DAKWAH DI MEDIA SOSIAL (Etnografi Virtual Pada Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.) Oleh: RIZKI HAKIKI NIM: 1112051000001 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M ABSTRAK Rizki Hakiki (1112051000001) Dakwah di Media Sosial; Etnografi Virtual pada Fanpage Facebook KH.Abdullah Gymnastiar Pada Tahun 2011 Aa Gym mendirikan SMS Tauhiid sebagai media untuk mendistribusikan dakwahnya melalui teknologi, salah satu media yang dikelolanya adalah fanpage Facebook KH. Abdulllah Gymnastiar. Dakwah di media sosial melalui fanpage Facebook menjadi sebuah fenomena baru yang terjadi di kalangan da‟i. Aa Gym memanfaatkan kehadiran teknologi seperti fanpage Facebook sebagai media dakwah. Hal inilah yang menjadikan peneliti ingin mengetahui bagaimana fenomena dakwah di media sosial yang terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Berdasarkan latar belakang tersebut, munculah beberapa pertanyaan dalam penelitian ini: Bagaimana ruang media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar? Bagaimana dokumen media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar? Bagaimana objek media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar? Dan bagaimana pengalaman media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar? Media sosial adalah platfrom media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antarpengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial. Berdakwah di media tradisional dengan berdakwah di media internet sangatlah berbeda. Ketika Aa Gym berdakwah dengan melalui media tradisional maka komunikasi yang terjadi hanya bersifat satu arah, dan mad’unya hanya sebagai konsumen. Berbeda ketika Aa Gym berdakwah melalui media internet seperti di fanpage Facebook, dimana mad’u tidak hanya sebagai konsumen, tapi juga sebagai produsen, dan bisa saling berinteraksi dengan mad’u lainnya. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitain ini ialah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan metodologi etnografi virtual. Etnografi virtual adalah metode etnografi yang dilakukan untuk melihat fenomena sosial ataupun kultur yang ada di ruang siber. Bell mengatakan, bahwa metode etnografi ini merupakan metode utama dan penting untuk melihat fenomena budaya siber yang ada di internet. Fenomena dakwah Aa Gym dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar bisa dilihat dari empat level, yakni dalam ruang media, fanpage Facebook yang dipakai oleh Aa Gym adalah fanpage Facebook komunitas yang digunakan sebagai media dakwah. Dalam dokumen media, konten dakwah Aa Gym dalam fanpage Facebook berupa tulisan, foto, audio, video. Dalam objek media, mad’u Aa Gym di fanpage Facebook bisa berinteraksi dengan mad’u lainnya. Dalam level ruang media, Aa Gym menggunakan fanpage Facebook sebagai media dakwah guna memperluas jangkauan dakwahnya, Kata kunci : Dakwah, Media Sosial, Facebook, Fanpage, Aa Gym. 1 KATA PENGANTAR Penulis panjatkan puji serta syukur yang tak terhenti kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat iman, nikmat islam, serta hidayahnya. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa akhlak dan ilmu pengetahuan bagi seluruh umat sehingga keluar dari zaman jahiliyah ke zaman ma‟rifatiyah ini. Allahummasholliwassalim’alaih. Setelah dengan segala usaha dan doa, akhirnya dengan limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Berbagai hambatan dan kesulitan penulis temui, baik dalam mencari sumber pustaka maupun sumber dan analisis data. Namun banyak pengalaman yang penulis dapatkan dari kesulitan tersebut. Alhamdulillah hal tersebut dapat terlewati berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1. Dr. Arief Subhan,M.A sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto,Ph.D sebagai Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Dr.Roudhonah,M.A sebagai Wakil Dekan 2 Bidang Administrasi Umum, Dr. Suhaimi,M.Si sebagai Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaan. 2. Drs. Masran,M.A sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Dan Fita Fathurokhmah,M.Si sebagai Sekretaris jurusan Komunikasi dan penyiaran Islam. 3. Dr. Rulli Nasrullah,M.Si, pembimbing skripsi luar biasa yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan yang sangat berharga kepada penulis hingga skripsi ini bisa selesai. 4. Prof. Yunan Yusuf,M.A, Penasehat Akademik KPI A 2012 yang memberikan banyak masukan serta arahan mulai sejak kuliah hingga saat menyusun proposal skripsi. 5. Semua Dosen di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis 2 6. Pimpinan beserta staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, karena sudah memberikan kemudahan pada penulis untuk meminjamkan buku referensi untuk menyusun skripsi ini. 7. Staf Tata Usaha yang sudah membantu penulis dalam membuat surat menyurat baik untuk keperluan wawancara maupun untuk keperluan seminar proposal hingga sidang. 8. KH. Abdullah Gymnastiar, sebagai da‟i sekaligus Pimpinan Yayasan Daarut Tauhiid yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa diwawancarai mengenai dakwahnya di media sosial. 9. Kang Ali, sebagai ajudan Aa Gym yang sudah banyak membantu mempertemukan penulis dengan Aa Gym beserta admin fanpage Facebooknya untuk diwawancarai. 10. Kang Andi, sebagai Kepala SMS Tauhiid yang berkenan untuk penulis kunjungi kantornya dan berkenan untuk diwawancarai terkait dakwah Aa Gym melalui teknologi. 11. Kang Rozak, sebagai admin fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar di Facebook yang telah bersedia untuk penulis wawancarai dan telah banyak memberikan informasi terkait dakwah Aa Gym melalui fanpage Facebook. 12. Kedua orang tua yang penulis sayangi dan penulis banggakan, Bapak H. Dudung Abdul Matin, S.E dan Ibu Hj. Deden Karawati, S.E yang sudah mendidik penulis hingga detik ini dan tidak pernah lelah memberikan do‟a dan semangat kepada penulis hingga akhirnya menjadi motivasi bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 13. Muhammad Iqbal, S.T sebagai Kakak kandung penulis yang sudah banyak memberikan pengetahuan mengenai teknologi kepada penulis dan juga banyak memberikan semangat serta dorongan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 14. Kelurga besar Ibunda Hj. Habibah yang selalu memberikan do‟a dan motivasi kepada penulis untuk menjadi manusia yang bermanfaat. 3 15. Keluarga besar Yayasan Pendidikan Islam Al Inayah, mulai dari pendidik hingga peserta didiknya yang sudah memberikan kesempatan bagi penulis untuk belajar dan mengajar. 16. Fajar Hardian, Faqih Aulia, Yoga Alif, Ricca Junia, Rara Subadra, dan Hany Sabrina, sebagai sahabat-sahabat dekat penulis yang sudah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, baik berupa saran, kritik, maupun berupa semangat dan do‟a. 17. Keluarga besar KPI A angkatan 2012, sebagai teman-teman kuliah penulis dari semester 1 hingga semester 7 yang sudah memberikan semangat serta memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis dalam diskusi-diskusi ketika dalam perkualiahan. 18. Guru beserta mentor penulis yang sudah banyak memberikan do‟a untuk kesuksesan penulis dalam dunia akademik dan juga telah banyak memberikan masukan dalam penyusunan skripsi. Ciputat, 29 Maret 2016 Rizki Hakiki Penulis 4 DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................................. 1 KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2 DAFTAR ISI ........................................................................................................... 5 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 6 A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 6 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ................................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5 D. Metodologi Penelitian ........................................................................ 7 E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 13 BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 51 1. Teknoreligion ................................................................................... 51 2. Media Sosial .................................................................................... 52 3. Dakwah Di Era Internet ................................................................... 66 4. Media Sosial Sebagai Medium Dalam Berdakwah ......................... 72 5. Budaya Siber (Cyberculture) .......................................................... 83 6. Etnografi Virtual ............................................................................. 85 7. Metode Analisis Media Siber.......................................................... 93 BAB III GAMBARAN UMUM ........................................................................... 98 A. Biografi K.H. Abdullah Gymnastiar ................................................ 98 B. Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ............................. 103 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS .................................................................. 58 A. Hasil Temuan Data .......................................................................... 58 B. Analisis Penelitian ........................................................................... 81 C. Interpretasi ..................................................................................... 101 BAB V PENUTUP .............................................................................................. 107 A. Kesimpulan .................................................................................... 107 B. Saran .............................................................................................. 108 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112 LAMPIRAN ........................................................................................................ 116 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KH. Abdullah Gymnastiar atau lebih akrab dengan sapaan Aa Gym, adalah salah satu da’i yang memanfaat teknologi sebagai media dakwahnya. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Moch Fakhruroji yang berjudul “SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur Atas Penyebaran Tausiyah Agama Melalui SMS”, selama ini Aa Gym memang dikenal sebagai seorang da’i yang akrab dengan teknologi. Hal ini terbukti sejak Tahun awal Tahun 2011 Aa Gym telah meluncurkan program SMS Tauhiid, yaitu sebuah layanan tausiyah agama dengan berbasis SMS. “... Aa Gym melihat SMS mampu menjadi salah satu teknologi yang dapat difungsikan sebagai medium penyebaran tausyiah yang juga bersifat individual. Selain itu, Aa Gym melihat kecenderungan masyarakat yang semakin hari semakin tidak bisa lepas dari telepon seluler. Pemuka agama pemimpin Pesantren Daarut Tauhid ini menyebut telepon seluler dan sejenisnya sebagai “teknologi yang terdekat” dengan manusia modern.”1 Dengan jargonnya “dakwah berbaris teknologi” kehadiran SMS Tauhiid telah banyak membantu masyarakat untuk mendapatkan tausiyah dari Aa Gym melalui telepon seluler. Sebagai teknologi yang paling dekat dengan manusia, seperti telepon seluler telah berhasil dijadikan oleh Aa Gym sebagai media dakwah baru untuk menyebarkan tausiyahtausiyahnya. Bagi peneliti, meluncurkan SMS Tauhiid merupakan hal 1 Moch Fakhruroji, SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur Atas Penyebaran Tausiyah Agama Melalui SMS, ITB Bandung: Jurnal Sosioteknologi, 2014, Hal.50 6 yang tepat, karena memang saat ini telepon seluler sudah menjadi teknologi yang bisa digunakan oleh semua kalangan. Bagi siapapun yang memiliki telepon selular saat ini sudah bisa mendapatkan tausiyahtausiyah dari Aa Gym dengan sangat mudah melalui SMS Tauhiid.2 Namun sejak pertengahan 2011 SMS Tauhiid mengalami konvergensi dengan menghadirkan situs media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Youtube sebagai media baru dakwah Aa Gym. Dimulai dengan membuat akun Twitter, karena Aa Gym mengatakan bahwa Twitter itu lebih mudah dan simpel pengoperasainnya ketimbang Facebook, maka Tim SMS Tauhiid membuat akun twitter Aa Gym dengan nama akun @aagym, sampai saat ini akun Twitter Aa Gym telah berhasil menjaring 1.72M followers. Dengan kehadiran Twitter membuat Aa Gym bisa mengirimkan tausiyah-tausiyahnya dalam bentuk kata, foto, maupun video, namun untuk tausiyahnya yang berbentuk kata hanya bisa menampung 140 karakter dalam satu tweet. Setelah itu karena pengguna Facebook selalu mengalami peningkatan dalam jumlah penggunanya, SMS Tauhiid akhirnya juga membuat fanpage Aa Gym di Facebook dengan nama akun fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, dan sampai saat ini fanpage tersebut sudah mencapai 3.793.327 orang yang mengikutinya. Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, Aa Gym bisa menyampaikan dakwah dalam bentuk artikel bisa hingga 420 karakter, selain dakwah dalam bentuk kata, Aa Gym juga bisa menyampaikan dakwah dalam betuk audio dan video dalam fanpagenya. 2 Moch Fakhruroji, SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur Atas Penyebaran Tausiyah Agama Melalui SMS (ITB Bandung: Jurnal Sosioteknologi, 2014) h.50. 1 Setelah sukses dengan kehadiran Twitter dan Facebook sebagai media dakwah barunya, ternyata Aa Gym bersama SMS Tauhiid juga membuat Channel di Youtube dengan nama akun Abdullah Gymnastiar yang secara khusus dibuat untuk menyampaikan tausiyah-tausiyah Aa Gym dalam bentuk video. Dan sampai saat ini Channel Youtube Aa Gym tersebut sudah menjadi 5.662 subscriber. Itulah ketiga akun media sosial yang dibuat oleh tim SMS Tauhiid setelah sebelumnya membuat SMS Broadcast sebagai layanan dakwah berbasis SMS.3 Dakwah merupakan sebuah kegiatan untuk mengajak, menyeru, atau membimbing umat manusia untuk berbuat baik agar patuh kepada perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dakwah adalah kegiatannya, sedangkan orang yang melaksanakan dakwahnya disebut sebagai da’i dan orang yang didakwahinya disebut sebagai mad’u. Kegiatan dakwah saat ini banyak dijalankan oleh perorangan seperti da’i ataupun kelompok seperti komunitas dakwah.4 Agar kegiatan dakwah yang dilakukan bisa memiliki hasil serta dampak yang maksimal, maka kegiatan dakwah pun haruslah dijalankan dengan sebuah perencanaan. Salah satu perencanaan yang sangat penting untuk mendukung kegiatan dakwah adalah dengan menggunakan alat bantu untuk mendistribusikan pesan-pesan dakwah. Saat ini sudah banyak media baru yang bermunculan dan bisa digunakan untuk mendistribusikan pesan-pesan dakwah. Salah satunya media sosial yaitu media baru yang juga banyak digunakan oleh 3 4 Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, 18 Februari 2015. Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.2. 2 masyarakat modern saat ini. Media sosial yang masih banyak digunakan oleh masyarakat adalah Facebook, dan melalui fanpage banyak da‟i-da‟i yang menggunakannya sebagai media untuk berdakwah. Beberapa da‟i yang menggunakan fanpage Facebook sebagai media dakwahnya antara lain KH. Abdullah Gymnastiar, KH. Arifin Ilham, dan Ustadz Yusuf Mansur. Namun peneliti melihat diantara ke tiga akun fanpage Facebook tersebut, hanya akun fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang terlihat update atau sering memublikasikan pesan-pesan dakwahnya, dalam sehari bisa enam kali akun tersebut membagikan konten dakwahnya. Karena seringnya pesan dakwah dipublikasikan melalui akun fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, maka interaksi yang terjadi dalam fanpage Facebook tersebut menjadi banyak dan berbagai macam reaksi serta respon dari mad‟unya. Selain itu peneliti juga melihat konten dakwah yang disebarkan Aa Gym di fanpage Facebook lebih variatif ketimbang di media sosial lainnya. Dari ketiga alasan tersebut maka peniliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai fenoma dakwah yang dilakuakn oleh Aa Gym di media sosial dan secara khusus peneliti mengambil fanpage Facebook KH. Abdulillah Gymnastiar sebagai objek bahan penelitian. Berdasarkan hal di atas, maka peniliti ingin menjadikan fenomena tersebut sebagai bahan penelitian untuk skripsi dengan judul “Dakwah di Media Sosial; Etnografi Virtual Pada Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar” 3 KH. Abdullah Gymnastiar atau lebih akrab dengan sapaan Aa Gym, adalah salah satu da’i yang memanfaat teknologi sebagai media dakwahnya. Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Moch Fakhruroji yang berjudul “SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur Atas Penyebaran Tausiyah Agama Melalui SMS”, selama ini Aa Gym memang dikenal sebagai seorang da’i yang akrab dengan teknologi. Hal ini terbukti sejak Tahun awal Tahun 2011 Aa Gym telah meluncurkan program SMS Tauhiid, yaitu sebuah layanan tausiyah agama dengan berbasis SMS. “... Aa Gym melihat SMS mampu menjadi salah satu teknologi yang dapat difungsikan sebagai medium penyebaran tausyiah yang juga bersifat individual. Selain itu, Aa Gym melihat kecenderungan masyarakat yang semakin hari semakin tidak bisa lepas dari telepon seluler. Pemuka agama pemimpin Pesantren Daarut Tauhid ini menyebut telepon seluler dan sejenisnya sebagai “teknologi yang terdekat” dengan manusia modern.”5 Dengan jargonnya “dakwah berbaris teknologi” kehadiran SMS Tauhiid telah banyak membantu masyarakat untuk mendapatkan tausiyah dari Aa Gym melalui telepon seluler. Sebagai teknologi yang paling dekat dengan manusia, seperti telepon seluler telah berhasil dijadikan oleh Aa Gym sebagai media dakwah baru untuk menyebarkan tausiyahtausiyahnya. Bagi peneliti, meluncurkan SMS Tauhiid merupakan hal 5 Moch Fakhruroji, SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur Atas Penyebaran Tausiyah Agama Melalui SMS, ITB Bandung: Jurnal Sosioteknologi, 2014, Hal.50 4 2 yang tepat, karena memang saat ini telepon seluler sudah menjadi teknologi yang bisa digunakan oleh semua kalangan. Bagi siapapun yang memiliki telepon selular saat ini sudah bisa mendapatkan tausiyahtausiyah dari Aa Gym dengan sangat mudah melalui SMS Tauhiid.6 Namun sejak pertengahan 2011 SMS Tauhiid mengalami konvergensi dengan menghadirkan situs media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Youtube sebagai media baru dakwah Aa Gym. Dimulai dengan membuat akun Twitter, karena Aa Gym mengatakan bahwa Twitter itu lebih mudah dan simpel pengoperasainnya ketimbang Facebook, maka Tim SMS Tauhiid membuat akun twitter Aa Gym dengan nama akun @aagym, sampai saat ini akun Twitter Aa Gym telah berhasil menjaring 1.72M followers. Dengan kehadiran Twitter membuat Aa Gym bisa mengirimkan tausiyah-tausiyahnya dalam bentuk kata, foto, maupun video, namun untuk tausiyahnya yang berbentuk kata hanya bisa menampung 140 karakter dalam satu tweet. Setelah itu karena pengguna Facebook selalu mengalami peningkatan dalam jumlah penggunanya, SMS Tauhiid akhirnya juga membuat fanpage Aa Gym di Facebook dengan nama akun fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, dan sampai saat ini fanpage tersebut sudah mencapai 3.793.327 orang yang mengikutinya. Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, Aa Gym bisa menyampaikan dakwah dalam bentuk artikel bisa hingga 420 karakter, selain dakwah dalam bentuk kata, Aa Gym juga bisa menyampaikan dakwah dalam betuk audio dan video dalam fanpagenya. 6 Moch Fakhruroji, SMS Tauhiid Sebagai Teknoreligion Perspektif Teknokultur Atas Penyebaran Tausiyah Agama Melalui SMS (ITB Bandung: Jurnal Sosioteknologi, 2014) h.50. 3 Setelah sukses dengan kehadiran Twitter dan Facebook sebagai media dakwah barunya, ternyata Aa Gym bersama SMS Tauhiid juga membuat Channel di Youtube dengan nama akun Abdullah Gymnastiar yang secara khusus dibuat untuk menyampaikan tausiyah-tausiyah Aa Gym dalam bentuk video. Dan sampai saat ini Channel Youtube Aa Gym tersebut sudah menjadi 5.662 subscriber. Itulah ketiga akun media sosial yang dibuat oleh tim SMS Tauhiid setelah sebelumnya membuat SMS Broadcast sebagai layanan dakwah berbasis SMS.7 Namun dari ketiga media sosial Aa Gym yang dibuat oleh SMS Tauhiid, peneliti melihat hanya fanpage Facebook KH.Abdullah Gymnastiar di Facebook yang penyebaran dakwahnya selalu update. Berbeda dengan dengan akun Twitter dan Youtube Aa Gym yang penyebaran dakwahnya jarang terupdate. Selain itu peneliti juga melihat dari ketiga akun media sosial yang dimiliki oleh Aa Gym hanya fanpage di Facebook yang memiliki interaksi yang tinggi dari mad’unya, ini terlihat dari jumlah like, comment, share yang muncul dalam setiap postingan yang ada di fanpagenya. Selain itu peneliti juga melihat konten dakwah yang disebarkan Aa Gym di Facebook lebih variatif ketimbang di media sosial lainnya. Dari ketiga alasan tersebut maka peniliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai fenoma dakwah yang dilakuakn oleh Aa Gym di media sosial dan secara khusus peneliti mengambil fanpage Facebook KH. Abdulillah Gymnastiar sebagai objek bahan penelitian. 7 Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, 18 Februari 2015. 4 Dakwah merupakan sebuah kegiatan untuk mengajak, menyeru, atau membimbing umat manusia untuk berbuat baik agar patuh kepada perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dakwah adalah kegiatannya, sedangkan orang yang melaksanakan dakwahnya disebut sebagai da’i dan orang yang didakwahinya disebut sebagai mad’u. Kegiatan dakwah saat ini banyak dijalankan oleh perorangan seperti da’i ataupun kelompok seperti komunitas dakwah.8 Agar kegiatan dakwah yang dilakukan bisa memiliki hasil serta dampak yang maksimal, maka kegiatan dakwah pun haruslah dijalankan dengan sebuah perencanaan. Salah satu perencanaan yang sangat penting untuk mendukung kegiatan dakwah adalah dengan menggunakan alat bantu untuk mendistribusikan dakwahnya. Pada saat ini teknologi bukan hanya menjadi gaya hidup seseorang, namun saat ini teknologi sudah menjadi kebutuhan bagi orang banyak. Karena memang dengan hadirnya teknologi bisa mempermudah kehidupan manusia, seperti pekerjaan, bisnis, mengakses informasi, hingga mencari ilmu. Berkaitan dengan dakwah, teknologi bisa dijadikan sebagai media untuk mempermudah kegiatan dakwah, salah satunya untuk menyebarkan konten dakwah secara cepat dan efisien. Berdasarkan hal di atas, maka peniliti ingin menjadikan fenomena tersebut sebagai bahan penelitian untuk skripsi dengan judul “Dakwah di Media Sosial; Etnografi Virtual Pada Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar” 8 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.2. 5 B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan pada penelitian ini tidak melebar maka penulis akan membatasi penelitian ini untuk mendeskripsikan fenomena dakwah yang terjadi pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar di Facebook. 2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana ruang media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar? b. Bagaimana dokumen media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar? c. Bagaimana objek media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar? d. Bagaimana pengalaman media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan bagaimana fenomena yang terjadi dalam dakwah Aa Gym di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dengan mengungkap: a. Ruang media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar b. Dokumen media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar 6 c. Objek media dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar d. Pengalaman media dalam fanpage KH. Abdullah Gymnastiar Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: a. Dari segi teoritis, penelitian ini berupaya menangkap fenomena kajian budaya dan media, terutama dalam kajian budaya siber, terhadap dakwah yang dilakukan di media sosial. Dengan demikian, hasil penelitian ini melakukan deskripsi terhadap teori media sosial yang menempatkan mad’u (objek dakwah) atau khalayak tidak hanya sebagai konsumen dakwah tapi juga sebagai produsen dakwah. b. Dari segi metodologis, penelitian ini diharapkan akan semakin memperkaya sumber-sumber penelitian yang menggunakan perspektif budaya siber, khususnya menilik fenomena dakwah yang dilakukan media sosial. c. Dari segi praktis, 1) Bagi akademisi dan mahasiswa yang secara khusus memperdalam kajian dakwah dan komunikasi dalam budaya siber, penelitian ini dapat dijadikan data awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut, misalnya untuk mengungkap bagaimana pengaruh dalam dunia nyata bagi mad’u atau khalayak ketika mengikuti dakwah melalui media sosial. 2) Bagi praktisi dakwah, penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan untuk para da’i yang belum menggunakan 7 media sosial sebagai sarana untuk berdakwah, khususnya melalui Facebook dengan menggunakan fanpage. 3) Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber pengetahuan yang mampu menggambarkan bagaimana media sosial dimanfaatkan sebagai kegiatan untuk berdakwah. Dimana selama ini dakwah lebih banyak disajikan dengan metode ceramah di Majelis-majelis atau menggunakan media tradisonal dan media elektonik. Juga, sebagai bahan pengetahuan tentang pemanfaatan media sosial sebagai sarana untuk berdakwah. D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitain ini ialah pendekatan kualitatif dekskriptif dengan menjelaskan fenomena melalui pengumpulan data yang dalam hal ini ialah pendeskripsian mengenai dakwah yang dilakukan Aa Gym melalui fanpage KH. Abdullah Gymnatiar, mulai dari ruang media, dokumen medi, objek media, dan pengalaman media. Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif deksriptif menggunakan metode pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti misalnya penggunaan instrument wawancara mendalam (in depth interview) dan pengamatan 8 (observation).9 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi virtual. Istilah etnografi biasanya sangat erat kaitannya dengan kebudayaan, bahkan istilah tersebut merupakan hal yang pokok dalam studi etnografis. Makna kebudayaan dalam konteks etnografi ini bisa dimaknai sebagai suatu kumpulan dari pola-pola perilaku serta keyakinan. Etnografi juga sering dikaitan sebagai sebuah metode penelitian dan hasil laporan penelitian. Dalam arti metode, istilah etnografi biasa diartikan sebagai penelitian lapangan, dimana seorang peneliti tingal dan hidup bersama orang-orang yang diteliti. Dan jika dalam arti hasil penelitian, etnografi biasa dipakai untuk studi tentang kebudayaan yang ada pada kelompok masyrakat tertentu. Jika dalam konteks penelitian komunikasi, etnografi sering dipahami dan diaplikasikan secara bervariasi, diantaranya untuk: Mendeskripsikan pendapat serta kecenderungan perasaan-perasaan perilaku audien khalayak, sebagai mendeskripsikan subjek, dan mendokumentasikan pola aktivitas khalayak dalam konstruksi sosial, wilayah budaya, pengaruh politik, dan pola komunikasi.10 Etnografi komunikasi adalah sebuah metode penelitian komunikasi yang berasal dari paradigma interpretative atau konstruktivis. Dalam metode ini mengkhususkan diri pada kajian mengenai pola komunikasi yang dipakai oleh manusia dalam suatu masyarakat. Secara sederhana, etnografi komunikasi adalah pengkajian peranan bahasa dalam perilaku komunikasi suatu masyarakat, yaitu 9 Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: Gintanyali, 2004), h. 2. 10 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: Pelangi Aksara, 2007), h. 149-150. 9 cara-cara bagaimana bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya. Etnografi komunikasi mempunyai dua tujuan yang berbeda. Pertama Etnografi komunikasi bisa bersifat spesifik karena mencoba menjelaskan dan memahami perilaku manusia dalam kebudayaan tertentu sehingga sifat penjelasannya hanya terbatas pada suatu konteks tempat dan warga tertentu. Kedua Etnografi komunikasi juga bisa bersifat global karena mencoba memformulasikan konsep-konsep dan teori untuk kebutuhan pengembangan komunikasi antarmanusia.11 Etnografi virtual adalah metode etnografi yang dilakukan untuk melihat fenomena sosial ataupun kultur yang ada di ruang siber. Bell mengatakan, bahwa metode etnografi ini merupakan metode utama dan penting untuk melihat fenomena budaya siber yang ada di internet. Hine menjabarkan beberapa prinsip dalam melakukan penelitian etnografi virtual, diantaranya:12 a. b. c. 11 “Etnografi virtual mempertanyakan asumsi yang sudah berlaku secara umum tentang internet. Oleh karena itu peneliti hendaknya menginterpretasikan sekaligus reinterpretasi internet sebagai suatu cara sekaligus medium yang digunakan untuk berkomunikasi. Perbedaan dengan kehidupan nyata dan fenomena yang muncul dari interaksi face-to-face, internet merupakan lapangan yang sangat kompleks dan relasi yang terjadi berdasarkan pada konteks apa yang digunakan termasuk terhadap penggunaan teknologi. Sehingga ketika meneliti internet, maka semestinyalah menempatkan internet sebagai suatu kultur dan artefak kultural. Internet mengubah pemahaman tentang „lokasi‟ penelitian. Internet merupakan tempat yang interaktif dan Zikri Fachrul Nurhadi, Teori-Teori Komunikasi; Teori Komunikasi Dalam Perspektif Penelitian Kualitatif (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2015), h.17-18. 12 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia) (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014) h.14. 10 d. e. f. g. h. i. j. selalu bergerak, sehingga lebih tepat dalam pendekatan etnografi untuk melihat bagaimana tempat virtual di internet itu dibuat dan dibuat kembali. Konsekuensi dari gagasan tentang lokasi tersebut memunculkan pertanyaan yang serius. Sebab dalam etnografi kultur serta komunitas bisa diidentifikasi dalam lapangan atau „lokasi‟ yang nyata. Hine menawarkan solusi bahwa penelitian dilepaspisahkan dari pemahaman umum terhadap „lokasi‟ dan batas-batas, melainkan memfokuskan diri pada arus dan koneksitas antar-user di internet. Etnografi virtual pada dasarnya juga mengangkat persoalan betas-batas, akan tetapi konteks ini untuk melihat kenyataan antara yang „real‟ dengan virtual‟. Etnografi virtual merupakan persinggahan sementara. Kehidupan pengguna di internet ridak terjadi dalam 24 jam yang sesungguhnya, netter atau pengguna internet tidak dapat dipastikan kapan mereka „berada‟ di internet. Dalam etnografi virtual fenomena yang diangkat merupakan kepingan semata, tidak menggambarkan bagaimana sesungguhnya (kehidupan di) internet itu berlangsung. Bagi Hine, ada kerumitan dalam hal menjangkau informan, lokasi, dan bahkan kultur itu sendiri secara seutuhnya. Etnografi hendaknya mereka yang juga menjadi bagian dalam cyberspace. Hubungan antara etnografi dan subjek atau objek penelitian yang menggunakan teknologi merupakan bagian dari etnografi itu sendiri, sebagaimana enografer berinteraksi dengan teknologi itu sendiri. Maka pengalaman pribadi etnografer ketika bersentuhan dengan (teknologi) internet dan menjadi bagian dalam cyberspace harus diabaikan demi menjaga objektivitas dalam melihat fenomena. Etnografer maupun informasi (penelitian) haruslah dirasakan kehadiran antar-keduanya. Etnografi virtual dijelaskan sebagai „ethnopraphy in, of and trough the virtual‟ sehingga interaksi tatap muka atau face-to-face tidaklah diperlukan. Hal ini dikarenakan media siber memungkinkan komunikasi terjadi di antara keduanya, bahkan beberapa perangkat komunikasi di media siber bisa terjadi secara langsung dengan melibatkan tidak hanya teks, tetapi juga suara dan visual. Beberapa terminologi, prinsip, maupun aturan yang selama ini dipahami dalam etnografi, pada dasarnya tidak bisa diterapkan dalam etnografi virtual. Bahkan ketika memabahas kata „virtual‟ pun definisi ini menemukan bentuk dan keluaran yang tidak terduga. Oleh karena itu, ketika meneliti cyberculture maka 11 konteks yang digunakan sebisa mungkin merupakan kondisi yang mendekati „apa yang terjadi‟ di cyberspace, dan bisa digunakan dalam tataran praktis untuk mengeksplorasi relasi yang terjadi melalui media internet yang ditemui oleh etnografer.” Makadari itu dari pemaparan di atas, bagi peneliti menggunakan metodologi penelitian etnografi virtual ada hal yang tepat. Karena dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti sebuah fenomena dakwah di media sosial, karena bagi peneliti fenomena tersebut merupakan sebuah budaya siber. Dan untuk meneliti sebuah fenomena dalam budaya siber, etnografi virtual adalah metodologi penelitian yang paling tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah etnografi virtual. 3. Waktu dan Lokasi Penelitian Untuk mendapatkan data berupa bukti dalam penelitian ini, peneliti mendokumentasi data temuan di fanpage KH. Abdullah Gymnastiar di Facebook selama Bulan November-Februari 2016. Dan untuk mendapatkan data wawancara bersama Aa Gym beserta admin fanpage KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti melakukan wawancara di Pondok Pesantren Da‟arut Tauhiid Bandung, pada Tanggal 17-20 Februari 2016. 12 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik penelitian yang diambil meliputi penelitian lapangan dengan analisis kulitatif. untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dalam penelitian lapangan, penulis melakukan teknik sebagai berikut: a. Dokumentasi Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Dalam penelitian ini peneliti mengambil data dari fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar di Facebook pada Bulan Desember JunuariFebruari 2016. b. Wawancara Wawancara merupakan teknik tanya jawab upaya mengumpulkan data yang akurat untuk keperluan melaksanakan pemecahan masalah tertentu sesuai dengan data. Wawancara dapat membantu menetapkan keabsahan data yan telah diperoleh peneliti dari sumber-sumber lain atau melalui instrument lain untuk mengungkapkan berbagai pertentangan yang muncul diantara sumber-sumber tersebut. Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai langsung KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) selaku informan dalam mewawancarai admin Gymnastiar di Facebook. penelitian ini, dan juga fanpage Facebook KH. peneliti Abdullah 13 5. Teknik Analisis Data Tahap analisis data dalam penelitian kualitatif secara umum di mulai sejak pengumpulan data yaitu; 1) reduksi data, yang diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan 2) penyajian data (display data) dilakukan dengan menggunakan bentuk teks naratif dan 3) penarikan kesimpulan serta verifikasi.13 Teknik analisis data dalam penelitian ini, dilakukan setelah data-data yang diperoleh melalui wawancara mendalam bersama KH. Abdullah Gymnastiar dan admin fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dan juga data-data yang diperoleh dari hasil dokumentasi pada fanpage tersebut. Kemudian data-data tersebut, di analisis secara saling berhubungan untuk mendapatkan dugaan sementara, yang dipakai dasar untuk mengumpulkan data berikutnya, lalu dikonfirmasikan dengan informan secara terus menerus secara triangulasi. E. Tinjauan Pustaka Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat 13 Emzir, Analisis Data (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.50-51. 14 diketahui bahwa apa yang akan penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Adapun setelah penulis mengadakan suatu tinjauan kepustakaan, dari segi penokohan dan segi medianya ada beberapa yang telah melakukan penelitian namun terbatas pada analisis ini pesan dakwahnya saja saja. Penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan apa yang akan penulis teliti. Judul tersebut antara lain : 1. Skripsi milik Agnitia Citra Resmi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Tahun 2012 yang berjudul “Analisis Isi Pesan Manajemen Qalbu Dalam Twitter @Aagym (K.H. Abdullah Gymnastiar)”.14 Skripsi ini meneliti tentang isi dari pesan menejemen qalbu dalam twitter Aa Gym. Sedangkan dalam penelitian yang peniliti lakukan ini adalah untuk mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. 2. Skripsi milik Muhammad Arifin Sholeh jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Tahun 2008 yang berjudul “Kepemimpinan KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) Pada Pondok Pesantren Daarut Tauhiid Geger Kalong Bandung Tahun 2006-2008”.15 Skripsi ini membahas membahas tentang kepemimpinan Aa Gym pada Pondok Pesantren Daarut Tauhiid. Sedangkan dalam penelitian yang peniliti 14 Agnitia Citra Resmi, “Analisis Isi Pesan Manajemen Qalbu Dalam Twitter @Aagym (K.H. Abdullah Gymnastiar)”, (Fakultas Ilmu dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 2012). 15 Muhammad Arifin Sholeh, “Analisis Isi Pesan Manajemen Qalbu Dalam Twitter @Aagym (K.H. Abdullah Gymnastiar)”, (Fakultas Ilmu dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 200). 15 lakukan ini adalah untuk mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. 3. Skripsi milik Ahmad Fauzi jurusan Konsentrasi Peradilan Agama Tahun 2010 yang berjudul “Respon Masyarakat Terhadap Poligami KH. Abdullah Gymnastiar”16. Skripsi ini membahas tentang poligami yang dilakukan oleh Aa Gym dan kemudian dikaitkan dengan respon Masyarakat di Kelurahan Geger Kalong Kecamatan Sukasari Bandung. Sedangkan dalam penelitian yang peniliti lakukan ini adalah untuk mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. 4. Skripsi milik Riafatul Amanah Ramaera jurusan Menejemen Dakwah Tahun 2001 yang berjudul “Konsepsi Manajemen Qalbu KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)”17. Skripsi ini membahas tentang bagaimana konsep manajemen qalbu yang digunakan oleh Aa Gym. Penelitian ini lebih berfokus pada konsep apa saja yang ada di dalam manajemen qalbu dan bagaimana cara penerapannya. Sedangkan dalam penelitian yang peniliti lakukan ini adalah untuk mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. 5. Skripsi milik Indriana Hermindasyah jurusan Pendidikan Agama Islam Tahun 2005 yang berjudul “KH. Abdullah Gymnastiar Dan 16 Ahmad Fauzi, “Respon Masyarakat Terhadap Poligami KH. Abdullah Gymnastiar”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2010). 17 Riafatul Amanah Ramaera, “Konsepsi Manajemen Qalbu KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym)”, (Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2001). 16 Pemikirannya Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga”18. Skripsi ini membahas tentang pendidikan akhlak dalam keluarga menurut pemikiran KH. Abdullah Gymnastiar. Penelitian ini lebih berfokus pada bagaimana pemikiran KH. Abdullah Gymnastiar terhadap konsep, manfaat, metode dalam pendidikan akhlak di keluarga. Sedangkan dalam penelitian yang peniliti lakukan ini adalah untuk mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. 6. Skripsi milik Mursyid Irfan jurusan Manajemen Dakwah Tahun 2005 yang berjudul “Kepemimpinan Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar”19. Skripsi ini membahas tentang kepemimpinan dakwah KH. Abdullah Gymnastiar pada Pesantren yang dipimpin olehnya. Penelitian ini lebih berfokus pada tipe kepemimpinan dan karakteristik kepermimpinan apa yang KH. Abdullah Gymnastiar gunakan dalam memimpin organisasi dakwah yang dipimpinnya. Sedangkan dalam penelitian yang peniliti lakukan ini adalah untuk mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Berdasarkan tinjaun pustaka skripsi terdahulu dengan yang penulis akan teliti memiliki kesamaan namun juga memiliki perbedaan sehingga penulis tidak melakukan penelitain yang sama. Dari sekian banyak skripsi yang membahas KH.Abdullah Gymnastiar tidak satupun penulis menemukan 18 Indriana Hermindasyah, “KH. Abdullah Gymnastiar Dan Pemikirannya Tentang Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga”, (Skripsi Fakultas Tarbiyah, UIN Jakarta, 2005). 19 Mursyid Irfan, “Kepemimpinan Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar”, (Skripsi Fakultas Ilmu dan Ilmu Komunikasi, UIN Jakarta, 2005). 17 skripsi yang membahas tentang fenomena dakwah yang dilakukan Aa Gym di Sedangkan dalam penelitian yang peniliti lakukan ini adalah untuk mendeskripsikan fenoma dakwah yang terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. KH. Abdullah Gymnastiar. 51 BAB II LANDASAN TEORI 1. Teknoreligion Sebagai sebuah fenoma kultural, pengalaman beragama tidak hanya diekspresikan dalam konteks agama saja, namun juga bisa diekspresikan dalam konteks teknologi. Hal itu terjadi saat benda-benda berupa teknologi mampu membantu manusia untuk menemukan nilai-nilai agama atau makna-makna religius kdalam benda-benda berupa teknologi. Kajian mengenai hubungan antara teknologi dan kehidupan sosialkebudayaan ini kemudia menjadi bahasan fokus dalam kajian teknokultur. Sebagaimana diuraikan oleh Shaw yang dikutip oleh Moch Fakhruroji bahwa: “Teknokultur merupakan kajian tentang hubungan antara teknologi dengan kebudayaan dan ekepresi hubungan tersebut dalam pola kehidupan sosial, struktur ekonomi, seni, sastra, dan budaya populer. Ia juga dapat merupakan kajian postmodern yang juga mencakup kahidupan akan budaya global yang dimediasi oleh teknologi dan jejaring komputer.” Dalam hal ini hubungan praktis antara agama dan media sebagai sebuah produk dari teknologi yang bersifat mekanis menjadi salah satu bentuk teknokultur yang sering dipandang sebagai budaya baru dalam kehidupan beragama dengan basis teknologi. Secara spesifik, fenomena pengalaman beragama dalam kontek teknologi sering disebut sebagai fenomena teknoreligion. Seperti yang diungkapkan oleh George yang dikutip oleh Moch Fakhruroji bahwa: 52 “Untuk mengidentifikasi dua argumentasi pokok tentang kemunculan teknoreligion. Pertama, pada umumnya kita menganggap bahwa pencarian nilai-nilai spiritual merupakan hal yang fundamental bagi kehidupan manusia. Agama merupakan fondasi bagi nilainilai humanisme di seluruh dunia yang dinilai oleh disiplin sosiologi yang merupakan “wilayah sekuler” sebagai upaya “pencarian religius.” Pencarian religius dan nonreligius adalah upaya pencarian makna yang banyak dipahami dalam konteks agama sebagai pencarian “Tuhan.” Pada dekade terakhir abad kedua puluh, sejumlah penulis telah mengakui bahwa teknologi telah digunakan dalam proses “pencarian spiritual” dan diekspresikan melalui Internet dan World Wide Web. Pencarian “makna spiritual” melalui search engine seperti Google merepresentasikan pencarian manusia atas makna spiritual ini. Kedua, kita juga melihat bagaimana konsep “transenden” dipandang sebagai tema umum dalam kaitan agama dan teknologi. Teknologi dalam pemahaman yang paling luas juga berkenaan dengan hal-hal yang transenden. Transendensi teknologi yang ekstrem ditemukan di kalangan transhumanis, yakni kalangan yang melihat nilainilai humanis berada pada fase transisi yang kemudian “disempurnakan” oleh teknologi.” Penyampaian pesan-pesan agama melalui cara tradisional saat ini telah mengalami pergeseran dan kadang menempatkan agama dalam posisi yang sulit untuk diakses oleh publik yang sudah menjadi bagian dari masyarakat budaya teknologi. Dalam hal ini, kehadiran teknologi sudah membantu bagi proses penyebaran pesan-pesan religius, dan melalui teknologi manusia modern saat ini bisa menutupi keterbatasannya, sehingga mereka masih bisa mengakses dan mengonsumsi pesan-pesan agama di sela-sela kesibukannya sebagai manusia modern. 2. Media Sosial A. Definisi Media Sosial Media sosial (Facebook, Twitter, Youtube dan Flickr) adalah keniscayaan sejarah yang telah membawa perubahan dalam proses 53 komunikasi manusia. Proses komunikasi yang selama ini dilakukan hanya melalui komunikasi tatap muka, komunikasi kelompok, komunikasi massa, berubah total dengan perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini, khususnya internet. Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi-konsekuensi proses komunikasi. Proses komunikasi yang terjadi membawa konsekuensi di tingkat individu, organisasi, dan kelembagaan.20 Pada dasarnya media sosial merupakan hasil dari perkembangan teknologi baru yang ada di internet, dimana para penggunanya bisa dengan mudah untuk berkomunikasi, berpartisipasi, berbagi, dan membentuk sebuah jaringan di dunia virtual, sehingga para pengguna bisa menyebarluaskan konten mereka sendiri.21 Media Sosial merupakan salah satu jenis dari media siber yang bisa digunakan untuk memublikasikan konten berupa profil, aktivitas, atau pun pendapat pribadi dalam jejaring sosial di ruang siber. Untuk mendapatkan definisi yang matang mengenai media sosial, disini penulis mencantumkan beberapa definisi media sosial yang berasal dari berbagai literatur penelitian:22 1. 2. 20 “Menurut Mandibergh, media sosial adalah media yang mewadahi kerjasama di antara pengguna yang menghasilkan konten (user generated content). Menurut Shirky, media sosial dan perangkat lunak sosial merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi (to share), bekerja sama (to co- Nurudin, Media Sosial Baru dan Munculnya Revolusi Proses Komunikasi, (Jurnal Komunikator, Vol.5, 2010) h.83. 21 Dan Zarella, The Social Media Marketing Book, (Canada: O‟Reilly Media, 2010), h.2-3. 22 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015). h.11. 54 3. 4. 5. operate) di antara pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka institusional maupun organisasi. Boyd menjelaskan media sosial sebagai kumpulan perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain. Media Sosial memiliki kekuatan pada usergenerated content (UGC) di mana konten dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor sebagaimana di institusi media massa. Menurut Van Dijk, media sosial adalah platfrom media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antarpengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial. Meike dan Young mengartikan kata media sosial sebagai konvergensi antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi di antara individu (to be share one-to-one) dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.” Dari berbagai definisi atau pernyataan tersebut, penulis mengambil kesimpulan bahwa defisini media sosial adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual”. B. Karakteristik Media Sosial Media Sosial merupakan salah satu jenis dari media siber, walaupun demikian antara media sosial dan media siber memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Namun dalam media sosial ada karakteristik khusus yang dimana karakteristik tersebut tidak dimiliki oleh media siber. Media sosial memiliki ciri khusus yang tidak 55 dimiliki oleh media lainnya. Adapun karakteristik media sosial diantaranya adalah:23 1. Jaringan Jaringan adalah sebuah teknologi seperti komputer yang berguna untuk menghubungkan antara komputer dengan perangkat keras lainnya. Koneksi seperti jaringan diperlukan agar terjadi komunikasi antara pengguna komputer yang saling terhubung. Akan tetapi, kata jaringan telah berkembang dari yang hanya sebatas istilah yang digunakan dalam teknologi komputer menjadi istilah yang digunakan dalam kajian budaya maupun sosial. Karakter dari media sosial adalah untuk membentuk jaringan di antara penggunanya. Walaupun pada kenyataannya antar pengguna itu saling kenal ataupun tidak kenal di dunia nyata, akan tetapi munculnya media sosial telah membentuk medium para pengguna untuk saling terhubungan melalui teknologi. Jaringan yang terbentuk ini nantinya akan menjadi sebuah komunitas atau menjadikan masyarakat yang secara sadar ataupun tidak akan memunculkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat seperti ciri masyarakat dalam teori-teori sosial. Walaupun jaringan dalam media sosial itu terbentuk dengan adanya teknologi, akan tetapi internet hadir tidak hanya sebagai alat, tapi internet juga hadir untuk memberikan kontribusi dalam ikatan sosial di internet. Tidak heran jika Manuel Castells mengatakan 23 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015) h.16-34. 56 bahwa “The network is the message, and the internet is the messenger”. 2. Informasi Informasi menjadi bagian penting dalam media sosial, karena berbeda dengan media siber lainnya, dimana pengguna media sosial merepresentasikan identitasnya, memproduksi konten, dan melakukan interaksi sesuai dengan informasi yang ada. Dalam media sosial informasi menjadi sebuah komoditas dalam masyrakat informasi, karena infomasi diproduksi, dipertukarkan, dan dikonsumsi sehingga menjadikan informasi itu komoditas bernilai dalam bentuk baru dari kapitalisme. Informasi menjadi komoditas yang di konsumsi oleh pengguna media sosial, karena komoditas tersebut dibentuk oleh antarpengguna itu sendiri dengan cara memproduksi dan mendistribusikannya. Dari kegiatan konsumsi tersebut maka antarpengguna media sosial telah membentuk sebuah jaringan yang secara sadar maupun tidak telah menjadi institusi masyarakat berjejaring. 3. Arsip Arsip menjadi bagian penting dalam media sosial, karena arsip ini yang akan menjadikan sebuah informasi tersimpan dan bisa diakses kapan pun dan melalui perangkat apa pun. Sebagai contoh dari setiap informasi yang diunggah ke Facebook, informasi tersebut tidak akan hilang dan akan terus tersimpan, sehingga mudah untuk diakses kembali. Banyak informasi yang bisa 57 diakses di media sosial, mulai dari data pribadi pengguna, kumpulan foto pengguna, lokasi mana saja yang pernah dikunjungi oleh pengguna, hingga siapa saja orang yang berteman dengan pengguna di media sosial. Inilah kekuatas media sosial, sebagai salah satu jenis dari media siber, yang tidak hanya membentuk jaringan antar pengguna, tapi juga memberikan informasi serta memiliki arsip untuk diakses dengan mudah. Hadirnya media sosial memberikan banyak akses dan penyimpanan untuk setiap penggunanya. Pengguna media sosial tidak hanya memproduksi dan mengonsumsi informasi, tapi juga informasi tersebut telah menjadi sebuah dokumen yang tersimpan. Tidak salah rasanya jika media sosial dianggap sebagai ruang perpustakaan yang bersifat virtual. 4. Interaksi Karakter dasar media sosial adalah untuk membentuk jaringan bagi antar pengguna. Jaringan tersebut tidak hanya untuk mendapatkan pertemanan atau pengikut saja, tapi juga harus membangun interaksi antar pengguna. Di media sosial interaksi yang sering terjadi biasanya berbentuk saling memberikan tanda atau mengomentari, misalnya tanda jempol „Like‟ di Facebook. Atau bisa juga sebuah video yang diunggah ke Youtube bisa jadi mendapatkan komentar yang banyak, dan komentar tersebut tidak hanya dari pengunjung Youtube saja, bisa juga melalui media sosial lainnya, karena bisa jadi video tersebut dibagikan, baik ke 58 media sosial, situ pribadi, atau melalui broadcast dari aplikasi pesan seperti Blackberry Messenger. “Gane dan Beer menyatakan bahwa interaksi merupakan proses yang terjadi di antara pengguna dan perangkat teknologi. Kehadiran teknologi dan perangkatnya telah menjadikan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehiduapn sehari-hari, bahkan telah menjadi semacam apa yang disebut digital technologies have become integral parts of our everyday live”.24 5. Simulasi Sosial Media sosial memiliki kerakter sebagai medium guna berlangsungnya aktivitas masyarakat dalam dunia virtual. Seperti layaknya masyarakat disebuah negara, di media sosial pun terdapat aturan serta etika yang mengikat peggunanya. Aturan tersebut ada bisa karena teknologinya atau pun muncul karena interaksi di antara sesama pengguna. Untuk memahami makna simulasi, bisa ditelusuri dari karya Jean Baudrilland, Simulations and Simulacra. Baudrillard mengungkapkan gagasan simulasi bahwa kesadaran akan yang real di benak khalayak semakin berkurang dan tergantikan dengan realitas semu. Kondisi ini disebabkan oleh imaji yang disajikan media secara terus-menerus. Khalayak seolah-olah tidak bisa membedakan antara yang nyata dan yang ada di layar. Khalayak seolah-olah berada di antara realitas dan ilusi sebab tanda yang ada di media sepertinya telah terputus dari realitas. 24 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015) h.28. 59 Untuk menjelaskan bagaimana konsep simulakra ini terjadi di media sosial, apa yang digambarkan oleh Tim Jordan bisa menjadi contoh awal. Ketika berinteraksi dengan pengguna lainnya melalui antarmuka (interface) di media sosial, pengguna harus melalui dua kondisi. Pertama, pengguna harus melakukan koneksi untuk berada di ruang siber. Koneksi ini merupakan prosedur standar yang harus dilakukan oleh semua pengguna ketika memanfaatkan media sosial, yakni log in atau masuk ke dalam media sosial dengan sebelumnya menuliskan nama pengguna (username) serta kata kunci (password). Semua fasilitas baru bisa diakses ketika pengguna telah melakukan log in dan sebaliknya pengguna, contohnya, tidak bisa berkumunikasi melalui fasilitas pesan di Facebook kepada jaringan temantemannya ketika telah log out. Inilah apa yang disebut Jordan sebagai „their own individualised place’. Kedua, ketika berada di media sosial, pengguna kadang melibatkan keterbukaan dalam identitas diri sekaligus mengarahkan bagaimana individu tersebut mengidentifikasikan atau mengonstruk dirinya di dunia virtual. Pengguna Facebook harus memasukan informasi dirinya, seperti nama, tempat tanggal lahir, pendidikan, dna hobi. Informasi ini tidak hanya bisa diakses oleh si pemiliki akun, tetapi juga bisa dibaca oleh semua orang yang terkoneksi ke situs jejaring sosial. Kondisi ini pun bisa menyertakan prasyarat pertama bahwa setiap khalayak yang 60 ingin menjadi pengguna di media sosial diberikan semacam formulir digital untuk diisi dengan identitas dirinya untuk mendapatkan akun di media sosial. Identitas, terlepas dari palsu atau tidak, itulah yang akan menjadi entitas baru atau “seseorang” di dunia virtual nantinya. 6. Konten Oleh Pengguna Karakteristik selanjutnya dari media sosial adalah konten oleh pengguna atau yang lebih populer disebut dengan user generated content (UGC). Konten oleh pengguna ini adalah sebagai penanda bahwa dalam media sosial, penggunanya tidak hanya memproduksi konten tetapi juga mengonsumsi konten yang juga diproduksi oleh pengguna lainnya. Ini yang menjadikan kata kunci bagi media sosial sebagai media baru dan teknologi dalam Web 2.0. Kehadiran teknologi memungkinkan terjadinya produksi dan sirkulasi konten yang bersifat massa atau dari pengguna. Contoh di Youtube, media sosial yang memiliki konten video yang dimana pengguna diberikan fasilitas untuk membuat kanal atau channel sendiri. Kanal tersebut dimiliki oleh setiap pengguna, dimana pengguna bisa menggugah video berdasarkan kategori atau pun jenis yang sesuai dengan kontennya. 7. Penyebaran Penyebaran adalah karakter lainnya dari media sosial yang mana ini juga merupakan ciri khas dari media sosial yang menunjukkan bahwa pengguna di media sosial itu aktif dalam menyebarkan 61 konten bahkan mengembangkannya. Maksud dari pengembangan adalah konten yang didapatkan seperti komentar misalnya, tidak hanya sekedar opini semata tapi ada data dan fakta terbaru. Penyebaran konten di media sosial bisa dilihat dalam dua jenis. Pertama, penyebaran melalui konten. Di media sosial, konten tidak hanya diproduksi oleh pengguna tapi juga didistribusikan oleh pengguna lainnya. Uniknya konten yang didistribusikan tidak hanya pada sebatas apa yang telah diunggah dan konten yang disebarkan itu bisa berkembang melalui data tambahan, revisi, komentar, dan lain sebagainya. Kedua, penyebaran melalui perangkat. Di media sosial, penyebaran melalui perangkat ini bisa terlihat dari bagaimana teknologi menyediakan fasilitas untuk menyebarkan luaskan konten, misalnya dengan adanya tombol „share‟ di Youtube yang berguna untuk menyebarkan konten video, baik ke media sosial lainnya maupun ke media siber lainnya. Selain karakteristik media sosial yang disebutkan di atas, penulis juga menemukan karakteristik media sosial lainnya dari sumber referensi lain, yaitu: 25 25 Anthony Mayfield dan Michael A Stelzner, What is Social Media Includes Annual Marketing Report, (Penerbit iCrossing, 2008) h.5. 62 8. Participation Media sosial mendukung penuh kontribusi dan feedback dari setiap orang yang tertarik. Dukungan ini membuat hubungan antar media dan audiens menjadi kabur. 9. Openess Sebagai dasar media sosial terbuka untuk feedback dan partisipasi. Hal ini memungkinkan dilakukan votting, pemberian komentar dan berbagi informasi. Jarang sekali ada halangan dalam mengakses dan membuat konten di dalam media sosial. 10. Conversation Ketika media tradisional mengedepankan broadcast (transmisi dan distribusi pesan kepada audience) media sosial justru melihat komunikasi sebagai percakapan dua arah. 11. Community Media sosial memungkinkan komunitas untuk berkomunikasi secara tepat dan efektif. Komunitas juga dapat berbagi common interest, seperti kesukannya terhadap fotografi, politik, dan TV show. 12. Connectedness Sebagian besar media sosial memungkinkan penggunanya untuk berhubungan dengan siapapun. 63 C. Jenis-Jenis Media Sosial Media sosial memiliki berbagai macam jenis sesuai dengan fungsi dan konten apa yang disebarkannya, ada yang berbentuk tulisan pribadi, foto, video, dll. Namun Kaplan dan Haenlein membagi jenis media sosial menjadi 6, yaitu:26 1. Proyek Kolaborasi Proyek kolaborasi ialah jenis media sosial ini bisa memungkinkan penggunanya untuk membuat konten secara bersama-sama. Contohnya Wikipedia, dimana setiap penggunanya bisa membuat konten, atau bisa mengubah, dan menghapus konten yang sudah ada. 2. Blog Blog merupakan jenis dari media sosial yang di dalamnya pengguna bisa mengunggah tulisan pribadinya. Blog ini bentuknya situs pribadi yang berisikan kumpulan konten yang dianggap menarik seperti tulisan keseharian dari pengguna. 3. Komunitas Konten Komunitas konten merupakan jenis media sosial yang membuat penggunanya bisa membagikan konten baik berupa tulisan, gambar, atau pun video. Contohnya Youtube yang membuat penggunanya bisa membagikan konten berupa video. 4. 26 Situs Jejaring Sosial M. Kaplan dan Michael Haenlein, Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media, (Business Horizons, 2010) h.62-64. 64 Situs jejaring memungkinkan sosial adalah penggunanya jenis untuk media sosial yang berhubungan dengan pengguna lain dengan cara saling berinteraksi, seperti mengirimkan pesan, gambar, atau pun video. Contohnya Facebook, Instagram, Path, dan lain sebagainya. 5. Virtual Game World Virtual game world ialah jenis media sosial yang membuat penggunanya untuk saling berintraksi dengan menggunakan avatar pribadi. Setiap penggunanya bisa muncul dalam bentuk avatar dan saling berinteraksi seperti dalam dunia nyata. Contohnya game online. 6. Virtual Sosial World Virtual Sosial World merupakan jenis media sosial yang mana penggunanya bisa mensimulasikan kehidupan nyata melalui internet, dan penggunanya merasa hidup dalam dunia virtual, dan merasakan nuansa tiga dimensi. Selain beberapa jenis media sosial yang disebutkan di atas, penulis juga menemukan 2 jenis media sosial lainnya yang penulis temukan dalam referensi lainnya, yaitu:27 7. Microblogging Tidak jauh berbeda dengan blog ataupun jurnal online, microblogging adalah jenis media sosial yang memfasilitasi 27 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015) h.43-44. 65 pengguna untuk menulis dan memublikasikan aktivitas dan pendapatnya. Kehadiran jenis media sosial seperti ini berawal dari munculnya Twitter yang bisa menyediakan ruang bagi penggunanya hanya 140 karakter. Sama seperti media sosial lainnya, di Twitter penggunanya bisa menjalin komunikasi, menyebarkan informasi, mempromosikan pedapatnya, membahas suatu isu dengan pengguna lainnya. 8. Sosial Bookmarking Sosial Bookmarking atau penanda sosial ini adalah jenis media sosial yang berguna untuk mengorganisasikan, menyimpan, mengelola, dan mencari informasi di dunia online. Informasi yang diberikan di media sosial ini hanyalah sebagai pengantar yang nantinya pengguna akan diarahkan pada tautan informasi yang lengkapnya. Cara kerja sosial media ini seperti lemari katalog diperpustakaan yang menyediakan berbagai macam informasi terkait buku dengan nomor panggilnya. Beberapa contoh dari penanda sosial ini adalah Delicious.com, StumbleUpon.com, Digg.com, Reddit.com, dan untuk di Indonesia ada LintasMe. 66 3. Dakwah Di Era Internet Dakwah dari segi bahasa „Da‟wah” berarti: panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja (fi’il)nya adalah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a, Yad’u, Da’watan). Orang yang berdakwah biasa disebut dengan Da‟i dan orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan mad‟u.28 Menurut Muhammad Natsir dakwah mengandung arti kewajiban yang menjadi tanggung jawab seorang Muslim dalam amar ma‟ruf nahi mungkar.29 Dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan secara continue terhadap objek dakwah. Dari masa ke masa kegiatan dakwah selalu mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan kondisi dan situasinya. Dakwah menjadi tugas setiap muslim dalam pengertian yang sederhana (dalam skala mikro) sesuai dengan kapasitas dan Namun kemampuannya. dalam pengertian dakwah secara ideal dan makro, baik yang dilakukan oleh individu maupun kelompok (organisasi) harus dilakukan dengan menguasai berbagai aspek, baik metode, materi, media, dan menguasai sasaran dakwah.30 Secara sederhana internet atau interconnected network adalah sebuah sistem komunikasi global yang bisa menghubungkan komputerkomputer beserta jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia. Jaringan 28 Ahmad Warson Munawir,. Kamus al-Munawi, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997) h.406 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,) h.2 30 Eneng purwanti, manajemen dakwah dan aplikasinya bagi pengembangan organisasi dakwah, (Jurnal adzikra Vol. 01. No. 02 2010) h.6 29 67 internet yang kita gunakan saat ini, awalnya dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat dengan nama ARPANET (Advanced Research Projects Agency). ARPANET dibangun untuk menghindari pemusatan informasi di satu titik dengan pembuatan suatu jaringan komputer yang terbesar. Sebuah pemusatan informasi dipandang rawan mengalami penghancuran apabila terjadi peperangan. Berbeda dengan jaringan, jika satu bagian dari jaringan terputus, maka jaringan tersebut bisa langsung otomatis dipindahkan ke saluran yang lain.31 Menurut LaQuey, yang membedakan internet (dan jaringan global lainnya) dari teknologi komunikasi tradisional adalah tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati pengguna untuk menyiarkan pesannya. Tak ada media yang memberi setiap penggunanya kemampuan untuk berkomunikasi secara seketika dengan ribuan orang. Internet adalah perkakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah besar orang secara elektronis. Informasi mengenai peristiwa tertentu dapat ditransmisikan secara langsung, sehingga membuatnya menjadi suatu piranti meriah yang sangat efektif. 32 Dakwah merupakan sebuah rangkaian kegiatan atau proses dalam mencapai tujuan tertentu. Di era ini dakwah tidak hanya cukup disampaikan melalui lisan tanpa adanya perangkat pendukung, yang saat ini dikenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa, yaitu media cetak ataupun elektronik. Kata-kata yang diucapkan oleh manusia hanya dapat menjangkau jarak yang sangat terbatas, tapi jika menggunakan alat-alat 31 Iskandar, Panduan Lengkap Internet, (Jakarta: Andi Publisher, 2009) h.1-2. Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, Edisi Revisi 2014) h.150-151. 32 68 komunikasi massa, maka jangkauannya tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu.33 Keberadaan media internet bisa melampaui pola penyebaran pesan atau informasi dengan media tradisional, karena media internet memiliki sifat yaitu bisa berinteraksi, mengaburkan batas geografis, dan bisa dilakukan kapan saja. Salah satu karakter yang disebut sebagai media lama atau media baru adalah karakter broadcast yang mewakili media lama, sementara karakter interactivity yang mewakili media baru.34 Secara sosiologis, penerapan teknologi komunikasi dan informasi dalam kehidupan telah mengubah ragam interaksi masyarakat. Masyarakat dakwah kini bukan saja mereka yang berada di depan mata, melainkan juga mereka yang secara bersama-sama ada di ruang abstrak yang disebut dunia maya. Media telah menggiring individu memasuki ruang yang memungkinkan saling berinteraksi. Internet, misalnya, kini telah membentuk ruang maya tempat bertegur sapa secara interaktif yang kemudian kita kenal dengan istilah cyberspace.35 “Gibson memperkenalkan istilah cyberspace untuk menjelaskan bahwa ada tempat di mana ia tidak nyata tetapi keberadaannya dapat dirasakan bahkan menjadi kenyataan dalam benak”.36 Dakwah melalui internet merupakan suatu inovasi terbaru dalam syiar Islam, dan tentunya akan memudahkan para da‟i dalam melebarkan sayap-sayap dakwahnya. Penggunaan media internet sebagai media dakwah merupakan kesempatan dan tantangan untuk mengembangkan dan 33 Mulkhan, Abdul Munir, Ideologisasi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: SIPRESS, 1996) h.58 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014) h.14. 35 Asep Saeful Muhtadi, “Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan, Dan Aplikasi” Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012, hal.60 36 Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia) h.18. 34 69 memperluas cakrawala dakwah Islamiyah. Kesempatan yang dimaksud ialah bagaimana orang-orang yang peduli terhadap kemampuan dakwah maupun memanfaatkan media internet tersebut sebagai sarana dan media dakwah untuk menunjang proses dakwah Islamiyah. Sementara mewujudkannya mulai dari tenaga, pikiran dan sumber daya manusia yang mengerti akan dakwah dan internet. Umat Muslim harus mampu menguasai dan memanfaatkan sebesar-besarnya perkembangan teknologi informasi, ”Dari sisi dakwah, kekuatan internet sangat potensial untuk dimanfaatkan.37 Perkembangan teknologi memberikan peran yang sangat besar dalam perkembangan dakwah saat ini. Dengan kehadirkan teknologi seperti internet, jangkaun dakwah menjadi lebih luas dan tidak terbatas oleh batasan geografis. Secara khusus terdapat tiga alasan mengapa Dakwah melalui internet menjadi penting:38 1) Muslim telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Di Indonesia Islam merupakan agama dengan pemeluk terbanyak, sedangkan didunia, Islam merupakan agama dengan pemeluk terbanyak kedua setelah Kristen. Hal yang sama juga terjadi di Amerika, Perancis dan Inggris. Pertumbuhan pemeluk Islam di Negara eropa lainnya dan Australia juga sangat pesat. Internet merupakan sarana yang mudah dan murah untuk selalu keep intouch dengan komunitas muslim yang tersebar di segala penjuru dunia. 37 Nur Ahmad, TANTANGAN DAKWAH DI ERA TEKNOLOGI DAN INFORMASI: Formulasi Karakteristik, Popularitas, dan Materi di Jalan Dakwah, (Jurnal ADDIN, Vol.8, 2014) h.326-327 38 Fathul Wahid, E-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, (Yogyakarta: Gava Media, 2004) h.30 70 2) Citra Islam yang buruk akibat pemberitaan satu sisi oleh banyak media barat perlu diperbaiki. Internet menawarkan kemudahan untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran yang jernih dan benar serta pesan-pesan ketuhanan keseluruh dunia. Karena, dalam konteks ini, internet banyak digunakan untuk menyebarkan propaganda anti-Islam atau memberikan informasi tentang Islam yang salah, maka penggunaan internet merupakan salah satu cara efektif melawannya. Dalam kaitan ini, kita sekaligus melakukan dakwah ke komunitas non-muslim. 3) Pemanfaatan internet untuk dakwah, dengan sendirinya juga menunjukkan bahwa muslim juga bisa menyusuaikan diri dengan perkembangan peradaban yang ada, selama itu tidak bertentangan dengan aqidah. Di Negara-negara maju, media ini telah memudahkan muslim dalam mengelola dakwah nya dan berkomunikasi dengan anggota jama‟ah lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Syekh Sulthan al-Umari dalam makalahnya Istikhdam al-Internet fi ad-Da’wah, bahwa ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan ketika berdakwah di dunia maya, yaitu:39 Pertama, hal paling mendasar adalah meluruskan niat. Dakwah di internet akan mulus bila didasari dengan niat dan iktikad yang baik, sebaliknya bukan bertujuan untuk mengeruk materi atau larut dengan perdebatan mazhab, misalnya. 39 Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Internet, (At-Tabsyir Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 1, 2013) h.94. 71 Kedua, merumusan visi dan misi berdakwah di dunia maya. Dalam konteks ini maka penting untuk memahami bahwa esensi berdakwah ialah memberikan manfaat untuk orang lain. Berdakwah adalah mengajak ke arah kebaikan dan ranah positif. Sebuah riwayat yang dinukilkan dari Abu Hurairah menyebutkan, siapa pun yang mengajak kepada hidayah kebaikan maka ia memperoleh pahala yang sama dari orang yang bersangkutan. Ketiga, tunjukkan pada dunia keagungan nilai-nilai luhur Islam. Keempat, pilihlah pembimbing atau pengontrol kualitas konten yang berkompeten dalam urusan syariahnya dan memiliki wawasan luas. Ini akan membantu terhindar dari kontroversi dan kontradiksi konten. Kelima, konten selalu disesuaikan dengan kebutuhan masa kini dan kecenderungan masyarakat sekarang. Dan terakhir, jika membuat situs dakwah tertentu maka jangan lupa melengkapinya dengan aplikasi-aplikasi unggulan, seperti forum, mengobrol langsung (chatting), dan fasilitas surat elektronik (e-mail). Dengan demikian bahwa internet merupakan sebuah media baru yang sangat layak dan tepat untuk dijadikan sebagai media dalam berdakwah saat ini. Karena saat ini memang internet bisa dibilang seperti sudah menjadi teman hidup bagi masyarakat khususnya di masyarakat perkotaan, dengan berbagai kemudahan serta kecepatannya dalam menjadikan informasi bagi masyarakat. Berbagai macam informasi bisa di akses melalui internet kapan saja dan dimana saja, mulai dari informasi lapangan pekerjaan, olahraga, seni, kesehatan, hingga keagamaan, 72 semuanya bisa diperoleh melalui internet. Makadari itu tidak salah jika internet digunakan sebagai medium untuk berdakwah, karena berbagai fungsinya yang bisa dengan mudah menyebarluaskan nilai-nilai islami di dunia virtual. 4. Media Sosial Sebagai Medium Dalam Berdakwah A. Kelebihan dan Kekurangan Inilah beberapa kelebihan media sosial sebagai medium dalam berdakwah 40: 1) Tidak terhalang oleh ruang dan waktu. Internet bisa diakses kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun diberbagai penjuru di dunia. Sehingga materi dakwah yang dilakukan di media sosial bisa diakses oleh semua orang dipenjuru dunia tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu. 2) Dakwah menjadi lebih variatif. Selain sebuah tulisan, para pelaku dakwah di media sosial bisa membuat materi dakwah dalam bentuk gambar, audio, video, e-book, sehingga para objek dakwah di sosial media bisa memilih materi dakwah yang mereka sukai. 3) Jumlah pengguna Internet semakin meningkat. Dengan pertumbuhan pengguna internet selalu mengalami peningkatan, maka hal ini merupakan kabar baik bagi pelaku dakwah di media sosial. Karena semakin banyaknya pengguna internet, maka akan semakin banyak juga objek dakwah di media sosial. 40 Pardianto, “Meneguhkan Dakwah Melalui New Media”, (Jurnal Komunikasi Islam Vol.03, 01 Juni 2013) h.33. 73 4) Hemat biaya dan energi. Dengan melakukan dakwah di media sosial, para juru dakwah tidak perlu mengeluarkan biaya yang mahal dan tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk melakukan dakwahnya. Karena cukup bermodalkan perangkat keras seperti komputer ataupun smartphone ditambah dengan koneksi internet, bisa dalam keadaan santai atau di rumah, kegiatan dakwah di media sosial sudah bisa dilakukan. Selain banyak kelebihan berdakwah menggunakan media sosial, ternyata juga ada kekurangan saat berdakwah menggunakan media sosial, diantaranya: 41 1) Untuk beberapa kalangan masyarakat, Internet adalah media komunikasi yang mahal, karena untuk dapat menikmatinya layanan media ini, minimal seseorang harus mempunyai seperangkat komputer multi media, dan jaringan telephone. Untuk pengadaan hardwarenya saja memakan biaya yang tidak sedikit, juga ketika mengaksesnya. 2) Secara psikologis berdakwah melalui internet menghilangkan tali silatuurahmi secara fisik dan psilokologis. Dengan model komunikasi jarak jauh, meski dua arah, unsur kehadiran komunikator secara fisik hampir tidak pernah terjadi. 3) Sulit mengetahui terjadi perubahan di bidang prilaku di kalangan mad‟u, karena sifat mad‟u yang tersebar dan terpencar. 41 Prihananto, “Internet Sebagai Dakwah Alternatif pada Masyarakat Informasi”, (Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.4, Oktober 2001) h.8. 74 B. Ciri Khalayak di Media Sosial Kata khalayak sangat erat kaitannya dengan istilah penerima dalam proses komunikasi massa yang dibentuk oleh para peneliti di bidang media. Khalayak merupakan istilah yang dipahami oleh para praktisi media yang dipahami oleh pengguna media sebagai deskripsi yang jelas atas diri mereka sendiri. Konsep khalayak menunjukkan adanya sekelompok pendengar atau penonton yang memiliki perhatian, reseptif, namun relatif pasif yang kurang lebih bersifat publik.42 “Windahl dan Signitzer mendefisinikan khalayak atau audience, menurut para peneliti komunikasi massa sebagai individu yang dengan kesadarannya akan memilih media dan pesan yang ingin diaksesnya. Khalayak juga bisa didefinisikan sesuai dengan keinginan pengirim pesan itu (defined by the sender), sesuai dengan keanggotaan audiensi itu (defined by the audience members), dan tergantung media yang digunakan (defined by media use).”43 Sebagai ciptaan manusia, masyarakat maya menggunakan seluruh metode kehidupan masyarakat nyata juga sebagai model yang dikembangkan di dalam segi-segi kehidupan maya. Seperti, membangun interaksi sosial dan kehidupan kelompok, membangun stratifikasi sosial, membangun kebudayaan, membangun pranata sosial, membangun kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan, 42 Dennis, McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6 Buku 2. (Penerjemah Putri Iva Izzati, Jakarta: Salemba Humanika, 2011) h.164. 43 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014) h.55. 75 membangun sistem kejahatan dan kontrol-kontrol sosial, dan sebagainya.44 Khalayak dalam kajian media sering digunakan sebagai penanda masyrakat, baik secara grup ataupun individu. Pemakaiannya pun merujuk pada khalayak atau massa yang sedang mengakses berita di televisi atau sebagai pembaca koran. Individu-individu dalam massa ini pada dasarnya tidak mempunyai ikatan satu dengan yang lain, hanya dari tujuan mereka untuk mengakses media saja. Seperti halnya khalayak di media baru, dimana internet telah menciptakan ruang virtual bagi khalayak selaku individu bertemu dengan individu lainnya dalam waktu bersamaan, namun tidak berada dalam ruang atau lokasi yang sama.45 Dengan berkembangnya teknologi yang memunculkan media baru, maka tipe khalayak pun menjadi berubah. Jika selama ini khalayak di media tradisional yang menempatkan khalayak dalam posisi pasif, yang hanya sekedar menerima pesan dari media tanpa memiliki kebebasan untuk memproduksinya. Lain halnya dengan khalayak di media baru yang menempatkan khalayak dalam posisi aktif, yang tidak hanya menjadi penerima pesan tapi juga bisa memproduksi pesan itu. “Posisi khalayak dan bagaimana hubungannya dengan media semakin berkembang dengan kemajuan teknologi komunikasi dan pekembangan internet. Media baru memungkinkan khalayak tidak lagi mengenakan kartu identitas sebagai khalayak semata, tetapi bisa menjelma menjadi produser makna. Bahkan, batasan posisi khalayak/produser menjadi tidak jelas.”46 44 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006) h.165. 45 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015) h.86. 46 Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, h.94. 76 Dengan munculnya media sosial yang merupakan bagian dari media baru juga telah memberikan arah baru dalam penderfinisian ulang mengenai hubungan khalayak dan media. Diantara karakteristik yang dimiliki oleh media sosial yaitu interaktif, terbuka dalam mengkreasikan konten, dan dengan jaringan yang luas memberikan semacam peneguhan bahwa hubungan antara khalayak dan media bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi, media secara institusi menyediakan perangkat dan aplikasi-aplikasi yang bisa diatur di internet. Di sisi lainnya, khalayak yang sepenuhnya menciptakan konten serta memanfaatkan perangkat media sesuai dengan kebutuhannya. Di media sosial, khalayak tidak lagi pasif, tidak tersentral dan terisolasi, tetapi aktif dalam memproduksi konten dan pada saat yang bersamaan, khalayak juga yang mendistrubusikan konten tersebut dan juga mengkonsumsi konten dari pengguna lainnya. Perputaran khalayak sebagai produsen dan konsumen secara terus menerus seperti ini tidak ditemui dalam praktik di media tradisional, bahkan kehadiran media sosial dengan internet telah melibatkan khalayak hingga menciptakan bahasa baru yang lebih bersifat global dibandingkan dengan media tradisonal yang lokal.47 Dengan penjelasan dari berbagai sumber mengenai khalayak di atas, maka dapat penulis simpulkan, bahwa yang menjadi ciri khalayak di media sosial adalah: 47 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015) h.95. 77 1) Khalayak bersifat aktif, berbeda dengan khalayak di media tradisonal yang khalayaknya bersifat pasif dimana khalayak hanya menerima pesan. Khalayak di media sosial justru bersifat aktif dimana khalayak bisa berinteraksi, memproduksi informasi, hingga mendistribusikannya. 2) Khalayak sebagai produsen, jika di media tradisonal khalayak hanya sebagai konsumen, maka di media sosial khalayak juga bertindak sebagai memproduksi produsen. konten yang Dimana khalayak diinginkannya, bebas sekaligus mendistribusikannya. 3) Khalayak sebagai konsumen, dimana khalayak di media sosial juga mengkonsumsi konten yang diproduksi oleh pengguna lainnya, juga menggunakan konten tersebut sesuai dengan kebutuhan/keinginannya. C. Interaksi Pengguna di Media Sosial dalam Kerangka Dakwah Interactivity atau interaksi adalah suatu konsep yang sering digunakan untuk membedakan media baru dengan media tradisonal. “Interactivity bagi Graham merupakan salah satu cara yang berjalan di antara pengguna dan mesin (teknologi) dengan memungkinkan para pengguna maupun perangkat yang saling terhubung secara interaktif. Kehadiran teknologi komunikasi pada dasarnya memberikan kemudahan bagi siapa pun yang menggunakan teknologi untuk saling berinteraksi, saling terhubung dalam waktu yang bersamaan; 78 bahkan teknologi telah mewakili kehadiran keterlibatan fisik dalam berkomunikasi.” 48 Sedangkan Marc Smith menjelaskan beberapa aspek dan/atau dalam komunikasi di dunia siber, yaitu:49 Pertama, dijelaskan bahwa komunikasi atau interaksi di dunia siber tidak menyasaratkan keberadaan dan kesamaan antara pengguna (aspatial) media siber selagi fungsi interaksi melalui media siber itu masih ada. Bermakna bahwa interaksi tidak mesti terjadi dalam waktu yang sama, sender dan receiver tidak mesti berada dalam lokasi yang sama sebagaimana yang terjadi dalam komunikasi dua arah, baik tatap muka maupun melalui media seperti telepon. Namun bukan berarti konten atau lingkungan interaksi itu terbatas oleh waktu. Konten dan lingkungan itu selalu “hidup” dan ada kapan pun. Kedua, menjelaskan bahwa di media siber interaksi bisa dikondisikan sesuai dengan, misalnya, jadwal yang diinginkan oleh pengguna saat terkoneksi ke dalam jaringan. Komunikasi (bisa) terjadi dalam kondisi ruang dan waktu yang sama (synchronous) dan bisa juga berbeda (asynchronous). Contoh sederhana untuk menggambarkan kondisi ini yaitu status Facebook. Status yang ada di dinding (wall) di media sosial ini sering kali dikomentari oleh pengguna lain maupun pemilik akun itu yang juga terlibat dalam 48 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014) h.76. 49 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012) h.80-81. 79 mengomentari. Inilah interaksi di media siber yang tidak memerlukan kesamaan waktu dan bisa melibatkan pengguna yang berada di lokasi mana pun. Ketiga, bahwa interaksi yang terjadi dalam dunia siber pada kenyataannya terjadi melalui medium teks. Teks dalam bentuknya yang beragam dan juga melibatkan simbol (icons) menjadi medium yang digunakan oleh pengguna dalam berkomunikasi. Berbeda dengan komunikasi tatap muka dimana tanda-tanda seperti ekspresi wajah atau informasi menjadi penentu dalam penyampaian dan penerimaan pesan, di dunia siber ekspresi dan intonasi diwakili oleh teks (the diactic expressions). Keempat, bahwa interaksi yang terjadi tidak mensyarakatkan adanya kesamaan seperti status atau tingkat pengetahuan (astigmatic). Komunikasi teks di dunia siber tidak juga memberikan visualisasi para pengguna sebagaimana di dunia nyata; yang terkadang dalam komunikasi tatap muka seseorang akan mengambil sikap tertentu ketika berhadapan dengan seseorang karena stigma yang muncul pertama kali di benaknya. Status sosial, pangkat, jabatan, dan sebagainya yang membuat stratifikasi dalam kelas di masyarakat nyata (offline) tidak berlaku di media siber. George Hebert Mead dalam kajian teori interaksionis simbolik, menekankan bahwa bahasa merupakan sistem simbol dan kata-kata merupakan simbol karena digunakan untuk memaknai 80 berbagai hal. Dengan kata lain, simbol atau teks merupakan representasi dari pesan yang dikomunikasikan kepada publik. Menurut Mead, makna tidak tumbuh dari proses mental soliter, namun makna tersebut tumbuh dari hasil interaksi sosial. Dimana individu secara mental tidak hanya menciptakan makna dan sombol saja, tapi juga muncul proses pembelajaran terkait makna dan simbol selama berlangsungnya interaksi sosial.50 Sementara D Miller, menjelaskan lima fungsi dari simbol; pertama, simbol memungkinkan orang berhubungan dengan dunia materi dan dunia sosial karena dengan simbol mereka bisa memberi nama, membuat kategori, dan mengingat objek yang ditemui; kedua, simbol meningkatkan kemampuan berpikir; keempat, simbol meningkatkan kemampuan orang untuk memecahkan masalah; dan kelima, penggunaan simbol memungkinkan aktor melampui waktu, ruang, dan bahkan pribadi mereka sendiri. Dengan kata lain, simbol merupakan representasi dari pesan yang dikomunikasikan kepada publik.51 Seperti interaksi yang terjadi di media sosial seperti Facebook yang menggunakan tombol “Like” sebagai simbol yang digunakan oleh para pengguna untuk menyampaikan sebuah makna. Untuk memahami lebih lanjut mengenai makna “Like” dalam interaksi pengguna di Facebook, Hine membuat sebuah survey dan 50 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012) h.91. 51 Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012) h.92. 81 virtual etnografi yang mana penulis menemukan fenomena makna “Like” yang terjadi di dunia virtual. Fenomena tersebut difokuskan pada makna dan atau alasan mengapa pengguna mengklik tombol “Like” di kolom komentar yang ada di Facebook, yaitu:52 1) Menyukai, tombol “Like” di Facebook bisa dimaknai bahwa pengguna menyukai status atau image yang dipublikasikan. 2) Menyetujui, makna lain dari tombol “Like” adalah pengguna menyetujui status atau image yang dipublikasikan di Facebook. 3) Turut merasakan, tidak hanya bersifat realitas eksternal, Facebook juga menjadi media dalam pengungkapan realitas internal. Realitas seperti ada anggota keluarga yang berulang tahun, naik kelas, atau mendapatkan hadiah merupakan realitas diri yang ditampilkan di status Facebook. 4) Ungkapan simpati, pengguna Facebook sering mengungkapkan perasaan atau peristiwa sedih yang mereka alami. Selain itu, status atau image di Facebook juga sering menginformasikan tentang peristiwa kemanusiaan, bencana alam, dan sebagainya. 5) Penginggalan jejak. Ikon “Like” juga bisa dimaknai sebagai peninggal jejak entitas di ruang Facebook seseorang. Artinya, entitas tersebut tidak memiliki motivasi atau pelibatan emosi diri dalam status sang pemilik Facebook, melainkan hanya 52 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012) h.102-103. 82 sebagai penanda bahwa entitas itu membaca status tersebut dan telah terjalin pertemanan dengan si pemilik akun. Sedangkan teks dalam interaksi di media sosial adalah medium yang mewakili penggunanya untuk melakukan proses komunikasi melalui internet. Misalnya disaat teks menjadi sebuah simbol yang mewakili emosi penggunanya saat melalukan komunikasi di media sosial, hal tersebut dikenal dengan sebutan emoticon yang berasal dari emotion dan icon. Contohnya saat pengguna sedang memiliki perasaan bahagia maka teks yang akan muncul ditandai dengan :) dan penggunai lain akan beranggapan bahwa pengguna tersebut sedang berbahagia, dan saat pengguna sedang memiliki perasaan sedih maka teks yang akan muncul ditandai dengan tanda :( dan penggalin akan beranggapan bahwa pengguna tersebut sedang bersedih.53 Dari penjelasan di atas mengenai interaksi, simbol dan teks, maka penulis menyimpulkan bahwa interaksi pengguna di media sosial dalam kerangka dakwah bisa telihat dari simbol dan teks yang digunakan oleh para pengguna saat melihat konten dakwah. 53 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012) h.99-100. 83 5. Budaya Siber (Cyberculture) Budaya siber atau cyberculture berawal dari fenomena yang muncul dalam ruang siber serta media siber. Dalam pandangan makro budaya siber melibatkan segala aspek seperti ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya. Budaya pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang muncul dari proses interaksi antar manusia dalam konteks ini seperti pengalaman individu atau antar individu dalam menggunakan media. Nilai-nilai seperti ini diakui secara langsung ataupun tidak, seiring dengan waktu yang dilalui dalam interaksi tersebut. Bahkan suau nilai tersebut berlangsung di dalam alam bawah sadar individu dan diwariskan pada generasi berikutnya. Merujuk arti budaya dalam Kamu Besar Bahasa Indonesia, kata budaya diartikan sebagai: (1) pikiran, akal budi; (2) adat istiadat; (3) sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang dan (4) sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan.54 Definisi budaya dalam perspektif semiotika diartikan sebagai persoalan makna. Menurut Thawaites dalam Buku Rulli Nasrullah yang berjudul Teori dan Riset Media Siber, menjelaskan bahwa budaya adalah sekumpulan praktik sosial yang melaluinya makna di produksi, disirkulasikan, dan dipertukarkan. Makna ini berada dalam tataran komunikasi, baik komunikasi antar-individu maupun komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Sehingga budaya bukanlah ekspresi makna yang berasal dari luar kelompok dan juga bukan menjadi nilai-nilai yang baku. Sifat alamiah makna pada dasarnya tidaklah bisa kekal karena manusia, 54 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012) h.15. 84 baik sebagai individu maupun anggota kelompok, selalu dipengaruhi oleh aspek sosial, misalnya pendidikan, politik, dan ekonomi. Aspek sosial inilah yang memberikan khazanah pemaknaan di mana makna itu selalu berpindah, membelok, mengalami reproduksi, dan juga saling diperyukarkan. Dari definisi budaya tersebut telah memberikan arah bagaimana mengartikan kata budaya. Sehingga bisa diartikan budaya sebagai suatu nilai atau praktik sosial yang berlaku dan dipertukarkan dalam hubungan antarmanusia, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa memang budaya adalah nilai-nilai yang muncul akibat adanya interkasi antarmanusia dalam suatu wilayah aau negara tertentu. Budaya inilah yang menjadi acuan dasar dalam proses komunikasi antar manusia yang ada di dalamnya. Makadari itu inilah yang nyebabkan budaya memiliki keragaman, perbedaan, hingga keunikan yang membadakan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Walaupun dari perbedaan tersebut memunculkan dua sisi yang bertolak belakang. Sisi positifnya, perbedaan budaya memberikan khazanah bagi kelompok masyarakat tersebut, karena mereka memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh kelompok masyarakat lainnya. Adapun sisi negatifnya, perbedaan budaya bisa menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi yang bisa menimbulkan konflik antar individu ataupun kelompok.55 Melalui medium internet, pembentukan budaya siber berlangsung secara global dan universal. Dari pengertian budaya di atas bisa 55 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012) h.19. 85 disimpulkan bahwa budaya siber adalah sebuah fenomena yang terjadi dalam dunia siber ataupun terjadi dalam media siber. 6. Etnografi Virtual a. Budaya dan Artefak Kultural Komunikasi yang terjadi di ruang siber telah mengubah aturan terhadap konsep waktu dan ruang, mengubah komunikasi serta aturan dalam komunikasi massa, dan terakhir muncul pertanyaan dualiesme mengenai mana yang riil dan mana yang virtual, kebenaran dan fiksi, autensitas atau pabrikasi. Untuk melakukan riset di ruang siber yang pertama bisa dilihat pada teks serta perangkatnya. Sebagai medium, media internet pada dasarnya didekati dengan perspektif teknologi dan perspektif ini muncul di layar monitor perangkat, baik itu komputer, telepon genggam, maupun perangkat pintar komputer lainnya. Makadari itu Hine dalam Buku Rulli Nasrullah yang berjudul “Teori dan Riset Media Siber” menyodorkan pendekatan dalam melihat realitas atau fenomena yang ada dalam ruang siber melalui dua aspek, yaitu budaya dan artefak kultural. Model komunikasi yang terjadi di internet itu sebagai budaya yang merupakan model komunikasi secara langsung. Hal ini terjadi pada generasi awal kemunculan internet yang hanya digunakan untuk pesan-pesan yang menggunakan teks atau simbol/sandi dan secara langsung bisa dipahami oleh kedua belah pihak. Berbeda dengan perkembangan 86 internet dan ruang siber saat ini, karena komunikasi yang terjadi telah melibatkan teks secara lebih luas, misal dengan munculnya emoticon, suara, visual, dan bahkan komunikasi termediasi komputer telah menggabungkan semua aspek itu. Saat ini internet adalaah konteks institusional maupun domestik di mana teknologi ini menggunakan simbol yang memiliki makna sendiri, dan ini sebagai bentuk “metaphorical” yang melibatkan konsep baru terhadap teknologi dan hubungannya dengan kehidupan sosial. Dari berbagai bentuk sosial ini memproduksi suatu objek atau budaya yang dikenal dengan istilah internet Intinya istilah internet tidak hanya sebatas mengenai pengertian teknologi yang bisa menghubungkan antar komputer, namun lebih dari itu yang terkadang terkandung fenomena sosial sebagaimana yang terjadi dalam interaksi antar individu secara offline. Model selanjutnya yaitu internet sebagai artefak kebudayaan. Menurut Hine, internet tidak hanya bisa dipahami sebagai sekumpulan komputer yang berinteraksi dengan bahasa komputer, namun internet juga bisa diartikan sebagai seperangkat program komputer yang memungkinkan penggunanya untuk saling berinteraksi, melakukan berbagai macam bentuk komunikasi, dan juga bertukar informasi. Internet sebagai suatu artefak kultural, bisa dilihat sebagai sebuah fenomena sosial, baik itu melalui pembacaan terhadap sejarah perkembangan internet, kebermaknaan bahkan kebermanfaatan internet. Pendefinisian ulang terhadap internet berdasarkan pada fenomena sosial yang terjadi di dalamnya memberikan makna berbeda 87 bagi Hine yang menurutnya tergantung pada pengguna yang memaknai teknologi tersebut. Apakah hanya seperangkat mesin komputer atau medium interaksi sosial yang jauh lebih komplek dan rumit. Selain itu bahwa internet tidak hanya dihasilkan oleh para produsen perangkat keras komputer semata, karena budaya internet juga melibatkan internet service providers, pengembang aplikasi, perangkat lunak, pengembang situs, kontributor yang terlibat dalam grup diskusi, atau pengguna. Maka dari itu dalam kajian etnografi pendekatan penelitian terhadap internet bisa dilakukan sesuai dari cara individu memandang internet. Hine memberikan contoh, bahwa peneliti etnografi bisa melihat bagaimana kebiasaan konsumer perangkat lunak internet yang bermuara pada bagaimana strategi yang dilakukan oleh para produsen perangkat lunak tersebut. Bahkan Grint dan Woolgar melihat konstruksi budaya komputer melalui produsen perangkat itu menjadi lebih mudah untuk memahami enografi komputer dibandingkan harus secara langsung melihat perangkat keras itu sendiri. Teknologi sebagai sebuah teks hanya bisa dijangkau secara terbatas dibandingkan dengan teknologi itu sendiri. Bahwa apa yang muncul dari program pengolah kata Microsoft Office, sebagai contoh, pada dasarnya dibangun dari bahasa pemprograman yang rumit dan tidak semua orang paham, dan kebanyaka orang hanya tinggal menggunakannya saja. Dengan demikian budaya yang terkandung dalam internet bisa diteliti dengan menggunakan perspektif etnografi 88 melalui kontruksi teknologi beserta konteks fenomena sosial budaya yang ada di dalamnya. Etnografi virtual adalah metode etnografi yang dilakukan untuk melihat fenomena sosial ataupun kultur yang ada di ruang siber. Bell mengatakan, bahwa metode etnografi ini merupakan metode utama dan penting untuk melihat fenomena budaya siber yang ada di internet. Makadari itu dalam kajian etnografi virtual pola pendekatan penelitian terhadap internet bisa dilakukan tergantung dari bagaimana individu memandang internet. Hine mencontohkan, peneliti etnografi di media siber bisa melihat bagaimana kebiasaan konsumer perangkat lunak internet yang bermuara pada bagaimana strategi yang dilakukan oleh para produsen perangkat lunak internet itu sendiri. Bahkan Grint dan Woolgar melihat konstruksi budaya komputer melalui produsen perangkat itu menjadi lebih mudah untuk memahami enografi komputer dibandingkan harus secara langsung melihat perangkat keras itu sendiri. Teknologi sebagai sebuah teks hanya bisa dijangkau secara terbatas dibandingkan dengan teknologi itu sendiri. Dengan demikian budaya yang terkandung dalam internet bisa diteliti dengan menggunakan perspektif etnografi melalui kontruksi teknologi beserta konteks fenomena sosial budaya yang ada di dalamnya. b. Prinsip-Prinsip Etnografi Virtual Bagi peneliti etnografi virtual, dunia siber merupakan suatu kultur dan artefak kultural yang bisa mendekati beberapa objek atau 89 fenomena yang ada di internet. Identitas, komunitas, dan perkembangan teknologi internet memang merupakan isu utama yang sering dibahas saat ini, dan beberapa kajian mengenai etnografi virtual diantaranya halaman situs, langkah-langkah dalam membuat situs, percakapan yang terjadi di situ, hingga mesin pencarian di internet bisa dijadikan sebagai objek penelitian yang secara kasat mata bisa dilihat oleh peneliti. Makadari itu pendekatan etnografi virtual merujuk pada artefak yang ada di ruang siber dan artefak itulah yang nantinya akan di deskripsikan dan analisis.56 Dalam penerapan etnografi yang diteliti adalah kultur yang terjadi di sebuah komunitas atau berada di tempat yang pasti. Peneliti etnografi akan merekam jejak, mencatat apa yang terjadi, mendengar perbincangan, dan bahkan membongkar dokumen untuk studi yang dilakukannya. Apa yang dilakukan oleh seorang etnografer ini dilakukan secara nyata, dengan berada di tengah-tengah komunitas, menyaksikan sendiri secara langsung dokumen, dan bahkan berbicara secara tatap muka dengan pengguna atau kelompok lainnya. Artinya keberadaan peneliti menjadi syarat utama dalam melakukan metode etnografi, karena peniliti disini dituntut untuk berpartisipasi aktif di tengah masyrakat dalam waktu tertentu sebagai langkah untuk melihat apa yang terjadi, mendengar apa yang diperbincangkan, dan mengoleksi data-data atau realitas yang terjadi. Seorang etnografi tidak bisa mengumpulkan data dan membuat kesimpulan atas apa yang 56 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia) (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014) h.57. 90 dilaporkan pihak lain, ia harus terlibat langsung. Dengan demikian, keberadaan peneliti di tengah objek penelitian dalam hal individu, komunitas, maupun kultur yang ada di ruang siber menjadi syarat penting dalam melakukan penelitian etnografi virtual. Ketika melakukan penelitian etnografi di internet yang harus diperhatikan adalah interaksi peneliti dengan subjek. Karena etnografi keberadaan penliti, subjek penelitian, dan lokasi penelitian itu hadir dalam bentuk yang nyata. Artinya ada tempat yang bisa dikunjungi secara nyata sesuai dengan laporn hasil penelitian. Dan berdasarkan hasil penelitian ini kita juga bisa bertemu secara langsung dengan orang yang menjadi subjek atau informan dalam penelitian guna memberikan beberapa pertanyaan. Untuk melakukan penelitian etnografi di lapangan, maka seorang etnografer berada dalam posisi simestris dengan subjek yang diteliti. Arti dari simetris di sini adalah antara peneliti dan subjek berada dalam pola komunikasi yang sama, memiliki pemahaman yang sama, keduanya saling bertatap muka dan mengenal-memperkenalkan diri, dan data yang dihasilkan juga berdasarkan konteks yang dipahami antara keduanya. Sementara dalam ruang siber, posisi peneliti dan subjek berada dalam posisi asimetris. Peneliti dan subjek ketika berada dalam interaksi menggunakan komputer berada dalam lokasi virtual. Para pengguna di dunia virtual pun pada dasarnya bukanlah mereka yang pernah bertemu secara tatap muka dengan penguna lainnya. Namun nenurut Hine ada persoalan lain yang muncul yaitu mengenai 91 keabsahan. Apakah individu yang dijadikan subjek dalam penelitian etnografi virtual adalah subjek yang nyata dan bukan subjek virtual. Apakah konstruksi identitas yang dilakukan oleh pengguna internet merupakan identitas online yang menggambarkan kehidupan offline mereka. Juga mengenai interaksi yang terjadi melalui internet dengan komputer apakah bisa dikatakan sebagai interaksi yang autentik. Isi email, tanggapan di forum diskusi, dan teks yang terkandung dalam chatroom apakah memang menggambarkan informasi yang sesungguhnya. Misalnya teks :) yang ada dalam YM ini merupakan unggukapan bahagia, senang, sinis, atau malah mengejek? Karena teks dalam internet tidak bisa diartikan sebagai paket dalam interaksi komunikasi yang sama-sama bisa dipahami oleh peneliti dan subjek. Berkaitan dengan keabsahan, Correll yang juga dikutip oleh Hine menegaskan bahwa selain melakukan penelitian secara online, peneliti juga seharusnya bisa bertemu secara langsung dengan subjek penelitiannya, dalam kontek ini bisa menggunakan email, halaman facebook, atau melalui konferensi video melalui skype. Hal ini dilakukan untuk meverfikasi informasi yang diberikan dan memastikannya dengan kehidupan offline subjek. Karena berada dalam hubungan yang asimetris, Hine memformulasikan autentisitas sebagai korespodensi yang terjadi antara peneliti dan identitas yang tampak dalam interaksi di internet serta menampakan baik yang terjadi secara online maupun offline. 92 Hine menjabarkan beberapa prinsip dalam melakukan penlitian etnografi virtual, diantaranya:57 1) “Etnografi virtual mempertanyakan asumsi yang sudah berlaku secara umum tentang internet. Oleh karena itu peneliti hendaknya menginterpretasikan sekaligus reinterpretasi internet sebagai suatu cara sekaligus medium yang digunakan untuk berkomunikasi. 2) Perbedaan dengan kehidupan nyata dan fenomena yang muncul dari interaksi face-to-face, internet merupakan lapangan yang sangat kompleks dan relasi yang terjadi berdasarkan pada konteks apa yang digunakan termasuk terhadap penggunaan teknologi. Sehingga ketika meneliti internet, maka semestinyalah menempatkan internet sebagai suatu kultur dan artefak kultural. 3) Internet mengubah pemahaman tentang „lokasi‟ penelitian. Internet merupakan tempat yang interaktif dan selalu bergerak, sehingga lebih tepat dalam pendekatan etnografi untuk melihat bagaimana tempat virtual di internet itu dibuat dan dibuat kembali. 4) Konsekuensi dari gagasan tentang lokasi tersebut memunculkan pertanyaan yang serius. Sebab dalam etnografi kultur serta komunitas bisa diidentifikasi dalam lapangan atau „lokasi‟ yang nyata. Hine menawarkan solusi bahwa penelitian dilepaspisahkan dari pemahaman umum terhadap „lokasi‟ dan batas-batas, melainkan memfokuskan diri pada arus dan koneksitas antar-user di internet. 5) Etnografi virtual pada dasarnya juga mengangkat persoalan betas-batas, akan tetapi konteks ini untuk melihat kenyataan antara yang „real‟ dengan virtual‟. 6) Etnografi virtual merupakan persinggahan sementara. Kehidupan pengguna di internet ridak terjadi dalam 24 jam yang sesungguhnya, netter atau pengguna internet tidak dapat dipastikan kapan mereka „berada‟ di internet. 7) Dalam etnografi virtual fenomena yang diangkat merupakan kepingan semata, tidak menggambarkan bagaimana sesungguhnya (kehiduoan di) internet itu berlangsung. Bagi Hine, ada kerumitan dalam hal 57 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia) (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014) h.14. 93 menjangkau informan, lokasi, dan bahkan kultur itu sendiri secara seutuhnya. 8) Etnografi hendaknya mereka yang juga menjadi bagian dalam cyberspace. Hubungan antara etnografi dan subjek atau objek penelitian yang menggunakan teknologi merupakan bagian dari etnografi itu sendiri, sebagaimana enografer berinteraksi dengan teknologi itu sendiri. Maka pengalaman pribadi etnografer ketika bersentuhan dengan (teknologi) internet dan menjadi bagian dalam cyberspace harus diabaikan demi menjaga objektivitas dalam melihat fenomena. 9) Etnografer maupun informasi (penelitian) haruslah dirasakan kehadiran antar-keduanya. Etnografi virtual dijelaskan sebagai „ethnopraphy in, of and trough the virtual‟ sehingga interaksi tatap muka atau face-to-face tidaklah diperlukan. Hal ini dikarenakan media siber memungkinkan komunikasi terjadi di antara keduanya, bahkan beberapa perangkat komunikasi di media siber bisa terjadi secara langsung dengan melibatkan tidak hanya teks, tetapi juga suara dan visual. 10) Beberapa terminologi, prinsip, maupun aturan yang selama ini dipahami dalam etnografi, pada dasarnya tidak bisa diterapkan dalam etnografi virtual. Bahkan ketika memabahas kata „virtual‟ pun definisi ini menemukan bentuk dan keluaran yang tidak terduga. Oleh karena itu, ketika meneliti cyberculture maka konteks yang digunakan sebisa mungkin merupakan kondisi yang mendekati „apa yang terjadi‟ di cyberspace, dan bisa digunakan dalam tataran praktis untuk mengeksplorasi relasi yang terjadi melalui media internet yang ditemui oleh etnografer.” 7. Metode Analisis Media Siber Kristen Foot mengatakan diperlukan sebuah pendekatan atau metode baru dalam melihat realitas di media siber khusus untuk mengupas bagaimana budaya siber itu di produksi. Sebuah budaya yang terdapat di media siber tidak bisa dilihat hanya dengan konten semata, namun juga harus melihat bentuk (form) dari media itu sendiri. Bahkan sebuah aksi 94 dari proses komunikasi yang terjadi dalam ruang siber harus dilihat dari apa yang membawa (site) komunikasi itu dan apa yang tampak dari yang disampaikan. Makadari itu dalam menganalisis media siber diperlukan peneliti untuk bisa melihat unit analisis pada level mikro dan juga level makro. Dua unit analisis ini disedehanakan dalam teks dan konteks. Pada level mikro peneliti menguraikan bagaimana perangkat media siber, tautan yang ada, sampai hal-hal yang bisa dilihat di permukaan. Sementara dalam level makro peneliti melihat konteks yang ada dan menyebabkan teks tersebut muncul.58 Makadari itu untuk mempermudah dalam penelitian kali ini, saya menggunakan metode yang di tawarkan oleh Dr. Rulli Nasrullah, M.Si, yaitu sebuah metode analisis di media siber. Dalam metode ini terdapat empat level, yaitu ruang media, dokumen media, objek media, dan pengalaman. Ke empat level ini merupakan hasil pengembangan beberapa metode yang muncul dalam dunia akademisi untuk melihat realitas yang ada dalam ruang siber.59 Ruang media dan dokumen media berada dalam unit mikro atau teks, semestara objek media dan pengalaman media berada dalam unit makro atau konteks. Namun baik level objek maupun level pengalaman tidak sepenuhnya berada di ruang makro, dan bukan berarti pula masingmasing level dipandang sebagai objek penelitian yang mandiri. Setiap level memiliki keterkaian, dan apa yang tampak dalam konteks pada 58 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia,) (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014) h.203. 59 Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), h.204. 95 dasarnya berasal dari teks dan teks itu diolah terlebih dahulu melalui prosedur teknologi di media siber. Makadari itu, jika level teks bisa dianalisis dan dijadikan laporan penelitian tersendiri, namun dalam level konteks objek media dan pengalaman media, harus melibatkan data yang ada di ruang media dan dokumen media juga. Untuk lebih lengkapnya berikut adalah penjelasan serta panduan untuk melakukan teknik analisis media siber baik saat mengumpulkan data maupun saat menganalisisnya. 1. Ruang Media (Media Space) Di dalam ruang media, level ini bisa mengungkapkan bagaimana strukstur media jurnalisme warga, mulai dari bagaimana membuat akun, prosedur memublikasikan konten, maupun aspek grafis dai tampilan media. Agar peniliti bisa mendapatkan data pada level ini, maka peneliti bisa menggunakan teknik etnografi virtual. Dalam penelitiannya, penliti tidak hanya memosisikan diri sebagai pengamat, tetapi juga mengalami langsung di lapangan, misalnya mempunyai akun dan menjadi bagian dari fenoma yang ditelitinya. Dalam level ini peneliti memosisikan dirinya baik sebagai pengamat dan sebagai partisipan. Karena dalam level makro, peneliti fokus mengumpulkan data yang tidak hanya melihat tampilan di media siber, namun juga melihat bagaimana prosedur media itu sendiri. 2. Dokumen Media (Media Archive) Level dokumen media ini dipakai untuk melihat bagaimana isi sebagai sebuah teks dan makna apa yang terkandung dalam teks yang 96 dipublikasikan melalui media siber tersebut. Teks yang dibangun oleh pengguna (encoding) akan menjadi sorotan yang penting pada level ini untuk diterjemahkan (decoding). Karena pada level inilah peneliti media siber akan mengetahui bagaimana representasi dari pengguna itu sendiri. Teks tidak hanya mewakili pendapat ataupun opini pengguna di media siber, tapi teks juga menunjukkan ideologi, latar belakang sosial, pandangan politik, keunikan budaya, hingga merepresentasikan identitas dari khalayak. Maka pada level ini, peneliti akan melihat bagaimana teks yang dipublikasikan melalui media siber itu menjadi pusat perhatian yang terfokus pada teks, baik itu kalimat, foto, maupun perwakilan visual lainnya. 3. Objek Media Pada level ini objek media adalah unit spesifik yang bisa dilihat oleh peneliti sebagai interaksi ataupun aktivitas yang terjadi dalam media siber, baik itu aktivitas dan interaksi pengguna, maupun antar pengguna, baik dalam unit mikro maupun unit makro. Dalam level ini juga data penelitian bisa berasal dari teks yang ada di media siber ataupun konteks yang ada di sekitar teks tersebut. Dalam level ini peneliti diibaratkan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai praktik etnografi komunikasi yang mana peneliti akan memfokuskan pada riset di lapangan, observasi, mengajukan pertanyaan pada subjek, ikut berpartisipasi dalam aktivitas komunitas, dan melalukan pengujian terhadap persepsi institusi warga setempat, hanya saja hal ini dilakukan 97 di media siber. Intinya pada level ini, peneliti melihat bagaimana teks itu ditanggapi atau berinteraksi dengan pengguna lainnya. 4. Pengalaman Pada level pengalaman media ini akan memjembatani antara dunia virtual dan dunia nyata, karna pada level ini akan mengungkapkan bagaimana motif yang melandasi pengguna dalam memanfaatkan dan memublikasikan isi di media jurnalisme warga. Selain pada level ini juga peneliti akan melihat, apakah yang terjadi di dalam jaringan akan memberikan pengaruh dalam dunia nyata. Intinya pada level ini, peneliti akan mencari bagaimana landasan atau motif bagaimana teks itu diproduksi dan memberikan dampak, dan dalam level ini juga peneliti bisa menghubungkan realitas yang di dunia virtual dengan realitas yang ada di ruang nyata. 98 BAB III GAMBARAN UMUM A. Biografi K.H. Abdullah Gymnastiar K.H. Abdullah Gymnastiar yang memiliki nama asli Yan Gymnastiar atau yang lebih sering disapa Aa Gym adalah seorang Da‟i kondang kelahiran Bandung, 29 Januari Tahun 1962. Aa Gym adalah anak pertama dari pasangan H. Engkus Kuswara dan Ny. Hj. Yeti Rohayati. Aa Gym memiliki beberapa saudara kandung, yaitu Abdurrahman Yuri, Agung Gunmartin, dan Fatimah Genstreed. Terlahir dari seorang ayah yang berkecimpung dalam dunia militer menjadikan sosok Aa Gym menjadi disiplin. Walaupun ayah Aa Gym selalu mendidik anaknya dengan disiplin tinggi layaknya seorang tentara, namun ayahnya juga tetap mendidik ke empat anaknya dengan religius.60 Sejak kecil Aa Gym sudah hidup dengan kemandirian, hal ini terlihat ketika Aa Gym mulai berjualan sejak kecil yang pada saat itu sering diajak oleh sang nenek berdagang di pasar kosambi. Terinpirasi dari sang nenek yang walaupun sudah tua namun tetap mau berusaha dan tidak mau berpangku tangan, maka sejak itu Aa Gym hidup mandiri dengan semangat berdagang yang tinggi. Saat menginjak usia remaja, kemampuan Aa Gym dalam berdagang semakin terasah. Hal ini terlihat ketika Beliau duduk di bangku 60 Kaefa Mirzani, Rencanakanlah Masa Depanmu atau Kau Menjadi Rencana Orang Lain, (Jakarta: Buku Pintar, 2013) h.31. 99 SMA, Aa Gym mulai menjalani beberapa bisnis diantaranya membuat kaos, stiker dengan kata-kata mutiara, hingga membuat minyak wangi dengan racikannya sendiri. Selain menjalani bisnis saat di bangku sekolah, Aa Gym juga aktif berorganisasi, bahkan Aa Gym juga sempat menjadi ketua kelas dan menjadi ketua dibeberapa organisasi yang diikutinya.61 Walaupun memiliki semangat kewirausahaan yang tingga, tapi tidak membuat sosok Aa Gym apatis terhadap dunia pendidikan, bahkan Aa Gym menempuh pendidikan terakhirnya hingga di bangku kuliah. Aa Gym menempuh pendidikan pertamanya di SD Sukarasa III Bandung, yang kemudia dilanjutkan ke SMP 12 Bandung. Karena kecerdasan yang dimiliki olehnya, Aa Gym berhasil masuk di sekolah favorif kala itu yakni SMA 5 Bandung. Kemudian Aa gym melanjutkan pendidikannya di PAAP (Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan) Universitas Padjadjaran Bandung dengan mengambil D-1. Setelah lulus, Aa Gym melanjutkan lagi pendidikannya di Akademi Teknik Jendral Ahmad Yani yang saat ini menjadi UNJANI (Universitas Ahmad Yani) dengan mengambil jurusan Teknik Elektro, namun sangat disayangkan pendidikannya ini tidak diselesaikan hingga tamat, karena saat itu Aa Gym lebih sibuk berbisnis dan berorganisasi.62 Untuk mendalami ilmu agama, Aa Gym berguru kepada beberapa ulama yaitu KH. Khoer Affandi seorang Ulama tasawuf dan pemimpin Ponpes Mifakhul Huda Tasikmalaya dan juga KH. Jujun Junaedi di Garut. 61 Kaefa Mirzani, Rencanakanlah Masa Depanmu atau Kau Menjadi Rencana Orang Lain, (Jakarta: Buku Pintar, 2013) h.31-32. 62 Mirzani, Rencanakanlah Masa Depanmu atau Kau Menjadi Rencana Orang Lain, h.32. 100 Aa Gym mempelajari ilmu laduni dari guru-guru dengan memberikan ilmu agama Islam secara privat, sehingga membuat Aa Gym tidak perlu nyantri selama bertahun-tahun Menurut gurunya Aa Gym telah dikaruniai ma‟rifatullah dimana Aa Gym telah diberikan kemudahan oleh Allah untuk memahami Islam dan diberikan kemudahan untuk menyampaikannya, itulah yang menjadikan dakwah Aa Gym mudah didipahai dan digemari oleh masyarakat. Pada Tahun 1988, Aa Gym menikah dengan Teh Ninih dan telah dikaruniai tujuh orang anak, yaitu: Ghaida Tsuraya, Muhammad Ghazi AlGhifari, Ghina Raudhatul Jannah, Ghaitsa Zahira Shofa, Ghefira Nur Fathimah dan Ghaza Muhammad Al-Ghazali. Teh Ninih pun tidak hanya menjadi ibu rumah tangga biasa, namun beliau juga sering memberikan ceramah ataupun kajian muslimah dalam pengajian ibu-ibu. Rumah tangga Aa Gym dengan Teh Ninih sering dijadikan model oleh masyarakat, bahkan tidak sedikit yang beranggapan bahwa rumah tangga Aa Gym dan Teh Ninih selalu romantis dan harmonis. Sebagai orang tua yang telahir dari keluarga Militer, Aa Gym dan Teh Ninih pun mendidik anak-anaknya dengan kedisiplinan yang tinggi. Sudah hidup mandiri sejak kecil dan memiliki hobi berdagang, Aa Gym pada Tahun 1987 mengajak teman-teman seangkatan di kampusnya untuk mendirikan sebuah organisasi yang memiliki latar belakang wirausaha dengan nama KMIW (Keluarga Mahasiswa Islam Wiraswasta). Organisasi tersebut menjelankan beberapa bisnis diantaranya sablon kaos dengan kata-kata mutiara, gantungan kunci, stiker, dan lain sebagainya. 101 Organisasi ini bertempat di lahan orang tua miliki Aa Gym, dan di dalam organisasi tersebut tidak hanya melakukan kegiatan berbisnis saja, namun juga ada kegiatan keagamaan, dengan mendirikan pondok pesantren. Pada Tahun 1990 organisasi yang menempati lahan milik orang tua Aa Gym ini mulai berkembang, karena tempat sudah tidak cukup lagi untuk dipakai oleh para santri di pondok dan tidak cukup untuk dipakai dalam kegiatan bisnisnya. Dan akhirnya organisasi tersebut berpindah tempat dengan mengontrak sebuah kos-kosan dengan jumlah 20 kamar dan dibeli seharga 100 Juta saat itu. Kemudian Pada Tahun 1993 kos-kosan tersebut direnovasi dengan membangun tiga lantai, dimana lantai satu diisi untuk kegiatan bisnis dan untuk lantai dua dan tiga digunakan untuk Masjid dan Pondok Pesantren. Dan dari sinilah awal mula fenomena Da‟arut Tauhiid muncul, karena pada akhirnya organisasi yang Aa Gym dirikan bersama kawan-kawannya itu menjadi sebuah pondok pesantren yang diberi nama Da‟arut Tauhiid yang bertempat di Geger Kalong Girang no.38 Bandung, dan saat sudah memiliki cabang di daerah Jakarta dan Tangerang.63 Melalui bendera Da‟arut Tauhiid, pada Tahun 1999-2000 Aa Gym berhasil menderikan beberapa lembaga sosial dan lembaga bisnis, diantaranya Baitul Mal wat- Tamwil (BMT), Dompet Peduli Ummat (DPU), TK Khas DT, SMP Boarding School DT, Eco Pesantren, MQ Publishing, MQ FM, MQ TV, dll. Setelah nama Da‟arut Tauhiid mulai banyak diperbincangan di masyarakat, Aa Gym juga mulai melebarkan sayap sebagai seorang Da‟i dengan memberikan tausiyah/ceramah di 63 Kaefa Mirzani, Rencanakanlah Masa Depanmu atau Kau Menjadi Rencana Orang Lain, (Jakarta: Buku Pintar, 2013) h.33. 102 Majelis Taklim hingga Televisi. Aa Gym pernah mengisi beberapa acara di Stasiun TV Nasional dan Swasta, beberapa diantaranya adalah acara Hikmah Fajar, Ada Aa Gym yang disiarkan di RCTI, Damai Indonesiaku yang disiarkan di TV One, dll. Tidak jarang Aa Gym pun diundang untuk memberikan ceramah di luar negeri seperti di Malaysia, Singapura, Jepang, hingga Korea. Tidak hanya aktif berdakwah di Masjlis dan TV, Aa Gym juga aktif berdakwah melalui tulisan baik melalui majalah ataupun melalui buku-buku. Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Aa Gym diantaranya adalah berjudul; Aa Gym dan fenomena Da‟arut Tauhiid, Saya tidak Ingin Kaya Tapi Saya Harus Kaya, The Power Of Network Marketing, Demi Masa, Ramadhan bersama MQ, Kepompong Ramadhan, dan masih banyak lagi.64 Semenjak Tahun 2011, Aa Gym mendirikan SMS Tauhiid sebagai media yang secara khusus dibuat untuk mendistribusikan dakwah Aa Gym melalui teknologi. Beberapa media yang berada dalam naungan SMS Tauhiid adalah media SMS Broadcast dengan menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui SMS, dan ada juga akun dmedia sosial dengan menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui Facebook, Twitter, dan Youtube. Secara materi dakwah pun Aa Gym sejak Tahun 2011 lebih banyak berdakwah mengenai ilmu tauhiid, karena Aa Gym mengatakan bahwa tauhiid ini adalah pondasinya, jika tauhiidnya sudah bagus maka baguslah semuanya. Makadari itu baik dalam dakwahnya di Majelis- 64 Wawancara pribadi dengan Kang Ali, Bandung. 17 Februari 2016. 103 majelis ataupun melalui media SMS Tauhiid, Aa Gym saat ini lebih banyak berdakwah mengenai ilmu tauhiid.65 Walaupun Aa Gym saat ini lebih banyak berdakwah melalui teknologi, namun tidak membuat Aa Gym juga meninggalkan dakwah di Majelis-majelis. Hal ini terlihat dari kajian Tauhiid Aa Gym yang diadakan setiap Bulannya dibeberapa Masjid, diantaranya di Masjid Istiqlal, Masjid Blok M, Masjid BI, Majid Da‟arut Tauhiid Bandung dan Jakarta. Dan dari setiap kajiannya yang diadakan di Majelis-majelis selalu mendapatkan respon yang baik yang jamaahnya, hal tersebut terbukti dari banyaknya jamaah yang hadir dalam setiap kajian tauhiidnya. Tidak hanya dakwahnya di Majelis-majelis saja yang penuhi banyak jamaah, namun dakwahnya di media sosial juga direspon positif oleh para jamaahnya. Hal itu terlihat dari jumlah pengikutnya di media sosial yang sudah mencapai ratusan juta orang yang mengikuti akun media sosial Aa Gym. B. Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Halaman Facebook merupakan sebuah halaman digunakan untuk membantu bisnis, merek, dan organisasi berbagi berita dan berhubungan dengan orang lain. Seperti profil, Anda dapat menyesuaikan Halaman dengan menerbitkan berita, menyelenggarakan acara, menambahkan aplikasi, dan lainnya. Orang yang menyukai Halaman Anda dan teman- 65 Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung. 18 Februari 2016. 104 temannya akan mendapatkan berita terbaru pada Kabar Berita.66 Halaman Facebook sering juga disebut sebagai Fanpage yang berguna untuk membentuk halaman atau sebuah komunitas yang berada di media sosial Facebook yang memiliki ketertarikan terhadap sesuatu, misalnya selebriti, tokoh masyarakat, acara TV, Flim, organisasi, sebuah gerakan, hobi, dan lain sebagainya. Sedangkan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar merupakan sebuah halaman yang dibuat untuk membentuk komunitas di Facebook bagi yang memiliki ketertarikan terhadap dakwah Aa Gym. fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini mulai beroperasi pada 7 Mei 2011, fanpage tersebut sangat diminati oleh masyarakat, ini terlihat dari banyaknya pengikut pada halaman tersebut. Sampai saat ini pengikut fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar sudah mencapai 3.703.936 orang yang menyukai halaman tersebut. Selain itu juga para pengikutnya selalu memberikan respon terhadap setiap postingan yang bagikan pada fanpage Facebook Aa Gym, ini terlihat dari banyaknya jumlah like, share, comment dari setiap postingannya.67 fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini cenderung aktif, karena dalam sehari fanpage Facebooknya bisa membagikan 5-7 konten dakwah, dan saat membagikan kontennya pun tidak sekaligus, namun bertahap, ada jeda waktu 2-3 jam dalam setiap konten yang dibagikannya. Konten yang dibagikan di fanpage Facebook 66 https://www.facebook.com/help/127563087384058/ diakses pada 27 Januari 2016, pada pukul 20:00 67 https://web.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ diakses pada 27 Januari 2016, pada pukul 20:30 . 105 Aa Gym berbeda-beda bentuknya, ada yang berupa tulisan artikel, poto, audio, dan video. Untuk isi konten yang dibagikan di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar merupakan pesan-pesan dakwah untuk mengajak pada kebaikan dan menjauhi keburukan. Isi konten dakwahnya ada tentang Asmaul Husna, tentang ilmu Tauhiid, tentang akhlak, tentang fiqih, tentang amalan-amalan harian seperti berdzikir, shalat wajib dan sunah, bersedekah, dan tidak soal dakwah, namun juga terkadang ada beberapa konten yang berisikan tanggapan pribadi Aa Gym terhadap sesuatu yang sedang ramai diperbincangkan oleh publik.68 Selain itu dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar sering mempromosikan lembaga sosial dan lembaga usaha yang dibina oleh Aa Gym, misalnya mempromosikan program Pesantren Da‟arut Tauhiid, mengajak untuk bersedekah dan berzakat di Dompet Peduli Ummat Da‟arut Tauhiid, memprosikan bisnis MQ Travel untuk berumarah, berhaji, ataupun wisata rohani. Dan di fanpage Facebook Aa Gym ada juga konten yang menginformasikan mengenai jadwal ceramah atau kajian Tauhiid Aa Gym di Majelis-majelis maupun di TV. Tidak ketinggalan karya-karya Aa Gym berupa buku, dvd, mp3 ceramahnya pun dipromosikan 68 di fanpage Facebook KH. Abdullah Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung. 18 Februari 2016. Gymnastiar. BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Hasil Temuan Data Untuk menemukan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis di media siber yang ditawarkan oleh Dr. Rulli Nasrullah dalam bukunya yang berjudul Teori dan Riset Media Siber. Metode analisis tersebut terdiri dari empat level, yaitu ruang media, dokumen media, objek media, dan pengalaman. Ruang media dan dokumen media berada dalam unit mikro atau teks, sementara objek media dan pengalaman media berada dalam unit makro atau konteks. Dan berikut adalah data temuan yang berhasil peneliti temukan berdasarkan hasil pengamatan serta interaksi dalam Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dan berdasarkan hasil wawancara bersama Aa Gym beserta admin fanpagenya. Dan peneliti membagi data temuan tersebut ke dalam empat level sesuai yang disebutkan di atas tadi. 1. Ruang Media Di dalam ruang media, level ini bisa mengungkapkan bagaimana strukstur media jurnalisme warga, mulai dari bagaimana membuat akun, prosedur memublikasikan konten, maupun aspek grafis dari tampilan media. Agar peniliti bisa mendapatkan data pada level ini, maka peneliti bisa menggunakan teknik etnografi virtual. Dalam penelitiannya, peniliti tidak hanya memosisikan diri sebagai 58 59 pengamat, tetapi juga mengalami langsung di lapangan, misalnya mempunyai akun dan menjadi bagian dari fenoma yang ditelitinya.69 Fanpage di Facebook banyak digunakan untuk kegiatan bisnis, untuk memublikasikan informasi ataupun berita, baik itu dari organisasi, perusahaan, komunitas, penggemar artis, hingga tokoh masyarakat. Berikut ini adalah pernjelasan lengkap mengenai fanpage dari Facebook yang dikutip dari pusat bantuan situs www.facebook.com “Halaman digunakan untuk membantu bisnis, merek, dan organisasi berbagi berita dan berhubungan dengan orang lain. Seperti profil, Anda dapat menyesuaikan Halaman dengan menerbitkan berita, menyelenggarakan acara, menambahkan aplikasi, dan lainnya. Orang yang menyukai Halaman Anda dan teman-temannya akan mendapatkan berita terbaru pada Kabar Berita. Anda dapat membuat dan mengelola Halaman Facebook dari akun pribadi Anda.”70 Untuk membuat sebuah fanpage, seseorang harus membuat akun Facebook pribadi terlebih dulu. Jika sudah memiliki akun Facebook pribadi, maka untuk satu akun Facebook pribadi bisa membuat dan mengelola beberapa fanpage dan halaman. Dan berikut ini adalah langkah-langkah dalam membuat fanpage yang dikutip dari pusat bantuan di website www.facebook.com. “Untuk membuat Halaman: 1. 69 Buka facebook.com/pages/create Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014) h.28. 70 https://www.facebook.com/help/174987089221178 diakses pada 19 Februari 2016, pada pukul 13:00 WIB. 60 Gambar 4.1 Langkah pertama pembuatan fanpage Facebook Sumber: https://www.facebook.com/pages/create Diakses pada 23 Februari 2016 2. Klik untuk memilih kategori Halaman Gambar 4.2 Langkah kedua pembuatan fanpage Facebook Sumber: https://www.facebook.com/pages/create Diakses pada 23 Februari 2016 3. Pilih kategori yang lebih spesifik dari menu buka-bawah dan isilah informasi yang diperlukan Gambar 4.3 Langkah ketiga pembuatan fanpage Facebook Sumber: https://www.facebook.com/pages/create Diakses pada 23 Februari 2016 61 4. Klik Memulai dan ikuti petunjuk di layar”71 Gambar 4.4 Langkah keempat pembuatan fanpage Facebook Sumber: https://www.facebook.com/pages/getting_started?page_id=1328474257178843 Diakses pada 23 Februari 2016 Berbeda dengan akun Facebook pribadi yang penggunaannya tidak komersial dan digunakan untuk secara individual. Sedangkan dalam fanpage Facebook, pengguna dapat mengikuti profil untuk melihat pembaruan tapi tidak berteman. Fanpage atau halaman ini mirip seperti facebook pribadi namun lebih banyak menawarkan peralatan unik bagi bisnis, merek, dan organisasi. Fanpage dapat dikelola oleh pengurus yang memiliki facebook pribadi. Pengguna dapat menyukai suatu fanpage Facebook untuk bisa informasi terbaru dari fanpage Facebook tersebut. Setiap pengguna yang mendaftar di Facebook mempunyai satu akun dan akun tersebut dapat memiliki satu profil pribadi dan mengelola beberapa fanpage atau halaman.72 71 https://www.facebook.com/help/104002523024878 diakses pada 19 Februari 2016, pada pukul 13:00 WIB. 72 https://www.facebook.com/help/217671661585622 diakses pada 19 Februari 2016, pada pukul 13:00 WIB. 62 Selain digunakan untuk berbisnis dan berbagi informasi, saat ini fanpage Facebook juga banyak digunakan untuk kegiatan berdakwah, mulai dari da’i-da’i, komunitas, hingga organisasi masyarakat. Salah satu da’i kondang yang menggunakan fanpage komunitas sebagai media dakwahnya adalah KH. Abdullah Gymnastiar atau yang lebih sering disapa Aa Gym. “Halaman komunitas merupakan Halaman tentang organisasi, selebriti, atau topik yang tidak secara resmi mewakili. Halaman komunitas memiliki label di bawah namanya yang mengidentifikasinya sebagai Halaman komunitas dan menautkan ke Halaman resmi mengenai topik tersebut. Sebagai contoh, Halaman komunitas tentang Facebook akan mempunyai label Halaman Komunitas tentang Facebook.”73 Gambar 4.5 Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar di facebook Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ Diakses pada 23 Februari 2016 Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar merupakan sebuah halaman komunitas yang digunakan untuk menyebarluaskan dakwah Aa Gym kepada pengguna Facebook. Berbeda dengan akun 73 https://www.facebook.com/help/187301611320854 diakses pada 19 Februari 2016, pada pukul 13:30 WIB. 63 Facebook pribadi yang jika ingin melihat profil dari pengguna lainnya harus menunggu persetujuan pertemanan, fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini bisa diikuti oleh siapapun yang memiliki akun Facebook pribadi tanpa perlu menunggu persetujuan dari admin fanpage untuk melihat dan mengikuti fanpage tersebut. Awal mula kemunculan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah berawal dari ide tim SMS Tauhiid agar Aa Gym memiliki fanpage resmi untuk memublikasikan dakwahnya di Facebook. Fanpage tersebut didirikan pada Bulan Mei Tahun 2011. “Pembuatan Fanpage Aa itu sekitar Bulan Mei Tahun 2011, tepat tanggalnya saya lupa. Ide awalnya adalah dari tim SMS Tauhiid yang ngasih saran ke Aa agar membuat akun resmi fanpage Aa di Facebook, karena jumlah pemakai FB saat itu kan makin banyak juga. Dan kita juga ngeliat dari jumlah akun fanpage Aa yang palsu sangat banyak jumlah pengikutnya, makanya untuk mengantisipasi penyalah gunaan, maka tim DT saat itu menyetujui ide dari santri tersebut, dan ide ini langsung disampaikan pada Aa, dan Aa pun menyetujui idenya.” 74 Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini tidak dikelola oleh Aa Gym sendiri, tetapi ada tim yang mengelolanya yaitu dari tim SMS Tauhiid. Untuk membahas lebih dalam mengenai materi dakwah Aa Gym akan dibahas pada level dokumen media. Dan yang mengoperasikan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar bernama Kang Furqon yang sekarang tergabung dalam tim sms tauhiid 74 untuk mengelola fanpage Facebook Wawancara pribadi Kang Andi, Bandung, Pada 18 Februari 2015. KH. Abdullah 64 Gymnastiar, dan tugasnya adalah untuk memilih konten dakwah, mempostingnya, dan mengatur jadwal terbitnya. “.... Sejak Tahun 2011 kemarin, Aa mendirikan media baru untuk memperluas dakwahnya yaitu SMS Tauhiid yang memberikan layanan dakwah dalam bentuk SMS Broadcast, akun media sosial Aa dan web www.smstauhiid.com. Dari menejemen SMS Tauhiid juga yang mengurus semua akunakun media sosial Aa seperti facebook, twitter, instragram, dan website. Dan salah satunya adalah fanpage Aa di Facebook itu berada dalam naungan menejemen SMS Tauhiid.... Semua materi yang akan diposting kebanyakan dari Aa, tapi untuk bagian pengoprasian fanpagenya semua diurus oleh Kang Furqon yang saat ini tergabung dalam tim sms tauhiid bagian yang megang fanpage Facebook Aa ....” 75 Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terdapat 3.793.327 orang menyukai atau mengikuti fanpagenya. Dan dalam setiap postingan di fanpage tersebut selalu mendapatkan jumlah like, share, dan comment yang banyak dari mad’unya, dan untuk penjelasan mengenai interaksi yang terjadi dalam fanpage tersebut akan dibahas pada bagian level objek media. Gambar 4.6 Jumlah “Like” atau pengikut pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ Diakses pada 23 Februari 2016 Padahal dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini tidak pernah memasang iklan di Facebook untuk memperbanyak jumlah “Like” atau pengikut. Kemungkinan besar banyak orang yang mengetahui dan mengikuti fanpage Facebook Aa 75 Wawancara pribadi Kang Andi, Bandung, Pada 28 Februari 2015. 65 Gym, akibat dari banyaknya mad’u yang membagikan postingan Aa Gym. Selain itu Aa Gym juga sering mempromosikan fanpagenya melalui ceramah di Majelis-majelis, di brosur, buku-buku karya Aa Gym, bahkan melalui akun media sosial Aa Gym yang lainnya. “Dari tim sms tauhiid sendiri belum memasang iklan di facebook untuk memperbanyak jumlah like di fanpage Aa. Tapi alhamdulillah tanpa iklan pun fanpage Aa di Facebook sudah berjumlah 3 juta orang pengikutnya. Kemungkinan sih orang mau ngelike fanpage Aa karena dari materi yang di share ulang oleh para pembaca, dan mungkin itulah yang menyebabkan banyak orang yang mau ngelike fanpage Aa. Kadang Aa juga suka mempromosikan fanpagenya saat berceramah di Majelis-majelis. Atau mungkin bisa juga dari buku-buku karya Aa, dari website, atau dari medsos lainnya seperti twitter, karena disana juga dicantumkan alamat fanpage Facebook Aa. Intinya cara menarik masyarakatnya alamiah aja, ngga pakai iklan.” 76 Untuk prosedur pempublikasian konten dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang pertama adalah, tim sms tauhiid bagian pengelola fanpage Facebook Aa Gym memasukan materi yang akan diposting, selanjutnya admin mengatur kapan postingan tersebut akan tayang, dan kemudian admin langsung mengirimkannya. “Prosedurnya itu yang pertama, tim Facebook memilih materi. Kebanyakan materi dakwah yang di share di fanpage itu dari tulisan Aa langsung,.... barulah dimasukin ke fanpage Aa untuk diposting dengan meunggunakan pengaturan waktu.”77 76 77 Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, Pada 18 Februari 2015. Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, Pada 18 Februari 2015. 66 2. Dokumen Media Level dokumen media ini dipakai untuk melihat bagaimana isi sebagai sebuah teks dan makna apa yang terkandung dalam teks yang dipublikasikan melalui media siber tersebut. Teks yang dibangun oleh pengguna (encoding) akan menjadi sorotan yang penting pada level ini untuk diterjemahkan (decoding). Karena pada level inilah peneliti media siber akan mengetahui bagaimana representasi dari pengguna itu sendiri. Teks tidak hanya mewakili pendapat ataupun opini pengguna di media siber, tapi teks juga menunjukkan ideologi, latar belakang sosial, pandangan politik, keunikan budaya, hingga merepresentasikan identitas dari khalayak. Maka pada level ini, peneliti akan melihat bagaimana teks yang dipublikasikan melalui media siber itu menjadi pusat perhatian yang terfokus pada teks, baik itu kalimat, foto, maupun perwakilan visual lainnya.78 Konten yang terdapat dalam postingan di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terdapat berbagai macam bentuknya, ada yang berbentuk tulisan artikel, tulisan catatan, tulisan yang di dalamnya terdapat link menuju website, pesan-pesan dakwah singkat, gambar, audio, dan video. 78 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014) h.30. 67 Gambar 4.7 Konten foto pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/photos_stream Diakses pada 26 Februari 2016 Gambar 4.8 Konten audio pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/app/6452028673/ Diakses pada 26 Februari 2016 Gambar 4.9 Konten video pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/videos Diakses pada 26 Februari 2016 68 Gambar 4.10 Konten note pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/notes Diakses pada 26 Februari 2016 Untuk konten dakwahnya 80% berasal dari Aa Gym dan 20%nya berasal dari Tim Assatidzh Darrut Tauhiid. Untuk tema besar yang terdapat dalam kontennya adalah tentang ilmu tauhiid, dan tauhiid ini adalah pondasi atau dasarnya. Selain itu juga ada tema lainnya, seperti hikmah, Alquran, Hadits, fiqh yang menjadi pembahasan dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. “Semua materi yang ada dalam Fanpage Aa itu 80% dari Aa Gym langsung dan 20% dari Tim Asatiz Daarut Tauhiiid.... Tema besar dakwah Aa di fanpage itu tentang Tauhiid, namun turunannya ada yang tentang manejemen qalbu, akhlak, dan amalan-amalan serta ibadah sunah. Jadi bagi Aa tauhiid itu pondasi awal dalam dakwah Aa saat ini, tidak hanya di facebook tapi juga di Majelis-majelis pun sama.”79 “Tauhid, Hikmah, Alquran, Hadits, Fiqh”80 79 80 Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, Pada 18 Februari 2015. Wawancara pribadi dengan Kang Furqon, E-mail, Pada 23 Februari 2015. 69 Gambar 4.11 Postingan ilmu tauhiid pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1156826473350924 Diakses pada 20 Februari 2016 Dari banyaknya materi dakwah yang terdapat dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti melihat untuk konten artikel materi dakwah Aa Gym banyak mengcopy-paste dari website www.smstauhiid.com yang juga dalam website tersebut banyak artikel-artikel yang ditulis oleh Ustadz lain, namun untuk konten artikel yang ada di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar semuanya adalah artikel yang ditulis oleh Aa Gym. “Memang materi di fanpage itu banyak ngambil dari website SMS Tauhiid. Karena memang fanpage Aa ini kan masuknya dalam menejemen sms tauhiid, dan kelola oleh sms tauhiid, jadi agar lebih efesien kita ambil materinya dari sana. Di web tersebut Aa banyak nulis artikel, ada juga Ustadz lainnya, tapi untuk materi di fanpage yang diambil artikel Aa Gym. Ya biar sekalian yang banyak juga orang ngebuka 81 websitenya.” 81 Wawancara pribadi dengan Kang Furqon, E-mail, Pada 28 Februari 2015. 70 Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar selain ada konten dakwahnya, peneliti juga melihat adanya konten-konten yang tidak ada hubungannya dengan dakwah, tapi konten tersebut berkaitan dengan kegiatan pribadi Aa Gym, seperti foto Aa Gym saat berkuda, foto keluarga Aa Gym, dan ada juga dalam beberapa artikel dakwah yang diselipkan foto Aa Gym dengan kata-kata sesuai dengan judul pembahasan artikelnya. “Jadi kita pun ingin memposting kegiatan-kegiatan Aa Gym, tidak hanya yang berhubungan dengan dakwah. Seperti fotofoto Aa sedang di Makkah, sedang berkuda atau memanah, atau sedang bersama keluarganya. Namun dari semua yang diposting itu pasti ada manfaat yang bisa dipetik, salah satu contoh foto atau video Aa saat berkuda atau memanah, pesannya adalah agar kita mencintai olahraga sunah yang dilakukan oleh Rasullah.” Gambar 4.12 Postingan kegiatan pribadi Aa Gym pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/videos/1160040020696236/ Diakses pada 1 Maret 2016 71 Tidak jarang dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar juga memberikan informasi terkait jadwal-jadwal ceramah Aa Gym, baik kajian tauhiid di berbagai Majelis-majelis atau di TV. Selain itu dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti melihat ada konten yang bertujuan untuk mempromosikan program-program dari Yayasan Daarut Tauhiid, seperti program pesantren, program sedekah, wakah, zakat, qurban, program MQ Travel Haji dan Umrah. “Kita tidak berharap agar orang mau liat ceramah Aa, tapi ya semoga yang melihat ceramah Aa bisa jadi jalan keluar dari masalah yang lagi dihadapi. Makanya informasikan jadwal ceramah Aa di Pesantren di tempat-tempat lainnya. Khususnya bagi jamaah Aa Gym pastinya akan bermanfaat. Apalagi pemakai facebook kan banyak, jadi bisa banyak orang yang lihat informasinya.... Program Daarut Tauhiid juga bagian dari dakwah, karena Aa adalah pimpinan Yayasan DT jadi kita menginformasikan tentang programprogram Yayasan seperti pesantren, wakaf, dan lain-lain.”82 Gambar 4.13 Informasi Jadwal Ceramah Aa Gym di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/photos/a.352169344816645 .89662.294433317256915/1153164401383798/?type=3 Diakses pada 26 Februari 2016 82 Wawancara pribadi dengan Kang Furqon, E-mail, 28 Februari 2015. 72 Gambar 4.14 Informasi program sedekah Daarut Tauhiid di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/photos/pb.29443331725691 5.2207520000.1456993345./1160110427355862/?type=3&size=960%2C960&fbid =1160110427355862 Diakses pada 26 Februari 2016 3. Objek Media Pada level objek media adalah unit spesifik yang bisa dilihat oleh peneliti sebagai interaksi ataupun aktivitas yang terjadi dalam media siber, baik itu aktivitas dan interaksi pengguna, maupun antar pengguna, baik dalam unit mikro maupun unit makro. Dalam level ini juga data penelitian bisa berasal dari teks yang ada di media siber ataupun konteks yang ada di sekitar teks tersebut. Dalam level ini peneliti diibaratkan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai praktik etnografi komunikasi yang mana peneliti akan memfokuskan pada riset di lapangan, observasi, mengajukan pertanyaan pada subjek, ikut berpartisipasi dalam aktivitas komunitas, dan melalukan pengujian terhadap persepsi institusi warga setempat, hanya saja hal ini dilakukan 73 di media siber. Intinya pada level ini, peneliti melihat bagaimana teks itu ditanggapi atau berinteraksi dengan pengguna lainnya.83 Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terjadi interaksi serta aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung atau pengikutnya. Interaksi serta aktivitas yang dilakukan para mad’u terjadi saat mereka membuka fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar atau saat melihat postingannya di beranda akun facebook dan melihat postingannya, lalu memberikan tanda “Like” seperti yang peneliti lakukan sejak mengikuti fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Gambar 4.15 Postingan yang di “Like” dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1159169273416644 Diakses pada 1 Maret 2016 Selain itu ada juga pengunjung atau pengikut yang memberikan tanggapan dalam kolom komentar yang terdapat di bawah postingan di fanpage. Tanggapannya pun bermacam-macam, ada yang memberikan komentar yang baik, ada yang mengucapkan 83 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014) h.28. 74 terimakasih, ada juga berkomentar dengan berpendapat lain karena tidak setuju dengan isi postingannya, ada juga yang berkomentar dengan “Aamiin”, dan bahkan ada juga yang berkomentar dengan berjualan di kolom komentar. Gambar 4.16 Komentar jualan pada kolom fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/11586550071314045 Diakses pada 26 Februari 2016 Gambar 4.17 Komentar tanggapan di Postingan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1154550071217404 Diakses pada 3 Januari 2016 75 Gambar 4.18 Komentar kata “Aamiin” di kolom komentar fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1158468007121567 Diakses pada 29 Februari 2016 Dan ada juga yang membagikan postingannya dengan mengklik tombol “bagikan/share” yang terdapat di bawah postingan, maka secara otomatis postingan tersebut akan muncul di profil Facebook pribadi mereka dan bisa dilihat oleh teman-teman di Facebooknya. Gambar 4.19 Postingan yang dishare oleh mad’u dari fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/profile.php?id=100011311458310&fref=ts Diakses pada 29 Februari 2016 76 Selain itu juga dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terjadi interaksi dan aktivitas antar para mad’u. Hal ini bisa dilihat dalam kolom komentar yang berada di bawah postingan yang ada di fanpage. Interaksi dan aktivitas yang terjadi dalam kolom komentar antar mad’u adalah dengan saling mengomentari tanggapan yang muncul dalam kolom komentar yang berada di bawah postingan. Untuk melihat hal ini peneliti mengambil studi kasus pada akun bernama Ki Sawung yang memberikan tanggapan negatif di kolom komentar pada salah satu postingan di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, kemudian dikomentari oleh para mad’u fanpage Facebook yang lainnya, dan dari situlah muncul diskusi menarik yang terjadi antar pengunjung dan pengikut, padahal mereka semua yang berdiskusi belum tentu saling mengenal satu sama lain. Gambar 4.20 Diskusi yang terjadi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1159475007124532 Diakses pada 29 Februari 2016 77 Selain itu juga interaksi yang terjadi antar mad’u adalah dengan memberikan jawaban saat ada pertanyaan yang muncul dalam postingan, dan banyak juga yang memberikan tanda “Like” untuk komentar yang muncul dalam postingan di fanpage Facebook. Gambar 4.21 Tanggapan yang di “Like” pada kolom komentar di fanpage KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1158455007123421 Diakses pada 29 Februari 2016 4. Pengalaman Pada level pengalaman media ini akan memjembatani antara dunia virtual dan dunia nyata, karna pada level ini akan mengungkapkan bagaimana motif yang melandasi pengguna dalam memanfaatkan dan memublikasikan isi di media jurnalisme warga. Selain pada level ini juga peneliti akan melihat, apakah yang terjadi di dalam jaringan akan memberikan pengaruh dalam dunia nyata. Intinya pada level ini, peneliti akan mencari bagaimana landasan atau motif bagaimana teks itu diproduksi dan memberikan dampak, dan dalam 78 level ini juga peneliti bisa menghubungkan realitas yang di dunia virtual dengan realitas yang ada di ruang nyata.84 Alasan Aa Gym berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah untuk memperluas jangkauan dakwah Aa Gym, yang dulu sebelum menggunakan Facebook, dakwah Aa Gym hanya bisa dinikmati melalui TV, buku, dan di Majelis-mejelis. Tapi setelah adanya Facebook dan Aa Gym membuat fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar untuk berdakwah, jangkauan dakwah Aa Gym pun menjadi lebih luas, siapapun yang memiliki koneksi internet dan tergabung di facebook, bisa menikmati dakwah Aa Gym di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, kapan pun dan dimana pun. “Tujuan ngebuat fanpage itu ya biar dakwah Aa bisa lebih luas, karena yang main facebook banyak, kalau dipakai dakwah pasti banyak juga yang ngelihatnya. Dan dakwah di facebook kan mudah dan cepat, satu kali klik bisa langsung terkirim dakwahnya. Kalau Aa sih cari media yang mudah dan cepat, kalau ada, ya kita pake”85 Teknologi berasal dari Allah dan seharusnya juga digunakan untuk jadi sebagian jalan dalam mengenal dan mengingat Allah. Dengan adanya teknologi bisa menambah amal kebaikan dan juga bisa menambah amal keburukan, tergantung digunakan untuk apa teknologi tersebut, hal itulah yang dikatakan oleh Aa Gym. Dengan hadirnya kemajuan teknologi seperti internet dan munculnya Facebook, membuat Aa Gym tidak anti terhadap teknologi. Tetapi Aa 84 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta: Prenada Media Grup, 2014) h.33. 85 Wawancara pribadi dengan Kang Andi, Bandung, 18 Februari 2015. 79 Gym malah menggunakan facebook di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar sebagai media untuk berdakwah. “Adanya teknologi kan Allah juga yang menciptakan dan yang paling berhak atas teknologi adalah untuk Allah, untuk memperkenal Allah, memperkenal jalan mendekat ke Allah, dan memperkenalkan konsekuensi kalau memilih hidup di jalan Allah apa kalau memilih melawan Allah apa, nah kita gunakan takdir adanya media, media itu milik Allah.”86 Hasil temuan dalam level dokumen pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti menemukan bahwa Aa Gym saat ini berdakwah dengan tema besar tentang ilmu tauhiid. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman Aa Gym berdakwah selama puluhan Tahun, dan Aa Gym mengatakan bahwa ilmu Tauhiid ini adalah ilmu tentang Allah dan ini penting untuk dikenalkan kepada masyarakat. Karena ilmu tauhiid adalah pondasi dari ilmu-ilmu yang lainnya. Seseorang jika sudah bagus tauhiidnya, maka untuk ibadah dan akhlaknya juga pasti akan bagus. “Karena tauhiid itu merupakan segala-galanya, kalau ingin akhlaknya bagus maka tauhiid harus bagus, kalau shalatnya khusyu pasti tauhiidnya bagus, kalau ingin sabar karena tauhiid, kalau ingin syukur karena tauhiid, dan orang ingin ikhlas juga karena tauhiid, semuanya karena tauhiid. Karena tauhiid adalah pondasi, ilmu yang paling agung, yang paling penting, yang paling utama, paling besar adalah ilmu tentang Allah SWT, mentauhiidkan Allah, baru kesananya akan menjadi indah dan akan diterima.” 87 Banyak pengikut atau pengungjung fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang merasakan manfaat dari dakwah Aa Gym melalui fanpage Facebooknya tersebut. Hal tersebut bisa dilihat dalam 86 87 Wawancara pribadi dengan Aa Gym, Bandung, 18 Februari 2016. Wawancara pribadi dengan Aa Gym, Bandung, 18 Februari 2016. 80 kolom komentar pada setiap postingannya, tidak sedikit orang yang berterimakasih kepada Aa Gym atas dakwahnya melalui fanpage tersebut Gambar 4.22 Ucapan terimakasih dalam postingan di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1158355007121890 Diakses pada 26 Februari 2016 Popularitas Aa Gym juga menjadi salah satu faktor dalam menambah jumlah mad’u dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Walaupun Aa Gym sudah tidak banyak mengisi program keagamaan di TV seperti dulu, namun jamaah Aa Gym dalam dunia nyata juga tidak kalah banyaknya dalam dunia virtual. Menjadi da‟i selama puluhan Tahun membuat nama Aa Gym sudah dikenal banyak orang, hal ini jugalah yang menyebabkan banyaknya orang tertarik untuk mengikuti dan mengunjungi fanpage Facebook Aa Gym. Hal tersebut dikatakan oleh salah satu mad’u fanpage Facebook KH. 81 Abdullah Gymnastiar yang memiliki akun Facebook bernama Anita Siska. “Saya tahu halaman Beliau dari hasil nyari-nyari aja, tapi dulu yang saya like itu yang palsu, setelah dapet info halaman yang asli dari buku Aa, saya baru like halamannya.... Secara pribadi saya memang suka dengan dakwah Aa Gym yang ringan dan ngasih contohnya sesuai dgn dikehidupan seharihari.... Kalau ada Aa Gym di TV saya pasti nonton, karena aku juga dapat infonya dari halaman itu.” 88 Hal tersebut menjadi bukti bahwa salah satu banyaknya jumlah “Like” atau orang yang mengikuti fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah karena popularitas Aa Gym sebagai da‟i selama puluhan Tahun yang sudah memiliki banyak mad’u. Apalagi Aa Gym juga dikenal sebagai seorang Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, hal ini juga semakin menguatkan nama Aa Gym sebagai seorang tokoh masyarakat, dan hal tersebut menjadi salah satu penyebab banyak orang yang mengenalnya dan mengikuti dakwahnya melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. B. Analisis Penelitian Dalam melakukan penelian ini peneliti menggunakan metodelogi etnografi virtual, dimana dalam menelitinya peneliti tidak hanya menjadi sebagai pengamat namun juga ikut serta dalam fenomena yang ditelitinya. Maka dari itu dalam menganalisis hasil temuan dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya memosisikan sebagai pengamat saja, namun juga ikut serta menjadi pengikut fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, dan 88 Wawancara pribadi dengan Anita Sika, Kolom chat di Facebok, 04 Maret 2015. 82 juga ikut dalam beberapa kajian tauhiid Aa Gym di Majelis-majelis. Dan inilah hasil analisis yang peneliti lakukan berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, yaitu mengenai fenomena dakwah yang dilakukan oleh Aa Gym dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar berdasarkan ruang media, dokumen media, objek media, dan pengalaman media. Berikut adalah penjelasannya: 1. Ruang Media Dari hasil data temuan yang peneliti temukan langsung di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dan berdasarkan hasil wawancara, bahwa fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar merupakan sebuah halaman komunitas yang digunakan untuk menyebarluaskan dakwah Aa Gym kepada pengguna facebook. Hal ini sesuai dengan karakteristik media sosial sebagai community. “Media sosial memungkinkan komunitas untuk berkomunikasi secara tepat dan efektif. Komunitas juga dapat berbagi common interest, seperti kesukannya terhadap fotografi, politik, dan TV show.”89 Berarti pengikut dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah orang-orang yang tergabung di facebook yang memiliki kesukaan terhadap dakwah Aa Gym, dan mereka semua terhubung dengan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar untuk mendapatkan informasi atau dakwah dari Aa Gym secara terus menerus melalui beranda dalam akun pribadi mereka. 89 Anthony Mayfield dan Michael A Stelzner, What is Social Media Includes Annual Marketing Report, (Penerbit iCrossing, 2008) h.5. 83 Gambar 4.23 Postingan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar pada beranda akun pribadi Sumber: https://www.facebook.com/ Pada akun peneliti yang diakses pada 26 Februari 2016 Berbeda dengan akun Facebook pribadi yang jika ingin melihat profil dari pengguna lainnya harus menunggu persetujuan pertemanan, fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini bisa diikuti oleh siapapun yang memiliki akun facebook pribadi tanpa perlu menunggu persetujuan dari admin fanpage untuk melihat dan mengikuti fanpage tersebut. Untuk melihat langsung dan untuk bisa terhubung dengan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar bisa mencari langsung di kolom search dengan kata kunci KH. Abdullah Gymnastiar atau bisa langsung membuka link fanpagenya di https://web.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ dan untuk bisa terhubung atau menjadi pegikut fanpagenya agar mendapatkan informasi terbaru ataupun postingan terbaru, maka pengguna cukup mengkik tombol “Like/Suka” yang ada pada sebelah kanan fanpage, 84 maka secara otomatis pengguna tersebut telah menjadi pengikut dari fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Gambar 4.24 Tombol “Like/Suka” pada fanpage KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ Diakses pada 26 Februari 2016 Awal mula kemunculan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah berawal dari ide dari tim SMS Tauhiid agar Aa Gym memiliki fanpage Facebook resmi untuk memublikasikan dakwahnya di Facebook. Selain itu juga karena adanya kekhawatiran tim SMS Tauhiid. Pada Bulan Mei 2011, secara resmi tim SMS Tauhiid membuat sebuah fanpage Facebook resmi dengan nama fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Fanpage Facebook tersebut mulai dipublikasikan kepada masyarat luas melalui ceramah Aa Gym, infomasi di buku-buku Aa Gym, dan dipublikasikan melalui website www.daaruttauhiid.org dan melalui media sosial lainya seperti Twitter Aa Gym dan Daarut Tauhiid. Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini bersifat terbuka, siapapun bisa membuka fanpage Facebook tersebut, dengan catatan sudah terdafatar sebagai anggota Facebook. Untuk terhubung dengan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, maka pengguna 85 harus log in terlebih dulu di Facebook, setelah itu bisa langsung mengetikan kata kunci KH. Abdullah Gymnastiar pada kolom search, atau bisa langsung membuka alamat fanpage Facebooknya di https://web.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/. Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini sebetulnya tidak dikelola oleh Aa Gym sendiri, tetapi ada tim yang mengelolanya. Untuk yang mengelola fanpage Facebooknya adalah Kang Furqon yang kantornya berada di gedung SMS Tauhiid. Pengelola fanpage Facebook Aa Gym ini memiliki tugas untuk memilih materi, mempostingnya, dan mengatur jadwal terbitnya. Namun dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama mengikuti fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti melihat banyak sekali pengikut atau pengunjung fanpage Facebook Aa Gym ini mengira bahwa seolah-olah yang mengelola dan mengoperasikan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah Aa Gym sendiri, padahal yang mengelola dan mengoperasikannya bukanlah Aa Gym, dan materinya pun tidak semua dari Aa Gym, ada juga yang dari tim Asatiz Daarut Tauhiid. 86 Gambar 4.25 Penyebutan nama Aa dalam kolom komentar di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1139976948379113 Diakses pada 29 Februari 2016 Untuk prosedur pempublikasian dakwah Aa Gym di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang pertama adalah, admin pengelola fanpage Facebook Aa Gym mencari materi yang akan diposting dalam website www.smstauhiid.com, karena 80% materi yang ada dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar berasal dari website tersebut, setelah itu admin mengcopy-paste sebagian materi yang ada di website ke fanpage, dengan memberikan link menuju ke website www.smstauhiid.com jika pembaca ingin membaca tulisannya secara lengkap Selanjutnya admin mengatur kapan postingan tersebut akan tayang, dan kemudian admin langsung mengirimkannya. Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini tidak pernah memasang iklan di Facebook untuk memperbanyak jumlah “Like” atau pengikut. Untuk mengajak orang-orang agar bisa 87 terhubung dengan fanpage Facebook ini biasanya dalam setiap ceramah atau kajian di Majelis-majelis, Aa Gym sering mengajak jamaahnya untuk mengikuti akun sosial media miliknya, salah satunya fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Dan dalam setiap karya-karya Aa Gym berupa buku, di dalamnya juga dicantumkan alamat link fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, agar para pembaca yang memiliki Facebook bisa mengikuti dakwah Aa Gym melalui fanpage resminya. Selain itu juga dari masing-masing akun media sosial Aa Gym, tim SMS Ttauhiid juga mencantumkan akun media sosial lainnya pada bagian profil ataupun pada bagian postingan, dengan maksud agar orang-orang bisa mengikuti mendapatkan ilmu dari semua media sosial yang Aa Gym miliki. 2. Dokumen Media Dari hasil data temuan mengenai dokumen media yang peneliti temukan langsung di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dan berdasarkan hasil wawancara, bahwa dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terdapat berbagai macam bentuk kontennya, ada yang berbentuk tulisan artikel, tulisan catatan, foto, audio, dan video. Untuk bahan materi yang berupa artikel di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar 80% berasal dari Aa Gym dan 20%nya berasal dari tim Asatiz Darrut Tauhiid. Untuk tema besar yang terdapat dalam konten dakwahnya adalah tentang ilmu tauhiid, karena 88 tauhiid ini adalah pondasi atau dasarnya, dan selain itu ada juga materi yang dibahas seperti mengenai hikmah, Alquran, hadits, dan fiqh. Aa Gym saat ini memang lebih banyak berdakwah mengenai ilmu tauhiid, hal tersebut terjadi berdasarkan pengalaman Aa Gym selama berdakwah sejak 1999 dan berkat ilmu hikmah yang Beliau dapatkan ketika sedang mendapatkan berbagai masalah dalam hidupnya. Dan untuk bahan materi dakwah yang berupa artikel dalam fanpage Facebook Aa Gym itu sebelumnya sudah dipublikasikan di website www.smstauhiid.com, dan admin yang mengelola fanpage Facebook Aa Gym itu bertugas memilih artikel untuk dipublikasikan melalui website sms tauhiid. Gambar 4.26 Konten berupa tulisan artikel pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang di copy paste melalui www.smstauhiid.com Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1164430030257235 Diakses pada 1 Maret 2016 89 Dan dari artikel yang ada di website www.smstauhiid.com tidak semuanya di copy paste dalam postingan di www.smstauhiid.com, tetapi hanya sebagian saja, namun dalam postingan tersebut juga disampai untuk membaca artikel lebih lengkap untuk mengklik link menuju website www.smstauhiid.com. Gambar 4.26 Konten artikel lengkap dalam website www.smstauhiid.com yang di copy paste ke dalam fanpage KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: http://www.smstauhiid.com/aagym-berani-mengakui-kebaikan-oranglain/ Diakses pada 1 Maret 2016 Namun dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar tidak semua konten yang ada di dalam postingan termasuk konten dakwah. Ada konten yang bisa dikatakan sebagai konten narsis milik Aa Gym, karena dalam konten tersebut berisi foto kegiatan pribadi Aa Gym, seperti foto saat Aa Gym bersama keluarga dan temantemannya, foto saat sedang ceramah, hingga saat foto atau video saat Aa Gym sedang memanah dan berkuda. Selain itu dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ada juga konten yang bertujuan 90 untuk bepromosi, yaitu mempromosikan program dari Yayasan Daarut Tauhiid, mulai dari sedekah, wakaf, hingga Haji dan Umrah. 3. Objek Media Berdasarkan hasil data temuan mengenai objek media yang peneliti temukan di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dan berdasarkan hasil wawancara, bahwa dalam fanpage tersebut terjadi sebuah komunikasi. Proses komunikasi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terjadi ketika admin fanpage Facebook (selaku komunikator) memposting sesuatu (pesan) baik berupa tulisan, gambar, catatan, audio, maupun video, dan postingan tersebut dilihat dan dibaca oleh pengikut atau pengunjung (komunikator). Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar juga terjadi interaksi antara pengirim pesan dan penerima pesan, karena model komunikasi yang terjadi dalam fanpage ini bersifat dua arah, dimana pengikut atau pengunjung fanpage bisa langsung memberikan respon terhadap postingan yang ada. Dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terjadi interaksi serta aktivitas yang dilakukan oleh para mad’unya. Interaksi serta aktivitas yang dilakukan para mad’u saat membuka fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar atau saat melihat postingan di beranda akun Facebook dengan membaca postingannya, memberikan tanda “Like”, memberikan tanggapan dalam kolom komentar yang 91 terdapat di bawah postingan, atau membagikan postingannya sehingga bisa muncul di profil Facebooknya dan bisa dilihat oleh teman-teman di akun Facebook pribadinya. Padahal tanda “Like” dalam setiap postingan di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar memiliki makna yang luas, sesuai dengan apa yang peneliti jabarkan pada Bab.2 bahwa ketika pengguna Facebook mengklik tombol “Like” pada kolom komentar dalam suatu postingan, maka makna yang muncul bisa jadi menyukai, menyetujui, turut merasakan, ungkapan simpati, atau hanya sekedar peninggalan jejak saja. Untuk mengkonfirmasi hal tersebut, maka peneliti mencoba mewawancarai akun bernama Anita Siska sebagai salah satu akun pengikut dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Dan Anita Siska mengatakan ketika ia memberikan tombol “Like” dalam postingan di fanpage Facebook Aa Gym, makna yang muncul dalam benaknya adalah karena menyukai dan menyetujui postingan tersebut. “Ya kadang suka ngasih like di artikelnya Aa Gym di fanpage itu... meybe bisa karna suka atau setuju sama isi artikelnya, jadi ya tergantung isi artikelnya sih.”90 Selain itu juga dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar terjadi interaksi dan aktivitas antar para pengunjung dan pengikut. Hal ini bisa dilihat dalam kolom komentar yang berada di bawah postingan yang ada di fanpage Facebook. Interaksi dan aktivitas yang terjadi dalam kolom komentar antar mad’u adalah 90 Wawancara pribadi dengan Anita Siska, Kolom chat di Facebook, 04 Maret 2016. 92 dengan saling mengomentari atas tanggapan yang muncul dalam postingan, juga saling menjawab saat ada pertanyaan yang muncul dalam postingan, dan banyak juga yang memberikan tanda “Like” untuk tanggapan, komentar, atau pertanyaan yang muncul dalam postingan di fanpage Facebook nya. Dalam setiap komentar yang muncul dengan berbagai tanggapan, peneliti tidak bisa memaknai atau mengambil kesimpulan dari setiap komentar yang muncul dalam setiap postingan. Apa sebetulnya makna yang terkandung dalam teks yang muncul pada setiap kolom komentar. Memang dalam penelitian ini tidak secara khusus membedah mengenai makna yang terkandung dalam kolom komentar di postingan pada fanpage KH. Abdullah Gymnastiar. Namun untuk mengkonfirmasi hal tersebut, maka peniliti mencoba mewawancarai akun bernama Ki Sawung sebagai salah pengikut di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang sering memberikan komentar dengan bernada sinis dalam postingan Aa Gym. Dan akun bernama Ki Sawung mengatakan bahwa dirinya memang merasa tidak sepaham dengan konsep tauhiid yang diajarkan oleh Aa Gym dalam fanpage Facebooknya, makadari itu dia sering memberikan kritik sebagai sebuah pengetahuan agamanya yang dia ketahui, dengan maksud agar Aa Gym mau membaca komentarnya, namun sayang dari setiap komentarnya tidak pernah ditanggapi oleh Aa Gym atau adminnya. “yg pertama adlh pengakuan dirinya sbg ajaran pengikut ulama tasawwuf dan pengakuan ilmu laduni akan tetapi di 93 dalam perjalanan itu sangat berbeda dg tasowwuf yg haq atau tasawwuf nya para ulama pendahulu..di samping jg darus sunah darut tauhidnya jg "di sini yg saya bahas adlh panah kuda dan renang termasuk soal zuhudnya..kenapa ada vidio santri wanita di darut tauhid yg disuruh renang di rawa rawa..mandi di air terjun merekrut santrinya untuk di sebar luaskan dipenjuru propinsi untuk blusukan dg alasan ladang amal kebaikan'.... jd bagi yg komplen atau yg selalu setia dg aagym..ya silahkan..bagi saya kritikkan itu hanya sebatas pengetahuan saja..demikiaaan.... nda perlu broo..bukan persoalan bg saya ditanggapi atau tidaknya'paling tidak dibaca oleh aagym....itu sudah masuk bagi saya” 91 Gambar 4.27 Tanggapan dari akun bernama Ki Sawung dalam postingan di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1139976919369213 Diakses pada 29 Februari 2016 Dalam beberapa komentar yang muncul berupa pertanyaan pada kolom komentar yang dalam setiap postingan di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, Aa Gym atau admin tidak pernah memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh mad’u. Disini peneliti mengambil studi kasus pada akun yang bernama Cameria yang bertanya di kolom komentar pada salah satu postingan, namun tidak ada jawaban dari Aa Gym atau admin. Justru yang menjawab pertanyaan akun Cameria adalah dari mad’u fanpage Facebook lainnya. 91 Wawancara pribadi dengan Ki Sawung, Kolom chat di Facebook, 04 Maret 2016. 94 Gambar 4.28 Salah satu pertanyaan yang tidak dijawab oleh Aa Gym/Admin pada kolom komentar di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1139976919369213 Diakses pada 29 Februari 2016 4. Pengalaman Berdasarkan hasil data temuan mengenai pengalaman media yang peneliti temukan berdasarkan hasil wawancara langsung bersama Aa Gym dan admin fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, bahwa memang Aa Gym memiliki motif untuk berdakwah melalui fanpage di facebook, namun sebelumnya ada motif lain yang melandasi hadirnya fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Alasan Aa Gym berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah untuk memperluas jangkauan dakwah Aa Gym, yang dulu sebelum menggunakan Facebook, dakwah Aa Gym hanya bisa dinikmati melalui TV, buku, dan di Majelis-mejelis. Namun setelah adanya Facebook dan banyak masyarakat yang 95 menggunakannya, Aa Gym bersama tim SMS tauhiid membuat fanpage Facebook resmi Aa Gym dengan nama fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Fanpage tersebut 100% digunakan untuk berdakwah, karena dengan berdakwah melalui fanpage Facebook jangkauan dakwah Aa Gym pun menjadi lebih luas, siapapun yang memiliki koneksi internet dan tergabung di Facebook, bisa menikmati dakwah Aa Gym di fanpage Facebook tersebut, kapan pun dan dimana pun. Bahkan dalam sampul cover fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar pun menggunakan gambar yang bertulisan “Teknologi adalah karunia dan ujian dari Alloh, bisa memudahkan kita untuk memperbanyak kebaikan atau memperbanyak dosa”. Aa Gym atau admin fanpage Facebook secara tidak langsung ingin menyampaikan bahwa teknologi harus digunakan untuk kebaikan, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi untuk berdakwah. Gambar 4.29 Tulisan dalam foto cover fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/ Diakses pada 29 Februari 2016 Seperti yang dikatakan oleh Aa Gym bahwa Teknologi berasal dari Allah dan seharusnya juga digunakan untuk jadi sebagian jalan dalam mengenal dan mengingat Allah. Dengan adanya teknologi 96 bisa menambah amal kebaikan dan juga bisa menambah amal keburukan, tergantung digunakan untuk apa teknologi tersebut. Dengan hadirnya kemajuan teknologi seperti internet dan munculnya facebook, membuat Aa Gym tidak anti terhadap teknologi, tetapi Aa Gym justru menggunakan Facebook sebagai media untuk berdakwah. Dalam setiap dakwah Aa Gym di Majelis-majelis banyak membahas tentang tauhiid, dan memang Aa Gym sendiri mengakui bahwa saat ini dakwahnya lebih banyak membahas mengenai tauhiid, untuk memperkenalkan Allah dan agar masyarakat lebih yakin pada Allah. Begitu juga saat berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, admin fanpagenya sering memposting konten dakwah mengenai tauhiid, walaupun ada juga konten yang mengenai akhlak, ibadah, atau pun menejemen qalbu, tapi konten mengenai tauhiid ini adalah tema besarnya. Karena menurut Aa Gym, ilmu tauhiid merupakan pondasinya. Seseorang jika sudah tauhiidnya, maka ibadah dan akhlaknya juga akan bagus. bagus 97 Gambar 4.30 Salah satu materi dakwah tentang tauhiid yang menjelaskan salah satu nama Allah yaitu Al A’la pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1134867313213507 Diakses pada 29 Februari 2016 Berarti pada level dokumen dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang banyak membagikan konten dakwah tentang tauhiid juga terjadi dalam kehidupan nyata atau dalam kajiankajian ceramah Aa Gym di Majelis-majelis amupun pesantren. Pengalaman Aa Gym sebagai seorang Da’i sejak 1999 juga mempengaruhi konten dakwahnya saat ini. Jika dulu Aa Gym lebih banyak berdakwah menganai akhlak dan menejemen qalbu, namun saat ini Aa Gym lebih banyak berdakwah mengenai Tauhiid, karena menurut Aa Gym bahwa ilmu tauhiid adalah pondasi dari segalagalanya. Dan konten dakwah mengenai tauhiid juga tidak hanya Aa Gym hadirkan dalam ceramah-ceramahnya di dunia nyata, tapi juga konten dakwah tentang tauhiid juga dihadirkan Aa Gym dalam dunia 98 virtual, yaitu dakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Dan ternyata dari hasil temuan pada level ruang media, fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar tidak dikelola oleh Aa Gym. Hanya saja konten dakwah 80% memang dari Aa Gym, namun ternyata 20% konten yang ada di fanpage Aa Gym juga diisi oleh tim Asatiz Daarut Tauhiid, dan fanpage Facebook tersebut dikelola oleh tim SMS Tauhiid. Tidak banyak orang yang tahu tentang hal ini, dan hal tersebut bisa dilihat dalam kolom komentar pada postingan di fanpage Facebook tersebut, bahwa tidak sedikit orang menyebutkan nama Aa Gym dalam kolom komentar tersebut, misalnya “terimakasih Aa atas ilmunya”, atau komentar-komentar yang mengawali menyebut nama Aa Gym. Dan Aa Gym mengatakan karena tidak memiliki waktu untuk mengoperasikannya, makadari itu fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dikelola oleh orang yang lebih paham, agar lebih profesional. “Jadi ada tim juga, ada yang dipegang oleh Aa langsung, ada tim supaya lebih paham, kan ahli teknologi lebih mengerti, kapan waktunya dikirim, kapan waktunya dibaca oleh orang, karena saya tidak banyak waktu untuk mengoperasikan semua itu, maka kita gunakan ahlinya.”92 92 Wawancara pribadi dengan Aa Gym, Bandung, Pada 18 Februari 2016. 99 Gambar 4.31 Komentar yang menyebut nama Aa Gym pada kolom komentar di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar Sumber: https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar/posts/1139975819259113 Diakses pada 29 Februari 2016 Dengan adanya pengalaman berdakwah sejak Tahun 1999 sampai sekarang, membuat Aa Gym memiliki jumlah mad’u yang tidak sedikit. Dan hal itulah yang memudahkan Aa Gym saat berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Peniliti menyimpulkan bahwa pada level pengalaman Aa Gym sebagai seorang da‟i kodang di dunia nyata inilah yang membuatnya mendapatkan mad’u hingga tiga juta orang di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, padahal menurut adminnya mad’u tersebut tidak pernah memasang iklan di Facebook guna memperbanyak jumlah pengikutnya, semua penambahan pengikut atau jumlah “Like” pada fanpage Facebook tersebut terjadi secara alamiah, karena Aa Gym hanya mengajak mad‟unya untuk memgikuti fanpage Facebooknya melalui kegiatan ceramah di Majelis atau melalui bukubukunya. 100 Selain peneliti mengamati dan ikut berinteraksi langsung dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti juga mengikuti kajian tauhiid saat di Majid Istiqlal pada tanggal 14 Februari 2016, dan kajian tauhiid saat di Majid Daarut Tauhiid Bandung pada tanggal 17 Februari 2016. Dari dua kajian tauhiid di tempat yang berbeda, peneliti melihat susananya begitu ramai dan banyak sekali jamaah yang ikut dalam kajian tersebut hingga membuat keadaan lingkungan Masjid menjadi ramai. Dari hasil temuan dan analisis di atas menjadi bukti bahwa banyaknya pengikut dan banyaknya jumlah interaksi saat Aa Gym berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, tidak semata-mata terjadi dalam dunia virtual, tapi juga hal itu terjadi dalam dunia nyata. Gambar 4.32 Kajian tauhiid Bulanan bersama Aa Gym di Masjid Istiqlal Sumber: Poto ini diambil oleh peneliti di Masjid Istiqlal, pada 14 Februari 2016 101 C. Interpretasi KH. Abdullah Gymnastiar atau yang sering disapa Aa Gym adalah seorang da‟i yang akrab dengan teknologi. Hal itu terlihat sejak Tahun 2011 Aa Gym telah mendirikan SMS Tauhiid yang dibuat khusus untuk memperluas jangkaun dakwahnya dengan mendistrbusikan pesan-pesan dakwah melalui SMS broadcast. Dengan jargonnya “dakwah berbasis teknologi” SMS Tauhiid telah menjadi media baru yang digunakan oleh Aa Gym untuk mendistribusikan dakwahnya kepada masyarakat luas. Selain media SMS broadcast yang berada dalam naungan SMS Tauhiid, ada juga media sosial Aa Gym, dan salah satunya adalah fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang digunakan oleh Aa Gym sebagai media baru dalam menyebarkan pesan-pesan dakwahnya. Media sosial seperti Facebook yang digunakan oleh Aa Gym untuk berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah sebuah produk dari perpaduan antara agama dan teknologi yang sekaligus merepresentasi pola baru beragama dalam masyarakat modern dengan budaya teknologi. Dalam hal ini, peneliti melihat fenomena dakwah yang dilakukan oleh Aa Gym dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar sebagai sebuah fenomena teknoreligion yang menghadirkan kemudahan bagi masyarakat modern dalam mengakses pesan-pesan agama Islam melalui teknologi internet di media sosial Facebook. Dalam level ruang media, fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah sebuah halaman komunitas yang di dalamnya berkumpul orang-orang yang tergabung di Facebook yang memiliki minat 102 terhadap dakwah Aa Gym, dan mereka semua terhubung dengan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar untuk mendapatkan informasi atau dakwah dari Aa Gym secara terus menerus melalui beranda dalam akun pribadi mereka. Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ini sesuai dengan salah satu karakter dari media sosial sebagai community. Dalam hal ini fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dijadikan sebagai sebuah komunitas di media sosial untuk menjaring pengguna Facebook yang memiliki minat terhadap dakwah Aa Gym untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi. Hal tersebut sesuai dengan salah satu jenis dari media sosial yaitu situs jejaring sosial yang memungkinkan penggunanya untuk saling berhubungan dengan pengguna lainnya. Para mad‟u Aa Gym di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar telah membentuk sebuah jaringan, dimana para mad’u saling terhubung satu sama lain melalui fanpage tersebut. Karakter dari media sosial adalah untuk membentuk jaringan di antara penggunanya. Walaupun pada kenyataannya antar mad’u itu saling kenal ataupun tidak kenal di dunia nyata, akan tetapi munculnya fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar telah membentuk medium para mad’u untuk saling terhubungan melalui teknologi. Namun sebelum mad’u bisa terhubung dengan fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, ada beberapa langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu. Karena dalam media sosial memiliki karakter yang dinamakan simulasi sosial, sebagai sebuah proses yang harus di tempuh oleh mad’u untuk bisa menjadi terhubung dengan fanpage Facebook KH. 103 Abdullah Gymnastiar. Pertama, mad’u diharus harus log in dalam akun Facebook pribadinya. Kedua, mad’u bisa langsung mencari fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar dengan mencarinya pada kolom search. Ketiga, bagi mad’u yang ingin mendapatkan informasi update dari fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, maka mad‟u tersebut harus menekan tombol “Like”/suka untuk menjadi pengikut dalam fanpage tersebut. Dalam level dokumen media, fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar selalu membagikan informasi berupa tulisan, foto, audio, ataupun video, dan dari semua informasi tersebut telah menjadi sebuah arsip yang ada dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, dan arsip tersebut bisa dibuka kapan saja oleh mad’u. Informasi dan arsip menjadi bagian penting dalam karakter media sosial. Informasi dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar diproduksi oleh Aa Gym dan tim SMS Tauhiid dan dibagikan melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar agar bisa dilihat oleh mad’unya. Dan dari informasi yang dibagikan di fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar akan menjadi sebuah arsip dalam fanpage tersebut, dan arsip itu akan tersimpan, selagi admin dari fanpage atau admin dari Facebook tidak menghapusnya, maka arsip tersebut masih bisa diakses kembali oleh para mad‟u. Dalam level objek media pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, terdapat beberapa karakter dari media sosial yang muncul yaitu participation, conversetion, dan penyebaran. Hal inilah yang membedakan berdakwah melalui media tradisonal dengan media internet. 104 Disaat Aa Gym berdakwah melalui media tradisonal, komunikasi yang terjadi hanya bersifat satu arah, dimana mad’u hanya bisa menerima pesan dakwahnya saja. Berbeda ketika Aa Gym berdakwah melalui media internet khususnya di media sosial dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, komunikasi yang terjadi bersifat dua arah, dan bisa terjadi sebuah interaksi disana, dimana mad’u bisa merespon konten dakwah dalam kolom komentar pada postingan di fanpagenya. Ini bukti bahwa dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar telah terjadi participation yang menjadi salah satu karakteristik dari media sosial, dimana mad‟u berpartisipasi dalam dakwah Aa Gym di fanpage dengan memberikan kontribusi berupa feeback. Bahkan mad‟u Aa Gym di fanpage KH. Abdullah Gymnastiar, tidak hanya bisa merespon konten dakwah Aa Gym, namun juga bisa saling berinteraksi dengan mad’u lainnya yang terhubungan dalam fanpage Aa Gym. Hal ini juga membenarkan bahwa ketika Aa Gym berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, disana juga terjadi conversetion yang juga merupakan kerakteristik dari media sosial, dimana mad’u bisa saling bertukar pikiran melalui media internet, walaupun mad’u tersebut berada dalam tempat dan waktu yang berbeda. Selain itu juga ketika Aa Gym berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, disana bisa terjadi penyebaran yang dilakukan oleh mad‟unya. Dan salah satu karakteristik dari media sosial yaitu adanya penyebaran, dimana mad’u dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar aktif menyebarkan konten dakwahnya dengan sukarela. 105 Dengan adanya penyebaran konten dakwah tersebut akan semakin memperluas jangkauan dakwah Aa Gym baik di Facebook maupun di media internet lainnya. Sesuai yang telah dijabarkan oleh peneliti di atas tadi, bahwa mad’u atau khalayak dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar itu bisa berinteraksi, baik dengan cara memberikan respon terhadap konten dakwah dalam postingan, maupun berdiskusi dengan mad’u khalayak lainnya. Hal ini sejalan dengan ciri khalayak dalam media sosial yaitu, khalayak bersifat aktif, khalayak sebagai konsumen, dan khalayak sebagai produsen. Jelas hal khalayak tersebut juga sama dengan mad’u fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Dimana mad’u bersifat aktif dengan tidak hanya menerima pesan, namun juga bisa merespon konten dakwah dalam postingan dengan cara berinteraksi dalam setiap postingan di fanpage. Selain itu juga mad’u sebagai produsen, dimana khalayak juga bisa membuat konten, baik berupa tanggapan atau komentar terhadap dakwah Aa Gym yang ada dalam postingan di fanpage. Dan yang terakhir yaitu mad’u sebagai konsumen, dimana mereka tidak hanya mengkonsumsi konten dari dakwah Aa Gym yang ada dalam fanpage, tapi mereka juga mengkonsumsi konten yang diproduksi oleh mad‟u lainnya. Dalam level pengalaman media pada fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, Aa Gym telah membuktikan bahwa Beliau bukanlah da’i yang anti terhadap teknologi, justru Aa Gym memanfaatkan kehadiran teknologi salah satunya media sosial Facebook sebagai media dakwahnya. Hal tersebut sejalan dengan konsep pemanfaatan internet 106 untuk dakwah yang menunjukan bahwa bahwa seorang Muslim juga bisa menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi. Dan alasan Aa Gym berdakwah melalui media sosial Facebook adalah untuk memperluas jangkauan dakwahnya. Hal ini sejalan dengan konsep dakwah di internet, bahwa dakwah melalui internet adalah suatu inovasi terbaru dalam syiar Islam, dan tentunya hal tersebut akan mempermudah para da’i untuk menyebarkan nilai-nilai Islam secara lebih luas. Dakwah di era internet pastinya memiliki kelebihan dan kekurangannya, hal ini juga yang di alami oleh Aa Gym saat berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Kelebihannya adalah dakwah Aa Gym tidak terbatas oleh ruang dan waktu, dari segi konten dakwah lebih variatif karena bisa berupa tulisan, foto, audio, bahkan video, dan lebih hemat biaya dan energi, karena cara pengoperasian fanpage Facebook sangatlah mudah dan hanya membutuhkan jaringan internet. Sedangkan kekurangannya adalah tidak semua kalangan masyarakat bisa mengakses internet dan cukup sulit mengetahui apakah terjadi perubahan di bidang perilaku pada mad’u setelah menerima pesan-pesan dakwah dalam fanpage Facebooknya. 107 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar menggunakan fanpage komunitas mengenai tokoh masyarakat, dan tokoh masyrakat yang diangkat dalam fanpage ini adalah Aa Gym itu sendiri. Fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar KH. Abdullah Gymnastiar adalah sebuah halaman komunitas untuk menjaring penikmat dakwah Aa Gym. Siapapun bisa terhubung dengan fanpage tersebut asalkan sudah memiliki akun Facebook pribadi. Dokumen media yang terdapat dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar ada berbagai macam bentuk, mulai dari artikel, foto, catatan, audio, hingga video. Isi konten yang terdapat dalam fanpage tersebut ada berbagai macam pembahasan seperti tentang akhlak, menejemen qalbu, dan ibadah. Namun dari sekian banyaknya pembahasan tersebut ada dalam tema besarnya yang membahas mengenai tauhiid. Dari sekalian banyaknya konten yang terdapat dalam fanpage Facebook tersebut, untuk konten artikelnya mengambil dalam website www.smstauhiid.com. Dalam objek media yang terdapat dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti menemukan adanya aktivitas serta interaksi yang dilakukan oleh mad’u fanpage Facebook tersebut. Aktivitas yang dilakukan mad’u fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah 108 memberikan tombol “Like” dalam postingan, memberikan tanggapan dalam kolom komentar, bahkan membagikan konten yang terdapat dalam fanpage tersebut. Dalam pengalaman media yang terdapat dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar, peneliti menyimpulkan bahwa banyaknya jumlah pengikut fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar yang sudah mencapai 3.793.327 orang itu dipengaruhi oleh popularitas Aa Gym sebagai seorang da‟i yang sudah lama berdakwah sejak Tahun 1999. Karena dalam fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar tidak pernah memasang iklan guna memperbanyak jumlah “Like” atau mad’u. Alasan Aa Gym berdakwah melalui fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar adalah untuk memudahkan Aa Gym dalam mendistribusikan dakwahnya, dan hal ini juga tidak hanya mempermudah Aa Gym, tapi juga mempermudah bagi mad’u Aa Gym yang memiliki akun Facebook pribadi untuk mengakses pesan-pesan dakwah melalui media sosial Facebook. B. Saran 1. Kepada para mahasiswa khususnya mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam agar bisa mempelajari media sosial khususnya Facebook untuk dijadikan sebagai media dakwah. Karena ini adalah tangung jawab mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam untuk bisa menyebarkan nilai-nilai Islam dengan memanfaatkan kehadiran teknologi. 2. Kepada para da‟i yang sudah berdakwah melalui media sosial khususnya melalui fanpage di Facebook, untuk membuat menejemen 109 dalam pengelolaan akun fanpagenya. Agar dakwah di fanpagenya lebih terorganisir dan berkelanjutan. Jika sudah ada pengelolanya maka dakwah di fanpage Facebook akan lebih aktif, dalam pengelolaan akun fanpagenya harus ada bagian pengelola media untuk yang memposting konten dakwah dan membalas semua tanggapan atau pertanyaan yang masuk, ada juga bagian pengelola untuk membuat kontennya dengan menyediakan konten berupa artikel, foto, audio, hingga video. 3. Kepada para da‟i yang belum berdakwah melalui media sosial khususnya melalui fanpage di Facebook, agar segera membuat akun fanpage di Facebook, guna memperluas jangkauan dakwahnya. Apalagi saat ini pengguna Facebook dari Tahun ke Tahun mengalami peningkatan, makadari itu Facebook bisa menjadi tempat yang potensial untuk berdakwah, dan fanpage bisa menjadi salah satu media yang dipakai untuk menyebarkan konten dakwah di Facebook. DAFTAR PUSTAKA 1. Buku Ardianto, Komunikasi 2.0 : teoritisasi dan implikasi. (Yogyakarta :Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi, 2011). Ahmad, Fadil Ibnu, Dakwah Online: Asyiknya Meraup Pahala di Dunia Maya. (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012). Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006). Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013). Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, Edisi Revisi 2014). Iskandar, Panduan Lengkap Internet, (Jakarta: Andi Publisher, 2009). Mayfield, Anthony dan Stelzner Michael A, What is Social Media Includes Annual Marketing Report, (T. Tp: Penerbit iCrossing, 2008). Muhtadi, Asep Saeful, Komunikasi Dakwah: Teori, Pendekatan, Dan Aplikasi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012). Mulkhan, Abdul Munir, Ideologisasi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: SIPRESS, 1996). M. Kaplan, Michael Haenlein, Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media, 112 (Business Horizons, 2010). 113 Nasrullah, Rulli, Komunikasi Antar Budaya: Di Era Budaya Siber. (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012). -------, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015). -------, Teori dan Riset Media SIber (Cybermedia), (Jakarta: Kencana, 2014). Nurhadi Zikri Fachrul, Teori-Teori Komunikasi; Teori Komunikasi dalam Perspektif Penelitian Kualitatif, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2015). Saputra, Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011). Wahid, Fathul, E-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, (Yogyakarta: Gava Media, 2004). Zarella, Dan, The Social Media Marketing Book, (Canada: O‟Reilly Media, 2010). 2. Jurnal Ahmad Zaini, Dakwah Melalui Internet, (AT-TABSYIR Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, Volume 1, Nomor 1, Januari-Juni 2013). Errika Dwi Setya Watie, Komunikasi dan Media Sosial, (Jurnal The Messenger, Volume III, Juli 2011). 114 Fakruroji, SMS Tauhid Sebagai Teknorelogion Perpektif Teknokultur Atas Penyebaran Tausiyah Agama Melalui SMS, (Jurnal Sosioteknologi, Vol.14, No 3, Desember 2015). Nurudin, Penggunaan Media Sosial Online Dalam Berdakwah, (Jurnal AlMishbah, Vol.8, Edisi Januari-Juni 2012). Nurudin, Media Sosial Baru dan Munculnya Revolusi Proses Komunikasi, (Jurnal Komunikator, Vol.5, November 2015). Suharto, Komunikasi Dakwah: Interaksi dan Intergrasi Media Sosial, (Jurnal AlMishbah, Vol.8 Edisi Januari-Juni 2013). Rusli, Peran Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Dakwah, (Jurnal Al-Mishbah, Vol.8, Edisi Januari-Juni 2013). Pardianto, Meneguhkan Dakwah Melalui New Media, (Jurnal Komunikasi Islam, Vol.03, Juni 2013). Dian Mursyidah & Agus Salim, Dakwah Melalui Media Siber: Analisis Pesan Dakwah dalam Website Dakwatuna.com, (Jurnal Media Akademika, Vol. 27, Oktober 2012). Pardianto, Meneguhkan Dakwah Melalui New Media, (Jurnal Komunikasi Islam, Vol.03, Juni 2013). Zamris Habib, Peranan Media Sosial Dalam Pengembangan Dakwah, (Jurnal Ilmu Dakwah, t.thn). LAMPIRAN 1. Lampiran Skrip Wawancara Informan : Kang Furqon (Admin Fanpage Facebook Aa Gym) Tempat/Waktu: Email, 28 Februari 2016 Pertanyaan Peneliti Bagaimana sejarah munculnya fanpage Aa Gym di Facebook? Bagaimana cara menjawab/membalas pertanyaan yang muncul dalam dakwah Aa Gym di Facebook? Siapa orang dibalik dakwah Fanpage Aa Gym di Facebook? Bagaimana cara menarik khalayak untuk terhubung dengan Fanpage Aa Gym di Facebook? Konten berupa apa saja yang terkandung dalam dakwah Fanpage Aa Gym di Facebook? Jawaban Informan Sejarah munculnya fanpage aagym diawali dengan berkembang nya media-media social yang ada di Indonesia. Fp aagym mulai didaftarkan pada bulan Mei 2011. Awal mulanya kami akan membuat fp dengan nama “aagym” akan tetapi sudah terlalu banyak yang pengguna fb membuat akun fp dengan nama “aagym” dan tidak resmi dari aagym. Sehingga kami merumuskan untuk mendaftarkan dengan nama KH. Abdullah Gymnastiar. pertanyaan yang melalui metode “pesan” dijawab aagym saat waktu luang beliau, dan dibantu tim admin yang terdiri para asatidz yang ditugaskan untuk membantu aagym melengkapi jawaban beliau. tim admin fp aagym adalah santri yang ditugaskan aagym untuk mengelola fp tersebut secara professional. metode yang digunakan antara lain dengan mengumumkan disetiap tempat yang didatangi aagym untuk berdakwah, melalui brosurbrosur. konten dakwah yang terkandung dalam fp aagym tentu saja yang berkaitan tentang ilmu tauhid, hikmah dari setiap perjalan dakwah aagym, dan juga materi-materi lain yang berasal dari tim asatidz. Apa makna yang terkandung idem, untuk lebih lengkapnya silahkan dalam konten dakwah Fanpage observasi fp aagym Aa Gym di Facebook? sosial media merupakan salah satu sarana untuk Apa alasan admin/Aa Gym berdakwah, sudah banyak masyarakat yang memublikasikan konten dakwah menggunakan facebook tidak hanya sebagai tersebut? media untuk bersosialiasi akan tapi juga untuk belajar. Tema dakwah apa saja yang ada Tauhid, Hikmah, Alquran, Hadits, Fiqh dalam Fanpage Aa Gym di 116 Facebook? bahasa yang digunakan adalah bahawa Bagaimana bahasa yang Indonesia formal, sehingga mudah untuk digunakan dalam dakwah diterjemahkan dalam bahasa lain oleh fitur Fanpage Aa Gym di Facebook? translate dari facebook. aktivitas pengguna terutama dalam hal Bagaimana aktivitas pengguna “membagikan” atau “suka” cukup banyak. dalam dakwah Fanpage Aa Gym Walaupun kadang tidak sampai 1% dari total di Facebook? follower. interaksi antar follower aagym di fb cukup Bagaimana interaksi antar aktif, terutama bila ada komentar yang unik mad‟u dalam dakwah Fanpage atau tidak biasa, biasanya langsung direspon Aa Gym di Facebook? oleh follower yang lain. Sebaiknya langsung melakukan observasi di setiap postingan. dakwah melalui facebook merupakan metode Apa motif/alasan Aa Gym yang dikembangkan aagym beserta tim untuk menggunakan Facebook sebagai selalu mengikuti perkembangan zaman, media dakwahnya? teknologi bisa menjadi sarana yang efektif dalam berdakwah. Dampak fp ini cukup besar, terutama bila ada Apakah dakwah Fanpage Aa kiriman tentang jadwal kajian aagym di suatu Gym di Facebook memberikan daerah. Antusias jamaah yang hadir semakin dampak bagi pengikutnya? banyak. Biasanya dibagi2, 2 pagi, 2 siang, 2 sore, dan 2 malam. Dikirimnya dengan pengaturan waktu, Kapan waktu postingan dakwah pada jam 8 dan jam 10, siang jam 12 dan jam 2, Aa Gym di fanpage terkirim? sore jam 3 dan jam 4, malam jam 7 dan jam 8. Terkadang ada penyesuain juga. Biar lebih efisien, kalau terlalu banyak Mengapa waktunya postingan khawatir tidak kondusif, dan sengaja terkirimnya harus pada jam dikirimnya pada jam jam yang sekiranya orangtersebut dan harus 4x dalam orang sedang istirhat atau bisa mengakses sehari? internet. Biar sesuai selera, dari masing2 org, kan beda Mengapa konten dakwahnya kadang yg suka tulisan, kadang ada yg suka berupa tulisan, foto, audio, dan gambar, suara, video. Jd kta ngasih berbagai video? macam pilihan saja, setelah terserah pd followers fp mau melihat yg mna. Itu adalah hasil dri pengalaman Aa berdakwah Apa alasan Aa Gym berdakwah sjak dlu, dan itulah ilmu hikmah yg Aa dengan teman besar tentang dapatkan ktika sdg medapatkan berbagai Tauhiid? msalah. 117 Informan : KH. Abdullah Gymnastiar Tempat/Waktu: Masjid Daarut Tauhiid Bandung, 18 Februari 2016. Pertanyaan Peneliti Apa alasan Aa Gym berdakwah melalui media sosial khususnya di fanpage Facebook? Mengapa konten dakwah Aa Gym di fanpage Facebook mengusung tema besar ilmu tauhiid? Siapa sebetulnya yang ada dibalik dakwah Aa Gym melalui fanpage Facebook? Jawaban Informan Adanya teknologi kan Allah juga yang menciptakan dan yang paling berhak atas teknologi adalah untuk Allah, untuk memperkenal Allah, memperkenal jalan mendekat ke Allah, dan memperkenalkan konsekuensi kalau memilih hidup di jalan Allah apa kalau memilih melawan Allah apa, nah kita gunakan takdir adanya media, media itu milik Allah. Karena tauhiid itu merupakan segala-galanya, kalau ingin akhlaknya bagus maka tauhiid harus bagus, kalau shalatnya khusyu pasti tauhiidnya bagus, kalau ingin sabar karena tauhiid, kalau ingin syukur karena tauhiid, dan orang ingin ikhlas juga karena tauhiid, semuanya karena tauhiid. Karena tauhiid adalah pondasi, ilmu yang paling agung, yang paling penting, yang paling utama, paling besar adalah ilmu tentang Allah SWT, mentauhiidkan Allah, baru kesananya akan menjadi indah dan akan diterima. Jadi ada tim juga, ada yang dipegang oleh Aa langsung, ada tim supaya lebih paham, kan ahli teknologi lebih mengerti, kapan waktunya dikirim, kapan waktunya dibaca oleh orang, karena saya tidak banyak waktu untuk mengoperasikan semua itu, maka kita gunakan ahlinya. 118 Informan : Kang Ali (Ajudan Aa Gym) Tempat/Waktu: Kantor SEKPIM Daarut Tauhiid, 17 Februari 2016 Pertanyaan Peneliti Bagaimana awal mula dakwah Aa Gym dan awal mula Yayasan Daarut Tauhiid? Bagaimana kegiatan dakwah Aa Gym saat ini? Apakah Aa Gym saat ini sudah tidak berdakwah di TV dan mulai berpindah dakwah di internet? Apa betul Aa Gym saat ini mengubah materi dakwahnya dari memejemen qalbu dengan ilmu tauhiid? Apa itu SMS Tauhiid? Apakah itu media dakwah Aa Gym yang terbaru? Jawaban Informan Aa ngediriian DT itu sekitar Tahun 1999 bersama temen-temennya, dibawah DT ada Baitul Mal wat- Tamwil (BMT), Dompet Peduli Ummat (DPU), TK Khas DT, SMP Boarding School DT, Eco Pesantren, MQ Publishing, MQ FM, MQ TV, dll. Dan di Tahun 1999 juga Aa mulai menjadi seorang da‟i, mulai dari ngisi tausiyah di pesantren DT, di majelis-majelis, dan di luar kota. Selain sebagai da‟i Aa juga seorang wirausahawan, dan Aa juga seorang penulis. Sudah banyak yang ditulis olehnya, seperti Aa Gym dan fenomena Da‟arut Tauhiid, Saya tidak Ingin Kaya Tapi Saya Harus Kaya, The Power Of Network Marketing, Demi Masa, Ramadhan bersama MQ, Kepompong Ramadhan, dan masih banyak lagi. Ya saat ini aa sedang mengurangi jadwal ceramah di TV dan lebih banyak dakwah di Majelis-majelis. Sekarang Aa juga banyak berdakwah melalui teknologi, lewat SMS Tauhiid Aa memanfaatkan teknologi buat berdakwah. Ada lewat sms, internet, dan medsos. Sepengetahuan saya, sebetulnya bukan materinya yang berubah, namun pondasi dakwah Aa sekarang memang lebih banyak ngebahas ilmu tauhiid, ini juga karena pengalaman dakwah Aa. Tentang akhlak dan menejemen qalbu juga masih Aa sering dakwahkan cuman tauhiid sebagai pondasinya. Mungkin jelasnya bisa ditanya ke Aa langsung. Ya kalau ngga salah 2011 itu Aa ngediriin SMS Tauhiid untuk dakwah Aa pakai sms, namuan sekarang selain lewat sms, ada juga dakwah Aa di internet dan medsos. Fanpage Facebook termasuk Iya betul, Tempatnya di kantor SMS Tauhiid, dalam menejemen SMS jadi admin yang ngelola Facebook Aa juga ada Tauhiid? Dimana tempat disana kantornya. adminnya? Mengapa Aa Gym mendirikan Aa itu orangnya suka yang simpel-simpel, jadi 119 dan menggunakan SMS Tauhiid kalau ada teknologi yang simpel dan cepat untuk berdakwah? dalam mengirimkan pesan dakwahnya, ya biasanya aa pake buat dakwahnya. Seperti SMS dan medsos. Ya walaupun ada beberapa medsos yang sekarang Aa ngga pake lagi, karena ada sesuatu, seperti LINE. Dari sekian banyak media sosial Ya yang saya tahu ada sebagian medsos yang yang Aa Gym miliki, mengapa dipegang oleh Aa dan ada yang oleh tim SMS hanya fanpage Facebook yang Tauhiid, mungkin lebih jelasnya entar bisa sering aktif? ditanyain ke Kang Andi. Untuk yang ngelolanya sih dari tim SMS Tauhiid, tapi yang ngoperasiinnya itu Kang Jadi yang mengelola fanpage Furqon, namun Beliau sedang umrah katanya, Facebook KH. Abdullah jadi nanti untuk pertanyaannya bisa tanyain ke Gymnastiar itu bukan Aa Gym? Kang Andi aja, dia kepala SMS Tauhiid soalnya, dan dia yang tahu tentang dakwah Aa di Facebook. 120 124 2. Lampiran Foto Foto Foto saat peniliti akan mengikuti Kajian Tauhiid bersama Aa Gym. Diambil pada 17 Februari 2016 di Masjid Daarut Tauhiid Bandung. Foto peneliti dengan Aa Gym setelah sesi wawancara. Diambil pada 18 Februari 2016 di Masjid Daarut Tauhiid Bandung. 126 Foto peneliti dengan Kang Ali setelah sesi wawancara. Diambil pada 17 Februari 2016 di depan Kantor SEKPIM Daarut Tauhiid Gambar ruangan dan komputer yang digunakan oleh SMS Tauhiid. Diambil pada 18 Februari 2016 di Kantor SMS Tauhiid 126 Gambar peneliti dengan komputer yang digunakan untuk mengelola fanpage Facebook KH. Abdullah Gymnastiar. Diambil pada 18 Februari 2016 di Kantor SMS Tauhiid Gambar mesin SMS broadcast untuk mengirimkan pesan dakwah. Diambil pada 18 Februari 2016 di Kantor SMS Tauhiid