BIOINDUSTRI KULTUR FEED BATCH DAN KONTINYU Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Email : [email protected] 1. PENDAHULUAN - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. KULTUR FED BATCH 3. KULTUR KONTINYU 1. PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Sejak berkembangnya kultur batch dan fed batch yang masih mengandung kelemahan tidak tinggi produksinya dan menghasilkan racun tinggi pada mediumnya, sehingga dikembangkan menjadi kultur kontinyu. Terminologi kultur kontiyu mengacu pada sistem dengan mengumpankan medium segar ke dalam kultur yang memiliki volume tetap, sehingga kultur melebihi kebutuhannya untuk mensintesa sel yang dibutuhkan. Pada bagian ini akan dibahas mengenai jenis kultur tersebut. 1.2 Tujuan Penguasaan materi dalam modul ini, yang dirancang sebagai landasan dasar kinetika dan pertumbuhan mikroba akan dapat Mengetahui dan mengenal karakteristik dan aplikasi pertumbuhan mikroba kultur fed batch, dan kontinyu 8 Minggu 8 SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT (SPEED) Terminologi kultur batch mengacu pada aplikasi kultur tertutup dengan nutrien yang terbatas. Kultur batch sebagai dasar kultur bakteri karena kultur batch akan menentukan pengembangan kultur selanjutnya. Hasil-hasil penelitian kultur batch dapat ditingkatkan ke skala besar dapat diaplikasikan ke dalam bioindustri. MODUL Bioindustri / Kultur Batch dan Kontinyu Brawijaya University 2012 1.3 Definisi • Terminologi kultur batch mengacu pada aplikasi kultur tertutup dengan nutrien yang terbatas. Merupakan kultur tertutup dimana medium segar berupa nutrien dengan jumlah tertentu diinokulasi dengan bakteri yang telah diketahui jumlahnya. Akhirnya nutrien habis dan terjadi akumulasi hasil akhir • Terminologi kultur kontiyu mengacu pada sistem dengan mengumpankan medium segar ke dalam kultur yang memiliki volume tetap, sehingga kultur melebihi kebutuhannya untuk mensintesa sel yang dibutuhkan. 2. KULTUR FED-BATCH Kultur fed batch dijabarkan sebagai kultur batch dengan pemasukan pakan secara kontinyu, atau secara teratur dengan medium tanpa mengubah cairan kultur. Jadi volume kultur bertambah dengan bertambahnya waktu. Pembentukan biomassa pada sistem ini disajikan pada persamaan di bawah ini: Xt = Xo + Y (Sr-S) Fase Hidup Kultur Fed Batch Bakteri yang dimasukkan dalam medium baru umumnya tidak segera membelah diri, tapi memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri. Fase hidup bakteri dalam kultur fed batch adalah sebagai berikut: 1. Fase Permulaan 2. Fase Pertumbuhan yang Dipercepat 3. Fase Pertumbuhan Logaritma 4. Fase Pertumbuhan yang mulai terhambat 5. Fase Stasioner yang maksimum 6. Fase Kematian Dipercepat 7. Fase Kematian Logaritma 2.1 Penggunaan Kultur Fed-Batch Penggunaan fed-batch dalam industri fermentasi mampu membuat konsentrasi substrat menjadi sangat rendah. Rendahnya konsentrasi substrat, menguntungkan dalam: 1. Mengubah pengaruh penekanan langsung dari sumber karbon yang digunakan dan membuat kondisi kultur dalam kapasitas aerasi fermentor 2. Menghindari pengaruh racun dari komponen medium Persyaratan Kultur Batch 1. Kondisi kultur harus steril sehingga tercapai produksi biomassa yang maksimum 2. Memperpendek fase lag dan memperpanjang fase logaritma, diaplikasikan untuk produksi metabolit primer 3. Memperpendek fase eksponensial, digunakan untuk produksi metabolit sekunder Page 2 of 7 Bioindustri / Kultur Batch dan Kontinyu Brawijaya University 2012 2.2 Penggunaan Fed-Batch dalam Fermentasi Aerob Fermentasi penisilin merupakan salah satu contoh untuk produksi metabolit yang menggunakan sistem ini. Fermentasi dapat dibagi dalam dua fase yaitu fase pertumbuhan cepat yang mana kultur akan tumbuh pada mmaks, dan fase pertumbuhan lambat atau fase produksi. Glukosa dapat digunakan sebagai kontrol metabolisme mikrobia pada kedua fase tersebut. Selama fase pertumbuhan cepat kelebihan glukosa menyebabkan akumulasi asam dan biomass membutuhkan oksigen yang di luar fermentor. Apabila kekurangan glukosa dapat menyebabkan nitrogen organik dalam medium digunakan sebagai sumber karbon yang akan menghasilkan pH tinggi dan tidak sesuai untuk pertumbuhan. Pemberian glukosa harus diatur selama fase pertumbuhan cepat. Oksigen terlarut dan pH harus diatur dalam batas-batas tertentu. Selama fase produksi, oksigen terlarut harus cukup tersedia dalam medium. Laju pemberian medium dikontrol dengan teliti. Dalam beberapa fermentasi, laju produksi penisilin yang tinggi dapat terjadi ketika fermentor penuh. Aplikasi Kultur Batch 1. Produksi Biomassa: kondisi kultur mendukung populasi maksimum 2. Produksi metabolit primer: misalnya aseton butanol, asam cuka, asam sitratetanol, enzim dan vitamin 3. Produksi metabolit sekunder: memerlukan kondisi untuk mempercepat tercapainya fase stasioner. Senyawa metabolit sekunder digunakan sebagai nutrien darurat untuk mempertahankan hidupnya. Misalnya antibiotik, biopestisida, mikotoksin, pigmen, alkaloid dan enzim Contoh Bioindustri Berbasis Kultur Fed Batch (1) Produksi Aseton Butanol Bakteri yang berperan pada produksi aseton butanol adalah Clostridium acetobutyricum dan Clostridium butyricum. Bahan dasar industri ini adalah padi, tepung tapioka, arabinosa, dan xylosa. Sumber nitrogen yang dibutuhkan meliputi protein, pepton dan asam amino. Kondisi fermentasi meliputi suhu optimum 27˚C, anaerob, pH 4,7- 8, dan konsentrasi bahan dasar 3-10%. Produk akhir proses ini adalah 8 bagian butanol, 3 bagian aseton dan 1 bagian etanol. Apabila menggunakan arabinosa, perbandingan output dari proses adalah butanol:aseton:etanol = 5:4:1 (2) Produksi Asam Cuka Asam cuka disebut juga dengan frazier, yaitu bumbu yang dibuat dari bahan yang mengandung pati atau gula dengan fermentasi alkohol yang diikuti oksidasi asetat. Bangsa Perancis menyebut asam cuka dengan anggur asam atau vinegar. Mikroba yang berperan dalam proses adalah khamir jenis Saccharomyces cerevisaiae var ellipsoideus atau bakteri jenis Acetobacter aceti dan Bacterium curvum. Page 3 of 7 Bioindustri / Kultur Batch dan Kontinyu Brawijaya University 2012 Bahan dasar yang digunakan dalam produksi asam cuka antara lain: a. Sari buah : apel, anggur, jeruk b. Sayur-sayuran : pati, kentang c. Biji-bijianan, gandum : barley, gandum hitam, jagung, gandum d. Minuman keras atau alkohol : bir, etil alkohol yang berubah sifat 3. KULTUR KONTINYU Kultur kontinyu adalah kultur dengan nutrien medium diumpankan oleh sebuah pompa ke dalam bejana kultur yang memiliki volume tetap. Medium dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh nutrien esensial yang dibutuhkan dapat disuplai melebihi kebutuhannya untuk mensintesa sejumlah sel yang dibutuhkan. 3.1 Khemostat Sebagai pengontrol ukuran populasi yang mantab pertumbuhan adalah nutrien pembatas. Setiap nutrien yang dibutuhkan untuk tumbuh dapat digunakan sebagai nutrien pembatas tumbuh, sehingga para peneliti dapat mengontrol pertumbuhan fisiologik sel melalui manipulasi lingkungan pertumbuhannya. Lingkungan fisik dan kimia yang mantab diberi istilah khemostat 3.2 Turbidostat Kultur sinambung/kontinyu yang sederhana disebut. Pada kondisi ini konsentrasi sel pada bejana kultur dipertahankan tetap dengan pemantauan kerapatan kultur menggunakan cara pengukuran kerapatan optik. Bila kerapatan optik meningkat maka pompa menjadi aktif kemudian segera memompa aktif medium yang baru ke dalam bejana. Volume dipertahankan tetap maka pengukur luapan dan isi bejana teraduk akan terencerkan dengan sendirinya 3.3 Keseimbangan mantab (steady state) Pertumbuhan dipercepat dalam kultur batch dapat diperpanjang dengan menambahkan medium segar ke dalam fermentor. Medium yang disediakan spt substrat dlm jumlah yang terbatas, tidak dibatasi oleh racun, pertumbuhan dipercepat akan berlangsung selama penambahan substrat. Penambahan medium harus diikuti dengan pengambilan hasil. Jika pembelian substrat secara kontinyu maka harus dicapai kondisi mantab (steady state) 3.4 Kecepatan Pengenceran Pada sistem kultur kontinyu, pengaliran keluar melalui sifon pembuang mempertahankan volume kultur dalam tabung kultur pada nilai yang konstan (misalnya V ml). Jika aliran medium baru dari reservoir ke dalam tabung kultur adalah W ml/j, maka kecepatan pengenceran kultur di tabung kultur adalah W/V per jamnya. Kecepatan pengenceran ini dinyatakan sebagai D (dilution rate). Page 4 of 7 Bioindustri / Kultur Batch dan Kontinyu Brawijaya University 2012 3.5 Populasi sel dalam tabung Populasi meningkat secara kontinyu sebagai hasil pertumbuhan sel Bersamaan dgn meningkatnya populasi, terjadi dua pengenceran kadar sel sebagai akibat penambahan medium baru dan pelimpahan keluar melalui sifon pembuang Kecepatan kedua proses berlawanan dapat dinyatakan secara matematik : Kecepatan pertumbuhan (instatneous growth rate) yang berlaku dX/dt = µX D berlaku dX/dt = - Dx 3.6 Penggunaan Kultur Kontinyu Untuk memelihara kultur aerobik Untuk menghindarkan kultur dari pengaruh substansi yang toksik di dalam medium Contoh Aplikasi Kultur Kontinyu (1) Fermentasi beta galaktosidase kultur kontinyu β-galaktosidase dapat menghidrolisis residu menghidrolisis laktosa ke galaktosa dan glukosa β-galaktosa untuk Masalah utama pada laktosa adalah kesehatan, teknologi pangan dan lingkungan Pemanfaatan Enzim digunakan untuk industri makanan dan farmasi Alternatif untuk pembuatan keju whey, salah satu aplikasi ß-galaktosidase yang dihasilkan dari flocculent stabil S. cerevisiae strain memproduksi dan mensekresi β-galaktosidase A. niger yang dapat digunakan dalam bioreaktor kontinu. ß-galaktosidase disekresikan ke dalam kultur medium dan sel-sel mudah dipisahkan dari kultur broth (karena flocculence nya) langkah pemurnian sangat disederhanakan. Selain itu, karena konsentrasi biomassa tinggi terjadi di dalam bioreaktor, tinggi produktivitas ß-galaktosidase diperoleh untuk sistem ini, memungkinkan untuk peningkatan signifikan dalam proses fermentasi ß-galaktosidase Bahan: Sebuah S. cerevisiae rekombinan NCYC869-A3/pVK1.1 flocculent strain mengekspresikan lacA (coding untuk-galaktosidase) gen A. niger bawah S. cerevisiae ADH1 promotor dan terminator digunakan. Media : Rekombinan khamir dipertahankan suhu 4 oC pada agar miring atau di -80 oC dalam kultur permanen YNB medium selektif memiliki komposisi sebagai berikut: 6,7 g / l nitrogen ragi dasar (w/o asam amino), 20 g / l laktosa. Khamir tumbuh pada media laktosa semi-sintetik (SS-lactose). Page 5 of 7 Bioindustri / Kultur Batch dan Kontinyu Brawijaya University 2012 Hasil : • Aktivitas β-galaktosidase ekstraseluler ditentukan dengan mengukur hilangnya p-nitrofenol dari p-nitrofenil- β-D-galactopyranoside (pNPG) . • Total mengurangi kadar gula ditentukan oleh dinitrosalisilat asam. • Konsentrasi Biomassa diukur menggunakan metode absorbansi. • Viabilitas sel diperkirakan dengan metode pewarnaan metilen biru dan penghitungan sel langsung. Persentase sel mengekspresikan βgalaktosidase ditentukan pada YPD piring berisi X-gal sebagai indikator dari aktivitas β-galaktosidase. • Jumlah integrasi dan salinan pola kaset ekspresi β-galaktosidase dianalisis oleh Southern Blot Kesimpulan Untuk alasan ekonomi, penting untuk memaksimalkan produksi protein dengan cara genetik atau proses pengembangan dengan menggunakan mikroba. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan jumlah protein per sel per waktu atau dengan meningkatkan konsentrasi sel per waktu. Dalam jurnal ini, kelayakan flocculent menggunakan sistem kontinu highcell-density produksi protein ekstraseluler lebih tinggi telah terbukti, yang mencapai peningkatan produktivitas ß-galaktosidase (Meningkat 4-11 kali lipat) jika dibandingkan dengan kultur batch untuk konsentrasi substrat yang sama. Untuk high-cell kontinyu kepadatan kultur, strain integrant lebih stabil aktivitas β-galaktosidase yang lebih tinggi spesifik dari pada strain plasmid, sehingga menyajikan keuntungan yang penting lebih dari sebelumnya. REFERENSI Kohler, G.A. 1996. Bioindustry. California Researh Bureau. Sacramento. Mangunwidjaja, D. dan Suryani, A. 1994. Teknologi Bioproses. Penebar Swadaya Petrides. D.P, Calandranis, N.J. and Conney, C.L. 2006. Dalam Brock, T.d et al, Manual of Industrial Microbiology and Biotechnology. 2 nd ed. ASM Press, Washington, D.C. PROPAGASI A. Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal) 1. Secara teknis dan ekomonis, kultur jenis apakah yang paling layak untuk diterapkan dalam bioindustri berbasis agro? Page 6 of 7 Bioindustri / Kultur Batch dan Kontinyu Brawijaya University B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri) 1. Apakah yang dimaksud dengan kultur fed batch? 2. Apakah yang dimaksud dengan kultur kontinyu? 3. Sebutkan contoh produk yang dihasilkan dari kultur fed batch! 4. Sebutkan contoh produk yang dihasilkan dari kultur kontinyu! 5. Jelaskan perbedaan antara kultur fed batch atau kontinyu! Page 7 of 7 2012