Document

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Kata kreatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
memiliki daya cipta, sedangkan kreativitas berarti kemampuan untuk
mencipta.1
Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-
penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua
bidang usaha manusia lainnya.2 Kreativitas merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan sesuatu yang hal
baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan bagi
masyarakat.3
Kreativitas sebagai pemikiran yang bercabang, kemampuan
menghasilkan sebuah variasi yang terdiri dari berbagai solusi meskipun
aneh dan tidak biasa terhadap sebuah masalah. Pemikiran bercabang
memiliki empat buah fitur penting yaitu: kefasihan, kemampuan
menghasilkan aneka respon tanpa interupsi eksternal terhadap sebuah
stimulus atau masalah fleksibilitas, kemampuan untuk mendekati sebuah
masalah dari berbagai sudut. Orisinilitas, kemampuan menciptakan sebuah
1
Peter Salim dan Yenny Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. (Jakarta:
Modern English Press, 2003). hal. 599
2
Utami Munandar, pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (jakarta: Rineka Cipta,
2004), hal. 6
3
Nana Syaodih Sukmadinata, landasan Psikologi…, hal. 104
13
14
respon yang unik. Keluasan, kemampuan menambahkan kekayaan atau
aneka detail terhadap sebuah respon.4
Menurut
Utami
Munandar
kreativitas
adalah
“pengalaman
mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk
terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan
orang lain”.5 Sedangkan Samiun seperti yang dikutip oleh Retno Indayati
menyebutkan kreativitas adalah “kemampuan untuk membuat kombinasikombiasi baru/melihat hubungan-hubungan baru di antara unsur data atau
hal-hal yang sudah ada sebelumnya”.6
Menurut Supriyadi yang dikutip oleh Yeni Rachmawati kreativitas
adalah “kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang
telah ada”.7
Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengekspresikan dan
mewujudkan potensi daya berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru
dan unik/kemampuan mengkombinasikan sesuatu yang sudah ada menjadi
sesuatu yang lain agar lebih menarik.
Dari berbagai pandangan tersebut di atas, kreativitas dalam
mengajar besar pengaruhnya dalam kemajuan pelaksanaan pendidikan
apalagi mengajar, kreativitas guru dalam melaksanakan tugas dapat
4
Kelvin Seifert, Manajemen pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, (Jogjakarta: IRCSOD,
2009), hal.156-157
5
Munandar, Kreatifitas dan Keterbakatan…, hal. 24
6
Retno Indayati, Kreatifitas Guru dalam Proses Pembelajaran (Tulungagung: STAIN
Tulungagung, 2002), hal. 13
7
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 11
15
memacu kemampuan untuk menghasilkan, merespon, mewujudkan ide,
dan menanggapi berbagai permasalahan pendidikan yang muncul serta
keberadaan guru yang kreatif memungkinkan peserta didik juga lebih
kreatif lagi.
Kreativitas sangat penting dalam kehidupan. Ia memberikan
penjelasan bahwa dengan kreativitas, kita akan terdorong untuk mencoba
berbagai macam cara dalam melakukan sesuatu. Oleh karena kreatif,
secara alamiah kita banyak melakukan banyak kesalahan. Namun, jika kita
punya keberanian untuk tetap bertahan di tengah kesalahan-kesalahan kita,
maka kita akan mendapat jawabannya.
Ketika kreativitas menyala-nyala, orang bisa mengalami apa yang
disebut sebagai “momen putih” atau “mengalir (flow)”. Ketika mengalir,
orang berada pada keadaan puncaknya. Mengalir dapat terjadi pada semua
wilayah. satu prasyaratnya adalah keterampilan secara sempurna sesuai
dengan tuntutan momen tersebut sehingga seluruh kesadaran-diri
melenyap.8
2. Karakteristik Kreativitas
Seorang yang kreatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri
kepribadian tertentu seperti: mandiri, bertanggungjawab, bekerja keras,
motivasi tinggi, optimis, punya rasa ingin tahu yang besar, percaya diri,
terbuka, memiliki toleransi, kaya akan pemikiran dan lain-lain.9
8
Nganun Naim, Menjadi Guru Inspiratif,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hal.244
Nana Syaodih, Landasan Psikologi..., hal. 105
9
16
Individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar
b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru
c. Panjang akal
d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti
e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit
f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan
g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas
h. Berpikir fleksibel
i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi
jawaban lebih baik
j. Kemampuan membuat analisis dan sitesis
k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti
l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik
m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.10
Treffinger yang dikutip oleh Utami Munandar mengatakan bahwa
pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakannya.
Rencana inovatif serta produk orisinil mereka telah dipikirkan dengan
matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin
timbul dan implikasinya. Tingkat energi, spontanitas, dan kepetualangan
yang luar biasa sering tampak pada orang kreatif. Siswa berbakat kreatif
10
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor...., hal. 147-148
17
biasanya mempunyai rasa rumor yang tinggi, dapat melihat masalah dari
berbagai sudut tinjau, memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide,
konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.11
Guru sebagai upaya mengembangkan potensi-potensi yang ada
pada diri anak, dibutuhkan guru yang kreatif. Ciri-ciri guru kreatif adalah
sebagai berikut:
a. Kreatif dan menyukai tantangan
Guru yang dapat mengembangkan potensi pada diri anak
adalah merupakan individu yang kreatif. Tanpa sifat ini guru sulit
dapat memahami keunikan karya dan kreativitas anak. Guru harus
menyukai tantangan dan hal yang baru sehingga guru tidak akan
terpaku pada rutinitas ataupun mengandalkan program yang ada.
Namun ia senantiasa mengembangkan, memperbarui dan memperkaya
aktivitas pembelajarannya.12
b. Menghargai karya anak
Karakteristik guru dalam mengembangkan kreativitas sangat
menghargai karya anak apapun bentuknya. Menghargai sangat
prinsipil sifatnya. Tanpa sikap ini mustahil anak akan bersedia
mengekspresikan
dirinya
secara
bebas
dan
menyelesaikan tugas-tugasnya.
11
Utami Munandar, pengembangan Kreativitas..., hal. 35
Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas…, hal. 45
12
mandiri
dalam
18
c. Motivator
Guru sebagai motivator adalah “memberikan dorongan dan
semangat agar siswa mau dan giat belajar”.13 Dalam upaya memberi
motivasi anak didik guru harus mampu menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga anak mau melakukan apa yang dapat
dilakukannya.14 Guru sebagai motivator harus paham dan mengerti
kondisi siswa untuk dapat mengantarkan peserta didik pada
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar.
d. Ekspresif, penuh penghayatan, dan peka pada perasaan
Kematangan emosional guru adalah hal yang penting untuk
dapat menyelami hasil kreativitas anak. Sikap yang luwes dalam
menunjukkan penghargaan dan bimbingan terhadap peserta didik,
dapat menjadi modal berkembangnya kreativitas. Guru harus memiliki
penghayatan dan peka dan dapat menyelami proses hasil kreativitas
siswa,
tanpa
memiliki
kepekaan
pada
perasaannya
mungkin
penghargaan dan pujian pun akan terasa hambar, dan sekadar
formalitas belaka.15
e. Evaluator
Guru sebagai evaluator harus dapat melaksanakan penilaian
dengan baik dan jujur.16 Dalam hal ini guru harus menilai segi-segi
yang seharusnya dinilai, yaitu kemampuan intelektual, sikap dan
13
Ibid., 26
Zakiyah Daradjat dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
2001), 140
15
Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas…, hal. 46
16
Djamarah, Guru dan Anak Didik, 47
14
19
tingkah laku anak didik, karena dengan penilaian guru dapat
mengetahui sejauh mana kreativitas pembelajaran yang dilakukan.
f. Memberi kesempatan pada anak untuk mencoba dan mengembangkan
kemampuan, daya pikir dan daya ciptanya.
Ciri-ciri kreativitas guru di atas perlu dikembangkan, mengingat
betapa besarnya tanggung jawab guru dalam pembentukan pribadi anak
didiknya. Guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan
proses kreativitas. Kreativitas guru merupakan sesuatu yang bersifat
universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita.
Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya
kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Sebagaimana menurut E. Mulyasa yang menyatakan bahwa
Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas
merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya
ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia sendiri
adalah seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat proses
pendidikan.17
Selanjutnya, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang
lebih baik dalam melayani peserta didik sehingga peserta didik akan
menilainya bahwa guru memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu
secara rutin saja. Kreativitas lebih baik dari yang telah dikerjakan oleh
guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa
yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang.
17
52
E. Mulyasa, menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal.
20
3. Teori Proses Kreatif
a. Teori Wallas
Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang banyak
dikutip ialah teori Wallas yang dikemukakan tahun 1026 dalam
bukunya The Art of Thought, yang menyatakan bahwa proses kreatif
meliputi empat tahap:
1) Persiapan.
Pada proses ini seseorang mempersiapkan diri untuk
memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban,
bertanya kepada orang dan sebagainya.
2) Inkubasi.
Pada proses ini seseorang terdapat pada tahap di mana
individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari
masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan
masalahnya secara sadar, tetapi "mengeramnya" dalam alam prasadar.
3) Iluminasi.
Pada proses ini seseorang terdapat pada tahap timbulnya
"intight" saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta prosesproses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya
inspirasi/gagasan baru.
21
4) Verifikasi atau tahap evaluasi.
Pada proses ini seseorang terdapat pada tahap di mana ide
atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini
diperlukan pemikiran kritis dan konvergen.
b. Teori tentang Belahan Otak Kanan dan Kiri
Setelah anak dilahirkan, gerakan-gerakan yang semula belum
berdiferensiasi berkembang menjadi pola dengan preferensi untuk kiri
atau kanan. Pada umumnya orang lebih biasa menggunakan tangan
kanan (berarti didominasi belahan otak kiri), tetapi ada orang-orang
yang termasuk kidal (left-handed) mereka dikuasai oleh belahan otak
kanan. Dihipotesiskan bahwa belahan otak kanan terutama berkaitan
dengan fungsi-fungsi kreatif.18
Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif dibagi dalam dua aspek
aptitude dan non uptitude. Ciri-ciri uptitude adalah ciri-ciri yang
berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir, sedangkan ciri-ciri non
uptitude adalah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Munandar
mengemukakan
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kreativitas adalah:19
1) Faktor internal individu
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu
yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya:
a) Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau
dalam individu.
18
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas..., hal. 39-40
Munandar, Pengembangan Kreativitas..., hal. 41
19
22
b) Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai
produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh
dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain.
c) Kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi
terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk
kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.
2) Faktor eksternal (lingkungan)
a) Lingkungan dalam arti luas adalah budaya dan masyarakat,
misalnya:
(1) Tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan
dan media.
(2) Adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi
semua lapisan masyarakat.
(3) Menekankan pada becoming dan tidak hanya being artinya
tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang
melainkan berorientasi pada masa mendatang.
(4) Memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa
diskriminasi, terutama jenis kelamin.
(5) Adanya kebebasan setelah pengalaman tekanan dan
tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan
kebebasan dapat dinikmati.
(6) Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang
berbeda.
(7) Adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda.
(8) Adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan
(9) Adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif.
b) Lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga
pendidikan.20
5. Tingkatan dalam Proses Berfikir Kreatif
Dalam berpikir kreatif ada beberapa tingkatan sampai seseorang
memperoleh sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah. Tingkatantingkatan menurut Bimo Walgito adalah:
(a) Persiapan (preparation) yaitu tingkatan seseorang memformulasikan
masalah, dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang
berguna dalam memperoleh pemecahan yang baru.
(b) Tingkat inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut pada jiwa
seseorang, karena individu tidak segera memperoleh pemecahan
masalah.
20
http://psikologikreativitasump.wordpress.com (diskses 29 Mei 2013)
23
(c) Tingkat pemecahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan
pemecahan masalah, orang mengalami "aha!", secara tiba-tiba
memperoleh pemecahan.
(d) Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah yang diperoleh pad atingkat
iluminasi itu cocok atau tidak. Apabila tidak cocok lalu meningkat
pada tingkat berikutnya
(e) Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang
diperolehnya.21
Sedangkan Gulford yang dikutip oleh Siswono mengemukakan dua
asumsi dalam berpikir kreatif, yaitu: pertama, setiap orang dapat kreatif
sampai suatu derajat tertentu dalam suatu cara tertentu. Kedua,
kemampuan
berpikir
kreatif
merupakan
ketrampilan
yang
dapat
dipelajari.22
6. Model Kreativitas Guru
a. Kreativitas Guru dalam Mengembangkan Strategi
Secara umum stategi mempunyai pengertian sebagai suatu
garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan.23 Sedangkan menurut Slameto, stategi adalah “suatu
rencana tentang cara-cara pendayagunaan potensi dan sarana yang ada
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi (pengajaran)”.24
Dengan demikian stategi belajar mengajar merupakan usaha
guru dalam menggunakan variabel pengajaran, sehingga dapat
mempengaruhi pada peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan,
21
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi..., hal.190
Tatang E.Y.Siswono, Model Pembelajaran..., hal.24
23
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Stategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia,
1997), hal. 11
24
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), hal. 90
22
24
sehingga stategi belajar mengajar juga bisa diartikan sebagai
politik/taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan praktek
mengajar di kelas.
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, untuk dapat
mewujudkan proses belajar mengajar, maka langkah-langkah strategi
belajar mengajar meliputi:
1) Mengidentifikasikan dan menetapkan kekhususan
perubahan perilaku peserta didik yang diharapkan.
2) Memilih pendekatan belajar mengajar berdasarkan citacita dan pandangan hidup masyarakat.
3) Memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang
dianggap efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan
oleh guru dalam melaksanakan tugasnya.
4) Memilih dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan
belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan pedoman
oleh guru untuk melakukan evaluasi (penilaian).25
Dalam
memilih
stategi
pembelajaran
diperlukan
suatu
pendekatan tertentu yang merupakan titik tolak/sudut pandang dan
penekanan terhadap tujuan pengajaran. Berdasarkan orientasinya,
pendekatan dalam menggunakan stategi pembelajaran dapat dibagi
dalam:
1) Reader centered, yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru.
2) Student centered, yaitu pendekatan yang berorientasi pada murid.26
3) Material centered, yaitu pendekatan yang berorientasi pada
materi.27
25
Ahmadi dan Prasetya, Stategi Belajar Mengajar..., hal. 46
M. Suparta dan Henry Noer Ali, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Armico,
2003), hal. 13
27
W. Gulo, Stategi Belajar Mengajar (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002), hal. 5
26
25
Inti dari proses pengajaran adalah kegiatan belajar para siswa,
tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh
pendekatan mengajar yang digunakan oleh guru. Beberapa model
pendekatan pembelajaran, menurut Nana Sudjana dapat digolongkan
menjadi tiga model utama, yaitu:
1) Model interaksi sosial (social interaction models). Pendekatan
ini menekankan terbentuknya hubungan antara individu/siswa
yang satu dengan yang lainnya/antara individu dengan
masyarakat.
2) Model proses informasi (information processing models).
Model pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa
mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara
optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
3) Model mifidikasi tingkah laku (behavior modification models).
Model pendekatan ini menekankan pada teori tingkah laku,
sebagai aplikasi dari teori belajar behavioristik.28
Proses belajar mengajar yang terarah pada peningkatan kualitas
manusia secara utuh meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
melibatkan berbagai jenis stategi pembelajaran.
b. Kreativitas Guru dalam Memilih dan Menggunakan Metode
Hadi
Susanto
dalam
Ramayulis,
mengatakan
bahwa
“sesungguhnya cara atau metode mengajar adalah suatu seni dalam hal
ini seni mengajar”.29 Metode mengajar adalah “jalan yang diikuti
untuk memberikan pengertian pada murid-murid tentang segala
macam materi dalam berbagai pelajaran”.30 Sedangkan metode
28
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2002), hal. 154-156
29
30
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hal. 107
Ibid., hal. 109.
26
mengajar menurut M. Suparta dan Hery Noer Ali adalah “cara yang
digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar”.31
Jadi metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan oleh guru dalam mengadakan interaksi dan komunikasi
dengan peserta didik pada saat berlangsungnya suatu pengajaran.
Mengajar merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar,
maka yang harus dipegang oleh seorang guru adalah bagaimana
menciptakan suasana belajar yang bervariasi, karena penggunaan
metode pembelajaran yang bervariasi memungkinkan materi pelajaran
dapat lebih mudah diserap oleh siswa.
Tujuan penggunaan metode yang tepat dalam pendidikan
adalah untuk memperoleh efektifitas dari kegunaan metode itu
sendiri.32 Seorang guru ketika menggunakan metode tertentu dikatakan
tepat dan efektif terlihat apabila peserta didik merasa senang dan tidak
terbebani serta timbulnya minat dan perhatian untuk lebih aktif dalam
proses pembelajaran tersebut.
Pemilihan metode mengajar yang tepat terkait dengan
efektifitas pengajaran, ketepatan penggunaan metode mengajar dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi:
1) Tujuan belajar yang hendak dicapai
Yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat dinampakkan
siswa setelah proses belajar mengajar.33 Oleh sebab itu guru harus
benar-benar selektif dalam menggunakan suatu metode tertentu,
sehingga sesuai dengan tujuan belajar yang diinginkan, baik tujuan
31
M. Suparta dan Hery Noer Ali, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Armico,
2003), hal. 159
32
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 101
33
Slameto, Proses Belajar Mengajar..., hal. 98
27
pembelajaran ditinjau dari aspek afektif, kognitif, ataupun
psikomotorik.
2) Keadaan peserta didik
Keadaan pelajar berhubungan dengan kemampuan siswa
untuk menangkap dan memperkembangkan bahan pengajaran yang
diajarkan.34 Dalam hal ini guru setidaknya mengetahui baik fisik
dan psikologis peserta didik maupun kuantitas besar kecilnya,
jumlah siswa yang mengikuti pelajaran, sehingga penggunaan
metode dapat dilakukan secara tepat dan efektif.
3) Bahan/materi pengajaran
Dalam menetapkan metode yang harus diperatikan guru
adalah bahan pengajaran, baik isi, sifat maupun cakupannya.35
Pemilihan metode oleh guru harus disesuaikan dengan isi materi
pelajaran, sehingga mempermudah siswa untuk menerima, serta
memahami materi pelajaran yang disampaikan.
4) Situasi belajar mengajar
Situasi belajar mengajar dalam digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu situasi yang dapat diperhitungkan sebelumnya dan
situasi yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.36 Oleh sebab
itu guru harus tanggap dalam menghadapi perubahan situasi dan
keadaan yang dapat mempengaruhi jalannya proses pengajaran.
5) Fasilitas
34
35
36
Ibid., hal. 99
Suparta dan Ali, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., hal. 165
Ibid., hal. 166
28
Fasilitas yaitu bahan atau alat Bantu serta fasilitas yang lain
yang bersifat fisik maupun nonfisik.37 Dalam hal ini guru
sebaiknya memanfaatkan daya Kreativitasnya serta kecakapannya
untuk menggunakan fasilitas yang tersedia untuk mengefektifkan
metode yang digunakan.
6) Guru
Menurut Ahmad Tafsir guru adalah “orang yang memegang
mata pelajaran di sekolah”.38 Setiap guru mempunyai kepribadian
keguruan yang berbeda-beda serta memiliki kemampuan yang
tidak
sama
keguruannya,
untuk
dapat
melaksanakan
guru
harus
menyadari
tugas
dan
sepenuhnya
peran
tentang
penguasaannya dalam menggunakan suatu metode yang sesuai
dengan kepribadiannya.
Menurut Ahmad Patoni, beberapa metode pendidikan
agama Islam yang dapat dipergunakan oleh guru di antaranya:
Metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi atau
musyawarah atau sarasehan, metode permainan dan
simulasi (game and simulation), metode latihan siap,
metode demonstrasi dan eksperimen, metode karya wisata
atau sosio wisata, metode kerja kelompok, metode sosio
drama dan bermain peran, metode sistem pengajar beregu
(team teaching), metode pemecahan masalah, metode
anugrah, dan lain-lain.39
Sedangkan menurut Ramayulis, ada tiga prinsip yang
mendasari metode mengajar dalam Islam, yaitu:
37
Ibid., hal. 167
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992), hal. 75
39
Ahmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hal. 110
38
29
1) Sifat-sifat metode dan kepentingan yang berkenaan
dengan tujuan utama pendidikan Islam.
2) Berkenaan dengan metode mengajar yang prinsipprinsipnya terdapat dalam Al-Qur'an atau disimpulkan
daripadanya.
3) Membangkitkan motivasi dan adanya kedisiplinan.40
Oleh karena itu, guru pendidikan agama Islam harus
mampu memilih dan menentukan metode yang sesuai serta
membuat variasi-variasi metode pengajaran, karena tidak ada satu
metode yang paling baik untuk digunakan dalam proses
pembelajaran. Hal ini disebabkan setiap metode mempunyai
kelebihan maupun kekurangan yang harus disesuaikan dengan
pencapaian tujuan pembelajaran serta efektifitas pembelajaran.
c. Kreativitas Guru dalam Memilih dan Menggunakan Media
Pada hakikatnya proses belajar mengajar merupakan proses
komunikasi antara pihak pengajar sebagai pengantar pesan dan peserta
didik sebagai penerima pesan dengan bantuan alat/media sebagai
perantara yang dapat membantu pesan tersebut tersampaikan.
Menurut Muhaimin, “media pembelajaran pendidikan agama
Islam mencakup semua sumber yang dapat dijadikan perantara
(medium) untuk dimuati pesan nilai-nilai pendidikan agama yang akan
disesuaikan kepada peserta didik”.41 Jadi media merupakan segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, sehingga
40
41
Ramayulis, Metodologi Pengajaran..., hal. 110
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 152
30
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, pengalaman, dan minat
siswa, sehingga terjadi proses belajar.
Berkenaan dengan fungsi dan manfaat media pendidikan, maka
media dapat berfungsi sebagai edkatif, sosial, ekonomis, politis, dan
seni budaya.42 Sedangkan manfaat dan kegunaan media dalam proses
belajar mengajar adalah:
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra.
c. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat diatasi pasif anak didik.43
Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan media
menurut Arif S. Sadiman di antaranya adalah karakteristik siswa,
stategi belajar mengajar, organisasi kelompok besar, alokasi waktu,
dan sumber dana, serta prosedur penilaian.44 Sedangkan penggunaan
media pengajaran sangat bergantung pada:
a. Kesesuaian media dengan tujuan pengajaran yang dirumuskan
b. Kesesuaian dengan tingkat kemampuan siswa.45
c. Kemudahan memperoleh media
d. Ketrampilan dalam menggunakannya.46
42
Daradjat dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam..., hal. 228
Chaerudin, Media Membantu Mempertinggi Mutu Proses Pelajar (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional, 2004), hal. 21
44
Arif S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 83
45
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press,
2002), hal. 128
46
Chaerudin, Media Membantu Mempertinggi Mutu Proses Pelajar..., hal. 21
43
31
Akan tetapi alat pendidikan yang paling utama adalah guru itu
sendiri. Menurut Nasution, guru berperan “sebagai komunikator,
model, dan tokoh identifikasi”.47 Media mempunyai arti tersendiri bagi
guru yang menggunakannya sehingga dapat membantu peserta didik
memproses pesan-pesan pendidikan/bahan-bahan pembelajaran, alatalat pendidikan tidak dengan sendirinya akan meningkatkan kulaitas
proses pembelajaran, akan tetapi di tangan gurulah alat-alat ini dapat
mempertinggi proses belajar yang akhirnya dapat mempertinggi hasil
belajar yang diharapkan.
d. Kreativitas Guru dalam Pengelolaan Kelas
Peran guru salah satunya adalah guru sebagai pengelola kelas,
sebagai pengelola kelas menurut Usman guru harus “mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek
dari lingkungan yang perlu diorganisir”.48 Menurut Ali Rohmad “kelas
merupakan satuan unit kecil siswa yang berinteraksi dengan guru
dalam proses belajar mengajar yang beragam keunikan yang
dimiliki”.49
Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai tugas dan
tanggung jawab dalam menyikapi berbagai macam karakteristik serta
keunikan yang dimiliki peserta didik, dan lingkungan kelas sebagai
47
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara,
2002), hal. 17
48
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
hal. 10
49
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2004),
hal. 40
32
lingkungan belajar siswa harus dikelola secara baik, sehingga dapat
memberikan dorongan kepada peserta didik untuk dapat melaksanakan
kegiatan belajar dalam situasi yang menyenangkan dan tidak monoton.
Suharsimi Arikunto memberikan pengertian pengelolaan kelas
sebagai berikut “suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab
kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar
mencapai kondisi optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar
yang diharapkan”.50
Sedangkan pengelolaan kelas dalam pandangan Nawawi seperti
yang dikutip oleh Ali Rohmad adalah sebagai berikut:
Kemampuan guru atau wali kelas dengan mendayagunakan
potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluasluasnya pada setiap personil untuk melakukan kegiatankegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana
yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk
melakukan kegiatan-kegiatan kelas berikut dengan kurikulum
dan perkembangan siswa.51
Berdasarkan pengertian pengelolaan kelas di atas, maka sasaran
pengelolaan kelas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pengelolaan fisik dan pengelolaan siswa.52 Pengelolaan fisik meliputi
segala fasilitas belajar yang ada di kelas dan tata laksana pengaturan
kelas. Sedangkan pengelolaan siswa berkaitan dengan pemberian
rangsangan dalam rangka membangkitkan dan mempertahankan
motivasi siswa dalam pembelajaran.
50
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Edukatif
(Jakarta: Rajawali Press, 1986), hal. 67-68
51
Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan..., hal. 46
52
Ibid., hal. 47
33
Untuk dapat mengelola kelas dengan baik, terdapat teknik yang
harus diketahui oleh guru, yaitu:
1) Teknik preventif
Teknik ini digunakan untuk mencegah timbulnya tingkah
laku pelajar
yang mengganggu jalannya
kegiatan belajar
mengajar.53 Prosedur preventif merupakan inisiatif guru dan wali
kelas untuk menciptakan kondisi yang baru dari inetraksi biasa
menjadi interaksi edukatif dengan senantiasa membangkitkan
motivasi siswa.54
Dengan menerapkan teknik preventif ini atau bisa
dikatakan tindakan pencegahan tingkah laku peserta didik yang
dapat mengganggu jalannya kegiatan belajar dapat ditekan
seminimal mungkin dan menciptakan suasana yang berbeda,
namun tetap berprinsip pada interaksi edukatif dengan tetap
senantiasa memperhatikan motivasi belajar siswa.
Kemampuan
guru
dalam
mengambil
inisiatif
dan
mengendalikan pelajaran-pelajaran di kelas sebagai teknik dan
tindakan yang bersifat preventif, menurut JJ. Hasibuan meliputi
beberapa ketrampilan sebagai berikut:
b) Menunjukkan sikap tanggap, kesan-kesan ketanggapan
ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara memandang
secara seksama, gerakan mendekati, memberi
pernyataan, memberi reaksi terhadap gangguan dan
ketidakacuhan siswa.
53
54
Suparta dan Ali, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., hal. 166
Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan..., hal. 55
34
c)
d)
e)
f)
Memberi perhtaian baik secara visual dan verbal
Memusatkan perhatian kelompok
Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
Menegur dengan keras, menghindari ocehan yang
berlebihan dan jelas menghindari peringatan.
g) Memberi penguatan baik kepada siswa yang
mengganggu maupun siswa yang bertingkah laku
positif.55
2) Teknik kuratif
Kuratif adalah merupakan insiatif guru dan wali murid
kelas untuk mengatasi bentuk perbuatan siswa yang dipandang bisa
berpengaruh negatif terhadap proses belajar mengajar dengan jalan
memberhentikan perbuatannya itu sekaligus membimbing agar
memiliki perbuatan pendukung proses belajar mengajar. Dengan
penerapan teknik kuratif ini berarti guru berusaha mengambil sikap
dan tindakan-tindakan terhadap keadaan yang dapat mengganggu
jalannya proses pembelajaran.
Stategi guru untuk mendapat mengembalikan kondisi kelas
terhadap tindakan siswa yang dapat mengganggu jalannya proses
belajar mengajar menurut Moh. Uzer Usman adalah sebagai
berikut:
a) Modifikasi
tingkah
laku.
Guru
dapat
menganalisis tingkah laku siswa yang
mengalami masalah, kemudian mencari solusi
dengan memberikan penguatan secara sistematis
dan berencana.
b) Guru
dapat
menggunakan
pendekatan
pemecahan
masalah
kelompok
dengan
55
JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992), hal. 84
35
memperlancar tugas-tugas serta memelihara
kegiatan-kegiatan kelompok.
c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah.56
Guru
dapat
menggunakan
seperangkat
cara
untuk
mengendalikan tingkah laku yang dapat menimbulkan masalah
serta mencari sebab-sebab dasar yang mengakibatkan hal tersebut
serta berusaha menemukan pemecahannya.
Banyak pakar kesehatan mengatakan bahwa usaha preventif
lebih baik daripada tindakan kuratif/mencegah lebih baik daripada
mengobati. Namun demikian, meskipun guru telah melakukan
usaha preventif dalam kenyataan masih ada saja aktivitas yang
memerlukan tindakan. Dalam hal ini kompetensi guru untuk dapat
mengelola kelas dengan baik dan berhasil menjadi kunci
keberhasilan proses belajar mengajar.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru
mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta dapat
mengendalikan serta mempertahankan hubungan siswa. Prinsip
pengelolaan kelas agar tercipta suasana yang menyenangkan yaitu
dengan “kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi,
keluwesan, penekanan pada hal-hal yang positif, dan penanaman
disiplin diri”.57
56
57
Usman, Menjadi Guru Profesional..., hal. 100
Ibid., hal. 97
36
Reaksi guru sekecil apapun kepada peserta didik dalam
pembelajaran akan memberikan dorongan semangat, karena siswa
akan merasa lebih dekat dengan gurunya, sehingga dapat tercipta
iklim kelas yang terkendali. Selain itu juga pemberian tantangan,
baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan serta penggunaan
alat, gaya dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi akan
meningkatkan gairah siswa untuk belajar dan pada akhirnya akan
menghindari kejenuhan.
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif guru harus
memperhatikan beberapa hal yang harus dihindari agar usaha
pengelolaan kelas dapat berhasil. Hal-hal yang harus dihidnari oleh
guru dalam mengelola kelas antara lain campur tangan yang
berlebihan (teachers instruction), kelayapan (fade away), ketidak
tepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and starts),
penyimpangan (digression), dan bertele-tele (over dwelling).58
Keterlibatan guru yang berlebihan sewaktu kegiatan belajar
berlangsung, baik yang berupa komentar, pertanyaan atau petunjuk
yang mendadak dan kurang tepat serta pembicaraan yang bersifat
mengulang-ulang bahkan mengubah teguran yang sederhana
menjadi kupasan yang panjang tak terarah akan mengganggu
konsentrasi siswa.
58
Ibid.
37
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berpangkal dari kata "motif" yang dapat diartikan daya
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.59
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin "movere" yang berarti
menggerakan. Motivasi juga diartikan sebagai keinginan atau dorongan
yang timbul pada diri seseorang baik secara baik sadar maupun tidak sadar
untuk melakukan suatu perbuatan dengan tujuan tertentu.60
Mc Donald merumuskan, bahwa "motivation is an energy change
within the person characterized by affetictive arousal and anticipatory
goal reaction", yang diartikan bahwa motivasi adalah suatu perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.61
Motivasi adalah salah satu factor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin
melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi
59
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011), hal. 104
60
Peter Salim dan Yenny Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. (Jakarta:
Modern English Press, 2003). Hal. 997
61
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 106
38
sebagai proses di dalam diri individu yang aktif mendorong, memberikan
arah dan menjaga perilaku setiap saat.62
Secara terminology motivasi berarti kekuatan-kekuatan yang dapat
memberikan dorongan kepada kegiatan belajar murid.63 Sebenarnya antara
motif dan motivasi tidak dapat di pisahkan sehingga tak jarang para ahli
menggunakan konteks motif dan motivasi adalah dua hal yang memiliki
pengertian sama atau hampir sama. Dalam psikologi seringkali dibedakan
antara istilah motif dan motivasi berikut penulis memberikan pengertian
dari kedua istilah tersebut S. Nasution mengemukan bahwa "motif adalah
segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu".64
"Motif dalam bahasa inggrisnya motive, berasal kata motion, yang
berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat
hubungannya dengan gerak, yaitu gerakan yang dilakukan oleh
manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif
dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit
tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku".65
Sardiman mengutip dari frandsen, masih menambahkan jenis-jenis
motif berikut ini:
a. Cognitive motives
Motif ini menunjuk pada gejala instrinsic, yakni menyangkut
kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri
manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental.
62
Burhanudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Yogyakarta: ARRuzz Media, 2010), hal. 22
63
Amier Daein Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional,
1973), hal. 162
64
S. Nasution, Didaktis Asas-asas Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-I, hal.
73.
65
Ahmad Fauzi, Psikologi Umum. (bandung: CV. Pustaka Setia, 2004), hal. 60
39
b. Self-expression
Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Tahu
mengapa dan bagaimana suatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu
kejadian. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar.
c. Self-enchanment
Melalui ektualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan
meningkatkan kemajuan diri seseorang.66
Pendapat-pendapat
lain
para
ahli
mengenai
definisi
motivasi
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Menurut M. Utsman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang
membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah
laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu.67
b. Menurut Hoy dan Miskel motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang
kompleks,
dorongan-dorongan,
kebutuhan-kebutuhan,
pernyataan-
pernyataan, ketegangan atau (Tansion States), atau mekanisme-mekanisme
lkainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiuatan yang diinginkan
kearah tujuan-tujuan personal.68
c. Menurut Winkel menyatakan bahwa motivasi adalah motif yang sudah
menjadi aktif pada saat tertentu.69
d. Menurut Sarlinto Wirawan Sarwono motivasi merupakan istilah yang lebih
umum, yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk di
66
Ibid., hal. 87
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu pengantar…, hal. 132
68
Ibid., hal. 133
69
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002), hal. 244
67
40
dalamnya situasi-situasi yang mendorong timbulnya tindakan atau tingkah
laku individu.70
e. Menurut M. Ngalim Purwanto, pengertian motivasi itu sendiri yaitu:
"suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan
menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu".71
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa perbedaan antara motivasi dan motif itu sendiri
adalah bahwa motif sebagai hal-hal yang memicu timbulnya dari motivasi itu
sendiri, yang kemudian motif tersebut mendorong adanya tindakan atau
tingkah laku. Dengan demikian motif ini sebagai awal daripada terbentuknya
motivasi.
2. Jenis dan Sifat motivasi
a. Jenis Motivasi
Motivasi banyak jenisnya. Para ahli mengadakan pembagian
jenis-jenis motivasi menurut teorinya masing-masing. Dan sekian
banyak motivasi, dapat diajukan tiga pendekatan untuk menentukan
jenis-jenis motivasi, yakni:72
1) Pendekatan kebutuhan
Abraham H. Maslow melihat motivasi dari segi kebutuhan
manusia. Kebutuhan manusia bertingkat-tingkat. Pemuasan terhadap
70
Ibid.,
M.Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
71
hal. 3
72
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran…, hal. 109
41
tingkat kebutuhan tertentu dapat dilakukan jika tingkat kebutuhan
sebelumnya telah mendapat pemuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu
adalah:
(a) Kebutuhan fisiologis, yakni kebutuhan primer yang harus
dipuaskan lebih dulu, yang terdiri dari kebutuhan pangan,
sandang, dan tempat tinggal.
(b) Kebutuhan keamanan, yakni kebutuhan yang meliputi keamanan
batin atau keamanan barang atau benda.
(c) Kebutuhan sosial, yang terdiri dari kebutuhan perasaan untuk
diterima oleh orang lain, perasaan dihormati, kebutuhan untuk
berpretasi, dan kebutuhan perasaan berpartisipasi.
(d) Kebutuhan berprestise yakni kebutuhan yang erat hubungannya
dengan status seseorang.
2) Pendekatan fungsional
Pendekatan ini berdasarkan pada konsep-konsep motivasi
yakni penggerak, harapan, intensif.
3) Pendekatan Deskriptif
Masalah
motivasi
ditinjau
dari
pengertian-pengertian
deskriptif yang menunjuk pada kejadian-kejadian yang dapat diamati
dan hubungan-hubungan tematik.
42
b. Sifat Motivasi
Berdasarkan pengertian dan analisis motivasi, pada pokoknya
motivasi memiliki dua sifat, yakni motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.73
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam
situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan-kebutuhan dan tujuan
siswa itu sendiri. Motivasi ini sering disebut "motivasi murni", atau
motivasi yang sebenarnya yang timbul dari dalam diri siswa,
misalnya
keinginan
untuk
mendapat
ketrampilan
tertentu,
memperoleh informasi.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
fungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh
seseorang itu akan belajar, karena tahu besok pagi akan ujian
dengan harapan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh
pacarnya, atau temannya. Jadi bukan karena belajar ingin
mengetahui sesuatu tetapi ingin mendapat nilai baik, atau agar
mendapat hadiah. Jadi, motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai
bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan
73
Ibid., hal 112
43
diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar.74
3. Pengertian Belajar
Kata belajar berasal dari kata ajar yang menurut KBBI berarti
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketaui, sedangkan belajar
adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.75 Belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.76
Belajar (learning) seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang
relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian
dari pengalaman-pengalaman.77 Tetapi, belajar itu sendiri merupakan satu
kegiatan yang terjadi di dalam diri seseorang yang sukar untuk diamati
secara langsung.
Menurut Witherington, dalam buku Educational Psychologi.
"belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian".
Menurut Morgan "belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan
atau pengalaman". Sedangkan menurut Hilgard dan Bower, dalam buku
Sardiman. A.M., Interaksi dan Motivasi…, hal. 91
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia…, hal. 17
76
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor …, hal. 2
77
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar..., hal.207
74
75
44
Theoris of Learning (1975) "belajar berhubungan dengan perubahan
tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan
tingkah
laku
itu
tidak
dapat
dijelaskan
atau
dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat
seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya) ".78
Menurut James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai
proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.79 Dengan belajar seseorang mengalami perubahan kualitatif
individu sehingga berkembang. Dalam proses belajar, seseorang
berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua
alat indera.
Howard L. Kingsley belajar adalah proses dimana tingkah laku
(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.80
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar
dapat didefinisikan sebagai berikut: "belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
78
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006),
79
Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.
80
Ibid., hal. 127
hal.84
126
45
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.81
Skinner memberikan definisi belajar "learning is a process of
progressive behavior adaption". Berdasarkan definisi tersebut dapat
dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptis yang
bersifat progresif.82 McGeoch memberikan definisi mengenai belajar
"learning is a change as a result of practice". Ini berarti bahwa belajar
membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai
akibat dari latihan (practice). Belajar merupakan suatu proses yang
mengakibatkan adanya perubahan perilaku individu (change in behavior
or performance).83
Belajar dapat didefinisikan, suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan
dan sebagainya.84
Berdasarkan dari definisi-definisi di atas, diasumsikan sebagai ciriciri pengertian belajar, yaitu bahwa:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman.
c. Untuk dapat di sebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantab.
81
Ibid., hal. 128
Bimo Walgito, pengantar Psikologi Umum, (Jogjakarta: Andi, 2004), hal. 166
83
Ibid., hal. 166-167
84
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan., (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 49
82
46
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis. 85
e. Belajar adalah proses memperoleh perubahan
f. Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif
langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
g. Belajar merupakan proses yang secara umum menetap, ada
kemampuan bereaksi, adanya suatu yang diperkuat dan dilakukan
dalam bentuk praktik atau latihan.86
Berdasarkan beberapa pengertian motivasi dan belajar yang telah
dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan yang dapat memberikan
dorongan kepada kegiatan belajar. Motivasilah yang mendorong siswa
ingin melakukan kegiatan belajar
Dengan kata lain, motivasi belajar itu adalah dorongan dari dalam
diri seseorang untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan
mengadakan perubahan di dalam dirinya, mencakup perubahan tingkah
laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sebagainya.
4. Fungsi motivasi dalam belajar
Motivasi merupakan tenaga dorong selama tahapan proses belajar
yang berfungsi untuk:
85
86
211
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan…,hal.85
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar..., hal. 210-
47
a. Mencari dan menemukan informasi mengenai hal-hal yang dipelajari.
b. Menyerap informasi dan mengolahnya.
c. Mengubah
informasi
yang
didapat
ini
menjadi
suatu
hasil
(pengetahuan, perilaku, ketrampilan, sikap dan kreativitas).87
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi belajar
Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk
belajar, yaitu:88
a. Motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk
karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk
mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
b. Motivasi belajar dari faktor eksternal. Motivasi ini dapat berupa
rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat
memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.
6. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
Di dalam kegiatan belajar
mengajar peranan motivasi baik
intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar
dapat mengembangkan aktivitas dan inisitaif, dapat mengarahkan dan
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
a. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah, diantaranya: a) memberi angka, b) hadiah,
c) saingan kompetisi, d) ego-involvement, e) memberi ulangan, f)
87
http://episentrum.com/artikel-psikologi/faktor-faktor-yang-mempengaruhiprestasi/#more-515 diakses tanggal 02 Nopember 2010
88
Anneahira, Motivasi Belajar, http://www.Anneahira.com/motivasi/Index.Htm diakses tgl
02 Nopember 2010
48
mengetahui hasil, g) pujian, h) hukuman, i) hasrat untuk belajar, j)
minat, k) tujuan yang diakui.89
C. Hubungan Kreativitas Guru Bahasa Arab terhadap Motivasi Belajar
Guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik
dalam melayani peserta didik sehingga peserta didik akan menilainya bahwa
guru memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas
lebih baik dari yang telah dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang
telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih
baik dari sekarang.
Suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa
tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. hal ini bisa jadi disebabkan
gaya mengajar guru yang kurang kreatif. Gaya mengajar guru tidak sejalan
dengan gaya belajar siswa. Metode mengajar guru itu-itu saja. Misalnya, hanya
menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar
di kelas. Ketika di kelas, guru selalu duduk dengan santainya di kursi. ketidak
pedulian guru terhadap tingkah laku dan perbuatan anak didik merupakan
pengajaran yang cepat membosankan. Karena guru kurang dapat menguasai
keadaan kelas, kegaduhan sering terjadi di sudut-sudut kelas. Akibatnya jalan
pengajaran kurang menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu guru dan
murid. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan motivasi
dan kegairahan belajar siswa. Begitupun siswa gagal menumbuhkan motivasi
89
Sardiman. A.M., Interaksi dan Motivasi…, hal. 92
49
belajar yang seharusnya mereka gunakan untuk mendapatkan pengetahuan dari
hasil belajar.
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan
pandai mengambil hati siswa. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajar
dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologi siswa. Kreativitas
mengajarnya mempunyai relevansi dengan belajar siswa, sehingga senantiasa
siswa menjadi lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan aktif
dan terkendali.
Kreativitas guru merupakan kemampuan untuk menciptakan suatu
kondisi agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Kreativitas
didefinisikan sebagai proses mental yang melibatkan penciptaan suatu konsep
dan ide-ide yang baru atau melihat hubungan yang baru antara berbagai konsep
dengan ide-ide yang telah ada.90 Kreativitas dalam pembelajaran merupakan
pengembangan potensi di luar batasan inteligensi, menemukan cara yang baru
yang lebih baik untuk memecahkan masalah pendidikan dan meningkatkan
pengetahuan dalam proses pembelajaran.
Pengembangan kreativitas seorang guru dalam menggunakan variasi
mengajar sangat berperan dalam memotivasi siswa dalam belajar. Kreativitas
adalah kemampuan untuk menciptakan hasil yang sifatnya baru, inovatif,
belum ada sebelumnya, menarik, aneh dan berguna bagi masyarakat.91
Sedangkan variasi mengajar yang dapat dilakukan oleh guru pun salah satunya
adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal ini variasi
90
www.shoutmix.com, diakses 30 Maret 2013
Nana Syodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya 2004), hal. 104
91
50
media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktil. Sehigga
Kreativitas seorang guru dalam pengembangan variasi mengajar tentu saja
tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan
dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar
mengajar, memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi,
membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, memberi kemungkinan
pilihan dan fasilitas belajar individual dan mendorong anak didik untuk
belajar.92
Kemampuan guru untuk lebih kreatif untuk melilih kreativitas mengajar
dalam proses belajar mengajar yang meliputi tiga aspek, yaitu kreatif dalam
gaya mengajar, kreatif dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan
kreatif dalam interaksi antara guru dan siswa.
Dapat disimpulkan bahwa kreativitas variasi mengajar yang dilakukan
oleh guru dalam pembelajaran merupakan perubahan dalam proses kegiatan
yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta
mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini disusun oleh Agus Rohman dengan judul ”Pengaruh
Metode Hukuman Terhadap Motivasi dan Kedisiplinan Belajar Al-Qur’an
Hadist pada Siswa-Siswi Kelas VII Madrasar Tsanawiyah Darul Hikmah
Tulungagung”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif.
92
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 2010). hal. 2-3
51
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) adakah pengaruh metode
hukuman terhadap motivasi belajar Al-Qur’an hadits pada siswa-siswi kelas X
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek? 2) Adakah pengaruh metode
hukuman terhadap kedisiplinan belajar Al-Qur’an Hadits siswa-siswi kelas X
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek?
Kesimpulannya adalah sebagai berikut: 1) Berdasarkan analisis hasil
angket bahwa metode hukuman bagi siswa-siswi kelas X Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Trenggalek untuk memotivasi belajar Al-Qur’an hadist adalah
baik dan membimbing. 2) Berdasarkan analisis hasil angket bahwa metode
hukuman bagi siswa-siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN)
Trenggalek untuk mendisiplinkan belajar Al-Qur’an hadist adalah baik dan
membimbing.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat
kebenarannya.93 Hipotesis juga bisa diartikan seagai suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul.94
Adapun hipotesis yang diajukan adalah ”Adakah hubungan kreativitas
guru Bahasa Arab dan motivasi siswa kelas VII di MTs Darul Hikmah
Tulungagung”.
93
J. Sitorus, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Tarsito,1995) hal.15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002) hal.64
94
Download