MANUSKRIP LAPORAN KASUS PENGELOLAAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS PADA Ny. N DENGAN HEMATEMESIS DI RSUD AMBARAWA Oleh : RETNO TIYASWATI 0121663 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 PENGELOLAAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAPAS PADA NY. N DENGAN HEMATEMESIS DI RSUD AMBARAWA Retno Tiyaswati1, Ummu Muntamah2, Mukhamad Musta’in3 123 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] ABSTRAK Hematemesis terjadi karena kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan tekanan verna porta dan mengakibatkan tekanan dalam vena, vena yang membesar dan mengembang disebut varise. Ketika varise pecah maka akan terjadi perdarahan gastrointestinal. Perdarahan gastrointestinal akan dikeluarkan melalui muntah darah atau yang disebut hematemesis. Ketika kehilangan darah secara tiba-tiba maka akan terjadi penurunan arus balik vena ke jantung. Jika volume darah tidak tergantikan maka akan terjadi penurunan aliran darah dan akan memberikan efek pada sistem tubuh, tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem itu akan mengalami kegagalan, mekanisme tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen dengan cara bernafas cepat untuk memperoleh oksigen dan pola napas menjadi tidak efektif. Ketidakefektifan pola merupakan keadaan dimana seseorang mengalami gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan pola napas. Tujuan penulisan ini untuk melaporkan pengelolaan ketidakefektifan pola nafas pada Ny. N dengan hematemesis di ruang Flamboyan RSUD Ambarawa. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa perawatan pasien dalam memenuhi kebutuhan oksigen dengan cara pemberian posisi semi fowler, pemantauan kepatenan oksigen nassal kanul. Pengelolaan ketidakefektifan pola nafas dilakukan selama 2 hari pada Ny. N. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan klien masih sesak napas dan napas cepat. Saran bagi tenaga kesehatan diharapkan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan ketidakefektifan pola nafas pada pasien dengan hematemesis Kata kunci Kepustakaan : ketidakefektifan pola nafas, hematemesis 17 (2000-2013) 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 2 ABSTRAK Hematemesis occurred because of the dead cell in the liver resulting in increasing the pressure of porta Verna and resulted in venous pressure, enlarged vein and inflate called varise. When varise is ruptured then gastrointestinal bleeding will occur. Gastrointestinal bleeding will be issued through the so-called as blood vomiting or hematemesis. When blood loss happens suddenly there will be a decrease in the flow of venous that returns to the heart. If the blood volume is not replaced, there will be a decrease in blood flow and will give effects to the body system, without sufficient oxygen supply the system will fail, the body's mechanisms to fullfill oxygen needed by fasting breathing. The ineffective of the pattern is a condition where a person impaired gas exchange related with changes in breathing patterns. The purpose of this writing was to report management of ineffective of the breathing patterns in Mrs. N with hematemesis in the Flamboyan Ambarawa regional hospital. The method used is to provide management of patient care fullfill oxygen needed with semi-Fowler position, monitoring nassal oxygen cannula patency. Management ineffective breathing pattern performed for 2 days at Mrs. N. Data collected by interview, physical examination, observation and investigation. Results obtained managing client still shortness of breath and takhipnea. Suggestions for nurses should be able to provide nursing care ineffective breathing patterns in patients with hematemesis Keywords Bibliography : Ineffective Breathing Pattern, Hematemesis : 17 (2000-2013) PENDAHULUAN Hematemesis adalah muntah darah yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas dan biasanya perdarahan ada di daerah proksimal jejenum, faktor prognosis penderita hematemesis seperti faktor umur, kadar hemoglobin dan tekanan darah (Padila, 2013). Faktor penyebab hematemesis adalah kelainan esofagus, varise, esofagitis, keganasan, kelainan lambung dan duodenum, penyakit uremik, pemakaian obat-obatan ulserogenik dan apabila penyebab dari hematemesis adalah sirosis hepatis maka perdaran akan berulang (Mubin, 2013). Hematemesis terjadi karena kematian sel dalam hepar mengakibatkan peningkatan tekanan verna porta dan mengakibatkan tekanan dalam vena, vena yang membesar dan mengembang disebut varise. Ketika varise pecah maka akan terjadi perdarahan gastrointestinal. Perdarahan gastrointestinal akan dikeluarkan melalui muntah darah atau yang disebut hematemesis. Ketika kehilangan darah secara tiba-tiba maka akan terjadi penurunan arus balik vena ke jantung. Jika volume darah tidak tergantikan maka akan terjadi penurunan aliran darah dan akan memberikan efek pada sistem tubuh, tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem itu akan mengalami kegagalan, mekanisme tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen dengan cara bernafas cepat untuk memperoleh oksigen dan pola napas menjadi tidak efektif ( Padila, Amin & Hardhi ) Menurut Carpenito (2005) ketidakefektifan pola napas merupakan keadaan dimana seseorang mengalami gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan pola napas. Masalah yang bisa timbul karena hematemesis menurut Mubin (2013) Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 3 adalah syok hipovolemik, aspirasi pneumoni, anemia posthemoragik, koma hepatikum. Penyebab perdarahan di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas. Sedangkan di negara barat tukak peptik menjadi urutan pertama penyebab hematemesis dengan frekuensi sekitar 50%. Dari data RSUD Ambarawa tahun 2014 penulis mendapatkan data jumlah pasien hematemesis selama tahun 2014 berjumlah 46 pasien. Jumlah pasien laki-laki sebanyak 29 orang (63%) jumlah pasien perempuan 17 orang (37%). Menurut penggolongan umur di RSUD Ambarawa umur 5-14 tahun ada 3 pasien, 15-24 tahun ada 11 pasien golongan umur 25-44 tahun ada 4 pasien, golongan umur 45-64 tahun ada 16 pasien dan pada usia lebih dari 65 tahun ada 12 pasien. Diantara 46 pasien 13 pasien (28,3%) meninggal karena hematemesis, pasien yang berhasil sembuh 31 pasien (67,3%) dan yang belum sembuh 2 pasien (4,4%). Perdarahan saluran cerna bagian atas merupakan golongan penyakit yang tidak menular, meskipun demikian harus dikelola secepatnya karena merupakan penyakit yang gawat (Sujono,2002). Dari profil kesehatan provinsi Jawa Tengah penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis akan mempengaruhi tingkat produktivitas. Penyakit tidak menular akan berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan tidak tahu kapan sembuhnya karena memang secara medis penyakit tidak menular tidak bisa disembuhkan tetapi bisa dikendalikan. Penyakit tidak menular ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih karena penyebab kematiannya lebih tinggi dibanding penyakit menular. METODE PENGELOLAAN Pengkajian Menurut Bandman dalam Potter dan Perry (2005) Pengkajian merupakan suatu proses sistematis dari pengumpulan, verivikasi, dan komunikasi data tentang klien yang meliputi 2 fase yaitu pengumpulan data primer yang diperoleh dari klien dan pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari keluarga dan tenaga kesehatan. Pengkajian dilakukan pada hari Jum’at 20 Maret 2015 di ruang Flamboyan RSUD Ambarawa dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa. Identitas Ny. N usia 33 tahun dan bertempat tinggal di Bancak. Ny. N bersuku jawa dan beragama Islam dengan diagnosa medis hematemesis. Keluhan utama saat dikaji klien mengatakan sesak napas. Pada saat dilakukan pengkajian riwayat penyakit sekarang didapatkan data jika pada tanggal 16 Maret klien mengalami muntah darah dan sesak napas. Riwayat kesehatan dahulu satu tahun yang lalu klien dirawat di rumah sakit karena dengan keluahan sesak napas dan dada seperti tertindih benda berat. Riwayat kesehatan keluarga dalam keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit menurun maupun penyakit menular. Selanjutnya penulis melakukan pemeriksaan fisik data yang diperoleh penulis adalah tanda-tanda vital Ny. N nadi 88 x / menit RR 26 x / menit TD 100 / 80 mmHg. Diagnosa Keperawatan Menurut Nanda (1990) dalam Carpenito (2007) diagnosis keperawatan adalah penilaian terhadap respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan, diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk menentukan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil dan perawat bertanggung gugat. Diagnosa utama yang diambil penulis adalah ketidakefektifan pola napas Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 4 berhubungan dengan penurunan suplai oksigen. Menurut Maslow dalam Potter & Perry (2006) kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang terletak pada urutan pertama dan harus segera ditangani. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan atau rencana tindakan keperawatan adalah tindakan yang harus dilakukan oleh perawat dan atau yang diharapkan oleh pasien (Doengoes, 2000). Intervensi yang ditetapkan penulis untuk meneyelesaikan masalah pasien yaitu pantau TTV untuk mengetahui distres pernapasan, beri posisi semi fowler untuk memeperbaiki oksigenasi, pantau kepatenan oksigen 3 lpm, beri lingkungan yang nyaman dan anjurkan napas dalam. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang ditentukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi juga mencakup melakukan, membantu mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari untuk mencapai tujuan yang diarahkan ke klien (Potter,Perry, 2005). Pada tanggal 20 Maret 2015 hari Jum’at pukul 09.00 wib penulis melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, hasilnya RR klien 26 kali permenit. Setelah itu penulis memberikan posisi semi fowler. . Implementasi selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah memantau kepatenan oksigen 3 lpm. Pada pukul 09.50 penulis memberikan lingkungan yang nyaman untuk mengurangi distres dan menganjurkan klien untuk bernapas dalam hasilnya klien rileks dan tenang. Implementasi hari kedua pada hari Sabtu 21 Maret 2015 penulis melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, hasilnya RR klien 28 kali permenit. Setelah itu klien memberikan posisi semi fowler dan memantau kepatenan oksigen 3lpm hasilnya adalah klien terpasang oksigen nassal kanul 3 lpm. Pada pukul 07.30 penulis memberikan lingkungan yang nyaman untuk mengurangi distres dan menganjurkan klien untuk latihan napas dalam. Hasil Pengelolaan Pada hari Sabtu, tanggal 21 Maret 2015 jam 11.00 wib penulis melakukan evaluasi dan didapatkan data subjektif klien mengatakan sesak napas, klien lebih nyaman dengan posisi semi fowler data objektif respiratory 28 x permenit napas cepat, terpasang oksigen nassal kanul. Penulis menyimpulkan masalah keperawatan ketidakefektifan pola napas belum teratasi lanjutkan intervensi untuk pantau oksigen dan beri posisi semi fowler. Pembahasan Dari hasil pengkajian, Ny. N mengalami ketidakefektifan pola napas sehingga penulis melakukan tindakan keperawatan yaitu melakukan TTV yang bertujuan untuk mengetahui distres pernapasan. Penulis menganjurkan klien dalam posisi semi fowler, hal ini bertujuan untuk mengurangi sesak napas. Posisi semi fowler adalah dengan derajat kemiringan 45 derajat. Yaitu dengan menggunakan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru. Setelah itu penulis memantau kepatenan oksigen 3 lpm. Menurut latifah terapi oksigen merupakan terapi pernapasan yang bertujuan untuk mengatasi keadaan hipoksemia. Selanjutnya memberikan lingkungan yang nyaman untuk mengatasi distres dan menganjurkan klien untuk bernapas. Setelah dilakukan evaluasi, penulis mendapatkan hasil jika masalah klien belum teratasi. Faktor pendukung berhasilnya asuhan keperawatan pada Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 5 Ny. N, yaitu adanya kerjasama yang baik antara klien dan perawat sehingga asuhan keperawatan berjalan sesuai rencana, terdapatnya buku referensi yang membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, faktor penghambat dari asuhan keperawatan pada Ny. N menurut penulis adalah kurangnya motivasi dan keyakinan kesembuhan dari klien. Kesimpulan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari, masalah ketidakefektifan pola napas tidak efektif pada Ny. N belum teratasi. Hal ini didapatkan dari hasil evaluasi dimana Ny. N masih sesak napas dan masih RR 28 x / menit. Saran Bagi perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan ketidakefektifan pola napas pada pasien dengan hematemesis. Bagi Institusi Pendidikan diharapkan Meningkatkan keterampilan tentang pengelolaan gangguan pola napas melalui proses pembelajaran, menambah buku tentang hematemesis dan gangguan pola napas Daftar Pustaka Amin & Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NICNOC. Yogyakarta : Media Action Publishing. Carpenito, L.J., & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Judul Asli : Handbook Of Nursing Diagnosis, 10th Ed. Jakarta : EGC. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2012). Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. www.dinkesjatengprov.go.id diakses pada 14 April 2015 Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., & Geisser, A.C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Judul Asli : Nursing Care Plans: Guidelines For Planning and Documenting Patient Care. Jakarta : EGC Hadi, S. (2002). Gastroenterologi. Bandung : Alumni. Herdman, H. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014 Judul Asli: Nursing Diagnosis: Definitions And Classifications 2012-2014. Jakarta : EGC. Majapoh, A.B., Rondonuwu, R., Onibala, F. (2013). Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap Kestabilan Pola Napas Pada Pasien TB Paru Di Irina C5 RSUP Prof. Dr. R.D.Kandau Manado. http://www.ejournal.UNSRAT.ac.i d/indeks.php/jkp/article/view/66 96 diakses pada 7 April 2014 Mubin, H. (2013) . Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC. Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses Dan Praktik Judul Asli: Fundamentals Of Nursing: Concepts, Process And Practice. Jakarta : EGC. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 6 Price, S.A., & Wilson, L.M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Judul Asli: Pathophysiology: Clinical Concepts Of Disease Processes 6/e. Jakarta : EGC. Rasmin, M., & Aniwidyaningsih. n.d. sesak napas. Jakarta : Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi. http://staff.ui.ac.id diakses pada 30 April jam 22.16 wib Safitri, R., & Andriyani, A. (2011). Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap Penurunan Sesak Napas Pada Pasien Asma Di Rusng Rawat Inap Kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta. http://jurnal.stikesaisyiyah.ac.id/index.php/gaster/ article/download/29/26 Di akses pada 5 Mei 2015 pukul 11.05 wib Sudoyo, A.W. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Latifah, U. (2006). Oksigenasi. http://www.poltektegal.ac.id/file s/download/d3kebidanan/O2.pdf diakses pada 5 Mei 2015 pukul 11.01wib Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2014). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Judul Asli: Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook. Alih Bahasa: Wahyuningsih, E. Jakarta : EGC Smeltzer, B.C., & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth Judul Asli: Brunner &Suddarth’s Textbook Of Medical Surgical Nursing, 8/e. Jakarta : EGC. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo