POLA SEBARAN DAN TINGKAT KEPADATAN POPULASI SIPUT GONGGONG (Strombus sp.) DI PERAIRAN MADONG KEPULAUAN RIAU Susi Fatmadewi Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH, [email protected] Lily Viruly Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH, [email protected] Tengku Said Raza’i Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH, [email protected] ABSTRAK Siput gonggong merupakan biota endemik yang hidup di perairan Kepulauan Riau, sehingga siput gonggong disebut sebagai icon Kepulauan Riau. Perairan yang banyak dijumpai siput gonggong salah satunya perairan Madong. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan siput gonggong. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran, tingkat kepadatan siput gonggong, dan hubungan tingkat kepadatan populasi siput gonggong terhadap parameter fisika kimia perairan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Juli 2014. Metode random sampling (acak) digunakan untuk menentukan titik sampling. Titik sampling pada penelitian ini sebanyak 20 titik. Pengambilan data siput gonggong menggunakan transek kuadran. Pola sebaran siput gonggong dalam penelitian ini adalah mengelompok dengan tingkat kepadatan berkisar 1 – 10 indiv⁄m2 . Analisis data menggunakan korelasi dengan variabel terikat (siput gonggong) dan variabel bebas (parameter fisika kimia perairan). Hasil analisis kolerasi menunjukkan hubungan tingkat kepadatan terhadap parameter fisika kimia perairan memiliki hubungan sangat lemah dan tidak signifikan (DO = 0.142 , kecepatan arus = 0.048, salinitas = -0.016, suhu = -0.208, pH = 0.002 dan TOM = 0.258). Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya pengelolaan pembatasan ukuran penangkapan siput gonggong. Kata kunci : siput gonggong, pola sebaran, tingkat kepadatan, perairan Madong 1 Distribution Pattern and Abundance of Siput Gonggong (Strombus sp) Population in Madong, Kepulauan Riau Susi Fatmadewi Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH, [email protected] Lily Viruly Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH, [email protected] Tengku Said Raza’i Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP, UMRAH, [email protected] ABSTRACT Siput gonggong is endemic biota in Kepulauan Riau waters. Siput gonggong is icon of Kepulauan Riau. This research in Madong that it is one Kepulauan Riau. This make is high causes request of siput gonggong. This research of purposes were distribution patterns, abundance of siput gonggong, and combine abundance with physic and chemist of water parameter. This research was Maret to July 2014. Random sampling method is certainly of sampling point. Sampling point on this research is 20 point. Taking data of siput gonggong had kuadrant transect. Distribution pattern of siput gonggong is grouping by abundance about 1 - 10 individual/m2. Analisyst data is correlation with relation variable (siput gonggong) and free variable (physic and chemist of water variable). Correlation analysist is combine abundance to physic and chemist water parameter have combine is so weaknes and not significant (DO= 0.142, current = 0.048, salinity = -0.016, themprature = -0.208, pH = - 0.002 and TOM = 0.258). That causes are need to make effort of managering restrict size of catchment siput gonggong. Keyword : siput gonggong, distribution pattern, abundance, water Madong I. PENDAHULUAN 2 Wilayah Provinsi Kepulauan Riau nelayan hasil tangkapan berkisar 50 – 100 yang beribu kota Tanjungpinang terdapat 5 ekor / nelayan / hari pada bulan Januari kabupaten dan 2 kota, yaitu Kabupaten sampai Februari sedangkan pada bulan Karimun, Kabupaten Lingga, Kabupaten Maret sampai April hasil tangkapan berkisar Natuna, Kabupaten Bintan, Kota Batam dan 100 – 300 ekor/ nelayan/ hari . Kota Tanjungpinang. Dengan letak geografis Keberadaan aktifitas manusia satu penyebab yang strategis serta memiliki potensi alam merupakan salah yang berpotensial (DKP – KEPRI,2011). berkurangnya populasi siput Kepulauan Riau yang memiliki wilayah Penurunan populasi siput gonggong ini perairan ± 97%, disamping itu Kepulauan diakibatkan aktivitas tersebut menghasilkan Riau juga memiliki keunikan biota perairan limbah yang tidak sedikit baik organik yang hanya ditemukan di Kepulauan Riau maupun anorganik yang mengotori perairan salah satunya adalah siput laut gonggong. di sekitarnya (Nasution,2010). Dampak ini Siput gonggong merupakan biota endemik mempengaruhi pola sebaran dan jumlah yang hidup di perairan Kepulauan Riau, populasi siput gonggong, sehingga perlu terutama di Perairan Madong. dilakukan gonggong. mengenai penelitian “Pola Perairan Madong merupakan salah Sebaran dan Tingkat Kepadatan Populasi satu daerah yang banyak terdapat siput Siput Gonggong (Strombus sp.) di Perairan gonggong. Hal ini membuat siput gonggong Madong” merupakan makanan khas yang terkenal penangkapan siput gonggong. dimanapun dan selalu tersedia sepanjang dalam rangka pengelolaan Tujuan dari penelitian ini adalah tahun di Kepulauan Riau, sehingga siput mengetahui gonggong menjadi icon Provinsi Kepulauan kepadatan populasi siput gonggong di Riau. perairan Siput kebanggaan gonggong Kepulauan Riau pola sebaran Madong serta dan tingkat menganalisis merupakan hubungan tingkat kepadatan populasi siput sehingga gonggong terhadap parameter fisika kimia banyak keuntungan bagi masyarakat yang perairan. pencarian sampingannya sebagai pencari Manfaat dari peneltian ini adalah siput gonggong ini. Kepulauan Riau ini memberikan informasi tentang pola sebaran sendiri belum pernah mencatat secara resmi dan di Dinas Kelautan dan Perikanan tentang ggonggong serta memberikan informasi jumlah populasi siput gonggong, karena kepada pemerintah daerah tentang gambaran siput gonggong secara langsung dijual ke siput pasar sehingga dapat dilakukan upaya pengelolaan termasuk siput gonggong Perairan Madong. Menurut dari informasi tingkat gonggong secara tepat. 3 kepadatan di populasi perairan siput Madong II. TINJAUAN PUSTAKA hingga kedalaman kurang lebih 6 meter Wilayah pesisir merupakan wilayah Abbott (1960) dalam Andiarto (1989). yang banyak dimanfaatkan oleh manusia. Menurut Irawan dan Falmi (2013) Wilayah ini dimanfaatkan untuk aktifitas ada beberapa jenis siput gonggong yang ada berupa penambangan, zona litoral pesisir timur Pulau Bintan yaitu budidaya, objek pariwisata, dan lain – lain. Gibberulus gibberulus, Canarium urceus, Menurut Rustiadi (2003) wilayah pesisir Canarium mutabile, dan Laevistrombus merupakan wilayah yang dipengaruhi oleh turturella. Menurut Soeharmoko (2010) ada ekosistem daratan dan laut dan wilayah yang dua siput gonggong di Kepulauan Riau yaitu terdapat banyak keanekaragaman ekosistem Strombus canarium, dan Strombus urceus. yang melimpah. Kondisi lingkungan yang banyak ditemukan pemukiman, Siput gonggong termasuk sejenis siput gonggong dengan salinitas berkisar 26 sp L.1758),merupakan - 32‰, pH antara 7,1 – 8, kadar oksigen salah satu hewan lunak (Mollusca), banyak terlarut 4,5 – 6,5ppm, suhu 26 – 30oC hidup di pantai Pulau Bintan dan sekitarnya, (Amini dalam Viruly, 2011). seperti Pulau Dompak, Pulau Lobam, Pulau kepadatan (density) populasi adalah jumlah Mantang, Senggarang, dan Tanjung Uban individu (Amini 1984 dalam Viruly 2011). Menurut (Susilowarno, 2007). Dalam suatu wilayah Ruppert dan Barnes (1994) dalam Siddik geografis populasi, kepadatan lokal bisa (2011), siput gonggong memiliki cangkang bervariasi yang tepinya menebal dan berwarna serta lingkungan membentuk patch-patch (tidak memiliki tutup memipih panjang dengan semua daerah menjadi habitat yang sama siphon. Cangkang siput laut gonggong baiknya) terdiri atas 4 lapisan, lapisan terluar adalah memperlihatkan Periostrakum yang merupakan lapisan tipis hubungannya dengan anggota-anggota lain terdiri dari bahan protein seperti zat tanduk, dalam populasi tersebut (Campbell et al., disebut conchiolin atau conchin. Siput 2004). siput (Strombus persatuan luas secara dan Tingkat atau mendasar karena volume karena individu-individu pola jarak dalam gonggong hidup antara batas surut terendah METODE gunting, multi tester, salt meter, current Penelitian ini dilakukan pada bulan drogue, stoprwacth, timbangan, saringan Maret sampai dengan Juli 2014 di perairan bertingkat, oven, desikator, furnace, dan Madong boat sedangkat bahan yang digunakan dalam III. Kepulauan Riau. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah plot penelitian berukuran 1mx1m, GPS, meteran, tali, substrat, aquades dan tissue. Penentuan titik ini adalah siput gonggong, sampling dengan cara mencuplik peta Desa Madong menggunakan metode random sampling lalu menentukan titik sampling sebanyak 20 4 software apabila x2-hitung lebih kecil dari x2-tabel sampling plan. Pengambilan data siput dapat dikatakan bahwa bentuk penyebaran gonggong dilakukan pada surut terendah tidak berbeda nyata dengan acak. titik sampling menggunakan (0,5 – 1m) dengan melemparkan plot 1mx1m pada titik sampling dan siput B. Tingkat kepadatan gongggong diambil menggunakan tangan. Kepadatan jenis (a) adalah jumlah Pengambilan sampel parameter perairan individu persatuan luas. Kepadatan siput dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. gonggong pada setiap titik sampling dalam Ada beberapa analisis data dalam penelitian satuan (Brower et al.,1989 dalam Pratama, ini, antara lain: 2013) dengan persamaan sebagai berikut: A. Pola Sebaran Pola sebaran populasi siput gonggong ditentukan dengan menghitung Keterangan: indeks dispersi morisita (Soegianti dalam Di Pratama,2013) dengan persamaan : : jumlah individu persatuan luas (individu /m2) Ni : jumlah individu dalam titik sampling ∑ A : luas titik sampling (m2) Keterangan : C. Id : indeks disperse morisita Hubungan tingkat N : jumlah individu dalam n plot siput n : jumlah plot pengambilan contoh parameter fisika kimia perairan Dalam menganalisis X : jumlah individu pada setiap plot Nilai indeks morisita gonggong kepadatan terhadap hubungan tingkat kepadatan populasi siput gonggong yang diperoleh diinterpretasikan sebagai berikut: terhadap parameter kualitas air dan substrat Id =1, distribusi individu cenderung acak digunakan metode analisis kolerasi. Analisis Id = 0, distribusi individu bersifat seragam ini digunakan untuk mencari arah dan Id = n (> 1), distribusi individu cenderung kuatnya hubungan anatara dua variabel berkelompok. dengan posisi antarvariabel setara. Analisis Nilai indeks morisita yang korelasi juga digunakan untuk mengetahui diperoleh derajat hubungan linear anatar variabel yang diinterpretasikan sebagai berikut: satu dengan yang lain (Farhan,2013). Dalam / Selanjutnya nilai x2-hitung yang menganalisis hubungan tingkat kepadatan x2-tabel, populasi siput gonggong terhadap parameter apabila x2-hitung lebih besar dari x2-tabel kualitas air dan substrat menggunakan dapat dikatakan bahwa bentuk penyebaran software SPSS. didapat dibandingkan dengan berbeda nyata dengan acak dan sebaliknya 5 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN menyapu dan menyedot endapan di dasar A. Pola Sebaran Siput Gonggong perairan. Pola B. sebaran siput gonggong Tingkat Kepadatan (Strombus sp) pada penelitian ini dapat Tingkat dilihat pada Tabel 1. 2 Id sampling (density) populasi adalah jumlah individu persatuan Tabel 1. Pola sebaran di perairan Madong Titik kepadatan 2 X X hitung (0,05) luas Pola sebaran atau volume (Susilowarno,2007). Tingkat kepadatan populasi siput gonggong (indiv/m2) dapat dilihat pada Gambar 1. Tingkat kepadatan pasa setiap titik 1 – 20 1,77 57,63 30,14 Mengelompok bervariasi berkisar 1 – 10 indiv/m2. Tingkat kepadatan tertinggi terdapat pada titik sampling 24 dan 39 berkisar 10 indiv/m2 sedangkan Berdasarkan Tabel 1 diketahui pola sebaran siput gonggong indiv/m2.. Berdasarkan penyebaran yang paling umum terjadi cocok sebagai cenderung membentuk kelompok dalam dikarenakan berbagai ukuran. Hal ini dapat diartikan berpengaruh pada populasi siput gonggong ditemukan pola sampling ini adalah fraksi lumpur dan pasir sangat berlumpur. Gambar siput 1. Tingkat kepadatan siput gonggong di perairan Madong. Pada titik sampling yang tingkat kepadatan terendah ketersediaan makanan sangat mendukung merupakan pola sebaran dikarenakan siput gonggong yang dikarenakan bantuan bukaan mulut siput gonggong. (Dody,2009). Sugiarti (2005) menyatakan feeder ini lumpur dan fraksi pasir berlumpur dengan sebaran gonggong pada bulan Mei sampai Oktober ddeposit Hal gonggong suka membenamkan diri di fraksi mengelompok, puncak reproduksi siput bersifat ketersediaan diduga karena fraksi sedimen pada titik banyak siput gonggong yang memijah maka sering faktor gonggong Tingkat kepadatan yang tertinggi mempengaruhi sistem reproduksi. Semakin akan oleh siput siput gonggong. faktor antara lain (Utami 2012 dan Doddy 2009). Waktu siput habitat ketersediaan makanan maka semakin banyak waktu pemijahan dan ketersediaan makanan pemijahan dapat Menurut Utami (2012) semakin banyak kepadatan gonggong. Keadaan ini dipengaruhi beberapa ini makanan yang cukup dan fraksi sedimnen. mengelompok tingkat hal dikatakan bahwa perairan Madong masih karena individu-individu dalam populasi sebaran terendah 26, 29, 33, 43, 48, 49, dan 50 berkisar 1 sebaran mengelompok merupakan bentuk pola kepadatan terdapat pada titik sampling 3, 11, 13, 22, adalah mengelompok dengan nilai Id 1,77. Pola bahwa tingkat wilayah penangkapan siput gonggong masyarakat sehari – hari dan mampu faktor ketersedian makanan yang kurang. 6 pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa suhu memiliki hubungan sangat lemah yang tidak signifikan terhadapt tingkat kepadatan 10 siput gonggong. Hal ini dapat diartikan 8 bahwa siput gonggong memiliki toleransi 6 yang baik terhadap lingkungan dan mampu indiv/m2 12 4 hidup pada kisaran suhu yang luas. Nontji 2 (2007) kisaran suhu perairan sebesar 28 – 0 31oC, kisaran suhu ini merupakan suhu yang 3 8 111316182022242629333637394243484950 titik sampling normal Selain faktor area penangkapan sehari – hari dan kurangnya daerah titik ketersediaan sampling kehidupan organisme makrozoobentos untuk melakukan proses makanan, terendah bagi metabolisme. Menurut Dody (2011) bahwa ini siput gonggong hidup pada kisaran suhu merupakan titik sampling yang memiliki antara 28,5-29,9 °C dan menurut Amini sedimen pasir. (1984) suhu yang optimal bagi siput 0 C. gonggong adalah 26 – 30 C. Karakteristik Fisika Kimia dan Dari Substrat Perairan menjelaskan Parameter fisika kimia dan substrat perairan yang diukur meliputi bahwa parameter ini suhu hubungan berlawanan sehingga apabila suhu tinggi sedimen, dan total substrat organic yang maka gonggong diukur pada setiap titik sampling sebanyak tingkat rendah kepadatan ataupun siput sebaliknya apabila suhu rendah maka tingkat kepadatan tiga kali pengulangan. siput gonggong tinggi. Dengan kata lain A. Suhu besar Berdasarkan hasil pengukuran suhu antara suhu terhadap dan sangat lemah. o C dengan nilai rata – rata suhu di perairan B. Salinitas Madong sebesar 30,21oC. Suhu terendah Salinitas perairan Madong berkisar terdapat pada titik sampling 8 sebesar 28oC dari 26 – 32 ‰. Salinitas terendah adalah sedangkan suhu tertinggi terdapat pada titik sampling 26 sebesar 32oC. hubungan kepadatan siput gonggong tidak signifikan pada seluruh titik sampling berkisar 28 - 32 26,8‰ terdapat pada titik sampling 26 dan Pada titik salinitas tertinggi adalah 32,5‰ terdapat sampling nilai suhu tertinggi memiliki pada titik sampling 3. Menurut Amini kepadatan siput gonggong hanya sebesar 1 indiv/m2 penelitian memiliki hubungan negatif dengan arah suhu, salinitas, DO, pH, kecepatan arus, fraksi tingkat hasil (1968) sedangkan pada titik kisaran salinitas untuk siput gonggong hidup berkisar anatar 26 – 32 ‰. sampling nilai suhu terendah memiliki Menurut Hutabarat dan Evan (1985) dalam tingkat kepadatan sebesar 3 indiv/m2. Dari Taqwa (2010) kisaran salinitas yang masih 7 dikategorikan cukup baik berkisar dari 6,0 – mampu mendukung kehidupan organisme Bila 8,5 sampai sangat baik berkisar 7,5 – 8,5. dibandingkan dengan hasil penelitian Amini Bila dibandingkan dengan niai pH perairan (1968) dan Hutabarat dan Evan (1985) Madong maka dapat dikategorikan bahwa dalam Taqwa (2010) maka salinitas perairan pH perairan tergolong cukup baik bagi Madong tergolong baik untuk kehidupan kehidupan siput gonggong. perairan berkisar 15 – 35‰. siput gonggong. E. Kecepatan arus Hasil pengukuran kecepatan arus di C. DO Oksigen perairan perairan Madong bervariasi antara 0,02 Madong berkisar dari 4 – 7,93 mg⁄l. Nilai m⁄dtk – 0,08 m⁄dtk. Hasil pengukuran rata – oksigen terlarut terendah pada perairan rata kecepatan arus pada perairan Madong. Madong adalah 4 mg⁄l pada titik sampling kecepatan arus di perairan Madong terendah 49 sedangkan niai oksigen terlarut tertinggi terdapat pada titik sampling 33 mencapai adalah 7,93 mg⁄l pada titik sampling 8. 0,02 m⁄dtk sedangkan nilai kecepatan arus Secara umun kandungan oksigen terlarut di tertinggi terdapat pada titik sampling 13 dan perairan Madong tergolong baik karena 48 mencapai 0,08 m⁄dtk. Kecepatan arus kandungan oksigen terlarut minimal 2 mg⁄l dapat mempengaruhi tingkat kepadatan siput sudah gonggong karena pengendapan sedimen cukup terlarut mendukung di kehidupan makrooobenthos hal ini didukung oleh substrat Prihatiningsih (2004). makanan (1968) Menurut Amini kisaran DO yang optimal untuk dasar yang untuk mempengaruhi kehidupan siput gonggong adalah 4,5 – 6,5 gonggong mg⁄l. Bila dibandingkan dengan Amini ligkungan. merupakan suplai siput bentuk terhadap gonggong adaptasi dan siput perubahan kondisi total organik dalam Siddik (2011) dan Prihatiningsih F. Kandungan (2004) maka kandungan oksigen terlarut di substrat perairan Madong dikategorikan baik Hasil pengukuran nilai kandungn dan normal untuk kehidupan siput gongggong. total organik substrat di perairan Madong pada setiap titik sampling bervariasi berkisar D. pH Hasil pengukuran pH di perairan antara 27,7 – 77 %. Kandungan total organik Madong berkisar 6,45 – 7,09. Nilai rata – substrat tertinggi terletak pada titik sampling rata pH di Perairana Madong adalah 6,78. 8 dengan nilai 77% sedangkan kandungan pH terendah pada perairan Madong adalah total organik substrat terendah terletak pada 6,45 pada titik sampling 16 sedangkan pH titik sampling 39 dengan nilai 27,7%. tertinggi adalah 7,09 pada titik sampling 48. Kandungan fraksi substrat Menurut Hutasoid dalam Siddik merupakan salah satu parameter yang sangat (2011) menyatakan bahwa suatu perairan berpengaruh dalam menentukan keberadaan mempunyai nilai pH bervariasi dari yang organisme termasuk siput gonggong. Siput 8 gonggong tidak hanya memakan tumbuhan Substrat pasir yang ditemukan pada mikro melainkan juga memakan bahan 7 titik. Sedimen pasir biasanya kandungan organik substrat yang ada dan menempel oksigen relatif lebih besar daripada sedimen pada substrat itu sendiri. Secara tidak yang halus disebabkan karena pori udara langsung kandungan TOM memberikan pada nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan air dibandingkan dengan sedimen lumpur.. berupa yang Menurut Nybakken (1992) butiran sedimen merupakan sumber makanan bagi siput yang besar akan selalu berpindah – pindah gonggong (Siddik,2011). dan perpindahan itu disebabkan kecepatan algae, epifit, Tingginya ganggang kandungan sedimen berpasir lebih besar organik pengendepan, arus dan turbelensi. Sedimen substrat pada titik sampling 8 dikarenakan yang besar akan langsung mengendap di pada titik sampling ini tipe substrat yang sekitar pantai, sedangkan sediemen yang dominasi terdiri dari farksi halus (lumpur), halus akan terbawa oleh arus. menurut Wood dalam sedimen yang lebih Siddik halus (2011) Substrat pasir berlumpur ditemukan memiliki pada 4 titk sampling. Substrat pasir kandungan organik yang lebih banyak berlumpur merupakan campuran pasir dan dibandingkan sedimen dengan butiran yang lumpur. Siput gonggong Menurut Amini lebih besar. (1984) dalam Viruly (2010) siput gonggong Rendahnya organik menyukai habitat dengan dasar perairan susbrtrat pada titik sampling 39 dikarenakan pasir berlumpur atau pasir campur lumpur pada titik sampling ini tipe substrat yang yang banyak ditumbuhi tanaman laut seperti mendominan terdiri dari pasir berlumpur, rumput menurut accoroides), dan Thalassia spp. Wood kandungan dalam Siddik (2011) – setu, samo samo (Enhalus sedimen dengan butiran yang lebih besar kandungan organiknya lebih sedikit D. Hubungan tingkat kepadatan dibandingkan dengan sedimen yang lebih populasi siput gonggong terhadap halus. parameter fisika kimia perairan Analisis korelasi juga digunakan G. Fraksi substrat Dari 20 titik sampling tipe fraksi untuk mengetahui derajat hubungan linear substratnya bervairasi adalah lumpur, pasir anatar variabel yang satu dengan yang lain berlumpur dan pasir dengan tipekal yang (Farhan,2013). dominn yaitu substrat lumpur. Substrat ditunjukan bahwa -1≤ ρ ≤1 menunjukan lumpur ditemukan pada 9 titik sampling. tingkat hubungan antara variabel X dan Y, Substart lumpur memang disenangi oleh sedangkan tanda (±) menunjukan macamnya siput gonggong dikarenakan siput gonggong hubungan adalah defosit feeder. menunjukan arah yang searah dan tanda Nilai dimana korelasi tanda positif dapat (+) negatif (-) menunjukan arah yang terbalik. 9 Dalam menganalisis hubungan kualitas pemerintah perairan (suhu, DO, pH,salinitas, TOM, siput gonggong dan masyarakat setempat. kecepatan arus) terhadap tingkat kepadatan populasi setempat 2. menggunakan Perlu dilakukan pembatasan ukuran siput gonggong yang ditangkap, hal metode analisis korelasi. ini Hubungan antara tingkat kepadatan mendukung agar tingkat kelestarian siput gonggong tinggi. populasi siput gonggong terhadap parameter hal ini mendukung agar tingkat fisika kimia perairan (suhu, DO , pH, kelestarian siput gonggong tinggi. salinitas, TOM dan kecepatan arus) memiliki hubungan sangat lemah dan tidak V. KESIMPULAN DAN SARAN signifikan (tingkat kepadatan 95%). Dimana A. Kesimpulan parameter fisika kimia memiliki arah Berdasarkan dari hasil penelitian hubungan yang searah dan berlawanan. yang dilakukan di perairan Madong didapat Parameter yang memiliki arah hubungan beberapa kesimpulan antara lain: searah atau positif yaitu DO = 0.142 dan 1. Tingkat kepadatan siput gonggong kecepatan arus = 0.048 dan TOM = 0.258 di Perairan Madong berkisar 1– 10 sedangkan parameter yang memiliki arah indiv/m2. hubungan berlawanan atau negatif yaitu 2. Pola sebaran Strombus sp. di salinitas = -0.016, suhu = -0.208, pH = - perairan 0.002 (tingkat kepercayaan 95%). mengelompok dengan nilai Id 1,77. 3. E. Madong adalah Hubungan tingkat kepadatan siput Rekomendasi Pengelolaan Siput gonggong terhadap parameter fisika Gonggong kimia periaran memiliki hubungan Berdasarkan hasil penelitian ada yang sangat lemah dan tidak beberapa rekomendasi pengelolaan yang singnifikan (tingkat kepercayaan harus dilakukan antara lain: 95%). 1. Perlu dilakukan upaya penutupan sementara sebagian penangkapan siput B. Saran wilayah Adapun saran yang dapat diberikan gonggong, dari penelitian ini adalah sebagai berikut: dengan kata lain dilakukan upaya 1. Sebaiknya melakukan penelitian buka tutup wilayah. Harus ada satu mengenai aspek biologi reproduksi wilayah yang dijadikan sebagai siput gonggong lebih lanjut lagi tempat agar perlindungan (tempat mempermudah dalam perkembangbiakan) yang sewaktu – menetapkann pembatasan musim waktu bisa dibuka kembali. Hal ini dan wilayah penangkapan. harus bekerja sama dengan 2. Sebaiknya pada saat penelitian harus dilengkapi waktu pasang – 10 VI. surut sehingga tidak keliru saat Maritim pengambilan data penelitian. Tanjungpinang Arikunto, UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih penulis besar ku, kepada Suharsimi, Ali 2006, Haji. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, sampaikan kepada kedua orangtua beserta keluarga Raja Rineka Cipta, Jakarta. kedua pembimbing ku, keluarga baru ku, dan Campbell Neil A.R,eece Jane B dan kepada semua pihak yang telah banyak Mitchell Lawrence G, 2004, Biologi membantu proses awal sampai dengan Edisi Kelima Jilid 3, Erlangga: selesainya skripsi ini. Jakarta. Dahuri, R., 2001. Pengelolaan Sumber Daya DAFTAR ISI Amini,S, 1984, Studi Pendahuluan Siput Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Gonggong (Strombus canarium)di Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Perairab Pantai Pulau Bintan Riau. Jakarta. Journal of Marie Fisheries Research Dinas Kelautan dan Perikanan, 2011, Studi 38: 23- 29. Identifikasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Andiarto,H, 1989, Morfometri Studi Ekologi Tedong , Riau, Gonggong Dinas Perikanan (Strombus canarium, Linne,1758)dan Kelautan Provinsi dan Kepulauan Riau, 980-983 Asosiasinya dengan Fauna Molusca Dinas Kelautan Perikanan di Perairan Pulau Bintan Riua, Kehutanan Institut Pertanian Bogor : Bogor. Tanjungpinang, 2012, Penyusunan Rencana AntaraNews,2014,Potensi Perikanan Kelautan Kepulauan dan dan Pertaanian onasi Pengelollan Riau Energi Kota dan Rencana Kawasan Habitat Gonggong (Strombus didominasi oleh Perikan Tangkap. Tanjungpinang, www.AntaraNews.com. 14 CV.Griya November 2013 Bandung,60-61. sp) Laporan Reka Kota Akhir, Estetika, Dody,S., 2007, Habitat dan Sebaran Spasial Anwar, Saiful, 2014, Kajian Kerapatan Siput Gonggong Teluk (Strombur Lamun Terhadap Kepadatan Siput turturella) di Gonggong (Strombus sp) di Perairan Belitung, Prosiding Seminar Desa Madong. Skripsi Universitas Nasional Moluska dalan Penelitian,Konservasi 11 Klabat dan Ekonomi, Pusat Penelitian Pankeb, Oseanografi-LIPI:Jakarta. Skripsi, Universitas Hassanudin, Makassar. http:⁄⁄118.97.33.150⁄jurnal⁄files⁄3ad9 b56a848b4f8d5efabtddb822a446.pd Irawan, Henky dan Falmi Yandri, 2013, f Studi Biologi dan Ekologi Hewan diakses tanggal 30 Maret 2014. Filum Mollusca di Zona Litoral Pesisir Dody, S, 2011, Pola Sebaran. Kondisi Habitat Dan Pemanfaatan Timur Pulau Bintan, UMRAH. Siput Gonggong (Strombus Turturella) Di Juhar R, 2008, Karakteristik Fe, Nitrogen, Kepulauan Bangka Belitung, Pusat Fosfor, Penelitian Oseanografi-LIPI: Jakarta Beberapa Tipe Perairan Kolong http:⁄⁄118.97.33.150⁄jurnal⁄files⁄3ad9b Bekas Galian Timah. Tesis, Sekolah 56a848b4f8d5efabdddb85d446.pdf. Pasca diakses tanggal 30 Maret 2014. Bogor : Bogor. Effendi, H, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Fitoplankton Sarjana, Institut Pada Pertanian Kangkan L. A, 2006, Studi Penentuan dan Lokasi untuk Pengembangan Lingkungan Perairan, Kanisius : Budidaya Laut Berdasarkan Yogyakarta. Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang, Nusa Tenggara Ghufran, M dan Baso, A, 2007, Pengelolaan Timur, Program Pascasarjana, Kualitas Air, Rineka Cipta: Jakarta. Universitas Dipenogoro. Semarang. Hakim,R, 2011, Masterplan Landscape Kordi M.GH dan Tancung AB, 2007, Dompak island, dilihat pada 25 Pengelolaan Kualitas Air. Rineka September2012,<html://www.bloger. Cipta: Jakarta. com//Masterplan%20landscape%20d ompak%20island%20«%20rustam% Michael, P. E, 1994, Metode Ekologi untuk 20hakim.Mht Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas Indonesia, Hasanuddin, R., 2013, Hubungan Antara Kerapatan Dan Jakarta. Morfometrik Lamun Enhalus Acoroides Dengan Nasution,Syafruddin, 2010, Kandungan Substrat Dan Nutrient Di Pulau Logan Berat Kadmium (Cd) dan Sarappo Tembaga (Cu) pada Sedimen Siput Lompo Kabupaten 12 Strombus Canarium Pantai Pulau Kelautan dan Perikanan, UNHAS: Bintan,Universitas Riau, Pekanbaru. Makassar. Nontji, A, 2007, Laut nusantara. Djambatan Rustiadi, E, Pengembangan Wilayah Pesisir : Jakarta. sebagai Nybakken, J.W. 1988, Biologi Laut.Suatu Pembangunan Pendekatan Ekologi, Gramedia : Kawasan Strategis Daerah, PKSPL IPB,Bogor. Jakarta . Romimuhtarto, K., 1991, Ekosisitem Laut dan Pantai, Djambatan : Jakarta. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Senggagau, B, 2009, Pengaruh pemberian Diterjemahkan oleh H. M. Eidman, pakan alami yang berbeda terhadap Koesobiono, D. G. Bengen, M. kandungan asam lemak omega-3 Hutomo pada gonggong Andiarto H. 1989. dan S. Soekarjo. Gramedia. Jakarta Studi Ekologi, Morfometri Tedong Gonggong (Strombus canarium Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. 2011. Linne, 1758) dan Asosiasinya dengan Buku Data Status Lingkungan Hidup Fauna Molusca di Perairan Pulau Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Bintan Riau, Institut Pertanian Bogor Tanjungpinang. : Bogor. Pratama, R.R., 2013, Anlisis Tingkat Siddik, J., 2011, Sebaran Spasial dan Kepadatan Dan Pola Persebaran Potensi Reproduksi Siput Gonggong Populasi (Strombus Siput Laut Gonggong Turturela) DI Teluk (Strombus canarium) Di Perairan Klabat Bangka – Belitung. Tesis, Pesisir Institut Pertanian Bogor, Bogor Pulau Dompak, Skripsi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, http:⁄⁄www.scribd.com⁄doc⁄11926865⁄ Tanjungpinang. 2011-Jsi diakses tanggal 30 Maret Qudratullah,Farhan M, 2013,Analisis 2014 Regresi Terapan Teori ,ContohKausu dan Aplikasi dengan SPSS, ANDI Soeharmoko, :Yogyakarta. 2010, Kekerangan Inventarisasi yang Jenis Dikonsumsi Masyarakat Di Kepulauan Riau, Rani, C, 2003, Metode Pengukuran dan Analisis Pola Spasial Tanjungpinang : Umrah Press. (Dispersi) Organisme Bentik. Fakultas Ilmu 13 Sudjana, 2006, Metode Statistika, Tarsito : Viruly, L., 2011, Pemanfaatan Sipul Laut Bandung Gonggong (Strombus canarium) Asal Pulau Bintan – Kepulauan Taqwa,A. 2010, Analisa Produktivitas Riau Menjadi Seasoning Alami, Primer Fitoplankton dan Struktur Tesis, Institut Pertanian Bogor, Komunitas Fauna Makrooobentos Bogor. Berdasarkan Kerapatan Mangrove di Zaidi CC,et al., 2008, Sexsual Kawasan Konservasi Mangrove dan Polymorphism Bekatan Kota Tarakan Kalimantan Strombus Canarium Linnaeus 1758 Timur. (Mollusca Skripsi Universitas Diponegoro. Semarang : in a Population of Gastropoda) at Merambong Shoal, Malaysia. Journal Zoological Studies 47 : 318 – 325. Utami, D.K.,2012,Studi Bioekologi Habitat Sipt Gonggong turturella)di Desa Klabat,Kabupaten (Strombus Zaidi al.,Seasonal Variation in Bakit, Teluk Growth and Survival of Strombus Bangka Barat, Canarium (Linnaeus , 1758), Journal Biologica; Sciences 12: 676 – 682 Provinsi epulauan Bangka Belitung, Skripsi,Institut CC,et Pertaniaan Bogor,Bogor Zaidi cc,et al., 2009. Species Description http:⁄⁄repository.ipd.ac.id⁄bitstream⁄ha and ndle⁄123456789⁄54267⁄CI2dku.pdf?se (Mollusca: Strombidae) in Johor quence. diakses tanggal 30 Maret Straits and its Surrounding Areas, 2014 Sains Malaysiana 38(1): 39 – 46. 14 Distribution of Strombus