir, Analisis Data (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.50-51.
14
diketahui bahwa apa yang akan penulis teliti sekarang tidak sama dengan
penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu.
Adapun setelah penulis mengadakan suatu tinjauan kepustakaan,
dari segi penokohan dan segi medianya ada beberapa yang telah
melakukan penelitian namun terbatas pada analisis ini pesan dakwahnya
saja saja. Penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang memiliki
judul hampir sama dengan apa yang akan penulis teliti. Judul tersebut
antara lain :
1.
Skripsi milik Agnitia Citra Resmi jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Tahun 2012 yang berjudul “Analisis Isi Pesan Manajemen
Qalbu Dalam Twitter @Aagym (K.H. Abdullah Gymnastiar)”.14
Skripsi ini meneliti tentang isi dari pesan menejemen qalbu dalam
twitter Aa Gym. Sedangkan dalam penelitian yang peniliti lakukan ini
adalah untuk mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
2.
Skripsi milik Muhammad Arifin Sholeh jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Tahun 2008 yang berjudul “Kepemimpinan KH.
Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) Pada Pondok Pesantren Daarut
Tauhiid Geger Kalong Bandung Tahun 2006-2008”.15 Skripsi ini
membahas membahas tentang kepemimpinan Aa Gym pada Pondok
Pesantren Daarut Tauhiid. Sedangkan dalam penelitian yang peniliti
14
Agnitia Citra Resmi, “Analisis Isi Pesan Manajemen Qalbu Dalam Twitter @Aagym (K.H.
Abdullah Gymnastiar)”, (Fakultas Ilmu dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 2012).
15
Muhammad Arifin Sholeh, “Analisis Isi Pesan Manajemen Qalbu Dalam Twitter @Aagym
(K.H. Abdullah Gymnastiar)”, (Fakultas Ilmu dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 200).
15
lakukan ini adalah untuk mendeskripsikan fenoma dakwah yang
terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
3.
Skripsi milik Ahmad Fauzi jurusan Konsentrasi Peradilan Agama
Tahun 2010 yang berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Poligami
KH. Abdullah Gymnastiar”16. Skripsi ini membahas tentang poligami
yang dilakukan oleh Aa Gym dan kemudian dikaitkan dengan respon
Masyarakat di Kelurahan Geger Kalong
Kecamatan Sukasari
Bandung. Sedangkan dalam penelitian yang peniliti lakukan ini adalah
untuk mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
4.
Skripsi milik Riafatul Amanah Ramaera jurusan Menejemen Dakwah
Tahun 2001 yang berjudul “Konsepsi Manajemen Qalbu KH.
Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)”17. Skripsi ini membahas tentang
bagaimana konsep manajemen qalbu yang digunakan oleh Aa Gym.
Penelitian ini lebih berfokus pada konsep apa saja yang ada di dalam
manajemen qalbu dan bagaimana cara penerapannya. Sedangkan
dalam
penelitian
yang
peniliti
lakukan
ini
adalah
untuk
mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
5.
Skripsi milik Indriana Hermindasyah jurusan Pendidikan Agama
Islam Tahun 2005 yang berjudul “KH. Abdullah Gymnastiar Dan
16
Ahmad Fauzi, “Respon Masyarakat Terhadap Poligami KH. Abdullah Gymnastiar”, (Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2010).
17
Riafatul Amanah Ramaera, “Konsepsi Manajemen Qalbu KH. Abdullah Gymnastiar (Aa
Gym)”, (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2001).
16
Pemikirannya Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga”18. Skripsi
ini membahas tentang pendidikan akhlak dalam keluarga menurut
pemikiran KH. Abdullah Gymnastiar. Penelitian ini lebih berfokus
pada bagaimana pemikiran KH. Abdullah Gymnastiar terhadap
konsep, manfaat, metode dalam pendidikan akhlak di keluarga.
Sedangkan dalam penelitian yang peniliti lakukan ini adalah untuk
mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
6.
Skripsi milik Mursyid Irfan jurusan Manajemen Dakwah Tahun 2005
yang berjudul “Kepemimpinan Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar”19.
Skripsi ini membahas tentang kepemimpinan dakwah KH. Abdullah
Gymnastiar pada Pesantren yang dipimpin olehnya. Penelitian ini
lebih
berfokus
pada
tipe
kepemimpinan
dan
karakteristik
kepermimpinan apa yang KH. Abdullah Gymnastiar gunakan dalam
memimpin organisasi dakwah yang dipimpinnya. Sedangkan dalam
penelitian yang peniliti lakukan ini adalah untuk mendeskripsikan
fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar.
Berdasarkan tinjaun pustaka skripsi terdahulu dengan yang penulis akan
teliti memiliki kesamaan namun juga memiliki perbedaan sehingga penulis
tidak melakukan penelitain yang sama. Dari sekian banyak skripsi yang
membahas KH.Abdullah Gymnastiar tidak satupun penulis menemukan
18
Indriana Hermindasyah, “KH. Abdullah Gymnastiar Dan Pemikirannya Tentang Pendidikan
Akhlak Dalam Keluarga”, (Skripsi Fakultas Tarbiyah, UIN Jakarta, 2005).
19
Mursyid Irfan, “Kepemimpinan Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar”, (Skripsi Fakultas Ilmu dan
Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 2005).
17
skripsi yang membahas tentang fenomena dakwah yang dilakukan Aa
Gym di Sedangkan dalam penelitian yang peniliti lakukan ini adalah untuk
mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage Facebook
KH. Abdullah Gymnastiar. KH. Abdullah Gymnastiar.
51
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Teknoreligion
Sebagai sebuah fenoma kultural, pengalaman beragama tidak
hanya diekspresikan dalam konteks agama saja, namun juga bisa
diekspresikan dalam konteks teknologi. Hal itu terjadi saat benda-benda
berupa teknologi mampu membantu manusia untuk menemukan nilai-nilai
agama atau makna-makna religius kdalam benda-benda berupa teknologi.
Kajian mengenai hubungan antara teknologi dan kehidupan sosialkebudayaan ini kemudia menjadi bahasan fokus dalam kajian teknokultur.
Sebagaimana diuraikan oleh Shaw yang dikutip oleh Moch Fakhruroji
bahwa:
“Teknokultur merupakan kajian tentang hubungan antara teknologi
dengan kebudayaan dan ekepresi hubungan tersebut dalam pola
kehidupan sosial, struktur ekonomi, seni, sastra, dan budaya
populer. Ia juga dapat merupakan kajian postmodern yang juga
mencakup kahidupan akan budaya global yang dimediasi oleh
teknologi dan jejaring komputer.”
Dalam hal ini hubungan praktis antara agama dan media sebagai
sebuah produk dari teknologi yang bersifat mekanis menjadi salah satu
bentuk teknokultur yang sering dipandang sebagai budaya baru dalam
kehidupan beragama dengan basis teknologi. Secara spesifik, fenomena
pengalaman beragama dalam kontek teknologi sering disebut sebagai
fenomena teknoreligion. Seperti yang diungkapkan oleh George yang
dikutip oleh Moch Fakhruroji bahwa:
52
“Untuk mengidentifikasi dua argumentasi pokok tentang
kemunculan teknoreligion. Pertama, pada umumnya kita
menganggap bahwa pencarian nilai-nilai spiritual merupakan hal
yang fundamental bagi kehidupan manusia. Agama merupakan
fondasi bagi nilainilai humanisme di seluruh dunia yang dinilai
oleh disiplin sosiologi yang merupakan “wilayah sekuler” sebagai
upaya “pencarian religius.” Pencarian religius dan nonreligius
adalah upaya pencarian makna yang banyak dipahami dalam
konteks agama sebagai pencarian “Tuhan.” Pada dekade terakhir
abad kedua puluh, sejumlah penulis telah mengakui bahwa
teknologi telah digunakan dalam proses “pencarian spiritual” dan
diekspresikan melalui Internet dan World Wide Web. Pencarian
“makna spiritual” melalui search engine seperti Google
merepresentasikan pencarian manusia atas makna spiritual ini.
Kedua, kita juga melihat bagaimana konsep “transenden”
dipandang sebagai tema umum dalam kaitan agama dan teknologi.
Teknologi dalam pemahaman yang paling luas juga berkenaan
dengan hal-hal yang transenden. Transendensi teknologi yang
ekstrem ditemukan di kalangan transhumanis, yakni kalangan yang
melihat nilainilai humanis berada pada fase transisi yang kemudian
“disempurnakan” oleh teknologi.”
Penyampaian pesan-pesan agama melalui cara tradisional saat ini
telah mengalami pergeseran dan kadang menempatkan agama dalam posisi
yang sulit untuk diakses oleh publik yang sudah menjadi bagian dari
masyarakat budaya teknologi. Dalam hal ini, kehadiran teknologi sudah
membantu bagi proses penyebaran pesan-pesan religius, dan melalui
teknologi manusia modern saat ini bisa menutupi keterbatasannya,
sehingga mereka masih bisa mengakses dan mengonsumsi pesan-pesan
agama di sela-sela kesibukannya sebagai manusia modern.
2. Media Sosial
A. Definisi Media Sosial
Media sosial (Facebook, Twitter, Youtube dan Flickr) adalah
keniscayaan sejarah yang telah membawa perubahan dalam proses
53
komunikasi manusia. Proses komunikasi yang selama ini dilakukan
hanya melalui komunikasi tatap muka, komunikasi kelompok,
komunikasi massa, berubah total dengan perkembangan teknologi
komunikasi dewasa ini, khususnya internet. Perubahan tersebut akan
membawa konsekuensi-konsekuensi proses komunikasi. Proses
komunikasi yang terjadi membawa konsekuensi di tingkat individu,
organisasi, dan kelembagaan.20
Pada
dasarnya
media
sosial
merupakan
hasil
dari
perkembangan teknologi baru yang ada di internet, dimana para
penggunanya bisa dengan mudah untuk berkomunikasi, berpartisipasi,
berbagi, dan membentuk sebuah jaringan di dunia virtual, sehingga
para pengguna bisa menyebarluaskan konten mereka sendiri.21
Media Sosial merupakan salah satu jenis dari media siber
yang bisa digunakan untuk memublikasikan konten berupa profil,
aktivitas, atau pun pendapat pribadi dalam jejaring sosial di ruang
siber. Untuk mendapatkan definisi yang matang mengenai media
sosial, disini penulis mencantumkan beberapa definisi media sosial
yang berasal dari berbagai literatur penelitian:22
1.
2.
20
“Menurut Mandibergh, media sosial adalah media yang
mewadahi kerjasama di antara pengguna yang
menghasilkan konten (user generated content).
Menurut Shirky, media sosial dan perangkat lunak sosial
merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan
pengguna untuk berbagi (to share), bekerja sama (to co-
Nurudin, Media Sosial Baru dan Munculnya Revolusi Proses Komunikasi,
(Jurnal
Komunikator, Vol.5, 2010) h.83.
21
Dan Zarella, The Social Media Marketing Book, (Canada: O‟Reilly Media, 2010), h.2-3.
22
Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2015). h.11.
54
3.
4.
5.
operate) di antara pengguna dan melakukan tindakan
secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka
institusional maupun organisasi.
Boyd menjelaskan media sosial sebagai kumpulan
perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun
komunitas untuk berkumpul, berbagi, berkomunikasi,
dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau
bermain. Media Sosial memiliki kekuatan pada usergenerated content (UGC) di mana konten dihasilkan oleh
pengguna, bukan oleh editor sebagaimana di institusi
media massa.
Menurut Van Dijk, media sosial adalah platfrom media
yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang
memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun
berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat
sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan
hubungan antarpengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan
sosial.
Meike dan Young mengartikan kata media sosial sebagai
konvergensi antara komunikasi personal dalam arti
saling berbagi di antara individu (to be share one-to-one)
dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa
ada kekhususan individu.”
Dari berbagai definisi atau pernyataan tersebut, penulis
mengambil kesimpulan bahwa defisini media sosial adalah
medium di internet yang memungkinkan pengguna
merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja
sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan
membentuk ikatan sosial secara virtual”.
B. Karakteristik Media Sosial
Media Sosial merupakan salah satu jenis dari media siber,
walaupun demikian antara media sosial dan media siber memiliki
karakteristik yang tidak jauh berbeda. Namun dalam media sosial ada
karakteristik khusus yang dimana karakteristik tersebut tidak dimiliki
oleh media siber. Media sosial memiliki ciri khusus yang tidak
55
dimiliki oleh media lainnya. Adapun karakteristik media sosial
diantaranya adalah:23
1.
Jaringan
Jaringan adalah sebuah teknologi seperti komputer yang berguna
untuk menghubungkan antara komputer dengan perangkat keras
lainnya. Koneksi seperti jaringan diperlukan agar terjadi
komunikasi antara pengguna komputer yang saling terhubung.
Akan tetapi, kata jaringan telah berkembang dari yang hanya
sebatas istilah yang digunakan dalam teknologi komputer menjadi
istilah yang digunakan dalam kajian budaya maupun sosial.
Karakter dari media sosial adalah untuk membentuk jaringan di
antara
penggunanya.
Walaupun
pada
kenyataannya
antar
pengguna itu saling kenal ataupun tidak kenal di dunia nyata,
akan tetapi munculnya media sosial telah membentuk medium
para pengguna untuk saling terhubungan melalui teknologi.
Jaringan yang terbentuk ini nantinya akan menjadi sebuah
komunitas atau menjadikan masyarakat yang secara sadar ataupun
tidak akan memunculkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
seperti ciri masyarakat dalam teori-teori sosial. Walaupun
jaringan dalam media sosial itu terbentuk dengan adanya
teknologi, akan tetapi internet hadir tidak hanya sebagai alat, tapi
internet juga hadir untuk memberikan kontribusi dalam ikatan
sosial di internet. Tidak heran jika Manuel Castells mengatakan
23
Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2015) h.16-34.
56
bahwa “The network is the message, and the internet is the
messenger”.
2. Informasi
Informasi menjadi bagian penting dalam media sosial, karena
berbeda dengan media siber lainnya, dimana pengguna media
sosial merepresentasikan identitasnya, memproduksi konten, dan
melakukan interaksi sesuai dengan informasi yang ada. Dalam
media sosial informasi menjadi sebuah komoditas dalam
masyrakat informasi, karena infomasi diproduksi, dipertukarkan,
dan dikonsumsi sehingga menjadikan informasi itu komoditas
bernilai dalam bentuk baru dari kapitalisme. Informasi menjadi
komoditas yang di konsumsi oleh pengguna media sosial, karena
komoditas tersebut dibentuk oleh antarpengguna itu sendiri
dengan cara memproduksi dan mendistribusikannya. Dari
kegiatan konsumsi tersebut maka antarpengguna media sosial
telah membentuk sebuah jaringan yang secara sadar maupun tidak
telah menjadi institusi masyarakat berjejaring.
3. Arsip
Arsip menjadi bagian penting dalam media sosial, karena arsip ini
yang akan menjadikan sebuah informasi tersimpan dan bisa
diakses kapan pun dan melalui perangkat apa pun. Sebagai contoh
dari setiap informasi yang diunggah ke Facebook, informasi
tersebut tidak akan hilang dan akan terus tersimpan, sehingga
mudah untuk diakses kembali. Banyak informasi yang bisa
57
diakses di media sosial, mulai dari data pribadi pengguna,
kumpulan foto pengguna, lokasi mana saja yang pernah
dikunjungi oleh pengguna, hingga siapa saja orang yang berteman
dengan pengguna di media sosial. Inilah kekuatas media sosial,
sebagai salah satu jenis dari media siber, yang tidak hanya
membentuk jaringan antar pengguna, tapi juga memberikan
informasi serta memiliki arsip untuk diakses dengan mudah.
Hadirnya
media
sosial
memberikan
banyak
akses
dan
penyimpanan untuk setiap penggunanya. Pengguna media sosial
tidak hanya memproduksi dan mengonsumsi informasi, tapi juga
informasi tersebut telah menjadi sebuah dokumen yang tersimpan.
Tidak salah rasanya jika media sosial dianggap sebagai ruang
perpustakaan yang bersifat virtual.
4. Interaksi
Karakter dasar media sosial adalah untuk membentuk jaringan
bagi antar pengguna. Jaringan tersebut tidak hanya untuk
mendapatkan pertemanan atau pengikut saja, tapi juga harus
membangun interaksi antar pengguna. Di media sosial interaksi
yang sering terjadi biasanya berbentuk saling memberikan tanda
atau mengomentari, misalnya tanda jempol „Like‟ di Facebook.
Atau bisa juga sebuah video yang diunggah ke Youtube bisa jadi
mendapatkan komentar yang banyak, dan komentar tersebut tidak
hanya dari pengunjung Youtube saja, bisa juga melalui media
sosial lainnya, karena bisa jadi video tersebut dibagikan, baik ke
58
media sosial, situ pribadi, atau melalui broadcast dari aplikasi
pesan seperti Blackberry Messenger.
“Gane dan Beer menyatakan bahwa interaksi merupakan
proses yang terjadi di antara pengguna dan perangkat
teknologi. Kehadiran teknologi dan perangkatnya telah
menjadikan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari
kehiduapn sehari-hari, bahkan telah menjadi semacam apa
yang disebut digital technologies have become integral
parts of our everyday live”.24
5. Simulasi Sosial
Media sosial memiliki kerakter sebagai medium guna
berlangsungnya aktivitas masyarakat dalam dunia virtual. Seperti
layaknya masyarakat disebuah negara, di media sosial pun
terdapat aturan serta etika yang mengikat peggunanya. Aturan
tersebut ada bisa karena teknologinya atau pun muncul karena
interaksi di antara sesama pengguna.
Untuk memahami makna simulasi, bisa ditelusuri dari
karya Jean Baudrilland, Simulations and Simulacra. Baudrillard
mengungkapkan gagasan simulasi bahwa kesadaran akan yang
real di benak khalayak semakin berkurang dan tergantikan dengan
realitas semu. Kondisi ini disebabkan oleh imaji yang disajikan
media secara terus-menerus. Khalayak seolah-olah tidak bisa
membedakan antara yang nyata dan yang ada di layar. Khalayak
seolah-olah berada di antara realitas dan ilusi sebab tanda yang
ada di media sepertinya telah terputus dari realitas.
24
Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2015) h.28.
59
Untuk menjelaskan bagaimana konsep simulakra ini terjadi
di media sosial, apa yang digambarkan oleh Tim Jordan bisa
menjadi contoh awal. Ketika berinteraksi dengan pengguna
lainnya melalui antarmuka (interface) di media sosial, pengguna
harus melalui dua kondisi. Pertama, pengguna harus melakukan
koneksi untuk berada di ruang siber. Koneksi ini merupakan
prosedur standar yang harus dilakukan oleh semua pengguna
ketika memanfaatkan media sosial, yakni log in atau masuk ke
dalam media sosial dengan sebelumnya menuliskan nama
pengguna (username) serta kata kunci (password). Semua fasilitas
baru bisa diakses ketika pengguna telah melakukan log in dan
sebaliknya pengguna, contohnya, tidak bisa berkumunikasi
melalui fasilitas pesan di Facebook kepada jaringan temantemannya ketika telah log out. Inilah apa yang disebut Jordan
sebagai „their own individualised place’.
Kedua, ketika berada di media sosial, pengguna kadang
melibatkan
keterbukaan
dalam
identitas
diri
sekaligus
mengarahkan bagaimana individu tersebut mengidentifikasikan
atau mengonstruk dirinya di dunia virtual. Pengguna Facebook
harus memasukan informasi dirinya, seperti nama, tempat tanggal
lahir, pendidikan, dna hobi. Informasi ini tidak hanya
bisa
diakses oleh si pemiliki akun, tetapi juga bisa dibaca oleh semua
orang yang terkoneksi ke situs jejaring sosial. Kondisi ini pun
bisa menyertakan prasyarat pertama bahwa setiap khalayak yang
60
ingin menjadi pengguna di media sosial diberikan semacam
formulir digital untuk diisi dengan identitas dirinya untuk
mendapatkan akun di media sosial. Identitas, terlepas dari palsu
atau tidak, itulah yang akan menjadi entitas baru atau “seseorang”
di dunia virtual nantinya.
6. Konten Oleh Pengguna
Karakteristik selanjutnya dari media sosial adalah konten oleh
pengguna atau yang lebih populer disebut dengan user generated
content (UGC). Konten oleh pengguna ini adalah sebagai penanda
bahwa
dalam
media
sosial,
penggunanya
tidak
hanya
memproduksi konten tetapi juga mengonsumsi konten yang juga
diproduksi oleh pengguna lainnya. Ini yang menjadikan kata
kunci bagi media sosial sebagai media baru dan teknologi dalam
Web 2.0. Kehadiran teknologi memungkinkan terjadinya produksi
dan sirkulasi konten yang bersifat massa atau dari pengguna.
Contoh di Youtube, media sosial yang memiliki konten
video yang dimana pengguna diberikan fasilitas untuk membuat
kanal atau channel sendiri. Kanal tersebut dimiliki oleh setiap
pengguna, dimana pengguna bisa menggugah video berdasarkan
kategori atau pun jenis yang sesuai dengan kontennya.
7. Penyebaran
Penyebaran adalah karakter lainnya dari media sosial yang mana
ini juga merupakan ciri khas dari media sosial yang menunjukkan
bahwa pengguna di media sosial itu aktif dalam menyebarkan
61
konten bahkan mengembangkannya. Maksud dari pengembangan
adalah konten yang didapatkan seperti komentar misalnya, tidak
hanya sekedar opini semata tapi ada data dan fakta terbaru.
Penyebaran konten di media sosial bisa dilihat dalam dua
jenis. Pertama, penyebaran melalui konten. Di media sosial,
konten tidak hanya diproduksi oleh pengguna tapi juga
didistribusikan oleh pengguna lainnya. Uniknya konten yang
didistribusikan tidak hanya pada sebatas apa yang telah diunggah
dan konten yang disebarkan itu bisa berkembang melalui data
tambahan, revisi, komentar, dan lain sebagainya. Kedua,
penyebaran melalui perangkat. Di media sosial, penyebaran
melalui perangkat ini bisa terlihat dari bagaimana teknologi
menyediakan fasilitas untuk menyebarkan luaskan konten,
misalnya dengan adanya tombol „share‟ di Youtube yang berguna
untuk menyebarkan konten video, baik ke media sosial lainnya
maupun ke media siber lainnya.
Selain karakteristik media sosial yang disebutkan di atas, penulis
juga menemukan karakteristik media sosial lainnya dari sumber
referensi lain, yaitu: 25
25
Anthony Mayfield dan Michael A Stelzner, What is Social Media Includes Annual Marketing
Report, (Penerbit iCrossing, 2008) h.5.
62
8. Participation
Media sosial mendukung penuh kontribusi dan feedback dari
setiap orang yang tertarik. Dukungan ini membuat hubungan
antar media dan audiens menjadi kabur.
9.
Openess
Sebagai dasar media sosial terbuka untuk feedback dan
partisipasi. Hal ini memungkinkan dilakukan votting, pemberian
komentar dan berbagi informasi. Jarang sekali ada halangan
dalam mengakses dan membuat konten di dalam media sosial.
10. Conversation
Ketika media tradisional mengedepankan broadcast (transmisi
dan distribusi pesan kepada audience) media sosial justru melihat
komunikasi sebagai percakapan dua arah.
11. Community
Media sosial memungkinkan komunitas untuk berkomunikasi
secara tepat dan efektif. Komunitas juga dapat berbagi common
interest, seperti kesukannya terhadap fotografi, politik, dan TV
show.
12. Connectedness
Sebagian besar media sosial memungkinkan penggunanya untuk
berhubungan dengan siapapun.
63
C. Jenis-Jenis Media Sosial
Media sosial memiliki berbagai macam jenis sesuai dengan fungsi dan
konten apa yang disebarkannya, ada yang berbentuk tulisan pribadi,
foto, video, dll. Namun Kaplan dan Haenlein membagi jenis media
sosial menjadi 6, yaitu:26
1.
Proyek Kolaborasi
Proyek
kolaborasi
ialah
jenis
media
sosial
ini
bisa
memungkinkan penggunanya untuk membuat konten secara
bersama-sama.
Contohnya
Wikipedia,
dimana
setiap
penggunanya bisa membuat konten, atau bisa mengubah, dan
menghapus konten yang sudah ada.
2.
Blog
Blog merupakan jenis dari media sosial yang di dalamnya
pengguna bisa mengunggah tulisan pribadinya. Blog ini
bentuknya situs pribadi yang berisikan kumpulan konten yang
dianggap menarik seperti tulisan keseharian dari pengguna.
3.
Komunitas Konten
Komunitas konten merupakan jenis media sosial yang membuat
penggunanya bisa membagikan konten baik berupa tulisan,
gambar, atau pun video. Contohnya Youtube yang membuat
penggunanya bisa membagikan konten berupa video.
4.
26
Situs Jejaring Sosial
M. Kaplan dan Michael Haenlein, Users of the world, unite! The challenges and opportunities of
Social Media, (Business Horizons, 2010) h.62-64.
64
Situs
jejaring
memungkinkan
sosial
adalah
penggunanya
jenis
untuk
media
sosial
yang
berhubungan
dengan
pengguna lain dengan cara saling berinteraksi,
seperti
mengirimkan pesan, gambar, atau pun video. Contohnya
Facebook, Instagram, Path, dan lain sebagainya.
5.
Virtual Game World
Virtual game world ialah jenis media sosial yang membuat
penggunanya untuk saling berintraksi dengan menggunakan
avatar pribadi. Setiap penggunanya bisa muncul dalam bentuk
avatar dan saling berinteraksi seperti dalam dunia nyata.
Contohnya game online.
6.
Virtual Sosial World
Virtual Sosial World merupakan jenis media sosial yang mana
penggunanya bisa mensimulasikan kehidupan nyata melalui
internet, dan penggunanya merasa hidup dalam dunia virtual,
dan merasakan nuansa tiga dimensi.
Selain beberapa jenis media sosial yang disebutkan di atas, penulis
juga menemukan 2 jenis media sosial lainnya yang penulis temukan
dalam referensi lainnya, yaitu:27
7.
Microblogging
Tidak jauh berbeda dengan blog ataupun jurnal online,
microblogging adalah jenis media sosial yang memfasilitasi
27
Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2015) h.43-44.
65
pengguna untuk menulis dan memublikasikan aktivitas dan
pendapatnya. Kehadiran jenis media sosial seperti ini berawal
dari munculnya Twitter yang bisa menyediakan ruang bagi
penggunanya hanya 140 karakter. Sama seperti media sosial
lainnya, di Twitter penggunanya bisa menjalin komunikasi,
menyebarkan
informasi,
mempromosikan
pedapatnya,
membahas suatu isu dengan pengguna lainnya.
8.
Sosial Bookmarking
Sosial Bookmarking atau penanda sosial ini adalah jenis media
sosial yang berguna untuk mengorganisasikan, menyimpan,
mengelola, dan mencari informasi di dunia online. Informasi
yang diberikan di media sosial ini hanyalah sebagai pengantar
yang nantinya pengguna akan diarahkan pada tautan informasi
yang lengkapnya. Cara kerja sosial media ini seperti lemari
katalog diperpustakaan yang menyediakan berbagai macam
informasi terkait buku dengan nomor panggilnya. Beberapa
contoh
dari
penanda
sosial
ini
adalah
Delicious.com,
StumbleUpon.com, Digg.com, Reddit.com, dan untuk di
Indonesia ada LintasMe.
66
3. Dakwah Di Era Internet
Dakwah dari segi bahasa „Da‟wah” berarti: panggilan, seruan atau
ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar.
Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti: memanggil,
menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan). Orang yang berdakwah
biasa disebut dengan Da‟i dan orang yang menerima dakwah atau orang
yang didakwahi disebut dengan mad‟u.28 Menurut Muhammad Natsir
dakwah mengandung arti kewajiban yang menjadi tanggung jawab
seorang Muslim dalam amar ma‟ruf nahi mungkar.29
Dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan secara continue
terhadap objek dakwah. Dari masa ke masa kegiatan dakwah selalu
mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan kondisi dan situasinya.
Dakwah menjadi tugas setiap muslim dalam pengertian yang sederhana
(dalam skala mikro) sesuai dengan kapasitas dan
Namun
kemampuannya.
dalam pengertian dakwah secara ideal dan makro, baik yang
dilakukan
oleh
individu maupun
kelompok
(organisasi)
harus
dilakukan
dengan menguasai berbagai aspek, baik metode, materi,
media, dan menguasai sasaran dakwah.30
Secara sederhana internet atau interconnected network adalah
sebuah sistem komunikasi global yang bisa menghubungkan komputerkomputer beserta jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia. Jaringan
28
Ahmad Warson Munawir,. Kamus al-Munawi, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997) h.406
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,) h.2
30
Eneng purwanti, manajemen dakwah dan aplikasinya bagi pengembangan organisasi dakwah,
(Jurnal adzikra Vol. 01. No. 02 2010) h.6
29
67
internet yang kita gunakan saat ini, awalnya dikembangkan oleh
Departemen Pertahanan Amerika Serikat dengan nama ARPANET
(Advanced Research Projects Agency). ARPANET dibangun untuk
menghindari pemusatan informasi di satu titik dengan pembuatan suatu
jaringan komputer yang terbesar. Sebuah pemusatan informasi dipandang
rawan mengalami penghancuran apabila terjadi peperangan. Berbeda
dengan jaringan, jika satu bagian dari jaringan terputus, maka jaringan
tersebut bisa langsung otomatis dipindahkan ke saluran yang lain.31
Menurut LaQuey, yang membedakan internet (dan jaringan global
lainnya) dari teknologi komunikasi tradisional adalah tingkat interaksi dan
kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk menyiarkan pesannya.
Tak ada media yang memberi setiap penggunanya kemampuan untuk
berkomunikasi secara seketika dengan ribuan orang. Internet adalah
perkakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah
besar orang secara elektronis. Informasi mengenai peristiwa tertentu dapat
ditransmisikan secara langsung, sehingga membuatnya menjadi suatu
piranti meriah yang sangat efektif. 32
Dakwah merupakan sebuah rangkaian kegiatan atau proses dalam
mencapai tujuan tertentu. Di era ini dakwah tidak hanya cukup
disampaikan melalui lisan tanpa adanya perangkat pendukung, yang saat
ini dikenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa, yaitu media cetak
ataupun elektronik. Kata-kata yang diucapkan oleh manusia hanya dapat
menjangkau jarak yang sangat terbatas, tapi jika menggunakan alat-alat
31
Iskandar, Panduan Lengkap Internet, (Jakarta: Andi Publisher, 2009) h.1-2.
Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, Edisi Revisi 2014) h.150-151.
32
68
komunikasi massa, maka jangkauannya tidak lagi terbatas pada ruang dan
waktu.33 Keberadaan media internet bisa melampaui pola penyebaran
pesan atau informasi dengan media tradisional, karena media internet
memiliki sifat yaitu bisa berinteraksi, mengaburkan batas geografis, dan
bisa dilakukan kapan saja. Salah satu karakter yang disebut sebagai media
lama atau media baru adalah karakter broadcast yang mewakili media
lama, sementara karakter interactivity yang mewakili media baru.34
Secara sosiologis, penerapan teknologi komunikasi dan informasi
dalam kehidupan telah mengubah ragam interaksi masyarakat. Masyarakat
dakwah kini bukan saja mereka yang berada di depan mata, melainkan
juga mereka yang secara bersama-sama ada di ruang abstrak yang disebut
dunia maya. Media telah menggiring individu memasuki ruang yang
memungkinkan saling berinteraksi. Internet, misalnya, kini telah
membentuk ruang maya tempat bertegur sapa secara interaktif yang
kemudian kita kenal dengan istilah cyberspace.35
“Gibson memperkenalkan istilah cyberspace untuk menjelaskan
bahwa ada tempat di mana ia tidak nyata tetapi keberadaannya
dapat dirasakan bahkan menjadi kenyataan dalam benak”.36
Dakwah melalui internet merupakan suatu inovasi terbaru dalam
syiar Islam, dan tentunya akan memudahkan para da‟i dalam melebarkan
sayap-sayap dakwahnya. Penggunaan media internet sebagai media
dakwah merupakan kesempatan dan tantangan untuk mengembangkan dan
33
Mulkhan, Abdul Munir, Ideologisasi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: SIPRESS, 1996) h.58
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014) h.14.
35
Asep Saeful Muhtadi, “Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan, Dan Aplikasi” Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2012, hal.60
36
Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia) h.18.
34
69
memperluas cakrawala dakwah Islamiyah. Kesempatan yang dimaksud
ialah bagaimana orang-orang yang peduli terhadap kemampuan dakwah
maupun memanfaatkan media internet tersebut sebagai sarana dan media
dakwah
untuk
menunjang
proses
dakwah
Islamiyah.
Sementara
mewujudkannya mulai dari tenaga, pikiran dan sumber daya manusia yang
mengerti akan dakwah dan internet. Umat Muslim harus mampu
menguasai dan memanfaatkan sebesar-besarnya perkembangan teknologi
informasi, ”Dari sisi dakwah, kekuatan internet sangat potensial untuk
dimanfaatkan.37
Perkembangan teknologi memberikan peran yang sangat besar
dalam perkembangan dakwah saat ini. Dengan kehadirkan teknologi
seperti internet, jangkaun dakwah menjadi lebih luas dan tidak terbatas
oleh batasan geografis. Secara khusus terdapat tiga alasan mengapa
Dakwah melalui internet menjadi penting:38
1)
Muslim telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Di Indonesia
Islam merupakan agama dengan pemeluk terbanyak, sedangkan
didunia, Islam merupakan agama dengan pemeluk terbanyak
kedua setelah Kristen. Hal yang sama juga terjadi di Amerika,
Perancis dan Inggris. Pertumbuhan pemeluk Islam di Negara
eropa lainnya dan Australia juga sangat pesat. Internet merupakan
sarana yang mudah dan murah untuk selalu keep intouch dengan
komunitas muslim yang tersebar di segala penjuru dunia.
37
Nur Ahmad, TANTANGAN DAKWAH DI ERA TEKNOLOGI DAN INFORMASI: Formulasi
Karakteristik, Popularitas, dan Materi di Jalan Dakwah, (Jurnal ADDIN, Vol.8, 2014) h.326-327
38
Fathul Wahid, E-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, (Yogyakarta: Gava Media, 2004) h.30
70
2)
Citra Islam yang buruk akibat pemberitaan satu sisi oleh banyak
media barat perlu diperbaiki. Internet menawarkan kemudahan
untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran yang jernih dan benar
serta pesan-pesan ketuhanan keseluruh dunia. Karena, dalam
konteks ini, internet banyak digunakan untuk menyebarkan
propaganda anti-Islam atau memberikan informasi tentang Islam
yang salah, maka penggunaan internet merupakan salah satu cara
efektif melawannya. Dalam kaitan ini, kita sekaligus melakukan
dakwah ke komunitas non-muslim.
3)
Pemanfaatan internet untuk dakwah, dengan sendirinya juga
menunjukkan bahwa muslim juga bisa menyusuaikan diri dengan
perkembangan peradaban yang ada, selama itu tidak bertentangan
dengan aqidah. Di Negara-negara maju, media ini telah
memudahkan muslim dalam mengelola dakwah nya dan
berkomunikasi dengan anggota jama‟ah lainnya.
Seperti yang dikatakan oleh Syekh Sulthan al-Umari dalam
makalahnya Istikhdam al-Internet fi ad-Da’wah, bahwa ada beberapa hal
yang penting untuk diperhatikan ketika berdakwah di dunia maya, yaitu:39
Pertama, hal paling mendasar adalah meluruskan niat. Dakwah di
internet akan mulus bila didasari dengan niat dan iktikad yang baik,
sebaliknya bukan bertujuan untuk mengeruk materi atau larut dengan
perdebatan mazhab, misalnya.
39
Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Internet, (At-Tabsyir Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol.
1, 2013) h.94.
71
Kedua, merumusan visi dan misi berdakwah di dunia maya.
Dalam konteks ini maka penting untuk memahami bahwa esensi
berdakwah ialah memberikan manfaat untuk orang lain. Berdakwah adalah
mengajak ke arah kebaikan dan ranah positif. Sebuah riwayat yang
dinukilkan dari Abu Hurairah menyebutkan, siapa pun yang mengajak
kepada hidayah kebaikan maka ia memperoleh pahala yang sama dari
orang yang bersangkutan.
Ketiga, tunjukkan pada dunia keagungan nilai-nilai luhur Islam.
Keempat, pilihlah pembimbing atau pengontrol kualitas konten yang
berkompeten dalam urusan syariahnya dan memiliki wawasan luas. Ini
akan membantu terhindar dari kontroversi dan kontradiksi konten.
Kelima, konten selalu disesuaikan dengan kebutuhan masa kini
dan kecenderungan masyarakat sekarang.
Dan terakhir, jika membuat situs dakwah tertentu maka jangan
lupa melengkapinya dengan aplikasi-aplikasi unggulan, seperti forum,
mengobrol langsung (chatting), dan fasilitas surat elektronik (e-mail).
Dengan demikian bahwa internet merupakan sebuah media baru
yang sangat layak dan tepat untuk dijadikan sebagai media dalam
berdakwah saat ini. Karena saat ini memang internet bisa dibilang seperti
sudah menjadi teman hidup bagi masyarakat khususnya di masyarakat
perkotaan, dengan berbagai kemudahan serta kecepatannya dalam
menjadikan informasi bagi masyarakat. Berbagai macam informasi bisa di
akses melalui internet kapan saja dan dimana saja, mulai dari informasi
lapangan pekerjaan, olahraga, seni, kesehatan, hingga keagamaan,
72
semuanya bisa diperoleh melalui internet. Makadari itu tidak salah jika
internet digunakan sebagai medium untuk berdakwah, karena berbagai
fungsinya yang bisa dengan mudah menyebarluaskan nilai-nilai islami di
dunia virtual.
4. Media Sosial Sebagai Medium Dalam Berdakwah
A. Kelebihan dan Kekurangan
Inilah beberapa kelebihan media sosial sebagai medium dalam
berdakwah 40:
1) Tidak terhalang oleh ruang dan waktu. Internet bisa diakses
kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun diberbagai penjuru di
dunia. Sehingga materi dakwah yang dilakukan di media sosial
bisa diakses oleh semua orang dipenjuru dunia tanpa dibatasi oleh
jarak dan waktu.
2) Dakwah menjadi lebih variatif. Selain sebuah tulisan, para pelaku
dakwah di media sosial bisa membuat materi dakwah dalam
bentuk gambar, audio, video, e-book, sehingga para objek dakwah
di sosial media bisa memilih materi dakwah yang mereka sukai.
3) Jumlah
pengguna
Internet
semakin
meningkat.
Dengan
pertumbuhan pengguna internet selalu mengalami peningkatan,
maka hal ini merupakan kabar baik bagi pelaku dakwah di media
sosial. Karena semakin banyaknya pengguna internet, maka akan
semakin banyak juga objek dakwah di media sosial.
40
Pardianto, “Meneguhkan Dakwah Melalui New Media”, (Jurnal Komunikasi Islam Vol.03, 01
Juni 2013) h.33.
73
4) Hemat biaya dan energi. Dengan melakukan dakwah di media
sosial, para juru dakwah tidak perlu mengeluarkan biaya yang
mahal dan tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk
melakukan dakwahnya. Karena cukup bermodalkan perangkat
keras seperti komputer ataupun smartphone ditambah dengan
koneksi internet, bisa dalam keadaan santai atau di rumah,
kegiatan dakwah di media sosial sudah bisa dilakukan.
Selain banyak kelebihan berdakwah menggunakan media sosial,
ternyata juga ada kekurangan saat berdakwah menggunakan media
sosial, diantaranya: 41
1) Untuk beberapa kalangan masyarakat, Internet adalah media
komunikasi yang mahal, karena untuk dapat menikmatinya
layanan media ini, minimal seseorang harus mempunyai
seperangkat komputer multi media, dan jaringan telephone. Untuk
pengadaan hardwarenya saja memakan biaya yang tidak sedikit,
juga ketika mengaksesnya.
2) Secara psikologis berdakwah melalui internet menghilangkan tali
silatuurahmi secara fisik dan psilokologis. Dengan model
komunikasi jarak jauh, meski dua arah, unsur kehadiran
komunikator secara fisik hampir tidak pernah terjadi.
3) Sulit mengetahui terjadi perubahan di bidang prilaku di kalangan
mad‟u, karena sifat mad‟u yang tersebar dan terpencar.
41
Prihananto, “Internet Sebagai Dakwah Alternatif pada Masyarakat Informasi”, (Jurnal Ilmu
Dakwah, Vol.4, Oktober 2001) h.8.
74
B. Ciri Khalayak di Media Sosial
Kata khalayak sangat erat kaitannya dengan istilah penerima
dalam proses komunikasi massa yang dibentuk oleh para peneliti di
bidang media. Khalayak merupakan istilah yang dipahami oleh para
praktisi media yang dipahami oleh pengguna media sebagai deskripsi
yang jelas atas diri mereka sendiri. Konsep khalayak menunjukkan
adanya sekelompok pendengar atau penonton yang memiliki
perhatian, reseptif, namun relatif pasif yang kurang lebih bersifat
publik.42
“Windahl dan Signitzer mendefisinikan khalayak
atau audience, menurut para peneliti komunikasi massa
sebagai individu yang dengan kesadarannya akan memilih
media dan pesan yang ingin diaksesnya. Khalayak juga bisa
didefinisikan sesuai dengan keinginan pengirim pesan itu
(defined by the sender), sesuai dengan keanggotaan audiensi
itu (defined by the audience members), dan tergantung media
yang digunakan (defined by media use).”43
Sebagai ciptaan manusia, masyarakat maya menggunakan
seluruh metode kehidupan masyarakat nyata juga sebagai model yang
dikembangkan
di
dalam
segi-segi
kehidupan
maya.
Seperti,
membangun interaksi sosial dan kehidupan kelompok, membangun
stratifikasi sosial, membangun kebudayaan, membangun pranata
sosial, membangun kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan,
42
Dennis, McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 2. (Penerjemah Putri Iva
Izzati, Jakarta: Salemba Humanika, 2011) h.164.
43
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014) h.55.
75
membangun sistem kejahatan dan kontrol-kontrol sosial, dan
sebagainya.44
Khalayak dalam kajian media sering digunakan sebagai
penanda masyrakat, baik secara grup ataupun individu.
Pemakaiannya pun merujuk pada khalayak atau massa yang
sedang mengakses berita di televisi atau sebagai pembaca
koran. Individu-individu dalam massa ini pada dasarnya tidak
mempunyai ikatan satu dengan yang lain, hanya dari tujuan
mereka untuk mengakses media saja. Seperti halnya khalayak
di media baru, dimana internet telah menciptakan ruang
virtual bagi khalayak selaku individu bertemu dengan
individu lainnya dalam waktu bersamaan, namun tidak
berada dalam ruang atau lokasi yang sama.45
Dengan berkembangnya teknologi yang memunculkan media
baru, maka tipe khalayak pun menjadi berubah. Jika selama ini
khalayak di media tradisional yang menempatkan khalayak dalam
posisi pasif, yang hanya sekedar menerima pesan dari media tanpa
memiliki kebebasan untuk memproduksinya. Lain halnya dengan
khalayak di media baru yang menempatkan khalayak dalam posisi
aktif, yang tidak hanya menjadi penerima pesan tapi juga bisa
memproduksi pesan itu.
“Posisi khalayak dan bagaimana hubungannya
dengan media semakin berkembang dengan kemajuan
teknologi komunikasi dan pekembangan internet. Media baru
memungkinkan khalayak tidak lagi mengenakan kartu
identitas sebagai khalayak semata, tetapi bisa menjelma
menjadi produser makna. Bahkan, batasan posisi
khalayak/produser menjadi tidak jelas.”46
44
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi
di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006) h.165.
45
Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2015) h.86.
46
Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, h.94.
76
Dengan munculnya media sosial yang merupakan bagian dari
media baru juga telah memberikan arah baru dalam penderfinisian
ulang mengenai hubungan khalayak dan media. Diantara karakteristik
yang dimiliki oleh media sosial yaitu interaktif, terbuka dalam
mengkreasikan konten, dan dengan jaringan yang luas memberikan
semacam peneguhan bahwa hubungan antara khalayak dan media
bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, media secara institusi
menyediakan perangkat dan aplikasi-aplikasi yang bisa diatur di
internet. Di sisi lainnya, khalayak yang sepenuhnya menciptakan
konten
serta
memanfaatkan
perangkat
media
sesuai
dengan
kebutuhannya. Di media sosial, khalayak tidak lagi pasif, tidak
tersentral dan terisolasi, tetapi aktif dalam memproduksi konten dan
pada saat yang bersamaan, khalayak juga yang mendistrubusikan
konten tersebut dan juga mengkonsumsi konten dari pengguna
lainnya. Perputaran khalayak sebagai produsen dan konsumen secara
terus menerus seperti ini tidak ditemui dalam praktik di media
tradisional, bahkan kehadiran media sosial dengan internet telah
melibatkan khalayak hingga menciptakan bahasa baru yang lebih
bersifat global dibandingkan dengan media tradisonal yang lokal.47
Dengan penjelasan dari berbagai sumber mengenai khalayak
di atas, maka dapat penulis simpulkan, bahwa yang menjadi ciri
khalayak di media sosial adalah:
47
Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2015) h.95.
77
1)
Khalayak bersifat aktif, berbeda dengan khalayak di media
tradisonal yang khalayaknya bersifat pasif dimana khalayak
hanya menerima pesan. Khalayak di media sosial justru
bersifat
aktif
dimana
khalayak
bisa
berinteraksi,
memproduksi informasi, hingga mendistribusikannya.
2)
Khalayak sebagai produsen, jika di media tradisonal khalayak
hanya sebagai konsumen, maka di media sosial khalayak juga
bertindak
sebagai
memproduksi
produsen.
konten
yang
Dimana
khalayak
diinginkannya,
bebas
sekaligus
mendistribusikannya.
3)
Khalayak sebagai konsumen, dimana khalayak di media
sosial juga mengkonsumsi konten yang diproduksi oleh
pengguna lainnya, juga menggunakan konten tersebut sesuai
dengan kebutuhan/keinginannya.
C. Interaksi Pengguna di Media Sosial dalam Kerangka Dakwah
Interactivity atau interaksi adalah suatu konsep yang sering
digunakan untuk membedakan media baru dengan media tradisonal.
“Interactivity bagi Graham merupakan salah satu
cara yang berjalan di antara pengguna dan mesin (teknologi)
dengan memungkinkan para pengguna maupun perangkat
yang saling terhubung secara interaktif. Kehadiran teknologi
komunikasi pada dasarnya memberikan kemudahan bagi
siapa pun yang menggunakan teknologi untuk saling
berinteraksi, saling terhubung dalam waktu yang bersamaan;
78
bahkan teknologi telah mewakili kehadiran
keterlibatan fisik dalam berkomunikasi.” 48
Sedangkan
Marc
Smith
menjelaskan
beberapa
aspek
dan/atau
dalam
komunikasi di dunia siber, yaitu:49
Pertama, dijelaskan bahwa komunikasi atau interaksi di
dunia siber tidak menyasaratkan keberadaan dan kesamaan antara
pengguna (aspatial) media siber selagi fungsi interaksi melalui media
siber itu masih ada. Bermakna bahwa interaksi tidak mesti terjadi
dalam waktu yang sama, sender dan receiver tidak mesti berada dalam
lokasi yang sama sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi dua
arah, baik tatap muka maupun melalui media seperti telepon. Namun
bukan berarti konten atau lingkungan interaksi itu terbatas oleh waktu.
Konten dan lingkungan itu selalu “hidup” dan ada kapan pun.
Kedua, menjelaskan bahwa di media siber interaksi bisa
dikondisikan sesuai dengan, misalnya, jadwal yang diinginkan oleh
pengguna saat terkoneksi ke dalam jaringan. Komunikasi (bisa) terjadi
dalam kondisi ruang dan waktu yang sama (synchronous) dan bisa
juga
berbeda
(asynchronous).
Contoh
sederhana
untuk
menggambarkan kondisi ini yaitu status Facebook. Status yang ada di
dinding (wall) di media sosial ini sering kali dikomentari oleh
pengguna lain maupun pemilik akun itu yang juga terlibat dalam
48
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014) h.76.
49
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2012) h.80-81.
79
mengomentari. Inilah interaksi di media siber yang tidak memerlukan
kesamaan waktu dan bisa melibatkan pengguna yang berada di lokasi
mana pun.
Ketiga, bahwa interaksi yang terjadi dalam dunia siber pada
kenyataannya terjadi melalui medium teks. Teks dalam bentuknya
yang beragam dan juga melibatkan simbol (icons) menjadi medium
yang digunakan oleh pengguna dalam berkomunikasi. Berbeda dengan
komunikasi tatap muka dimana tanda-tanda seperti ekspresi wajah
atau informasi menjadi penentu dalam penyampaian dan penerimaan
pesan, di dunia siber ekspresi dan intonasi diwakili oleh teks (the
diactic expressions).
Keempat, bahwa interaksi yang terjadi tidak mensyarakatkan
adanya kesamaan seperti status atau tingkat pengetahuan (astigmatic).
Komunikasi teks di dunia siber tidak juga memberikan visualisasi para
pengguna sebagaimana di dunia nyata; yang terkadang dalam
komunikasi tatap muka seseorang akan mengambil sikap tertentu
ketika berhadapan dengan seseorang
karena stigma yang muncul
pertama kali di benaknya. Status sosial, pangkat, jabatan, dan
sebagainya yang membuat stratifikasi dalam kelas di masyarakat nyata
(offline) tidak berlaku di media siber.
George Hebert Mead dalam kajian teori interaksionis
simbolik, menekankan bahwa bahasa merupakan sistem simbol dan
kata-kata merupakan simbol karena digunakan untuk memaknai
80
berbagai hal. Dengan kata lain, simbol atau teks merupakan
representasi dari pesan yang dikomunikasikan kepada publik. Menurut
Mead, makna tidak tumbuh dari proses mental soliter, namun makna
tersebut tumbuh dari hasil interaksi sosial. Dimana individu secara
mental tidak hanya menciptakan makna dan sombol saja, tapi juga
muncul proses pembelajaran terkait makna dan simbol selama
berlangsungnya interaksi sosial.50
Sementara D Miller, menjelaskan lima fungsi dari simbol;
pertama, simbol memungkinkan orang berhubungan dengan dunia
materi dan dunia sosial karena dengan simbol mereka bisa memberi
nama, membuat kategori, dan mengingat objek yang ditemui; kedua,
simbol
meningkatkan
kemampuan
berpikir;
keempat,
simbol
meningkatkan kemampuan orang untuk memecahkan masalah; dan
kelima, penggunaan simbol memungkinkan aktor melampui waktu,
ruang, dan bahkan pribadi mereka sendiri. Dengan kata lain, simbol
merupakan representasi dari pesan yang dikomunikasikan kepada
publik.51
Seperti interaksi yang terjadi di media sosial seperti
Facebook yang menggunakan tombol “Like” sebagai simbol yang
digunakan oleh para pengguna untuk menyampaikan sebuah makna.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai makna “Like” dalam
interaksi pengguna di Facebook, Hine membuat sebuah survey dan
50
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2012) h.91.
51
Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media Grup,
2012) h.92.
81
virtual etnografi yang mana penulis menemukan fenomena makna
“Like” yang terjadi di dunia virtual. Fenomena tersebut difokuskan
pada makna dan atau alasan mengapa pengguna mengklik tombol
“Like” di kolom komentar yang ada di Facebook, yaitu:52
1)
Menyukai, tombol “Like” di Facebook bisa dimaknai bahwa
pengguna menyukai status atau image yang dipublikasikan.
2)
Menyetujui, makna lain dari tombol “Like” adalah pengguna
menyetujui status atau image yang dipublikasikan di
Facebook.
3)
Turut merasakan, tidak hanya bersifat realitas eksternal,
Facebook juga menjadi media dalam pengungkapan realitas
internal. Realitas seperti ada anggota keluarga yang berulang
tahun, naik kelas, atau mendapatkan hadiah merupakan
realitas diri yang ditampilkan di status Facebook.
4)
Ungkapan
simpati,
pengguna
Facebook
sering
mengungkapkan perasaan atau peristiwa sedih yang mereka
alami. Selain itu, status atau image di Facebook juga sering
menginformasikan tentang peristiwa kemanusiaan, bencana
alam, dan sebagainya.
5)
Penginggalan jejak. Ikon “Like” juga bisa dimaknai sebagai
peninggal jejak entitas di ruang Facebook seseorang. Artinya,
entitas tersebut tidak memiliki motivasi atau pelibatan emosi
diri dalam status sang pemilik Facebook, melainkan hanya
52
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2012) h.102-103.
82
sebagai penanda bahwa entitas itu membaca status tersebut
dan telah terjalin pertemanan dengan si pemilik akun.
Sedangkan teks dalam interaksi di media sosial adalah
medium yang mewakili penggunanya untuk melakukan proses
komunikasi melalui internet. Misalnya disaat teks menjadi sebuah
simbol yang mewakili emosi penggunanya saat melalukan komunikasi
di media sosial, hal tersebut dikenal dengan sebutan emoticon yang
berasal dari emotion dan icon. Contohnya saat pengguna sedang
memiliki perasaan bahagia maka teks yang akan muncul ditandai
dengan :) dan penggunai lain akan beranggapan bahwa pengguna
tersebut sedang berbahagia, dan saat pengguna sedang memiliki
perasaan sedih maka teks yang akan muncul ditandai dengan tanda :(
dan penggalin akan beranggapan bahwa pengguna tersebut sedang
bersedih.53
Dari penjelasan di atas mengenai interaksi, simbol dan teks,
maka penulis menyimpulkan bahwa interaksi pengguna di media
sosial dalam kerangka dakwah bisa telihat dari simbol dan teks yang
digunakan oleh para pengguna saat melihat konten dakwah.
53
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2012) h.99-100.
83
5. Budaya Siber (Cyberculture)
Budaya siber atau cyberculture berawal dari fenomena yang
muncul dalam ruang siber serta media siber. Dalam pandangan makro
budaya siber melibatkan segala aspek seperti ekonomi, politik, pendidikan,
dan sebagainya. Budaya pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang muncul
dari proses interaksi antar manusia dalam konteks ini seperti pengalaman
individu atau antar individu dalam menggunakan media. Nilai-nilai seperti
ini diakui secara langsung ataupun tidak, seiring dengan waktu yang
dilalui dalam interaksi tersebut. Bahkan suau nilai tersebut berlangsung di
dalam alam bawah sadar individu dan diwariskan pada generasi
berikutnya. Merujuk arti budaya dalam Kamu Besar Bahasa Indonesia,
kata budaya diartikan sebagai: (1) pikiran, akal budi; (2) adat istiadat; (3)
sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang dan (4) sesuatu
yang sudah menjadi kebiasaan.54
Definisi budaya dalam perspektif semiotika diartikan sebagai
persoalan makna. Menurut Thawaites dalam Buku Rulli Nasrullah yang
berjudul Teori dan Riset Media Siber, menjelaskan bahwa budaya adalah
sekumpulan praktik sosial yang melaluinya makna di produksi,
disirkulasikan, dan dipertukarkan. Makna ini berada dalam tataran
komunikasi, baik komunikasi antar-individu maupun komunikasi yang
terjadi dalam kelompok. Sehingga budaya bukanlah ekspresi makna yang
berasal dari luar kelompok dan juga bukan menjadi nilai-nilai yang baku.
Sifat alamiah makna pada dasarnya tidaklah bisa kekal karena manusia,
54
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2012) h.15.
84
baik sebagai individu maupun anggota kelompok, selalu dipengaruhi oleh
aspek sosial, misalnya pendidikan, politik, dan ekonomi. Aspek sosial
inilah yang memberikan khazanah pemaknaan di mana makna itu selalu
berpindah,
membelok,
mengalami
reproduksi,
dan
juga
saling
diperyukarkan.
Dari definisi budaya tersebut telah memberikan arah bagaimana
mengartikan kata budaya. Sehingga bisa diartikan budaya sebagai suatu
nilai atau praktik sosial yang berlaku dan dipertukarkan dalam hubungan
antarmanusia, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Tidak
bisa dipungkiri bahwa memang budaya adalah nilai-nilai yang muncul
akibat adanya interkasi antarmanusia dalam suatu wilayah aau negara
tertentu. Budaya inilah yang menjadi acuan dasar dalam proses
komunikasi antar manusia yang ada di dalamnya. Makadari itu inilah yang
nyebabkan budaya memiliki keragaman, perbedaan, hingga keunikan yang
membadakan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Walaupun dari
perbedaan tersebut memunculkan dua sisi yang bertolak belakang. Sisi
positifnya, perbedaan budaya memberikan khazanah bagi kelompok
masyarakat tersebut, karena mereka memiliki ciri khusus yang tidak
dimiliki oleh kelompok masyarakat lainnya. Adapun sisi negatifnya,
perbedaan budaya bisa menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi yang
bisa menimbulkan konflik antar individu ataupun kelompok.55
Melalui medium internet, pembentukan budaya siber berlangsung
secara global dan universal. Dari pengertian budaya di atas bisa
55
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media
Grup, 2012) h.19.
85
disimpulkan bahwa budaya siber adalah sebuah fenomena yang terjadi
dalam dunia siber ataupun terjadi dalam media siber.
6. Etnografi Virtual
a. Budaya dan Artefak Kultural
Komunikasi yang terjadi di ruang siber telah mengubah
aturan terhadap konsep waktu dan ruang, mengubah komunikasi serta
aturan dalam komunikasi massa, dan terakhir muncul pertanyaan
dualiesme mengenai mana yang riil dan mana yang virtual, kebenaran
dan fiksi, autensitas atau pabrikasi. Untuk melakukan riset di ruang
siber yang pertama bisa dilihat pada teks serta perangkatnya. Sebagai
medium, media internet pada dasarnya didekati dengan perspektif
teknologi dan perspektif ini muncul di layar monitor perangkat, baik
itu komputer, telepon genggam, maupun perangkat pintar komputer
lainnya.
Makadari itu Hine dalam Buku Rulli Nasrullah yang berjudul
“Teori dan Riset Media Siber” menyodorkan pendekatan dalam
melihat realitas atau fenomena yang ada dalam ruang siber melalui dua
aspek, yaitu budaya dan artefak kultural. Model komunikasi yang
terjadi di internet itu sebagai budaya yang merupakan model
komunikasi secara langsung. Hal ini terjadi pada generasi awal
kemunculan internet yang hanya digunakan untuk pesan-pesan yang
menggunakan teks atau simbol/sandi dan secara langsung bisa
dipahami oleh kedua belah pihak. Berbeda dengan perkembangan
86
internet dan ruang siber saat ini, karena komunikasi yang terjadi telah
melibatkan teks secara lebih luas, misal dengan munculnya emoticon,
suara, visual, dan bahkan komunikasi termediasi komputer telah
menggabungkan semua aspek itu. Saat ini internet adalaah konteks
institusional maupun domestik di mana teknologi ini menggunakan
simbol yang memiliki makna sendiri, dan ini sebagai bentuk
“metaphorical” yang melibatkan konsep baru terhadap teknologi dan
hubungannya dengan kehidupan sosial. Dari berbagai bentuk sosial ini
memproduksi suatu objek atau budaya yang dikenal dengan istilah
internet Intinya istilah internet tidak hanya sebatas mengenai
pengertian teknologi yang bisa menghubungkan antar komputer,
namun lebih dari itu yang terkadang terkandung fenomena sosial
sebagaimana yang terjadi dalam interaksi antar individu secara offline.
Model selanjutnya yaitu internet sebagai artefak kebudayaan.
Menurut Hine, internet tidak hanya bisa dipahami sebagai sekumpulan
komputer yang berinteraksi dengan bahasa komputer, namun internet
juga bisa diartikan sebagai seperangkat program komputer yang
memungkinkan penggunanya untuk saling berinteraksi, melakukan
berbagai macam bentuk komunikasi, dan juga bertukar informasi.
Internet sebagai suatu artefak kultural, bisa dilihat sebagai sebuah
fenomena sosial, baik itu melalui pembacaan terhadap sejarah
perkembangan
internet,
kebermaknaan
bahkan
kebermanfaatan
internet. Pendefinisian ulang terhadap internet berdasarkan pada
fenomena sosial yang terjadi di dalamnya memberikan makna berbeda
87
bagi Hine yang menurutnya tergantung pada pengguna yang memaknai
teknologi tersebut. Apakah hanya seperangkat mesin komputer atau
medium interaksi sosial yang jauh lebih komplek dan rumit.
Selain itu bahwa internet tidak hanya dihasilkan oleh para
produsen perangkat keras komputer semata, karena budaya internet
juga melibatkan internet service providers, pengembang aplikasi,
perangkat lunak, pengembang situs, kontributor yang terlibat dalam
grup diskusi, atau pengguna. Maka dari itu dalam kajian etnografi
pendekatan penelitian terhadap internet bisa dilakukan sesuai dari cara
individu memandang internet. Hine memberikan contoh, bahwa
peneliti etnografi bisa melihat bagaimana kebiasaan konsumer
perangkat lunak internet yang bermuara pada bagaimana strategi yang
dilakukan oleh para produsen perangkat lunak tersebut. Bahkan Grint
dan Woolgar melihat konstruksi budaya komputer melalui produsen
perangkat itu menjadi lebih mudah untuk memahami enografi
komputer dibandingkan harus secara langsung melihat perangkat keras
itu sendiri. Teknologi sebagai sebuah teks hanya bisa dijangkau secara
terbatas dibandingkan dengan teknologi itu sendiri. Bahwa apa yang
muncul dari program pengolah kata Microsoft Office, sebagai contoh,
pada dasarnya dibangun dari bahasa pemprograman yang rumit dan
tidak semua orang paham, dan kebanyaka orang hanya tinggal
menggunakannya saja. Dengan demikian budaya yang terkandung
dalam internet bisa diteliti dengan menggunakan perspektif etnografi
88
melalui kontruksi teknologi beserta konteks fenomena sosial budaya
yang ada di dalamnya.
Etnografi virtual adalah metode etnografi yang dilakukan
untuk melihat fenomena sosial ataupun kultur yang ada di ruang siber.
Bell mengatakan, bahwa metode etnografi ini merupakan metode
utama dan penting untuk melihat fenomena budaya siber yang ada di
internet. Makadari itu dalam kajian etnografi virtual pola pendekatan
penelitian terhadap internet bisa dilakukan tergantung dari bagaimana
individu memandang internet. Hine mencontohkan, peneliti etnografi
di media siber bisa melihat bagaimana kebiasaan konsumer perangkat
lunak internet yang bermuara pada bagaimana strategi yang dilakukan
oleh para produsen perangkat lunak internet itu sendiri. Bahkan Grint
dan Woolgar melihat konstruksi budaya komputer melalui produsen
perangkat itu menjadi lebih mudah untuk memahami enografi
komputer dibandingkan harus secara langsung melihat perangkat keras
itu sendiri. Teknologi sebagai sebuah teks hanya bisa dijangkau secara
terbatas dibandingkan dengan teknologi itu sendiri. Dengan demikian
budaya yang terkandung dalam internet bisa diteliti dengan
menggunakan perspektif etnografi melalui kontruksi teknologi beserta
konteks fenomena sosial budaya yang ada di dalamnya.
b. Prinsip-Prinsip Etnografi Virtual
Bagi peneliti etnografi virtual, dunia siber merupakan suatu
kultur dan artefak kultural yang bisa mendekati beberapa objek atau
89
fenomena
yang
ada
di
internet.
Identitas,
komunitas,
dan
perkembangan teknologi internet memang merupakan isu utama yang
sering dibahas saat ini, dan beberapa kajian mengenai etnografi virtual
diantaranya halaman situs, langkah-langkah dalam membuat situs,
percakapan yang terjadi di situ, hingga mesin pencarian di internet bisa
dijadikan sebagai objek penelitian yang secara kasat mata bisa dilihat
oleh peneliti. Makadari itu pendekatan etnografi virtual merujuk pada
artefak yang ada di ruang siber dan artefak itulah yang nantinya akan
di deskripsikan dan analisis.56
Dalam penerapan etnografi yang diteliti adalah kultur yang
terjadi di sebuah komunitas atau berada di tempat yang pasti. Peneliti
etnografi akan merekam jejak, mencatat apa yang terjadi, mendengar
perbincangan, dan bahkan membongkar dokumen untuk studi yang
dilakukannya. Apa yang dilakukan oleh seorang etnografer ini
dilakukan secara nyata, dengan berada di tengah-tengah komunitas,
menyaksikan sendiri secara langsung dokumen, dan bahkan berbicara
secara tatap muka dengan pengguna atau kelompok lainnya. Artinya
keberadaan peneliti menjadi syarat utama dalam melakukan metode
etnografi, karena peniliti disini dituntut untuk berpartisipasi aktif di
tengah masyrakat dalam waktu tertentu sebagai langkah untuk melihat
apa yang terjadi, mendengar apa yang diperbincangkan, dan
mengoleksi data-data atau realitas yang terjadi. Seorang etnografi tidak
bisa mengumpulkan data dan membuat kesimpulan atas apa yang
56
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia) (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014) h.57.
90
dilaporkan pihak lain, ia harus terlibat langsung. Dengan demikian,
keberadaan peneliti di tengah objek penelitian dalam hal individu,
komunitas, maupun kultur yang ada di ruang siber menjadi syarat
penting dalam melakukan penelitian etnografi virtual.
Ketika melakukan penelitian etnografi di internet yang harus
diperhatikan adalah interaksi peneliti dengan subjek. Karena etnografi
keberadaan penliti, subjek penelitian, dan lokasi penelitian itu hadir
dalam bentuk yang nyata. Artinya ada tempat yang bisa dikunjungi
secara nyata sesuai dengan laporn hasil penelitian. Dan berdasarkan
hasil penelitian ini kita juga bisa bertemu secara langsung dengan
orang yang menjadi subjek atau informan dalam penelitian guna
memberikan beberapa pertanyaan. Untuk melakukan penelitian
etnografi di lapangan, maka seorang etnografer berada dalam posisi
simestris dengan subjek yang diteliti. Arti dari simetris di sini adalah
antara peneliti dan subjek berada dalam pola komunikasi yang sama,
memiliki pemahaman yang sama, keduanya saling bertatap muka dan
mengenal-memperkenalkan diri, dan data yang dihasilkan juga
berdasarkan konteks yang dipahami antara keduanya.
Sementara dalam ruang siber, posisi peneliti dan subjek
berada dalam posisi asimetris. Peneliti dan subjek ketika berada dalam
interaksi menggunakan komputer berada dalam lokasi virtual. Para
pengguna di dunia virtual pun pada dasarnya bukanlah mereka yang
pernah bertemu secara tatap muka dengan penguna lainnya. Namun
nenurut Hine ada persoalan lain yang muncul yaitu mengenai
91
keabsahan. Apakah individu yang dijadikan subjek dalam penelitian
etnografi virtual adalah subjek yang nyata dan bukan subjek virtual.
Apakah konstruksi identitas yang dilakukan oleh pengguna internet
merupakan identitas online yang menggambarkan kehidupan offline
mereka. Juga mengenai interaksi yang terjadi melalui internet dengan
komputer apakah bisa dikatakan sebagai interaksi yang autentik. Isi
email, tanggapan di forum diskusi, dan teks yang terkandung dalam
chatroom
apakah
memang
menggambarkan
informasi
yang
sesungguhnya. Misalnya teks :) yang ada dalam YM ini merupakan
unggukapan bahagia, senang, sinis, atau malah mengejek? Karena teks
dalam internet tidak bisa diartikan sebagai paket dalam interaksi
komunikasi yang sama-sama bisa dipahami oleh peneliti dan subjek.
Berkaitan dengan keabsahan, Correll yang juga dikutip oleh Hine
menegaskan bahwa selain melakukan penelitian secara online, peneliti
juga seharusnya bisa bertemu secara langsung dengan subjek
penelitiannya, dalam kontek ini bisa menggunakan email, halaman
facebook, atau melalui konferensi video melalui skype. Hal ini
dilakukan
untuk
meverfikasi
informasi
yang
diberikan
dan
memastikannya dengan kehidupan offline subjek. Karena berada
dalam hubungan yang asimetris, Hine memformulasikan autentisitas
sebagai korespodensi yang terjadi antara peneliti dan identitas yang
tampak dalam interaksi di internet serta menampakan baik yang terjadi
secara online maupun offline.
92
Hine menjabarkan beberapa prinsip dalam melakukan penlitian
etnografi virtual, diantaranya:57
1) “Etnografi virtual mempertanyakan asumsi yang
sudah berlaku secara umum tentang internet. Oleh
karena itu peneliti hendaknya menginterpretasikan
sekaligus reinterpretasi internet sebagai suatu cara
sekaligus medium yang digunakan untuk
berkomunikasi.
2) Perbedaan dengan kehidupan nyata dan fenomena
yang muncul dari interaksi face-to-face, internet
merupakan lapangan yang sangat kompleks dan
relasi yang terjadi berdasarkan pada konteks apa
yang digunakan termasuk terhadap penggunaan
teknologi. Sehingga ketika meneliti internet, maka
semestinyalah menempatkan internet sebagai suatu
kultur dan artefak kultural.
3) Internet mengubah pemahaman tentang „lokasi‟
penelitian. Internet merupakan tempat yang
interaktif dan selalu bergerak, sehingga lebih tepat
dalam pendekatan etnografi untuk melihat
bagaimana tempat virtual di internet itu dibuat dan
dibuat kembali.
4) Konsekuensi dari gagasan tentang lokasi tersebut
memunculkan pertanyaan yang serius. Sebab dalam
etnografi kultur serta komunitas bisa diidentifikasi
dalam lapangan atau „lokasi‟ yang nyata. Hine
menawarkan
solusi
bahwa
penelitian
dilepaspisahkan dari pemahaman umum terhadap
„lokasi‟ dan batas-batas, melainkan memfokuskan
diri pada arus dan koneksitas antar-user di internet.
5) Etnografi virtual pada dasarnya juga mengangkat
persoalan betas-batas, akan tetapi konteks ini untuk
melihat kenyataan antara yang „real‟ dengan virtual‟.
6) Etnografi
virtual
merupakan
persinggahan
sementara. Kehidupan pengguna di internet ridak
terjadi dalam 24 jam yang sesungguhnya, netter atau
pengguna internet tidak dapat dipastikan kapan
mereka „berada‟ di internet.
7) Dalam etnografi virtual fenomena yang diangkat
merupakan kepingan semata, tidak menggambarkan
bagaimana sesungguhnya (kehiduoan di) internet itu
berlangsung. Bagi Hine, ada kerumitan dalam hal
57
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia) (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014) h.14.
93
menjangkau informan, lokasi, dan bahkan kultur itu
sendiri secara seutuhnya.
8) Etnografi hendaknya mereka yang juga menjadi
bagian dalam cyberspace. Hubungan antara
etnografi dan subjek atau objek penelitian yang
menggunakan teknologi merupakan bagian dari
etnografi itu sendiri, sebagaimana enografer
berinteraksi dengan teknologi itu sendiri. Maka
pengalaman pribadi etnografer ketika bersentuhan
dengan (teknologi) internet dan menjadi bagian
dalam cyberspace harus diabaikan demi menjaga
objektivitas dalam melihat fenomena.
9) Etnografer maupun informasi (penelitian) haruslah
dirasakan kehadiran antar-keduanya. Etnografi
virtual dijelaskan sebagai „ethnopraphy in, of and
trough the virtual‟ sehingga interaksi tatap muka
atau face-to-face tidaklah diperlukan. Hal ini
dikarenakan media siber memungkinkan komunikasi
terjadi di antara keduanya, bahkan beberapa
perangkat komunikasi di media siber bisa terjadi
secara langsung dengan melibatkan tidak hanya teks,
tetapi juga suara dan visual.
10) Beberapa terminologi, prinsip, maupun aturan yang
selama ini dipahami dalam etnografi, pada dasarnya
tidak bisa diterapkan dalam etnografi virtual.
Bahkan ketika memabahas kata „virtual‟ pun definisi
ini menemukan bentuk dan keluaran yang tidak
terduga. Oleh karena itu, ketika meneliti
cyberculture maka konteks yang digunakan sebisa
mungkin merupakan kondisi yang mendekati „apa
yang terjadi‟ di cyberspace, dan bisa digunakan
dalam tataran praktis untuk mengeksplorasi relasi
yang terjadi melalui media internet yang ditemui
oleh etnografer.”
7. Metode Analisis Media Siber
Kristen Foot mengatakan diperlukan sebuah pendekatan atau
metode baru dalam melihat realitas di media siber khusus untuk mengupas
bagaimana budaya siber itu di produksi. Sebuah budaya yang terdapat di
media siber tidak bisa dilihat hanya dengan konten semata, namun juga
harus melihat bentuk (form) dari media itu sendiri. Bahkan sebuah aksi
94
dari proses komunikasi yang terjadi dalam ruang siber harus dilihat dari
apa yang membawa (site) komunikasi itu dan apa yang tampak dari yang
disampaikan. Makadari itu dalam menganalisis media siber diperlukan
peneliti untuk bisa melihat unit analisis pada level mikro dan juga level
makro. Dua unit analisis ini disedehanakan dalam teks dan konteks. Pada
level mikro peneliti menguraikan bagaimana perangkat media siber, tautan
yang ada, sampai hal-hal yang bisa dilihat di permukaan. Sementara dalam
level makro peneliti melihat konteks yang ada dan menyebabkan teks
tersebut muncul.58
Makadari itu untuk mempermudah dalam penelitian kali ini, saya
menggunakan metode yang di tawarkan oleh Dr. Rulli Nasrullah, M.Si,
yaitu sebuah metode analisis di media siber. Dalam metode ini terdapat
empat level, yaitu ruang media, dokumen media, objek media, dan
pengalaman. Ke empat level ini merupakan hasil pengembangan beberapa
metode yang muncul dalam dunia akademisi untuk melihat realitas yang
ada dalam ruang siber.59
Ruang media dan dokumen media berada dalam unit mikro atau
teks, semestara objek media dan pengalaman media berada dalam unit
makro atau konteks. Namun baik level objek maupun level pengalaman
tidak sepenuhnya berada di ruang makro, dan bukan berarti pula masingmasing level dipandang sebagai objek penelitian yang mandiri. Setiap
level memiliki keterkaian, dan apa yang tampak dalam konteks pada
58
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia,) (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014) h.203.
59
Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), h.204.
95
dasarnya berasal dari teks dan teks itu diolah terlebih dahulu melalui
prosedur teknologi di media siber.
Makadari itu, jika level teks bisa dianalisis dan dijadikan laporan
penelitian tersendiri, namun dalam level konteks objek media dan
pengalaman media, harus melibatkan data yang ada di ruang media dan
dokumen media juga. Untuk lebih lengkapnya berikut adalah penjelasan
serta panduan untuk melakukan teknik analisis media siber baik saat
mengumpulkan data maupun saat menganalisisnya.
1. Ruang Media (Media Space)
Di dalam ruang media, level ini bisa mengungkapkan bagaimana
strukstur media jurnalisme warga, mulai dari bagaimana membuat
akun, prosedur memublikasikan konten, maupun aspek grafis dai
tampilan media. Agar peniliti bisa mendapatkan data pada level ini,
maka peneliti bisa menggunakan teknik etnografi virtual. Dalam
penelitiannya, penliti tidak hanya memosisikan diri sebagai pengamat,
tetapi juga mengalami langsung di lapangan, misalnya mempunyai
akun dan menjadi bagian dari fenoma yang ditelitinya. Dalam level ini
peneliti memosisikan dirinya baik sebagai pengamat dan sebagai
partisipan. Karena dalam level makro, peneliti fokus mengumpulkan
data yang tidak hanya melihat tampilan di media siber, namun juga
melihat bagaimana prosedur media itu sendiri.
2. Dokumen Media (Media Archive)
Level dokumen media ini dipakai untuk melihat bagaimana isi sebagai
sebuah teks dan makna apa yang terkandung dalam teks yang
96
dipublikasikan melalui media siber tersebut. Teks yang dibangun oleh
pengguna (encoding) akan menjadi sorotan yang penting pada level ini
untuk diterjemahkan (decoding). Karena pada level inilah peneliti
media siber akan mengetahui bagaimana representasi dari pengguna itu
sendiri. Teks tidak hanya mewakili pendapat ataupun opini pengguna
di media siber, tapi teks juga menunjukkan ideologi, latar belakang
sosial, pandangan politik, keunikan budaya, hingga merepresentasikan
identitas dari khalayak. Maka pada level ini, peneliti akan melihat
bagaimana teks yang dipublikasikan melalui media siber itu menjadi
pusat perhatian yang terfokus pada teks, baik itu kalimat, foto, maupun
perwakilan visual lainnya.
3. Objek Media
Pada level ini objek media adalah unit spesifik yang bisa dilihat oleh
peneliti sebagai interaksi ataupun aktivitas yang terjadi dalam media
siber, baik itu aktivitas dan interaksi pengguna, maupun antar
pengguna, baik dalam unit mikro maupun unit makro. Dalam level ini
juga data penelitian bisa berasal dari teks yang ada di media siber
ataupun konteks yang ada di sekitar teks tersebut. Dalam level ini
peneliti diibaratkan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
praktik etnografi komunikasi yang mana peneliti akan memfokuskan
pada riset di lapangan, observasi, mengajukan pertanyaan pada subjek,
ikut berpartisipasi dalam aktivitas komunitas, dan melalukan pengujian
terhadap persepsi institusi warga setempat, hanya saja hal ini dilakukan
97
di media siber. Intinya pada level ini, peneliti melihat bagaimana teks
itu ditanggapi atau berinteraksi dengan pengguna lainnya.
4. Pengalaman
Pada level pengalaman media ini akan memjembatani antara dunia
virtual dan dunia nyata, karna pada level ini akan mengungkapkan
bagaimana motif yang melandasi pengguna dalam memanfaatkan dan
memublikasikan isi di media jurnalisme warga. Selain pada level ini
juga peneliti akan melihat, apakah yang terjadi di dalam jaringan akan
memberikan pengaruh dalam dunia nyata. Intinya pada level ini,
peneliti akan mencari bagaimana landasan atau motif bagaimana teks
itu diproduksi dan memberikan dampak, dan dalam level ini juga
peneliti bisa menghubungkan realitas yang di dunia virtual dengan
realitas yang ada di ruang nyata.
98
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Biografi K.H. Abdullah Gymnastiar
K.H. Abdullah Gymnastiar yang memiliki nama asli Yan
Gymnastiar atau yang lebih sering disapa Aa Gym adalah seorang Da‟i
kondang kelahiran Bandung, 29 Januari Tahun 1962. Aa Gym adalah anak
pertama dari pasangan H. Engkus Kuswara dan Ny. Hj. Yeti Rohayati. Aa
Gym memiliki beberapa saudara kandung, yaitu Abdurrahman Yuri,
Agung Gunmartin, dan Fatimah Genstreed. Terlahir dari seorang ayah
yang berkecimpung dalam dunia militer menjadikan sosok Aa Gym
menjadi disiplin. Walaupun ayah Aa Gym selalu mendidik anaknya
dengan disiplin tinggi layaknya seorang tentara, namun ayahnya juga tetap
mendidik ke empat anaknya dengan religius.60
Sejak kecil Aa Gym sudah hidup dengan kemandirian, hal ini
terlihat ketika Aa Gym mulai berjualan sejak kecil yang pada saat itu
sering diajak oleh sang nenek berdagang di pasar kosambi. Terinpirasi dari
sang nenek yang walaupun sudah tua namun tetap mau berusaha dan tidak
mau berpangku tangan, maka sejak itu Aa Gym hidup mandiri dengan
semangat berdagang yang tinggi.
Saat menginjak usia remaja, kemampuan Aa Gym dalam
berdagang semakin terasah. Hal ini terlihat ketika Beliau duduk di bangku
60
Kaefa Mirzani, Rencanakanlah Masa Depanmu atau Kau Menjadi Rencana Orang Lain,
(Jakarta: Buku Pintar, 2013) h.31.
99
SMA, Aa Gym mulai menjalani beberapa bisnis diantaranya membuat
kaos, stiker dengan kata-kata mutiara, hingga membuat minyak wangi
dengan racikannya sendiri. Selain menjalani bisnis saat di bangku sekolah,
Aa Gym juga aktif berorganisasi, bahkan Aa Gym juga sempat menjadi
ketua kelas dan menjadi ketua dibeberapa organisasi yang diikutinya.61
Walaupun memiliki semangat kewirausahaan yang tingga, tapi
tidak membuat sosok Aa Gym apatis terhadap dunia pendidikan, bahkan
Aa Gym menempuh pendidikan terakhirnya hingga di bangku kuliah. Aa
Gym menempuh pendidikan pertamanya di SD Sukarasa III Bandung,
yang kemudia dilanjutkan ke SMP 12 Bandung. Karena kecerdasan yang
dimiliki olehnya, Aa Gym berhasil masuk di sekolah favorif kala itu yakni
SMA 5 Bandung. Kemudian Aa gym melanjutkan pendidikannya di PAAP
(Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan) Universitas Padjadjaran
Bandung dengan mengambil D-1. Setelah lulus, Aa Gym melanjutkan lagi
pendidikannya di Akademi Teknik Jendral Ahmad Yani yang saat ini
menjadi UNJANI (Universitas Ahmad Yani) dengan mengambil jurusan
Teknik Elektro, namun sangat disayangkan pendidikannya ini tidak
diselesaikan hingga tamat, karena saat itu Aa Gym lebih sibuk berbisnis
dan berorganisasi.62
Untuk mendalami ilmu agama, Aa Gym berguru kepada beberapa
ulama yaitu KH. Khoer Affandi seorang Ulama tasawuf dan pemimpin
Ponpes Mifakhul Huda Tasikmalaya dan juga KH. Jujun Junaedi di Garut.
61
Kaefa Mirzani, Rencanakanlah Masa Depanmu atau Kau Menjadi Rencana Orang Lain,
(Jakarta: Buku Pintar, 2013) h.31-32.
62
Mirzani, Rencanakanlah Masa Depanmu atau Kau Menjadi Rencana Orang Lain, h.32.
100
Aa Gym mempelajari ilmu laduni dari guru-guru dengan memberikan ilmu
agama Islam secara privat, sehingga membuat Aa Gym tidak perlu nyantri
selama bertahun-tahun Menurut gurunya Aa Gym telah dikaruniai
ma‟rifatullah dimana Aa Gym telah diberikan kemudahan oleh Allah
untuk
memahami
Islam
dan
diberikan
kemudahan
untuk
menyampaikannya, itulah yang menjadikan dakwah Aa Gym mudah
didipahai dan digemari oleh masyarakat.
Pada Tahun 1988, Aa Gym menikah dengan Teh Ninih dan telah
dikaruniai tujuh orang anak, yaitu: Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi AlGhifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur
Fathimah dan Ghaza Muhammad Al-Ghazali. Teh Ninih pun tidak hanya
menjadi ibu rumah tangga biasa, namun beliau juga sering memberikan
ceramah ataupun kajian muslimah dalam pengajian ibu-ibu. Rumah tangga
Aa Gym dengan Teh Ninih sering dijadikan model oleh masyarakat,
bahkan tidak sedikit yang beranggapan bahwa rumah tangga Aa Gym dan
Teh Ninih selalu romantis dan harmonis. Sebagai orang tua yang telahir
dari keluarga Militer, Aa Gym dan Teh Ninih pun mendidik anak-anaknya
dengan kedisiplinan yang tinggi.
Sudah hidup mandiri sejak kecil dan memiliki hobi berdagang, Aa
Gym pada Tahun 1987 mengajak teman-teman seangkatan di kampusnya
untuk mendirikan sebuah organisasi yang memiliki latar belakang
wirausaha dengan nama KMIW (Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta).
Organisasi tersebut menjelankan beberapa bisnis diantaranya sablon kaos
dengan kata-kata mutiara, gantungan kunci, stiker, dan lain sebagainya.
101
Organisasi ini bertempat di lahan orang tua miliki Aa Gym, dan di dalam
organisasi tersebut tidak hanya melakukan kegiatan berbisnis saja, namun
juga ada kegiatan keagamaan, dengan mendirikan pondok pesantren. Pada
Tahun 1990 organisasi yang menempati lahan milik orang tua Aa Gym ini
mulai berkembang, karena tempat sudah tidak cukup lagi untuk dipakai
oleh para santri di pondok dan tidak cukup untuk dipakai dalam kegiatan
bisnisnya. Dan akhirnya organisasi tersebut berpindah tempat dengan
mengontrak sebuah kos-kosan dengan jumlah 20 kamar dan dibeli seharga
100 Juta saat itu. Kemudian Pada Tahun 1993 kos-kosan tersebut
direnovasi dengan membangun tiga lantai, dimana lantai satu diisi untuk
kegiatan bisnis dan untuk lantai dua dan tiga digunakan untuk Masjid dan
Pondok Pesantren. Dan dari sinilah awal mula fenomena Da‟arut Tauhiid
muncul, karena pada akhirnya organisasi yang Aa Gym dirikan bersama
kawan-kawannya itu menjadi sebuah pondok pesantren yang diberi nama
Da‟arut Tauhiid yang bertempat di Geger Kalong Girang no.38 Bandung,
dan saat sudah memiliki cabang di daerah Jakarta dan Tangerang.63
Melalui bendera Da‟arut Tauhiid, pada Tahun 1999-2000 Aa Gym
berhasil menderikan beberapa lembaga sosial dan lembaga bisnis,
diantaranya Baitul Mal wat- Tamwil (BMT), Dompet Peduli Ummat
(DPU), TK Khas DT, SMP Boarding School DT, Eco Pesantren, MQ
Publishing, MQ FM, MQ TV, dll. Setelah nama Da‟arut Tauhiid mulai
banyak diperbincangan di masyarakat, Aa Gym juga mulai melebarkan
sayap sebagai seorang Da‟i dengan memberikan tausiyah/ceramah di
63
Kaefa Mirzani, Rencanakanlah Masa Depanmu atau Kau Menjadi Rencana Orang Lain,
(Jakarta: Buku Pintar, 2013) h.33.
102
Majelis Taklim hingga Televisi. Aa Gym pernah mengisi beberapa acara
di Stasiun TV Nasional dan Swasta, beberapa diantaranya adalah acara
Hikmah Fajar, Ada Aa Gym yang disiarkan di RCTI, Damai Indonesiaku
yang disiarkan di TV One, dll. Tidak jarang Aa Gym pun diundang untuk
memberikan ceramah di luar negeri seperti di Malaysia, Singapura,
Jepang, hingga Korea. Tidak hanya aktif berdakwah di Masjlis dan TV, Aa
Gym juga aktif berdakwah melalui tulisan baik melalui majalah ataupun
melalui buku-buku. Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Aa Gym
diantaranya adalah berjudul; Aa Gym dan fenomena Da‟arut Tauhiid, Saya
tidak Ingin Kaya Tapi Saya Harus Kaya, The Power Of Network
Marketing, Demi Masa, Ramadhan bersama MQ, Kepompong Ramadhan,
dan masih banyak lagi.64
Semenjak Tahun 2011, Aa Gym mendirikan SMS Tauhiid sebagai
media yang secara khusus dibuat untuk mendistribusikan dakwah Aa Gym
melalui teknologi. Beberapa media yang berada dalam naungan SMS
Tauhiid adalah media SMS Broadcast dengan menyampaikan pesan-pesan
dakwah melalui SMS, dan ada juga akun dmedia sosial dengan
menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui Facebook, Twitter, dan
Youtube. Secara materi dakwah pun Aa Gym sejak Tahun 2011 lebih
banyak berdakwah mengenai ilmu tauhiid, karena Aa Gym mengatakan
bahwa tauhiid ini adalah pondasinya, jika tauhiidnya sudah bagus maka
baguslah semuanya. Makadari itu baik dalam dakwahnya di Majelis-
64
Wawancara pribadi dengan Kang Ali, Bandung. 17 Februari 2016.
103
majelis ataupun melalui media SMS Tauhiid, Aa Gym saat ini lebih
banyak berdakwah mengenai ilmu tauhiid.65
Walaupun Aa Gym saat ini lebih banyak berdakwah melalui
teknologi, namun tidak membuat Aa Gym juga meninggalkan dakwah di
Majelis-majelis. Hal ini terlihat dari kajian Tauhiid Aa Gym yang
diadakan setiap Bulannya dibeberapa Masjid, diantaranya di Masjid
Istiqlal, Masjid Blok M, Masjid BI, Majid Da‟arut Tauhiid Bandung dan
Jakarta. Dan dari setiap kajiannya yang diadakan di Majelis-majelis selalu
mendapatkan respon yang baik yang jamaahnya, hal tersebut terbukti dari
banyaknya jamaah yang hadir dalam setiap kajian tauhiidnya. Tidak hanya
dakwahnya di Majelis-majelis saja yang penuhi banyak jamaah, namun
dakwahnya di media sosial juga direspon positif oleh para jamaahnya. Hal
itu terlihat dari jumlah pengikutnya di media sosial yang sudah mencapai
ratusan juta orang yang mengikuti akun media sosial Aa Gym.
B. Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Halaman Facebook merupakan sebuah halaman digunakan untuk
membantu bisnis, merek, dan organisasi berbagi berita dan berhubungan
dengan orang lain. Seperti profil, Anda dapat menyesuaikan Halaman
dengan menerbitkan berita, menyelenggarakan acara, menambahkan
aplikasi, dan lainnya. Orang yang menyukai Halaman Anda dan teman-
65
Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung. 18 Februari 2016.
104
temannya akan mendapatkan berita terbaru pada Kabar Berita.66 Halaman
Facebook sering juga disebut sebagai Fanpage yang berguna untuk
membentuk halaman atau sebuah komunitas yang berada di media sosial
Facebook yang memiliki ketertarikan terhadap sesuatu, misalnya selebriti,
tokoh masyarakat, acara TV, Flim, organisasi, sebuah gerakan, hobi, dan
lain sebagainya.
Sedangkan
fanpage
Facebook
KH.
Abdullah
Gymnastiar
merupakan sebuah halaman yang dibuat untuk membentuk komunitas di
Facebook bagi yang memiliki ketertarikan terhadap dakwah Aa Gym.
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini mulai beroperasi pada 7
Mei 2011, fanpage tersebut sangat diminati oleh masyarakat, ini terlihat
dari banyaknya pengikut pada halaman tersebut. Sampai saat ini pengikut
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar sudah mencapai 3.703.936
orang yang menyukai halaman tersebut. Selain itu juga para pengikutnya
selalu memberikan respon terhadap setiap postingan yang bagikan pada
fanpage Facebook Aa Gym, ini terlihat dari banyaknya jumlah like, share,
comment dari setiap postingannya.67 fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar ini cenderung aktif, karena dalam sehari fanpage Facebooknya
bisa membagikan 5-7 konten dakwah, dan saat membagikan kontennya
pun tidak sekaligus, namun bertahap, ada jeda waktu 2-3 jam dalam setiap
konten yang dibagikannya. Konten yang dibagikan di fanpage Facebook
66
https://www.facebook.com/help/127563087384058/ diakses pada 27 Januari 2016, pada pukul
20:00
67
https://web.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ diakses pada 27 Januari 2016, pada pukul
20:30 .
105
Aa Gym berbeda-beda bentuknya, ada yang berupa tulisan artikel, poto,
audio, dan video.
Untuk isi konten yang dibagikan di fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar merupakan pesan-pesan dakwah untuk mengajak
pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Isi konten dakwahnya ada tentang
Asmaul Husna, tentang ilmu Tauhiid, tentang akhlak, tentang fiqih,
tentang amalan-amalan harian seperti berdzikir, shalat wajib dan sunah,
bersedekah, dan tidak soal dakwah, namun juga terkadang ada beberapa
konten yang berisikan tanggapan pribadi Aa Gym terhadap sesuatu yang
sedang ramai diperbincangkan oleh publik.68
Selain itu dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
sering mempromosikan lembaga sosial dan lembaga usaha yang dibina
oleh Aa Gym, misalnya mempromosikan program Pesantren Da‟arut
Tauhiid, mengajak untuk bersedekah dan berzakat di Dompet Peduli
Ummat Da‟arut Tauhiid, memprosikan bisnis MQ Travel untuk
berumarah, berhaji, ataupun wisata rohani. Dan di fanpage Facebook Aa
Gym ada juga konten yang menginformasikan mengenai jadwal ceramah
atau kajian Tauhiid Aa Gym di Majelis-majelis maupun di TV. Tidak
ketinggalan karya-karya Aa Gym berupa buku, dvd, mp3 ceramahnya pun
dipromosikan
68
di
fanpage
Facebook
KH.
Abdullah
Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung. 18 Februari 2016.
Gymnastiar.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Hasil Temuan Data
Untuk menemukan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode analisis di media siber yang ditawarkan oleh Dr. Rulli Nasrullah
dalam bukunya yang berjudul Teori dan Riset Media Siber. Metode
analisis tersebut terdiri dari empat level, yaitu ruang media, dokumen
media, objek media, dan pengalaman. Ruang media dan dokumen media
berada dalam unit mikro atau teks, sementara objek media dan
pengalaman media berada dalam unit makro atau konteks.
Dan berikut adalah data temuan yang berhasil peneliti temukan
berdasarkan hasil pengamatan serta interaksi dalam Fanpage Facebook
KH. Abdullah Gymnastiar dan berdasarkan hasil wawancara bersama Aa
Gym beserta admin fanpagenya. Dan peneliti membagi data temuan
tersebut ke dalam empat level sesuai yang disebutkan di atas tadi.
1.
Ruang Media
Di dalam ruang media, level ini bisa mengungkapkan
bagaimana strukstur media jurnalisme warga, mulai dari bagaimana
membuat akun, prosedur memublikasikan konten, maupun aspek
grafis dari tampilan media. Agar peniliti bisa mendapatkan data pada
level ini, maka peneliti bisa menggunakan teknik etnografi virtual.
Dalam penelitiannya, peniliti tidak hanya memosisikan diri sebagai
58
59
pengamat, tetapi juga mengalami langsung di lapangan, misalnya
mempunyai akun dan menjadi bagian dari fenoma yang ditelitinya.69
Fanpage di Facebook banyak digunakan untuk kegiatan
bisnis, untuk memublikasikan informasi ataupun berita, baik itu dari
organisasi, perusahaan, komunitas, penggemar artis, hingga tokoh
masyarakat. Berikut ini adalah pernjelasan lengkap mengenai fanpage
dari
Facebook
yang
dikutip
dari
pusat
bantuan
situs
www.facebook.com
“Halaman digunakan untuk membantu bisnis, merek, dan
organisasi berbagi berita dan berhubungan dengan orang lain.
Seperti profil, Anda dapat menyesuaikan Halaman dengan
menerbitkan berita, menyelenggarakan acara, menambahkan
aplikasi, dan lainnya. Orang yang menyukai Halaman Anda
dan teman-temannya akan mendapatkan berita terbaru pada
Kabar Berita. Anda dapat membuat dan mengelola Halaman
Facebook dari akun pribadi Anda.”70
Untuk membuat sebuah fanpage, seseorang harus membuat
akun Facebook pribadi terlebih dulu. Jika sudah memiliki akun
Facebook pribadi, maka untuk satu akun Facebook pribadi bisa
membuat dan mengelola beberapa fanpage dan halaman. Dan berikut
ini adalah langkah-langkah dalam membuat fanpage yang dikutip dari
pusat bantuan di website www.facebook.com.
“Untuk membuat Halaman:
1.
69
Buka facebook.com/pages/create
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014) h.28.
70
https://www.facebook.com/help/174987089221178 diakses pada 19 Februari 2016, pada pukul
13:00 WIB.
60
Gambar 4.1
Langkah pertama pembuatan fanpage Facebook
Sumber: https://www.facebook.com/pages/create Diakses pada 23 Februari 2016
2.
Klik untuk memilih kategori Halaman
Gambar 4.2
Langkah kedua pembuatan fanpage Facebook
Sumber: https://www.facebook.com/pages/create Diakses pada 23 Februari 2016
3.
Pilih kategori yang lebih spesifik dari menu buka-bawah
dan isilah informasi yang diperlukan
Gambar 4.3
Langkah ketiga pembuatan fanpage Facebook
Sumber: https://www.facebook.com/pages/create Diakses pada 23 Februari 2016
61
4.
Klik Memulai dan ikuti petunjuk di layar”71
Gambar 4.4
Langkah keempat pembuatan fanpage Facebook
Sumber:
https://www.facebook.com/pages/getting_started?page_id=1328474257178843
Diakses pada 23 Februari 2016
Berbeda dengan akun Facebook pribadi yang penggunaannya
tidak komersial dan digunakan untuk secara individual. Sedangkan
dalam fanpage Facebook, pengguna dapat mengikuti profil untuk
melihat pembaruan tapi tidak berteman. Fanpage atau halaman ini
mirip seperti facebook pribadi namun lebih banyak menawarkan
peralatan unik bagi bisnis, merek, dan organisasi. Fanpage dapat
dikelola oleh pengurus yang memiliki facebook pribadi. Pengguna
dapat menyukai suatu fanpage Facebook untuk bisa informasi terbaru
dari fanpage Facebook tersebut. Setiap pengguna yang mendaftar di
Facebook mempunyai satu akun dan akun tersebut dapat memiliki
satu profil pribadi dan mengelola beberapa fanpage atau halaman.72
71
https://www.facebook.com/help/104002523024878 diakses pada 19 Februari 2016, pada pukul
13:00 WIB.
72
https://www.facebook.com/help/217671661585622 diakses pada 19 Februari 2016, pada pukul
13:00 WIB.
62
Selain digunakan untuk berbisnis dan berbagi informasi, saat
ini fanpage Facebook juga banyak digunakan untuk kegiatan
berdakwah, mulai dari da’i-da’i, komunitas, hingga organisasi
masyarakat. Salah satu da’i kondang yang menggunakan fanpage
komunitas
sebagai
media
dakwahnya
adalah
KH.
Abdullah
Gymnastiar atau yang lebih sering disapa Aa Gym.
“Halaman komunitas merupakan Halaman tentang organisasi,
selebriti, atau topik yang tidak secara resmi mewakili.
Halaman komunitas memiliki label di bawah namanya yang
mengidentifikasinya sebagai Halaman komunitas dan
menautkan ke Halaman resmi mengenai topik tersebut.
Sebagai contoh, Halaman komunitas tentang Facebook akan
mempunyai label Halaman Komunitas tentang Facebook.”73
Gambar 4.5
Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar di facebook
Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ Diakses pada 23
Februari 2016
Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar merupakan
sebuah halaman komunitas yang digunakan untuk menyebarluaskan
dakwah Aa Gym kepada pengguna Facebook. Berbeda dengan akun
73
https://www.facebook.com/help/187301611320854 diakses pada 19 Februari 2016, pada pukul
13:30 WIB.
63
Facebook pribadi yang jika ingin melihat profil dari pengguna lainnya
harus menunggu persetujuan pertemanan, fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar ini bisa diikuti oleh siapapun yang memiliki
akun Facebook pribadi tanpa perlu menunggu persetujuan dari admin
fanpage untuk melihat dan mengikuti fanpage tersebut.
Awal mula kemunculan fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar adalah berawal dari ide tim SMS Tauhiid agar Aa Gym
memiliki fanpage resmi untuk memublikasikan dakwahnya di
Facebook. Fanpage tersebut didirikan pada Bulan Mei Tahun 2011.
“Pembuatan Fanpage Aa itu sekitar Bulan Mei Tahun 2011,
tepat tanggalnya saya lupa. Ide awalnya adalah dari tim SMS
Tauhiid yang ngasih saran ke Aa agar membuat akun resmi
fanpage Aa di Facebook, karena jumlah pemakai FB saat itu
kan makin banyak juga. Dan kita juga ngeliat dari jumlah
akun fanpage Aa yang palsu sangat banyak jumlah
pengikutnya, makanya untuk mengantisipasi penyalah
gunaan, maka tim DT saat itu menyetujui ide dari santri
tersebut, dan ide ini langsung disampaikan pada Aa, dan Aa
pun menyetujui idenya.” 74
Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini tidak
dikelola oleh Aa Gym sendiri, tetapi ada tim yang mengelolanya yaitu
dari tim SMS Tauhiid. Untuk membahas lebih dalam mengenai materi
dakwah Aa Gym akan dibahas pada level dokumen media. Dan yang
mengoperasikan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
bernama Kang Furqon yang sekarang tergabung dalam tim sms
tauhiid
74
untuk
mengelola
fanpage
Facebook
Wawancara pribadi Kang Andi, Bandung, Pada 18 Februari 2015.
KH.
Abdullah
64
Gymnastiar, dan tugasnya adalah untuk memilih konten dakwah,
mempostingnya, dan mengatur jadwal terbitnya.
“.... Sejak Tahun 2011 kemarin, Aa mendirikan media baru
untuk memperluas dakwahnya yaitu SMS Tauhiid yang
memberikan layanan dakwah dalam bentuk SMS Broadcast,
akun media sosial Aa dan web www.smstauhiid.com. Dari
menejemen SMS Tauhiid juga yang mengurus semua akunakun media sosial Aa seperti facebook, twitter, instragram,
dan website. Dan salah satunya adalah fanpage Aa di
Facebook itu berada dalam naungan menejemen SMS
Tauhiid.... Semua materi yang akan diposting kebanyakan
dari Aa, tapi untuk bagian pengoprasian fanpagenya semua
diurus oleh Kang Furqon yang saat ini tergabung dalam tim
sms tauhiid bagian yang megang fanpage Facebook Aa ....” 75
Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terdapat
3.793.327 orang menyukai atau mengikuti fanpagenya. Dan dalam
setiap postingan di fanpage tersebut selalu mendapatkan jumlah like,
share, dan comment yang banyak dari mad’unya, dan untuk
penjelasan mengenai interaksi yang terjadi dalam fanpage tersebut
akan dibahas pada bagian level objek media.
Gambar 4.6
Jumlah “Like” atau pengikut pada fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar
Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ Diakses pada 23
Februari 2016
Padahal
dalam
fanpage
Facebook
KH.
Abdullah
Gymnastiar ini tidak pernah memasang iklan di Facebook untuk
memperbanyak jumlah “Like” atau pengikut. Kemungkinan besar
banyak orang yang mengetahui dan mengikuti fanpage Facebook Aa
75
Wawancara pribadi Kang Andi, Bandung, Pada 28 Februari 2015.
65
Gym, akibat dari banyaknya mad’u yang membagikan postingan Aa
Gym. Selain itu Aa Gym juga sering mempromosikan fanpagenya
melalui ceramah di Majelis-majelis, di brosur, buku-buku karya Aa
Gym, bahkan melalui akun media sosial Aa Gym yang lainnya.
“Dari tim sms tauhiid sendiri belum memasang iklan di
facebook untuk memperbanyak jumlah like di fanpage Aa.
Tapi alhamdulillah tanpa iklan pun fanpage Aa di Facebook
sudah berjumlah 3 juta orang pengikutnya. Kemungkinan sih
orang mau ngelike fanpage Aa karena dari materi yang di
share ulang oleh para pembaca, dan mungkin itulah yang
menyebabkan banyak orang yang mau ngelike fanpage Aa.
Kadang Aa juga suka mempromosikan fanpagenya saat
berceramah di Majelis-majelis. Atau mungkin bisa juga dari
buku-buku karya Aa, dari website, atau dari medsos lainnya
seperti twitter, karena disana juga dicantumkan alamat
fanpage Facebook Aa. Intinya cara menarik masyarakatnya
alamiah aja, ngga pakai iklan.” 76
Untuk prosedur pempublikasian konten dalam fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang pertama adalah, tim sms
tauhiid bagian pengelola fanpage Facebook Aa Gym memasukan
materi yang akan diposting, selanjutnya admin mengatur kapan
postingan tersebut akan tayang, dan kemudian admin langsung
mengirimkannya.
“Prosedurnya itu yang pertama, tim Facebook memilih
materi. Kebanyakan materi dakwah yang di share di fanpage
itu dari tulisan Aa langsung,.... barulah dimasukin ke fanpage
Aa untuk diposting dengan meunggunakan pengaturan
waktu.”77
76
77
Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, Pada 18 Februari 2015.
Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, Pada 18 Februari 2015.
66
2.
Dokumen Media
Level dokumen media ini dipakai untuk melihat bagaimana
isi sebagai sebuah teks dan makna apa yang terkandung dalam teks
yang dipublikasikan melalui media siber tersebut. Teks yang dibangun
oleh pengguna (encoding) akan menjadi sorotan yang penting pada
level ini untuk diterjemahkan (decoding). Karena pada level inilah
peneliti media siber akan mengetahui bagaimana representasi dari
pengguna itu sendiri. Teks tidak hanya mewakili pendapat ataupun
opini pengguna di media siber, tapi teks juga menunjukkan ideologi,
latar belakang sosial, pandangan politik, keunikan budaya, hingga
merepresentasikan identitas dari khalayak. Maka pada level ini,
peneliti akan melihat bagaimana teks yang dipublikasikan melalui
media siber itu menjadi pusat perhatian yang terfokus pada teks, baik
itu kalimat, foto, maupun perwakilan visual lainnya.78
Konten yang terdapat dalam postingan di fanpage Facebook
KH. Abdullah Gymnastiar terdapat berbagai macam bentuknya, ada
yang berbentuk tulisan artikel, tulisan catatan, tulisan yang di
dalamnya terdapat link menuju website, pesan-pesan dakwah singkat,
gambar, audio, dan video.
78
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014) h.30.
67
Gambar 4.7
Konten foto pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/photos_stream
Diakses pada 26 Februari 2016
Gambar 4.8
Konten audio pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/app/6452028673/
Diakses pada 26 Februari 2016
Gambar 4.9
Konten video pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/videos Diakses
pada 26 Februari 2016
68
Gambar 4.10
Konten note pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/notes Diakses pada
26 Februari 2016
Untuk konten dakwahnya 80% berasal dari Aa Gym dan
20%nya berasal dari Tim Assatidzh Darrut Tauhiid. Untuk tema besar
yang terdapat dalam kontennya adalah tentang ilmu tauhiid, dan
tauhiid ini adalah pondasi atau dasarnya. Selain itu juga ada tema
lainnya, seperti hikmah, Alquran, Hadits, fiqh yang menjadi
pembahasan dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
“Semua materi yang ada dalam Fanpage Aa itu 80% dari Aa
Gym langsung dan 20% dari Tim Asatiz Daarut Tauhiiid....
Tema besar dakwah Aa di fanpage itu tentang Tauhiid,
namun turunannya ada yang tentang manejemen qalbu,
akhlak, dan amalan-amalan serta ibadah sunah. Jadi bagi Aa
tauhiid itu pondasi awal dalam dakwah Aa saat ini, tidak
hanya di facebook tapi juga di Majelis-majelis pun sama.”79
“Tauhid, Hikmah, Alquran, Hadits, Fiqh”80
79
80
Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, Pada 18 Februari 2015.
Wawancara pribadi dengan Kang Furqon, E-mail, Pada 23 Februari 2015.
69
Gambar 4.11
Postingan ilmu tauhiid pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1156826473350924
Diakses pada 20 Februari 2016
Dari banyaknya materi dakwah yang terdapat dalam
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti melihat untuk
konten artikel materi dakwah Aa Gym banyak mengcopy-paste dari
website www.smstauhiid.com yang juga dalam website tersebut
banyak artikel-artikel yang ditulis oleh Ustadz lain, namun untuk
konten artikel yang ada di fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar semuanya adalah artikel yang ditulis oleh Aa Gym.
“Memang materi di fanpage itu banyak ngambil dari website
SMS Tauhiid. Karena memang fanpage Aa ini kan masuknya
dalam menejemen sms tauhiid, dan kelola oleh sms tauhiid,
jadi agar lebih efesien kita ambil materinya dari sana. Di web
tersebut Aa banyak nulis artikel, ada juga Ustadz lainnya, tapi
untuk materi di fanpage yang diambil artikel Aa Gym. Ya
biar sekalian
yang banyak juga orang ngebuka
81
websitenya.”
81
Wawancara pribadi dengan Kang Furqon, E-mail, Pada 28 Februari 2015.
70
Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar selain
ada konten dakwahnya, peneliti juga melihat adanya konten-konten
yang tidak ada hubungannya dengan dakwah, tapi konten tersebut
berkaitan dengan kegiatan pribadi Aa Gym, seperti foto Aa Gym saat
berkuda, foto keluarga Aa Gym, dan ada juga dalam beberapa artikel
dakwah yang diselipkan foto Aa Gym dengan kata-kata sesuai dengan
judul pembahasan artikelnya.
“Jadi kita pun ingin memposting kegiatan-kegiatan Aa Gym,
tidak hanya yang berhubungan dengan dakwah. Seperti fotofoto Aa sedang di Makkah, sedang berkuda atau memanah,
atau sedang bersama keluarganya. Namun dari semua yang
diposting itu pasti ada manfaat yang bisa dipetik, salah satu
contoh foto atau video Aa saat berkuda atau memanah,
pesannya adalah agar kita mencintai olahraga sunah yang
dilakukan oleh Rasullah.”
Gambar 4.12
Postingan kegiatan pribadi Aa Gym pada fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/videos/1160040020696236/
Diakses pada 1 Maret 2016
71
Tidak jarang dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar juga memberikan informasi terkait jadwal-jadwal ceramah
Aa Gym, baik kajian tauhiid di berbagai Majelis-majelis atau di TV.
Selain itu dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar,
peneliti melihat ada konten yang bertujuan untuk mempromosikan
program-program dari Yayasan Daarut Tauhiid, seperti program
pesantren, program sedekah, wakah, zakat, qurban, program MQ
Travel Haji dan Umrah.
“Kita tidak berharap agar orang mau liat ceramah Aa, tapi ya
semoga yang melihat ceramah Aa bisa jadi jalan keluar dari
masalah yang lagi dihadapi. Makanya informasikan jadwal
ceramah Aa di Pesantren di tempat-tempat lainnya.
Khususnya bagi jamaah Aa Gym pastinya akan bermanfaat.
Apalagi pemakai facebook kan banyak, jadi bisa banyak
orang yang lihat informasinya.... Program Daarut Tauhiid
juga bagian dari dakwah, karena Aa adalah pimpinan
Yayasan DT jadi kita menginformasikan tentang programprogram Yayasan seperti pesantren, wakaf, dan lain-lain.”82
Gambar 4.13
Informasi Jadwal Ceramah Aa Gym di fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/photos/a.352169344816645
.89662.294433317256915/1153164401383798/?type=3 Diakses pada 26 Februari
2016
82
Wawancara pribadi dengan Kang Furqon, E-mail, 28 Februari 2015.
72
Gambar 4.14
Informasi program sedekah Daarut Tauhiid di fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/photos/pb.29443331725691
5.2207520000.1456993345./1160110427355862/?type=3&size=960%2C960&fbid
=1160110427355862 Diakses pada 26 Februari 2016
3. Objek Media
Pada level objek media adalah unit spesifik yang bisa dilihat
oleh peneliti sebagai interaksi ataupun aktivitas yang terjadi dalam
media siber, baik itu aktivitas dan interaksi pengguna, maupun antar
pengguna, baik dalam unit mikro maupun unit makro. Dalam level ini
juga data penelitian bisa berasal dari teks yang ada di media siber
ataupun konteks yang ada di sekitar teks tersebut. Dalam level ini
peneliti diibaratkan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
praktik etnografi komunikasi yang mana peneliti akan memfokuskan
pada riset di lapangan, observasi, mengajukan pertanyaan pada subjek,
ikut berpartisipasi dalam aktivitas komunitas, dan melalukan pengujian
terhadap persepsi institusi warga setempat, hanya saja hal ini dilakukan
73
di media siber. Intinya pada level ini, peneliti melihat bagaimana teks
itu ditanggapi atau berinteraksi dengan pengguna lainnya.83
Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terjadi
interaksi serta aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung atau
pengikutnya. Interaksi serta aktivitas yang dilakukan para mad’u
terjadi saat mereka membuka fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar atau saat melihat postingannya di beranda akun facebook
dan melihat postingannya, lalu memberikan tanda “Like” seperti yang
peneliti lakukan sejak mengikuti fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar.
Gambar 4.15
Postingan yang di “Like” dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1159169273416644
Diakses pada 1 Maret 2016
Selain itu ada juga pengunjung atau pengikut yang
memberikan tanggapan dalam kolom komentar yang terdapat di
bawah postingan di fanpage. Tanggapannya pun bermacam-macam,
ada yang memberikan komentar yang baik, ada yang mengucapkan
83
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014) h.28.
74
terimakasih, ada juga berkomentar dengan berpendapat lain karena
tidak setuju dengan isi postingannya, ada juga yang berkomentar
dengan “Aamiin”, dan bahkan ada juga yang berkomentar dengan
berjualan di kolom komentar.
Gambar 4.16
Komentar jualan pada kolom fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/11586550071314045
Diakses pada 26 Februari 2016
Gambar 4.17
Komentar tanggapan di Postingan fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1154550071217404
Diakses pada 3 Januari 2016
75
Gambar 4.18
Komentar kata “Aamiin” di kolom komentar fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1158468007121567
Diakses pada 29 Februari 2016
Dan ada juga yang membagikan postingannya dengan
mengklik tombol “bagikan/share” yang terdapat di bawah postingan,
maka secara otomatis postingan tersebut akan muncul di profil
Facebook pribadi mereka dan bisa dilihat oleh teman-teman di
Facebooknya.
Gambar 4.19
Postingan yang dishare oleh mad’u dari fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar
Sumber: https://www.facebook.com/profile.php?id=100011311458310&fref=ts
Diakses pada 29 Februari 2016
76
Selain itu juga dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar terjadi interaksi dan aktivitas antar para mad’u. Hal ini
bisa dilihat dalam kolom komentar yang berada di bawah postingan
yang ada di fanpage. Interaksi dan aktivitas yang terjadi dalam kolom
komentar antar mad’u adalah dengan saling mengomentari tanggapan
yang muncul dalam kolom komentar yang berada di bawah postingan.
Untuk melihat hal ini peneliti mengambil studi kasus pada akun
bernama Ki Sawung yang memberikan tanggapan negatif di kolom
komentar pada salah satu postingan di fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar, kemudian dikomentari oleh para mad’u
fanpage Facebook yang lainnya, dan dari situlah muncul diskusi
menarik yang terjadi antar pengunjung dan pengikut, padahal mereka
semua yang berdiskusi belum tentu saling mengenal satu sama lain.
Gambar 4.20
Diskusi yang terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1159475007124532
Diakses pada 29 Februari 2016
77
Selain itu juga interaksi yang terjadi antar mad’u adalah
dengan memberikan jawaban saat ada pertanyaan yang muncul dalam
postingan, dan banyak juga yang memberikan tanda “Like” untuk
komentar yang muncul dalam postingan di fanpage Facebook.
Gambar 4.21
Tanggapan yang di “Like” pada kolom komentar di fanpage KH. Abdullah
Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1158455007123421
Diakses pada 29 Februari 2016
4.
Pengalaman
Pada level pengalaman media ini akan memjembatani antara
dunia virtual dan dunia nyata, karna pada level ini akan
mengungkapkan bagaimana motif yang melandasi pengguna dalam
memanfaatkan dan memublikasikan isi di media jurnalisme warga.
Selain pada level ini juga peneliti akan melihat, apakah yang terjadi di
dalam jaringan akan memberikan pengaruh dalam dunia nyata. Intinya
pada level ini, peneliti akan mencari bagaimana landasan atau motif
bagaimana teks itu diproduksi dan memberikan dampak, dan dalam
78
level ini juga peneliti bisa menghubungkan realitas yang di dunia
virtual dengan realitas yang ada di ruang nyata.84
Alasan Aa Gym berdakwah melalui fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar adalah untuk memperluas jangkauan dakwah Aa
Gym, yang dulu sebelum menggunakan Facebook, dakwah Aa Gym
hanya bisa dinikmati melalui TV, buku, dan di Majelis-mejelis. Tapi
setelah adanya Facebook dan Aa Gym membuat fanpage Facebook
KH. Abdullah Gymnastiar untuk berdakwah, jangkauan dakwah Aa
Gym pun menjadi lebih luas, siapapun yang memiliki koneksi internet
dan tergabung di facebook, bisa menikmati dakwah Aa Gym di
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, kapan pun dan dimana
pun.
“Tujuan ngebuat fanpage itu ya biar dakwah Aa bisa lebih
luas, karena yang main facebook banyak, kalau dipakai
dakwah pasti banyak juga yang ngelihatnya. Dan dakwah di
facebook kan mudah dan cepat, satu kali klik bisa langsung
terkirim dakwahnya. Kalau Aa sih cari media yang mudah
dan cepat, kalau ada, ya kita pake”85
Teknologi berasal dari Allah dan seharusnya juga digunakan
untuk jadi sebagian jalan dalam mengenal dan mengingat Allah.
Dengan adanya teknologi bisa menambah amal kebaikan dan juga bisa
menambah amal keburukan, tergantung digunakan untuk apa
teknologi tersebut, hal itulah yang dikatakan oleh Aa Gym. Dengan
hadirnya kemajuan teknologi seperti internet dan munculnya
Facebook, membuat Aa Gym tidak anti terhadap teknologi. Tetapi Aa
84
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014) h.33.
85
Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, 18 Februari 2015.
79
Gym malah menggunakan facebook di fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar sebagai media untuk berdakwah.
“Adanya teknologi kan Allah juga yang menciptakan dan
yang paling berhak atas teknologi adalah untuk Allah, untuk
memperkenal Allah, memperkenal jalan mendekat ke Allah,
dan memperkenalkan konsekuensi kalau memilih hidup di
jalan Allah apa kalau memilih melawan Allah apa, nah kita
gunakan takdir adanya media, media itu milik Allah.”86
Hasil temuan dalam level dokumen pada fanpage Facebook
KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti menemukan bahwa Aa Gym saat
ini berdakwah dengan tema besar tentang ilmu tauhiid. Hal ini
dipengaruhi oleh pengalaman Aa Gym berdakwah selama puluhan
Tahun, dan Aa Gym mengatakan bahwa ilmu Tauhiid ini adalah ilmu
tentang Allah dan ini penting untuk dikenalkan kepada masyarakat.
Karena ilmu tauhiid adalah pondasi dari ilmu-ilmu yang lainnya.
Seseorang jika sudah bagus tauhiidnya, maka untuk ibadah dan
akhlaknya juga pasti akan bagus.
“Karena tauhiid itu merupakan segala-galanya, kalau ingin
akhlaknya bagus maka tauhiid harus bagus, kalau shalatnya
khusyu pasti tauhiidnya bagus, kalau ingin sabar karena
tauhiid, kalau ingin syukur karena tauhiid, dan orang ingin
ikhlas juga karena tauhiid, semuanya karena tauhiid. Karena
tauhiid adalah pondasi, ilmu yang paling agung, yang paling
penting, yang paling utama, paling besar adalah ilmu tentang
Allah SWT, mentauhiidkan Allah, baru kesananya akan
menjadi indah dan akan diterima.” 87
Banyak pengikut atau pengungjung fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar yang merasakan manfaat dari dakwah Aa Gym
melalui fanpage Facebooknya tersebut. Hal tersebut bisa dilihat dalam
86
87
Wawancara pribadi dengan Aa Gym, Bandung, 18 Februari 2016.
Wawancara pribadi dengan Aa Gym, Bandung, 18 Februari 2016.
80
kolom komentar pada setiap postingannya, tidak sedikit orang yang
berterimakasih kepada Aa Gym atas dakwahnya melalui fanpage
tersebut
Gambar 4.22
Ucapan terimakasih dalam postingan di fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1158355007121890
Diakses pada 26 Februari 2016
Popularitas Aa Gym juga menjadi salah satu faktor dalam
menambah jumlah mad’u dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar. Walaupun Aa Gym sudah tidak banyak mengisi program
keagamaan di TV seperti dulu, namun jamaah Aa Gym dalam dunia
nyata juga tidak kalah banyaknya dalam dunia virtual. Menjadi da‟i
selama puluhan Tahun membuat nama Aa Gym sudah dikenal banyak
orang, hal ini jugalah yang menyebabkan banyaknya orang tertarik
untuk mengikuti dan mengunjungi fanpage Facebook Aa Gym. Hal
tersebut dikatakan oleh salah satu mad’u fanpage Facebook KH.
81
Abdullah Gymnastiar yang memiliki akun Facebook bernama Anita
Siska.
“Saya tahu halaman Beliau dari hasil nyari-nyari aja, tapi
dulu yang saya like itu yang palsu, setelah dapet info halaman
yang asli dari buku Aa, saya baru like halamannya.... Secara
pribadi saya memang suka dengan dakwah Aa Gym yang
ringan dan ngasih contohnya sesuai dgn dikehidupan seharihari.... Kalau ada Aa Gym di TV saya pasti nonton, karena
aku juga dapat infonya dari halaman itu.” 88
Hal tersebut menjadi bukti bahwa salah satu banyaknya
jumlah “Like” atau orang yang mengikuti fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar adalah karena popularitas Aa Gym sebagai da‟i
selama puluhan Tahun yang sudah memiliki banyak mad’u. Apalagi
Aa Gym juga dikenal sebagai seorang Pimpinan Pondok Pesantren
Daarut Tauhiid, hal ini juga semakin menguatkan nama Aa Gym
sebagai seorang tokoh masyarakat, dan hal tersebut menjadi salah satu
penyebab banyak orang yang mengenalnya dan mengikuti dakwahnya
melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
B. Analisis Penelitian
Dalam melakukan penelian ini peneliti menggunakan metodelogi
etnografi virtual, dimana dalam menelitinya peneliti tidak hanya menjadi
sebagai pengamat namun juga ikut serta dalam fenomena yang ditelitinya.
Maka dari itu dalam menganalisis hasil temuan dalam penelitian ini,
peneliti tidak hanya memosisikan sebagai pengamat saja, namun juga ikut
serta menjadi pengikut fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, dan
88
Wawancara pribadi dengan Anita Sika, Kolom chat di Facebok, 04 Maret 2015.
82
juga ikut dalam beberapa kajian tauhiid Aa Gym di Majelis-majelis. Dan
inilah hasil analisis yang peneliti lakukan berdasarkan rumusan masalah
yang telah dibuat, yaitu mengenai fenomena dakwah yang dilakukan oleh
Aa Gym dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar berdasarkan
ruang media, dokumen media, objek media, dan pengalaman media.
Berikut adalah penjelasannya:
1.
Ruang Media
Dari hasil data temuan yang peneliti temukan langsung di
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dan berdasarkan hasil
wawancara, bahwa fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
merupakan sebuah halaman komunitas yang digunakan untuk
menyebarluaskan dakwah Aa Gym kepada pengguna facebook. Hal
ini sesuai dengan karakteristik media sosial sebagai community.
“Media
sosial
memungkinkan
komunitas
untuk
berkomunikasi secara tepat dan efektif. Komunitas juga dapat
berbagi common interest, seperti kesukannya terhadap
fotografi, politik, dan TV show.”89
Berarti pengikut dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar adalah orang-orang yang tergabung di facebook yang
memiliki kesukaan terhadap dakwah Aa Gym, dan mereka semua
terhubung dengan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar untuk
mendapatkan informasi atau dakwah dari Aa Gym secara terus
menerus melalui beranda dalam akun pribadi mereka.
89
Anthony Mayfield dan Michael A Stelzner, What is Social Media Includes Annual Marketing
Report, (Penerbit iCrossing, 2008) h.5.
83
Gambar 4.23
Postingan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar pada beranda akun
pribadi
Sumber: https://www.facebook.com/ Pada akun peneliti yang diakses pada 26
Februari 2016
Berbeda dengan akun Facebook pribadi yang jika ingin
melihat profil dari pengguna lainnya harus menunggu persetujuan
pertemanan, fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini bisa
diikuti oleh siapapun yang memiliki akun facebook pribadi tanpa
perlu menunggu persetujuan dari admin fanpage untuk melihat dan
mengikuti fanpage tersebut.
Untuk melihat langsung dan untuk bisa terhubung dengan
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar bisa mencari langsung
di kolom search dengan kata kunci KH. Abdullah Gymnastiar atau
bisa
langsung
membuka
link
fanpagenya
di
https://web.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ dan untuk bisa
terhubung atau menjadi pegikut fanpagenya agar mendapatkan
informasi terbaru ataupun postingan terbaru, maka pengguna cukup
mengkik tombol “Like/Suka” yang ada pada sebelah kanan fanpage,
84
maka secara otomatis pengguna tersebut telah menjadi pengikut dari
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
Gambar 4.24
Tombol “Like/Suka” pada fanpage KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ Diakses pada 26
Februari 2016
Awal mula kemunculan fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar adalah berawal dari ide dari tim SMS Tauhiid agar Aa
Gym memiliki fanpage Facebook resmi untuk memublikasikan
dakwahnya di Facebook. Selain itu juga karena adanya kekhawatiran
tim SMS Tauhiid. Pada Bulan Mei 2011, secara resmi tim SMS
Tauhiid membuat sebuah fanpage Facebook resmi dengan nama
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Fanpage Facebook
tersebut mulai dipublikasikan kepada masyarat luas melalui ceramah
Aa Gym, infomasi di buku-buku Aa Gym, dan dipublikasikan melalui
website www.daaruttauhiid.org dan melalui media sosial lainya
seperti Twitter Aa Gym dan Daarut Tauhiid.
Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini bersifat
terbuka, siapapun bisa membuka fanpage Facebook tersebut, dengan
catatan sudah terdafatar sebagai anggota Facebook. Untuk terhubung
dengan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, maka pengguna
85
harus log in terlebih dulu di Facebook, setelah itu bisa langsung
mengetikan kata kunci KH. Abdullah Gymnastiar pada kolom search,
atau bisa langsung membuka alamat fanpage Facebooknya di
https://web.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/.
Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini sebetulnya
tidak dikelola oleh Aa Gym sendiri, tetapi ada tim yang mengelolanya.
Untuk yang mengelola fanpage Facebooknya adalah Kang Furqon
yang kantornya berada di gedung SMS Tauhiid. Pengelola fanpage
Facebook Aa Gym ini memiliki tugas untuk memilih materi,
mempostingnya, dan mengatur jadwal terbitnya. Namun dari hasil
pengamatan yang peneliti lakukan selama mengikuti fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti melihat banyak sekali
pengikut atau pengunjung fanpage Facebook Aa Gym ini mengira
bahwa seolah-olah yang mengelola dan mengoperasikan fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah Aa Gym sendiri, padahal
yang mengelola dan mengoperasikannya bukanlah Aa Gym, dan
materinya pun tidak semua dari Aa Gym, ada juga yang dari tim
Asatiz Daarut Tauhiid.
86
Gambar 4.25
Penyebutan nama Aa dalam kolom komentar di fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1139976948379113
Diakses pada 29 Februari 2016
Untuk prosedur pempublikasian dakwah Aa Gym di
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang pertama adalah,
admin pengelola fanpage Facebook Aa Gym mencari materi yang
akan diposting dalam website www.smstauhiid.com, karena 80%
materi yang ada dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
berasal dari website tersebut, setelah itu admin mengcopy-paste
sebagian materi yang ada di website ke fanpage, dengan memberikan
link menuju ke website www.smstauhiid.com jika pembaca ingin
membaca tulisannya secara lengkap Selanjutnya admin mengatur
kapan postingan tersebut akan tayang, dan kemudian admin langsung
mengirimkannya.
Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini tidak
pernah memasang iklan di Facebook untuk memperbanyak jumlah
“Like” atau pengikut. Untuk mengajak orang-orang agar bisa
87
terhubung dengan fanpage Facebook ini biasanya dalam setiap
ceramah atau kajian di Majelis-majelis, Aa Gym sering mengajak
jamaahnya untuk mengikuti akun sosial media miliknya, salah satunya
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Dan dalam setiap
karya-karya Aa Gym berupa buku, di dalamnya juga dicantumkan
alamat link fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, agar para
pembaca yang memiliki Facebook bisa mengikuti dakwah Aa Gym
melalui fanpage resminya. Selain itu juga dari masing-masing akun
media sosial Aa Gym, tim SMS Ttauhiid juga mencantumkan akun
media sosial lainnya pada bagian profil ataupun pada bagian
postingan, dengan maksud agar orang-orang bisa mengikuti
mendapatkan ilmu dari semua media sosial yang Aa Gym miliki.
2. Dokumen Media
Dari hasil data temuan mengenai dokumen media yang
peneliti temukan langsung di fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar dan berdasarkan hasil wawancara, bahwa dalam fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terdapat berbagai macam bentuk
kontennya, ada yang berbentuk tulisan artikel, tulisan catatan, foto,
audio, dan video.
Untuk bahan materi yang berupa artikel di fanpage Facebook
KH. Abdullah Gymnastiar 80% berasal dari Aa Gym dan 20%nya
berasal dari tim Asatiz Darrut Tauhiid. Untuk tema besar yang
terdapat dalam konten dakwahnya adalah tentang ilmu tauhiid, karena
88
tauhiid ini adalah pondasi atau dasarnya, dan selain itu ada juga materi
yang dibahas seperti mengenai hikmah, Alquran, hadits, dan fiqh. Aa
Gym saat ini memang lebih banyak berdakwah mengenai ilmu tauhiid,
hal tersebut terjadi berdasarkan pengalaman Aa Gym selama
berdakwah sejak 1999 dan berkat ilmu hikmah yang Beliau dapatkan
ketika sedang mendapatkan berbagai masalah dalam hidupnya. Dan
untuk bahan materi dakwah yang berupa artikel dalam fanpage
Facebook Aa Gym itu sebelumnya sudah dipublikasikan di website
www.smstauhiid.com, dan admin yang mengelola fanpage Facebook
Aa Gym itu bertugas memilih artikel untuk dipublikasikan melalui
website sms tauhiid.
Gambar 4.26
Konten berupa tulisan artikel pada fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar yang di copy paste melalui www.smstauhiid.com
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1164430030257235
Diakses pada 1 Maret 2016
89
Dan dari artikel yang ada di website www.smstauhiid.com
tidak
semuanya
di
copy
paste
dalam
postingan
di
www.smstauhiid.com, tetapi hanya sebagian saja, namun dalam
postingan tersebut juga disampai untuk membaca artikel lebih lengkap
untuk mengklik link menuju website www.smstauhiid.com.
Gambar 4.26
Konten artikel lengkap dalam website www.smstauhiid.com yang di copy
paste ke dalam fanpage KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber: http://www.smstauhiid.com/aagym-berani-mengakui-kebaikan-oranglain/ Diakses pada 1 Maret 2016
Namun dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
tidak semua konten yang ada di dalam postingan termasuk konten
dakwah. Ada konten yang bisa dikatakan sebagai konten narsis milik
Aa Gym, karena dalam konten tersebut berisi foto kegiatan pribadi Aa
Gym, seperti foto saat Aa Gym bersama keluarga dan temantemannya, foto saat sedang ceramah, hingga saat foto atau video saat
Aa Gym sedang memanah dan berkuda. Selain itu dalam fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ada juga konten yang bertujuan
90
untuk bepromosi, yaitu mempromosikan program dari Yayasan Daarut
Tauhiid, mulai dari sedekah, wakaf, hingga Haji dan Umrah.
3. Objek Media
Berdasarkan hasil data temuan mengenai objek media yang
peneliti temukan di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dan
berdasarkan hasil wawancara, bahwa dalam fanpage tersebut terjadi
sebuah komunikasi. Proses komunikasi dalam fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar terjadi ketika admin fanpage Facebook (selaku
komunikator) memposting sesuatu (pesan) baik berupa tulisan,
gambar, catatan, audio, maupun video, dan postingan tersebut dilihat
dan dibaca oleh pengikut atau pengunjung (komunikator). Dalam
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar juga terjadi interaksi
antara pengirim pesan dan penerima pesan, karena model komunikasi
yang terjadi dalam fanpage ini bersifat dua arah, dimana pengikut atau
pengunjung fanpage bisa langsung memberikan respon terhadap
postingan yang ada.
Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terjadi
interaksi serta aktivitas yang dilakukan oleh para mad’unya. Interaksi
serta aktivitas yang dilakukan para mad’u saat membuka fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar atau saat melihat postingan di
beranda akun Facebook dengan membaca postingannya, memberikan
tanda “Like”, memberikan tanggapan dalam kolom komentar yang
91
terdapat di bawah postingan, atau membagikan postingannya sehingga
bisa muncul di profil Facebooknya dan bisa dilihat oleh teman-teman
di akun Facebook pribadinya.
Padahal tanda “Like” dalam setiap postingan di fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar memiliki makna yang luas,
sesuai dengan apa yang peneliti jabarkan pada Bab.2 bahwa ketika
pengguna Facebook mengklik tombol “Like” pada kolom komentar
dalam suatu postingan, maka makna yang muncul bisa jadi menyukai,
menyetujui, turut merasakan, ungkapan simpati, atau hanya sekedar
peninggalan jejak saja. Untuk mengkonfirmasi hal tersebut, maka
peneliti mencoba mewawancarai akun bernama Anita Siska sebagai
salah satu akun pengikut dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar. Dan Anita Siska mengatakan ketika ia memberikan
tombol “Like” dalam postingan di fanpage Facebook Aa Gym, makna
yang muncul dalam benaknya adalah karena menyukai dan
menyetujui postingan tersebut.
“Ya kadang suka ngasih like di artikelnya Aa Gym di
fanpage itu... meybe bisa karna suka atau setuju sama isi
artikelnya, jadi ya tergantung isi artikelnya sih.”90
Selain itu juga dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar terjadi interaksi dan aktivitas antar para pengunjung dan
pengikut. Hal ini bisa dilihat dalam kolom komentar yang berada di
bawah postingan yang ada di fanpage Facebook. Interaksi dan
aktivitas yang terjadi dalam kolom komentar antar mad’u adalah
90
Wawancara pribadi dengan Anita Siska, Kolom chat di Facebook, 04 Maret 2016.
92
dengan saling mengomentari atas tanggapan yang muncul dalam
postingan, juga saling menjawab saat ada pertanyaan yang muncul
dalam postingan, dan banyak juga yang memberikan tanda “Like”
untuk tanggapan, komentar, atau pertanyaan yang muncul dalam
postingan di fanpage Facebook nya.
Dalam setiap komentar yang muncul dengan berbagai
tanggapan, peneliti tidak bisa memaknai atau mengambil kesimpulan
dari setiap komentar yang muncul dalam setiap postingan. Apa
sebetulnya makna yang terkandung dalam teks yang muncul pada
setiap kolom komentar. Memang dalam penelitian ini tidak secara
khusus membedah mengenai makna yang terkandung dalam kolom
komentar di postingan pada fanpage KH. Abdullah Gymnastiar.
Namun untuk mengkonfirmasi hal tersebut, maka peniliti mencoba
mewawancarai akun bernama Ki Sawung sebagai salah pengikut di
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang sering memberikan
komentar dengan bernada sinis dalam postingan Aa Gym. Dan akun
bernama Ki Sawung mengatakan bahwa dirinya memang merasa tidak
sepaham dengan konsep tauhiid yang diajarkan oleh Aa Gym dalam
fanpage Facebooknya, makadari itu dia sering memberikan kritik
sebagai sebuah pengetahuan agamanya yang dia ketahui, dengan
maksud agar Aa Gym mau membaca komentarnya, namun sayang dari
setiap komentarnya tidak pernah ditanggapi oleh Aa Gym atau
adminnya.
“yg pertama adlh pengakuan dirinya sbg ajaran pengikut
ulama tasawwuf dan pengakuan ilmu laduni akan tetapi di
93
dalam perjalanan itu sangat berbeda dg tasowwuf yg haq atau
tasawwuf nya para ulama pendahulu..di samping jg darus
sunah darut tauhidnya jg "di sini yg saya bahas adlh panah
kuda dan renang termasuk soal zuhudnya..kenapa ada vidio
santri wanita di darut tauhid yg disuruh renang di rawa
rawa..mandi di air terjun merekrut santrinya untuk di sebar
luaskan dipenjuru propinsi untuk blusukan dg alasan ladang
amal kebaikan'.... jd bagi yg komplen atau yg selalu setia dg
aagym..ya silahkan..bagi saya kritikkan itu hanya sebatas
pengetahuan saja..demikiaaan.... nda perlu broo..bukan
persoalan bg saya ditanggapi atau tidaknya'paling tidak
dibaca oleh aagym....itu sudah masuk bagi saya” 91
Gambar 4.27
Tanggapan dari akun bernama Ki Sawung dalam postingan di fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1139976919369213
Diakses pada 29 Februari 2016
Dalam beberapa komentar yang muncul berupa pertanyaan
pada kolom komentar yang dalam setiap postingan di fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, Aa Gym atau admin tidak
pernah memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
mad’u. Disini peneliti mengambil studi kasus pada akun yang
bernama Cameria yang bertanya di kolom komentar pada salah satu
postingan, namun tidak ada jawaban dari Aa Gym atau admin. Justru
yang menjawab pertanyaan akun Cameria adalah dari mad’u fanpage
Facebook lainnya.
91
Wawancara pribadi dengan Ki Sawung, Kolom chat di Facebook, 04 Maret 2016.
94
Gambar 4.28
Salah satu pertanyaan yang tidak dijawab oleh Aa Gym/Admin pada kolom
komentar di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1139976919369213
Diakses pada 29 Februari 2016
4. Pengalaman
Berdasarkan hasil data temuan mengenai pengalaman media
yang peneliti temukan berdasarkan hasil wawancara langsung bersama
Aa Gym dan admin fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar,
bahwa memang Aa Gym memiliki motif untuk berdakwah melalui
fanpage di facebook, namun sebelumnya ada motif lain yang
melandasi hadirnya fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
Alasan Aa Gym berdakwah melalui fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar adalah untuk memperluas jangkauan dakwah Aa
Gym, yang dulu sebelum menggunakan Facebook, dakwah Aa Gym
hanya bisa dinikmati melalui TV, buku, dan di Majelis-mejelis.
Namun setelah adanya Facebook dan banyak masyarakat yang
95
menggunakannya, Aa Gym bersama tim SMS tauhiid membuat
fanpage Facebook resmi Aa Gym dengan nama fanpage Facebook
KH. Abdullah Gymnastiar. Fanpage tersebut 100% digunakan untuk
berdakwah, karena dengan berdakwah melalui fanpage Facebook
jangkauan dakwah Aa Gym pun menjadi lebih luas, siapapun yang
memiliki koneksi internet dan tergabung di Facebook, bisa menikmati
dakwah Aa Gym di fanpage Facebook tersebut, kapan pun dan
dimana pun.
Bahkan dalam sampul cover fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar pun menggunakan gambar yang bertulisan
“Teknologi adalah karunia dan ujian dari Alloh, bisa memudahkan
kita untuk memperbanyak kebaikan atau memperbanyak dosa”. Aa
Gym atau admin fanpage Facebook secara tidak langsung ingin
menyampaikan bahwa teknologi harus digunakan untuk kebaikan,
salah satunya dengan memanfaatkan teknologi untuk berdakwah.
Gambar 4.29
Tulisan dalam foto cover fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ Diakses pada 29
Februari 2016
Seperti yang dikatakan oleh Aa Gym bahwa Teknologi
berasal dari Allah dan seharusnya juga digunakan untuk jadi sebagian
jalan dalam mengenal dan mengingat Allah. Dengan adanya teknologi
96
bisa menambah amal kebaikan dan juga bisa menambah amal
keburukan, tergantung digunakan untuk apa teknologi tersebut.
Dengan hadirnya kemajuan teknologi seperti internet dan munculnya
facebook, membuat Aa Gym tidak anti terhadap teknologi, tetapi Aa
Gym justru menggunakan Facebook sebagai media untuk berdakwah.
Dalam setiap dakwah Aa Gym di Majelis-majelis banyak
membahas tentang tauhiid, dan memang Aa Gym sendiri mengakui
bahwa saat ini dakwahnya lebih banyak membahas mengenai tauhiid,
untuk memperkenalkan Allah dan agar masyarakat lebih yakin pada
Allah. Begitu juga saat berdakwah melalui fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar, admin fanpagenya sering memposting konten
dakwah mengenai tauhiid, walaupun ada juga konten yang mengenai
akhlak, ibadah, atau pun menejemen qalbu, tapi konten mengenai
tauhiid ini adalah tema besarnya. Karena menurut Aa Gym, ilmu
tauhiid
merupakan
pondasinya.
Seseorang
jika
sudah
tauhiidnya, maka ibadah dan akhlaknya juga akan bagus.
bagus
97
Gambar 4.30
Salah satu materi dakwah tentang tauhiid yang menjelaskan salah satu nama
Allah yaitu Al A’la pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1134867313213507
Diakses pada 29 Februari 2016
Berarti pada level dokumen dalam fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar yang banyak membagikan konten dakwah
tentang tauhiid juga terjadi dalam kehidupan nyata atau dalam kajiankajian ceramah Aa Gym di Majelis-majelis amupun pesantren.
Pengalaman Aa Gym sebagai seorang Da’i sejak 1999 juga
mempengaruhi konten dakwahnya saat ini. Jika dulu Aa Gym lebih
banyak berdakwah menganai akhlak dan menejemen qalbu, namun
saat ini Aa Gym lebih banyak berdakwah mengenai Tauhiid, karena
menurut Aa Gym bahwa ilmu tauhiid adalah pondasi dari segalagalanya. Dan konten dakwah mengenai tauhiid juga tidak hanya Aa
Gym hadirkan dalam ceramah-ceramahnya di dunia nyata, tapi juga
konten dakwah tentang tauhiid juga dihadirkan Aa Gym dalam dunia
98
virtual, yaitu dakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar.
Dan ternyata dari hasil temuan pada level ruang media,
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar tidak dikelola oleh Aa
Gym. Hanya saja konten dakwah 80% memang dari Aa Gym, namun
ternyata 20% konten yang ada di fanpage Aa Gym juga diisi oleh tim
Asatiz Daarut Tauhiid, dan fanpage Facebook tersebut dikelola oleh
tim SMS Tauhiid. Tidak banyak orang yang tahu tentang hal ini, dan
hal tersebut bisa dilihat dalam kolom komentar pada postingan di
fanpage Facebook tersebut, bahwa tidak sedikit orang menyebutkan
nama Aa Gym dalam kolom komentar tersebut, misalnya “terimakasih
Aa atas ilmunya”, atau komentar-komentar yang mengawali menyebut
nama Aa Gym. Dan Aa Gym mengatakan karena tidak memiliki
waktu untuk mengoperasikannya, makadari itu fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar dikelola oleh orang yang lebih paham, agar
lebih profesional.
“Jadi ada tim juga, ada yang dipegang oleh Aa langsung, ada
tim supaya lebih paham, kan ahli teknologi lebih mengerti,
kapan waktunya dikirim, kapan waktunya dibaca oleh orang,
karena saya tidak banyak waktu untuk mengoperasikan
semua itu, maka kita gunakan ahlinya.”92
92
Wawancara pribadi dengan Aa Gym, Bandung, Pada 18 Februari 2016.
99
Gambar 4.31
Komentar yang menyebut nama Aa Gym pada kolom komentar di fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
Sumber:
https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1139975819259113
Diakses pada 29 Februari 2016
Dengan adanya pengalaman berdakwah sejak Tahun 1999
sampai sekarang, membuat Aa Gym memiliki jumlah mad’u yang
tidak sedikit. Dan hal itulah yang memudahkan Aa Gym saat
berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
Peniliti menyimpulkan bahwa pada level pengalaman Aa Gym sebagai
seorang da‟i kodang di dunia nyata inilah yang membuatnya
mendapatkan mad’u hingga tiga juta orang di fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar, padahal menurut adminnya mad’u tersebut
tidak pernah memasang iklan di Facebook guna memperbanyak
jumlah pengikutnya, semua penambahan pengikut atau jumlah “Like”
pada fanpage Facebook tersebut terjadi secara alamiah, karena Aa
Gym
hanya
mengajak
mad‟unya
untuk
memgikuti
fanpage
Facebooknya melalui kegiatan ceramah di Majelis atau melalui bukubukunya.
100
Selain peneliti mengamati dan ikut berinteraksi langsung
dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti juga
mengikuti kajian tauhiid saat di Majid Istiqlal pada tanggal 14
Februari 2016, dan kajian tauhiid saat di Majid Daarut Tauhiid
Bandung pada tanggal 17 Februari 2016. Dari dua kajian tauhiid di
tempat yang berbeda, peneliti melihat susananya begitu ramai dan
banyak sekali jamaah yang ikut dalam kajian tersebut hingga
membuat keadaan lingkungan Masjid menjadi ramai. Dari hasil
temuan dan analisis di atas menjadi bukti bahwa banyaknya pengikut
dan banyaknya jumlah interaksi saat Aa Gym berdakwah melalui
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, tidak semata-mata
terjadi dalam dunia virtual, tapi juga hal itu terjadi dalam dunia nyata.
Gambar 4.32
Kajian tauhiid Bulanan bersama Aa Gym di Masjid Istiqlal
Sumber: Poto ini diambil oleh peneliti di Masjid Istiqlal, pada 14 Februari 2016
101
C. Interpretasi
KH. Abdullah Gymnastiar atau yang sering disapa Aa Gym adalah
seorang da‟i yang akrab dengan teknologi. Hal itu terlihat sejak Tahun
2011 Aa Gym telah mendirikan SMS Tauhiid yang dibuat khusus untuk
memperluas jangkaun dakwahnya dengan mendistrbusikan pesan-pesan
dakwah melalui SMS broadcast. Dengan jargonnya “dakwah berbasis
teknologi” SMS Tauhiid telah menjadi media baru yang digunakan oleh
Aa Gym untuk mendistribusikan dakwahnya kepada masyarakat luas.
Selain media SMS broadcast yang berada dalam naungan SMS Tauhiid,
ada juga media sosial Aa Gym, dan salah satunya adalah fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang digunakan oleh Aa Gym
sebagai media baru dalam menyebarkan pesan-pesan dakwahnya. Media
sosial seperti Facebook yang digunakan oleh Aa Gym untuk berdakwah
melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah sebuah
produk dari perpaduan antara agama dan teknologi yang sekaligus
merepresentasi pola baru beragama dalam masyarakat modern dengan
budaya teknologi. Dalam hal ini, peneliti melihat fenomena dakwah yang
dilakukan oleh Aa Gym dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar sebagai sebuah fenomena teknoreligion yang menghadirkan
kemudahan bagi masyarakat modern dalam mengakses pesan-pesan agama
Islam melalui teknologi internet di media sosial Facebook.
Dalam level ruang media, fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar adalah sebuah halaman komunitas yang di dalamnya
berkumpul orang-orang yang tergabung di Facebook yang memiliki minat
102
terhadap dakwah Aa Gym, dan mereka semua terhubung dengan fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar untuk mendapatkan informasi atau
dakwah dari Aa Gym secara terus menerus melalui beranda dalam akun
pribadi mereka. Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini sesuai
dengan salah satu karakter dari media sosial sebagai community. Dalam
hal ini fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dijadikan sebagai
sebuah komunitas di media sosial untuk menjaring pengguna Facebook
yang memiliki minat terhadap dakwah Aa Gym untuk saling berinteraksi
dan berkomunikasi. Hal tersebut sesuai dengan salah satu jenis dari media
sosial yaitu situs jejaring sosial yang memungkinkan penggunanya untuk
saling berhubungan dengan pengguna lainnya.
Para mad‟u Aa Gym di fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar telah membentuk sebuah jaringan, dimana para mad’u saling
terhubung satu sama lain melalui fanpage tersebut. Karakter dari media
sosial adalah untuk membentuk jaringan di antara penggunanya.
Walaupun pada kenyataannya antar mad’u itu saling kenal ataupun tidak
kenal di dunia nyata, akan tetapi munculnya fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar telah membentuk medium para mad’u untuk saling
terhubungan melalui teknologi.
Namun sebelum mad’u bisa terhubung dengan fanpage Facebook
KH. Abdullah Gymnastiar, ada beberapa langkah yang harus dilakukan
terlebih dahulu. Karena dalam media sosial memiliki karakter yang
dinamakan simulasi sosial, sebagai sebuah proses yang harus di tempuh
oleh mad’u untuk bisa menjadi terhubung dengan fanpage Facebook KH.
103
Abdullah Gymnastiar. Pertama, mad’u diharus harus log in dalam akun
Facebook pribadinya. Kedua, mad’u bisa langsung mencari fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dengan mencarinya pada kolom
search. Ketiga, bagi mad’u yang ingin mendapatkan informasi update dari
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, maka mad‟u tersebut harus
menekan tombol “Like”/suka untuk menjadi pengikut dalam fanpage
tersebut.
Dalam level dokumen media, fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar selalu membagikan informasi berupa tulisan, foto, audio,
ataupun video, dan dari semua informasi tersebut telah menjadi sebuah
arsip yang ada dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, dan
arsip tersebut bisa dibuka kapan saja oleh mad’u. Informasi dan arsip
menjadi bagian penting dalam karakter media sosial. Informasi dalam
fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar diproduksi oleh Aa Gym dan
tim SMS Tauhiid dan dibagikan melalui fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar agar bisa dilihat oleh mad’unya. Dan dari informasi yang
dibagikan di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar akan menjadi
sebuah arsip dalam fanpage tersebut, dan arsip itu akan tersimpan, selagi
admin dari fanpage atau admin dari Facebook tidak menghapusnya, maka
arsip tersebut masih bisa diakses kembali oleh para mad‟u.
Dalam level objek media pada fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar, terdapat beberapa karakter dari media sosial yang muncul
yaitu participation, conversetion, dan penyebaran. Hal inilah yang
membedakan berdakwah melalui media tradisonal dengan media internet.
104
Disaat Aa Gym berdakwah melalui media tradisonal, komunikasi yang
terjadi hanya bersifat satu arah, dimana mad’u hanya bisa menerima pesan
dakwahnya saja. Berbeda ketika Aa Gym berdakwah melalui media
internet khususnya di media sosial dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar, komunikasi yang terjadi bersifat dua arah, dan bisa terjadi
sebuah interaksi disana, dimana mad’u bisa merespon konten dakwah
dalam kolom komentar pada postingan di fanpagenya. Ini bukti bahwa
dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar telah terjadi
participation yang menjadi salah satu karakteristik dari media sosial,
dimana mad‟u berpartisipasi dalam dakwah Aa Gym di fanpage dengan
memberikan kontribusi berupa feeback.
Bahkan mad‟u Aa Gym di fanpage KH. Abdullah Gymnastiar,
tidak hanya bisa merespon konten dakwah Aa Gym, namun juga bisa
saling berinteraksi dengan mad’u lainnya yang terhubungan dalam
fanpage Aa Gym. Hal ini juga membenarkan bahwa ketika Aa Gym
berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, disana
juga terjadi conversetion yang juga merupakan kerakteristik dari media
sosial, dimana mad’u bisa saling bertukar pikiran melalui media internet,
walaupun mad’u tersebut berada dalam tempat dan waktu yang berbeda.
Selain itu juga ketika Aa Gym berdakwah melalui fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar, disana bisa terjadi penyebaran yang dilakukan oleh
mad‟unya. Dan salah satu karakteristik dari media sosial yaitu adanya
penyebaran, dimana mad’u dalam fanpage Facebook KH. Abdullah
Gymnastiar aktif menyebarkan konten dakwahnya dengan sukarela.
105
Dengan adanya penyebaran konten dakwah tersebut akan semakin
memperluas jangkauan dakwah Aa Gym baik di Facebook maupun di
media internet lainnya.
Sesuai yang telah dijabarkan oleh peneliti di atas tadi, bahwa
mad’u atau khalayak dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
itu bisa berinteraksi, baik dengan cara memberikan respon terhadap konten
dakwah dalam postingan, maupun berdiskusi dengan mad’u khalayak
lainnya. Hal ini sejalan dengan ciri khalayak dalam media sosial yaitu,
khalayak bersifat aktif, khalayak sebagai konsumen, dan khalayak sebagai
produsen. Jelas hal khalayak tersebut juga sama dengan mad’u fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Dimana mad’u bersifat aktif dengan
tidak hanya menerima pesan, namun juga bisa merespon konten dakwah
dalam postingan dengan cara berinteraksi dalam setiap postingan di
fanpage. Selain itu juga mad’u sebagai produsen, dimana khalayak juga
bisa membuat konten, baik berupa tanggapan atau komentar terhadap
dakwah Aa Gym yang ada dalam postingan di fanpage. Dan yang terakhir
yaitu
mad’u
sebagai
konsumen,
dimana
mereka
tidak
hanya
mengkonsumsi konten dari dakwah Aa Gym yang ada dalam fanpage, tapi
mereka juga mengkonsumsi konten yang diproduksi oleh mad‟u lainnya.
Dalam level pengalaman media pada fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar, Aa Gym telah membuktikan bahwa Beliau
bukanlah da’i yang anti terhadap teknologi, justru Aa Gym memanfaatkan
kehadiran teknologi salah satunya media sosial Facebook sebagai media
dakwahnya. Hal tersebut sejalan dengan konsep pemanfaatan internet
106
untuk dakwah yang menunjukan bahwa bahwa seorang Muslim juga bisa
menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi. Dan alasan Aa Gym
berdakwah melalui media sosial Facebook adalah untuk memperluas
jangkauan dakwahnya. Hal ini sejalan dengan konsep dakwah di internet,
bahwa dakwah melalui internet adalah suatu inovasi terbaru dalam syiar
Islam, dan tentunya hal tersebut akan mempermudah para da’i untuk
menyebarkan nilai-nilai Islam secara lebih luas.
Dakwah di era internet pastinya memiliki kelebihan dan
kekurangannya, hal ini juga yang di alami oleh Aa Gym saat berdakwah
melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Kelebihannya
adalah dakwah Aa Gym tidak terbatas oleh ruang dan waktu, dari segi
konten dakwah lebih variatif karena bisa berupa tulisan, foto, audio,
bahkan video, dan lebih hemat biaya dan energi, karena cara
pengoperasian
fanpage
Facebook
sangatlah
mudah
dan
hanya
membutuhkan jaringan internet. Sedangkan kekurangannya adalah tidak
semua kalangan masyarakat bisa mengakses internet dan cukup sulit
mengetahui apakah terjadi perubahan di bidang perilaku pada mad’u
setelah menerima pesan-pesan dakwah dalam fanpage Facebooknya.
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar menggunakan
fanpage komunitas mengenai tokoh masyarakat, dan tokoh masyrakat
yang diangkat dalam fanpage ini adalah Aa Gym itu sendiri. Fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar KH. Abdullah Gymnastiar adalah
sebuah halaman komunitas untuk menjaring penikmat dakwah Aa Gym.
Siapapun bisa terhubung dengan fanpage tersebut asalkan sudah memiliki
akun Facebook pribadi.
Dokumen media yang terdapat dalam fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar ada berbagai macam bentuk, mulai dari artikel, foto,
catatan, audio, hingga video. Isi konten yang terdapat dalam fanpage
tersebut ada berbagai macam pembahasan seperti tentang akhlak,
menejemen qalbu, dan ibadah. Namun dari sekian banyaknya pembahasan
tersebut ada dalam tema besarnya yang membahas mengenai tauhiid. Dari
sekalian banyaknya konten yang terdapat dalam fanpage Facebook
tersebut,
untuk
konten
artikelnya
mengambil
dalam
website
www.smstauhiid.com.
Dalam objek media yang terdapat dalam fanpage Facebook KH.
Abdullah Gymnastiar, peneliti menemukan adanya aktivitas serta interaksi
yang dilakukan oleh mad’u fanpage Facebook tersebut. Aktivitas yang
dilakukan mad’u fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah
108
memberikan tombol “Like” dalam postingan, memberikan tanggapan
dalam kolom komentar, bahkan membagikan konten yang terdapat dalam
fanpage tersebut.
Dalam pengalaman media yang terdapat dalam fanpage Facebook
KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti menyimpulkan bahwa banyaknya
jumlah pengikut fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang sudah
mencapai 3.793.327 orang itu dipengaruhi oleh popularitas Aa Gym
sebagai seorang da‟i yang sudah lama berdakwah sejak Tahun 1999.
Karena dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar tidak pernah
memasang iklan guna memperbanyak jumlah “Like” atau mad’u. Alasan
Aa Gym berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar
adalah untuk memudahkan Aa Gym dalam mendistribusikan dakwahnya,
dan hal ini juga tidak hanya mempermudah Aa Gym, tapi juga
mempermudah bagi mad’u Aa Gym yang memiliki akun Facebook pribadi
untuk mengakses pesan-pesan dakwah melalui media sosial Facebook.
B. Saran
1. Kepada para mahasiswa khususnya mahasiswa Komunikasi Penyiaran
Islam agar bisa mempelajari media sosial khususnya Facebook untuk
dijadikan sebagai media dakwah. Karena ini adalah tangung jawab
mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam untuk bisa menyebarkan
nilai-nilai Islam dengan memanfaatkan kehadiran teknologi.
2. Kepada para da‟i yang sudah berdakwah melalui media sosial
khususnya melalui fanpage di Facebook, untuk membuat menejemen
109
dalam pengelolaan akun fanpagenya. Agar dakwah di fanpagenya
lebih terorganisir dan berkelanjutan. Jika sudah ada pengelolanya
maka dakwah di fanpage Facebook akan lebih aktif, dalam
pengelolaan akun fanpagenya harus ada bagian pengelola media untuk
yang memposting konten dakwah dan membalas semua tanggapan atau
pertanyaan yang masuk, ada juga bagian pengelola untuk membuat
kontennya dengan menyediakan konten berupa artikel, foto, audio,
hingga video.
3. Kepada para da‟i yang belum berdakwah melalui media sosial
khususnya melalui fanpage di Facebook, agar segera membuat akun
fanpage di Facebook, guna memperluas jangkauan dakwahnya.
Apalagi saat ini pengguna Facebook dari Tahun ke Tahun mengalami
peningkatan, makadari itu Facebook bisa menjadi tempat yang
potensial untuk berdakwah, dan fanpage bisa menjadi salah satu media
yang dipakai untuk menyebarkan konten dakwah di Facebook.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Ardianto, Komunikasi 2.0 : teoritisasi dan implikasi. (Yogyakarta :Asosiasi
Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi, 2011).
Ahmad, Fadil Ibnu, Dakwah Online: Asyiknya Meraup Pahala di Dunia Maya.
(Jakarta: Prenada Media Grup, 2012).
Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006).
Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013).
Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, Edisi Revisi 2014).
Iskandar, Panduan Lengkap Internet, (Jakarta: Andi Publisher, 2009).
Mayfield, Anthony dan Stelzner Michael A, What is Social Media Includes
Annual Marketing Report, (T. Tp: Penerbit iCrossing, 2008).
Muhtadi, Asep Saeful, Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan, Dan Aplikasi,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012).
Mulkhan, Abdul Munir, Ideologisasi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: SIPRESS,
1996).
M. Kaplan, Michael Haenlein, Users of the world, unite! The challenges and
opportunities
of
Social
Media,
112
(Business
Horizons,
2010).
113
Nasrullah, Rulli, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber. (Jakarta:
Prenada Media Grup, 2012).
-------, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi.
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015).
-------, Teori dan Riset Media SIber (Cybermedia), (Jakarta: Kencana, 2014).
Nurhadi Zikri Fachrul, Teori-Teori Komunikasi; Teori Komunikasi dalam
Perspektif Penelitian Kualitatif, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2015).
Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2011).
Wahid, Fathul, E-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, (Yogyakarta: Gava Media,
2004).
Zarella, Dan, The Social Media Marketing Book, (Canada: O‟Reilly Media, 2010).
2. Jurnal
Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Internet, (AT-TABSYIR Jurnal Komunikasi
Penyiaran Islam, Volume 1, Nomor 1, Januari-Juni 2013).
Errika Dwi Setya Watie, Komunikasi dan Media Sosial, (Jurnal The Messenger,
Volume III, Juli 2011).
114
Fakruroji, SMS Tauhid Sebagai Teknorelogion Perpektif Teknokultur Atas
Penyebaran Tausiyah Agama Melalui SMS, (Jurnal Sosioteknologi,
Vol.14, No 3, Desember 2015).
Nurudin, Penggunaan Media Sosial Online Dalam Berdakwah, (Jurnal AlMishbah, Vol.8, Edisi Januari-Juni 2012).
Nurudin, Media Sosial Baru dan Munculnya Revolusi Proses Komunikasi, (Jurnal
Komunikator, Vol.5, November 2015).
Suharto, Komunikasi Dakwah: Interaksi dan Intergrasi Media Sosial, (Jurnal AlMishbah, Vol.8 Edisi Januari-Juni 2013).
Rusli, Peran Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Dakwah, (Jurnal Al-Mishbah,
Vol.8, Edisi Januari-Juni 2013).
Pardianto, Meneguhkan Dakwah Melalui New Media, (Jurnal Komunikasi Islam,
Vol.03, Juni 2013).
Dian Mursyidah & Agus Salim, Dakwah Melalui Media Siber: Analisis Pesan
Dakwah dalam Website Dakwatuna.com, (Jurnal Media Akademika, Vol.
27, Oktober 2012).
Pardianto, Meneguhkan Dakwah Melalui New Media, (Jurnal Komunikasi Islam,
Vol.03, Juni 2013).
Zamris Habib, Peranan Media Sosial Dalam Pengembangan Dakwah, (Jurnal
Ilmu Dakwah, t.thn).
LAMPIRAN
1. Lampiran Skrip Wawancara
Informan
: Kang Furqon (Admin Fanpage Facebook Aa Gym)
Tempat/Waktu: Email, 28 Februari 2016
Pertanyaan Peneliti
Bagaimana sejarah munculnya
fanpage Aa Gym di Facebook?
Bagaimana
cara
menjawab/membalas pertanyaan
yang muncul dalam dakwah Aa
Gym di Facebook?
Siapa orang dibalik dakwah
Fanpage Aa Gym di Facebook?
Bagaimana
cara
menarik
khalayak
untuk
terhubung
dengan Fanpage Aa Gym di
Facebook?
Konten berupa apa saja yang
terkandung
dalam
dakwah
Fanpage Aa Gym di Facebook?
Jawaban Informan
Sejarah munculnya fanpage aagym diawali
dengan berkembang nya media-media social
yang ada di Indonesia. Fp aagym mulai
didaftarkan pada bulan Mei 2011. Awal
mulanya kami akan membuat fp dengan nama
“aagym” akan tetapi sudah terlalu banyak yang
pengguna fb membuat akun fp dengan nama
“aagym” dan tidak resmi dari aagym. Sehingga
kami merumuskan untuk mendaftarkan dengan
nama KH. Abdullah Gymnastiar.
pertanyaan yang melalui metode “pesan”
dijawab aagym saat waktu luang beliau, dan
dibantu tim admin yang terdiri para asatidz
yang ditugaskan untuk membantu aagym
melengkapi jawaban beliau.
tim admin fp aagym adalah santri yang
ditugaskan aagym untuk mengelola fp tersebut
secara professional.
metode yang digunakan antara lain dengan
mengumumkan disetiap tempat yang didatangi
aagym untuk berdakwah, melalui brosurbrosur.
konten dakwah yang terkandung dalam fp
aagym tentu saja yang berkaitan tentang ilmu
tauhid, hikmah dari setiap perjalan dakwah
aagym, dan juga materi-materi lain yang
berasal dari tim asatidz.
Apa makna yang terkandung
idem, untuk lebih lengkapnya silahkan
dalam konten dakwah Fanpage
observasi fp aagym
Aa Gym di Facebook?
sosial media merupakan salah satu sarana untuk
Apa alasan admin/Aa Gym berdakwah, sudah banyak masyarakat yang
memublikasikan konten dakwah menggunakan facebook tidak hanya sebagai
tersebut?
media untuk bersosialiasi akan tapi juga untuk
belajar.
Tema dakwah apa saja yang ada
Tauhid, Hikmah, Alquran, Hadits, Fiqh
dalam Fanpage Aa Gym di
116
Facebook?
bahasa yang digunakan adalah bahawa
Bagaimana
bahasa
yang
Indonesia formal, sehingga mudah untuk
digunakan
dalam
dakwah
diterjemahkan dalam bahasa lain oleh fitur
Fanpage Aa Gym di Facebook?
translate dari facebook.
aktivitas pengguna terutama dalam hal
Bagaimana aktivitas pengguna
“membagikan” atau “suka” cukup banyak.
dalam dakwah Fanpage Aa Gym
Walaupun kadang tidak sampai 1% dari total
di Facebook?
follower.
interaksi antar follower aagym di fb cukup
Bagaimana
interaksi
antar aktif, terutama bila ada komentar yang unik
mad‟u dalam dakwah Fanpage atau tidak biasa, biasanya langsung direspon
Aa Gym di Facebook?
oleh follower yang lain. Sebaiknya langsung
melakukan observasi di setiap postingan.
dakwah melalui facebook merupakan metode
Apa motif/alasan Aa Gym yang dikembangkan aagym beserta tim untuk
menggunakan Facebook sebagai selalu mengikuti perkembangan zaman,
media dakwahnya?
teknologi bisa menjadi sarana yang efektif
dalam berdakwah.
Dampak fp ini cukup besar, terutama bila ada
Apakah dakwah Fanpage Aa
kiriman tentang jadwal kajian aagym di suatu
Gym di Facebook memberikan
daerah. Antusias jamaah yang hadir semakin
dampak bagi pengikutnya?
banyak.
Biasanya dibagi2, 2 pagi, 2 siang, 2 sore, dan 2
malam. Dikirimnya dengan pengaturan waktu,
Kapan waktu postingan dakwah
pada jam 8 dan jam 10, siang jam 12 dan jam 2,
Aa Gym di fanpage terkirim?
sore jam 3 dan jam 4, malam jam 7 dan jam 8.
Terkadang ada penyesuain juga.
Biar lebih efisien, kalau terlalu banyak
Mengapa waktunya postingan
khawatir tidak kondusif, dan sengaja
terkirimnya harus pada jam
dikirimnya pada jam jam yang sekiranya orangtersebut dan harus 4x dalam
orang sedang istirhat atau bisa mengakses
sehari?
internet.
Biar sesuai selera, dari masing2 org, kan beda
Mengapa konten dakwahnya kadang yg suka tulisan, kadang ada yg suka
berupa tulisan, foto, audio, dan gambar, suara, video. Jd kta ngasih berbagai
video?
macam pilihan saja, setelah terserah pd
followers fp mau melihat yg mna.
Itu adalah hasil dri pengalaman Aa berdakwah
Apa alasan Aa Gym berdakwah
sjak dlu, dan itulah ilmu hikmah yg Aa
dengan teman besar tentang
dapatkan ktika sdg medapatkan berbagai
Tauhiid?
msalah.
117
Informan
: KH. Abdullah Gymnastiar
Tempat/Waktu: Masjid Daarut Tauhiid Bandung, 18 Februari 2016.
Pertanyaan Peneliti
Apa alasan Aa Gym berdakwah
melalui media sosial khususnya
di fanpage Facebook?
Mengapa konten dakwah Aa
Gym di fanpage Facebook
mengusung tema besar ilmu
tauhiid?
Siapa sebetulnya yang ada
dibalik dakwah Aa Gym melalui
fanpage Facebook?
Jawaban Informan
Adanya teknologi kan Allah juga yang
menciptakan dan yang paling berhak atas
teknologi adalah untuk Allah, untuk
memperkenal Allah, memperkenal jalan
mendekat ke Allah, dan memperkenalkan
konsekuensi kalau memilih hidup di jalan Allah
apa kalau memilih melawan Allah apa, nah kita
gunakan takdir adanya media, media itu milik
Allah.
Karena tauhiid itu merupakan segala-galanya,
kalau ingin akhlaknya bagus maka tauhiid
harus bagus, kalau shalatnya khusyu pasti
tauhiidnya bagus, kalau ingin sabar karena
tauhiid, kalau ingin syukur karena tauhiid, dan
orang ingin ikhlas juga karena tauhiid,
semuanya karena tauhiid. Karena tauhiid
adalah pondasi, ilmu yang paling agung, yang
paling penting, yang paling utama, paling besar
adalah ilmu tentang Allah SWT, mentauhiidkan
Allah, baru kesananya akan menjadi indah dan
akan diterima.
Jadi ada tim juga, ada yang dipegang oleh Aa
langsung, ada tim supaya lebih paham, kan ahli
teknologi lebih mengerti, kapan waktunya
dikirim, kapan waktunya dibaca oleh orang,
karena saya tidak banyak waktu untuk
mengoperasikan semua itu, maka kita gunakan
ahlinya.
118
Informan
: Kang Ali (Ajudan Aa Gym)
Tempat/Waktu: Kantor SEKPIM Daarut Tauhiid, 17 Februari 2016
Pertanyaan Peneliti
Bagaimana awal mula dakwah
Aa Gym dan awal mula Yayasan
Daarut Tauhiid?
Bagaimana kegiatan dakwah Aa
Gym saat ini? Apakah Aa Gym
saat ini sudah tidak berdakwah
di TV dan mulai berpindah
dakwah di internet?
Apa betul Aa Gym saat ini
mengubah materi dakwahnya
dari memejemen qalbu dengan
ilmu tauhiid?
Apa itu SMS Tauhiid? Apakah
itu media dakwah Aa Gym yang
terbaru?
Jawaban Informan
Aa ngediriian DT itu sekitar Tahun 1999
bersama temen-temennya, dibawah DT ada
Baitul Mal wat- Tamwil (BMT), Dompet
Peduli Ummat (DPU), TK Khas DT, SMP
Boarding School DT, Eco Pesantren, MQ
Publishing, MQ FM, MQ TV, dll. Dan di
Tahun 1999 juga Aa mulai menjadi seorang
da‟i, mulai dari ngisi tausiyah di pesantren DT,
di majelis-majelis, dan di luar kota. Selain
sebagai da‟i Aa juga seorang wirausahawan,
dan Aa juga seorang penulis. Sudah banyak
yang ditulis olehnya, seperti Aa Gym dan
fenomena Da‟arut Tauhiid, Saya tidak Ingin
Kaya Tapi Saya Harus Kaya, The Power Of
Network Marketing, Demi Masa, Ramadhan
bersama MQ, Kepompong Ramadhan, dan
masih banyak lagi.
Ya saat ini aa sedang mengurangi jadwal
ceramah di TV dan lebih banyak dakwah di
Majelis-majelis. Sekarang Aa juga banyak
berdakwah melalui teknologi, lewat SMS
Tauhiid Aa memanfaatkan teknologi buat
berdakwah. Ada lewat sms, internet, dan
medsos.
Sepengetahuan saya, sebetulnya bukan
materinya yang berubah, namun pondasi
dakwah Aa sekarang memang lebih banyak
ngebahas ilmu tauhiid, ini juga karena
pengalaman dakwah Aa. Tentang akhlak dan
menejemen qalbu juga masih Aa sering
dakwahkan cuman tauhiid sebagai pondasinya.
Mungkin jelasnya bisa ditanya ke Aa langsung.
Ya kalau ngga salah 2011 itu Aa ngediriin SMS
Tauhiid untuk dakwah Aa pakai sms, namuan
sekarang selain lewat sms, ada juga dakwah Aa
di internet dan medsos.
Fanpage Facebook termasuk
Iya betul, Tempatnya di kantor SMS Tauhiid,
dalam
menejemen
SMS
jadi admin yang ngelola Facebook Aa juga ada
Tauhiid?
Dimana
tempat
disana kantornya.
adminnya?
Mengapa Aa Gym mendirikan Aa itu orangnya suka yang simpel-simpel, jadi
119
dan menggunakan SMS Tauhiid kalau ada teknologi yang simpel dan cepat
untuk berdakwah?
dalam mengirimkan pesan dakwahnya, ya
biasanya aa pake buat dakwahnya. Seperti SMS
dan medsos. Ya walaupun ada beberapa
medsos yang sekarang Aa ngga pake lagi,
karena ada sesuatu, seperti LINE.
Dari sekian banyak media sosial Ya yang saya tahu ada sebagian medsos yang
yang Aa Gym miliki, mengapa dipegang oleh Aa dan ada yang oleh tim SMS
hanya fanpage Facebook yang Tauhiid, mungkin lebih jelasnya entar bisa
sering aktif?
ditanyain ke Kang Andi.
Untuk yang ngelolanya sih dari tim SMS
Tauhiid, tapi yang ngoperasiinnya itu Kang
Jadi yang mengelola fanpage Furqon, namun Beliau sedang umrah katanya,
Facebook
KH.
Abdullah jadi nanti untuk pertanyaannya bisa tanyain ke
Gymnastiar itu bukan Aa Gym? Kang Andi aja, dia kepala SMS Tauhiid
soalnya, dan dia yang tahu tentang dakwah Aa
di Facebook.
120
124
2. Lampiran Foto Foto
Foto saat peniliti akan mengikuti Kajian Tauhiid bersama Aa Gym.
Diambil pada 17 Februari 2016 di Masjid Daarut Tauhiid Bandung.
Foto peneliti dengan Aa Gym setelah sesi wawancara.
Diambil pada 18 Februari 2016 di Masjid Daarut Tauhiid Bandung.
126
Foto peneliti dengan Kang Ali setelah sesi wawancara.
Diambil pada 17 Februari 2016 di depan Kantor SEKPIM Daarut Tauhiid
Gambar ruangan dan komputer yang digunakan oleh SMS Tauhiid.
Diambil pada 18 Februari 2016 di Kantor SMS Tauhiid
126
Gambar peneliti dengan komputer yang digunakan untuk mengelola fanpage
Facebook KH. Abdullah Gymnastiar.
Diambil pada 18 Februari 2016 di Kantor SMS Tauhiid
Gambar mesin SMS broadcast untuk mengirimkan pesan dakwah.
Diambil pada 18 Februari 2016 di Kantor SMS Tauhiid
Download