123 dari 134 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL
MENENGAH (UKM)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK
USAHA KECIL MENENGAH (UKM)
Oleh:
Wening Estiningsih SE, M.Akt
Indra Setiawan Purba SE., Msi
Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FIPPS
Universitas Indraprasta PGRI
E-mail:
[email protected]
ABSTRAK
Salah satu pendapatan suatu negara berasal dsari pajak, pendapatan negara
tersebut dapat diperoleh dari seluruh potensi sumber daya yang berasal dari dalam
negeri. Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dari tahun ke tahun,
senantiasa memberikan tugas kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk menaikkan
penerimaan pajak kepada negara. Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dalam
memenuhi tanggung jawab perpajakan merupakan salah satu kendala yang dapat
menghambat keefektifan pemungutan pajak. Usaha kecil, dan menengah (UKM)
merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peran cukup besar dalam
perekenomian nasional. Namun pada kenyataanya Ketidakimbangan kontribusi
UKM dalam membayar pajak terjadi mis-match yang merupakan suatu indikasi
bahwa tingkat ketaatan UKM dalam memenuhi kewajiban perpajakan masih
sangat rendah.
Kata Kunci: pajak, kepatuhan pajak, Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
A.
LATAR BELAKANG
Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang diperlukan untuk
membiayai semakin besarnya pengeluaran negara. Penerimaan negara tersebut
dapat diperoleh dari seluruh potensi sumber daya yang berasal dari dalam negeri.
Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) dari tahun ke tahun,
senantiasa memberikan tugas kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk menaikkan
penerimaan pajak kepada negara. Pembayaran pajak oleh wajib pajak diharapkan
akan menciptakan bangsa yang mandiri, laju pembangunan dapat ditopang tanpa
harus bergantung dari bantuan atau pinjaman luar negeri.
Reformasi dalam perpajakan terus dilakukan oleh pemerintah yang meliputi
perumusan dan pembuatan peraturan perundang-undangan dan penyempurnaan
administrasi perpajakan yang memudahkan pelayanan bagi wajib pajak. Salah
satu reformasi perpajakan yaitu kebijakan official assessment system menjadi self
assessment system. Pemungutan pajak dengan official assessment system,
tanggung jawab sepenuhnya terletak pada pemerintah, sedangkan self assessment
system, wajib pajak diberi kepercayaan penuh dalam menghitung, menyetor dan
123 dari 134
Journal of Applied Business and Economics
Volume 1 Nomor 2 Desember 2014
melaporkan besarnya pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang diatur
dalam undang-undang perpajakan. Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dalam
memenuhi tanggung jawab perpajakan merupakan salah satu kendala yang dapat
menghambat keefektifan pemungutan pajak.
Usaha kecil, dan menengah (UKM) merupakan sektor ekonomi yang
mempunyai peran cukup besar dalam perekenomian nasional. Berdasarkan data
Produksi Domestik Bruto (PDB) tahun 2011, UKM mempunyai kontribusi kurang
lebih 57% total PDB. Namun demikian dibandingkan dengan kontribusi UKM
terhadap penerimaan pajak, terdapat mis-match dimana kontribusi UKM pada
penerimaan perpajakan sangat kecil, yaitu kurang lebih 0.5% dari total
penerimaan pajak. Ketidakimbangan kontribusi UKM tersebut merupakan suatu
indikasi bahwa tingkat ketaatan UKM dalam memenuhi kewajiban perpajakan
masih sangat rendah.
Dalam upaya untuk mendorong pemenuhan kewajiban perpajakan secara
sukarela (voluntary tax compliance) serta mendorong kontribusi penerimaan
negara dari UKM, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 46
Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima
atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (PP
46/2013). Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur pengenaan Pajak Penghasilan
(PPh) yang bersifat final atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak dengan batasan peredaran bruto tertentu. Kepatuhan pada umumnya
berkaitan erat dengan perilaku individu. Mengingat kepatuhan merupakan faktor
penting dalam meningkatkan penerimaan pajak negara, maka perlu pengkajian
lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak,
khususnya pada sektor UKM.
Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah banyak dilakukan oleh peneliti
sebelumnya mayoritas menggunakan model Theory of Planned Behavior (TPB)
untuk mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak. Theory of Planned Behavior yang
dikembangkan oleh Ajzen (2002) memprediksi perilaku-perilaku yang tidak
dibawah kendali individu. Model TPB ini didasarkan pada pemikiran bahwa
individu akan menggunakan informasi-informasi yang berguna secara sistematis.
Setiap individu akan memikirkan manfaat dari tindakan mereka sebelum mereka
melakukan suatu tindakan tertentu. Dalam teori ini terkait beberapa faktor yang
dapat dikategorikan sebagai perilaku individu yaitu, sikap, norma subjektif, dan
kontrol perilakuan.
Terdapat beberapa penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak orang
pribadi, yang dilakukan oleh Aryati (2012), Mustikasari (2007) dan Bobek (2003).
Mereka menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior (TPB) yang
menjelaskan perilaku kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Dalam penelitian
tersebut dijelaskan bahwa perilaku tidak patuh wajib pajak orang pribadi
dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keprilakuan dengan
menggunakan model Theory of Planned Behavior (TPB). Model Theory of
Planned Behavior (TPB) ini telah terbukti memberikan hasil yang signifikan
mengenai kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Penelitian dengan menggunakan model TPB dilakukan pula oleh Laksono
(2011), penelitian yang dilakukan dengan melihat faktor-faktor yang
124 dari 134
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL
MENENGAH (UKM)
mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak badan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengaruh dari sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan
kondisi keuangan berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak
badan.
Berdasarkan kondisi tersebut, menarik dilakukan penelitian yang mengkaji
faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak khususnya wajib pajak pada badan
usaha atau UKM. Penjelasan mengenai perilaku wajib pajak badan usaha atau
UKM dalam penelitian ini akan diwakilkan oleh pemilik badan usaha. Dalam
penelitian ini, peneliti menambahkan kondisi keuangan sebagai variabel
independen dikarenakan badan usaha yang memiliki profitabilitas yang tinggi,
cenderung bertindak patuh dalam memenuhi kewajiban pajaknya.
B.
METODE PENELITIAN
1.
Variabel Penelitian
Penelitian ini melibatkan 1 variabel dependen yaitu kepatuhan pajak, dan 4
variabel independen yang menjadi model dalam mengidentifikasi kepatuhan pajak
pada wajib pajak, dinataranya: (1) Sikap, (2) Norma Subyektif, (3) kontrol
keprilakuan dan (4) kondisi keuangan badan usaha. Penelitian ini mengacu kepada
penelitian yang dilakukan Laksono, 2011 yang meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak badan pada industri manufaktur di
Semarang.
2.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini UKM yang terletak di wilayah Jawa Barat yang
terdiri dari 30 UKM yang diwakilkan oleh pemilik atau tax professional. Alasan
pemilihan pemilik atau tax professional adalah dianggap paling mengetahui
tentang peraturan perpajakan dan penyusunan pelaporan pajak badan. Kriteria
UKM sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Kecil dan Menengah pasal 6 adalah sebagai berikut:
Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima
ratus juta rupiah).
Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
125 dari 134
Journal of Applied Business and Economics
3.
Volume 1 Nomor 2 Desember 2014
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan penjelasan umum
mengenai demografi responden penelitian dan deskripsi mengenai variabelvariabel penelitian untuk mengetahui distribusi frekuensi absolute yang
menunjukkan minimal, maksimal, rata-rata (mean), median, dan penyimpangan
baku (standar deviasi) dari masing-masing variabel penelitian.
C.
PEMBAHASAN
1.
Theory of Planned Behavior
Model Theory of Planned Behavior (TPB) yang sering disebut theory of
reasoned action yang menggambarkan perilaku manusia atas dasar kehendak
dengan pertimbangan untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.
Ajzen (1991). Model ini mengalami perkembangan dari dua prediktor utama
yakni sikap (attitude toward behavioral) dan norma subjektif (subjective norm),
timbulnya prediktor lain yang mempengaruhi intensi untuk melakukan suatu
perilaku yaitu kontrol keprilakuan (perceived behavioral control). Sehingga
terdapat tiga prediktor utama yang mempengaruhi intensi untuk melakukan atau
tidak melakukan sutu perilaku, yakni sikap, norma subjektif dan kontrol
keprilakuan.
Model TPB yang digambarkan pada gambar 2.1 telah banyak dipakai oleh
peneliti-peneliti sebelumnya dalam menilai perilaku dalam melakukan suatu
tindakan atas dasar rasional. Beberapa peneliti yang memakai model TPB dalam
penelitiannya antara lain Aryati (2012), Mustikasari (2007), Bobek (2003),
mereka berpendapat bahwa model TPB dapat merefleksikan perilaku individu.
2.
Kepatuhan Pajak (Tax Compliance)
Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai perilaku tunduk dan patuh terhadap
aturan yang berlaku. Kepatuhan dapat juga diartikan sebagai motivasi untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang dijalankan oleh seseorang,
kelompok atau organisasi sesuai aturan yang telah ditetapkan. Siat et.al. (2013).
Kepatuhan didalam kepatuhan pajak merupakan perilaku yang ditunjukkan
oleh wajib pajak untuk melakukan suatu tindakan tunduk dan patuh dalam
menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai aturan perundang-undangan yang
berlaku. Wajib pajak haruslah memberikan informasi yang diperlukan, terlebih
dahulu dengan melakukan perhitungan pajak terutang, pelaporan pajak yang telah
dihitung dengan benar dan pembayaran pajak tepat pada waktunya tanpa adanya
tindakan pemaksaan oleh aparat pajak. Riyanto (2012).
126 dari 134
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL
MENENGAH (UKM)
Sumber: Ajzen, 1991.
Gambar 2.1
Theory of Planned Behavior
3.
Sikap
Menurut konsep Theory of Planned Behavior (TPB) sikap yang
digambarkan oleh suatu perilaku didasarkan atas kepercayaan. Kepercayaan disini
mengandung pengertian konsekuensi positif dan negatif yang diterima individu
dari perilaku dalam keinginannya melakukan atau tidak melakukan sesuatu
tindakan. Ajzen (2002). Penilaian konsekuensi positif dan negatif atas tindakan
tersebut dinilai secara subjektif oleh individu, individu secara otomatis melakukan
segala sesuatu dengan menilai dan mempunyai pertimbangan terhadap
konsekuensi tersebut. Sikap dapat diartikan pula sebagai bentuk dari evaluasi atau
reaksi perasaan mendukung atau tidak mendukung, pandangan positif, negatif
atau netral terhadap “objek sikap”, seperti perilaku atau kejadian. Aryati (2012).
Dapat disimpulkan individu yang mempunyai keinginan berperilaku apabila
perilaku tersebut memiliki atau menghasilkan konsekuensi positif bagi dirinya.
Namun sebaliknya, individu akan lebih bersifat menghindari perilaku apabila
perilaku tersebut menghasilkan konsekuensi negatif. Ajzen (2002).
4.
Norma Subyektif
Norma subjektif cenderung menggambarkan pengaruh dari luar individu
untuk melakukan suatu perilaku. Pengaruh yang terdapat di lingkungan sosial
seperti keluarga, teman maupun pihak-pihak lain yang bisa mempengaruhi
keinginan individu dalam berperilaku. Hanno et al. (1996) dalam Bobek (2003).
Norma subjektif terhadap suatu perilaku ditentukan oleh kombinasi antara
kepercayaan individu untuk menyetujui dan atau tidak menyetujui yang dianggap
penting bagi individu terhadap perilaku. Ajzen (1991).
Pengaruh yang terdapat dilingkungan sosial dapat dikatakan sebagai tekanan
untuk individu berperilaku. Dampak dari adanya konsekuensi positif dan negatif
atas tindakan, menjadikan norma subjektif sebagai pertimbangan yang perlu
diperhatikan dalam memutuskan individu dalam berperilaku.
Secara umum, dapat dikatakan individu yang cenderung merasakan tekanan
sosial untuk melakukan suatu perilaku disebabkan oleh pengaruh lingkungan
sosialnya dalam merekomendasikan untuk melakukan suatu perilaku. Sebaliknya,
127 dari 134
Journal of Applied Business and Economics
Volume 1 Nomor 2 Desember 2014
individu yang cenderung merasakan tekanan sosialnya untuk tidak melakukan
sesuatu perilaku, disebabkan oleh pengaruh lingkungan sosialnya untuk
merekomendasikan tidak melakukannya sutu perilaku. Ajzen (2002)
5.
Kontrol Keprilakuan
Kontrol perilaku mengacu pada tingkatan kontrol atas pandangan individu
untuk melakukan suatu perilaku. Secara spesifik, gambaran fundamental kontrol
perilaku mengacu pada belief individu sehubungan dengan ada atau tidaknya
sumberdaya dan kesempatan dengan adanya hambatan dan rintangan didalam
menunjukkan suatu perilaku. Bobek (2003).
Belief mengenai faktor pendukung dan penghambat untuk melakukan suatu
perilaku ini didasarkan atas pengalaman terdahulu individu mengenai suatu
perilaku. Individu memperoleh informasi dengan dilakukannya observasi pada
pengetahuan yang dimiliki baik dari pengetahuan individu tersebut atau dari pihak
lainnya, dan faktor lainnya yang dapat meningkatkan atau menurunkan perasaan
individu dalam menghadapi kesulitan melakukan suatu perilaku. Ajzen (2002).
Berdasarkan pengertian mengenai kontrol perilaku, maka individu akan
cenderung mempersepsikan diri dengan mudah melakukan sutu perilaku
disebabkan perasaan individu terhadap banyaknya faktor pendukung dan
sedikitnya faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku disebabkan
oleh perasaan individu dengan sedikitnya faktor pendukung dan banyaknya faktor
penghambat. Ajzen (2002).
6.
Kondisi Keuangan Badan Usaha
Kondisi keuangan merupakan kemampuan keuangan suatu badan usaha
yang tercermin dari tingkat profitabilitas dan arus kas. Perusahaan dengan tingkat
profitabilitas tinggi cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur dari pada
perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah. Badan usaha dengan
profitabilitas yang rendah biasanya mengalami kesulitan keuangan dan memiliki
kecenderungan tidak patuh dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Harinurdin
(2009)
Demikian juga perusahaan yang mengalami kesulitan likuiditas ditemukan
terdapat kemungkinan tidak patuh terhadap aturan perpajakan dalam upaya
mempertahankan arus kasnya. Harinurdin (2009).
7.
Kriteria Wajib Pajak Patuh
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 74/PMK.03/2012
mengenai tata cara penetapan wajib pajak dengan kriteria tertentu dalam rangka
pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak dalam pasal 2 disebutkan
bahwa persyaratan dan ketetapan wajib pajak dengan kriteria tertentu yang
selanjutnya disebut sebagai wajib pajak patuh adalah wajib pajak yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a)
Tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan;
128 dari 134
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL
MENENGAH (UKM)
b)
c)
d)
D.
Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau
menunda pajak;
Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
PENELITIAN TERDAHULU
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang telah melakukan penelitian
terhadap kepatuhan pajak, serta melihat faktor-faktor yang mempengaruhi baik
dari pihak fiskus, lingkungan maupun dari kepribadian wajib pajak.
Penelitian kepatuhan pajak dengan menggunakan model TPB yang
dilakukan beberapa penelitian terdahulu seperti Laksono (2011), Aryati (2012),
Hardiningsih (2011), dan Mustikasari (2007) menghasilkan hasil analisis yang
berbeda. Penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak badan pada industri manufaktur di Semarang. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan
kondisi keuangan perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan
wajib pajak. Laksono (2011). Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kemauan membayar pajak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sikap
wajib pajak terhadap kesadaran membayar pajak berpengaruh dan signifikan
terhadap kemauan membayar pajak, sikap wajib pajak terhadap pengetahuan
peraturan perpajakan tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak,
persepsi efektifitas system perpajakan juga tidak berpengaruh terhadap kemauan
membayar pajak dan untuk kualitas layanan berpengaruh positif terhadap
kemauan membayar pajak. Hardiningsih (2011).
Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan wajib pajak badan. Dengan responden adalah tax professional dan
dengan sampel 100 dari 5408 korporasi yang berpartisipasi. Hasil penelitian
menunjukkan efek dari sikap, jenis kelamin professional pajak dan moral
professional pajak positif dan signifikan namun, usia, pendidikan, tingkat
penghasilan dan lingkungan professional pajak tidak signifikan mempengaruhi
kepatuhan pajak. Aryati (2012). Penelitian berikutnya tentang kajian empiris
kepatuhan wajib pajak badan di perusahaan industry pengolahan di Surabaya.
Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa sikap, kontrol perilaku, dan tujuan tax
professional positif signifikan terhadap ketidak patuhan wajib pajak. Sedangkan,
norma subjektif, kewajiban moral, control perilaku yang dipersepsikan (perceived
behavior control), persepsi fasilitas perusahaan (perceived corporate facilities)
dan persepsi iklim keoorganisasian berpengaruh terhadap ketidak patuhan wajib
pajak. Mustikasari (2007).
E.
HASIL
129 dari 134
Journal of Applied Business and Economics
Volume 1 Nomor 2 Desember 2014
Penelitian yang dilakukan dengan mengambil sektor Usaha Kecil Menengah
(UKM) sebagai objek penelitian yang terdapat di Jawa Barat. Data diambil
melalui kuesioner yang disebarkan dengan berbagai cara, yakni mengirimkan
kuesioner, wawancara melalui saluran telepon, dan mendatangi langsung UKM
yang akan dijadikan objek penelitian. Terdapat 30 UKM yang memenuhi kriteria
untuk dijadikannya sample dalam penelitian ini.
1.
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif menjabarkan hasil perhitungan nilai minimum,
nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari kepatuhan pajak.
Nilai minimum berarti nilai terendah untuk variabel penelitian, nilai maksimum
merupakan nilai tertinggi dari variabel penelitian. Standar deviasi merupakan
sebaran data yang digunakan dalam penelitian yang berarti data yang diteliti
tersebut heterogen.
Deskriptif Statistik Variabel Penelitian
KP
N Minimum Maximum
30
.0732
.1819
Sumber: data diolah
Mean
.1120
Std.Deviasi
.02871
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa standar deviasi sebesar 0.02871, yang
diartikan bahwa dari keseluruhan populasi responden yang terdapat di Jawa Barat,
hanya sekitar 2,87 % yang bisa menjelaskan variabel kepatuhan pajak.
2.
Analisis Regresi
Analisis yang dilakukan dengan menggunakan regresi berganda yang
bertujuan melihat pengaruh variabel indipenden, yaitu sikap, norma subjektif,
kontrol perilaku dan kondisi keuangan terhadap variabel dependen, yaitu
kepatuhan pajak. Hasil pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 16 yang
disajikan dalam tabel berikut:
Hasil Regresi Berganda
Unstandardized Coefficients
Model
B
Std. Error
(Constant)
-.003
.005
SK
.009
.013
NS
.098
.010
KK
.097
.008
KKB
.009
.056
Sumber: data diolah
Keterangan: sikap (KP), norma subjektif (NS), kontrol perilaku (KK) dan kondisi keuangan badan
usaha (KKB)
130 dari 134
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL
MENENGAH (UKM)
Dari hasil regresi berganda yang dilihat dalam tabel 4.2 menerangkan
variabel sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan kondisi keuangan. Model
persamaan regresi berganda yang dapat dilihat dari tabel 4.2, sebagai berikut:
KP = -0,003 + 0,009SK + 0,098NS + 0,097KK + 0,009KKB
Konstanta dalam pengujian ini adalah sebesar -0,003 yang artinya apabila
tidak terdapat variabel indipenden lain seperti sikap, norma subjektif, kontrol
perilaku dan kondisi keuangan, maka besarnya nilai kepatuhan pajak negatif
sebesar 0,003.
Koefesien regresi variabel sikap dan kondisi keuangan pada pengujian
tersebut, memiliki nilai yang sama sebesar 0,009. Hal ini mengandung pengertian
bahwa terdapat pengaruh positif sebesar 0,009 variabel sikap dan kondisi
keuangan terhadap kepatuhan pajak. Apabila sikap individu dan kondisi keuangan
badan usaha masing-masing naik sebesar 1%, akan berpengaruh terhadap
peningkatan nilai kepatuhan pajak masing-masing sebesar 0,009.
Koefesien regresi variabel norma subjektif pada pengujian tersebut,
memiliki nilai sebesar 0,098. Hal ini mengandung pengertian bahwa terdapat
pengaruh positif sebesar 0,098 variabel norma subjektif terhadap kepatuhan pajak.
Apabila norma subjektif naik sebesar 1%, akan berpengaruh terhadap peningkatan
nilai kepatuhan pajak masing-masing sebesar 0,098.
Koefesien regresi variabel kontrol perilaku pada pengujian tersebut,
memiliki nilai sebesar 0,097. Hal ini mengandung pengertian bahwa terdapat
pengaruh positif sebesar 0,097 variabel kontrol perilaku terhadap kepatuhan
pajak. Apabila norma subjektif naik sebesar 1%, akan berpengaruh terhadap
peningkatan nilai kepatuhan pajak masing-masing sebesar 0,097.
3.
Analisis Pengujian Hipotesis
Koefesien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi adalah angka untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model menerangkan variabel dependen. Nilai yang mendekati satu
menyatakan variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutukkan variabel dependen. Namun, nilai adjusted R² digunakan dalam
mengevaluasi model persamaan penelitian terbaik. Hasil dapat dilihat pada tabel
4.3 berikut:
Hasil Pengolahan Regresi Berganda
Model
R
R Square
1
.985
.970
Sumber: data diolah
Adjusted R Square
.965
Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa koefesien determinasi adjusted
R² sebesar 0,965 yang artinya seluruh variabel independen secara bersama-sama
yaitu sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan kondisi keuangan mampu
menjelaskan variabel dependen yaitu kepatuhan pajak sebesar 96,5% sisanya
131 dari 134
Journal of Applied Business and Economics
Volume 1 Nomor 2 Desember 2014
sebesar 3,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam
penelitian ini.
Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan secara bersama-sama seluruh
variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Dengan
tingkat signifikansi 5%, dapat dilihat pada tabel berikut:
Hasil Uji Simultan
ANOVA
F
Sig.
203.588 .000
Sumber: data diolah
Dari tabel 4.4 yang disajikan diatas diketahui tingkat signifikansi sebesar
0,000 lebih kecil dari 0,05 berarti Ho: ditolak. Dapat diartikan variabel sikap,
norma subjektif, kontrol perilaku, kondisi keuangan secara bersama-sama
signifikan mempengaruhi kepatuhan pajak sebagai variabel dependen.
Uji Statistik t
Uji statistik t dimaksudkan untuk mengetahui hubungan dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Hasil Uji Parsial
Variabel
Sikap (SK)
Norma Subjektif (NS)
Kontrol Perilaku (KK)
Kondisi Keuangan (KKB)
Sumber: data diolah
Sig.
.500
.000
.000
.874
Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap variabel sikap, dapat dilihat
nilai signifikansi sebesar 0,500 lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini
memberikan arti bahwa sikap individu untuk melakukan atau tidak melakukannya
suatu tindakan perilaku tidak mempengaruhi perilaku patuh terhadap kewajiban
pajak. Varibel norma subjektif dan kontrol perilaku memperlihatkan nilai
signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 yang diartikan bahwa pengaruh
lingkungan sosial yang diintepretasikan sebagai norma subjektif dan tekanan dari
pihak-pihak terdekat yang menjadikan kontrol perilaku individu untuk melakukan
atau tidak melakukannya suatu tindakan perilaku mempengaruhi perilaku patuh
terhadap kewajiban pajak. Variabel kondisi keuangan, dapat dilihat nilai
signifikansi sebesar 0,874 lebih besar dari 0,05. Hasil penelitian ini memberikan
arti bahwa kondisi keuangan badan usaha atau UKM yang tercermin dalam
132 dari 134
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PAJAK USAHA KECIL
MENENGAH (UKM)
kenaikan laba dan arus kas, tidak mempengaruhi perilaku patuh terhadap
kewajiban pajak.
F.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.
Sikap dari perilaku UKM sangat berpengarun terhadap kepatuhan
pajak dimana faktor yang mempengaruhi sikap ini didasari oleh
keinginan untuk membayar pajak dengan sesungguhnya ,pencadangan
dana untuk pemeriksaan pajak serta perasaan diuntungkan oleh system
pajak.
2.
Kepatuhan pajak juga di pengaruhi oleh pengaruh dan tekanan sosial
dimana terdapat unsur pengaruh lingkungan dalam melakukan
kepatuhan pajak tersebut.
3.
Terdapat pengaruh antara kontrol perilaku dengan kepatuhan pajak,
kontrol perilaku yang dimaksud mempunyai unsur adanya
kemungkinan pemberian sangsi tkepada UKM.
4.
Kepatuhan pajak juga dipengaruhi oleh kondisi keuangan UKM
tersebut karena kondisi keuangan sangat mempengaruhi UKM untuk
melakukan kepatuhan pajak
133 dari 134
Journal of Applied Business and Economics
Volume 1 Nomor 2 Desember 2014
DAFTAR PUSTAKA
Azjen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behaviour and
Human Decision Process, 50; 179-211
Azjen, I. (2002). Constructing TPB
Methodological Considerations.
Questionnaire:
Conceptual
and
Aryati, T. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan
Membayar Pajak. Dinamika Keuangan dan Perbankan
Bobek, D. dan Hatfield, R. (2003). An Investigation of The Theory of Planned
Behavior and The Role of Moral Obligation in Tax Compliance. Behavioral
Research in Accounting
Faudi, A. dan Mangonting, Y. (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas
Pajak, Sanksi Perpajakan dan Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak UMKM.
Tax and Accounting Review
Hansford, A. dan Hasseldine, J. (2012). Tax Compliance Costs For Small And
Medium Sized Enterprises: The Case Of The UK. Ejournal of Tax Research,
10(2); 288-303
Kemleitner et al. (2012). Tax compliance of small businessowners. International
Journal of Enterpreneurial Behaviour & Research, 18(3); 330-351.
Lignier, P dan Evans, C. (2012). The Rise And Rise Of Tax Compliance Costs
For The Small Business Sector In Australia. Australian Tax Forum
Mustikasari, E. (2007). Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di
Perusahaan Industri Pengelolaan di Surabaya. ASPP-16. Simposium
Nasional Akuntansi Unhas Makassar
Musyarofah,S. dan Purnomo, A. (2008). Pengaruh Kesadaran dan Persepsi
Tentang Sanksi dan Hasrat Membayar Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik, 5(1); 34-50
134 dari 134
Download