BAB II LANDASAN TEORI A. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Kata kreatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti memiliki daya cipta, sedangkan kreativitas berarti kemampuan untuk mencipta.1 Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan- penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.2 Kreativitas merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan sesuatu yang hal baru, cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat.3 Kreativitas sebagai pemikiran yang bercabang, kemampuan menghasilkan sebuah variasi yang terdiri dari berbagai solusi meskipun aneh dan tidak biasa terhadap sebuah masalah. Pemikiran bercabang memiliki empat buah fitur penting yaitu: kefasihan, kemampuan menghasilkan aneka respon tanpa interupsi eksternal terhadap sebuah stimulus atau masalah fleksibilitas, kemampuan untuk mendekati sebuah masalah dari berbagai sudut. Orisinilitas, kemampuan menciptakan sebuah 1 Peter Salim dan Yenny Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. (Jakarta: Modern English Press, 2003). hal. 599 2 Utami Munandar, pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 6 3 Nana Syaodih Sukmadinata, landasan Psikologi…, hal. 104 13 14 respon yang unik. Keluasan, kemampuan menambahkan kekayaan atau aneka detail terhadap sebuah respon.4 Menurut Utami Munandar kreativitas adalah “pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain”.5 Sedangkan Samiun seperti yang dikutip oleh Retno Indayati menyebutkan kreativitas adalah “kemampuan untuk membuat kombinasikombiasi baru/melihat hubungan-hubungan baru di antara unsur data atau hal-hal yang sudah ada sebelumnya”.6 Menurut Supriyadi yang dikutip oleh Yeni Rachmawati kreativitas adalah “kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada”.7 Kreativitas merupakan kemampuan untuk mengekspresikan dan mewujudkan potensi daya berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan unik/kemampuan mengkombinasikan sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lain agar lebih menarik. Dari berbagai pandangan tersebut di atas, kreativitas dalam mengajar besar pengaruhnya dalam kemajuan pelaksanaan pendidikan apalagi mengajar, kreativitas guru dalam melaksanakan tugas dapat 4 Kelvin Seifert, Manajemen pembelajaran dan Instruksi Pendidikan, (Jogjakarta: IRCSOD, 2009), hal.156-157 5 Munandar, Kreatifitas dan Keterbakatan…, hal. 24 6 Retno Indayati, Kreatifitas Guru dalam Proses Pembelajaran (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2002), hal. 13 7 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 11 15 memacu kemampuan untuk menghasilkan, merespon, mewujudkan ide, dan menanggapi berbagai permasalahan pendidikan yang muncul serta keberadaan guru yang kreatif memungkinkan peserta didik juga lebih kreatif lagi. Kreativitas sangat penting dalam kehidupan. Ia memberikan penjelasan bahwa dengan kreativitas, kita akan terdorong untuk mencoba berbagai macam cara dalam melakukan sesuatu. Oleh karena kreatif, secara alamiah kita banyak melakukan banyak kesalahan. Namun, jika kita punya keberanian untuk tetap bertahan di tengah kesalahan-kesalahan kita, maka kita akan mendapat jawabannya. Ketika kreativitas menyala-nyala, orang bisa mengalami apa yang disebut sebagai “momen putih” atau “mengalir (flow)”. Ketika mengalir, orang berada pada keadaan puncaknya. Mengalir dapat terjadi pada semua wilayah. satu prasyaratnya adalah keterampilan secara sempurna sesuai dengan tuntutan momen tersebut sehingga seluruh kesadaran-diri melenyap.8 2. Karakteristik Kreativitas Seorang yang kreatif adalah orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian tertentu seperti: mandiri, bertanggungjawab, bekerja keras, motivasi tinggi, optimis, punya rasa ingin tahu yang besar, percaya diri, terbuka, memiliki toleransi, kaya akan pemikiran dan lain-lain.9 8 Nganun Naim, Menjadi Guru Inspiratif,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hal.244 Nana Syaodih, Landasan Psikologi..., hal. 105 9 16 Individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru c. Panjang akal d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas h. Berpikir fleksibel i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih baik j. Kemampuan membuat analisis dan sitesis k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.10 Treffinger yang dikutip oleh Utami Munandar mengatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakannya. Rencana inovatif serta produk orisinil mereka telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya. Tingkat energi, spontanitas, dan kepetualangan yang luar biasa sering tampak pada orang kreatif. Siswa berbakat kreatif 10 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor...., hal. 147-148 17 biasanya mempunyai rasa rumor yang tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai sudut tinjau, memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep, atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan.11 Guru sebagai upaya mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak, dibutuhkan guru yang kreatif. Ciri-ciri guru kreatif adalah sebagai berikut: a. Kreatif dan menyukai tantangan Guru yang dapat mengembangkan potensi pada diri anak adalah merupakan individu yang kreatif. Tanpa sifat ini guru sulit dapat memahami keunikan karya dan kreativitas anak. Guru harus menyukai tantangan dan hal yang baru sehingga guru tidak akan terpaku pada rutinitas ataupun mengandalkan program yang ada. Namun ia senantiasa mengembangkan, memperbarui dan memperkaya aktivitas pembelajarannya.12 b. Menghargai karya anak Karakteristik guru dalam mengembangkan kreativitas sangat menghargai karya anak apapun bentuknya. Menghargai sangat prinsipil sifatnya. Tanpa sikap ini mustahil anak akan bersedia mengekspresikan dirinya secara bebas dan menyelesaikan tugas-tugasnya. 11 Utami Munandar, pengembangan Kreativitas..., hal. 35 Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas…, hal. 45 12 mandiri dalam 18 c. Motivator Guru sebagai motivator adalah “memberikan dorongan dan semangat agar siswa mau dan giat belajar”.13 Dalam upaya memberi motivasi anak didik guru harus mampu menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.14 Guru sebagai motivator harus paham dan mengerti kondisi siswa untuk dapat mengantarkan peserta didik pada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. d. Ekspresif, penuh penghayatan, dan peka pada perasaan Kematangan emosional guru adalah hal yang penting untuk dapat menyelami hasil kreativitas anak. Sikap yang luwes dalam menunjukkan penghargaan dan bimbingan terhadap peserta didik, dapat menjadi modal berkembangnya kreativitas. Guru harus memiliki penghayatan dan peka dan dapat menyelami proses hasil kreativitas siswa, tanpa memiliki kepekaan pada perasaannya mungkin penghargaan dan pujian pun akan terasa hambar, dan sekadar formalitas belaka.15 e. Evaluator Guru sebagai evaluator harus dapat melaksanakan penilaian dengan baik dan jujur.16 Dalam hal ini guru harus menilai segi-segi yang seharusnya dinilai, yaitu kemampuan intelektual, sikap dan 13 Ibid., 26 Zakiyah Daradjat dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 140 15 Yeni Rachmawati, Strategi Pengembangan Kreativitas…, hal. 46 16 Djamarah, Guru dan Anak Didik, 47 14 19 tingkah laku anak didik, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui sejauh mana kreativitas pembelajaran yang dilakukan. f. Memberi kesempatan pada anak untuk mencoba dan mengembangkan kemampuan, daya pikir dan daya ciptanya. Ciri-ciri kreativitas guru di atas perlu dikembangkan, mengingat betapa besarnya tanggung jawab guru dalam pembentukan pribadi anak didiknya. Guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas. Kreativitas guru merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Sebagaimana menurut E. Mulyasa yang menyatakan bahwa Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat proses pendidikan.17 Selanjutnya, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik sehingga peserta didik akan menilainya bahwa guru memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas lebih baik dari yang telah dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang. 17 52 E. Mulyasa, menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 20 3. Teori Proses Kreatif a. Teori Wallas Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang banyak dikutip ialah teori Wallas yang dikemukakan tahun 1026 dalam bukunya The Art of Thought, yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap: 1) Persiapan. Pada proses ini seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang dan sebagainya. 2) Inkubasi. Pada proses ini seseorang terdapat pada tahap di mana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi "mengeramnya" dalam alam prasadar. 3) Iluminasi. Pada proses ini seseorang terdapat pada tahap timbulnya "intight" saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta prosesproses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru. 21 4) Verifikasi atau tahap evaluasi. Pada proses ini seseorang terdapat pada tahap di mana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen. b. Teori tentang Belahan Otak Kanan dan Kiri Setelah anak dilahirkan, gerakan-gerakan yang semula belum berdiferensiasi berkembang menjadi pola dengan preferensi untuk kiri atau kanan. Pada umumnya orang lebih biasa menggunakan tangan kanan (berarti didominasi belahan otak kiri), tetapi ada orang-orang yang termasuk kidal (left-handed) mereka dikuasai oleh belahan otak kanan. Dihipotesiskan bahwa belahan otak kanan terutama berkaitan dengan fungsi-fungsi kreatif.18 Ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif dibagi dalam dua aspek aptitude dan non uptitude. Ciri-ciri uptitude adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir, sedangkan ciri-ciri non uptitude adalah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas Munandar mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah:19 1) Faktor internal individu Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya: a) Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam individu. 18 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas..., hal. 39-40 Munandar, Pengembangan Kreativitas..., hal. 41 19 22 b) Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena kritik dan pujian dari orang lain. c) Kemampuan untuk bermain dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. 2) Faktor eksternal (lingkungan) a) Lingkungan dalam arti luas adalah budaya dan masyarakat, misalnya: (1) Tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan media. (2) Adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan masyarakat. (3) Menekankan pada becoming dan tidak hanya being artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang. (4) Memberi kebebasan terhadap semua warga negara tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin. (5) Adanya kebebasan setelah pengalaman tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati. (6) Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan yang berbeda. (7) Adanya toleransi terhadap pandangan yang berbeda. (8) Adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan (9) Adanya insentif dan penghargaan bagi hasil karya kreatif. b) Lingkungan dalam arti sempit yaitu keluarga dan lembaga pendidikan.20 5. Tingkatan dalam Proses Berfikir Kreatif Dalam berpikir kreatif ada beberapa tingkatan sampai seseorang memperoleh sesuatu hal yang baru atau pemecahan masalah. Tingkatantingkatan menurut Bimo Walgito adalah: (a) Persiapan (preparation) yaitu tingkatan seseorang memformulasikan masalah, dan mengumpulkan fakta-fakta atau materi yang dipandang berguna dalam memperoleh pemecahan yang baru. (b) Tingkat inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah tersebut pada jiwa seseorang, karena individu tidak segera memperoleh pemecahan masalah. 20 http://psikologikreativitasump.wordpress.com (diskses 29 Mei 2013) 23 (c) Tingkat pemecahan atau iluminasi, yaitu tingkat mendapatkan pemecahan masalah, orang mengalami "aha!", secara tiba-tiba memperoleh pemecahan. (d) Tingkat evaluasi, yaitu mengecek apakah yang diperoleh pad atingkat iluminasi itu cocok atau tidak. Apabila tidak cocok lalu meningkat pada tingkat berikutnya (e) Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap pemecahan yang diperolehnya.21 Sedangkan Gulford yang dikutip oleh Siswono mengemukakan dua asumsi dalam berpikir kreatif, yaitu: pertama, setiap orang dapat kreatif sampai suatu derajat tertentu dalam suatu cara tertentu. Kedua, kemampuan berpikir kreatif merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari.22 6. Model Kreativitas Guru a. Kreativitas Guru dalam Mengembangkan Strategi Secara umum stategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.23 Sedangkan menurut Slameto, stategi adalah “suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi (pengajaran)”.24 Dengan demikian stategi belajar mengajar merupakan usaha guru dalam menggunakan variabel pengajaran, sehingga dapat mempengaruhi pada peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan, 21 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi..., hal.190 Tatang E.Y.Siswono, Model Pembelajaran..., hal.24 23 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Stategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 11 24 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 90 22 24 sehingga stategi belajar mengajar juga bisa diartikan sebagai politik/taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan praktek mengajar di kelas. Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, untuk dapat mewujudkan proses belajar mengajar, maka langkah-langkah strategi belajar mengajar meliputi: 1) Mengidentifikasikan dan menetapkan kekhususan perubahan perilaku peserta didik yang diharapkan. 2) Memilih pendekatan belajar mengajar berdasarkan citacita dan pandangan hidup masyarakat. 3) Memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggap efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. 4) Memilih dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan evaluasi (penilaian).25 Dalam memilih stategi pembelajaran diperlukan suatu pendekatan tertentu yang merupakan titik tolak/sudut pandang dan penekanan terhadap tujuan pengajaran. Berdasarkan orientasinya, pendekatan dalam menggunakan stategi pembelajaran dapat dibagi dalam: 1) Reader centered, yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru. 2) Student centered, yaitu pendekatan yang berorientasi pada murid.26 3) Material centered, yaitu pendekatan yang berorientasi pada materi.27 25 Ahmadi dan Prasetya, Stategi Belajar Mengajar..., hal. 46 M. Suparta dan Henry Noer Ali, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Armico, 2003), hal. 13 27 W. Gulo, Stategi Belajar Mengajar (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002), hal. 5 26 25 Inti dari proses pengajaran adalah kegiatan belajar para siswa, tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh pendekatan mengajar yang digunakan oleh guru. Beberapa model pendekatan pembelajaran, menurut Nana Sudjana dapat digolongkan menjadi tiga model utama, yaitu: 1) Model interaksi sosial (social interaction models). Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara individu/siswa yang satu dengan yang lainnya/antara individu dengan masyarakat. 2) Model proses informasi (information processing models). Model pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 3) Model mifidikasi tingkah laku (behavior modification models). Model pendekatan ini menekankan pada teori tingkah laku, sebagai aplikasi dari teori belajar behavioristik.28 Proses belajar mengajar yang terarah pada peningkatan kualitas manusia secara utuh meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik melibatkan berbagai jenis stategi pembelajaran. b. Kreativitas Guru dalam Memilih dan Menggunakan Metode Hadi Susanto dalam Ramayulis, mengatakan bahwa “sesungguhnya cara atau metode mengajar adalah suatu seni dalam hal ini seni mengajar”.29 Metode mengajar adalah “jalan yang diikuti untuk memberikan pengertian pada murid-murid tentang segala macam materi dalam berbagai pelajaran”.30 Sedangkan metode 28 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2002), hal. 154-156 29 30 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hal. 107 Ibid., hal. 109. 26 mengajar menurut M. Suparta dan Hery Noer Ali adalah “cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada pelajar”.31 Jadi metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan interaksi dan komunikasi dengan peserta didik pada saat berlangsungnya suatu pengajaran. Mengajar merupakan upaya guru dalam menciptakan situasi belajar, maka yang harus dipegang oleh seorang guru adalah bagaimana menciptakan suasana belajar yang bervariasi, karena penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi memungkinkan materi pelajaran dapat lebih mudah diserap oleh siswa. Tujuan penggunaan metode yang tepat dalam pendidikan adalah untuk memperoleh efektifitas dari kegunaan metode itu sendiri.32 Seorang guru ketika menggunakan metode tertentu dikatakan tepat dan efektif terlihat apabila peserta didik merasa senang dan tidak terbebani serta timbulnya minat dan perhatian untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Pemilihan metode mengajar yang tepat terkait dengan efektifitas pengajaran, ketepatan penggunaan metode mengajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi: 1) Tujuan belajar yang hendak dicapai Yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat dinampakkan siswa setelah proses belajar mengajar.33 Oleh sebab itu guru harus benar-benar selektif dalam menggunakan suatu metode tertentu, sehingga sesuai dengan tujuan belajar yang diinginkan, baik tujuan 31 M. Suparta dan Hery Noer Ali, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Armico, 2003), hal. 159 32 Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 101 33 Slameto, Proses Belajar Mengajar..., hal. 98 27 pembelajaran ditinjau dari aspek afektif, kognitif, ataupun psikomotorik. 2) Keadaan peserta didik Keadaan pelajar berhubungan dengan kemampuan siswa untuk menangkap dan memperkembangkan bahan pengajaran yang diajarkan.34 Dalam hal ini guru setidaknya mengetahui baik fisik dan psikologis peserta didik maupun kuantitas besar kecilnya, jumlah siswa yang mengikuti pelajaran, sehingga penggunaan metode dapat dilakukan secara tepat dan efektif. 3) Bahan/materi pengajaran Dalam menetapkan metode yang harus diperatikan guru adalah bahan pengajaran, baik isi, sifat maupun cakupannya.35 Pemilihan metode oleh guru harus disesuaikan dengan isi materi pelajaran, sehingga mempermudah siswa untuk menerima, serta memahami materi pelajaran yang disampaikan. 4) Situasi belajar mengajar Situasi belajar mengajar dalam digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu situasi yang dapat diperhitungkan sebelumnya dan situasi yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.36 Oleh sebab itu guru harus tanggap dalam menghadapi perubahan situasi dan keadaan yang dapat mempengaruhi jalannya proses pengajaran. 5) Fasilitas 34 35 36 Ibid., hal. 99 Suparta dan Ali, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., hal. 165 Ibid., hal. 166 28 Fasilitas yaitu bahan atau alat Bantu serta fasilitas yang lain yang bersifat fisik maupun nonfisik.37 Dalam hal ini guru sebaiknya memanfaatkan daya Kreativitasnya serta kecakapannya untuk menggunakan fasilitas yang tersedia untuk mengefektifkan metode yang digunakan. 6) Guru Menurut Ahmad Tafsir guru adalah “orang yang memegang mata pelajaran di sekolah”.38 Setiap guru mempunyai kepribadian keguruan yang berbeda-beda serta memiliki kemampuan yang tidak sama keguruannya, untuk dapat melaksanakan guru harus menyadari tugas dan sepenuhnya peran tentang penguasaannya dalam menggunakan suatu metode yang sesuai dengan kepribadiannya. Menurut Ahmad Patoni, beberapa metode pendidikan agama Islam yang dapat dipergunakan oleh guru di antaranya: Metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi atau musyawarah atau sarasehan, metode permainan dan simulasi (game and simulation), metode latihan siap, metode demonstrasi dan eksperimen, metode karya wisata atau sosio wisata, metode kerja kelompok, metode sosio drama dan bermain peran, metode sistem pengajar beregu (team teaching), metode pemecahan masalah, metode anugrah, dan lain-lain.39 Sedangkan menurut Ramayulis, ada tiga prinsip yang mendasari metode mengajar dalam Islam, yaitu: 37 Ibid., hal. 167 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 75 39 Ahmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), hal. 110 38 29 1) Sifat-sifat metode dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Islam. 2) Berkenaan dengan metode mengajar yang prinsipprinsipnya terdapat dalam Al-Qur'an atau disimpulkan daripadanya. 3) Membangkitkan motivasi dan adanya kedisiplinan.40 Oleh karena itu, guru pendidikan agama Islam harus mampu memilih dan menentukan metode yang sesuai serta membuat variasi-variasi metode pengajaran, karena tidak ada satu metode yang paling baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan setiap metode mempunyai kelebihan maupun kekurangan yang harus disesuaikan dengan pencapaian tujuan pembelajaran serta efektifitas pembelajaran. c. Kreativitas Guru dalam Memilih dan Menggunakan Media Pada hakikatnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara pihak pengajar sebagai pengantar pesan dan peserta didik sebagai penerima pesan dengan bantuan alat/media sebagai perantara yang dapat membantu pesan tersebut tersampaikan. Menurut Muhaimin, “media pembelajaran pendidikan agama Islam mencakup semua sumber yang dapat dijadikan perantara (medium) untuk dimuati pesan nilai-nilai pendidikan agama yang akan disesuaikan kepada peserta didik”.41 Jadi media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, sehingga 40 41 Ramayulis, Metodologi Pengajaran..., hal. 110 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 152 30 dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, pengalaman, dan minat siswa, sehingga terjadi proses belajar. Berkenaan dengan fungsi dan manfaat media pendidikan, maka media dapat berfungsi sebagai edkatif, sosial, ekonomis, politis, dan seni budaya.42 Sedangkan manfaat dan kegunaan media dalam proses belajar mengajar adalah: a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas. b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra. c. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi pasif anak didik.43 Faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan media menurut Arif S. Sadiman di antaranya adalah karakteristik siswa, stategi belajar mengajar, organisasi kelompok besar, alokasi waktu, dan sumber dana, serta prosedur penilaian.44 Sedangkan penggunaan media pengajaran sangat bergantung pada: a. Kesesuaian media dengan tujuan pengajaran yang dirumuskan b. Kesesuaian dengan tingkat kemampuan siswa.45 c. Kemudahan memperoleh media d. Ketrampilan dalam menggunakannya.46 42 Daradjat dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam..., hal. 228 Chaerudin, Media Membantu Mempertinggi Mutu Proses Pelajar (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hal. 21 44 Arif S. Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 83 45 Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 128 46 Chaerudin, Media Membantu Mempertinggi Mutu Proses Pelajar..., hal. 21 43 31 Akan tetapi alat pendidikan yang paling utama adalah guru itu sendiri. Menurut Nasution, guru berperan “sebagai komunikator, model, dan tokoh identifikasi”.47 Media mempunyai arti tersendiri bagi guru yang menggunakannya sehingga dapat membantu peserta didik memproses pesan-pesan pendidikan/bahan-bahan pembelajaran, alatalat pendidikan tidak dengan sendirinya akan meningkatkan kulaitas proses pembelajaran, akan tetapi di tangan gurulah alat-alat ini dapat mempertinggi proses belajar yang akhirnya dapat mempertinggi hasil belajar yang diharapkan. d. Kreativitas Guru dalam Pengelolaan Kelas Peran guru salah satunya adalah guru sebagai pengelola kelas, sebagai pengelola kelas menurut Usman guru harus “mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan yang perlu diorganisir”.48 Menurut Ali Rohmad “kelas merupakan satuan unit kecil siswa yang berinteraksi dengan guru dalam proses belajar mengajar yang beragam keunikan yang dimiliki”.49 Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam menyikapi berbagai macam karakteristik serta keunikan yang dimiliki peserta didik, dan lingkungan kelas sebagai 47 Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hal. 17 48 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 10 49 Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2004), hal. 40 32 lingkungan belajar siswa harus dikelola secara baik, sehingga dapat memberikan dorongan kepada peserta didik untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar dalam situasi yang menyenangkan dan tidak monoton. Suharsimi Arikunto memberikan pengertian pengelolaan kelas sebagai berikut “suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar mencapai kondisi optimal, sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang diharapkan”.50 Sedangkan pengelolaan kelas dalam pandangan Nawawi seperti yang dikutip oleh Ali Rohmad adalah sebagai berikut: Kemampuan guru atau wali kelas dengan mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluasluasnya pada setiap personil untuk melakukan kegiatankegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas berikut dengan kurikulum dan perkembangan siswa.51 Berdasarkan pengertian pengelolaan kelas di atas, maka sasaran pengelolaan kelas dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengelolaan fisik dan pengelolaan siswa.52 Pengelolaan fisik meliputi segala fasilitas belajar yang ada di kelas dan tata laksana pengaturan kelas. Sedangkan pengelolaan siswa berkaitan dengan pemberian rangsangan dalam rangka membangkitkan dan mempertahankan motivasi siswa dalam pembelajaran. 50 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa: Sebuah Pendekatan Edukatif (Jakarta: Rajawali Press, 1986), hal. 67-68 51 Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan..., hal. 46 52 Ibid., hal. 47 33 Untuk dapat mengelola kelas dengan baik, terdapat teknik yang harus diketahui oleh guru, yaitu: 1) Teknik preventif Teknik ini digunakan untuk mencegah timbulnya tingkah laku pelajar yang mengganggu jalannya kegiatan belajar mengajar.53 Prosedur preventif merupakan inisiatif guru dan wali kelas untuk menciptakan kondisi yang baru dari inetraksi biasa menjadi interaksi edukatif dengan senantiasa membangkitkan motivasi siswa.54 Dengan menerapkan teknik preventif ini atau bisa dikatakan tindakan pencegahan tingkah laku peserta didik yang dapat mengganggu jalannya kegiatan belajar dapat ditekan seminimal mungkin dan menciptakan suasana yang berbeda, namun tetap berprinsip pada interaksi edukatif dengan tetap senantiasa memperhatikan motivasi belajar siswa. Kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran-pelajaran di kelas sebagai teknik dan tindakan yang bersifat preventif, menurut JJ. Hasibuan meliputi beberapa ketrampilan sebagai berikut: b) Menunjukkan sikap tanggap, kesan-kesan ketanggapan ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara memandang secara seksama, gerakan mendekati, memberi pernyataan, memberi reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan siswa. 53 54 Suparta dan Ali, Metodologi Pengajaran Agama Islam..., hal. 166 Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan..., hal. 55 34 c) d) e) f) Memberi perhtaian baik secara visual dan verbal Memusatkan perhatian kelompok Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas Menegur dengan keras, menghindari ocehan yang berlebihan dan jelas menghindari peringatan. g) Memberi penguatan baik kepada siswa yang mengganggu maupun siswa yang bertingkah laku positif.55 2) Teknik kuratif Kuratif adalah merupakan insiatif guru dan wali murid kelas untuk mengatasi bentuk perbuatan siswa yang dipandang bisa berpengaruh negatif terhadap proses belajar mengajar dengan jalan memberhentikan perbuatannya itu sekaligus membimbing agar memiliki perbuatan pendukung proses belajar mengajar. Dengan penerapan teknik kuratif ini berarti guru berusaha mengambil sikap dan tindakan-tindakan terhadap keadaan yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran. Stategi guru untuk mendapat mengembalikan kondisi kelas terhadap tindakan siswa yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar menurut Moh. Uzer Usman adalah sebagai berikut: a) Modifikasi tingkah laku. Guru dapat menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah, kemudian mencari solusi dengan memberikan penguatan secara sistematis dan berencana. b) Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan 55 JJ. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 84 35 memperlancar tugas-tugas serta memelihara kegiatan-kegiatan kelompok. c) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.56 Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku yang dapat menimbulkan masalah serta mencari sebab-sebab dasar yang mengakibatkan hal tersebut serta berusaha menemukan pemecahannya. Banyak pakar kesehatan mengatakan bahwa usaha preventif lebih baik daripada tindakan kuratif/mencegah lebih baik daripada mengobati. Namun demikian, meskipun guru telah melakukan usaha preventif dalam kenyataan masih ada saja aktivitas yang memerlukan tindakan. Dalam hal ini kompetensi guru untuk dapat mengelola kelas dengan baik dan berhasil menjadi kunci keberhasilan proses belajar mengajar. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta dapat mengendalikan serta mempertahankan hubungan siswa. Prinsip pengelolaan kelas agar tercipta suasana yang menyenangkan yaitu dengan “kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, keluwesan, penekanan pada hal-hal yang positif, dan penanaman disiplin diri”.57 56 57 Usman, Menjadi Guru Profesional..., hal. 100 Ibid., hal. 97 36 Reaksi guru sekecil apapun kepada peserta didik dalam pembelajaran akan memberikan dorongan semangat, karena siswa akan merasa lebih dekat dengan gurunya, sehingga dapat tercipta iklim kelas yang terkendali. Selain itu juga pemberian tantangan, baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan serta penggunaan alat, gaya dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar dan pada akhirnya akan menghindari kejenuhan. Dalam usaha mengelola kelas secara efektif guru harus memperhatikan beberapa hal yang harus dihindari agar usaha pengelolaan kelas dapat berhasil. Hal-hal yang harus dihidnari oleh guru dalam mengelola kelas antara lain campur tangan yang berlebihan (teachers instruction), kelayapan (fade away), ketidak tepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and starts), penyimpangan (digression), dan bertele-tele (over dwelling).58 Keterlibatan guru yang berlebihan sewaktu kegiatan belajar berlangsung, baik yang berupa komentar, pertanyaan atau petunjuk yang mendadak dan kurang tepat serta pembicaraan yang bersifat mengulang-ulang bahkan mengubah teguran yang sederhana menjadi kupasan yang panjang tak terarah akan mengganggu konsentrasi siswa. 58 Ibid. 37 B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Motivasi berpangkal dari kata "motif" yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.59 Istilah motivasi berasal dari bahasa latin "movere" yang berarti menggerakan. Motivasi juga diartikan sebagai keinginan atau dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara baik sadar maupun tidak sadar untuk melakukan suatu perbuatan dengan tujuan tertentu.60 Mc Donald merumuskan, bahwa "motivation is an energy change within the person characterized by affetictive arousal and anticipatory goal reaction", yang diartikan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.61 Motivasi adalah salah satu factor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi 59 Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 104 60 Peter Salim dan Yenny Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. (Jakarta: Modern English Press, 2003). Hal. 997 61 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hal. 106 38 sebagai proses di dalam diri individu yang aktif mendorong, memberikan arah dan menjaga perilaku setiap saat.62 Secara terminology motivasi berarti kekuatan-kekuatan yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar murid.63 Sebenarnya antara motif dan motivasi tidak dapat di pisahkan sehingga tak jarang para ahli menggunakan konteks motif dan motivasi adalah dua hal yang memiliki pengertian sama atau hampir sama. Dalam psikologi seringkali dibedakan antara istilah motif dan motivasi berikut penulis memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut S. Nasution mengemukan bahwa "motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu".64 "Motif dalam bahasa inggrisnya motive, berasal kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif erat hubungannya dengan gerak, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku".65 Sardiman mengutip dari frandsen, masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini: a. Cognitive motives Motif ini menunjuk pada gejala instrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. 62 Burhanudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Yogyakarta: ARRuzz Media, 2010), hal. 22 63 Amier Daein Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hal. 162 64 S. Nasution, Didaktis Asas-asas Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-I, hal. 73. 65 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum. (bandung: CV. Pustaka Setia, 2004), hal. 60 39 b. Self-expression Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Tahu mengapa dan bagaimana suatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar. c. Self-enchanment Melalui ektualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang.66 Pendapat-pendapat lain para ahli mengenai definisi motivasi diantaranya adalah sebagai berikut: a. Menurut M. Utsman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkan menuju tujuan tertentu.67 b. Menurut Hoy dan Miskel motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan- pernyataan, ketegangan atau (Tansion States), atau mekanisme-mekanisme lkainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiuatan yang diinginkan kearah tujuan-tujuan personal.68 c. Menurut Winkel menyatakan bahwa motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu.69 d. Menurut Sarlinto Wirawan Sarwono motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk di 66 Ibid., hal. 87 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab. Psikologi Suatu pengantar…, hal. 132 68 Ibid., hal. 133 69 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 244 67 40 dalamnya situasi-situasi yang mendorong timbulnya tindakan atau tingkah laku individu.70 e. Menurut M. Ngalim Purwanto, pengertian motivasi itu sendiri yaitu: "suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu".71 Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perbedaan antara motivasi dan motif itu sendiri adalah bahwa motif sebagai hal-hal yang memicu timbulnya dari motivasi itu sendiri, yang kemudian motif tersebut mendorong adanya tindakan atau tingkah laku. Dengan demikian motif ini sebagai awal daripada terbentuknya motivasi. 2. Jenis dan Sifat motivasi a. Jenis Motivasi Motivasi banyak jenisnya. Para ahli mengadakan pembagian jenis-jenis motivasi menurut teorinya masing-masing. Dan sekian banyak motivasi, dapat diajukan tiga pendekatan untuk menentukan jenis-jenis motivasi, yakni:72 1) Pendekatan kebutuhan Abraham H. Maslow melihat motivasi dari segi kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia bertingkat-tingkat. Pemuasan terhadap 70 Ibid., M.Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 71 hal. 3 72 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran…, hal. 109 41 tingkat kebutuhan tertentu dapat dilakukan jika tingkat kebutuhan sebelumnya telah mendapat pemuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah: (a) Kebutuhan fisiologis, yakni kebutuhan primer yang harus dipuaskan lebih dulu, yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan tempat tinggal. (b) Kebutuhan keamanan, yakni kebutuhan yang meliputi keamanan batin atau keamanan barang atau benda. (c) Kebutuhan sosial, yang terdiri dari kebutuhan perasaan untuk diterima oleh orang lain, perasaan dihormati, kebutuhan untuk berpretasi, dan kebutuhan perasaan berpartisipasi. (d) Kebutuhan berprestise yakni kebutuhan yang erat hubungannya dengan status seseorang. 2) Pendekatan fungsional Pendekatan ini berdasarkan pada konsep-konsep motivasi yakni penggerak, harapan, intensif. 3) Pendekatan Deskriptif Masalah motivasi ditinjau dari pengertian-pengertian deskriptif yang menunjuk pada kejadian-kejadian yang dapat diamati dan hubungan-hubungan tematik. 42 b. Sifat Motivasi Berdasarkan pengertian dan analisis motivasi, pada pokoknya motivasi memiliki dua sifat, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.73 1) Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa itu sendiri. Motivasi ini sering disebut "motivasi murni", atau motivasi yang sebenarnya yang timbul dari dalam diri siswa, misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu, memperoleh informasi. 2) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan fungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu akan belajar, karena tahu besok pagi akan ujian dengan harapan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu tetapi ingin mendapat nilai baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi, motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan 73 Ibid., hal 112 43 diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.74 3. Pengertian Belajar Kata belajar berasal dari kata ajar yang menurut KBBI berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketaui, sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.75 Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.76 Belajar (learning) seringkali didefinisikan sebagai perubahan yang relatif berlangsung lama pada masa berikutnya yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman.77 Tetapi, belajar itu sendiri merupakan satu kegiatan yang terjadi di dalam diri seseorang yang sukar untuk diamati secara langsung. Menurut Witherington, dalam buku Educational Psychologi. "belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian". Menurut Morgan "belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman". Sedangkan menurut Hilgard dan Bower, dalam buku Sardiman. A.M., Interaksi dan Motivasi…, hal. 91 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia…, hal. 17 76 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor …, hal. 2 77 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar..., hal.207 74 75 44 Theoris of Learning (1975) "belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya) ".78 Menurut James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.79 Dengan belajar seseorang mengalami perubahan kualitatif individu sehingga berkembang. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indera. Howard L. Kingsley belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan.80 Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: "belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang 78 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), 79 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 80 Ibid., hal. 127 hal.84 126 45 baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.81 Skinner memberikan definisi belajar "learning is a process of progressive behavior adaption". Berdasarkan definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptis yang bersifat progresif.82 McGeoch memberikan definisi mengenai belajar "learning is a change as a result of practice". Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice). Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku individu (change in behavior or performance).83 Belajar dapat didefinisikan, suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sebagainya.84 Berdasarkan dari definisi-definisi di atas, diasumsikan sebagai ciriciri pengertian belajar, yaitu bahwa: a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. c. Untuk dapat di sebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantab. 81 Ibid., hal. 128 Bimo Walgito, pengantar Psikologi Umum, (Jogjakarta: Andi, 2004), hal. 166 83 Ibid., hal. 166-167 84 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan., (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 49 82 46 d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis. 85 e. Belajar adalah proses memperoleh perubahan f. Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. g. Belajar merupakan proses yang secara umum menetap, ada kemampuan bereaksi, adanya suatu yang diperkuat dan dilakukan dalam bentuk praktik atau latihan.86 Berdasarkan beberapa pengertian motivasi dan belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar Dengan kata lain, motivasi belajar itu adalah dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam dirinya, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sebagainya. 4. Fungsi motivasi dalam belajar Motivasi merupakan tenaga dorong selama tahapan proses belajar yang berfungsi untuk: 85 86 211 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan…,hal.85 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar..., hal. 210- 47 a. Mencari dan menemukan informasi mengenai hal-hal yang dipelajari. b. Menyerap informasi dan mengolahnya. c. Mengubah informasi yang didapat ini menjadi suatu hasil (pengetahuan, perilaku, ketrampilan, sikap dan kreativitas).87 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi belajar Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:88 a. Motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. b. Motivasi belajar dari faktor eksternal. Motivasi ini dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan. 6. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisitaif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. a. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, diantaranya: a) memberi angka, b) hadiah, c) saingan kompetisi, d) ego-involvement, e) memberi ulangan, f) 87 http://episentrum.com/artikel-psikologi/faktor-faktor-yang-mempengaruhiprestasi/#more-515 diakses tanggal 02 Nopember 2010 88 Anneahira, Motivasi Belajar, http://www.Anneahira.com/motivasi/Index.Htm diakses tgl 02 Nopember 2010 48 mengetahui hasil, g) pujian, h) hukuman, i) hasrat untuk belajar, j) minat, k) tujuan yang diakui.89 C. Hubungan Kreativitas Guru Bahasa Arab terhadap Motivasi Belajar Guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik sehingga peserta didik akan menilainya bahwa guru memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas lebih baik dari yang telah dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang. Suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. hal ini bisa jadi disebabkan gaya mengajar guru yang kurang kreatif. Gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa. Metode mengajar guru itu-itu saja. Misalnya, hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar di kelas. Ketika di kelas, guru selalu duduk dengan santainya di kursi. ketidak pedulian guru terhadap tingkah laku dan perbuatan anak didik merupakan pengajaran yang cepat membosankan. Karena guru kurang dapat menguasai keadaan kelas, kegaduhan sering terjadi di sudut-sudut kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu guru dan murid. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan motivasi dan kegairahan belajar siswa. Begitupun siswa gagal menumbuhkan motivasi 89 Sardiman. A.M., Interaksi dan Motivasi…, hal. 92 49 belajar yang seharusnya mereka gunakan untuk mendapatkan pengetahuan dari hasil belajar. Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajar dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologi siswa. Kreativitas mengajarnya mempunyai relevansi dengan belajar siswa, sehingga senantiasa siswa menjadi lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan aktif dan terkendali. Kreativitas guru merupakan kemampuan untuk menciptakan suatu kondisi agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik. Kreativitas didefinisikan sebagai proses mental yang melibatkan penciptaan suatu konsep dan ide-ide yang baru atau melihat hubungan yang baru antara berbagai konsep dengan ide-ide yang telah ada.90 Kreativitas dalam pembelajaran merupakan pengembangan potensi di luar batasan inteligensi, menemukan cara yang baru yang lebih baik untuk memecahkan masalah pendidikan dan meningkatkan pengetahuan dalam proses pembelajaran. Pengembangan kreativitas seorang guru dalam menggunakan variasi mengajar sangat berperan dalam memotivasi siswa dalam belajar. Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan hasil yang sifatnya baru, inovatif, belum ada sebelumnya, menarik, aneh dan berguna bagi masyarakat.91 Sedangkan variasi mengajar yang dapat dilakukan oleh guru pun salah satunya adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal ini variasi 90 www.shoutmix.com, diakses 30 Maret 2013 Nana Syodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2004), hal. 104 91 50 media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktil. Sehigga Kreativitas seorang guru dalam pengembangan variasi mengajar tentu saja tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar, memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual dan mendorong anak didik untuk belajar.92 Kemampuan guru untuk lebih kreatif untuk melilih kreativitas mengajar dalam proses belajar mengajar yang meliputi tiga aspek, yaitu kreatif dalam gaya mengajar, kreatif dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan kreatif dalam interaksi antara guru dan siswa. Dapat disimpulkan bahwa kreativitas variasi mengajar yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran merupakan perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan. D. Penelitian Terdahulu Penelitian ini disusun oleh Agus Rohman dengan judul ”Pengaruh Metode Hukuman Terhadap Motivasi dan Kedisiplinan Belajar Al-Qur’an Hadist pada Siswa-Siswi Kelas VII Madrasar Tsanawiyah Darul Hikmah Tulungagung”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. 92 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2010). hal. 2-3 51 Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) adakah pengaruh metode hukuman terhadap motivasi belajar Al-Qur’an hadits pada siswa-siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek? 2) Adakah pengaruh metode hukuman terhadap kedisiplinan belajar Al-Qur’an Hadits siswa-siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek? Kesimpulannya adalah sebagai berikut: 1) Berdasarkan analisis hasil angket bahwa metode hukuman bagi siswa-siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek untuk memotivasi belajar Al-Qur’an hadist adalah baik dan membimbing. 2) Berdasarkan analisis hasil angket bahwa metode hukuman bagi siswa-siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Trenggalek untuk mendisiplinkan belajar Al-Qur’an hadist adalah baik dan membimbing. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya.93 Hipotesis juga bisa diartikan seagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.94 Adapun hipotesis yang diajukan adalah ”Adakah hubungan kreativitas guru Bahasa Arab dan motivasi siswa kelas VII di MTs Darul Hikmah Tulungagung”. 93 J. Sitorus, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Tarsito,1995) hal.15 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002) hal.64 94