ANALISIS IMPLEMENTASI KONSEP ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) TERHADAP PENINGKATAN NILAI TAMBAH MODAL DAN KEUNTUNGAN PERUSAHAAN PADA PT. XYZ INDONESIA, Tbk IBRAHIM HAFID STIE–YPUPMAKASSAR ABSTRACT Implication Conception The Economic Value Added (Economic EVA) Added Value or At PT. XYZ Indonesia, Tbk This Research aim to know the Affect Implementation Conception the economic value added (economic EVA) added value or at PT. XYZ Indonesia, Tbk. Research conducted at Center of Capital Market Information (CCMI) Makassar by taking data of financial statement of year 2008 – 2012 and is later : then analyzed to use the method EVA. Results of research indicate that (1) In implementation conception the EVA (of) (at) PT. XYZ Indonesia, Tbk, there are some concept which must be calculated beforehand, that is Net Operating Profit After Tax (NOPAT) and Total Cost Capital, (2) PT XYZ Indonesia Tbk yield the value EVA which are positive mean the company performance experience of the improvement and able to create the added value for owner of company and also stockholder (investor) or equally available profit able to close over the capital expense and fulfill the rate of return expected by investor. Keywords :EVA, Capital, and Profit PENDAHULUAN Latar Belakang Menjadi bukti sejarah bahwa perusahaan didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya dan diharapkan melalui management yang profesional usaha dapat tumbuh dan berkembang dengan memperoleh keuntungan lebih besar dari waktu ke waktu yang diukur melalui laporan laba rugi perusahaan.Konsep Economic Value Added (EVA) atau disebut juga nilai tambah ekonomis merupakan salah satu konsep atau cara yang dapat digunakan agar perusahaan dapat memaksimalkan atau meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan harga sahamnya di pasar modal. Konsep Economic Value Added (EVA) digunakan dalam manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomis suatu perusahaan. Biaya modal sebuah perusahaan bertindak sebagai penghubung antara keputusan pembiayaan dan investasinya.Hafid Ibrahim (2010;209) Biaya modal menjadi tingkat batasan yang harus dicapai oleh sebuah investasi dan sebelum meningkatkan kekayaan atas modal pemiliknya. Konsep EVA merupakan ukuran yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk menentukan apakah suatu investasi yang ada dapat memberikan kontribusi positif terhadap pemegang saham. Penggunaan EVA membantu manajemen perusahaan memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai tambah oleh kegiatan-kegiatan ekonomi perusahaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan dan memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang dimaksud adalah nilai total pendapatan mendatang yang dihasilkan perusahaan yang dapat memberikan keuntungan baik kepada pemilik perusahaan maupun stakeholder lainnya. Oleh karena itu dalam proses penciptaan nilai tambah ini, perusahaan harus berusaha sebaik mungkin memperbaiki kinerjanya agar 1 mampu menarik investor dan meningkatkan harga saham di pasar modal biaya modal merupakan tingkat yang harus didapat pada sebuah proyek investasi dengan tujuan meningkatkan nilai investasi pemegang saham, untuk itu biaya modal menjadi kunci penentu dari biaya modal yang terkait dengan investasi perusahaan. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi masalah dalam artikel penelitian ini adalah ;Apakah implementasi konsep Economic Value Added (EVA) pada perusahaan PT. XYZ Indonesia, Tbk dapat meningkatkan nilai tambah modal dan keuntungan perusahaan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil implementasi perhitungan, konsep Economic Value Added (EVA) atau nilai tambah modal dan keuntungan perusahaan pada PT. XYZ, Indonesia Tbk Manfaat EVA Brigham dan Houston (1998 : 404) berpendapat bahwa gagasan munculnya EVA cukup sederhana, perusahaan benar-benar menguntungkan dan menciptakan nilai jika dan hanya jika labanya melalui semua modal yang digunakan untuk membiayai operasional. Penilaian kinerja dengan menggunakan EVA menyebabkan perhatian manajemen terfokus pada hal-hal yang sejalan dengan kepentingan pemegang saham, yaitu memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembaian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. KAJIAN TEORETIS Menurut Arthur J. Keown dkk (2010:44) nilai tambah Economic Value Added (EVA) untuk tahun-tahun tertentu dapat dihitung dengan rumus ; EVAt = Laba usaha bersih setelah pajak (NOPAT)t Biaya modal tertimbang rata- x rata (Kwacc) Modal yang ditanamkan t-1 Perlu diketahui bahwa EVA berhubungan dengan laba akuntansi yakni NOPAT sama dengan pendapatan usaha bersih, tetapi berbeda dalam perhitungan EVA yang menyertakan beban untuk modal yang diinvestasikan. Beberapa konsep yang akan dibahas dalam artikel ini adalah konsep Economic Value Added (EVA) yang terdiri dari Pengertian EVA, manfaat EVA dan interpretasi EVA, sedangkan konsep yang berhubungan dengan biaya modal adalah pengertian biaya modal, biaya utang (cost of debt) biaya ekuitas (cost of equity). Biaya modal rata-rata tertimbang, modal yang diinvestasikan (invested capital). Konsep Economic Value Added (EVA) Pengertian EVA Brigham dan Houston (2001:51) berpendapat bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan estimasi laba ekonomis yang sesungguhnya dari perusahaan dalam tahun berjalan. EVA menunjukkan sisa laba setelah semua biaya termasuk modal ekuitas dikurangkan atau selisih laba operasi bersih setelah pajak dikurangi biaya modal. 2 Menurut Mulyadi (2001:211), Economic Value Added (EVA) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melebihi biaya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan. Menurut Widjaja, Amin (2001:3), EVA merupakan : 1. Alat ukur prestasi keuangan berdasarkan nilai 2. Alat ukur yang dapat memperlihatkan secara absolute (dalam nilai rupiah) berapa stakeholder yang telah diciptakan atau dihancurkan. 3. Alat ukur yang berkaitan dengan harga saham. Dalam hal ini semakin baik kinerja perusahaan, EVA meningkatkan dan bernilai positif, maka kemungkinan harga saham juga akan meningkat di bursa efek. 4. Memberikan dasar terciptanya system kompensasi yang mampu memotivasi seluruh komponen perusahaan untuk menciptakan nilai kepada pemegang saham. Lebih lanjut Widjaja, Amin (2001 : 2) mengatakan EVA adalah laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut. Suatu system manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya dan biaya modal. Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan pendapatan sisa atau sisa laba yang diperoleh dengan mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi atau laba usaha, jadi EVA ditentukan oleh dua hal yaitu laba operasional laba bersih setelah pajak dan tingkat biaya modal.Laba operasional setelah pajak menggambarkan hasil penciptaan nilai dari perusahaan.Sedangkan biaya modal didefenisikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut. Interpretasi EVA Interpretasi EVA menurut utama, Sidharta (1997) dalam “Economic Value Added” Pengukur penciptaan nilai perusahaan yaitu : 1) Nilai EVA > 0, menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi tingkat biaya modal (tingkat pengembalian investor atas investasi) yang dilakukan atau dengan kata lain telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. 2) Nilai EVA = 0, menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan sama dengan tingkat biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan. 3) Nilai EVA < 0 menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang dituntut investor atau dengan kata lain tidak terjadi nilai tambah pada perusahaan. Biaya Modal Pengertian Biaya Modal Modal adalah investasi yang dilakukan oleh pemilik usaha namun untuk mendapatkan keuntungan diperlukan perhitungan berupa pengembalian keuntungan yang disebut berupa biaya modal (cost of capital). Menurut Harjito dan Martono (2003 : 201) Biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dan baik yang berasal dari hutang, saham preferen, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi atau operasi perusahaan. David dan O’Byrne (2001 : 51) berpendapat bahwa biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan dikalikan rata-rata tertimbang dari biaya modal (WACC). Biaya modal dapat dirumuskan sebagai berikut : 3 Biaya Modal = WACC x Invested Capital Untuk memperoleh Cost of Capital maka perlu dihitung biaya dari masingmasing sumber daya dan biaya modal rata-rata dari keseluruhan dana yang digunakan dengan menghitung besarnya WACC. Biaya Utang (Cost of Debt) Hafid Ibrahim (2010:59) Hutang adalah tambahan modal kerja yang dibutuhkan untuk operasional usaha dan setiap hutang yang diperoleh memerlukan biaya. Biaya utang perusahaan tidak lain adalah sebesar tingkat keuntungan yang diminta investor atau tingkat bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan terhadap modal pinjaman yang dilakukan perusahaan. Utang terdiri atas utang jangka panjang dan utang jangka pendek, dimana keduanya memiliki biaya modal sendiri. Brigham dan Houston (1998 : 403) mengemukakan bahwa biaya utang setelah pajak adalah biaya relevan dari utang baru, mengingat kemampuan bunga mengurangi pajak digunakan untuk menghitung WACC. Alasan penggunaan biaya utang setelah pajak dalam menghitung WACC adalah sebagai berikut: karena nilai perusahaan yang ingin dimaksimumkan, bergantung pada arus kas setelah pajak, karena beban bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan, maka bunga menghasilkan penghematan pajak yang mengurangi biaya utang bersih, sehingga biaya utang setelah pajak lebih kecil daripada biaya utang sebelum pajak. Komponen biaya utang adalah perkalian antara bunga yang harus dibayar oleh perusahaan dengan factor koreksi (1 – T) dimana T adalah tariff pajak yang berlaku, yang dinyatakan dalam rumus : Ki = Kd (1 – T) Ket : Ki = Biaya utang setelah pajak Kd = π΅πππ¦π ππ’πππ Total utang berbeban bunga T = Tarif pajak Biaya Ekuitas (Cost of Equity) Menurut Brigham dan Houston (2001 : 434) biaya ekuitas adalah : biaya laba ditahan, tetapi biaya ekuitas akan menjadi biaya saham biasa baru setelah perusahaan kehabisan laba ditahan”. Perhitungan biaya ekuitas dilakukan melalui pendekatan Capital Asset Prising Modal (CAPM) : Ke = Rf + (Rm + Rf) β Ket : Ke = Rf = Rm = β = Biaya ekuitas Tingkat pengembalian bebas resiko Tingkat pengembalian pasar yang diharapkan Beta saham Beta saham atau koefisian beta merupakan resiko sistematik dari suatu sekuritas terhadap resiko pasar. Persamaan yang digunakan untuk menghitung beta saham yaitu : Ri = α + βRm + e 4 Ket : Ri = Tingkat pengembalian saham biasa Α = Intercept / konstanta β = Risiko sistematik saham biasa Rm = Tingkat pengembalian pasar e = Eror terms Jika β = 1 menunjukkan bahwa resiko sistematik suatu sekuritas sama dengan risiko pasar, berarti jika return pasar naik maka return sekuritas akan bergerak naik. Apabila β<1 berarti tingkat resiko suatu sekuritas lebih kecil daripada resiko pasar dan apabila β>1 menunjukkan risiko sistematik suatu sekuritas lebih kecil daripada resiko pasar. Apabila nilai β negative berarti bahwa perubahan return sekuritas tidak searah dengan kondisi pasar (jika return pasar turun maka return suatu sekuritas akan naik, demikian pula sebaliknya). Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang Biaya modal rata-rata tertimbang atau biasa disebut Weithted Average Cost of Capital (WACC) adalah rata-rata tertimbang dari biaya komponen utang, saham preferen ekuitas dan laba ditahan. David da O’byme (2001 : 39), mengemukakan bahwa WACC sama dengan jumlah biaya dari komponen modal meliputi utang jangka pendek, utang jangka panjang dan ekuitas pemegang saham yang ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. WACC dapat dinyatakan dengan rumus : ππ΄πΆπΆ = ππ‘πππ πΈππ’ππ‘ππ πΎπ + πΎπ πππππππ¦πππ π‘ππ‘ππ πππππππ¦πππ πππ‘ππ Setiap perusahaan harus memiliki struktur modal yang optimal, yaitu perpaduan antara utang, saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan yang dapat meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan harga saham perusahaan.Struktur modal tersebut digambarkan dalam biaya modal rata-rata tertimbang. Modal yang diinvestasikan (Invested Capital) Menurut Widjaja, Amin (2001 : 5), modal yang diinvestasikan adalah : Jumlah seluruh pinjaman diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non interest bearing liabilities) seperti hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan. David dan O’Byrne (2001 : 50), berpendapat bahwa pendekatan yang digunakan untuk menghitung biaya modal yang diinvestasikan adalah pendekatan keuangan (Financial Approach) yaitu menjumlahkan perbedaan bentuk pembiayaan (utang jangka pendek uang jangka panjang, kewajiban jangka panjang lainnya, dan ekuitas pemegang saham). Invested Capital = Utang jangka pendek + total kewajiban jangka panjang + Ekuitas pemegang saham Invested Capital adalah jumlah seluruh pinjaman perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga. Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah dari aktiva perusahaan yang dalam perolehannya perusahaan harus mengeluarkan biaya. 5 Pembahasan Perhitungan dan Analisis Perkembangan EVA EVA ada beberapa komponennya yang harus dihitung terlebih dahulu, yaitu Net Operating Profit after Tax (NOPAT) dan Total Biaya Modal karena EVA diperoleh dari pengurangan total biaya modal terhadap NOPAT. Oleh karena itu dibawah ini akan dihitung terlebih dahulu nilai dari NOPAT dan total biaya modal, yaitu : Laba Bersih Operasi setelah Pajak (NOPAT) David dan O’Byme (2001 : 39) berpendapat bahwa NOPAT merupakan laba bersih operasi perusahaan setelah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan. NOPAT adalah laba bersih operasi setelah pajak, karena ruang lingkup data yang diteliti adalah laporan keuangan dengan periode tahunan maka peneliti menghitung NOPAT dengan cara sebagai berikut : Laba Operasi + Pendapatan Bunga (1-0,30) Hasil perhitungan NOPAT Nampak pada tabel 1 yaitu : Tabel 1 Perhitungan NOPAT (Dalam Milyaran Rupiah) Tax Tahun Laba Operasi Pendapatan Bunga (1-0,30) 2008 9.130 480 0,70 9.466 2009 11.976 366 0,70 12.232 2010 14.588 318 0,70 17.412,5 2011 17.171 345 0,70 17.412,5 2012 21.593 655 0,70 22.051,5 NOPAT Sumber :CCMI Makassar, data laporan keuangan diolah Apabila perusahaan menghasilkan NOPAT positif berarti perusahaan mengalami keuntungan pada periode yang bersangkutan dan sebaliknya apabila perusahaan menghasilkan nilai NOPAT negative maka perusahaan mengalami kerugian pada periode yang bersangkutan. Dari hasil perhitungan pada tabel 2 nampak bahwa NOPAT yang dihasilkan PT. XYZ Indonesia, Tbk bernilai positif, ini berarti perusahaan mengalami laba bersih operasi sejak tahun 2008 sampai tahun 2012. Perhitungan Biaya Modal Biaya Utang Biaya utang yang dimaksud adalah biaya utang setelah pajak dengan memperhitungkan beban bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan terhadap modal pinjaman yang dilakukan perusahaan.Beban bunga tersebut adalah beban bunga yang terjadi selama periode tahun berjalan yang diperoleh dari laporan laba rugi perusahaan. Perhitungan biaya utang yang digunakan, yaitu : Ki = Kd (1 – T) Ki adalah biaya utang setelah pajak, Kd merupakan total utang berbeban bunga meliputi, utang jangka pendek, bagian jangka pendek dari utang jangka panjang, dan total kewajiban jangka panjang (kewajiban tidak lancar). Tarif pajak yang digunakan (T) 6 adalah tarif pajak yang berlaku bagi perusahaan berdasarkan ketentuan penghasilan kena pajak (PKP) sebesar 30% (berdasarkan tarif pajak pasal 17 UU PPh tahun 2000). Perhitungan biaya utang setelah pajak tampak pada tabel 2 berikut: Tabel 2 Perhitungan Biaya Utang setelah Pajak (Ki) (Dalam %) Total Beban Hutang Pajak (1Tahun Kd = A/B Bunga (A) Berbunga 0,30) (B) 2008 1.583 17.389 0.091 0,70 2009 1.383 18.092 0.076 0,70 2010 1.270 21.436 0.059 0,70 2011 1.177 19.061 0.062 0,70 2012 1.286 18.344 0.070 0,70 Sumber :CCMI Makassar, data Laporan Keuangan diolah Ki = Kd x T (C x 1)% 6,37 5,32 4,13 4,34 4,90 Berdasarkan tabel nampak bahwa biaya utang mengalami fluktuasi dalam setiap periode. Pada periode tahun 2008 biaya utang PT. XYZ, Tbk sebesar 0,0637 atau 6,37% menurun menjadi 0,0490 atau 4,90% pada periode tahun 2012. Hal ini berarti biaya utang mengalami penurunan sebesar 0,0147 atau 1,47 %. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa biaya utang mengalami fluktuasi disetiap tahunnya dan biaya utang tertinggi terjadi pada periode tahun 2008 artinya perusahaan menggunakan total utang lebih mahal nilai perolehannya, ini disebabkan oleh tingginya tingkat inflasi (beban bunga) yang diberikan kreditur pada PT. XYZ Indonesia, Tbk. Biaya Ekuitas Perhitungan biaya ekuitas (Ke) dilakukan dengan menggunakan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM), dengan langkah-langkah sebagai berikut : Menghitung Beta Perusahaan (β) Beta merupakan pengukur resiko sistematik dari suatu sekuritas terhadap risiko pasar. Beta perusahaan dapat dihitung dengan cara meregresikan return IHSG Bursa Efek Jakarta (Rm) dengan return saham perusahaan (Ri). Return IHSG merupakan variabel bebas dan return saham perusahaan merupakan variabel tidak bebas. Persamaan yang digunakan untuk menghitung beta perusahaan, yaitu : Ri = α + β Rm + e Dengan mengurutkan data secara time series dan kemudian melakukan regresi maka didapatkan beta perusahaan yang kemudian dimasukkan dalam rumus CAPM untuk mendapatkan biaya ekuitas. Menghitung Biaya Ekuitas (Ke) Biaya Ekuitas dihitung dengan pendekatan CPAM, yaitu : Ke = Rf + β {E (Rm) - Rf} Dimana 7 Rf : Tingkat suku bunga bebas risiko (Risk free rate) dalam hal ini yang digunakan adalah rata-rata tingkat suku bunga SBI berjangka 1 tahun E(Rm) : Rata-rata tingkat return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) β : Beta saham perusahaan Hasil perhitungan Biaya ekuitas dapat dilihat pada tabel 3, sebagai berikut : Tabel 3 Perhitungan Biaya Ekuitas (Ke) (Dalam %) {E(Rm) Rf} {E = CxD} Rf + β {E(Rm)-Rf} % (F=A+E)% -0,2150 0,5205 65,15 1,1989 0,5448 0,6532 73,66 0,4456 -0,6400 0,3727 -0,2385 -16,56 0,1283 0,1624 1,3719 0,0341 0,0468 17,51 0,0950 0,5529 1,2876 0,4579 0,5896 68,46 (A) E (Rm) (B) (C) {E(Rm) - Rf} (D = B-A) 2008 0,1311 -0,0839 -2,4207 2009 0,0834 0,6282 2010 0,0729 2011 2012 Tahun Rf β β Sumber :CCMI Makassar, data laporan keuangan diolah Dari tabel tersebut tampak bahwa pada tahun 2008, biaya ekuitas yang diperoleh yaitu 0,6515 atau 65,15% dengan beta perusahaan yang merupakan paling kecil dari tahun-tahun yang lainnya yaitu -2,4207. Sedangkan biaya ekuitas terbesar diperoleh pada tahun 2009 yaitu 0,7366 atau 73,66% dengan beta perusahaan yaitu 1,1989. Namun pada tahun 2011 dan 2012 biaya ekuitas yang diperoleh yaitu 0,1751 atau 17,51 % dan 0,6846 atau 68,46% dengan beta perusahaan yaitu 1,3719 dan 1,2876. Hal ini menunjukkan bahwa risiko sistematik perusahaan lebih kecil daripada risiko pasar. Beta perusahaan yang negatif menunjukkan bahwa return saham perusahaan tidak searah dengan kondisi pasar. Terkecuali pada tahun-tahun tersebut di atas biaya ekuitas umumnya lebih kecil dari pada beta perusahaan.Hal ini menunjukkan keadaan yang sebaliknya yaitu risiko sistematik perusahaan lebih besar daripada risiko pasar, walaupun memiliki tingkat biaya modal yang kecil. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average Cost of Capital / WACC) Biaya modal rata-rata tertimbang adalah rata-rata tertimbang dari komponen biaya modal yang tertimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan. Adapun rumus yang digunakan yaitu : ππ΄πΆπΆ = ππ‘πππ πΈππ’ππ‘ππ πΎπ + πΎπ πππππππ¦πππ π‘ππ‘ππ πππππππ¦πππ π‘ππ‘ππ Atau : WACC = Proporsi Utang x Ki + Proporsi Ekuitas x Ke Tabel 4a Data Perhitungan WACC (Dalam %) 8 Tahun Utang Ekuitas Total Pembiayaan Proposi Utang Proporsi Ekuitas Ki Ke 2008 17.389 14.614 32.003 0,5433 0,4566 6,37 65,15 2009 18.092 17.313 35.405 0,5110 0,4889 5,32 73,66 2010 21.436 18.128 39.564 0,5418 0,4582 4,13 -16,56 2011 19.061 23.292 42.353 0,4501 0,5499 4,34 0,1751 2012 18.344 28.069 46.413 0,3952 0,6048 4,90 68,46 Sumber :CCMI Makassar, Data Laporan Keuangan Diolah Tabel 4b Perhitungan WACC (Dalam %) Tahun Proporsi Utang x K1 Proporsi Ekuitas x Ke WACC 2008 3,46 29,75 33,21 2009 2,72 36,01 38,73 2010 2,24 -7,59 -5,35 2011 1,95 9,63 11,58 2012 1,94 41,40 43,34 Sumber :CCMI Makassar, Data Laporan Keuangan Diolah Berdasarkan pada data perhitungan WACC pada tabel 4b.dari hasil perhitungan tabel, WACC terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar 0,4334 atau 43,34%. Ini berarti bahwa setiap Rp. 1 modal yang diinvestasikan mengandung biaya sebesar 43,34%. Sedangkan WACC terkecil terjadi pada tahun 2010 sebesar -0,0535 atau -5,35%. Ini berarti bahwa setiap Rp. 1 modal yang diinvestasikan mengandung biaya sebesar 5,35% atau akan terjadi penurunan sebesar -5,35%. Dari tabel menunjukkan secara keseluruhan nilai WACC mengalami fluktuasi antara negatif dan positif.Hal ini disebabkan karena pada beberapa perode terjadi penurunan proposi ekuitas, sehingga persentase WACC juga menurun (bernilai negatif). Modal yang diinvestasikan (Invested Capital) Modal yang diinvestasikan (Invested Capital) dihitung dengan rumus : Invested Capital = Utang jangka pendek + total kewajiban jangka panjang + ekuitas pemegang saham Adapun data-data yang diperoleh dalam melakukan perhitungan modal yang diinvestasikan sehingga memperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 5 Modal yang diinvestasikan (Dalam Milyaran Rupiah) Tahun Utang JK Pendek Utang JK Panjang Ekuitas Hak Ekuitas Invested Capital 9 (A) (B) Minoritas (C) (D) (A+B+C+D) 2008 9.708 17.389 2.596 14.616 44.307 2009 11.170 18.092 3.708 17.313 50.283 2010 11.677 21.436 4.938 18.128 56.179 2011 13.513 19.061 6.305 23.292 62.171 2012 20.536 18.344 8.187 28.069 75.136 Sumber :CCMI Makassar, Data Laporan Keuangan Diolah Total Biaya Modal Setelah menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital/WACC) dan modal yang diinvestasikan (Invested Capital) maka dapat dihitung : Biaya Modal = WACC x Modal yang diinvestasikan Sehingga diperoleh hasil perhitungan total biaya modal, sebagai berikut : Tabel 6 Total Biaya Modal (Dalam Milyaran Rupiah) Tahun WACC (%) Modal yang diinvestasikan Total Biaya Modal 2008 33,21 44.307 1.471.435,47 2009 38,73 50.283 1.947.460,59 2010 -5,35 56.179 -300.557,65 2011 11,58 62.171 719.940,18 2012 43,34 75.136 3.256.394,24 Sumber :CCMI Makassar, Data Laporan Keuangan Diolah Perhitungan dan Analisis Nilai Economic Value Added (EVA) Perhitungan nilai EVA dilakukan setelah kita mengetahui NOPAT dan total biaya modal yang terjadi pada setiap periode kedua komponen ini kemudian diperkurangkan untuk memperoleh nilai EVA. Economic Value Added (EVA) yang positif (EVA>0) menandakan bahwa telah terjadi proses penciptaan. Nilai tambah bagi pemilik perusahaan dan pemegang saham (Investor) atau dengan kata lain tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi tingkat biaya modal (tingkat pengembalian yang diharapkan investor atas investasi yang dilakukan). Sebaliknya EVA yang negatif (EVA < 0) menunjukkan bahwa tidak terjadi proses penciptaan nilai tambah bagi pemegang saham (Investor) disebabkan karena tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang diharapkan investor. Hasil perhitungan Nilai EVA tampak pada tabel 7, sebagai berikut : Tabel 7 Perhitungan Economic Value Added (EVA) (Dalam Milyaran Rupiah) 10 Tahun NOPAT Total Biaya Modal EVA 2008 9.466.000 1.471.435,47 7.994.564,53 2009 12.232.200 1.947.460,59 10.284.739,41 2010 17.415.500 -300.557,65 15.111.157,65 2011 17.415.500 719.940,18 16.692.559,82 2012 22.051.500 3.256.394,24 18.795.105,76 Sumber :CCMI Makassar, Data Laporan Keuangan Diolah Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai EVA yang selalu berfluktuasi antara negatif dan positif ini salah satunya dikarenakan oleh semakin berfluktuasinya jumlah utang jangka panjang. Pada tahun 2008 PT. XYZ Indonesia, Tbk menghasilkan niliai EVA terendah sebesar Rp. 7.994.564.530 yang disebabkan karena tingginya nilai WACC sebesar 33,21% mengakibatkan total biaya modal naik. Hal ini menunjukkan bahwa tahun tersebut kinerja perusahaan mengalami penurunan. Pada tahun 2012 yang dihasilkan PT. XYZ, Indonesia Tbk bernilai positif, ini berarti perusahaan mengalami laba bersih operasi sejak tahun 2008 sampai tahun 2012 tertinggi sebesar Rp. 18.795.105.760, hal ini disebabkan tingginya NOPAT yang dihasilkan perusahaan yang diikuti dengan menurunnya total biaya modal sehingga mengakibatkan nilai EVA meningkat. Dengan nilai EVA yang positif berarti kinerja perusahaan mengalami peningkatan dan mampu menciptakan nilai tambah bagi pemilik perusahaan maupun pemegang saham (Investor) atau dengan kata lain laba yang tersedia mampu menutupi biaya modal dan memenuhi tingkat pengembalian yang diharapkan investor. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya, maka disimpulkan : 1. Dalam mengimplementasikan konsep EVA pada PT. XYZ Indonesia, Tbk ada beberapa konsep yang harus dihitung terlebih dahulu, yaitu Net Operating Profit After Tax (NOPAT) melalui laporan laba rugi perusahaan dan Total Biaya Modal. 2. PT. XYZ Indonesia, Tbk menghasilkan nilai EVA yang positif berarti kinerja perusahaan mengalami peningkatan dan mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan maupun pemegang saham (Investor) atau dengan kata lain laba yang tersedia mampu menutupi biaya modal dan memenuhi tingkat pengembalian yang diharapkan investor. 3. Dengan tingkat keuntungan yang dihasilkan dengan perhitungan EVA secara positif dari waktu ke waktu menjamin tingkat kelangsungan operasional usaha dan menjamin pengembalian modal bagi pemilik dan investor lainnya maupun kreditor. DAFTAR PUSTAKA Arthur, J. Keown at all. 2010. Manajemen Keuangan Edisi ke 10. Buku Jilid II (Terjemahan) PT. Indeks Jakarta. Astuti, Dewi. 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan. Penerbitan Indonesia Anggota IKAPI. Jakarta. 11 Brigham, Eugene F And Houston Joel F. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan, Buku I, Penerbit Erlangga, Jakarta. David, S. Young and Stephen F. O’Byrne. 2001. EVA dan Manajemen Berdasarkan Nilai. Panduan Praktis untuk implementasi (diterjemahkan oleh Lusy Widjaja, MBA) Penerbit Salemba, Jakarta. Hafid Ibrahim. 2010. Manajemen Keuangan Perusahaan, Analisa Investasi Modal diterbitkan Pustaka Refleksi Makassar. Jogiyanto.1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFC, Yogyakarta. Jopie, Yusuf. 1998. Analisis Kredit untuk Account Offices.PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Martono, D. Agus Harjito. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Penerbit Erlangga. Jakarta. Mason, Robert D, dkk. 1999. Teknik Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Kesembilan (Diterjemahkan oleh Widjono Soeciptop, dkk) Penerbit Erlangga, Jakarta. PS. Djarwanto, 1997.Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan, BPFC. Yogyakarta. Utama, Sidharta. 1997. Economic Value Added. Pengukuran Penciptaan Nilai Perusahaan. Umar, Husain. 1995. Evaluasi Kinerja Keuangan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland.1999. Manajemen Keuangan (diterjemahkan oleh Dodo Suharto, SE, MBA, Akt dan Herman Wibowo) Penerbit Erlangga, Jakarta. Widjaja, Amin. 2001. Economic Value Added. Teori Soal dan Kasus, Harvarindo, Jakarta. 12 13